Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
BAB IV
PROSES PRODUKSI
Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP
I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong.
Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira
jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan
dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu.
IV.1 Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari
petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber,
yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas
produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu
giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua
kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang
menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung,
Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng.
IV.2 Stasiun Penimbangan
Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang
akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut
menggunakan truk dan lori. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di
Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum
dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix dan
pH tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5.
Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane
Scale). Hasil timbangan yang diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada
timbangan, yang ditimbang adalah berat lori dan tebu, sedang pada timbangan tara
yang ditimbang adalah berat lori sebesar 6 ku. Sehingga berat tebu merupakan
IV. 1 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
hasil pengurangan berat bruto dengan berat tara. Jadi, netto didapat dari bruto
dikurangi tara.
Alat timbang yang digunakan di PG. Tjoekir ada 3 macam :
1. Jembatan Timbang
Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara
menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk
diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.
2. Jembatan Timbang Elektronik
Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan sistem
digital.
3. Digital Crane Scale
Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang
truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan.
Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk
diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Tjoekir adalah
sistem FIFO (First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling
lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama,
karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat
sinar matahari maupun mikroorganisme atau bakteri.
Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang
dapat dilalui lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari
penimbangan diperoleh berat bruto.
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh
lori. Truk dan tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan
amper, yaitu pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini
(penimbangan 1) tiap sopir menyerahkan surat perintah tebang angkut
(SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara (timbangan
2) untuk mengetahui berat truk.
IV. 2 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa
rendemen kebun di laboratorium analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan
tebu pabrik dilakukan analisa pada saat tebu ditebang, sedangkan untuk tebu
luar dilakukan analisa untuk tiap truk.
Gambar 4.1 : Halaman Pabrik (Emplasement)
IV. 3 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3 Proses Produksi
Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku
tebu sampai menjadi gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu :
1. Unit Penggilingan
2. Unit Pemurnian
3. Unit Penguapan
4. Unit Kristalisasi
5. Unit Putaran
6. Unit Penyelesaian
IV. 4 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Gambar 4.2 Blok Diagram Sederhana Proses Pengolahan Gula
IV. 5 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3.1 Unit Penggilingan / Ekstraksi
Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang
didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil nira
yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara yang efektif, efisien, dan
ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk memperoleh nira mentah dari tebu,
memisahkan gula dari ampasnya dan sekaligus menimbang hasil nira mentah
sebelum masuk unit pemurnian.
Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan
ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan, antara lain :
a. kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran
tebu, kadar gula atau pol tebu
b. persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal
c. air imbibisi
d. derajat kompresi terhadap ampas
e. jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelan
gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan
Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut :
1. Cane Unloading Crane
Alat ini berfungsi untuk memindahkan tebu dari truk atau lori ke meja tebu.
2. Cane Table
Berfungsi untuk menampung tebu dari truk atau lori untuk mengatur
pemasokan tebu ke krepyak tebu (cane carrier) sehingga posisi sejajar dengan
arah gerak cane carrier.
3. Cane Laveller (perata tebu)
Berfungsi untuk mengatur tebu yang akan dibawa ke bagian cane carrier agar
tebu yang masuk ke dalam cane cutter tidak berlebihan.
4. Cane Carrier
Berfungsi untuk membawa dan mengumpankan tebu ke alat pemotong (cane
cutter).
IV. 6 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
5. Cane Cutter
Berfungsi untuk memotong dan mencacah tebu menjadi bagian-bagian pendek
agar mudah digiling.
6. Hammer Unigrator.
Berfungsi untuk memukul tebu menjadi serpihan-serpihan kecil agar mudah
diambil niranya.
7. Sugar Cane Mill (gilingan tebu)
Berfungsi untuk memerah nira dari serpihan tebu.
8. Intermediet Carrier 1 s/d 4
Berfungsi untuk membawa ampas tebu dari gilingan 1 ke gilingan lain.
9. Hidrolisis Penekan Roll
Berfungsi untuk penekan roll atau mengatur tekanan roll agar terperah.
10. Grass Hooper Screen (saringan nira mentah / talang goyang)
Berfungsi untuk menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira yang
dihasilkan oleh gilingan I dan II.
11. Baggase Carrier
Berfungsi untuk memompa nira mentah hasil gilingan I dan II ketimbangan
bolougne.
12. Timbangan Imbibisi
Berfungsi untuk menimbang air imbibisi.
IV.3.2.1 Tahap Proses Penggilingan / Ekstraksi
Tebu dari emplacement diangkut ke unit ekstraksi dengan lori dan truk.
Tebu dari lori dan truk diangkut menggunakan crane hoist, kemudian tebu
diletakkan di meja tebu (cane table). Meja tebu dilengkapi dengan cane leveler
untuk mengatur ketinggian tebu yang masuk dalam cane carrier I. dari cane
carrier I tebu dibawa ke cane cutter dan selanjutnya tebu dibawa ke unigrator.
Serpihan tebu dari unigrator dibawa ke gilingan dengan menggunakan
cane carrier II dengan melewati leveler II. Setelah itu tebu menuju ke gilingan I
dan terjadi proses pemerahan tebu. Ampas dari gilingan I dibawa ke gilingan II
dengan IMC (intermediate carrier). Nira dari gilingan II ditampung pada bak
penampung gilingan II yang terhubung dengan penampung gilingan I dan
IV. 7 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
kemudian dipompa ke DSM screen, sedang ampasnya dari gilingan II dialirkan ke
gilingan III. Nira dari gilingan III ditampung pada bak penampung III yang
kemudian dialirkan ke gilingan II sebagai imbibisi nira dan ampasnya dibawa ke
gilingan IV dengan IMC III. Ampas yang keluar dari gilingan III sebelum masuk
pada gilingan IV ditambahkan air imbibisi dengan suhu 60-700C dengan tujuan
untuk melarutkan nira yang masih ada dalam ampas. Penambahan air imbibisi
dengan suhu 60-700C dikarenakan pada suhu tersebut sel ampas mudah pecah
sehingga nira yang didapat bisa maksimal. Disamping itu juga bisa mengurangi
mikroba yang ada dalam nira dan akan mengurangi jumlah kalori yang harus
ditambahkan pada proses selanjutnya. Penambahan di bawah 600C akan
menyebabkan kurang maksimalnya pemerahan. Sedangkan untuk diatas 700C
akan menyebabkan ikut larutnya zat lilin yang terdapat dalam tebu sehingga akan
menyulitkan dalam proses pemerahan. Air imbibisi ini berasal dari air kondensat
eveporator.
Nira yang dihasilkan gilingan IV turun ke bak penampung dan digunakan
sebagai imbibisi gilingan III dan ampasnya dibawa ke stasiun ketel. Ampasnya
dilewatkan baggase carrier yang di bawahnya terdapat saringan yang berfungsi
memisahkan ampas halus dan kasar. Yang kasar dikirim ke ketel untuk bahan
bakar, sedangkan yang halus (bagassilo) di blower menuju mixer untuk dicampur
dengan nira kotor untuk dijadikan blotong.
Jadi nira yang dihasilkan pada unit penggilingan 3, 4, dialirkan lagi
menuju penggilingan sebelumnya sebagai imbibisi untuk memudahkan
pemerahan nira. Sedangkan nira yang dihasilkan dari unit penggilingan 1 dan 2
disaring di DSM screen kemudian dialirkan ke peti penampung nira mentah.
IV. 8 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV. 9 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Gambar 4.3 Blok Diagram Aliran Proses pada Unit Ekstraksi
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3.2 Unit Pemurnian
Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan penting dalam
produksi gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari
gula yang dihasilkan. Adapun tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan
sebanyak mungkin kotoran yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap
menjaga agar jangan sampai sukrosa maupun gula reduksinya mengalami
kerusakan pada aliran proses pada unit pemurnian.
Adapun tahap-tahap yang terjadi dalam stasiun pemurnian adalah sebagai
berikut:
1. Nira mentah yang telah dicampur dengan asam phospat dan susu kapur
dialirkan dalam timbangan “Bolougne” setelah timbangan terisi penuh
(kapasitas ± 38 ku). Nira tersebut disaring dan ditampung dalam bak
penampung nira, untuk kemudian dialirkan pada Panas Pendahuluan I .
2. Dalam PP I, yang terdiri dari 4 unit. Nira dipanaskan secara bertahap hingga
suhu 70-900C dengan tujuan untuk membunuh kuman dan mikroorganisme
yang dapat mengganggu proses pembentukan kristal gula. Di samping itu,
untuk mempercepat terjadinya reaksi antara susu kapur dengan nira mentah
pada defekator. Kemudian masuk ke Flash Tank I dengan tujuan untuk
mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira karena diharapkan mencapai nira
murni.
3. Selanjutnya nira masuk pada defekator I untuk mengalami defekasi, yaitu
penambahan susu kapur sampai pH netral. Hal ini berfungsi untuk mencegah
rusaknya monosakarida. Di samping itu untuk membentuk inti-inti endapan
Ca phosphat, Fe hidroksida, dan Al hidroksida. Pada defekator I pH
diusahakan mencapai 7,2. Kemudian masuk ke defekator II yang bertujuan
untuk meningkatkan pH samapi 8,5 dengan penambahan susu kapur.
Selanjutnya masuk defekator III bertujuan untuk pencampuran nira dan susu
kapur supaya homogen. Reaksi yang terjadi adalah :
1) 3 Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca3(PO4)2 + 6 H2O
2) Fe2+ + OH- Fe(OH)2
3) Al3+ + OH- Al(OH)3
IV. 10 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
4. Proses selanjutnya sulfitasi, yaitu penambahan gas S02. Hal ini bertujuan
untuk menetralkna kelebihan susu kapur serta untuk membentuk endapan Ca
Sulfit. pH nira diusahakan mencapai ± 7,3. Reaksi yang terjadi :
1) S(l) + O2 (g) SO2(g)
2) SO2(g) + H2O(g) H2SO3(aq)
3) Ca(OH)2(aq) + H2SO3(aq) CaSO3(s) + 2H2O(aq)
5. Nira yang telah tersulfitasi ini selanjutnya dialirkan ke PP II dengan suhu ±
105-1100C. Setelah itu dialirkan ke bejana pengembang (Flash Tank II) untuk
mengeluarkan udara dan gas yang mengganggu proses pengendapan.
6. Setelah itu nira tersebut dialirkan dalam Snow Bolling, yaitu tempat untuk
penambahan flokulan (zat pengikat endapan) untuk mempercepat terjadinya
pengendapan.
7. Selanjutnya nira dialirkan dalam peti pengendapan (Door Clarifier) untuk
memisahkan antara nira jernih atau encer dengan nira kotor. Nira jernih ini
kemudian disaring untuk membuang buihnya. Nira jernih yang telah disaring
dimasukkan ke Clear Juice Tank, dan selanjutnya dialirkan ke stasiun
penguapan. Sedangkan nira kotor dimasukkan ke Rotary Baggase Mixer
(RBM), yang kemudian ditarik ke dalam Rotary Vakum Filter (RVF), untuk
memisahkan kotoran padat (blotong), dan nira tapis. Nira tapis ini kemudian
ditarik kembali ke timbangan nira mentah (Bolougne) untuk selanjutnya
dimurnikan kembali.
IV. 11 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV. 12 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Gambar 4.4 Blok Diagram Aliran Proses pada Unit Pemurnian
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3.3 Unit Penguapan
Tujuan dari proses penguapan ini adalah untuk menguapkan kandungan air
dalam nira encer sehingga didapatkna nira kental dengan kadar 60-64 brix. Di PG.
Tjoekir terdapat 6 badan penguap yang terdiri dari 3 badan penguap secara seri, 2
badan penguap secara paralel, sedangkan 1 badan penguap secara bergiliran
dibersihkan setiap harinya. Nira encer dari stasiun pemurnian masuk ke Badan
Penguap I (BP I) yang dipanaskan dengan uap bekas dari stasiun gilingan, uap
nira dari BP I digunakan untuk memanaskan BP II dan seterusnya sampai
dihasilkan nira kental. Yang harus diperhatikan dalah tinggin nira yang diuapkan
± 1/3 dari Badan Penguap agar sirkulasi dapat berjalan dengan baik.
Proses yang terjadi pada stasiun penguapan adalah sebgai berikut :
1. Nira encer di BP I dipanaskan dengan uap bekas dengan suhu 1200C dan
tekanan 0,8 kg/cm2.
2. Nira dialirkan menuju ke BP II dan dipanaskan dengan uap nira dari BP I
mencapai suhu 1000C.
3. Nira pada BP II dialirkan ke BP III yang dipanaskan dengan uap nira dari BP
II. Pada BP III menggunkan sistem vakum, keuntungannya adalah suhu yang
dihasilkan tidak terlalu tinggi.
4. Uap nira dari BP III digunakan untuk memanaskan nira pada BP IV dan V.
5. Uap panas yang keluar dari BP IV dan V dialirkan menuju kondensor dan
dikeluarkan berupa air jatuhan. Sedangkan uap nira yang dihasilkan pada
masing-masing Badan Penguap dikeluarkan berupa air kondensor / kondensat.
Air konden ini ada 2 macam, yaitu : Positif dan negatif. Air konden positif
berarti masih mengandung gula dan digunakan sebagai air imbihisi, sedangkan
air konden negatif (tidak mengandung gula) dipergunakan sebagai air pengisi
ketel.
6. Nira dari badan Penguap terakhir dialirkan menuju bejana sulfitator, sehingga
nira kental direaksikan dengan gas SO2. Selain untuk pemucatan, sulfitasi ini
juga berfungsi untuk menurunkan pH nira kental sampai 5,6.
7. Nira kental yang telah dihasilkan dalam bejana sulfitator dipompa ke bak
penampung nira kental pada stasiun masakan.
IV. 13 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Dampak proses penguapan adalah adanya kerak dalam pipa atau badan
penguap itu sendiri. Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut, maka
pembersihan badan penguap dilakukan secara bergantian. Bahan yang digunakan
untuk membersihkan adalah soda (NaOH), soda tersebut berfungsi untuk
melunakkan kerak-kerak pada pipa. Selian digunakan bahan kimia tersebut,
dilakukan juga proses penyekrapan disertai penyemprotan air untuk
membersihkan sisa-sisa kerak.
IV. 14 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Gambar 4.5 Blok Diagram Aliran Nira pada Unit Penguapan
IV.3.4 Unit Masakan
Unit pemasakan merupakan proses operasi untuk memperoleh kristal gula
yang baik dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal
padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik
pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri. Syarat utama
terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam
kondisi lewat jenuh (super saturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh
adalah kondisi dimana pelarut (solvent) mengandung zat terlarut (solute) melebihi
kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute.
IV. 15 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Pada unit masakan ini nira kental ini dibuat kondisi lewat jenuh dengan 2
cara yaitu :
Pengurangan Solven
Metode lain yang digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi adalah
penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat.
Menurunkan Solubilitas
Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan
suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat
sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi.
Sebelum masuk ke dalam pan masakan, nira kental dari evaporator badan
terakhir mengalami sulfitasi yang bertujuan untuk memucatkan atau bleaching
warna kristal gula dengan cara mengikat ion ferri an ferro, dan mengecilkan pH
nira menjadi 5,6.
Nira kental tersulfitasi dikentalkan dan dibuat lewat jenuh hingga
membentuk kristal gula pada unit pemasakan ini. Adapun tujuan pengkristalan
gula adalah sebagai berikut :
Mengubah sukrosa dalam larutan membentuk kristal gula agar diperoleh
kristal gula sebanyak-banyaknya dan sisa gula dalam tetes sekecilnya.
Mendapatkan kristal gula yang dapat dengan mudah dipisahkan pada unit
putaran sehingga bisa diperoleh harga kemurnian yang tinggi.
Dalam proses kristalisasi hendaknya diusahakan agar tercapai hal-hal
sebagai berikut :
Hasil gula yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas
Kehilangan gula sekecil mungkin
Waktu proses sedikit mungkin
Biaya operasi serendah mungkin.
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Pan masakan
Berfungsi untuk membentuk kondisi lewat jenuh larutan gula serta
membentuk proses kristalisasi, jumlah Pan masakan di Pg. Tjoekir sebanyak
10 buah
IV. 16 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
2. Kondensor
Berfungsi untuk pendinginan uap yang keluar dari Pan masakan dengan jalan
menginjeksikan air dan akan menghasilkan air jatuhan
3. Palung Pendingin
Berfungsi sebagai tempat penampungan dan pendinginan masakan sekaligus
sebagai tempat terjadinya nakristalisasi (kristalisasi lanjut)
4. Alat Vakum
Berfungsi untuk pembuatan vakum (hampa udara) di dalam Pan masakan
karena untuk menarik bahan dan sirkulasi uap air yang dihasulkan
5. Peti Tunggal
Berfungsi untuk menampung clare D, stroop A, nira kental, clare SHS, gula
D1 dan D2
Tahap-tahap yang dilalui selama proses kristalisasi adalah :
1. Pemekatan nira kental, yaitu dengan meningkatkan penguapan air dalam nira
2. Pembentukan kristal atau inti, yaitu pada saat konsentrasi nira mencapai lewat
jenuh
3. Pembesaran kristal
4. Penuaan masakan
Adapun tingkatan masakan yang ada di PG. Tjoekir ada 3 macam :
1. Masakan A
Bahan yang diperlukan pertama adalah clare SHS dan nira kental
ditarik dengan volume ± 500 HL, kemudian dituakan sampai daerah meta
mantap (terbentuk benangan ± 2 cm), setelah itu ditambahkan bibitan C
dengan volume tertentu sehingga didapatkan nilai HK yang dikehendaki. Hasil
masakan mempunyai ukuran kristal ± 0,6 cm yang disebut sebagai masakan
A4. Hasil masakan A4 ini dikemudian dibagi menjadi 2 Pan, misalnya
masing-masing 100 HL. Tiap Pan ini ke mudian ditambahkan clare SHS dan
nira kental sampai volumenya menjadi ± 200 HL, dan kristal yang didapatkan
berukuran ± 0,8 mm dan HK 84-85. Hasil masakan ini disebut A2. Untuk
masakan utama (A) bahannya adalah nira kental dan clare SHS ditarik ± 150
HL lalu dituakan hingga daerah meta mantap, setelah itu ditambahkan bibitan
A2 hingga volumenya ± 400 HL dan didapatkan ukuran kristal yang tepat,
yaitu antara 0.8-1,1 mm dan nilai HK ± 80 serta sudah tidak terdapat kristal
palsu (kristal halus). Baru kemudian hasil masakan ini diturunkan di palu
IV. 17 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
pendingin kemudian diputar di stasiun putaran untuk menghasilkan gula
produk (gula SHS), stroop A dan clare SHS
2. Masakan C
Stroop A dan bibitan D masing-masing ditarik dengan volume tertentu
kemudian dilebur sampai menjadi larutan. Kemudian dikentalkan sampai
daerah meta mantap. Setelah itu ditambahkan bibitan D dan dilakukan
pembesaran kristal dengan jalan penambahan stroop A secara bertahap sampai
dengan volume 100 HL. Selanjutnya dilakukan penuaan masakan sampai
didapatkan ukuran kristal ± 0,5-0,6 mm. Setelah larutan tipis dan kristal palsu
tidak ada masakan C siap diturunkan ke palung pendingin dan stasiun putaran
3. Masakan D
Pertama disiapkan terlebih dahulu apa yang disebut Pdc D2. Bahan yang
diperlukan adalah stroop A dan babonan D ditarik dengan volume ± 100-110
HL kemudian dikentalkan hingga lewat jenuh. Setelah itu ditambahkan gula
halus hingga didapatkan HK ± 65 dengan cara mengamati kristal yang timbul.
Kemudian ditambahkan stroop A dan clare D samapi volume ± 200 HL. Baru
setelah itu hasil masakan ini dibagi 2 masing-masing bagian (± 100 HL) ini
kemudian ditambahkan stroop C dan clare D hingga volumenya 200 HL dan
didapatkan HK ± 58.
IV. 18 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Gambar 4.6 Blok Diagram Aliran Proses Stasiun Masakan dan Stasiun Putaran
IV.3.5 Unit Putaran
Proses pada unit putaran bertujuan untuk memisahkan kristal gula dari
larutannya (stroop). Pada prinsipnya proses pengkristalan terjadi dalam pan
masakan yang merupakan suatu campuran dari larutan dan kristal sukrosa. Setelah
mengalami pendinginan pada palung pendingin lalu dipisahkan kristal gula dari
stroopnya pada unit putaran.
IV. 19 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Pemisahan ini dipakai alat berupa saringan yang menggunakan gaya
centrifugal sebagai kekuatan dorongnya. Pemisahan kristal gula dari stroopnya
dibantu dengan :
Pemberian air, dimana bertujuan untuk melarutkan stroop yang menempel
pada kristal gula, sehingga nantinya didapat kristal gula murni.
Pemberian uap, bertujuan untuk memisahkan stroop yang menempel pada
kristal gula dan juga untuk mengeringkan kristal gula setelah diberi air.
Putaran yang dipakai pada PG Tjoekir antara lain :
1. Batch Centrifugal.
Batch centrifugal merupakan alat yang bekerja secara terputus yang
didalamnya dilengkapi dengan 3 saringan yaitu :
Saringan I, saringan halus untuk memisahklan kristal gula dengan
stroopnya.
Saringan II, saringan ini agak kasar untuk jalan keluarnya stroop.
Saringan III, saringan ini kasar untuk keluarnya stroop.
Batch centrifugal ini fungsinya untuk memutar gula A dan SHS. Untuk
pemisahan gula dengan stroopnya didalam putaran dilakukan dengan cara
menyiram atau mencuci dengan air panas pada lapisan kristal gula yang sudah
diputar dengan waktu tertentu. Pencucian ini harus merata dan dapat
melarutkan lapisan stroopnya yang menempel pada kristal gula tadi, untuk
putaran gula SHS digunakan steam yang fungsinya untuk mengeringkan gula
setelah disiram air. PG Tjoekir ini mempunyai 8 buah batch centrifugal untuk
putaran A dan 5 buah batch centrifugal untuk putaran SHS.
2. Continous Centrifugal.
Continous centrifugal merupakan alat yang bekerja secara continue
yang didalamnya terdiri dari sebuah tromol konis yang berputar dan
dindingnya berupa screen (saringan). Continous centrifugal ini digunakan
untuk memutar gula D1,D2, dan C.
IV. 20 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
IV.3.6 Unit Penyelesaian
Tujuan dari unit penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil – hasil
dari putaran sehingga menghasilkan gula produksi. Tugas utama dari unit adalah
mengeringkan kristal gula, karena gula SHS yang turun dari putaran SHS masih
basah dan ukuran kristal tidak rata.
IV.3.6.1 Tahap proses pengeringan gula SHS
Gula SHS yang dihasilkan dari putaran SHS turun ke talang goyang yang
berfungsi sebagai pengeringan awal dan juga sebagai pembawa gula SHS menuju
Wet Sugar Elevator. Dari Wet Sugar Elevator ini gula SHS akan dibawa menuju
talang goyang (vibrating screen) dan sugar dryer yang berfungsi sebagai
pengering gula SHS. Setelah dikeringkan maka gula dibawa ke Sugar Bin dengan
menggunakan Dry Sugar Elevator. Sebelum masuk ke Sugar Bin, gula SHS
dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan Hammer Screen yang
terdiri dari 3 tingkat screen. Dengan menggunakan Hammer Screen ini akan
dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produksi yang selanjutnya akan
masuk ke dalam Sugar Bin. Setelah itu gula produksi ditimbang secara otomatis
dan packing dalam karung gula ± 50 kg yang telah disiapkan dan siap untuk
dipasarkan. Sebelum dipasarkan gula yang sudah dipak disimpan dalam gudang
terlebih dahulu menunggu pendistribusian ke pasaran.
IV. 21 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Laporan Kerja PraktekPTPN X unit Produksi PG. Tjoekir Jombang
Gambar 4.7 Blok Diagram Aliran Proses di Stasiun Penyelesaian
IV. 22 Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya
Top Related