FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 479-490
1| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI)
When Fintech Meets Accounting : Opportunity and Risk
ISBN 978-602-17225-7-2. http://fkbi.akuntansi.upi.edu/
Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat
Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
Wachdijono
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Jalan Pemuda 32 Cirebon 45132 Jawa Barat Indonesia
Abstract. This research aims to know the consumer preference towards empal gentong in Battembat village,
Subdistrict Tengah Tani Cirebon district of West Java province and the attributes that favored consumers.
Descriptive research methods through survey approach. The population is empal gentong consumer and
sampling techniques in accidental sampling. The research results showed that the preferences of consumers of
79.93% (like categories) as well as the attributes that favored consumers is the sense of value of 92.3% and 28.6
index numbers. It is suggested the existence of good cooperation between local governments and traders empal
gentong in order to realize the culinary tourist destination.
Keywords: Atributes; Empal Gentong; Preferences.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap empal gentong di Desa
Battembat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat dan atribut yang sangat disukai
konsumen. Metode penelitian deskriptif melalui pendekatan survai. Populasinya adalah konsumen empal
gentong dan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa
preferensi konsumen terhadap empal gentong sebesar 79,93 % (kategori suka) serta atribut yang sangat disukai
konsumen adalah rasa dengan nilai 92,3 % dan angka indek 28,6. Disarankan adanya kerjasama yang baik
antara pemerintah setempat dengan pedagang empal gentong dalam rangka mewujudkan daerah tujuan wisata
kuliner.
Kata Kunci: Atribut; Empal Gentong; Preferensi,.
Corresponding author. Jalan Pemuda 32 Cirebon 45132 Jawa Barat Indonesia. [email protected] Copyright©2017. Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI). Program Studi Akuntansi Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
.
479
WACHDIJONO/Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
480 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
PENDAHULUAN
Empal Gentong adalah salah satu
produk makanan khas masyarakat Cirebon
Provinsi Jawa Barat. Produk ini mirip dengan
gulai dan dimasak dalam gentong dengan
menggunakan kayu bakar dari pohon asam.
Empal gentong merupakan masakan yang
berbahan dasar daging sapi dan beberapa
jeroan, yang dimasak dalam santan kental,
kemudian ditambahkan beberapa bumbu halus
yang cukup komplit, sehingga dapat
menciptakan rasa yang sangat luar biasa
enaknya. Oleh karenanya tidak
mengherankan jika banyak konsumen, baik
invidu, rumah tangga maupun lembaga yang
menjadikan empal gentong sebagai urutan
preferensi (order of preference) menu yang
pertama.
Gambar 1 Rumah Makan Khas dan Sajian Masakan Empal Gentong di Desa Battembat Cirebon
Berdasarkan hasil survai pendahuluan
diperoleh gambaran nyata bahwa keramaian
pembeli terjadi pemusatan, artinya ada rumah
makan yang memang ramai sekali pembeli,
tapi ada juga rumah makan yang ramai tetapi
tidak begitu ramai sekali. Oleh karenanya
fakta tersebut menjadi hal yang menarik untuk
dilakukan suatu penelitian, khususnya tentang
preferensi konsumen terhadap empal gentong
itu sendiri. Melalui penelitian ini diharapkan
akan dapat diketahui, antara lain: mengenai
atribut penyebab rasa suka atau tidak sukanya
konsumen pada suatu rumah makan empal
gentong. Rasa suka dan tidaknya ini yang
menyebabkan ramai tidaknya pembeli pada
suatu rumah makan empal gentong.
Selanjutnya pada empal gentong tersebut juga
melekat atribut-atribut yang menjadi unsur
kesukaan konsumen, sehingga penelitian ini
sangat bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam upaya perbaikan-perbaikan dan atau
pengembangan-pengembangan produk-
produk UMKM khususnya dibidang kuliner
oleh para penual empal gentong dan
pemerintah setempat menuju terwujudnya
daerah tujuan wisata kuliner.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka
dapat dirumuskan pokok permasalahannya,
yaitu: bagaimana preferensi konsumen
terhadap Empal Gentong di Desa Battembat
Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon
dan atribut mana yang sangat disukai
konsumen ?.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui preferensi konsumen terhadap
Empal Gentong di Desa Battembat
Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon
dan atribut yang sangat disukai konsumen
sehingga diharapkan akan dapat bermanfaat,
sebagai sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Kabupaten Cirebon dan
Pemerintah Kota Cirebon dalam rangka
mengemban amanah UU Nomor 20 Tahun
2008 yaitu pengembangan UMKM
khususnya di bidang kuliner/agribisnis kreatif,
sebagai bahan referensi dalam memperluas
dan atau mengembangkan ilmu pengetahuan
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000
481| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
tentang preferensi konsumen,
khususnya bagi mahasiswa dan khalayak
umum yang peduli pada pengembangan
UMKM.
Pada intinya preferensi konsumen
dapat dimaknai sebagai ukuran atau derajat
suka atau tidak suka dari konsumen terhadap
suatu produk. Kotler (1997) menambahkan
bahwa preferensi konsumen menunjukkan
kesukaan konsumen dari berbagai pilihan
produk yang ada. Teori preferensi ini
digunakan untuk menganalisis tingkat
kepuasan bagi konsumen dalam
mengkonsumsi produk. Contohnya jika
seorang konsumen mempunyai pendapatan
(uang) yang terbatas, maka ia harus memilih
dari beberapa alternatif yang dapat
memberikan nilai kepuasan optimal. Pada
umumnya konsumen mencoba mencapai
tingkat konsumsi yang paling memungkinkan
dengan tingkat pendapatan yang terbatas
(Abimanyu, 2004).
Pembelian yang ramai terhadap
produk makanan empal gentong yang dijual
pada salah satu rumah makan di Jalan Raya
Battembat menandakan bahwa konsumen
sangat suka atau suka, walaupun belum
diketahui apakah konsumen tersebut pembeli
baru atau pembeli lama. Hal ini sangat terkait
dengan preferensi konsumen terhadap empal
gentong yang dijual dari masing-masing
rumah makan.
Menurut Macfine dan Thomson-
Fitriyani (2013) menjelaskan bahwa ada 3
(tiga) faktor yang mempengaruhi preferensi
konsumen yaitu karakteristik individu,
karakteristik makanan dan karakteristik
lingkungan. Namun pada umumnya
karakteristik makanan lebih dominan
pengaruhnya yang disertai atribut-atribut pada
makanan tersebut sebagai daya sukanya
konsumen. Adapun atribut/indikatornya,
antara lain: rasa, aroma, penampakan, tekstur,
bentuk, harga, merek, kemasan dan
pelayanan. Atribut rasa pada umumnya yang
menjadi kesukaan utama pada produk-produk
kuliner, sperti empal gentong ini.
Berdasarkan kajian preferensi ini
maka akan dapat dilakukan perbaikan atau
pengembangan empal gentong ke depan yang
lebih prospektif.
tidak melakukan tidak melakukan
pembelian ulang pembelian ulang
Melakukan Pembelian Ulang
Rumah Makan
Empal Gentong
Preferensi Konsumen
Rumah Makan
Empal Gentong B
Rumah Makan
Empal Gentong C
Rumah Makan
Empal Gentong A
Informasi Evaluasi
Analisis Preferensi Konsumen
Upaya Perbaikan / Pengembangan Kuliner/Agribisnis
Kreatif Menuju Daerah Tujuan Wisata Kuliner
Konsumen:
individu, rumah
tanggga
WACHDIJONO/Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
482 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini hipotesis diajukan, yaitu:
diduga preferensi konsumen terhadap empal
gentong di Desa Battembat Kecamatan
Tengah Tani Kabupaten Cirebon paling
rendah 60 % dari rata-rata ideal atau kategori
suka.
KAJIAN LITERATUR
Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi
(2007) menjelaskan bahwa kata “preferensi
konsumen” berasal dari bahasa Inggris yaitu
“consumers preference”, yang mempuyai arti
adanya kekuatan relative dari hasrat
konsumen dalam menggunakan berbagai
barang dan jasa. Selanjutnya Kotler---
Fitriyani (2013) menjelaskan bahwa
preferensi konsumen menunjukkan kesukaan
konsumen dari berbagai pilihan produk yang
ada. Dengan demikian preferensi merupakan
syarat agar suatu produk dapat dikonsumsi
oleh konsumen, artinya bahwa suatu produk
tidak akan dikonsumsi oleh konsumen karena
tidak ada rasa suka terhadap produk tersebut
walaupun produk itu tersedia. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa produk tersebut tidak
ada preferensinya. Preferensi konsumen
adalah pilihan kesukaan atau ketidaksukaan
oleh seseorang terhadap suatu produk yang
dikonsumsi. Preferensi konsumen
menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk yang ada (Sumarwan
dkk---Fauziah, 2015).
Berkenaan dengan pengertian-
pengertian “preferensi konsumen”,
Samuelson---Fitriyani (2013)
memperkenalkan suatu teori preferensi
konsumen yang dikenal dengan sebutan
Realed Preference. Dalam teori ini
menjelaskan bahwa setiap konsumen pasti
mempunyai preferensi yang akan
menggiringnya kepada pembelian barang
kebutuhannya, artinya bahwa pembeliannya
merupakan preferensi yang nyata bagi
konsumen tersebut.
Kajian lebih lanjut, Nicholas (2002) ---
Fauziyah (2015) menjelaskan bahwa
preferensi setiap orang atau konsumen
diasumsikan mengikuti 3 (tiga) sifat dasar,
yaitu: a) Kelengkapan (Completeness),
maksudnya jika A dan B merupakan dua
kondisi, maka tiap orang selalu harus dapat
menspesifikasikannya, apakah: A lebih
disukai dar pada B atau B lebih disukai dari
pada A atau A dan B sama-sama disukai. Sifat
dasar tersebut mengasumsikan bahwa tiap
orang tidak pernah ragu dalam menentukan
pilihannya karena ia mengetahui mana yang
lebih baik. b) Transitivitas (Transitivity),
maksudnya jika seorang berkata bahwa ia
lebih menyukai A dari pada B, dan lebih
menyukai B dari pada C, maka ia harus lebih
menyukai A dari pada C. Oleh karenanya
seseorang tidak dapat mengartikulasikan
preferensinya yang saling bertentangan. c)
Kontinuitas (Continuity), maksudnya jika
seorang berkata lebih menyukai A dari pada
B, maka segala kondisi dibawah A lebih
disukai dari pada kondisi dibawah B.
Preferensi setiap orang atau konsumen
diasumsikan mengikuti 3 sifat dasar di atas,
sehingga selalu dapat menyusun urutan
(ranking) semua kondisi mulai dari yang
paling disukai hingga yang paling tidak
disukai dari berbagai produk yang ada.
Seorang konsumen yang rasional pasti akan
memilih produk yang paling disukainya
karena produk yang lebih disukai, akan
memberikan utilitas (nilai guna) yang lebih
besar dari pada barang yang kurang disukai.
Hal ini selaras dengan pendekatan utilitas
yang menjelaskan bahwa nilai suatu barang
dengan kepuasan (utilitas) yang diperoleh dari
pengkonsumsian barang tersebut (Gilarso,
2007).
Suatu contoh dari pendekatan utilitas,
yaitu pada hasil penelitian Suryana, Nurhayati
dan Junianto (2017) tentang Preferensi
Konsumen Dalam Membeli Produk Olahan
Ikan di Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten
Bandung, menjelaskan bahwa produk olahan
ikan eksisting yang paling dominan menjadi
preferensi konsumen adalah pindang ikan
tongkol dan bakso ikan, sedangkan atribut
produk yang paling dipertimbangkan adalah
rasa dan harga produk.
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000
483| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Penelitian lain yang selaras adalah hasil
penelitian Fitriana Dian Setyaningsih (2009)
tentang Analisis Preferensi Konsumen
Terhadap Buah Salak (Salacca Edulis) Di
Pasar Tradisional Kota
Surakarta menjelaskan bahwa buah salak
yang menjadi preferensi konsumen di
pasar tradisional Kota Surakarta adalah
buah salak yang mempunyai rasa manis,
berukuran
sedang (15-19 buah/kg), mempunyai tekstur
daging halus, dan mempunyai warna kulit
coklat kehitaman, sedangkan atribut buah
salak yang paling dipertimbangkan dalam
keputusan pembelian buah salak di pasar
tradisional Kota Surakarta adalah atribut
rasa. Urutan atribut dari yang paling
dipertimbangkan sampai dengan yang
kurang dipertimbangkan adalah rasa buah,
ukuran buah, tekstur daging buah dan warna
kulit buah.
Berdasarkan 2 (dua) contoh tentang
aplikasi dari konsep preferensi konsumen
menunjukkan bahwa rasa suka (preferensi)
konsumen terhadap suatu produk tidak ada
ragu-ragu (konsisten) karena dikuatkan oleh
atribut-atribut yang melekat pada produk
tersebut sehingga penelitian tentang preferensi
sangat berguna khususnya bagi para pedagang
atau pengusaha dalam rangka meningkatkan
omset penjualan yang efektif melalui
perbaikkan-perbaikkan produk berdasarkan
preferensi konsumen yang telah diketahuinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja (purposive) yaitu di Rumah Makan
Khas Empal Gentong ”RM. AMARTA” yang
berada di Jalan Raya Battembat Tengah Tani
Kabupaten Cirebon. Adapun dasar
pertimbangannya adalah bahwa RM.
AMARTA merupakan salah satu rumah
makan yang ramai pembeli dan berlokasi di
sentra penjualan empal gentong. Selain itu
pada lokasi tersebut tingkat keramaian
pembelinya berbeda-beda antara rumah
makan khas Empal Gentong yang ramai
pembeli, namun ada juga yang sepi pembeli.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei -
Juni 2016.
Dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian deskriptif melalui
pendekatan survei. Metode ini dilakukan
untuk memperoleh data-data dari fenomena
yang berlangsung dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual, baik tentang
institusi sosial dan ekonomi dari suatu
kelompok atau daerah (Natsir, 1998). Untuk
mengumpulkan data digunakan blangko
observasi yang dilakukan melalui wawancara
(interview). Data yang dikumpulkan adalah
data primer.
Populasi dalam penelitian ini
konsumen Empal Gentong yang berada di
lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara accidental sampling
(spontanitas). Menurut Sugiyono (2003),
bahwa accidental sampling merupakan teknik
pengambilan sampel berdasarkan factor
kebetulan yaitu seseorang dapat menjadi
sampel jika dinilai cocok sebagai sumber data.
Jumlah sampel ditentukan sebesar 32 (tiga
puluh dua) konsumen.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka
diperlukan batasan dalam operasionalisasi
variabel, sebagai berikut: 1) Preferensi adalah
derajat kesukaan dari konsumen terhadap
produk makanan Empal Gentong.
2) Konsumen adalah seorang individu atau
rumah tangga yang sedang melakukan
pembelian dan telah membeli empal gentong.
3) Penggolongan preferensi konsumen
mencakup 5 (lima) tingkatan, yaitu sangat
suka, suka, ragu-ragu, tidak suka dan sangat
tidak suka.
WACHDIJONO/Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
484 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Preferensi
Konsumen
Karakteristik
Makanan
1. Rasa
2. Aroma
3. Penampakan
4. Tekstur
5. Bentuk
6. Harga
7. Merek
8. Kemasan
9. Pelayanan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Data yang berupa preferensi
konsumen dari sampel, kemudian
dikumpulkan, diolah dan dilakukan analisis
secara deskriptif berdasarkan kaidah
perhitungan Skala Likert. Penggunaan skala
Likert yakni menguraikan indikator menjadi
beberapa item pertanyaan yang telah disusun
dalam bentuk questioner dan setiap
pertanyaan diberi skor yang sesuai dengan
pilihan sampel (Natsir, 1998). Adapun
perhitungan dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Setiap item pernyataan dan jawaban dari
sampel terdiri atas 5 jenis tingkatan, yaitu: 5,
4, 3, 2 dan 1. 2) Nilai atau skor tertinggi dari
setiap jawaban adalah 5 dan terendah adalah
1. 3) Kategori nilai atau skor ditentukan
berdasarkan kelas-kelas interval yang dapat
dihitung dengan rumus:
Skor tertinggi – Skor terendah
Interval =
Jumlah kelas
Kategori nilai atau skor dapat
diinterprestasikan sebagai berikut:
Pencapaian skor Kategori
4,3 - 5 Sangat suka (SK)
3,5 - 4,2 Suka (S)
2,7 - 3,4 Ragu-ragu (R)
1,9 - 2,6 Tidak suka (TS)
1,0 - 1,8 Sangat tidak suka (STS)
4) Nilai atau skor total dari variable
dihitung berdasarkan rumus:
Perolehan skor total
Proporsi skor = x 100 %
Skor tertinggi
Kategori nilai atau skor yang diperoleh dapat
diinterprestasikan sebagai berikut:
Pencapaian skor Kategori
0 - 20 % Sangat Tidak Suka (STS)
21 – 40 % Tidak Suka (TS)
41 – 60 % Ragu-ragu (R)
61 – 80 % Suka (S)
81 - 100 % Sangat Suka (SS)
5) Penentuan peringkat indicator (atribut) dari
sub
variable berdasarkan perhitungan angka
indek, sebagai berikut:
Index Value = ( (Frek. STS x 1) + (Frek. TS
x 2) +
(Frek. R x 3) + (Frek. S x 4) + (Frek. SS x 5) :
5
(Rangkuti, 2005 )
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000
485| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Untuk menguji hipotesis yang diajukan
digunakan uji-t, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menentukan model hipotesis secara verbal
dan statistik, yaitu:
Ha : Diduga preferensi konsumen terhadap
empal gentong di Desa Battembat Kecamatan
Tengah Tani Kabupaten Cirebon paling
rendah 60 % dari rata-rata ideal (suka)
Ho : Diduga preferensi konsumen terhadap
empal gentong di Desa Battembat Kecamatan
Tengah Tani Kabupaten Cirebon paling tinggi
60 % dari rata-rata ideal atau kategori ragu-
ragu sampai sangat tidaksuka.
Ha : µx > 60 %
Ho : µx ≤ 60 %
2) Menentukan nilai t-hitung (to) untuk
hipotesis yang diajukan, melalui rumus:
t-hitung = ( X – µ0)/(S /√ n)
3) Menentukan taraf signifikasi (α), misal:
α = 0,05
4) Mencari nilai t-tabel dengan α = 0,05
dan db = n – 1 (db = derajat bebas)
5) Menentukan kriteria pengujian hipotesis,
yaitu:
Jika ttabel < t-hitung , maka Ho ditolak
6) Membandingkan nilai antara ttabel
dengan t-hitung (to).
7) Buatlah kesimpulan.
Keterangan:
to = t-hitung, nilai yang dihitung
berdasarkan data sampel.
ttabel = t α ; ( n – 1 ) = derajat bebas
n = jumlah sampel penelitian
(Sudjana, 1984).
µ0 = nilai dasar preferensi yang
dihipotesiskan
X = nilai rata-rata preferensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survai terhadap 32
responden (konsumen empal gentong) dan
kaidah perhitungan Skala Likers terhadap
indikator (atribut) pada sub variable
(karakteristik makanan), yaitu rasa, aroma,
penampakan, tekstur, bentuk, harga, merek,
kemasan dan pelayanan menunjukkan nilai
rata-rata preferensi konsumen. Tabel 1
menjelaskan bahwa preferensi konsumen
terhadap empal gentong sebesar 1.115 dari
skor/nilai tertinggi 1.140 atau 79,93 %
artinya dalam kategori suka. Untuk
mengetahui signifikasi skor preferensi
tersebut maka dilakukan pengujian hipotesis
yang telah diajukan, sebagai berikut:
a) Nilai atau skor tertinggi (ideal) adalah 1440
dan terendah 888
b) Nilai atau skor rata-rata ideal adalah 45
c) Nilai atau skor yang dihipotesiskan ( µo) =
60 % dari rata-rata skor ideal:
= 60 % x 45 = 27
d) Total skor perolehan dari sampel = 1.151
atau 79,93 %
e) Nilai atau skor rata-rata (x) = Total
skor perolehan : jumlah sampel =
1.151 : 32 = 35,97
f) Mencari nilai t-hitung :
t-hitung=( 35,97 - 27)/(2.66/√32)
t-hitung=( 35,97 - 27)/0,47 = 19,08
g) Mencari nilai t-tabel pada α = 0,05
derajat bebas (db) = 32 – 1 = 31. Diperoleh
nilai t-tabel = 1,69
h) Kriteria pengujian hipotesis = Jika t-tabel
≥ t-hitung , maka Ho diterima
i) Ternyata (hasil perbandingan) = 1,69 <
19,08, maka Ho ditolak
Kesimpulan: Ho ditolak, artinya bahwa
preferensi konsumen terhadap empal gentong
di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon dalam kategori suka
dapat diterima.
WACHDIJONO/Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
486 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 1
Atribut dan Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong di Desa Battembat
No Nama
Atribut Empal Gentong Jumlah Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Trisunu 5 4 3 3 4 5 5 4 4 37 4.11
2 Nopi 3 3 3 4 4 5 2 4 5 33 3.67
3 Ibu Anisah 5 4 4 4 4 4 4 4 5 38 4.22
4 Daria 4 4 3 4 4 5 4 2 2 32 3.56
5 Muslih 5 4 4 4 4 5 4 3 2 35 3.89
6 Veri Fernando 5 4 3 4 4 5 5 4 4 38 4.22
7 Ito 4 4 4 4 4 5 4 4 4 37 4.11
8 N. Rukmana 5 5 3 5 4 3 3 4 5 37 4.11
9 Hj.Maemunah 5 5 4 4 4 4 3 4 5 38 4.22
10 Ibu Harja 4 4 4 4 4 4 3 4 4 35 3.89
11 Edi 4 4 4 5 4 4 4 4 5 38 4.22
12 Ramlan 5 5 4 4 4 4 4 4 5 39 4.33
13 Sucipto 4 4 4 5 4 3 3 4 5 36 4.00
14 Harya 4 4 5 4 3 4 3 4 4 35 3.89
15 Ria 4 3 4 4 4 4 4 4 3 34 3.78
16 Warso 5 4 5 4 4 4 1 4 1 32 3.56
17 Edi 4 3 4 4 4 4 4 4 3 34 3.78
18 Tuti 4 3 3 5 4 5 4 3 5 36 4.00
19 Yuyun 5 5 4 5 3 3 4 3 3 35 3.89
20 Rudi 4 4 4 5 4 4 5 4 4 38 4.22
21 D. Rahman 5 5 4 5 4 5 4 5 5 42 4.67
22 Iman 5 5 4 4 4 4 5 4 4 39 4.33
23 Andreas 4 4 3 4 4 4 3 3 5 34 3.78
24 Yulia 5 4 4 4 4 3 3 4 5 36 4.00
25 Dhany 4 4 4 4 3 3 3 4 3 32 3.56
26 Maria 4 4 5 5 4 4 5 4 4 39 4.33
27 Rina 5 4 3 4 4 5 4 4 4 37 4.11
28 Tono 5 3 4 3 4 5 5 4 4 37 4.11
29 Wawan 5 4 3 4 4 5 5 4 4 38 4.22
30 Nono 5 3 4 4 4 5 5 3 4 37 4.11
31 Toni 4 3 4 3 2 5 2 2 4 29 3.22
32 Yana 4 3 3 3 4 5 5 3 4 34 3.78
Jumlah 143 126 121 132 123 137 122 119 128 1151 127.888
Rata-rata 4.47 3.94 3.78 4.13 3.84 4.28 3.81 3.72 4.00 4.00
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Setelah dilakukan pengujian hipotesisnya
ternyata Ho ditolak, artinya bahwa preferensi
konsumen terhadap empal gentong di Desa
Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
adalah dalam kategori suka (S). Konsumen
yang menyukai empal gentong ini tidak asal
suka tetapi sudah mengkonsumsi sebelumnya
dan kemudian menilainya atau juga konsumen
tersebut telah melakukan perbandingan
(komparasi) terhadap jenis-jenis masakan lain
kemudian menilainya. Pada akhir penilaian
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000
487| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
menyimpulkan bahwa konsumen menyukai
empal gentong yang merupakan masakan khas
Cirebon.
Kesukaan konsumen terhadap empal gentong
dapat disebabkan oleh bermacam factor. Pada
umumnya kesukaan konsumen dewasa ini
kepada produk makanan lebih disebabkan
oleh atribut yang melekat pada produk
tersebut. Hal ini dikarenakan melalui atribut
tersebut, maka karakteristik makanannya
dapat diketahui yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman dalam penilaian
suka atau tidak suka. Terkait dengan kesukaan
konsumen terhadap empal gentong di Desa
Battembat, maka diantara atribut makanan
yang menjadi pedoman dalam penilaian
konsumen, antara lain: rasa, aroma,
penampakan, tekstur, bentuk, harga, merek,
kemasan dan pelayanan. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsumen
menyukai atribut tersebut dalam kategori di
atas sedang, yaitu suka (S) dan sangat suka
(SS). Untuk melihat tingkat kesukaan
konsumen terhadap atribut dimaksud dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Nilai Atribut Pada Karakteristi Empal Gentong
Atribut Nilai
Kategori Observasi Tertinggi
1. Rasa 143 (92,3 %) 160 Sangat suka
2. Aroma 126 (81,3 %) 160 Sangat suka
3. Penampakan 121 (78,1 %) 160 Suka
4. Tekstur 132 (85,2 %) 160 Sangat Suka
5. Bentuk 123 (79,4 %) 160 Suka
6. Harga 137 (88,4 %) 160 Sangat Suka
7. Merek 122 (78,7 %) 160 Suka
8. Kemasan 119 (76,8 % ) 160 Suka
9. Pelayanan 128 ( 82,6 % ) 160 Sangat Suka
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Konsumen sangat menyukai atribut rasa,
aroma, tekstur, harga dan pelayanan. Adapun
untuk atribut penampakan dan bentuk dalam
kategori suka. Namun demikian kesemua
atribut itu disukai konsumen sehingga dapat
menjadi pedoman bagi produsen (pedagang)
untuk senantiasa memperhatikan atribut
tersebut jika berkeinginan agar penjualan
empal gentong laku dan laba (untung) untuk
sepanjang masa serta dapat diturunkan kepada
anak-cucu.
Namun mengingat bahwa atributnya cukup
banyak (ada 9) dan setiap melakukan
perbaikkan pada item-item atributnya jelas
berimplikasi pada biaya, maka diperlukan
upaya bijak untuk menentukan peringkat
atribut yang mana harus lebih diperhatikan
atau didahulukan. Tindakan ini akan dapat
mengefektifkan upaya pencapaian tujuan
sehingga item-item yang berperingkat lebih
rendah dapat ditunda pelaksanaannya.
Adapun untuk mengetahui peringkat atribut
makanan empal gentong di Battembat dapat
dilihat pada tabel 3.
WACHDIJONO/Preferensi Konsumen Terhadap Empal Gentong Di Desa Battembat Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
488 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 3
Peringkat Nilai Atribut Empal Gentong di Desa Battembat
Karakeristik
Makanan (Atribut)
Frekuensi Jumlah
Angka
Indek 1 2 3 4 5
1. Rasa 0 0 1 15 16 32 28.6
2. Aroma 0 0 8 18 6 32 25.2
3. Penampakan 0 0 10 19 3 32 24.2
4. Tekstur 0 0 4 20 8 32 26.4
5. Bentuk 0 1 3 28 0 32 24.6
6. Harga 0 0 5 13 14 32 27.4
7. Merek 1 2 8 12 9 32 24.4
8. Kemasan 0 2 6 23 1 32 23.8
9. Pelayanan 1 2 4 14 11 32 25.6
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Penentuan peringkat atribut
berdasarkan pada besaran angka indek
sehingga atribut rasa memiliki angka indek
tertinggi (28,6) artinya bahwa atribut rasa
inilah yang menjadi lebih diperhatikan dahulu
jika empal gentong akan tetap dikunjungi
konsumen yang lebih banyak. Untuk
mempertahankan rasa memang bukan hal
yang mudah, terutama jika terjadi kenaikkan
harga-harga bumbu dapur. Hal ini berkaitan
bahwa cita rasa yang baik bermutu
memperlukan takaran atau formula bumbu
yang paten sehingga berbiaya tinggi karena
dalam menaikkan cita rasa bukan sembarang
bumbu dapat digunakan (bumbu bermutu
rendah).
Dengan diketahui nilai peringkat
atribut melalui anghka indek ini maka untuk
nilai atribut yang lebih rendah dapat ditunda
dulu pelaksanaannya, misal untuk atribut
kemasan dengan angka indek 23,8 (terendah).
Jika ada upaya perbaikkan atribut, maka
atribut kemasan jangan dilaksanakan tetapi
lebih baik dana perbaikkan atribut tersebut
dialihkan pada item atribut yang memiliki
angka indek yang lebih tinggi, misal: rasa
(28,6), harga (27,4) tekstur (26,4), pelayanan
(25,6) dan aroma (25,2).
Dengan diketahuinya preferensi konsumen
terhadap empal gentong di Desa Battembat
dalam kategori suka (S) dan atribut yang
paling disukai adalah rasa, maka dapat
menjadi bahan masukan (pertimbngan)
kepada para penjual empal gentong dan
pemerintah daerah bahwa kondisi yang
demikian sangat berpeluang untuk menjadi
daerah tujuan wisata (destinasi) kuliner
dengan cita rasa yang khas dan berkualitas.
Menjadi daerah tujuan wisata ini sangat
digalakkan oleh pemerintah di seluruh tanah
air karena multifier effect yang ditimbulkan
akan dapat menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi baru yang sangat berperan dalam
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000
489| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
SIMPULAN
Preferensi konsumen terhadap empal
gentong di Desa Battembat Kecamatan
Tengah tani Kabupaten Cirebon Provinsi
Jawa Barat dalam katagori suka (S) sehingga
sangat berpeluang untuk dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata
kuliner/agribisnis kreatif pada melalui
UMKM-UMKM. Adapun atribut pada empal
gentong yang sangat disukai konsumen adalah
rasa. Oleh karenanya dalam upaya
meningkatkan jumlah pembeli melalui
perbaikkan atribut empal gentong, maka
kepada para penjual disarankan untuk
memperhatikan atribut rasa terlebih dahulu
dan untuk menjadikan sebagai Daerah
Tujuan Wisata Kuliner, maka diupayakan
adanya sosialisasi dan sekaligus pembinaan
dari Pemerintah Daerah kepada para penjual
empal gentong dan masyarakat di sekitarnya
untuk saling sinergi mewujudkan daerah
tujuan wisata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. (2004). Ekonomi
Manajerial. Bogor: Ghalia Indonesia.
Fauziah, Eva. (2015). Hubungan Antara
Persepsi dan Preferensi Konsumen
Dengan Pengambilan Keputusan
Pembelian Buah Lokal (Studi Kasus di
Pasar Harjamukti, Pasar Pagi dan Pasar
Kanoman Kota Cirebon, Skripsi pada
Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon.
Tidak dipublikasikan.
Fitriyani, Dwi Hesti. (2013). Preferensi
Konsumen Terhadap Hasil Olahan
Daging Ayam Beku (Kasus di Pasar
Modern Giant Ekstra Kota Cirebon),
Skripsi pada Fakultas Pertanian
Unswagati Cirebon. Tidak dipublikasikan
Gilarso, T. (2007). Pengantar Ilmu Ekonomi
Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta:
Kanisius.
Natsir (1998). Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Rangkuti, Freddy. (2005). Riset Pemasaran.
Jakarta:.PT. Gramedia Pustaka Utama
Bekerjasama dengan Sekolah Tinggi
Ekonomi IBII.
Setyaningsih, Fitriana Dian. (2009). Analisis
Preferensi Konsumen Terhadap Buah
Salak (Salacca Edulis) Di Pasar
Tradisional Kota Surakarta. Skripsi pada
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Sugiyono. (2003). Statistik Untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta.
Sudjana.(1984). Metode Statistik Edisi 6.
Bandung: Tarsito.
Suryana, Asep Agus Handaka, Hurhayati,
Junianto. (2017). Peningkatan
Produktivitas dan Daya Saing Komoditas
Pertanian. Prosiding Seminar Nasional
Hasil Penelitian Agribisnis I. Ciamis:
Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Galuh.
Winarno, Sigit dan Sujana Ismaya. (2007).
Kamus Besar Ekonomi. Bandung:
Pustaka Grafika.
Indonesia (2008). Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil
Menengah. Jakarta.
Top Related