PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah variabel.
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan sejatinya menjadi sesuatu yang membahagiakan bagi
sepasang insan. Bagaimana tidak, dua orang yang saling mencintai diikat
dalam janji suci untuk hidup bersama sampai maut memisahkan. Setelah
menikah pasangan suami istri hidup bahagia dalam suatu rumah tangga.
Agama juga menganjurkan pernikahan bagi pasangan yang sudah siap satu
sama lain. Seperti yang tertera dalam hadist Nabi: “Wahai para pemuda,
barang siapa yang telah mampu, hendaklah menikah, sebab dengan
menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga
kehormatan. Kalau belum mampu, hendaklah berpuasa, sebab puasa akan
menjadi perisai bagimu” (HR. Bukhari dan Muslim). Satu hal yang perlu
digaris bawahi dari hadits di atas adalah perintah menikah bagi para
pemuda dengan syarat jika ia telah mampu, maksudnya adalah siap untuk
menikah. Rifiani (2011: 131) mengatakan bahwa “kesiapan menikah
dalam tinjauan hukum Islam meliputi 3 hal, yaitu: kesiapan ilmu, kesiapan
harta atau materi, kesiapan fisik atau kesehatan”.
Pada dasarnya pernikahan memiliki usia ideal baik untuk laki-laki
maupun perempuan. Papalia dan Wendkos (Rifiani, 2011: 126),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berpendapat bahwa “usia terbaik untuk melakukan pernikahan bagi
perempuan adalah 19 sampai dengan 25 tahun, sedangkan untuk laki-laki
usia 25 sampai 28 tahun”. Pada usia tersebut organ reproduksi perempuan
sudah berkembang dengan baik dan kuat, serta secara psikologis sudah
dianggap matang untuk menjadi calon orang tua bagi anak-anaknya.
Sementara kondisi fisik dan psikis laki-laki pada usia tersebut juga sudah
kuat sehingga mampu menopang kehidupan keluarga dan melindunginya
baik secara psikis, emosional, ekonomi, dan sosial.
Pernikahan di Indonesia diatur oleh undang-undang, dalam pasal 7
ayat 1 UU perkawinan tahun 1974 menyebutkan bahwa usia minimum
perkawinan untuk perempuan adalah 16 tahun, sedangkan untuk laki-laki
adalah 19 tahun. Namun pada tahun 2010 Hukum Materiil Peradilan
Agama Bidang Perkawinan merevisi undang-undang perkawinan tahun
1974. Batas usia perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi
laki-laki dalam undang-undang tahun 1974 diubah menjadi 18 tahun bagi
perempuan dan laki-laki. Revisi ini dilakukan terkait dua hal yaitu untuk
mencegah terjadinya pernikahan dini dan untuk melindungi hak dan
kepentingan anak. Pada kenyataannya pernikahan dini masih banyak
terjadi di Indonesia, dan ini jelas telah melangar undang-undang
perlindungan anak. Jika dikaitkan dengan undang-undang perlindungan
anak, tentu undang-undang pernikahan ini sangat bertentangan.
Berdasarkan UU perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, disebutkan
bahwa batas usia dewasa seorang anak adalah 18 tahun. Jika salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
syarat pernikahan adalah dewasa, maka izin untuk melakukan pernikahan
bagi seorang anak adalah pada usia di atas 18 tahun. Walaupun sudah ada
revisi undang-undang perkawinan, sebagian masyarakat Indonesia masih
belum mengindahkan undang-undang tersebut. Terbukti pernikahan dini
masih banyak terjadi di Indonesia (Koban, 2010: 3).
Berdasarkan sudut pandang biologis, menikah di usia dini banyak
memberikan resiko khususnya bagi remaja putri. Pada remaja putri, organ
reproduksi mereka belum seutuhnya siap untuk melakukan hubungan
seksual. Jika hal ini dipaksakan dapat menyebabkan kerusakan alat
reproduksi. Selain itu faktor kehamilan pada remaja usia di bawah 17
tahun banyak menimbulkan risiko. Pada usia ini kandungan remaja belum
siap untuk mengandung dan melahirkan. Jika hal ini terjadi maka akan
meningkatkan resiko komplikasi medis. Anatomi tubuh gadis remaja yang
belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan berpotensi pada
terjadinya komplikasi berupa obstructed labour dan obstetric fistula
(Fadlyana , 2009). Data United Nations Population Fund (UNPFA) pada
tahun 2003, mempertegas bahwa 15-30% persalinan pada usia dini akan
disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric fistula (kerusakan pada
organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin dan feses ke dalam
vagina). Selain resiko obstetric fistula, penelitian Bayisenge (2010)
menjelaskan bahwa kehamilan di usia yang sangat muda juga ternyata
berhubungan dengan angka kematian ibu, fertilitas yang tinggi, kehamilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dengan jarak yang singkat, juga resiko tertular penyakit HIV (Fadlyana,
2009: 138).
Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh BKKBN
tahun 2012, Indonesia berada diperingkat ke-37 dunia dalam kasus
pernikahan di bawah usia 18 tahun. Indonesia juga masuk peringkat kedua
ASEAN setelah Kamboja dalam kasus pernikahan dini. Indonesia sendiri
memiliki banyak pulau yang di dalamnya juga memiliki kasus yang sama
yaitu pernikahan dini. Provinsi dengan persentase tertinggi kasus
pernikahan dini dengan usia dibawah 15 tahun adalah Kalimantan Selatan
sebanyak 9 persen, lalu disusul oleh Jawa Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Banten. Selain provinsi-provinsi tersebut, D.I
Yogyakarta juga termasuk kategori provinsi yang memiliki banyak kasus
pernikahan usia dini, khususnya di daerah Gunung Kidul.
Pernikahan dini umumnya terjadi karena dilatarbelakangi oleh
faktor budaya dan tingkat pendidikan orangtua yang rendah (Rafidah,
2009: 52). Selain faktor budaya dan pendidikan, faktor lain seperti
ekonomi dan pergaulan bebas juga merupakan penyebab terjadinya
pernikahan dini. Berdasarkan penelitian Rifiani (2011: 126), terdapat
empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini yaitu
faktor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pergaulan bebas.
Pernikahan dini banyak terjadi khususnya di pedesaan, karena
orang desa cenderung kurang memahami dampak dari pernikahan dini.
Bagi mereka menikah adalah solusi untuk mengurangi beban pengeluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
rumah tangga. Tanpa memikirkan dampak, para orangtua menikahkan
anak-anak mereka walaupun masih berusia belia. Padahal salah satu hal
yang harus dipikirkan setelah menikah adalah dampak dari pernikahan itu.
Ketidakmatangan usia tentu akan mempengaruhi psikologis, terlebih bagi
anak yang berada pada usia remaja. Salah satu kabupaten dimana banyak
terjadi pernikahan dini adalah Gunung Kidul. Salah satu desa yang disoroti
karena kasus pernikahan dini adalah desa Jurangjero, kecamatan Ngawen,
Gunung Kidul. Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Wonosari, angka
dispensasi untuk menikah diusia dini pada tahun 2014 sebanyak 146 kasus
dan pada tahun 2015 sebanyak 15 kasus. Pada umumnya pernikahan dini
yang banyak terjadi di Gunung Kidul sebagian besar disebabkan oleh
hamil diluar nikah atau biasa dikenal dengan sebutan “married by
accident”. Namun sebagian besar juga terjadi karena keinginan pasangan
muda itu sendiri. Bagi pasangan muda yang sudah terlanjur hamil,
menikah adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Demi menjaga nama
baik keluarga, menikah di usia muda terpaksa harus dilakukan. Berbeda
dengan mereka yang memang sudah siap menikah di usia muda, mereka
menikah tanpa keterpaksaan. Dua pasangan ini tentu memiliki dampak
yang berbeda yang mereka rasakan setelah menikah.
Pada dasarnya menikah adalah baik karena merupakan suatu hal
yang dilakukan untuk menyempurnakan ibadah. Namun pernikahan dini
banyak disoroti karena di dalamnya terdapat dua dampak, yaitu dampak
positif dan dampak negatif. Para pakar agama khususnya Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
memandang menikah dini itu baik karena dapat menghindarkan sepasang
laki-laki dan perempuan dari perzinahan. Menikah juga dapat membuat
hati nyaman karena sudah tidak ada hal yang perlu ditakutkan lagi untuk
dilakukan bagi sepasang laki-laki dan perempuan. Namun jika dilihat lebih
jauh lagi ada dampak negatif juga yang ditimbulkan dari menikah dini.
Misalnya usia yang belum matang membuat pasutri muda ini memiliki
sifat egois sehingga muncullah masalah seperti KDRT, perselingkuhan,
dan perceraian. Selain itu perempuan muda memiliki tingkat kesuburan
yang sangat tinggi sehingga jika tidak diatur perempuan muda dapat
dengan mudah melahirkan anak. Slogan “banyak anak banyak rejeki”
memang tidak salah, namun memiliki banyak anak bagi pasangan muda
dapat menimbulkan masalah. Salah satunya dapat memicu pertengkaran
dalam rumah tangga.
Banyaknya masalah yang dialami oleh pasangan muda tentu tidak
bisa didiamkan begitu saja, oleh karena itu perlu adanya program untuk
memberikan gambaran bagi pasangan muda dalam menangani problema
rumah tangganya. Sebagai manusia tentu kita tidak bisa melawan takdir.
Jika ada pasangan yang ditakdirkan menikah muda maka itu adalah jalan
Tuhan. Namun diperlukan suatu program yang dapat memberikan
gambaran bagi pasangan muda untuk mantap menikah. Hal ini dapat
menjadi bekal bagi pasangan muda untuk mengatasi dampak negatif yang
mungkin akan muncul dalam perjalanan rumah tangga mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Berdasarkan pengamatan peneliti tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pernikahan dini, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA PASUTRI
DAN IMPLIKASINYA PADA PENYUSUNAN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA (Studi Kasus pada
Dua Pasang Suami Istri di Desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul)”
dalam pemenuhan tugas akhir. Melalui skripsi ini peneliti berharap dapat
mengungkap dampak apa saja yang ditimbulkan dari prnikahan dini dan
membuat program bimbingan dan konseling keluarga bagi pasangan muda
agar dapat mengatasi permasalahan yang timbul akibat dampak negatif
dari pernikahan dini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan
fenomena pernikahan dini dapat diidentifikasikan berbagai masalah
sebagai berikut:
1. Bagi wanita di desa Jurangjero jika sudah lulus SD atau SMP dan
tidak bekerja maka dianjurkan untuk menikah.
2. Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa dilakukannya
pernikahan dini.
3. Faktor pendidikan orangtua juga menjadi salah satu penyebab
dilakukannya pernikahan dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Selain faktor ekonomi dan pendidikan, faktor budaya dan pergaulan
bebas juga mempengaruhi banyaknya kasus pernikahan dini di desa
Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul.
5. Belum adanya program bimbingan yang memberikan gambaran
mengenai dampak negatif dan positif pernikahan dini di kalangan
remaja desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan untuk masalah-
masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai dampak-
dampak negatif dan positif apa saja dibalik terjadinya pernikahan dini di
kalangan remaja desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Dampak-dampak negatif apa saja yang terjadi pada pasangan yang
menikah di usia dini?
2. Dampak-dampak positif apa saja yang terjadi pada pasangan yang
menikah di usia dini?
3. Program bimbingan dan konseling keluarga apa yang cocok untuk
diberikan pada pasangan muda dalam mengatasi dampak negatif dari
pernikahan dini?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengeksplorasi dampak-dampak negatif yang terjadi pada pasangan
yang menikah di usia dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Mengeksplorasi dampak-dampak positif yang terjadi pada pasangan
yang menikah di usia dini.
3. Membuat program bimbingan dan konseling keluarga untuk
diberikan pada pasangan muda dalam mengatasi dampak negatif dari
pernikahan dini.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan muncul beberapa
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
terhadap pengembangan pengetahuan mengenai dampak pernikahan
dini pada pasutri desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul, khususnya
dampak apa saja yang dialami para pasutri dari pernikahan dini di desa
tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat
digunakan oleh Program Studi untuk mengetahui dampak dibalik
pernikahan dini pada pasutri di desa Jurangjero, Ngawen, Gunung
Kidul. Selain itu, Program Studi juga dapat menentukan langkah-
langkah yang dapat diberikan kepada mahasiswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memberikan bimbingan dan konseling keluarga terkait persiapan
pernikahan.
b. Bagi Remaja di Desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul
Bagi pasutri di desa Jurangjero, penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan informasi mengenai dampak positif dan
negatif pernikahan dini. Selain itu penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai gambaran mengenai permasalahan pernikahan
dini yang banyak terjadi. Sehingga bagi remaja yang mungkin
belum menikah akan memperoleh gambaran seperti apa
sebenarnya pernikahan dini itu, faktor-faktor apa saja yang melatar
belakangi terjadinya pernikahan dini, dan apa saja dampak positif
dan negatif dari pelaksanaan pernikahan di usia dini.
c. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi saya sebagai seorang pendidik
adalah sebagai referensi dalam memberikan bimbingan yang
bersifat preventif mengenai dampak pernikahan dini bagi peserta
didik. Selain itu saya juga ingin memberikan bimbingan yang
bersifat kuratif bagi pasangan muda dalam menjalani rumah tangga
mereka.
G. Batasan Istilah Variabel
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
yang belum memasuki usia dewasa, yaitu pasangan yang menikah sebelum
usia 16 tahun bagi wanita dan sebelum usia 19 tahun bagi pria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dipaparkan mengenai teori pernikahan dini, teori konsep
remaja, teori bimbingan dan konseling keluarga, serta penelitian yang relevan.
A. Pernikahan Dini
1. Pengertian Pernikahan Dini
Pernikahan menurut Thalib adalah suatu perjanjian yang suci,
kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang
kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi, tentram dan bahagia
(Ramulyo: 2002). Menurut Ghozali (2012: 7) pernikahan berasal
dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan,
saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh. Secara
Hukum, disebutkan dalam Undang-Undang perkawinan No.1 Pasal
1 Tahun 1974 bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita untuk membentuk
rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian dijelaskan lebih lanjut pada
pasal 7 ayat 1 bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Sejalan dengan definisi undang-undang perkawinan,
Romauli dan Vindari (2012: 110) mengungkapkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan pada usia
remaja, dimana biasanya remaja wanita berusia 15 tahun dan
remaja pria berusia 18 tahun .
Menurut United Nations Populations Fund Associations
(UNPFA, tahun: 2006) pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilakukan oleh remaja 18 tahun, yang secara fisik, fisiologis, dan
psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul
tanggungjawab perkawinan. Usia pernikahan dini berbeda-beda
tergantung dari budaya dan tempat kejadian. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan di bawah usia 16 tahun (bagi perempuan)
dan di bawah19 tahun bagi laki-laki (Fadlyana, 2009:137).
2. Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Dini
Menurut penelitian Rifiani (2011: 126-127), secara umum
sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan dini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor ekonomi
Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dalam garis
kemiskinan. Bagi keluarga yang memiliki banyak anak
khususnya anak perempuan, menikahkan anaknya diusia yang
masih remaja adalah salah satu hal yang dilakukan untuk
meringankan beban ekonomi keluarga. Hal ini dikarenakan
jika anaknya sudah menikah maka akan menjadi tanggungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pasangannya dan lepas dari keluarga. Oleh karena itu faktor
ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa sebagian orangtua
menikahkan anaknya di usia yang seharusnya belum menikah.
b. Faktor pendidikan
Pernikahan dini umumnya banyak terjadi di pedesaan. Hal
ini dikarenakan rendahnya pendidikan yang ditempuh sebagian
masyarakat pedesaan. Rendahnya pendidikan juga dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, karena sebagian dari masyarakat
pedesaan memiliki mata pencaharian yang rendah, yaitu hanya
sebagai petani atau buruh. Rendahnya pendidikan juga
menyebabkan sebagian masyarakat pedesaan kurang
memahami dampak dari pernikahan dini. Bagi sebagian
masyarakat pedesaan menikah adalah salah satu hal yang lebih
baik dilakukan jika sudah tidak menempuh pendidikan lagi.
c. Faktor budaya
Budaya adalah bagian dari masyarakat yang mengakar
selama turun temurun. Pernikahan dini juga merupakan budaya
di beberapa daerah tertentu. Bagi daerah tertentu menikah di
usia dini bukanlah suatu masalah. Bahkan budaya di suatu
daerah tertentu menyatakan bahwa tidak menikahkan anaknya
di usia muda merupakan suatu aib keluarga. Maka anak yang
sudah menginjak remaja atau sudah berusia di atas 14 tahun
sebaiknya disarankan untuk segera menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Faktor keinginan sendiri
Menikah di usia muda terkadang juga menjadi keinginan
bagi pasangan sendiri. Tidak selamanya pasangan yang
menikah muda dipaksa oleh keinginan orangtua. Bagi sebagian
remaja yang sudah tidak sekolah dan tidak bekerja, menikah
adalah hal yang mereka pilih. Menurut mereka dari pada
menganggur dan tidak ada pekerjaan, lebih baik menikah dan
mengurus rumah tangga. Selain itu menikah juga
menghindarkan mereka dari perbuatan yang dilarang agama.
e. Faktor pergaulan bebas
Seperti kita ketahui salah satu dampak dari pergaulan bebas
adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau hamil di luar
nikah. Keadaan ini memaksa pasangan untuk segera
melangsungkan pernikahan. Dampak pergaulan bebas yang
dialami remaja memang memberi sumbangan besar dalam
kasus pernikahan di usia dini. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa faktor pergaulan bebas adalah salah satu faktor terbesar
dalam kasus pernikahan di usia dini.
3. Dampak-dampak Pernikahan Dini
Dampak dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun
positif. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh
wanita yang berusia di bawah 16 tahun dan pria di bawah usia 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak pernikahan dini
adalah pengaruh kuat dari pernikahan yang mendatangkan akibat
baik negatif maupun positif. Pada dasarnya pernikahan adalah baik,
karena pernikahan merupakan penyempurnaan ibadah. Namun
pernikahan yang dilakukan di usia yang sangat muda biasanya
memberikan dampak bagi pasutri.
Berangkat dari pengertian dampak, Walgito (1984: 25)
mengungkapkan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi
pernikahan adalah usia. Usia mempengaruhi pernikahan baik dari
segi fisik, psikologis, dan sosial-ekonomi. Undang-undang
perkawinan membatasi usia menikah bagi wanita 16 tahun dan
bagi pria 19 tahun. Pernikahan juga diizinkan bagi pria dan wanita
yang belum memasuki usia tersebut dengan jalan mengajukan
dispensasi. Pernikahan ini sering kita kenal dengan sebutan
“pernikahan dini”. Berikut uraian dampak-dampak dari pernikahan
dini ditinjau dari segi fisik, psikologis, dan sosial-ekonomi:
a. Dampak dari segi fisik
Secara fisik tidak ada yang salah dengan umur yang
ditentukan oleh undang-undang. Bahkan yang menikah di usia
dini pun tidak ada masalah. Hanya saja pemerintah
menentukan usia tersebut tidak dibarengi dengan memikirkan
dampak yang terjadi. Pada usia tersebut dari segi fisik
seseorang umumnya sudah matang, khususnya organ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
reproduksi. Pada wanita ditandai dengan datangnya menstruasi
dan pada pria ditandai dengan mimpi basah. Artinya pada usia
ini seseorang sudah dapat memproduksi keturunan. Memiliki
keturunan merupakan salah satu tujuan menikah. Namun perlu
diketahui bahwa pernikahan yang dilakukan di usia muda
umumnya akan menimbulkan masalah secara fisik khususnya
dialami pada remaja putri. Romauli dan Vindari (2012: 111)
mengungkapkan bahwa “alat reproduksi remaja belum siap
untuk menerima kehamilan sehingga dapat menyebabkan
berbagai bentuk komplikasi”. Papalia dan Old (2008: 607)
dalam bukunya Human Development mengungkapkan bahwa:
Remaja yang hamil sering kali mengalami akibat yang
buruk. Bayinya cenderung prematur atau kekurangan
berat badan yang berbahaya atau dipuncak resiko
kematian setelah kelahiran, masalah kesehatan, dan
ketidakmampuan berkembang yang bisa terus berlanjut
sampai dewasa.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
dampak yang umumnya banyak terjadi pada remaja yang hamil
adalah keguguran, prematur, dan berat bayi lahir rendah. Hal
ini dikarenakan kandungan remaja masih belum kuat untuk
hamil. Banyaknya kasus keguguran dan prematur pada remaja
putri perlu diperhatikan karena tingkat keguguran dan
prematur pada wanita hamil dan melahirkan di bawah usia 20
tahun 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita di atas
usia 20 tahun (Romauli dan Vindari, 2012: 111). Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
persalinan yang dilakukan pada remaja putri juga dapat
menyebabkan komplikasi kronik yaitu obstetric fistula. Fistula
merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang
menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina.
Wanita berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami
obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula akibat
hubungan seksual di usia dini.
b. Dampak dari segi psikologis
Secara psikologis, usia juga memberi pengaruh pada
pernikahan, terlebih pada pernikahan usia muda. Kedewasaan
seseorang memang tidak dilihat dari usia, ada orang yang usia
muda tetapi sudah dewasa atau bahkan sebaliknya. Namun
pada umumnya seseorang yang berusia 15 dan 18 tahun belum
dapat dikatakan dewasa secara psikologis. Pada usia itu
seseorang masih digolongkan remaja yang secara psikologis
belum memiliki kematangan dalam berpikir. Menjalani
pernikahan dibutuhkan kedewasaan, jika seseorang belum
memiliki kematangan dalam berpikir maka ia belum dewasa.
Oleh sebab itu pasutri muda umumnya sering mengalami
keributan karena keegoisan masing-masing. Akibatnya adalah
mereka mengalami stres dan frustrasi yang bisa berujung pada
perceraian. Berikut uraian mengenai hal-hal yang memberikan
dampak-dampak yang terjadi secara psikologis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1) Perasaan setelah menikah
Perasaan setelah menikah memberi dampak pada
segi psikologis. Pernyataan perasaan setelah menikah
yang diungkapkan oleh pasangan dapat
menggambarkan siap atau tidak siapnya pasangan ini
menikah. Perasaan dipengaruhi oleh kematangan
berpikir bagi pasangan. Seperti kita ketahui bahwa
kematangan berpikir usia remaja belum sempurna,
sehingga kemampuan berpikir yang belum matang
dapat mendatangkan pikiran negatif. Jika pasangan
berpikir negatif maka akan memberikan dampak
negatif pula, contohnya munculnya perasaan takut dan
ragu-ragu. Menurut Elkind (dalam Papalia dan Old,
2008: 561) “salah satu karakteristik pemikiran remaja
yang belum matang adalah ragu-ragu”. Maksud dari
ragu-ragu adalah pada dasarnya remaja menyimpan
berbagai alternatif dalam pikiran mereka pada waktu
yang sama, namun karena kurangnya pengalaman
mereka kekurangan strategi efektif untuk memilih.
2) Adaptasi dengan keluarga pasangan
Adaptasi dengan keluarga pasangan berkaitan
dengan kecakapan individu untuk menyesuaikan diri
dengan suasana baru khususnya suasana keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pasangan yang tentu berbeda dengan keluarga asalnya.
Hal ini tidak mudah karena individu harus berhadapan
dengan suasana dan orang-orang yang jauh berbeda
dengan dia dan keluarga asalnya. Terlebih lagi dalam
diri remaja ada sifat yang disebut egosentrisme, dimana
remaja belum bisa berpikir dari sudut pandang orang
lain (Santrock, 2003: 122). Remaja hanya berpikir dari
sudut pandang dirinya, yang artinya remaja merasa
bahwa apa yang ia lakukan sudah benar menurut
pandangannya. Selain itu remaja juga sensitif, artinya ia
bisa salah mengartikan suatu hal karena ia merasa
tersakiti hatinya. Jika individu susah beradaptasi dengan
lingkungannya maka dapat memberikan dampak negatif
yaitu stres dan munculnya perasaan tidak dihargai.
Selain itu dapat berdampak pula pada relasi antara
individu dengan keluarga pasangan, cotohnya sering
terjadi kesalahpahaman antara istri/ suami dengan ibu/
ayah mertua.
3) Adaptasi dengan status baru sebagai kepala keluarga
dan ibu rumah tangga
Menjalani tugas baru sebagai ibu rumah tangga/
kepala keluarga memberi dampak pada segi psikologis.
Menerima perubahan status dari lajang menjadi ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
rumah tangga atau kepala keluarga memang tidak
mudah. Terlebih pada pasangan yang menikah di usia
muda. Faktor usia yang masih muda, ketidaksiapan
untuk menikah, belum adanya pengalaman, pemikiran
yang belum matang, dan sikap egois dapat memberikan
dampak negatif bagi pasangan muda (Walgito, 1984:
25). Dampak negatif yang dihasilkan antara lain adalah
munculnya sikap tidak peduli.
4) Pribadi: berkumpul dengan teman sebaya
Berkumpul dengan teman sebaya memberi dampak
pada segi psikologis dan sosial. Berkumpul dengan
teman merupakan sifat umum remaja. Hal ini mereka
lakukan guna mencari jati dirinya. Selain itu
perkembangan sosial remaja juga dipengaruhi oleh
teman sebaya. Robinson (dalam Papalia dan Old, 2008:
617) mengungkapkan bahwa “sumber dukungan
emosional penting sepanjang transisi masa remaja yang
kompleks adalah peningkatan keterlibatan remaja
dengan teman sebayanya”. Berdasarkan pernyataan
Robinson dapat disimpulkan bahwa dalam mengalami
perubahan fisik dan psikologis yang cepat, remaja
membutuhkan orang lain yang juga mengalami
perubahan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Burhmester (dalam Papalia dan Old, 2008: 618)
mengatakan bahwa:
Teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati,
pemahaman, dan panduan moral; tempat
bereksperimen; dan setting otonomi dan
independensi dari orang tua, yang juga merupakan
tempat latihan bagi intimasi orang dewasa.
Berdasarkan pernyataan Burhmester tersebut tidak
heran jika remaja sangat menyenangi berkumpul
dengan teman sebaya sebagai tempat untuk melepas
stres. Terlebih bagi remaja yang sudah disibuki dengan
pekerjaan. Namun jika hal ini terjadi terus menurus
tanpa adanya kontrol dari dalam diri dapat
menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang
ditimbulkan antara lain adalah munculnya perasaan
tidak peduli dan terbawa pengaruh buruk dari teman.
Namun jika kumpul dengan teman sebaya diimbangi
dengan kontrol diri maka akan memberikan dampak
positif, diantaranya yaitu tempat untuk
mengekspresikan diri dan tempat untuk melepas penat.
5) Kesulitan mengurus anak
Papalia dan Old (2008: 608) dalam bukunya
“Human Development” mengungkapkan bahwa
“individu yang menjadi orangtua di usia remaja
cenderung kurang dewasa, kurang terampil, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kekurangan dukungan sosial untuk menjadi orangtua
yang baik”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan remaja yang menjadi orangtua umumnya
mengalami kesulitan dalam mengurus anak. Dampak
negatif yang ditimbulkan dari kesulitan mengurus anak
adalah ketidakpedulian orangtua terhadap tumbuh
kembang anak.
6) Mengatasi masalah rumah tangga/pribadi
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi memberi
dampak pada segi psikologis. Setiap pasangan pasti
memiliki masalah rumah tangga, baik pasangan yang
menikah di usia matang maupun pasangan yang
menikah di usia muda. Perbedaannya adalah tingkat
kematangan pikiran, pada umumnya pasangan yang
menikah di usia matang dapat menyelesaikan masalah
dengan mengkomunikasikan masalahnya. Namun bagi
pasangan yang menikah muda jika ada masalah
cenderung masih sangat emosi. Hal ini dikarenakan
salah satu karakteristik ketidakdewasaan pemikiran
remaja yaitu menunjukkan hipocrisy. Menurut Elkind
(dalam Papalia dan Old, 2008: 562) yang dimaksud
dengan menunjukkan hipocrisy adalah “bahwa remaja
sering kali tidak menyadari perbedaan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengekspresikan sesuatu yang ideal dan membuat
pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya”.
Dampak dari ketidakdewasaan dalam mengatasi
masalah rumah tangga/ pribadi adalah stres dan
meningkatnya emosi. Bahkan ketidakdewasaan
pasangan muda dalam mengatasi masalah juga bisa
berujung pada perceraian dan KDRT (Rifiani, 2011:
128)
7) Mengatasi emosi
Mengatasi emosi memberi dampak pada segi
psikologis. Seperti kita ketahui remaja masih memiliki
emosi yang belum matang dan memiliki sifat
egosentrisme. Sifat egosentrisme adalah ketidak-
mampuan remaja melihat sesuatu dari sudut pandang
oranglain (Santrock, 2003:122). Hal ini tentu
mempengaruhi remaja dalam mengatasi emosi. Salah
satu hal yang merupakan mengatasi emosi adalah
mengatur marah. Marah adalah perasaan emosi yang
negatif. Jika seseorang dapat mengatasi emosinya
dengan baik maka ia juga dapat mengatur marahnya
dengan baik.
Pada pasangan yang menikah muda, usia yang
masih tergolong remaja tentu memberi pengaruh dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
diri mereka yaitu belum mampu mengatur emosi
dengan baik. Hal ini dapat memberikan dampak negatif
bagi pasangan suami istri yang mungkin berujung pada
hal-hal yang tidak dinginkan. Dampak negatif yang
mungkin muncul adalah stres dan keinginan untuk
bercerai, melampiaskan marahnya pada suatu benda
(contohnya menendang benda yang ada disekitarnya
ketika sedang marah). Namun tidak semua remaja tidak
dapat mengatasi emosinya. Belajar dari pengalaman,
remaja yang telah menikah nyatanya dapat mengatasi
emosi dengan baik. Hal ini tentu memberi dampak
positif yaitu adanya perasaan lega. Maka dapat
disimpulkan bahwa mengatasi emosi juga dapat
memberikan dampak positif.
8) Persepsi hal baik dan kurang baik dari pernikahan dini
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
memberi dampak pada segi psikologis. Pernyataan
tentang pernikahan usia muda menggambarkan
pemikiran pasangan suami istri tentang pernikahan usia
muda. Hasil pemikiran para pasangan suami istri akan
menunjukkan dampak apa yang mereka alami. Hasil
pemikiran ini juga menunjukkan seberapa tinggi tingkat
kematangan berpikir para pasangan muda ini. Dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
negatif yang umumnya terjadi adalah munculnya
pemikiran dan perasaan takut dan ragu.
Selain kematangan dalam berpikir, Walgito (1984:
42) menuliskan beberapa faktor psikologis yang
diperlukan dalam pernikahan yaitu “ kematangan emosi
dan pikiran, sikap toleransi, sikap saling pengertian,
menerima, dan percaya antara suami dan istri”. Jika
faktor-faktor ini tidak ada dalam pernikahan maka
dapat berdampak negatif pada pasutri muda.
c. Dampak dari segi sosial-ekonomi
Hal terakhir dimana memberi pengaruh pada
pernikahan adalah kematangan sosial-ekonomi. Dilihat dari
segi sosial-ekonomi, usia juga memberi pengaruh dalam
pernikahan. Kematangan sosial-ekonomi seseorang pada
umumnya berkaitan erat dengan usianya. Semakin
bertambahnya usia seseorang, maka semakin kuat dorongan
untuk mencari nafkah kehidupan (Walgito, 1984: 26). Hal
yang paling penting dalam pernikahan adalah mencari nafkah
untuk membiayai hidup. Umumnya ada sebagian pasangan
muda yang belum siap secara sosial-ekonomi. Sebagian dari
mereka ada yang belum bekerja dan masih menggantungkan
hidupnya pada orangtua. Hal ini dapat berdampak negatif bagi
pasutri muda diantaranya yaitu stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Dampak dari segi hukum
Di Indonesia pernikahan sendiri diatur oleh undang-
undang yang membatasi usia pernikahan. Undang-undang
pernikahan pasal 7 ayat 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa usia
minimum perkawinan untuk perempuan adalah 16 tahun,
sedangkan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun undang-
undang itu tidak menjelaskan apakah pada usia itu orang sudah
dikatakan dewasa atau belum. Ketidakjelasan undang-undang
tersebut membuat sebagian orang tidak memikirkan apakah
menikah perlu menunggu usia dewasa atau tidak. Bagi mereka
jika seorang anak sudah dipandang layak untuk menikah, maka
akan dinikahkan. Seperti yang terjadi pada masyarakat Toraja,
budaya yang kuat serta pengetahuan yang kurang tentang
dampak pernikahan dini membuat masyarakat Toraja tidak
mempermasalahkan pernikahan walaupun di usia yang masih
sangat muda. Bagi mereka jika sudah melaksanakan
pernikahan sesuai adat maka pernikahan itu sah.
Selain ketidakjelasan undang-undang, pernikahan dini
juga sudah melanggar undang-undang perlindungan anak.
Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang undang-undang
membuat sebagian masyarakat tidak tahu jika anak dilindungi
oleh undang-undang. Jika pernikahan dini terus dilakukan,
maka anak-anak telah kehilangan haknya. Apalagi masa-masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
itu adalah masa peralihan anak-anak menuju remaja. Selain
kehilangan haknya, mereka juga kehilangan masa remajanya
yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan pemerintah kurang
mensosialisasikan tentang undang-undang pernikahan serta
perlindungan anak (Landung, Thaha, & Abdullah, 2009: 93).
Namun pada dasarnya tidak selalu dampak negatif yang
ditimbulkan dari pernikahan usia muda. Ada dampak positif yang
dihasilkan dari pernikahan dini jika pasangan sudah mantap
menikah dan memiliki tujuan yang sama dalam pernikahan.
Bowman (1954: 28) dalam bukunya Marriage for Moderns
mengungkapkan bahwa:
People marry for one of a number of reasons, such reason
as love, economic security, the desire for a home and
children, emotional security, parent’s wishes, escape from
loneliness or from a parental home situation, money,
companionship, sexual attraction, protection, social
position and prestige.
Pernikahan yang didasari oleh tujuan yang sama dapat
memberikan dampak positif bagi pasutri, termasuk pernikahan
yang dilakukan pada usia muda. Walaupun dari segi usia mereka
masih muda tetapi mereka mantap dan memiliki komitmen untuk
menjalani pernikahan. Dampak yang mereka dapat adalah rasa
aman, saling mengasihi, dan saling percaya. Adhim (2002: 82)
mengungkapkan bahwa “pernikahan dengan tujuan yang baik dan
dibekali dengan tanggung jawab akan mendatangkan hal yang
positif”. Hal ini berarti pernikahan yang dilandaskan dengan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang baik dan tanggung jawab akan memberi dampak positif bagi
pasutri, termasuk pernikahan pada usia muda. Selain itu dampak
positif yang dihasilkan dari pernikahan dini adalah frekuensi yang
lama dalam membesarkan anak. Pasangan yang menikah muda
biasanya akan memiliki anak pada usia yang juga masih muda. Hal
ini tentu menguntungkan karena jarak orangtua dan anak tidak
terlalu jauh. Sehingga orangtua dapat membesarkan dan mendidik
anak dalam waktu yang lama dan dengan metode yang tidak kuno.
B. Konsep Remaja yang Menikah Dini
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah individu yang berada diantara masa kanak-
kanak akhir dan masa dewasa awal. Remaja, yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”
(Ali & Asrori, 2009: 9). Jadi dapat dikatakan bahwa remaja adalah
individu yang sedang dalam masa pertumbuhan menuju
kematangan baik secara fisik maupun psikologis.
Usia remaja berlangsung antara 12 sampai 22 tahun, namun
terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Menurut
Mappiare: 1982 (dalam Ali & Asrori, 2009: 9), usia remaja
berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi
perempuan dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki. Usia remaja
adalah usia individu yang umumnya duduk dibangku sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menengah. Dapat kita lihat bahwa perempuanlah yang lebih cepat
mengalami perubahan fisik dari pada laki-laki. Maka banyak yang
mengatakan bahwa perempuan lebih cepat mengalami pubertas dan
lebih cepat dewasa dari pada laki-laki. Hal ini dikarenakan
perbedaan usia dalam hal kematangan baik secara fisik maupun
psikologis.
2. Hakekat Perkembangan Remaja yang Belum Menikah dan
yang Sudah Menikah
a. Perkembangan dari segi fisik
Menurut Papalia dan Olds: 2001 (dalam Jahja, 2011: 220),
perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Masa
remaja ditandai dengan adanya perubahan baik dari segi fisik
dan psikologis. Perubahan fisik atau tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan
otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Perubahan pada otak meliputi struktur otak yang semakin
sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif (Jahja,
2011: 221). Santrock (2003: 90), dalam bukunya Adolescence
lebih jelas lagi mengungkapkan bahwa perkembangan fisik
remaja laki-laki meliputi bertambahnya ukuran penis,
tumbuhnya rambut kemaluan, sedikit perubahan suara,
ejakulasi pertama, pertumbuhan rambut ketiak, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pertumbuhan rambut diwajah. Pada remaja perempuan ditandai
dengan payudara membesar, tumbuhnya rambut pada
kemaluan, tumbuhnya rambut ketiak, pinggul menjadi lebar,
dan menstruasi.
Seperti telah kita ketahui bahwa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa
peralihan ini ditandai dengan perkembangan fisik dan
psikologis. Bagi remaja pada umumnya, perkembangan fisik
merupakan hal yang biasa, khususnya perkembangan pada
organ reproduksi. Pada remaja perempuan perkembangan
reproduksi ditandai dengan menstruasi, sedangkan pada remaja
laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Perkembangan itu
menandakan bahwa mereka akan menuju pada kedewasaan.
Namun bagi mereka yang menikah di usia remaja,
perkembangan reproduksi menjadi permasalahan, khususnya
bagi remaja perempuan. Berkembangnya organ reproduksi
pada remaja perempuan menyebabkan mereka sudah dapat
hamil. Kehamilan pada usia remaja dapat menyebabkan
beberapa masalah diantaranya berat bayi lahir sangat rendah
kematian pada bayi, kematian pada ibu, dan kanker serviks
(Santrock, 2003: 413). Hal ini dikarenakan organ reproduksi
remaja perempuan baru beralih dari bentuk organ anak-anak
menjadi organ dewasa. Namun pada dasarnya organ tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
belum siap jika digunakan untuk kehamilan, karena secara
fisik remaja memang belum siap melahirkan. (Romauli &
Vindari, 2012: 110-111).
b. Perkembangan dari segi kognitif
Seperti dituliskan sebelumnya bahwa struktur otak remaja
berkembang untuk menunjang perkembangan kognitifnya.
Berbeda dengan anak-anak yang berpikir konkrit atau nyata,
secara kognitif remaja sudah dapat berpikir abstrak. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka
sehingga memunculkan suatu ide baru. Piaget (dalam Jahja,
2011: 231) menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal. Pada tahap ini remaja dianggap sudah
dapat berpikir lebih tinggi, dimana remaja dapat berpikir
tentang konsekuensi dari tindakannya termasuk ancaman yang
mungkin akan membahayakannya.
Menurut Piaget (dalam Jahja, 2011: 232) ada satu hal
perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum hilang
sepenuhnya saat remaja yaitu kecenderungan cara berpikir
egosentrisme. Menurut Papalia dan Olds (dalam Jahja, 2011:
233) egosentrisme adalah ketidakmampuan melihat suatu hal
dari sudut pandang orang lain. Seperti kita ketahui remaja
merupakan individu yang sangat berpikir egois. Jika ia ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
melakukan suatu hal maka ia akan melakukannya tanpa
berpikir panjang kedepan (Jahja, 2011).
Seperti kita ketahui pada usia remaja perkembangan
kognitif mulai memasuki tahap operasional formal. Namun
perlu diingat bahwa perkembangan kognitif masa kanak-
kanaknya juga belum hilang sepenuhnya, oleh karena itu
remaja pada masa ini sering disebut labil. Mereka ingin disebut
dewasa namun terkadang perilaku masih menunjukkan mereka
masih anak-anak. Remaja yang merasa dirinya sudah dewasa
terkadang melakukan tindakan yang menurutnya benar namun
salah. Seperti misalnya bergaul dengan siapapun yang ia
anggap benar, padahal tidak semua teman bergaulnya benar.
Hal itulah yang bisa menyebabkan remaja terjerumus ke dalam
hal negatif.
Bagi mereka yang telah menikah, mereka dihadapi pada hal
yang nyata namun pada dasarnya mereka masih belum mampu
berpikir kearah yang lebih jauh. Contohnya pada remaja pria
yang sudah menikah, ia tahu bahwa ia harus bertanggungjawab
terhadap wanita yang sudah dinikahinya. Sebagai kepala
keluarga ia harus mencari nafkah untuk membiayai keluarga
kecilnya. Namun disisi lain ia masih bingung karena mungkin
belum memiliki pekerjaan tetap tetapi sudah menanggung
beban yang berat. Di sisi lain juga, sebagai remaja yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
ingin menikmati masa muda tentu pikiran untuk berkumpul
dengan teman-teman tentu masih ada, namun sekarang ia
sudah terikat dan sudah tidak bisa bebas seperti dulu.
Sedangkan bagi remaja perempuan dihadapi pada pemikiran
bahwa ia harus mengurus suami dan anak. Remaja perempuan
dipaksa untuk berpikir lebih jauh tentang mengurus keluarga
walaupun mungkin sebenarnya ia belum tahu apa yang harus ia
lakukan. Hal-hal inilah yang terkadang membuat remaja yang
sudah menikah menjadi stres, dan stres berdampak pada
kehidupan rumah tangga mereka.
c. Perkembangan dari segi kepribadian dan sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain (Papalia dan Olds, dalam
Jahja: 2011: 219). Perkembangan kepribadian pada remaja
umumnya dikenal sebagai pencarian identitas diri. Pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson, dalam Jahja:
2011: 219). Perkembangan sosial pada remaja melibatkan
kelompok teman sebaya dibandingkan peran orangtua (Conger:
1991, dalam Jahja 2011: 234). Maka tidak heran jika remaja
sering menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Remaja juga lebih senang berkumpul dengan teman sebayanya
dari pada berkumpul dengan keluarga di rumah. Hal ini mereka
lakukan mungkin untuk mencari sesuatu yang disebut identitas
diri.
Bagi remaja yang sudah menikah, identitas diri terbentuk
dari cara mereka melakukan perannya baik sebagai suami atau
istri. Perkembangan sosial bagi remaja yang sudah menikah
tentu mereka dihadapi pada kenyataan bahwa mereka sudah
tidak dianggap sebagai remaja lagi. Mereka adalah pasangan
suami istri yang tentunya juga harus bisa beradaptasi dengan
pergaulan sosial, khususnya pergaulan dengan tetangga yang
sudah menikah.
3. Fenomena Pernikahan Dini pada Remaja di Desa
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena adalah
sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat oleh panca indra, atau
dengan kata lain fenomena adalah kenyataan yang ada. Fenomena
remaja yang menikah dini khususnya di desa banyak didapati.
Contohnya pada masyarakat sanggalangi, Tana Toraja, masyarakat
Cicurug, Jawa barat, dan masyarakat Madura, Jawa Timur. Faktor
budaya yang mengakar kuat, pengetahuan yang rendah, dan
ekonomi keluarga menjadi pemicu terjadinya pernikahan dini. Bagi
masyarakat tersebut pernikahan dini tidak dipandang sebagai hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang negatif. Apalagi pernikahan dilakukan sesuai hukum adat
yang berlaku, sehingga pernikahan itu dianggap sah.
Selain budaya yang mengakar kuat, masyarakat tersebut
juga tidak mengindahkan masalah kesehatan. Bagi mereka ketika
seorang remaja menikah yang terpenting adalah dapat mengandung
dan melahirkan anak dengan baik. Mereka tidak memikirkan
mengenai dampak kesehatan yang terjadi. Selain itu mereka juga
tidak memikirkan hak anak yang telah kehilangan masa remajanya.
Mereka tidak mengenal masa remaja, bagi mereka anak yang sudah
akil baligh dianggap sudah pantas untuk menikah. Hal itulah yang
membuat pernikahan dini khususnya di desa banyak terjadi. Faktor
budaya dan keterbatasan pengetahuan menjadi pemicu banyaknya
pernikahan dini di desa. Bahkan masalah pernikahan dini jarang
tersentuh oleh pemerintah, sehingga masyarakat merasa bahwa
pernikahan dini bukanlah suatu hal yang bermasalah (Landung,
Thaha, & Abdullah, 2009: 91-94).
C. Bimbingan dan Konseling Keluarga
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga
Pada dasarnya bimbingan dan konseling memiliki
pengertian yang terpisah. Menurut Natawijaya, 1981 (dalam
Winkel, 2004:29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Konseling sendiri
memiliki arti yang sedikit berbeda dengan bimbingan. Menurut
Smith, 1955 (dalam Winkel, 2004:35) konseling adalah proses
dimana konselor membantu konseli untuk membuat interpretasi
dari kenyataan yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau
penyesuaian yang seharusnya dibuat oleh konseli. Walaupun
bimbingan dan konseling memiliki arti yang berbeda, namun
konseling merupakan bagian dari bimbingan yang tidak dapat
dipisahkan.
Keluarga sendiri memiliki arti yaitu kelompok sosial yang
utama dan pertama, tempat seseorang belajar dan menyatakan diri
sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dalam
kelompoknya. Box (1981: 9) mengemukakan bahwa “Family is a
group of people whose relationship to another is determined by ties
of kinship”. Menurut Murdock, dalam bukunya Social Structure;
keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik
tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses
reproduksi (dalam Lestari, 2012: 3). Menurut Setiono (2011:24)
keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau
perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu,
bapak, dan anak-anaknya yang disebut sebagai keluarga batih
(nuclear family). Keluarga yang diperluas lagi mencangkup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
keturunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk keturunan
suami dan istri yang disebut sebagai extended family.
Berdasarkan arti dari bimbingan, konseling, dan keluarga
yang terpisah ini dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling keluarga adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan kepada individu sebagai anggota keluarga, baik dalam
mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam mengantisipasi
serta menghadapi masalah yang dihadapi.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling
adalah supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur
kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak
sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri,
dan berani menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari
tindakan-tindakannya (Winkel, 2004:32). Intinya adalah pelayanan
bimbingan dan konseling bertujuan untuk memandirikan
seseorang. Jika tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah
memandirikan seseorang, maka sedikit berbeda dengan tujuan
bimbingan dan konseling keluarga. Walaupun sama-sama
memandirikan tetapi bimbingan dan konseling keluarga lebih
bersifat menyadarkan dan mempererat hubungan antar anggota
keluarga. Berikut adalah beberapa tujuan dari bimbingan dan
konseling keluarga:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
a. Membantu individu-individu sebagai anggota keluarga untuk
belajar dan menghargai secara ikatan emosional tentang
adanya dinamika keluarga yang saling berkesinambungan.
b. Membantu untuk saling memahami dan menyadari diantara
anggota keluarga tentang munculnya permasalahan pada salah
satu individu akan saling berpengaruh pada individu-individu
lainnya.
c. Membantu untuk meningkatkan rasa toleransi dan motivasi
terhadap setiap individu sebagai anggota kelompok yang
sedang menghadapi masalah yang sedang terjadi, baik karena
faktor sistem keluarga atau di luar sistem keluarga.
d. Membantu untuk saling memberikan dan menjaga dalam
berbagai persepsi, ekspektasi, serta berinteraksi diantara
anggota keluarga.
3. Bentuk-bentuk Bimbingan dan Konseling Keluarga
Menurut Winkel (2004:111) terdapat dua bentuk
bimbingan, yaitu bimbingan individual dan bimbingan kelompok.
Bila siswa yang dilayani hanya satu orang maka digunakan istilah
bimbingan individual atau bimbingan perseorangan. Bimbingan
individual sering juga tersalurkan melalui layanan konseling jika
seorang siswa bertatap muka langsung dengan guru BK. Namun
dapat juga disebut bimbingan individual jika siswa menemui guru
BK dalam rangka mencari informasi mengenai institusi pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tertentu. Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang dilakukan
dengan jumlah siswa yang lebih dari satu, biasanya dilakukan
dalam kelompok kecil atau besar.
Bentuk-bentuk bimbingan dan konseling keluarga juga
tidak berbeda jauh dari bentuk bimbingan pada umumnya.
Bimbingan keluarga dapat diberikan secara individual jika yang
dilayani hanya satu keluarga. Walaupun bersifat individual tetapi
dalam pelaksanaannya bimbingan ini melibatkan seluruh anggota
keluarga. Dengan kata lain bimbingan ini sering disebut sebagai
konseling keluarga. Sedangkan bimbingan keluarga yang sifatnya
kelompok biasanya dilakukan untuk memberi pembekalan bagi
para orangtua dalam mengatasi masalah yang ada dalam keluarga.
4. Ruang Lingkup Permasalahan dalam Bimbingan dan
Konseling Keluarga
Lestari (2012: 103) mengungkapkan masalah yang sering
terjadi dalam keluarga umumnya masalah yang disebabkan oleh
konflik. Konflik yang biasanya muncul adalah konflik sibling,
konflik orangtua-anak, dan konflik pasangan (Sillars, dalam
Lestari, 2012: 103). Selain itu konflik yang bisa muncul juga
berasal dari konflik mertua-menantu, dengan saudara ipar dan
paman/ bibi (Vuchinich, dalam Lestari, 2012: 103).
Masalah yang ada dikeluarga bisa datang dari mana saja,
termasuk yang telah disebutkan di atas. Masalah keluarga juga bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ditimbulkan dari hubungan keluarga yang tidak sehat. Masalah
inilah yang kemudian ditangani oleh pendidik bidang bimbingan
dan konseling keluarga.
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang dampak pernikahan dini sudah banyak
dilakukan, salah satunya pada penelitian Zulkifli Ahmad yang mengambil
judul “Dampak Sosial Pernikahan Dini”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan, observasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini
adalah adanya dampak sosial dari pernikahan dini pada aspek ekonomi,
kesehatan, dan pandangan masyarakat. Pada aspek ekonomi, hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa pasangan yang menikah muda
mengalami kesulitan ekonomi karena pendapatan bulanan yang dirasa
tidak mencukupi. Pada aspek kesehatan, hasil penelitian ini tidak
menemukan adanya masalah pada pasangan muda khususnya wanita
dalam mengandung dan melahirkan. Permasalahan mereka lebih kepada
tidak adanya biaya untuk membayar uang kesehatan bagi anak mereka.
Pada aspek pandangan masyarakat, penelitian ini menyatakan bahwa tidak
ada pandangan negatif dari masyarakat mengenai fenomena pernikahan
dini yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan
data, dan teknik analisis data. Keenam sub judul tersebut merupakan bagian-
bagian dari metode penelitian yang harus ada dalam sebuah penelitian. Setiap
pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara
singkat, padat, dan jelas. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sub-
bagian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi
kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data
yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data
yang tampak (Sugiyono, 2010:15). Menurut Tohirin (2012: 3), penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Menurut Daymond & Holloway: 2008, (dalam Tohirin, 2012: 19),
studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti
terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada
umumnya studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi atau sebuah
organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok
sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu maupun kampanye. Chen &
Pearce: 1995 (dalam Tohirin, 2012: 21), berpendapat bahwa studi kasus
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai peristiwa
komunikasi kontemporer yang nyata dalam konteksnya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di desa Jurangjero, kecamatan
Ngawen, kabupaten Gunung Kidul, D.I Yogyakarta. Peneliti memutuskan
untuk meneliti di desa Jurangjero karena di desa itu terdapat data tentang
adanya kasus pernikahan dini. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah
dua minggu, yaitu dari tanggal 31 Agustus 2015 sampai 13 September
2015. Namun waktu penelitian bisa berubah lebih lama jika kiranya belum
memenuhi jawaban penelitian, maksudnya adalah peneliti meneliti kasus
sampai semua pertanyaan penelitian terjawab. Artinya peneliti dapat
melakukan penelitian sampai kapanpun sampai semua kebutuhan
terpenuhi. Jika peneliti masih merasa ada yang kurang, maka peneliti dapat
datang kembali sampai semua kebutuhan penelitian terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah pasangan yang menikah di usia dini di
desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul, D.I Yogyakarta yang berjumlah
2 pasang. Peneliti memilih pasangan itu dengan pertimbangan usia
menikah yang masih terhitung sangat muda yaitu 15 tahun pada wanita
dan 18 tahun pada pria .
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Esterberg
(dalam Sugiyono, 2010: 317). Menurut Basrowi & Suwandi (2008:
127), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/
pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai
pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Jenis pertanyaan yang
digunakan oleh peneliti dalam proses wawancara adalah
pertanyaan terstruktur. Wawancara ditujukan kepada 2 pasangan
yang sudah ditentukan. Teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara mendalam. Menurut Stainback (dalam
Sugiyono, 2010: 318) wawancara mendalam adalah wawancara
yang dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Maksudnya adalah ketika melakukan wawancara
peneliti tidak hanya memberikan satu pertanyaan inti, tetapi
memberikan beberapa pertanyaan sampai jawaban dari pertanyaan
inti terjawab.
2. Observasi
Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data
dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut, Marshall (dalam Sugiyono, 2010: 310). Burns: 1990
(dalam Basrowi & Suwandi, 2008: 93), berpendapat bahwa dengan
observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksikan
secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian.
Peneliti melakukan observasi saat datang ke lokasi dan saat
melakukan wawancara. Observasi dilakukan guna memperoleh
informasi lebih dalam mengenai subyek yang akan diteliti.
E. Instrumen Penelitian
Di bawah ini peneliti menampilkan instrumen penelitian yang
digunakan untuk wawancara dan observasi mendalam bagi ketiga subyek
yaitu istri, suami, dan pihak ketiga (orangtua/ teman/ tetangga).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 1. Pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara mendalam
No. Pertanyaan Panduan untuk Istri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Apakah anda pernah mengalami kesulitan ketika hamil dan melahirkan?
Bagaimana perasaan anda setelah menikah? Hal apa yang mempengaruhi
anda sehingga anda memiliki perasaan itu?
Setelah menikah anda tinggal dengan keluarga baru yang berbeda dari
keluarga anda, apakah anda mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan
keluarga baru anda? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda mengalami
hal itu?
Setelah menikah anda dihadapkan pada status baru yaitu sebagai istri dan
ibu rumah tangga, anda juga dihadapkan pada tugas untuk mengurus
keluarga, apakah anda mengalami kesulitan dalam menjalani tugas itu? Jika
ya/ tidak, apa yang membuat anda mengalami hal tersebut?
Setelah menikah kehidupan anda tentu tidak bebas seperti dulu, apakah
terkadang masih terlintas dipikiran anda untuk bisa berkumpul dengan
teman sebaya? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda berpikir seperti
itu?
Setelah memiliki anak, apakah anda mengalami kesulitan dalam mengurus
anak? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda merasa seperti itu?
Ketika anda mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah dalam
perjalannya, bagaimana cara anda mengatasi masalah yang terjadi dalam
rumah tangga anda? Hal apa yang membuat anda bisa seperti itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
8.
9.
10.
11.
Ketika anda mengalami emosi dengan masalah rumah tangga, pernahkah
anda melakukan kekerasan fisik pada pasangan anda/ benda?
Ketika anda merasa marah dengan pasangan anda atau masalah rumah
tangga anda, apakah anda langsung meluapkan kemarahan anda atau anda
menahannya? Mengapa anda melakukan hal itu?
Hal baik atau kurang baik apa yang anda rasakan setelah anda menikah di
usia muda dan mengarungi rumah tangga selama ini?
Setelah menikah secara ekonomi anda sudah ditanggung oleh suami, apakah
anda mengalami kesulitan dalam hal ekonomi? Jika ya/ tidak bagaimana
cara anda mengatasi masalah itu?
No. Pertanyaan Panduan untuk Suami
1.
2.
3.
Bagaimana perasaan anda setelah menikah? Hal apa yang mempengaruhi
anda sehingga anda memiliki perasaan itu?
Setelah menikah anda tinggal dengan keluarga baru yang berbeda dari
keluarga anda, apakah anda mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan
keluarga baru anda? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda mengalami
hal itu?
Setelah menikah anda dihadapkan pada status baru yaitu sebagai suami dan
kepala keluarga, anda juga dihadapkan pada tugas untuk bertanggungjawab
terhadap keluarga, apakah anda mengalami kesulitan dalam menjalani tugas
itu? Jika ya/ tidak, apa yang membuat anda mengalami hal tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Setelah menikah kehidupan anda tentu tidak bebas seperti dulu, apakah
terkadang masih terlintas dipikiran anda untuk bisa berkumpul dengan
teman sebaya? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda berpikir seperti
itu?
Setelah memiliki anak, apakah anda mengalami kesulitan dalam mengurus
anak? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat anda merasa seperti itu?
Ketika anda mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah dalam
perjalannya, bagaimana cara anda mengatasi masalah yang terjadi dalam
rumah tangga anda? Hal apa yang membuat anda bisa seperti itu?
Ketika anda mengalami emosi dengan masalah rumah tangga, pernahkah
anda melakukan kekerasan fisik pada pasangan anda/ benda?
Ketika anda merasa marah dengan pasangan anda atau masalah rumah
tangga anda, apakah anda langsung meluapkan kemarahan anda atau anda
menahannya? Mengapa anda melakukan hal itu?
Hal baik atau kurang baik apa yang anda rasakan setelah anda menikah di
usia muda dan mengarungi rumah tangga selama ini?
Setelah menikah secara ekonomi anda bertanggungjawab penuh khususnya
pada istri dan keluarga kecil anda, apakah anda mengalami kesulitan dalam
hal ekonomi? Jika ya/ tidak bagaimana cara anda mengatasi masalah itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
No. Pertanyaan Panduan untuk Pihak Ketiga (orangtua/ teman/ tetangga)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Setelah mereka menikah, mereka tinggal dengan keluarga baru yang
berbeda dari keluarga asalnya, apakah mereka mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan keluarga barunya? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat
mereka mengalami hal itu?
Setelah menikah mereka dihadapkan pada status baru yaitu sebagai ibu
rumah tangga dan kepala keluarga, mereka juga dihadapkan pada tugas
untuk bertanggungjawab terhadap keluarga, apakah mereka mengalami
kesulitan dalam menjalani tugas itu? Jika ya/ tidak, apa yang membuat
mereka mengalami hal tersebut?
Setelah menikah kehidupan mereka tentu tidak bebas seperti dulu, apakah
terkadang masih terlintas dipikiran mereka untuk bisa berkumpul dengan
teman sebaya? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat mereka berpikir seperti
itu?
Setelah memiliki anak, apakah mereka mengalami kesulitan dalam
mengurus anak? Jika ya/ tidak, hal apa yang membuat mereka merasa
seperti itu?
Ketika mereka mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah dalam
perjalannya, bagaimana cara mereka mengatasi masalah yang terjadi dalam
rumah tangga mereka? Hal apa yang membuat mereka bisa seperti itu?
Ketika mereka mengalami emosi dengan masalah rumah tangga, pernahkah
mereka melakukan kekerasan fisik pada pasangan mereka/ benda?
Ketika mereka merasa marah dengan pasangan mereka atau masalah rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
8.
9.
tangga mereka, apakah mereka langsung meluapkan kemarahan mereka atau
mereka menahannya? Mengapa mereka melakukan hal itu?
Apakah ada hal baik atau kurang baik yang mereka alami setelah mereka
menikah di usia muda dan mengarungi rumah tangga selama ini?
Setelah menikah secara ekonomi mereka bertanggungjawab penuh pada
keluarga barunya dan lepas dari tanggungjawab orangtua, apakah mereka
mengalami kesulitan dalam hal ekonomi? Jika ya/ tidak bagaimana cara
mereka mengatasi masalah itu?
No. Panduan Observasi untuk Istri Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
Istri menunjukkan ekspresi trauma ketika
menceritakan pengalaman hamil dan melahirkan?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Istri dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga barunya
(dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara dari
pihak suami, tetangga)?
Istri dapat menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga
(mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak)
dengan baik?
Istri masih sering mengunjungi dan berkumpul dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
6.
7.
8.
9.
10.
11.
teman sebayanya?
Istri dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Istri mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada suami dengan baik?
Istri dapat mengatur emosinya dengan baik?
Istri dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
Keadaan istri secara finansial cukup baik?
No. Panduan Observasi untuk Suami Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Suami dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga
barunya (dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara
dari pihak istri, tetangga)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Suami dapat menjalani tugas sebagai kepala keluarga
(mencari nafkah, mendidik istri dan anak) dengan
baik?
Suami masih sering mengunjungi dan berkumpul
dengan teman sebayanya?
Suami dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Suami mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada istri dengan baik?
Suami dapat mengatur emosinya dengan baik?
Suami dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
Keadaan suami secara finansial cukup baik?
F. Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk melihat
validitas penelitian. Sugiyono (2010: 330) menyatakan bahwa ada dua
jenis triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Sedangkan triangulasi sumber untuk mendapat data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif (Patton dalam Moleong, 2009: 330-331).
Penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu triangulasi sumber.
Menurut Denzin: 1978 (dalam Tohirin, 2012: 73) terdapat lima cara dalam
menggunakan triangulasi sumber, yaitu:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan rendah, menengah dan tinggi, orang berada,
dan orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Peneliti menggunakan perbandingan tiga sumber yang berbeda,
yaitu orangtua/ saudara/ tetangga, suami, dan istri (pasangan yang
menikah dini). Hal ini dilakukan agar data yang terkumpul semakin valid
dan jelas.
G. Teknik Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data dilakukan, proses selanjutnya
adalah melakukan analisis data. Menurut Muhadjir: 1998 (dalam Tohirin,
2012: 141) analisis atau penafsiran data merupakan proses mencari dan
menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui
pengamatan dan wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang fokus yang dikaji dan menjadikannya sebagai temuan
untuk orang lain.
Peneliti melakukan analisis data melalui dua teknik dan instrumen
pengumpulan data yang berbeda. Dua teknik dan instrumen yang
dimaksud adalah wawancara, dan observasi. Masing-masing teknik
diberlakukan analisis yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang
pertama dilakukan dengan wawancara. Hasil wawancara yang telah
diperoleh peneliti kemudian dibuat verbatim. Verbatim adalah percakapan
wawancara dengan cara menuliskan jawaban dari semua pertanyaan yang
diajukan pada subjek saat proses wawancara. Selanjutnya peneliti
menentukan coding untuk masing-masing jawaban berdasarkan daftar
pertanyaan yang berupa kode. Pemberian kode oleh peneliti hanya
dimengerti oleh peneliti saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Teknik pengumpulan data kedua yang dilakukan peneliti adalah
observasi. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung peneliti
terhadap subyek dan obyek penelitian. Subyek penelitian yang dimaksud
adalah pasangan suami istri yang menikah dini, orangtua kandung,
saudara, tetangga, dan pihak terkait, sedangkan obyek penelitian adalah
lingkungan dan keadaan tempat tinggal subyek. Semua informasi penting
yang diperoleh kemudian ditulis sebagai data hasil pengamatan secara
langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan proses penelitian, deskripsi subjek, hasil
pelaksanaan penelitian dan usulan program bimbingan dan konseling keluarga
bagi pasutri yang menikah muda. Data-data yang disajikan adalah data hasil
observasi dan wawancara mendalam terhadap subjek di desa Jurangjero, Ngawen,
Gunung Kidul. Pada penyajian data, identitas subjek seperti nama dan alamat
tempat tinggal dirahasiakan.
A. Proses Penelitian
Proses penelitian berjalan dengan lancar sesuai dengan agenda yang sudah
direncanakan. Adapun penelitian dilakukan di desa Jurangjero, Ngawen,
Gunung Kidul, D.I Yogyakarta. Peneliti mewawancarai kedua subjek dengan
datang ke rumah subjek dalam kurun waktu dua minggu. Penelitian subjek
pertama dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2015 sampai dengan 6
September 2015. Penelitian subjek kedua dilaksanakan pada tanggal 7
September 2015 sampai dengan 13 September 2015. Para pasutri yang
dijadikan sebagai subjek adalah pasutri yang menikah di usia 15 tahun (untuk
wanita) dan 18 tahun (untuk pria). Para pasutri tersebut adalah Am (istri, usia
21 tahun) dan Dd (suami, usia 24 tahun) sebagai subjek 1, Al (istri, usia 16
tahun) dan Sg (suami, usia 19 tahun) sebagai subjek 2.
Para pasutri yang dijadikan subjek memiliki latar belakang pernikahan
yang berbeda. Subjek pertama (Am dan Dd) memutuskan untuk menikah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
muda karena desakan keluarga, khususnya kakek Dd. Kakek Dd
menyarankan ia untuk menikah saja daripada pacaran terlalu lama. Pada
awalnya Am dan Dd merasa belum siap, tetapi karena desakan keluarga
akhirnya mereka memutuskan untuk menikah di usia yang mereka anggap
masih terlalu muda. Saat ini pernikahan Am dan Dd sudah berjalan selama
enam tahun. Subjek kedua (Al dan Sg) menikah karena terjadi kehamilan
sebelum menikah. Al yang saat itu baru saja lulus SMP terpaksa harus
menikah karena sudah terlanjur hamil lima bulan. Sg yang saat itu juga baru
akan meniti karirnya mau tidak mau harus menikahi kekasihnya yang sudah
hamil. Pernikahan mereka dilaksanakan karena adanya kehamilan dan sempat
tidak disetujui oleh orangtua Sg, namun suatu perbuatan yang mengakibatkan
seseorang menderita tetap harus dipertanggungjawabkan. Pernikahan mereka
saat ini telah berjalan satu tahun.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap
kedua subjek. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan mendatangi rumah
subjek saat tidak ada jadwal wawancara pada waktu pagi atau sore hari.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku subjek dalam
kehidupan sehari-hari sesuai panduan observasi yang telah dibuat. Observasi
dilakukan guna menambah informasi dan menguatkan jawaban dari hasil
wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
B. Deskripsi Subjek
1. Deskripsi subjek 1
Pasangan suami istri yang menjadi subjek pertama adalah Am dan
Dd. Am adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan Dd bekerja sebagai
sales makanan ringan. Pernikahan mereka telah berusia enam tahun dan
mereka telah dikaruniai anak yang saat ini berusia dua setengah tahun.
Am dan Dd menikah atas saran dari keluarga Dd khususnya kakek Dd.
Am dan Dd sama-sama berasal dari keluarga sederhana. Mereka
juga berasal dari desa yang sama namun beda RT. Orangtua mereka
sama-sama seorang petani. Setelah menikah Am ikut tinggal dengan
suaminya. Am adalah pribadi yang sedikit pendiam namun mudah
berterus terang jika ada hal yang dirasanya tidak enak, sedangkan Dd
adalah pribadi yang keras dan agak kasar, namun Dd memiliki rasa
tanggungjawab yang besar pada keluarga kecilnya.
2. Deskripsi subjek 2
Pasangan suami istri yang menjadi subjek kedua adalah Al dan Sg.
Berbeda dengan subjek pertama yang menikah karena keinginan
keluarga, Al dan Sg menikah karena Al sudah hamil. Al adalah siswi
lulusan salah satu SMP Negri di desa Jurangjero. Al bukan asli warga
Jurangjero, Al berasal dari Boyolali. Al ikut tinggal dengan buliknya dan
sekolah di sana. Hal ini dikarenakan orangtuanya tinggal terpisah, namun
orangtua Al tidak bercerai. Ibu Al tinggal di Boyolali mengurus
neneknya yang sudah sepuh dan sakit-sakitan, sedangkan Ayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
bekerja di Yogyakarta. Al merasa Ibunya kurang memperhatikannya
karena terlalu sibuk mengurus nenek dan adik-adiknya, oleh karena itu ia
memutuskan untuk ikut dengan Ayahnya. Awalnya Al ingin tinggal
dengan Ayahnya di Yogyakarta dan bersekolah di sana, namun ia tidak
menemukan kenyamanan sampai akhirnya ia memutuskan tinggal di
tempat buliknya di Desa Jurangjero, Ngawen, Gunung Kidul. Desa
Jurangjero inilah yang mempertemukan Al dan Sg sampai akhirnya
pacaran dan menikah.
Sg adalah warga asli Jurangjero, ia juga lulusan salah satu SMP
Negri di desa Jurangjero. Sg bertemu dan mengenal Al di desa tersebut.
Kedua orangtua Sg adalah petani dan warga asli Jurangjero. Sg
berencana melanjutkan sekolahnya dengan menyambi kerja di sebuah
bengkel kecil. Ia berencana sekolah dengan biayanya sendiri untuk
meringankan beban orangtua. Namun semua itu tidak dapat ia
wujudkan karena ia harus menikahi Al, kekasihnya yang saat itu sudah
hamil. Sg membatalkan keinginannya dan menikahi kekasihnya, selain
itu Sg juga keluar dari pekerjaannya.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil wawancara mendalam
Saat melakukan proses penelitian dengan kedua subjek, peneliti tidak
begitu mengalami masalah. Penelitian berjalan lancar sesuai dengan
agenda yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil penelitian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kedua subjek, berikut ini dipaparkan hasil wawancara mendalam
berdasarkan pedoman wawancara:
a. Dampak dari segi fisik
1) Kesulitan ketika hamil dan melahirkan (khusus istri)
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Mungkin kesulitannya karena kurang informasi tentang
kehamilan mba. Waktu hamil kan umur saya masih lima belas
tahun mba jadi saya belum tahu banyak tentang hamil. Saya
sempat dua kali keguguran mba sebelum dapat anak yang ketiga
ini.”
(1A.5.1)
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Kalau pas hamil kayanya engga ada sih mba, cuma waktu itu
anak saya lahir prematur, 6,5 bulan sudah lahir.”
(2A.5.1)
Berdasarkan pernyataan kedua subjek di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa kehamilan di usia remaja memberikan
dampak negatif bagi remaja putri. Dampak negatifnya adalah
keguguran dan kelahiran prematur.
b. Dampak dari segi psikologis
1) Perasaan setelah menikah
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Ya perasaan saya takut mba karena kan saya baru pertama
kali menikah dan belum punya pandangan tentang berkeluarga,
tapi ya sudah dijalani saja.”
(1A.1.9)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Perasaan saya waktu itu ya ragu-ragu mba, apa sudah siap
menikah atau belum.”
(1B.1.5)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menemukan bahwa keduanya merasa belum siap untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menikah. Faktor usia yang masih muda melatarbelakangi
ketidaksiapan mereka untuk menikah. Akibatnya mereka
memiliki pikiran negatif mengenai pernikahan yang berdampak
pada perasaannya. Perasaan yang dihasilkan dari pikiran negatif
adalah perasaan takut dan ragu-ragu. Takut karena subjek
berpikir belum memiliki pengetahuan tentang kehidupan setelah
menikah, dan ragu karena subjek berpikir tidak dapat
menghidupi keluarganya.
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Perasaan saya...gimana ya, ada rasa lega, ya senang, tapi ada
rasa takut juga mba.”
(2A.1.6)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Ya takut ada, ragu-ragu juga ada mba, takutnya itu besok bisa
ngasih nafkah atau engga, ragu-ragunya itu benar tidak
keputusan saya untu menikah muda tapi ya sudah jalani saja
dulu mba.”
(2B.1.5)
Berdasarkan pernyataan dari subjek kedua, peneliti juga
menemukan ketidaksiapan dari pasangan ini. Terlebih pasangan
ini menikah karena adanya kehamilan yang mengharuskan
mereka untuk menikah walaupun dalam keadaan yang belum
siap. Ketidaksiapan menikah dapat memberikan dampak negatif
yang mengakibatkan mereka juga memiliki perasaan negatif.
Hal ini dapat dilihat dari pernyataan mereka yang menyatakan
takut dan ragu. Alasan mereka menyatakan takut dan ragu tidak
berbeda dengan subjek yang pertama yaitu apakah bisa
membiayai kehidupan pernikahan mereka kedepan. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ketidaksiapan mereka untuk menikah, faktor lain juga
mempengaruhi subjek memiliki perasaan negatif yaitu perkataan
tidak membangun dari orang yang sangat berpengaruh. Subjek
2A mengaku bahwa perkataan ibunya membebani pikirannya
sehingga ia memiliki perasaan yang negatif terkait kehidupan
setelah menikah.
2) Adaptasi dengan keluarga pasangan
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Saya merasa susah beradaptasi dengan keluarga suami mba.”
(1A.2.1)
“Yang bikin saya seperti itu karena kan saya ikut suami dan
suami saya masih tinggal dengan orangtuanya otomatis saya
tinggal dengan mertua. Kadang saya merasa jengkel dengan
mertua saya mba, itu yang bikin saya susah beradaptasi.”
(1A.2.2)
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Ya susah mba, waktu awal-awal saya tinggal disini itu sering
ada perselisihan mba.”
(2A.2.2)
“Ya dengan mertua saya.”
(2A.2.3)
“Ya contohnya ibu mertua pernah marah gara-gara saya salah
masak nasi, harusnya kan bisa ngomong pelan-pelan mba, tapi
ini ngomongnya agak kasar, orangtua saya saja ga sampai
sebegitunya mba kalau memarahi saya, ini ibu mertua saya
sampai sebegitu marahnya hanya karena hal sepele.”
(2A.2.5)
Berdasarkan pernyataan diatas, masalah yang dialami para
istri dikarenakan perbedaan sifat dan faktor usia istri yang masih
sangat muda. Usia 15 tahun masih dogolongkan sebagai usia
remaja yang memiliki pemikiran egosentrisme. Pemikiran
egosentrisme membuat para menantu belum bisa berpikir dari
sudut pandang oranglain. Peneliti menyimpulkan demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
karena pernyataan subjek tidak sejalan dengan pernyataan Ibu
mertua. Berikut pernyataan dari Ibu mertua masing-masing
subjek:
Pernyataan subjek 1C (Ibu mertua Am, Sr):
“Sepertinya tidak mba, setelah tinggal disini ya menantu saya
biasa saja namanya juga ikut suami mau ga mau kan harus
tinggal disini, karena anak saya kan belum punya rumah, kalau
disini kan seperti itu mba kalau perempuan sudah menikah ya
harus ikut suami.”
(1C.1.4)
Pernyataan subjek 2C (Ibu mertua Al, ):
“Ya tidak mba, menantu saya biasa saja tinggal di sini, kalau
setiap pagi ya bangun merendam cucian terus bikin sarapan
untuk suaminya, nanti setelah itu baru momong anaknya, ya
setiap hari cuma begitu mba. Tapi memang menantu saya itu
cepat tersinggung, kalau ada salah apa sedikit saya beritahu
langsung marah, padahal itukan demi kebaikan dia juga to mba,
masa ada orang salah dibilangin malah marah, tapi ya sudah
saya diamkan saja nanti ndak dikira saya cerewet atau suka
ngatur, ya namanya juga masih remaja ya mba jadi masih agak
susah dibilangin.”
(2C.1.7)
Berdasarkan pernyataan dari pihak ketiga (ibu mertua),
peneliti menyimpulkan memang terjadi adanya kesalahpahaman
antara menantu dan mertua. Pemikiran egosentrisme inilah yang
menyebabkan terjadinya banyak kesalahpahaman yang memicu
masalah antara menantu dan ibu mertua. Padahal dari pihak ibu
mertua hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi
menantunya. Namun karena egosentrisme maka menantu
mengartikan lain perilaku atau perkataan ibu mertuanya.
Berbeda dengan para suami, mereka terlihat lebih santai
beradaptasi dengan keluarga baru mereka. Selain mereka tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tinggal dengan mertua, mereka juga jarang bertemu dengan
mertua. Hanya sesekali saja mereka mengunjungi mertua untuk
sekedar silaturahmi. Hal ini membuat para suami jarang
mengeluarkan pikiran egosentrisme mereka, sehingga mereka
jarang mengalami masalah dengan keluarga istri. Walaupun ada
sedikit perbedaan sifat keluarga mereka dengan keluarga istri,
namun mereka menyatakan tidak begitu merasa kesulitan untuk
beradapatasi.
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Ya awal-awalnya susah mba, pasti kan kita punya perbedaan
kebiasaan, perbedaan sifat, perbedaan perilaku, dan masih
banyak perbedaan lainnya mba, terkadangkan perbedaan itu
suka bikin masalah antar keluarga to mba.”
(1B.2.1)
“Kalau untuk bisa beradaptasi menurut saya meningkatkan
keakraban mba, kalau sudah akrab pasti ke sana-sananya
enak.”
(1B.2.11)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Ya kesulitan pasti ada mba, apalagi saya menikah usianya
masih muda, kalau saya sih prinsipnya mengalah mba, kalau
misalnya sana lagi marah ya saya ngalah saja gitu supaya tidak
ribut.”
(2B.2.1)
3) Adaptasi dengan status baru sebagai kepala keluarga dan ibu
rumah tangga
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Engga sih mba, saya merasa bisa menjalaninya.”
(1A.3.1)
“Ya soalnya dari sebelum menikah saya terbiasa dengan
pekerjaan dirumah. Saya sudah terbiasa bersih-bersih rumah
atau masak jadi saya tidak ada kesulitan bantu Ibu mertua saya
untuk masak dan bersih-bersih rumah.”
(1A.3.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Kesulitan ya pasti ada mba, khususnya dalam hal ekonomi,
saya dengan istri saya kan masih belum bisa mengatur uang,
kadang masalah uang sering bikin kami ribut.”
(1B.3.1)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa pernikahan usia muda dapat memberikan
baik dampak negatif maupun positif dalam hal perubahan status.
Dampak negatifnya adalah perasaan emosi yang tinggi dalam
mengatur keuangan. Sebagai pencari nafkah, suami
mengeluhkan uang gaji yang selalu habis belum sampai akhir
bulan. Disisi lain istri juga mengeluhkan biaya kebutuhan hidup
yang meningkat. Hal ini terkadang membuat mereka sering
ribut. Faktor yang mempengaruhi dampak negatif ini adalah
pemikiran yang belum matang. Perubahan status ini juga
memberikan dampak positif. Hal ini didukung oleh pernyataan
Ibu subjek yang menyatakan bahwa keduanya dapat menjalani
peran masing-masing dengan baik.
Pernyataan subjek 1C (Sr):
“Kesulitan sih tidak ada mba, ya seperti biasa anak saya kalau
pagi ya kerja, lalu istrinya dirumah kadang bantu saya masak
dan bersih-bersih rumah, waktu itu sempat menantu saya kerja
karena dia bosan dirumah, kalau saya sih terserah dia saja
yang penting dia bisa menjalaninya.”
(1C.2.2)
Dampak positifnya adalah mereka dapat menerima dan
menjalani peran mereka dengan baik walaupun pemikiran
mereka masih dikategorikan belum matang. Mereka berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menerima dan menjalani peran mereka walau masih minimnya
pengalaman yang mereka miliki.
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Sedikit kesulitan pasti ada mba cuma saya jalani saja mba, itu
kan sudah jadi kewajiban saya, ya walaupun awalnya susah tapi
bisa belajar sedikit-sedikit ngurus rumah tangga lama-lama jadi
terbiasa.”
(2A.3.3)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kesulitan pasti ada mba, soalnya saya menikah diusia yang
masih muda juga terus saya masih ingin main-main, tapi saya
ingat yang di rumah, misalnya saya mau main ke tempat teman
saya, pulang-pulang pasti istri saya marah-marah, jadi kalau
mau main ke tempat teman saya yang rumahnya agak jauh itu
susah mba.”
(2B.3.2)
Berbeda dengan pernyataan subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa perubahan status memberi dampak yang
berbeda bagi pasangan suami istri pada subjek kedua. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan suami yang menyatakan bahwa
perubahan status membuatnya susah untuk main dan sedikit
otoriter terhadap istri. Dampak negatifnya adalah ia memiliki
pemikiran negatif terkait perubahan statusnya dan memiliki
sikap egois. Sg juga sepertinya belum bisa menerima perubahan
statusnya dari lajang menjadi suami. Faktor yang mempengaruhi
hal ini tentu saja pemikiran yang belum matang dan
ketidaksiapan menerima perubahan status sehingga ia kurang
bisa menjalani perannya sebagai kepala keluarga dengan baik.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan ibu subjek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menyatakan sifat anaknya belum berubah walaupun sudah
menikah.
Pernyataan subjek 2C (As):
“Kalau anak saya mungkin karena belum siap mba, kadang
sifat yang dulu masih ada sampai sekarang misalnya suka
keluar malam ketemu teman, dari dulu memang sukanya keluar
malam sampai setelah menikah ya masih begitu.”
(2C.2.2)
Berbeda dengan istri, ia dengan mantap menyatakan tidak
mengalami kesulitan dengan perubahan statusnya sebagai istri
dan ibu rumah tangga. Dampak positifnya adalah ia memiliki
pemikiran yang baik terkait perubahan statusnya sehingga ia
dapat menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga dengan baik.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan ibu mertua subjek yang
menyatakan bahwa menantunya dapat menjalani perannya
dengan baik.
“Kalau menantu, saya kurang tahu juga mba keliatannya dia
tidak ada masalah karena saya lihat dia sayang sekali sama
anaknya, terus dia juga melakukan pekerjaan ibu rumah tangga
seperti biasa kaya nyuci, masak, momong, ya pokoknya semua
itu dikerjakan tanpa ada beban.”
(2C.2.2)
4) Berkumpul dengan teman sebaya
Berkumpul dengan teman tidak hanya dilakukan bagi
remaja yang belum menikah, tetapi remaja yang telah menikah
juga melakukan hal tersebut. Hal ini mereka lakukan dengan
alasan melepas lelah dan mencari hiburan. Berkumpul dengan
teman memang tidak salah dan merupakan hak setiap orang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
apalagi jika diri ini dilanda stres yang berkepanjangan. Bertemu
teman dapat sedikit mengurangi beban stres yang melanda.
Namun bagi pasangan yang telah menikah harus diimbangi
dengan statusnya, artinya dapat memberikan jumlah waktu yang
sama antara kumpul dengan teman dan kumpul dengan keluarga.
Jika tidak diimbangi maka akan memberikan dampak negatif,
namun jika dapat diimbangi maka akan memberi dampak
positif.
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Kalau kumpul main sama teman sih engga pernah mba, saya
seringnya di rumah aja.”
(1A.4.1)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Ya sempet mba mengalami hal itu, kadang kalau saya mau
keluar rumah istri malah cemburu, padahal ya saya keluar
rumah cuma kumpul bareng temen-temen, nanti kalau saya
nekat keluar istri saya malah marah. Menurut saya hal ini
membuat saya susah beradaptasi dengan istri saya, akibatnya
kita sering ribut mba gara-gara saya sering main.”
(1B.4.1)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa keinginan untuk berkumpul dengan
teman dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif.
Seperti yang dialami subjek 1A (Am), walaupun ia masih
memiliki keinginan untuk berkumpul dengan teman-temannya,
tetapi ia memilih jarang melakukan hal tersebut karena sudah
tidak ada waktu untuk bertemu teman. Am menghasilkan ide
baru dari pemikiran operasi formalnya. Ia menganggap bahwa
berkumpul atau bertemu teman tidak begitu penting selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
masih bisa berhubungan melalui ponsel. Baginya mengurus
keluarga khususnya anak itu lebih penting. Kalaupun ada hal
yang ingin ia ceritakan pada temannya, ia bisa melakukannya
lewat telpon atau SMS. Hal ini juga dibuktikan oleh pernyataan
dari pihak ketiga:
Pernyataan subjek 1C (Ibu Dd, Sr):
“Kalau sepengetahuan saya menantu saya tidak pernah mba
kumpul bareng temannya, tapi saya juga kurang tahu, kalau
anak saya masih sering main sama teman-temannya, biasanya
kalau main itu malam mba, ya wajarlah mba namanya laki-laki
pasti masih ingin ketemu sama teman-temannya apalagi anak
saya juga masih muda to mba, pasti masih senang main,
asalkan mainnya tidak macem-macem atau berbahaya menurut
saya tidak apa-apa mba.”
(1C.3.1)
Berdasarkan pernyataan tersebut Ibu SR membenarkan
bahwa menantunya tidak pernah pergi menemui temannya.
Berbeda dengan anaknya (Dd) yang masih sering keluar malam
dengan alasan melepas penat dan hal ini juga dibenarkan oleh
Ibu Sr. Peneliti menyimpulkan bahwa subjek 1B (Dd) merasa
berkumpul dengan teman itu penting untuk melepas lelah,
namun dampak negatifnya adalah ia menjadi egois. Walaupun ia
tahu kalau istrinya akan marah jika ia keluar malam, namun
karena keegoisannya ia tetap melakukan hal itu. Memang hal
yang Dd lakukan tidak salah, tetapi seharusnya Dd bisa
mengimbangi waktu antara berkumpul dengan teman dan
berkumpul dengan keluarga. Bagaimanapun juga keluarga butuh
perhatian dari kepala keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Kalau ingat teman ya pasti adalah mba rasa kangen, ingin
main lagi kaya dulu, tapi kan sekarang sudah punya anak jadi
ya ga bisa main sama teman dan tidak boleh.”
(2A.4.1)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kalau keinginan untuk bisa kumpul sama teman ya masih mba,
sampai sekarang ya masih.”
(2B.4.1)
Pernyataan mereka juga didukung oleh pernyataan Ibu Sg
yang menyatakan bahwa:
Pernyataan subjek 1C (Ibu Sg, As)
“Kalau anak saya iya mba, tadi kan saya sudah bilang kalau
anak saya itu masih suka keluar malam ya walaupun sekarang
sudah tidak sampai malam sekali tapi masih sering, kalau
menantu saya sepertinya jarang mba, kalau saya lihat dia
memang sering di rumah, paling kalau mau pergi ya sama anak
saya tapi saya tidak tahu pergi kemana yang saya tahu dia
keluar rumah, tapi perginya kemana saya tidak tahu.”
(1C.3.1)
Berdasarkan pernyataan subjek kedua dan peryataan dari
pihak ketiga, peneliti menyimpulkan bahwa pernyataan subjek
kedua tidak jauh berbeda dengan subjek pertama. Dampak
positif masih dimunculkan oleh pihak wanita yang beripikir
bahwa tidak mungkin bertemu dengan teman lagi karena sudah
memiliki anak walaupun masih ada keinginan untuk
melakukannya. Ia berusaha menepis keinginannya demi
berusaha menjadi istri dan ibu yang baik. Hal berbeda
diperlihatkan pihak pria, dimana sifat egois masih
mendominasinya, tidak hanya sifat egois tetapi juga otoriter. Sg
melarang istrinya untuk bertemu dengan temannya, namun ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sendiri sering bertemu temannya dimalam hari. Terkadang ia
tidak memperdulikan istrinya yang marah karena ia sering
keluar malam. Pada dasarnya baik dampak positif dan dampak
negatif bisa terjadi baik dari pihak suami ataupun istri. Jika
suami mau memikirkan perasaan istri dan mampu mengelola
waktu serta keinginan untuk bertemu teman tentu berkumpul
dengan teman akan memberikan dampak positif. Begitu juga
dengan istri jika ia selalu tertekan dengan perilaku suaminya
yang sering main sementara ia sendiri menahan diri, dampak
negatif juga bisa terjadi pada istri. Mungkin saja istri bisa
melakukan hal nekat yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Sebaiknya dalam hal bertemu dan berkumpul dengan teman
perlu dilakukan kesimbangan, tidak hanya berat pada suami
saja.
5) Kesulitan mengurus anak
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Engga mba, setelah punya anak ya saya ngasuh anak saya
tanpa kesulitan.”
(1A.6.1)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Kalau mengurus anak sih tidak ada kesulitan mba, karena dari
kecil saya terbiasa momong adik, adik saya kan banyak mba
jadi saya sudah punya pengalamanlah dalam mengurus anak.”
(1B.5.1)
“Ya kalau saya sedang santai pasti saya bantu, hanya kalau
pagi saya jarang bantu istri saya momong, padahal kalau pagi
istri saya sedang repot-repotnya masak buat sarapan.”
(1B.5.2)
Berdasarkan pernyataan subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa memiliki dan mengurus anak memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dampak positif bagi pasangan suami istri ini. Mereka sama-sama
menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengurus anak.
Berbekal pengalaman mengurus adik sendiri, mereka
menjadikan pengalaman mereka sebagai pondasi dalam
mengurus anak. Hal ini juga didukung oleh pernyataan ibu
subjek yang menyatakan bahwa anak dan menantunya tidak
mengalami kesulitan dalam mengurus anak.
“Ga ada itu mba, anak saya kan juga ikut momong anaknya
kalau istrinya sedang sibuk, kadang kalau saya sedang selo ya
saya juga momong cucu saya, lagian anak saya itu terbisa
ngurus adik dan sepupunya kok mba jadi tidak ada kesulitan
ngurus anak apalagi anak sendiri.”
(1C.4.1)
Memang tidak semua pasangan muda mengalami kesulitan
mengurus anak, namun ada beberapa yang masih merasa belum
siap untuk mengurus anak. Peneliti menyimpulkan bahwa pada
dasarnya subjek 1B masih belum siap mengurus anak. Hal ini
dibuktikan oleh hasil observasi peneliti terhadap subjek dan
pernyataan subjek yang menyatakan kalau ia jarang momong
anaknya di pagi hari dengan alasan masih lelah dan ingin tidur.
Perilakunya ini sesuai dengan teori Papalia dan Old, bahwa
subjek masih kurang dewasa untuk menjadi orangtua karena
usianya yang masih tergolong muda.
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Kesulitannya waktu awal-awal anak saya lahir mba, anak saya
kan lahir prematur dan beratnya cuma 1,8 kg, kecil banget to
mba, jadi waktu itu aku masih takut mau mandiin, untung ada
bulik yang mau bantu jadi ya sedikit meringankan lah.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(2A.6.1)
Pernyataan subjek 1B (Sg):
“Ya mengalami mba, apalagi ini anak pertama belum ada
pengalaman ngurus anak jadi kesulitan itu pasti ada mba.”
(2B.5.1)
Sedikit berbeda dengan subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek kedua merasa agak sedikit
kesulitan dalam mengurus anak. Hal ini mereka rasakan ketika
anak mereka baru saja lahir. Kesulitan mengurus anak ketika
baru lahir memang dirasakan semua pasangan, tidak hanya
pasangan yang menikah di usia muda, yang menikah di usia
matang pun juga demikian. Namun mengurus anak memberikan
dampak positif khususnya bagi istri. Selain sudah memiliki
pengalaman dalam mengurus adik, jiwa seorang ibu langsung
muncul ketika bersama anak. Walaupun secara pemikiran masih
dianggap belum mampu, namun Al dapat menjadi ibu yang baik
untuk anaknya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan ibu
mertua Al yang menyatakan bahwa menantunya tidak
mengalami kesulitan dalam mengurus anak.
“Kalau kesulitan mengurus anak ya tidak ada mba, karena saya
bantu momong juga kalau menantu saya sedang sibuk, kadang
Pak tuwonya juga ikut momong, kadang anak saya yang bungsu
juga ikut momong.”
(2C.4.1)
Berbeda dengan Sg yang selalu menyatakan kesulitan
mengurus anak, hal ini memberikan dampak negatif pada Sg. Sg
menjadi kurang dekat dengan anaknya, walaupun ia menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
senang memiliki anak namun kedakatan Sg dengan anaknya
tidak sedekat Al. Ketidakdekatan Sg dengan anaknya bisa jadi
dipengaruhi oleh kekurangdewasaan dan pemikiran Sg yang
selalu menyatakan sulit mengurus anak. Sehingga hal ini
berdampak pada kedekatan Sg dengan anaknya.
6) Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Ya masalah pasti ada mba, biasanya kalau ada hal yang tidak
saya sukai saya langsung ngomong sama suami saya tapi
kadang suami saya suka ga terima terus marah-marah mba.”
(1A.8.1)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Dulu-dulu itu kalau ada masalah sering tak tinggal pergi
mba.”
(1B.7.1)
“Ya soalnya kalau ada masalah istri saya ditanyain ga jawab
malah nangis, saya tu paling mangkel lihat orang bisanya
hanya nangis, ya sudah dari pada saya tambah marah ya saya
tinggal pergi saja, nanti kalau suasana hati saya sudah agak
adem baru saya pulang ke rumah.”
(1B.7.2)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa cara mengatasi masalah rumah tangga
yang salah bisa memberi dampak negatif bagi kelangsungan
pernikahan. Peneliti menemukan dua pernyataan berbeda dari
subjek pertama. Secara psikologis dalam pernikahan harus ada
hal yang disebut kematangan emosi, kematangan pikiran, sikap
saling toleransi, sikap saling menerima, sikap saling pengertian,
dan sikap saling percaya antara suami dan istri. Jika hal tersebut
belum ada dalam suatu pernikahan maka dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sesuatu yang tidak enak dalam hubungan suami istri. Seperti
yang peneliti temukan, ketika ada masalah Am selalu ingin
mengkomunikasikan dengan suaminya. Namun jika Am sedang
mengkomunikasikan masalahnya Dd selalu marah. Dd belum
bisa menunjukkan sikap saling menerima dan toleransi. Ia belum
bisa menerima istrinya yang selalu mengadu atau mengkritiknya
jika ada masalah. Hal ini dikarenakan emosi Dd yang belum
matang, sehingga jika ada sesuatu yang menurutnya tidak
menyenangkan ia langsung marah. Perilaku Dd yang selalu
marah ketika sedang ada masalah memberi dampak negatif pada
Am. Dampak negatifnya adalah Am merasa tertekan dan takut
jika melihat perilaku suaminya yang seperti itu. Bahkan kadang
AM hanya menangis jika hal itu terjadi. Belakangan Am agak
malas mengkomunikasikan masalah rumah tangga dengan
suami, ia hanya menunggu kesadaran suami untuk mulai
mengkomunikasikannya. Jika ia merasa sudah tidak tahan
biasanya ia hanya menangis.
Berbeda dengan Am, Dd merasa bahwa jika ada masalah
istrinya lebih sering menangis dan membuatnya bingung.
Akibatnya Dd sering pergi keluar rumah jika melihat istrinya
menangis, selain itu melihat istri menangis juga memancing
emosi Dd. Maka ia memilih meninggalkannya dan menunggu
suasana hati mencair. Perilaku Dd dalam menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
masalah memberi dampak negatif dan positif bagi Dd. Dampak
negatifnya adalah Dd jadi mudah emosi dan memilih untuk
pergi menenangkan diri. Hal ini terjadi dikarenakan belum
muncul rasa saling pengertian dalam diri Dd. Semestinya ia
berpikir mengapa istrinya bisa sampai menangis dan tidak mau
menjawab jika ditanya. Apakah ia memiliki salah yang tidak
diketahuinya. Namun Dd memilih pergi jika istrinya menangis
dan tidak memberi jawaban ketika ditanya. Hal ini seolah-olah
menunjukkan Dd tidak pengertian pada istrinya. Dampak
positifnya adalah Dd berusaha mengkomunikasikan masalahnya
dengan menunggu suasana hati yang baik. Walaupun ketika ada
masalah Dd terkesan melarikan diri, tetapi sebenarnya ia ingin
meredakan emosinya dan menunggu waktu yang tepat untuk
menyelesaikan masalahnya. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Ibu subjek yang menyatakan bahwa anak dan
menantunya jika sedang ada masalah berusaha untuk
mengkomunikasikan berdua.
“Ehm kalau setahu saya mereka bicarakan mba, memang
tipenya anak saya itu kalau ada masalah suka ditinggal pergi
tapi habis itu langsung diselesaikan.”
(1C.6.1)
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Sebenarnya kami berdua sama-sama keras kepala mba, tapi
kalau ada masalah itu pasti kami bicarakan, karena kalau tidak
dibicarakan tidak selesai-selesai mba masalahnya.”
(2A.8.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kalau ada masalah biasanya saya lebih suka diomongin
mba, tapi kalau diomongin tidak bisa ya sudah saya pilih
ngalah dan saya diamkan saja.”
(2B.7.1)
Berdasarkan pernyataan subjek kedua, peneliti
menyimpulkan bahwa cara menyelesaikan masalah dapat
memberi baik dampak negatif maupun positif. Pasangan suami
istri ini memiliki cara yang baik dalam menyelesaikan masalah
yaitu dikomunikasikan. Walaupun secara usia masih muda tetapi
mereka memilih untuk mengkomunikasikan masalahnya dalam
penyelesaiannya. Dampak negatif yang terjadi pada mereka
adalah mudah terpancing emosi sehingga tidak jarang ketika
mereka mengkomunikasikan masalahnya sering terlibat
pertengkaran. Hal ini dikarenakan mereka belum mampu
mengatur emosinya dengan baik dan belum ada rasa saling
toleransi dalam diri mereka. Cara mereka menyelesaikan
masalah memang baik, namun mereka belum bisa mengatur
emosi ketika mengkomunikasikan masalah yang mereka alami.
Dampak positif yang dialami oleh Sg adalah ia memilih
mengalah jika ia sudah malas bertengkar dengan istrinya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kejadian diluar batas. Walaupun
pada awalnya Sg juga belum bisa mengendalikan emosinya,
namun jika ia merasa komunikasinya sudah berbahaya ia
memilih mengalah. Pada awalnya Sg terkesan belum memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
rasa saling pengertian, namun pada akhirnya rasa itu muncul
ketika ia mulai lelah dengan pertengkarannya dan memilih
untuk mengalah. Selain itu Sg juga memahami sikap istrinya
yang ia anggap masih seperti anak kecil. Jadi dari pada ia terus
terpancing emosi lebih baik ia mengalah supaya masalah tidak
melebar. Kemampuan subjek kedua dalam menyelesaikan
masalah juga didukung oleh pernyataan Ibu subjek yang
menyatakan bahwa anaknya biasa mengkomunikasikan
masalahnya dengan istrinya.
“Kalau ada masalah setahu saya mereka bicarakan sendiri di
kamar, nanti kalau masalah sudah dibicarakan baru mereka
biasa lagi,
(2C.6.1)
7) Mengatasi emosi
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Biasanya saya tinggal tidur mba, lah dari pada dipikirin mba
mending ditinggal tidur beres.”
(1A.9.2)
“Ya paling cuma nulis dibuku itu mba, kan kalau nulis dibuku
ga ada yang tahu, yang tahu cuma saya sama buku itu.”
(1A.9.3)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Kalau melakukan kekerasan fisik ke istri ga pernah mba,
paling ke benda yang ada di dekat saya, misalnya ada ember ya
saya tendang ember.”
(1B.8.1)
Berdasarkan pernyataan subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa cara mengatasi emosi bagi pasangan
muda dapat memberikan dampak positif maupun negatif.
Dampak positif seperti yang terjadi pada Am, ketika ia sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
emosi ia memilih untuk tidur supaya dapat melupakan emosinya
itu, selain itu ia juga curhat dibuku untuk meluapkan semua
emosinya. Dampak positifnya adalah ia memperoleh rasa tenang
dan dapat mengatur emosinya dengan baik. Terlebih setelah ia
mengetahui perilaku suaminya yang suka marah jika ia
mengatakan sesuatu, ia memilih diam dan tidur ketika
mengalami emosi dengan suaminya.
Berbeda dengan Dd yang sering melampiaskan emosinya
pada benda disekitarnya. Selain wataknya yang keras, Dd juga
belum mampu mengatur emosinya dengan baik. Dampak negatif
yang terjadi pada Dd adalah ia menjadi stres dan mudah lelah.
Sedangkan dampak positifnya adalah Dd memperoleh rasa lega
dari katarsis yang ia lakukan. Sikap Dd yang belum bisa
mengatur emosinya dengan baik juga diakui oleh Ibu subjek.
“Kalau menantu saya sepertinya tidak mba, kalau anak saya
memang wataknya agak keras jadi kalau sedang emosi atau
marah dia suka banting-banting atau nendang benda yang ada
didekatnya.”
(1C.7.1)
Pernyataan subek 2A (Al):
“Tidak pernah mba, saya tidak pernah melakukan kekerasan
fisik, kalau saya sedang emosi ya saya pendam saja mba,
tunggu sampai emosi saya agak reda baru saya cerita ke suami,
karena suami saya kan wataknya juga keras takutnya kalau
langsung ngomong malah berantem.”
(2A.9.1)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kalau saya emosi ya langsung saya ungkapkan saja mba,
tetapi saya tidak pernah main fisik mba, walaupun saya
orangnya emosian tapi saya tidak suka main fisik apalagi sama
perempuan. Kalau sudah diungkapkan kan sudah lega to mba.”
(2B.8.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Berdasarkan pernyataan dari subjek kedua, peneliti
menyimpulkan bahwa cara pasangan ini mengatasi emosi dapat
memberikan baik dampak negatif maupun positif. Al memilih
untuk memendam emosinya dan menceritakannya pada ibu atau
buliknya. Dampak negatif yang dialami Al adalah rasa tertekan
karena emosi yang dipendam, dampak positifnya adalah ia
mendapatkan rasa lega karena emosinya diluapkan pada orang
yang tepat. Walaupun pada akhirnya ia juga mengungkapkan
emosinya pada suaminya, namun ia mengungkapkan emosinya
itu dengan hati yang sudah lega. Berbeda dengan Sg yang selalu
berusaha mengungkapkan rasa emosinya dan tanpa adanya
kekerasan. Dampak positif yang didapat Sg adalah rasa lega
karena ia selalu bisa meluapkan emosinya dengan baik. Pada
dasarnya ketika kita mengalami emosi memang harus diluapkan,
karena jika tidak akan memberikan tekanan yang luar biasa.
Dampak positif atau negatif yang didapat tergantung dari cara
seseorang itu meluapkan emosinya.
8) Mengatur marah
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Kalau dulu saya langsung ngomong mba tapi kalau sekarang
ya saya diamkan saja mba, lah mau gimana kalau saya kasih
tahu suami saya malah marah mba, jadi ya saya biarin saja
mba semaunya dia apa. Saya pilih ngalah mba.”
(1A.10.1)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Ya saya lihat situasi dulu mba, kalau masalah yang sedang
dialami tidak terlalu besar ya saya diamkan saja, tetapi kalau
masalahnya besar ya saya ungkapkan rasa marah saya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(1A.9.2)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa pasangan ini memiliki cara yang baik
dalam mengatur marahnya. Cara yang mereka lakukan itu bisa
memberikan baik dampak negatif maupun dampak positif bagi
mereka. Am memilih untuk diam ketika sedang marah, karena ia
mengetahui sikap suaminya yang pemarah. Dampak negatifnya
adalah rasa tertekan karena sering memendam marah, sedangkan
dampak positifnya adalah ia mendapat rasa lega karena berhasil
menghindari pertangkaran. Dd memilih untuk menahan
marahnya, hal ini ia lakukan juga untuk menghindari
pertengkaran. Dampak positif yang didapat Dd adalah ia
mendapatkan rasa lega dari kemampuannya dalam menahan
marah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu subjek yang
menyatakan bahwa menantunya sering memendam rasa marah
dan anaknya bisa mengatasi rasa marah.
“Kalau menantu saya itu seringnya dipendam mba sampai
nangis, nanti baru cerita ke anak saya, tapi kalau anak saya ya
itu suka pergi-pergian kalau sedang marah, dia tidak mau
ngomong langsung paling cuma pergi, nanti kalau sudah tidak
begitu marah baru pulang dan ngomong masalahnya apa.”
(1C.8.1)
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Kalau marah itu tergantung dari persoalannya mba, kalau
yang kira-kira keterlaluan ya langsung saya luapkan tapi kalau
cuma masalah kecil ya saya pendam saja mba.”
(2A.10.1)
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kalau saya tipenya langsung saya luapkan mba, tapi
tergantung masalahnya kalau susah diluapkan ya sudah tunggu
besoknya lagi, kalau tidak bisa diluapkan paling ya saya tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pergi dulu keluar atau ke angkringan baru setelah emosi saya
agak reda baru saya ungkapkan.”
(2B.9.1)
Berdasarkan pernyataan dari subjek kedua, peneliti
menyimpulkan bahwa pasangan ini memiliki cara yang cukup
baik dalam mengatur marah. Walaupun usia tergolong masih
muda namun mereka memiliki inisiatif untuk berterusterang.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu subjek yang
menyatakan bahwa anak dan menantunya jika sedang marah
biasanya mereka luapkan.
“Kalau setahu saya langsung diluapkan mba, karena anak saya
itu kan orangnya kalau ada apa-apa maunya langsung
dibicarakan.”
(2C.8.1)
Meluapkan marah dapat memberi dampak positif bagi yang
mengungkapkan namun dapat memberi dampak negatif bagi
yang dimarahi. Tingkat kematangan emosi remaja memang
belum baik, sehingga jika ia mengalami masalah cenderung
langsung mengungkapkannya. Sifat egosentrisme yang ada pada
remaja membuat remaja melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.
Seperti yang dilakukan pada Al dan Sg, ketika sedang marah
mereka terbiasa langsung meluapkannya tanpa memikirkan
dampak bagi yang dimarahi. Dampak positif dari meluapkan
marah adalah mendapatkan rasa lega karena apa yang
mengganjal dihati berhasil diungkapkan. Dampak negatif bagi
yang dimarahi adalah rasa tertekan akibat sering dimarahi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dapat juga timbul rasa kebal akibat terlalu sering dimarahi.
Bertengkar akibat masalah rumah tangga memang suatu hal
yang lumrah. Namun sebaiknya hal itu tidak sering dilakukan.
Selain dapat memberikan dampak negatif secara fisik dan
psikologis, relasi pasangan juga dapat renggang karena terlalu
sering marah. Selain itu anak juga bisa terkena dampak dari
pertengkaran orang tua, dampaknya anak bisa menjadi murung
karena memikirkan orangtua yang sering bertengkar dan marah-
marah. Perasaan anak juga menjadi tidak enak jika orangtuanya
sering bertengkar dan marah-marah. Meluapkan marah memang
baik tetapi sebaiknya diluapkan dengan cara dan bahasa yang
baik pula supaya tidak terlalu banyak memberikan dampak
negatif.
9) Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Ehm hal baiknya itu ya saya sudah punya pengalaman tentang
menikah lebih dulu dari pada teman-teman saya yang belum
menikah. Ya memang banyak hambatannya dalam menghadapi
masalah rumah tangga mba tapi ya saya coba jalani dengan
ikhlas karena ini sudah jadi pilihan saya. Kurang baiknya itu
saya kehilangan waktu remaja saya mba, kalau teman-teman
yang belum menikah kan masih enak main to mba, sedangkan
saya sibuk ngurus rumah, menurut saya itu saja sih mba.”
(1A.11.1)
Berdasarkan pernyataan dari subjek 1A, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek menerima pernikahannya dengan
baik namun subjek merasa ada hal yang hilang dalam dirinya.
Subjek merasa bahwa ia senang karena lebih dulu menikah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memiliki banyak pengalaman tentang pernikahan dibandingkan
teman-temannya yang belum menikah. Namun subjek juga
merasa sedih karena kehilangan masa remajanya. Masa yang
seharusnya ia lewati bersama teman-teman tetapi hilang karena
ia harus menikah. Pernyataan hal baik dan kurang baik tentu
menghasilkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya
adalah subjek dapat menerima dan menjalani pernikahannya
dengan baik walaupun harus menikah diusia muda. Dampak
negatifnya adalah subjek mengalami rasa kehilangan yang
sampai sekarang sulit untuk dilupakan.
Pernyataan subjek 1B (Dd):
”Hal positifnya mungkin terhindar dari fitnah dan zina, terus
selain itu nanti kalau anak sudah besar saya masih agak muda
dan masih bisa cari uang.”
(1B.10.1)
“Hal negatifnya itu ya kalau ada masalah masih sama-sama
egois mba, kadang jarang ada yang mau ngalah mba.”
(1B.10.2)
Berdasarkan pernyataan dari subjek 1B, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek menerima pernikahannya dengan
baik. Walaupun berdasarkan wawancara diatas ada hal yang
menunjukkan kalau sebenarnya subjek belum siap menikah,
namun ia tetap memiliki pemikiran positif tentang
pernikahannya. Pernikahan usia muda membuat subjek merasa
termotivasi untuk terus bekerja demi anak, apalagi ketika anak
besar nanti ia masih dapat mencari nafkah untuk membiayai
kebutuhan anaknya. Selain itu subjek juga menyadari sifat ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dan istrinya yang masih sama-sama egois, oleh larena itu ia
selalu berusaha belajar dari pengalaman. Dampak positif yang
didapat subjek adalah ia termotivasi untuk terus bekerja guna
memenuhi kebutuhan dimasa depan dan berusaha belajar dari
pengalaman masa lalu.
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Hal baiknya itu walau sudah punya anak tapi masih terlihat
muda, kalau hal kurang baiknya ya karena kami masih sama-
sama muda jadi rasa egoisnya masih terlalu tinggi.”
(2A.11.1)
Berdasarkan pernyataan subjek 2A, peneliti menyimpulkan
bahwa subjek dapat menerima pernikahannya dengan baik dan
hasil pernyataannya ini memberikan dampak positif bagi subjek.
Subjek menyatakan bahwa ia bangga menikah dini karena
walaupun sudah punya anak tetapi masih terlihat muda. Subjek
juga menyadari sifatnya yang masih sangat egois yang sering
menimbulkan keributan dalam rumah tangganya. Dampak
positifnya adalah subjek menerima pernikahannya dengan baik
walaupun pada awalnya subjek merasa belum siap menikah.
Selain itu subjek juga memiliki kasadaran tentang sifatnya yang
masih egois yang sering menimbulkan masalah dalam rumah
tangganya.
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Kalau menurut saya hal baik yang saya rasakan setelah
menikah muda itu ya pertama enak sudah ada yang ngurus
mba, kedua dari pada buat zina mending dihahalkan sekalian to
mba. Kalau hal yang kurang baiknya itu kami kan menikah
diusia masih muda, jadi keinginan untuk main sama teman atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pergi rumah teman yang agak jauh itu masih ada gitu mba,
sedangkan saya sudah terikat dan sudah punya tanggungjawab
sebagai suami, jadi kadang saya mengalami perasaan yang
berlawanan, disisi lain saya masih ingin main tapi disisi lain
saya juga ga enak sama orangtua karena kan sudah punya istri,
ya dilema gitu mba.”
(2B.10.1)
Berdasarkan pernyataan subjek 2B, peneliti menyimpulkan
bahwa subjek belum dapat menerima pernikahannya dengan
baik. Sebenarnya peneliti merasa ragu dengan pernyataan
subjek. Subjek menyatakan bahwa ia menikah untuk
menghindari zina tetapi kenyataannya subjek menikahi istrinya
karena sudah terlanjur hamil. Pada hal ini peneliti
menyimpulkan bahwa subjek memberikan tanggapan secara
umum bukan dari pengalaman pribadi. Selain itu subjek juga
menyatakan bahwa menikah membuatnya tidak bebas dan tidak
bisa main dengan teman. Ia merasa sudah terikat dan susah
untuk memiliki kebebasan seperti dulu. Pernyataan itu
menunjukkan bahwa pernikahan usia muda memberikan
dampak negatif bagi subjek. Dampak negatifnya adalah subjek
merasa kehilangan suatu hal yang seharusnya mungkin masih
bisa ia lakukan seperti misalnya kumpul dan main dengan
teman. Walaupun merasa terkekang namun subjek tetap
melakukan keinginannya dengan alasan menghibur diri. Hal ini
menunjukkan bahwa memang subjek belum bisa menerima betul
pernikahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
c. Dampak dari segi sosial-ekonomi
1) Kondisi finansial setelah menikah
Pernyataan subjek 1A (Am):
“Ehm gimana ya mba, dibilang sulit ya pernah mengalami tapi
dibilang cukup ya Alhamdulilah cukup.”
(1A.7.1)
Pernyataan subjek 1B (Dd):
“Kesulitan itu ya waktu awal-awal menikah mba, waktu itu kan
pekerjaan saya masih belum mapan lah istilahnya, saya juga
membayangkan cukup tidak bayaran saya untuk menghidupi
istri, lalu setelah punya anak saya mikir lagi kalau pengeluaran
saya semakin banyak, akhirnya saya berusaha untuk cari
kerjaan baru yang kira-kira bayarannya lebih dari kerjaan saya
yang awal, akhirnya sekarang ya Alhamdulilah mba cukup
untuk istri dan anak.”
(1B.6.1)
Berdasarkan pernyataan dari subjek pertama, peneliti
menyimpulkan bahwa kondisi finansial yang mapan
memberikan dampak positif bagi pasangan suami istri.
Walaupun pada awalnya ada sedikit keributan dalam mengatur
keuangan, namun keduanya berusaha untuk mengatur
sedemikian rupa untuk pengeluaran. Dampak positifnya adalah
mereka belajar dari pengalaman tentang bagaimana mengatur
uang untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk ditabung. Selain itu
suami juga memiliki inisiatif untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecilnya.
Pernyataan subjek 2A (Al):
“Kesulitan ya pasti ada mba, apalagi waktu awal nikah itu
suami saya belum kerja padahal kebutuhan banyak, untuk
melahirkan, untuk beli kebutuhan bayi, bingung to mba kalau
kaya gitu? Tapi sekarang ya Alhamdulilah suami saya sudah
dapat kerja dan hasilnya mencukupi lah.”
(2A.7.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Pernyataan subjek 2B (Sg):
“Ya kesulitan pasti ada mba, kalau dulu saya kerja bayarannya
hanya untuk saya sendiri, nah setelah nikah kan dibagi lagi
untuk istri, sekarang ditambah lagi punya anak berarti
bayarannya dibagi lagi untuk anak to mba, apalagi kebutuhan
anakkan banyak kaya bedak, bubur, susu, popok, ya macem-
macemlah mba, apalagi sekarang apa-apa mahal bayaran
sebulan ya tidak mencukupi untuk biaya hidup sebulan.”
(2B.6.1)
Berdasarkan pernyataan subjek kedua, peneliti
menyimpulkan bahwa walaupun sempat mengalami keadaan
sulit diawal pernikahan, namun hal itu tidak berdampak negatif
bagi pasangan suami istri ini. Bahkan sebaliknya, peneliti
menyimpulkan bahwa keadaan ekonomi yang sulit pada awal
pernikahan mereka justru memberikan dampak positif. Mereka
tetap bisa bertahan walau kekurangan dan harus minta bantuan
dari orangtua. Selain itu mereka juga belajar dari pengalaman
untuk mengatur keuangan agar semua kebutuhan tercukupi.
Pada dasarnya hal ini dialami oleh beberapa pasangan diawal
pernikahan, tidak hanya dialami pasangan yang menikah muda
namun juga pasangan yang menikah di usia matang. Hal yang
membuat berbeda adalah pasangan muda yang hakekatnya
adalah seorang remaja dimana pikirannya masih belum matang
tetapi sudah mampu berpikir untuk bisa memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Hasil Observasi
a. Hasil observasi subjek 1A
Tabel 5. Hasil Observasi Subyek 1A
No. Panduan Observasi untuk Istri Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Istri menunjukkan ekspresi trauma ketika
menceritakan pengalaman hamil dan melahirkan?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Istri dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga barunya
(dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara dari
pihak suami, tetangga)?
Istri dapat menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga
(mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak)
dengan baik?
Istri masih sering mengunjungi dan berkumpul dengan
teman sebayanya?
Istri dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Istri mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada suami dengan baik?
Istri dapat mengatur emosinya dengan baik?
Istri dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
11. Keadaan istri secara finansial cukup baik? √
Berdasarkan hasil observasi pada subjek 1A, peneliti
menyimpulkan bahwa ketika subjek menceritakan tentang
perasaannya menikah di usia muda, subjek menujukkan ekspresi
wajah yang datar dan ada sedikit raut penyesalan. Hal ini juga
diperkuat dengan nada bicaranya yang rendah. Peneliti juga
menyimpulkan bahwa subjek dapat beradaptasi dengan baik
dikeluarga suaminya. Hal ini ditunjukkan ketika peneliti
mendapatkan subjek sedang mengobrol akrab dengan Ayah mertua
dan adiknya, selain itu peneliti juga pernah mendapati subjek bergaul
akrab dengan tetangganya. Namun dari lima kali observasi peneliti
belum mendapatkan subjek ngobrol akab dengan ibu mertuanya,
sehingga peneliti menyimpulkan bahwa hubungan subjek dengan ibu
mertua kurang akrab.
Kebiasaan subjek dalam mengurus rumah tangga juga termasuk
baik. Hal ini dibuktikan dari kondisi rumah yang rapih dan
menyiapkan makanan untuk suami dan anak tepat waktu. Selama
penelitian, peneliti tidak mendapati subjek berkumpul atau menemui
teman-temannya. Ketika menceritakan pengalamannya saat hamil dan
keguguran subjek menunjukkan wajah yang sedikit trauma, selain itu
nada bicaranya juga rendah yang menunjukkan bahwa ia tidak ingin
mengalami hal itu lagi. Keterampilan mengurus anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
diperlihatkan subjek sangat baik. Subjek memandikan anaknya dipagi
hari lalu menyuapi anaknya untuk sarapan. Anaknya juga terlihat
bersih, sehat, aktif, dan terurus. Peneliti juga mendapati subjek pergi
ke posyandu untuk menimbangkan anaknya.
Dilihat dari segi ekonomi kebutuhan subjek termasuk selalu
terpenuhi. Walaupun subjek termasuk ke dalam keluarga sederhana,
namun subjek tidak kekurangan. Hal ini dilihat dari penampilan
subjek dan keluarga, serta subjek dapat belanja setiap hari. Subjek
juga dapat membicarakan masalah rumah tangganya dengan baik. Hal
ini dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek mengatakan pada
suami tentang undangan pernikahan yang diberikan lebih dari satu
orang ditanggal tua dalam waktu bersamaan. Subjek juga dapat
mengatur emosi dan marahnya dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika
peneliti melihat subjek momong anaknya dengan sabar. Subjek juga
menunjukkan ekspresi positif ketika menyatakan pendapatnya
tentang pernikahan usia muda. Walaupun saat menyatakan
perasaannya setelah menikah subjek agak sedikit datar, namun saat
menyatakan tentang pernikahan usia muda subjek menunjukkan
ekspresi wajah penuh senyum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
b. Hasil observasi subjek 1B
Tabel 6. Hasil observasi 1B
No. Panduan Observasi untuk Suami Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Suami dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga
barunya (dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara
dari pihak istri, tetangga)?
Suami dapat menjalani tugas sebagai kepala keluarga
(mencari nafkah, mendidik istri dan anak) dengan
baik?
Suami masih sering mengunjungi dan berkumpul
dengan teman sebayanya?
Suami dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Suami mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada istri dengan baik?
Suami dapat mengatur emosinya dengan baik?
Suami dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
Keadaan suami secara finansial cukup baik?
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Berdasarkan hasil observasi pada subjek 1B, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek menunjukkan ekspresi wajah yang
positif ketika menceritakan perasaannya setelah menikah. Subjek
menceritakan perasaannya dengan raut wajah bahagia, penuh
senyum, dan ramah. Peneliti juga menyimpulkan bahwa subjek dapat
beradaptasi dengan baik khususnya dilingkungan tempat tinggalnya.
Sebagai kepala keluarga subjek adalah orang yang
bertanggungjawab. Hal ini dibuktikan dengan kegiatannya setiap hari
yang bekerja dari pagi sampai sore. Peneliti juga pernah mendapati
subjek membantu pekerjaan orangtua di sawah pada waktu luang
untuk menambah penghasilan.
Subjek masih suka main dan berkumpul dengan teman-
temannya. Peneliti mendapati subjek janjian dengan temannya untuk
suatu hal setelah subjek selesai diwawancara. Hal ini juga diperkuat
oleh pernyataan ibu subjek (subjek 1C, Sr) yang menyatakan:
“Kalau sepengetahuan saya menantu saya tidak pernah mba kumpul
bareng temannya, tapi saya juga kurang tahu, kalau anak saya masih
sering main sama teman-temannya, biasanya kalau main itu malam
mba, ya wajarlah mba namanya laki-laki pasti masih ingin ketemu
sama teman-temannya apalagi anak saya juga masih muda to mba,
pasti masih senang main, asalkan mainnya tidak macem-macem atau
berbahaya menurut saya tidak apa-apa mba.” (1C.3.1)
Dalam hal mengurus anak peneliti menyimpulkan subjek masih
belum memiliki rasa ngemong terhadap anak. Hal ini dibuktikan
ketika peneliti mendapati istri subjek sedang sibuk memasak dipagi
hari dan anaknya rewel, namun subjek masih tertidur dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
membantu istri momong anak mereka. Akhirnya istri masak sambil
momong anaknya. Subjek kurang dapat mengkomunikasikan
masalah rumah tangganya dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika
peneliti mendapati istri subjek membicarakan tentang undangan
pernikahan namun subjek tidak begitu menanggapi. Peneliti juga
menyimpulkan bahwa subjek kurang bisa mengatur emosi dan
marahnya. Hal ini dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek agak
marah saat istrinya terus membicarakan masalah undangan
pernikahan. Subjek menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menyatakan pendapatnya tentang pernikahan usia muda.
c. Hasil observasi subjek 2A
Tabel 7. Hasil Observasi Subyek 2A
No. Panduan Observasi untuk Istri Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
Istri menunjukkan ekspresi trauma ketika
menceritakan pengalaman hamil dan melahirkan?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Istri dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga barunya
(dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara dari
pihak suami, tetangga)?
Istri dapat menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga
(mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak)
dengan baik?
Istri masih sering mengunjungi dan berkumpul dengan
teman sebayanya?
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Istri dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Istri mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada suami dengan baik?
Istri dapat mengatur emosinya dengan baik?
Istri dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Istri menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
Keadaan istri secara finansial cukup baik?
√
√
√
√
√
√
Berdasarkan hasil observasi pada subjek 2A, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek tidak menunjukkan ekspresi positif saat
menceritakan perasaanya setelah menikah. Hal ini dibuktikan ketika
subjek menceritakan perasaannya setelah menikah dengan ekspresi
wajah yang datar dan nada suara rendah. Subjek juga masih belum
bisa beradaptasi dengan baik dikeluarga suaminya khususnya dengan
ibu mertua. Hal ini dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek hanya
diam saja saat ibu mertua menyuruhnya memperhatikan anaknya
yang sedang mainan. Walaupun usia subjek masih tergolong sangat
muda, namun dalam mengurus anak subjek sangat cekatan. Hal ini
dibuktikan dari keadaan anaknya yang sehat, ceria, dan bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Selama penelitian, peneliti tidak pernah mendapati subjek main atau
bertemu dengan teman-temannya.
Subjek termasuk berkecukupan dari segi ekonomi, hal ini
dibuktikan dari penampilan subjek sehari-hari yang tidak
menunjukkan kekurangan dari segi sandang. Selain itu kebutuhan
anak juga terpenuhi seperti susu dan makanannya. Subjek
menunjukkan ekspresi trauma ketika menceritakan pengalamannya
yang melahirkan prematur. Apalagi saat itu anaknya harus dirawat di
rumah sakit. Subjek juga dapat mengurus anaknya dengan baik. Hal
ini dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek sudah memandikan
anaknya dipagi hari lalu menyuapi anaknya. Subjek juga tidak terlihat
terbebani ketika mengurus anaknya.
Subjek termasuk berkecukupan dari segi ekonomi. Hal ini
dibuktikan dari penampilan subjek sehari-hari dalam hal sandang dan
pangan yang tidak memperlihatkan subjek mengalami kekurangan.
Subjek juga dapat mengkomunikasikan masalahnya dengan baik. Hal
ini dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek menelpon suaminya
saat ada temannya menanyakan barang yang dipinjam. Namun subjek
kurang dapat mengatur emosi dan marahnya. Hal ini dibuktikan
ketika peneliti mendapati subjek marah dan agak meninggikan nada
suaranya saat menelpon suaminya membicarakan masalah dengan
temannya. Walaupun subjek menceritakan perasaannya setelah
menikah dengan ekspresi wajah yang datar, namun subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
menyatakan pendapatnya tentang menikah di usia muda dengan
ekspresi wajah yang penuh senyum dan ramah.
d. Hasil observasi subjek 2B
Tabel 8. Hasil observasi subjek 2B
No. Panduan Observasi untuk Suami Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia saat
menyatakan perasaannya setelah menikah?
Suami dapat beradaptasi dengan baik dikeluarga
barunya (dengan mertua, kakak dan adik ipar, saudara
dari pihak istri, tetangga)?
Suami dapat menjalani tugas sebagai kepala keluarga
(mencari nafkah, mendidik istri dan anak) dengan
baik?
Suami masih sering mengunjungi dan berkumpul
dengan teman sebayanya?
Suami dapat mengurus anak (momong, menyiapkan
makan, memberi makan, memandikan, melakukan
imunisasi, timbangan, melatih respon anak) dengan
baik?
Suami mengkomunikasikan masalah rumah tangganya
pada istri dengan baik?
Suami dapat mengatur emosinya dengan baik?
Suami dapat meredakan marahnya dan
mengungkapkannya dengan cara yang baik?
Suami menunjukkan ekspresi wajah yang positif saat
menceritakan pengalamannya menikah muda dan
mengarungi bahtera rumah tangga?
Keadaan suami secara finansial cukup baik?
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Berdasarkan hasil observasi pada subjek 2B, peneliti
menyimpulkan bahwa subjek tidak menunjukkan ekspresi positif saat
menceritakan perasaanya setelah menikah. Hal ini dibuktikan ketika
subjek menceritakan perasaannya setelah menikah dengan ekspresi
wajah yang datar dan nada suara rendah. Subjek dapat beradaptasi
dengan baik di lingkungan tempat tinggalnya dan dengan keluarga
dari pihak istri. Hal ini dibutikan ketika peneliti mendapati subjek
menyambut kedatangan bulik Al dengan ramah dan sopan. Subjek
juga dapat menjalani perannya sebagai kepala keluarga dengan baik,
yaitu bekerja dan membantu istri jika sedang sibuk.
Subjek masih sering menemui teman-temannya dimalam hari.
Hal ini dibuktikan ketika peneliti beberapa kali mendapati subjek
bangun kesiangan karena semalam habis main dengan temannya.
Walaupun subjek agak sedikit kurang perhatian, namun subjek tidak
menunjukkan kesulitan dalam hal mengurus anak. Hal ini dibuktikan
ketika peneliti mendapati subjek sedang mengajak anaknya dipagi
hari saat istrinya sedang mencuci. Keluarga kecil subjek dan subjek
sendiri masuk ke dalam kategori keluarga yang berkecukupan. Hal ini
dapat dilihat dari keseharian subjek dalam hal sandang dan pangan
yang tidak menunjukkan kekurangan. Subjek juga dapat
mengkomunikasikan masalah rumah tangganya dengan baik. Hal ini
dibuktikan ketika peneliti mendapati subjek menegur istrinya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
merapikan rumah yang terlihat agak berantakan. Subjek juga dapat
mengatur emosi dan marahnya dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika
subjek dapat menahan emosinya saat istrinya agak sedikit marah saat
disuruh merapihkan rumah. Namun subjek tidak menunjukkan
ekspresi wajah yang positif saat menyatakan pendapatnya tentang
pernikahan usia muda. Subjek menunjukkan ekspresi wajah yang
agak datar dengan nada suara yang rendah.
D. Pembahasan
1. Dampak fisik
a. Kesulitan saat hamil dan melahirkan
Kesulitan saat hamil dan melahirkan memberi dampak pada segi
fisik. Hal ini dikarenakan kondisi kandungan anak remaja yang belum
siap untuk hamil. Memang tidak semua wanita remaja yang hamil
mengalami masalah, namun kedua subjek yang peneliti temukan
mengalami masalah saat hamil walaupun tidak sampai
membahayakan jiwa mereka. Hal ini dibuktikan dari pernyataan
kedua subjek yang menyatakan bahwa masing-masing dari mereka
ada yang mengalami keguguran dan prematur.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari kedua subjek,
peneliti menyimpulkan bahwa kehamilan di usia muda dapat
memberikan dampak negatif. Dampak negatifnya antara lain
keguguran dan lahir prematur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hal ini juga diungkapkan oleh Papalia dan Old (2008: 607) dalam
bukunya “Human Development” yang menyatakan bahwa:
Remaja yang hamil sering kali mengalami akibat yang buruk.
Bayinya cenderung prematur atau kekurangan berat badan yang
berbahaya atau dipuncak resiko kematian setelah kelahiran,
masalah kesehatan, dan ketidakmampuan berkembang yang bisa
terus berlanjut sampai dewasa.
Faktor penyebab dampak negatif itu bisa jadi adalah usia yang
terlalu muda, minimnya pengetahuan tentang kehamilan, kurangnya
informasi tentang kehamilan, dan rasa stres yang tinggi. Walaupun
keguguran jarang dialami oleh wanita yang hamil di usia remaja,
namun peluang terjadinya juga tidak sedikit. Selain kondisi kandungan
usia remaja yang masih lemah, faktor ketidaktahuan informasi
mengenai kehamilan juga dapat menjadi penyebab terjadinya
keguguran dan lahir prematur.
2. Dampak Psikologis
a. Perasaan setelah menikah
Perasaan setelah menikah memberi dampak pada segi psikologis.
Hal ini dikarenakan belum matangnya pikiran pasangan muda tentang
kehidupan setelah menikah. Pikiran yang belum matang membuat
pasangan muda berpikir negatif mengenai perasaan mereka setelah
menikah. Hal ini dibuktikan dari pernyataan masing-masing pasangan
mengenai perasaan mereka setelah menikah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari kedua subjek,
peneliti menyimpulkan bahwa pernikahan usia muda memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dampak negatif bagi pasangan suami istri. Dampak negatifnya adalah
usia yang masih muda yang mengakibatkan pasangan suami istri
memiliki perasaan negatif mengenai kehidupan setelah menikah. Pada
umumnya pasangan yang telah menikah menyatakan perasaan yang
bahagia karena telah resmi menjadi suami istri dan siap menjalani
bahtera rumah tangga. Namun pernikahan di usia yang masih sangat
muda menyatakan sebaliknya. Hal ini dikarenakan pikiran yang belum
matang yang mengakibatkan pasangan belum bisa berpikir dewasa.
Berdasarkan pernyataan kedua pasangan subjek diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa pernyataan keduanya sesuai dengan pernyataan
Elkind (dalam Papalia dan Old, 2008: 561) tentang salah satu
karakteristik ketidakmatangan pemikiran remaja. Salah satu
karakteristik ketidakmatangan pemikiran remaja menurut Elkind
adalah perasaan ragu-ragu, dimana remaja menyimpan berbagai
alternatif dalam pikiran mereka pada waktu yang sama, namun karena
kurangnya pengalaman mereka kekurangan strategi efektif untuk
memilih. Maknanya adalah pada dasarnya kedua pasangan ini
memiliki pemikiran antara siap dan tidak siap untuk menikah, namun
karena mereka belum memiliki banyak pengalaman mereka berpikiran
ragu dan takut tidak dapat membiayai keluarga kecil mereka. Pada
kenyataannya mereka tahu apa yang harus mereka lakukan untuk
membiayai keluarga kecilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
b. Adaptasi dengan keluarga pasangan
Adaptasi dengan keluarga pasangan memberi dampak pada segi
psikologis. Kedua subjek yang telah menikah ini rata-rata ikut tinggal
dengan suami. Hal ini merupakan keharusan karena suami belum
memiliki rumah sendiri. Tinggal dengan keluarga suami berarti
mengharuskan istri untuk bisa beradaptasi dengan keluarga baru yang
sangat berbeda dengan keluarga aslinya. Adaptasi inilah yang
menimbulkan masalah antara menantu dan mertua. Hampir rata-rata
subjek perempuan memiliki masalah dengan ibu mertuanya. Hal ini
dikarenakan masih adanya sifat egosentrisme pada diri remaja
khususnya menantu perempuan (Santrock, 2003: 122).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti
menyimpulkan bahwa pernikahan di usia muda dapat memberikan
dampak negatif dalam hal adaptasi dengan keluarga khususnya bagi
para istri. Hal ini mengakibatkan kesalahpahaman dalam menangkap
sikap dan perkataan oranglain. Faktor yang menimbulkan
kesalahpahaman adalah pikiran egosentrisme yang masih dimiliki
remaja. Pada umumnya masalah miss understanding juga mungkin
terjadi pada pasangan yang menikah di usia matang, namun dengan
kematangan berpikir mereka bisa menyelesaikannya dengan baik.
Kesalahpahaman juga tidak menutup kemungkinan terjadi pada para
suami jika mereka berada pada posisi yang sama dengan istri. Hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
saja mereka tinggal dengan orangtua kandung sehingga permasalahan
itu tidak terjadi.
c. Adaptasi dengan status baru sebagai kepala keluarga dan ibu rumah
tangga
Menjalani tugas baru sebagai ibu rumah tangga/ kepala keluarga
memberi dampak pada segi psikologis. Menerima perubahan status
dari lajang menjadi ibu rumah tangga atau kepala keluarga memang
tidak mudah. Terlebih pada pasangan yang menikah di usia muda.
Faktor usia yang masih muda, pemikiran yang belum matang, dan
sikap egois dapat memberikan dampak negatif bagi pasangan muda .
(Walgito, 1984: 25) Namun faktor-faktor tersebut juga bisa
memberikan dampak positif bagi mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari kedua subjek,
peneliti menyimpulkan bahwa perubahan status pada pernikahan usia
muda dapat memberikan baik dampak negatif maupun dampak positif.
Seperti kita ketahui bahwa perkembangan kognitif remaja disebut
sebagai tahap operasi formal, dimana remaja dapat mengembangkan
pikirannya untuk memunculkan ide baru (Santrock, 2003: 122).
Dampak negatif dari perubahan status adalah emosi yang tinggi dan
pemikiran negatif mengenai perubahan status. Dampak positif dari
perubahan status bagi pasangan muda ini mungkin muncul karena
mereka sudah bisa mengembangkan pikirannya sehingga muncul
suatu pernyataan dalam benak mereka untuk berusaha menerima dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
menjalani perannya dengan baik. Namun perlu diingat bahwa remaja
juga masih memiliki pemikiran egosentrisme. Pemikiran inilah yang
mungkin muncul bagi subjek yang belum menerima perubahan
statusnya.
d. Pribadi: berkumpul dengan teman sebaya
Berkumpul dengan teman sebaya memberi dampak pada segi
psikologis dan sosial. Berkumpul dengan teman merupakan sifat
umum remaja. Hal ini mereka lakukan guna mencari jati dirinya.
Selain itu perkembangan sosial remaja juga dipengaruhi oleh teman
sebaya. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Robinson (dalam Papalia
dan Old, 2008: 617) yang mengungkapkan bahwa “sumber dukungan
emosianal penting sepanjang transisi masa remaja yang kompleks
adalah peningkatan keterlibatan remaja dengan teman sebayanya”.
Berdasarkan pernyataan Robinson dapat disimpulkan bahwa dalam
mengalami perubahan fisik dan psikologis yang cepat, remaja
membutuhkan orang lain yang juga mengalami perubahan yang sama.
Burhmester (dalam Papalia dan Old, 2008: 618) mengatakan bahwa:
Teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman,
dan panduan moral; tempat bereksperimen; dan setting otonomi
dan independensi dari orang tua, yang juga merupakan tempat
latihan bagi intimasi orang dewasa.
Berdasarkan pernyataan Burhmester tersebut tidak heran jika
remaja sangat menyenangi berkumpul dengan teman sebaya sebagai
tempat untuk melepas stres. Terlebih bagi remaja yang sudah disibuki
dengan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari kedua subjek,
peneliti menyimpulkan bahwa keinginan untuk berkumpul dengan
teman dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif.
Keinginan berkumpul dengan teman umumnya masih banyak
dilakukan bagi para suami, sedangkan para istri memilih untuk diam
di rumah. Dampak positif yang dihasilkan dari keinginan bertemu
teman adalah pemikiran positif bahwa tidak perlu bertemu teman
selama masih bisa berkomunikasi lewat ponsel dan memilih diam di
rumah karena sudah memiliki anak. Dampak negatifnya adalah
pengaruh buruk dari teman, otoriter, dan perasaan egois.
e. Kesulitan mengurus anak
Kesulitan dalam mengurus anak memberi dampak pada segi
psikologis. Pada umumnya pasangan yang telah menikah tentu
mendambakan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Selain itu mereka juga sudah siap untuk mengurus dan membesarkan
anak mereka. Bahkan mereka menganggap bahwa anak adalah
anugrah terindah dalam hidupnya. Bagi pasangan yang menikah di
usia muda, kesulitan mengurus anak dapat memberikan dampak
negatif. Papalia dan Old (2008: 608) dalam bukunya “Human
Development” mengungkapkan bahwa “individu yang menjadi
orangtua di usia remaja cenderung kurang dewasa, kurang terampil,
dan kekurangan dukungan sosial untuk menjadi orangtua yang baik.”
Namun disisi lain memiliki dan mengurus anak juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
memberikan dampak positif. Pasangan yang menikah di usia muda,
walaupun secara pemikiran mereka dianggap belum dewasa tetapi
dalam hal mengurus anak mereka tidak mengalami kesulitan. Hal ini
dikarenakan pengalaman mereka yang sebelumnya pernah mengasuh
adik atau keponakan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari kedua subjek,
peneliti menyimpulkan bahwa mengurus anak memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positifnya adalah mereka dapat belajar
dari pengalaman selama mengurus anak. Hal ini dikarenakan mereka
telah memiliki pengalaman mengurus adik atau keponakan. Dampak
negatifnya adalah kurangnya kedekatan antara orangtua dan anak. Hal
ini dikarenakan kurang perhatian dan jarangnya orangtua mengasuh
anak (para suami) dengan alasan lelah karena pekerjaan.
f. Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi memberi dampak pada
segi psikologis. Setiap pasangan pasti memiliki masalah rumah
tangga, baik pasangan yang menikah di usia matang maupun pasangan
yang menikah di usia muda. Perbedaannya adalah tingkat kematangan
pikiran, pada umumnya pasangan yang menikah di usia matang dapat
menyelesaikan masalah dengan mengkomunikasikan masalahnya.
Namun bagi pasangan yang menikah muda jika ada masalah
cenderung masih sangat emosi. Hal ini dikarenakan adanya salah satu
karakteristik ketidakdewasaan pemikiran remaja yaitu menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
hipocrisy. Menurut Elkind (dalam Papalia dan Old, 2008: 562) yang
dimaksud dengan menunjukkan hipocrisy adalah “bahwa remaja
sering kali tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan
sesuatu yang ideal dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk
mewujudkannya”. Berbagai macam cara yang mereka lakukan untuk
menyelesaikan masalah mereka, misalnya ditinggal pergi, marah, adu
mulut, atau bahkan berusaha mengkomunikasikannya supaya cepat
selesai. Hal tersebutlah yang peneliti dapatkan saat penelitian. Peneliti
menyimpulkan bahwa karena usia mereka yang masih muda, sehingga
dalam menyelesaikan masalah rumah tangga atau pribadi masih
muncul sifat-sifat khas remaja.
Namun tidak selamanya cara pasangan muda menyelesaikan
masalah mendatangkan dampak negatif, pengalaman mereka dalam
menyelesaikan masalah juga bisa memberikan dampak positif.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kedua subjek, peneliti
menyimpulkan bahwa cara mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
bagi pasangan muda dapat memberikan dampak positif maupun
negatif. Dampak positifnya adalah mereka memiliki kemampuan
untuk mengatasi masalah berbekal dari pengalaman-pengalaman yang
sudah terjadi. Dampak negatifnya adalah mengabaikan dan
menghindari masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
g. Mengatasi emosi
Mengatasi emosi memberi dampak pada segi psikologis. Seperti
kita ketahui remaja masih memiliki emosi yang belum matang dan
memiliki sifat egosentrisme (Santrock, 2003:122). Hal ini tentu
mempengaruhi remaja dalam mengatasi emosi. Begitu juga pada
pasangan yang menikah di usia muda, usia yang masih tergolong
remaja tentu memberi pengaruh yang sama yaitu belum mampu
mengatur emosi dengan baik. Hal ini dapat memberikan dampak
negatif bagi pasangan suami istri yang mungkin berujung pada hal-hal
yang tidak dinginkan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kedua subjek, peneliti
menyimpulkan bahwa cara mengatasi emosi bagi pasangan muda
dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak
positifnya adalah perasaan tenang dan lega karena dapat
mengendalikan emosi. Dampak negatifnya adalah rasa tertekan, stres,
dan mudah lelah.
h. Persepsi hal baik dan kurang baik dari pernikahan dini
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda memberi
dampak pada segi psikologis. Pernyataan tentang pernikahan usia
muda menggambarkan pemikiran pasangan suami istri tentang
pernikahan usia muda. Hasil pemikiran para pasangan suami istri akan
menunjukkan dampak apa yang mereka alami. Hasil pemikiran ini
juga menunjukkan seberapa tinggi tingkat kematangan berpikir para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pasangan muda ini. Selain kematangan dalam berpikir, Walgito (1984:
42) menuliskan beberapa faktor psikologis yang diperlukan dalam
pernikahan yaitu “ kematangan emosi dan pikiran, sikap toleransi,
sikap saling pengertian, menerima, dan percaya antara suami dan
istri”. Jika faktor-faktor ini tidak ada dalam pernikahan maka dapat
berdampak negatif pada pasutri muda.
Namun tidak selamanya persepsi tentang pernikahan dini
memberikan dampak negatif, persepsi ini juga dapat memberikan
dampak positif. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari
kedua subjek, peneliti menyimpulkan bahwa pernyataan mengenai
pernikahan dini memberi dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah menerima kenyataan, dan berpikir lebih dewasa,
serta termotivasi untuk bekerja. Dampak negatifnya adalah rasa
kehilangan, perasaan tidak siap menjalani rumah tangga.
3. Dampak Sosial-ekonomi
a. Kondisi finansial setelah menikah
Kondisi finansial setelah menikah memberi dampak pada segi
sosial-ekonomi. Salah satu syarat menikah dalam agama Islam adalah
mantap secara ekonomi, artinya pria khususnya sudah memiliki
pekerjaan. Hal ini dianjurkan karena pria akan menjadi kepala
keluarga yang akan membiayai kebutuhan hidup keluarga kecilnya.
Kematangan sosial-ekonomi seseorang pada umumnya berkaitan erat
dengan usianya. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
semakin kuat dorongan untuk mencari nafkah kehidupan (Walgito,
1984: 26).
Jika secara ekonomi seorang pria belum mapan atau belum
memiliki pekerjaan lalu menikah, maka bisa berdampak negatif bagi
istrinya. Dampak negatifnya bisa berupa stres, bunuh diri, atau
perceraian. Dampak negatif tidak hanya terjadi pada istri tetapi juga
bisa pada suami, seperti sering diberitakan ditelevisi ada suami yang
tega membunuh istrinya karena permasalahan ekonomi. Oleh karena
itulah kondisi ekonomi yang mantap menjadi dasar utama seseorang
untuk menikah. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, kedua
subjek tidak mengalami kesulitan dalam hal ekonomi. Hal ini
dikarenakan kedua subjek (para pria) telah bekerja sebelum
memutuskan untuk menikah.
Namun pada kenyataannya kondisi finansial setelah menikah
memberikan dampak positif bagi pasangan muda. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi pada kedua subjek, peneliti menyimpulkan
bahwa dampak positif yang dihasilkan dari segi ekonomi adalah
memiliki pemikiran untuk bisa mengatur keuangan demi tercukupinya
kebutuhan hidup sehari-hari.
E. Usuluan Program Bimbingan dan Konseling Keluarga
Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan dua subjek
yang menikah di usia muda, peneliti mendapati bahwa terdapat dampak
positif dan negatif yang dihasilkan dari pernikahan usia muda. Dampak itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
dipengaruhi dari cara pasangan menjalani pernikahan dan memecahkan
masalah dalam rumah tangga. Selain itu dampak juga dipengaruhi oleh faktor
usia yang masih muda dimana tingkat kematangan berpikir dan kematangan
emosi masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak pernikahan
dini, peneliti mengusulkan beberapa program bimbingan dan konseling
keluarga bagi pasangan yang menikah muda. Program ini bertujuan untuk
membantu para pasangan suami istri muda dalam memecahkan masalah yang
terjadi di rumah tangganya.
Pada umumnya setiap pasangan yang menikah pasti memiliki masalah,
tidak hanya yang menikah di usia muda tetapi juga yang menikah di usia
matang. Perbedaannya adalah cara mereka dalam mengatasi masalah yang
timbul. Pasangan yang menikah di usia matang mungkin lebih dewasa dalam
menghadapi masalah yang terjadi dalam rumah tangganya, namun tidak
demikian dengan pasangan yang menikah di usia muda. Faktor usia yang
masih tergolong remaja serta tingkat pemikiran dan emosi yang belum
matang membuat pasangan suami istri muda mengalami kesulitan dalam
mengatasi masalah rumah tangga (Walgito, 1984: 28).
Masalah yang muncul dalam rumah tangga adalah suatu hal yang lumrah,
namun jika terus dibiarkan akan merusak relasi pasangan suami istri. Selain
itu masalah yang muncul dan tidak segera diselesaikan akan menimbulkan
salah paham. Salah paham yang berlarut-larut akan menyebabkan relasi
semakin merenggang. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian agar
masalah tidak menjadi semakin banyak dan tujuan pernikahan dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Setiap pasangan yang menikah pasti memiliki tujuan menjadikan keluarganya
sebagai keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Oleh karena itu dalam
keluarga perlu adanya gambaran tentang bagaimana memperkecil masalah
dan mencapai tujuan pernikahan (Walgito, 1984: 25).
Gambaran tentang bagaimana memperkecil masalah dan mencapai tujuan
pernikahan dapat diberikan dalam bentuk bimbingan dan konseling,
khususnya bimbingan dan konseling keluarga. Umumnya bimbingan dan
konseling banyak diberikan di sekolah. Menurut persepsi sebagian orang,
bimbingan dan konseling hanya diperuntukkan untuk anak-anak sekolah yang
memiliki masalah. Pada kenyataannya bimbingan dan konseling juga dapat
diberikan bagi masyarakat melalui bimbingan dan konseling keluarga.
Umumnya bimbingan yang diberikan dikalangan masyarakat kebanyakan
adalah bimbingan mengenai kesehatan atau keluarga berencana. Namun
bimbingan yang sifatnya memberi gambaran untuk memperkecil masalah dan
mencapai tujuan pernikahan masih sangatlah jarang. Oleh karena itu melalui
penelitian ini peneliti berencana mengusulkan program bimbingan dan
konseling keluarga untuk membantu para keluarga mengatasi masalah
mereka.
Program bimbingan dan konseling keluarga yang diusulkan peneliti
meliputi dua program yang terpisah yaitu program bimbingan dan program
konseling. Program bimbingan dapat dilakukan dengan cara melakukan
bimbingan klasikal untuk keluarga atau melalui seminar keluarga. Kegiatan
ini dapat dilakukan di balai desa dengan melakukan kerjasama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
perangkat desa seperti kelurahan, dukuh, RW dan RT. Kegiatan bimbingan
dibuat sekreatif mungkin agar warga tidak mudah merasa bosan. Waktu
pelaksanaan kegiatan juga disesuaikan dengan jadwal waktu luang warga
sekitar. Fungsi bimbingan yang diberikan adalah bimbingan yang bersifat
preventif dan kuratif. Maksud dari bimbingan preventif adalah bimbingan
yang berfungsi untuk mencegah, khususnya mencegah remaja untuk
melakukan pernikahan dini. Sedangkan bimbingan kuratif adalah bimbingan
yang berfungsi untuk memperbaiki, khususnya bagi pasangan muda yang
mengalami masalah rumah tangga. Materi bimbingan dibuat sederhana sesuai
dengan tingkat kemampuan masyarakat desa.
Kegiatan konseling dapat dilakukan dengan cara membuat analisis
kebutuhan khusus untuk keluarga. Berbeda dengan bimbingan keluarga yang
sifatnya umum, konseling keluarga lebih bersifat privasi. Oleh karena itu
sebelum melakukan konseling perlu adanya analisa kebutuhan keluarga untuk
mengetahui masalah yang muncul dalam keluarga. Setelah itu program
konseling keluarga dapat ditawarkan kepada keluarga untuk membantu
mereka mengatasi masalah yang ada dalam keluarganya.
Berdasarkan penelitian kepada subjek yang menikah di usia muda, peneliti
mengusulkan beberapa tema bimbingan keluarga bagi para pasangan muda.
Tema bimbingan ini diambil dari hasil penelitian yang diperoleh di lapangan.
Peneliti berharap program bimbingan ini dapat membantu remaja untuk
menunda menikah muda dan dapat membantu pasangan muda dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mengatasi masalah rumah tangganya. Tema-tema yang diusulkan adalah
sebagai berikut:
1. Tema bimbingan preventif:
a. Sistem reproduksi
1) Tujuan: membantu remaja mengenal dan memahami fungsi
sistem reproduksi laki-laki dan perempuan.
2) Indikator: remaja mampu mengenal dan memahami fungsi dari
sitem reproduksi laki-laki dan perempuan.
3) Metode: sharing
4) Sumber: Romauli, Suryati &Vindari, Anna Vida. 2012.
Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
b. Dampak pernikahan dini
1) Tujuan: membantu remaja mengenal dan memahami dampak
dari pernikahan dini.
2) Indikator: remaja mampu mengenal dan memahami dampak
dari pernikahan dini.
3) Metode: sharing
4) Sumber: Adhim, Mohammad Fauzil. 2002. Indahnya
Pernikahan Dini. Jakarta: Gema Insani.
2. Tema bimbingan kuratif:
a. Membina keluarga sakinah dalam pernikahan dini
1) Tujuan: membantu pasangan suami istri untuk mengetahui dan
memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membina
keluarga sakinah dalam pernikahan dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2) Indikator: pasangan suami istri mampu mengetahui dan
memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membina
keluarga sakinah dalam pernikahan dini.
3) Metode: sharing
4) Sumber: Law, Maureen Rogers & Law, Lanny. 2008. God
knows Marriage isn’t always easy. Malang: Penerbit Dioma.
b. Memaknai pernikahan dini secara positif
1) Tujuan: membantu pasangan suami istri untuk mengetahui dan
memahami makna pernikahan dini secara positif.
2) Indikator: pasangan suami istri mampu mengetahui dan
memahami makna pernikahan dini secara positif.
3) Metode: sharing
4) Sumber: Law, Maureen Rogers & Law, Lanny. 2008. God
knows Marriage isn’t always easy. Malang: Penerbit Dioma.
Topik-topik bimbingan di atas merupakan usulan dari peneliti berdasarkan
hasil penelitian yang didapat. Peneliti berharap topik-topik bimbingan
tersebut dapat memberi gambaran pada remaja mengenai dampak pernikahan
dini. Selain itu topik-topik bimbingan tersebut diharapkan juga dapat
membantu pasangan muda dalam mengatasi masalah rumah tangganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari penelitian. Kesimpulan ini
mencangkup garis besar hasil yang didapatkan oleh peneliti. Keterbatasan
penelitian memuat keterbatasan peneliti dalam menggali lebih dalam lagi
informasi dari subjek. Bagian saran memuat saran untuk peneliti selanjutnya.
Bagian saran ditujukan pada peneliti selanjutnya agar tidak melakukan kesalahan
dalam penelitian dan penelitian menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa terdapat dampak baik positif maupun negatif dari pernikahan dini.
Dampak tersebut dihasilkan dari bagaimana cara pasangan memaknai
pernikahannya, beradaptasi dengan keluarga baru, menjalani status barunya,
keinginan bertemu dengan teman sebaya, pengalaman hamil dan
melahirkan, mengurus anak, mengatur ekonomi keluarga, mengatasi
masalah rumah tangga, mengatur emosi, mengatur marah, dan tanggapan
mereka tentang pernikahan dini itu sendiri. Dampak yang terjadi tentu saja
dipengaruhi oleh faktor usia yang masih terbilang remaja dan tingkat
kematangan pikiran serta emosi yang belum matang. Dampak negatif yang
terjadi pada pasangan suami istri muda diantaranya adalah stres, belum
dapat berpikir positif, tidak peka, belum memiliki rasa empati, otoriter, dan
pemikiran egosentrisme. Dampak positif yang terjadi pada pasangan suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
istri muda diantaranya adalah memiliki rasa tanggungjawab, belajar
mengatasi masalah, dan menjadikan masa lalu sebagai pengalaman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengusulkan program
bimbingan dan konseling keluarga bagi para pasangan suami istri muda.
Program ini terdiri dari dua bentuk yaitu bimbingan keluarga dan konseling
keluarga. Bimbingan keluarga dilaksanakan dalam bentuk seminar dengan
tema-tema yang diambil dari hasil penelitian. Tema-tema yang diusulkan
adalah:
1. Sistem reproduksi (preventif)
2. Dampak pernikahan dini (preventif)
3. Membina keluarga sakinah dalam pernikahan dini (kuratif)
4. Memaknai pernikahan dini secara positif (kuratif)
Program konseling dilaksanakan dalam bentuk konseling keluarga.
Konseling bersifat individual dan rahasia, oleh karena itu dalam
pelaksanaannya ditawarkan bagi keluarga atau pasangan yang ingin dibantu
untuk mengatasi masalahnya. Selain itu dapat juga dilakukan analisis
kebutuhan keluarga. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu keluarga yang
sedang bermasalah kemudian menawarkan konseling untuk membantu
mengatasi masalah keluarganya.
Pada dasarnya masalah keluarga yang terjadi kembali pada keluarga
itu masing-masing. Setiap keluarga pasti memiliki cara sendiri-sendiri
dalam menyelesaikan masalah rumah tangganya. Jika suatu keluarga dapat
menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan dewasa maka masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
tidak akan berkepanjangan. Namun jika suatu keluarga tidak dapat
menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan baik maka masalah akan
semakin panjang. Selain itu jika masalah tidak segera diselesaikan akan
berdampak pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu dalam hal ini
peneliti berusaha untuk menyusun program bimbingan dan konseling
keluarga untuk membantu para keluarga atau pasangan suami istri
mengatasi masalah mereka. Melalui program ini peneliti berharap para
pasangan yang menikah muda dapat mengatasi masalah rumah tangga
dengan baik.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti masih kurang berani
bertanya lebih dalam mengenai masalah rumah tangga guna mengungkap
lebih jauh tentang dampak pernikahan dini. Peneliti juga merasa kurang
waktu untuk mengobservasi subjek khususnya suami. Hal ini dikarenakan
para suami sibuk bekerja dan hanya punya waktu disore hari dan hari libur.
Peneliti hanya menyimpulkan hasil observasi peneliti pada para suami
dalam waktu yang singkat. Sehingga peneliti merasa hasil observasi peneliti
terhadap para suami masih kurang memenuhi kriteria peneliti. Selain itu
bahasa juga menjadi kendala bagi peneliti untuk melakukan wawancara.
Walaupun peneliti mengajak penerjemah saat penelitian, namun peneliti
merasa bahwa ada hal yang terlewati untuk ditanyakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
C. Saran
Saran yang diberikan peneliti ditujukan untuk peneliti selanjutnya agar
memperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Saran yang diberikan antara
lain:
1. Dibutuhkan keberanian untuk menggali informasi lebih dalam dari
para subjek khususnya para suami.
2. Diperlukan pemahaman bahasa daerah dari tempat yang akan
diteliti. Hal ini sangat berguna jika peneliti ingin mewawancarai
khususnya para orangtua.
3. Diperlukan kemampuan dalam mengakrabkan diri dengan subjek,
keluarga subjek, dan lingkungan tempat tinggal subjek. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Diharapkan jangan sampai terbawa emosi terhadap permasalahan
yang dialami subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Mohammad Fauzil. 2002. Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta: Gema
Insani.
Ali, Muhammad & Asrori, M. 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik). Jakarta: Bumi Aksara.
Basrowi & Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bowman, Henry A. 1954. Marriage for Moderns. New York: McGraw Hill.
Box, Sally., Copley, B., Magagna, J., et al. 1981. Psychotherapy with Families, an
Analytic Approach. London: Routledge & Kegan Paul.
Fadlyana, Eddy dan Larasaty, Shinta. 2009. Pernikahan Usia Dini dan
Permasalahannya. Sari Pediatri. Edisi 2. Volume 11. Halaman 136-140.
Ghozali, Abdul Rahman. 2012. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Koban, Antonius Wiwan. 2010. Tinjauan Bulanan Ekonomi, Hukum, Keamanan,
Politik, dan Sosial. Update Indonesia. Nomor 10.Volume 4.
Landung, Juspin., Thaha, Ridwan., & Abdullah, A. Zulkifli. 2009. Studi Kasus
Kebiasaan Pernikahan Usia Dini pada Masyarakat Sanggalangi
Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI. Nomor 4. Volume 5. Halaman
89-94.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.
Moleong, Lexy. J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Papalia, Diane.E., Old, Sally Wendkos., & Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human
Development. Jakarta: Prenada Media Group.
Rafidah., Emilia, Ova., & Wahyuni, Budi. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Berita Kedokteran Masyarakat. Edisi 2. Volume 25. Halaman 51-58.
Ramulyo, Mohd Idris. 2002. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PTBumi Aksara.
Rifiani, Dwi. 2011. Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal
Syari’ah dan Hukum. Edisi 2. Volume 3. Halaman 125-134.
Romauli, Suryati &Vindari, Anna Vida. 2012. Kesehatan Reproduksi buat
Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Santrock, John W. 2003. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Setiono, Kusdwiratri. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:
Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Winkel, W.S. & Sri Hastuti, MM. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Hasil wawancara subjek 1
Kode Hasil wawancara subjek 1A (Am)
1 A 1
1
2
3
4
5
6
7
Perasaan setelah menikah
Pn: “Selamat pagi mba, apa kabar?”
Am: “Baik mba, Alhamdulilah.”
Pn: “Baru rampung masak mba?”
Am: “Ya sudah dari tadi mba, ni habis mandiin anak.”
Pn: “Ehm gitu, oiya sesuai dengan permohonan saya kemarin kalau
hari ini saya mau wawancara mba terkait pernikahan usia muda,
bagaimana mba sudah siap?”
Am: “Insya Allah siap mba.”
Pn: “Ya sudah langsung saja kita mulai dengan pertanyaan pertama
ya mba. Bagaimana perasan mba setelah menikah? Hal apa
yang mempengaruhi mba sehingga mba memiliki perasaan
itu?”
Am: “Ehm...gimana ya mba. Ya biasa aja sih.”
Pn: “Biasa itu maksudnya gimana? Apakah pada saat itu mba
merasa sudah siap menikah atau belum siap menikah?”
Am: “Sebenarnya gini mba, waktu itu yang minta cepet nikah dari
pihak suami, saya sih sebenarnya belum mau nikah. Waktu
saya masih pacaran, orangtua saya melarang saya keluar malam
sama pacar takut jadi omongan tetangga. Ya sudah lalu
akhirnya kami tunangan, dan engga lama pihak suami
menyuruh saya menikah. Ya saya sih mau saja mba dengan
syarat mau menerima saya apa adanya. Waktu itu kan saya baru
lulus SMP, saya belum punya pandangan tentang menikah
apalagi berpikir seperti orang dewasa. Jadi ya kalau mau saya
menikah harus mau menerima sikap saya saat itu.”
Pn: “Jadi sebenarnya mba belum siap untuk menikah saat itu?”
Am: “Ya memang belum siap mba karena masih terlalu muda to
umur saya, tapi dari pada jadi omongan tetangga ya lebih baik
menikah.”
Pn: “Apa anak muda di desa ini tidak ada yang suka keluar malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
8
9
atau main dengan pacarnya?”
Am: “Ya ada mba, namanya juga anak muda.”
Pn: “Lalu kalau mereka keluar malam apakah mereka selalu jadi
omongan tetangga atau dipandang jelek oleh tetangga?”
Am: “Ya engga semua, biasanya yang suka diomongin yang hamil
duluan, suka keluar malam sama pacarnya terus tiba-tiba hamil.
Makanya untuk menghindari itu saya disuruh menikah mba.”
Pn: “Lalu apa perasaan mba saat menerima kenyataan bahwa mba
harus menikah di usia muda?”
Am: “Ya perasaan saya takut mba karena kan saya baru pertama
kali menikah dan belum punya pandangan tentang berkeluarga,
tapi ya sudah dijalani saja.”
2
1
2
3
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Setelah menikah mba tinggal dengan keluarga baru yang
berbeda dari keluarga mba, apakah mba mengalami kesulitan
untuk beradaptasi dengan keluarga baru mba?”
Am: “Saya merasa susah beradaptasi dengan keluarga suami mba.”
Pn: “Apa yang membuat mba merasa seperti itu?”
Am: “Yang bikin saya seperti itu karena kan saya ikut suami dan
suami saya masih tinggal dengan orangtuanya otomatis saya
tinggal dengan mertua. Kadang saya merasa jengkel dengan
mertua saya mba, itu yang bikin saya susah beradaptasi.”
Pn: “Mertua yang mba merasa jengkel itu apakah Ayah mertua, Ibu
Mertua, atau dua-duanya?”
Am: “Ibu mertua mba, kalau dengan Ayah mertua saya biasa saja
karena Ayah mertua saya itu engga banyak omong, ya bisa
dibilang agak cueklah mba. Tapi kalau Ibu mertua saya itu agak
banyak omong, kadang kalau saya lagi di dalam rumah Ibu
mertua saya bilang: “Mbo keluar biar kenal sama tetangganya
jangan di dalam rumah terus”, tapi nanti kalau saya sering
keluar malah dilarang takut nanti jadi tukang gosip seperti
istrinya kakak ipar saya. Saya bingung mba, saya merasa apa
yang saya lakukan serba salah dan tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
4
5
6
kemauan Ibu mertua. Pernah mba saya mau pulang ke rumah
orangtua saya, terus Ibu mertua saya melarang katanya kalau
mau ke sana main aja ga usah nginep, padahal kan saya juga
kangen sama orangtua saya mba. Saya bilang sama suami saya
kalau Ibu mu terus ikut campur begini lama-lama saya ga betah.
Berarti Ibu mu ga mau menerima saya apa adanya”
Pn: “Lalu selain Ibu mertua, apakah ada anggota keluarga lain yang
mba merasa kurang akrab?”
Am: “Ada mba, ya sama istrinya kakak ipar saya itu. Mereka kan
juga tinggal serumah sama saya dan suami saya mba. Dia itu
kadang suka iri sama saya mba, dia suka ngomongin saya yang
jelek-jelek ke tetangga. Saya juga ga tau kenapa, makanya
sebenarnya saya ga betah tinggal di sini tapi ya mau gimana
lagi.”
Pn: “Mba tau dari mana kalau istrinya kakak ipar mba suka
ngomongin mba?”
Am: “Ya dari tetangga mba ada yang ngomong ke saya.”
Pn: “Jadi apakah hal yang membuat mba merasa sulit beradaptasi
dengan keluarga suami adalah perilaku Ibu mertua dan istri dari
kakak ipar mba?”
Am: “Iya mba, sebenarnya kalau sikap mereka ga begitu saya sih
mudah saja beradaptasi.”
3
1
2
Menjalani tugas baru sebagai Ibu rumah tangga
Pn: “Setelah menikah mba dihadapkan pada status baru yaitu
sebagai istri dan ibu rumah tangga, mba juga dihadapkan pada
tugas untuk mengurus keluarga, apakah mba mengalami
kesulitan dalam menjalani tugas itu?
Am: “Engga sih mba, saya merasa bisa menjalaninya.”
Pn: “Apa yang membuat mba merasa tidak mengalami kesulitan?”
Am: “Ya soalnya dari sebelum menikah saya terbiasa dengan
pekerjaan dirumah. Saya sudah terbiasa bersih-bersih rumah
atau masak jadi saya tidak ada kesulitan bantu Ibu mertua saya
untuk masak dan bersih-bersih rumah.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3 Pn: “Jadi dalam hal bersih-bersih dan masak mba cukup akrab
dengan ibu mertua mba ya?”
Am:”Ya kan cuma hal-hal tertentu yang bikin saya jengkel mba,
kan tadi saya bilang cuma kadang-kadang saja saya jengkel
sama Ibu mertua saya, selainnya ya biasa saja. Kalau kaya tugas
rumah sama masak itu kan sudah kewajiban mba.”
4
1
2
3
4
5
6
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mba tentu tidak bebas seperti dulu,
apakah terkadang masih terlintas dipikiran mba untuk bisa
berkumpul dengan teman sebaya?”
Am: “Kalau kumpul main sama teman sih engga pernah mba, saya
seringnya di rumah aja.”
Pn: “Apa yang membuat mba tidak memiliki keinginan untuk
kumpul atau reuni bareng teman.”
Am: “Ya namanya juga sudah berumah tangga mba, sudah ga ada
waktu untuk ketemu temen.”
Pn: “Jadi apakah mba sudah putus kontak dengan teman-teman
mba?”
Am: “Ya belum mba, kan kadang masih suka smsan atau telponan,
biasanya suka curhat lewat sms atau telpon mba. Kalaupun mau
ngajak ketemuan biasanya saya ngajak suami sama anak mba,
biar ga dikira main-main.”
Pn: “Maksudnya main-main?”
Am: “Ya saya takut dikira macem-macemlah atau kumpul engga
jelas sama suami saya, makannya kalau ada teman yang ngajak
ketemuan saya pasti bawa suami.”
Pn: “Jadi sebenarnya mba masih punya keinginan untuk bisa
bertemu dan kumpul dengan teman-teman mba?”
Am: “Ya masih tapi ga terlalu banget mba, namanya sudah menikah
kan sibuk ngurus rumah. Paling saya cuma sms atau telpon saja
mba.”
Pn: “Maksud mba masih memiliki keinginan untuk kumpul tetapi
tidak terlalu banget itu apakah sebenarnya mba masih ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
7
kumpul bareng teman mba tetapi mba kurungkan perasaan itu?”
Am: “Ya bisa dibilang begitu mba, tapikan saya sudah punya tugas
sendiri mba, jadi ya sibuk masing-masing.”
Pn: “Hal apa yang membuat mba sangat senang saaat kumpul
dengan teman dan sulit untuk dilupakan?”
Am: “Ya banyak mba kenangannya, kaya ngobrol bareng, cerita
bareng, makan bareng, dan masih banyak lagi, tetapi kan
sekarang sudah punya tugas masing-masing jadi ya susah juga
mau kumpul-kumpul.”
5
1
2
3
Kesulitan ketika hamil dan melahirkan
Pn: “Apakah mba pernah mengalami kesulitan ketika hamil dan
melahirkan?
Am: “Mungkin kesulitannya karena kurang informasi tentang
kehamilan mba. Waktu hamil kan umur saya masih lima belas
tahun mba jadi saya belum tahu banyak tentang hamil. Saya
sempat dua kali keguguran mba sebelum dapat anak yang
ketiga ini.”
Pn: “Usia mba sekarang berapa? Dan usia anak mba sekarang
berapa?”
Am: “Usia saya sekarang dua puluh satu tahun, anak saya usianya
dua tahun setengah.”
Pn: “Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan mba sampai
keguguran?”
Am: “Waktu keguguran yang pertama itu bayinya kelilit tali pusar
mba. Waktu sudah dekat hpl mba tapi pas terakhir kali periksa
ternyata denyut jantung bayi sudah ga ada, akhirnya saya
dipacu untuk bisa ngeluarin bayi. Kalau keguguran yang
kedua itu katanya karena virus yang disebabkan oleh kucing
itu loh mba. Waktu itu saya baru hamil lima bulan dan
kasusnya sama mba pas diperiksa ternyata denyut jantung
bayi sudah ga ada dan harus dikeluarkan bayinya. Sebenarnya
menurut saya bidannya yang salah mba, namanya saya kan
baru pertama kali hamil dan belum punya pengalaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4
5
6
7
8
bidannya itu ga ngasih banyak info tentang kehamilan. Kalau
periksa hamil itu cuma dikasih vitamin dan disuruh minum aja
gitu ga ada informasi lain. Beda sama hamil yang ketiga mba,
setiap bulan itu perkembangan janin selalu dicek dan dikasih
tau apa yang harus saya konsumsi saat tahap-tahap
kehamilan.”
Pn: “Waktu hamil pertama dan kedua itu apakah mba Am pernah
bertanya sama bidannya mengenai hal-hal apa saja yang harus
dilakukan oleh ibu hamil?”
Am: “Saya ga nanya mba soalnya kan yang nanganin cuma
mahasiswa PKL, mau nanya juga ragu-ragu mba. Bidannya
juga preksanya cuma sebentar habis itu diserahkan pada
mahasiswa PKL.”
Pn: “Apakah mba pernah tanya informasi tentang kehamilan pada
orangtua atau Ibu mertua mba?”
Am: “Saya ga nanya mba kan saya ga tinggal sama orangtua saya,
sama ibu mertua juga ga nanya soalnya kan hubungan saya
kurang baik mba sama ibu mertua jadi males mba kalau mau
tanya-tanya.”
Pn: “Selain kurangnya informasi tentang kehamilan, apakah ada
penyebab lain yang menyebabkan mba keguguran?”
Am: “Kalau kata bidannya waktu itu karena saya stres juga mba, ibu
hamil kan ga boleh stres dan terlalu capek mba soalnya bisa
ngaruh ke janin.”
Pn: “Apakah saat hamil mba bekerja?”
Am: “Engga mba waktu hamil saya di rumah terus, cuma kan
hubungan saya dengan ibu mertua saya kurang baik mba, jadi
menurut saya itu yang bikin saya stres mba.”
Pn: “Setelah mengalami dua kali keguguran apakah mba ada
perasaan trauma untuk hamil lagi?”
Am: “Kalau trauma ya sedikit ada mba, cuma pas hamil ketiga ini
saya lebih hati-hati dan perhatian sama janin karena bidan
yang baru ini kan lebih perhatian dari pada yang sebelumnya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
6
1
2
3
4
5
6
7
8
Kesulitan dalam mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mba mengalami kesulitan
dalam mengurus anak?”
Am: “Engga mba, setelah punya anak ya saya ngasuh anak saya
tanpa kesulitan.”
Pn: “Hal apa yang membuat anda merasa seperti itu?”
Am: “Ya soalnya kan suami juga mau bantu momong mba, jadi
misalnya kalau saya sedang sibuk suami saya yang momong
anak, kecuali kalau anak saya agak rewel baru saya momong
sambil saya sambi masak.”
Pn: “Waktu awal-awal anak mba lahir apakah mba ada mengelami
kesulitan? mengingat waktu itu umur mba masih muda?”
Am: Kesulitannya paling ya itu mba susah tidur, karena kan kalau
malam begadang to mba, tapi kan suami ikut momong juga
mba.”
Pn: “Selain suami mau ikut momong, apakah ada hal lain yang
membuat mba merasa tidak mengalami kesulitan mengurus
anak?”
Am: “Saya dari kecil sudah terbiasa momong adik atau momong
anak tetangga, jadi pas punya anak saya ya tidak mengalami
banyak kesulitan.”
Pn: “Anak mba ini kan usianya dua tahun lebih, anak seumur itu
kan sedang aktif-aktifnya, pernah tidak mba merasa kesal
dengan perilaku anak mba?
Am: “Ya pernahlah mba, namanya anak umur segitu kan kadang
nyenengin kadang ya nakal, saya sih sudah tahu perilaku anak
kecil seperti itu jadi ya ga kaget.”
Pn: “Anak mba ini diberi ASI eksklusif sampai dua tahun?”
Am: “Iya mba saya nyusuin anak saya sampai dua tahun.”
Pn: “Anak mba diberi makanan tambahan usia berapa?”
Am: “Enam bulan mba sesuai yang disarankan bidan.”
Pn: “Imunisasi lengkap mba?”
Am: “Alhamdulilah lengkap mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
7
1
2
3
4
Kondisi finansial setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mba sudah ditanggung oleh
suami, apakah mba mengalami kesulitan dalam hal ekonomi?”
Am: “Ehm gimana ya mba, dibilang sulit ya pernah mengalami tapi
dibilang cukup ya Alhamdulilah cukup.”
Pn: “Kapan mba merasa kehidupan mba sulit secara ekonomi?”
Am: “Ya waktu awal-awal pernikahan mba, waktu itu kan suami
saya kerjanya belum mapan mba jadi gaji yang diterima saat itu
kadang kurang mba, kami juga sering ribut gara-gara masalah
uang itu mba.”
Pn: “Apa yang suka mba ributkan? Apakah karena masalah gaji
yang tidak mencukupi atau ada hal lain?”
Am: “Ya yang kami ributkan masalah pengaturan gaji mba. Waktu
itu kan pekerjaan suami saya belum seperti sekarang,
penghasilan juga masih kecil, jadi untuk jaga-jaga uang gaji
pemberian suami saya tabung, sisanya saya pakai untuk beli
kebutuhan sehari-hari. Tujuan saya nabung itu untuk nyicil
bangun rumah karena ga mungkin kan mba selamanya kita mau
tinggal sama orangtua pastilah ada keinginan punya rumah
sendiri. Tapi suami saya malah tanya uang dipakai buat apa saja
kok cepat habis padahal dirumah ga keliatan ada apa-apa. Saya
bilang kalau uangnya saya tabung tapi dia ga percaya, dikira
saya beli barang yang ga penting. Namanya mau bangun rumah
butuh uang banyak to mba, makanya yang saya tabung itu
memang agak banyak dari pada untuk keperluan pribadi, tapi
tetap suami saya tidak percaya. Ibu mertua saya juga nanya
tentang uang gaji itu dibelikan apa kok tau-tau sudah habis
padahal kan tinggal dengan mertua sudah ditanggung semuanya
dan tidak perlu banyak belanja. Saya pikir kalau saya mau
nabung itu kan urusan saya mba, masa saya harus ngomong-
ngomong ke mertua. Ya gara-gara Ibu mertua ini suka ikut
campur saya jadi suka berantem dengan dengan suami saya.”
Pn: “Apa mba tidak pernah bilang dengan suami mba kalau mba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
5
6
7
8
menyisihkan sebagian uang gaji untuk ditabung.?”
Am: “Ya ngomong sih mba cuma kan saya tidak menyebutkan
jumlahnya berapa.”
Pn: “Lalu bagaimana cara mba mengatasi perilaku suami mba yang
tidak percaya sama mba?”
Am: “Ya saya ngomong baik-baik kalau uang gaji sebagain saya
tabung dan untuk membeli keperluan sehari-hari, lalu saya
berikan bukti apa saja yang sudah saya beli, lama-lama ya
Alhamdulilah suami percaya.”
Pn: “Kenapa waktu itu yang mba pikirkan adalah punya rumah?
Apa mba tidak ingin membeli barang lain yang mba sukai?”
Am: “Ya soalnya rumah itu kan penting sekali mba untuk tempat
tinggal, kalau sudah punya rumah sendiri kan hati rasanya ayem
mba. Saya sama suami saya itu bukan tipe orang yang sering
beli barang-barang mba, kami selalu belanja sesuai dengan
kebutuhan saja, kami juga jarang jalan-jalan keluar mba, paling
kalau lagi pengen saja mba. Maka dari pada nanti uangnya
habis untuk hal yang ga jelas kan lebih baik ditabung untuk
bangun rumah.”
Pn: “Jadi apakah hal yang membuat mba sulit itu mengatur
pembagian keuangan?”
Am: “Iya mba, karena gaji ga seberapa tapi harus dibagi-bagi untuk
banyak keperluan tapi yang paling utama ya nabung itu.”
Pn: “Apa kesulitan itu mba rasakan sampai sekarang?”
Am: “Engga sih mba, sekarang kan suami saya kerjanya sudah
lumayan, gaji juga cukup untuk ditabung dan keperluan sehari-
hari jadi ya sudah tidak ada masalah.”
8
1
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mba mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada
masalah dalam perjalannya, bagaimana cara mba mengatasi
masalah yang terjadi dalam rumah tangga mba?”
Am: “Ya masalah pasti ada mba, biasanya kalau ada hal yang tidak
saya sukai saya langsung ngomong sama suami saya tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
2
3
4
5
kadang suami saya suka ga terima terus marah-marah mba.”
Pn: “Hal apa yang mba tidak sukai dan membuat suami mba
marah?”
Am: “Waktu awal-awal nikah suami saya masih suka main to mba,
ya main sih ga apa-apa tapi jangan sampai larut malam apalagi
sampai minum-minum mba itu yang bikin saya jengkel.
Temen-temennya itu loh mba yang suka pengaruhin di untuk
minum, harusnya kan dia mikir sudah punya istri malu sama
keluarga istri. Kadang kalau saya kasih tahu dia malah ga
terima terus marah-marah, kalau marah benda yang ada didekat
dia bisa dibanting mba.”
Pn: “Lalu bagaimana cara mba mengatasi perilaku suami yang
sering marah-marah?”
Am: “Saya itu kan kalau ada hal yang ganjel pasti saya omongin to
mba, saya juga ngomongnya baik-baik. Tapi ya itu suami saya
suka ga terima, lah kalo ada hal yang ganjel dipendem terus ga
enak to mba? Ya saya pilih dikeluarin tapi suami malah marah-
marah, paling saya cuma bisa nangis mba.”
Pn: “Apa mba tidak pernah cerita ke orangtua mba tentang masalah
yang mba alami?”
Am: “Engga mba saya takut jadi beban pikiran, lagian kalau
orangtua saya tahu takutnya mereka ikut campur kan malah
tambah bahaya to mba. Jadi ya dipendem sendiri saja mba,
orangtua saya sih taunya saya baik-baik saja.”
Pn: “Lalu apakah sampai sekarang suami mba suka marah-marah
jika diberi masukan?”
Am: “Kalau sekarang sih sudah agak mendingan mba, kalau ada
masalah saya tetap ngomong kalau suami saya marah ya saya
diamkan saja sampai emosinya sudah agak reda, dari situ saya
ngomong lagi tentang masalah yang kami alami. Kalau
emosinya sudah agak reda biasanya suami saya tidak marah-
marah hanya diam saja. Karena suami saya diam jadi saya juga
ikut diam sampai beberapa hari.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
6
7
8
Pn: “Lalu sampai saat ini pernahkah akhirnya suami mba mengakui
kesalahannya?”
Am: “Ya pernah mba tapi jarang, seringnya sih didiemin saja terus
nanti biasa lagi kaya ga ada masalah.”
Pn: “Pernah tidak mba berpikir untuk pisah atau mengakhiri rumah
tangga?”
Am: “Ya pernah mba kepikiran begitu, laki-laki kan tidak hanya
satu kalau memang harus pisah ya pisah saja. Kita kan nikah
untuk bahagia kalau disakiti terus bisa saja saya gugat cerai.
Tapi kan saya juga memikirkan anak saya kasihan kalau masih
kecil orangtuanya sudah pisah. Jadi saya pilih jalani saja mba,
semua itu pasti ada hikmahnya.”
Pn: “Jadi cara mba menyelesaikan masalah yang muncul dalam
rumahtangga mba dengan berdiam diri sampai masalah itu
hilang dengan sendirinya,begitu?”
Am: “Ya bisa dibilang begitu mba.”
9
1
2
3
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mba mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah mba melakukan kekerasan fisik pada pasangan mba/
benda?”
Am: “Ehm engga pernah mba?”
Pn: “Lalu apa yang mba lakukan ketika mba merasa sedang emosi?”
Am: “Biasanya saya tinggal tidur mba, lah dari pada dipikirin mba
mending ditinggal tidur beres.”
Pn: “Apakah mba pernah melepaskan emosi mba lewat curhat
dengan teman atau nulis dibuku diari gitu mba?”
Am: “Ya paling cuma nulis dibuku itu mba, kan kalau nulis dibuku
ga ada yang tahu, yang tahu cuma saya sama buku itu. Kalau
mau marah ya kasihan sama anak mba, jadi mending tidur wae,
toh diungkapin juga suami suka marah saya jadi males mba,
percuma saja.”
10
1
Mengatur marah
Pn: “Ketika mba merasa marah dengan pasangan mba atau masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
2
3
4
5
rumah tangga mba, apakah mba langsung meluapkan
kemarahan mba atau mba menahannya?”
Am: “Kalau dulu saya langsung ngomong mba tapi kalau sekarang
ya saya diamkan saja mba, lah mau gimana kalau saya kasih
tahu suami saya malah marah mba, jadi ya saya biarin saja mba
semaunya dia apa. Saya pilih ngalah mba.”
Pn: “Kenapa mba melakukan hal itu?”
Am: “Ya mau gimana mba suami saya itu kan pemarah, jadi lama-
lama saya malas mba. Saya pilih diam sampai emosinya agak
reda atau sampai lupa kalau ada masalah. Tapi biasanya saya
selalu ngomong kalau sedang marah tapi ya suami saya tetap
marah, bingung to mba? Diomongin salah ga diomongin juga
ga enak. Jadi ya sudahlah diam lebih baik.”
Pn: “Apakah mba merasa nyaman dengan berdiam diri ketika
merasa marah?”
Am: “Sebenarnya sih engga mba tapi dari pada ribut saya pilih
diam, terserah dia mau menyadari kesalahannya atau engga.”
Pn: “Apakah dari awal pernikahan suami mba memang pemarah?”
Am: “Iya mba, dulu awal pernikahan malah lebih parah, suami saya
suka nendang barang yang ada didekatnya kalau lagi marah,
sekarang sih kalau marah cuma ditinggal pergi.”
Pn: “Sebelumnya mba tidak tahu kalau suami punya sifat
pemarah?”
Am: “Ya engga mba, waktu pacaran kan cuma ngobrol sama main
saja ga pernah dia marah-marah di depan saya, saya tahu ya
setelah menikah ini, tapi ya saya jalani saja mba kan sudah jadi
pilihan saya mau gimana lagi.”
11
1
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Menurut mba hal baik atau kurang baik apa yang mba rasakan
setelah mba menikah di usia muda dan mengarungi rumah
tangga selama ini?”
Am: “Ehm hal baiknya itu ya saya sudah punya pengalaman tentang
menikah lebih dulu dari pada teman-teman saya yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
2
3
4
menikah. Ya memang banyak hambatannya dalam menghadapi
masalah rumah tangga mba tapi ya saya coba jalani dengan
ikhlas karena ini sudah jadi pilihan saya. Kurang baiknya itu
saya kehilangan waktu remaja saya mba, kalau teman-teman
yang belum menikah kan masih enak main to mba, sedangkan
saya sibuk ngurus rumah, menurut saya itu saja sih mba.”
Pn: “Lalu menurut mba apakah pernikahan usia muda sebaiknya
jangan terjadi atau kalaupun terjadi ya dijalani saja?”
Am: “Kalau itu tertagantung ya mba, kalau memang siap menikah
muda ya sudah jalani saja, kita kan ga bisa menghalangi takdir
to mba, kalau takdirnya menikah muda mau gimana? Jadi ya
jalani saja. Seandainya memang belum siap ya lebih baik
jangan karena menikah memang tidak mudah, banyak
masalahnya kalau tidak sanggup malah ujungnya nanti bisa
cerai, jadi ya lebih baik yakinkan dulu lah sudah siap menikah
atau belum.”
Pn: “Baik kalau begitu terimakasih ya mba atas waktu yang sudah
mba berikan, saya minta maaf kalau perkataan saya ada yang
menyinggung mba waktu wawancara tadi.”
Am: “Engga ko mba, ga apa-apa.”
Pn: “Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu mba, mari.”
Am: “Iya mba hati-hati.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Kode Hasil wawancara subjek 1B (Dd)
1B 1
1
2
3
4
5
6
7
8
Perasaan setelah menikah
Pn: “Selamat sore mas?”
Dd: “Sore mba.”
Pn: “Baru pulang kerja ya mas?”
Dd: “Engga sudah dari tadi mba.”
Pn: “Maaf mengganggu waktu istirahatnya ya mas?”
Dd: “Engga apa-apa kok mba.”
Pn: “Baik mas kalau begitu, seperti yang saya bicarakan kemarin
kalau hari ini saya mau wawancara mas tentang pernikahan usia
muda, bagaimana mas sudah siap?”
Dd: “Iya mba.”
Pn: “Ya sudah kalau begitu kita langsung mulai pertanyaan pertama
ya mas. Bagaimana perasan mas setelah menikah?”
Dd: “Perasaan saya waktu itu ya ragu-ragu mba, apa sudah siap
menikah atau belum.”
Pn: “Hal apa yang mempengaruhi mas sehingga mas memiliki
perasaan itu?”
Dd: “Ya karena saya kepikiran mba, saya memikirkan masa depan
apakah saya mampu membiayai keluarga saya setelah menikah
nanti.”
Pn: “Lalu hal apa yang membuat mas memutuskan untuk menikah di
usia muda?”
Dd: “Sebenarnya yang meminta saya menikah itu mbah saya mba, ya
orangtua juga menyuruh saya untuk segera menikah saja dari
pada lantang lantung terus kerja uangnya habis untuk main kan
lebih baik menikah. Orangtua saya juga takut mba waktu itu kan
saya sering ngajak main pacar saya, takutnya sering diajak main
nanti malah terjadi hal yang tidak enak kan lebih baik menikah
saja, kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan kan malu
sama tetangga juga to mba, jadi ya sudahlah kalau memang
kemauan orangtua begitu.”
Pn: “Tapi dari masnya sendiri apakah saat itu sudah siap untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
menikah?”
Dd: “Ya siap ga siap mba, nikah sekarang atau nanti kan sama saja,
rejeki itu kan sudah ada yang ngatur jadi ya saya terima tawaran
untuk menikahi pacar saya.”
2
1
2
3
4
5
6
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Setelah menikah mas tinggal dengan keluarga baru yang berbeda
dari keluarga mas, apakah mas mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan keluarga baru mas?”
Dd: “Ya awal-awalnya susah mba, pasti kan kita punya perbedaan
kebiasaan, perbedaan sifat, perbedaan perilaku, dan masih banyak
perbedaan lainnya mba, terkadangkan perbedaan itu suka bikin
masalah antar keluarga to mba.”
Pn: “Boleh saya tahu hal apa misalnya yang membuat mas susah
beradaptasi dengan keluarga istri?”
Dd: “Misalnya kalau lagi ada masalah mba, kalau keluarga saya itu
biasa di rembuk bareng-bareng, kalau keluarga istris saya itu
kalau sedang ada masalah sukanya kasar.”
Pn: “Kasar itu maksudnya apakah sampai memukul?”
Dd: “Engga mba, kasarnya itu ya kalau rembuk itu ga pakai kepala
dingin tapi pakai emosi, jadi tidak memikirkan dulu jalan baiknya
gimana tapi malah emosi terus mba.”
Pn: “Apa mas pernah mengalami kejadian itu secara langsung?”
Dd: “Kejadian apa mba?”
Pn: “Kejadian saat keluarga istri mas rembuk dengan cara yang
kasar?”
Dd: “Oh ya pernah mba, makannya saya merasa susah beradaptasi
disitu, karena beda cara penyelesaian masalahnya mba.”
Pn: “Lalu apakah ada hal lain yang berbeda yang mungkin membuat
mas susah untuk beradaptasi?”
Dd: “Mungkin dalam penyajian makanan mba, kalau keluarga saya
itu kan terbiasa taruh diwadah terus ditaruh dimeja makan, kalau
keluarga istri saya itu makanan cuma ditaruh ditempate langsung
misalnya taruh diwajan atau dipanci langsung, kalau begitu kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
7
8
9
10
11
saya ga enak mau makan mba soalnya ga terbiasa gitu.”
Pn: “Apa keluarga istri tidak punya meja makan?”
Dd: “Ya ada mba tapi sudah terbiasa seperti itu jadi susah mba.”
Pn: “Jadi kalau sedang dirumah mertua mas jarang makan?”
Dd: “Ya makan mba cuma suasananya itu yang berbeda.”
Pn: “Apakah suasana makan yang kurang enak dirumah mertua mas
rasakan sampai sekarang?”
Dd: “Ehm iya mba, tapi kan saya jarang juga ke tempat mertua jadi ya
sekarang sudah tidak seperti dulu.”
Pn: “Setelah bertahun-tahun menikah, berapa lama kira-kira mas
merasa susah beradaptasi dengan keluarga istri?”
Dd: “Ehm kira-kira tiga bulan mba, setelah itu saya sudah biasa saja.”
Pn: “Hal apa yang membuat mas akhirnya bisa beradaptasi dengan
keluarga istri?”
Dd: “Kalau untuk bisa beradaptasi menurut saya meningkatkan
keakraban mba, kalau sudah akrab pasti ke sana-sananya enak.”
3
1
2
3
4
Menjalani tugas baru sebagai Kepala keluarga
Pn: “Setelah menikah mas dihadapkan pada status baru yaitu sebagai
suami dan kepala keluarga, mas juga dihadapkan pada tugas
untuk mengurus keluarga, apakah mas mengalami kesulitan
dalam menjalani tugas itu?”
Dd: “Kesulitan ya pasti ada mba, khususnya dalam hal ekonomi, saya
dengan istri saya kan masih belum bisa mengatur uang, kadang
masalah uang sering bikin kami ribut.”
Pn: “Hal apa yang sering diributkan dari segi ekonomi?”
Dd: “Ya misalnya uang bayaran belum sebulan ko sudah habis, untuk
apa saja uangnya? Padahal kan kebutuhan rumah juga tidak
terlalu banyak, itu sih mba yang biasanya bikin ribut.”
Pn: “Lalu apakah hal itu masih mas alami sampai sekarang?”
Dd: “Ehm engga, karena kalau sekarang sih sudah tidak seperti dulu,
sekarang sudah bisa mengatur uang karena kejaadian yang lalu.”
Pn: “Ehm apakah mas menjadikan kejadian yang lalu itu sebagai
bahan pelajaran.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Dd: “Iya mba, kalau dulu belum bisa mengatur keuangan kalau
sekarang sudah bisa mengatur lebih baik”
4
1
2
3
4
5
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mas tentu tidak bebas seperti dulu,
apakah terkadang masih terlintas dipikiran mas untuk bisa
berkumpul dengan teman sebaya?”
Dd: “Ya sempet mba mengalami hal itu, kadang kalau saya mau
keluar rumah istri malah cemburu, padahal ya saya keluar rumah
cuma kumpul bareng temen-temen, nanti kalau saya nekat keluar
istri saya malah marah. Menurut saya hal ini membuat saya susah
beradaptasi dengan istri saya, akibatnya kita sering ribut mba
gara-gara saya sering main.”
Pn: “Mas sudah menikah berapa tahun? Apakah hal ini masih sering
mas alami sampai sekarang?”
Dd: “Saya sudah menikah 6 tahun, itu terjadi cuma diawal pernikahan
saja , saya mengalami hal itu kira-kira tiga tahun"
Pn: “Lalu kalau istri mas cemburu melihat mas main keluar padahal
mas ingin sekali main, apakah mas tetap main keluar tanpa
memikirkan perasaan istri atau mas tinggal di rumah?”
Dd: “Ya saya tetap main keluar mba cuma lihat-lihat waktu tidak
hanya asal main terus mba, biasanya ga sampai malam sekali
saya pulang karena di rumah kan ada istri, tapi begitu sampai di
rumah istri malah marah, maka terkadang hal ini yang membuat
kami suka bertengkar.”
Pn: “Kalau sedang main keluar dan kumpul bareng dengan teman-
teman kegiatan apa yang mas lakukan?”
Dd: “Paling ya ngobrol, bercanda gitu aja mba untuk melepas lelah,
kan seneng kalau ngobrol atau bercanda bareng teman-teman,
apalagi jarang ketemu cuma bisa malam saja ketemunya.”
Pn: “Lalu pernah tidak saking asiknya main mas sampai lupa waktu?”
Dd: “Pernah mba, waktu itu pernah sampai jam tiga pagi, terus pas
pulang istri saya marah-marah.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
6
7
8
Pn: “Hal apa yang membuat mas tetap ingin main walaupun mas tahu
istri mas akan marah kalau mas sering main?”
Dd: “Gini ya mba namanya laki-laki pulang kerja dari pagi sampai
sore pasti ada rasa capek dan jenuh, kalau pikiran lagi tenang lalu
diam di rumah sih tidak apa-apa mba, tapi kalau pikiran sedang
ruwet terus diam di rumah kan tidak enak mba, saya butuh
penyegaran maka saya main keluar, kalau mau main keluar
dilarang sama istri kan jengkel to mba itu yang kadang buat kami
bertengkar, saya sering main bukan berarti saya nakal ko mba,
saya main hanya untuk menghilangkan penat dan kumpul bareng
teman-teman, lagiankan bisa ketemu teman-teman cuma malam
mba, kalau siang kan pada kerja.”
Pn: “Apakah mas pernah memikirkan perasaan istri mas kalau sering
ditinggal main? Mungkin istri mas juga ingin ngobrol sama mas
tapi malah mas lebih sering main, mungkinkah istri mas marah
karena mas tidak punya waktu untuk sekedar ngobrol sama istri
mas?”
Dd: “Mikirin perasaan ya pastilah mba, maka saya kalau main itu
selalu liat waktu jarang lah sampai malam sekali, saya juga tidak
setiap hari main mba kadang ya di rumah, ya memang istri saya
marah karena saya suka main keluar tapi mau gimana lagi mba
saya kan juga butuh penyegaran tapi bukan berarti saya lupa
sama istri.”
Pn: “Jadi pada intinya mas main keluar itu hanya untuk mencari
hiburan?”
Dd: “Iya mba.”
5
1
2
Kesulitan dalam mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mas mengalami kesulitan dalam
mengurus anak?”
Dd: “Kalau mengurus anak sih tidak ada kesulitan mba, karena dari
kecil saya terbiasa momong adik, adik saya kan banyak mba jadi
saya sudah punya pengalamanlah dalam mengurus anak.”
Pn: “Lalu apakah mas suka membantu istri untuk momong anak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
3
4
5
6
7
Dd: “Ya kalau saya sedang santai pasti saya bantu, hanya kalau pagi
saya jarang bantu istri saya momong, padahal kalau pagi istri
saya sedang repot-repotnya masak buat sarapan.”
Pn: “Kenapa kalau pagi mas tidak membantu istri mas momong?
Padahal kan sudah jelas istri mas itu sibuk?”
Dd: “Kadang kalau pagi itu saya masih malas mba, apalagi kalau
malamnya main rasanya itu masih capek banget, biasanya habis
shalat shubuh itu saya tidur lagi dan saat mau berangkat kerja.”
Pn: “Lalu gimana dengan istri mas kalau dia harus masak dan harus
momong, pastikan istri merasa sangat repot?”
Dd: “Ya kadang ibu saya suka bantu momong juga mba, kalau anak
saya ga rewel biasanya dibiarkan mainan sendiri.”
Pn: “Tadi mas bilang merasa tidak sulit mengurus anak, tetapi ko mas
merasa sangat sulit untuk momong anak dipagi hari padahal kan
istri mas sedang sibuk-sibuknya?”
Dd: “Ya bukan tidak mau momong mba, kalau pagi itu memang
rasanya berat sekali apalagi saya kan juga mau kerja, jadi saya
butuh waktu istirahat agak lamalah, lagi pula anak saya lebih
dekat dengan ibunya jadi ya apa-apa maunya sama ibunya.”
Pn: “Kalau pagi mas tidak mau momong lalu malam suka main
keluar, kapan mas ada waktu untuk bersama anak mas?”
Dd: “Biasanya kalau libur mba atau kalau saya pulang kerja.”
Pn: “Sedikitnya waktu yang mas luangkan untuk anak mas, apakah
mas merasa jauh dengan anak?”
Dd: “Ehm engga juga sih mba, saya memang jarang ketemu anak tapi
saya tidak merasa jauh, saya masih berusaha kasih perhatian ko
mba.”
6
1
Kondisi finansial setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mas bertanggungjawab penuh
khususnya pada istri dan keluarga kecil ma, apakah mas
mengalami kesulitan dalam hal ekonomi?”
Dd: “Kesulitan itu ya waktu awal-awal menikah mba, waktu itu kan
pekerjaan saya masih belum mapan lah istilahnya, saya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
2
3
membayangkan cukup tidak bayaran saya untuk menghidupi istri,
lalu setelah punya anak saya mikir lagi kalau pengeluaran saya
semakin banyak, akhirnya saya berusaha untuk cari kerjaan baru
yang kira-kira bayarannya lebih dari kerjaan saya yang awal,
akhirnya sekarang ya Alhamdulilah mba cukup untuk istri dan
anak.”
Pn: “Berapa lama tepatnya mas mengalami kesulitan secara
ekonomi?”
Dd: “Ehm kira-kira dua tahun dari awal pernikahan mba, karena saya
kerja di tempat baru sudah tiga tahun.”
Pn: “Saat mengalami kesulitan pernah tidak mas bertengkar dengan
istri?”
Dd: “Pernah mba, ya hanya meributkan bayaran itu dipakai untuk apa
saja ko belum sebulan sudah habis, istri saya bilang katanya
ditabung tapi kan ga semua harus ditabung, kita juga butuh beli
macem-macem to mba, kalau semua ditabung ya gimana, tapi
istri saya tetap mau nabung, kalau Cuma nabung sih bisa diatur
tapi kan kita juga butuh beli barang yang harus dibeli saat itu
juga, akhirnya saya bilang ke istri kalau uangnya kita bagi saja,
berapa yang harus ditabung dan berapa yang dipakai untuk beli
keperluan, karena dua-duanya penting to mba.”
7
1
2
3
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mas mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah
dalam perjalannya, bagaimana cara mas mengatasi masalah yang
terjadi dalam rumah tangga mas?”
Dd: “Dulu-dulu itu kalau ada masalah sering tak tinggal pergi mba.”
Pn: “Kenapa mas pergi ketika sedang ada masalah?”
Dd: “Ya soalnya kalau ada masalah istri saya ditanyain ga jawab
malah nangis, saya tu paling mangkel lihat orang bisanya hanya
nangis, ya sudah dari pada saya tambah marah ya saya tinggal
pergi saja, nanti kalau suasana hati saya sudah agak adem baru
saya pulang ke rumah.”
Pn: “Biasanya kalau ditinggal pergi itu sampai berhari-hari atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
4
5
6
semaunya mas?”
Dd: “Ya ga sampe berhari-hari mba, yang namanya ada masalah tetap
harus diselesaikan to? Paling ya kalau saya pergi keluar rumah
jam 10 malam sudah pulang ke rumah lagi.”
Pn: “Lalu ketika sedang ada masalah dengan istri mas, pernah tidak
kalian mengkomunikasikan masalah kalian?”
Dd: “Ya pernah mba, setelah pulang ke rumah kan saya tanya lagi
sama istri saya dia itu kenapa ko nangis, saya ada salah apa?
Kalau istri saya jawab pertanyaan saya ya saya komunikasikan
dengan baik masalah yang sedang dialami, tapi kalau ditanya dia
malah diam saja terus nangis ya pilih tak diemin saja mba. Lah
kalau ngomong sama orang nangis gimana cara menyelesaikan
masalahnya, iya to mba?”
Pn: “Iya mas, tapi mas pernah tidak memikirkan perasaan istri mas
kenapa ko dia sering nangis, apa yang salah dari mas?”
Dd: “Ya pasti saya pikirinlah mba, makannya kalau saya tanya cuma
bisa nangis tu saya jadi mangkel terus tak tinggal dulu ja, nanti
kalau suasana hati sudah agak reda baru saya tanya lagi.”
Pn: “Pernah tidak mas kalau mas sedang ada masalah terus sampai
adu mulut ?”
Dd: “Kalau sampai adu mulut ga pernah mba, paling cuma saya
tinggal pergi saja.”
8
1
2
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mas mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah anda melakukan kekerasan fisik pada pasangan mas/
benda?”
Dd: “Kalau melakukan kekerasan fisik ke istri ga pernah mba, paling
ke benda yang ada di dekat saya, misalnya ada ember ya saya
tendang ember.”
Pn: “Kenapa ketika mas emosi mas suka melampiaskannya ke benda
yang ada disekitar mas?”
Dd: “Karena kalau tidak dilampiaskan itu rasanya tidak enak mba,
kaya ada yang ganjel gitu, tapi kalau sudah dilampiaskan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
3
4
5
rasanya lega, ya walaupun bikin takut anak dan istri tapi mau
gimana lagi mba sifat saya memang begitu.”
Pn: “Pernah tidak mas berusaha untuk menahan emosi mas dan
mengalihkan pada hal lain misalnya tidur atau nonton tv begitu?”
Dd: “Ehm kalau dialihkan paling ya saya tinggal pergi mba, tapi itu
jarang seringnya ya banting-banting atau nendang sesuatu.”
Pn: “Hal apa yang sampai membuat mas begitu emosi dan ingin
membanting atau menendang benda?”
Dd: “Biasanya perilaku atau perkataan istri saya yang keterlaluan
mba, kesabaran orang kan ada batasnya, kalau istri sering
mengeluarkan kata-kata kasar kan ga enak juga mba.”
Pn: “Ketika istri mengeluarkan kata-kata kasar atau marah misalnya,
pernah tidak mas berpikir kalau apa yang dikatakan istri memang
benar atau yang dikatakan istri itu untuk kebaikan saya, pernah
tidak mas berpikir begitu?”
Dd: “Ehm tergantung suasana hati mba, kalau perkataannya tidak
terlalu kasar ya saya tidak marah tapi kalau keterlaluan ya saya
marah, tapi kan setelah saya marah terus banting-banting terus
pergi habis itu saya selesaikan masalahnya dengan baik-baik,
saya banting-banting dan pergi keluar rumah itu hanya untuk
menenangkan hati saya saja mba.”
9
1
2
3
Mengatasi marah
Pn: “Ketika mas merasa marah dengan pasangan mas atau masalah
rumah tangga mas, apakah mas langsung meluapkan kemarahan
mas atau mas menahannya?”
Dd: “Biasanya saya tahan dulu mba.”
Pn: “Kenapa mas tahan dulu?”
Dd: “Ya saya lihat situasi dulu mba, kalau masalah yang sedang
dialami tidak terlalu besar ya saya diamkan saja, tetapi kalau
masalahnya besar ya saya ungapkan rasa marah saya.”
Pn: “Kalau boleh tahu masalah besar itu contohnya apa?”
Dd: “Ya misalnya dulu istri saya sering pulang ke rumah ibunya,
soalnya dia itu kan anak rumahan, dekat sekali dengan ibunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
jadi ga bisa pisah, mau saya itu main ke rumah orangtua sesekali
saja kan dia sudah jadi istri saya harusnya dia manut saya,
bukannya tidak boleh main ke rumah orangtuanya tapi kan lihat
kondisi, kita ini kan sudah menikah, apa kata orang kalau istri
saya sering ke rumah orangtuanya, nanti malah saya dikira tidak
bertanggungjawab, padahal ga da apa-apa.”
10
1
2
3
4
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Menurut mas hal baik atau kurang baik apa yang mas rasakan
setelah mas menikah di usia muda dan mengarungi rumah tangga
selama ini?”
Dd: :”Hal positifnya mungkin terhindar dari fitnah dan zina, terus
selain itu nanti kalau anak sudah besar saya masih agak muda dan
masih bisa cari uang.”
Pn: “Lalu kalau hal negatifnya apa mas?”
Dd: “Hal negatifnya itu ya kalau ada masalah masih sama-sama egois
mba, kadang jarang ada yang mau ngalah mba.”
Pn: “Ehm seperti itu, baik kalau begitu. Wawancara kita sudah selesai
mas, terimakasih ya atas waktu yang sudah mas sdikan untuk
diwawancara oleh saya. Saya minta maaf kalau ada perkataan
saya yang menyinggung perasaan mas waktu wawancara tadi.”
Dd:”Engga kok mba, santai saja.”
Pn: “Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu mas, mari.”
Dd: “Iya mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Kode Hasil wawancara subjek 1C (Sr)
1C 1
1
2
3
4
5
6
7
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Selamat pagi bu?”
Sr: “Pagi mba, ini mba yang mau wawancara?”
Pn: “Iya bu, waktu itu kan saya sudah datang kesini minta tolong mau
wawancara ibu dan ibu siapnya hari ini, bagaimana bu sudah siap
diwawancara?”
Sr: “Iya mba kalau begitu.”
Pn: “Ya sudah kita langsung mulai dengan pertanyaan pertama ya bu.
Setelah putra ibu menikah, dia membawa istrinya tinggal dengan
keluarga ibu yang berbeda dari keluarga asalnya, apakah menantu
ibu mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan keluarga
barunya?”
Sr: “Ini menceritakan menantu saya?”
Pn: “Iya bu, apakah menantu ibu mengalami kesulitan saat tinggal disini
bersama keluarga barunya?”
Sr: “Sepertinya tidak mba, setelah tinggal disini ya menantu saya biasa
saja namanya juga ikut suami mau ga mau kan harus tinggal disini,
karena anak saya kan belum punya rumah, kalau disini kan seperti
itu mba kalau perempuan sudah menikah ya harus ikut suami.”
Pn: “Lalu apakah menantu ibu bisa mengikuti kebiasaan keluarga disini
dengan baik?”
Sr: “Maksudnya gimana mba?”
Pn: “Maksud saya apakah menantu ibu sudah terbiasa dengan aktivitas
keluarga disini, misalnya bangun pagi, masak, bersih-bersih rumah,
atau aktivitas yang lain begitu bu?”
Sr: “Oh ya terbiasa mba, kalau bangun pagi dan masak itu kan
kewajiban istri jadi dia tahulah apa yang harus dilakukan, pasti
sebagai istri ya bangun duluan to mba, ga mungkin bangun siang.”
Pn: “Lalu apakah menantu ibu pernah merasa terpaksa menjalani
aktivitas keluarga disini?”
Sr: “Tidak mba, saya tidak pernah maksa apapun, ya terserah dia yang
penting dia bisa betah tinggal disini, namanya ikut suami kan ga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
8
9
cuma sehari dua hari mba, tapi kan selamanya, ya bisa-bisanya dia
sajalah untuk bisa betah disini.”
Pn: “Setelah tinggal disini menantu ibu harus beradaptasi dengan semua
anggota keluarga disini, bagaimana hubungan menantu ibu dengan
anggota keluarga disini?”
Sr: “Ya baik, sama bapak ya baik, sama saya baik, sama kakak adik juga
baik, cuma memang hubungan dengan istri kakak iparnya agak
sedikit renggang, ya maklumlah mba namanya satu rumah ditinggali
tiga keluarga pasti ada cekcok to mba, namanya wataknya kan beda-
beda, tapi saya kan tidak bisa memihak salah satu, semua kan sama-
sama anak saya, jadi paling kalau sedang agak tegang ya saya
nasihati saja.”
Pn: “Kalau hubungan menantu ibu dengan tetanga sekitar bagaimana
bu?”
Sr: “Kalau dengan tetangga ya baik mba, kan dari awal tinggal disini
saya sudah nyuruh menantu saya untuk main ke tetangga biar kenal
sama tetangga disekitar sini, dia kan sudah tinggal disini dan sudah
jadi warga sini, ga enak to mba kalau tidak kenal sama tetangga sini
nanti dikira sombong, makanya saya suka nyuruh menantu saya
main ke tetangga biar kenal dan ga bosan dirumah terus gitu mba.”
2
1
2
Menjalani tugas baru sebagai suami dan istri
Pn: “Setelah menikah mereka dihadapkan pada status baru yaitu sebagai
ibu rumah tangga dan kepala keluarga, mereka juga dihadapkan
pada tugas untuk bertanggungjawab terhadap keluarga, apakah
mereka mengalami kesulitan dalam menjalani tugas itu?”
Sr: “Maksudnya setelah mereka menikah bagaimana begitu?”
Pn:”Iya bu, setelah mereka menikah dan menjadi suami istri bagaimana
putra ibu menjalan tugasnya sebagai suami dan menantu ibu sebagai
istri, apakah mereka mengalami kesulitan?”
Sr: “Kesulitan sih tidak ada mba, ya seperti biasa anak saya kalau pagi
ya kerja, lalu istrinya dirumah kadang bantu saya masak dan bersih-
bersih rumah, waktu itu sempat menantu saya kerja karena dia
bosan dirumah, kalau saya sih terserah dia saja yang penting dia bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
menjalaninya, tapi kerja hanya sebentar mba tidak lama terus hamil,
karena hamil jadi saya melarang dia untuk kerja, kasihan to mba
kalau hamil sambil kerja kasihan bayinya, tidak kerja saja sempat
dua kali keguguran apalagi kalau kerja mba.”
3
1
2
3
4
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mereka tentu tidak bebas seperti dulu,
apakah ibu pernah mendapati mereka main dan berkumpul dengan
teman sebaya?”
Sr: “Kalau sepengetahuan saya menantu saya tidak pernah mba kumpul
bareng temannya, tapi saya juga kurang tahu, kalau anak saya masih
sering main sama teman-temannya, biasanya kalau main itu malam
mba, ya wajarlah mba namanya laki-laki pasti masih ingin ketemu
sama teman-temannya apalagi anak saya juga masih muda to mba,
pasti masih senang main, asalkan mainnya tidak macem-macem
atau berbahaya menurut saya tidak apa-apa mba.”
Pn: “Lalu pernah tidak ada keributan diantara mereka ketika putra ibu
sering main keluar dan istrinya harus tinggal dirumah, pernah tidak
istrinya merasa marah atau jengkel sampai mau ribut?”
Sr: “Jengkel sih pernah mba tapi tidak pernah sampai berantem itu mba,
paling hanya diam-diaman saja.”
Pn: “Ibu tahu dari mana kalau menantu ibu suka jengkel kalau putra ibu
sering main keluar?”
Sr: “Ya anak saya suka cerita ke saya kalau istrinya lagi marah.”
Pn: “Lalu sebagai orangtua apakah ibu ada memberi nasihat untuk putra
ibu dan menantu ibu?”
Sr: “Ya paling anak saya cuma tak kasih tahu saja mba, kalau menantu
saya ya saya diamkan saja, saya takut kalau saya nasihati nanti
dikira ikut campur dalam rumah tangga, kan ga enak to mba, jadi ya
luweh lah.”
4
1
Kesulitan mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mereka mengalami kesulitan dalam
mengurus anak?”
Sr: “Ga ada itu mba, anak saya kan juga ikut momong anaknya kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
istrinya sedang sibuk, kadang kalau saya sedang selo ya saya juga
momong cucu saya, lagian anak saya itu terbisa ngurus adik dan
sepupunya kok mba jadi tidak ada kesulitan ngurus anak apalagi
anak sendiri.”
5
1
2
Kondisi ekonomi setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mereka bertanggungjawab penuh
pada keluarga barunya dan lepas dari tanggungjawab orangtua,
apakah mereka mengalami kesulitan dalam hal ekonomi?”
Sr: “Kalau secara ekonomi awal-awal menikah mungkin sulit mba,
karena pekerjaan anak saya kan belum tetap, maka saya suruh
tinggal dengan saya supaya beban ekonominya tidak telalu berat,
kalau tinggal dengan saya kan makan masih bisa saya yang memberi
walaupun seadanya tapi Insya Allah tidak akan kekurangan beras,
bukannya sombong loh mba, saya bukan apa-apa cuma petani mba,
tapi Insya Allah gabah yang saya hasilkan cukup untu makan tiga
keluarga, kalaupun ada kekurang ya saya tinggal minta anak saya.”
Pn: “Lalu bagaimana dengan keadaan putra ibu sekarang?’
Sr: “Kalau sekarang ya Alhamdulilah mba pekerjaan anak saya sudah
lumayan lah, sudah bisa nabung dan bantu orangtua sedikit.”
6
1
2
3
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mereka mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah
dalam perjalannya, bagaimana cara mereka mengatasi masalah yang
terjadi dalam rumah tangga mereka?”
Sr: “Ehm kalau setahu saya mereka bicarakan mba, memang tipenya
anak saya itu kalau ada masalah suka ditinggal pergi tapi habis itu
langsung diselesaikan.”
Pn: “Pernah tidak bu menantu ibu ada masalah dengan ibu?”
Sr: “Ya pernah mba namanya juga orang pasti pernah punya salah.”
Pn: “Lalu bagaimana cara ibu mengatasinya?”
Sr: “Saya sih kalau ada masalah dengan menantu saya diamkan mba,
paling nanti anak saya yang ngomong ke saya kenapa istrinya
marah, terus ngasih tahu saya apa yang tidak disenangi istrinya, dari
situ ya sudah berarti besok-besok saya tidak bisa seperti itu, kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
4
istrinya yang salah ya anak saya juga menasihati istrinya dan
memberi tahu bagaimana sebaiknya sikapnya gitu mba.”
Pn: “Pernah tidak anak dan menantu ibu ada masalah sampai ribut-ribut
dan didengar tetangga?”
Sr: “Engga mba, setahu saya mereka kalau ada masalah ya diam-diam
saja dan diselesaikan sendiri.”
7
1
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mereka mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah mereka melakukan kekerasan fisik pada pasangan
mereka/ benda?”
Sr: “Kalau menantu saya sepertinya tidak mba, kalau anak saya memang
wataknya agak keras jadi kalau sedang emosi atau marah dia suka
banting-banting atau nendang benda yang ada didekatnya, tapi kalau
kekerasan fisik ga pernah mba, anak saya juga ga sampai hati
memukul istrinya mba atau memukul siapapun, paling ya memukul
benda saja.”
8
1
Mengatasi marah
Pn: “Ketika mereka merasa marah dengan pasangan mereka atau
masalah rumah tangga mereka, apakah mereka langsung meluapkan
kemarahan mereka atau mereka menahannya?”
Sr: “Kalau menantu saya itu seringnya dipendam mba sampai nangis,
nanti baru cerita ke anak saya, setahu saya itu loh mba, tapi kalau
anak saya ya itu suka pergi-pergian kalau sedang marah, dia tidak
mau ngomong langsung paling cuma pergi, nanti kalau sudah tidak
begitu marah baru pulang dan ngomong masalahnya apa.”
9
1
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Apakah ada hal baik atau kurang baik yang mereka alami setelah
mereka menikah di usia muda dan mengarungi rumah tangga selama
ini?”
Sr: “Hal baiknya itu mungkin kalau menikah muda punya anak masih
muda jadi kalau anaknya besar masih bisa cari uang, kan kasihan
kalau anaknya masih kecil orangtuanya sudah tua, jadi lebih baik
nikah waktu masih muda saja, selain itu juga menghindari pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
2
3
jelek orang-orang to mba, kalau kelamaan pacaran juga tidak baik,
hal negatifnya ya karena masih sama-sama muda jadi kalau ada apa-
apa ya seperti anak muda pada umumnya lah mba, ya masih pada
egois tidak mau mengalah.”
Pn: “Ehm seperti itu, wawancaranya sudah selesai bu, terimakasih atas
waktu yang ibu berikan untuk saya, saya minta maaf kalau saat
wawancara tadi ada perkataan saya yang tidak berkenandihati ibu.”
Sr: “Engga kok mba, saya juga senang kalau bisa bantu mba. Asal
jangan kapok ke sini lagi ya adanya cuma begini mba, rumah orang
gunung.”
Pn: “Tidak apa-apa kok bu, ya besok-besok saya main lagi ke sini, kalau
begitu saya pamit dulu ya bu, mari.”
Sr: “Iya mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Hasil wawancara subjek 2
Kode Hasil wawancara subjek 2A (Al)
2A 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perasaan setelah menikah
Pn: “Selamat pagi mba?”
Al: “Pagi mba.”
Pn: “Sudah rampung masaknya mba?”
Al: “Sudah mba cuma masak oseng-oseng ko mba.”
Pn: “Adik sama siapa mba?”
Al: “Adik tidur mba.”
Pn: “Ehm gitu, oiya mba seperti yang sudah saya sampaikan
kemarin kalau hari ini saya mau wawancara mba untuk
keperluan penelitian saya, gimana mba sudah siap?”
Al: “Sudah mba.”
Pn: “Kita mulai sekarang ya?”
Al: “Iya mba.”
Pn: “Bagaimana perasan mba setelah menikah? ”
Al: “Perasaan saya...gimana ya, ada rasa lega, ya senang, tapi ada
rasa takut juga mba.”
Pn: “Hal apa yang mempengaruhi mba sehingga mba memiliki
perasaan itu?”
Al: “Perkataan ibu saya waktu itu mba, ibu saya bilang katanya nanti
setelah menikah itu rasanya beda, kalau pacaran itu masih
disayang-sayang sama pacar, tapi nanti setelah menikah sudah
hilang rasa sayangnya, gitu mba.”
Pn: “Jadi perkataan ibu mba yang membuat mba takut dan
berpikiran kalau setelah menikah nanti rasanya berbeda?”
Al: “Iya mba.”
Pn: “Kenapa mba sampai berpikiran seperti itu? Kenapa tidak
berpikir yang baik-baik saja?”
Al: “Karena itu kan perkataan orangtua mba, biasanya perkataan
orangtua itu kan ada benarnya, kalau saya berpikir yang baik-
baik dan ternyata hasil tidak baik kan malah bikin stres mba.”
Pn: “Lalu bagaimana kenyataannya gimana setelah menikah?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
11
12
13
Al: “Ya gitu mba, memang benar apa yang dikatakan ibu saya.”
Pn: “Waktu itu menikah atas keputusan bersama atau keputusan
orangtua?”
Al: “Keputusan bersama.”
Pn: “Apa yang ada dipikiran mba saat memutuskan untuk menikah?
Saat itu kan usia mba masih sangat muda, apakah mba tidak
berpikir untuk cari kerja dulu baru menikah?”
Al: “Ya kepikiran mba mau kerja tapi kan waktu itu saya menikah
karena kecelakaan, jadi ya mau gimana lagi mba, mau tidak mau
ya harus menikah.”
Pn: “Lalu saat memutuskan untuk menikah apakah mba sudah siap
lahir batin?”
Al: “Ya siap tidak siap harus menikah mba, itu kan sudah resiko dari
perbuatan yang kami lakukan.”
2
1
2
3
4
5
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Setelah menikah mba langsung ikut tinggal dengan suami atau
sempat tinggal dengan orangtua mba?”
Al: “Awal menikah saya sempat tinggal dengan orangtua saya
selama tiga bulan, lalu setelah itu baru ikut suami.”
Pn: “Lalu setelah menikah dan tinggal di rumah suami, mba kan
tinggal dengan keluarga baru yang berbeda dari keluarga mba,
apakah mba mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan
keluarga baru mba?”
Al: “Ya susah mba, waktu awal-awal saya tinggal disini itu sering
ada perselisihan mba.”
Pn: “Perselisihan antara mba dengan siapa?”
Al: “Ya dengan mertua saya.”
Pn: “Hal apa yang membuat adanya perselisihan antara mba dengan
mertua?”
Al: “Ya banyak mba, perbedaan sifat, perbedaan perilaku, dan
perbedaan cara berpikir.”
Pn: “Boleh saya tahu hal apa yang sering diperselisihkan dengan
mertua mba?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
6
7
8
9
10
11
12
Al: “Ya contohnya ibu mertua pernah marah gara-gara saya salah
masak nasi, harusnyakan bisa ngomong pelan-pelan mba, tapi
ini ngomongnya agak kasar, orangtua saya saja ga sampai
sebegitunya mba kalau memarahi saya, ini ibu mertua saya
sampai sebegitu marahnya hanya karena hal sepele.”
Pn: “Jadi yang membuat mba sering berselisih itu karena perbedaan
perilaku dengan ibu mertua mba?”
Al: “Iya mba, mungkin saya juga belum siap untuk menerima semua
perbedaan ini.”
Pn: “Lalu ketika sering berselisih dengan ibu mertua apakah mba
suka menceritakan ke suami mba tentang perselisihan mba
dengan ibu mertua?”
Al: “Iya saya ceritakan mba.”
Pn: “Lalu bagaimana tanggapan suami mba?”
Al: “Ya dia cuma bilang diamkan saja, sifat ibu memang seperti itu,
tidak usah diambil hati.”
Pn: “Lalu bagaimana cara mba agar bisa beradaptasi dan mengurangi
perselisihan dengan ibu mertua mba?”
Al: “Ya saya pilih diam dan ngalah mba, ini kan sudah menjadi
pilihan saya jadi saya harus terima konsekuensinya.”
Pn: “Lalu pernah tidak mba mengalami tekanan atau stres selama
menghadapi ini semua?”
Al: “Ya tertekan pasti ada mba, apalagi kalau suami sedang sibuk
sendiri dengan kerjaannya ga ada yang bisa saya curhatin kan
mba, paling ya cuma curhat sama ibu.”
Pn: “Lalu bagaimana tanggapan dari ibu mba?”
Al: “Ya cuma disuruh sabarain aja, mau gimana lagi kan itu sudah
jadi jalan hidup saya.”
3
1
Menjalani tugas baru sebagai Ibu rumah tangga
Pn: “Setelah menikah mba dihadapkan pada status baru yaitu
sebagai istri dan ibu rumah tangga, mba juga dihadapkan pada
tugas untuk mengurus keluarga, apakah mba mengalami
kesulitan dalam menjalani tugas itu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
2
3
4
Al: “Kesulitan sih engga ada mba, soalnya dari dulu kan saya biasa
momong adik jadi sudah tahu rasanya.”
Pn:”Momong adik dengan momong anak kan beda mba, kalau
momong adik mungkin hanya sesekali atau kalau ibu sedang
repot, tetapi kalau momong anak kan sepanjang waktu, apalagi
kalau anak sedang rewel dan tidak mau disambi, apakah mba
tidak mengalami rasa sulit dalam hal mengasuh anak misalnya?”
Al: “Ya mengalami mba apalagi kalau pas lagi repot anak tidak ada
yang momong, semua juga lagi sibuk, pasti ada rasa jengkel
sedikit tapi semua saya jalani mba kan memang sudah tugasnya
ibu mengasuh anak.”
Pn: “Lalu dengan tugas ibu rumah tangga yang lain bagaimana?
Misalnya seperti harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan,
terus semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri seperti nyuci,
masak, nyetrika, beres-beres, sedangkan saat itu usia mba masih
15 tahun dan belum banyak pengalaman tentang mengurus
rumah tangga, apakah mba tidak mengalami kesulitan?”
Al: “Sedikit kesulitan pasti ada mba cuma saya jalani saja mba, itu
kan sudah jadi kewajiban saya, ya walaupun awalnya susah tapi
bisa belajar sedikit-sedikit ngrus rumah tangga lama-lama jadi
terbiasa.”
Pn: “Jadi pada intinya kesulitan tetap mba alami walau hanya
sedikit?”
Al: “Ehm ya begitulah mba.”
4
1
2
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mba tentu tidak bebas seperti dulu,
apakah terkadang masih terlintas dipikiran mba untuk bisa
berkumpul dengan teman sebaya?”
Al: “Kalau ingat teman ya pasti adalah mba rasa kangen, ingin main
lagi kaya dulu, tapi kan sekarang sudah punya anak jadi ya ga
bisa main sama teman dan tidak boleh.”
Pn: “Tidak boleh itu maksud mba dilarang oleh suami kah?”
Al: “Iya mba, sekarang kan sudah punya anak jadi ya suruh fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
3
4
5
6
7
ngurus anak.”
Pn: “Lalu cara mba menghilangkan keinginan mba untuk bisa main
atau sekedar bertemu teman-teman bagaimana mba?”
Al: “Ya paling cuma smsan saja mba.”
Pn: “Pernah tidak mba minta izin sama suami mau ketemu teman
sambil ngajak anak mba?”
Al: “Pernah mba tapi tetap tidak boleh.”
Pn: “Walaupun sudah minta izin suami?”
Al: “Iya mba.”
Pn: “Selain alasannya fokus ngurus anak, ada tidak alasan lain
kenapa mba tidak diperbolehkan main dengan teman-teman?”
Al: “Saya tidak tahu mba, pokoknya suami saya bilangnya suruh
fokus ngurus anak gitu saja.”
Pn: “Lalu pernah tidak mba merasa jenuh harus dirumah terus
ngurus anak dan tidak diperbolehkan bertemu teman-teman?”
Al: “Rasa jenuh ya pasti ada mba, tapi mau gimana lagi kalau tidak
boleh, nanti kalau saya maksa malah jadi berantem, soalnya kita
berdua kan sama-sama keras wataknya mba, jadi kalau tidak ada
yang ngalah ujung-ujungnya bisa ribut terus.”
5
1
2
3
4
Kesulitan ketika hamil dan melahirkan
Pn: “Apakah mba pernah mengalami kesulitan ketika hamil dan
melahirkan?”
Al: “Kalau pas hamil kayanya engga ada sih mba, cuma waktu itu
anak saya lahir prematur, 6,5 bulan sudah lahir.”
Pn: “Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan mba bisa melahirkan
prematur?”
Al: “Ehm waktu itu kan saya bolak-balik ngurus surat pindah dari
Boyolali ke Gunung Kidul, karena sering bolak-balik jadi
kontraksinya lebih cepat mba, makannya waktu itu 6,5 bulan
anak saya sudah lahir.”
Pn: “Lalu waktu itu melahirkan secara normal atau caesar?”
Al: “Alhamdulilah normal mba.”
Pn: “Lalu bagaimana keadaan anak mba saat itu ketika harus lahir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
5
6
7
8
9
10
prematur?”
Al: “Waktu itu anak saya dari bidan langsung dibawa ke rumah sakit
mba karena kekurangan oksigen, di rumah sakit sempat dirawat
9 hari danAlhamdulilah sehat sampai sekarang.”
Pn: “Selama hamil, apakah mba sering memeriksakan kehamilan
mba ke bidan?”
Al: “Periksa ke bidan hanya sekali mba, terus yang kedua waktu
mau melahirkan itu.”
Pn: “Selain kontraksi ada tidak hal lain yang mungkin membuat mba
stres dan menyebabkan melahirkan prematur?”
Al: “Ehm apa ya mba? Kayanya sih Ibu mertua saya.”
Pn: “Memangnya ada apa dengan Ibu mertua mba?”
Al: “Ibu kan tidak pernah setuju dengan pernikahan saya dengan
suami.”
Pn: “Kalau boleh tahu kenapa Ibu mertua tidak setuju dengan
pernikahan mba dan masnya?”
Al: “Ya karena menurut Ibu saya ini sudah bikin malu keluarganya
gitumba.”
Pn: “Lalu hal apa dari Ibu mertua yang menurut mba bikin mba jadi
stres?”
Al: “Ya perkataan sama sikapnya itu mba, dia kalau bicara itu
kadang suka menyakitkan, saya jadi suka kepikiran, ya mau
gimana lagi mba anaknya kan sudah menghamili saya jadi dia
harus tanggungjawab to mba? Tapi kesannya ini semua salah
saya padahal ya salah berdua.”
Pn: “Jadi sebenarnya ketika hamil mba sempat mengalami sedikit
kesulitan seperti goncangan dan tekanan sehingga menyebabkan
mba melahirkan prematur, benar begitu mba?”
Al: “Ya begitulah mba.”
6
1
Kesulitan dalam mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mba mengalami kesulitan dalam
mengurus anak?”
Al: “Kesulitannya waktu awal-awal anak saya lahir mba, anak saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
2
3
4
5
6
7
8
kan lahir prematur dan beratnya cuma 1,8 kg, kecil banget to
mba, jadi waktu itu aku masih takut mau mandiin, untung ada
bulik yang mau bantu jadi ya sedikit meringankan lah.”
Pn: “Apakah Ibu mba tidak ikut bantu mba mengurus sikecil?”
Al: “Engga mba Ibu saya di Boyolali ngurus si mbah, kebetulan
waktu itu si mbah lagi sakit, jadi saya ikut bulik di sini.”
Pn: “Lalu bagaimana dengan suami, apakah ikut bantu ngurus adik
bayi?”
Al: “Ehm waktu itu suami saya masih tinggal di rumahnya mba, jadi
yang ngurus bayi waktu itu cuma saya dengan bulik saya.”
Pn: “Oh jadi setelah melahirkan mba tidak tinggal dengan suami tapi
tinggal dengan bulik?”
Al: “Iya mba.”
Pn: “Kenapa waktu itu suami mba tidak ikut tinggal dengan mba dan
mengurus bayi bersama?”
Al: “Waktu itu dia bilang pekewuh mba, soalnya bukan di rumah
sendiri, kadang ya datang nengok saya sama adik tapi nanti
malamnya pulang lagi ke rumahnya.”
Pn: “Berapa lama mba tinggal sama bulik?”
Al: “Cuma dua bulan sih mba setelah itu saya ikut tinggal di rumah
suami.”
Pn: “Lalu bagaimana dengan Ibu mertua mba, beliau kan tadinya
tidak setuju, apakah beliau mau menerima kehadiran cucunya?”
Al: “Ya mau lah mba, cucunya kan tidak salah yang salah itu
orangtuanya.”
Pn: “Lalu setelah adik agak besar ada kesulitan tidak mba dalam
mengasuh adik?”
Al: “Tidak ada mba, saya kan sudah terbiasa momong adik jadi
ketika momong anak sendiri sudah tidak kaget lagi.”
7
1
Kondisi finansial setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mba sudah ditanggung oleh
suami, apakah mba mengalami kesulitan dalam hal ekonomi?”
Al: “Kesulitan ya pasti ada mba, apalagi waktu awal nikah itu suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
2
3
4
5
6
7
8
saya belum kerja padahal kebutuhan banyak, untuk melahirkan,
untuk beli kebutuhan bayi, bingung to mba kalau kaya gitu?
Tapi sekarang ya Alhamdulilah suami saya sudah dapat kerja
dan hasilnya mencukupi lah.”
Pn: “Kalau saat menikah suami belum bekerja, lalu biaya persalinan
itu dari siapa mba?”
Al: “Ya dari orangtua kami mba, patungan gitu mba, terus ada
jamkesda juga jadi agak terbantu lah.”
Pn: “Lalu bagaimana dengan perlengkapan bayi?”
Al: “Kalau itu Alhamdulilah banyak yang ngasih mba jadi tidak beli
banyak cuma nambah sedikit saja, ya sudah rejekinya adik
mba.”
Pn: “Lalu berapa lama suami sempat menganggur?”
Al: “Ya sekitar 8 bulan mungkin mba.”’
Pn: “Lalu saat itu pernah tidak mba berpikir untuk cari kerja, karena
suami kan belum kerja lalu kebutuhan banyak ditambah lagi
punya bayi, pernah tidak berpikir untuk bekerja untuk
membantu keuangan keluarga?”
Al: “Pernah mba, saya sempat kerja tiga bulan terus pas suami saya
sudah dapat kerjaan saya berhenti, daripada di rumah juga tidak
ngapa-ngapain mba yamending kerja to bisa dapat duit buat beli
kebutuhan anak.”
Pn: “Kalau mba kerja lalu anak dengan siapa mba?”
Al: “Dimomong sama Mbah putrinya mba.”
Pn: “Waktu itu usia anak berapa mba waktu mba tinggal kerja?”
Al: “Empat bulan.”
Pn: “Jadi kesulitan dalam hal ekonomi hanya terjadi di awal
pernikahan saja ya mba, sekarang Alhamdulilah sudah
tercukupi, benar begitu?”
Al: “Iya mba.”
8
1
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mba mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada
masalah dalam perjalannya, bagaimana cara mba mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
2
3
4
masalah yang terjadi dalam rumah tangga mba?”
Al: “Sebenarnya kami berdua sama-sama keras kepala mba, tapi
kalau ada masalah itu pasti kami bicarakan, karena kalau tidak
dibicarakan tidak selesai-selesai mba masalahnya.”
Pn: “Ketika membicarakan masalah itu apakah dengan kepala
dingan atau dengan keadaan emosi, misalnya sampai berantem
dan adu mulut, atau bagaimana mba?”
Al: “Berantem ya sering mba soalnya kan kami sama-sama keras,
tapi untungnya suami saya suka ngalah, walaupun awalnya kami
berantem tapi masalah terselesaikan.”
Pn: “Jadi cara mba menyelesaikan masalah dengan cara dibicarakan
walaupun awalnya harus berantem, benar begitu mba?”
Al: “Iya mba, pokoknya kalau ada masalah atau sesuatu yang
mengganjal itu harus dibicarakan walaupun kenyataannya
menyakitkan, biar lega gitu loh mba.”
Pn: “Lalu apakah cara penyampaiannya harus dengan emosi? Pernah
tidak membicarakan masalah dengan kepala dingin?”
Al: “Seringnya memang emosi mba, tapi kalau lagi malas berantem
paling ya cuma diam-diaman saja mba, nanti kalau sudah puas
diam baru dibicarakan masalahnya.”
9
1
2
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mba mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah mba melakukan kekerasan fisik pada pasangan mba/
benda?”
Al: “Tidak pernah mba, saya tidak pernah melakukan kekerasan
fisik, kalau saya sedang emosi ya saya pendam saja mba, tunggu
sampai emosi saya agak reda baru saya cerita ke suami, karena
suami saya kan wataknya juga keras takutnya kalau langsung
ngomong malah berantem.”
Pn: “Tadi mba bilang kalau ada masalah langsung mba ungkapkan
pada suami walaupun harus berantem, tetapi kenapa ketika
emosi malah mba pendam dan tidak mba ceritakan pada
suami?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
3
4
Al: “Kalau masalah kan memang harus dibicarakan to mba? Tapi
kalau perasaan emosi kan bisa dipendam dulu tunggau perasaan
saya agak baikan dulu baru cerita ke suami walaupun akhirnya
nanti berantem.”
Pn: “Apakah mba selalu berantem ketika menceritakan masalah mba
pada suami?”
Al: “Ya tidak juga mba, tergantung masalahnya kalau keterlaluan ya
sampai berantem kalau tidak ya paling suami saya yang
akhirnya mengalah.”
Pn: “Pernah tidak ketika emosi mba menceritakan pada oranglain?
Misalnya teman atau orang terdekat gitu?”
Al: “Paling kalau curhat itu ke Ibu atau Bulik, karena saya cuma
dekat sama Ibu dan Bulik.”
10
1
2
3
Mengatur marah
Pn: “Ketika mba merasa marah dengan pasangan mba atau masalah
rumah tangga mba, apakah mba langsung meluapkan kemarahan
mba atau anda menahannya?”
Al: “Kalau marah itu tergantung dari persoalannya mba, kalau yang
kira-kira keterlaluan ya langsung saya luapkan tapi kalau cuma
masalah kecil ya saya pendam saja mba.”
Pn: “Maaf kalau boleh tahu masalah yang keterlaluan itu yang
seperti apa mba dan masalah yang sepele itu apa?”
Al: “Masalah yang keterlaluan itu kalau suami saya minum-minum
itu loh mba, dia kan sudah punya istri dan anak masa masih
minum-minum, kelewatan to mba? Apa dia tidak mikir istri
sama anaknya, itukan tidak baik buat anak juga, makannya
kalau saya tahu suami saya habis minum saya langsung marahi
saja mba. Kalau masalah sepele ya kalau Ibu mertua ngomong
sesuatu yang agak menyinggung paling ya saya diamkan saja,
saya cerita sama suami terus suami saya hanya bilang ya tidak
usah diambil hati memang sifatnya begitu, kalau sudah begitu
ya sudah saya pilih diam.”
Pn: “Jadi cara mba mengatur rasa marah itu mengungkapkan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
dengan tingkat permasalahannya begitu?”
Al: “Iya mba.”
11
1
2
3
4
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Menurut mba hal baik atau kurang baik apa yang mba rasakan
setelah mba menikah di usia muda dan mengarungi rumah
tangga selama ini?”
Al: “Hal baiknya itu walau sudah punya anak tapi masih terlihat
muda, kalau hal kurang baiknya ya karena kami masih sama-
sama muda jadi rasa egoisnya masih terlalu tinggi.”
Pn: “Sudah selesai pertanyaannya mba, terimakasih banyak ya mba
atas ketersediaan mba diwawancara dan waktu yang mba
berikan, semoga semua ini bermanfaat.”
Al: “Iya mba sama-sama.”
Pn: “Maaf ya mba kalau perkataan saya ada yang salah.”
Al: “Engga ko mba.”
Pn: “Ya sudah saya pamit dulu, mari mba.”
Al: “Monggo..”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kode Hasil wawancara subjek 2B (Sg)
2B 1
1
2
3
4
5
6
7
8
Perasaan setelah menikah
Pn: “Selamat sore mas?”
Sg:”Sore mba.”
Pn: “Bagaimana kabarnya mas?”
Sg: “Baik mba.”
Pn: “Maaf ya mas mengaganggu waktu istirahat, seperti yang saya
ceritakan kemarin kalau hari ini saya mau wawancara mas terkait
penelitian saya tentang pernikahan usia muda, bagaimana mas
sudah siap?”
Sg: “Iya mba.”
Pn: “Ya sudah kita langsung mulai saja ya mas dengan pertanyaan
yang pertama. Bagaimana perasan mas setelah menikah?”
Sg: “Perasaan gimana maksudnya mba?”
Pn: “Perasaan mas setelah mas memutuskan untuk menikah muda,
apakah ada rasa takut, ragu-ragu, sedih, atau bahagia, bagaimana
menurut mas?”
Sg: “Ya takut ada, ragu-ragu juga ada mba, takutnya itu besok bisa
ngasih nafkah atau engga, ragu-ragunya itu benar tidak keputusan
saya untu menikah muda tapi ya sudah jalani saja dulu mba.”
Pn: “Mas takut tidak bisa memberi nafkah, apakah saat memutuskan
akan menikah mas belum bekerja?”
Sg: “Ya sudah bekerja mba tapi kerjaannya masih serabutan mba,
masih belum jelas, bayaran juga tidak jelas to, itu yang bikin saya
takut, kalau sekarang sih Alhamdulilah.”
Pn: “Saat itu hal apa yang mempengaruhi mas sampai akhirnya mas
memutuskan untuk menikah di usia yang masih sangat muda?”
Sg: “Saya takut keduluan orang mba, yang suka sama istri saya kan
dulu banyak jadi dari pada keduluan orang ya mending saya
nikahi duluan.”
Pn: “Tadi mas mengatakan kalau mas ada rasa takut tidak bisa
memberi nafkah, tetapi mas dengan mantap menikahi pacar mas
saat itu, menurut mas mengapa hal itu bisa terjadi?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Sg: “Ya bisa saja mba kalau sudah niat, seperti yang saya bilang tadi
jalani saja dulu, kalau masalah rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan,
jadi percaya saja.”
2
1
2
3
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Setelah menikah mas tinggal dengan keluarga baru yang berbeda
dari keluarga mas, apakah mas mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan keluarga baru mas?”
Sg: “Ya kesulitan pasti ada mba, apalagi saya menikah usianya masih
muda, kalau saya sih prinsipnya mengalah mba, kalau misalnya
sana lagi marah ya saya ngalah saja gitu supaya tidak ribut.”
Pn: “Lalu kesulitan apa yang mas rasakan saat harus beradaptasi
dengan keluarga mbanya?”
Sg: “Kesulitannya itu saya kurang mengenal keluarga istri saya,
karena kan keluarganya tidak tinggal disini to mba, yang tinggal
disini hanya buliknya, ibunya di Boyolali, bapaknya kerja di
Jogja, jadi saya merasa susah untuk mengenal keluarganya.”
Pn: “Lalu bagaimana cara mas untuk bisa beradaptasi dengan
keluarga istri?”
Sg: “Ya sudah jalani saja mba, saya kan juga jarang pulang ke rumah
mertua saya jadi saya belum mengenal betul orangnya, tapi saya
jalani saja nanti lama-lama yang terbiasa.”
3
1
2
Menjalani tugas baru sebagai Kepala keluarga
Pn: “Setelah menikah mas dihadapkan pada status baru yaitu sebagai
suami dan kepala keluarga, mas juga dihadapkan pada tugas
untuk mengurus keluarga, apakah mas mengalami kesulitan
dalam menjalani tugas itu?”
Sg: “Maksudnya gimana mba?”
Pn: “Maksud saya setelah menikah status mas kan berubah dari lajang
menjadi suami, lalu mas punya tugas sebagai keluarga, nah mas
mengalami kesulitan tidak dengan perubahan status mas dan
tugas baru mas sebagai kepala keluarga?”
Sg: “Kesulitan pasti ada mba, soalnya saya menikah diusia yang
masih muda juga terus saya masih ingin main-main, tapi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
3
4
5
6
ingat yang di rumah, misalnya saya mau main ke tempat teman
saya, pulang-pulang pasti istri saya marah-marah, jadi kalau mau
main ke tempat teman saya yang rumahnya agak jauh itu susah
mba.”
Pn: “Lalu kalau sebagai kepala keluarga yang harus mengurus istri
dan anak bagaimana mas, apakah mas mengalami kesulitan
juga?”
Sg: “Iya mba, sulitnya itu kan bagaimana saya mengatur istri saya
supaya bisa seiringan dengan saya gitu mba.”
Pn: “Seiringan itu maksudnya gimana mas dan dalam hal apa?”
Sg: “Seiringan itu ya sejalan dengan saya mba, sepemikiran lah
istilahnya jadi kalau saya suka berhemat ya istri saya juga harus
bisa berhemat, intinya istri saya itu harus bisa nurut apa kata
sayalah.”
Pn: “Lalu mengapa mas mengatakan kalau membimbing atau
mengajarkan istri supaya bisa sepaham dengan mas itu sulit?”
Sg: “Ya sulit lah mba, saya sama istri saya kan punya sifat yang beda,
apalagi istri saya kan terbilang masih remaja jadi sifat manjadan
egosinya itu masih tinggi sekali, jadi bagaimana caranya supaya
saya bisa merubah itu semua sesuai dengan keinginan saya.”
Pn: “Kenapa mas ingin merubah istri mas sesuai dengan keinginan
mas, kenapa mas tidak biarkan saja istri mas jadi dirinya
sendiri?”
Sg: “Ya namanya istri kan harus nurut suami to mba, kan ini untuk
kebaikan dia juga.”
4
1
2
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mas tentu tidak bebas seperti dulu,
apakah terkadang masih terlintas dipikiran mas untuk bisa
berkumpul dengan teman sebaya?”
Sg: “Kalau keinginan untuk bisa kumpul sama teman ya masih mba,
sampai sekarang ya masih.”
Pn: “Apa yang membuat mas masih memiliki pikiran untuk bisa
kumpul dengan teman-teman?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
3
4
5
6
Sg: “Ya soalnya kan saya kerja dari pagi sampai sore mba, pulang
kerja tu rasanya cape dan jenuh banget, makanya saya butuh
hiburan dan hiburannya itu ya kumpul bareng teman, cuma kan
sekarang kalau mau main juga sudah tidak bebas mba, saya sudah
terikat sekarang, kalau main sama teman sampai agak malam saja
pulang-pulang istri langsung marah, jadi ya susahlah mba
walaupun ada keinginan untuk kumpul sama teman tapi tetap
harus lihat-lihat waktu.”
Pn: “Sekarang kan mas sudah punya anak, biasanya anak dalam
keluarga itu kan merupakan penghibur, apamas tidak merasa
terhhibur dengan kehidaran anak mas sehingga mas masih punya
keinginan untuk main keluar?”
Sg: “Kalau sama anak itu kan tergantung mba, tergantung saya lagi
capek atau engga, saya kan pulang kerja magrib kalau anak saya
belum tidur ya saya main sama anak kalau sudah tidur ya saya
main keluar, kadang kalau main sama anak itu malah dobel capek
nya mba, soalnya pasti kan minta gendong atau minta titah ke
sana-sini, kan malah tambah capek to mba.”
Pn: “Kalau saya boleh tahu dalam seminggu seberapa sering mas
kumpul dengan teman?”
Sg: “Ya tergantung keinginan mba, ga setiap hari juga. Kalau lagi
stres banget ya mungkin bisa sering mba, tapi kalau lagi ga stres
banget paling ya dua kali seminggu.”
Pn: “Lalu kalau istri mas marah karena mas sering keluar malam
untuk kumpul bareng teman, apakah mas tetap pergi walaupun
istri marah?”
Sg: “Ya iyalah mba, kalau saya lagi stres kan butuh hiburan mba.
Kalau nurutin istri yang marah terus malah tambah stres mba,
mending cari hiburan.”
Pn: “Lalu apakah mas pernah mencari hiburan dengan ngobrol di
rumah dengan istri? Istri kan juga bisa jadi tempat untuk melepas
lelah dan mencurahkan perasaan, pernah tidak mas?”
Sg: “Ehm gimana ya mba, kalau hanya sekedar ngobrol sama istri sih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
7
bisa kapan saja, kalau sama teman kan jarang, makannya kalau
ada kesempatan untuk ketemu teman ya saya pilih ketemu teman
mba soalnya lain rasanya kumpul bareng teman sama istri.”
Pn: “Lebih bahagia mana mas kumpul bareng istri dan anak atau
kumpul bareng teman?”
Sg:”He rahasia mba kalau itu, biar saya saja yang tahu.”
5
1
2
3
4
5
Kesulitan dalam mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mas mengalami kesulitan dalam
mengurus anak?”
Sg: “Ya mengalami mba, apalagi ini anak pertama belum ada
pengalaman ngurus anak jadi kesulitan itu pasti ada mba.”
Pn: “Pada saat apa mas mengalami kesulitan dalam mengurus anak?”
Sg: “Maksudnya mba?”
Pn: “Maksud saya pada saat kapan, apakah saat anak mas baru lahir
atau usia berapa gitu?”
Sg: “Oh kalau baru lahir pasti mba, karena kan anak saya lahir
prematur kecil banget mba badannya jadi saya ga berani
gendong, paling cuma saya tungguin saja kalau ditinggal mandi
atau ngapain.”
Pn: “Lalu selama perjalanan sampai anak mas usia sekarang, 14
bulan, apakah ada kesulitan dalam mengurus anak mas?”
Sg: “Kesulitan ya pasti ada terus mba, semakin besar anak semakin
banyak polahnya, apalagi sekarang sudah sering minta titah,
malah bikin dobel capeknya mba.”
Pn: “Tetapi mas senang kan punya anak?”
Sg: “Ya senanglah mba siapa yang ga senang punya keturunan, cuma
memang capeknya itu mba yang kadang-kadang bikin jengkel.”
6
1
Kondisi finansial setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mas bertanggungjawab penuh
khususnya pada istri dan keluarga kecil mas, apakah mas
mengalami kesulitan dalam hal ekonomi?”
Sg: “Ya kesulitan pasti ada mba, kalau dulu saya kerja bayarannya
hanya untuk saya sendiri, nah setelah nikah kan dibagi lagi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
2
istri, sekarang ditambah lagi punya anak berarti bayarannya
dibagi lagi untuk anak to mba, apalagi kebutuhan anakkan
banyak kaya bedak, bubur, susu, popok, ya macem-macemlah
mba, apalagi sekarang apa-apa mahal bayaran sebulan ya tidak
mencukupi untu biaya hidup sebulan.”
Pn: “Lalu bagaimana cara mas supaya bisa memenuhi kebutuhan
keluarga, apakah mas punya bisnis sampingan atau istri
diperbolehkan bekerja untuk membantu keuangan keluarga
mungkin, atau apa mas?”
Sg: “Ya caranya untuk bisa memenuhi kebutuhan itu dengan cara
membeli apa yang penting, kalau yang kira-kira tidak penting ya
tidak usah dibeli, terus ya belajar hemat dan prihatin dululah
namanya situasi sekarang kan lagi susah juga mba, kalau istri
mau kerja sih saya tidak keberatan cuma kan anak masih kecil
mba kasihan, nanti saja kalau sudah agak besar, sekarang ya apa
adanya saja, adanya bayaran segitu ya terima saja.”
7
1
2
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mas mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada masalah
dalam perjalannya, bagaimana cara mas mengatasi masalah yang
terjadi dalam rumah tangga mas?”
Sg: “Kalau ada masalah biasanya saya lebih suka diomongin mba,
tapi kalau diomongin tidak bisa ya sudah saya pilih ngalah dan
saya diamkan saja.”
Pn: “Masalah seperti apa mas yang menurut mas susah untuk
diomongin?”
Sg: “Ya macem-macemlah mba, misalnya kalau saya habis main
keluar, istri saya kadang ga percaya saya main ke rumah teman
malah dia ngomel-ngomel terus mba, padahal saya sudah
berusaha jelaskan dengan baik tapi tetap dia itu ngeyel, kalau
sudah begitu malas aku mba daripada diteruskan ya lebih baik
saya ngalah terus saya diamkan saja nanti lama-lama ya baik
sendiri. Istri saya itu kan masih kecil mba, masih belasan jadi
sifat anak-anaknya kadang muncul, jadi suka cemburuan banget,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
3
4
egois, dan emosinya tinggi, kami berdua sama-sama wataknya
keras tapi saya lebih pilih ngalah dan diam sampai masalahnya
selesai sendiri.”
Pn: “Kalau masalah hanya didiamkan terus berarti tidak akan selesai
dong mas? Lalu bagaimana cara mengatasinya mas?”
Sg: : “Ya kan tidak semua masalah didiamkan mba, kalau masalah
yang bisa diomongin ya kami pilih ngomong kalau engga ya
sudah.”
Pn: “Sampai sekarang ya mbanya masih susah kalau diberi
keterangan mas?”
Sg: “Masih mba, merubah watak dan sifat seseorang itu kan tidak
mudah, jadi sekarang pilih dijalani saja.”
8
1
2
3
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mas mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah mas melakukan kekerasan fisik pada pasangan mas/
benda?”
Sg: “Wah kalau kekerasan fisik ga pernah mba, apalagi sampai
memukul istri dosa besar kan itu mba.”
Pn: “Lalu kalau sedang emosi apa yang biasanya mas lakukan?”
Sg: “Kalau saya emosi ya langsung saya ungkapkan saja mba, tetapi
saya tidak pernah main fisik mba, walaupun saya orangnya
emosian tapi saya tidak suka main fisik apalagi sama perempuan.
Kalau sudah diungkapkan kan sudah lega to mba.”
Pn: “Lalu kalau melampiaskannya ke benda, misalnya nendang atau
mukul benda yang ada disekitar mas, pernah tidak mas
melakukan itu?”
Sg: “Engga mba, sayang-sayanglah barangnya he he, lebih baik
diungkapkan saja mba biar lega.”
9
1
Mengatasi marah
Pn: “Ketika mas merasa marah dengan pasangan mas atau masalah
rumah tangga mas, apakah mas langsung meluapkan kemarahan
mas atau mas menahannya?”
Sg: “Kalau saya tipenya langsung saya luapkan mba, tapi tergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
2
masalahnya kalau susah diluapkan ya sudah tunggu besoknya
lagi, kalau tidak bisa diluapkan paling ya saya tinggal pergi dulu
keluar atau ke angkringan baru setelah emosi saya agak reda baru
saya ungkapkan.”
Pn: “Tadi mas bilang kalau emosi itu selalu langsung mas luapkan,
tetapi kenapa kalau marah itu tergantung dari masalah, dan
masalah yang ringan baru mas bisa langsung marah, sedangkan
yang agak berat mas tidak bisa langsung marah, kenapa bis
begitu mas?”
Sg: “Saya memang tipe orang yang kalau ada apa-apa itu langsung
saya ungkapkan mba, tapi kan ga bisa selalu begitu kan perlu
mikir juga untuk mengungkapkannya, apalagi istri saya itu kan
mudah tersinggung mba orangnya jadi saya perlu cari cara
supaya dia ga tersinggung, makannya kalau masalahnya agak
ruwet saya tinggal dulu mba, supaya saya bisa cari cara yang
pas.”
10
1
2
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Menurut mas hal baik atau kurang baik apa yang mas rasakan
setelah mas menikah di usia muda dan mengarungi rumah tangga
selama ini?”
Sg: “Kalau menurut saya hal baik yang saya rasakan setelah menikah
muda itu ya pertama enak sudah ada yang ngurus mba, kedua
dari pada buat zina mending dihahalkan sekalian to mba. Kalau
hal yang kurang baiknya itu kami kan menikah diusia masih
muda, jadi keinginan untuk main sama teman atau pergi rumah
teman yang agak jauh itu masih ada gitu mba, sedangkan saya
sudah terikat dan sudah punya tanggungjawab sebagai suami, jadi
kadang saya mengalami perasaan yang berlawanan, disisi lain
saya masih ingin main tapi disisi lain saya juga ga enak sama
orangtua karena kan sudah punya istri, ya dilema gitu mba.”
Pn: “Jadi pada intinya menikah muda itu menghindarkan mas dari
perbuatan zina, tetapi mas juga tetap belum bisa menghilangkan
keinginan mas untuk kumpul dan main bersama teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
3
4
mas layaknya remaja pada umumnya, benar begitu mas?”
Sg: “Ya begitulah mba.”
Pn: “Ehm baik kalau begitu, wawancaranya sudah selesai mas,
terimakasih ya mas atas waktu yang sudah mas sediakan untuk
saya, saya minta maaf kalau selama wawancara tadi ada
perkataan saya yang menyinggung perasaan mas.”
Sg: “Iya mba sama-sama, santai saja ko mba.”
Pn: “Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu ya mas, mari mas.”
Sg: “Monggo mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Kode Hasil wawancara subjek 2C (As)
2C 1
1
2
3
4
5
6
7
Adaptasi dengan keluarga
Pn: “Selamat siang bu.”
As: “Siang mba.”’
Pn: “Maaf mengganggu bu, seperti yang sudah saya ceritakan kemarin
kalau kedatangan saya ke sini adalah untuk mewawancarai ibu
terkait penelitian saya tentang pernikahan usia muda.”
As: “Ini yang ditanyakan pernikahan saya atau anak saya?”
Pn: “Tentang pernikahan anak ibu.”
As: “Bukannya mba sudah tanya-tanya anak saya, harus saya juga
ditanya mba?”
Pn: “Iya saya sudah tanya-tanya anak ibu, tetapi saya masih butuh
sedikit informasi untuk melengkapi hasil wawancara saya, ibu
bersedia kan?”
As: “Ya ga apa-apa mba.”
Pn: “Langsung kita mulai saja ya bu.”
As: “Iya mba.”
Pn: “Setelah putra ibu menikah, mas Sg ini kan membawa istrinya
tinggal dengan keluarga ibu yang berbeda dari keluarga asalnya,
apakah menantu ibu mengalami kesulitan untuk beradaptasi
dengan keluarga barunya?”
As: “Beradaptasi gimana maksudnya mba?”
Pn: “Beradapatasi itu maksudnya menantu ibu merasa susah tidak
tinggal bareng dengan keluarga ibu, kan kebiasaan keluarga ibu
pasti lain dengan keluarga mba nya, lalu menantu ibu susah tidak
mengikuti kebiasaan keluarga ibu di sini?”
As: “Ya tidak mba, menantu saya biasa saja tinggal di sini, kalau
setiap pagi ya bangun merendam cucian terus bikin sarapan untuk
suaminya, nanti setelah itu baru momong anaknya, ya setiap hari
cuma begitu mba. Tapi memang menantu saya itu cepat
tersinggung, kalau ada salah apa sedikit saya beritahu langsung
marah, padahal itukan demi kebaikan dia juga to mba, masa ada
orang salah dibilangin malah marah, tapi ya sudah saya diamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
8
9
10
11
saja nanti ndak dikira saya cerewet atau suka ngatur, ya namanya
juga masih remaja ya mba jadi masih agak susah dibilangin.”
Pn: “Lalu bagaimana hubungan ibu selama ini dengan menantu ibu?”
As: “Hubungan saya sama menantu ya baik mba, cuma saya memang
jarang ngobrol sama menantu saya, soalnya menantu saya mudah
tersinggung gitu mba jadi saya agak segan mau ngobrol sama dia,
paling saya cuma bantu momong kalau dia sedang sibuk ngurus
rumah.”
Pn: “Kalau hubungan menantu ibu dengan anggota keluarga yang lain
gimana bu? Misalnya dengan ayah dan adik ipar?”
As: “Hubungannya ya baik-baik saja mba, sama bapak baik sama adik
juga baik, tidak ada masalah.”
Pn: “Kalau hubungan menantu ibu dengan tetangga gimana bu?”
As: “Hubungan sama tetangga ya baik, dia mau bergaul sama tetangga
di sini.”
Pn: “Jadi sebenarnya menantu ibu bisa beradaptasi dengan semua
orang, tapi kenapa hubungan menantu ibu dengan ibu agak
renggang?”
As: “Ya itu tadi mba, karena menantu saya masih seperti anak kecil
sifatnya terus mudah tersinggung juga, sebenarnya sih saya biasa
saja tapi ga tau kenapa dia sensitif sama saya, tapi ya sudahlah
saya diamkan saja, nanti kalau terlalu banyak ngomong malah
jadi masalah terus bikin dia jadi tidak betah di sini.”
2
1
Menjalani tugas baru sebagai suami dan istri
Pn: “Setelah menikah mereka dihadapkan pada status baru yaitu
sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarga, mereka juga
dihadapkan pada tugas untuk bertanggungjawab terhadap
keluarga, apakah mereka mengalami kesulitan dalam menjalani
tugas itu?”
As: “Ya namanya sudah menikah mau tidak mau kan sudah jadi suami
istri to mba, suami ya tugasnya cari nafkah, istri tugasnya ngurus
rumah, kalau sudah menikah semua harus dijalani siap tidak siap,
kalau kesulitan mungkin ada mba namanya mereka baru usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
2
remaja terus menikah jadi suami istri terus sekarang sudah punya
anak jadi orangtua.”
Pn: “Kira-kira sepengetahuan ibu kesulitan apa yang mereka alami
dari perubahan status sebagai suami dan istri atau sebagai
orangtua?”
As: “Apa ya mba? Kalau anak saya mungkin karena belum siap mba,
kadang sifat yang dulu masih ada sampai sekarang misalnya suka
keluar malam ketemu teman, dari dulu memang sukanya keluar
malam sampai setelah menikah ya masih begitu, saya mau
nasihatin ya sudah bukan tanggungjawab saya lagi kalau tidak
dinasihati tidak enak sama tetangga tapi ya luweh mba, namanya
sudah menikah kan harus mandiri, harusnya sudah bisa mikir tapi
ya namanya sudah kebiasaan mba susah. Kalau menantu, saya
kurang tahu juga mba keliatannya dia tidak ada masalah karena
saya lihat dia sayang sekali sama anaknya, terus dia juga
melakukan pekerjaan ibu rumah tangga seperti biasa kaya nyuci,
masak, momong, ya pokoknya semua itu dikerjakan tanpa ada
beban.”
3
1
2
Berkumpul dengan teman sebaya
Pn: “Setelah menikah kehidupan mereka tentu tidak bebas seperti
dulu, apakah ibu pernah mendapati mereka main dan berkumpul
dengan teman sebaya?”
As: “Kalau anak saya iya mba, tadi kan saya sudah bilang kalau anak
saya itu masih suka keluar malam ya walaupun sekarang sudah
tidak sampai malam sekali tapi masih sering, kalau menantu saya
sepertinya jarang mba, kalau saya lihat dia memang sering di
rumah, paling kalau mau pergi ya sama anak saya tapi saya tidak
tahu pergi kemana yang saya tahu dia keluar rumah, tapi perginya
kemana saya tidak tahu.”
Pn: “Kalau anak dan menantu ibu mau pergi keluar rumah, apa ibu
pernah bertanya pada mereka tempat yang ingin dituju?”
As: “Engga pernah mba, saya biarkan saja nanti kan kalau pamit ya
ngomong mau kemana, tapi kalau tidak ngomong ya sudah saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
biarkan saja nanti ndak dikira suka ikut campur.”
4
1
2
3
Kesulitan mengurus anak
Pn: “Setelah memiliki anak, apakah mereka mengalami kesulitan
dalam mengurus anak?”
As: “Kalau kesulitan mengurus anak ya tidak ada mba, karena saya
bantu momong juga kalau menantu saya sedang sibuk, kadang
Pak tuwonya juga ikut momong, kadang anak saya yang bungsu
juga ikut momong.”
Pn: “Maaf kalau boleh tahu apakah cucu ibu imunisasi dan timbang
badannya rutin?”’
As: “Kalau imunisasi saya kurang tahu mba karena biasanya kan ada
jadwalnya, tapi kalau timbangan itu rutin tiap bulan karena disini
kan ada posyandu tiap bulan mba.”
Pn: “Lalu ibu pernah tidak melihat menantu atau anak ibu merasa
kesal atau agak marah saat momong si kecil?”
As: “Kalau menantu saya sepertinya tidak mba, dia sayang sekali
sama anaknya namanya juga ibunya. Kalau anak saya ya pernah
sesekali mba, misalnya kalau dia baru capek pulang kerja terus
disuruh momong kadang agak tidak sabaran, ya wajar to mba
namanya orang capek habis kerja terus disuruh momong,anaknya
ngajak titah, pasti capek to mba, mungkin emosi karena masih
capek mba.”
5
1
Kondisi ekonomi setelah menikah
Pn: “Setelah menikah secara ekonomi mereka bertanggungjawab
penuh pada keluarga barunya dan lepas dari tanggungjawab
orangtua, apakah mereka mengalami kesulitan dalam hal
ekonomi?”
As: “Waktu awal nikah memang anak saya belum punya pekerjaan
tetap, ya masih serabutan mba, tapi ya sudah lumayan dia mau
tanggungjawab sama istrinya to? Kalau sekarang kan pekerjaan
anak saya sudah lumayan, cukuplah untuk biaya hidup istri dan
anaknya. Lagi pula anak saya ini kan tinggal bareng dengan saya
jadi tidak usah takut anak dan istrinya kelaparan, saya usahakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
setiap hari ada makanan di sini.”
6
1
2
Mengatasi masalah rumah tangga/ pribadi
Pn: “Ketika mereka mengarungi bahtera rumah tangga tentu ada
masalah dalam perjalannya, bagaimana cara mereka mengatasi
masalah yang terjadi dalam rumah tangga mereka?”
As: “Kalau ada masalah setahu saya mereka bicarakan sendiri di
kamar, nanti kalau masalah sudah dibicarakan baru mereka biasa
lagi, biasanya kalau menantu saya ada masalah dengan saya, anak
saya yang biasa nasihati saya, suruh jangan begini jangan begitu,
ya sudah saya terima saja nanti kalau dipermasalahkan malah
tambah lebar kemana-mana.”
Pn: “Pernah tidak mereka sampai berantem (adu mulut) saat
membicarakan masalah rumah tangga?”
As: “Kalau berantem ya pernah mba, tapi kan saya tidak berani tanya
ada apa, paling ya saya diamkan saja sampai agak reda.”
7
1
2
Mengatasi emosi
Pn: “Ketika mereka mengalami emosi dengan masalah rumah tangga,
pernahkah mereka melakukan kekerasan fisik pada pasangan
mereka/ benda?”
As: “Kekerasan fisik gimana maksudnya mba?”
Pn: “Maksud saya ketika emosi pernah tidak sampai memukul
pasangannya sendiri atau memukul benda gitu bu?”
As: “Wah kalau kekerasan fisik yang dialami anak dan menantu saya
tidak pernah itu mba. Ya kalau berantem memang pernah tapi
kalau sampai mukul tidak mba.”
8
1
Mengatasi marah
Pn: “Ketika mereka merasa marah dengan pasangan mereka atau
masalah rumah tangga mereka, apakah mereka langsung
meluapkan kemarahan mereka atau mereka menahannya?”
As: “Kalau setahu saya langsung diluapkan mba, karena anak saya itu
kan orangnya kalau ada apa-apa maunya langsung dibicarakan,
kalau menantu saya kurang tahu mba, sepengetahuan saya dia
kalau sedang marah itu selalu diam”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
9
1
2
3
Hal baik dan kurang baik dari pernikahan usia muda
Pn: “Apakah ada hal baik atau kurang baik yang mereka alami setelah
mereka menikah di usia muda dan mengarungi rumah tangga
selama ini?”
As: “Hal baiknya apa ya? Ya terhindar dari fitnah mba. Kalau kurang
baiknya mereka masih sama-sama kecil mba, belum bisa
mengatur diri dan mengatur emosi.”
Pn: “Ehm seperti itu, wawancaranya sudah selesai bu tadi itu
pertanyaan terakhir, terimakasih untuk waktu yang ibu sediakan
untuk saya dan saya minta maaf kalau ada kata-kata saya saat
wawancara tadi yang mungkin menyinggung perasaan ibu.”
As: “Ya sama-sama mba, saya juga senang kalau bisa bantu.”
Pn: “Ya sudah saya pamit dulu ya bu, mari bu.”
As: “Iya mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Kode Hasil wawancara subjek 2D(An)
2D 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pn: “Selamat pagi mas?”
An: “Pagi mba.”
Pn: “Dengan mas An?”
An: “Iya mba.”
Pn: “Perkenalkan saya Sl, saya tahu mas dari mba Al, begini mas saya kan sedang
penelitian, penelitian saya tentang pernikahan usia muda dan kemarin mba Al
beserta keluarganya sudah menjadi subjek saya, hanya saja saya masih merasa
informasi yang saya dapat ada yang kurang, jadi saya tanya mba Al teman
dekat mas Sg siapa yang kira-kira bisa saya wawancarai, lalu mba Al kasih
tahu alamatnya mas An. Nah saya mau minta tolong mas An untuk saya
wawancarai sebentar bisa tidak mas?”
An: “Wawancara tentang apa ya mba?”
Pn: “Wawancara tentang keluarga mba Al khususnya mas Sg, kata mba Al mas ini
teman dekatnya mas Sg, benar begitu mas?”
An: “Iya mba, tapi saya ga enak sama Sg nanti kalau dia tahu gimana?”’
Pn: “Mas tenang saja, saya jamin rahasianya kok mas, jadi apa yang jadi
pembicaraan kita hari ini cuma saya dan mas yang tahu, saya juga tidak akan
menyebutkan identitas mas,gimana mas bersedia?”
An: “Ya sudah kalau begitu.”
Pn: “Tetapi mohon jawab sejujurnya ya mas.”
An: “Ya Insya Allah mba, asal terjamin rahasianya.”
Pn: “Pasti terjamin mas, oya mas ini sudah berapa lama berteman dengan mas Sg?”
An: “Sudah lama mba sejak SMP, ya sudah 6 tahunan mungkin mba.”
Pn: “Kalau menurut mas, mas Sg itu orangnya gimana?”
An: “Kalau menurut saya ya orangnya baik mba, perhatian sama teman.”
Pn: “Maaf ya mas bukannya saya mau cari tahu keburukan orang saya hanya ingin
memastikan, kalau boleh saya tahu sifat negatif apa yang dimiliki mas Sg?”
An: “Memang kenapa mba ko nanya itu?”
Pn: “Ya soalnya kemarin waktu wawancara jawaban mas Sg sama mba Al itu ada
yang berdeda, mba Al bilang waktu menikah suaminya belum kerja, tapi mas
Sg bilang sudah kerja serabutan, apakah mas Sg punya kebiasaan berbohong
mas?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
10
11
12
13
14
15
16
17
An: “Ehm ini yang saya tahu loh mba, ya waktu di tempat kerja dulu memang dia
pernah korupsi mba sampai jutaan, terus pas juragan tahu orangtuanya
dipanggil ke tempat kerja di suruh ganti setengahnya kalau tidak ganti nanti
mau dilaporin polisi, lah orangtuanya bingung to mba kok bisa begitu,
akhirnya ibunya masuk rumah sakit terus Sg dipecat dari tempat kerjaan, itu
sih mba yang saya tahu.
Pn: “Mas kan temenan sudah lama dengan mas Sg, apakah mas baru tahu saat itu
kalau mas Sg punya kebiasaan bohong?”
An: “Iya mba saya baru tahu waktu itu, saya juga kaget ko dia bisa begitu.”
Pn: “Mas tahu kejadian itu dari siapa?”
An: “Kejadian apa mba?”
Pn: “Mas SG korupsi itu.”
An: “Oh...waktu itu saya kan satu kerjaan sama dia mba, makannya saya tahu.”
Pn: “Lalu kalau boleh tahu uang hasil korupsiannya itu untuk apa?”
An: “Setahu saya ya mba, uangnya dipakai untuk pacaran, waktu itu dia kan punya
dua pacar, mba Al dan satu lagi orang semarang, nah orang semarang ini suka
mintain duit ke SG mungkin dia sampai berani korupsi karena pacar yang di
semarang itu, tapi ternyata yang sudah keburu hamil itu mba Al,jadinya yang
dinikahi Sg yang mba Al itu karena sudah terlanjur hamil to mba, terus sama
yang semarang itu putus kalau ga salah mba.”
Pn: “Mas tahu dari tentang hal itu?”
An: “Ya Sg sering cerita ke saya mba makannya saya tahu banyak, maka nanti
jangan sampai Sg tahu tentang wawancara kita yamba, saya cuma ingin
membantu mba makannya saya mau diwawancara.”
Pn: “Iya mas tengan saja saya jamin tidak akan bocor, lalu setelah kejadian korupsi
itu bagaimana nasib mas Sg, apakah dia langsung menikahi mba Al?”
An: “Ya iyalah mba orang sudah hamil 5 bulan ya langsung dinikahi.”
Pn: “Lalu pekerjaannya bagaimana mas?”
An: “Ehm dia dipecat mba setelah kejadian itu, terus sebulan kemudian menikah.”
Pn: “Jadi mas Sg ini punya kebiasaan berbohong ya mas?”
An: “Ya bisa dibilang begitu mba.”
Pn: “Lalu apakah mas tahu kehidupan mereka setelah menikah, apakah
mereka sering berkelahi atau apa begitu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
18
19
20
21
22
23
An: “Ehm yang saya tahu kalau berantem fisik ga pernah mba,paling adu mulut
saja, mereka berdua kan sama-sama keras wataknya mba, jadi kalau ada
masalah ya sering berantem mba.”
Pn: “Mas pernah melihat mba Al dan mas Sg berantem?”
An: “Selama ini sih engga mba, tapi Sg sering cerita sama saya, ya curhat gitu lah
mba.”
Pn: “Lalu kalau hubungannya mba Al dengan orangtuanya mas Sg gimana mas?”
An: “Ehm saya kurang tahu juga mba, kalau Sg suka cerita sih memang Al sama
ibunya itu kurang dekat, mungkin karena Al nya juga yang cepat tersinggung
orangnya atau ibu nya yang belum siap punya menantu, saya pernah dengar
kalau ibunya pengen Sg lanjutin sekolah mba biar bisa cari kerja gampang,
tapi malah keduluan kejadian ini ya sudah jadai batal, mungkin hal itu yang
bikin ibunya rada ga rela dan kurang dekat dengan Al mba saya juga kurang
tahu.”
Pn: “Lalu saya dengar dari mba Al kalau mas Sg ini suka minum-minum, benar
begitu mas?”
An: “Ya kalau itu saya pergokin sekali mba, tapi saya ga ikut minum loh mba ya ga
sengaja saja lagi main pas dia lagi minum, ya mungkin itu karena dia lagi
stress terus pelampiasannya minum-minum itu.”
Pn: “Lalu apakah mas tahu penyebab mas Sg sering main dan keluar malam?
Apakah mas juga sering ikut kumpul dengan mas Sg?”
An: “Iya mba tapi jarang mba ga setiap hari, mungkin itu pelampiasan saja mba
karena belum siap menikah tapi namanya sudah berbuat ya harus
bertanggungjawab to mba, jadi dia mungkin menenangkan dirinya dengan
main sma teman kalau pulang kerja.”
Pn: “Kalau menurut mas sendiri, setuju tidak dengan pernikahan usia muda?”
An:”Kalau menurut saya ya setuju saja mba asal kita siap dan sudah mantap mau
menikah muda, karena menikah itu kan ibadah dan menghindari kita dari
perbuatan zina, tapi jangan menikah karena sudah kecelakaan soalnya kalau
kaya gitu mungkin kitanya juga belum siapkan mba nanti malah amburadul
pernikahannya, kan kita maunya menikah sekali seumur hidup gitu mba.”
Pn: “Ehm seperti itu, ya sudah terimakasih ya mas atas waktunya, maaf kalau saya
mengganggu dan saya minta maaf juga kalau ada kata-kata saya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
24
menyinggung perasaan mas.”
An: “Iya mba sama-sama, saya juga minta kalau infonya agak kurang soalnya yang
saya tahu cuma segitu.”
Pn: “Engga apa-apa ko mas, saya rasa ini sudah cukup, saya pamit dulu mas,
mari.”
An: “Iya mba.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related