PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP RELOKASI PASAR ANGSO DUO
KE PASAR TALANG GULO
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
NUR ATIKA PRATIWI
SIP 141768
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
MOTTO
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada,
mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah. (QS. Al-Anbiyaa’: 21
ayat 73)1
1Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Qur’an Tafwid dan Tejermahan, (Jakarta: Magfirah
Pustaka, 2008), 143.
ABSTRAK
Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah
daerah atau pun pusat tetapi juga para masyarakat, namun saat ini pasar Angso Duo
sangat memprihatinkan, untuk itu diperlukan relokasi kepasa Talang Gulo. Skripsi ini
bertujuan untuk mengungkap persepsi pedagang terhadap relokasi pasar Angso Duo
ke Pasar Talang Gulo. Sebagai tujuan antaranya untuk menjelaskan faktor apa saja
yang mempengaruhi relokasi pedagang Angso Duo ke pasar Talang Gulo, untuk
menjelaskan persepsi pedagang Pasar Angso Duo yang di relokasi ke pasar Talang
Gulo dan untuk menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap Relokasi pedagang
Angso Duo ke pasar Talang Gulo Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai
berikut: (1) Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi relokasi pedagang Angso Duo
ke Pasar Talang Gulo, diantaranya; Infrastruktur di mana lokasi Pasar Talang Gulo
telah lebih baik dari Pasar Angso duo, dari fasilitas dan juga pengaturan pasar;
Anggaran, di mana bantuan anggaran usaha untuk para pedagang telah dialokasikan
guna menciptakan pasar yang lebih nyaman; dan Koordinasi, di mana koordinasi yang
baik telah dilakukan dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Satuan
Polisi Pamong Praja, Polri, LAM, dan organisasi kepemudaan yang ada di Daerah
Pasar.; (2) Terdapat dua Persepsi Pedagang Pasar Angso Duo yang di relokasi ke
Pasar Talang Gulo, di mana pedagang “sangat setuju” berjumlah 7 dengan total
persentase 08%, pedagang yang “setuju” berjumlah 14 orang dengan total persentase
17%, pedagang yang “tidak setuju” berjumlah 30 orang dengan total persentase 28%
dan “sangat tidak setuju” dengan jumlah 27 dengan total persentase 34% dengan
alasan pasar tradisional yang baru merupakan tempat yang kurang strategis untuk di
jadikan pasar karena lahan pasar tidak luas, serta sarana dan prasarana pasar
Tradisional Talang Gulo belum efektif serta akses ke pasar yang kurang, selain itu
pula akan menghilangkan pelanggan; (3) Tanggapan masyarakat terhadap relokasi
pedagang Angso Duo Ke Pasar Talang Gulo, di mana masyarakat Angso Duo ke Pasar
Talang Gulo mendapat respon yang beragam dengan masyarakat “sangat setuju”
berjumlah 2 dengan total persentase 10%, masyarakat yang “setuju” berjumlah 6
orang dengan total persentase 10%, pedagang yang “tidak setuju” berjumlah 11 orang
dengan total persentase 50% dan “sangat tidak setuju” dengan jumlah 2 dengan total
persentase 10% dengan alasan pasar tradisional yang baru merupakan tempat yang
kurang strategis dan ditambah lagi pengaturan dan sarana dan prasarana juga masih
sangat terbatas.
Kata Kunci: relokasi, pasar Angso Duo, pasar Talang Gulo
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata 1 (S1) Shalawat beserta salam
tidak lupa pula kukirimkan kepada junjunganku Muhammad Rasulullah SAW
Kuibaratkan karya kecilku ini bak serantai mawar yang wanginya akan tetap teringat
sepanjang hayat, meski kelak raganya akan lekang terlengser waktu, dan
kupersembahkan mawar ini untuk:
Ayahku terhebat Sukiman, ilmu yang kauberikan danmendidikku dengan titik-titik dan
berubah menjadi kalimat sehingga kupergunakan untuk mencari ridho dijalan Allah
SWT.
Ibuku terindah Wartini yang mengasuhku dan memberikan warna pelangi di dalam
hidupku hingga kujelajahi dunia yang begitu luas.
Kakakku Ahmad Nur Abidin, S. Pd, Nanang, Siti Sofia Yana, SE, dan Effni Elvia
Dewi, A. Keb penyemangat dalam setiap langkahku.
Adikku Azam Abiyan Pranaja dan Aqila Syauqi Al-Zalfa terbaik yang telah mengisi
hari dengan canda tawa dan senyuman terindah yang pernah kumiliki.
Abang Jalaludin, S. Sos tersabar yang telah membawaku mengarumi dunia dengan
keimanannya.
Serta teman-temanku Widiantari, Dewi Irmayani, Rosdiana, Siti Mardiah, Karlina
Puspita Dewi, Mindi, Nepri, Anjar dan Roza yang telah menginspirasiku dalam
langkah gelap dan terang hidupku.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kejalan
yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam dan amal
nyata yang shalih likulli zaman wa makan.
Skripsi ini diberi judul “Persepsi Pedagang Terhadap Relokasi Pasar Angso
Duo Ke Pasar Talang Gulo” merupakan suatu kajian terhadap Komunikasi
Kepemimpinan yang diperuntukkan untuk komunikasi kepemimpinan terhadap
sebagai abdi masyarakat. Dan inilah yang diketengahkan dalam skripsi ini.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan
dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku wakil rektor I Bidang Akademik dan
Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd selaku wakil rektor II
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj.
Fadillah, M. Pd, selaku wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, M. HI., Ph. D, selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan II,
Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Ibu Dr. Yuliatin, S.
Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Mustiah, S. Ag., M. Sy selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan di Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
6. Ibu Tri Endah Karya Lestriyani, S. IP., M. IP selaku Sekretaris jurusan Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Batasan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 5
E. Kerangka Teori .................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 20
BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 27
B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 27
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 28
D. Unit Analisis ........................................................................ 29
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 30
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 32
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pasar Kota Jambi
Sarolangun ........................................................................... 36
B. Visi dan Misi ....................................................................... 37
C. Struktur Organisasi .............................................................. 38
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Relokasi Pedagang Angso Duo Ke
Pasar Talang Gulo ................................................................ 42
B. Persepsi Pedagang Pasar Angso Duo yang Direlokasi .........
48 C. Tanggapan Masyarakat Terhadap Relokasi
Pedagang Angso Duo ...........................................................
53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 56
B. Saran-Saran..............…...……………………............……... 57
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR SINGKATAN
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata’ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasallam
SDM : Sumber Daya Manusia
UIN : Universitas Islam Negeri
BPS : Badan Pusat Statistik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang.2 Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah sepertia uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk
item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari
perdagangan. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi, jenis
dan berbagai komunitas manusia serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.3
Dalam ilmu ekonomi arus utama, konsep pasar adalah setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi.
Pertukaran barang atau jasa dengan uang disebut transaksi.
Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah
melalui berbagai fungsi dan strategis yang dimiliki, yakni dalam penyerapan tenaga
kerja. Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah
daerah atau pun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya
2 Beatrix S. Duwit, dkk, “Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Area Berjualan Sepanjang
Jalan Pasar Pinasungkulan Karombasan Manado” Sabua Vol.7, No.2: 419 - 427 Oktober 2015, hlm. 2 3 Ahmad Kaylani, Negara-Negara Dan Pasar dalam Bingkai Kebijakan Persainagan,
(Jakarta:Komisi Persaingan Pasar Usaha, 2011), hlm. 23
1
dalam kegiatan berdagang, karena di dalam pasar tradisional terdapat banyak aktor
yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik itu
pegadang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Dari survei yang dilakukan
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 menunjukan bahwa sector riset mampu
meenyerap 23, 4 juta tenaga kerja
atau sekitar 21, 3% dari total tenaga kerja
Indonesia.4 Mereka semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan
eksistensi pasar tradisional di Indonesia.
Keunggulan dari pasar tradisional adalah di mana para pembeli dan penjual
bertemu langsung untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Didorong juga dengan
definisi dari pasar itu sendiri yakni tempat bertemunya penjual dan pembeli disatu
lokasi dan melakukan transaksi jual beli baik itu barang atau jasa.5 Sedangkan pasar
modern tidak ditemukan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi jual beli
secara langsung, yang ada hanya pembeli melakukan pembelian suatu barang yang
hanya memperhatikan suatu barang yang telah di tempel harganya dalam kemasan
atau label yang ada dari jenis barang yang telah ditentukan dan membawanya
langsung ketempat pembayaran dan membayar harga seperti yang telah tertera dalam
kemasan, tidak adanya proses tawar menawar dalam transaksi jual beli yang ada di
pasar tradisional. Tindakan ini merupakan suatu nilai lebih untuk pasar tradisional di
mana pembeli dan penjual melakukan proses tawar menawar suatu barang secara
langsung.
4 Firmansyah dan Rizal E.Halim “Setrategi Revitalisasi Pasar Tradisional” dalam Chatib Basri,
dkk, 2002, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan Perdagangan Indonesia, Gramedia
Pusaka Utama, Jakarta, hlm 113
5 Ahmad Kaylani, Negara-Negara Dan Pasar dalam Bingkai Kebijakan Persainagan, hlm. 27
Membicarakan tentang keramain pasar dipengaruhi oleh kondisi pasar itu
sendiri, baik itu fisik atau bersifat lingkungan. Pasar yang tidak dirawat kumuh,
fasilitas yang kurang akan mempengaruhi minat pedagang untuk berjualan di pasar.
Pasar di Kota Jambi yang bervariasi juga dipengaruhi oleh besarnya pasar, lokasi pasar
serta akses angkutan dan lingkungan masyarakatnya. Ada pasar yang baik dengan
vasilitas yang memadahi dan berada dilokasi yang strategis, namun ada juga pasar
yang hanya dilengkapi fasilitas yang minim.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Pasar Ango Duo, keberadaan
pedagang atau penjual masih sering dipermasalahkan oleh pemerintah provinsi Jambi,
dengan begitu pemerintah bertindak tegas merelokasi pasar Angso Duo ke pasar
Talang Gulo, ini dikarenakan masih ada pedagang yang tidak menempati pada
tempatnya, pedagang memilih berjualan di tepi jalan agar mendapatkan keuntungan
yang lebih dikarenakan dapat bertemu langsung dengan pembeli. Pedagang yang
berserakan menyebabkan tidak nyaman dilihat oleh para pembeli, selain itu banyak
yang membuang sampah tidak pada tempatnya.6 Adapun jumlah pedagang di Pasar
Angso Duo dari tahun 2015-2018 sebagai berikut:
Tahun 2015 2016 2017
Jumlah 2642 2842 3.218
Sumber: Dinas Pasar Angso Duo 2018
6 Observasi di Pasar Angso Duo 10 Febuari 2018
Dengan seiring perkembangan pasar secara otomatis mempunyai dampak
negatif seperti kemacetan akibat proses bongkar muat barang dagangan, lokasi jalan
menjadi kumuh, dan parkir kendaraan yang memenuhi bahu jalan. Oleh karenanya
pemerintah Kota Jambi mempunyai kebijakan yaitu merelokasi pedagang agen dan
sub agen Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, di lapangan tentu terjadi polemik
baik masyarakat yang pro dan kontra.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi dengan judul “Persepsi Pedagang Terhadap Relokasi
Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo”.
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang diangkat dalam penelitin ini adalah masalah Persepsi
Pedagang Terhadap Relokasi Duo ke Pasar Talang Gulo (Studi di Kota Jambi)
Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
penelitian yaitu Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi relokasi pedagang Angso Duo ke Pasar
Talang Gulo?
2. Bagaimana persepsi pedagang Pasar Angso Duo yang di relokasi ke Pasar Talang
Gulo?
3. Bagaiamana tanggapan masyarakat terhadap Relokasi pedagang Angso Duo ke
Pasar Talang Gulo?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penelitian ini agar tidak terjadi perluasan pokok
bahasan, maka penulis membatasi penelitian pada “persepsi pedagang Pasar Angso
Duo yang di relokasi ke Pasar Talang Gulo”. Persepsi Pedagang sangat banyak
terjadi akhir-akhir ini, namun hal tersebut tentu mempunyai latang belakang yang
berbeda dengan demikian persepsi dalam kehidupan masyarakat akan mejadi rujukan
dalam proses penelitian ini.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum diupayakan untuk mengetahui bagaimana
persepsi pedagang terhadap relokasi pasar Angso Duo ke pasar Talang Gulo,
penelitian ini ditujukan untuk:
a. Untuk menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi relokasi pedagang Angso
Duo ke Pasar Talang Gulo.
b. Untuk menjelaskan persepsi pedagang Pasar Angso Duo yang di relokasi ke
Pasar Talang Gulo.
c. Untuk menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap Relokasi pedagang Angso
Duo ke Pasar Talang Gulo.
2. Kegunaan Penelitian
Lebih jauh, penelitian ini diharapkan dapat mencapai kegunaan yang bersifat
teoritis dan juga praktis , yaitu :
a. Untuk menambah wawasan keilmuan bagi penulis khususnya bagi para
pembaca umumnya;
b. Menjadi rujukan pengetahuan bagi pedagang mengenai relokasi Pasar Angso
Duo ke Pasar Talang Gulo;
c. Memberikan acuan yang bijak terhadap pembaca untuk memahami latar
belakang masalah relokasi;
d. Menjadikan kontribusi keilmuwan penulis terhadap UIN STS Jambi yang
tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan global dalam
bentuk Universitas Islam.
e. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Stu ( S.1) Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Persepsi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan langsung atas
sesuatu.7 Suwarno menyebutkan “proses diterimanya rangsangan berupa objek,
kualitas hubungan antara gejala, maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti dinamakan dengan persepsi”.8 Menurut Walgito di dalam Syobrian dan
Mokoginta ada beberapa hal yang di perlukan agar persepsi dapat disadari oleh
individu yaitu:9
7 Umi Chalsum, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Kashiko. Hlm 300
8 Wiji Suwarno, 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto. Hlm 52
9 Syobrian dan Mokoginta, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional Di
Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara”, hlm. 4
a. Adanya objek yang dipersepsikan. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai
alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat
indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf
penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera atau reseptor. Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus,
disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang di terima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Adanya perhatian. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi terhadap
sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai
suatu kesiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi
persepi.
Jadi indikator persepsi dapat disimpulkan dimana objek yang menimbulkan
stimulus yaitu remaja hamil di luar nikah kemudian mengenai alat indera berupa mata,
telinga, hidung, kulit, mulut, akal, dan hati yang diterima oleh tokoh masyarakat
kemudian kemudian ke pusat syaraf yang dilakukan secara sadar sehingga
menimbulkan sebuah perhatian yang terpusat pada remaja yang hamil di luar nikah
tersebut.
Menurut jalaluddin, Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi
sesuatu dengan mengunakan panca indera.10
Dalam Rosleny Marliany, persepsi adalah
Perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil
10
Ramat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Kominikasi. Bandung : Rosdakarya. Hlm 51
olahan daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan factor-faktor eksternal yang di
respons melalui pancaindera, daya ingat, dan daya jiwa. Defenisi lain mengatakan
bahwa persepsi dapat diartikan sebagai daya pikir dan daya pemahaman individu
terhadap berbagai rangsangan yang datang daru luar.11
Itu artinya persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Maka objek dapat ditangkap melalui
alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga manusia dapat
mengamati objek tersebut.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan. Penginderaan adalah merupakan
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera disebut proses
penginderaan. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu
menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat melihat, hidung
sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat perasa, kulit pada telapak tangan sebagai alat
peraba, semuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus
dari luar individu.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Tahap awal dari proses persepsi ini adalah sensasi. Sensasi adalah kesadaran
akan adanya suatu rangsang. Sensasi sama dengan penginderaan. Semua rangsang
masuk dalam diri seseorang melalui panca indera, yang kemudian diteruskan ke otak
yang menjadikan sadar akan adanya rangsang tersebut. Rangsang yang sekedar masuk
11
Rosleny Marliany, 2010. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Hlm 187
dalam diri seseorang tetapi hanya menyadarinya tanpa mengerti ataumemahami
rangsang tersebut disebut sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman atau
pengertian tentang rangsang tersebut dinamakan persepsi.
Proses terjadinya persepsi yaitu objek yang menimbulkan stimulus dan
stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera
merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera
diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa
yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan
merupakan persepsi sebenarnya.12
Respon sebagai akibat persepsi dapat diambil oleh
individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian
sebagai langkah persiapan dalam persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan
bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai
berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian
tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang
akan dipersepsi atau mendapat respon dari individu pada perhatian
individuyangbersangkutan.Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama,
yaitu:
a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari
12
Syobrian dan Mokoginta, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional Di
Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara”, hlm. 4
luar, intesitas dan jenisnya dapat banyak atausedikit.
b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagiseseorang.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk jadi
tingkah laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan seleksi,
interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.13
Bagi hampir semua orang, sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan
melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh, yakni proses-proses yang
sudah ada semestinya ada. Namun, informasi yang datang dari organ-organ indera,
perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti,
dan proses ini dinamakan persepsi. Jadi, dapat disimpulkan proses persepsi dari
berbagai pendapat, bahwa persepsi merupakan komponen pengamatan yang di dalam
proses ini melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.
3. Pengertian Pasar
Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar dalam pengertian ekonomi
adalah situasi seseorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan
pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat
tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang
menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari
13
Ibid
adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapat barang yang diinginkan untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan
pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai
pelaku eonomi produksi atau pedagang.14
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.
Pasar menurut kajian ilmu
ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan
penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat
menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.
Jadi, berdasarkan pernyataan di atas pasar adalah area tempat jual beli
barang/ jasa dengan penjual lebih dari satu orang yang di dalam nya terjadi proses
interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) sehingga menetapkan
harga dan jumlah yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
4. Fungsi Pasar
Pasar berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk pelayanan bagi masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi atau bidang, diantaranya:
a. Segi ekonomi
Merupakan tempat transaksi atara produsen dan konsumen yang merupakan
komoditas untuk mewadahi kebutuhan sebagai demand dan suplai.
14
Syobrian dan Mokoginta, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional Di
Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara”, hlm. 4
b. Segi sosial budaya
Merupakan kontrak sosial secara langsung yang menjadi tradisi suatu masyarakat
yang meruoakan interaksi antara komunitas pada sektor informal dan formal.
c. Arsitektur
Menunjukan ciri khas daerah yang menampilkan bentuk-bentuk fisik bangunan
dan artefak yang dimiliki.
5. Jenis Pasar
a. Pasar dititinjau dari kegiatannya
1) Pasar Tradisional
Merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan
adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunannya terdiri dari kios-kios
atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka penjual maupun suatu pengelola
pasar. Pada pasar tradisional ini sebagian besar menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur- sayuran, telur, daging, kain, barang
elektronik, jasa, dll. Selain itu juga menjual kue tradisional dan makanan nusantara
lainnya.15
Sistem yang terdapat pada pasar ini dalam proses transaksi adalah pedagang
melayani pembeli yang datang ke stan mereka, dan melakukan tawar menawar untuk
menentukan kata sepakat pada harga dengan jumlah yang telah disepakati
15
Ketut Sri Candrawati, “Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Dalam Gaya Hidup Masyarakat
Di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali” STIA-Denpasar, Bali, 2011, hlm. 224
sebelumnya. Pasar seperti ini umumnya dapat ditemukan di kawasan permukiman
agar memudah- kan pembeli untuk mencapai pasar.
2) Pasar Modern
Merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan ditandai dengan
adanya transaksi jual beli secara tidak langsung. Pembeli melayani kebutuhannya
sendiri dengan mengambil di rak-rak yang sudah ditata sebelumnya. Harga barang
sudah tercantum pada tabel- tabel yang pada rak-rak tempat barang tersebut diletakan
dan merupakan harga pasti tidak dapat ditawar.16
b. Pasar ditinjau dari segi dagangannya
1. Pasar Umum
Adalah pasar dengan jenis dagangan yang diperjualbelikan lebih dari satu
jenis. Dagangan yang terdapat pada pasar ini biasanya meliputi kebutuhan sehari-
hari.
2. Pasar Khusus
Adalah pasar dengan barang dagangan yang diperjual belikan sebagian besar
terdiri dari satu jenis dagangan beserta kelengkapannya. Menurut jenis dagangannya
Pasar Angso Duo tergolong pasar umum kerena jenis barang yang diperjual belikan
lebih dari satu jenis dan meliputi kebutuhan sehari-hari.
6. Pengerian Pasar Tradisonal
Pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
16
Ibid
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los, dan tenda yang dimilki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat, atau koperasi dengan usaha skal kecil, menegah, dengan usaha skala
kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.17
Pasar tradisonal adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya
dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap
dengan tingkat pelayanan terbatas. Pasar Tradisional adalah Pasar yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan/atau
Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha
yang berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan melalui proses jual
beli barang dagangan dengan tawar- menawar.
Dari beberapa pengertian di atas, pasar tradisional adalah tempat pasar yang
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha
Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual beli secara langsung dalam bentuk
eceran dengan proses tawar nawar dan bangunannya biasanya terdiri dari kios-kios
atau gerai, los, dan dasaran terbuka. Pasar tradisional biasanya ada dalam waktu
sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas.
17
Eis Al Masitoh, “Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar
Piyungan Bantul” Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013, hlm. 2
7. Ciri-Ciri Pasar Tradisional
Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:
a. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
b. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.
c. Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal
ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih
dekat.
d. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.
Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap
penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan
dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur,
buah, bumbu, dan daging.
e. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
Barang dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari
hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak
sampai mengimport hingga keluar pulau atau negara.18
Dari berbagai ciri-ciri di atas, Pasar Umum Gubug memenuhi ciri- ciri pasar
tradisional yang telah ditentukan oleh mentri perdagangan Indonesia. Lahan dan
bangunan Pasar Umum Gubug dimiliki, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah
18 Helina Kuncahyawati, “ Pemberdayaan Pasar Tradisional Dan Pedagang Pasar Menurut
Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 6 Tahun 2014 (Studi Kasus: Pasar Krendetan)”,
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2011, hlm. 4
daerah Kabupaten Grobogan. Hal ini ditunjukan dengan terdapatnya UPTD Pasar
Umum Gubug yang berada dalam pasar tersebut yang bertugas mengatur dan
mengelola pasar.
Pada Pasar Umum Gubug juga terdapat sistem tawar menawar antara penjual
dan pembeli. Proses tawar menawar inilah yang membuat antara pedagang dan
pembeli memiliki ikatan sosial. Selain itu, proses tawar menawar antara penjual dan
pembeli cukup mempengaruhi ramainya stan atau kios yang berada di pasar tersebut.
Di dalam Pasar Umum Gubug terdapat satu bangunan utama yang di dalam
nya menampung 191 bangunan kios, 30 kios los, dan 624 petak yang menjual
berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Meski semua itu terdapat pada satu lokasi
yang sama UPTD Pasar Umum Gubug melakukan pengelompokan pedagang sesuai
dengan jenis dagangannya, seperti pedagang daging tidak bercampur dengan
pedagang makanan.
Barang dagangan yang dijual di Pasar Umum Gubug sebagian besar
merupakan hasil bumi dari Kecamatan Gubug sendiri. Meskipun ada beberapa
barang dagangan yang dibeli dari luar Kecamatan Gubug seperti ikan laut, beberapa
jenis sayuran, barang elektronik, dan peralatan rumah tangga yang berbahan plastik
namun barang-barang tersebut diambil dari daerah yang tidak jauh dari Kecamatan
Gubug seperti Semarang, Salatiga, dan Bandungan.
8. Jenis Pasar Tradisional
Pasar sebagai perusahaan daerah digolongkan menurut beberapa hal, yaitu:
a. Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis:
1) Pasar eceran
Yaitu pasar di mana terdapat permintaan dan penawaran barang secara
eceran.
2) Pasar grosir
Yaitu pasar di mana terdapat permintaan dan penawaran dalam jumlah besar.
3) Pasar induk
Pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan pusat pengumpulan dan
penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke grosir-grosir dan pusat
pembelian.19
3. Pedagang
Pedagang adalah orang atau intitusi yang memperjual belikan produk atau
barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
ekonomi pedagang dibedakan menurut jaluar distribusi yang dilakukan, yaiti : a
Pedagang distributor ( tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi atau
produk dari perusahaan tertentu. b . Pedagang ( partai)besar yaitu pedagang yang
membeli suatu produk dalam jumlah besar untuk dijual kepada pedagang lain. C.
pedagang eceran yang dimaksudkan untuk menjual produk langsung kepada
konsumen.
Pedagang pasar adalah seseorang yang mempunyai usaha dan tempat
permanen sesuai dengan jenis usahanya dan dalam penampilan barang dagangan
19
Endi Sarwoko, “Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja Pedagang Pasar
Tradisional Di Wilayah Kabupaten Malang”, Jurnal Ekonomi MODERNISASI, 2013, hlm. 3
mempunyai variasi baik dalam penataan, kemasan, kebersihan sehingga bisa menarik
para pembeli atau pelanggannya.20
Itu artinya pedagang adalah perantara yang
kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas
inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan
menjualnya dalam partai kecil atau per satuan.
Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau
barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosial
ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan
pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi
keluarga. Berdasarkan studi sosiologi ekonomi tentang pedagang terbagi atas:
a. Pedagang professional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan
merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.
b. Pedagang semi professional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk
memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber
tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan tersebut berbeda pada setiap
orang dan masyarakat. 21
c. Pedagang subsitensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari
hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Pedagang
semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau
untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang
20
Hasnawi, “Dampak Relokasi Pasar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Laino
Raha”, Skripsi:Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari, 2016, hlm. 16 21
Ibid
jenis ini tidak mengaharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk
memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya ia akan meperoleh kerugian
dalam berdagang.
Berdasarkan pengertian ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pedagang adalah orang yang mempunyai usaha dalam menjual barang-barang
keperluan masyarakat dan membuat barang dagangannya tersebut semenarik
mungkin agar menarik minat pembeli.
4. Relokasi
Relokasi merupakan pemindahan suatu tempat ketempat yang baru. Relokasi
adalah salah satu wujud dari kebijakan pemerintah daerah untuk kepentingan
masyarakat banyak. Dalam hal ini Pemerintah Kota Jambi merelokasi pedagang agen
dan sub agen yang ada di Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo agar kondisi jalan
Sultan Thaha menjadi tertata rapi dan bersih serta tidak terjadi kemacetan. Relokasi
pasar adalah pemindahan pasar lama ke pasar baru yang lebih strategis dengan sarana
dan prasarana bangunan permanen, sanitasi yang baik sehingga tidak menimbulkan
bau tidak sedap, penerangan yang cukup, keamanan dan kenyamanan berjualan
terjamin, parker yang aman dan tidak menimbulkan kemacetan.22
Pengertian relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan relokasi adalah
membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produktif, dan
prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya objek dan subjek
22
Andriyani, Dampak Perpindahan Lokasi Pasar Sentral Terhadap Pendapatan Pedagang dan
Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Buton Utara. Skripsi, Jurusan Ekonomi : Universitas Halu
Oleo Kendari : 2016, Hlm. 12
yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi. Relokasi
merupakan pemindahan suatu tempat ke tempat yang baru. Relokasi adalah salah satu
wujud kebijakan pemerintah daerah yang termasuk dalam kegiatan revitalisasi.
Revitalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Menurut Losch dalam untuk mencapai keseimbangan ekonomi ruang harus
memenuhi beberapa syarat berikut ini:23
d. Setiap lokasi usaha menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun
pembeli
e. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata,
sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani
f. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya
pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka relokasi merupakan pemindahan lokasi dari
satu tempat ke tempat lain, dimana relokasi tersebut berhasil jika pemindahan lokasi
yang baru, tidak jauh dari lokasi yang lama, sehingga komunikasi masyarakat dan
jaringan sosial yang sudah baik masih bisa dipertahankan.
F. Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi dasar dalam
penelitian ini. Uraian berikut akan membantu untuk memahami gambaran topik dan
23
Hasnawi, “Dampak Relokasi Pasar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Laino
Raha”, hlm. 10
permasalahan yang ada. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai
Persepsi Masyarakat terhadap relokasi pedagang agen dan sub agen Pasar Angso Duo
ke Pasar Talang Gulo di Kota Jambi, dampak relokasi terhadap kondisi sosial
pedagang agen dan sub agen serta permasalahan yang di hadapi. Penelitian-penelitian
tentang masalah Persepsi masyarakat tentang pemindahan pasar telah dibahas oleh
beberapa peneliti baik yang dituangkan dalam jurnal, skripsi, maupun proposal.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Syobrian Mokoginta dkk (Program
Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado, 2011)
dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional Di Kelurahan
Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara”.24
Tujuan Penelitian untuk mengetahui
bagaimana tanggapan masyarakat dan pedagang mengenai masalah relokasi pasar
tersebut dan strategi apa saja yang bisa meramaikan pasar baru serta apa sebenarnya
yang diinginkan masyarakat dan pedagang terkait dengan masalah ini. Dengan
demikian yang menjadi sumber informasi dari penelitian ini yaitu masyarakat sekitar
kususnya kecamatan Kotamobagu Utara dan Pedagang Pasar Tradisional Genggulang.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Berdasaran
hasil analisis dari penelitian ini, kesimpulan yang didapatkan yaitu mayoritas
pedagang dan masyarakat sekitar menolak pelaksanaan relokasi, karena tidak
tersedianya terminal di lokasi pasar yang baru yaitu Pasar Tradisional Genggulang
serta lokasi pasar yang baru tidak strategis.
24
Syobrian Mokoginta dkk, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional Di
Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara, ” Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota
Universitas Sam Ratulanggi Manado, 2011, hlm. 4
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Abraham Stanley Marino Pardede
(Departemen Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara Medan 2014) dengan judul “Persepsi Pedagang Terhadap Perencanaan
Relokasi (Pusat Pasar) Medan”.25
Tujuan Penelitian untuk mengetahui persepsi
pedagang terhadap perencanaan relokasi (pusat pasar) Medan. Jenis Penelitian ini
adalah penelitian deskripti. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pasar Medan yang berada
di Pusat Pasar kota Medan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara secara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit
analisa dan informan dalam penelitian ini adalah pedagang Pusat Pasar Medan yang
berada di Pusat Pasar kota Medan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan
data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara. Kesimpulan bahwa persepsi
pedagang Pusat Pasar Medan terhadap Relokasi Pusat Pasar adalah belum seragam
dalam hal berbagai pertimbangan dan kondisi. Kesimpulan bahwa persepsi pedagang
Pusat Pasar Medan terhadap Relokasi Pusat Pasar adalah belum seragam dalam hal
berbagai pertimbangan dan kondisi. Disrankan agar pemerintah dan dinas terkait agar
lebih mensosialisasian program relokasi ini terutama kepada pedagang juag
masyarakat.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lulud N Wicaksono (Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Diponegoro, 2014) dengan judul “Persepsi Pedagang Pasar
Terhadap Program Perlindungan Pasar Tradisional Oleh Pemerintah Kota Semarang”,
25
Abraham Stanley Marino Pardede, “Persepsi Pedagang Terhadap Perencanaan Relokasi
(Pusat Pasar) Medan”, Departemen Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara Medan 2014, hlm. 4
26 tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pedagang pasar tradisional yang
membuka usahanya di Pasar Peterongan. Teknik pengumpulan yang digunakan
observasi, dokumen dan kuesioner. Analisis data disusun dalam frekuensi kemudian
diuraikan berdasarkan gejala dari obyek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan
persepsi pedagang mengenai program perlindungan pasar tradisional oleh Pemerintah
Kota Semarang termasuk tidak baik. Pedagang merasa bahwa perlindungan terhadap
pasar tradisional oleh Pemerintah Kota Semarang sesuai Peraturan Menteri
Perdagangan No 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kota Semarang belum
berjalan dengan baik. Pemerintah daerah dan pengelola pasar tradisional, khususnya
Pemerintah Kota Semarang dan pengelola pasar Peterongan, disarankan secara nyata
berinvestasi pada perbaikan pasar tradisional dan menetapkan standar layanan
minimum
Dampak Pemindahan Pasar Sentral Terhadap Pendapatan Pedagang dan
Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Buton Utara”.27
Beliau meneliti tentang ini
karena apakah ada pengaruh pemindahan pasar itu terhadap pendapatan pedagang di
Kabupaten Buton dan dapat disimpulkan bahwa adanya tingkat penurunan tingkat
pendapatan pada pedagang dan ada pula tingkat penerimaan retribusi pasar. Dari
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ada sisi kesamaan yang penulis lakukan
26
Lulud N Wicaksono, “Persepsi Pedagang Pasar Terhadap Program Erlindungan Pasar
Tradisional Oelh Pemerintah Kota Semarang”, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro,
2014, hlm. 4 27
Andriyani, “Dampak Pemindahan Pasar Sentral Terhadap Pendapatan Pedagang dan
Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Buton Utara”, Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
bisnis, Universitas Halu Oleo Kediri 2016, hlm. 4
yakni tentang perencanaan dampak Retribusi Pasar. Sedangkan untuk penelitian
menulis lebih berfokus pada bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi
Pedagang Agen dan Sub Agen Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo studi di Kota
Jambi Provinsi Jambi.
Tabel.1. 1
Tinjauan Pustaka
No Nama penulis Judul Metode Hasil
Syobrian
Mokoginta dkk
(2011)
Persepsi Masyarakat
Terhadap Relokasi
Pasar Tradisional di
Kelurahan
Genggulang
Kecamatan
Kotamobagu Utara
Penelitian
deskriptif
dengan
metode
kualitatif.
Berdasaran
hasil analisis
dari
penelitian ini
Mayoritas pedagang dan
masyarakat sekitar
menolak pelaksanaan
relokasi, karena tidak
tersedianya terminal di
lokasi pasar yang baru
yaitu Pasar Tradisional
Genggulang serta lokasi
pasar yang baru tidak
strategis
Abraham
Stanley Marino
Pardede (2014)
Persepsi Pedagang
Terhadap
Perencanaan Relokasi
Penelitian ini
adalah
penelitian
Persepsi pedagang Pusat
Pasar Medan terhadap
Relokasi Pusat Pasar
(Pusat Pasar) Medan deskripti adalah belum seragam
dalam hal berbagai
pertimbangan dan
kondisi
2. Lulud N
Wicaksono
Persepsi Pedagang
Pasar Terhadap
Program Erlindungan
Pasar Tradisional
Oelh Pemerintah
Kota Semarang
Analisis
Deskriptif
persepsi pedagang
mengenai program
perlindungan pasar
tradisional oleh
Pemerintah Kota
Semarang termasuk
tidak baik
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah adalah pada pendekatan penelitain deskriptif
kualitatif dengan mengunakan metode wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan,
perbedaan antara skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada
relokasi fokus penelitian dan lokasi penelitian, di mana dalam skripsi ini kajian
lebih difokuskan untuk menjelaskan secara deskriptif mengenai persepsi pedagang
terhadap relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
Adanya persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam skripsi ini dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa konsekuensi pada hasil
penelitian yang diperolehnya. Bila pada hasil-hasil penelitian sebelumnya
ditujukan untuk memperoleh gambaran/deskriptif variabel itu sendiri (persepsi
pedangan), maka pada penelitian ini diharapkan untuk menghasilkan gambaran
tentang persepsi pedagang terhadap relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang
Gulo.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berfokus pada Pasar Angso Duo di Kota Jambi Provinsi Jambi.
Waktu penelitian ini pada bulan Januari-Maret 2018 khususnya pada masalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya perdebatan dan perlawanan para pedagang terhadap relokasi Pasar
Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.28
Sehingga
memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui
persepsi pedagang terhadap relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo. Menurut
Sugiyono menyatakan bahwa “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya
adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci”.29
Itu artinya
penelitian kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan digunakan peneliti untuk
28Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22. 29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 9.
27
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)30
di
mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data adalah jenis-jenis sumber yang diperoleh oleh peneliti pada subjek
penelitiannya. Jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh orang
yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
ini diperoleh langsung dari hasil wawancara bersama pemerintah pasar Angso Duo
dan pedagang Pasar Angso Duo dan masyarakat yang berbelanja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa data–data yang sudah tersedia dan
dapat diperoleh oleh peniliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.31
Data sekunder diperoleh dari buku dan internet. Dalam penelitian ini data sekunder
penulis peroleh sdari sumber-sumber yang telah ada sebelumnya yang biasanya
diperoleh dari perpustakaan, atau laporan-laporan penelitian terdahulu, misalnya data
yang tersedia ditempat tertentu seperti kantor, perpustakaan, majalah, dokumen dan
sebagainya.
30
Ibid, hlm. 9. 31
Ibid, hlm. 119.
D. Populasi dan Sample
1. Populasi
Yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala dan nilai-
nilai karakteristik tertentu dalam penelitian yang merupkan wilayah generalisasi yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
depelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Menurut Sugiyono mengatakan
populasi atau universeialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga.32
Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan
masalah yang ingin dipelajari. Populasi merupakan keseluruhan objek atau individu
yang merupakan sasaran penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota yang lengkap dan jelas
serta dapat dipelajari sifat-sifatnya.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh
pedagang pasar Angso Duo sebanyak 3.218.
2. Sampel
Sample adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang di anggap
dapat menggambarkan populasinya. Menurut Umar 2014 sampel adalah “wakil dari
populasi”.33
Itu artinya sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki dari
keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik non
32
Ibid, hlm. 119. 33
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis,hlm. 52
random sampling yaitu tidak semua anggota populasi di beri kesempatan untuk dipilih
menjadi sampel. Untuk lebih jelasnya teknik non radom samplingyang penulis
gunakan adalah jenis Purposive Sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek
didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Berdasarkan pendapat di atas ditetapkan kriteria atau ciri-ciri dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pedagang yang telah berjualan di atas 5 tahun.
b. Pedagang yang berjualan tidak pada tempatnya.
Berdasarkan kriteria atau ciri-ciri di atas , yang sudah penulis tentukan
maka yang mewakili sampel dalam penelitian ini adalah 9 pedagan pasar Angso
Duo.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Martinis Yamin
menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang
dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi aktif
dalam aktiivitas mereka.”34
Penelitian partisipatif ini kemudian dikhususkan lagi
34
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipaayung, 2009), hlm. 79.
menjadi partisipasi pasif (passive participation) artinya peneliti datang ke tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap
objek penelitian, yaitu dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pedagang Pasar Angso Duo. Observasi yang dilakukan penulis dalam
skripsi ini terhadap subyek menggunakan pedoman observasi yang disusun sebagai
berikut:
a. Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara berfikir
b. Interaksi sosial dan tempt lingkungan
c. Ekspresi saat wawancara
d. Bahasa tubuh saat wawancara
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur (semistructure interview) di mana pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang dilakukan
kepada subyek dengan menggunakan dokumntasi catatan lapangan.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di Pasar Angso Duo yang ada hubungannya
dengan penelitian tersebut. Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara
mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui
dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti. Adapun di dalam
skripsi ini penulis mengumpulkan data bukti-bukti persepsi pedagang terhadap
relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles and
Huberman. Menurut Miles and Huberman di dalam buku Sugiyono mengemukakan
bahwa “aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenu, ”35
Aktivitas analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
1. Reduksi Data
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 95.
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan
sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.
Adapun data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan
lapangan dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga
akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah data teks
yang bersifat naratif. Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang
paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini
peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah
didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.36
Kesimpulan dalam penulisan
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga
menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa, ketiga
metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan penulis
lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan lapangan, dan
juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik kesimpulan terhadap
perilaku.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulis dan menyusun pemahaman tentang sekripsi
agar berjalan dengan apa yang telah penulis tentukan sebelumnya, maka ditentukan
susunan dan sitematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batasan Maslah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka
Teori, Tinjauan Pustaka.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 252.
Bab II Metode Penelitian, yang terdiri dari : Tempat dan Waktu penelitian,
Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan
Data, Teknik Analisis Data, Tenik Pemilihan Informan, Sistematika
Penulisan dan Jadwal Penelitian.
Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, yang Terdiri dari : Sejarah Pasar
Angso Duo Jambi, Letak Geografis Pasar Angso Duo, Luas Wilayah
Pasar Angso Duo Kota Jambi Provinsi Jambi.
Bab IV Temuan Lapangan dan Pembahasan, terdiri dari : Faktor Yang
Menyebabkan Adanya Relokasi, Persepsi Pedagang Pasar Angso Duo
terhadap relokasi dan Tanggapan Masyarakat Kota Jambi Terhadap
Relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
Bab V Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
3. Sejarah Berdirinya Dinas Pasar Kota Jambi
Bumi Tanah Pilih Pesako Betuah” adalah sebutan kota jambi, ibu kota provinsi
jambi dan salah satu dari 11 kabupaten/kota yang ada di provinsi jambi. Sejak 68
Tahun yang lalu kota jambi telah terbentuk dengan ketetapan Gubernur Sumatera
No.103/1946 sebagai daerah Otonom kota besar di sumatera, kemudian diperkuat
dengan Undang-undang No. 9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota
besar dalam lingkungan provinsi Sumatera Tengah.37
Pendirian Kota Jambi bersamaan dengan berdirinya provinsi jambi 6 januari
1957, namun demikian hari jadinya ditetapkan sebelas tahun lebih berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Jambi No. 16 tahun 1985 yang disahkan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jambi dengan surat keputusan No.156 tahun 1986 menyatakan
bahwa hari jadi pemerintah Kota Jambi adalah tanggal 17 Mei 1946 dengan alasan
bahwa terbentuknya pemerintah Kota Jambi (sebelumnya disebut kota madya jambi).
Selain merupakan pusat pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan
kebudayaan, Kota Jambi juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah jambi.
Kegiatan perekonomian di perkotaan yang paling dominan saat ini adalah pada sektor
perdagangan dan jasa. Aktivitas perdagangan ramai terjadi di pasar, karena pasar
merupakan salah satu berbagai system, institusional, prosedur, hubungan sosial dan
37
Dokumentasi di kantor Dinas Pasar Kota Jambi pada 07 Mei 2018
36
infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Barang yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah.
Dinas Pasar Kota Jambi berperan penting dalam pembangunan daerah pada
sektor perpasaran di Kota Jambi, yang bertujuan untuk mewujudkan pasar daerah
refresentatif dan mempunyai daya saing tinggi dengan pelaku pasar yang jujur (tidak
mengurangi timbangan, tidak mencampur bahan berbahaya bagi kesehatan dalam
produk yang dijual), menjaga kebersihan keamanan dan ketertiban. Selain itu Dinas
Pasar Kota Jambi dituntut untuk mampu menggali berbagai potensi yang dapat
menghimpun dana secara wajar untuk meningkatkan PAD yang tidak bertentangan
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Dinas Pasar Kota Jambi juga berperan dalam tugas dan tanggung jawab menata
dan memberdayakan pedagang kaki lima PKL di kota jambi, terutama dalam
lingkungan wilayah pasar daerah yang dikelolanya. Tahun 1958 merupakan awal dari
terbentuknya kelembagaan pasar, saat itu pengelolaan pasar masih dala bentuk
perusahaan pasar kota madya jambi. Pada tahun 1984 statusnya berubah menjadi
Dinas Pasar Kodya Dati II Jambi, kemudian pada tahun 2001 berubah lagi menjadi
Kantor Pengelola Pasar kota jambi.38
38
Ibid
4. Visi dan Misi Dinas Pasar Kota Jambi
1. Visi
“Terwujudnya pasar daerah yang bersih, aman, tertib dan Sehat sebagai pusat
perbelanjaan dengan pelaku pasar yang berakhlak dan berbudaya”.
2. Misi
a. Meningkatkan sumber daya aparatur guna mewujudkan pelayanan pasar sebagai
penunjang kinerja ekonomi yang berpihak kepada masyarakat.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana pasar guna menumbuhkan perekonomian kota
berbasis lokal menuju kemandirian daerah.
c. Meningkatkan penerimaan PAD sektor retribusi pasar secara menyeluruh,
seimbang dan berkeadilan.
d. Meningkatkan pembinaan, penataan dan penertiban pedagang pasar dan PKL
secara berkesinambungan dan konsisten guna mewujudkan perilaku yang berahlak
dan berbudaya.
e. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang untuk mewujudkan pasar bersih,
kondusif dan refresentatif. 39
39
Ibid
C. Struktur Organisasi Pasar Kota Jambi
STRUKTUR OGANISASI DAN TATA KERJA
PEMERINTAH PASAR KOTA JAMBI
DURIA SUNITA, SH, MH
KEPALA DINAS PASAR
KOTA JAMBI
ERWANDI, SSTP
KABID. PENDATAAN
DAN PENDAPATAN
JALALUDIN HAYAT, SE
KASUBBAG. KEUANGAN
NURASIAH HASIBUAN, SH
KASI PENDATAAN
DIAN ANGGRAINI, SE
KASI PENERIMAAN
ROSMAINI
KASI PEMBUKUAN
ALAM HARAHAP
KASI PENATAAN
ADE CANDRA, SH
KABID. PENGELOLAAN
EDY, S.Sos
KABID.KEAMANAN
DELIMA SUKAMTI, SE
KASUBBAG. UMUM
ROSNELI
KASUBBAG. KEPEGAWAIAN
BUDY SISWANTO, SP
SEKRETARIS
5. Dasar Hukum Pasar Kota Jambi
Berdasarkan Peraturan daerah kota jambi No.2 Tahun 2013 tentang perubahan
atas peraturan daerah Kota Jambi No.10 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi
dinas-dinas daerah Kota Jambi dan diundangkannya Perda tersebut pada tanggal 5
februari 2013 maka kelembagaan pengelolaan pasar berubah kembali menjadi Dinas
Pasar Kota Jambi, dan pejabatnya dilantik pada tanggal 17 April 2013. Dengan dasar
hukum sebagai berikut; 40
1. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi D
2. Peraturan Presiden RI No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko M
3. Permendagri No.41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan
PKL.
4. Peraturan Daerah Kota Jambi No.5 Tahun 2006 tentang Pedagang Kaki Lima.
5. Peraturan Daerah Kota Kambi No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan P
6. Peraturan Daerah Kota Jambi No.2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa U
7. Peraturan Daerah Kota Jambi No.3 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa D
8. Peraturan Daerah Kota Jambi No.2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Organisasi
Dinas-dinas Daerah Kota Jambi.
40
Ibid
9. Peraturan Walikota Jambi No. 4 Tahun 2007 tentang Penetapan Klasifikasi Pasar
dan P.
10. Peraturan Walikota Jambi No.6 Tahun 2007 tentang Juklak Perda No. 5 Tahun
2006 tentang PKL.
11. Keputusan Walikota Jambi No.84 Tahun 2007 tentang Penetapan Klasifikasi Pasar
D
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Relokasi Pedagang Angso Duo ke Pasar Talang Gulo
Ditinjau dari definisi kata relokasi yaitu pemindahan tempat atau
memindahkan tempat. Relokasi merupakan salah satu kegiatan dalam kebijakan
pemerintah yang mencakup bidang perencanaan tata ruang dan peningkatan
kesejahteraan ekonomi sosial. Sehingga pemerintah, khususnya pemerintah daerah
memiliki hak melakukan relokasi pada sektor-sektor yang dikuasai pemerintah daerah
termasuk fasilitas umum seperti pasar. Dalam hal relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar
Talang Gulo, pemerintah daerah melakukan relokasi dikarenakan menurut Pemerintah
Kota Jambi kondisi Pasar Angso Duo yang lama sudah tidak lagi memenuhi standar
layak pasar.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di lapangan, penulis
menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi relokasi pedagang
Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, di antaranya:
1. Infrastruktur
Fasilitas tempat dan kondisi lingkungan pasar yang lebih baik telah disiaplan
oleh pemerintah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Duria Sunita selaku Kepala
Dinas Pasar, sebagai berikut:
42
Kita sudah menyiapkan infrastruktur pasar yang baik di Pasar Talang Gulo, ini
adalah program pemerintah kota sejak lama, sehingga dengan berpindahnya
Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo akan memberikan kesempatan
pedagang untuk memiliki kesempatan lebih menguntungkan lagi, tapi karena
mereka tidak tahu manfaatnya maka sebagian keberatan untuk pindah dari
Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, kalau mereka berpendapat bahwa
Pasar Talang Gulo belum layak, itu sebetulnya hanya pembelaan mereka untuk
tidak pindah saja, kenapa? Karena mereka sudah merasa nyaman dengan
kegiatan mereka saat ini berjualan di Pasar Angso Duo, padahal maksuk kita
adalah untuk mengatur agar semuanya berjalan dengan baik, bersih dan juga
nyaman.41
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa infrastuktur pasar yang telah
disiapkan dengan lebih baik di Pasar Talang Gulo masih membuat pedagang enggan
untuk pindah dari lokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, mereka sebagian
mengemukaan bahwa tidak yakin atas pemenuhan dan pemanfaatan yang lebih baik
lagi, sehingga mereka engan untuk indah. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Erwandi selaku Kabid. Pendataan Dan Pendapatan, sebagai berikut:
Fasilitas yang telah kita siapkan itu jauh lebih baik dari yang di Pasar Angso
Duo, ini dikarenakan mereka itu sudah terlalu nyaman dan tidak mau ingin
pindah, pemerintah ingin memindahkan itu dikarenakan tidak adanya
infrastruktur yang baik sekarang itu di Pasar Angso Duo, makannya kami mau
merelokasi mereka, agar pindah ke pasar yang baik lagi dengan fasilitas dan
jalan yang baik lagi, kamu bisa lihat sendiri lah dan rasakan sendiri, bagaimana
kondisi di Pasar Angso Duo, kumuh bauk dan juga tidak teratur, maka kami
selaku pemerintah harus berusaha keras dalam mengatur itu agar mereka bisa
pindah ke tempat yang lebih baik lagi.42
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa fasilitas yang baik dan lebih
bersih telah disiapkan di Pasar Talang Gulo, namun masih saja masyarakat enggan
untuk meninggalkan pasar Aangso Suo untuk memulai usahanya di Pasar Talang
41
Wawancara bersama Ibu Duria Sunita selaku Kepala Dinas Pasar, pada 29 April 2018 42
Wawancara bersama Erwandi selaku Kabid. Pendataan dan Pendapatan , pada 29 April 2018
Gulo, maka dari itu perlu fukungan dari berbafai pihak guna memperlancarkan
relokasi Pasar Angso Duo ke pasat Talang Gulo.
Tempat semua sudah kita siapkan, sudah kita lengkapi, pengamanannya juga
sudah ada. Kalau sarana kita waktu itu tidak ada masalah, waktu proses
relokasi pedagang dari Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo kita sediakan
mobil waktu itu, seperti mobil pick up dan truk untuk membantu memindahkan
dagangan pedagang tersebut. Tapi tetap saja mereka melakukan perlawanan
untuk tidak ingin pindah, alasan mereka hanya itu ke itu saja, mereka merasa
belum siap dengan mengalami hilangnya pekerjaan mereka, padahal mereka
itu kan mau diatur agar bersih dan lebih baik lagi, tapi mereka masih saja tidak
mau, pendekatan sudah kita lakukan dengan baik pada mereka, hanya saja
hasutan terlalu sering dating ke mereka sehingga mereka tidak mendengarkan
kebaikan pemerintah untuk mengatur pasar agar lebih baik. 43
Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa infrastruktur dalam
pelaksanaan relokasi pedagang kaki lima ini terbilang memadai. Dilihat dari tempat
yang telah disediakan oleh Pemerintah bagi pedagang kaki lima yang direlokasi dan
transportasi yang juga telah disediakan untuk mempermudah para pedagang kaki lima
memindahkan dagangannya ke lokasi yang baru. Sebagaimana dapat dilihat dari
wawancara penulis bersama Bapak Samsudin selaku pedagang di Pasar Angso Duo,
sebagai berikut:
Memang kondisinya sudah baik, tapi itukan lantaran masih baru, kalau sudah
ditempati nanti juga bakal kumuh lagi. Jadi untuk apa harus pindah ke sana, saya
rasa di sini sudah begus, masyarakat juga banyak yang berbelanja ke sini, jadi
akan lebih baik di sini saja.44
43
Wawancara bersama Jalaludin Hayat, kasubbag. Keuangan, pada 29 April 2018 44
Wawancara dengan Bapak Samsudin selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018.
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa meskipun infrastruktur
telah dibenahi, namun pedagang masih berkeinginan untuk tidak pindah dari pasar
Ango Duo.
2. Anggaran
Data dan informasi mengenai anggaran yang peneliti dapatkan berdasarkan
hasil wawancara yang peneliti lakukan, dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
Ibu duria Sunita selaku Kepala Dinas Pasar, sebagai berikut:
Faktor yang mempengaruhi relokasi itu, faktor yang mendukung pada waktu
itu dana, setiap pedagang yang direlokasi kita berikan bantuan dana untuk
memulai usahanya yang baru di Pasar Talang Gulo, anggaran yang kita miliki
dari pemerintah guna mendukung relokasi pasar Angso Duo ke Pasar Talang
Gulo, memang tidak banyak, namun itu dapat membantu mereka untuk pindah
ke sana, lagian kalau mereka bersedia pindah mereka juga akan bertemu
dengan pelanggan pedagang mereka, mereka hanya takut kehilangan hasil
jualan mereka tidak laku. 45
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan
relokasi pedagang kaki lima ini, anggaran menjadi faktor pendukung keberhasilan
kegiatan. Tidak hanya anggaran yang memadai untuk persiapan pelaksanaan relokasi,
namun juga untuk memberikan dana bantuan pemindahan kepada para pedagang kaki
lima. Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama Bapak Syuhar selaku
pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut:
Anggaran yang diberikan masih tidak sesuai, karena hanya utuk pindah saja,
terus kami yang harus mulai dari awal lagi gimana, jadi kalau masalah
anggarannya sesuai mungkin kita bisa pindah dan memulai usaha yang lebih
baik di tempat yang baru.46
45
Wawancara bersama Ibu Duria Sunita selaku Kepala Dinas Pasar, pada 29 April 2018 46
Wawancara dengan Bapak Syuhar selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018.
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, dana ini diberikan
sebagai bentuk bantuan dari pemerintah kepada pedagang kaki lima yang direlokasi
selama masa transisi di lokasi yang baru. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat
diketahui bahwa dalam pelaksanaan kegiatan relokasi pedagang ini masih terkendala
akibat kurangnya partisipasi dari para pedagang itu sendiri dalam membantu
Pemerintah Daerah melaksanakan rencana kerjanya.
3. Koordinasi
Koordinasi yang telah dilakukan pemerintah guna memindahkan pedagang
telah dilakukan dengan berbagai macam cara, namun tentu dalam setiap upaya
dihalangin dengan berbagai macam kendala, seperti tidak konsistenya para pedagang
dan takutnya pedagang untuk dirolaki. Sebagaimana yang disampaikan oleh Erwandi
selaku Kabid. Pendataan Dan Pendapatan, sebagai berikut:
Kita sudah melakukan koordinasi yang baik pada para pedagang, namun masih
saja para pedagang terkadang tidak konsisten utnuk dalam mengambil
keputusan, mereka terlalu mudah terhasut oleh orang yang ingin mengambil
keuntunganm dengan bagitu mereka terjebak dalam kebingungan sehingga
enggan untuk pindah, kalaulah mereka mengerti dampak baik yang akan
didapatkan dari pindahnya Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo mereka
tentu akan pindah, namun kami tidak akan berhenti untuk memberikan
pemahaman pada mereka bahwa ini adalah kebaikan bagi mereka.47
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa upaya yang telah dilakukan
dengan emlakukan koordinasi yang baik baik dari pemerintah dan juga para pedagang
pasar Angos Duo, namun sebagian masih ada yang tidak ketemu kata mufakat antara
pemerintah dan juga pedagang. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Jalaludin
47
Wawancara bersama Erwandi selaku Kabid. Pendataan Dan Pendapatan, pada 29 April 2018
Hayat, kasubbag. Keuangan “Kita kemarin waktu melakukan akan melakukan relokasi
kalo perihal koordinasi masih ada masalah, kita sudah berpaya melibatkan seperti
LAM, organisasi kepemudaan, dll, tapi mereka maih tidak ingin pindah dengan
berbagai lasan mereka.48
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah
Daerah melalui Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Jambi telah melakukan koordinasi
dengan berbagai pihak, seperti Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Satuan
Polisi Pamong Praja, Polri, LAM, dan organisasi kepemudaan yang ada di Daerah
Pasar, namun masih saja mereka ingin tuntutan pedagang terpenuhi dengan berbagai
fasilitas yang diharapkan
Dar penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi relokasi pedagang Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, diantaranya;
infrastruktur di mana lokasi Pasar Talang Gulo telah lebih baik dari Pasar Angso Duo,
dari fasilitas dan juga pengaturan pasar; anggaran, di mana bantuan anggaran usaha
untuk para pedagang telah dialokasikan guna menciptakan pasar yang lebih nyaman;
dan koordinasi, di mana koordinasi yang baik telah dilakukan dengan Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Satuan Polisi Pamong Praja, Polri, LAM,
dan organisasi kepemudaan yang ada di Daerah Pasar.
48
Wawancara bersama Jalaludin Hayat, kasubbag. Keuangan, pada 29 April 2018
B. Persepsi Pedagang Pasar Angso Duo yang Direlokasi
1. Persepsi Tentang Pengaturan dan Relokasi
Pelayanan yang diberikan pemerintah pasar Kota Jambi terhadap pedagang yang
merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Apabila pedagang tidak mendapatkan
pelayanan yang semestinya, itu akan mempengaruhi kepercayaan dari pedagang
kepada pemerintah. Pedagang akan merasa terbebani atas kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah apabila kebijakan tersebut memberatkan pedagang, dan tidak
sesuai dengan tujuan dari kebijakan yang dicanangkan. Sebagaimana dapat dilihat dari
wawancara penulis bersama Bapak Samsudin selaku pedagang di Pasar Angso Duo,
sebagai berikut:
Mereka kurang tanggap dan dalam pelaksanaan standar pelayanan pasar tidak
dapat dikatakan maksimal, seharusnya mereka sudah mampu meihat apa saja
kekurangan-kekurangan yang ada di lapangan sehingga tidak menimbulkan
keluhan-keluhan dari pedagang, tapi mengapa tidak ada koreksi baik dari
Pemerintah Daerah, sampai sekarangpun keadaan yang ada di lapangan masih
belum semuanya kondusif. Kita sebisa mungkin segala sesuatunya berdasarkan
dengan Peraturan Daerah Kota Jambi untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum dinikmati oleh orang atau pribadi atau badan saja itu.49
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, dalam pengaturan pasar
yang dilakukan oleh pemerintah pasar Kota Jambi dalam pelaksanaannya masih belum
semuanya maksimal. Dari hasil observasi penulis menemukan bahwa dalam
pelaksanaannya masih tergolong tidak sesuai dengan keinginan pedagang dalam
reokasi pasar dari Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, karena petugas tidak semua
memberikan kepastian terhadap pedagang, selain itu pula sarana yang digunakan
49
Wawancara dengan Bapak Samsudin selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018.
pedagang sangat minim sebagaimana yang disampaikan Ibu Tati selaku pedagang di
Pasar Angso Duo “masih minim di sana tempatnya, lebih ribet dan juga di sana kita
harus bayar lagi, jadi kami harus pindah atau berada di sini kan jadi bingung” 50
ini
menyebabkan pedagang bingung harus tinggal di Pasar Angso Duo atau Pasar Talang
Gulo. Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama Bapak Anugrah,
Bapak Panji dan Imam Prianto selaku pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut:
Mereka bilang mau mengatur lebih baik dan juga memberikan kemudahan tapi
kenyataanya tidak. Mengatur dalam hal tempat dan juga pelayanan dan
kebutuhan apabila sedang mengalami permasalahan. Mereka itu itu makan gaji
buta saja, tidak mau peduli dengan kami yang hanya pedagang ini, dari pagi
sebelum mereka bangun kami harus sudah bangun demi mencari rezeki buat
keluarga, kalau mendengar kabar harus di relokasi itu saya jadi kesal dan sedih
saja. Bagaimana bisa Pasar Talang Gulo lebih baik51
Di sini saja masih
terkendala dari dulu mengaturnya apalagi pindah, lagian di sana itu masih belum
sesuai dengan yang pedagang harapkan. Di sana tempatnya masih terbatas dalam
segi tempat dan juga pungutan yang diakukan, banyak mereka itu melakukan
pungutan liar di sana, mereka bilang akan mengatur sedemikian rupa, nah kalau
mau diatur kenapa tidak di sini, kenapa harus ke sana.52
Harus jelas kalau kami
itu maunya, kalau tidak jelas nanti yang ada tidak ada kejelasan kalau ada
keluhan kami selaku pedagang.53
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, pengaturan merupakan
hal yang harus diutamakan oleh pemerintah pasar agar tidak terjadi keresahan bagi
pedagang. Selain itu pula penulis menemukan adanya pemerintah pasar yang tidak
sesuai kinerjanya dengan baik. Dengan begitu pelaksanaannya tidak terlaksana secara
maksimal, masih banyak kendala yang terjadi di lapangan. Pemerintah tidak
50
Wawancara dengan Ibu Tati selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018. 51
Wawancara dengan Bapak Anugrah selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018. 52
Wawancara dengan Bapak Panji selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018. 53
Wawancara dengan Bapak Imam Prianto selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018.
mementingkan kebutuhan pedagang hanya mementingkan kepentingan untuk pribadi.
Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama Bapak Syuhar selaku
pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut:
Pelayanannya belum bisa memberikan kenyamanan kepada pedagang, saya
sebagai salah satu pedagang kurang setuju dengan peraturan dan relokasi ke
Pasar Talang Gulo, karena masih belum selesai perjanjiannya, seharusnya
pemerintah bisa memberikan ketegasan terhadap petugas-petugas yang tidak
maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Dalam pelaksanaannya pun harus
disesuaikan dengan tujuan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Daerah, sehingga pasal yang ada tidak hanya berbunyi namun dapat
terlaksana.54
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, dalam pelaksanaanya
memang mengatur pedagang agar tidak berantakan dan sampai ketepi jalan, tapi
terkadang kurang tanggap dalam menyusun dan jika ada pedagang yang ingin keluar
agak kesulitan dikarenakan kurang cekatan dalam mengatur tempat berdagang mereka.
Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama Ibu Marwiyah selaku
pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut:
Katanya mereka berusaha mengatur dengan menempatkan kami di tempat yang
baru, tapi kenyataanya tidak sesuai dengan keinginan pedagang, lokasi yang
terbatas katanya di sana. Ada beberapa pengelola pasar yang tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik, mengambil pungutan di luar aturan, itu yang buat kami
itu malas pindah. Kalau memang mau membuat pedanggang pidah ke sana,
seharusnya harus ada pendekatan yang baik dan juga penjelasan yang baik.
Kami hanya mendapatkan perintah dan informasi harus pindah, jadi kami malas
kalau harus pindah. Sebagian mungkin sudah ada yang pindah, tapi apa cukup di
sana menampung semua pedangan ini.55
54
Wawancara dengan Bapak Syuhar selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018. 55
Wawancara dengan Ibu Marwiyah selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, masih terdapat beberapa
pengelola pasar yang melakukan kesalahan dan jumlah yang ditempatkan pun
melebihi kapasitas. Penulis menemukan dari hasil observasi bahwa pelaksanaan yang
dilakuan oleh pengelola pasar
Tentu pencapaian relokasi tidak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya
pengawasan yang dilakukan dari pemerintah pusat guna memberi wewenang ini.
Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama Bapak Arwan Qodir
selaku pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut:
Perugas pengelola pasar hanya mementingkan pelayanan saat pengumungat
keamanan saja, tanpa memberikan pelayanan yang seharusnya di saat ada
pedagang yang berjualan dan juga kendaraan yang keluar masuk, kalau bisa ada
petugas yang bisa mengatur letak posisi kendaraan di area tersebut dan juga
memantau terus sampai kendaraan akan keluar lagi akan jauh lebih baik. Ini
bukti pengaturan yang kurang baik dari pemerintah pasar, selain itu pula, pindah
itu butuh pengaturan yang baik-baik. Makannya kami itu malas mau kesana,
kalau tempatnya sama aja banyak peraturan yang memberatkan kami kan sama
aja itu, apa bedanya sama yang di sini.56
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, pelayanan pengelola
pasar belum terlaksana secara maksimal, pengelola pasar tidak mementingkan
kenyamanan pedagang dan hanya fokus pada pelayanan di dalam pos, sehingga
pedagang hanya bisa mengeluh atas kondisi yang ada.
2. Persepsi Tentang Pengawasan Pasar dan Kenyamanan Berbelanja
Dalam pengawasan yang baik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan
oleh juru parkir di Pemerintah Pasar Kota Jambi, hal ini dilakukan agar tidak terjadi
56
Wawancara dengan Bapak Arwan Qodir selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018
kehilangan barang pedagang yang tergantung dikendaraan yang diparkirkan. Namun
apabila hal tersebut tidak diutamakan hasilnya akan terjadi kekacauan, untuk itu perlu
dilakukan pengawasan . Sebagaimana dapat dilihat dari wawancara penulis bersama
Ibu Sinta selaku pedagang di Pasar Angso Duo, sebagai berikut
Pengawasan yang lemah menjadi kendala kami di sini, kalu di sini aja lemah
emang ditempat yang baru ada jaminan bisa lebih baik. Sekarang ini yang pasti-
pasti saja. Tentu harus diproritaskan penjagaan atas barang atau kendaraan
masyarakat dan juga pedagang di sini, ini merupakan kesempatan pencuri untuk
melakukan aksinya kalau tidak kita jaga, maka pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah harus ditingkatkan, sejauh ini masih terbatas pengawasan nya.57
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, pegawasan yang
dilakukan pemerintah pasar masih kurang baik, sehingga para pedagang tidak begitu
mempercayai tempat yang baru akan memberikan pengawasan yang lebih baik, karena
ketik pengawasan dilakukan dengan baik sudah tentu akan memberikan kenyamanan
berbelanja pula. Untuk itu penti dilakukan pengawasan dan kenyamanan berbelanja
demi menjaga barang masyarakat dan juga keamanan di pasar, ini untuk membuktikan
amanah yang dititipkan pedagang dan masyarakat kepada pegelola pasar dapat
berjalan dengan baik. Penulis menemukan bahwa pengawasan yang saat ini terjadi di
Pasar Angso Duo sangat memperihatinkan, karena mereka tidak dapat terorganisir
dengan baik sehingga mengganggu kereriban umum. Sebagaimana dapat dilihat dari
wawancara penulis bersama Bapak Ripdan selaku pedagang di Pasar Angso Duo,
sebagai berikut:
57
Wawancara dengan Ibu Sinta selaku pedagang di Pasar Angso Duo, 11 Mei 2018
Untuk petugas yang menjalankan kerjaannya dalam melakukan pengawasan
terhadap perkembangan pasar agar baik itu masih minim, karena banyak sekali
pemalakan di sini terkadang, makanya harus ada pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah, agar kenyamanan berbelanja di sini dapat tercapai sebagaimana
mestinya. Kalau di sini aja masih seperti ini, bagaimana di sana, emang ada
jaminan gitu kalau di sana kita lebih baik, mungkin kalau bagi pemerintah lebih
baik, tapi kalau untuk kami gimana, kami hanya pedagang yang berharap
mendapatkan keuntungan, kalau kenyataanya kita pidah dan mendapatkan
kerugian, buat apa pindah, ya kan.58
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, perlu lakukan, kalau
tidak nanti kenyamanan pedagang dan masyarakat bisa tidak terpenuhi, karena jugak
ada pencurian siapa yang mau bertanggung jawab, pengawasan yang dilakukan
sangatlah baik. Penulis menemukan bahwa, pemerintah perlu meningkatkan
pengawasan agar para pedagang merasa nyaman dalam menjual barang dagangannya.
Dari penjelasan di atas dapar disimpulkan bahwa terdapat dua persepsi pedagang
Pasar Angso Duo yang di relokasi ke Pasar Talang Gulo, di antaranya; persepsi
tentang pengaturan dan relokasi di mana pengaturan pasar yang masih belum baik dan
juga lokasi yang baru masih belum sepenuhnya dapat digunakan; persepsi tentang
pengawasan pasar dan kenyamanan berbelanja, mana pengawasan masih sangat
memperihatinkan karena masih terdapat banyak pungli sehingga menimbulkan ketidak
kenyamanan bagi masyarakat yang berbelanja.
C. Tanggapan Masyarakat Terhadap Relokasi Pedagang Angso Duo
Hal yang sama diungkapkan Ratimin, yang datang bersama teman-temannya.
Ia mengaku memilih mengisi liburan untuk menengok konsep penataan Pasar Angso
58
Wawancara dengan Bapak Ripdan, selaku masyarakat, 13 September 2017.
Duo ke Pasar Talang Gulo yang baru. Sebagaimana yang disampaikan Ratimin selaku
masyarakat sebagai berikut:
Ini dari Tehok naik motor. Pingin jalan-jalan lihat Pasar Talang Gulo yang
baru buat ngisi liburan. Masih ada yang harus dirampungkan dalam segi
fasilitas yang ada, kalau saya tentu mendukung, karena kondisi Pasar Angso
Duo sekarang itu sangat jorok dan tidak tertata dengan baik. Kalaulah pindah
ke sini tentu akan lebih baik. 59
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kendati konsep baru dari
penataan Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo diianggapnya lebih
memudahkannya, tapi ia juga menilai ada kekurangan dari penataan ini. Menurutnya,
jalan yang disediakan untuk pembeli sangatlah sempit. Namun ada juga masyarakat
yang merasa Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo tersebut menjadi hambatan untuk
menuju pusat perbelanjaan. Sebagaimana yang disampaikan Siti Sholikhan selaku
masyarakat
Kalau saya tidak setuju harus pindah Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
Buat apa coba, emang di Pasar Talang Gulo jauh lebih baik dalam segi
keamanan, di sana mungkin dalam kebersihan lebih baik dari pada di sini, tapi
di sana itu masih banyak pungli, karena saya mendengar ini dari teman saya
yang suka melakukan pungli di sana. Jadi sama aja kalau harus pindah ke sana,
tidak menutup kemungkinan di Pasar Talang Gulo akan lebih baik kalau
pedangang harus pindah dari Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo 60
Ibu Eni Wulandari selaku masyarakat menambahkan sebagai berikut:
Kalau saya setuju saja pindah ke Pasar Talang Gulo, karena kalau lokasi baru
biasanya akan lebih baik lagi, karena di sini (Pasar Angso Duo) sudah tidak
lagi rapi dan bersih, bauk dan juga kotor, jadi harus dirapikan ke tempat yang
lebih baik, kalaulah tempatnya lebih baik tentu akan membuat masyarakat
yang berbelanja lebih baik lagi juga kan” 61
59Wawancara dengan Ratimin selaku masyarakat, di Pasar Angso Duo 11 Mei 2018
60Wawancara dengan Siti Sholikhan selaku masyarakat selaku masyarakat, di Pasar Angso
Duo 11 Mei 2018 61
Wawancara dengan Ibu Eni Wulandari selaku masyarakat, di Pasar Angso Duo 11 Mei 2018
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa dalam kenyataanya masyarakat
ingin mendapatkan kondisi pasar yang nyaman dan juga bersih, ini sebuah harapan
dengan berpindahnya Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, namun tentu tidak
semudah yang diperkirakan, diperlukan pendekatan dan pengaturan yang baik. Karena
apabila pasar tradisional dapat berkembang dan baik maka pasar tradisional akan
membantu ekonomi daerah, pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung
dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa
dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Pasar Angso Duo.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat
terhadap relokasi pedagang Angso Duo ke Pasar Talang Gulo mendapat respon yang
positif, selain tempatnya yang baru dan juga lebih luas dan terdapat berbagai fasilitas
yang memenuhi standar pasar tradisional, namun tetap pasar Tapang Gulo harus
dirampungkan dan diatur dengan baik agar para pedagang berkenan pindah dari Angso
Duo ke Pasar Talang Gulo.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang persepsi pedagang
terhadap relokasi Pasar Angso Duo ke Pasar Talang Gulo, secara umum menolak
untuk direlokasi, untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi relokasi pedagang Angso Duo ke Pasar
Talang Gulo, diantaranya; Infrastruktur di mana lokasi Pasar Talang Gulo telah
lebih baik dari Pasar Angso Duo, dari fasilitas dan juga pengaturan pasar;
Anggaran, di mana bantuan anggaran usaha untuk para pedagang telah dialokasikan
guna menciptakan pasar yang lebih nyaman; dan Koordinasi, di mana koordinasi
yang baik telah dilakukan dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi,
Satuan Polisi Pamong Praja, Polri, LAM, dan organisasi kepemudaan yang ada di
Daerah Pasar.
2. Terdapat dua persepsi pedagang Pasar Angso Duo yang di relokasi ke Pasar Talang
Gulo, di antaranya; persepsi tentang pengaturan dan relokasi di mana pengaturan
pasar yang masih belum baik dan juga lokasi yang baru masih belum sepenuhnya
dapat digunakan dengan baik; persepsi tentang pengawasan pasar dan kenyamanan
berbelanja, di mana pengawasan masih sangat memperihatinkan karena masih
56
terdapat banyak pungli sehingga menimbulkan ketidak kenyamanan bagi
masyarakat yang berbelanja.
3. Tanggapan masyarakat terhadap relokasi pedagang Angso Duo ke Pasar Talang
Gulo mendapat respon yang positif, selain tempatnya yang baru dan juga lebih luas
dan terdapat berbagai fasilitas yang memenuhi standar pasar tradisional, namun
tetap pasar Tapang Gulo harus dirampungkan dan diatur dengan baik agar para
pedagang berkenan pindah dari Angso Duo ke Pasar Talang Gulo.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya para pedagang berkenan untuk direlokasi, karena itu akna
menciptakan kondisi pasar yang lebih baik lagi.
2. Hendaknya penyelesaian diselesaikan oleh penanggunjawab, agar tidak terjerat
hukum bila mana telah dilakukan.
3. Hendaknya para pemerintah mendengarkan tuntutan dari para pedagang.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham Stanley Marino Pardede, “Persepsi Pedagang Terhadap Perencanaan
Relokasi (Pusat Pasar) Medan”, Skripsi: Departemen Ilmu Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2014.
Ahmad Kaylani, Negara-Negara Dan Pasar dalam Bingkai Kebijakan Persainagan,
Jakarta: Komisi Persaingan Pasar Usaha, 2011.
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.
Andriyani, Dampak Perpindahan Lokasi Pasar Sentral Terhadap Pendapatan
Pedagang dan Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Buton Utara.
Skripsi, Jurusan Ekonomi : Universitas Halu, 2007.
Beatrix S. Duwit, dkk, “Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Area Berjualan
Sepanjang Jalan Pasar Pinasungkulan Karombasan Manado” Jurnal Sabua
Vol.7, No.2: 419-427, Oktober 2015.
Eis Al Masitoh, “Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi
Pasar Piyungan Bantul” Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013.
Endi Sarwoko, “Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja Pedagang Pasar
Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang”, Jurnal Ekonomi Modernisasi,
2013.
Firmansyah dan Rizal E.Halim “Setrategi Revitalisasi Pasar Tradisional” dalam
Chatib Basri, dkk, 2002, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca
Kebijakan Perdagangan Indonesia, Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
Hasnawi, “Dampak Relokasi Pasar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar
Laino Raha”, Skripsi: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Halu Oleo Kendari, 2016.
Helina Kuncahyawati, “Pemberdayaan Pasar Tradisional Dan Pedagang Pasar
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 6 Tahun 2014 (Studi
Kasus: Pasar Krendetan)”, Skripsi: Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011.
Ketut Sri Candrawati, “Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Dalam Gaya Hidup
Masyarakat Di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali” Skripsi: STIA-Denpasar,
Bali, 2011.
Lulud N Wicaksono, “Persepsi Pedagang Pasar Terhadap Program Erlindungan Pasar
Tradisional Oelh Pemerintah Kota Semarang”, Skripsi: Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Diponegoro, 2014.
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipaayung, 2009.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Sunarni dan Budiarto “Persepsi Efektivitas Pengajaran Bermedia Virtual
Reality(VR)”. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan (Semantik
2014) 979-26-0276-3 Semarang, 15 November, 2014.
Syobrian Mokoginta dkk, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional
Di Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara,” Skripsi: Program
Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado,
2011.
Syobrian dan Mokoginta, “Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar Tradisional
di Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara”, Skripsi: Jurusan
Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro, 2014.
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan
1 Ibu Duria Sunita Selaku Kepala Dinas Pasar 2 Bapak Erwandi Selaku Kabid. Pendataan Dan Pendapatan
3 Bapak Jalaludin Hayat Selaku Kasubbag. Keuangan
4 Bapak Samsudin Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
5 Ibu Tati Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
6 Bapak Anugrah Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
7 Bapak Panji Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
8 Bapak Imam Prianto Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
9 Bapak Syuhar Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
10 Ibu Marwiyah Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
11 Bapak Arwan Qodir Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
12 Ibu Sinta Selaku pedagang di Pasar Angso Duo
13 Bapak Ripdan Selaku masyarakat/Pembeli
14 Bapak Ratimin Selaku masyarakat/Pembeli
15 Ibu Siti Sholikhan Selaku masyarakat/Pembeli
16 Ibu Ibu Eni Selaku masyarakat/Pembeli
Top Related