PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM TERHADAP
PROGRAM JAMINAN SOSIAL NASIONAL1
Oleh: Fajar Hasri Ramadhana2 dan Hidayat Amir
3
Abstraksi
Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang.
Semenjak tonggak baru lahirnya jaminan sosial nasional melalui Undang-undang (UU) No.
40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), perlu tujuh tahun untuk membentuk
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu dengan disahkannya UU No. 24/2011.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan mulai efektif pada 1 Januari 2014 dan Jaminan
Ketenagakerjaan akan mulai efektif paling lambat mulai 1 Juli 2015. SJSN diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan dan standar kehidupan para pekerja, termasuk mereka
yang berada di sektor informal. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran empiris
tentang kesiapan UMKM terutama dalam hal kesanggupan dan kemampuannya membayar
kontribusi program. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode survei.
Sample terdiri atas tiga kelompok, yaitu pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri;
dikumpulkan dari 20 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan nonprobability sampling
method. Beberapa temuan mengindikasikan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki
kemampuan membayar kontribusi yang lebih rendah dibanding kelompok yang lain. Selain
itu bahwa kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara signifikan oleh
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap program BPJS.
Kata kunci: UMKM, Jaminan Sosial, Survey
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
setiap tenaga kerja, berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial dimaksud,
mencakup Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Hari Tua.
Cakupan kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja tersebut adalah setiap tenaga kerja,
baik yang melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja. Tenaga kerja di
luar hubungan kerja (TK-LHK) di sini pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi
informal, dengan ciri-ciri antara lain: berskala mikro, menggunakan teknologi sederhana,
1 Artikel ini merupakan ikhtisar atas bagian dari laporan kajian Tim PPRF-BKF-Kementerian Keuangan Tahun
2012 dengan judul “Kajian Kesinambungan APBN Atas Program Jaminan Sosial Nasional” 2 Kepala Bidang analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial.
3 Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.
2
menghasilkan produk berkualitas rendah, tempat usaha tidak tetap, mobilitas sangat tinggi,
kelangsungan usaha tidak terjamin, jam kerja tidak teratur dan tingkat produktivitas dan
penghasilan yang relatif rendah atau tidak tetap (Peraturan Menakertrans Nomor PER-
24/MEN/VI/2006). Sejalan dengan hal dimaksud, ILO dalam kajiannya juga mendefinisikan
sektor usaha mikro dan kecil sebagai bagian dari kegiatan ekonomi informal, yang dicirikan
secara mudah sebagai sektor yang tidak diregulasi dan tidak terdaftar (Nazara, 2010, p.7).
Hingga saat ini, program perlindungan kepada tenaga kerja, baru efektif untuk tenaga
kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja. Sementara tenaga kerja di luar hubungan kerja,
yang terbukti masih mendominasi angkatan kerja Indonesia, masih belum mendapatkan
perlindungan yang memadai dan berkesinambungan. Survei mencatat bahwa dalam lima
tahun terakhir, proporsi informalitas kegiatan ekonomi di Indonesia cukup tinggi dan
besarannya relatif tetap, yaitu sekitar 70% dari total pekerja nasional (Nazara, 2010, p.20).
Survei lain mencatat bahwa sekitar 80% dari pekerja informal masih belum mempunyai
perlindungan sosial atau semacamnya (Loop & Andadari, 2009). Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat kegiatan ekonomi sektor informal ini sangat terpapar pada resiko
kecelakaan kerja maupun kesehatan. Loop & Andadari (2009), dalam surveinya kepada para
pekerja informal, menemukan bahwa prioritas jaminan sosial yang diperlukan oleh pekerja
informal yaitu perlindungan terhadap kecelakaan kerja (36%) dan perlindungan kesehatan
pekerja (29%).
Mengingat kemampuan membayar iuran yang terbatas, karena penghasilan yang tidak
teratur dan ada penghasilan yang tergantung pada musim, maka untuk tenaga kerja di sektor
informal tidak diwajibkan mengikuti pogram jamsostek sesuai UU Nomor 3 tahun 1992,
melainkan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta (Peraturan Menakertrans
Nomor PER-24/MEN/VI/2006).
Diundangkannya UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, telah
menandai dimulainya babak baru perlindungan sosial yang menyeluruh di Indonesia. Jaminan
sosial dimaksud bersifat wajib bagi seluruh penduduk, dimana pelaksanaanya berdasarkan
prinsip-prinsip asuransi sosial, oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program
jaminan kesehatan dan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan akan
menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan
jaminan pensiun dan akan mulai beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.
3
Implementasi penyelenggaraan program SJSN untuk sektor informal tersebut, di satu
sisi merupakan harapan untuk memberikan perlindungan yang layak dan berkesinambungan,
namun di sisi lain mempunyai tantangan yang cukup nyata. Tantangan ini antara lain terkait
dengan: 1) sifat kepesertaan yang wajib, dimana sebelumnya sektor informal tidak
diwajibkan; 2) kesiapan (kemauan dan kemampuan) sektor informal yang mempunyai
kapasitas ekonomi dalam mengikuti program, mengingat iuran program akan menjadi beban
Pemberi Kerja dan Pekerja; serta 3) mekanisme pendataan dan pemungutan iuran sektor
informal yang masih belum memadai.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai tantangan penyelenggaraan program
program Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan
Hari Tua dan Jaminan Pensiun dalam kerangka SJSN bagi sektor usaha UMKM, diperlukan
kajian lapangan untuk mengukur persepsi Pemberi kerja dan Pekerja di sektor UMKM
terhadap program jaminan sosial nasional. Sektor UMKM dipilih sebagai target studi tidak
hanya alasan sebagaimana telah diuraikan di atas, namun juga karena pengertian UMKM
lebih definitif dan operasional untuk penyiapan program BPJS. Sementara kajian terhadap
sektor informal telah dilakukan antara lain oleh Angelini & Hirose (2004), Loop & Andadari
(2009), dan Nazara (2010). Kajian ini diharapkan dapat melengkapi kajian yang ada dan
menjadi salah satu bahan masukan dalam perumusan kebijakan perlindungan sosial di sektor
ini.
B. TUJUAN KAJIAN
1. Mengetahui tingkat pengetahuan pengusaha dan pekerja UMKM terhadap SJSN dan
BPJS;
2. Mengetahui persepsi pengusaha dan pekerja UMKM terhadap program jaminan sosial
nasional;
3. Mengetahui ekspektasi pengusaha dan pekerja UMKM terhadap kontribusinya bagi
program jaminan sosial nasional; dan
4. Menggali masukan terkait program dan manfaat yang diinginkan dan diperlukan oleh
pengusaha dan pekerja UMKM dari program jaminan sosial nasional.
4
C. METODOLOGI KAJIAN
Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memberikan gambaran kesiapan
sektor informal di dalam mengikuti program BPJS yang akan mulai efektif sejak 1 Januari
2014. Untuk mendapatkan data terkait maka dilakukan dengan metode survei. Namun
sebelumnya dilakukan diskusi terbatas dengan para pemangku kepentingan untuk
mendapatkan gambaran awal terkait program, sektor informal, dan keterlibatan sektor
informal dalam program jaminan sosial yang sudah berjalan, serta rancangan program BPJS
yang akan datang. Informasi awal ini penting untuk mendesain kuesioner survey agar
mencakup informasi yang diinginkan. Sampel survey terdiri atas tiga kelompok, yaitu:
pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri dan dikumpulkan dari 20 kota/kabupaten di
seluruh Indonesia dengan nonprobability sampling method. Detail tentang sampel akan
diuraikan dalam bagian profil responden berikut ini.
D. ANALISIS
Bagian ini akan dimulai dengan menyajikan profil responden untuk memberikan
gambaran awal latar belakang para responden, kemudian dilanjutkan dengan analisis
deskriptif atas informasi yang dihasilkan dari hasil survey dan analisis deskriptif sederhana
lainnya dengan menggunakan tabel silang untuk melihat perbedaan respon atas suatu
pertanyaan antara berbagai kelompok/klasifikasi identitas responden. Yang terakhir, disajikan
pula analisis uji statistik untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dan
kemampuan responden untuk mengikuti program SJSN.
1. Profil Responden
Data yang berhasil dihimpun melalui kuesioner dalam kegiatan survey berjumlah
586 responden, tersebar di 20 lokasi kota-kota utama di Indonesia (Lihat Gambar-1).
Responden tersebut terdiri atas 65% laki-laki, 33% perempuan dan ada 2% responden
yang tidak menjawab pertanyaan jenis kelamin. Sebaran usia responden, mayoritasnya
(49%) berada dalam klasifikasi usia produktif 31-45 tahun, sejumlah 25,6% berada para
rentang usia 16-30 tahun, sejumlah 22,8% dalam klasifikasi usia 46-60 tahun, dan hanya
sedikit sekali porsi responden di usia 61 tahun ke atas.
5
Gambar-1: Profil Responden: Sebaran Lokasi, Jenis Kelamin, dan Usia
Sementara dari Gambar-2 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden memiliki
pendidikan setingkat SMU/sederajat yaitu sebesar 40,6% atau sebesar 49,6% jika
ditambah dengan SMK. Secara umum tingkat pendidikan responden masih relatif rendah,
hanya sekitar 15% yang memiliki pendidikan setingkat akademi/diploma ke atas. Tingkat
penghasilannya juga masih relatif rendah, hanya 6% dari responden yang memiliki
penghasilan di atas Rp5 juta per bulan. Sementara dari sisi tanggungan keluarga,
mayoritas memiliki 3-5 tanggungan.
Gambar-2: Profil Responden: Pendidikan, Tanggungan, dan Penghasilan
Jika dilihat profil responden dari aspek pekerjaannya (Gambar-3) terlihat bahwa
52% memiliki status sebagai pekerja mandiri, 33% sebagai pekerja, dan 13% sebagai
Pangkal Pinang
Makasar
Mataram
Malang
Medan
Solo
Palembang
Jogjakarta
Surabaya
Batam
Palangkaraya
Salatiga
Purwakarta
Semarang
Bandung
Cirebon
Jayapura
Balikpapan
Padang
Gianyar
9.39%
8.70%
8.02%
7.17%
7.17%
6.83%
6.31%
5.80%
4.95%
4.61%
4.27%
3.92%
3.58%
3.24%
3.07%
2.90%
2.90%
2.73%
2.73%
1.71%
Sebaran responden berdasarkan Kabupaten/Kota
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
16-30 tahun
31-45 tahun
46-60 tahun
61-75 tahun
> 75 tahun
Series1 25.60% 49% 22.80% 2.40% 0.20%
Sebaran usia responden
65%
33%
2%Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tidak menjawab
27%
65%
7%
1%
Jumlah tanggungan keluarga responden
0-2 orang
3-5 orang
6-8 orang
9-11 orang
Rp 75.000 - 500.000
Rp 500.001 - 1.000.000
Rp 1.000.001 - 2.000.000
Rp 2.000.001 - 5.000.000
Rp 5.000.001 - 10.000.000
Rp 10.000.001 - 20.000.000
> 20.000.000
9.40%
36.50%
31.90%
16.20%
2.80%
1.60%
1.60%
Penghasilan perbulan
tidak menjawab
tidak sekolah
tidak lulus SD
SD/ Sederajat
SMP/ Sederajat
SMU/ Sederajat
SMK
Akademi/ Diploma
S1
S2
1.38%
0.50%
3.75%
14.85%
14.85%
40.61%
9.04%
5.12%
9.73%
0.17%
Tingkat Pendidikan Responden
6
pemilik usaha atau pemberi kerja. Mengingat responden mayoritasnya merupakan
pekerja dan usaha di sektor informal atau UMKM maka secara nature pekerjaan tidak
memiliki jam kerja yang tetap dan terstandar. Hal ini terlihat dari komposisi responden
yang menjawab bahwa mereka bekerja antara 7-12 jam dalam sehari berjumlah 74,6%
dari keseluruhan responden dan 17,6% responden bekerja selama 1-6 jam sehari. Fakta
ini didukung oleh jumlah hari kerja yang mayoritas 6-7 hari dalam seminggu. Hanya
sebesar 9,5% responden yang bekerja 5 hari dalam seminggu.
Profil khusus terkait pemberi kerja, mayoritas usaha mereka bergerak di sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 37,2% dan kemudian diikuti oleh sektor
jasa-jasa sebesar 28,2%. Mayoritasnya (88% responden) juga dalam bentuk usaha kecil
yang memiliki jumlah pekerja di bawah 25 orang. Dari lihat dari sisi omzet usaha, hanya
6% responden yang memiliki omzet usaha di atas Rp250 juta setahun. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden pemberi kerja merupakan usaha mikro.
Gambar-3: Profil Responden: Pekerjaan
13%
33%52%
3%
Status dalam pekerjaan
Pemilik/ Pemberi Kerja Pekerja
Pekerja Mandiri Tidak menjawab
17.6%
74.6%
5.1% 2.5% 0.2%
Lama bekerja dalam sehari
1-6 jam 7-12 jam 13-18 jam 19-24 jam Tidak menjawab
7
6
5
3
4
2
1
tidak menjawab
43.60%
38.80%
9.50%
3.90%
2.10%
1.60%
0.40%
0.20%
Hari kerja dalam seminggu
7
Gambar-4: Profil Usaha Pemberi Kerja
2. Analisis Deskriptif Hasil Survey
Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan persepsi responden terhadap
informasi yang diperolehnya terkait program SJSN yang akan dicanangkan oleh
pemerintah maupun terhadap program jaminan sosial yang sudah berjalan. Persepsi yang
akan dianalisis secara deskriptif antara lain meliputi persepsi responden terhadap risiko
pekerjaan, keterjadian dan keparahan kecelakaan kerja, tingkat pengetahuan terhadap
program SJSN termasuk penilaian terhadap level urgensi masing-masing program SJSN
dan keinginan untuk mengikuti program SJSN, tingkat kemampuan membayar iuran
program dan mekanisme serta frekuensi iuran program.
3. Persepsi Terhadap Risiko Pekerjaan
Dalam Gambar-5 disajikan persepsi responden terhadap risiko pekerjaan menurut
kelompok jenis kelamin responden, umur dan sektor pekerjaannya. Dari sisi jenis
kelamin terdapat perbedaan persepsi ada atau tidaknya risiko dalam pekerjaan, responden
laki-laki yang mengatakan adanya risiko dalam pekerjaan lebih tingggi dari responden
perempuan. Sementara dari sisi usia dapat dikatakan terjadi penyebaran yang relatif
merata. Perbedaan persepsi ini lebih disebabkan oleh jenis pekerjaan atau sektor
pekerjaan para responden (Lihat Gambar-6).
8
Gambar-5: Persepsi Risiko Menurut Jenis Kelamin dan Usia
Gambar-6: Persepsi Risiko Menurut Sektor Pekerjaan
Terhadap pertanyaan mengenai aspek apa saja di lingkungan pekerjaan yang
berpotensi membahayakan dan diberikan keleluasaan untuk memilih lebih dari satu atas
empat pilihan jawaban dan satu tambahan jawaban terbuka (jika diperlukan) diperoleh
tabulasi jawaban sebagaimana dalam Gambar-6. Terlihat walaupun ada banyak
responden yang tidak menjawab, jawaban kondisi kerja yang berbahaya/rawan
59.3%
39%
1.7%0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
Ada risiko Tidak ada risiko Tidak menjawab
Persepsi Risiko Laki-laki
37.3%
57.1%
5.50%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
Ada risiko Tidak ada risiko Tidak menjawab
Persepsi Risiko Perempuan
40.14%
56.09%
50%
38%
57.04%
40.22%
46.09%
62%
2.82%
3.69%
3.91%
0%
16-30 tahun
31-45 tahun
46-60 tahun
> 60 tahun
Persepsi Risiko Berdasarkan Usia
Tidak menjawab Tidak ada risiko Ada risiko
Pertanian
Pertambangan
Manufaktur
Listrik, air, gas
Konstruksi
Perdagangan, hotel, & restoran
Transportasi & telekomunikasi
Keuangan
Jasa
66.7%
0%
48%
40%
83.3%
39.4%
91.7%
25%
58.5%
33.3%
100%
36%
60%
8.3%
59.6%
8.3%
75%
38.4%
0%
0%
16%
0%
8.4%
0.9%
0%
0%
3.1%
Persepsi risiko berdasarkan sektor pekerjaan
Tidak menjawab Tidak ada risiko Ada risiko
9
kecelakaan dan jam kerja panjang/malam merupakan aspek yang potensi risiko pekerjaan
yang dianggap membahayakan. Sementara, jawaban yang berupa kombinasi atas
beberapa pilihan jawaban relatif kecil.
Gambar-7: Persepsi Terhadap Aspek Potensi Risiko Yang Membahayakan
Pertanyaan atas potensi risiko ini hanya berupa pertanyaan selintas, yang hanya
digunakan untuk mengukur persepsi adanya aspek potensi risiko dengan mengaitkan
aspek penyebabnya. Tentu untuk mendapatkan jawaban yang lebih definitive diperlukan
pendekatan lain yang lebih mendetail, misalnya dengan pertanyaan eksploratif yang
dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
4. Persepsi Terhadap Frekuensi dan Keparahan Kecelakaan Kerja
Selanjutnya, untuk mengetahui lebih dalam mengenai persepsi risiko dalam
pekerjaan maka responden diuji dengan pertanyaan mengenai kejadian kecelakaan kerja
yang pernah dialaminya maupun dialami oleh rekan kerja di lingkungan kerjanya serta
tingkat keparahannya. Gambar-8 menyajikan hasil jawaban responden. Bahwa jawaban
terhadap tingkat frekuensi kecelakaan kerja mayoritasnya tidak pernah atau pernah untuk
semua sektor pekerjaan. Sangat sedikit yang menjawab sering dan sangat sering. Selain
itu, mayoritas kejadian kecelakaan yaitu sebesar 68% pun tidak parah, hanya 15% parah,
3% sangat parah dan 1% mematikan.
Berbahaya/ rawan
kecelakaan
Jam kerja panjang/
malam
Lingkungan sekitar
berbahaya
Risiko dieksploitasi
Lainnya Berbahaya/ rawan
kecelakaan dan jam
kerja yang panjang
Berbahaya/ rawan
kecelakaan dan
lingkungan sekitar
berbahaya
Jam kerja panjang/
malam dan lingkungan
sekitar berbahaya
Tidak menjawab
31.1%
18.4%
5.5%
0.5%
9.7%
2.7%1% 0.8%
30.3%
Sebaran persepsi responden terhadap aspek potensi risiko
10
Gambar-8: Persepsi Terhadap Kecelakaan Kerja
5. Persepsi Terhadap Pengetahuan, Keinginan Keikutsertaan dan Urutan Urgensi
Ternyata masih sangat minim responden yang mengetahui tentang adanya program
SJSN, yaitu hanya sebesar 21% ketika ditanyakan kepada mereka secara serta merta
pengetahuan mereka. Sementara 62% mengaku tidak mengetahuinya dan 16% tidak
menjawab (Gambar-9). Ini tentu menjadi temuan tersendiri bahwa masih diperlukan
sosialisasi program SJSN secara massif, terutama untuk masyarakat kalangan kelas
menengah ke bawah, yang bekerja di sektor informal dan UMKM.
Namun demikian, ketika dieksplorasi lebih lanjut mengenai program SJSN mereka
secara antusias ingin mengikuti program SJSN ini. Hal ini ditunjukkan dengan respon
yang cukup besar, 86% untuk ikut dan hanya 4,4% yang secara eksplisit menyatakan
tidak ikut. Ini juga suatu temuan menarik bahwa ternyata para responden dari kalangan
menengah ke bawah, pekerja sektor informal dan UMKM memiliki antusiasme yang
tinggi untuk mengikuti program SJSN.
15.2%
100%
20%
20%
17%
44%
19.4%
16.7%
26.06%
78.8%
0%
64%
40%
75%
49.1%
63.9%
50%
64.24%
3%
0%
0%
40%
0%
4%
13.9%
33.3%
5.46%
3%
0%
0%
0%
0%
1%
2.8%
0%
1.21%
0%
0%
16%
0%
8.3%
1.9%
0%
0%
3.03%
Pertanian
Pertambangan
Manufaktur
Listrik, air, gas
Konstruksi
Perdagangan, hotel, & restoran
Transportasi & telekomunikasi
Keuangan
Jasa
Frekuensi Kecelakaan Kerja per Sektor Pekerjaan
Tidak menjawab Sangat Sering Sering Pernah Tidak pernah
68%
15%
3%1%
13%
Tingkat keparahan kecelakaan kerja
Tidak parah Parah Sangat Parah
Mematikan tidak menjawab
11
Gambar-9: Persepsi Terhadap Pengetahuan, Keikutsertaan dan Tingkat Urgensi
Dan bagi karakter responden dalam klasifikasi ini mereka meletakkan program
SJSN Jaminan Kesehatan sebagai urutan tertinggi, diikuti oleh Jaminan Kecelakaan
Kerja. Sementara untuk tiga program lainnya: Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan
Jaminan Kematian pada urutan berikutnya. Hal ini sangat rasional mengingat Jaminan
Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi mereka. Jaminan Kecelakaan Kerja juga
penting, mengingat potensi risiko mereka dalam pekerjaan. Sementara Jaminan
Kematian, bukan tidak penting tetapi sangat mungkin karena sudah ada mekanisme
sosial dalam menangani musibah kematian, baik berbasis agama maupun budaya
setempat.
6. Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran Program SJSN
Bagian ini akan menyajikan gambaran persepsi responden atas gambaran
kemampuannya untuk membayar iuran ketika mengikuti program SJSN. Analisis
disajikan untuk setiap status responden dalam pekerjaan, baik sebagai pekerja, pemberi
kerja atau pun pekerja mandiri.
Namun sebelumnya, perlu dicatat bahwa dalam hubungan pekerja pemberi kerja
dalam hal pembayaran iuran jaminan kesehatan, jaminan pensiun dan jaminan hari tua
untuk pekerja besaran iuran ditanggung bersama dengan proporsi tertentu antara pekerja
86%
4.4%9.6%
Keinginan mengikuti program SJSN
Ingin Tidak Tidak menjawab
21%
63%
16%
Pengetahuan tentang SJSN
Tahu Tidak tahu Tidak menjawab
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5
Kesehatan 87% 7.30% 2% 1.80% 2%
Kecelakaan Kerja 17% 57.10% 10.50% 7.90% 7.50%
Hari Tua 9.80% 15.90% 36.50% 25.10% 12.80%
Pensiun 5.90% 6.50% 13.70% 36% 37.90%
Kematian 9.40% 8.30% 27.70% 16.40% 38.30%
Persepsi urutan tingkat urgensi program SJSN
12
dan pemberi kerja. Sementara iuran jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian
untuk pekerja ditanggung oleh pemberi kerja. Sehingga dalam hal ini, pemberi kerja
selain menanggung iuran jaminan SJSN bagi dirinya, mereka juga menanggung iuran
bagi pekerja sebagaimana tersebut di atas. Sementara itu, bagi pekerja mandiri tentu
hanya perlu menanggung iuran program SJSN bagi dirinya sendiri.
Salah satu analisis yang cukup penting adalah mengenai proporsi ideal untuk iuran
yang ditanggung bersama oleh Pemberi Kerja dan Pekerjanya, yakni untuk Jaminan
Kesehatan, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pensiun. Dari hasil analisis diperoleh
informasi bahwa Pemberi Kerja rata-rata mampu menanggung porsi iuran sebesar
62,76% sedangkan kelompok Pekerja rata-rata mampu menanggung porsi iuran sebesar
39,7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kompromi yang ideal untuk
proporsi iuran ini ialah 60% menjadi tanggungan pemberi kerja dan 40% menjadi
tanggungan pekerja.
Gambar-10 menyajikan hasil persepsi kemampuan membayar iuran program SJSN
untuk pemberi pekerja. Terlihat bahwa ada perbedaan preferensi responden pemberi
kerja dalam mempersepsikan kemampuannya dalam membayar iuran untuk program
kematian, kecelakaan kerja dan kesehatan. Untuk program jaminan kematian,
kemampuan membayar pemberi kerja relatif rendah, sementara untuk program
kecelakaan kerja dan kesehatan relatif lebih tersebar, dari mengatakan tidak mampu
sampai dengan membayar iuran diatas Rp25.000,00 per bulan. Untuk program pension
dan hari tua, kecenderungan mempersepsikan kemampuannya pada level iuran sampai
dengan Rp25.000,00 atau pun jika ditingkatkan masih cukup mampu sampai ke level
Rp50.000,00. Hal ini ditunjukkan bahwa 22,2% responden mampu membayar iuran pada
kategori iuran antara Rp25.000,00 s.d. Rp50.000,00, baik untuk program jaminan
pensiun atau pun jaminan hari tua.
Sebetulnya ukuran kemampuan membayar iuran program SJSN dapat juga
digunakan sebagai proksi untuk mengukur kemauan atau keinginan untuk bergabung
dalam program SJSN ini.
13
Gambar-10: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pemberi Kerja
Untuk responden pekerja (Lihat Gambar-11), hanya menanggung iuran untuk tiga
program SJSN: jaminan pensiun, jaminan hari tua dan jaminan kesehatan. Terlihat
bahwa untuk program jaminan pensiun dan jaminan hari tua, persepsi pekerja memiliki
kecenderungan yang sama yaitu kemampuan membayar mayoritas pada level
<Rp25.000,00 per bulan. Walaupun ada sebesar 9,1% responden yang menyatakan
mampu membayar iuran sebesar >Rp125.000,00 per bulan dan sebesar 18,2% responden
menyatakan tidak mampu membayar iuran.
Untuk program jaminan kesehatan, 36,2% responden pekerja mengaku tidak
mampu membayar iuran. Sementara sebesar 23,4% mampu membayar iuran antara
Rp5.000,00 s.d. Rp10.000,00 per bulan. Menarik, bahwa sebesar 19,1% menyatakan
mampu membayar iuran di atas Rp25.000,00 per bulan dan untuk rentang iuran di atas
Rp10.000,00 dan kurang dari Rp25.000,00 per bulan hanya dalam prosentasi yang lebih
rendah dari kedua kategori tersebut.
Untuk responden pekerja mandiri sebagaimana tersaji dalam Gambar-12,
menunjukkan bahwa ada keseragaman kecenderungan kemampuan membayar iuran baik
untuk kelompok jaminan kematian, kecelakaan kerja dan kesehatan maupun untuk
kelompok jaminan pensiun dan hari tua. Jumlah responden pekerja mandiri yang
Tidak mampu
Rp 5.000-10.000
Rp 10.001-15.000
Rp 15.001-20.000
Rp 20.001-25.000
> Rp 25.000
23.7%
23.7%
15.8%
18.4%
10.5%
7.9%
16.2%
35.1%
16.2%
11%
18.9%
2.8%
35.3%
47.1%
6%
5.9%
5.9%
0%
Kemampuan Pemberi Kerja Membayar Iuran Program SJSN
Kematian Kecelakaan Kerja Kesehatan
Tidak mampu
< Rp 25.000
Rp 25.000-50.000
Rp50.001-75.000
Rp75.001-100.000
Rp100.001-125.000
> Rp125.000
17%
44.3%
22%
16.7%
0%
0%
0%
22.2%
44.4%
22.2%
5.6%
5.6%
0%
0%
Kemampuan Pemberi Kerja Membayar Iuran Program SJSN
Pensiun Hari Tua
14
menyatakan tidak mampu membayar iuran untuk jaminan kematian, kecelakaan kerja
dan kesehatan relatif seimbang dengan kelompok responden yang menyatakan mampu
membayar iuran sebesar antara Rp5.000,00 s.d. Rp10.000,00.
Untuk program jaminan pensiun dan hari tua, mayoritas atau sebesar 54,% dan
53,4% responden pekerja mandiri secara berurut menyatakan mampu membayar iuran
jaminan pensiun dan hari tua sebesar sampai dengan Rp25.000,00 per bulan. Sebetulnya
raltif cukup banyak responden yang mampu membayar iuran sebesar antara Rp25.000,00
s.d. Rp50.000,00 per bulan (19% dan 21,5%). Namun jika level iuran dinaikkan lebih
dari Rp50.000,00 per bulan hanya sangat sedikit responden pemberi kerja yang mengaku
memiliki kemampuan membayarnya. Tercatat ada kurang lebih 20% responden yang
mengaku tidak mampu membayar iuran program jaminan pensiun dan hari tua.
Gambar-11: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pekerja
36.2%
23.4%
12.8%
2.1%
6.4%
19.1%
Tidak mampu Rp 5.000-10.000 Rp 10.001-15.000 Rp 15.001-20.000 Rp 20.001-25.000 > Rp 25.000
Kesehatan
Tidak mampu
< Rp 25.000
Rp 25.000-50.000
Rp50.001-75.000
Rp75.001-100.000
Rp100.001-125.000
> Rp125.000
18.2%
54.5%
11.4%
2.3%
4.5%
0%
9.1%
18.2%
50%
15.9%
0%
6.8%
0%
9.1%
Kemampuan pekerja membayar iuran jaminan hari tua
dan pensiun
Pensiun Hari Tua
15
Gambar-12: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pekerja Mandiri
7. Persepsi Terhadap Mekanisme Iuran
Seluruh responden dimintai pendapatnya mengenai periode pemungutan iuran dan
mekanisme pembayaran yang ideal. Hasilnya didapatkan bahwa periode pemungutan
iuran yang ideal dilakukan secara bulanan. Sementara itu, untuk mekanisme pembayaran
ideal tidak ada jawaban yang sangat menonjol. Jawaban responden tersebar dalam
pilihan yang disajikan dalam kuesioner, bahkan termasuk untuk pilihan lainnya. Hal ini
mengindikasikan perlunya berbagai pendekatan untuk fasilitasi iuran program SJSN
yang sesuai dengan karakter dan latar belakang peserta program untuk meningkatkan
kemudahan pembayaran iuran.
Gambar-13: Persepsi Terhadap Mekanisme Iuran
Tidak mampu
Rp 5.000-10.000
Rp 10.001-15.000
Rp 15.001-20.000
Rp 20.001-25.000
> Rp 25.000
38.3%
38.9%
9.4%
2.2%
5%
6.1%
39%
40.1%
14.5%
3.5%
0.6%
2.3%
53.3%
36.5%
4.8%
1.8%
0%
3.6%
Kemampuan Pekerja Mandiri Membayar Iuran
Kematian Kecelakaan Kerja Kesehatan
Tidak mampu
< Rp 25.000
Rp 25.000-50.000
Rp50.001-75.000
Rp75.001-100.000
Rp100.001-125.000
> Rp125.000
17.2%
53.4%
21.5%
3%
2.5%
1.2%
1.2%
20.4%
54.2%
19%
1.4%
3.6%
0.7%
0.7%
Kemampuan Pekerja Mandiri Membayar Iuran
Pensiun Hari Tua
16
8. Analisis Uji Statistik
Analisis uji statistik dilakukan untuk uji signifikansi faktor-faktor yang
mempengaruhi kemauan mengikuti program dan kemampuan membayar iuran. Kedua
kriteria pengujian ini dilakukan untuk lima program SJSN: (1) jaminan kesehatan, (2)
jaminan kecelakaan kerja, (3) jaminan hari tua, (4) jaminan pensiun, dan (5) jaminan
kematian. Analisis yang dilakukan adalah memodelkan keputusan responden untuk
mengikuti atau tidak mengikuti program dalam SJSN. Kriteria penentuan ikut atau tidak
ikut dilakukan dengan menggunakan indikator kemampuan membayar iuran. Dimana
responden yang menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak mampu dan lebih
kecil dari Rp5.000 akan diberikan angka “0” sedangkan responden yang menjawab selain
dua pilihan tersebut akan diberikan angka “1” karena dianggap memiliki intensi dan
kemampuan untuk mengikuti program SJSN.
Adapun alat analisis yang digunakan adalah model regresi dengan respon kualitatif
yakni Probit dan Logit. Perbedaannya jika model Probit mengasumsikan mengikuti
fungsi probabilitas distribusi normal, sedangkan model Logit mengasumsikan mengikuti
fungsi probabilitas distribusi logistik. Keputusan responden untuk mengikuti program
akan dipengaruhi oleh variabel:
Manfaat
Adalah persepsi responden terhadap manfaat SJSN dalam memberikan jaminan
sosial (1 = SJSN akan memberikan jaminan sosial yang lebih baik, 0 = SJSN tidak
akan memberikan jaminan sosial yang lebih baik).
Keikutsertaan Sebelumnya
Adalah keikutsertaan responden pada program sebelumnya (1 = responden
mengikuti program, 0 = responden tidak mengikuti program).
Penghasilan
Adalah jumlah penghasilan responden.
Tanggungan
Adalah jumlah tanggungan keluarga responden.
Pendidikan
Adalah tingkat pendidikan responden.
Hasil uji statistik dengan model Probit dan Logit (Lihat Lampiran) menunjukkan
bahwa variabel-variabel yang secara signifikan mempengaruhi keputusan atau intensi
responden untuk mengikuti program SJSN ialah sebagaimana dalam Tabel-1.
17
Tabel-1: Variabel Yang Mempengaruhi Intensi Partisipasi Program SJSN
Variabel Yang Mempengaruhi Intensi Partisipasi
Manfaat Keikutsertaan Sebelumnya Penghasilan Tanggungan Pendidikan
Probit Logit Probit Logit Probit Logit Probit Logit Probit Logit
Jaminan Kesehatan √ √ √ √
Jaminan Kecelakaan Kerja √ √ √ √
Jaminan Hari Tua √ √ √ √
Jaminan Pensiun √ √
Jaminan Kematian √ √ √ √
Untuk menguji apakah semua variabel penjelas secara bersama-sama memengaruhi
variabel dependen dilihat berdasarkan statistik Likelihood Ratio (LR) sebagaimana uji F
pada regresi OLS. Hipotesis nul uji statistik LR adalah semua variabel penjelas secara
bersama-sama tidak memengaruhi variabel dependen. Dengan nilai Probabilitas LR
statistic <0.05 maka hipotesis nul ditolak yang berarti bahwa semua variabel penjelas
secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan output uji statistik, dengan tingkat keyakinan 90% (α = 10%) untuk
berbagai variabel tersebut maka diperoleh bahwa tidak semua variabel yang dipilih itu
signifikan mempengaruhi intensi untuk berpartisipasi dalam program SJSN. Variabel
yang signifikan untuk setiap program SJSN adalah sebagaimana diikhtisarkan dalam
Tabel-1 tersebut di atas.
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pelaku UMKM
baik pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri masih minim pengetahuannya tentang SJSN.
Namun demikian mayoritas responden memiliki antusiasme yang tinggi untuk mengikuti
program SJSN, dengn prioritas program jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja.
Sementara tiga program yang lain, yaitu program jaminan hari tua, jaminan pensiun dan
jaminan kematian tidak terlalu menjadi prioritas atau prioritasnya setelah kedua program
tersebut.
18
Kemampuan membayar kontribusi partisipasi ke dalam program SJSN bervariasi
antarkelompok responden. Kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar
kontribusi yang lebih rendah dibanding kelompok pemberi kerja, relative homogen untuk
kelima jenis program jaminan. Sementara, kelompok pekerja yang secara regulasi hanya
memberikan kontribusi untuk tiga program, yaitu program jaminan kesehatan, jaminan hari
tua dan jaminan pension maka didapati bahwa kemampuan untuk memberikan kontribusi
partisipasi masih marjinal. Masih cukup banyak yang merasa tidak mampu untuk melakukan
kontribusi, sebagian besar bersedia memberikan kontribusi dengan level yang paling rendah
(<Rp25.000,00), walau pun untuk program jaminan kesehatan cukup besar juga porsi pekerja
yang bersedia membayar kontribusi yang cukup tinggi (>Rp25.000,00). Preferensi
pemungutan iuran atau kontribusi program dilakukan dalam periode bulanan namun dengan
alternative cara pemungutan yang sevariatif mungkin.
Selain itu bahwa kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara
signifikan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap
program BPJS (keikutsertaan sebelumnya dalam program jaminan sosial).
Dengan demikian agar desain program SJSN yang disusun sebaiknya mengakomodasi
beberapa kondisi yang secara spesifik menjadi karakter UMKM sehingga partisipasi mereka
yang sudah diwajibkan menurut undang-undang dapat dijalankan secara optimal, antara lain
terkait dengan besaran iuran kontribusi yang sesuai dengan kemampuan mereka dan alternatif
cara pemungutan yang mudah dan terjangkau oleh mereka. Selain itu perlu dilakukan
sosialisasi mengenai program SJSN ini uang secara massif kepada kelompok UMKM ini; hal
ini mengingat masih sangat minimnya pengetahuan para pelaku UMKM terhadap program
SJSN ini, baik secara manfaatnya bagi perlindungan kesejahteraan maupun tata cara
pengelolaannya. Dengan meningkatnya pemahaman mereka terhadap program SJSN
diharapkan dapat mempermudah suksesnya penyelenggaraan program ini bagi perlindungan
bangsa.
19
DAFTAR PUSTAKA
Angelini, J. & Hirose, K. (2004). Extension of Social Security Coverage for the Informal
Economy in Indonesia: Surveys in the Urban and Rural Informal Economy. Jakarta:
International Labour Organization
Loop, T.v.d. & Andadari, R.K., (2009). Social Security for Informal Economy Workers in
Indonesia: Looking for flexible and highly targeted programmes. Jakarta: International
Labour Organization
Nazara, S. (2010). Ekonomi Informal di Indonesia: Ukuran, komposisi dan evolusi. Jakarta:
International Labour Organization
Peraturan Menakertrans Nomor PER-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja yang Melakukan Pekerjaan di
Luar Hubungan Kerja
UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
UU Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
20
LAMPIRAN
1. Jaminan Kesehatan
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:01
Sample: 1 232
Included observations: 232
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT 0.096898 0.268757 0.360541 0.7184
PENDIDIKAN 0.046929 0.074053 0.633730 0.5263
PENGHASILAN 1.00E-07 5.10E-08 1.965487 0.0494
SEBELUMNYA 0.672303 0.194967 3.448292 0.0006
TANGGUNGAN -0.062335 0.050176 -1.242327 0.2141
C -0.420239 0.502223 -0.836757 0.4027
McFadden R-squared 0.074317 Mean dependent var 0.633621
S.D. dependent var 0.482857 S.E. of regression 0.465790
Akaike info criterion 1.268072 Sum squared resid 49.03303
Schwarz criterion 1.357212 Log likelihood -141.0964
Hannan-Quinn criter. 1.304022 Deviance 282.1928
Restr. deviance 304.8482 Restr. log likelihood -152.4241
LR statistic 22.65544 Avg. log likelihood -0.608174
Prob(LR statistic) 0.000393
Obs with Dep=0 85 Total obs 232
Obs with Dep=1 147
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:03
Sample: 1 232
Included observations: 232
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT 0.156329 0.444503 0.351693 0.7251
PENDIDIKAN 0.071862 0.122133 0.588393 0.5563
PENGHASILAN 1.81E-07 9.42E-08 1.921628 0.0547
SEBELUMNYA 1.083160 0.317232 3.414415 0.0006
TANGGUNGAN -0.099457 0.081208 -1.224719 0.2207
C -0.692215 0.832717 -0.831272 0.4058
McFadden R-squared 0.074173 Mean dependent var 0.633621
S.D. dependent var 0.482857 S.E. of regression 0.465764
Akaike info criterion 1.268262 Sum squared resid 49.02750
Schwarz criterion 1.357402 Log likelihood -141.1184
Hannan-Quinn criter. 1.304212 Deviance 282.2369
Restr. deviance 304.8482 Restr. log likelihood -152.4241
LR statistic 22.61138 Avg. log likelihood -0.608269
21
Prob(LR statistic) 0.000400
Obs with Dep=0 85 Total obs 232
Obs with Dep=1 147
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:07
Sample: 1 194
Included observations: 194
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT -0.208144 0.308351 -0.675021 0.4997
PENDIDIKAN 0.028924 0.084956 0.340464 0.7335
PENGETAHUAN 0.122261 0.253354 0.482568 0.6294
PENGHASILAN 8.26E-08 4.59E-08 1.799779 0.0719
SEBELUMNYA -0.788006 0.200667 -3.926938 0.0001
TANGGUNGAN -0.027742 0.055796 -0.497199 0.6190
C 1.465122 0.684661 2.139921 0.0324
McFadden R-squared 0.103099 Mean dependent var 0.649485
S.D. dependent var 0.478366 S.E. of regression 0.453423
Akaike info criterion 1.234128 Sum squared resid 38.44578
Schwarz criterion 1.352040 Log likelihood -112.7104
Hannan-Quinn criter. 1.281874 Deviance 225.4207
Restr. deviance 251.3329 Restr. log likelihood -125.6664
LR statistic 25.91214 Avg. log likelihood -0.580981
Prob(LR statistic) 0.000231
Obs with Dep=0 68 Total obs 194
Obs with Dep=1 126
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:08
Sample: 1 194
Included observations: 194
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT -0.281166 0.505400 -0.556323 0.5780
PENDIDIKAN 0.053344 0.137725 0.387325 0.6985
PENGHASILAN 1.45E-07 8.34E-08 1.734661 0.0828
SEBELUMNYA -1.310383 0.330899 -3.960071 0.0001
TANGGUNGAN -0.036333 0.090228 -0.402677 0.6872
C 2.348698 1.131088 2.076494 0.0378
McFadden R-squared 0.102801 Mean dependent var 0.649485
22
S.D. dependent var 0.478366 S.E. of regression 0.451941
Akaike info criterion 1.224204 Sum squared resid 38.39909
Schwarz criterion 1.325272 Log likelihood -112.7478
Hannan-Quinn criter. 1.265129 Deviance 225.4956
Restr. deviance 251.3329 Restr. log likelihood -125.6664
LR statistic 25.83732 Avg. log likelihood -0.581174
Prob(LR statistic) 0.000096
Obs with Dep=0 68 Total obs 194
Obs with Dep=1 126
3. Jaminan Hari Tua
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:24
Sample: 1 196
Included observations: 196
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT -0.310066 0.376242 -0.824114 0.4099
PENDIDIKAN 0.189700 0.096347 1.968920 0.0490
PENGHASILAN 9.94E-10 2.68E-08 0.037112 0.9704
SEBELUMNYA 0.696078 0.255106 2.728582 0.0064
TANGGUNGAN -0.046105 0.055389 -0.832388 0.4052
C 0.234900 0.627595 0.374286 0.7082
McFadden R-squared 0.088026 Mean dependent var 0.806122
S.D. dependent var 0.396346 S.E. of regression 0.384774
Akaike info criterion 0.958236 Sum squared resid 28.12963
Schwarz criterion 1.058587 Log likelihood -87.90716
Hannan-Quinn criter. 0.998863 Deviance 175.8143
Restr. deviance 192.7844 Restr. log likelihood -96.39218
LR statistic 16.97005 Avg. log likelihood -0.448506
Prob(LR statistic) 0.004557
Obs with Dep=0 38 Total obs 196
Obs with Dep=1 158
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:24
Sample: 1 196
Included observations: 196
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT -0.471828 0.673955 -0.700088 0.4839
23
PENDIDIKAN 0.337337 0.167985 2.008138 0.0446
PENGHASILAN 2.90E-09 5.37E-08 0.054002 0.9569
SEBELUMNYA 1.290842 0.484539 2.664059 0.0077
TANGGUNGAN -0.076149 0.097330 -0.782374 0.4340
C 0.229341 1.109480 0.206711 0.8362
McFadden R-squared 0.088001 Mean dependent var 0.806122
S.D. dependent var 0.396346 S.E. of regression 0.384851
Akaike info criterion 0.958261 Sum squared resid 28.14099
Schwarz criterion 1.058612 Log likelihood -87.90961
Hannan-Quinn criter. 0.998888 Deviance 175.8192
Restr. deviance 192.7844 Restr. log likelihood -96.39218
LR statistic 16.96515 Avg. log likelihood -0.448518
Prob(LR statistic) 0.004566
Obs with Dep=0 38 Total obs 196
Obs with Dep=1 158
4. Jaminan Pensiun
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/04/13 Time: 17:03
Sample: 1 177
Included observations: 177
Convergence achieved after 4 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
PENDIDIKAN 0.257006 0.095442 2.692808 0.0071
C -0.371980 0.438087 -0.849100 0.3958
McFadden R-squared 0.040786 Mean dependent var 0.785311
S.D. dependent var 0.411771 S.E. of regression 0.405141
Akaike info criterion 1.020381 Sum squared resid 28.72436
Schwarz criterion 1.056269 Log likelihood -88.30368
Hannan-Quinn criter. 1.034936 Deviance 176.6074
Restr. deviance 184.1167 Restr. log likelihood -92.05835
LR statistic 7.509346 Avg. log likelihood -0.498891
Prob(LR statistic) 0.006138
Obs with Dep=0 38 Total obs 177
Obs with Dep=1 139
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/04/13 Time: 17:32
Sample: 1 177
Included observations: 177
Convergence achieved after 4 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
24
PENDIDIKAN 0.432851 0.164309 2.634376 0.0084
C -0.651654 0.739875 -0.880762 0.3784
McFadden R-squared 0.039662 Mean dependent var 0.785311
S.D. dependent var 0.411771 S.E. of regression 0.405360
Akaike info criterion 1.021549 Sum squared resid 28.75539
Schwarz criterion 1.057438 Log likelihood -88.40712
Hannan-Quinn criter. 1.036104 Deviance 176.8142
Restr. deviance 184.1167 Restr. log likelihood -92.05835
LR statistic 7.302469 Avg. log likelihood -0.499475
Prob(LR statistic) 0.006886
Obs with Dep=0 38 Total obs 177
Obs with Dep=1 139
5. Jaminan Kematian
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:43
Sample: 1 169
Included observations: 169
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
MANFAAT -0.128261 0.295461 -0.434105 0.6642
PENDIDIKAN -0.091530 0.088218 -1.037542 0.2995
PENGHASILAN 7.09E-08 3.35E-08 2.119669 0.0340
SEBELUMNYA 0.712891 0.215124 3.313860 0.0009
TANGGUNGAN 0.006856 0.053376 0.128456 0.8978
C -0.138383 0.562922 -0.245830 0.8058
McFadden R-squared 0.076353 Mean dependent var 0.485207
S.D. dependent var 0.501266 S.E. of regression 0.483508
Akaike info criterion 1.350644 Sum squared resid 38.10609
Schwarz criterion 1.461764 Log likelihood -108.1294
Hannan-Quinn criter. 1.395739 Deviance 216.2588
Restr. deviance 234.1358 Restr. log likelihood -117.0679
LR statistic 17.87699 Avg. log likelihood -0.639819
Prob(LR statistic) 0.003105
Obs with Dep=0 87 Total obs 169
Obs with Dep=1 82
Dependent Variable: INTENSI
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 01/03/13 Time: 10:44
Sample: 1 169
Included observations: 169
Convergence achieved after 11 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
25
MANFAAT -0.286548 0.498967 -0.574283 0.5658
PENDIDIKAN -0.163207 0.146678 -1.112688 0.2658
PENGHASILAN 1.21E-07 6.08E-08 1.997404 0.0458
SEBELUMNYA 1.130169 0.354964 3.183898 0.0015
TANGGUNGAN 0.002416 0.088948 0.027167 0.9783
PENGETAHUAN 0.241814 0.407561 0.593320 0.5530
C -0.109657 0.941872 -0.116424 0.9073
McFadden R-squared 0.077393 Mean dependent var 0.485207
S.D. dependent var 0.501266 S.E. of regression 0.484616
Akaike info criterion 1.361038 Sum squared resid 38.04608
Schwarz criterion 1.490679 Log likelihood -108.0077
Hannan-Quinn criter. 1.413649 Deviance 216.0154
Restr. deviance 234.1358 Restr. log likelihood -117.0679
LR statistic 18.12038 Avg. log likelihood -0.639099
Prob(LR statistic) 0.005938
Obs with Dep=0 87 Total obs 169
Obs with Dep=1 82
Top Related