PENERAPAN GANTI RUGI DALAM PERTUNANGAN SEKSYEN 15 DI
MAHKAMAH SYARIAH SABAH MENURUT PERSPEKTIF
MADZHAB SYAFI’IYYAH
SKRIPSI
NAZIAH BINTI SETU
NIM : HK 101170053
Pembimbing: Dr. YULIATIN, S.Ag., M.HI
ABDUL RAZAK, S.HI., M.I.S
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1441H / 2019
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
iii
Jambi, 07 Oktober 2019
Pembimbing I : Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI
Pembimbing II : Abdul Razak, S.HI.,M.I.S
Alamat :Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Jl. Jambi-Ma. Bulian Simp. Sungai Duren,
Kab. Muaro Jambi.
Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di –
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Naziah Binti Setu, NIM : HK 101170053 yang
berjudul “PENERAPAN GANTI RUGI DALAM PERTUNANGAN
SEKSYEN 15 DI MAHKAMAH SYARIAH SABAH MENURUT
PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI’IYYAH” dapat diajukan untuk
dimunaqasyahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan
baik. Demikianlah kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama dan bangsa.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
iv
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
v
SURAT PERNYATAAN
vi
MOTTO
حيم حمه الره الره بسم الله
۲ر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا تفعلونكب۲نيأيها الذيه ءامنوا لم تقولون ما لا تفعلو
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(As-Saff : ayat 2-3)
vii
ABSTRAK
Naziah Binti Setu; HK 101170053; Penerapan Ganti Rugi Dalam Pertunangan
Seksyen 15 Di Mahkamah Syariah Sabah Menurut Perspektif Madzhab
Syafi‟iyyah.
Penelitian ini untuk mengetahui persoalan-persoalan akibat pembatalan
pertunangan dalam Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
(Negeri Sabah) yaitu untuk mengetahui jenis ganti rugi dalam pertunangan
menurut Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah).
Dan mengetahui kesesuaian undang-undang ini dengan fiqh madzhab Syafi‟iyyah.
Metodologi yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum
empiris. Pengumpulan data dengan teknik observasi jenis non-partisipan dan
wawancara semi terstruktur serta dokumentasi. Adapun hasil penelitian, penulis
mendapati bahwa ganti rugi boleh dituntut dengan syarat bahwa ia adalah
pemberian semasa pertunangan dalam tujuan persediaan perkawinan. Samaada ia
dalam bentuk atau jenis uang atau harta benda. Namun, jika ia hanya sebatas
hadiah, maka tidak boleh dituntut. Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sabah) memperuntukkan bahawa pihak yang membatalkan perkawinan tidak
dibenarkan meminta semula hadiah pertunangan diberi kecuali dengan syarat
pembatalan tersebut dilakukan dengan sebab yang sah, sebaliknya pihak yang
ingin mengekalkan ikatan dibenarkan meminta semula hadiah yang diberikan
pada majlis pertunangan. Undang-undang juga membenarkan tuntutan ganti rugi
terhadap sebarang perbelanjaan yang dikeluarkan bagi tujuan persediaan
mengadakan majlis perkahwinan atau walimah. Manakala kerugian selain
daripada tujuan tersebut adalah tidak dibenarkan untuk dituntut.
Kata kunci: Pertunangan, ganti rugi, mahar
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini
Untuk orang-orang yang kucintai
Ayahanda Setu Bin H. Mad dan Ibunda Latiah Binti H. Ali
yang telah mendidik dan mengasuh ananda dari kecil hingga dewasa dengan
penuh kasih sayang, agar kelak ananda menjadi anak yang berbakti kepada kedua
orang tua dan berguna bagi Agama, Bangsa dan Tanah Air
serta dapat meraih cita-cita.
Tidak lupa adinda-adindaku, Salman dan Nursyakirah, terima kasih di atas segala
perhatian dan dorongan yang diberikan, semoga segala sesuatu yang terjadi di
antara kita merupakan rahmat dan anugerah dari-Nya, serta menjadi sesuatu yang
indah buat selama-lamanya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadrat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam turut di limpahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai.
Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi
nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Penerapan Ganti Rugi Dalam Pertunangan Seksyen 15 Di
Mahkamah Syariah Sabah Menurut Perspektif Madzhab Syafi‟iyyah”. Skripsi ini
disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu syariah
dalam bagian hukum keluarga. Juga memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana program strata satu (S1) dalam jurusan Hukum
Keluarga pada fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan
lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.
Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat
juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah setinggi
penghargaan kepada semua pihak yang turut membantu secara langsung maupun
secara tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.
x
2. Bapak Dr.A.A Miftah, M.Ag, Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik,
Ibu Rahmi Hidayati S.Ag, M.HI, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Perancanaan dan Keuangan dan Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI Wakil Dekan
Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi, Indonesia sekaligus pembimbing I skripsi ini.
4. Ibu Siti Marlina, S.Ag, kajur Jurusan Hukum Keluarga, jurusan Hukum
Keluarga Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
5. Ibu Dian Mustika, S.H.,M,H., Sekjur Jurusan Hukum Keluarga Fakultas
Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
6. Bapak Abdul Razak, S.HI.,M.I.S. pembimbing II, skripsi ini yang telah
banyak memberi tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten
dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu
dalam memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN STS
Jambi, Indonesia.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan
data maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.Oleh
karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi
pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan
xi
skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatat sebagai amal jariyah di sisi Allah
SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.
Jambi, 07 Oktober 2019
Penulis,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ......................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN PANATIA UJIAN.................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
TRANSLITERASI ............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................................ 5
D. Kerangka Teori............................................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 12
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 14
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 14
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 15
D. Unit Analisis ............................................................................................. 17
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 18
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 19
BAB III GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYARIAH SABAH
A. Sejarah Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) ............................................. 22
B. Struktur Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) ............................................ 24
C. Tugas dan Fungsi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) ............................. 29
D. Visi dan Misi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) ................................... 30
E. Objektif dan Strategi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) ....................... 32
xiii
F. Daftar Kasus Di Mahkamah Syariah Sabah .............................................. 33
G. Ganti Rugi Pertunangan ............................................................................ 39
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Jenis Ganti Rugi Dalam Pertunangan Menurut Seksyen 15 Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah) ............................................. 41
B. Implementasi Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
(Negeri Sabah) Dalam Mahkamah Syariah....................................................... 47
C. Kesesuaian Seksyen 15 Dalam Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sabah) Tahun 2004 Dengan Fiqh Madzhab Syafi‟iyyah .................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 67
B. Saran-Saran ............................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur ..................................................................................................... 69
B. Peraturan Perundang-Undangan................................................................ 72
C. Lain-Lain ................................................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
DAFTAR INFORMAN ....................................................................................... 83
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 84
xiv
TRANSLITERASI
N ن g غ sy ش kh خ A ا
W و f ف ṣ ص d د B ب
t ت ق ḍ ض ż ذ q H ه
r ر ṡ ث ك ṭ ط k ء ˋ
z ز J ج Y ي l ل ẓ ظ
m م ʻ ع s س ḥ ح
â = a panjang
î = u panjang
û = u panjang Au = او
Ay = اي
xv
DAFTAR SINGKATAN
EMS: Enakmen Mahkamah Syariah
EUKINS: Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
JAKIM: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
JKSM: Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia
JKSNS: Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri Sabah)
MRS: Mahkamah Rendah Syariah
MTS: Mahkamah Tinggi Syariah
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang yang telah disetujui oleh Department Kehakiman Negara
dalam Enakmen 8 (Negeri Sabah) dalam Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam (Negeri Sabah) membenarkan permohonan ganti rugi akibat dari
pembatalan pertunangan. Hal ini karena mengadili pihak yang teraniaya dan
menangung kerugian harta benda dan uang yang dibelanjakan dalam tujuan
persiapan pernikahan. Di dalam Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga
Islam (Negeri Sabah) ada menyatakan jenis ganti rugi yang boleh di tuntut di
Mahkamah Syariah Sabah, yaitu pihak yang mungkir bertanggungjawab
memulangkan pemberian-pemberian pertunangan, jika ada, atau nilainya atau
membayar apa-apa uang yang telah dibelanjakan untuk membuat persediaan bagi
acara pernikahan.1
Adapun menurut undang-undang, bukan hanya perempuan yang
membayar ganti rugi tetapi sesiapa antara kedua belah pihak yang telah
membelanjakan uang dalam persediaan ke arah pernikahan. Jelas di sini ada
perbedaan pendapat antara adat dan undang-undang. Demi mengadili pihak yang
menanggung kerugian, maka sesebuah pertunangan terlindungi undang-undang.
Antara jenis ganti rugi misalnya seperti pemberian cincin, mobil, serta pemberian
yang boleh diguna kembali. Seandainya pemberian itu dalam bentuk uang dan
1Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada tanggal 6 April 2019
2
digunakan untuk membeli barang persiapan untuk pernikahan seperti cat dan
renovasi rumah maka ia harus diganti sebagaimana nilainya.
Di dalam madzhab Syafi‟iyyah, kita mendapati ahli fiqhnya menjelaskan
bahwa sesuatu yang dibawa oleh pelamar kepada perempuan yang dilamarnya
setelah lamarannya diterima dan sebelum terjalinnya akad nikah hendaklah dilihat
terlebih dahulu, apakah barang bawaannya itu dimaksudkan sebagai hadiah untuk
menikahinya atau hanya sebatas hadiah semata. Jika hadiahnya itu diniatkan untuk
menikahi perempuan yang dilamarnya, maka ia berhak meminta kembali hadiah
tersebut, baik pembatalan pertunangan itu bersumber dari pihak lelaki ataupun
dari pihak perempuan.2
Kaidah fiqhiyyah yang ke 16, al-„adl (keadilan) itu wajib atas segala
sesuatu dan al-fadhl (tambahan) itu sunnah. Yang dimaksudkan dengan al-„adl
ialah jika seseorang menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan sebagaimana ia
menuntut apa yang menjadi haknya. Sedangkan al-fadhl maknanya ialah
seseorang berbuat ihsan sejak awal atau memberikan tambahan dari yang wajib ia
tunaikan. Islam amat mementingkan keadilan dan hak untuk dituntut. Impak
daripada pembatalan pertunangan akan dapat dirasai oleh kedua belah pihak
keluarga. Bukan saja mendapat malu bahkan kerugian yang besar juga terpaksa
ditanggung. Firman Allah dalam surah Al-Hujurat, ayat 9:3
2 Dr. Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah Dan Nikah, (Depok: Fathan Media
Prima, 2017), Cetakan Pertama, hlm. 44. 3 Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 517.
3
Artinya:“Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”
Telah menjadi kebiasaan adat di Sabah selama pertunangan berlangsung,
pastinya ada hadiah hantaran diberi. Secara umumnya, hantaran adat suku di
Sabah ada 2 jenis, hantaran pertunangan dan hantaran pernikahan. Adapun
hantaran pertunangan hanyalah berpaksikan hadiah seperti pakaian, makanan, dan
sebentuk cincin. Manakala hantaran pernikahan itu seperti uang atau hadiah yang
mewah misalnya seperti kasut, jam, seperangkat alat solat, rumah atau mobil, serta
sebentuk cincin. Namun keduanya yaitu hadiah dan uang sering digunakan oleh
masyarakat sehingga kini. Hadiah hantaran tersebut dibawa saat rombongan lelaki
datang ke rumah pihak perempuan, dan uang hantaran pernikahan diserahkan saat
pertunangan. Uang hantaran pernikahan itu digunakan untuk persediaan
pernikahan seperti membiayai acara pesta pernikahan.4
Kebiasaan pada masa kini, acara tunangan terkadang membutuhkan biaya
yang tidak sedikit dalam satu acara resmi yaitu dengan jumlah biaya ribuan ringgit
serta pemberian hadiah yang mewah. Dalam masyarakat di provinsi Sabah,
apabila pertunangan dibatalkan maka pihak yang membatalkan perlu membayar
ganti rugi akibat dari putusnya pertunangan. Adapun jika perempuan yang
memutuskan pertunangan itu, maka secara adat perlu membayar dua kali lipat
daripada pemberian sewaktu pertunangan berlangsung. Namun sekiranya pihak
lelaki yang memutuskan pertunangan maka tidak perlu adanya ganti rugi dari
pihak lelaki maupun pihak perempuan. Hal ini karena segala pemberian adalah
4 Wawacara Bersama Ibu Norimah, Masyarakat Di Tuaran Sabah, Malaysia
4
dari pihak lelaki dan yang memutuskan adalah pihak lelaki maka tiada ganti rugi
yang perlu dibayar.
Adapun beberapa jenis ganti rugi dalam pertunangan menurut adat di
provinsi Sabah diantaranya adalah pemberian uang hantaran nikah serta hadiah
hantaran pada saat pertunangan oleh pihak lelaki. Maka jika pihak perempuan
memutuskan pertunangan tersebut, pihak perempuan perlu membayar dua kali
lipat ganti rugi pemberian yang diberi oleh pihak lelaki. Selain mengganti semula
kerugian uang ringgit dan nilai hantaran saat pertunangan, pihak perempuan juga
harus memulangkan semula cincin pertunangan. Ini karena nilai cincin masih
bernilai di pasaran jika digadai semula.
Maka, dengan kesadaran ini saya tertarik untuk membahas tentang ganti
rugi dalam pertunangan yang timbul daripada praktek ganti rugi pertunangan
menurut Seksyen 15 mengikut perundang-undangan di Malaysia dengan
mengangkat judul “Penerapan Ganti Rugi Dalam Pertunangan Seksyen 15 Di
Mahkamah Syariah Sabah Menurut Perspektif Madzhab Syafi‟iyyah”.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih terfokus, tersusun dengan
sistematis dan terarah, maka rumusan masalah disusun dengan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa saja jenis ganti rugi dalam pertunangan menurut Seksyen 15 Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah)?
2. Bagaimanakah implementasi Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam (Negeri Sabah) dalam Mahkamah Syariah?
5
3. Apakah Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sabah) sesuai dengan Madzhab Syafi‟iyyah?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan
yang menjadi pokok pembahasan, maka tujuan dan kegunaan penelitian
yang hendak di capai dalam penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
a. Ingin mengetahui apa saja jenis ganti rugi dalam pertunangan
menurut Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
(Negeri Sabah).
b. Ingin mengetahui bagaimanakah implementasi Seksyen 15
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah) dalam
Mahkamah Syariah.
c. Ingin mengetahui apakah undang-undang ini sesuai dengan
Mazhab Syafi‟iyyah.
2. Kegunaan Penelitian
Sedangkan dalam merumuskan tentang kegunaan penelitian
dijelaskan manfaat dan sumbangan yang akan diberikan sehubungan
dengan penelitian tersebut. Kegunaan penelitian dapat dibagi dua bagian,
yakni kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
a. Secara teoritis hasil penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk
memberikan pengertian dan penjelasan tentang masalah yang
6
ditanggapi oleh masyarakat Malaysia tentang Ganti Rugi Dalam
Pertunangan Menurut Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam (Negeri Sabah), serta untuk menambah ilmu dan
wawasan penulis dalam bidang hukum dalam membuat dan
menyusun karya ilmiah yang baik dan benar.
b. Ada pun secara praktis hasil penelitian ini nantinya diharapkan
dapat dijadikan manfaat dan pertambahan informasi bagi ilmu
hukum Islam, khusunya bidang perdata dan sekaligus sumbangan
pemikiran kepada alim ulama, hakim, golongan intelektual dan
masyarakat pada umumnya.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara
idea-idea khusus, yang diteliti, yaitu:
1. Ganti Rugi Pertunangan
Kata ganti rugi sendiri diartikan mengganti atau membayar semula
kerugian. Dari sudut undang-undang, ganti rugi dalam pertunangan ini
harus bertepatan dengan hukum syarak. Hakim akan memutuskan
seadainya kasus tersebut benar dan boleh dibayar ganti rugi. Jika kita
telusuri dengan lebih mendalam lagi ,memungkiri janji adalah perihal yang
buruk dalam Islam. Tambahan, memungkiri janji perlu membayar ganti
rugi selagi tidak memberi apa-apa mudarat terhadap kedua-dua pihak,
7
samada dari segi uang atau harta benda menurut Seksyen 15 Enakmen
Undang-undang (Negeri Sabah) Tahun 20045.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman surah Al-isra ayat 34:
Artinya:“…dan penuhilah janji, sesungguhnya janji pasti dituntut
dipertanggungjawabkan”6
Berjanji itu mudah. Menunaikannya itu susah. Karena berjanji itu
hanya menggunakan mulut, tetapi menunaikannya itu menggunakan
pergerakan anggota badan. Ramai diantara kita suka berjanji tetapi sering
terlupa untuk menunaikan janji. Sedangkan Allah telah berkali-kali
memperingatkan kepada hamba-hambaNya tentang kepentingan
menunaikan janji. Ayat di atas dan dikokohkan dengan ayat-ayat Al-Quran
yang lain membuktikan janji itu bukan harus ditunaikan, tetapi wajib
ditunaikan. Lebih-lebih lagi janji itu bersangkut paut dengan Allah
pencipta alam. Misalnya, dengan menjanjikan masjid yang dibina atas
dasar Islam. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman Surah An-Nahl ayat
91:
5 Enakmen 8 Tahun Negeri Sabah, Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah (JKSNS)
6 Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 286
8
Artinya: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah
meneguhkannya”7
Rasulullah s.a.w di dalam hadis baginda telah mempercirikan
golongan munafiq dengan tiga ciri utama. Dan antara ciri itu ialah
memungkiri janji apabila telah berjanji.
“Tanda-tanda munafiq ada tiga: (1) Apabila berbicara, dia
berdusta. (2) Apabila berjanji, dia memungkiri. (3) Apabila dipercayai, dia
berkhianat” (HR Muslim)8
Dan lagi parah, mereka yang sengaja dan suka memungkiri
janji ini juga disifatkan di dalam Al-Quran seperti golongan kafir. Di mana
mereka menjadikan kata-kata janji itu sebagai barang mainan dan gurauan
tanpa ada sedikit pun rasa bersalah apabila memungkiri janji itu.
Allah SWT berfirman Surah Al-Anfal ayat 55-56:
Artinya: “sesungguhnya makhluk yang paling buruk di sisi Allah ialah
orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. Iaitu
orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari
7 Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 278 8 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi (Imam Nawawi),
Mukhtashar Riyadhus Shalihin, Hlm. 289, Depok: Keira Publishing.
9
mereka, sesudah itu mereka mengkhianati perjanjian pada
setiap kalinya, dan mereka tidak takut akan akibat-akibatnya”9
Jelas di sini bahawa ganti rugi bagi suatu perjanjian itu bertepatan
syarak dan wajib dilaksanakan demi kemaslahatan. Islam melarang keras
pengkhianatan dan memungkiri perjanjian. Ini karena dampaknya cukup
besar buat masyarakat bukan sahaja bekas tunang, malahan seluruh
keluarga. Adapun pembatalan pertunangan suatu yang dibolehkan dan
tidak berdosa, tetapi Islam tidak menganjurkan sifat yang buruk untuk
diamalkan. Oleh karena itu, ganti rugi dalam pertunangan diadakan agar
pihak-pihak yang tidak suka berpegang pada janji ini mendapat pelajaran
dan berfikir lebih mendalam terhadap dampak negatif suatu masalah yang
akan berlaku agar tidak sesuka hati memungkiri suatu perjanjian.
2. Enakmen Keluarga Islam
Undang-undang keluarga Islam adalah kesinambungan daripada
kondisi masyarakat yang berbilang bangsa, budaya dan adat resam.
Walaupun ia adalah jelmaan daripada Undang-Undang Inggeris pada
asalnya, tetapi undang-undang keluarga Islam telah diperluaskan dan
diperbaiki serta dikembalikan kedudukan asalnya sebagaimana yang
dikehendaki oleh Fiqh Islam. Undang-undang keluarga Islam hari ini
adalah rombakan daripada fiqh yang memperbaiki kedudukan wanita dan
kanak-kanak terutamanya dalam masyarakat moden hari ini.
9 Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 185
10
3. Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Mahkamah Syariah Kota Kinabalu adalah satu institusi kehakiman
yang membicarakan serta menjatuhkan hukuman ke atas orang Islam bagi
kesalahan jenayah dan mal mengikut bidang kuasa yang diperuntukkan
untuknya.10
Dalam bidang kuasa jenayahnya, membicarakan apa-apa kesalahan
yang dilakukan oleh seseorang Islam dan boleh dihukum di bawah
Enakmen Majlis Ugama Islam (Negeri Sabah) 2004, Enakmen Undang-
Undang Kekeluargaan Islam 2004, Enakmen Kesalahan Jenayah Syariah
1995 atau di bawah mana-mana undang-undang bertulis lain yang berkuat
kuasa yang memberi Mahkamah Syariah bidang kuasa untuk
membicarakan apa-apa kesalahan, dan boleh mengenakan apa-apa
hukuman yang diperuntukkan di dalamnya,11
mendengar dan memutuskan
semua tindakan dan prosiding dalam mana semua pihak adalah orang
Islam, yaitu:
a. Pertunangan, perkahwinan, ruju‟, perceraian, pembubaran
perkahwinan (fasakh), nusyuz, atau pemisahan kehakiman
(mufaraqah) atau apa-apa perkara yang berkaitan dengan
perhubungan di antara suami istri.
b. Apa-apa pelupusan atau tuntutan harta yang berbangkit daripada
mana-mana perkara yang dinyatakan dalam subperenggan,
c. Nafkah orang-orang tanggungan, kesahtarafan, atau penjagaan
atau jagaan (hadhanah) anak-anak,
d. Pembahagian atau tuntutan harta sepencarian,
e. Wasiat atau alang semasa marad-al-maut seseorang si mati Islam,
alang semasa hidup, atau penyelesaian yang dibuat tanpa balasan
10
Https://Ms.Wikipedia.Org/Wiki/Mahkamah_Syariah_Di_Malaysia, di akses pada
tanggal 15 Juli 2019. 11
Enakmen 6 Enakmen Mahkmah Syariah (Sabah) 2004, Seksyen 11 Dalam Bidang
Kuasa Mahkmah Tinggi Syariah Sabah.
11
yang memadai dengan uang atau nilaian uang, oleh seseorang
Islam.
f. Wakaf atau nazr.
g. Pembahagian dan pewarisan harta berwasiat atau tidak berwasiat,
h. Penentuan orang-orang yang berhak kepada bahagian harta
pusaka seseorang si mati Islam atau bahagian-bahagian yang
kepadanya orang-orang itu masing-masing berhak,
i. Pengisytiharan bahawa seseorang itu bukan lagi orang Islam,
j. Pengisytiharan bahawa seseorang yang telah mati itu ialah
seorang Islam atau sebaliknya pada masa kematiannya.
k. Perkara-perkara lain yang berkenaan dengannya bidang kuasa
diberikan oleh mana-mana undang-undang bertulis.12
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat berbagai referensi berkaitan pertunangan yang dapat ditemui,
adapun mengenai tulisan dalam bentuk skripsi yang membahas tentang
pemutusan tunang di antaranya ialah “Analisis hukum gugatan ganti rugi dalam
perkara pembatalan perkawinan” yang disusun oleh Syamsul Rijal. Skripsi ini
membahas tentang gugatan ganti rugi dalam perkara pembatalan perkawinan studi
kasus putusan no. 82/PDT.G/2014/PN.MKS dan putusan
No.146/PDT/2015/PT.MKS dan menganalisis hukum gugatan ganti rugi
pembatalan perkawinan yang berlaku di dalam putusan kasus tersebut.13
Seterusnya, skripsi “Ganti rugi pembatalan khitbah dalam tinjauan sosiologis”
yang disusun oleh Siti Nurhayati. Skripsi ini membahaskan mengenai faktor-
faktor dan sebab dari pembatalan khitbah.14
Selain itu, referensi melalui buku yaitu “Kitab fikah mazhab Syafie” yang
disusun oleh Dr. Mustofa Al-Khin, Dr. Mustofa Al-Bugho & Ali Asy-Syarbaji.
12
Http://Www2.Esyariah.Gov.My/Esyariah/Mal/Portalv1/ 13
Syamsul Rijal, “Analisis Hukum Gugatan Ganti Rugi Dalam Perkara Pembatalan
Perkawinan”, Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Alauddin Makassar, 2016 14
Siti Nurhayati, “Ganti Rugi Pembatalan Khitbah Dalam Tinjauan Sosiologis” , Skripsi
Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
12
Membahas tentang bab undang-undang kekeluargaan. Seterusnya, buku “Fiqh
wanita empat Mazhab” yang diterjemah oleh Haji Muhammad Nasir. Yang
membahas dan menghuraikan hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita dalam
toharah, wanita dalam solat, wanita dalam perkawinan dan sebagainya. Dan yang
selanjutnya, buku “Fiqh Islam mazhab Syafie” ditulis oleh Syeikh Ahmad Bin
Husain Al-Ishfahani yang ditahqiq oleh Dr. Mustafa Dieb Al-Bigha. Buku yang
membahas tentang fiqh-fiqh islam dan hukum hakam menurut Mazhab
Syafi‟iyyah.15
Perbedaan penelitian yang dilakukan yaitu tinjauan yang didapati hanya
memberikan pendapat fiqh ulama dan kasus mahkamah namun tidak
menggabungkan permasalahan sehingga tidak dapat diketahui apakah ada kaitan
hukum undang-undang dengan hukum Islam. Jadi, penulis tertarik ingin
menggabungkan tentang kasus yang ada di dalam enakmen dan mengenai
pendapat fiqh madzhab Syafi‟iyyah terhadap hukum membuat ganti rugi apabila
batalnya pertunangan dan membuat penelitian berkaitan problematika ganti rugi
pertunangan dalam masyarakat dan menurut Enakmen Undang-undang Keluarga
Islam (Negeri Sabah).
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang disajikan dalam penelitian ini terdiri
dari lima bab sebagai berikut:
15
Mustafa Dieb Al-Bigha, Fiqh Islam Mazhab Syafie (Edisi Terkini), (Kuala Lumpur:Ar-
Risalah Product Sdn Bhd, 2016)
13
Bab I adalah merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka konseptual, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang metode penelitian yang mana penulis
menggunakan metode tempat dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis
dan sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data serta penggunaan teknik
analisis data dalam skripsi ini
. Bab III membahas tentang gambaran umum Mahkamah Syariah (Negeri
Sabah) yang mana penulis menceritakan sejarah Mahkamah Syariah Kota
Kinabalu Malaysia, struktur Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) yaitu tentang
bahagian khidmat pengurusan, bahagian pentadbiran kehakiman, Mahkamah
Rayuan Syariah Sabah, Mahkamah Syariah Kota Kinabalu dan Mahkamah
Rendah Syariah, seterusnya tugas dan fungsi Mahkamah Syariah, visi dan misi
Mahkamah Syariah, dan objektif dan strategi Mahkamah Syariah.
Bab IV membahaskan mengenai implementasi Seksyen 15 Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah) di Mahkamah Syariah Kota
Kinabalu Malaysia, yaitu maksud ganti rugi dalam pertunangan, jenis ganti rugi
dalam pertunangan menurut Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga
Islam (Negeri Sabah), dan kesesuaian undang-undang ini dengan madzhab
Syafi‟iyyah.
Bab V merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari seluruh
pembahasan dan saran.
14
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Ada pun tempat penelitian yang dipilih adalah bertempat di Jabatan
Kehakiman Syariah (Negeri Sabah) yaitu di daerah Kota Kinabalu, Sabah. Hal ini
karena tempat penelitian mudah untuk penulis membuat wawancara karena
berhampiran dengan lingkungan tempat tinggal penulis selain adanya kasus yang
telah terdaftar di tempat penelitian. Waktu penelitian yang dilakukan adalah
sekitar bulan November 2018 hingga Januari 2019.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris
yaitu merupakan salah satu jenis penelitian hukum yang menganalisis dan
mengkaji berkerjanya hukum di dalam masyarakat.16
Dengan kata lain bahwa
penelitian hukum empiris yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah tertentu, seperti “Penerapan Ganti Rugi Dalam Pertunangan
Seksyen 15 Di Mahkamah Syariah Sabah Menurut Perspektif Madzhab
Syafi‟iyyah”.
16
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis Serta Disertasi, Cet. Ke-
1 ( Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 70.
15
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam sebuah penelitian, jenis dan sumber data berkaitan erat dengan
sumber data. Secara umum jenis data dapat dikasifikasikan menjadi dua bagian,
yaitu data primer dan data sekunder, ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang diperolehi dengan cara melakukan wawancara bagi
mendapatkan informasi atau keterangan dari pada pegawai-pegawai
Mahkamah Syariah antara pegawai yang diwawancara oleh penulis yaitu
Mohd Amir Bin Haji Arifin @ Mohd Rifin sebagai Pendaftar/Pegawai
Syariah LS44, bagi Mahkamah Syariah Sabah, Malaysia.
Hasil dari wawacara, penulis dapat memahami banyak hal tentang
Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah) ini
dari berbagai sudut. Antaranya cara-cara pengendalian dalam mahkamah,
hal-hal yang boleh diklasifikasikan sebagai ganti rugi, daftar kasus yang
telah terdaftar sehingga selesai, putusan hakim dan kewajaran seksyen 15
ini dengan hukum Islam.
b. Data Sekunder
Data yang diperolehi dengan melakukan studi kepustakaan yakni
melakukan serangkaian kegiatan membaca, mengutip, mancatat buku-
buku, menelaah perundangan-undangan yang berkaitan dengan masalah
penelitian17
. Adapun manfaat data, yaitu pertama adalah untuk mengetahui
17
Ibid, hlm. 99.
16
atau memperolehi gambaran tentang sesuatu keadaan atau persoalan, yang
kedua adalah untuk membuat keputusan atau memecahkan persoalan.18
Adapun hasil yang diperoleh adalah tentang “Analisis hukum
gugatan ganti rugi dalam perkara pembatalan perkawinan” yang disusun
oleh Syamsul Rijal.Skripsi ini membahas tentang gugatan ganti rugi dalam
perkara pembatalan perkawinan studi kasus putusan no.
82/PDT.G/2014/PN.MKS dan putusan No.146/PDT/2015/PT.MKS dan
menganalisis hukum gugatan ganti rugi pembatalan perkawinan yang
berlaku di dalam putusan kasus tersebut.19
Seterusnya, skripsi “Ganti rugi
pembatalan khitbah dalam tinjauan sosiologis” yang disusun oleh Siti
Nurhayati. Skripsi ini membahaskan mengenai faktor-faktor dan sebab
dari pembatalan khitbah.20
Seterusnya perbincangan kasus “ganti rugi
akibat pembatalan pertunangan: menurut fiqh serta amalannya di
Mahkamah Syariah” yang disusun oleh Miszairi Sitiris Dan Nurul „Arifah
Mohamad.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Dalam penelitian di lapangan yaitu merupakan data yang
diperolehi dari penelitian lapangan terhadap pegawai bersama Mohd Amir
Bin Haji Arifin @ Mohd Rifin sebagai Pendaftar/Pegawai Syariah LS44,
18
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbaris Penelitian
Kualitatif Lapangan Dan Perpustakaan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 85. 19
Syamsul Rijal, “Analisis Hukum Gugatan Ganti Rugi Dalam Perkara Pembatalan
Perkawinan”, Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Alauddin Makassar, 2016 20
Siti Nurhayati, “Ganti Rugi Pembatalan Khitbah Dalam Tinjauan Sosiologis” , Skripsi
Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
17
Departemen Kehakiman Mahkamah Syariah bagi Mahkamah Syariah
Sabah, Malaysia.
b. Data Sekunder
Data yang bersifat rahasia seperti dokumen-dokumen rahasia, data
pribadi yang tersimpan di lembaga-lembaga atau instansi, dimana ia
berkerja atau pernah berkerja, pada umumnya berupakan file-file. Adapun
data sekunder yang bersifat praktek seperti data arsip, data resmi pada
instansi pemerintah, dan data yang dipublikasikan misalnya keputusan
mahkamah (yurisprudensi)21
. Data yang telah digunakan oleh penulis
sepanjang penelitian yaitu arsip kasus, daftar kasus yang telah terdaftar,
dan data resmi dari Jabatan Kehakiman Syariah Sabah tentang hasil
keputusan mahkamah.22
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi harus dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan
sample.Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah
maupun organisasi swasta atau sekelompok orang.23
Di dalam unit analisis ini,
boleh dikatakan penulis memilih Mahkamah Syariah Sabah sebagai tempat
21
Keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di
dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk penyelesaian suatu
perkara yang sama. 22
Dr. Ishaq SH.,M.Hum., Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi,Tesis Serta
Disertasi, Cet. Ke-1 ( Bandung: Alfabeta, 2017), hlm 101. 23
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet Ke-2, (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm.
35
18
penelitian adalah karena kasus-kasus mal24
yaitu ganti rugi pertunangan kasusnya
adalah di Kota Kinabalu, Sabah.
Walaupun di provinsi lain terjadinya kasus tersebut, tetapi lokasi tempat
penelitian ini dekat dengan rumah penulis. Oleh karena itu, ia akan memudahkan
lagi penelitian dijalankan. Di dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan
bahan ilmiah, jurnal hukum serta fail-fail kasus yang yang terdapat di Mahkamah
Syariah Sabah itu sendiri.
Dalam unit analisis ini, informan yang digunakan peneliti adalah
menggunakan teori perposif sampling. Perposif sampling adalah satu teknik
sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.
Antara orang yang menjadi informan adalah Mohd Amir Bin Haji Arifin
@ Mohd Rifin sebagai Pendaftar/Pegawai Syariah LS44, Mahkamah Syariah
Sabah, informan telah diwawancarakan pada 22 November 2018 pada jam 9.00
pagi sehingga 10.30 pagi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mempunyai hubungannya dengan metode
penelitian dengan karena itu, ada beberapa jenis alat pengumpulan data, yaitu
studi kepustakaan atau studi dokumen, wawancara (Interview)25
, daftar
24
Dalam konteks perundangan, mal merujuk kepada kasus-kasus yang bukan jenayah 25
Mohd Amir Bin Haji Arifin @ Mohd Rifin, Pendaftar/Pegawai Syariah LS44, Jabatan
Kehakiman Syariah Sabah bagi Mahkamah Syariah Sabah, Malaysia
19
pertanyaan (Kuesioner), pengamatan (Observasi).26
Penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan bagi mengumpulkan data-data dan fakta penelitian,
antaranyaseperti berikut:
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena
yang di selidiki dalam erti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya
terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non-
partisipan. Maka penulis akan mengamati secara langsung ke Mahkamah
Syariah Kota Kinabalu.
b. Wawancara, yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan
secara lisan guna mencapai suatu tujuan. Teknik yang paling esensial
adalah dengan mewawancarakan pihak Mahkamah Syariah Kota Kinabalu.
Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur.
c. Dokumentasi, ini adalah sebagai pelengkap dari teknis wawancara
observasi. Dokumentasi yang dimaksudkan mengambil sebagai sumber
data, baik dari Mahkamah Syariah Sabah, maupun dari pihak-pihak yang
terlibat dalam zakat, bahan-bahan ilmiah yang mempunyai hubungan
tentang ganti rugi pembatalan pertunangan dan hukumnya, serta informasi
dari internet.
F. Teknik Analisis Data
Data primer dan sekunder yang di dapatkan oleh peneliti mengenai
pelaksanaan ganti rugi pertunangan menurut enakmen keluarga Islam di
26
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, ( Jakarta: Sinar Grafika, 1996),
hlm. 18-19.
20
Mahkamah Syariah Kota Kinabalu selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan
teori yang digunakan sesuatu dengan objek penelitian. Sedangkan menurut Moh
Nasir bahwa analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkat data sehingga mudah untuk di baca.27
Senada
dengan apa yang diutarakan oleh Spradley dalam sugiyono menyatakan bahwa
analisis dalam penelitian jenis apapun adalah cara berfikir.28
Hal ini berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan atau dengan makna bahwa analisis untuk mencari pola. Sehingga
dalam analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, pemilahan menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
dengan orang lain.
Sedangkan menurut Moloeng bahwa analisis data kualitatif sebagai
berikut:29
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan pernyataan ganda. Kedua metode ini menyajikan secara
langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Metode ini lebih peka
dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola dan nilai-nilai yang di hadapi.
27
Mohd Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 124. 28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 244. 29
Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 5.
21
Pada penelitian ini ada tiga metode analisis data menjadi acuan dalam
penulisan yang berdasarkan pada pendapat Huberman dalam Mukhtar bahwa
analisis data deskriptif kualitatif mencakup reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.30
Senada dengan apa yang disampaikan Miles dan
Huberman yang di kutip oleh Sugiyono yang membagi analisi data menjadi tiga
komponen yaitu:31
a. Reduksi data yaitu, sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah analisa yang menajam, menggolongkan,
mengarahkan, membuangan yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik
dan diverifikasi.
b. Penyajian data yaitu, data display (penyajian data), setelah data terkumpul
sesuai dengan permasalahan yang ditelitikan dan kemudian dipelajari serta
dipahami, maka penulis menggunakan penelitian kuantitatif32
, dalam
menganalisa data yang terkumpul bagi membuat kesimpulan umum
berdasarkan data-data yang bersifat khusus. Data display ini juga, diguna
bagi menjelaskan analisis pelaksanaan ganti rugi pertunangan di
Mahkamah Syariah Kota Kinabalu dan yang bersangkutan dengan
permasalahan penelitian ini
30
Mukhtar, Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013),
hlm. 135. 31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011) , hlm. 246 32
Ibid, hlm.249.
22
BAB III
GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYARIAH SABAH
A. Sejarah Mahkamah Syariah (Negeri Sabah)
23 Disember 1977 menjadi tarikh keramat dalam perkembangan undang-
undang Islam di Sabah apabila Dewan Undangan Negeri (DUN) Sabah
meluluskan Enakmen Pentadbiran Hukum Syarak 1977 yang mana melalui
enakmen ini Yang Dipertua (Negeri Sabah) telah diberi kuasa untuk menubuhkan
mahkamah syariah.
Buat pertama kalinya dalam sejarah apabila mahkamah syariah mula
beroperasi di Sabah seiring dengan pelantikan qadi-qadi mahkamah pada 1
Februari 1978. Dengan kuasa yang diberi enakmen tersebut, Yang Dipertua
(Negeri Sabah) telah melantik Datuk Hj. Ahmad Bin Idris sebagai qadi besar
pertama (Negeri Sabah) dan seorang qadi bagi setiap residensi yang
ditetapkan.Terdapat 5 residensi mahkamah syariah bagi seluruh Sabah yang terdiri
dari Pantai Barat Kota Kinabalu, Pedalaman, Kudat, Sandakan dan Tawau.33
Di awal penubuhannya, struktur organisasi mahkamah syariah terdiri dari
3 peringkat, iaitu mahkamah qadi, mahkamah qadi besar, dan mahkamah rayuan
syariah. mahkamah qadi dan mahkamah qadi besar diberi kuasa sebagai
mahkamah mula bicara dengan bidangkuasa yang berbeza. Mahkamah rayuan
syariah pula berperanan untuk mendengar dan memutuskan kes-kes yang dirayu
dari mahkamah qadi atau mahkamah qadi besar.
33
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada tanggal 6 April 2019
23
Struktur organisasi mahkamah syariah kemudiannya disusun semula
melalui pindaan enakmen tersebut pada tahun 1981 dengan masih mengekalkan
tiga peringkat mahkamah iaitu mahkamah qadi, mahkamah qadi bahagian dan
mahkamah rayuan syariah.Pindaan tersebut telah memansuhkan mahkamah qadi
besar dan mewujudkan mahkamah qadi bahagian. Ini bermakna, mahkamah qadi
bahagian telah mengambil-alih bidangkuasa yng sebelum ini diberikan kepada
mahkamah qadi besar. Qadi besar pula dilantik sebagai Yang Dipertua Mahkamah
Syariah (Negeri Sabah) dan tidak lagi membicarakan kes-kes diperingkat
mahkamah mula bicara. Qadi besar hanya mendengar kes rayuan bersama 2 orang
ahli panel.
Struktur organisasi mahkamah syariah berubah sekali lagi dengan adanya
Enakmen Mahkamah Syariah 1992.3 Peringkat mahkamah masih dikekalkan,
Namun diubah kepada mahkamah rendah syariah, mahkamah tinggi syariah dan
mahkamah rayuan syariah.Gelaran qadi pula telah di mansuhkan dan digantikan
dengan gelaran dan jawatan hakim syarie.34
Berkuatkuasa 1 Disember 1995, Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri
Sabah) (JKSNS) telah ditubuhkan dengan diketuai oleh seorang ketua hakim
syarie negeri dan di letakkan dibawa kawalan Departemen Ketua Menteri(JKM).
Kelahiran JKSNS telah mengambil-alih tugas mentadbir mahkamah-mahkamah
syariah dari Majlis Ugama Islam Sabah(MUIS) sepenuhnya bermula 1hb. Januari
1996.
34
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada 6 April 2019
24
Pada 19hb Jun 2008, Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri Sabah) (JKSNS)
telah melakar sejarah apabila memasuki skim perkhidmatan gunasama pegawai
syariah persekutuan menjadi negeri yang ke-7 memasuki skim tersebut selepas
Selangor, Melaka, Perlis, Wilayah Persekutuan danPulau Pinang.
Di awal penubuhannya, Departemen ini bertempat di bangunan mahkamah
syariah Wisma MUIS yang juga menempatkan mahkamah rendah syariah
bahagian pantai barat di Kota Kinabalu.Departemen ini kemudiannya berpindah
ke tingkat 2, bangunan USIA jalan Sembulan di Kota Kinabalu pada tahun 1998 –
2009 dan pada tahun 2010 telah berpindah ke tingkat 2 di bangunan Wisma Muis
sehingga sekarang.35
B. Struktur Mahkamah Syariah (Negeri Sabah)36
35
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Sabah
http://sabah.jksm.gov.my/latarbelakang-penubuhan/, di akses pada tanggal 6 April 2019 36
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada tanggal 6 April 2019
25
Struktur Mahkamah Syariah (Negeri Sabah) terdiri dari dua departemen
yaitu departemen administrasi kehakiman dan departemen layanan manajemen
sumber daya manusia. Di mana setiap departemen memiliki peran dan fungsi
masing-masing tertentu dalam mengelola suatu perusahaan tersebut.
Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri Sabah) (JKSNS) diketuai oleh
seorang Ketua Hakim Syarie Negeri yang dibantu oleh lima orang hakim
mahkamah syariah, seorang ketua pendaftar mahkamah rayuan
syariah, seorang pendaftar mahkamah syariah, 11 orang hakim mahkamah rendah
syariah, lima orang penolong pendaftar MTS dan 11 penolong pendaftar MRS.
Departemen ini mempunyai dua bahagian utama iaitu:-
1. Bahagian Khidmat Pengurusan; dan
2. Bahagian Pentadbiran Kehakiman (Mahkamah-Mahkamah
Syariah)
Kedua-dua Bahagian ini diletakkan terus di bawah pengawasan ketua
pendaftar mahkamah rayuan syariah dan pada bulan Ogos 2005, fungsi kedua-dua
bahagian ini telah disusun semula sebagaimana berikut:
1. Bahagian Khidmat Pengurusan
Bahagian khidmat pengurusan merupakan pusat pentadbiran departemen yang
diletakkan di Bandaraya Kota Kinabalu. Terdapat 8 unit dalam bahagian ini iaitu:
1) Departemen Ketua Pendaftar
2) Unit Pentadbiran & Sumber Manusia
3) Unit Pendaftar Mahkamah Rayuan
4) Unit Teknologi Maklumat
26
5) Unit Pusat Sumber
6) Unit Latihan/Aduan Awam
7) Unit Sokongan Keluarga
8) Unit Rekod
2. Bahagian Pentadbiran Kehakiman
Bahagian ini mengandungi departemen pendaftar mahkamah syariah di
Kota Kinabalu yang diketuai oleh pendaftar mahkamah syariah dan kantor
mahkamah-mahkamah rendah syariah bahagian di enam bahagian
pentadbiran (Negeri Sabah). Setiap satu departemen mahkamah ini diketuai
oleh seorang hakim mahkamah rendah syariah.
Di bawah departmen administrasi kehakiman ada 3 bahagian
mahkamah kehakiman:
a. Mahkamah Rayuan Syariah Sabah
Mahkamah Rayuan Syariah (Negeri Sabah) berbidangkuasa di
seluruh (Negeri Sabah). Bidangkuasa mahkamah ini:
Mendengar dan memutuskan apa-apa rayuan terhadap apa-apa
keputusan yang dibuat oleh mahkamah syariah dalam menjalankan
bidangkuasa asalnya.
Mengawasi perjalanan pengendalian kes mahkamah syariah dan boleh
memanggil rekod mana-mana kes mahkamah itu dalam menjalankan
bidangkuasa semakannya.37
37
Enakmen 6 Tahun 2004, Enakmen Mahkamah Syariah Negeri Sabah Tahun 2004
27
i. Unit Kes Rayuan dan Undang-undang
Mengendalikan pendaftaran dan pemprosesan kes-kes rayuan
mahkamah rayuan syariah; pengurusan sidang mahkamah rayuan
syariah; dan pengeluaran perintah dan keputusan mahkamah rayuan
syariah. Unit ini juga bertanggungjawab ke atas urusan kemasukan&
penerimaan peguam-peguam syarie; kajian hal ehwal perundangan
Mahkamah Syariah; dan menjadi urusetia Jawatankuasa Kaedah
Mahkamah Syariah (Negeri Sabah).
b. Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Terdapat 5 (lima) Mahkamah Syariah di Negeri ini yang
berbidangkuasa di seluruh (Negeri Sabah). Bidangkuasa Mahkamah ini:
1) Mahkamah syariah berbidangkuasa mendengar dan memutuskan
kes jenayah dan mal berdasarkan kepada seksyen 11(3)(a) dan (b)
200438
.
2) Mendengar rayuan kes-kes mahkamah rendah syariah yang dirayu
ke mahkamah syariah.(Seksyen 13 EMS 2004)39
3) Mengawasi perjalanan prosiding kes-kes di mahkamah-mahkamah
rendah syariah dan boleh memanggil rekod kes-kes berkenaan
dalam menjalankan bidangkuasa semakannya.(Seksyen 16 EMS
2004)40
.
c. Mahkamah Rendah Syariah
Terdapat sebelas (11) mahkamah rendah syariah di Sabah iaitu:
38
Enakmen 6 Tahun 2004, Enakmen Mahkamah Syariah Negeri Sabah Tahun 2004 39
Ibid, hlm 26 40
Ibid, hlm 25
28
Seksyen 12. Bidang kuasa Mahkamah Rendah Syariah.41
1. Sesuatu mahkamah rendah syariah hendaklah mempunyai bidang
kuasa di seluruh bahagian atau daerah di mana ia ditubuhkan dan
hendaklah diketuai oleh seorang hakim mahkamah rendah syariah.
2. Mahkamah rendah syariah hendaklah-
a. Dalam bidang kuasa jenayahnya, membicarakan apa-apa
kesalahan yang dilakukan oleh seseorang Islam di bawah
Enakmen Majlis Ugama Islam (Negeri Sabah) 2004, Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam 2004, Enakmen Kesalahan
Jenayah Syariah 1995 atau di bawah mana-mana undang-undang
bertulis lain yang berkuat kuasa yang menetapkan hukuman
maksimum yang diperuntukkan oleh enakmen-enakmen itu atau
mana-mana undang-undang bertulis lain, tidak melebihi tiga ribu
ringgit, atau pemenjaraan selama tempoh tidak melebihi satu
tahun atau kedua-duanya, dan boleh mengenakan mana-mana
hukuman yang diperuntukkan bagi kesalahan itu; dan
b. Dalam bidang kuasa malnya, mendengar dan memutuskan semua
tindakan dan prosiding yang mahkamah syariah diberi kuasa
untuk mendengar dan memutuskannya, jika amaun atau nilai hal
perkara yang dipertikaikan itu tidak melebihi satu ratus ribu
ringgit atau yang tidak dapat dianggarkan dengan uang (tidak
termasuk tuntutan hadhanah atau harta sepencarian).
41
Enakmen 6 Tahun 2004, Enakmen Mahkamah Syariah 2004
29
3. Yang di-Pertua Negeri boleh, atas syor Ketua Hakim Syar'ie Negeri,
dari semasa ke semasa melalui pemberitahuan
dalam warta memperluaskan bidang kuasa mahkamah rendah syariah.
C. Tugas dan Fungsi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah)
Mahkamah Syariah adalah badan independen dan tidak dipengaruhi oleh
pihak manapun karena mahkamah telah dilindungi oleh kekuatan tertentu melalui
perubahan undang-undang yang ada.Mahkamah ini dapat memantau dan
melaksanakan layanan mahkamah secara adil dan telus.Mahkamah Syariah Sabah
memiliki yurisdiksi atas seluruh Sabah.Sehubungan dengan yurisdiksinya,
wilayah ini terbahagi menjadi dua, yaitu bidangkuasa jenayah (pidana) dan mal /
sivil (perdata).42
Mahkamah syariah memiliki bidang kuasa di seluruh (Negeri Sabah) dan
dipimpin oleh seorang hakim mahkamah syariah, sementara hakim ketua dapat
bersidang sebagai Hakim Mahkamah Syariah Kota Kinabalu seperti:
1. Dalam bidang kuasa jenayahnya ialah membicarakan apa-apa kesalahan
yang dilakukan oleh seseorang orang Islam dan dapat dihukum bawah
undang-undang Pentadbiran Agama Islam (Sabah) 2008 atau di bawah
undang-undang bertulis lain yang menetapkan kesalahan-kesalahan
terhadap rukun-rukun agama Islam, dan di boleh mengenakan hukuman
yang diperuntukkan bagi kesalahan itu.43
42
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Sabah Http://Sabah.Jksm.Gov.My/, di
akses pada tanggal 6 April 2019
30
2. Dalam bidang kekuasaan perdatanya, hakim akan mendengarkan dan
memutuskan semua tindakan dan prosiding terhadap orang Islam dan
yang sehubungan dengan:
a) Pertunangan,perceraian,ruju, nusyuz, pernikahan, atau pemisahan
hakim (faraq) atau pembubaran pernikahan (fasakh), hal yang
berkaitan dengan hubungan antara suami istri.
b) Apa-apa pulupusan atau tuntutan harta yang timbul dari setiap
halyang ditentukan.
c) Nafkahtanggungan, sah taraf anak, perawatan anak (hadhanah).
d) Pembagian atau gugatan harta bersama.
e) Wasiat saat Marad-al-maut.
f) Wasiat selama hidup,atau solusi yang dibuat tanpa balasan
yangmemadai dengan uang atau nilaian uang oleh orang Islam.
g) Wakaf atau Nazr.
h) Pembagian dan pewarisan harta berwasiat atau tak berwasiat.
i) Pengisytiharaan bahwa seseorang yang telah mati itu adalahseorang
Islam atau sebaliknya pada saat kematiannya.44
D. Visi dan Misi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah)
1. Visi
“Merealisasikan pengurusan pentadbiran dan kehakiman syariah yang
lengkap, sempurna dan berwibawa berlandaskan hukum syarak dan
peruntukan undang-undang yang berkuatkuasa kepada masyarakat
Islam.”
Mahkamah adalah lembaga yang sangat penting dalam suatu
negara untuk mengakkan keadilan. Di dalam hubungan ini, Islam
menghendaki agar keadilan ditegakkan tanpa memandang warna kulit,
bangsa, agama, kerabat, saudara bahakan diri sendiri. Firman Allah S.W.T:
44
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My, di akses pada tanggal 6 April 2019
31
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.45
Syariat Islam adalah luas dan komprehensif, mencakup segala
aspek kehidupan, menyusun dan mengaturnya. Itu merupakan jalan dan
cara untuk menyelesaikan seluruh permasalahan. Oleh yang demikian,
kewenagan ini juga meluas untuk menyelesaikan perselisihan di antara
pihak yang terlibat dengan hukuman.
2. Misi
a) Menzahirkan keadilan berpandukan hukum syarak dan undang-undang
yang berkuatkuasa.
b) Mempertingkatkan pengurusan pentadbiran yang cekap dan berkualiti.
c) Penggunaan ICT di dalam semua urusan pentadbiran.
d) Latihan kakitangan yang sesuai dan berterusan.
e) Menyediakan kemudahan yang mencukupi ke arah melahirkan
pelanggan yang berpengalaman.
3. Dasar Kualitas
Memastikan manajemen serta layanan kasus-kasus Syariah
berjalan lancar sesuai dengan visi dan misi Jabatan Kehakiman Syariah
45
Al-Quran Terjemahan Surah An-Nisa‟ (4): 58
32
(Negeri Sabah) secara adil dan serta merta ditingkatkan secara
berkesinambungan untuk memenuhi keinginan pelanggan berpaksikan
hukum syarak dan hukum.
E. Objektif dan Strategi Mahkamah Syariah (Negeri Sabah)
Asas perkhidmatan departemen ini ialah memberi keadilan kepada
pelanggan yang berteraskan kepada hukum syarak dan undang-undang. Objektif
departemen adalah:46
a) Menegakkan keadilan secara menyeluruh berdasarkan undang-undang
yang berkuatkuasa di seluruh (Negeri Sabah).
b) Mentadbirkan keadilan agar dapat dirasai oleh seluruh umat Islam di
negeri ini dengan memberikan hak kepada yang berhak.
c) Mencegah kemungkaran dengan menghakimi secara adil segala
kesalahan yang dilakukan yang bertentangan dengan hukum syarak
dan undang-undang.
d) Mengajari masyarakat bahwa pelanggaran mereka harus dihukum dan
dengan ini menimbulkan rasa takut untuk melakukan kesalahan.
Bagi mencapai objektif-objektif di atas, beberapa strategi telah disusun
bagi memantapkan lagi organisasi Mahkamah Syariah Kota Kinabalu dalam
melaksanakan tuntutan syarak serta keadilan kepada masyarakat:47
46
Laman Web Resmi Departemen Syariah Negeri Sabah,” http://Sabah.jksm.gov.my,” di
akses pada tanggal 6 April 2019 47
Laman Web Resmi Departemen Syariah Negeri Sabah,” http://Sabah.jksm.gov.my,”
akses 6 April 2019.
33
a) Membentuk organisasi mahkamah 'standard' yang mampu
mengendalikan semua kasus di mana memiliki yurisdiksi untuk
mendiskusikannya dan mengambil keputusan.
b) Mewujudkan hakim-hakim serta kakitangan sokongan yang mahir
serta mencukupi bagi memenuhi kebutuhan pelanggan yang
menbutuhkan keputusan segera mengenai keadilan.
c) Mewujudkan organisasi mahkamah yang digeruni kehebatannya bagi
menakutkan pihak-pihak yang bersalah dan yang ingin melanggar
undang-undang.
d) Membina strukur mahkamah sebangai salah sebuah intitusi Islam yang
mentadbir keadilan dan undang-undang syarak yang unggul dan
diyakini.
F. Daftar Kasus Di Mahkamah Syariah Sabah
Kasus yang terdaftar dan terlaksana di Mahkamah Syariah Sabah adalah
berpaksikan pada Enakmen 8 Tahun 2004, Enakmen Undang-Undang
Keluarga Islam 2004:48
BAHAGIAN I - PERMULAAN
Seksyen 1. Tajuk ringkas dan permulaan kuat kuasa
Seksyen 2. Tafsiran.
Seksyen 3. Kecualian prerogatif
Seksyen 4. Pemakaian
Seksyen 5. Kriterium bagi memutuskan sama ada seseorang itu Islam
Seksyen 6. Perkahwinan yang masih berterusan hendaklah disifatkan sebagai
48
Laman Web Resmi Departemen Syariah Negeri Sabah,” http://Sabah.jksm.gov.my,”
akses 6 April 2019.
34
didaftarkan di bawah
Enakmen ini dan boleh dibubarkan hanya di bawah Enakmen ini
BAHAGIAN II - PERKAHWINAN
Seksyen 7. Orang yang boleh mengakadnikahkan perkahwinan
Seksyen 8. Umur minimum untuk perkahwinan
Seksyen 9. Pertalian yang melarang perkahwinan
Seksyen 10. Orang dari agama lain
Seksyen 11. Perkahwinan tak sah
Seksyen 12. Perkahwinan yang tidak boleh didaftarkan
Seksyen 13. Persetujuan dikehendaki
Seksyen 14. Perkahwinan seseorang perempuan
Seksyen 15. Pertunangan
Permulaan kepada Perkahwinan
Seksyen 16. Permohonan untuk kebenaran berkahwin
Seksyen 17. Mengeluarkan kebenaran berkahwin
Seksyen 18. Rujukan kepada dan tindakan oleh Hakim Syar'ie
Seksyen 19. Kebenaran perlu sebelum akad nikah
Seksyen 20. Tempat perkahwinan
Seksyen 21. Mas kahwin dan pemberian
Seksyen 22. Catatan dalam Daftar Perkahwinan
Seksyen 23. Poligami
Seksyen 24. Akad nikah perkahwinan di Kedutaan-Kedutaan, dsb., Malaysia
di luar negeri
BAHAGIAN III - PENDAFTARAN PERKAHWINAN
Seksyen 25. Pendaftaran
Seksyen 26. Surat perakuan nikah dan surat perakuan ta'liq
Seksyen 27. Melaporkan perkahwinan yang tak sah atau tak legal
Seksyen 28. Perlantikan Ketua Pendaftar, Pendaftar, Timbalan dan Penolong
Pendaftar
Perkahwinan, Penceraian dan Ruju' Orang Islam
Seksyen 29. Buku dan Daftar hendaklah disimpan mengenai semua
35
perkahwinan
Seksyen 30. Salinan-salinan catatan hendaklah dihantar kepada Ketua
Pendaftar
Seksyen 31. Pendaftaran perkahwinan luar negeri oleh orang yang
bermastautin dalam Negeri
Sabah
Seksyen 32. Daftar yang tidak diakui di sisi undang-undang
Seksyen 33. Pendaftaran sukarela perkahwinan-perkahwinan orang Islam
yang diakadnikahkan
dahulunya di bawah mana-mana undang-undang
Seksyen 34. Efek pendaftaran di sisi undang-undang
BAHAGIAN IV - PENALTI DAN PELBAGAI PERUNTUKAN
BERHUBUNGAN DENGAN AKAD
NIKAH DAN PENDAFTARAN PERKAHWINAN
Seksyen 35. Tidak hadir di hadapan Pendaftar dalam masa yang ditetapkan
Seksyen 36. Pelanggaran terhadap seksyen 32
Seksyen 37. Gangguan terhadap perkahwinan
Seksyen 38. Akuan atau pernyataan palsu untuk mendapatkan perkahwinan
Seksyen 39. Akad nikah perkahwinan yang tidak dibenarkan
Seksyen 40. Kesalahan-kesalahan berhubungan dengan akad nikah
perkahwinan
Seksyen 41. Kebenaran untuk mendakwa
Seksyen 42. Membetulkan kesilapan
Seksyen 43. Pemeriksaan Daftar Perkahwinan dan indeks perkahwinan
Seksyen 44. Bukti
BAHAGIAN V - PEMBUBARAN PERKAHWINAN
Seksyen 45. Takat kuasa untuk membuat sesuatu perintah
Seksyen 46. Pertukaran agama
Seksyen 47. Penceraian dengan talaq atau dengan perintah
Seksyen 48. Timbangtara oleh Hakam
Seksyen 49. Penceraian khul' atau cerai tebus talaq
36
Seksyen 50. Penceraian di bawah ta'liq atau janji
Seksyen 51. Penceraian dengan li'an
Seksyen 52. Hidup semula sebagai suami isteri atau ruju'
Seksyen 53. Perintah untuk mebubarkan perkahwinan atau untuk fasakh
Seksyen 54. Anggapan mati
Seksyen 55. Penyenggaraan Daftar Penceraian dan Pembatalan
Seksyen 56. Pendaftaran penceraian
Seksyen 57. Pendaftaran penceraian di luar Mahkamah
Seksyen 58. Mut'ah atau pemberian sagu hati kepada perempuan yang
diceraikan tanpa sebab yang
patut
Seksyen 59. Hak terhadap mas kahwin. dsb., tidak akan tersentuh
BAHAGIAN VI - NAFKAH ISTERI, ANAK DAN LAIN-LAIN
Seksyen 60. Kuasa Mahkamah memerintah nafkah bagi isteri, dan efek
nusyuz
Seksyen 61. Kuasa Mahkamah untuk memerintah nafkah bagi seseorang
tertentu
Seksyen 62. Pentaksiran nafkah
Seksyen 63. Kuasa Mahkamah untuk memerintahkan cagaran diberi bagi
nafkah
Seksyen 64. Mengkompaun nafkah
Seksyen 65. Lamanya tempoh perintah nafkah
Seksyen 66. Hak terhadap nafkah atau pemberian selepas penceraian
Seksyen 67. Kuasa Mahkamah untuk mengubah perintah nafkah
Seksyen 68. Kuasa Mahkamah untuk mengubah perjanjian nafkah
Seksyen 69. Nafkah yang kena dibayar di bawah perintah Mahkamah tidak
boleh dipindahkan hak
miliknya
Seksyen 70. Menuntut tunggakan nafkah
Seksyen 71. Nafkah sementara
Seksyen 72. Hak tempat tinggal
37
Seksyen 73. Kewajipan menanggung nafkah anak
Seksyen 74. Kuasa Mahkamah memerintahkan nafkah bagi anak
Seksyen 75. Kuasa bagi Mahkamah memerintahkan cagaran bagi nafkah
seseorang anak
Seksyen 76. Kuasa bagi Mahkamah mengubah perintah mengenai penjagaan
atau nafkah
seseorang anak
Seksyen 77. Kuasa bagi Mahkamah mengubah perjanjian penjagaan atau
nafkah seseorang anak
Seksyen 78. Menuntut tunggakan nafkah seseorang anak
Seksyen 79. Kewajipan menanggung nafkah kanak-kanak yang diterima
sebagai ahli keluarga
Seksyen 80. Lamanya tempoh perintah bagi nafkah anak
Seksyen 81. Kewajipan menanggung nafkah anak-anak tak sahtaraf
BAHAGIAN VII - PENJAGAAN
Hadhanah atau Penjagaan Kanak-kanak
Seksyen 82. Orang yang berhak menjaga kanak-kanak
Seksyen 83. Kelayakan-kelayakan yang perlu untuk penjagaan
Seksyen 84. Bagaimana hak penjagaan hilang
Seksyen 85. Lamanya penjagaan
Seksyen 86. Penjagaan anak-anak tak sahtaraf
Seksyen 87. Kuasa Mahkamah membuat perintah mengenai penjagaan
Seksyen 88. Perintah tertakluk kepada syarat-syarat
Penjagaan ke atas Orang dan Harta
Seksyen 89. Orang yang berhak kepada penjagaan
Seksyen 90. Kuasa ke atas harta tak alih dan harta alih
Seksyen 91. Perlantikan penjaga-penjaga oleh Mahkamah
Seksyen 92. Pelantikan ibu sebagai penjaga melalui wasiat
Seksyen 93. Penjaga bersama dengan ibu
Seksyen 94. Perubahan kuasa penjaga harta
Seksyen 95. Pemecatan penjaga
38
Seksyen 96. Cagaran hendaklah diberi
Seksyen 97. Had kuasa bagi penjaga yang dilantik oleh Mahkamah
Seksyen 98. Penjaga tidak boleh memberi akuan penyelesaian mengenai harta
modal
Seksyen 99. Penjaga boleh menanggung kanak-kanak dari pendapatan
Seksyen 100. Perintah khas mengenai harta kecil
Seksyen 101. Permohonan untuk mendapatkan pendapat, dsb.
Seksyen 102. Perintah larangan oleh Mahkamah
Seksyen 103. Penjaga bagi anak yatim
Seksyen 104. Mahkamah hendaklah mengambil perhatian tentang nasihat
pegawai-pegawai
kebajikan dsb.
Seksyen 105. Kuasa Mahkamah untuk menghalang anak dibawa keluar dari
Malaysia
Seksyen 106. Kuasa bagi Mahkamah membatalkan dan menahan
perpindahan-perpindahan yang
dimaksudkan untuk mengecewakan tuntutan-tuntutan nafkah
Seksyen 107. Perintah Tegahan
BAHAGIAN VIII - PELBAGAI
Seksyen 108. Perintah tegahan melupuskan harta sepencarian
Seksyen 109. Pengiktirafan perkahwinan orang Islam yang dilakukan di luar
Negeri Sabah
Seksyen 110. Pengiktirafan perkahwinan-perkahwinan yang dilakukan di
Kedutaan-Kedutaan, dsb.,
di Negeri Sabah
Kesahtarafan Anak
Seksyen 111. Siapakah yang dikaitkan sebagai bapa
Seksyen 112. Kelahiran lebih empat tahun selepas pembubaran perkahwinan
Seksyen 113. Kelahiran selepas pengakuan bahawa 'iddah telah tamat
Seksyen 114. Persetubuhan syubhah
Seksyen 115. Syarat-syarat bagi pengakuan yang sah
39
Seksyen 116. Anggapan dari pengakuan boleh dipatahkan
Seksyen 117. Pengakuan oleh perempuan yang sedang dalam 'iddah
Seksyen 118. Mengakui seseorang yang lain sebagai ibu atau bapa
Seksyen 119. Pengakuan lain daripada sebagai anak, ibu atau bapa
Seksyen 120. Pengakuan tidak boleh dibatalkan
Perintah Supaya Hidup Bersama Semula
Seksyen 121. Permohonan oleh isteri yang ditinggal langsung
Pembahagian Harta Sepencarian
Seksyen 122. Kuasa Mahkamah memerintah pembahagian harta sepencarian
Rayuan
Seksyen 123. Rayuan
BAHAGIAN IX - PENALTI
Seksyen 124. Poligami tanpa kebenaran Mahkamah
Seksyen 125. Penceraian di luar Mahkamah dan tanpa kebenaran Mahkamah
Seksyen 126. Tidak membuat laporan
Seksyen 127. Meninggal langsung isteri
Seksyen 128. Menganiaya isteri atau suami
Seksyen 129. Tidak memberi keadilan yang sewajarnya kepada isteri
Seksyen 130. Isteri tidak menurut perintah
Seksyen 131. Percubaan menjadi murtad untuk membatalkan perkahwinan
Seksyen 132. Persetubuhan luar nikah antara orang yang bercerai
Seksyen 133. Kecuaian dengan sengaja untuk mematuhi perintah
Seksyen 134. Percubaan dan subahat
BAHAGIAN X - AM
Seksyen 135. Kuasa bagi membuat kaedah-kaedah
G. Ganti Rugi Pertunangan
Enakmen 8 Tahun 2004, Undang-Undang Keluarga Islam 2004 (Negeri
Sabah), Seksyen 15: Pertunangan, menyatakan:
40
Jika seseorang telah mengikat suatu pertunangan mengikut Hukum
Syarak, sama ada secara lisan atau secara bertulis, dan sama ada secara
bersendirian atau melalui seorang perantaraan, dan kemudiannya
enggan berkahwin dengan pihak yang satu lagi itu tanpa apa-apa sebab
yang sah manakala pihak yang satu lagi bersetuju berkahwin
dengannya, maka pihak yang mungkir adalah bertanggungan
memulangkan pemberian-pemberian pertunangan, jika ada, atau
nilainya dan membayar apa-apa uang yang telah dibelanjakan dengan
suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk membuat
persediaan bagi perkahwinan itu, dan yang demikian boleh dituntut
melalui tindakan dalam Mahkamah.49
49
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia Negeri Sabah,
http://Sabah.jksm.gov.my, akses 6 April 2019.
41
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Jenis Ganti Rugi Dalam Pertunangan Menurut Seksyen 15 Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sabah)
Seperti yang kita ketahui, ganti rugi itu bermaksud membayar semula
kerugian atau menggantikan yang telah diambil. Maka di sini yang dimaksudkan
dengan ganti rugi pertunangan adalah menggantikan atau memulangkan semula
pemberian-pemberian semasa pertunangan dan juga nilai perbelanjaan dalam
persediaan kearah pernikahan.
Demi mencapai kata sepakat bahwa siapa yang perlu membayar ganti rugi,
maka di dalam seksyen 15 ada mengatakan bahwa pihak yang mungkir dan tidak
mau meneruskan pernikahan dengan tunangannya tanpa ada sebab yang boleh
diterima akal, maka pihak yang mungkir berhak membayar ganti rugi yaitu uang,
pemberian atau nilai yang telah dibelanjakan dalam rangka persediaan ke arah
pernikahan. Dalam seksyen 15 ini, pihak yang berhak membayar ganti rugi tidak
kira dari pihak lelaki atau perempuan. Seandainya di dalam hal ini pihak lelaki
yang memutuskan pertunangan, apa saja jenis pemberian, uang dan nilai
pemberian dari pihak perempuan dalam tujuan pernikahan maka berhak dibayar
dan diganti kembali. Dan seandainya pihak perempuan yang memutuskan
pertunangan, maka perlu dipulangkan semula cincin dan membayar ganti rugi
pemberian yang lain seperti uang pernikahan, hantaran dan nilai pemberian yang
telah digunakan seperti cat rumah, peralatan untuk renovasi rumah dan
42
sebagainya. Semua pemberian ini adalah dalam tujuan pernikahan, bukan sebatas
hadiah. Sekiranya ia adalah sebatas hadiah, maka pihak yang mungkir tidak perlu
mengganti semula.
Pertunangan adalah wa‟d gayr mulzim50
dan ia merupakan perjanjian
untuk berkahwin dan bukan suatu aqad (atau kontrak yang mengikat) yang
mewajibkan pernikahan. Bahkan kedua-dua pihak yang bertunang mempunyai
hak dalam membatalkan pertunangan. Maka jumhur ulama berpendapat bahawa
hukum membatalkan pertunangan adalah harus51
.
Walau bagaimanapun, Islam amat menitikberatkan tuntutan memenuhi
janji. Pembatalan pertunangan melukai perasaan orang yang diputuskan
pertunangan dan ia amat bertentangan dengan konsep saudara seiman yang amat
menjaga persaudaraan sesama Islam. Bukankah orang Islam itu bersaudara?
Firman Allah dalam surah Al-Hujurat, ayat 10:
Artinya : “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat”.52
50
Janji yang tidak mesti disempurnakan atau tidak mengikat. 51
Dr. Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah Dan nikah, (Depok: Fathan Media
Prima), hlm. 44. 52
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 517
43
Firman Allah dalam surah Al-Isra, ayat 34 artinya;
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa
dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”.53
1. Enakmen Keluarga Islam Sabah
Penafsiran ganti rugi pertunangan menurut ungkapan undang-undang
membawa bererti segala pemberian pertunangan atau nilai uang ringgit dan
pembayaran yang telah dibelanjakan dalam persediaan untuk ke
perkahwinan.54
Antara jenis ganti rugi misalnya seperti pemberian cincin,
mobil, serta pemberian yang boleh diguna kembali. Seandainya pemberian itu
dalam bentuk uang dan digunakan untuk membeli barang persiapan untuk
pernikahan seperti cat dan renovasi rumah maka ia harus diganti sebagaimana
nilainya.
Enakmen 8 Tahun 2004, Undang-Undang Keluarga Islam 2004 (Negeri
Sabah), Seksyen 15: Pertunangan, menyatakan:
Jika seseorang telah mengikat suatu pertunangan mengikut Hukum
Syarak, sama ada secara lisan atau secara bertulis, dan sama ada secara
53
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 286 54
Seksyen 15, Enakmen 8 Tahun 2004, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2004
Negeri Sabah.
44
bersendirian atau melalui seorang perantaraan, dan kemudiannya
enggan berkahwin dengan pihak yang satu lagi itu tanpa apa-apa sebab
yang sah manakala pihak yang satu lagi bersetuju berkahwin
dengannya, maka pihak yang mungkir adalah bertanggungan
memulangkan pemberian-pemberian pertunangan, jika ada, atau
nilainya dan membayar apa-apa uang yang telah dibelanjakan dengan
suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk membuat
persediaan bagi perkahwinan itu, dan yang demikian boleh dituntut
melalui tindakan dalam Mahkamah.55
Sepanjang pemerhatian penulis, penulis berpendapat Undang-Undang
Keluarga Islam Malaysia (Negeri Sabah), Seksyen 15 ini membenarkan
tuntutan ganti rugi pembatalan pertunangan, akan tetapi enakmen ini bersifat
terlalu umum dan penulis perincian enakmen di atas adalah seperti berikut:
1) Tuntutan Ganti Rugi Pertunangan
Dapat difahami daripada enakmen di atas, mahkamah juga
membenarkan tuntutan ganti rugi pembatalan pertunangan dan
mengehadkannya dengan ganti rugi kebendaan yang hanya berkait
dengan persediaan perkahwinan.Mahkamah menyebut, pihak yang
memutuskan pertunangan adalah bertanggungan untuk membayar apa-
apa uang yang telah dibelanjakan dengan suci hati oleh atau untuk pihak
yang satu lagi untuk membuat persediaan bagi perkahwinan.
55
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia Negeri Sabah,
http://Sabah.jksm.gov.my, akses 6 April 2019.
45
Sepanjang kajian, saya dapati bahawa Mahkamah Syariah tidak
menyebut ganti rugi pertunangan yang tidak ada kaitan dengan persediaan
perkahwinan yang menjadi syarat sebelum penerimaan pinangan.
2) Tuntutan Semula Hadiah Pertunangan
Sepertimana yang telah jelas disebut dalam Enakmen Mahkamah
Syariah56
, pihak yang mungkir adalah bertanggungan memulangkan
pemberian-pemberian pertunangan, jika ada, atau nilainya.Ini jelas
menunjukkan Mahkamah membenarkan tuntutan semula hadiah pertunangan
dengan melihat siapakah punca pembatalan pertunangan tersebut57
.Pihak
yang membatalkan pertunangan boleh dituntut semula hadiah pertunangan
sekiranya hadiah tersebut masih wujud. Selain itu juga, Mahkamah
Syariahakan bertanggungjawab dalam menilai hadiah yang telah rosak
digunakan atau pun tidak wujud secara fizikal untuk dipulangkan semula.
3) Jenis ganti rugi pertunangan
Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Seksyen 15, jenis ganti
rugi yang boleh dituntut semula yaitu apa-apa jenis pemberian-pemberian
pertunangan, jika ada, atau nilainya dan membayar apa-apa uang yang telah
dibelanjakan dengan suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk
membuat persediaan bagi perkahwinan itu. Misalnya seperti mahar untuk
56
Seksyen 15, Enakmen 8 Tahun 2004, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2004. 57
Wawancara Dengan Tuan Mohd Amir Bin Haji Arifin @ Mohd Rifin, Pendaftar
Mahkamah Syariah Kota Kinabalu pada 22 November 2018
46
pernikahan, jam tangan bertujuan untuk melamar yang bukan sebagai hadiah
tetapi karena lamaran dan sebagainya.58
Dalam seksyen 15 ini, pihak yang berhak membayar ganti rugi tidak
kira dari pihak lelaki atau perempuan. Seandainya di dalam hal ini pihak
lelaki yang memutuskan pertunangan, apa saja jenis pemberian, uang dan
nilai pemberian dari pihak perempuan dalam tujuan pernikahan maka berhak
dibayar dan diganti kembali. Dan seandainya pihak perempuan yang
memutuskan pertunangan, maka perlu dipulangkan semula cincin dan
membayar ganti rugi pemberian yang lain seperti uang pernikahan, hantaran
dan nilai pemberian yang telah digunakan seperti cat rumah, peralatan untuk
renovasi rumah dan sebagainya. Semua pemberian ini adalah dalam tujuan
pernikahan, bukan sebatas hadiah. Sekiranya ia adalah sebatas hadiah, maka
pihak yang mungkir tidak perlu mengganti semula.
Walau bagaimanapun, penulis memandang keperluan untuk melihat
sebab kepada punca berlakunya pembatalan pertunangan itu sendiri, dan
bukan hanya sekadar siapa punca pembatalan pertunangan tersebut.
58
Wawancara bersama informan Departemen Kehakiman Mahkamah Syariah, Tuan
Mohd Amir bin Mohd Rifin, Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu pada 22 November
2018.
47
B. Implementasi Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam
(Negeri Sabah) Dalam Mahkamah Syariah
1. Perutusan Mahkamah59
a. Fakta kes
Dalam kes ini menyebutkan bahwa, suatu perjanjian pertunangan telah
terjalin antara Plaintif60
, Puan Salbiah binti Othman dengan Defendan61
, Tuan
Haji Ahmad bin Abdul Ghani pada tanggal 28 Julai 2001 dan tarikh
perkahwinan telahpun ditetapkan pada 31 Ogos 2001. Walaubagaimanapun
pihak Defendan telah memutuskan pertunangan tersebut melalui wakilnya,
pada 17 Ogos 2001.
Atas kemungkaran dan pembatalan tersebut pihak Plaintif telah
memfailkan tuntutan ke Mahkamah ini:
1. Ganti rugi keaiban RM200,000.00
2. Ganti rugi perbelanjaan RM9677.00
Mahkamah bersetuju bahwa pemungkiran dan pembatalan pertunangan
ini oleh pihak yang enggan berkahwin (Defendan) dengan pihak yang satu
lagi (Plaintif) selepas termeterai pertunangan adalah dibuat dan dilakukan
tanpa sebab-sebab yang menasabah dan sah di sisi Hukum Syarak.
b. Isu
Tuntutan ganti rugi keaiban bolehkah dituntut di Mahkamah Syariah
59
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 114 60
Orang yang membuat gugatan, atau penggugat 61
Pihak lawan, atau tergugat
48
c. Diputuskan
Mahkamah menghukumkan sepertimana berikut:62
1. Mahkamah menolak tuntutan ganti rugi karena keaiban.
2. Mahkamah meluluskan tuntutan ganti rugi terhadap perbelanjaan
persiapan pertunangan dan perkahwinan sebanyak RM6277.10
sahaja.
3. Kos ditanggung oleh masing-masing pihak.
d. Peguam Syarie
Plaintif: Puan Siti Harlina Binti Mohd Shahran
Defendan: Tuan Zulkafli Bin Zakaria
1) Surah Al-Quran Yang Dirujuk
1. Surah Al-Maidah ayat 1
2) Undang-Undang Yang Dirujuk
1. Enakmen Pentadbiran Hukum Syarak (Negeri Sembilan)
1991 – Sek. 41 Dan Sek. 42
2. Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sembilan) 1983 – Sek. 15
e. Penghakiman Tuan Mohd Shukor Bin Sabudin, HMTS
Di hadapan Mahkamah ini adalah suatu tuntutan untuk suatu ganti
rugi pertunangan yang mana pihak pemohon menuntut suatu ganti rugi
akibat putus pertunangan kepada pihak Defendan.
62
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 115
49
Pihak pihak telah menyempurnakan keterangan dan hujahan masing-
masing Mahkamah mengucapkan terima kasih kepada wakil pihak-pihak
ini karena telah membantu Mahkamah dalam usaha untuk menzahirkan
keadilan dan memberikan keputusan yang seadilnya.63
Sebelum daripada itu sukacita Mahkamah melihat kepada beberapa
perkara penting dan pengertian beberapa isu yang timbul daripada kes ini.
1) Bidangkuasa Asal:
Mahkamah berpendapat bahwa ianya berbidangkuasa untuk
mendengar dan memutuskan tindakan ini. Pihak-pihak adalah pemastautin
di dalam negeri ini dan memenuhi semua kehendak bagi maksud
permohonan ini, selaras sepertimana yang disebutkan di dalam Enakmen
Pentadbiran Hukum Syarak (Negeri Sembilan) 1991: subseksyen 41(2)
yang memperuntukkan:
Mahkamah Tinggi Syariah hendaklah –
(b) Dalam bidangkuasa Mal, mendengar dan memutuskan semua
tindakan dan prosiding dalam mana semua pihak adalah orang islam
dan yang berkaitan dengan;-
(i) pertunangan, perkahwinan, perceraian, pembatalan perkahwinan
(fasakh) atau perpisahan (faraq);
Subseksyen 42 (2) pula memperuntukkan;
Mahkamah Rendah Syariah hendaklah –
(a)…
(b) Dalam bidangkuasa Mal, mendengar dan memutuskan semua
tindakan dan prosiding yang Mahkamah tinggi syariah
63
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 116
50
dibenarkan mendengar dan memutuskan dalam mana jumlah
atau nilai hal perkara yang dipertikaikan tidak melebihi lima
puluh ribu ringgit atau tidak dapat dianggarkan dengan
uang.64
f. Pengertian Pertunangan
Pertunangan berarti menzahirkan keinginan oleh seorang lelaki
kepada seorang perempuan yang tertentu atau memberitahu kepadanya
atau kepada walinya sama ada melalui dirinya sendiri atau melalui
wakilnya. Pertunangan mengikut hukum syarak ialah suatu perjanjian
sama ada secara bertulis atau perjanjian mulut untuk berkahwin. Pada
ketika itu haram bagi orang lain untuk untuk mengikat pertunangan dengan
perempuan itu.
Mengikut seksyen 15 EUKINS 1983:
“jika seseorang telah mengikat suatu kontrak pertunangan
mengikut Hukum Syarak, sama ada secara lisan atau secara bertulis,
dan sama ada secara bersendirian atau melalui perantaraan, dan
kemudiannya enggan berkahwin dengan pihak yang satu lagi kepada
kontrak itu tanpa apa-apa sebab yang sah manakala pihak yang satu lagi
bersetuju berkahwin dengannya, maka pihak yang mungkir adalah
bertanggungjawab memulangkan pemberian-pemberian pertunangan,
jika ada, atau nilainya dan membayar apa-apa uang yang telah
dibelanjakan dengan suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk
64
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 116
51
membuat persediaan bagi perkahwinan itu, dan yang demikian boleh
dituntut melalui tindakan dalam Mahkamah.”
Dari seksyen ini memberikan makna bahwa apabila suatu pihak
yang enggan berkahwin dengan pihak yang satu lagi itu selepas termeterai
pertunangan tanpa sebab-sebab yang munasabah dan sah, manakala pihak
yang satu lagi bersetuju untuk meneruskan perkahwinan itu dengannya
maka pihak yang memungkiri adalah bertanggungjawab memulangkan:65
a. Pemberian-pemberian pertunangan (jika ada), atau
b. Memulangkan nilainya, atau
c. Membayar apa-apa uang yang telah dibelanjakan oleh satu pihak
dengan suci hati untuk membuat persediaan bagi perkahwinan itu.
Pertunangan hanya suatu perjanjian untuk mengadakan
perkahwinan dan tidak mewujudkan perkahwinan itu dengan sendirinya.
Oleh karena itu, mana-mana pihak boleh membatalkan perjanjian itu, jika
ada sebab yang sah yang membolehkannya berbuat demikian. Akan tetapi,
perjanjian seperti itu tidak harusnya dibatalkan tanpa sebab yang
munasabah. Disebutkan dalam Al-Quran, surah Al-Isra ayat 34:
Artinya: “dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai
pertanggungjawabannya.”66
65
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 117 66
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 286.
52
Hadis Rasulullah saw, menyebutkan yang maksudnya:
“orang-orang Islam terikat dengan perjanjian mereka dan perkara-
perkara yang mana mereka telah bersetuju.”
g. Fakta Ringkas67
Fakta di dalam kes ini menyebutkan bahwa, suatu perjanjian
pertunangan telah terjalin antara Plaintif, Puan Salbiah binti Othman
dengan Defendan, Tuan Haji Abdul Ahmad bin Abdul Ghani pada tanggal
28 Julai 2001. Walaubagaimanapun pihak Defendan telah memutuskan
pertunangan tersebut melalui wakilnya, pada 17 Ogos 2001.
Atas kemungkiran pembatalan tersebut pihak plaintif telah
memfailkan tuntutan ke Mahkamah ini:
1. Ganti rugi keaiban : RM 200.000.00
2. Ganti rugi perbelanjaan : RM 9677.00
Pada tahap ini Mahkamah bersetuju bahawa pemugkiran dan pembatalan
pertunangan ini oleh pihak yang enggan berkahwin (Defenden) dengan
pihak yang satu lagi (Plaintif) selepas termeterai pertunangan adalah
dibuat dan dilakukan tugas sebab-sebab yang munasabah dan sah di sisi
hukum syarak.
h. Soal Bidangkuasa Terhadap Ganti rugi Keaiban:
Mahkamah percaya bahwa tuntutan bil. (1.) di atas adalah tidak
berkaitan di Mahkamah ini karena tempat yang paling layak dan sesuai
67
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 118
53
bagi isu ini adalah di Mahkamah Tinggi Sivil (Tuntutan Sivil), yang mana
hal ini adalah berkaitan dengan ganti rugi am karena keaiban/malu,
tohmahan masyarakat, penderitaan, tekanan jiwa dan perasaan dan lainnya.
Oleh hal yang demikian, hanya tuntutan bil (2.) sahaja akan diberikan
perhatian, sepertimana yang disebutkan oleh seksyen 15 EUKINS
berkenaan.
Mahkamahakan menghalusi tuntutan yang dikemukakan sepertimana
pecahan berikut:68
1. Persiapan untuk pertunangan:
Majlis pertunangan telah diadakan pada malam 28 julai 2001
yang dihadiri oleh beberapa orang ahli keluarga kedua belah pihak.
Makan malam telah diadakan untuk majlis ini. Plaintif mendakwa kos
yang telah dikeluarkan sebanyak RM500.00. Jika diperhatikan, ahli-
ahli keluarga yang telah hadir adalah kira-kira 9 orang dari pihak
Plaintif dan kira-kira 9 orang dari pihak Defendan yang berjumlah 18
orang. Melalui saksi-saksi pihak Defendan (langsung tidak dicabar),
Mahkamah percaya bahwa dakwaan kos RM500.00 adalah agak tidak
munasabah.
Bagi tuntutan ini, Mahkamah meluluskan sebanyak RM250.00 sahaja.
2. Persiapan untuk perkahwinan :
Mahkamah membahagikan kepada pecahan berikut:
a. Barang untuk perkahwinan :
68
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 119
54
i. Baju Pengantin/Tempahan Persalinan
Jumlah Kos/tuntutan : RM 700.00
Mahkamah meluluskan jumlah ini.
ii. Tempahan Langsir/Cadar (P4,P5,P6)
Kos cadar/menjahit : RM279.00
Kos langsir/menjahit : RM 1000.00
Mahkamah meluluskan jumlah ini.
iii. Deposit khemah : RM 100.00
Deposit katil (P8) : RM 192.00
Mahkamah meluluskan jumlah ini.
iv. Barangan runcit/basah
Kos jemputan
Jumlah tuntutan/kos yang dituntut bagi perkara ini adalah berbeza-
beza. Saksi-saksi bercanggahan anatara satu sama lain. Mahkamah
mendapati jumlah tuntutan tidak konsisten. Tiada apa-apa resit atau bukti
yang dikemukakan.
Di atas imbangan kemusnahan, Mahkamah meluluskan sebanyak RM
1000.00. (sepertimana di dalam penggulungan hujah)69
b. Ubahsuai untuk persiapan perkahwinan
i. Bilik tidur/bilik air : RM 4000.00
Ubahsuai ini dibuat khusus untuk bilik pengantin yang
mana perkahwinan yang dicadangkan.Ubahsuai ini adalah
69
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 119
55
bertujuan untuk memberikan keselesaan bagi bakal
pengantin. Walaupun tiada sebarang bukti resit
dikemukakan, Mahkamah berpuas hati bahwa kadar itu
adalah suatu kadar biasa bagi apa-apa ubahsuai, yang
melibatkan pemasangan tiles, dinding papan ke simen,
kolah, membesarkan bilik air di dalam bilik tidur, shower
dan lain-lainnya. Jumlah diluluskan : RM 4000.00
ii. Cat-mengecat bilik/rumah (P3,P7)
Melibatkan bilik dan rumah, di bahagian luar dan dalam
dan bilik pengantin.Mahkamah mendapati jumlah yang
dituntut adalah berbagai-bagai, tiada konsisten.Ada
disebutkan secara “lum-sum”, ada disebutkan hanya upah
sahaja, barangan dibeli secara berasingan.Mahkamah
meluluskan berdasarkan kepada jumlah yang disebutkan di
dalam penyata tuntutan. Jumlah diluluskan : RM 306.10
iii. Grill/jeriji (P9)
Kos bagi grill pintu dan tingkap yang dikemukakan
sebanyak RM 1950.00. Mahkamah mendapati bahwa Pihak
Defendan membantah berkaitan tanggal resit yang
dikemukakan iaitu pada 16 November 2001, terlalu jauh
dari tanggal putus pertunangan. Tiada keterangan yang
menjelaskan keadaan ini.
56
Kos/tuntutan ini tidak diluluskan.70
iv. Wiring semula rumah/Kipas (P2)
Pemasangan/wiring semula yang melibatkan kepada
beberapa pemasangan baru, alatan suis, 2 kipas, lampu dan
sebagainya. Saksi ada menyebutkan bahwa pendawaian
lama adalah baik dan masih berfungsi.
Kos dituntut adalah sebanyak RM 1300.00
Apapun, disebutkan bahwa pendawaian ini
diadakan adalah bertujuan untuk majlis perkahwinan yang
dicadangkan tersebut.
Mahkamah meluluskan sebanyak RM 450.00 sahaja (atas kadar
upah/kerja)
Jumlah besar tuntutan yang diluluskan : RM 8277.10
Dalam beberapa hal mengenai kos-kos dan tuntutan ini, mahkamah
menghadapi beberapa kesukaran bagi membuat penilaian dan pemerhatian
memandangkan tiada apa-apa resit-resit dan bukti-bukti pembelian
dikemukakan. Adapun, Mahkamah mendapati bahwa beberapa perkara
tersebut adalah mempunyai asas dan munasabah, logik, dapat diterima dan
menjadi suatu perkara yang biasa pada adat setempat. Ini adalah karena
ianya bersesuaian bagi maksud persiapan untu majlis pertunangan dan
perkahwinan sebagaimana keadaan amalan biasa masyarakat setempat
70
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 121
57
(a‟dat muhakkamah). Atas alasan dan pertimbangan ini maka mahkamah
telah membenarkan beberapa tuntutan tersebut.
Seterusnya pihak Defendan mengaku bahwa telah menyerahkan
RM 2000.00 sebagai uang pendahuluan bagi bayaran untuk persiapan
perkahwinan itu dan selepas disempurnakan dengan sumpahnya,
menyokong dakwaannya tersebut maka, jumlah ini ditolak daripada
jumlah tuntutan yang diluluskan, menjadikan jumlah bersihnya sebanyak
RM 6277.10 sahaja.
i. Keputusan
Mahkamah menghukumkan sepertimana berikut :71
1 Mahkamah menolak tuntutan ganti rugi karena keaiban.
2 Mahkamah meluluskan tuntutan ganti rugi terhadap perbelanjaan
persiapan pertunangan dan perkahwinan sebanyak RM 6277.10
sahaja.
3 Kos ditanggung oleh masing-masing pihak.
Melalui analisis kasus berkenaan gugatan Seksyen 15 ini, penulis
dapat simpulkan bahwa seksyen ini perlu berdasarkan hukum syarak dan
undang-undang yang seiring demi untuk menuntut keadilan serta kerugian
yang telah memakan ribuan ringgit selama batas pertunangan berlangsung.
Perjanjian antar kedua pihak jika memberi barang hanya sebatas hadiah,
maka itu tidak layak untuk di bicarakan di Mahkamah, tetapi jika barang
hantaran serta uang ringgit telah habis digunakan untuk persiapan ke
71
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004, hlm. 121
58
jenjang pernikahan namun pertunangan telah terhenti di pertengahan jalan,
maka Mahkamah boleh membicarakan untuk menuntut kerugian. Hal ini
merujuk kepada lokostendy Seksyen 15 di atas.
2. Analisis Amalan Mahkamah Syariah Dalam Menangani Kasus
Pembatalan Pertunangan
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2004 (Negeri Sabah), Enakmen
8 Tahun 2004, Seksyen 15: Pertunangan, menyatakan:
Jika seseorang telah mengikat suatu pertunangan mengikut Hukum
Syarak, sama ada secara lisan atau secara bertulis, dan sama ada secara
bersendirian atau melalui seorang perantaraan, dan kemudiannya enggan
berkahwin dengan pihak yang satu lagi itu tanpa apa-apa sebab yang sah
manakala pihak yang satu lagi bersetuju berkahwin dengannya, maka pihak
yang mungkir adalah bertanggungan memulangkan pemberian-pemberian
pertunangan, jika ada, atau nilainya dan membayar apa-apa uang yang telah
dibelanjakan dengan suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk
membuat persediaan bagi perkahwinan itu, dan yang demikian boleh dituntut
melalui tindakan dalam Mahkamah.72
Kerajaan telah endorse73
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2004
yang terkait seksyen ini karena dapat difahamkan bahwa, mahkamah juga
membenarkan tuntutan ganti rugi pembatalan pertunangan dan
mengehadkannya dengan ganti rugi kebendaan yang hanya berkaitan dengan
persediaan perkahwinan. Mahkamah menyebut, pihak yang memutuskan
72
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sabah,”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada tanggal 6 April 2019 73
Mengesahkan atau menyokong.
59
pertunangan adalah bertanggungan untuk membayar apa-apa uang yang telah
dibelanjakan dengan suci hati oleh atau untuk pihak yang satu lagi untuk
membuat persediaan bagi perkawinan.
Adapun undang-undang ini haruslah mengikuti lokostendy74
Undang-
Undang Keluarga Islam karena tidak semua berhak untuk menuntut untuk
kasus ini sehingga menepati syarat yang terkait dalam seksyen 15 di atas.
Berikut adalah analisis kasus ganti rugi pertunangan yang telah terdaftar di
Mahkamah Syariah Sabah dalam tempoh 16 tahun:75
Bil. No. kasus Tanggal
daftar
Status Tanggal
selesai
1. 12003-009-002-2002 12-11-2002 Lulus 4-5-2006
2. 12005-009-0162-
2007
21-3-2007 Tarik Balik 15-10-2002
3. 12001-009-0274-
2011
27-1-2011 Tarik Balik 4-3-2012
4. 12004-009-0507-
2011
8-12-2011 Penghakiman
Sulh
16-2-2012
5. 12003-009-0924-
2012
2-8-2012 Lulus 5-4-2018
6. 12011-009-0067- 17-1-2012 Penghakiman 17-1-2012
74
Syarat-syarat untuk individu yang berkelayakan untuk tuntut Seksyen 15, Enakmen 8
Tahun 2004, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam 2004. 75
Dokumentasi bersama informan Departemen Kehakiman Mahkamah Syariah, Tuan
Mohd Amir bin Mohd Rifin, Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu pada 22 November
2018.
60
2012 Sulh
7. 12100-009-0153-
2013
27-3-2013 Tarik Balik 10-7-2013
8. 12002-009-1277-
2014
1-12-2014 Tarik Balik 9-12-2014
9. 12300-009-0011-
2015
13-1-2015 Lulus 21-10-2016
10. 12000-009-0045-
2016
21-10-2016 Tarik Balik 31-7-2017
11. 12001-009-1990-
2017
4-8-2017 Tarik Balik 23-8-2017
Grafik kasus ganti rugi pertunangan atau seksyen 15 yang terdaftar
sepanjang tahun 2002 sehingga 2017.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2002 2007 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
seksyen 15
61
Sepanjang pengamatan penulis sekitar wawancara berlangsung, hasil yang
telah diperoleh terhadap gugatan ini, yaitu kasus yang telah berjaya selesai
komplit hanya 30% dan selebihnya plaintif76
menarik balik dan terhenti di
peringkat penghakiman sulh. Kasus yang telah selesai berarti telah mendapat
persetujuan kedua belah pihak untuk membayar ganti rugi atas budi bicara
hakim.
Penghakiman sulh adalah suatu majelis yang berperan untuk mendamai
kedua-dua pihak.Pada dasarnya, sulh ini dapat dikelompokkan kepada dua
pengertian yaitu berdasarkan hukum syara‟ dan undang-undang. Dari segi
terminologi, sulh berarti putus pertengkaran atau persengketaan yang
membawa arti perdamaian.Sulh secara etimalogi berarti suatu perjanjian yang
dimaterai bagi menyelesaikan persengketaan di antara pihak-pihak yang
beragama Islam.77
Adapun kasus yang telah berstatus tarik balik berarti status kasus tersebut
secara resminya telah tertutupsama ada melalui persetujuan kedua-dua pihak di
luar mahkamah atau plaintif malas untuk berbasa basi melanjutkan
persengketaan. Status tarik balik ini adakalanya sudah melewati sidang bicara
namun karena terdapat berbagai halangan dalam menyelesaikan kasus ini, ia
tidak lagi diperpanjang. Maka kasus ini tidak lagi diteruskan oleh pihak plaintif
seterusnya mengemukakan kenyataan penarikan balik kasus kepada pihak
Mahkamah Syariah.
76
Pihak yang membuat gugatan kasus. 77
Tarmizi M. Jakfar, Nur Azizah Fayyadhah Binti Baharuddin, Peran Majelis Sulh
Dalam Penyelesaian Hak Hadhanah Pasca Perceraian (Studi Kasus Di Mahkamah Syariah
Kabupaten Tawau, Provinsi Sabah, Negara Malaysia), Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum
Islam, Volume 2 No. 1, Januari – Juni 2018, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Ar-Raniry Aceh
62
C. Kesesuaian Seksyen 15 Dalam Undang-Undang Keluarga Islam
(Negeri Sabah) Tahun 2004 Dengan Fiqh Madzhab Syafi’iyyah
Membatalkan pertunangan hukumnya boleh, jika memang hal itu
dipandang lebih maslahat. Karena pertunangan bukanlah akad untuk menikah, dan
tidak mengapa seseorang membatalkan lamarannya. Hanya saja membatalkan
lamaran bisa menjadi makruh jika tidak didasari alasan yang benar. Hal ini
dikarenakan pembatalan pertunangan (tidak melanjutkan ke jenjang pernikahan)
merupakan sebuah pengingkaran terhadap janji untuk menikah.78
Dalam adat tradisi, jika pihak perempuan memutuskan pertunangan
tersebut. pihak perempuan hendaklah membayar dua kali lipat ganti rugi
pemberian yang diberi oleh pihak lelaki. Selain mengganti semula kerugian uang
ringgit dan nilai hantaran saat pertunangan, pihak perempuan juga harus
memulangkan semula cincin pertunangan.
Di dalam Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sabah) ada menyatakan jenis ganti rugi yang boleh di tuntut di Mahkamah Syariah
Sabah, yaitu pihak yang mungkir bertanggungjawab memulangkan pemberian-
pemberian pertunangan, jika ada, atau nilainya atau membayar apa-apa uang yang
telah dibelanjakan untuk membuat persediaan bagi acara pernikahan.
Jelas terdapat perbedaan dari segi tradisi dan undang-undang. Untuk
mencari kesesuaian mengikut ajaran Islam, maka dalam menyikapi hal tersebut
maka Imam Syafi‟e ada berpendapat soal ganti rugi pertunangan:79
78
Dr. Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah Dan Nikah, (Depok: Fathan Media
Prima, 2017), Cetakan Pertama, hlm. 44. 79
Ibid, hlm. 45
63
1) Pendapat madzhab Syafi‟ie:
Dalam fiqh madzhab Syafi‟ie kita mendapati ahli fiqhnya menjelaskan
bahwa sesuatu yang dibawa oleh pelamar kepada perempuan yang dilamarnya
setelah lamarannya diterima dan sebelum terjalinnya akad nikah hendaklah dilihat
terlebih dahulu, apakah barang bawaannya itu dimaksudkan sebagai hadiah untuk
menikahinya atau hanya sebatas hadiah semata. Jika hadiahnya itu diniatkan untuk
menikahi perempuan yang dilamarnya, maka ia berhak meminta kembali hadiah
tersebut, baik pembatalan khitbahnya itu bersumber dari pihak lelaki ataupun dari
pihak perempuan.
Kelompok ini berhujah bahwa hadiah tersebut tidak pernah diucapkan
secara jelas oleh pihak pelamar sebagai bentuk hadiah semata, namun ada maksud
lain yaitu hendak menikahinya dan ia tidak akan tenang terhadap hadiahnya itu
jika pernikahannya tidak terjadi. Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menjelaskan bahwa harta
seorang muslim tidak halal kecuali jika pemilik hartanya itu rela untuk digunakan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang berbunyi:
لا يحل لامرئ من مال أخيو إلا ما أعطاه من طيب نفس
Artinya: “Tidak halal harta seorang saudara kecuali dia memberikannya
atas dasar kerelaan dirinya.”80
Oleh karena ini, Imam Al-Ghazali81
berkata: “siapa saja yang hadir dalam
sebuah hidangan makanan tanpa diundang, kemudian sohibul hajat memberikan
makanan kepadanya karena merasa malu, maka sesungguhnya makanan itu tidak
halal bagi orang yang datang tersebut”. Kemudian Imam Al-Ghazali juga
80
Hadis Riwayat Abu Dawud dan Daruquthni, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shahihul Jami‟ no. 7662 81
Salah seorang ulama terkemuka dari kalangan madzhab Syafi‟ie
64
menjelaskan bahwa bentuk ghasab82
itu ada dua jenis; pertama: ghasab dengan
perampasan. Kedua: ghasab karena rasa malu. Adapun ghasab dengan perampasan
adalah seseorang yang mengambil harta orang lain dengan cara paksa. Sedangkan
ghasab karena rasa malu adalah seseorang yang mengambil harta orang lain dan
pemilik harta itu memberikannya karena rasa malu. Kedua jenis ghasab tersebut
hukumnya haram, tidak ada bedanya antara mengghasab dengan bathin. Dan yang
dimaksudkan mengghasab dengan bathin adalah karena adanya rasa malu.
Imam Al-Ghazali juga berkata dilain kesempatan: “jika seseorang
menampakkan kefakiran dan menyembunyikan kekayaannya dengan maksud
mengharap pemberian orang lain, kemudian ada orang yang member kepadanya
karena terlihat fakir, maka sesungguhnya harta yang diberikan kepadanya itu
hukumnya haram.”
Imam Ar-Rafai‟ie83
juga berkata: “Setiap orang yang memberikan sesuatu
karena alasan atau tujuan tertentu, kemudian tujuannya itu tidak tercapai dari
orang yang diberinya, maka pemberiannya itu hukumnya tidak halal. Oleh karena
ini, jika seseorang melamar seorang perempuan dengan memberikan sebuah
hadiah tanpa disebutkan bahwa hadiahnya itu bukan hadiah semata namun
dimaksudkan untuk menikahinya, lalu lamaranya diterima tetapi tidak berujung
pada akad pernikahan, maka harta yang diberikannya itu berhak untuk diminta
kembali.
82
Secara harfiah, ghasab adalah mengambil sesuatu secara paksa dengan terang-terangan.
Manakala secara istilah, ulama bermacam-macam mendefinisikannya, Madzhab Hanafi
mendefinisikan ghasab sebagai mengambil harta orang lain yang halal tanpa izin sehingga barang
itu berpindah tangan. 83
Salah seorang pembesar dari ulama madzhab Syafi‟ie.
65
Demikianlah pendapat madzhab Syafi‟ie mengenai hukum permasalahan
hadiah yang diberikan pelamar atas maksud untuk menikahi yang dilamar disaat
lamarannya batal. Namun jika hadiah yang diberikannya itu diniatkan hanya
sebatas pemberian sahaja, bukan untuk menikahinya, maka dalam permasalahan
seperti ini, fiqh Syafi‟ie menilai bahwa pelamar tidak dihalalkan baginya84
untuk
meminta kembali hadiah yang sudah diberikan olehnya. Hal ini sesuai dengan niat
dan maksud si pelamar yang hanya Allah dan dirinya yang tahu. Semua
permasalahan ini jika hadiah tersebut diberikan sebelum akad nikah dan akad
nikahnya tidak terjadi. Adapun jika pemberian itu diberikan setelah terjadinya
akad nikah dan dia menyatakan dengan jelas bahwa hadiahnya itu semata hadiah
saja, maka ia tidak berhak memintanya kembali. Hal ini dikarenakan secara tidak
langsung pihak lelaki telah memberikan hadiah kepada pihak perempuan dan
memberikan hak untuk menggunakannya tanpa harus menggantinya. Maka lelaki
tidak ada hak untuk meminta kembali. Yang demikian itu sama halnya jika
seseorang kedatangan tamu, lalu ia member tamu tersebut makanan dengan
berkata; “silahkan dimakan hidangannya” kemudian jika tuan rumah meminta
tamu tersebut untuk mengganti hidangan yang dimakan olehnya, maka tamu tidak
harus menggantinya.85
Adapun begitu, terdapat kesan baik dan buruk daripada kasus ini.
Misalnya, hak yang sepatutnya dapat dikembalikan kepada yang berhak.
Undang-undang ini juga diamati bahwa dapat membantu untuk menegakkan
keadilan dan terhindar dari penindasan karena kerugian yang banyak, maka
84
Antara dirinya dengan Allah. 85
Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Fatawa Al-Kubro Al-Fikhiyah, juz 4, hlm. 112
66
pihak yang ingin membuat gugatan ganti rugi berhak untuk menuntut hak
berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan dengan alasan yang
munasabah. Namun begitu, pasti ada pihak yang tidak berpuas hati meskipun
undang-undang telah ditetapkan seiring dengan hukum syarak. Seandainya
defendan enggan akur terhadap putusan hakim, maka ada proses lain yang
boleh dilakukan seperti membuat tuntutan balas.
Walaupun di dalam Al-Quran tiada disebut tentang ganti rugi dalam
pertunangan, namun ianya ada terdapat dalam istinbat hukum. Firman Allah
dalam surah Al-Maidah ayat 1,
الذين امنىا اوفىا بالعقىد يايها
Artinya: “wahai orang-orang beriman! Penuhilah janji-janji”86
Mungkin ada yang harus dijadikan perhatian jika ada orang yang
berkata bahwa pembatalan nikah kebanyakan dapat menimbulkan kesan
buruk dan menyakitkan bagi pihak perempuan dan keluarganya. Maka untuk
hal ini, bahwa kompensasi atas dibatalkannya pertunangan adalah
permasalahan lain diluar permasalahan hadiah atau pemberian yang harus
dikembalikan lagi. Karena bisa jadi hadiah yang diberikan pelamar kepada
perempuan yang dilamarnya mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan
kerugian yang harus ditanggung oleh pihak perempuan dan keluarganya baik
berupa kerugian materil ataupun kerugian harga diri akibat tidak jadinya
nikah. Hal ini jika yang membatalkan pernikahan tersebut berasal dari pihak
lelaki
86
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka),
Ciputan Timur. Hlm 107.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Di dalam seksyen 15, ganti rugi yang boleh di tuntut di Mahkamah Syariah
Sabah, yaitu pihak yang mungkir bertanggungjawab memulangkan
pemberian-pemberian pertunangan, jika ada, atau nilainya atau membayar
apa-apa uang yang telah dibelanjakan dalam rangka persediaan bagi acara
pernikahan. Misalnya seperti pemberian cincin, mobil, serta pemberian yang
boleh diguna kembali. Seandainya pemberian itu dalam bentuk uang dan
digunakan untuk membeli barang persediaan untuk pernikahan seperti cat
dan renovasi rumah maka ia harus diganti sebagaimana nilainya. Pihak yang
berhak membayar ganti rugi tidak kira lelaki atau perempuan.
2. Penerapan Seksyen 15 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri
Sabah) di Mahkamah Syariah Sabah terlaksana tetapi hanya 3 kasus yang
disetujui oleh hakim mahkamah. Sementara kasus yang lainnya telah
dibatalkan dan selebihnya selesai melalui perdamaian penghakiman sulh87
.
Namun tuntutan ganti rugi karena keaiban tidak disetujui.
3. Pendapat madzhab Syafi‟iyyah adalah sesuai dengan Seksyen 15
dikarenakan ganti rugi itu menjadi tanggungjawab bagi pihak yang mungkir
untuk memulangkan semula hadiah yang dimaksudkan atas dasar
pernikahan. Harta yang diberikan berhak untuk diminta kembali seandainya
tidak berujung pernikahan.
87
Juga difahami sebagai mediasi
68
B. Saran-Saran
Di sini penulis ingin mengemukakan beberapa saranan atau cadangan yang
dapat dijadikan solusi dan masukan kepada para pembaca terutama bagi
masyarakat di Malaysia.Saran ini juga patut diambil oleh pihak yang terlibat
secara langsung atau tidak. Antaranya yaitu:
1. Dalam kasus ini masih belum ada kesadaran bagi pihak-pihak yang
memungkiri janji dan membatalkan pertunangan. Karena timbulnya
kerugian daripada pembatalan tersebut, undang-undang keluarga Islam
mewujudkan enakmen ini bagi memberi keringanan terhadap bebanan
kerugian yang telah ditanggung dengan syarat harus patuh perintah atau
peruntukan undang-undang yang tersedia.
2. Seharusnya ketentuan tentang undang-undang keluarga Islam diterapkan
ke dalam pembelajaran yang tersedia diperingkat sekolah menengah
seperti mata kuliah pendidikan Islamiah, dan memperbanyakkan buku.
Selain itu, kalimat yang menjelaskan soal masalah keluarga Islam, melalui
media elektronis. Maka saya percaya masyarakat dapat mengetahui
kewajiban syariah dan perkembangan undang-undang Keluarga Islam di
Malaysia.
Jambi, 07 Oktober 2019
Penulis
69
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Abdul Majid Mahmud Mathlub, Al-Wajiz Fi Ahkam Al-Usrah Al-Islamiyah,
Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Alih Bahasa Harits Fadhly Dan
Ahmad Khotib Surakarta : Era Intermedia, 2005.
Abdullah Bin „Abdul „Aziz Al-„Anqary, Hasiyah Ar-Raudh Al-Murabba‟, Juz 3
Abu Zahrah, Muhammad, Al-Ahwal Al-Shakhsiyyah, Dar Al-Fikr Al-Arabi, T.Th.
Ahmad Dardiry,Syarhul Kabir, Hasiyah Ad-Dasuqi, Juz 2
Awal, Nor Aziah Mohd, Pengenalan Kepada Sistem Perundangan Di Malaysia,
Cet Ke-2, Selangor: International Law Book Services, 2007.
Ayyub, Syaikh Hassan, Fikih Keluarga, Penerjemah, M. Abdul Ghaffar: Cet Ke-5
Jakarta Timur: Pustaka Kautsar, 2008.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. Ke-2, Raja Grafindo
Persada: Jakarta, 1998.
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dan Praktek, Cet. Ke-2, Sinar Grafika:
Jakarta, 1996.
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode
Angka), Ciputan Timur
Despdikdub, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Dr. Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah Dan Nikah, (Depok:Fathan Media
Prima, 2017), Cetakan Pertama
H.Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbaris
Penelitian Kualitatif Lapangan Dan Perpustakaan, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim, Syaikh An-Nabhani, Abu Zakaria Yahya
Bin Syaraf Bin Hasan Bin Husain An-Nawawi, Ringkasan Riyadhus
Shalihin, (Depok: Keira Publishing)
Hasiyah Ibnu „Abidin. Juz 2
70
Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Fatawa Al-Kubro Al-Fikhiyah, juz 4
Ibnu Najar, Muntahal Iradat, Bagian Kedua
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jil II, Cet. Ke-3,
Jakarta: Pustaka Amani, 2007.
Ibrahim, Ahmad, Undang-Undang Keluarga Islam Di Malaysia, T.T. Melayan
Law Journal Sdn. Bhd, 1999.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Cet.Ke-1, Bandung: Alfabeta, 2017.
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 201.
M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar, Ahklak Al-Usrah Al-Muslimah Buhus Wa
Farwa: Fiqih Cinta Kasih Rahasia Kebahagiaan Rumah Tangga, alih
bahasa Habibi Rahman, Cet. XII, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.
Majib, Mimi Kamariah. Undang-Undang Keluarga Di Malaysia, Kualau Lumpur:
Batterworth Asia, 1992.
Manshur Bin Yunus Al-Bahuni, Raudh Al-Murabba‟, Juz 3
Manshur Bin Yunus Bin Idris Al-Bahuni, Kasyaf Al-Qonna‟ „An Matani Intisa‟,
Juz 5
Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Muhamad, Fauzi Muhd, UU Keluarga Islam Dalam Empat Mazhab Pembentukan
Keluarga, Jil 1, Selangor Darul Ehsan: Synergymate Sdn. Bhd, 2003.
Muhammad bin „Abdurrahman At-Tharablisi yang dikenal dengan sebutan Al-
Khatib, Mawahib Al-Jalil Syarh Mukhtashar Al-Khalil, Jilid 3
Muhammad Utsman Al-Khasyt, Fiqh Al-Nisa‟; Fi Dhauil Mazahib Al-Arba‟ah
Wal Ijtihadati Al-Fiqhiyyah Al-Mu‟aşirah, Ed. In, Kitab Fikih Wanita
Empat Mazhab, alih bahasa Teguh Sulistyowati As-Sukoharj, Jakarta:
Kunci Iman, 2014.
Mukhtar, Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif, Jakarta: GP Press Group, 2013.
71
Mustofa Al-Khin, Dkk, Kitab Fikah Mazhab Syafie: Menghuraikan Bab Undang-
Undang Kekeluargaaan, Penejermah Azizi Ismail Dan Mohad Asri
Hashim, Kuala Lumpur: Pustaka Salam Sdn Bhan, 2002.
Najibah Mohd Zin, Perkembangan Undang-Undang Di Malaysia: Undang-
Undang Keluarga (Islam), Jld 14 Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan
Pustaka, 2007.
Nawawi Abu Zakariyyah Yahya Bin Yusuf, Al-Minhaj Al-Talibin, Al-Taba‟ah Al-
Misriyyah, T.Th.
Rahman, Mat Saad Adb, Undang-Undang Keluarga Islam Aturan Perkahwinan
Suatu Pendekatan Berdasarkan Amalan Semasa, Cet. Ke-2, Selangor:
Intel Multimedia And Publication, 2002.
Raihanah Azahari, Asmak Ab Rahman Dan Bahiyah Ahmad, Jurnal Syariah, Jil.
Ke-20 Bil.2, Kuala Lumpur: Pustaka Salam Sdn Bhd, 2012.
Sabiq, Sayyid Hasan, Fikih Sunnah, Penerjemah: Nor Hasanuddin, Jil III, Cet Ke-
3, Jakarta Pusat: Pena Pundi Aksara, 2007.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah Press,
2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2011.
Syaikh Abu Bakar Jabil Al-Jaza`Iri, Minhajul Muslim, Cet ke-1, Solo: Penerbit
Insan Kamil, 2014.
Tarmizi M. Jakfar, Nur Azizah Fayyadhah Binti Baharuddin, Peran Majelis Sulh
Dalam Penyelesaian Hak Hadhanah Pasca Perceraian (Studi Kasus Di
Mahkamah Syariah Kabupaten Tawau, Provinsi Sabah, Negara
Malaysia), Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, Volume 2 No. 1,
Januari – Juni 2018, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Ar-Raniry Aceh
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Ed.1, Cet
Ke-4, Jakarta: Pt Rajagrafindo, 2009.
Wahbah Az-Zuhaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, Cet. Ke-1, Jil. Ke-9, Jakarta:
Gema Insani, 2011.
72
Yaacob, Abdul Manir Supi, Siti Samsiah Muhamad, Manual Undang-Undang
Keluarga Islam, Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Islam Malaysia
(IKIM), T.Th.
Zainul Rijjal & Nur Hidayah Muhd Hashim, Isu-Isu Syariah Di Malaysia Siri 1,
Kuala Lumpur: Insititut Kefahaman Islam Malaysia, 2008.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Enakmen 6 Tahun 2004 (Negeri Sabah)
Enakmen 8 Tahun 2004 (Negeri Sabah)
Enakmen Mahkamah Syariah 2004 (Negeri Sabah)
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Sabah) 2004.
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
Jurnal Hukum XX/I, Hak-Hak Wanita Islam Dalam Kes Mungkir Janji Untuk
Berkahwin Di Malaysia: Kajian Perbandingan Antara Undang-Undang
Sivil Dan Syariah,1426H(Kuala Lumpur: Percetakan Nasional Berhad
(PNMB))Cetakan Pertama 2004
Jurnal Hukum XXI/I, Putusan Hakim Mahkamah Syariah Malaysia,1427H (Kuala
Lumpur: Percetakan Nasional Berhad (PNMB)) Cetakan Pertama 2004
Rang Undang-Undang Tatacara Mal Mahkmah Syariah Sabah 2014
Undang-Undang Malaysia, Akta Membaharui Undang-Undang (Perkahwinan
Dan Penceraian) 1976 (Akta 156) & Kaedah-Kaedah, (Kuala Lumpur:
Dolphin Press International Sdn. Bhd) 2013.
Warta Kerajaan (Negeri Sabah), No.7, Jil 51, Government Of Sabah Gazette
Published By Authority.
73
C. Lain-Lain
Portal Resmi E-Syariah Malaysia,
Http://Www2.Esyariah.Gov.My/Esyariah/Mal/Portalv1/, di akses pada
tanggal 6 April 2019
Laman Web Resmi Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri Sabah),”
Http://Sabah.Jksm.Gov.My,” di akses pada tanggal 6 April 2019
Department Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode
Angka), Ciputan Timur.
Anonim, “Mahkamah Syariah Di Malaysia”,
Https://Ms.Wikipedia.Org/Wiki/Mahkamah_Syariah_Di_Malaysia, di
akses pada tanggal 15 Juli 2019.
LAMPIRAN
Di Kantor Ketua Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Wawancara Di Kantor Ketua Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Ketua pegawai pendaftaran Mohd Amir Bin Rifin @ Mohd rifin
Wawancara Di Kantor Ketua Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Ketua pegawai pendaftaran Mohd Amir Bin Rifin @ Mohd rifin
Wawancara Di Kantor Ketua Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu
Ketua pegawai pendaftaran Mohd Amir Bin Rifin @ Mohd rifin
JABATAN KEHAKIMAN SYARIAH (NEGERI SABAH)
(JABATAN KETUA MENTERI)
DAFTAR INFORMAN
Nama : Mohd Amir Bin Rifin @ Mohd rifin
Kantor : Kantor Ketua Pendaftar Mahkamah Syariah Kota Kinabalu.
Departemen : Jabatan Kehakiman Syariah Kota Kinabalu
Malaysia.
Alamat : Jabatan Kehakiman Syariah (Negeri Sabah), Bangunan
Wisma Muis, Tingkat 6 Blok B, 88739 Kota Kinabalu,
Sabah.
Telp : +6088-253579
CURRICULUM VITAE
Nama : Naziah Binti Setu
Tempat / Tanggal Lahir : Sabah / 13 Augustus 1996
Email : [email protected]
No. Kontak / HP : +6289624529872
Alamat : Mess Pelajar Malaysia, No. 44, Rt. 24, Rw. 08,
Jalan Melur 2, Kelurahan Simpang Iv Sipin,
Telanaipura, 36124, Jambi, Indonesia.
Pendidikan Formal :
No Jenis Pendidikan Tempat TahunTamat
1. PASTI Al-Iman Sabah, Malaysia 2002
2. SK Gayang Sabah, Malaysia 2008
3. SMKA Limauan Sabah, Malaysia 2010
4. SMK Badin Sabah, Malaysia 2013
3. Kolej Antarabangsa Unifield Melaka, Malaysia 2017
4. UIN STS JAMBI Jambi, Indonesia 2019
Pengalaman Organisasi :
1. Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indonesia 2018/2019
2. Sekretariat Mahasiswa Fakulti
Jambi, September 2019
Penulis,