Laporan Praktikum Fisiologi
Kardiovaskular
(Tekanan darah -1)
Nama NIM Tanda Tangan
Ketua Kelompok
Anggota
Kelompok D3
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-173
1.Kesanggupan Kardiovaskular Dan Pengaruh Sikap Dan
Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah
(Harvard step test)
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur kesanggupan kerja sistem jantung dan pembuluh darah untuk
berfungsi optimal pada keadaan istirahat dan kerja.
B. Pendahuluan
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat
jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Cold pressor test merupakan test peningkatan tekanan darah dengan
pendinginan yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada
tangan yaitu diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat
celcius selama kurang lebih satu menit. Perbedaan tekanan darah setelah
intervensi dan saat tekanan basal menunjukkan aktivitas vascular dimana
dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik ≥ 20 mmHg dan tekanan diastolic
≥15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan tekanan darah masih
dibawah angka angka tersebut. Lewis, dalam penelitiannya mengatakan bahwa
jika jari diletakkan dalam suhu air 1-18 derajat celcius, akan menimbulkan rasa
nyeri hebat. Akan tetapi, apabila suhu melebih 18 derajat celcius, rasa nyeri tidak
akan terjadi. Rasa nyeri pada temperatur rendah, secara progressive akan terus
meningkat hingga mencapai waktu maksimal 1 menit.
C. Alat-alat dan bahan
1. Sfigmomanometer
2. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
3. Bangku setinggi 19 inci
4. Metronom (frekuensi 120/menit)
5. Stetoskop
Indeks kesanggupan badan =lama naik turun dalam detik x 100
5.5x harga denyut nadiselama 30” pertama
D. Cara kerja
A. Percobaan naik turun bangku (Harvard step test)
1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil
mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.
2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat
pada satu detakan metronom.
3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya
dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku diturunkan ulang
sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak
lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan
mengunakan sebuah stopwatch.
7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut
nadi selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-m,asing dari 0”-30”, dari 1”-130”
dan dari 2”-2”30”.
8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya
menurut 2 cara berikut ini:
a. Cara lambat:
Penilaiannya:
Kurang dari 55 = kesanggupan kurang
55-64 = kesanggupan sedang
65-79 = kesanggupan cukup
80-89 = kesanggupan baik
Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik
b. Cara cepat: Rumus
Indeks kesanggupan badan =2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”
lama naik-turun dalam detik x 100
Dengan daftar:
Lamanya
percobaan
Pemulihan denyut nadi dari 0'' hingga 30''
40- 45- 50-55
-
60
-
65
-
70
-
75
-
80
-
85
-
90
-
4 4 5 5 6 6 7 7 8 8
4 9 4 9 4 9 4 9 4 9
0''-29'' 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0''30''-0''59'' 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10
1'0''-1'29'' 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15
1'30''-1'59'' 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20
2'0''-2'29'' 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2'30''-2'59'' 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
3'0''-3'29'' 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3'30''-3'59''10
085 80 70 65 60 55 55 50 45 45
4'0''-4'29''11
0
10
090 80 75 70 65 60 55 55 50
4'30''-4'59''12
5
11
0
10
090 85 75 70 65 60 60 55
5'0''13
0
11
5
10
595 90 80 75 70 65 65 60
Petunjuk-petunjuk:
Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan
Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30”
pertama
Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.
Penilaiannya:
Kurang dari 50 = kurang
50-80 = sedang
Lebih dari 80 = baik
E. Hasil pemeriksaan
A. Percobaan naik turun bangku (harvard step test)
OP = Agung, denyut nadi awal = 72x/menit, kesanggupannya berhenti 2 menit 48
detik atau 168 detik. Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb:
- 0” - 30” = 85x
- 1’ - 1’30” = 74x
- 2’ - 2’30” = 60x
Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:
a. Cara lambat
Lama naik turun dalam detik x 100
2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”
168 detik x 100
2 x (85+74+60)
Sehingga kesanggupan OP kurang
b. Cara cepat
Lama naik turun dalam detik x 100
5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30” pertama
168 detik x 100
5.5 x 85
Jadi kesanggupan OP kurang
Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas
kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama ia
mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih
ke frekuensi normal, maka semakin baik pula kesanggupannya.
Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan
curah jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan
oksigen meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah
jantung juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena
peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui
aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini
mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat
dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.
Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan
epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan
=
= =
=
= =
38,36
35,94
kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih
banyak darah yang dikandungnya. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena,
yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan
volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut.
Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan
denyut nadi meningkat.
Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai sebesar 38,36 dengan
menggunakan rumus lambat. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan
yang kurang sesuai. Sementara itu, dengan menggunakan rumus cepat OP mendapat
nilai 35,94. Hal ini menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai
dengan kriteria. Hal ini terjadi karena OP sendiri jarang berolahraga.
Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional
individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada
tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik
akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah
jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif.
Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB)
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari
IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.
F. Pembahasan
Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
dasar yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh
darah di arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh
kita melakukan kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan
pembuluh darah yang bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan
lokal, saraf dan hormonal.
Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan
yang mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah
melalui efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi
otot rangka dan jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan
kebutuhan akan pasokan darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas
metabolic keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan.
Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik.
Pengaturan Tekanan Darah
1. Kontrol Ekstrinsik, saraf dan hormonal
Kontrol ekstrinsik terhadap jari-jari arteriol mencakup pengaruh pengaruh
saraf dan hormonal dengan efek system saraf simpatis yang terpenting. Serat serat
saraf simpatis mempersarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh kecuali di otak.
Peningatan aktivitas simpatis (hiperreaktor) menimbulkan vasokonstriksi arteriol
umum, sedangkan penurunan aktivitas simpatis (hiporeaktor) menyebabkan
vasodilatasi arteriol umum. Menurut hines-brown, insiden hioertensi tingi pada
golongan yang hipereaktor. Vasokonstriksi umum yang diinduksi oleh simpatis secara
refleks mengurangi aliran darah ke sel sel jaringan perifer, sehingga kompensasinya
adalah peningkatan tekanan arteri rata rata agar darah dapat mengalir ke semua organ
hingga ke jaringan perifer. Aktivitas simpatik tonik juga untuk mempertahankan
tekanan sehingga organ organ dapat menyerap darah sesuai keperluan melalui
mekanisme local yang mengontrol jari jari arteriol. Persarafan parasimpatis ke arterio
tidak bermaksna, vasodilatasi di tempat tempat lain ditimbulkan oleh penurunan
aktivitas vasokonstiktor simpatis di bawah tingkat toniknya, ketika tekanan arteri rata
rata meningkat di atas normal, timbul refleks berupa reduksi aktivitas vasokonstriksi
simpatis yang menyebabkan vasodilatasi arteriol umum yang membantu menurunkan
tekanan pendorong ke tingkat normal.
Bagian utama di otak yang bertanggung jawab menyesuaikan keluaran
simpatis ke arteriol arteriol adalah pusat kontrol kardiocaskular di medulla batang
otak. Ini adalah pusat integrasi bagi pengaturan tekaan darah, beberapa bagian lain
juga mempengaruhi distribusi darah, yang paing menonjol adalah hipotalamus, yang
sebagian dari fungsinya mengnotrol suhu, mengontor aliran darah ke kulit untuk
menyesuaikan julah panas yang keluar ke lingkungan. Selain aktivitas refleks saraf,
beberapa homron juga memepngaruhi jari jari arteriol hormon ini mencakup hormon
medulla adrenal epinefrin dan norepinefrin, yang secara umum memperkuat system
saraf simpatis di sebagian besar jaringan serta vasopressin dan angiotensin II, yang
penting dalam mengontrol keseimbangan cairan. Stimulasi simpatis pada medulla
adrenal menyebabkan kelenjar endokrin ini mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin.
Norepinefrin medulla adrenal berkaitan dengan reseptor α seperti yang secara
simpatis dilepaskan norepinefrin untuk menimbulkan vasokonstriksi umum.
Namun ,epinefrin, hormon medulla adrenal yang paling banyak, berikatan dengan
reseptor α dan β2 . Pengaktifan reseptor β2 menimbulkan vasodilatasi, reseptor
tersebut paling banyak di arteriol jantung dan otot rangka, selama aktivitas simpatis
epinefrin yang dikeluarkan berikatan dengan resepton β2 di jantung dan otot rangka
untuk memperkuat mekanisme vasodilator local di jaringan ini.
2. Refleks Baroreseptor
Setiap perubahan tekanan darah rata rata akan mencetuskan refleks
baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta
pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai
usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Refleks baroreseptor mencakup
reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Respon
terpenting dalam pengaturan tekanan darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor
lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan
tekanan arteri rata rata dan tekanan nadi. Ketangggapan reseptor-reseptor tersebut
terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan mereka sebagai sensor
tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik atau diastolic dapat mengubah
tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata rata. Baroresptor terletak di tempat
strategis untuk menyediakan informasi mengenai tekanan darah arteri di pembuluh –
pembuluh yang meglir ke otak (baroresptor sinus karotikus) dan di arteri utama yaitu
baroresptor lengkung aorta.
Baroresptor secara kontinue mengahasilkan potensial aksi sebagai respon
terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata rata atau nadi)
meningkat, potensial reseptor di kedua baroreseptor itu meningkat, sehingga
kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga
meningkat, berlaku juga jiga sebaliknya, apabila tekanan darah menurun kecepatan
pembentuka aksi di neuron aferen oleh baroreseptor berkurang. Pusat integrasi yang
menerima impuls aferen adalah pusat kontrol kardiovaskular, terletak di medulla di
system batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system sara otonom, pusat
kardiovaskular mengubah rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ
organ efektor (jantung dan pembuluh darah).
I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah
satu contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat
berubah. Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan
tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah
o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor.
II. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)
Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal
kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan:
a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism
menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk
menghasilkan ATP.
b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif
c. Peningkatan asam – lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari
peningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga
terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk
menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik.
d. Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan
mengalahkan kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient
konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.
e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena
meningkatnya pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.
f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas
metabolism atau kekurangan O2, terutama di otot jantung.
g. Pengeluaran prostaglandin
Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan
setelah beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi
peningkatan aliran balik vena.
Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini
menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas
otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan
frekuensi denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri
radialis, suara detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan
memakai kedua factor tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang
dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.
G. Kesimpulan
1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat. Tekanan
darah yang meningkat disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau
vasokonstriktor dan adanya respon stress yang merangsang hormon adrenalin.
2. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan
curah jantung dan juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang
saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat.
2.Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah
Arteri Pada Orang
TUJUAN
1. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara auskultasi dengan
penilaian menurut metode lama dan metode baru “The American Heart
Association” (A.H.A)
2. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran takanan darah A. Brachialis pada sikap
berbaring, duduk, berdiri
5. Menguraikan berbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan
darah pada ketiga sikap tersebut diatas
6. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja
otot
7. Menjelaskan pelbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan
darah sebelum dan sesudah verja otot.
ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
I.PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP
BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI
Sikap Telentang
1. Suruhlah OP telentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sigmomanometer pada lengan kanan OP
3. Carilah palpasi denyut A. Brachialis pada fossa cubiti dan denyut A. radialis
pada pergelangan tangan kanan OP
4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkan kelima fase Korokraff dalam
pengukuran tekanan darah OP tersebut
5. ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata
dan catatlah hasilnya
Duduk
6. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk.
Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan
cara yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan
nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh berdiri.
Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan
cara yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan
nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap berbeda
diatas.
II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT
1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP dengan penilaian menurut metode
baru pada sikap duduk (OP tak perlu yang sama pada sub. I)
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah OP berlari ditempat dengan frekuensi
±120 loncatan / menit selama 2 menit. Segara setelah selesai, OP disuruh
duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangilah pengukuran darah ini setiap menit sampai tekanan darahnya
kembali seperti semula.
Catat hasil pengukuran tersebut.
III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN
CARA PALPASI
1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap duduk dengan cara
auskultasi.
2. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara
palpasi.
HASIL
I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA
SIKAP BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI
Tekanan darah OP pada sikap berbaring
Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata
1 2 3
Fase 1 120 100 110 110
Fase 2 - - - -
Fase 3 70 80 70 73.33
Fase 4 60 70 60 63.33
Fase 5 50 60 50 56.67
Tekanan darah OP pada sikap duduk
Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata
1 2 3
Fase 1 110 110 90 103,34
Fase 2 - - - -
Fase 3 80 80 70 76.67
Fase 4 70 70 60 66,67
Fase 5 60 60 50 56,67
Tekanan darah OP pada sikap berdiri
Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata
1 2 3
Fase 1 110 110 105 110
Fase 2 - - - -
Fase 3 80 80 70 76.67
Fase 4 70 70 60 66,67
Fase 5 60 60 50 56,67
II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT
Keterangan OP (Jean) Rata-rata sesudah
Sebelum Sesudah
Fase 1 120 140 120 130
Fase 2 110 120 110 115
Fase 3 100 100 100 100
Fase 4 90 50 80 65
Fase 5 80 30 70 50
III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN
CARA PALPASI
Keterangan OP (Elys)
Auskultasi Palpasi
Fase 1 110 110
Fase 2 - -
Fase 3 100 -
Fase 4 90 -
Fase 5 75 -
PEMBAHASAN
Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,
bergantung pada volumen darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance
atau daya regang (distensibility), dinding pembuluh yang bersangkutan. Tekanan
sistol adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke
dalam pembuluh tersebut selama sistol ventrikel, rata-rata adalah 120 mmHg.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah
mengalir ke luar ke pembuluh-pembuluh di hilir sewaktu diastol ventrikel, rata-rata
adalah 80 mmHg. Tekanan (denyut) nadi (pulse pressure) adalah perbedaan antara
tekanan sistol dan diastol. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul
kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar.
Cara menetapkan tekanan darah dengan cara auskultasi adalah dengan
mendengarkan bunyi pembuluh di arteri brachialis, yaitu bunyi-bunyi fase korotkow.
Bunyi tersebut terdapat 5 fase, yaitu;
Fase 1: Bunyi pembuluh seperti bunyi jantung 1, yaitu bunyi pertama kali
ketika manset dikendorkan, bunyi ini merupakan sistol.
Fase 2: Seperti fase 1 ditambah bunyi bising, terkadang bunyi ini sulit
ditangkap
Fase 3: Suara bising hilang, dan terdengar kembali seperti fase 1, namun
paling keras.
Fase 4: Bunyi paling lemah
Fase 5: Bunyi sudah mulai tidak terdengar, ini merupakan diastol.
Denyut yang dapat diraba di sebuah arteri yang berada dekat dengan permukaan kulit
ditimbulkan oleh perbedaan antara tekanan kulit ditimbulkan oleh perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini dikenal sebagai tekanan nadi
(pulse pressure). Sebagai contoh, apabila tekanan darah adalah 120/80 mmHg,
tekanan nadi adalah 40 mmHg (120 mmHg-80mmHg).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat aktivitas kontraktil otot polos
arteriol, sehingga, pada dasarnya, resistensi terhadap aliran di pembuluh ini juga
terpengaruh. Faktor-faktor ini dikelompokkan ke dalam kedua kategori; control local
(intrinsik), yang penting untuk menyesuaikan aliran darah dengan kebutuhan
metabolik jaringan tempat pembuluh tersebut berada, dan control ekstrinsik, yang
penting untuk mengatur tekanan darah.
Pada percobaan pertama, yaitu pengukuran tekanan darah pada arteri
brachialis pada sikap tidur telentang, duduk, dan berdiri didapatkan hasil pengukuran
rata-rata tekanan darah yang berbeda pada setiap posisi tersebut. Ini terlihat pada
hasil rata-rata yang didapatkan. Pada saat tidur terlentang, tekanan darah relatif lebih
rendah. Namun ketika berganti posisi menjadi duduk dan berdiri, tekanan itu terlihat
sedikit naik dari sebelumnya. Hal ini semua dapat terjadi karena salah satu faktor
yang mempengaruhi tekanan darah seseorang adalah gravitasi. Dimana ketika posisi
tidur terlentang, Gaya gravitasi tidak terlalu berat mempengaruhi aliran darah ke
seluruh tubuh. Namun ketika duduk dan berdiri, gaya gravitasi itu bekerja lebih besar
pada tubuh. Sehingga jantung harus bekerja lebih, agar darah dapat sampai ke bagian-
bagian tubuh, terutama bagian tubuh yang letaknya lebih diatas jantung. Namun pada
pengukuran diatas, posisi duduk agak lebih tinggi tekanan darahnya dari pada posisi
berdiri. Hal ini mungkin lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang sudah
ditulis diatas.
Pada percobaan kedua, yaitu pengukuran tekanan darah pada saat selesai
melakukan kerja otot. Didapatkan hasil bahwa tekanan darah meningkat dari keadaan
normal sebelumnya. Karena selama olah raga, tidak saja terjadi peningkatan curah
jantung, tetapi distribusi curah jantung disesuaikan untuk menunjang peningkatan
aktivitas fisik tersebut. Persentase curah jantung yang mengalir ke otot rangka dan
jantung meningkat, sehingga lebih banyak O2 dan nutrien yang disalurkan untuk
menunjang peningkatan kecepatan konsumsi ATP di kedua jaringan tersebut.
Persentase curah jantung yang mengalir ke kulit meningkat sebagai cara untuk
menyalurkan kelebihan panas yang dihasilkan oleh otot ke permukaan tubuh untuk
dieliminasi. Peningkatan persentase aliran darah ke otot rangka dan jantung diimbangi
oleh penurunan persentase curah jantung ke organ lain. Hanya besar aliran darah ke
otak yang tidak berubah pada saat terjadi penyesuaian distribusi curah jantung ketika
berolahraga. Hal itu semua mempengaruhi kerja jantung, sehingga tekanan jantung
meningkat.
Pada percobaan ketiga, ketika melakukan perbandingan antara cara
pengukuran palpasi dan auskultasi. Pada pengukuran secara palpasi hanya dapat
meraba denyut pada saat sistol. Tetapi pada pengukuran cara auskultasi, dapat
didengar fase korotkow dari fase 1 sampai 5, kecuali pada fase 2 yang sangat sulit
didengar. Oleh sebab itu, pengukuran cara auskultasi lebih efektif dari pada cara
palpasi.
KESIMPULAN
1. Kerja jantung sangat berkaitan sekali dengan tekanan darah yang diukur. Makin
tinggi kerja jantung, maka makin tinggi pula tekanan darah yang diukur. Dan
sebaliknya
2. Peningkatan atau penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai factor dari
dalam maupun luar tubuh. Salah satu pengaruh dari luar tubuh ialah gaya
gravitasi.
3. Ketika olah raga, tekanan darah meningkat. Hal ini dikarenakan jantung bekerja
lebih keras memompa darah, agar organ-organ tubuh yang terlibat olah raga,
mendapat suplai O2 yang cukup untuk menghasilkan energy.
4. Pengukuran tekanan darah cara auskultasi lebih efektif dibandingkan cara palpasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke – 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002. hal 340 – 444
2. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke – 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. hal. 276.
3. Nurachmach, E. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba Medika; 2009.hal. 20-21.
4. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008
Top Related