8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
1/20
LAPORAN KASUS
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
Nama Dokter : dr. Diaga
Nama Wahana : RSUD Bayu Asih Purwakarta
Identitas Pasien
Nama : An. R Usia : 23 tahun Alamat: Kp.Jati Jajar Agama : Islam Suku : Sunda Status : Belum Menikah
Dilakukan anamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 12 Maret 2012
Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kejang 2 jam SMRS, kejang bergerak menghentak-hentak tangan dan kaki, pasien
tidak sadar dan mata menghadap ke atas, kejang terjadi sebanyak satu kali dan berlangsung
selama kurang dari dari lima menit. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh panas badan yang
timbul mendadak, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari, panas disertai batuk dan pilek.
Panas disertai mual dan muntah sehingga pasien tidak dapat makan hanya dapat minum selama 2
hari.
Pasien tidak ada gangguan BAB dan BAK. Pasien sudah berobat ke klinik sebelumnya
sebanyak 1 kali, obat sudah habis tetapi tidak ada perbaikan.
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
2/20
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengalami kejang sebelumnya terutama saat panas badan. Pasien tidakpernah kejang saat sedang tidak panas badan.
Pasien tidak memiliki alergi obat-obat atau makanan tertentu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan sama disangkal
Riwayat keluarga dengan alergi disangkal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di Ruangan IGD RSUD Bayu Asih pada tanggal 12 Maret
2012
Kesadaran: Somnolen GCS : 12 (E:4,M:5,V:3) Berat badan : 13 kg Tanda-tanda vital:
o Nadi: 160x/menito Respirasi: 32x/menito Suhu: 38,9oC
Kepala: Bentuk dan ukuran simetriso Mata : Konjungtiva anemis -/- sclera icteric -/-
Leher: KGB tidak teraba, kaku kuduk (+) Thorax:
Bentuk dan gerak simetris
Cor: BJ murni, regular, murmur (+) sistolik gr II a/r mitral valve, penjalaran (+) sampai
parasternal V kiri, gallop (-)
Pulmo: VBS ka=ki, rhonchi +/+, wheezing -/-
Abdomen: datar, soepel, BU (+) meningkat, NT tidak dapat dinilai, H/L tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, CRT
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
3/20
Pemeriksaan Lab:
Tgl 12-03-2012
Lab darah :
Hb:14,5 gr/dLHt : 43,7%
Leukosit: 28.400/mm
3
Eritrosit : 4,72 jt/mm3Trombosit: 377.000
Lab metabolik
GDS : 166 gr/dL
Rumusan Masalah
Obs. Febris dengan kejang ec. Susp Meningoencephalitis + Susp. Bronchopneumonia
Tatalaksana
IVFD RL 10 tts/menit Inj. Ampicillin, 4 x 400 mg, IV Inj. Cefotaxime, 4 x 400 mg, IV Inj. Dexamethasone, 3 x 25 mg, IV Inj. Fenobarbital. 2 x 26 mg , IV IVFD manitol 65 tts/menit sesuai protap IVFD aminosteril 120 cc/hari Puasa NGT Balance cairan
Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad malam
Quo ad functionam: dubia ad malam
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
4/20
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta: dr. Diaga
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Bayu Asih Purwakarta
Topik: Obs. Febris dengan Kejang e.c. Suspect Meningoencephalitis + Suspect
Bronchopneumonia + KEP
Tanggal (kasus): 12 Maret 2012
Tanggal Presentasi: 28 Maret 2012 Pendamping: dr. Edi Junaedi
Tempat Presentasi: RSUD Bayu Asih Purwakarta
Objektif Presentasi:
Diagnostik
Anak
wanita, 7 tahun berat badan 13 kg, somnolen, tidak anemis tidak
ikterik dating dengan keluhan kejang.
Mendiagnosis dan menatalaksana pasien
Bahan Bahasan: Kasus
Cara Membahas: Diskusi
Data pasien: Nama: An.R Nomor registrasi: 110652
Nama klinik:IGD RSUD Purwakarta Telp: - Terdaftar sejak: 12 Maret 2012
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / GambaranKlinis:
Pasien kejang 2 jam SMRS, kejang bergerak menghentak-hentak tangan dan kaki,
pasien tidak sadar dan mata menghadap ke atas, kejang terjadi sebanyak satu kali dan
berlangsung selama kurang dari dari lima menit, setelah berhenti kejang pasien menjadi
lemas dan seperti mengantuk. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh panas badan yangtimbul mendadak, panas dirasakan terus menerus sepanjang hari, panas disertai batuk dan
sesak. Panas disertai mual dan muntah sehingga pasien tidak dapat makan hanya dapat
minum selama 2 hari. Pasien tidak ada gangguan BAB dan BAK. Pasien tidak ada
riwayat batuk lama.
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
5/20
2. Riwayat Pengobatan: Pasien sudah berobat ke klinik sebelumnya sebanyak 1 kali,
obat sudah habis tetapi tidak ada perbaikan.
3. Riwayat kesehatan / Penyakit: Pasien sering mengalami kejang sebelumnya
terutama saat panas badan. Pasien tidak pernah kejang saat sedang tidak panas badan.
Bila kejang dengan demam pasien biasanya dirawat di klinik saja, baru kali ini dibawa ke
RSUD Bayu Asih. Pasien tidak memiliki alergi obat-obat atau makanan tertentu.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang pernah mengalami kejang. Tidak ada
dalam keluarga pasien yang batuk lama. Tidak ada dalam keluarga pasien yang sedang
dalam pengobatan 6 bulan. Tidak ada dalam anggota keluarga pasien yang pernah
didiagnosis oleh dokter mengidap flek paru. Tidak ada dalam anggota keluarga pasien
yang pernah didiagnosis oleh dokter mengidap bronchitis.
5. Riwayat pekerjaan: Pelajar
6. Kondisi lingkungan social dan fisik: pasien berasal dari keluarga yang tidak mampu.
7. Lain-lain:
Keluarga pasien merasa terganggu dengan penyakitnya karena pasien menjadi terhalang
untuk beraktivitas seperti sedia kala dan tidak dapat makan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di Ruangan IGD RSUD Bayu Asih pada tanggal 12Maret 2012
Kesadaran: Somnolen PGCS : 12 (E:4,M:5,V:3) Kesan sakit : Berat Berat badan : 13 kg Tanda-tanda vital:
o Nadi: 160x/menit, ekual, isi cukupo Respirasi: 32x/menit, thorakoabdominalo Suhu: 38,9oC (aksilla)
Kulit : Tidak anemis, tidak ikterik, turgor kembali cepat Kepala: Bentuk dan ukuran simetris
o Rambut : hitam, distribusi rata, tipis, tidak mudah dicabut.
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
6/20
o Mata : Konjungtiva anemis -/- sclera icteric -/-o Pupil : bulat, isokor, diameter 3 mm.o Refleks cahaya direk/ indirek +/+, refleks kornea +/+o THT : Pernapasan cuping hidung +/+, secret (-)
Leher: KGB tidak teraba, kaku kuduk (+) Thorax: Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostalis (+)
o Cor: BJ murni, regular, murmur (+) sistolik gr II a/r mitral valve,penjalaran (+) sampai parasternal V kiri, gallop (-)
o Pulmo: VBS ka=ki, rhonchi +/+, wheezing -/- Abdomen: datar, soepel, BU (+) meningkat, NT tidak dapat dinilai, H/L tidak
teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
7/20
4. Garna H, Suroto E, Hamzah, Nataprawira H M, Prasetyo D, 2000, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi kedua, Bag/SMF I.K.A
FKUP/RSHS, Bandung, halaman 354-355
5. http://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age/en/index.html 6. Homeier, Barbara P. 2005.Encephalitis. (,http://www.kidshealth.org/parent/
infections/bacterial_viral/encephalitis.html ).
7. Saanin, Syaiful. 2006. Infeksi pada Sistem Saraf Pusat.(http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Virus.html )
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis meningoencephalitis dan KEP2. Tatalaksana meningoencephalitis dan KEP3. Menentukan pencegahan, untuk menghindari terjadinya meningoencephalitis dan
KEP dan komplikasinya.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
Subjektif:
Pasien kejang 2 jam SMRS, kejang bergerak menghentak-hentak tangan dan kaki, pasien
tidak sadar dan mata menghadap ke atas, kejang terjadi sebanyak satu kali dan berlangsung
selama kurang dari dari lima menit, setelah berhenti kejang pasien menjadi lemas dan seperti
mengantuk. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh panas badan yang timbul mendadak, panas
dirasakan terus menerus sepanjang hari, panas disertai batuk dan sesak. Panas disertai mual dan
muntah sehingga pasien tidak dapat makan hanya dapat minum selama 2 hari. Pasien tidak ada
gangguan BAB dan BAK. Pasien tidak ada riwayat batuk lama.
Objektif:
Pasien didiagnosis dengan obs. Febris dengan Kejang e.c. Suspect Meningoencephalitis +
Suspect Bronchopneumonia + KEP. Dasar diagnosis pasien ini adalah :
Pada anamnesis didapatkan:
- Adanya kejang- Terdapat penurunan kesadaran, setelah kejang berakhir pasien menjadi lemas
dan seperti mengantuk
http://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age/en/index.htmlhttp://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age/en/index.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Virus.htmlhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Virus.htmlhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Virus.htmlhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Virus.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.kidshealth.org/parent/%20infections/bacterial_viral/encephalitis.htmlhttp://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age/en/index.html8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
8/20
- Adanya mual dan muntah dan muntah.- Adanya panas badan- Adanya keluhan batuk dan sesak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
- Keadaan Umum: somnolen , GCS = 12, Kesan Sakit: berat
- Berat badan = 13 kg
- Panas badan (+) : 38,9oC
- Pernapasan cuping hidung +/+ menandakan sesak
- Kaku kuduk (+)
- Retraksi (+) pada intercostalis.
- Rhonchi +/+
- Rangsang meningen: Brudzinsky I,II,III (+), Kernig +/+, Laseque +/+
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
- Peningkatan jumlah leukositAssessment:
Ensefalitis adalah suatu peradangan pada otak, yang biasanya disebabkan oleh virus dan dikenal
sebagai ensefalitis virus. Penyakit ini terjadi pada 0.5 dari 100.000 penduduk, umumnya pada
anak-anak usia 2 bulan sampai 2 tahun, orang tua, dan individu yang mengalami gangguan
sistem imun.Ensefalitis bisa disebabkan berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur,
cacing, protozoa, dan sebagainya. Yang terpenting dan tersering adalah virus: virus herpes
simpleks, arbovirus, dan enterovirus. Beberapa virus yang berbeda bisa menginfeksi otak dan
medula spinalis, termasuk virus penyebab herpes dan gondongan (mumps).
Tanda dan Gejala
1. Infeksi ringan:
- demam
- nyeri kepala
- nafsu makan yang memburuk
- lemah
2. Infeksi berat:
- demam tinggi
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
9/20
- nyeri kepala yang berat
- mual dan muntah
- kekakuan leher
- disorientasi dan halusinasi
- gangguan kepribadian
- kejang
- gangguan berbicara dan mendengar
- lupa ingatan
- penurunan kesadaran sampai koma
3. Tanda-tanda yang bisa dilihat adalah:
- muntah
- ubun-ubun mencembung
- menangis yang tidak berhenti
Secara umum, gejala ensefalitis dibagi menjadi tiga (trias):
- tanda infeksi, baik akut maupun subakut: panas
- kejang-kejang
- kesadaran menurun
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa ensefalitis:
1. Pungsi Lumbal dan pemeriksaan cairan serebrospinalHasil pemeriksaan cairan serebrospinal pada ensefalitis virus menunjukkan cairan yang
jernih, tekanannya tinggi, banyak mengandung sel darah putih dan protein, kadar gulanya
normal.
2. Elektroensefalografi (EEG)
Mengukur aktivitas gelombang elektrik yang diproduksi oleh otak. Hasil EEG yang
abnormal, kemungkinan adalah suatu ensefalitis, tetapi hasil EEG yang normal tidak bisa
menyingkirkan diagnosa ensefalitis.
3. CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI dikerjakan untuk memastikan bahwa penyebab dari timbulnya gejala
bukan karena abscess otak, stroke, atau kelainan struktural (tumor, hematoma,
aneurisma). CT Scan dan MRI dapat menunjukkan adanya pembengkakan pada otak atau
gambaran lain. Jika diduga suatu ensefalitis, CT Scan / MRI ini dikerjakan sebelum
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
10/20
pungsi lumbal untuk mengetahui adanya peningkatan intrakranial.
4. Biopsi otak
Jarang dilakukan
5. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan serologis dilakukan untuk mengukur kadar antibodi terhadap virus.
Terapi pada ensefalitis bersifat simtomatis (mengobati gejala). Pada kasus-kasus yang ringan,
disarankan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, banyak minum, supaya sistem imun
tubuh kita kuat untuk menghadapi infeksi virus. Gunakan acetaminophenuntuk menghilangkan
sakit kepala dan demam. Obat anti inflamasi (kortikosteroid) dapat dipergunakan untuk
mengurangi pembengkakan dan peradangan. Bila kejang diberikan obat anti kejang. Pada
beberapa kasus, diperlukan terapi fisik dan bicara.
Sedangkan meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi (keluarnya cairan) berupa pus (nanah) atau serosa, disebabkan oleh bakteri
spesifik/non spesifik atau virus.
Gejala Klinis yang muncul:
Neonatus (bayi usia 2 tahun
o Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala
o Kejang
o Gangguan kesadaran
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
11/20
o Tanda-tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tandaBrudzinski dan Kernig (+)
Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosa meningitis:
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal :
Diagnosis pasti meningitis dibuat berdasarkan gejala klinis dan hasil analisa cairan
serebrospinal dari pungsi lumbal.
1. Pemeriksaan radiologi :
a. X-foto dada : untuk mencari kausa meningitis
b. CT Scan kepala : dilakukan bila didapatkan tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial
dan lateralisasi
2. Pemeriksan lain:
a. Darah : LED, lekosit, hitung jenis, biakan
b. Air kemih : biakan
c. Uji tuberkulin
d. Biakan cairan lambung
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
12/20
Alur diagnosis
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
13/20
Terapi
Farmakologis :
a. Obat anti infeksi : Meningitis tuberkulosa :
oIsoniazid10-20 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 dosis (maksimal 500 mg/hari)
selama 1 tahun
oRifampicin 10-15 mg/KgBB/hari PO dosis tunggal selama 1 tahun
o Streptomycin sulphate 20-40 mg/KgBB/hari IM dosis tunggal atau dibagi dalam 2
dosis selama 3 bulan
Meningitis bakterial
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Organisme Tersering Terapi Empiris
----------------------------------------------------------------------------------------------
Spontan
Neonatus E. coli Ampi + Seftriakson
B streptococci atau
L. monocytogenes Ampi + Gentamisin
1-3 bulan E. coli Ampi + Seftriakson/B streptococci Ampi +
L. monocytogenes Kloramfenikol
H. influenzae
S. pneumoniae
3 bulan- H. influenzae Seftriakson atau
18 tahun N. meningitidis Ampi +
S. pneumoniae Kloramfenikol
18-50 S. pneumoniae Ampi atau
tahun N. meningitidis Penisilin G
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
14/20
Diatas S. pneumonia Ampi + Seftriakson
50 tahun N. meningitidis
L. monocytogenes
Gram (-) bacilli
Cedera
Tengkorak S. pneumoniae Ampi + Seftriakson
tertutup Streptokokus lain
(+ likuore) H. influenzae
Penetrating S. aureus Vankomisin +
S. epidermidis Seftriakson
Streptococcus sp
Gram (-) bacilli
Pasca bedah S. aureus Vankomisin +
S. epidermidis Seftriakson
Gram (-) bacilli
-------------------------------------------------------------------------------------------------
oDexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum
pemberian antibiotika
a. Pengobatan simptomatis Menghentikan kejang :
oDiazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL
SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan :
o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
o Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas :
o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atauIbuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
15/20
c. Pengobatan suportif
o Cairan intravenao Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
2. Perawatan :
Pada waktu kejang :o Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
o Hisap lendir
o Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
o Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh)
Bila penderita tidak sadar lama:
o Beri makanan melalui sonde
o Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering
mungkin, minimal ke kiri dan ke kanan setiap 6 jam
o Cegah kekeringan kornea dengan boorwater/salep antibiotika
Bila mengalami inkontinensia urin lakukan pemasangan kateter
Bila mengalami inkontinensia alvi lakukan lavement
Pemantauan ketat :
o Tekanan darah
o Pernafasano Nadi
o Produksi air kemih
o Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
Fisioterapi dan rehabilitasi.
Komplikasi yang bisa muncul:
Cairan subdural
Hidrosefalus
Edema otak
Abses otak
Renjatan septik
Pnemonia (karena aspirasi)
Koagulasi intravaskular menyeluruh (DIC)
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
16/20
Penderita meningitis dapat sembuh, sembuh dengan cacat motorik/mental atau meninggal, hal
tergantung dari :
Umur penderita Jenis kuman penyebab Berat ringan infeksi Lama sakit sebelum mendapat pengobatan Kepekaan kuman terhadap antibiotika yang diberikan Adanya dan penanganan penyulit
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi(AKG).
Klasifikasi
1. KEP ringan : Berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHSdan/ atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku
median WHO-NCHS
2. KEP sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% bakumedian WHO-NCHS
3. KEP berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
17/20
Etiologi
Primer: Kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan
Sekunder: Kekurangan kalori-protein akibat penyakit (misalnya penyakit ginjal, hati,
paru, dll)
Kriteria Diagnosis
Anamnesis makanan Klinis, termasuk antropometri Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : Hb, leukosit, eritrosit, nilai absolute eritrosit, hematokrit(Ht), apus darah tepi,albumin, protein total, ureum, kreatinin, kolesterol, HDL, trigliseride, Fe, TIBC,
transthyretin serum, elektrolit, glukosa, bilirubin, indeks protrombin dan biakan
2. Urin: Kultur, urea N, hidroksiprolin3. Apus rectal
Penyulit
1. Mudah terserang infeksi2. Diare3. Hipotermia4. Hipoglikemia5. Anemia
Terapi
KEP I (KEP ringan)
- Penyuluhan gizi/ nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana penderitarawat jalan)
- Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bulan) dan terus memberikanASI sampai 2 tahun
- Bila dirawat inap untuk penyakit lain makanan sesuai dengan penyakitnyaagar tidak jatuh menjadi KEP sedang/ berat dan untuk meningkatkan status gizi
KEP II (KEP sedang)
- Rawat jalan: Nasehat pemberian makanandan vitamin serta teruskan ASI,selalu pantau kenaikan BB
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
18/20
- Tidak rawat jalan: Dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizi- Rawat inap: Makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi 20-
50% diatas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat badannya
setiap hari, beri vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari
penyakitnya, tetapi masih menderita KEP ringan atau sedang rujuk ke
puskesmas untuk penanganan masalah gizinya
KEP III (KEP berat)
Pada tatalaksana rawat inap KEP berat di rumah sakit terdapat 5 aspek penting yang perlu
diperhatikan:
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama) Pengobatan penyakit penyerta Kegagalan pengobatan Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas Tindakan pada kegawatan
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting:
1. Atasi / cegah hipoglikemia2. Atasi / cegah hipotermia3. Atasi / cegah dehidrasi4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit5. Obati/ cegah infeksi6. Mulai pemberian makanan7. Koreksi defisiensi nutrient mikro8. Fasilitas tumbuh- kejar (catch up growth)9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/ mental10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
19/20
Plan:
Diagnostik kerja :
Pasien didiagnosis dengan obs. Febris dengan Kejang e.c. Suspect Meningoencephalitis +
Suspect Bronchopneumonia + KEP
Pengobatan:
Pada pasien ini, penanganan awal dilakukan observasi untuk menilai keadaan. Lalu
penangan pasien diberikan segabai berikut :
IVFD RL 10 tts/menit Inj. Ampicillin, 4 x 400 mg, IV
8/2/2019 Por to Folio DIAGA 250312 I Men in Go Encephalitis
20/20
Inj. Cefotaxime, 4 x 400 mg, IV Inj. Dexamethasone, 3 x 25 mg, IV Inj. Fenobarbital. 2 x 26 mg , IV IVFD manitol 65 tts/menit sesuai protap IVFD aminosteril 120 cc/hari Puasa NGT Balance cairan Pemeriksaan rontgent thorax PA dan elektrolit darah Protap pemberian manitol pada RSUD Bayu Asih
Dosis manitol : 1 gr/KgBB, pada kasus ini berat anak 13 kg
Rumus = dosis/20 x 100 dal am cc
= 13/20 x 100 = 65 cc (65 tts/menit dalam mikrodrip)
Jadwal pemberian :
- Hari I tiap 6 jam
- Hari II tiap 8 jam
- Hari III tiap 12 jam
- Hari IV tiap 18 jam- Hari V tiap 24 jam
Pendidikan:
Pendidikan yang diberikan pada pasien adalah mengenai apa itu meningoencephalitis
dan KEP, apa penyebabnya, tatalaksana dan juga komplikasi dari penyakit tersebut.
Konsultasi:
Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai pentingnya konsultasi/rujukan ke bagian lain
(bagian anak, syaraf dan gizi)
Rujukan:
Rujukan pada pasien ini sangat diperlukan, yaitu kebagian : IP Anak, IP Syaraf, IP Gizi.
Top Related