PLURALISME AGAMA
DALAM PANDANGAN AKTIVIS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
SYAHID
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh:
Ahmad Sobiyanto
NIM. 1111032100027
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
PLURALISME AGAMADALAM PANDANGAN AKTIVIS LEN{BAGA DAI(WAH KAMPUS
SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Theologi Islarn (S.Th.I.)
OlehAhmad Sobivanto
NIM: 1117032100027
PembimbingwDrs. Zahruddin AR, M.M.Si.
NIP. 1 952041 9 I 98 1 03 1 005
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMAFAKUTTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
IAKARTA1,436IJ.12015 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGANAKTIYIS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS SYAHID UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan daiam sidang munaqasyah FakultasUshuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 Juli 2015. Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.i.)pada Program Studi Perbandingan Agama.
.iakarta, 24 Juli 2015
Sidang Nlunaqasyah
Sekretaris Meran gJeap Anggota,
Anggota,
2001 wDrs. Zahruddin AR" M.A.NIP: I 952041 9 198 103 1005
Iil
NIF:197 12201 101 1001 NIP: I 959041 3 199603200 I
NIP:19560417 NIP: I 9471 0 I 9l 97703 I 002
LEMBAR PERNYATAAN
. Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 8 Juli 2015
Ahmad Sobiyanto
IV
v
“ Melakukan Yang Terbaik, Akan Mendapatkan
Hasil Yang Terbaik “
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa cinta dan kasih saying
Tulisan ini penulis persembahkan untuk
Ayah dan Ibu
Serta Almamaterku
vii
ABSTRAK
Ahmad Sobiyanto
Pluralisme Agama dalam Pandangan Aktivis Lembaga Dakwah
Kampus Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada dasarnya tidak ada satu pun agama di dunia ini yang tidak
mengajarkan nilai-nilai dan pesan-pesan moral bagi seluruh pemeluknya.
Begitu pun sebaliknya semua agama masing-masing tidak ada yang
mengajarkan pemeluknya untuk berbuat kejahatan atau pun keburukan
baik terhadap sesama pemeluk agama maupun terhadap pemeluk agama
yang berbeda (the other). Sayangnya Islam yang juga memiliki visi dan
tujuan demikian, masih dipandang negatif di mata Barat. Keberadaan
kelompok-kelompok garis keras yang merupakan bagian dari Islam
membuat nama Islam begitu familiar dengan kekerasan, terrorisme dan
anarkisme. padahal kaum Intelektual Muslim Indonesia seperti Nur Cholis
Madjid, Abdul Muqhsith Ghazali, Azyumardi Azra dan lain-lain yang
notabene nya beragama Islam dari kampus Islam terkemuka UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tidaklah pula berfaham sama dengan kelompok-
kelompok Islam garis keras tersebut. Para Intelek / Cendikiawan Muslim
UIN Jakarta tersebut justeru begitu antusias terkait dengan kajian-kajian
lintas agama, terlebih isu-isu perbedaan dan keragaman agama.
Keberagaman agama merupakan hal yang tidak dapat terbantahkan adanya
(sunnatullah). Perbedaan agama dalam keragaman (plurality)itu
merupakan hal yang mutlak terjadi di dunia ini. Untuk dapat mengatasi
perbedaan (plurality) agama tersebut dibutuhkan suatu cara bersikap untuk
dapat memberikan pemahaman akan keberadaan agama yang berbeda-
beda tersebut yang dinamakan pluralisme (pluralism) agama.Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan suatu proses yang disebut
pluralisasi (pluralization)agama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan aktivis
Lembaga Dakwah Kampus Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap Pluralisme Agama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purpossive sampling, dengan wawancara mendalam (indeepth-interview).
Informan / nara sumber penelitian ini adalah mahasiswa aktivis Lembaga
Dakwah Kampus Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni 30
informan di 11 Fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari hasil penelitian terhadap ketiga subjek peneletian tersebut
telah tergambar bahwa pandangan mereka terhadap pluralisme agama
walaupun tidak sepaham ataupun sepakat dengan paham tersebut yang
viii
menyetarakan agama di sisi Tuhan, namun mereka tidak berfikir untuk
mengkafirkan bahkan men-judge untuk menyalahkan aliran atau paham
tersebut. Justeru menariknya, walaupun begitu tegasnya argumen mereka,
kerjasama dan koeksistensi hidup beragama sangatlah dianjurkan dan
menjadi penting demi kehidupan yang lebih baik sebagai bagian dari
pengamalan UUD 1945 demi menjaga kerukunan umat beragama.
Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
memperoleh gambaran mutakhir dan objektif mengenai pandangan aktivis
Lembaga Dakwah Kampus Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
yang tak terhingga, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga sahabat serta ummatnya.
Tiada kata yang indah selain doa dan ucapan terimakasih atas semua pihak
yang telah bersedia membantu proses penyelesaian skripsi yang berjudul
“Pluralisme Agama Dalam Pandangan Aktivis Lembaga Dakwah Kampus
Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” sehingga semuanya dapat berjalan
dengan lancar. Karena tanpa adanya kerjasama yang baik, tentunya proses
penyelesaian skripsi ini tidak akan terjadi.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama proses penulisan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua orang tuaku, Sukiman dan Khotimah yang selalu mendoakan dan
memberikan pengorbanan yang tiada tara kepada penulis. Terima kasih
atas didikan kalian, karena tanpa kalian semua penulis tidak akan sampai
seperti sekarang ini. Serta buat keluargaku yang selalu memberi semangat.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengarahan secara
umum terkaid dengan penulisan skripsi ini.
3. Drs. Zahruddin AR, M.M.Si., selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas wawasan dan
waktu yang telah diberikan.
4. Syaiful Azmi, MA., selaku dosen penasihat yang sangat bijaksana
terhadap mahasiswa dan juga telah memberikan rekomendasi penelitian
ini, penulis ucapkan terima kasih.
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayaullah Jakarta yang
telah mendidik dan memberikan ilmmu pengetahuan kepada penulis.
6. Dr. Ahmad Ridho, DESA, dan Dra. Halimah Mahmudy, MA., selaku
ketua jurusan dan sekretaris jurusan Perbandingan Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
persetujuan penlisan skripsi ini.
7. Rekan-rekan peneliti dan surveyor di Lembaga Survei Indonesia (LSI),
Umam Biladi Kusuma, S.Th.I., Dillia MA., Aziz Arrai, Anang Fathoni,
Saiful Fajar dan kawan-kawan yang telah banyak memberikan support dan
masukkan kepada penulis.
8. Ikhwan-akhwat LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Budi
Gunawan dan kawan-kawan, yang telah bersedia direpotkan penulis untuk
proses wawancara skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi
untuk terus meraih kebaikan-kebaikan, Fahmi Dzilfikri, Siti Nurhayati, Ifa
Nur Rofiqoh, Muhammad Afis Sena, Nur Jaman, Lailatul Fawaidah,
Fadhilati Haqiqiyah, Anto Suryanto, M. Ali Mansur serta seluruh
mahasiswa Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Sukses selalu untuk kita
semua.
10. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Lampung (HML) Kota Tangerang
Selatan, Merina Tri Rahma Okta, S.Pd., Abdurrahman, S.Sy., Ade
Septiawan Putra, S.Sy., Mar’atus Sholihah, S.Kep., Brillian, Septi, S.Pd.,
Hendra S.Sy., Sirwanto S.Kom., dan lain-lain tanpa terkecuali yang telah
banyak memberikan wawasan kedaerahan dan keindonesiaan.
11. Sahabat-sahabatku, Amelia Sariningsih, S.Kep., yang telah banyak
membantu memberikan saran kepada penulis. Dedi Setiawan, Helmi
Suhaimi, Lely Warliah, S.Si., Sena M. Arofah, S.Sy., Annisa Fauziah,
S.Si., Waslan Abdul Kholik, Herman Teguh Irawan, Tri Maemanah,
S.Th.I., Nur Azizah, S.Pd., Irma Fachriani, S.Pd., dan masih banyak yang
lainnya. Semoga senantiasa dalam kesuksesan.
xi
12. Sahabat-sahabat Aura Entertainment dan GR Enterteinment, Levran
Hutahaean, Ragil Alamsyah, Rino Brahmantya Mangunsaputro, Remon
Saputra, Rizky Gustiansyah, Katarina Butar Butar, S.Pd., Mama Bella,
Prima Anjar, Marcello, Dhesal Salma, Lisanty Lumban Gaol, dan kawan-
kawan. Sukses selalu untuk karir kita.
13. Rekan-rekan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta, Fudholi, Sofyan,
Andi, Lita S.Pd, Dini, Lely, Khoir, Nurul dan kawan-kawan. Semoga
senantiasa mendapat rahmat Allah swt.
14. Seluruh dewan guru, Mujiaman, S.Pd., Shohirin, S.Pd., Tawakkal, Nur
Kholis, SH., Nur Yadi, yang banyak memberikan doa dan motivasi kepada
penulis, serta rekan-rekan alumni SMA Negeri 1 Candipuro Lampung
Selatan angkatan 2007, 2008 dan 2009, Ahmad Syaiful, S.Kom., Okta
Sektiawati, Amd.Keb., Jumani, Septi DJ, Nia Kurniasih, Amd.Keb.,
Yuyun Hapsariyanti, S.Pd., Hendro, Heri Susanto dan kawan-kawan,
penulis ucapkan banyak terima kasih atas doa dan motivasinya.
15. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas
dukungan moral dan mater sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Teriring doa kepada semua pihak yang telah membantu seluruh proses
penulisan skripsi ini semoga rahmat dan karunia Allah SWT selalu menyertai
mereka. Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak, apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan penulis baik
yang disengaja maupun tidak disengaja selama proses penyelesaian skrpsi ini.
Jakarta, 8 Juni 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Pembimbing........................................................................ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian..........................................................................iii
Lembar Pernyataan..............................................................................................iv
Motto....................................................................................................................v
Persembahan........................................................................................................vi
Abstrak................................................................................................................vii
Kata Pengantar...............................................................................................ix
Daftar Isi................................................................................................................xii
Pedoman Transliterasi.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................1
B. Pembatasan Rumusan Masalah..............................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................8
D. Metode Penelitian.................................................................9
E. Tinjauan Pustaka...................................................................13
F. Sistematika Penulisan............................................................14
BAB II PLURALISME AGAMA
A. Penegertian Pluralisme Agama.............................................16
B. Sejarah Pluralisme Agama....................................................22
C. Ajaran Pluralisme Agama....................................................24
D. Pluralisme Agama Dalam Agama-Agama.............................28
E. Pluralisme Agama Dalam Islam.............................................29
1. Pluralisme Agama Dan Sejarah Islam.........................30
2. Pluralisme Agama Dan Al-Qur’an..............................31
3. Pluralisme Agama Dan Tokoh Muslim Indonesia.......34
BAB III LDK SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Sejarah Berdiri Lembaga Dakwah Kampus Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta..............................................................37
B. Lambang LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta........38
C. Visi Misi LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 39
D. Struktur Organisasi LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.................................................................................40
E. Struktur Kepengurusan LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2014-2015...............................................................41
F. Tugas Kerja Kepengurusan LDK Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.............................................................46
G. Sarana dan Prasarana LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta..................................................................................53
BAB IV PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN AKTIVIS
LDK SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
xiii
A. Arti Pluralisme Agama Menurut Aktivis LDK Syahid UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta...................................................54
B. Sikap AktivisLDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap Pluralisme Agama...................................................57
C. Kesetaraan Agama-Agama..................................................69
D. Kerjasama Antar Umat Beragama .......................................60
E. Menjunjung Tinggi Perdamaian Antar-Umat Beragama.........61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................64
B. Saran......................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................66
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................69
PEDONIAN TRANSLTTERASI ARAB LATIN
i Penulisan transliterasi ini n-rengikuti buku Pedoman Penulisan Karya
Ilriiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang ditei'bitkan oleh Center For Qtmlily
Det,elopntent and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut
adalah daftar aksara Arab dan paclanannya dalarn aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan
LJ b be
(-,1 t te
(J ts te dan es
J '' -lv
c h h dengan garis bawah
e kh ka dan ha
J d de
J dz de dan zet
.) r er
) Z zet
S ES
sy es dan ye
LF S es dengan garis di bawah
L-F d de dengan garis di bawah
.t t te dengan garis di bawah
T zet dengan garis di bawah
t Koma terbalik di atas hadap kanan
I gh ge dan ha
(--9 f ef
q ki
x'iv
dJ k ka
d 1 el
A m em
o n en
s w we
-A h ha
apostrof
L.c v ye
I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau heterogen.
Bangsa kita mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya, agama, dan adat
istiadat (tradisi). Keberagaman bangsa Indonesia ini merupakan salah satu sumber
kekayaan yang tidak ternilai harganya. Hal tersebut seharusnya menjadi nilai
tambah bagi aset khazanah kebudayaan suatu bangsa manakala keberagaman itu
dapat saling berdampingan dan bersikap saling hormat-menhormati antara budaya
satu dengan budaya lainnya.
Kekayaan akan kemajemukan bangsa Indonesia bukanlah suatu perkara
yang tanpa masalah. Keberagaman yang begitu kompleks pada kemajemukan
bangsa Indonesia, tak jarang pada gilirannya justeru menimbulkan banyak
permasalahan sosial. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain dimana interaksi sosial sendiri
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang-perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2006: 55).
Dalam proses interaksi di masyarakat, sering kali timbul berbagai macam
problema yang disebabkan oleh keadaan ketika dua atau lebih motivasi atau
dorongan berperilaku yang tidak sejalan diharuskan untukdiekspresikan secara
bersamaan. Hal ini lah yang disebut konflik (Weiten, 2004). Konflik menurut
Syafa’atun Elmirzanah, terjadi karena terdapat ketegangan yang mungkin
2
disebabkan karena pengalaman-pengalaman diskriminasi, ketidakadilan atau
kesalahpahaman yang berkaitan dengan status yang tidak sah dalam masayarakat,1
sehingga terjadi pemaksaan keinginan antara satu bagian dengan bagian lainnya,
dan masing-masing ingin mendapatkan lebih dari yang seharusnnya didapatkan.
Keadaan kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari beragam agama yang dianut
warganya merupakan sumber konflik sosial yang bersifat laten. Konflik sosial
yang disebabkan oleh perbedaan agama ini telah terjadi di Indonesia dengan
menimbulkan berbagai kerugian, baik yang bersifat material maupun korban jiwa
sehingga mengancam integritas kehidupan berbangsa dan bernegara.2
Kebhinekaan agama merupakan kenyataan aksiomatis (tidak bisa
dibantah) dan merupakan keniscayaan sejarah (historical necessary) yang bersifat
universal.3 Pluralitas agama harus dipandang sebagai bagian dari kehidupan
manusia dimana hal ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dilenyapkan, tetapi
harus tetap disikapi dengan baik. Pluralitas agama dapat berpotensi melahirkan
berbagai macam benturan, konflik, kekerasan, dan sikap anarkis terhadap
penganut agama lain apabila tidak dapat dsikapi dengan baik.4
Potensi konflik dalam interaksi antaragama antara lain dapat disebabkan
karena unsur internal dari agama itu sendiri. Setiap agama selalu memiliki dua
klaim yakni klaim kebenaran (truth claim) yang berisi keyakinan bahwa
agamanya lah yang paling benar dan klaim keselamatan (salvation claim) yang
1 Syafa’atun Elmirzanah, Pluralisme Konflik Dan Perdamaian: Studi Bersama Antar-
Iman, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h.110. 2 Rolan B.F. Pasaribu, Konflik Sosial, h.474.
3 Hendar Riyadi, Melampaui Pluralisme: Etika Al-Qur’an tentang Keragaman Agama
(Jakarta: RMBOOKS &PSAP, 2006), h.59-60. 4 Attabik dan Sumiarti, Pluralisme Agama: Studi Tentang Kearifan Lokal Di Desa
Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap, (Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto,
2008), h.2.
3
menganggap agamanya lah yang paling benar, seperti yang pernah terjadi di dunia
Kristen yang berpandangan bahwa di luar Gereja tak ada keselamatan
(extraecclisiam nulla salus), sebelum diadakannya konsili Vatikan II.5
Konsekuensinya, agama yang lain pastilah dikategorikan salah atau sesat sehingga
harus diluruskan, dan juga dianggap tidak membawa kepada keselamatan. Oleh
karena itu, upaya melakukan dakwah agama menjadi keniscayaan dalam rangka
“meluruskan” masyarakat agar kembali “ke jalan yang benar” sesuai dengan
klaim kebenaran dari internal masing-masing agama tersebut.
Sikap ekslusivitas dan sensitivitas beragama menjadikan masyarakat
gampang terpicu oleh propaganda yang menyebabkan terjadinya konflik
antaragama. Jika keyakinan tersebut tidak dikontrol dan diatur, yang akan terjadi
adalah perbenturan dan konflik antaragama atas nama truth claim maupun
salvation claim tersebut. Padahal, dalam pandangan John Hick, manusia memiliki
respon yang sama dalam respon yang negative, tertutup dan eksklusif, sampai
respon yang positif, terbuka terhadap eksistensi ketuhanan yang dapat menggeser
dan menaikkan derajat dan level spiritual seseorang sedikit demi sedikit dan
secara gradual menuju eksistensi ketuhanan tersebut atau apa yang disebut sebagai
“keselamatan”, “moksha” atau “pencerahan”(salvation), atau yang dinamakan
Hick dalam bukunya yang lain radical self transcendence (transendensi-diri
radikal) dalam berbagai bentuknya.6
Kearifan masyarakat mengekspresikan klaim kebenaran itulah yang
menjadi hal penting mengingat masyarakat kita terdiri dari berbagai penganut
5 Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 18.
6 Thoha, Tren Pluralisme Agama…, h. 82.
4
agama, dan terbelah dalam berbagai aliran keagamaan. Sikap saling toleransi,
menghormati dan bersikap santun terhadap penganut agama lain merupakan hal
yang ditekankan agar agama membawa kedamaian, bukan kekerasan dan konflik.7
Hal ini yang disebut sebagai kesadaran akan pluralisme.
Pluralisme merupakan pengakuan atas perbedaan, dan perbedaan itu
sesungguhnya sunatullah dan merupakan sesuatu yang nyata serta tidak bisa di
pungkiri. Pluralisme pada tujuannya tidak sebatas menghendaki pengakuan atas
keperbedaan itu, melainkan juga penghormatan atas kenyataan perbedaan.8 Hal ini
sangat penting mengingat kesadaran akan keberagaman dan perbedaan merupakan
landasan berfikir yang terbuka dan dapat saling hormat menghormati antar
kelompok masyarakat yang berbeda, terutama dalam masalah agama.
Pluralisme yang seharusnya dapat diterima di kalangan masyarakat
sebagai sebuah cara untuk memahami kenyataan pluralitas, pada gilirannya berada
dalam keadaan berlawanan dengan kelompok yang menolak ide-ide dan paham
pluralisme itu sendiri. Hal ini dikarenakan ide dan tujuan daripada visi masing-
masing saling bertetangan. dalam kelompok Islam, kita mengenal istilah
kelompok radikal atau radikalisme dimana Radikalisme merupakan paham, sikap,
atau perilaku yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain intolerensi, fanatik,
eksklusif, dan revolusioner. Radikalisme sering mengatasnamakan Islam, oleh
karena itu Radikalisme Islam senantiasa menjadi wacana walau radikalisme
agama-agama lainnya juga ada.9
7 Attabik dan Sumiarti, Pluralisme Agama..., h.4.
8 Ngainun Naim: Pluralisme sebagai Jalan Pencerahan Islam: Telaah Pemikiran M.
Dawam Rahardjo,(Tulungagung: Jurnal Salam, 2012), h.276. 9 Susanti, Kendala Radikalisme Dalam Mewujudkan Civil Society Di Indonesia,
(Universitas Terbuka), h.3.
5
Citra Islam di mata Barat ternyata masih dalam keadaan yang negatif.10
Stereotip tersebut disebabkan dimana sikap kekerasan, radikalisme, fanatisme,
revolusioner, terorisme dan intoleransi selalu dikaitkan dengan Islam, baik di
Timur Tengah maupun di negara Islam lainnya. Radikalisme yang berujung pada
terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Dua isu
itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umat Islam dianggap
menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya. Sekalipun
anggapan itu mudah dimentahkan, namun fakta bahwa pelaku teror di Indonesia
adalah seorang Muslim garis keras sangat membebani psikologi umat Islam secara
keseluruhan. 11
Selain itu, hal ini tentu akan berdampak kepada sebuah anggapan
bahwa Islam jauh dari nilai-nilai perdamaian dan sikap pluralisme, walaupun
sebenarnya dari fenomena sejarah kita dapat melihat bahwa radikalisme dan
fundamentalisme itu selalu ada dalam setiap agama-agama di dunia termasuk juga
tidak dapat dipungkiri ada di dalam Islam.
Di Indonesia kita tidak dapat menutup mata akan kehadiran kelompok-
kelompok yang berada dalam tipologi Islam fundamental dan boleh dikatakan
radikal yang diduga merupakan pengaruh faham dari timur tengah. Beberapa
tokoh Islam Indonesia seperti Azyumardi Azra mengatakan dalam surveinya
bahwa gerakan radikalisme Islam memiliki genealogi dengan gerakan Islam salafi
yang berkembang di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Sebagian tokoh-tokoh
gerakan Islam radikal di Indonesia adalah keturunan Arab. Seperti, Habieb Riziq
10
Azyumardi Azra, Mencermati Citra Barat Tentang Islam, dalam Alirman Hamzah,
Citra Islam Di Mata Barat(Sejarah Dan Perkembangan Orientalisme), (Padang: IAIN Press,
2003), h. x. 11
Abu Rokhmad, Radikalisme Islam Dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, (Undip,
Semarang), h.2.
6
Syihab yang memimpin Front Pembela Islam (FPI), Ja’far Umar Thalib
memimpin Lasykar Jihad, Abu Bakar Ba’asyir memimpin Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), Habieb Husein al-Habsyi memimpin Ikhwanul Muslimin,
Hafidz Abdurahman memimpin Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).12
Radikalisme Islam di Indoneisa, menurut Menurut Khamami Zada, dalam
kajiannya tentang kelompok Islam radikal seperti Front Pembela Islam (FPI),
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), KISDI, Laskar Ahlu Sunnah wal Jamaah,
memandang Islam sebagai agama dan ideology, antara lain memperjuangkan
Islam secara kaffah, mendasarkan faham dan praktik keagamaan atas generasi
salaf yang saleh (salaf al-salihin), sangat memusuhi Negara-negara barat yang
dianggap sebagai setan besar dan sangat memusuhi kelompok Islam liberal karena
dianggap telah menghancurkan Islam dengan tafsir agama yang rasional dan
kontekstual.13
Konsekuensi dari keyakinan terhadap sistem yang lengkap (kaffah)
tersebut membuat Islam tidak merasa perlu mengambil sistem-sistem kehidupan
lain, apalagi yang tidak bersentuhan langsung dengan nilai-nilai tauhid. Dalam
konteks inilah lahir penolakan terhadap berbagai sistem kehidupan yang berasal
dari Barat; seperti kapitalisme, sekularisme, materialisme, dan pluralisme;
termasuk sistem lokal yang dianggap tidak sesuai.14
Salah satu organisasi pemuda Islam di Indonesia yang juga mempunyai
visi memperjuangkan Islam secara kaffah adalah Lembaga Dakwah Kampus. Hal
12
Rudi Pranata, “An Indonesianist’s View of Islamic Radicalism” dalam Tempo, Pebruari
15-21, 2005, h. 44 13
Hamami Zada, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
Indonesia. (Jakarta: Teraju, 2002), dalam Nur Syam, Radikalisme Dan Masadepan Hubungan
Agama-Agama:Rekonstruksi Tafsir Sosial Agama,
Dipresentasikan pada tanggal 10 Oktober 2005, h. 12. 14
Ali Said Damanik, Partai Keadilan: Tarnsformasi 20 Tahun Gerakan tarbiyah di
Indonesia. (Jakarta: Teraju, 2002), h. 76.
7
ini yang menurut Afwan Faizin dapat dilihat dari sistem ajarannya tentang konsep
Risalah Islam. Ia merupakan sistem ajaran yang dianggap mengandung
keseluruhan aturan hidup yang mesti diwujudkan dalam masyarakat Islam. Upaya
mewujudkan risalah Islam ini perlu dilakukan melalui Jihad, yaitu bentuk
perjuangan suci untuk merubah situasi yang belum Islami menjadi situasi yang
Islami.15
Lembanga Dakwah Kampus yang dapat dikatakan berada di kalangan
modern dengan berbagai macam pemikiran yang ada di lingkungan kampus
pembaharu di Indonesia adalah LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di
mana organisasi ini berada di sebuah kampus yang sudah familiar dengan
berbagai macam isu pemikiran dari mulai pemikiran yang radikal, moderat,
maupun liberal. Pada lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terkenal
dengan banyaknya tokoh-tokoh Islam pembaharu, organisasi ini melaksanakan
aktifitas dakwah dengan semangat jihad untuk memperjuang Islam yang Kaffah.
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka penelitian
terhadap Aktifis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terkait dengan paham Pluralisme Agama ini menjadi penting
untuk dilakukan, mengingat peran lembaga ini yang memegang peranan strategis
sebagai intelektual muda bangsa Indonesia. Untuk maka penulis mengambil judul
skripsi PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN AKTIVIS LEMBAGA
DAKWAH KAMPUS SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
15
Afwan Faizin, Gerakan Kaum Muda Islam Dan Pluralisme Agama (Studi Kasus
Pandangan Lembaga Dakwah Kampus Di Jakarta), h.2.
8
B. Pembatasan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan dalam rangka menghasilkan
pembatasan yang sistematis, terarah dan jelas, maka penulis membuat batasan
masalah dalam penelitian ini, yaitu:
a. Makna Pluralisme Agama Menurut aktivis LDK Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Sikap Aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap
Pluralisme Agama.
c. Kesetaraan Agama-Agama.
d. Kerjasama Antar-Umat Beragama.
e. Menjunjung Tinggi Perdamaian Antar-Umat Beragama.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah skripsi ini adalah: bagaimana pandangan aktivis
LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pluralisme agama?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara jelas tentang
pandangan aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan untuk
mengetahui bagaimana aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memandang Pluralisme Agama.
9
Tujuan yang lebih khususnya adalah; pertama, untuk mengetahui
pandangan keagamaan aktivis LDK Syahid, kedua, untuk memberikan
penjelasan umum tentang aktivis LDK Syahid dalam menyikapi pluralisme
agama, ketiga memberikan wawasan studi keagamaan kepada masyarakat
umum, terutama bagi umat beragama.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan mampu memberikan
suatu kontribusi khazanah keilmuan terhadap kajian keagamaan kepada umat
beragama di Indonesia, khususnya bagi aktivis LDK Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam proses menuju kehidupan umat yang lebih baik
dan berwawasan ke-Indonesiaan, dan juga dapat menjadi rujukan dan referensi
bagi para civitas akademika di bidang keagamaan khususnya mahasiswa
jurusan Perbandingan Agama ke depan.
D. Metode Penelitian
Dalam mempermudah penyelesaian skripsi ini, penulis menyusun langkah-
langkah metode penelitian sebagaimana yang akan dijelaskan pada bagian ini.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagaimana alamat sekretariat LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berada.
10
2. Pendekatan Penelitian
Dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis melakukan
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana
pengertiannya, metodologi kualitatif merupakan prosedur peneitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.16
Dengan pendekatan ini, penulis hanya mendeskripsikan apa yang
diamati dan ditemukan pada saat penelitian. Dalam menunjang dan
memperkuat hasil penelitian ini, penulis juga menggunakan metode
wawancara dan observasi kepada objek penelitian yaitu aktivis LDK Syahid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi (Pengamatan)
Penulis terjun langsung kepada objek penelitian guna
mengambil data dengan alat bantu berupa kamera dengan tanpa
menggunakan standar-standar tertentu. Pengamatan semacam ini
diperlukan untuk melihat secara apa adanya tentang bagaimana pola
pemikiran aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terutama bagi pemahaman mereka tentang pluralisme agama.
16
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997) h.3.
11
b. Wawancara
Wawancara diartikan sebagai proses mendapatkan keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab dengan
tatap muka secara langsung antara peneliti dengan responden.
Wawancara kepada objek penelitian digunakan untuk mendapatkan
data dan informasi yang mendalam dan memadai dengan cara
menggali semaksimal mungkin informasi dan keterangan dari
responden.17
c. Metode Kepustakaan
Metode Kepustakaan dilakukan guna mendapatkan data
skunder dengan cara mendapatkan informasi dari sumber-sumber
referensi baik berupa artikel, koran, majalah, buku, maupun jurnal.
Metode ini digunakan untuk menunjang data primer yang berasal dari
hasil wawancara dan pengamatan di lapangan. Selain itu, metode ini
juga dapat mendukung teori-teori yang relevan terkait dengan
permasalahan yang akan dibahas penulis, terutama pada tori yang telah
dikemukakan para ahli sebelumnya yang kemudian dijadikan rujukan
oleh penulis.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam pengumpulan data sebagai alat bantu penelitian
sangat dibutuhkan guna memperlancar proses penelitian yang dilakukan.
17
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
Dan Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-I, h.138
12
Dalam penelitian ini, instrumen atau alat bantu yang penulis gunakan dalam
proses pengumpulan data di lapangan adalah berupa kamera digital, video
recorder dan alat tulis yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan
informasi yang telah didapat dari objek penelitian. Dengan alat bantu
tersebut, diharapkan data-data yang telah didapatkan dapat tersimpan dan
terdokumentsikan dengan baik yang selanjutnya menjadi referensi penulis
selama proses penelitian dilakukan.
5. Metode Analisis Data
Setelah data-data berhasil dikumpulkan, langkah berikutnya adalah
menganalisa data. Metode pengolahan data yang dipakai adalah metode
analisis isi (content analysis) yaitu menghimpun dan menganalisa dokumen-
dokumen resmi, buku-buku kemudian diklasifikasi sesuai dengan masalah
yang di bahas dan dianalisa isinya. Atau membandingkan data satu dengan
lainnya, kemudian diinterprestasikan dan akhirnya di beri kesimpulan.18
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analisis. Analisis semacam ini memiliki pengertian
bahwa dalam penelitian di lapangan, penulis menggunakan dasar
penggambaran yang objektif terhadap objek penelitian, dengan pendekatan
kualitatif.
Adapun data yang diperoleh ialah berasal dari pengamatan dan
wawancara di lapangan yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian.
18
Sumardi suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hal, 87.
13
Hal ini bertujuan agar penmuan yang didapatkan peneliti dapat dengan mudah
dimengerti oleh pembaca.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini sudah sudah ada beberpa tulisan mengenai pluralisme agama
menurut beberapa pandangan baik dalam pandangan tokoh maupun lembaga.
Selain dari pada itu, tulisan mengenai LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dari beberapa asper pun telah banyak dikaji. Namun tulisan yang khusus
membahas pluralisme agama dalam pandangan Lembaga Dakwah Kampus Syahid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara lengkap dan terbaru belum dikaji kembali
dan belum ditemui.
Afwan Faizin, dalam bukunya Lembaga dakwah kampus dan sikap
pluralisme: model pengkaderan dan sikap terhadap non-muslim (2008), adalah
sebuah buku yang membahas tentang lembaga dakwah kampus terhadap
pluralisme dari sisi pengkaderan dan sikap terhadap non-muslim. Dalam buku ini,
walaupun telah ditulis tentang pluralisme, namun pembahasannya cukup luas
yakni mencakup pluralisme politik dan kebangsaan, terutama terhadap sikap
terhadap non-muslim, sehingga belum terlalu fokus pada pluralisme agama,
berikut pemaparan aktivis yang komprehensif.
Oktaviana Nur Handayani, dalam skripsi yang berjudul Pluralisme Dan
Toleransi, Studi Pengaruh Pemahaman Mahasiswa Kependidikan Islam Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Atas Pluralisme Agama Terhadap Tingkat Toleransi (2014), hanya
14
mengungkapkan pluralisme agama dan toleransi serta dampaknya bagi mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Faidah Umami, dalam tesisnya yang berjudul Pluralisme Dalam Al-
Qur’an, Telaah Pemikiran Abdul Muqhsith Ghazali Dan Ali Mustafa Ya’qub
Terhadap Ayat-Ayat Pluralistik (2013), walaupun telah dkemukakan tentang
pluralisme agama, namun inti dari pembahasannya adalah terkait dengan
pluralisme dalam al-qur’an, dimana dalam hal ini lebih fokus kepada pemikiran
kedua tokoh tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara menyeluruh, disertai uraian
pada masing-masing bab secara singkat.19
Sistematika penulisan dalam penelitian
ini, terdiri dari :
BAB I. Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. Kajian Teori, yang meliputi pengertian pluralisme, sejarah
pluralisme, ajaran pluralisme agama, pluralisme agama dalam
agama-agama, pluralisme agama dalam al-qur’an dan
pluralisme agama dan tokoh muslim Indonesia.
BAB III. Bab ini terdiri dari deskripsi tentang profil LDK Syahid UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, berupa Sejarah Berdiri Lembaga
19
Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,dan Disertasi),
(Ciputat: CEQDA UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke-I, h.21.
15
Dakwah Kampus Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lambang LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Visi
Misi LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Struktur
Organisasi LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Struktur Kepengurusan LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2014-2015, Tugas Kerja Kepengurusan LDK Syahid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Sarana dan Prasarana
LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV. Bab ini merupakan inti dari pembahasan yang terdiri dari
analisa penemuan lapangan, Arti Pluralisme Agama Menurut
aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sikap
aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
Pluralisme Agama, Kesetaraan Agama-Agama, Kerjasama
Antar-Umat Beragama dan Perdamaian Antar-Umat Beragama.
BAB V. Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
16
BAB II
PLURALISME AGAMA
A. Penegertian Pluralisme Agama
Pengertian tentang pluralisme agama memang terlihat banyak sekali
disalahfahami dan mengandung pengertian yang kabur.1 Betapapun demikian,
penulis akan mencoba mendefinisikan pengertian pluralisme agama dari beberapa
sumber yang telah penulis kutip. Pluralisme agama, secara etimologis,
mengandung dua unsur kata yatu pluralisme dan agama. Untuk itu, penulis akan
membahas keduanya secara berurutan, dimulai dari pengertian pluralisme, agama,
dan pluralisme agama.
Pluralisme berasal dari bahasa inggris plural, mendapat akhiran–isme,
yang memberikan arti paham, ajaran atau aliran. Plural memiliki arti bentuk
jamak, jamak atau banyak.2 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, berarti
sifat atau keadaan jamak.3. Kemajemukan tersebut, nampaknya terjadi dalam
sistem sosial maupun politik di masyarakat, sebagaimana tertulis di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bahwa pluralisme berarti suatu keadaan masyarakat yang
majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya).4
Pluralisme (Latin: jama‟- banyak) dalam Ensiklopedia Lintas Agama,
merupakan sebutan untuk sekumpulan manusia yang hidup dalam purna
1 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, ( Jakarta: Perspektif,
2005), h. 12. 2 Kamus Ilmiyah Populer, h. 612, lihat juga Kamus inggeris-Indonesia, h. 435.
3 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Moderen English Press, 2002), h. 1174-1175. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II (Jakarta, Balai Pustaka,
1994), h. 883.
17
perbedaan, baik perbedan suku, pekerjaan, tradisi, cara berfikir, bahkan budaya
yang dihormati dan agama yang dianut.5 Dari pengertian ini, pluralisme berarti
sejumlah masyarakat majemuk yang hidup dalam perbedaan, termasuk perbedaan
agama yang diantut.
Pengertian lain dari Pluralisme, selain sebagai suatu keadaan, pluralisme
juga dapat berarti suatu prinsip hidup dalam masyarakat. Hal ini seperti sebagai
mana pengertian dalam kamus Oxford, pluralisme memiliki dua dimensi makna
yaitu, a). exintence in one society of a number of groups that belong to different
races or have different or religious beliefs (keberadaan sejumlah kelompok orang
dalam satu masyarakat yang terdiri dari ras, pilihan politik dan kepercayaan
agama yang berbeda-beda), b). principle that these different groups can live
together peacefully in one society (prinsip bahwa kelompok-kelompok yang
berbeda itu dapat hidup bersama secara damai dalam satu masyarakat).6
Dari pengertian dalam poin b tersebut, pluralisme lebih tepat digunakan
dalam arti prinsip hidup bersama dalam perbedaan, sebagaimana akhiran –isme
yang berarti paham atau prinsip hidup masyarakat.
Selain dari pengertian di atas, penulis juga mengutip beberapa pendapat
tokoh yang membahas mengenai pluralisme.
Cak Nur, sebagaimana dikutip oleh Budhy Munawar-Rachman dalam
buku yang berjudul Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan karya Mohamed
Fathi Osman, mengatakan bahwa Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian
5 Abujamin Rohman, Ensiklopedia Lintas Agama, (Jakarta: PerpustakaanNasional RI:
Katalog Dalam Terbitan, 2009), h. 598. 6 AS. Hornby, Oxford Advenced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford:
Oxford University Press, 1987), h. 953.
18
sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban, yang merupakan suatu
keharusan demi keselamatan manusia, sebagai berikut:
... Pluralisme tidak dapat hanya dipahami dengan mengatakan bahwa
masyarakat kita adalah majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai
suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi.
Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai. “kebaikan negatif ”
(negative good), hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan
fanatisme (to keep fanaticism at bay). Pluralisme harus dipahami sebagai
“pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban” (genuine
engagement of diversities within the bonds of civility). Bahkan pluralisme
adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain
melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya.
Dalam Kitab Suci bahkan disebutkan bahwa Allah menciptakan
mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia guna
memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan
Tuhan yang melimpah kepada umat manusia “...Sekiranya Allah tidak
menahan suatu golongan atas golongan yang lain, niscaya binasalah bumi
ini. Tetapi, Allah penuh karunia atas semesta alam,” (Q, 2:251).7
Dari pengertian Cak Nur mengenai pluralise tersebut, dapat kiranya
dipahami bahwa pluralisme bukanlah hanya sebuah pengakuan, namun dengan
jalan pertalian dan ikatan demi keutuhan bumi. Bahkan beliau juga mengutip
salah satu ayat al-Qur‟an, dimana Allah sendiri telah mengawasi dan
menyeimbangkan berbagai golongan manusia dan memberikan karunia kepada
seluruh alam.
Mohamed Fathi Osman, dalam bukunya yang berjudul Islam, Pluralisme
dan Toleransi Keagamaan, juga berpendapat tentang pengertian pluralisme:
Pluralisme adalah bentuk kelembagaan di mana penerimaan terhadap
kemajemukan terjadi dalam suatu masyarakat tertentu atau di dunia secara
keseluruhan. Maknanya lebih dari sekadar toleransi moral atau keberadaan
bersama (koeksistensi) yang pasif. Toleransi adalah soal perasaan dan
perilaku individual, sementara koeksistensi semata-mata merupakan
7 Budhy Munawar-Rachman, Kata Pengantar, dalam Mohamed Fathi Osman, The
Childern of Adam: an Islamic Perspective on Pluralism, (Washington DC; Center for Muslim-
Christian Understanding, Georgetown University, 1996). Diterjemahkan leh Irfan Abubakar,
Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan: Pandangan al-Quran, Kemanusiaan, Sejarah, dan
Peradaban, (Jakarta: Democracy Project-Yayasan Abad Demokrasi, 2006), h. xiv-xvi.
19
penerimaan terhadap pihak lain, sekadar dalam batas tidak terjadinya
konflik. Sementara itu, pluralisme mensyaratkan langkah-langkah
kelembagaan dan hukum yang melindungi dan mensahkan kesetaraan dan
mengembangkan rasa persaudaraan di antara seluruh umat manusia
sebagai individu atau kelompok, baik bersifat bawaan ataupun perolehan.
Begitu pula, pluralisme menuntut suatu pendekatan yang serius dalam
memahami pihak lain dan kerja sama yang membangun untuk kebaikan
semua. Semua manusia seharusnya menikmati hak dan kesempatan yang
sama, serta memenuhi kewajiban yang sama sebagai warga negara dan
warga dunia.8
Dalam pengertian ini, Osman menegaskan kembali bahwa pluralisme
bukan hanya sekedar toleransi atau pun kebersamaan pasif, namun lebih dari itu,
pluralisme menuntut kesetaraan, persaudaraan, keseriusan dalam memahami pihak
lain dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan bagi semua
kalangan. Pendapat tersebut pun didukung oleh Kautsar Azhari Noer, yang
mengatakan bahwa pluralisme juga mengandung arti bahwa kelompok-kelompok
minoritas dapat berperan-serta secara penuh dan setara dengan kolompok
mayoritas dalam masyarakat, sembari mempertahankan identitas dan perbedaan
mereka yang khas.9
Definisi dari kata agama, nampaknya menimbulkan berbagai macam
perdebatan dan perselisihan dari berbagai perspektif keilmuan. Memang cukup
sulit untuk mendefinisikan agama yang kemudian dapat diterima dan disepakati
oleh semua kalangan.10
Hal ini juga diakui oleh W.C. Smith, seorang pakar ilmu
8 Osman, The Childern of Adam: an Islamic on Pluralism, (Washington DC; Center for
Muslim-Christian Understanding, Georgetown University, 1996. Diterjemahkan oleh Irfan
Abubakar, Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan: Pandangan al-Quran, Kemanusiaan,
Sejarah, dan Peradaban, (Jakarta: Democracy Project-Yayasan Abad Demokrasi, 2006), h. 2-3. 9 Kautsar Azhari Noer, Islam dan Pluralisme; Catatan Sederhana untuk Karya Fathi
Osman, dalam Mohamed Fathi Osman, The Childern of Adam: an Islamic Perspective on
Pluralism, (Washington DC; Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University,
1996). Diterjemahkan leh Irfan Abubakar, Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan:
Pandangan al-Quran, Kemanusiaan, Sejarah, dan Peradaban, (Jakarta: Democracy Project-
Yayasan Abad Demokrasi, 2006), h. 191-192. 10
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 12.
20
perbandingan agama, bahwa selain luar biasa sulit untuk dapat mendefinisakannya
juga terdapat definisi membingungkan yang beragam.11
Meskipun sulit mencari
pengertian yang sempurna menganai agama, tetapi dapat diidentifikasi bentuk-
bentuk yang menjadi ciri khas agama, seperti kebaktian, pemisahan yang sakral
dan yang profan, kepercayaan pada jiwa, kepercayaan pada Tuhan, penerimaan
atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan.12
Oleh karena itu,
menurut Thoha, setidaknya kita dapat menggunakan tiga pendekatan dalam
mendefinisikan kata agama, yakni dari segi fungsi, institusi dan substansi.
Secara etimologi, kata “agama” berasal dari bahasa Sanksekerta untuk
menunjuk sistem kepercayaan dalam tradisi agama Hindu dan Budha di India. Ia
terdiri dari kata “A” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”.13
Dari
pengertian ini, agama berarti suatu peraturan yang menghindarkan manusia dari
kekacauan di bumi serta mengantarkan mereka dalam keteraturan dan ketertiban.
Menurut Thoha, Para ahli sejarah sosial, cenderung mendefinisikan agama
sebagai sebuah institusi historis, yaitu suatu pandangan hidup yang terinstitusi
yang dapat dengan mudah membedakan antar agama yang satu dengan yang
lainnya, seperti membedakan dari ritual, etika dan sistem kemasyarakatan dalam
ajaran agama-agama. Sedangkan para sosiolog dan antropolog cenderung
mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya, yaitu suatu sistem kehidupan
yang megikat manusia ke dalam golongan atau kelompok sosial. Para teolog,
fenomenolog dan ahli sejarah agama lebih melihat agama dari sudut substansi
11
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 12. 12
Mukti Ali, Agama, Universalitas dan Pembangunan, (Bandung: Badan Penerbit IKIP,
1971), h. 4. 13
Zainal Arifin, Perkembangan Fikiran terhadap Agama, (Medan: Firman Islamiah,
1957), h.19.
21
yang asasi sebagai sesuatu yang sakral, yang sebagaimana masih menurut Thoha
juga dyakini oleh Rudolf Otto dan Mircea Eliade.14
Dari definisi agama tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama adalah
mencakup seluruh jenis kepercayaan dan keyakinan, baik yang berketuhanan
maupun yang tidak berketuhanan, baik berupa sekte maupun ideologi modern
seperti komunisme, humanisme,sekularisme dan lainnya.15
Konsep Pluralisme Agama, di Kalangan umat Islam klasik pernah
diistiahkan dengan istilah wahdat al adyan,16
yakni yang mengajarkan bahwa
pada hakikatnya, agama-agama bertujuan sama dan mengabdi kepada Tuhan yang
sama Esa. Berdasarkan dictionary meaning, pluralisme agama bermakna
menghormati keunikan yang dimiliki oleh masing-masing agama.17
Dengan
memahami antara definisi Pluralisme dan Agama, maka dapat kita simpulkan
bahwa pluralisme agama adalah suatu faham atau gagasan bahwa kelompok-
kelompok, agama, atau ideologi dalam masyarakat yang berbeda-beda dapat hidup
secara berdampingan dalam suatu komunitas, tetap memiliki posisi setara, saling
memahami dan bekerjasama, tetapi tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau
ajaran agama masing-masing.
14
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h.14. 15
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 14. 16
Fathimah Usman, Wahdat Al-Adyan: Dialog Pluralisme Agama, (Yogyakarta:Lkis,
2002), h. 2. 17
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 15, lihat juga Anis Malik Thoha, Doktrin
Pluralisme Agama; Telaah Konsep dan Implikasinya bagi Agama-Agama, Dialogia, 01 (Juni,
2011), h. 3.
22
B. Sejarah Pluralisme Agama
Terlepas dai berbagai perdebatan mengenai asal-usul munculnya ide
pluralisme agama, penulis fokus kepada sejarah pluralisme yang berasal dari
dunia barat. Berawal dari pencerahan di Eropa abad ke-18 Masehi, yang kemudian
menimbulkan berbagai macam ide-ide rasional dan pembebasan sehingga
munculah liberalisme yang kemudian mempengaruhi timbulnya pluralisme
agama.18
Liberalisme sendiri memuat unsur kebebasan, toleransi, persamaan dan
keragaman atau pluralisme. Berikut ini beberapa sumber yang telah penulis kutip
mengenai sejarah pluralisme agama. Oleh karena faham “liberalisme” pada
awalnya muncul sebagai madhhab sosial politis, maka wacana pluralisme yang
lahir dari rahimnya, termasuk gagasan pluralisme agama muncul dan hadir dalam
kemasan “pluralisme politik” yang merupakan produk dari “liberalisme politik.19
Pluralisme agama bermula dari dunia barat yang dipengarui oleh
modernisasi yang menyebabkan timbulnya ide atas respon konflik agama yang
terjadi pada saat itu.20
Untuk itu penulis telah mengutip pendapat Muhammad
Legenhausen sebagaimana tertulis di sebuah jurnal penelitian agama berikut:
...Menurut Muhammad Legenhausen, ide pluralisme agama pada awalnya
adalah ide yang digagas sebagai respon teologis atas perkembangan yang
berlaku di masyarakat Barat ketika itu. Konflik agama terjadi di mana-
mana sehingga menimbulkan ribuan korban jiwa. Atas nama agama,
masing-masing pihak menghabisi pihak lain yang berseberangan
dengannya. Dalam kondisi seperti inilah kemudian lahir gerakan
liberalisme. Gerakan liberalisme pada awalnya bersifat politis karena
tujuannya hanya untuk membatasi intervensi gereja dalam administrasi
pemerintahan. Akan tetapi, pada abad 19, gerakan liberalisme menular ke
18
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 16. 19
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 17. 20
Attabik & Sumiarti, Pluralisme Agama: Studi Tentang Kearifan Lokal Di Desa
Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap, (Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto,
2008), h. 2.
23
barisan Kristen Protestan sehingga melahirkan apa yang disebut Protestan
Liberalisme.21
Dari dunia politik inilah, yang kemudian melebar ke arah ideologi, teologi
dan agama. Liberalisme kemudian merambah ke dunia Kristen dan kemudian
berkembang sehingga semakin banyak orang yang terpengaruh akan ide-ide
pluralisme ini seperti John Hick dan kawan-kawan.
Tidak bisa dinafikan, gerakan ini (liberalisme) sangat kuat dipengaruhi
oleh konsep modernisme yang juga sedang berkembang saat itu. Di antara
penggagas gerakan ini adalah teolog Protestan Fredrich Schleiermacher
(1768-1834), yang pikiran-pikirannya banyak mempengaruhi John Hick.
Ide-ide dasar pluralisme agama dapat ditelusuri dari tulisan
Schleiermacher. Schleiermacher menilai bahwa agama adalah urusan
privat; esensinya terletak pada jiwa dan diri manusia dalam interaksinya
dengan Yang Mutlak, bukan pada institusi tertentu dari agama atau
bentuk-bentuk eksternalnya. Selain Schleiermacher, Rudolf Otto (1869-
1937), seorang teolog Jerman mempunyai pandangan bahwa pada
prinsipnya agama memiliki satu esensi yang sama, yaitu kesucian (The
Holy). The holy ini mencakup hal-hal yang rasional dan hal-hal yang
irrasional. Akan tetapi, unsur terakhirlah sesungguhnya yang permanen
dalam agama dan yang disebutnya sebagai numinous. Di samping
Schleiermacher dan Otto, asal-usul ide pluralisme agama dapat dilacak
pada pemikir-pemikir seperti Ernst Troeltch (1865-1923), Wilhem Dilthey
(1833-1911), Arnold Toynbee (1889-1975) dan para pemikir
Romantisisme.22
Walaupun telah mewarnai Eropa pada saat itu, pluralisme agama
nampaknya belum begitu menyentuh ke semua lapisan kalangan masyarakat.
Sebagaimana kita akui pluralisme agama berawal dari dunia Kristen23
, yang pada
saat itu pada mulanya masih berpandangan bahwa di luar Gereja tak ada
keselamatan (extraecclisiam nulla salus), tetapi kemudian melepaskan pandangan
tersebut. Klaim keselamatan itu tidak diberlakukan kembali setelah diumumkan
21
Attabik & Sumiarti, Pluralisme Agama..., h. 2. 22
Attabik & Sumiarti, Pluralisme Agama..., h. 2. 23
Budhy Munawar-Rachman, Argumen Islam Untuk Sekularise, Islam Progresif Dan
Perkembangan Diskursusnya, (Jakarta: GRASINDO, 2010), h. LIII
24
Konsili Vatikan II tahun 1962 yang mendeklarasikan doktrin “keselamatan
umum” bahkan bagi agama selain Kristen.24
C. Ajaran Pluralisme agama
Pluralisme agama memiliki inti-inti pemahaman yang memiliki beberapa
ajaran sebagaimana yang akan penulis paparka dari berbagai sumber berikut ini.
John Hick menawarkan sebuah pemikiran tentang pluralisme agama yang
ia sebut sebagai global theory (teori global). Ia melontarkan gagasan atau tesis
pluralismenya, yaitu “the transformation from selfcentredness to Reality-
centredness” (transformasi dari pemusatan diri menuju pemusatan Realitas).25
Di sini dapat dicatat bahwa Hick menggunakan terminilogi “self” (diri)
sebagai ganti “religion” (agama) mengikuti “kacamata Smithian”26
yang
digunakannya untuk melihat fenomena agama. Sebagaimana telah diketahui
bahwa, menurut Smith istilah “agama” tidak lagi patut untuk merangkul dan
mengakomodasi fenomena-fenomena keagamaan yang hidup dan terus
berkembang, sehingga harus ditinggalkan sepenuhnya diganti dengan istilah
“himpunan tradisi” dan “iman”.
24
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h. 18. 25
Thoha, Tren Pluralisme Agama ..., h. 81. 26
Pandangan John Hick banyak juga terpengaruh pemikiran Smith, dia meneruskan
pandangan Smith yang menyatakan bahwa penyebab perselisihan antar agama adalah definisi
“agama” itu sendiri. Oleh karena itu Smith mencoba merubah definisi “agama”. Menurut Smith
mendefinisikan “agama” sebagai suatu yang dianggap oleh orang sebagai nama sekumpulan
keyakinan-keyakinan yang terorganisir yang terus berkembang dari masa ke masa, harus diganti
dengan tradisi-tradisi yang terhimpun dalam sejarah manusia sebagai hasil interaksi antara
berbagai kumpulan dari anasir keagamaan dan budaya yang hidup sehingga membentuk sistem
tersendiri yang kemudian disebut tradisi Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Muslim. Selain itu
Smith melontarkan gagasan faith (iman yang sifatnya sangat pribadi). Dari penjelasannya tentang
agama, berakibat pada tidak adanya istilah al-haq dan al-batil, semua agama sama saja. Istilah self
yang dikemukakan John Hick ini bermula dari pendapat Smith tersebut. Lihat Tren Pluralisme
Agama, h. 73-75.
25
Berangkat dari “iman Smithian” ini, yang oleh Hick didefinisikan sebagai
something of vital religious significance (sesuatu makna keagamaan yang vital),
Hick berteori bahwa “iman” dalam arti seperti ini mengambil bentuk-bentuk yang
beragam dan berbeda dalam konteks tradisi-tradisi historis yang beragam di
seluruh dunia. Keadaan spiritual ini terbentuk di dalam kesadaran dan jiwa
seseorang, menurut anggapan Hick, sebagai akibat dari hasil dari pengalaman
spiritualnya dalam merespons Realitas ketuhanan yang absolute.
Dengan kalimat ini, Hick memahami “iman” ini sebagai the exercise of
cognitive freedom (penggunaan kebebasan kognitif). Dan dalam hal ini semua
manusia sama, yaitu mulai dari respons yang negative, tertutup, dan eksklusif
sampai respons yang positif, terbuka terhadap eksistensi ketuhanan yang dapat
menggeser dan menaikkan derajat dan level spiritual seseorang sedikit demi
sedikit dan secara gradual menuju eksistensi ketuhanan tersebut atau apa yang
disebut sebagai “keselamatan”, “moksha” atau “pencerahan”, atau yang
dinamakan Hick dalam bukunya yang lain radical self transcendence
(transendensi-diri radikal) dalam berbagai bentuknya.27
Pertama kita melihat dari pendapat John Hick, seorang tokoh pluralis
dimana pendapatnya banyak dikutip oleh orang Kristen maupun penganut agama
lain. Pandangan John Hick sebagaimana ditulis oleh Ahmad Mutaqien, antara lain
akan dipaparkan berikut ini.
Semua agama adalah respon terhadap keberadaan tertinggi yg bersifat
transenden (Allah-yang disebut The Real). Dari sini dapat dikatakan bahwa The
27
Thoha, Tren Pluralisme Agama…, h. 82.
26
Real adalah penyebab dan sekaligus menjadi pusat titik dimana segala agama
meresponnya. Untuk itu bisa dikatakan bahwa antara agama yang satu dengan
yang lainnya mendapat posisi yang sama dan setara.
Untuk selanjutnya, “The Real” itu melampaui konsep manusia sehingga
semua agama tidak sempurna dalam relasinya terhadap “The Real” tersebut.
Maksudnya adalah bahwa kesempurnaan, menurut Hick adalah hanya dimiliki
oleh The Real itu tadi, yang melampaui segala konsepsi tentang manusia. Oleh
karena itu, tentang agama-agama John Hick berkata, “agama-agama tidak
mungkin semuanya benar secara penuh; mungkin tidak ada yang benar secara
penuh; mungkin semua adalah benar secara sebagian”.28
Artinya bahwa
menurutnya, agama yang ada di dunia ini adalah bentuk daripada respon terhadap
yang maha sempurna, The Real, sehingga agama terkadang memiliki unsur
kebenaran sempurna sebagaimana The Real tersebut. Dengan demikian tidak
suatu agama manapun yang aling dan lebih dari yang lainnya.
John Hick membedakan “The Real” sebagai realitas ultimat dan “The
Real” yang ditangkap dan dipersepsikan oleh agama-agama sebagai Personae
(berpribadi): Allah, Yahweh, Krisna, Syiwa atau Impersonae (tidak berpribadi):
Tao, Nirguna Brahman, Nirwana, Dharmakaya. Di sini Hick lebih cenderung
melihat The Real kepada sebuah metafisik yang impersonal, yakni suatu zat yang
tak terhingga.
Keselamatan adalah proses perubahan manusia dari berpusat pada diri
sendiri (self-centered) menjadi berpusat pada Realitas tertinggi (Real-centered).
Ketika manusia dapat berproses merubah egoisitas pada diri sendiri menjadi
28
Ahmad Muttaqin, Rekonstruksi Gagasan Pluralisme Agama (Telaah atas Buku
Pluralisme Agama, Musuh agama-agama Karya Adian Husaini), ( T.Tp: Al-AdYaN, 2014), h. 99.
27
manusia yang menyatu dengan Realitas tertinggi, maka keselamatan adalah suatu
hal yang menyertainya. Sedangkan kriteria untuk mengetahui apakah seseorang
sudah diselamatkan atau tidak adalah kehidupan moral dan spiritualnya yang
mencerminkan kekudusan. Diantara kualitas-kualitas itu adalah: belas kasihan,
kasih kepada semua manusia, kemurnian, kemurahan hati, kedamaian batin dan
ketenangan, sukacita yang memancar.29
Menurut Harold Coward, pluralisme agama mempunyai teori bahwa Yang
satu berwujud Yang banyak, yaitu bahwa Tuhan hanya Satu dan sama bagi semua
agama. Namun harus difahami, walaupun harus mampu untuk bersikap arif
kepada agama lain, menurut Coward , seorang pluralis harus tetap berpijak pada
agama yang diyakini secara konsisten. Selanjutnya masih menurut Coward,
pluralisme akan memperkaya rohani kita serta memperkuat keyakinan terhadap
agama sendiri.30
Selanjutnya, pluralisme agama mengajak keterlibatan aktif dengan orang
yang berbeda agama tidak hanya sekedar toleransi, tetapi memahami sebagaimana
yang dikatakan oleh Cak Nur yang penulis kutip di bagian awal. Artinya tidak
hanya sekedar cukup hidup bersama dengan agama lain, namun harus ada rasa
saling memahami dan bekerjasama, tanpa menghilankan ciri spesifik masing-
masing.
Thoha, mengatakan bahwa pluralisme agama memiliki inti memberikan
legitimasi kepada semua agama, termasuk ideologi yang ada, agar dapat hidup
berdampingan bersama secara damai, aman, penuh tenggang rasa, toleransi, dan
saling menghargai. Selain itu, pluralisme agama menghendaki agar tidak
29
Ahmad Muttaqin, Rekonstruksi ..., h. 99. 30
Usman, Wahdat..., h. 67-68.
28
memandang superioritas suatu agama atas yang lainnya. Setidaknya inilah yang
mnurut Thoha yang merupakan nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh tren-tren
tersebut dan dikenal dengan istilah pluralisme agama secara luas.31
Abdul Azis Sachedina, profesor berkebangsaan Mesir, sepakat bahwa
umat beragama memiliki kesamaan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan di
mana dapat dibangun hubungan yang saling menghargai, dan penuh kedamaian di
antara mereka. Pada dasarnya menurut Sachedina, umat manusia adalah sejajar,
dalam artian setiap insan memiliki kehormatan sebagai manusia yang sama, tanpa
membedakan agama, etnis, dan budaya.32
Pluralisme agama, mengajarkan bahwa pada hakikatya agama-agama
bertujuan sama dan mengabdi kepada Tuhan yang Esa. Perbedaan dari masing-
masing agama hanyalah pada bentuk luar dan namanya saja, demikian menurut
Fathimah Usman. Jadi, lanjut Usman, agama apapun semua agama manapun
adalah berkedudukan setara karena berasal dari sumber yang satu, yaitu Tuhan.
Wahdatul al-adyan, meminjam istilah dari al-Hallaj, menyalahkan orang yang
menyalahkan agama lainnya, da menekankan bahwa agar seseorang dapat patuh
dan konsisten pada ajaran agama masing-masing, yang masih menurut Usman,
konsep ini sama sekali bukan menyatukan agama-agama.33
D. Pluralisme Agama Dalam Agama-Agama
Menurut Adian Husaini, paham pluralisme agama telah menyerbu semua
agama. Klaim-klaim kebenaran mutlak atas masing-masing agama diruntuhkan
karena berbagai sebab dan alasan. Salah satu contoh adalah dalam agama Yahudi
31
Thoha, Tren Pluralisme Agama..., h.5. 32
Muhammad Ali, Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin
Kebersamaan, (Jakarta: Kompas, 2003), h. 4. 33
Usman, Wahda..., h. 2.
29
adalah bahwa terdapat nama Mendelsohn (1729-1786), yang menggugat
kebenaran eksklusif agama Yahudi. Menurut jaran Yahudi, kata Mendelsohn,
seluruh penduduk bumi mempunyai hak yang sah atas keselamatan, dan sarana
untuk mencapai keselamatan tersebar sama luas, bukan hanya melalui agama
Yahudi, seperti umat manusia itu sendiri.34
Dalan dunia Kristen, menurut Husaini, yang mempunyai pandangan
pluralis, menyatakan bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah
menuju inti dari realitas agama. Adalah John Hick, tokoh pluralisme Kristen
terkemuka, menyatakan bahwa pluralisme menyatakan bahwa agama-agama besar
mewujudkan persepsi, konsepsi dan respon yang bebeda-beda tentang The Real
atau The Ultimate, juga bahwa tiap-tiap agama menjadi jalan untuk menemukan
keselamatan dan pembebasan.35
Di dunia Islam, pluralisme juga mendapat perhatian tersendiri. Dalam hal
ini, penulis akan membahas pluralisme dalam Islam yang akan dijelaskan dalam
bagian berikutnya.
E. Pluralisme Agama Dalam Islam
Islam sebagai agama yang rahmatallilalamin, ditujukan kepada umat
manusia. Pandangannya tentang kehidupan mencakup seluruh makhluk dan
mengangapnya sebagai satu kesatuan yang membentuk harmoni.36
kehidupan
manusia yang beeragam telah menjadi bagian dari umat Islam sendiri sejak zaman
Nabi Muhammad SAW hingga sekarang.
34
Adian Husaini, Pluralisme Agama: Musuh Agama-Agama, (T. Tp, DDII, 2010), h. 3.
Lihat juga Harold Coward, When Religion Becomes Evil, (New York: HarperSanFransisco, 2002). 35
Husaini, Pluralisme Agama..., h. 5. 36
Surahman Hidayat, Islam, Pluralisme & Perdamaian, (Jakarta: Fikr, 1998), h. 13.
30
Pluralisasi agama diakui oleh Qur‟an, memang ada dan terjadi (Q.S. Ali
Imran 85, bahwa agama-agama sudah ada dan beragam)37
.
38
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam sendiri telah memiliki konsep
pluralisme agama dan telah meyakini bahwa keberadaan agama-agama lain ialah
merupakan sunnatullah yang tidak dapat terbantahkan keberadaannya. Ini
menunjukkan bahwa pada dasarnya Islam sebagai agama yang rahmatalilalamin,
telah mempunyai landasan pemikiran tersendiri tentang konsep pluralisme agama
yang tak bisa lepas dari aspek sejarah, ayat maupun pemikiran tokoh Muslim
sendiri.
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan bebeberapa sumber yang
berkaitan dengan Islam dan Pluralisme Agama baik dari sejarah Islam, ayat-ayat
al-Qur‟an maupun dari beberapa tokoh Muslim.
1. Pluralisme Agama dan Sejarah Islam
Sejarah Islam yang tentunya dapat kita telusuri pada Zaman nabi
Muhammad SAW, menunjukkan betapa pluralisme agama telah mendapat
tempat tersendiri di kalangan umat Muslim. Zaman Nabi SAW (usia Islam
masyarakatnya sekitar 10 tahun jalan), pluralistis dan pluralisme agama
37
Rohman, Ensiklopedia Lintas Agama..., h.599 38
Q.S. Ali Imran (3:85).
31
dan umat sudah pernah ada pada masyarakat Madinah (Islam, Yahudi dan
Nasrani, bahkan golongan munafiqin juga mereka hidup bermasyarakat
sama). Dalam Islam sendiri, pengalaman satu masjid dapat dikunjungi
oleh muslimin yang lain yang tentuya berbeda madzhab, sudah merupakan
kesaksian bahwa pluralistis tidak mendatangkan masalah dan kesukaran
kehidupan bersama.39
2. Pluralisme Agama dan Al-Qur’an
Beberapa ayat al-Qur‟an yang membahas tentang pluralisme
agama, akan penulis bahas di bagian ini. Agar tidak terjadi
kesalahpahaman, beberapa ayat yang membahas pluralisme agama, akan
disertakan dengan tafsiran dan pendapat para tokoh Muslim.
Cikal bakal dari faham ini, di dalam al-Qur‟an banyak dikutip dari
surat al-Baqarah ayat 256.40
“tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” 41
39
Rohman, Ensiklopedia..., h.599. 40
Usman, Wahdat..., h. 70. 41
Q.S. al-Baqarah (2;256)
32
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam memberi penjelasan akan
kebebasan kepada manusia di dalam hal memilih dan menentukan agama
mereka masing-masing sesuai dengan pertimbangannya.42
Nurcholis Madjid mengatakan bahwa sikap keagamaan yang
merupakan hasil paksaan dari pihak luar tidaklah otentik karena telah
kehilangan dimensi paling mendalam dan mendasarnya yaitu kemurnian
atau keikhlasan.43
Dari sinilah terlihat betapa Islam mempedulikan
kemurnan dan keikhlasan kepada semua manusia di bumi untuk dapat
memilih dan menentukan agama yang mereka yakini.
Selain memberi kebebasan dan tidakadanya paksaan dalam
beragama, Islam, di dalam al-Qur‟an juga mengakui akan keberadaan dari
pada agama-agama lain selain Islam. pengakuan ini antara lain terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 62 sebagai berikut:
44
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”45
42
Usman, Wahdat..., h. 71 43
Usman, Wahdat..., h. 71. 44
Q.S. al-Baqarah (2;62) 45
Q.S. al-Baqarah (2:62).
33
Ayat lainnya yang juga menunjukan akan pengakuan Islam
terhadap eksistensi dari agama-agama lain ialah surat al-An‟am ayat 108
sebagai berikut:
46
“dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah
dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami
jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Disini dijelaskan bahwa eksistensi dari pada agama, suku, ras dan
budaya lain, tidak dibeda-bedakan oleh Allah SWT. Hal ini memang
diakui adanya dalam tafsiran dari ayat ini menurut Wahbah al-Zuhaili
yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman dan beramal saleh
serta memegang teguh agamanya (agama apapun), maka mereka termasuk
orang-orang yang berntung. Dari ayat tadi, yang dimaksud dengan aktifitas
kategori amal saleh menurut Usman yakni maksudnya adalah bahwa
masing-masing umat beragama ditantang untuk saling berlomba-lomba
dalam kebaikan dalam bentuk yang nyata.47
Selain dari pada itu, ayat lain yang menunjukkan bahwa Tuhan
telah menghendaki perbedaan sebagaimana terdapat dalam surat Hud ayat
118:
46
Usman, Wahdat..., h. 71-72. 47
Usman, Wahdat..., h. 72.
34
48
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,”49
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa ketunggalan dalam beragama
dan berkeyakinan tidaklah dikehendaki Tuhan.50
3. Pluralisme Agama dan Tokoh Muslim Indonesia
Tokoh Muslim Indonesia, banyak yang juga memiliki pemikiran
tersendiri terkait pluralisme agama. Beberapa di antara tokoh Muslim yang
ada di Indonesia yang mendukung pluralisme agama ini akan penulis kutip
beserta pendapatnya mengenai konsep pluralisme agama.
Di Indonesia, isu pluralisme dan dialog antar umat beragama
menjadi marak setelah diusung oleh Nurcholis Madjid, Mukti Ali, Djohan
Efendi, dan pada tahun-tahun berikutnya dilanjutkan oleh Budhi Munawar
Rahman dengan Paramadinanya, Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawan
dengan Jaringan Islam Liberal (JIL)-nya.51
Nurcholis Madjid, mengenai pluralisme agama menyatakan bahwa
sikap pluralis, bisa bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan
misalnya agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk
mencapai Kebenaran yang sama, agama-agama lain berbicara secara
48
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009),h. 235. 49
Q.S. Hud (11:118). 50
Abdul Muqhsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, (Depok: Kata Kita, 2009), h.
xvi. 51
M. Zainuddin, Pluralisme Agama; Pergulatan Dialogis Islam-kristen di Indonesia,
(Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
35
berbeda, tetapi merupakan kebenaran-kebenaran yang sama sah, atau
setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran. Menurut
beliau, Islam sebagai sebuah pandangan keagamaan, bersifat inklusif dan
merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Menurutnya,
agama adalah hasil ekspressi dari Tuhan yang sama. Lanjutnya bahwa
filsafat perenial membagi agama pada level esoterik dan eksoterik dimana
agama pada dasarnya sama dalam hal esoterik, hanya berbeda pada level
eksoterik saja.52
Pluralisme agama menurut Muqsith Ghazali adalah suatu sistem
nilai yang memandang keberagaman atau kemajemukan agama secara
positif sekaligus optimis dengan menerimanya sebagai kenyataan
(sunnatullah), dan berupaya agar berbuat sebaik mungkin berdasarkan
kenyataan tersebut.53
Abdul Muqsith Ghazali, berpendapat bahwa pluralisme agama
adalah sebuah keniscayaan, Tuhanlah yang menghendaki makhluk-Nya
bukan hanya berbeda dalam realitas fisikal, melainkan juga berbeda-beda
dalam ide, gagasan, keyakinan dan agama.54
Hal ini menurutnya
didasarkan atas sebagaimana disebut dalam firman-Nya antara lain dalam
surat Hud 11:11855
sebagai berikut:
52
Husaini, Pluralisme Agama..., h. lxxvii. 53
Ghazali, Argumen Pluralisme Agama..., h. 68. 54
Ghazali, Argumen Pluralisme Agama..., h. xvi. 55
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009),h. 235.
36
56
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,”57
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)”58
Selain dari ayat tersebut, Banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang
digunakan Muqsith Ghazali untuk menguatkan argumennya, kurang-lebih
terdapat 44 ayat, yaitu: al-Baqarah (2): 62,111,112,129,148, 217, 256, Ali
„Imran (3): 19, 85, al-Nisa‟ (4): 13, 14, 114, 171, 123. 125, 163, al-Maidah
(5): 3, 17, 44, 48, 54, 66, 69, al-An‟am (6): 108, al-Tawbah (9): 30, al-
Anbiya‟ (21): 25, 94, al-Hajj (22): 23, 40, 78, al-Ankabut (29): 46, 61, 62,
63, Sajdah (32): 25, Saba‟ (34): 25, al-Shu‟ara‟ (42): 13, al-Jathiyah
(45):18, al-Hujurat(49): 13, al-Mumtahanah (60): 7,8,9, dan al-Kafirun
(109): 6. Dengan demikian, telah diketahui bahwa betapa al-Qur‟an
sebagai pedoman umat Islam telah banyak memberi perhatian untuk
pluralitas agama.
56
Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009),h. 235. 57
Q.S. Hud (11:118). 58
Q.S. Hud (11:118).
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
LEMBAGA DAKWAH KAMPUS SYAHID UIN SYARIH
HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Sejarah Berdiri Lembaga Dakwah Kampus Syahid
Tanggal 28 Mei 1996, dua puluh orang mahasiswa dari berbagai latar
belakang tradisi intelektual dan budaya yang berbeda, berhimpun dalam satu
barisan berhasil mensolidkan diri dalam kepengurusan awal LDK Syahid. Hari itu
secara resmi Lembaga Dakwah kampus Syarif Hidayatullah resmi dilantik oleh
sekjen KMU. Sebagai ketua pertamanya terpilih Deka Kurniawan ( Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin)1
Sebetulnya embrio lembaga dakwah ini telah muncul dari era 80‟an.
Seiring dengan represifitas pemerintah saat itu yang melarang gerakan apapun
muncul di kampus-kampus, hal ini diperparah dengan dibekukannya NKK
(normalisasi kehidupan kampus)/ BKK (badan koordinasi kemahsiswaan).
Tekanan dari penguasa saat itu tidak menyurutkan semangat para Founding
Father LDK. Mereka tetap bersemangat untuk mengkaji keislaman dan semakin
percaya diri menunjukan jati diri keislamannya. Walau tak jarang sedikit para
akhwat keluar dari universitas atau sekolah-sekolah karena untuk keidealisan
mereka mempertahankan hijab syar’i. kegeraman para kader dakwah ini
memuncak dengan ditandai momentum “revolusi jilbab” diawal tahun 90‟an,
1Dokumentasi LDK Syahid, diperoleh ketika selesai wawancara pada tanggal 17 Mei
2015
38
39
C. Visi dan Misi
VISI: Terciptanya insan-insan dakwah yang memiliki kekokohan
spiritualitas, intelektualitas, solidaritas dengan etos profesionalisme menuju
kampus yang islami dalam rangka mewujudkan khairu ummah.
MISI :
1. Tarbiyah Madal Hayah (pendidikan sepanjang hidup).
2. Amal Shalih (perbuatan yang baik).
3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan yang baik dan mencegah
yang munkar).
4. Khidmatul Ummah (pengabdian kepada umat).
5. Wihdatul Ummah dan Ukhuwah Islamiyah (persatuan umat dan
persaudaraan Islam)
40
D. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI Lembaga Dakwah Kampus Syahid
Bagan. 1. Struktur Organisasi LDK Syahid
Keterangan:
Koordinasi =
Instruksi =
KetuaUmum
Sekretaris
Kesekretariatan
S.B.Event
KOMDA (KOMISARIAT DAKWAH DI TIAP-TIAP FAKULTAS)
Biro.Syiar Biro.HUMED Biro.Keputrian
IKADA
Biro.Pengembangan
Akademik Bakat
dan Keilmuan
Bendahara
KetuaKeputrian WakilKetua
S.B. MKM
Biro P.E
S.B.Pembinaan S.B.PSDM
PSU
LTQ
Pembina
Biro.Kaderisasi
ANGGOTA LDK SYAHID
FSLDK
BANTEN
41
E. Struktur Kepengurusan LDK Syahid 2015-2016
Ketua Umum : Budi Gunawan (FDIK/MHU/2012)
Wakil Ketua : Z. R. Syahriah Gufron (FISIP//IP/2012)
Sekretaris : Riyan Apriyansyah (FEB/PSY/2012)
KA Keputrian : Siti Ipah Masripah (FITKA/P.KIM/2012)
Bendahara 1 : Della Fuziah (FITK/P.BIO/2012)
Bendahara 2 : Meisarah Marsa (FISIP/HI/2012)
1. Biro Keputrian
Kordinator : Iwe Mantika Sari (FITK/PGMI/2012)
Staff : Ayu Yuniarti S. A. (FITK/P.BIO/2012)
Si Lestari (FITK/P.FIS/2012)
Seha (FITK/PBI/2012)
Azka Azzahra (FITKP.BI/2012)
Nur Intan Saputri (FDIK/KESSOS/2012)
Cory Selviana Devi (FKIK/KESMAS/2012)
2. Biro Kesekretariatan
Kordwan : Asep Syahrul M. (FITK/PAI)
Korwat : Trisiawani Agustin (FPsi/Psi/2012)
42
Staff : Desma Yushintari (FITK/P.FIS/2012)
Hisna Humairah (FDI/DI/2012)
Irniyati (FITK/PGMI/2012)
Risa Ratnasari (FPsi/Psi/2012)
Syifa Fauziah Jamal (FEB/MNJ/2012)
3. Biro Pengembangan Ekonomi
Korwan : Heri Permana (FSH/PS/2012)
Korwat : Melani Shabrina (FST/KIM/2012)
Staff : Agung Wibowo (FST)
M Reza Syahputra (FITK/P.FIS/2012)
Nur Aliyah (FITK/P.IPS/2012)
Nurrohma Diani (FITK/P.IPS/2012)
Nurlaela Royna Efendi (FAH/2012)
Suci Kurniawati (FITK/PGMI/2012)
Alamas
Nusaibah (Fpsi/Psi/2012)
4. Lembaga Tahfidz Quran (LTQ)
Korwan : Ahmad Zulfikar (FITK /PMTK/2011)
43
Korwat : Haifa Nadwatul U.N.R. (FITK/P.FIS/2012)
Staff : Tazkiatun Nafs A (FSH/IH/2012)
Nada Elmaula Mayasari (FDIK/2012)
Dimas Tri Atmojo (FITTK/PBSI/2011)
Hanifah (FITK/PBA/2012)
Agung Nugroho (FSH/2011)
Tiara Ayu Nurul „Ain (FITK/PMTK/2012)
Nadhia Eka Silviana (FKIK/2011)
M Rif‟at Hanin Hidayat (FSH/2011)
Toyyibah (FKIK/2012)
Abdillah Ahsan (FST/2011)
Fathimah Himmatina (FSTAGR/2011)
Utih Amartiwi (FST/2011)
Hanifah Arbi‟atun Nisa (FDIK/MD/2012)
Nurul Inayah (FKIK/PBA/2011)
Syahidah Fitria Amalia (FKIK/2012)
Siti Khadijah Nurfijri (FDIK/MHU/2011)
5. Bidang Pos Solidaritas Umat (PSU)
Korwan : Saeful Hilmi (FDIK/BPI/2012)
Korwat : Sevi Sophia (FSH/2012)
Staff : Denia (FSH/2012)
Rikah (FITK/MP2012)
Hafsoh (FAH/2012)
44
Khoirul Bahri Basyarudin (FDIK/MDI/2012)
Dendy Harmadi (FITK/P.IPS/2012)
Ferdiansyah (FDIK/2011)
Patra Rusdianto (FEB/MNJ/2011)
6. Bidang Kaderisasi
Korwan : Didin Rohidin (FITK/P.IPS/2012)
Korwat : Saiyidah Nafisah (FDIK/KESSOS/2012)
a. Sub Bidang PSDM
Ahmad Rizky M (FITK/P.FIS/2012)
Oggy Prayitno (FPsi/Psi/2012)
Farah Kamalia (FST/KIM/2012)
Ranita Sari (FAH/BSI/2012)
Annisa Dwi Yuliana (FST/SI2012)
b. Bidang Pembinaan
Yudhistira Prasetya A (FKIK/KESMAS2012)
M Fahri Akbar (FISIP/HI/2012)
Sri Wahyuni (FDI/DI/2012)
Lili Qudrotin (FPsi/Psi/2012)
45
7. Bidang Syiar
Korwan : Alendy Senda (FST/SI/2012)
Korwat : Hanna Izzatul Jannah (FPsi/Psi/2012)
a. Sub Bidang Event
Husai Faiz Karimi (FST/TI/2012)
Annisa Dina Aolia (FEB/Akt/2012)
Afrian (FDIK)
Zahiah Mantik (FITK/MP/2012)
Sarah Aprilia (FKIK/KesMas/2012)
b. Bidang Manajemen Kemakmuran Masjid (MKM)
Irfan (FDI/DI/2012)
Suanah (FITK/P.FIS/2012)
Sumiyati (FITK/P.MTK/2012)
Lupita sari (FITK/P.BIO/2012)
Eka Wahyuingsih (FITK/P.FIS/2012)
8. Biro Humas dan Media (HUMED)
Korwan : Azmi Agnia (FKIK/PSPD/2012)
Korwat : Mardiah (FDI/DI/2012)
Staff : Yayi Ania (FITK/P.FIS/2012)
Raden Dhiva Putra (FPsi/Psi/2012)
M Jabbar Al-Basith (FST/SI/2012)
46
Rindo
Ayu Lindasari (FITKPGMI/2012)
Widda Durriyah (FITK/MP/2012)
Windi Septina Dewi (FST/2012)
9. Bidang Pengembangan Akademik, Bakat, dan Kelilmuan (PABK)
Korwan : Arif Setiawan (FSH)
Korwat : Shofwatunnisa (FST/KIM/2012)
Staff : Taifuri Muhammad Iqbal (FAHBSA/2012)
Indra Saputra (FISIP)
Yeni Rahayu (FST/AGR/2012)
A‟alimatul Muflihatin (FEB/AKT/2012)
Nuraini (FDIK/KPI/2012)
Idha Chusaini (FDIK)
F. Tugas Kerja
a. Ketua Umum2
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan organisasi
2. Pengontrol keseluruhan program kerja organisasi
3. Menjadi juru bicara organisasi
2 Dokumentasi LDK Syahid, diperoleh ketika selesai wawancara pada tanggal 17 Mei
2015
47
4. Memberikan instruksi dan berkoordinasi dengan ketua bidang pusat
dan ketua-ketua KOMDA
5. Berkoordinasi dengan Pembina, ikada dan direktur LSO (PSU dan
LTQ)
b. Wakil Ketua
1. Mewakili ketua umum ketika berhalangan hadir
2. Membantu ketua umum dalam mengkoordinasikan program-program
organisasi
3. Menjadi delegasi organisasi di forum UKM
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
c. Ketua Keputrian
1. Ketua Keputrian berwenang dan bertanggung jawab terhadap aktivitas
da‟wah muslimah secara keseluruhan
2. Mengkoordinasikan semua kegiatan dakwah di bidang keputrian
3. Menjadi juru bicara organisasi yang berkaitan dengan kemuslimahan
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Biro Keputrian
1. Meningkatkan khasanah keilmuan dan wawasan ke-Islaman muslimah
2. Menggali dan memberdayakan keterampilan, kreativitas dan potensi
kader akhwat
3. Membantu Ketua keputrian dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab kemuslimahan
4. Bertanggungjawab dengan Ketua Keputrian
d. Sekretaris Umum
48
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan administrasi dan
kesekretariatan organisasi secara menyeluruh
2. Mengkoordinir biro Kesekretariatan
3. Berkoordinasi dengan sekretaris bidang, biro, komda, dan LSO
4. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Biro Kesekretariatan
1. Membantu sekretaris umum dalam hal pengelolaan administrasidan
kesekretariatan organisasi
2. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan sekretariat LDK Syahid
3. Bertanggung jawab kepada sekertaris
e. Bendahara
1. Penanggung jawab dan pemegang kebijakan keuangan keorganisasian
2. Mengkoordinir biro Pengembangan Ekonomi
3. Melaporkan kondisi keuangan organisasi pada setiap rapat harian
pengurus
4. Merapikan administrasi keuangan berbasis computer
5. Berkoordinasi dengan bendahara bidang, biro, komda, dan LSO
6. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Biro Pengembangan Ekonomi
1. Melakukan usaha organisasi yang bersifat mandiri
2. Melakukan usaha mandiri dan memiliki administrasi keuangan yang
baku
3. Mengembangkan potensi ekonomi organisasi dalam rangka
menciptakan iklim kemandirian finansial
49
4. ertanggung jawab kepada Bendahara
f. Bidang Kaderisasi
1. Melaksanakan pengkaderan yang berorientasi pada pengembangan
pemahaman dakwah yang berkesinambungan dan bersinergi dengan
bidang-bidang di LDK syahid
2. Membangun pola perekrutan dan pembinaan Anggota LDK
3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan data base kader/Anggota
4. Berkoordinasidengansemuabidang PSDM komda.
5. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Sub. Bidang PSDM
1. Merekomendasikan nama-nama untuk ditempatkan pada pelaksanaan
agenda dakwah di tingkat Universitas.
2. Memberdayakan anggota secara optimal
3. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan data base kader
4. Memberikan pembekalan tsaqofahkader melalui forum kajian
5. Bertanggung jawab kepada ketua bidang kaderisasi
Sub. Bidang Pembinaan
1. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan Mentoring dan PKD 1
2. Membina fikriyah, ruhiyah, dan jasadiyah anggota
3. Bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan penjagaan database
kader
4. Bertanggung jawab kepada ketua bidang kaderisasi
50
g. Bidang Syi’ar
1. Penanggung jawab pelaksanaan program-program kerja yang
berorientasi pada pemasyarakatan syiar-syiar Islam melalui berbagai
metode dan sarana
2. Menyebarkan opini dan fikroh Islam melaui berbagai publikasi dan
kegiatan sosial dakwah lainnya
3. Bertanggung jawab kepada ketua umum
Sub. Bidang Kegiatan Masjid
1. Menjalankan syi‟ar Islam lewat tablig di masjid atau musholla sekitar
kampus
2. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan pengelola SC UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Menjadikan Masjid Al-Jamiah sebagai salah satu basis pergerakan
dakwah Islamiyah di kampus
4. Bertanggung jawab kepada ketua bidang syi‟ar
Sub. Bidang Event
1. Mengelola kegiatan-kegiatan Syiar Islam dalam berbagai event (PHBI,
rekrutmen, kemuslimahan, kewirausahaan, dll)
2. Bertanggung jawab kepada ketua bidang syi‟ar
h. Bidang Humas dan Media
1. Menjaga citra positif LDK secara khusus, dan UIN secara umum
2. Membangun pengembangan jaringan organisasi dengan lembaga lain
sesuai dengan visi dan misi organisasi
51
3. Menjalin jaringan kerja dakwah di tingkat kampus, daerah, provinsi
dan nasional (misal: FSLDK)
4. Menjaga kerjasama dengan lembaga dan insitusi dakwah lainnya
5. Menghidupkan Syi‟ar Islam dan marketing dakwah LDK lewat media
6. Membentuk opini masyarakat kampus melalui media
7. Bertanggung jawab kepada ketua umum
i. Bidang Pengembangan Bakat Akademik dan Keilmuan
1. Menjalankan halaqoh diskusi keislaman dan umum dalam lingkup
internal kader
2. Melakukan pendataan IPK pengurus
3. Mengadakan dan memfasilitasi training keprofesian
4. Meningkatkan kemampuan dan wawasan kader melalui tugas baca
5. Menfasilitasi kader untuk meningkatkan keterampilan kemampuan
kader dalam berbahasa atau seni
6. Menjalankan dan memfasilitasi program-program yang berkaitan
dengan pengembangan kesenian dan kesehatan kader secara khusus
dan mahasiswa secara umum
7. Meningkatkan partisipasi kader dalam kompetisi akademik dan non
akademik dalam skala nasional
8. Berkoordinasi dengan litbang dan keilmuan komda
9. Bertanggungjawab kepada ketua umum LDK Syahid
52
j. Pos Solidaritas Ummat (PSU)
1. Menginventarisasi, mengelola dan mengembangkan dana donator
melalui sarana ZIS dan wakaf
2. Memiliki administrasi yang baku
3. Membangun kepedulian sosial anggota melalui pelayanan masyarakat
praktis
4. Menyebarkan opini dan fikroh Islamiyah kepada masyarakat melalui
kegiatan sosial
5. Mengumpulkan,mengelola dan menyalurkan infak untuk ummat
6. Bertanggung jawab kepada ketua umum
k. Lembaga Tahfidz Qur’an
1. Mengoptimalkan program tahsin dan tahfidz
2. Menjadi wadah pembelajaran Al-Qur‟an bagi civitas akademika UIN
(mahasiswa, dosen, danpengurus) secara umum dan ADK secara
khusus
3. Meningkatkan kualitas bacaan dan pemahaman terhadap Al-Qur‟an
4. Meningkatkan semangat menghafal Al-Qur‟an
5. Bertanggung jawab kepada ketua umum
l. Komisariat Dakwah (KOMDA)
1. Bertanggung jawab terhadap pengembangan dakwah di fakultas
sesuaidengan spesialisasi masing-masing fakultas dalam bentuk
aktivitas keilmuan, peningkatan profesionalitas, syiar, dan kaderisasi.
53
2. Mengkoordinasikan anggota di fakultas masing-masing
3. Mendata dan merekap anggota yang ada di fakultas
4. Bertanggung jawab terhadap pemberdayaan anggota di fakultas
5. Bertanggung jawab kepada Ketua Umum LDK Syahid
G. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasana tempat LDK Syahid dalam berdakwah di kampus
meliputi:
1. Sekretariat di Student Centre (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Masjid Al-Jamiah di Student Centre (SC) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Aula Student Centre (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Auditorium Harun Nasution
6. Auditorium FISIP
7. Ruang kelas di fakultas-fakultas serta area dalam kampus
8. Kampus dua dan tiga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Peralatan ATK, inventaris dari senior LDK Syhahid dan fasilitas
pendukung lainnya dalam berdakwah yang diberikan dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Semua fasilitas ini berasal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang diberikan kepada Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Student
centre (SC), selain itu anggaran kegiatan LDK Syahid juga diperoleh dari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan donator-donatur yang mendukung
kegiatan LDK Syahid.
54
BAB IV
PLURALISME AGAMA MENURUT AKTIVIS LDK SYAHID
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Arti Pluralisme Agama Menurut aktivis LDK Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ditanya mengenai arti dari istilah pluralisme agama, jawaban dan
komentar mereka beragam. Mereka memberikan pemaparan masing-masing
mengenai apa yang dimaksud pluralisme agama sesuai dengan apa yang mereka
ketahui. Salah satu nya mengatakan bahwa pluralisme agama hanya sebatas
mengakui akan keberadaan agama lain sebagaimana penulis kutip dari wawancara
dengan salah satu aktivis berikut ini.
“..pluralisme sebenarnya bias sih, banyak pendapat.. pluralisme
merupakan bahasan yang tak pernah selesai karena banyak perbedaan...
kalau pluralisme itu mengakui keberadaan agama lain, saya termasuk
setuju,.. akui saja... bahkan rasul juga banyak mncontohkan pola-pola
interaksi dengan non-muslim..”1
Masih seputar pengakuan terhadap agama lain, ada pula yang mengatakan
bahwa pluralisme agama merupakan sebuah paham yang berkaitan dengan
pengakuan atau klaim suatau agama terhadap agama lain seperti istilah toleransi,
kesamaan agama, kebenaran semua agama dan lain-lain. Pluralisme agama
diidentifikasikan dengan toleransi beragama.
1 Wawancara dengan Informan IU10.
55
“Pluralisme dalam agama berkaitan erat dengan toleransi beragama.
Tentang menghargai kebebasan pemeluk agama untuk menjalankan
peribadatan agamanya.”2
Menurut Informan diatas, pluralisme agama sangat erat dengan toleransi
agama yang menghargai kebebasan setiap pemeluk agama untuk menjalankan
peribadatannya masing-masing.
“Jadi saya memahami bahwa pluralisme agama adalah sebuah toleransi
umat beragama.”3
Kutipan di atas disampakan oleh aktivis lainnya yang menyebutkan bahwa
pluralisme agama memiliki arti sebuah toleransi umat beragama.
Selain dari makna pluralisme agama yang diidentifikasikan dengan
toleransi, ada pula yang memaknai pluralisme sebagai sebuah paham yang
menganggap semua agama itu sama, sesuai dengan yang penulis kutip sebagai
berikut:
“Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa semua agama sama.”4
Kesamaan semua agama dimaksudkan kepada pengakuan bahwa semua
agama sama-sama benar dan sama-sama selamat. Semua agama adalah benar, dan
semua pemeluk agama akan selamat. Kebenaran dan keselamatan tidaklah
dimonopoli oleh salah satu agama, sebagaimana salah satu dari makna pluralisme
agama John Hick yang penulis kutip pada BAB II skripsi ini.
Pendapat lain seputar arti dari pluralisme agama yang srupa dengan
pendapat aktivis di atas adalah pendapat aktivis berikut ini:
2 Wawancara dengan Informan IA3.
3 Wawancara dengan Informan IA5
4 Wawancara dengan Informan IA1.
56
“Sebuah paham yang menyatakan bahwa semua agama itu benar, dan
mempunyai kedudukan yang sama di sisi Tuhan.”5
Hal ini juga senada dengan pengertian pluralisme agama yang dipaparkan
oleh aktivis lainnya, sebagaimana kutipan dbawah ini:
“Pluralisme agama itu paham yang menyamakan semua agama itu benar.
Semuanya akan masuk surga, hanya beda jalan aja.”6
Menurut kutipan di atas, pluralisme agama adalah suatu paham yang
menyamakan semua agama, bahwasannya agama itu sama-sama benar, akan
sama-sama selamat di surga kelak, walupun hanya berbeda jalan yang ditempuh
atau agama yang dianut.
Hal senada disampaikan oleh aktivis yang lain, yang juga mengatakan
bahwa pluralisme agama adalah paham yang menyamaratakan semua agama, atau
menganggap semua agama benar.
“Singkatnya, pluralisme agama adalah paham yang menyamaratakan
semua agama. menganggap semua agama adalah benar.”7
Dari beberapa keterangan aktifis LDK tersebut, dapat difahami bahwa
secara umum, mereka mengerti apa yang dinamakan dengan pluralisme agama,
dimana pluralisme agama adalah suatu paham yang menghendaki adanya
kesetaraan agama-agama, tidak adanya superioritas salah satu agama, dan
keselamatan terbuka bagi semua agama.
Dengan demikian, aktivis LDK Syahid telah memahami dan mengerti arti
dari pada apa yang disebut dengan istilah pluralisme agama, sesuai dengan
5 Wawancara dengan Informan IU7
6 Wawancara dengan Informan IA2.
7 Wawancara dengan Informan IA4
57
penyampaian mereka dan gaya bahasa mereka masing-masing yang telah penulis
kemukakan. Pengetahuan mereka tentang definisi atau istilah dari pluralisme
agama di atas, menandakan bahwa mereka tidak lagi asing dengan isu-isu
pluralisme agama.
B. Sikap Aktivis LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap
Pluralisme Agama.
Pluralisme agama, sebagaimana pengertiannya yang menghendaki
kesetaraan agama-agama dihadapan Tuhan, tidaklah sepaham dengan pemikiran
aktivis LDK Syahid. Ketika diwawancarai mengenai sikap terhadap paham yang
menganggap bahwa semua agama itu setara di hadapan Tuhan, salah seorang
aktivis menjawab“...Tidak setuju dengan sikap pluralisme agama...”8 demikian
yang disampaikan oleh seorang aktivis LDK Syahid. Alasan dari penolakan ini,
secara tegas dipaparkan dalam kutipan berikut:
Saya dengan tegas menolak penyebaran faham ini terutama di kalangan
muslimin. Karena akan mengikis aqidah mereka dan berdampak buruk
pada ibadah dan akhlak serta berujung pada kehancuran umat dunia
akhirat.9
Berdasarkan keterangan tersebut, penolakan faham ini dikarenakan atas
kekhawatiran akan terkikisnya aqidah mereka, dan berdampak buruk pada ibadah
yang akan berujung kepada kehancuran.
Dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, paham ini dinilai kurang
tepat. “...Pluralisme agama kurang tepat dalam menjalin kerukunan ummat
8 Wawancara dengan Informan IU3
9 Wawancara dengan Informan IA9
58
beragama, karena sudah ada toleransi...”10
jadi cukuplah dengan toleransi yang
tinggi terhadap umat beragama lain, dan bukan paham pluralisme agama yang
menghendaki semua agama memiliki posisi yang sama, karena itu sudah masuk
ke ranah akidah seperti yang dipaparkan dalam kutipan d bawah ini:
Selagi tidak membawa masalah aqidah, tapi kalau sudah membawa
masalah aqidah, saya tidak setuju.11
Masalah aqidah memang menjadi hal yang mutlak bagi aktivis LDK
Syahid. Sehingga segala hal yang berhubungan dengan akidah dan keyakinann,
maka mereka bersikap tegas. Sebagaimana dikutip di atas, bahwa segala hal
kemaslahatan terhadap agama lain, itu hal yang wajar, selagi tidak menyinggung
ke ranah keyakinan dan akidah. Namun jika telah memasuki ranah agama,
sebagaimana pluralisme agama, maka dtolaknya.
Pluralisme hanya berlaku dalam ranah politik dan kemanusiaan.
Pluralisme agama, dimana dikatakan mencampuri ranah akidah dan keyakina,
maka aktivis LDK Syahid tidak menyetujuinya. “...Sangat tidak setuju, yang tepat
itu kita saling toleransi antar umat beragama...”12
demikian papar seorang aktivis
LDK Syahid..
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat diambil garis besar, bahwa aktivis
LDK Syahid, dengan tegas menolak akan paham pluralisme agama. penolakan ini
dikarenakan pluralisme agama dianggap telah mencampuri dan merambah ke
dalam ranah aqidah dan keyakinan mereka, yang akan berdampak kepada
kerusakan dan kehancuran umat. Untuk itu, maka toleransi adalah sebuah hal
10
Wawancara dengan Informan IU3 11
Wawancara dengan Informan IU8 12
Wawancara dengan Informan IA2
59
yang dikatakan cukup menjadi solusi dalam menjaga kehidupan umat beragama
yang majemuk.
C. Kesetaraan Agama-Agama
Menurut pandangan aktivis LDK Syahid, kesetaraan Agama-Agama,
memiliki dua pengertian, yakni kesetaraan di mata negara, dan setara di mata
Tuhan. Untuk membahas kedua hal tersebut, berikut pemaparan aktivis LDK
Syahid:
“Yang setara hanya hal fisik, dan yang membedakan adalah ketakwaan.
Sementara setara dalam hal fisik bahwa manusia itu tidak membedakan
yang kaya dan yang miskin.”13
Dari pendapat tersebut, menurutnya kesetaraan agama-agama di dunia ini
adalah untuk masalah fisik, serta tidak membedakan antara yang kaya dan yang
miskin di dunia ini, apapun agamanya. Sedangkan perbedaan adalah untuk
masalah ketakwaan. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi antar-umat beragama
sangat dijunjung tinggi.
“Kita punya hak yang sama, tapi hanya dalam konteks kemasyarakatan,
tidak dalam hal aqidah.”14
Menyamaratakan perilaku untuk berbuat kebaikan dengan cara
memuliakan orang terdekat walaupun penganut agama lain, dalam pandangan
aktivis LDK, itu sangat diperintahkan. Bahkan menurut keyakinan merek, Islam
memerintahkan hal demikian.
“Islam pun memerintahkan untuk memuliakan penganut agama lain
apabila mereka adalah tetangga kita. Rasulullah saw bersabda “ barang
13
Wawancara dengan Informan IU1. 14
Wawancara dengan Informan IU6
60
siapa yang beriman kepda hari akhir hendaklah kita memuliakan
tetangganya” hadis riwayat Bukhori dan Muslim”.15
Dari pernyataan ini mengandung arti bahwa bukan hanya dengan tetangga
sesama penganut satu agama, namun memuliakan penganut agama lain, adalah
merupakan suatu perilaku terpuji yang dianjurkan Rasulullah saw, yang dalam hal
ini menurut aktivis LDK danjurkan dalam Islam. Pemahaman semacam ini tidak
lagi memandang status agama dari orang terdekat, namun lebih melihat kepada
sisi kemanusiaan dan muamalah.
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesetaraan
agama-agama dalam pandangan para aktivis tersebut, walaupun tidak berlaku
dalam masalah akidah dan keyakinan mereka, namun hal ini justeru suatu
keharusan dimana untuk bersikap egaliter, tidak menyamakan status sosial dan
agama terhadap orang terdekat dalam hal urusan kemanusiaan dan muamalah. Hal
ini menunjukkan nilai toleransi yang sangat tinggi terhadap umat penganut agama
yang berbeda.
D. Kerjasama Antar-Umat Beragama
Walaupun prinsip tegas aktivis LDK Syahid akan pluralisme agama,
namun itu bukan berarti bahwa sikap mereka terhadap agama lain itu tidak lah
begitu acuh tak-acuh. Hal ini telah penulis singgung sebagaimana terdapat dalam
bagian sebelumnya di poin c di atas. Toleransi agama telah dirasa cukup dijadikan
sebagai jembatan penghubung dalam muamalah keseharian terhadap pemeluk
agama lain.
15
Wawancara dengan Informan IU7.
61
Walaupun demikian, kerjasama antar-umat beragama dalam pandangan
aktivis LDK Syahid, bisa bekerjasama dengan baik. Tentu kerjasama semacam ini
yang tidak ada kaitannya dengan kerjasama akidah ataupun keyakinan.
Dalam hal aqidah, atau keyakinan saling toleran, dan dalam hal muamalah
bisa bekerjasama dengan baik.16
Dikatakan bahwa Islam sebagaimana yang mereka yakini, juga tetap
menjamin hak-hak pemeluk agama lain, dalam hal sosial kemanusiaan. “...Dan
dalam aspek sosial pun, Islam tetap menjaga hak mereka...”17
. Jadi jelaslah bahwa
kerjasama antar-umat beragama menurut aktivis LDK Syahid adalah suatu hal
yang wajar manakala hal tersebut bukan berada pada ranah akidah, sebagaimana
dikatakan pada pemaparan sebelumnya.
Ketika ditanya apakah umat antar agama dapat berdampingan,
bekerjasama, dan damai, Seorang aktivis menjawab “...Dapat berdampingan,
bekerjasama, dan damai. Selama bukan bekerjasama dalam hal akidah.”18
Jadi
jelaslah bahwa untuk urusan dunia, mereka sangatlah tidak mempermasalahkan,
atau bahkan dianjurkan, sebagai bagian dari muamalah.
E. Menjunjung Tinggi Perdamaian Antar-Umat Beragama
Perdamaian antar-umat beragama yang menjadi bagian tak terpisahkan
dari perdamaian dunia, memang sepertinya sulit dicapai, apabila tidak ada
kesadaran akan perbedaan. sikap toleransi, sebagaimana diungkapkan oleh
seorang aktivis LDK Syahid dibawah ini, menjadi hal yang dirasa penting dalam
menjaga perdamaian antar-umat beragama.
16
Wawancara dengan Informan IA8 17
Wawancara dengan Informan IU7. 18
Wawancara dengan Informan IA6
62
“....ketika kita tidak menyepakati itu ya kita tinggal bersikap jangan
mengikuti, tidak perlu men-judge apalagi sampai mengkafirkan,
menyalahkan atau menyesatkan..”19
Toleransi beragama ataupun berpaham sebagaimana dikutip di atas,
menurut salah seorang aktivis LDK Syahid menjadi hal yang mutlak dilakukan.
Hal semacam ini untuk menghindari adanya konflik-kinflik ketegangan dari
perseslisihan. Ketika terjadi perbedaan pemahaman, minal sikap yang diambil
adalah dengan tidak mengikuti, dan jangan sampai mengkafirkan. Toleransi
semacam ini merupakan salah satu hal yang harus dijaga dalam menjaga
perdamaian antar-umat beragama.
Keyakinan yang berbeda telah disadari adanya oleh mereka. Dan itu yang
disebut sebagai kesadaran akan pluralitas. Yang terpenting, menurut mereka
adalah bagaimana dapat menciptakan perdamaian. “...Walaupun ada yang
memiliki keyakinan yang berbeda, namun tidak ada alasan bagi kita untuk tidak
memberikan keamanan bagi siapapun karena kerukunan agama adalah bentuk
menciptakan perdamaian...”20
. Tidak alasan untuk bersikap arogan dan agresif.
Keamana bagi sesama umat beragama, menjadi hal yang penting.
Lebih lanjut mengenai bagaimana cara mewujudkan perdamaian, lebih
lanjut seorang aktivis menambahkan:
“Cukup dengan menjaga komunikasi yang baik dengan orang non muslim
terdekat seperti tetangga kita atau teman dekat kita. Tidak mengganggu
saat mereka sedang beribadah. Wallahu „alam bishawab.”21
19
Wawancara dengan Informan IU9. 20
Wawancara dengan Informan IU4. 21
Wawancara dengan Informan IU2.
63
Pemikiran semacam ini menunjukkan bahwa betapa tegasnya pemikiran
aktivis LDK Syahid terhadap akidah dan keyakinan, pun hal ini dibarengi dengan
perilaku toleran terhadap penganut agama lain.
“...Untuk menjaga kerukunan, kita terapkan agamaku, agamaku dan
agamamu, agamamu. Kita menghargai agama mereka dan tidak mengganggu
ibadahnya...”22
sebagaimana disampaikan seorang aktivis LDK Syahid, adalah
cara yang dianggap dapat menjalin dan menjaga kerukunan hidup antar umat
beragama. Tentunya kesemua itu dengan catatan bahwa kesemuanya itu diluar
daripada hal-hal yang mencampuri akidah dan keyakinan. “...Tidak saling
mengganggu, saling menghormati masing-masing agama...”23
tambah aktivis
lainnya.
Dengan demikian jelas lah bahwa aktivis LDK Syahid dengn tegas telah
memaparkan hal terkait dengan pandangan mereka mengenai pluralisme agama.
dalam hal ini mereka tidak sepakat dengan paham ini karena berkaitan dengan hal
aqidah dan keyakinan mereka. Namun demikian, untuk hal toleransi, mereka
sangat menjunjung tinggi. Selain itu, perdamaian dan kerjasama antar umat
beragama serta kesamaan hak pemeluk agama di dunia ini harus dilindungi.
22
Wawancara dengan Informan IU1 23
Wawancara dengan Informan IA14
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa, dari beberapa informan aktifis
LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan tidak sependapat
dengan konsep kesetaraan agama-agama sebagaimana konsep pluralisme agama.
Pendapat dari sebagian besar informan cenderung sepemikiran dan sejalan
mengenai konsep pluralisme agama.
Islam, sebagaimana yang diyakini LDK Syahid, bukanlah suatu agama
yang tidak mempedulikan nilai-nilai kemanusiaan. Namun LDK Syahid
mendukung apa yang dinamakan dengan konsep koeksistensi antar-umat
beragama. Karena hal tesebut juga pernah dipraktikkan oeh Muhammad SAW
pada masa itu. Sehingga hidup damai dan berdampingan dengan agama yang
berbeda, tidaklah menjadi masalah bagi LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Namun mereka tidak sependapat dengan konsep dimana semua agama
memiliki kebenaran yang sama, setara dan sederajat. Islam sudah menjadi agama
mereka, sekaligus kepercayaan mereka. Kerjasama dengan agama lein berlaku di
luar ranah teologi, menurut mereka.
Walau demikian, LDK Syahid tidak langsung men-judge atau
mengkafirkan bahkan menyalahkan orang yang mendukung konsep pluralisme
agama itu sendiri. Mereka lebih bersikap jika meeka tidak sepakat terhadap suatu
hal, mereka lebih memilih untuk tidak mengikuti dalam artian mereka
65
meninggalkannya. Pluralisme hanya berlaku dalam ranah sosial dan kemanusiaan,
tetapi tidak untuk agama.
B. Saran
Sebuah faham yang memang itu berbeda dengan paham yang lainnya
dapat menimbulkan ketidaksepahaman dan penolakan terhadap paham tersebut.
Namun setidaknya terdapat sebuah pelajaran dan sikap yang menjadi sebuah
solusi bagaimana jalan tengah dari perselisiahn paham tersebut.
Pluralisme agama sebagaimana konsep yang dianggap berasal dari barat
yang mengendaki kesetaraan agama-agama, sebaiknya ditanggapi dan difahami
dengan mencari jalan tengah dan mengambil sisi positif dari konsep tersebut.
Pluralisme agama yang menghendaki akan tiadanya lagi tindakan saling klaim
akan keberanaran yang berakibat pada konflik agama-agama, dapat dijadikan
sebagai pelajaran positif. Adapun hal yang kita tidak sepakati dari konsep ini,
misalkan yang masuk ke ranah teologi, dapat kita sesuaikan dengan iman dan
keyakinan kita.
Demikanlah sebagaimana LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagai organisasi yang memegang peran penting bagi kaum intelek muda,
memandang pluralisme agama. bagaiman pun LDK Syahid tetap berada dibawah
naungan kampus yang plural dari segi pemikiran, budaya dan faham, dan juga
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangsa dalam bingkai NKRI.
66
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Ali, Muhammad. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan
Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas, 2003.
Ali, Mukti. Agama, Universalitas dan Pembangunan. Bandung: Badan Penerbit
IKIP, 1971.
Arifin, Zainal. Perkembangan Fikiran terhadap Agama. Medan: Firman
Islamiah, 1957.
Azra, Azyumardi. Mencermati Citra Barat Tentang Islam, dalam Alirman
Hamzah, Citra Islam Di Mata Barat(Sejarah Dan Perkembangan
Orientalisme. Padang: IAIN Press, 2003.
Baehr, Peter, et.all, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta:
Yayasan Obor, 2001, cet. Ke-2
Coward, Harold. When Religion Becomes Evil. New York: HarperSanFransisco,
2002.
Damanik, Ali Said, Partai Keadilan: Tarnsformasi 20 Tahun Gerakan tarbiyah di
Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002.
Departemen Agama RI. Mushaf al-Qur’an Terjemah. Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009.
Djamas, Nurhayati, Agama dalam Keragaman Etnik di Indonesia , Jakarta:
Balitbang Depag, 1998.
Elmirzanah, Syafa’atun. Pluralisme Konflik Dan Perdamaian: Studi Bersama
Antar-Iman. Yogyakarta: Pustaka Pelaja, 2002.
Faizin, Afwan. Lembaga dakwah kampus dan sikap pluralisme: model
pengkaderan dan sikap terhadap non-muslim. Jakarta: Kerjasama
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2008.
Fatah, Eep Saifullah, Zaman Kesempatan: Agenda-agenda Demokratisasi Pasca
Orde Baru, (Bandung: Mizan, 2000, h. 248.
Furkon, Aay Muhammad, Partai Keadilan Sejahtera; Idelogi dan Praksis Politik
Kaum Muda Muslim Indonesia, Jakarta: Teraju, 2004.
Ghazali, Abdul Muqsith. Argumen Pluralisme Agama; Membangun Toleransi
Berbasis al-Qur’an. Depok: KataKita, 2009.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik.
Jakarta: Paramadina, 1996.
Hidayat, Surahman. Islam, Pluralisme & Perdamaian. Jakarta: Fikr, 1998.
Hornby, AS. Oxford Advenced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford:
Oxford University Press, 1987.
Husaini, Adian. Pluralisme Agama: Musuh Agama-Agama. T. Tp, DDII, 2010.
Kimlicka, Willy. Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES, 2003.
67
Kusuma, M. Indradi dan Efendi, Wahyu. Kewarganegaraan Indonesia. Jakarta:
GANDI, 2002.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Muttaqin, Ahmad. Rekonstruksi Gagasan Pluralisme Agama (Telaah atas Buku
Pluralisme Agama, Musuh agama-agama Karya Adian Husaini). T.Tp:
Al-AdYaN, 2014.
Nasuhi, Hamid dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,dan
Disertasi. Ciputat: CEQDA UIN Jakarta, 2007.
Nurjannah, Dan dakwah kampus begitu indah: sebuah pengalaman Forum Study
Islam Nurjannah. Jakarta: Al Fahmu Press, 2006.
Osman, Mohamed Fathi. The Childern of Adam: an Islamic Perspective on
Pluralism. Washington DC; Center for Muslim-Christian Understanding,
Georgetown University, 1996. Diterjemahkan leh Irfan Abubakar, Islam,
Pluralisme dan Toleransi Keagamaan: Pandangan al-Quran,
Kemanusiaan, Sejarah, dan Peradaban. Jakarta: Democracy Project-
Yayasan Abad Demokrasi, 2006.
Pranata, Rudi. “An Indonesianist’s View of Islamic Radicalism” dalam Tempo,
Februari 15-21, 2005
Rachman, Budy Munawar dan Shofan, Moh. Argumen Islam Untuk Pluralisme:
Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya. Jakarta: Grasindo,
2010.
Rahmat, M. Imdadun. Arus baru Radikal Islam: Transmisi Gerakan Revivalisme.
Jakarta: Erlangga.
Riyadi, Hendar. Melampaui Pluralisme: Etika Al-Qur’an tentang Keragaman
Agama. Jakarta: RMBOOKS & PSAP, 2006.
Rohman, Abunjamin. Ensiklopedia Lintas Agama. Jakarta: PerpustakaanNasional
RI, 2009.
Rokhmad, Abu. Radikalisme Islam Dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal.
Undip, Semarang, ttp.
Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Moderen English Press, 2002.
Sandhiyudha, Arya. Renovasi dakwah kampus, Kalimatun 'Anil Fityah. 2006.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press,
2005.
Senderson, Stephen. Sosiologi Makro. Jakarta: Rajawali Press, 1993.
Sitompul, Agussalim. Menyatu dengan umat, menyatu dengan bangsa: pemikiran
keislaman keindonesiaan HMI, 1947-1997. Jakarta: Kerjasama PT. Logos
Wacana Ilmu dengan Lembaga Indonesia Adidaya, 2002.
68
Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo, 1998.
Sularto, St. Haji Agus Salim (1884-1954): tentang perang, jihad, dan pluralisme.
Jakarta: Penerbit Gramedia, 2004.
Suparlan, Parsudi. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta:
Rajagrafindo, 1984.
Thoha, Anis Malik. Doktrin Pluralisme Agama; Telaah Konsep dan Implikasinya
bagi Agama-Agama. T.Tp: Dialogia, 2011.
Thoha, Anis Malik. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta: Perspektif,
2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II.
Jakarta, Balai Pustaka, 1994.
Tim Penyusun SPMN FSLDK Nasional UI dan ITB. Risalah manajemen dakwah
kampus: panduan praktis pengelolaan lembaga dakwah kampus :
standarisasi pelatihan manajemen nasional. Jakarta: , Studia Pustaka,
2004.
Tobroni & Arifin, Syamsul. Islam: Pluralisme Budaya dan Politik. Yogyakarta:
SIPRESS, 1996.
Usman, Fathimah. Wahdat Al-Adyan: Dialog Pluralisme Agama.
Yogyakarta:Lkis, 2002.
Yaqin, M. Ainul. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Zada, Hamami. Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002.
Zainuddin, M. Pluralisme Agama; Pergulatan Dialogis Islam-kristen di
Indonesia. Malang: UIN-Maliki Press, 2010.
Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992, Cet. Ke-2.
Skripsi
Farhah, Siti. Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Prososial Mahasiswa
Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Jurnal
Attabik dan Sumiarti. Pluralisme Agama: Studi Tentang Kearifan Lokal Di Desa
Karangbenda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Purwokerto: P3M
STAIN Purwokerto, 2008.
Naim, Ngainun. Pluralisme sebagai Jalan Pencerahan Islam: Telaah Pemikiran
M. Dawam Rahardjo. Tulungagung: Jurnal Salam, 2012.
Susanti, Kendala Radikalisme Dalam Mewujudkan Civil Society Di Indonesia.
Universitas Terbuka, ttp.
Lampiran 1: Dokumentasi pengambilan data LDK Syahid UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Lampiran 2: Buku Program Kerja Badan Pengurus Harian LDK Syahid UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3: Proses wawancara dan pengambilan data di sekretariat LDK Syhid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lampiran 4: Hasil Wawancara Dengan Aktivis LDK Syahid
Kode Informan : IA1
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam berada di atas agama yang lain dalam artian Islam adalah agama
yang paling benar dan selain Islam salah.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islam adalah agama yang paling benar dan yang lain salah.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Agama yang lain bukanlah agama yang sempurna karena terdapat
penyelewengan dari akal manusia, dan juga Allah Maha Mengetahui
dengan hal yang terbaik buat hambaNya, oleh karena itu agama Islam ini
dijadikan satu-satunya agama yang Allah ridhoi... Islam adalah agama
yang sempurna dan mafhum mukholafahnya agama yang selain Islam
tentunya bukan agama yang sempurna.
Dan juga Allah menjadikan agama ini sebagai ni’mat yang paling besar
dan tentunya dirsakan oleh orang-orang yang berpegang teguh dengan
agama Islam ini. Dan Allah juga telah meridloi agama Islam dan mafhum
mukholafnya Allah tidak ridhoi dengan agama selain Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Di agama yang lain ada sebuah kebenaran namun kemungkaran yang
lebih dominan yang bisa menghapus seluruh kebenaran yang ada di
dalamnya. Dan kita tidak bisa mengatakan agama itu benar karena ada
hal yang benar, karena agama yang benar bukan pendapat kita,
melainkan atas perintah wahyu yang Allah turunkan kepada nabi
Muhammad saw.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Masalah masuk surga atau tidak, Allah Yang Maha Tahu, siapa dari kita
yang bisa menjamin sesorang untuk masuk surga? Namun Allah
mengarahkan kita bahwasannya Islam merupakan jalan untuk masuk
surga, dan yang selain Islam merupakan jalan yang tak mungkin
mengatarkan seorang hamba untuk masuk surga. Karena seorang hamba
masuk surga karena telah diridhoi oleh Allah. Bagamana seoran non
muslim masuk surga sedangkan Allah tidak ridloi dengan agama yang
dianutnya.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Hubungan Islam dengan agama yang lainnya telah diatur oleh Allah
dalam al-Qur’an. Islam adalah agama yang rohmatallilalamin penuh
dengan kasih sayang, dan menjunjung tinggi perdamaian. Islam melarang
pengikutnya untuk memerangi seorang non Muslim yang tidak
memeranginya, Islam juga menjaga muamalah antara muslim dengan non
muslim. Dan pada intinya, walaupun agama selain Islam agama yang
tidak benar, tapi Islam tidak memerintahkan untuk memerangi mereka
kecuali jika mereka mereka mulai memerangi Islam.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa semua agama sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju karena agama adalah wahyu bkanlah pemikiran dan akal
manusia semata.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Semua agama tidaklah setara dan Allah sangat jelas telah memilih Islam
sebagai agama yang diridhoinya dari agama yang lainnya.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Sikap kita adalah menjelaskan bahwa pemahaman seperti itu adalah
salah, dengan cara mendakwahinya dengan metode diskusi, ceramah dll.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Pluralisme itu buatan manusia... kenapa kita jadikan dia sebagai solusi
untuk sebuah perdamaian?tentunya Islam jalan satu-satunya yang akan
menyelesaikan permasalahan dan menciptakan sebuah perdamaian.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Untuk menjaga kerukunan beragama,kita harus faham denga Islam dan
paham dengan non Islam. dan setelah kita tahu mana yang benar dan yag
salah, kita ambil yang benar dan tinggalkan yang salah, dan kita harus
mengetahui bahwa Islam mengetahui bahwa Islam mengajarkan
kerukunan dengan orang non muslim selama mereka tidak mengganggu
kesejahteraan dan agama orang Islam.
Kode Informan : IA 2
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam sebagai agama yang benar, karena aama di sisi Allah itu yah Islam
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Yah agama yang paling benar, saya tidak bermain kata dan berfilsafat,
tapi saya meyakini Islam adalah agama yang benar dilihat dari
ajarannya.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sudah tegas; untukmu lah agama mu, untukku lah agama ku, tidak ada
paksaan dalam agama dan juga toleransi terhadap perbedaan itu.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Saya yakin di agama lain pun ada kebenaran, tapi lebih banyak sesatnya
dan ajarannya sudah tidak murni lagi. Kenapa saya yakin, karena kan kita
sudah diberi akal untuk memahami wahyu, dan saya paham selama ini
agama Islam benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Iya tidak akan masuk surga, karena ajaran Islam ajaran yang benar,
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Hubungannya baik-baik saja kak,
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama itu paham yang menyamakan semua agama itu benar.
Semuanya akan masuk surga, hanya beda jalan aja.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju. Yah kali semua agama itu benar hanya saja jalannya saja
yang beda jalan aja masa?. Tapi liat jalannya itu lho, yang sangat sangat
berbeda. Dari konsep ketuhanannya juga berbeda. Masa mau disamakan.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Kurang paham pertanyannya, kalau dalam Islam menyamaratakan agama
itu gak ada, tapi yang ada menjunjung tinggi toleransi.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Sangat tidak setuju, yang tepat itu kita saling toleransi antar umat
beragama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak tepat, kan pluralisme itu akhirnya meyakini ajaran yang dianut itu
bukanlah agama yang paling benar. Tiap orang itu malah harus
mempunyai sikap meyakini agamanya yang paling benar, karena kan ini
berkaitan dengan keimanan seseorang dan jalan hidupnya.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Cukup singkat. Untukmulah agamamu, untukku lah agamaku. Tidak ada
paksaan dalam agama dan saling toleransi.
Kode Informan : IA 3
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Tidak setara.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya karena kebenaran ajarannya terdapat dalam al-Qur’an yang langsung
merupakan firman Allah dan tidak ada campur tangan manusia dalam
ayat-ayatnya.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
No komen.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
No komen.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
No komen.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
No komen.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme dalam agama berkaitan erat dengan toleransi beragama.
Tentang menghargai kebebasan pemeluk agama untuk menjalankan
peribadatan agamanya.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak. Meski semua agama mengajarkan kebaikan, namun Islam tetaplah
menjadi agama yang paling sempurna.islam mencintai kedamaian, namun
untuk hal-hal yang bersifat syari’at tidak dapat diganggu gugat. Misalnya
kebebasan beribadah ataupun keharusan untuk mengucapkan selamat
hari raya atas agama lain yang memang tidak dibenarkan dalam ajaran
kita.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
No komen.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju dengan sikap pluralisme agama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
No komen.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Intinya adalah kita tetap menjalankan kewajiban kita sebagai umat
muslim tanpa mengganggu pemeluk agama lain untuk menjalankan
kewajibannya. Lakum dinukum waliyadin.
Kode Informan : IA 4
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Posisi Islam di antara agama-agama lain adalah sebagai agama yang
memiliki kebenaran mutlak dan satu – satunya agama yang benar.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Lebih tepatnya adalah hanya Islam yang benar. Hal itu bisa dibuktikan
mulai dari konsep ketuhanan, sejarah hingga kitab suci nya dan hanya
Islam lah agama satu-satu nya yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Tentang agama lain, dalam al-Qur’an Allah mengatakan dengan jelas
bahwa Islam lah satu-satunya agama yang benar dan agama lain
bukanlah agama yang benar. Terdapat dalam QS Ali-Imran:19 dan
102,QS Al-Maidah:3,
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Tidak ada agama yang benar selain Islam.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Bagaimana mau masuk surga bila yang mereka sembah adalah Dzat yang
bukan pencipta surga?
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat
beragama seperti yang Rasulullah saw contohkan di Madinah. Tetapi
tidak ada toleransi dalam hal aqidah. Namun untuk saat ini, seakan-akan
Islam digambarkan sebagai agama teroris dan penuh kebencian oleh
media. Padahal Islam lah yang dizhalimi oleh pihak lain.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Singkatnya, pluralisme agama adalah paham yang menyamaratakan
semua agama. menganggap semua agama adalah benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak, karena paham tersebut bukan untuk menciptakan perdamaian antar
umat beragama dengan iming-iming toleransi, bahkan merusak nilai
toleransi umat beragama itu sendiri. Bahkan ini dapat merusak aqidah
semua umat beragama. Jika semua agama itu benar, apakah mungkin
Allah menciptakan Tuhan tandingan selain Dia?dan jika semua agama itu
benar, mengapa semua agama saat ini selain Islam sangat membenci
Islam? bukankah tidak ada agama yang mengajarkan kebencian?
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Untuk menentukan sebuah hukum dalam Islam, saya masih belum meliki
cukup keilmuan, namun dalam persepsi saya pribadi, hal tersebut sangat
menyimpang dalam ajaran Islam. karena Islam membatasi toleransi
dalam segi aqidah antar umat beragama. Dan dalam ayat al-Qur’an dan
hadis tidak ada yang menyatakan bahwa semua agama itu adalah sama
(benar). Pun para ulama dan salafus shalih tidak ada yang menyatakan
demikian.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Ini adalah perang. Perang dalam ranah pemikiran. Perang untuk
menjatuhkan aqidah umat Islam. maka dari itu, saya pun memeranginya
dalam hal karya dan juga emikiran. Tidak dibenarkan jika memerangi
dengan cara kekerasan dan fisik, kecuali jika kaum pluralis memulai
serangan fisik juga. Namun jika ingin berdebat, bantahlah dengan cara
yang baik dan santun. Karena Islam tidak menyukai kekerasan, namun
mencintai perdamaian.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Karena faktanya, tanpa adanya paham pluralisme, rasul dapat
hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani. Pun di saat Khulafaur
Rasyidin.namun sekarang dengan berkembangnya faham tersebut, umat
Islam semakin didiskriminasi dan terzhalimi. Padahal umat Islam tidak
pernah mengganggu mereka dan menganiaya kaum mereka. Contoh di
Palestian dan Myanmar.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Hanya satu. Menjunjung tinggi toleransi antar-umat beragama, baik
dalam hal beribadah atau muamalah. Tetapi tidak dalam hal aqidah.
Namun disamping toleransi yang dijalankan, harus memiliki kode etik
nilai-nilai kesopanan. Karena perdamaian antar umat beragama bukanlah
hal yang mustahil dalam dunia ini.
Kode Informan : IA 5
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Tidak.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
No komen.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Tidak.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Iya.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
No komen.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Jadi saya memahami bahwa pluralisme agama adalah sebuah toleransi
umat beragama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
No komen.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saling menghormati keyakinan masing-masing.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Mungkin lebih kepada toleransi, karena secara singkat plural itu jamak.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Dengan menghormati keyakinan setiap umat. Agamamu agamamu,
agamaku agamaku.
Kode Informan : IA 6
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Mutlak, Tidak setara. Islam adalah penyempurna dari agama-agama
seblumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Mutlak, paling benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sudah tertera dalam surat al-Kafirun..
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Mutlak, Islam paling benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Mutlak.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
No komen.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah menganggap semua agama benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Tidak.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju dengan pluralisme agama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Dapat berdampingan, bekerjasama, dan damai. Selama bukan
bekerjasama dalam hal akidah.
Kode Informan : IA7
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Bisa hidup berdampingan.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya, dengan rujukan al-Qur’an dinyatakan di dalamnya bahwa agama
yang mulia di sisi Allah adalah Islam. ketauhidan juga menjadi hal yang
asasi menunjukkan kebenaran agama ini.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Tafsir mengenai ayat ini adalah
dalam hal aqidahtidak ada istilah kerjasama, namun dalam hal muamalah
diperbolehkan. Artinya Islam pun tidak membatasi diri pemeluknya dan
merasa paling benar meskipun sebenarnya kebenaran Islam sudah jelas.
Bahkan kita harus menunjukkan kebaikan agama ini untuk semesta
alam.bukan memaksa mereka untuk mengikuti kita.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Jika yang dimaksud kebenaran dalam arti selamat, maka saya meyakini
tidak ada. Karena sejatinya aqidah adalah penentu kehidupan hari akhir
kelak. Pendapat saya ini merujuk pada tiga hal:
1. Ajaran ketauhidan telah berlangsung sejak dahulu, dari dari adam
sampai nabi Muhammad. Jadi tidak ada celah dimana ketauhidan itu
menghilang begitu saja. Bahkan di zaman kekosongan sebelum
kedatangan Muhammad pun ada ahli kitab yang meyakini kebenaran
agama ini.
2. Paman Rasulullah, Abu Thalib yang setia pada perjuangan Rasul dan
meyakini bahwa benarlah perjuangan yang dibawa oleh Muhamad
tidak masuk surga karena tidak menyatakan syahadat itu lewat
qoul/ucapannya
3. Kesempurnaan atau syumulnya ajaran agama Islam yang mengatur
hal-hal yang paling kecil, keseharian sampai hal besar seperti
thoharoh, menejemen waktu, bahkan urusan kenegaraan, menjadi
bukti bahwa Islam sangat menjaga individunya dan memelihara
kehidupan masyarakatnya.
Jika yang dimaksud dengan kebenaran adalah dalam hal etika, perilaku,
kebaikan, maka saya meyakini bahwa hal tersebut pun juga diajarkan oleh
agama lain.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Sudah dijawab di nomer 3.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Ya, sebuah coontoh yang baik dimana semua agama bisa hidup
berdampingan. Namun satu hal yang perlu disadari adalah bahwa dimasa
itu pun nabi dan kaum Yahudi tak lepas juga dari konflik. Dimana
beberapa perjanjian dilanggar. Sehingga saya mengambil kesimpulan
perdamaian itu bukan berarti tidak pernah ada konflik. Contoh lainnya
dalam keluarga, mungkin kita menganggap keluarga kita harmonis, tapi
kita pasti tau keharmonisan bukan berarti tidak ada konflik sama sekali.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham yang menganggap bahwa semua agama sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
tidak, karena sumber proses, aturan dan lainnya, masing-masing agama
berbeda. Bahkan Tuhannya pun berbeda.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Saya tidak bisa menghukumi, tapi menurut saya itu adalah hal yang lucu,
dan mustahil. Karena agama-agama mau disetarakan dhadapan Tuhan
yang mana kak? Soalnya Tuhannya kan beda-beda.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Jika definisi yang berkembang adalah adalah menganggap semua agama
itu sama, maka saya kurang setuju. Yang menjadi inspirasi saya adalah
surat al-kafirun. Toleransi beragama nya sudah sangat jelas.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Sepertinya no.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Dalam hal aqidah, atau keyakinan saling toleran, dan dalam hal
muamalah bisa bekerjasama dengan baik.
Kode Informan : IA8
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah salah satu agama samawi yang Allah turunkan syariatnya
kepada nabi Muhammad saw dan harus disampaikan kepada ummatnya.
Islam membenarkan risalah-risalah agama samawi yang sebelumnya
turun, karena agama tersebut merupakan agama yang juga mentauhidkan
Allah swt.islam tidak membenarkan adanya Tuhan selain Allah.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Memang hal itu adanya demikian, artinya memang Islam adalah agama
yang paing benar, yang harus kita anut dan harus kita jalankan
syari’atnya. Tidak ada satupun hukum Islam yang kontradiksi ataupun
berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Sekalipun terkadang
bahwasannya manusia melihat hukum Allah itu merupakan hukum yang
begitu kejam. Itu kan hanya sebagian orang dan segelintir orang yang
menyatakan demikian. Beda halnya dengan agama-agama yang lain.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Di dala al-Qur’an tentang agama-agama Allah berfirman bahwa
bahwasannya agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Sebetulnya semua ajaran, semua agama, itu menginginkan bagaimana
umatnya itu lebih baik lagi. Bagaimana umatnya itu patuh terhadap
risalah yang diturunkan oleh Tuhan kepada para nabiNya. Namun sudah
kita dapati sekarang banyak agama-agama yang tidak sesuai bahkan itu
sudah semuanya agama itu salah melakukan apa dalam menjalankan
syariatnya itu sudah melakukan kesalahan-kesalahan bukan dari sisi
syariatnya saja, tetapi dari aqidahnya pun sudah tidak benar. Sehingga
bisa kita katakan agama-agama selain agama Islam adalah agama yang
tidak benar. Sekalipun di dalamnya ada sedikit kebenaran, tetapi bisa
dikatakan itu hanya lima persennya saja seperti itu, artinya yang
mengajak kepada suatu kebenaran. Namun kebanyakan dari agama-
agama tersebut terdapat besar sekali kesalahan-kesalahan, sehingga
agama yang paling suci adalah agama Islam itu sendiri.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Pendapat saya bahwasannya memang orang yang tidak beriman kepada
Allah dan beriman kepada Rasul-Nya, tidak beriman kepada malakan dan
kitab-kitab-Nya, dan tidak memenuhi rukun iman yang enam itu, maka dia
tidak mempunyai hak untuk masuk surga. Karena agama terakhir yang
diturunkan, agama yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu kepada
Nabi Muhammad saw, adalah agama Islam yang sudah sempurna.
Dimana agama Islam ini sudah layak di setiap zamannya, dan juga sangat
layak di mana pun ia berada. Sehingga untuk masuk surga dan tidaknya,
jelas, orang yang tidak beragama Islam, itu tidak mungkin masuk ke
dalam surga. Karena agama-agama yang lain tersebut menyembah selain
kepada Allah swt. Beda dengan agama Islam dimana agama Islam adalah
agama yang memerintahkan ataupun mensyari’atkan kepada ummatnya
untuk menyembah kepada Allah swt. Ketika satu saja hal yang sangat
krusial dalam hal aqidah sudah berbeda, maka berbeda pula akibatnya.
Misalnya kita ketahui orang yang beragama tertentumisalnya menyembah
patung, dan lain-lain. Sehingga ini tidak mungkin mendapatkan suatu
keselamatan karena dia sudah musyrik telah menduakan kepda Allah.
Karena musyrik merupakan suatu kezhaliman yang sangat besar. Dan
Allah tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang menduakan Allah
swt.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Sejauh yang saya ketahui bahwasannya hubungan antara agama Islam
dengan agama-agama yang lain..
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham yang menganggap bahwa semua agama sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
tidak, karena sumber proses, aturan dan lainnya, masing-masing agama
berbeda. Bahkan Tuhannya pun berbeda.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Saya tidak bisa menghukumi, tapi menurut saya itu adalah hal yang lucu,
dan mustahil. Karena agama-agama mau disetarakan dhadapan Tuhan
yang mana kak? Soalnya Tuhannya kan beda-beda.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Jika definisi yang berkembang adalah adalah menganggap semua agama
itu sama, maka saya kurang setuju. Yang menjadi inspirasi saya adalah
surat al-kafirun. Toleransi beragama nya sudah sangat jelas.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Sepertinya no.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Dalam hal aqidah, atau keyakinan saling toleran, dan dalam hal
muamalah bisa bekerjasama dengan baik.
Kode Informan : IA9
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya, dipandang dari orisinalitas kitab sucinya yang tetap bertahan
kesuciannya dari segala bentuk revisi dan perubahan isi. (Q.S. Al-Hijr),
orisinalitas sumber hukum Islam didukung juga dengan ilmu sanad yang
yang tidak dimiliki agama lain. Islam murni wahyu karena Muhammad
saw adalah nabi yang buta huruf jadi tidak mungkin mengubah wahyu...
selain itu, Islam adalah agama yang komprehensif (syumul) hukum-
hukunya karena encakup seluruh seluruh aspek kehidupan manusia dan
dapat diterima secara sains tidak hanya ritual belaka seperti agama lain.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Barangsiapa yang mencari-cari agama lain selain Islam, maka sekali-
sekali tidak akan diterima dan di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi (Q.S. Ali-Imran)
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Tidak ada. Karena agama-agama sebelum yang dibawa Nabi Muhammad
saw hnya berlaku di zaman nabi itu juga. Agama lain sisanya adalah
bentukan hawa nafsu manusia yang hanya akan membawa pada
kehancuran. Sedangkan agama Islam murni berasal dari Pencipta
manusia sendiriyang tahu yang mana yang baik dan yang buruk bagi
mereka.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Haram surga bagi orang yang dihatinya tidak ada iman kepada Allah swt.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Sangat rukun dan damai, berdampingan dengan umat agama lain.
Rasulullah saw tidak memerangi mereka kecuali mereka mulai
menyerang.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham yang menganggap bahwa semua agama benar, dan semua umat
beragama setara di hadapan Tuhan.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju. Karena paham tersebut sangat tidak logis. Paham ini seolah
membuat agama baru yng tak bahnya dengan agama-agama pada
umumnya.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Paham ini mengingkari firman Allah Q.S. Ali-Imran(3:8), barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sesekali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saya dengan tegas menolak penyebaran faham ini terutama di kalangan
muslimin. Karena akan mengikis aqidah mereka dan berdampak buruk
pada ibadah dan akhlak serta berujung pada kehancuran umat dunia
akhirat.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Plualisme sama sekali bukanlah langkah yang tepat. Karena pluralisme
seolah-olah membuat agama baru. Yang tak ubahnya seperti agama lain
bahkan lebih destruktif.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Langkah yang harus dilakukan adalah mendidik umat dan menaanamkan
pemahaman yang komprehensif mengenai agama.
Kode Informan : IU
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama yang benar, karena agama di sisi Allah itu adalah
Islam
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Agama yang paling benar, adalah agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu agamamu, bagiku agamaku, ada di surat al-kafirun.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Agama yang benar adalah Islam.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak. Karena yang paling benar adalah Islam
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasul selalu berbuat adil dan tidak memeranginya.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah paham yang menyamakan semua agama itu
benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju.karena Islam yang benar.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Tidak setuju dengan paham ini.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Toleransi itu cukup. Tidak perlu pluralisme agama yang membawa ke
arah menyamakan semua agama. jadi saya tidak setuju.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Karena sesunggunya Islam telah banyak mencontohkan perilaku
atau akhlak dengan non muslim. Salah satunya dengan toleransi.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Saling menghargai dan toleransi. Tidak mengganggu satu dengan yang
lainnya.
Kode Informan : IA11
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam ada agama yang menyempurnakan dari agama-agama sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Bukan yang paling benar, tapi agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Agama yang paling mulia di sisi Allah hanyalah Islam. sudah jelas.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Sudah terjawab bahwa Islam lah agama yang benar dan tidak ada yag
sebanding dengannya.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Islam adalah agama yang selamat.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Piagam madinah adalah contoh bagi kita bahwa Rasul sangat menjaga
hubungan baik dengan non Islam, walaupun pada kenyataannya umat
Islam banyak dimusuhi oleh non Islam.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah paham yang menganggap semua agama itu
benar dan setara di sisi Tuhan.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak , karena yang kita lakukan adalah sesuai keyakinan saya. Dan Islam
telah sempurna.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Bukan kapasitas saya, namun saya tidak mengimani faham semacam ini.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saya menolaknya, karena saya percaya bahwa Islam adalah agama yang
sempurna.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak karena ini sudah merambah masalah aqidah, jadi lebih baik
toleransi.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Tidak mengganggu satu sama lain, saling menjaga dan menumbuhkan
perdamaian dan kerukunan.
Kode Informan : IA12
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama yang rahmatalilalamin. Dan penyempurna dari
agama yan lain
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islam adalah agama yang laing benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Saling menjaga toleransi.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Ada, tapi semua itu tidak sebanding dengan penyelewengan ajaran dan
kitab serta ketauhidan.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak. Karena musyrik.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasul sebagai suri tauladan yang baik telah memberikan hal terbaik
terkait pergaulan dengan non mslim. Berlaku adil dan bijak, walalu
teraniaya.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham yang menyamakan semua agama. berhubungan dengan toleransi
agama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak, karena Islam adalah yang paling benar.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Al-Qur’an telah mengajarkan toleransi yang lengkap. Tidak perlu
pluralisme agama.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saya menolak pluralisme agama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Kurang tepat. Karena merambah ke ranah aqidah. Lebih tepatnya saling
menghargai.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Menjaga agar saling damai, tidak menganggu satu sama laain, sesuai
dengan perintah bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Kode Informan : IA13
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Sebagai penyempurna agama sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Iya. Paling benar. Bisa dibuktikan dari keotentikannya al-qur’an.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Islam lah agama yang paling benar.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Islam yang benar dan sempurna.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
No koment. Allah yang menentukan.tapi musyrik tidak akan masuk surga.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Sangat menjunjung toleransi
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Menganggap semua agama itu setara.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Tidak dianjurkan. Dan menurut saya ini tidak dicontohkan dalam al-quran
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak sepakat. Menolaknya.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Tidak ajaran untuk menyamakan semua agama dalam keyakinan
saya.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Menjunjung tinggi toleransi antar-umat beragama, saling menjaga
perdamaian. Dan tidak saling memusihi.
Kode Informan : IA14
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Satu-satunya yang benar. Mutlak.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islam telah sempurna. Benar. Dan tidak ada yang menandinginya.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Islam yang benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak. Mutlak.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat
beragama seperti yang Rasulullah saw contohkan di Madinah. Tetapi
tidak ada toleransi dalam hal aqidah.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah paham yangmenganggap semua agama benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Saya rasa tidak diajarkan.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Menolak.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Tidak ada ajaran menyamakan semua agama dalam Islam.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Tidak saling mengganggu, saling menghormati masing-masing agama.
Kode Informan : IA15
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama yang benar.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Buakn paling benar. Tapi benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah hanyala Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Tidak ada. Karena Islam lah agama yang benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Wallahu ‘alam. tetapi bisa dlihat dari agamanya. Karena musyrik tidak
akan masuk surga,
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Baik-baik saja dan penuh toleransi, hanya saja islam dianggap musuh.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Semua agama diangap benar dan sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak, Islam yang benar.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Saya rasa tidak dibolehkan menyamakan sebuah ajaran. Karena beda.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Bukan. Tapi toleransi yang tepat.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Bagiu agamamu, bagiku agamaku. Itu paling sederhana.
Kode Informan : IU 1
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Posisi Islam di antara agama lain adalah pelengkap dan penyempurna
apa yang disampaikan rosul-rosul sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Bukan paling benar, tapi agama yang Islam itu benar. Jika paling benar,
berarti agama lain juga benar. Sudah Allah katakan bahwa Islam adalah
agama yang benar/lurus.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Al-Qur’an menjelaskan bahwa agama di luar Islam itu tidak akan senang
sebelum umatnya mengikuti agama mereka.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
e. Tidak. Karena agama yang benar itu Islam. Sudah Allah katakan bahwa
Islam adalah agama yang benar/lurus.
f. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Nama agama Islam itu setelah nabi Muhammad turun, nah agama yang
dibawa nabi-nabi sebelumnya agama tauhid.jika masa sebelum nabi
Muhammad turun, mereka bertauhid kepada Allah maka dia masuk surga.
Tapi jika umat nabi Muhammad yang berislam yang tidak menyekutukan
Allah, maka dia akan masuk surga. Tapi jika tidak masuk agama Islam,
dia tidak masuk surga.
g. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Hubungan noni dengan Islam yang terjalin pada zaman nabi tentram.
Walaupun orang-orang kafir tidak akan tenang jika umat Islam masih ada
di muka bumi ini.
h. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Menerima agama lain.
i. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak. Karena agama yang benar itu Islam.
j. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Yang setara hanya hal fisik, dan yang membedakan adalah ketakwaan.
Sementara setara dalam hal fisik bahwa manusia itu tidak membedakan
yang kaya dan yang miskin. Sementara kesetaraan agama sama di mata
Tuhan jelas salah. Karena ketakwaan yang sudah bersyahadatlah yang
lebih tinggi kedudukannya, dan tidak setara.
k. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saya menerima agama lain tidak untuk diikuti, jadi saya menghargai
sistem pluralisme.
l. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Mungkin karena dengan pluralisme agama kita bisa saling toleransi
dalam beribadah.
m. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Untuk menjaga kerukunan, kita terapkan agamaku, agamaku dan
agamamu, agamamu. Kita menghargai agama mereka dan tidak
mengganggu ibdahnya.
Kode Informan : IU 2
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Posisi Islam d antara agama-agama lain adalah sebagai penyampurna.
Ditandai dengan kitab al-Qur‟an yang merupakan kitab terakhir
penyempurna kitab-kitab terdahulu.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Agama Islam bagi saya paling benar. Oleh karenanya saya tetap
berpegang teguh kepada agama ini.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Saya rasa ada di dalam surah Al-Kafirun “ bagimu Agamamu, bagiku
Agamaku”. Sikap tegas dan sangat toleransi terhadap agama.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Bagi saya Islam adalah agama yang rahmatallilalamin. Semua aspek
kehidupan sudah diatur dalam agama ini melalui firman Allah dalam al-
Qur‟an dan Sunnah nabi Saw, jadi bagi saya agama Islam adalah agama
yang paling benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Yang saya tahu, sebaik apapun orang jika ia tidak beriman kepada Allah
dan Rasulullah Muhammad saw, maka sia-sia.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasulullah saw sangat toleran terhadap orang yang berbeda agama.
bahkan terhadap tetangganya yang Yahudi, beliau selalu ramah
terhadapnya. Islam mengajarkan toleransi yang tinggi. Rasulullah saw
melalui piagam Madinnah memperlihatkan bahwa agama Islam
mengajarkan sesuatu yang sangat adil. Tidak mengganggu agama lain
kecuali mereka memerangi Islam.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Yang saya ketahui tentang pluralisme agama adalah menganggap semua
agama itu sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Saya sangat tidak setuju. Karena jika semua agama sama, apa yang bisa
dijadikan pelajaran? Islam dengan agama lain adalah berbeda. Dari
teologinya saja sudah berbeda. Islam adalah penyempurna dari agama
lain.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Jelas tidak tepat. Kita ini memang ada di negara plural. Banyak agama
yang dianut masyarakatnya, namun bukan berarti harus disamakan
semuanya. Toleransi adalah di mana kita tidak mengganggu orang lain
dalam beribadah menurut kepercayaannya. Bagimu agamamu, bagiku
agamaku. Pokoknya ada di dalam surah al-Kafirun ; 1-6.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Sikap saya hanya bisa memberikan paham yang benar ke teman-teman
terdekat saya. Saya juga bersahabat dengan umat kristen, dan saya
jelaskan cara toleransi yang benar ke mereka.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak tepat. Karena paham itu terlalu memaksakan kepercayaan orang
lain, mencampuradukkan ilmu ketuhanan.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Cukup dengan menjaga komunikasi yang baik dengan orang non muslim
terdekat seperti tetangga kita atau teman dekat kita. Tidak mengganggu
saat mereka sedang beribadah. Wallahu „alam bishawab.
Kode Informan : IA3
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam itu adalah agama yang berdampingan dengan agama apapun dalam
hal selain akidah dan ibadah.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Tidak. Islam adalah agama yang benar, bukan yang paling benar. Karena
jka paling benar, berarti agama yang lain adalah agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Al-Qur’an memandang agama lain, dilihat dari cara penyembahan dan
tauhid seperti majusi yang menyembah ap...
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Bisa jadi selain Islam ada kebenaran, seperti agama Kristen yang
menggunakan Injil pada dahulu yang murni yang belum banyak
perubahan. Tetapi itupun sebagian sudah tercakup dalam agama Islam.
masalah pentingnya adalah kebenaran cara ibadah dan tauhid dan
sebagai seorang muslim, harus mengikuti Islam secara kaffah.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Jelas tidak masuk surga.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Nabi saw mencontohkan toleransi yang baik terhadap non muslim.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham mentoleransi adanya perbedaan dalam agama-agama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju, semua agama pada dasarnya selalu diperkenalkan oleh
Tuhan. Yang membedakan agama yang satu dengan agama yang lainnya
adalah cara beribadahnya, aqidah serta tauhidnya.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Jika hanya sekedar toleransi beragama, tidak perlu menerima paham
pluralisme. cukup dengan berpegangan pada kode etik dengan non
muslim. Toleransi di dalam al-Qur’an jauh lebih keren kok.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju dengan sikap pluralisme agama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Pluralisme agama kurang tepat dalam menjalin kerukunan ummat
beragama, karena sudah ada toleransi.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Saling toleransi, tetapi bukan dalam masalah ibadah dan aqidah.
Kode Informan : IU4
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam setara dengan agama yang lain untuk urusan dunia.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islam agama yang benar sesuai keyakinan saya,
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Islam adalah agama yang benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Wallahu ‘alam bishawab.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasulullah mengajarkan untuk berbuat baik dengan menonjolkan akhlak.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah menyamakan semua agama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Tidak.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju dengan pluralisme agama.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Namun kita harus bersikap kepada siapapun orangnya dengan
latar belakang agama apapun sebagai manusia yang punya hak yang
sama di dunia ini.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Walaupun ada yang memiliki keyakinan yang berbeda, namun tidak ada
alasan bagi kita untuk tidak memberikan keamanan bagi siapapun karena
kerukunan agama adalah bentuk menciptakan perdamaian.
Mencontohkan sebagai muslim yang baik.
Kode Informan : IU5
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama universal yang yang mengatur segala sendi
kehidupan. Islam adalah agama yang benar.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islam agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sudah diatur dalam kitab suci.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Kita tidak bisa memaksakan kebenaran ke penganut agama lain, begitu
sebaliknya, meskipun Islam agama yang benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik, sangat toleran terhadap non
Muslim.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah menganggap semua agama benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju. Ini sebagai bentuk kerusakan berfikir.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Setara di hadapan bangsa,iya.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak. Ini salah.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Bukan pluralisme agama, tapi pluralitas. Pluralitas adalah ide yang tepat
untuk menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia.kita sadar
akan kemajemukan, terutama kemajemukan beragama.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Biarkan mereka memeluk agamanya masing-masing dan kita menghargai
serta bertoleransi dalam hal itu. Karena ini adalah cara kita untuk
menghargai kebesaran bangsa Indonesia.
Kode Informan : IU6
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Menurut saya, karena saya beragama Islam, percaya pada Islam, maka
saya akan menjawab bahwa agama Islam lah agama yang dridhoi Allah
dan yang laing benar d antara agama-agama lain. Dan merupakan agama
yang rahmatalilalamin.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Sebagamana kitab al-Qur’an yang saya percayai sebagai pedoman umat
Islam, maka telah jelas bahwa dalam Q.S. Ali-Imron:19 menyatakan
susungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam . jadi,
dari ayat di atas kesimpulan yang saya tarik dari pengetahuan yang saya
punya dan yakini bahwa hanyalah Islam agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Al-Qur’an sangat menghargai agama lain. Jauh sebelum lahir istilah
toleransi, pluralisme agama dll, al-Qur’an telah berabad-abad lalu
menjelaskan tentang ajaran tersebut. Salah satu contohnya dalam surat
al-Kafirun:6.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Kebenaran ada, tapi dari segi penyelewengan ajaran lebih dominan. Dari
teologi, dan lain-lain juga.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Sesuai dengan yang saya yakini, Islam lah agama yang benar, jadi agama
lain mungkin pada zaman nabi Isa bisa masuk surga. Namun setelah
penyelewengan sampai saat ini. Wallahu ‘alam bishawab.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasul sangat menjaga toleransi antar umat beragama. Pada saat
perjanjian hudaibiah antar Rasul dengan kaum kafir Quraisy dalam
menjaga perdamaian. Tapi ya itu, perjanjian itu yang dilanggar oleh
kaum kafir Quraisy.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Toleransi umat beragama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak. Islam adalah agama yang benar.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Kita punya hak yang sama, tapi hanya dalam konteks kemasyarakatan,
tidak dalam hal aqidah.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Saling menghormati hanya dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
Tidak dalam hal aqidah.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Selama hanya sebatas konteks kemasyarakatan dan tdak dalam hal
beraqidah.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Mungkin saja bisa. Tapi dengan catatan dan komitmen dengan janji yang
ada, dan menjunjung tinggi toleransi dalam bermasyarakat, bukan
beraqidah.
Kode Informan : IU7
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Agama Islam sebagai penyempurna agama-agama lainnya. Terutama
agama samawi Yahudi dan Nasrani... sebagaimana surat al-Maidah:3
“pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku
sempurnakan bagimu nikmat Ku”. Dan sabda Rasulullah saw: tidak
tersisa sedikitpun dari apa-apa yang mendekatkan kalian ke surga dan
menjauhkan kalian ke neraka. Kecuali telah dijelaskan (diriwyatkan oleh
at-tahabari)
Adapun dalil aqlinya bahwa agama Islam mengajarkan seluruh aspek
dunia maupun akhirat, hubungan manusia dengan Allah ta’ala sebagai
Tuhannya, maupun dengan manusia secara mendetail...oleh karena it,
agama Islam sebagai penyempurna. Islam juga sebgai penutup dari
agama-agama lain.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya, tentu Islam adalah agama yang paling benar. Tanpa ada sedikit
keraguan di dalamnya. Landasannya Q.S. Ali-Imran:19. Dalil aqlinya
adalah bahwa ajaran Islam berbanding lurus dengan fitrahtabiat manusia
yang lurus. Oleh karenanya, segala sesuatu yang diperintahkan oleh Islam
pasti disana ada kebaikan bagi manusia. begitu pula tidaklah Islam
melarang sesuatu pun kecuali di sana terdapat bahayadampak negatif
bagi manusia dan ini terbutki secara ilmiah.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Al-Qur’an mewasiatkan agar mencukupkan dengan hanya berpegang
teguh agama Islam dan mewanti-wanti dari agama lain. Dalilnya al-
Baqarah ayat 28:” wahai orang-orang yang beriman, masuklah kepada
agama Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya ia ialah musuh yang nyata.”
Menjelaskan bahwa agama lain tidak mengikuti petunjuk dan sandara
yang kuat kecuali hanya mengikuti nenek moyang dan prasangkaan
semata...
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Ya tentu ada. Tapi kebenaran ini tidak bisa membuat suatu yang salah
menjadi benar. Terutama kekeliruan pada permasalahan pokok agama.
kemudian tidaklah ada kebenaran pada agama lan kecuali kebenaran itu
ada di dalam Islam. maka cukuplah dengan Islam kita mengenal
kebenaran.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Ya, mereka tidak akan masuk surga sampai mereka masuk Islam dan
meninggalkan agama mereka berdasarkan firman Allah ta’ala Q.S. Ali-
Imran:85. “ barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak
aka pernah diterima dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi”.
“demi zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya, tidaklah ada
seorang dari umat ini Yahudi dan pada Nasrani kemudian ia mati dalam
keadaan tidak beriman kepada yang aku diutus dengan-Nya, kecuali ia
termasuk penduduk neraka “. (HR.Muslim).
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Islam sangat menjaga hak manusia dalam berbagai hal. Dalam masalah
keyakinan saja, Islam hanya mengajak penganut agama lain tanpa ada
paksaan... Al-Baqarah:256. “Tidak ada paksaan dalam agama”. islam
memberikan kebebasan beragama dengan catatan tanpa
mencampuradukkan agama Islam dengan agama yang lain. Al-Kafirun:6
“ bagi kalian agama kalian, bagi ku agama ku”.
Dan dalam aspek sosial pun, Islam tetap menjaga hak mereka. Tidak
semua darah orang non-Muslim itu halal ditumpahkan. Bahkan dalam
keadaan bertentangan melarang membunuh orang yang tidak ikut
berperang dari kalangan orang-orang lemah seperti orang tua, wanita,
anak-anak. Bahkan tumbuhan dan bangunan dilarang untuk
dibumihanguskan.
Islam pun memerintahkan untuk memuliakan penganut agama lain
apabila mereka adalah tetangga kita. Rasulullah saw bersabda “ barang
siapa yang beriman kepda hari akhir hendaklah kita memuliakan
tetangganya” (HR Bukhari dan Muslim).
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Sebuah paham yang menyatakan bahwa semua agama itu benar, dan
mempunyai kedudukan yang sama di sisi Tuhan.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Sangat tidak setuju, karena secara naluri, manusia hanya menerima satu
kebenaran. Oleh karenanya, Allah mengisahkan di dalam al-Qur’an
bahwa orang Yahudi dan Nasrani saling menyesatkan, maka tidak masuk
akal kalau ada anggapan bahwa semua agama itu sama. Buka surat al-
Baqarah:113.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Sesat dan menyesatkan. Karena pandangan seperti ini hanya dibangun di
atas prasangka semata. Secara akal dan syar’i bertentangan. Secara akal
sudah dijelaskan pada soal kedua, secara syar’i telah dijelaskan juga
pada nomer 5 poin b.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Menolak keras. Karena bertentangan dengan syari’at Islam yang lurus.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak sama sekali. Islam sudah cukup sempurna mengatur segala hidup
dan kehidupan manusia.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Sdah dijelaskan pada nomer 6 poin b.
Dan dalam aspek sosial pun, Islam tetap menjaga hak mereka. Tidak
semua darah orang non-Muslim itu halal ditumpahkan. Bahkan dalam
keadaan bertentangan melarang membunuh orang yang tidak ikut
berperang dari kalangan orang-orang lemah seperti orang tua, wanita,
anak-anak. Bahkan tumbuhan dan bangunan dilarang untuk
dibumihanguskan.
Islam pun memerintahkan untuk memuliakan penganut agama lain
apabila mereka adalah tetangga kita. Rasulullah saw bersabda “ barang
siapa yang beriman kepda hari akhir hendaklah kita memuliakan
tetangganya” (HR Bukhari dan Muslim).
Kode Informan : IU8
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Karena saya sendiri orang Islam, pemahaman saya tentang Islam yakin
bahwa agama di sisi Allah yang menurut Allah bilang hanyalah Islama.
Jadi Islam di antara agama-agama yang lain, adalah Islam yang paling
tinggi dan tidak ada yang setara dengan Islam.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya, tentu Islam adalah agama yang paling benar.karena meyakini selain
Allah itu musyrik.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah hanyalah Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Dulu sebelum diselewengkan, ada. Tapi sudah diselengkan. Lagi pula
setelah turun Islam, maka Islam sebagai agama yang menyempurnakan
dari agama sebelumnya.
e. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Islam mencintai perdamaian, dan Nabi tidak pernah mengajarkan
kerusakan, termasuk dengan selain Islam.
f. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Banyak ya pengertiannya,.
g. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
tapi yang saya yakini tidak meliputi masalah-masalah aqidah.
h. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Kalau sudah menyerat-nyeret masalah aqidah. Itu tidak bisa diganggu
gugat.
i. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak sepakat karena itu nanti munculnya liberalisasi agama.
j. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Selagi tidak membawa masalah aqidah, tapi kalau sudah membawa
masalah aqidah, saya tidak setuju.
k. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Kalau toleransi kita harus ramah terhadap sesama Muslim ya itu saya
setuju.
Kode Informan : IU9
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam sampaikapanpun tetap akan menjadi agama yang rahmatalilalamin
di antara agama-agama yang lain. Agama yang memang diridhoi Allah di
antara agama-agama yang lain. Dulu ajaran taurat, injil, zabur, itu
benar, diturunkan pada nabi-nabi sebelum Muhammad, namun dari yang
saya fahami bahwa sekarang keotentikannya diragukan.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Islamlah agama yang benar. Agama yang paling benar. Itu sudah menjadi
keyakinan saya. Yang paling diridhoi itu agama Islam.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah hanyalah Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Dulu sebelum diselewengkan, ada. Tapi sudah diselengkan. Lagi pula
setelah turun Islam, maka Islam sebagai agama yang menyempurnakan
dari agama sebelumnya.
e. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Nabi telah banyak mencontohkan, namun tidak untuk masalah aqidah.
f. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Semua agama itu benar.
g. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Islam lah yang paling benar.
h. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Beberapa ulama berbeda pendapat ya, jadi saya tidak bisa asbun.
i. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Kalau setara, ya tidak sepakat ya terutama menyangkut aqidah.
j. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Kita saling mengharga pandangan masing-masing saja. Saya rasa itu.
k. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
ketika kita tidak menyepakati itu ya kita tinggal bersikap jangan
mengikuti, tidak perlu men-judge apalagi sampai mengkafirkan,
menyalahkan atau menyesatkan.
Kode Informan : IU10
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Islam adalah agama penyempurna, kita tidak menafikkan adanya agama
Yahudi dan Nasrani, makanya kita memepelajari tentang agama-agama
yang dibawa leh nabi dan disempurnakan oleh Rosululloh.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Kan dalil yang digunakan banyak ulama kan innadiena indallahilislam,
ya, jadi kita sebagai umat Islam ya harus mengimani. Itu udah jadi harga
mutlak. Tapi di sisi lain kita juga harus sikap kita terhadapa agama yang
berbeda, itu tidak perlu terlalu anti.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah hanyalah Islam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Saya yakin Islam agama yang benar.
e. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Nabi ketika di Madinnah, itu tidak hanya memimpin kalau tidak salah ada
20 suku dan beragam agama,
f. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Semua agama itu benar.
g. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Islam lah yang paling benar.
h. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Kalau menurut saya enggak. Ini masuknya kajian liberalisasi agama.
menurut saya ya. Karena seperti itu. Ketika semua sederajat, lalu aapa
yang kita harus perjuangkan?saya meyakini bahwa Islam lah yang laing
Tinggi.
i. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Islam yang paling sempurna.
j. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Kalau sudah membawa aqidah, saya tidak setuju.
k. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Kita harus tegas bahwa kita ini berbeda, tapi perbedaan ini tidak
membuat kita harus berpisah. Kita harus tetap aja bermasyarakat seperti
biasa. Itu Islam yang saya pahami.
Kode Informan : IU11
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Sebagai penyempurna.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya. Paling benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Tidak ada.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Allah yang tahu segalanya.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Tenteram dan damai,
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Semua agama dianggap benar.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Jelas tidak. Ada di surat al-kafirun.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak mengimani.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak tepat. Semua itu sudah dijelaskan dalam al-kafirun.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Saling toleransi dan tidak mengganggu,
Kode Informan : IU12
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Sebagai penyempurna agama rosul sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya. Islam adalah agama yang benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Tidak ada paksaan dalam agam.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Ada. Namun telah diselewengkan.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak ada yang bisa menjamin setiap orang bisa masuk surga.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Toleran
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Semua agama disamakan kebenarannya.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak setuju.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Tidak sepakat.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Sebaiknya tidak dibolehkan jarena menyangkut aqidah dan keyakinan
saya,
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak tepat. Toleransi dalam al-quran telah diajarkan.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Toleransi. Ya dengan tidak mengganggu dan saling menciptakan
perdamaian.
Kode Informan : IU13
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Menurut saya, Islam adalah agama yang rahmatalilalamin. Islam agama
penyempurna. Dan paling tinggi di antara yang lain.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Ya, paling benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Dalam alkafirun telah dijelaskan bahwa bagimu agamamu, bagiku
agamaku.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Ada tapi dari sisi ajaran kebaikannya. Tapi dari sisi ajaran kitabnya dan
ketauhidan nya, Islamlah yang benar.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Wallahu ‘alam bishshawab. Islam yang saya imani dan Islam lah yang
diridhai Allah swt.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Hubungannya baik dan tetap dijaga agar baik.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Paham membenarkan semua agama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak. Karena yang benar adalah Islam.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Dalam hal akidah, tidak. Dalam hal kemasyarakatan, dan negara, ia.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju. Karena toleransi bergama sudah dicontohkan rosul.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak tepat. Itu terlalu memasuki ranah keyakinan sebagai umat
beragama.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Toleransi antar umat beragama. Dengan menjaga hubungan baik kita
dengan non islam dan tidak menganggunya.
Kode Informan : IU14
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Posisi Islam di antara agama lain adalah penyempurna apa yang
disampaikan rosul-rosul sebelumnya.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Bukan paling benar, tapi agama yang Islam itu benar.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Al-Qur’an menjelaskan bahwa agama Islam adalah yang diridhoi Allah.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Sudah Allah katakan bahwa Islam adalah agama yang benar/lurus.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Tidak.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Tenteram dan damai.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Menyetarakan agama-agama
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Tidak. Karena agama yang benar itu Islam.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Setara dalam hal apa dulu. Kalau dalam akidah tidak. Kalau dalam hal
bersosial. Iya.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Menghargai. Namun tidak mengikuti.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Bisa jadi, selama tujuannya baik.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Dengan mendukung toleransi dan perdamaian antar umat beragama.
Saling menghormati agama lain.
Kode Informan : IU15
a. Bagaimana posisi Islam di antara agama-agama lain?
Penutup dan penyempurna agama terdahulu.
b. Apakah agama Islam itu paling benar?
Agama Islam bagi saya paling benar.agama yang paling diridhoi.
c. Bagaimana al-Qur’an berbicara mengenai agama lain?
Bagimu Agamamu, bagiku Agamaku”.
d. Apakah selain agama Islam tidak ada kebenaran?
Bagi saya Islam adalah agama yang rahmatallilalamin. Sudah sempurna.
e. Apakah umat selain Islam tidak masuk surga?
Setahu saya tidak.
f. Bagaimana anda melihat hubungan Islam dan agama lainnya? Mengingat
dulu Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya di madinah?
Rasulullah saw sangat toleran terhadap orang yang berbeda agama.
hubungannya damai.
g. Apa yang anda ketahui tentang pluralisme agama?
Pluralisme agama adalah menganggap semua agama itu sama.
h. Apakah anda setuju dengan paham bahwa semua agama itu benar?
Saya sangat tidak setuju.berbeda.
i. Bagaimana hukumnya, bolehkah menganggap bahwa semua agama
memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan?
Jelas tidak. Islam sebagai agama yang benar.
j. Bagaimana sikap anda terhadap paham pluralisme agama tersebut?
Tidak setuju.
k. Dalam menjaga kerukunan umat beragama, apakah pluralisme agama
menjadi sebuah paham yang tepat?
Tidak. Toleransi agama adalah paling tepat.
l. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan dalam menjaga kerukunan antar-
umat beragama?
Saling menjaga dan menghormati. Tidak saling mengganggu.
Top Related