SILMI NOOR RACHNI112.0221.1581 MARET 2013
REFERATDENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)
LATAR BELAKANG
DHF ~ DBD
infeksi tropik endemik di Indonesia
1994 : incidence rate 9,7 per 100.000 penduduk
2004 : kejadian luar biasa incidence rate 29,7 per 100.000 jumlah kematian sebanyak
724 org.
2 penyebab kematian utama :- Pemeriksaan penyaring yang kurang ketat
- Keterlambatan pasien datang ke sarana yankes
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
VIRUS DENGUE Flavivirus 4 serotipe
EPIDEMIOLOGI
>> daerah tropik & Subtropik>> pada anak 2-15 tahunMusim panas & musim penghujan>> Asia Tenggara, Pasifik barat & Karibia
Beberapa faktor berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor dai satu tempat ke tempat lain
Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin
Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk
PATOGENESIS DHF
MANIFESTASI KLINIK
Fase – Fase Infeksi Dengue
Infeksi Dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamik. Dimana memiliki memiliki spektrum klinis yang luas yang meliputi manifestasi klinis baik berat dan non-berat
Setelah masa inkubasi, penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga fase : demam, kritis dan pemulihan
DEMAM DENGUEDEMAM DENGUEDHFDHF
Demam akut 2-7 hari diikuti 2 manifestasi lain :
- Nyeri kepala- Nyeri retroorbital- Mialgia/artralgia- Ruam kulit- Manifestasi perdarahan
(petekhie/uji Tourniqet (+))- Leukopenia
Demam/riw. Demam akut antara 2-7 hari biasanya Bifasik.
Diikuti min. 1 dari manifestasi perdarahan :- Uji Tourniqet (+)- Petekhie, ekimosis/purpura- Perdarahan mukosa/perdarahan tempat
lain- Hematemesis/melena
Trombositopeni (<100.000)Terdapat min. 1 tanda plasma leakage :- Peningkatan Ht > 20% dibandingkan
standar sesuai umur & jenis kelamin- Peningkatan Ht > 20% setelah
mendapatkan terapi cairan dibandingkan Ht sebelumnya
- Tanda kebocoran plasma : efusi pleura, ascites, hipoproteinemia
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG DHF
Pemeriksaan Laboratorium DHF
Leukosit dapat normal atau menurunMulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari total leukosit), disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit umumnya trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat
Ureum, Kreatinin bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue- pada hari 4-5 timbul IgM yg kemudian diikuti timbulnya IgG- ada kalanya hasil uji IgM masih negatif ulang sampai hari ke-6 masih negatif, dilaporkan sbg negatif- IgM dapat bertahan dlm darah sampai 2-3 bulan setelah infeksi utk memperjelas hasil IgM, dapat dilakukan uji IgG juga.
Uji HI - Gold standard pemeriksaan serologis- sensitif tapi tidak spesifik tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi- untuk diagnosis kenaikan titer konvalesens 4x lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai persumptif (+) atau diduga positig infeksi dengue yg baru terjadi (recentdengue infection)
NS1 - Antigen NS 1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke delapan- Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan spesifisitas 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standard kultur virus.
Pemerikaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan)
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
KRITERIA DIAGNOSIS DHFKriteria Klinis :
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab yg jelas & berlangsung terus-menerus 2-7 hari- Manifestasi perdarahan (petekhie, RL (+), epistaksis, gusi berdarah)- Hepatomegali- Syok
Kriteria Laboratoris :
- Trombositopenia (<100.000/mm3)- Hemokonsentrasi (Ht >20%)
Dinyatakan DHF, minimal 2 gejala klinis yang (+) dan 1 hasil lab (+) bila gejala dan tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas, maka dinyatakan Demam Dengue
DIAGNOSIS BANDING
Demam tifoidCampakInfluenzaChikungunyaIdiophatic Trombocytopenia Purpura (ITP)leptospirosis
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi spesifik PRINSIP UTAMA : TERAPI SUPORTIF
(Pemeliharaan Volume Cairan Sirkulasi)
Demam Dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam, pasien dianjurkan :
Tirah baring, selama masih demam.Obat antipiretik atau kompres hangat apabila diperlukan.Obat analgetik atau sedative ringan.Pemberian cairan dan elektrolit per oral.Monitor suhu, trombosit dan hematokritKontrol setiap hari sampai demam turun
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) : Tidak berbeda dengan Demam Dengue, bersifat simtomatik
dan suportif serta penggantian volume plasma. Bila pasien mengalami kesulitan dalam makan masukan nutrisi
dengan NGT atau cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi berat.
Transfusi trombosit bila terjadi penurunan trombosit yang significant.
Pemantauan tanda-tanda vital setiap 2 jam dan trombosit dan hematokrit tiap 6 jam.
PROTOKOL 1Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa TANPA
SYOK
PROTOKOL 2Pemberian Cairan Pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang
Rawat
PROTOKOL 3penatalaksanaan DBD
dgn peningkatan Ht > 20%
PROTOKOL 4Penatalaksanaan
Perdarahan Spontan
PROTOKOL 5Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada
Dewasa
PROGNOSIS
Pada DBD dan terutama DSS dengan penatalaksanaan yang tidak tepat memiliki angka mortalitas yang tinggi
Top Related