Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsumsi kafein selama kehamilan dengan risiko terjadinya abortus terlepas dari pregnancy related symptom
Study design: prospective kohort Hasil :
1. Pengonsumsian kafein lebih dari 200 mg/ hari dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus aHR 2,23 ( confidence interval 1.34 sampai 3.69) dibandingkan dengan pengonsumsian kafein kurang dari 200 mg/hari aHR 1,42( 95% confidence interval 0.93 sampai 2.15)
2. Insiden morning sickness dan perubahan pola dari pengonsumsian kafein selama kehamilan tidak mempengaruhi tujuan dari studi ini yaitu 3. Kejadian abortus dengan pengonsumsian kafein selama kehamilan sering terjadi pada wanita yang belum pernah mengalami keguguran (aHR 2.33, 1.48 sampai 3,67) dibandingkan dengan wanita yang pernah mengalami keguguran(aHR 0.81, 0.34 sampai 1,94)
Kesimpulan: Dari studi ini didapatkan pengomsumsiaan kafein dalam jumlah banyak dapat meningkatkan resiko dari keguguran terlepas dari pregnancy related symptom
Kafein dapat menembus barrier plasenta sedangkan metabolisme kafein pada fetus lebih lambat karena kurangnya enzim.
Kafein dapat juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel lewat peningkatan konsentrasi Cyclic Adenosin Triphosphate
Kafein menurunkan perfusi oksigen ke janin lewat peningkatan sirkulasi katekolamin
Banyak penelitian sebelumnya sudah meneliti tentang hubungan kafein dengan resiko abortus tetapi masih banyak kekurangan seperti kurangnya jumlah peserta, tidak menilai faktor- faktor lain seperti merokok, konsumsi alkohol, dan pregnancy related symptom. Penelitian sebelumnya juga menyertakan wanita yang usia kehamilannya sudah melebihi 20 minggu
Di USA kopi, teh dan minuman bersoda adalah sumber utama dari kafein . Rata- rata pengonsumsian kafein mencapai 106 – 170 mg/hari dan 58 mg/ hari pada perempuan hamil.
Penelitian dilakukan di Kaiser Pernamente Medical Care Program (KPMCP) San Fransisco
Pengumpulan data dilakukan selama 2 tahun dari Oktober 1996 sampai Oktober 1998.
Kriteria Inklusi: wanita hamil yang sudah memastikan kehamilan lewat tes kehamilan, hamil kurang dari 20 minggu, berbicara menggunakan bahasa inggris, tinggal di San Fransisco, dan bersedia untuk diwawancara
Kriteria eksklusi : peserta tidak bersedia untuk mengikuti wawancara
Peserta adalah 1063 perempuan hamil yang memenuhi kriteria inklusi
METODE
Setiap peserta ditanya mengenai kebiasaan konsumsi kafein sejak HPHT peserta berupa jenis minuman yang diminum, pola konsumsi kafein ( waktu ,frekuensi, jumlah). Apakah ada perubahan peningkatan atau penurunan pola konsumsi.
Jumlah cafein dalam 150 mL minuman:caffeinated coffee 100 mgdecaffeinated coffee 2 mgcaffeinated tea 39 mgcaffeinated soda 15 mghot chocolate 2 mg
Informasi lain seperti umur peserta, ras, pendidikan, pendapatan rumah tangga, status pernikahan merokok, konsumsi alkohol, dan pregnancy related symptom juga diwawancara.
Pemantauan kehamilan sampai minggu ke-20 melalui 1. medical record2. database rumah sakit3. menghubungi pasien apabila cara yang pertama dan kedua tidak dapat dilakukan.
Pengelolaan data menggunakan Cox proportional hazard
Dari studi ini didapatkan adanya peningkatan dari resiko keguguran pada perempuan hamil yang mengonsumsi kafein dan dosis kafein yang paling berpengaruh adalah dosis lebih dari 200 mg/ hari
Penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti pregnancy related symptom
Pada pasien yang tidak mengubah pola konsumsi cafein yang lebih dari 200 mg/ hari selama kehamilan, hampir 80% dapat meningkatkan risiko
Cafein lebih bertanggung jawab terhadap peningkatan resiko abortus daripada bahan- bahan lain yang terkandung dalam kopi karena konsumsi kafein pada minuman lain ( selain kopi) juga menunjukkan adanya peningkatan resiko abortus.
Hubungan antara konsumsi kafein dengan peningkatan resiko abortus didapatkan lebih tinggi pada perempuan yang belum pernah keguguran, tidak merokok
DISKUSI
Keguguran yang disebabkan oleh konsumsi kafein selama kehamilan lebih sering terjadi pada umur kehamilan 8 minggu atau lebih sedangkan pada kehamilan kurang dari 8 minggu sering disebabkan oleh adanya kelainan kromosom.
Kekurangan dari penelitian ini adalah konsumsi jumlah kafein pada tiap jenis minuman berbeda- beda. Sedangkan pada penelitian ini diambil nilai rata- rata jumlah kafein
Top Related