PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU
MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN
(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN
LEBAK, PROPINSI BANTEN)
DEDE HENDRY TRIYANTO
E 14103010
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERSEPSI, MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU
MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN
(KASUS DI KECAMATAN GN. KENCANA, KABUPATEN
LEBAK, PROPINSI BANTEN)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEDE HENDRY TRIYANTO
E 14103010
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Awal perjuangan yang membuahkan hasil dalam fase kehidupan…
RINGKASAN
Dede Hendry Triyanto. E14103010. Persepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku LokalTerhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, KabupatenLebak, Propinsi Banten). Dibimbing oleh Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir. IinIchwandi, M.Sc.F.Trop
Keberadaan hutan bagi masyarakat lokal di suatu daerah sangat pentinguntuk tetap terjaga fungsinya, pemanfaatan dan pengelolaan hutan oleh keduakelompok masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana yaitu masyarakat Baduy Luardan masyarakat non Baduy untuk pemenuhan kehidupan mereka. Dalampenelitian ini ingin mengetahui persepsi, motivasi, sikap dan perilaku masyarakatlokal terhadap keberadaan hutan.
Persepsi terhadap pemanfaatan lahan adalah untuk lahan pertanian.Persepsi terhadap sumber kayu dilihat berdasarkan ketersedian sumber kayu darihutan jumlahnya memadai, tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta bisadimanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan, untuk sumber airberdasarkan lamanya air mengalir sumber air dari hutan yang tersedia darimasing-masing sumber air tersebut, tidak tergantung terhadap musim serta kondisiair yang jernih dan tidak keruh. Motif pemanfaatan lahan adalah untuk pertanian,dan sumber kayu dan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup dantambahan penghasilan (masyarakat non Baduy). Mereka sepakat untukmelestarikan lahan hutan, sumber kayu dan sumber air. Perilaku merekaditunjukan dengan cara bagaimana mereka memanfaatkan lahan hutan, sumberkayu dan sumber air tersebut, perbedaan perilaku dilihat dari pemanfaatan untuklahan untuk pertanian, masyarakat Baduy Luar bertani lahan kering sedangkanmasyarakat non Baduy bertani lahan basah. Sebagian masyarakat Baduy Luarmemanfaatkan sumber kayu dari ranting-ranting dan pohon yang tumbang alami,berbeda dengan masyarakat non Baduy yang memanfaatkan kayu dengan caramenebang pohon. Untuk sumber air sebagian masyarakat ini memanfaatkan airuntuk keperluan hidup seperti minum, mandi dan cuci saja, tetapi masyarakat nonBaduy ada yang memanfaatkan untuk pengairan sawahnya.
ABSTRACT
Dede Hendry Triyanto. E14103010. Perception, motivation,attitude and behavior local community about forest in Gn. Kencana,Lebak, Banten Province. Under the direction Ir. Sudaryanto andDr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop
A good forest management is an important part to get sustainable forest inGn. Kencana where “Baduy Luar” and non Baduy in local community live. Theaim of this research is to analyze perception, motivation, attitude and behaviorfrom Baduy Luar and non Baduy community in Gn. Kencana about managingtheir forest in their area. This research use purposive sampling to get 30respondent and 3 village sampling (Cimanyangray, Sukanegara and Keramatjaya)in Gn.Kencana . Perception for land use is for farming area. Perception for woodcan get from quantity from that forest, closed standing stock, and diameter oftrees. And then, for perception of water, it can get from periods water flow, andclear of water condition. The result, Baduy Luar communities have betterperception than non Baduy about this forest. Local communities have motivationto subtantiate for life and to increase economic value from forest resources.Actually, both of them are agree to conserve the land forest, source of wood andwater supply. We can look that action from a part of Baduy Luar community getsource of wood from twig or natural died tree. Altough non Baduy communitywill cut the trees when they want. Local wisdom still be a part of Gn. Kencanacommunity when they use natural resources (in this case is forest), especially forBaduy Luar.
Keywords : Gn. Kencana, Perception, motivation, attitude and behavior
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi,
Motivasi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan
(Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten) adalah
benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Januari 2009
Dede Hendry Triyanto
NIM E 14103010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahrobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allat SWT yang telah memberikan karunianya kepada hambanya di dunia serta
junjungan kita semua Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
cahaya kehidupan bagi umatnya didunia, atas kasing sayangnya dan curahan
rahmatnya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil judul
Persepsi, Motivai, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap
Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten). Pembentukan persepi dan motif yang baik terhadap
sumberdaya alam berupa hutan bisa menentukan sikap dan perilaku yang baik
pula, sehingga kelestarian sumberdaya alam berupa hutan akan terjaga
kelestariannya.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapakan untuk perbaikan di
fase berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat.
Bogor, Januari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Buat mama dan papa tersayang atas kesabarannya dan doa yang tiada henti
dipanjatkan yang selalu mengiringi jalan hidup anak-anaknya.
2. Kakak dan adikku tercinta, Aa Denny Budiarna dan Tryan Budiarna
“Iyang”, yang selalu menjadikan hidup ini menjadi sangat berarti dalam
setiap harinya.
3. Nisa “Icha” Novita cahaya hidupku, atas kasih sayang yang selalu menjadi
motivasi dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Sudaryanto selaku dosen pembimbing pertama yang selalu
memberikan masukan,arahan wejangan hidup serta semangat sehingga
skripsi ini bias terselesaikan.
5. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop selaku dosen pembimbing kedua
yang selalu memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan.
6. Bapak Dr. Ir. Endes N Dahlan, MS selaku dosen penguji dari Departemem
Konservasi Sumberdaya Hutan.
7. Bapak Ir. Deded Sarif Nawawi, MS selaku dosen penguji dari Departemen
Teknologi Hasil Hutan.
8. Bapak Ir. Adi Prasetya, M.For.Sc selaku Adm KPH Banten yang telah
memberikan ijin penelitian.
9. Bapak Ita Sasmita (Asper BKPH Gn. Kencana) yang selalu memberikan
masukan dalam penelitian ini.
10. Bapak Sukra (KRPH Gn. Kencana Utara) dan Ibu yang telah memberikan
tempat berteduh selama di lapangan dan Pak Pendi dan Pak Parjo yang
selalu mengantarkan dan mencari data selama di lapangan.
11. Yewe, Zaye, Bang Woily, Heri E Saputra, dan Teman-teman MNH 40 yang
selalu mendukung dan memberikan support supaya cepat lulus.
12. Teman-teman di Asrama Mahasiswa Banten - Bogor yang selalu membuat
kejutan-kejutan kecil selama tinggal di Asrama. Icong, Ucup, Adi, Igun,
Khusaery, kang Ipung, Suwardi, Nandi dan yang lainnya.
13.RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sebuah kota kecil Kabupaten Lebak pada tanggal 14
Juni 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Kanim Diarna
dan Siti Badriyah.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN I Leuwidamar, pada tahun yang
sama penulis diterima masuk ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dengan memilih Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan
menekuni Bidang Sosial Ekonomi Kehutanan pada Laboratorium Poleksos
kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan
daerah dan menjadi anggota pencak silat Merpati Putih IPB. Selain itu penulis
melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) jalur Sancang-
Kamojang dan KPH Sumedang, serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
KPH Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten.
Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Persepsi, Motivsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Lokal
Terhadap Keberadaan Hutan (Kasus di Kecamatan Gn. Kencana,
Kabupaten Lebak, Propinsi Banten). Dibawah bimbingan Ir. Sudaryanto dan
Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian........................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian...................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi...................................................................................... 3
2.2 Motivasi..................................................................................... 4
2.3 Sikap .......................................................................................... 5
2.4Perilaku....................................................................................... 6
2.5 Kawasan Hutan.......................................................................... 7
2.6 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan....................................... 9
2.7 Interaksi Masyarakat Desa Hutan dengan
Sumberdaya Hutan.................................................................. 10
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 12
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 14
3.3 Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya ...................................... 14
3.4 Metode Pengambilan Responden .............................................. 16
3.5 Metode Pengambilan Data ........................................................ 17
3.6 Analisis Data ............................................................................. 17
BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Hutan ................................................................. 18
4.2 Jenis Tanah, Batuan dan Topogarfi............................................. 19
4.3 Iklim dan Hidrologi..................................................................... 20
4.4 Aksesibilitas ................................................................................ 20
4.5 Kependudukan ............................................................................ 20
4.6 Agama ......................................................................................... 22
4.7 Kelompok Umur ......................................................................... 22
4.8 Tingkat Pendidikan ..................................................................... 23
4.9 Mata Pencaharian........................................................................ 24
4.10 Sosial Budaya............................................................................ 25
4.11 Hutan Gn. Kencana ................................................................... 25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................29
5.1 Karakteristik Responden ............................................................. 29
5.1.1 Sebaran Umur Responden................................................. 29
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden ........................................ 30
5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ............................................... 30
5.1.4 Pendapatan Rata-Rata Responden .................................... 32
5.1.5 Luas Lahan Garapan Responden ...................................... 33
5.2 Persepsi ...................................................................................... 34
5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kawasan Hutan ................. 34
5.2.2 Persepsi Responden Mengenai Status Kawasan Hutan .... 35
5.2.3 Persepsi Responden Mengenai Manfaat Kawasan hutan... 36
5.2.4 Persepsi Responden Mengenai Sumberdaya Hutan........... 36
5.3 Motivasi ..................................................................................... 39
5.3.1 Motif Pemanfaatan Lahan Hutan ....................................... 39
5.3.2 Motif Pemanfaatan Sumber Kayu...................................... 40
5.3.3 Motif Pemanfaatan Sumber Air ......................................... 41
5.4 Sikap .......................................................................................... 43
5.5 Perilaku ...................................................................................... 45
5.5.1 Pemanfaatan Lahan Hutan ................................................ 45
5.5.2 Pemanfaatan Sumber Kayu................................................ 46
5.5.3 Pemanfaatan Sumber Air ................................................... 46
BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 48
6.2 Saran ........................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51
LAMPIRAN........................................................................................................ 53
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi di Kawasan Hutan
Gn. Kencana............................................................................................ 19
2 Tipe Iklim Kawasan Hutan di Bagian Hutan Gn. Kencana .................... 20
3 Jumlah Keluarga, Penduduk dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Gn. Kencana......................................................................... 21
4 Kelompok Umur Masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana..................... 22
5 Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana .................................... 23
6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha
di Kecamatan Gn. Kencana..................................................................... 24
7 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan............. 26
8 Potensi Produksi Kayu di Kec. Gn. Kencana ......................................... 28
9 Sebaran Umur Responden....................................................................... 29
10 Tingkat Pendidikan Responden .............................................................. 30
11 Jenis Pekerjaan Responden ..................................................................... 31
12 Pendapatan Rata-Rata Responden .......................................................... 32
13 Luas Lahan Garapan Responden............................................................. 33
14 Luas Areal Hutan Rakyat di Kec. Gn. Kencana ..................................... 33
15 Persepsi Responden Tentang Status Kawasan Hutan Gn. Kencana ....... 35
16 Persepsi Responden Masyarakat Lokal Terhadap Sumberdaya hutan.... 36
17 Kondisi Mata Air di Kecamatan Gn.Kencana ........................................ 39
18 Motif Responden Terhadap Pemanfaatan Sumber Kayu........................ 40
19 Motif masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air ...................................... 41
20 Jumlah Responden Masyarakat Lokal Menurut Sikapnya
Terhadap Sumberdaya Hutan.................................................................. 43
21 Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Sumber kayu............................... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 13
2 Sketsa Kecamatan Gn. Kencana............................................................... 18
3 Blok Penelitian Tanaman Meranti di RPH Gn. Kencana Utara................ 27
4 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Kayu ................................ 37
5 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air ................................... 37
6. Salah Satu Lahan Garapan Masyarakat Baduy Luar di
Blok Penelitian Tanaman Meranti, RPH Gn. Kencana Utara.................. 40
7 Sikap Masyarakat Lokal terhadap Sumber Kayu...................................... 44
8 Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air........................................ 44
9 Sumber Air Bagi Masyarakat Baduy di Blok Penelitian
Tanaman Meranti, RPH Gn. Kencana Utara.............................................47
LAMPIRAN
Lampiran Hal
1 Karakteristik Responden Masyarakat Baduy Luar dan
Masyarakat non Baduy ............................................................................ 54
2 Persepsi Masyarakat Lokal Baduy Luar dan non Baduy
Terhadap Hutan........................................................................................ 57
3 Contoh Kuisioner Penelitian ..................................................................... 58
4 Peta Desa Contoh ...................................................................................... 62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikaruniai oleh sang pencipta dengan salah satu hutan tropis
yang paling luas dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Kekayaan
ini disebabkan Indonesia meliputi dua daerah biogeografik, yaitu Indomalaya dan
Australia. Puluhan juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata
pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor-sektor industri
kehutanan, seperti industri pengolahan kayu, Hutan Tanaman Industri (HTI) dan
lain-lain.
Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem dalam kehidupan memberikan
banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia dari jaman dulu sampai
sekarang. Semua spesies yang berada di hutan mempunyai nilai ekonomi bagi
masyarakat setempat dan berpotensi menjadi gudang sumberdaya genetis bagi
tanaman pertanian. Disamping itu, hutan dan masyarakat lokal memiliki
hubungan dan interaksi yang bersifat sosio-kultural. Kedekatan masyarakat secara
fisik dan emosional akan melahirkan pengetahuan mengenai hutan itu sendiri
sehingga menciptakan kearifan tradisional. Kearifan tradisional yang merupakan
modal sosial masyarakat local dapat digunakan sebagai landasan untuk
pengelolaan sumberdaya hutan.
Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat lokal,
baik yang berada di dalam ataupun di sekitar hutan merupakan suatu produk
kebudayaan yang menjadi tata nilai tersendiri. Dengan segala kemampuan yang
dimiliki, masyarakat melihat, memahami, memilah-milah gejala untuk kemudian
merencanakan tindakan dan menentukan sikap serta perbuatan dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan. Hak dari sumberdaya hutan diperoleh karena
hubungan jangka panjang antara hutan sebagai tempat menggantungkan hidup
dengan masyarakat itu sendiri. Kewajiban untuk mengelola hutan secara
berkesinambungan diharapkan dapat menjadi respon balik dari masyarakat lokal
setelah memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam.
Keberadaan masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar di dalam
hutan dan masyarakat non Baduy di sekitar hutan Gn. Kencana memiliki
ketergantungan terhadap sumberdaya hutan yang berupa manfaat lahan untuk
pertanian, sumber kayu dan sumber air untuk kedua kelompok masyarakat lokal.
Kedua kelompok masyarakat ini memanfaatkan sumberdaya hutan untuik
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan penambahan penghasilan.
Masyarakat Baduy yang tinggal di dalam hutan Gn. Kencana adalah masyarakat
Baduy luar atau dangka (Baduy Luar yang tinggal di luar wilayah adat Kanekes),
masyarakat sekitar biasanya menyebut orang Baduy Luar ini dengan sebutan
orang kompol. Salah satu manfaatnya dapat dilihat dari data BPS Kecamatan Gn.
Kencana tahun 2007 yang menyebutkan bahwa 77% masyarakat Gn. Kencana
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Sistem pertanian masyarakat
lokal dari kedua kelompok masyarkat ini dikenal dengan sistem pertanian
”ngahuma” (berhuma), dengan menggunakan sistem tumpang sari yang pada
umumnya berada di dalam kawasan hutan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi, motivasi, sikap dan
perilaku masyarakat lokal terhadap keberadaan hutan Gn. Kencana.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran dan latar belakang bagaimana masyarakat lokal
memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya hutan.
2. Menjadi bahan dan pertimbangan bagi pihak Perum Perhutani dalam
menyikapi tindakan masyarakat lokal dalam memanfaatkan dan
melestarikan hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Menurut Sudrajat (2003) dalam Yuwono (2006), persepsi merupakan
produk atau proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimuli
yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau
tidak melakukan suatu kegiatan. Persepsi dapat berupa kesan, penafsiran atau
penilaian berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Dalam hubungan ini persepsi
merupakan suatu proses pengambilan keputusan tentang pemahaman seseorang
kaitannya dengan suatu obyek, stimuli atau individu lain.
Persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu
obyek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang,
mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan
keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan
tindakannya. Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai
faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal,
juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan
menyebabkan seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu mempunyai
perbedaan pendapat (Muchtar, 1998).
Langevelt (1996) dalam Harihanto (2001) mengatakan bahwa persepsi
berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu yang akan
berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimulus tersebut.
Stimulus dapat berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi
tertentu. Kunci pemahaman terhadap persepsi masyarakat pada suatu obyek,
terletak pada pengenalan dan penafsiran unik terhadap obyek pada situasi tertentu
dan bukan sebagai suatu pencatatan terhadap situasi tertentu tersebut (Sugiyanto,
1996).
Alasan lain perlunya penelitian persepsi mengenai persepsi terhadap
lingkungan adalah untuk mencapai suatu optimal kualitas lingkungan yang baik,
yakni kualitas lingkungan yang sesuai dengan persepsi masyarakat yang
menggunakannya. Kualitas lingkungan seyogyanya dipahami secara subyektif,
yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dan sosio-kultural masyarakat.
Dengan demikian, kualitas lingkungan dari suatu kawasan tertentu harus
didefinisikan secara umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi
imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Pandangan ini
menyempurnakan pandangan sebelumnya yang mengartikan kualitas lingkungan
hanya dari aspek fisik, biologis dan kimia saja (Haryadi dan Setyawan, 1995
dalam Harihanto, 2001).
Berawal dari persepsi terhadap hutan besar pengaruhnya pada wujud
hubungan manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan menjadi seseorang
menolak lingkungannya, bekerjasama dan mengurus lingkungan (mengekploitasi).
Seseorang menolak lingkungan disebabkan seseorang tersebut mempunyai
pandangan yang tidak sesuia dengan apa yang diinginkannya, sehinggga orang
tersebut dapat memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai persepsi
menerima lingkungan, sesorang dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga
dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang
terus menerus. Dengan demikian lingkungan akan terjaga dari kerusakan dann
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Junianto, B. 2007).
2.2 Motivasi
Perilaku manusia untuk mencapai tujuan tertentu sadar atau tidak
dipengaruhi oleh dorongan yang ada dalam diri individu itu sendiri atau dari luar
diri, seperti pengaruh lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal dan
kehidupan sosial masyarakatnya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku ini disebut motif. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dalam diri individu atau seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Berawal dari kata motif itu, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif untuk
pencapain tujuan dari seseorang setelah menerima pengaruh dari luar dirinya baik
dari lingkungan dimana dia tinggal serta keadaan sosial masyarakatnya (Sardiman
1990 dalam Wiyono 1991).
Menurut M.Sherif dan C. W. Sherif dalam Isusanty (2003) motivasi atau
motif adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah
kepada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti
kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan
keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Berdasarkan asalnya, ada dua jenis motif :
1. Motif biogenik
Motif ini berasal dari proses fisiologik dalam tubuh manusia yang pada
dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam tubuh manusi tersebut
sampai batas-batas tertentu. Proses ini disebut ”homeostasis”.
2. Motif sosiogenik
Motif ini timbul karena perkembangan individu dalam tatanan sosialnya
dan terbentuk karena hubungan antar pribadi, hubungan antara kelompok atau
nilai-nilai sosial dan pranata-pranata dalam kehidupan bermasyarakat.
Antara motif biogenik dan sosiogenik tidak ada hierarki tertentu,
tergantung situasi karena motif tidak berfungsi sendiri tetapi selalu terkait dengan
faktor-faktor lain. Motif sosiogenik bermula dari motif biogenik. Melalui proses
belajar, individu memilih mana yang disukainya dan mana yang dihindarinya
(jenis makanan tertentu, orang tertentu, dan lain-lain) sesuai dengan pengalaman
yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Faktor-faktor pribadi tersebut
menyebabkan timbulnya sistem hubungan antar pribadi tersendiri pada diri
seseorang yang disebut ”ego”. Ego inilah yang menetapkan motif sosiogenik.
Jadi, motif sosiogenik sangat bergantung pada proses belajar.
2.3. Sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial
untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang harus direspon.
Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah
mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung
penilaian setuju tidak setuju, suka tidak suka. Perbedaan terletak pada proses
selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap mengenai proses terjadinya,
sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari
(bukan bawaan). Oleh karena itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan,
dipengaruhi dan diubah.
Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu :
1. Kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap sesuatu atau pengalaman
faktual seseorang mengenai suatu objek.
2. Afektif adalah penilaian seseorang, kesukaan atau respon emosional
terhadap sesuatu.
3. Konatif merupakan perilaku yang jelas dari seseorang yang diarahkan
terhadap suatu objek (bertingkah laku).
Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa sikap
merupakan kumpulan dari berfikir, keyakinan, dan pengetahuan serta memiliki
evaluasi negatif maupun positif yang berakar emosi.
Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa sikap adalah sekelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sikap mempunyai
tiga fungsi, yaitu :
1. Sikap mempunyai fungsi organisasi, keyakinan yang terkandung dalam
sikap yang memungkinkan dalam mengorganisasikan pengalaman sosial.
2. Sikap memberikan fungsi kegunaan, dalam menggunakan sikap untuk
menegaskan sikap orang lain yang selanjutnya memperoleh persetujuan
sosial.
3. Sikap memberikan fungsi perlindungan, menjaga dari ancaman terhadap
harga diri.
2.4 Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI 1988). Menurut Sumardi et al. (1997) menyatakan bahwa perilaku
seseorang terhadap keberadaan suatu objek, dalam hal ini sumberdaya hutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu baik dari dalam maupun
dari luar. Faktor individu meliputi keadaan seseorang terdiri dari status sosial,
ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor luar meliputi segala
sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi seseorang untuk
berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan kebijakan
pemerintah.
Wahjosumidjo (1984) dalam Gunawan (1999) menyatakan bahwa teori
pemenuhan kebutuhan (satisfaction of needs theory) yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow beranggapan bahwa perilaku manusia pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya dibagi dalam lima jenjang kebutuhan pokok
manusia.
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (phsysiological needs)
Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan
yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis
dan biologis.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa, dimana
manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan
jaminan hari tua.
3. Kebutuhan sosial (Social needs)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal
(sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of partisipation).
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)
Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula prestisenya
5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (Self actualisation)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas
mental dan kapasitas kerja.
2.5 Kawasan Hutan
Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan
pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadannya sebagai hutan
tetap, sedangkan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Secara sederhana manfaat hutan dapat diartikan sebagai keseluruhan
sistem konsep alam yang meyediakan aliran “barang” dan “jasa” yang sangat
bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh
proses yang terjadi pada ekosistem alam. Contohnya, hutan sebagai ekosistem
alam menyediakan berbagai produk kayu dan non kayu. Selain itu, hutan
merupakan reservoir besar yang dapat menampung air hujan dan menyaring air
tersebut, yang selanjutnya dapat bermanfaat bagi manusia (Sulandari, 2005).
James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat
didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :
1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari
penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri
pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti
perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan
seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga
listrik, dan ekowisata.
2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari
fungsi ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir,
pencegahan intrusi air laut, dan habitat satwa.
3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan
dari penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek
kebutuhan psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat.
Dilihat dari aspek ekologis, kawasan hutan mampu berperan positif dalam
mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah dan
keseimbangan tata air. Berdasarkan manfaat tersebut maka pembangunan
kawasan hutan sering digunakan sebagai suatu program perlindungan kawasan
dari masyarakat, perbaikan kawasan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan
lahannnya.
Kondisi hutan yang baik mengakibatkan terciptanya sumber-sumber
manfaat yang berkelanjutan seperti sumber kayu dan sumber air (mata air) yang
dimanfaatkan oleh masyarakat baik yang berada di dalam hutan, sekitar kawasan
hutan maupun masyarakat yang jauh dari kawasan hutan untuk mencukupi
kebutuhan akan kayu dan air sehari-hari. Pengelolaan kawasan hutan yang baik
memberikan manfaat diantaranya menghijaukan kembali lahan-lahan kritis yang
ada dan terbentuknya kembali lapisan humus yang dapat meningkatkan kesuburan
tanah. Manfaat lain dari terjaganya kawasan hutan adalah terserapnya air hujan
dengan baik sehingga mencegah terjadinya erosi permukaan tanah atau longsor
(Suhendang 2002).
2.6 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.691/Kpts.II/1992, yang dimaksud
masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat
yang mendiami atau berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan
(Ardiansyah, 2002).
Admawidjaja (1991), menyatakan kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah dalam melestarikan hutan selalu memperhatikan keberadaan
masyarakat di sekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber
penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi
kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan di
luar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka
secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Masyarakat di
sekitar dan di dalam hutan (enclave), tidak dirugikan oleh larangan mengambil
hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hdup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat
dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat
musim tertentu dapat mnenikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan,
ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan
pemungutan hasil hutan terbatas di encalave dan zona penyangga dan areal yang
telah ditunjuk.
Sebagian besar dari masyarakat desa di sekitar hutan bermata pencaharian
sebagai petani dengan lahan yang sempit dan bahkan tidak memilii lahan.
Soedjatmoko (1998) dalam Kartasubrata (1986) Struktur masyarakat pedesaan di
Jawa menunjukan pembagian dalam tiga golongan, yaitu :
1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk
menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.
2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki atau menguasai tanah
yang luasnya atau kwalitasnya marginal, sehingga kehidupan keluarganya
sangat tergantung dari kesempatan kerja sampingan, selain iklim dan
faktor pasar.
3. Golongan ketiga, yang makin lama makin besar jumlahnya di Asia yang
umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak tidak mempunyai tanah
Penduduk masyarakat dipinggir hutan dianggap memiliki fungsi sebagai
tempat penyangga seluruh asfek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya mereka.
Dari hutan mereka memperoleh obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan dan
kayu bakar. Di samping itu bagi penduduk desa tepian hutan, hutan adalah
cadangan bagi mereka ketika desa mereka tidak mampu lagi menyediakan lahan
pertanian apabila terjadi pertambahan penduduk (Soetrisno, 1995).
2.7 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Dengan Sumberdaya Hutan
Masyarakat sebagai bagian dari mahluk hidup, memegang peranan yag
menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem
mencakup komponen mahluk hidup (manusia, hewan, jasad renik, tumbuh-
tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi, matahari, cahaya, air,
tanah, angin, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan
saling berhubungan (Manan, 1998).
Masyarakat sekitar hutan, segaimana juga masyarakat pedesaan pada
umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat bergantung pada alam
lingkungannya, mata pencahariannya adalah petani. Tapi tidak semua kebutuhan
hidup ini bisa atau dapat dipenuhi dari bekerja sebagai petani, bisa dilihat dari
kondisi tanahnya dan kemampuan serta teknik bertani yang masih sederhana
(Junianto, B. 2007)
Keterkaitan atau interaksi antara masyarakat dengan hutan telah
berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat langsung dan tidak
langsung bagi masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan
kayu, pembersihan lahan, sehingga mendapat upah (pendapatan) yang lumayan.
Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar
yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan
memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di dalam dan di
sekitar kawasan hutan (Mangandar, 2000).
Contoh kongkrit interaksi sistem sosial masyarakat dengan hutan dapat
dilihat dari ketergantungan masyarakat desa di dalam dan di sekitar hutan sumber-
sumber bahan kehidupan dasar seperti air, kayu bakar, bahan makanan dari hutan.
Pada saat populasi manusia belum padat, gambaran interaksi kedua sistem masih
bisa diterima artinya berfungsi normal. Tetapi pada kondisi populasi manusia
semakin padat, terutama masyarakat di dalam dan di sekitar hutan hutan semakin
bertambah, maka gambaran kedua sistem cenderung timpang artinya sumberdaya
hutan tidak mampu lagi menyediakan aliran bahan energi dan material kepada
sistem sosial. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada perubahan sikap dari
sistem sosial masyarakat, maka fungsi hutan sebagi pengatur lingkungan hidup
yang baik mustahil akan tercapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat lokal
yaitu masyarakat Baduy Luar dan non Baduy merupakan suatu produk
kebudayaan yang menjadi tata nilai tersendiri. Dengan segala kemampuan yang
dimiliki, masyarakat lokal melihat, memahami, memilah-milah gejala untuk
kemudian merencanakan tindakan dan menentukan sikap serta perbuatan dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan. Hak dari sumberdaya hutan diperoleh karena
hubungan jangka panjang antara hutan sebagai tempat menggantungkan hidup
dengan masyarakat itu sendiri. Kewajiban untuk mengelola hutan secara
berkesinambungan diharapkan dapat menjadi respon balik dari masyarakat lokal
setelah memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam.
Keberadaan kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana telah memberikan
banyak manfaat (barang dan jasa) bagi masyarakat lokal di dalam dan sekitar
hutan, baik masyarakat Baduy Luar yang tinggal di dalam kawasan hutan maupun
masyarakat non Baduy yang tinggal di sekitar hutan. Manfaat hutan (barang dan
jasa) secara langsung seperti sumber kayu, sumber air, dan lahan pertanian bagi
kedua kelompok masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gn. Kencana. Untuk
manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat seperti pengendali banjir
dan erosi, kesejukan dan kenyamanan.
Manfaat yang dirasakan berkaitan erat dengan sikap dan perilaku yang
dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan, Persepsi
masyarakat terhadap manfaat akan menimbulkan motivasi, sehingga motivasi
yang muncul pada masyarakat merupakan kekuatan yang diperlukan karena
merupakan daya penggerak bagi masyarakat dalam menentukan sikap dan
perilakunya. Berdasarkan persepsi, motivasi, sikap dan perilaku yang timbul di
masyarakat nantinya dapat diketahui sejauh mana masyarakat memanfaatkan
sumberdaya hutan dan bagaimana cara atau upaya yang dilakukan masyarakat
dalam melakukan tindakannya dalam menjaga kondisi kawasan hutan yang berada
di Kecamatan Gn. Kencana.
3.2
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten
Lebak, Propinsi Banten, dilaksanakan pada bulan Juni 2008.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Persepsi Motivasi
Sikap
PerilakuPandanganmasyarakat darisegi manfaathutan
Pemenuhan kebutuhan : Berladang/berusaha tani Sumber kayu Sumber air
Setuju atau tidak setuju
Tindakan yangdilakukan : Cara pengambilan
kayu Cara Pengambilan
air
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten pada bulan April, Juli-Agustus 2008.
3.3 Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya
3.3.1 Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian :
a. Kuisioner
b. Alat tulis
c. Komputer dengan software Microsoft Excel.
d. Kamera
3.3.2 Sumber Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat Gn.
Kencana dengan teknik wawancara dan kuisioner. Data yang dikumpulkan berasal
dari 2 kelompok masyarakat yang dibagi berdasarkan kelompok masyarakat
Baduy Luar dan non Baduy
1. Masyarakat Baduy Luar yang berada di dalam kawasan hutan Gn.
Kencana di Desa Sukanegara, Kecamatan Gn. Kencana.
2. Masyarakat non Baduy yang berada di luar kawasan hutan Gn. Kencana
yang tersebar di 3 desa yakni Desa Sukanegara, Cimanyangray dan
Keramatjaya, Kecamatan Gn. Kencana.
Adapun data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Data responden, meliputi : umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, luas
lahan garapan dan tingkat pendapatan.
b. Data respon responden terhadap manfaat langsung (ekonomi) berupa lahan
hutan untuk pertanian, sumber kayu, dan sumber air dari keberadaan kawasan
hutan, meliputi :
1. Persepsi
Pendapat masyarakat mengenai manfaat langsung seperti pemanfaatan
lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu
pertukangan dan sumber air untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi dan cuci serta untuk pengairan sawah.
Batasan mengenai Persepsi :
Untuk sumber kayu
(a) Persepsi baik, apabila sumber kayu dari hutan jumlahnya memadai
(banyak), tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta bisa dimanfaatkan
untuk kayu bakar dan kayu pertukangan.
(b) Persepsi tidak baik, apabila sumber kayu dari hutan jumlahnya tidak
memadai (sedikit), tegakannya jarang, bisa dimanfaatkan tetapi dalam
jumlah yang terbatas.
(c) Persepsi tidak tahu, apabila sumber kayu ini tidak diketahui atau tidak
peduli tentang kondisi sumber kayu oleh kedua kelompok masyarakat.
Untuk sumber air
(a) Persepsi baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-
masing sumber air tersebut terjaga ketersediannya dan tidak tergantung
terhadap musim serta kondisi air yang jernih dan tidak keruh.
(b) Persepsi tidak baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari
masing-masing sumber air tersebut ketersediannya dipengaruhi musim dan
kondisi air tersebut tidak jernih dan keruh.
(c) Persepsi tidak tahu, apabila sumber air ini tidak diketahui oleh kedua
kelompok masyarakat, baik sumber-sumber air tersebut dan ketersediannya.
2.Motivasi
Dorongan yang menggerakan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya
hutan, seperti lahan hutan untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar
dan kayu pertukangan, sumber air untuk keperluan minum, mandi dan cuci
serta pengairan unuk sawah. Hal ini berkaitan dengan alasan dan tujuan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
3.Sikap
Respon yang mengandung penilaian (setuju/tidak setuju, suka/tidak suka)
masyarakat terhadap pernyataan untuk pelestarian dari sumberdaya hutan
yang telah dirasakan manfaatnya oleh responden seperti lahan hutan untuk
pertanian, sumber kayu untuk pemenuhan kayu bakar dan kayu pertukangan
serta sumber air untuk pemenuhan minim, mandi, cuci dan pengairan untuk
persawahan.
4.Perilaku
Tindakan atau cara yang dilakukan oleh masyarakat lokal baik masyarakat
Baduy Luar dan masyarakat non Baduy dalam memanfaatkan lahan hutan
untuk pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan dan
sumber air untuk minum, mandi dan cuci serta pengairan yang ada di dalam
kawasan hutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
b. Data sekunder
Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi : kondisi umum kawasan
hutan, keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana, luas areal
kawasan hutan Negara dan hutan rakyat dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Lebak dan BKPH Gn. Kencana. Untuk keadaan fisik lingkungan di
kecamatan ini diperoleh dari BPS Kecamatan Gn. Kencana.
3.4 Metode Pengambilan Responden
Pemilihan responden sebagai sasaran penelitian dilakukan melalui
informasi yang diperoleh dari petugas perhutani. Penentuan responden sebagai
unit contoh dilakukan dengan metode systematic sampling, dimana penentuan
contoh atas pertimbangan jarak kedua kelompok masyarakat ini terhadap
keberadaan hutan. Untuk masyarakat Baduy Luar diambil 30 responden yang
mendiami Desa Sukanegara, desa ini berada di dalam kawasan hutan dan
sekaligus menjadi satu-satunya desa yang didiami oleh masyarakat Baduy Luar di
Kecamatan Gn. Kencana.
Untuk masyarakat non Baduy diambil 30 responden yang tersebar di 3
desa, yakni Desa Sukanegara, Desa Cimanyangray dan Desa Keramatjaya.
Penentuan desa ini dilakukan atas dasar letak terhadap kawasan hutan Gn.
Kencana. Responden dari Desa Sukanegara merupakan contoh yang mewakili
masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Responden dari
Desa Keramatjaya dan Desa Cimanyangray merupakan contoh yang mewakili
masyarakat yang berada di luar kawasan hutan.
3.5 Metode Pengambilan Data
1. Teknik wawancara (kuisioner)
Data dikumpulkan dengan mewawancarai masyarakat desa di dalam dan di
sekitar kawasan hutan sebagai responden. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner berisikan pilihan ataupun isian atas
jawaban dari pertanyaan. Dalam hal ini, juga dilakukan wawancara bebas
yang dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan
dengan penelitian, seperti sumber-sumber mata air dan sungai yang
mengalir ke perkampungan mereka, serta ketersedian dari sumber-sumber
air tersebut (lamanya air mengalir).
2. Pengumpulan Data Pendukung
Data pendukung digunakan untuk membantu penelitian dengan pengutipan
dan pencatatan data dari dinas atau instansi terkait, seperti kantor
Kecamatan, kantor BKPH Gn. Kencana dan kantor Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Lebak.
3. Studi pustaka, yaitu mencatat dan mempelajari studi yang telah dilakukan
dan berhubungan dengan penelitian ini.
3.6 Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dari jawaban responden,
Hasil ditabulasi dalam bentuk tabel frekuensi untuk mempresentasikan persepsi,
motivasi, sikap dan perilaku masyarakat lokal terhadap manfaat hutan dari lahan
hutan, sumber kayu dan sumber air. Analisis data juga dilakukan terhadap
karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan
garapan dan tingkat pendapatan responden.
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Hutan
Secara administrasi pemerintahan, kawasan hutan Gn. Kencana termasuk
ke dalam wilayah Kecamatan Gn. Kencana, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten
dengan luas kawasan hutan 2.523,61 Ha yang berada pada RPH Gn. Kencana
Utara (Desa Ciginggang, Gn. Kencana dan Sukanegara) dan RPH Gn. Kencana
Selatan (Desa Cimanyangray) yang terletak pada 105° 277' 44, 4" sampai 106° 24'
54"BT dan 5° 53' 16.8" sampai 7° 0' 54" LS, dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cileles
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijaku
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bojongmanik
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari
Gambar 2 Sketsa Kecamatan Gn. Kencana
Sedangkan menurut administrasi pengelolaan, kawasan hutan di
Kecamatan Gn. Kencana termasuk wilayah kerja Kesatuan Pemangku Hutan
(KPH) Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kawasan hutan
Gn. Kencana termasuk ke dalam Bagian Hutan Gn. Kencana dan Gn. Kendeng
yang berada di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Gn. Kencana.
Kecamatan Gn. Kencana sendiri terdiri dari 12 desa yaitu : Desa Gn.
Kendeng, Desa Cimanyangray, Desa Keramatjaya, Desa Bulakan, Desa
Cicaringin, Desa Ciakar, Desa Cisampang, Desa Bojong Koneng, Desa
Ciginggang, Desa Gn. Kencana, Desa Sukanegara, dan Desa Tanjungsari Indah.
Luas wilayah Kecamatan Gn. Kencana adalah 13.814 Ha (BPS Kecamatan tahun
2007).
4.2 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi
Kawasan hutan yang berada di Kecamatan Gn. Kencana berada pada
ketinggian 170 - 514 m dpl dengan topografi bervariasi dari datar (5,20%) sampai
dengan agak curam (30,65%). Berikut disajikan jenis tanah dan batuan di kawasan
hutan Gn. Kencana dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Jenis Tanah, Batuan dan Topografi di Kawasan Hutan Gn. Kencana
No
Bagian
Hutan/Kelompok
Hutan
Jenis Tanah Batuan Topografi
1 Gn. Kencana
-Bojongmanik
-Gn. Pugur
-Gn. Pagu
Podsolik Kuning Batu liat Bukit lipatan
2 Gn. Kendeng
-Gn. Kakulu
-Gn. Kendeng
Podsolik kuning,
kompleks latosol
coklat kemerahan
dan litososl,
asosiasi latosol
coklat kemerahan
dan latosol coklat
Batu liat, tufdan
batuan volkam
masam, intermedier
dan basis, tuf
volkan intermedier
Bukit lipatan,
vulkan, bukit
lipatan interusi dan
bukit tingkatan,
vulkan
Sumber : Kajian Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Propinsi Banten tahun 2006 Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten.
4.3 Iklim dan Hidrologi
Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) berdasarkan pertimbangan bulan
kering dan basah kawasan hutan yang berada di Kecamatan Gn. Kencana berada
pada tipe Iklim A dan B dengan curah hujan rata-rata 2500 mm/tahun.
Tipe iklim kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tipe Iklim Kawasan Hutan di Bagian Hutan Gn. Kencana
No Kelompok Hutan Tipe iklim Nilai Q
1
2
Bojongmanik
Gn. Padu
A
A
0 – 14,3
0 – 14,3
Sumber : Kajian Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Propinsi Banten tahun 2006 Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten.
4.4 Aksesibilitas
Kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Kecamatan ini berjarak ± 58 km dari
Rangkasbitung, ibukota Kabupaten Lebak. Untuk menuju Kecamatan Gn.
Kencana dari Rangkasbitung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
bermotor roda dua atau lebih, seperti angkutan kota dan ojeg. Angkutan perkotaan
yang melayani rute ini tersedia dalam jumlah yang sedikit dan waktu yang
terbatas. Desa yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Desa Sukanegara,
Desa Cimanyangray dan Desa Keramatjaya. Desa-desa tersebut dapat di tempuh
dengan kendaraan roda dua dan empat dengan kondisi jalan relatif bagus.
4.5 Kependudukan
Berdasarkan data BPS Kecamatan Gn. Kencana tahun 2007, jumah
penduduk Kecamatan Gn. Kencana pada tahun 2007 sebanyak 34.230 jiwa
dengan perincian 17.704 penduduk laki-laki dan 16.535 penduduk perempuan,
dan terdapat 7.324 keluarga, dengan rata-rata satu keluarga beranggotakan 4 - 5
orang. Penduduk laki-laki di Kecamatan Gn. Kencana lebih besar dibandingkan
penduduk perempuan, sehingga seks ratio di kecamatan Gn. Kencana sebesar
93,40% artinya terdapat 93 penduduk perempuan setiap 100 penduduk laki-laki.
Desa yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Desa Sukanegara, Desa
Keramatjaya dan Desa Cimanyangray.
Untuk penyebaran/kepadatan penduduk di Kecamatan Gn. Kencana
dikatakan masih sangat sedikit dan jarang setiap Hektarnya. Hal ini ini dapat
dilihat dari hasil perbandingan dengan membandingkan jumlah total penduduk di
Kecamatan Gn. Kencana dibagi dengan luas kecamatan (Ha). Dari hasil
penghitungan tersebut didapatkan hasil perbandingan bahwa
penyebaran/kepadatan penduduk di kecamatan ini tersebar merata di setiap desa
dengan perbandingan 3 orang per 1 Ha.
Tabel 3 Jumlah Keluarga, Penduduk dan Jenis Kelamin di Kecamatan Gn.
Kencana.
No Desa KeluargaPenduduk
JumlahLaki-laki Perempuan
1 Gn. Kendeng 496 1.220 1.010 2.230
2 Cimanyangray* 552 1.294 1.257 2.551
3 Keramatjaya* 648 1.647 1.420 3.067
4 Bulakan 589 1.369 1.311 2.680
5 Cicaringin 693 1.895 1.848 3.743
6 Ciakar 722 1.749 1.588 3.337
7 Cisampang 514 1.299 1.146 2.445
8 Bojongkoneng 445 1.104 990 2.094
9 Ciginggang 869 2.216 2.059 4.275
10 Gn. Kencana 805 1.698 1.644 3.342
11 Sukanegara* 549 1.296 1.257 2.553
12 Tanjungsari 439 913 1.000 1.913
Total 7.324 17.704 16.535 34.230
Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007
* : Desa contoh
Tidak ada data yang pasti tentang jumlah masyarakat Baduy Luar yang
tinggal di kecamatan ini baik dari petugas kecamatan maupun petugas BKPH Gn.
Kencana, hal ini disebabkan tidak adanya sensus yang dilakukan petugas
kecamatan terhadap keberadaan masyarakat Baduy Luar di daerah itu. Tetapi dari
perhitungan yang dilakukan kelompok masyarakat Baduy Luar yang tinggal di
dalam kawasan hutan Gn. Kencana berjumlah 98 orang yang tersebar di 3
perkampungan. Masyarakat Baduy Luar ini tinggal di Desa Sukanegara, satu-
satunya desa yang didiami oleh kelompok masyarakat Baduy Luar.
4.6 Agama
Berdasarkan data BPS Kecamatan Gn. Kencana tahun 2007, di kecamatan
tersebut tidak ada sarana peribadatan selain masjid dan mushola. Dapat
disimpulkan seluruh penduduk/masyarakat di kecamatan ini memeluk agama
Islam. Jumlah masjid dan mushola di kecamatan ini tersebar di setiap desa yaitu
sebanyak 61 mesjid dan 51 mushola atau langgar.
Masyarakat Gn. Kencana menyebut orang Baduy Luar yang ada di daerah
itu dengan sebutan orang Kompol (masyarakat Baduy yang sudah keluar dari
tatanan masyarakat Baduy dalam), masyarakat Baduy Luar yang berada di
kecamatan ini memiliki kepercayaan animisme atau penghormatan kepada ruh
nenek moyang dan kepercayaan kepada satu tuhan, yaitu Batara Tunggal.
Keyakinan mereka ini disebut Sunda Wiwitan atau agama sunda wiwitan.
4.7 Kelompok Umur
Berikut disajikan tabel kelompok umur masyarakat Kecamatan Gn.
Kencana setiap desa yang terbagi ke dalam 5 kategori.
Tabel 4 Kelompok Umur Masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana
No Desa
Anak-
anak
(0-14)
Remaja
(15-19)
Muda
(20-39)
Dewasa
(40-64)
Lansia
(65+)
Jumlah
(Orang
)
1 Gn. Kendeng 805 253 709 396 67 2.230
2 Cimanyangray* 947 285 799 444 76 2.551
3 Keramatjaya* 1.098 350 979 547 93 3.067
4 Bulakan 992 301 840 467 80 2.080
5 Cicaringin 1.330 429 1.201 668 115 3.743
6 Ciakar 1.146 390 1.089 609 103 3.337
7 Cisampang 876 279 780 435 75 2.445
8 Bojongkoneng 763 237 661 370 63 2.094
9 Ciginggang 1.512 491 1.374 767 131 4.275
10 Gn. Kencana 1.181 384 1.075 599 103 3.342
11 Sukanegara* 922 290 809 452 80 2.553
12 Tanjungsari 688 218 610 339 58 1.913
Total 12.260 3.907 10.926 6.093 1.044 34.230
Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007
* : Desa contoh
Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk/masyarakat di Kecamatan Gn.
Kencana pada tahun 2007 adalah 34.230 orang. Penyebaran penduduk/masyarakat
ini paling banyak terdapat pada kelompok umur (0-14 tahun) sebanyak 12.260
orang, yang dominan tersebar di Desa Ciginggang, Desa Cicaringin dan Desa Gn.
Kencana. Sedangkan kelompok umur paling sedikit adalah kelompok umur (65
tahun ke atas) sebanyak 1.044 orang, yang dominan tersebar di Desa Ciginggang,
Desa Cicaringin, Desa Ciakar dan Desa Gn. Kencana.
Menurut data BPS Kecamatan Gn. Kencana terjadi peningkatan jumlah
penduduk di kecamatan ini setiap tahunnya, sebagai gambaran pada tahun 2006
jumlah penduduk di kecamatan ini adalah 34.063 orang, tahun berikutnya naik
menjadi 34.230 orang. Terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 167 orang,
pertambahan jumlah penduduk ini berdasarkan data jumlah kejadian kelahiran.
4.8 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana terbagi ke
dalam 4 kategori mulai dari tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) sampai
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Tabel 5 Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana
No Desa TK SD/MA SLTP/MTS SMA/MAJumlah
(Orang)
1 Gn. Kendeng 0 358 378 0 736
2 Cimanyangray* 0 287 110 0 390
3 Keramatjaya* 0 514 0 0 514
4 Bulakan 0 515 0 0 515
5 Cicaringin 0 506 149 267 922
6 Ciakar 0 509 0 0 509
7 Cisampang 0 348 0 0 348
8 Bojongkoneng 0 284 0 0 280
9 Ciginggang 0 440 0 0 440
10 Gn. Kencana 41 317 529 0 846
11 Sukanegara* 44 388 0 0 388
12 Tanjungsari 0 318 0 0 318
Total (orang) 85 4.784 1.166 267 6.206
Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007
* : Desa contoh
Dari Tabel 5 disimpulkan tingkat pendidikan masyarakat masih sangat
rendah. Hal ini dilihat dari jumlah masyarakat yang bersekolah dan jumlah sarana
prasarana pendidikan yang ada masih sedikit, misalnya hanya ditemukan dua
Taman Kanak-Kanak yaitu di Desa Gn. Kencana dan Sukanegara dengan jumlah
murid 85 orang. Untuk SD relatif merata tersebar di seluruh desa dengan jumlah
murid 4.784 orang, dan SLTP/MA hanya ada 4 sekolah yang tersebar di 4 desa,
sedangkan untuk SMA/MA hanya ada 1 sekolah berada di Desa Cicaringin.
Tingkat pendidikan tentunya harus didorong dengan jumlah guru yang
memadai di kecamatan ini, dari data BPS Kecamatan Gn. Kencana didapatkan
bahwa jumlah guru di kecamatan ini adalah 207 orang, dengan perincian 148
orang guru SD, 40 orang guru SLTP dan 19 orang guru SMA.
4.9 Mata Pencaharian
Sumber penghasilan masyarakat di Kecamatan Gn. Kencana sebagian
besar berasal dari sektor pertanian, hal ini bisa dilihat dari daerahnya yang sangat
cocok untuk tanaman pertanian sehingga sebagian besar masyarakat Gn. Kencana
bekerja sebagai petani, baik sebagai petani penggarap maupun petani tanah milik.
Dalam setiap keluarga ada 1 - 2 orang yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Keadaan penduduk menurut lapangan usaha di Kecamatan Gn.
Kencana dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha di Kecamatan Gn.
Kencana
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Petani 8.146 58,84
2 Buruh tani 2.504 18,09
3 Nelayan/perikanan 27 0,20
4 PNS 284 2,05
5 TNI 10 0,07
6 POLRI 19 0,14
7 Industri 198 1,43
8 Perdagangan 537 3,88
9 Lainnya 2.120 15,31
Total 13.845 100
Sumber : BPS Kecamatan Gn. Kencana Tahun 2007
4.10 Sosial Budaya
Penduduk yang mendiami Kecamatan Gn. Kencana adalah masyarakat
sunda asli yang menetap dan sudah lama tinggal di daerah ini dan sebagian kecil
adalah pendatang dari daerah Priangan (Jawa Barat bagian timur). Adat
istiadatnya tradisional yang masih kental, kehidupan sosial masyarakat di daerah
ini hidup secara berkelompok dengan jarak rumah yang berdekatan satu dengan
yang lainnya dan dekat terhadap sumberdaya hutan.
Kekeluargaan di kecamatan ini masih sangat baik. Hal ini terlihat dari
kehidupan sosial masyarakatnya, seperti adanya kerjabakti oleh masyarakat untuk
acara hari-hari besar keagamaan atau hari besar nasional. Di kecamatan ini
terdapat masyarakat Baduy Luar yang berada di dalam kawasan hutan Desa
Sukanegara dan hidup secara berkelompok yang tersebar di 3 perkampungan.
Untuk masyarakat non Baduy sendiri hidup tersebar di desa-desa lainnya.
Masyarakat Baduy hidup di wilayah Kanekes, secara umum terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu
adalah Baduy Dalam yang tinggal di 3 kampung (Cibeo, Cikeusik dan
Cikertawana), kelompok panamping adalah Baduy Luar yang tinggal dan tersebar
mengelilingi wilayah Baduy Dalam, sedangkan kelompok dangka adalah Baduy
Luar atau masyarakat Baduy yang telah keluar dari adat dan wilayah tatanan
wilayah Baduy Dalam, masyarakat Baduy ini tinggal di luar wilayah kanekes,
masyarakat sekitar biasanya menyebut mereka dengan sebutan orang kompol. Ada
beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy
Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Baduy Dalam dan Baduy Luar itu
hampir sama, tetapi Baduy Luar lebih mengenal teknologi dibanding Baduy
Dalam.
4.11 Hutan Gn. Kencana
Secara administrasi pemerintahan, di Kecamatan Gn. Kencana terdapat
hutan negara yang termasuk ke dalam BKPH Gn. Kencana dengan luas hutan
8.988,01 Ha. Kawasan hutan BKPH Gn. Kencana merupakan Hutan Produksi
dengan kelas perusahaan (KP) Acacia mangium. Luas kawasan hutan BKPH Gn.
Kencana dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan.
No RPH Luas (Ha) Kecamatan Luas (Ha)
1 Gn. Kencana Utara 3.991,96 Gn. Kencana
Cileles
Jalupang
2.084,16
1.696,80
211,00
2 Gn. Kencana
Selatan
1.721,60 Gn. Kencana
Bojongmanik
Cijaku
439,45
1.197,65
84,50
Jumlah 8.988,01 8.988,01
Sumber : Buku I Rencana Kerja Lima Tahun (RKL) KPH Banten Tahun 2007-2011
Dengan demikian luas kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum
Perhutani di BKPH Gn. Kencana yang ada di wilayah Kecamatan Gn. Kencana
meliputi 2.523,61 Ha, yang terletak di RPH Gn. Kencana Utara seluas 2.084,16
Ha dan di RPH Gn.Kencana Selatan 439,45 Ha.
Kawasan hutan di Kecamatan Gn. Kencana termasuk ke dalam Bagian
Hutan Gn. Kencana (RPH Gn. Kencana Utara) dan Gn. Kendeng (RPH Gn.
Kencana Selatan) yang termasuk kedalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliman-
Ciujung, dan sub DAS Cimanyangray, Cioray, Cicaraglu dan Cicaringin. Di
dalam kawasan hutan terdapat sungai-sungai kecil seperti sungai Cimenekung,
Cisireum, Cisaireun, Cicurahem, Cimayan, dan Cibeusi yang merupakan batas
antar petak dalam kawasan hutan. Masyarakat Baduy Luar menggantungkan
kebutuhan akan air dari sungai tersebut baik untuk mencuci, mandi ataupun
keperluan lainnya.
Di dalam kawasan hutan Gn. Kencana selain ditanami jenis Acacia
mangium sebagai komoditi utamanya, jenis yang banyak ditanami adalah Karet
(Hevea sp) dan Mahoni (Swietenia sp). Selain ketiga jenis tersebut kawasan ini
juga ditanami Meranti (Shorea sp), Pulai (Alstonia scholaris) dan Pinus (Pinus
sp). Di RPH Gn. Kencana Utara terdapat blok hutan penelitian tanaman Meranti
seluas 50 Ha yang merupakan hasil kerjasama antara Perum Perhutani KPH
Banten dengan International Tropical timber Organization (ITTO) dan Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1999. Kegiatan
pengembangan tanaman Meranti tersebut dilakukan pada beberapa periode
penanaman yaitu tahun 1999, tahun 2001 dan tahun 2002.
Di kawasan hutan tersebut ditanam berbagai jenis prioritas
Dipterocarpacea, melalui program pemulian antara lain : konservasi Ex-situ,
arboretum, konservasi pseudo insitu, uji keturunan (progeny), uji spesies, uji
tanaman serta kebun pangkas. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di kawasan hutan
Gn. Kencana yaitu Shorea leprosula, Shorea parvifolia, Shorea dasifilla, Shorea
fallax, Shorea johorensis, Shorea ovalis, Shorea selanica, Shorea palembanica,
Shorea elliptica, Shorea splendida, Shorea balangeran, Shorea pinanga, Shorea
stenoptera, Shorea javanica, Shorea brunuscens, Shorea pinanga, Shorea
seminis, Shorea platylados, Shorea uliginosa, Shorea guiso, Shorea laevis dan
lain-lain (Dishutbun Banten, 2006).
Gambar 3 Blok Penelitian Tanaman Meranti
di RPH Gn. Kencana Utara.
Pada blok penelitian terdapat masyarakat Baduy Luar atau biasa disebut
orang kompol oleh masyarakat sekitar yang hidup secara berkelompok dan tinggal
di dalam kawasan hutan, dimana satu kelompok biasanya terdiri dari 7-10
keluarga. Jumlah masyarakat Baduy Luar di daerah ini mencapai 98 orang yang
tersebar di 3 tempat (perkampungan), mereka memanfaatkan lahan di dalam
kawasan hutan atas persetujuan dari pihak Perhutani, dengan syarat tidak merusak
tanaman yang telah ditanam oleh pihak Perhutani. Dalam sistem pertaniannya,
masyarakat Baduy Luar menggunakan sistem tumpang sari dan agroforestry yang
hasilnya digunakan sendiri untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi dijual.
Berikut ini disajikan data potensi produksi hasil hutan kayu bulat dan
olahan dengan kepentingan pemakaian dijual yang berasal dari hutan rakyat di
Kecamatan Gn. Kencana.
Tabel 8. Potensi Produksi Kayu di Kec. Gn. Kencana
No Desa Jenis KomoditasProduksi Kayu (M3/Thn)
Bulat Olahan
1 Keramatjaya Kelompok Shorea 4.500 1.152
Kelompok Rimba 7.200 5.760
2 Cimanyangray Kelompok Shorea 3.000 -
Kelompok Rimba 4.500 -
3 Sukanegara Swietenia sp 25 10
Klmpk Shorea 800 30
Klmpk Rimba 4.500 800
Sumber : Dinas Kehutanan Kab.Lebak 2008
Dari Tabel 8, produksi kayu bulat di Kecamatan Gn. Kencana lebih besar
dibandingkan dengan produksi kayu olahan. Dari ke 3 desa diatas Perbedaan
produksi kayu bulat dan olahan terlihat di Desa Sukanegara dan Desa
Cimanyangray.
Kedua kelompok masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana
memanfaatkan lahan hutan untuk pertanian dengan sistem pertanian mereka
(tumpangsari dan agroforestry) atau tanaman campuran, naghuma (padi lahan
kering dan persawahan) yang mereka usahakan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup. Keadaan hutan di Kecamatan Gn. Kencana masih sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat potensi lahan yang cukup baik dan luas areal yang
memadai untuk pengembangan tanaman kehutanan lainnya. Pada kawasan hutan
Gn. Kencana ini terdapat spesies pohon komersil yang berada di blok hutan
penelitian tanaman Meranti (Shorea), hasil kerjasama antara Perum Perhutani
Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banten dengan International Tropical timber
Organization (ITTO) dan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM).
Kegiatan pengembangan tanaman Meranti tersebut dilakukan dengan penanaman
berbagai jenis prioritas Dipterocarpa melalui program pemulian antara lain :
Konservasi Ex-Situ, Arboretum, Konservasi Pseudo insitu, Uji Keturunan
(Progeny), Uji Spesies, Uji tanaman serta Kebun Pangkas.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, dan luas lahan garapan responden.
Karakteristik responden dapat mendeskripsikan keadaan sosial kedua masyarakat,
yaitu masyarakat Baduy Luar dan non Baduy yang tinggal di Kecamatan Gn.
Kencana.
5.1.1 Sebaran Umur Responden
Umur seseorang biasanya menentukan kemampuannya dalam melakukan
aktifitas serta kematangan dalam perbuatan (tindakan). Berikut disajikan sebaran
umur responden masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana pada tabel 9.
Tabel 9 Sebaran Umur Responden
No Umur (Tahun)
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 20 – 30 2 6,7 3 10
2 31 – 40 14 46,7 9 30
3 41 – 50 11 36,7 11 36,7
4 51 Keatas 3 10 7 23,3
Total 30 100 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa sebaran umur tersebar merata di
setiap kelompok masyarakat lokal yang menjadi responden. Sebagian besar atau
46,7% masyarakat Baduy Luar berada pada kelas umur 31 - 40 tahun, sedangkan
masyarakat non Baduy atau 36,7% berada pada kelas umur 41 - 50 tahun, pada
kondisi umur ini umumnya responden berada pada masa produktif dimana mereka
bisa melakukan kegiatan bertani atau berladang dengan sangat semangat, artinya
aktifitas mereka terhadap pemanfaatan kawasan hutan berupa lahan hutan, sumber
kayu dan sumber air dikatakan bisa maksimal pada masa produktif.
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan menentukan persepsi dan motivasi kedua kelompok
masyarakat lokal yang terbentuk dari penyerapan informasi yang diterima serta
kesadaran responden yang timbul terhadap pemanfaatan kawasan hutan.
Kurangnya sarana prasarana pendidikan di Kecamatan Gn. Kencana berdampak
langsung terhadap tingkat pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat lokal
yang menjadi responden tertinggi hanya terbatas pada tingkat SMA/MA saja.
Tabel 10 Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat pendidikan
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 Tidak tamat/tamat SD 0 0 17 56,7
2 SMP 0 0 12 40
3 SMA/MA 0 0 1 3,3
4 PT 0 0 0 0
Total 0 0 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Dari hasil pengambilan sampel responden pada Tabel 10 dapat
disimpulkan tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kecamatan Gn.
Kencana masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana
pendidikan yang ada di Kecamatan Gn. Kencana. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa semua masyarakat Baduy Luar tidak mengenyam pendidikan atau tidak
sekolah karena larangan adat masyarakat Baduy untuk bersekolah. Hal ini
berkaitan dengan anggapan mereka yang menyatakan bahwa pendidikan yang
diberikan oleh aturan adat lebih baik dibandingkan dengan pendidikan formal
sekolah. Untuk masyarakat non Baduy sebanyak 56,67% tidak mengenyam
pendidikan atau hanya tamatan SD, 40% tamatan SLTP, dan 3,33% tamatan
SMU.
5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu parameter yang digunakan untuk melihat kehidupan ekonomi
masyarakat adalah jenis pekerjaan. Pekerjaan bagi sebagian besar orang
merupakan hak dan kewajiban untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Di bawah ini disajikan tabel jenis pekerjaan responden yang dibagi
menjadi 4 kategori.
Tabel 11 Jenis Pekerjaan Responden
No Jenis Pekerjaan
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 Petani 30 100 19 65,5
2 Wiraswasta 0 0 10 34,5
3 Peg. Swata 0 0 0 0
4 PNS 0 0 0 0
Total 30 100 29 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Dari Tabel 11 dapat disimpulkan sebagian besar pekerjaan utama
masyarakat lokal di dalam dan di sekitar hutan baik masyarakat Baduy Luar
maupun masyarakat non Baduy adalah petani (pekerjaan utama), sisanya
berwiraswasta (responden masyarakat non Baduy). Jenis tanaman yang
diusahakan dalam lahan pertaniannya adalah jenis tanaman yang mempunyai nilai
jual tinggi, selain menanam padi kedua kelompok masyarakat ini menanam
tanaman semusim dengan sistem tumpangsari atau agroforestry. Sistem tanaman
semusim yang mereka tanam adalah tanaman campuran seperti pisang, kopi, jenis
palawija (singkong, jagung, kacang-kacangan) dan tanaman tahunan/kayu-kayuan
seperti petai, durian, melinjo dan cengkeh.
Perbedaan dari kedua kelompok masyarakat lokal baik masyarakat Baduy
Luar maupun masyarakat non Baduy yang bekerja sebagai petani adalah terletak
dari adanya usaha sampingan bagi masyarakat non Baduy selain petani (tidak
tergantung dari satu jenis pekerjaan). Sebagai gambaran pekerjaan utama
masyarakat Baduy Luar adalah petani berladang (ngahuma), tidak ada pekerjaan
sampingan bagi masyarakat Baduy Luar dan hanya bekerja sebagai petani dilahan
yang mereka garap. Untuk masyarakat non Baduy sebanyak 65,5% bekerja
sebagai petani baik petani yang menggarap di lahan sendiri (lahan milik) maupun
yang menggarap di kawasan hutan Perhutani. Selain bekerja sebagai petani,
pekerjaan sampingan masyarakat non Baduy adalah berjualan bensin, makanan,
buah-buahan dan menjadi supir untuk orang lain.
5.1.4 Pendapatan Rata-Rata Responden
Sebagian besar masyarakat lokal baik masyarakat Baduy Luar dan
masyarakat non Baduy yang menjadi responden dalam penelitian memiliki tingkat
pendapatan yang relatif rendah. Hal ini disebabkan karena kedua masyarakat lokal
baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy hanya tergantung kepada
satu jenis pekerjaan saja, yaitu bertani. Tabel 12 menggambarkan pendapatan rata-
rata masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy
yang menjadi responden di Kecamatan Gn. Kencana.
Tabel 12 Pendapatan Rata-Rata Responden
No Pendapatan rata-rata/bulan
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 < 500.000 17 56,7 10 33,3
2 500.000 – 1.000.000 13 43,3 7 23,3
3 1.000.000 – 1.500.000 0 0 5 16,7
4 ≥ 1.500.000 0 0 8 26,7
Total 30 100 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Berdasarkan Tabel 12, dapat disimpulkan dari kedua masyarakat lokal
baik masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden.
Responden masyarakat Baduy Luar mempunyai tingkat pendapatan dibawah satu
juta rupiah (tidak ada pekerjaan selain bertani), sehingga pendapatan masyarakat
Baduy Luar ini dikatakan rendah. Untuk masyarakat non Baduy memiliki tingkat
pendapatan yang bervariasi, ada yang berpendapatan di atas satu juta rupiah per
bulan yaitu 12 orang responden. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat
non Baduy yang menjadi reponden mempunyai pekerjaan sampingan selain
bertani, sehingga pendapatannya bisa di atas satu juta rupiah.
Perbedaan dari tingkat pendapatan ini mencerminkan kehidupan ekonomi
dari kedua masyarakat lokal di Kecamatan Gn. Kencana. Apabila dibandingkan
dari tingkat pendapatan dari kedua masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar
dan masyarakat non Baduy yang menjadi responden dapat menjelaskan bahwa
masyarakat non Baduy dapat dikatakan lebih sejahtera daripada masyarakat
Baduy Luar.
5.1.5 Luas Lahan Garapan Responden
Pada umumnya masyarakat Gn. Kencana mengelola lahan garapan sendiri
atau lahan garapan pinjaman dari pihak Perhutani (menggarap lahan tanpa
merusak pohon milik Perhutani). Berikut disajikan tabel luas lahan garapan (Ha)
responden yang dibagi menjadi 3 kategori.
Tabel 13 Luas Lahan Garapan Responden
No Luas lahan garapan (Ha)
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 < 0,5 15 51,7 3 12
2 0,5 – 1 10 34,5 15 60
3 ≥ 1 4 13,8 7 28
Total 30 100 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Berdasarkan Tabel 13, kedua masyarakat Baduy Luar dan non Baduy
memiliki luas lahan garapan yang bervariasi. Dari 30 orang masyarakat Baduy
Luar yang menjadi sampel, 1 orang tidak mempunyai lahan garapan, sebanyak
51,7% mempunyai lahan garapan <0.5 Ha, 34,5% dengan lahan garapan 0.5-1 Ha,
dan 13,8% mempunyai lahan garapan ≥1 Ha. Untuk masyarakat non Baduy
sebanyak 12% mempunyai luas lahan garapan <0.5 Ha, 60% dengan luas lahan
garapan 0.5-1 Ha, dan masing-masing sebanyak 28% mempunyai luas lahan
garapan ≥1 Ha dan tidak memiliki lahan garapan. Lahan garapan tersebut
dimanfaatkan untuk berbagai jenis komoditas yang dianggap mempunyai nilai
jual yang tinggi seperti padi, kopi, cengkeh dan melinjo.
Hal diatas dapat dibandingkan dengan data potensi hutan rakyat dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kab.Lebak dengan data penduduk dari jumlah
keluarga masing-masing desa contoh, seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Luas Areal Hutan Rakyat di Kec. Gn. Kencana
No. Desa Luas (Ha) Jenis Tanaman Jumlah Keluarga
1 Keramatjaya 46 R.Campuran 648
2 Cimanyangray 58 R.Campuran 552
3 Sukanegara 31 R.Campuran 549
Total 135 1749
Sumber : Dinas Kehutanan Kab.Lebak (2008) dan BPS Kec. Gn. Kencana (2007)
Dengan perbandingan menggunakan data hutan rakyat saja (tidak
termasuk hutan milik Perhutani) yang ditanami jenis rimba campuran dengan
asumsi 1 keluarga mewakili 1 penggarap tanah dan 76,93% dari penduduk bekerja
sebagai petani dan buruh tani (lihat di Tabel 6). Diperoleh luas lahan garapan tiap
petani Baduy Luar dan non Baduy seluas 0.13 Ha. Hal ini mendukung hasil
penelitian terhadap luas lahan garapan responden dimana mayoritas petani pada
kedua masyarakat Baduy Luar dan non Baduy memiliki luas lahan garapan lebih
kecil dari 1 Ha.
5.2 Persepsi
Persepsi adalah pemahaman terhadap sesuatu serta pandangan seseorang
setelah menerima stimuli yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk
memberikan respon melakukan atau tidak melakukan dalam bentuk sikap dan
perilaku terhadap suatu kegiatan. Persepsi merupakan proses internal yang
memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan, dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku
seseorang (Mulyana, 2001).
5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kawasan Hutan
Persepsi dari kedua masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan
non Baduy yang menjadi responden adalah menanyakan arti dan fungsi hutan bagi
kedua masyarakat tersebut. Berikut ini salah satu pernyataan responden
masyarakat Baduy Luar mengenai persepsi mereka terhadap hutan : ”Leuweung
aya jeung kahirupan manusa, ngan manusa kudu bisa nagajaga eta leuweung
jeung anak incuna”, artinya bagi sebagian masyarakat Baduy Luar menganggap
hutan adalah titipan dari yang maha kuasa untuk dijaga dan dilindungi serta bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjaganya.
Salah satu pernyataan responden masyarakat non Baduy mengenai
persepsi mereka terhadap hutan: ”Leuweung di hiji daerah boga masyarakat nu
cicing didinya, jadi bisa dimanfaatken ku masyarakatna”, artinya masyarakat non
Baduy menganggap keberadaan hutan di suatu daerah adalah milik masyarakat di
daerah tersebut, masyarakat diberi keleluasaan untuk memanfaatkan dan
mengelola hutan bagi keperluan hidupnya.
5.2.2 Persepsi Responden Mengenai Status Kawasan Hutan
Kawasan hutan di kecamatan ini terbagi menjadi kawasan hutan negara
dan kawasan hutan rakyat. Kedua kawasan hutan ini dimanfaatkan oleh kedua
kelompok masyarakat lokal untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
mereka. Persepsi responden dari kedua masyarakat Baduy Luar dan masyarakat
non Baduy mengenai status kawasan hutan sebagai hutan negara dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Persepsi Responden Tentang Status Kawasan Hutan Gn. Kencana
NoPersepsi terhadap status
hutan
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
1 Tahu 23 76.7 20 66.7
2 Tidak tahu 7 23.3 10 33.3
Total 30 100 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Kawasan hutan Gn. Kencana merupakan kawasan hutan negara yang
dikelola Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang dikelola oleh
BKPH Gn. Kencana. Penetapan status kawasan ini berdasarkan Surat Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 419/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan Tingkat I Jawa Barat. Sebanyak 76,7% masyarakat
Baduy Luar mengetahui bahwa kawasan hutan Gn. Kencana dikelola oleh Perum
Perhutani. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Baduy Luar
yang ada di dalam kawasan hutan tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH)
dan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) binaan Perum
Perhutani BKPH Gn. Kencana.
Ada sebagian masyarakat Baduy Luar yang tidak mengetahui status dari
kawasan hutan Gn. Kencana tersebut, hal ini disebabkan karena masyarakat
Baduy Luar ini adalah warga yang baru mendiami kawasan hutan ini, sehingga
informasi tentang status dari kawasn hutan ini mereka tidak tahu. Untuk
masyarakat non Baduy sendiri, sebesar 66,7% mengetahui tentang status kawasan
hutan Gn. Kencana. Dilihat dari persentase jumlah, masyarakat Baduy Luar lebih
banyak mengetahui tentang status hutan Gn. Kencana dari penyuluh atau petugas
kehutanan yang sering memberikan informasi kepada mereka, sedangkan bagi
masyarakat non Baduy kurang mendapatkan informasi dari penyuluh atau petugas
kehutanan tentang status kawasan hutan, karena tidak semua masyarakat non
Baduy tergabung ke dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) sehingga hanya
sebagian kecil masyarakatnya mengetahui status akan kawasan hutan.
5.2.3 Persepsi Responden Mengenai Manfaat Kawasan Hutan
Semua masyarakat Baduy Luar maupun masyarakat non Baduy
berpendapat bahwa kawasan hutan yang ada di dalam dan di sekitar mereka telah
memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan mereka dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Manfaat yang dirasakan oleh kedua kelompok masyarakat
ini antara lain meliputi manfaat lahan hutan untuk bercocok tanam untuk tanaman
pertanian dan jenis lainnya, sedangkan manfaat sumber kayu untuk kayu bakar
dan kayu pertukangan. Sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari masyarakat
yaitu minum, mandi, cuci, dan pengairan untuk persawahan masyarakat bagi yang
memanfaatkannya.
5.2.4 Persepsi Reponden Terhadap Manfaat Sumberdaya Hutan
Persepsi masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat
non Baduy terhadap sumberdaya hutan diketahui dari jawaban yang mereka
diberikan terhadap pertanyaan tentang persepsi terhadap sumberdaya hutan. Tabel
16 menyajikan persepsi responden kedua masyarakat lokal terhadap sumberdaya
hutan.
Tabel 16 Persepsi Responden Masyarakat Lokal Terhadap Sumberdaya hutan
No
Persepsi terhadap
kondisi Sumber-
daya hutan
Baik Tdk baik Tdk tahu Jumlah
Orang % Orang % Orang % Orang %
Baduy
1 Sumber Kayu 19 63,3 7 23,3 4 13,3 30 100
2 Sumber Air 18 60 10 33,3 2 6,7 30 100
Non Baduy
1 Sumber Kayu 3 10 15 50 12 40 30 100
2 Sumber Air 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Dalam penelitian ini persepsi sebagai proses penginterpretasian/tanggapan
masyarakat lokal (baik masyarakat Baduy Luar maupun non Baduy) di
Kecamatan Gn. Kencana terhadap sumberdaya hutan yang telah mereka amati
atau rasakan manfaatnya melalui panca indera. Persepsi memiliki sifat yang
sangat subyektif, yaitu tergantung pada subyek yang melakukan persepsi tersebut.
Selain itu, persepsi dipengaruhi oleh keadaan tertentu yang akan memberikan
reaksi/perilaku yang berbeda pula.
Gambar 4. Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Kayu
Gambar 5. Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air
Gambar 4 dan 5 menjelaskan perbandingan persepsi masyarakat lokal yaitu
masyarakat Baduy Luar terhadap kayu lebih tinggi jika dibandingkan dengan
masyarakat non Baduy. Sebanyak 63,3% masyarakat Baduy Luar beranggapan
bahwa kondisi sumber kayu yang terdapat di dalam kawasan hutan dimana
masyarakat Baduy Luar ini tinggal dikatakan baik, baik disini apabila sumber
kayu dari hutan jumlahnya memadai, tegakannya rapat, ukuran pohon besar serta
bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan. Hal ini didasarkan
atas kedekatan masyarakat Baduy Luar terhadap sumberdaya hutan sumber kayu
karena mereka tinggal dan memanfaatkan sumber kayu yang ada di dalam
kawasan hutan, dan hanya 13,3% dari masyarakat Baduy Luar yang tidak tahu
atau mengetahui kondisi sumber kayu, tidak tahu disini artinya masyarakat tidak
mengetahui dan tidak peduli terhadap sumber kayu yang ada di dalam kawasan
hutan.
Untuk masyarakat non Baduy, sebagian besar (50 %) mengatakan kondisi
sumber kayu tidak baik. Tidak baik disini apabila sumber kayu dari hutan
jumlahnya tidak memadai, tegakannya jarang, bisa dimanfaatkan tetapi dalam
jumlah yang terbatas. Hal ini disebabkan karena masyarakat non Baduy berada di
luar kawasan hutan dan tidak mengetahui tentang kondisi sumberdaya hutan
sumber kayu secara nyata, tidak seperti masyarakat Baduy Luar yang berada di
dalam hutan yang mengetahui keadaan hutan dari sumber kayu, sehingga mereka
atau masyarakat Baduy Luar ini bisa mengatakan kondisi hutan untuk sumber
kayu dikatakan baik.
Keberadaan masyarakat Baduy Luar di dalam kawasan hutan bergantung
terhadap ketersedian air dari kawasan hutan. Cara pemanfaatan air oleh
masyarakat Baduy Luar dilakukan langsung disumbernya atau sebagian dibawa ke
rumah dengan cara dipikul untuk keperluan lainnya, seperti minum. Sebagian
besar (60% dari responden) masyarakat Baduy Luar menilai kondisi air di
kawasan hutan baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-
masing sumber air tersebut terjaga ketersediannya dan tidak tergantung terhadap
musim serta kondisi air yang jernih dan tidak keruh. 2 dari 5 mata air yang
mengalir di desa Sukanegara mengalir sepanjang tahun. 2 sumber mata air yang
mengalir sepanjang tahun ini berada di dalam kawasan hutan.
Pada Tabel 16 untuk sumber air menjelaskan masyarakat non Baduy yang
berada di Desa Sukanegara, Cimanyangray dan Keramatjaya sebanyak 43,3%
masyarakat non Baduy menilai bahwa sumber air yang tersedia di kawasan ini
tidak baik, apabila sumber air dari hutan yang tersedia dari masing-masing sumber
air tersebut ketersediannya dipengaruhi musim dan kondisi air tersebut tidak
jernih dan keruh. Sebanyak 3 sumber mata air yang ada di Desa Sukanegara
dipengaruhi oleh musim hujan, sehingga sumber mata air tersebut tidak mengalir
sepanjang tahun. Hal ini disebabkan karena 25 dari 60 mata air yang ada di desa
ini hanya mengalir selama 3 bulan, 18 mata air mengalir selama 6 bulan, 10 mata
air mengalir selama 9 bulan dan sisanya 6 mata air mengalir sepanjang tahun.
Lamanya sumber mata air ini mengalir dipengaruhi oleh musim hujan. Selain
lamanya mata air mengalir, persepsi terhadap kondisi sumber air dinilai dari
kejernihan, kekeruhan dan warna dengan pandangan subjektif masing-masing
masyarakat lokal yang menjadi responden. Berikut disajikan Tabel 17 mengenai
kondisi mata air di Kecamatan Gn. Kencana.
Tabel 17. Kondisi Mata Air di Kecamatan Gn.Kencana
No Desa Jumlah Mata
Air
Lamanya Mengalir (Bulan)
3 6 9 12
1 Keramatjaya 28 13 7 5 3
2 Cimanyangray 29 11 11 4 3
3 Sukanegara 5 1 1 1 2
Sumber : Dinas Kehutanan Kab.Lebak 2008
5.3 Motivasi
5.3.1 Motif Pemanfaatan Lahan Hutan
Motivasi atau motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Motif kedua
kelompok masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakt non
Baduy adalah untuk bercocok tanam dengan sistem tumpang sari atau
agroforestry. Selain menanam tanaman padi kedua kelompok masyarakat lokal ini
juga menanam tanaman semusim dengan pola tanaman campuran seperti pisang,
kopi, jenis palawija (singkong, jagung, kacang-kacangan) dan tanaman
tahunan/kayu-kayuan seperti petai, durian, melinjo dan cengkeh.
Gambar 6 Salah Satu Lahan Garapan Masyarakat Baduy Luar
di Blok Penelitian Tanaman Meranti, RPH Gn. Kencana Utara.
5.3.2 Motif Pemanfaatan Sumber Kayu
Motif masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non
Baduy terhadap pemanfaatan sumber kayu dari kawasan hutan berdasarkan
peruntukannya yaitu untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari mereka seperti kayu
bakar dan kayu pertukangan, dan tujuan pengambilan sumber kayu adalah untuk
keperluan sehari-hari juga, sumber kayu ini digunakan untuk keperluan sendiri
dalam rumah tangga atau dijual (tambahan penghasilan).
Tabel 18. Motif Responden Terhadap Pemanfaatan Sumber Kayu
Pemanfaatan sumber kayu
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
Tujuan PenggunaanKayu bakar
26 86,7 15 50
Kayu pertukangan 4 13,3 15 50
Kepentingan Pemakaian
Dijual 3 10 7 23.3
Dipakai sendiri 27 90 23 76,7
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Dari Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa masyarakat lokal baik masyarakat
Baduy Luar maupun masyarakat non Baduy dalam memanfaatkan sumber kayu
untuk keperluan kayu bakar dan kayu pertukangan. Masyarakat Baduy Luar
mengambil sumber kayu untuk keperluan kayu bakar. Untuk masyarakat non
Baduy memanfaatkan untuk kayu bakar dan kayu pertukangan. Sebagian besar
masyarakat Baduy Luar maupun non Baduy memanfaatkan kayu untuk dipakai
sendiri. Masyarakat Baduy Luar menjaga kelestarian hutan dengan tidak
menggunakan azaz pemanfaataan kayu seluas-luasnya.
Kedua kelompok masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan
masyarakat non Baduy di Kecamatan Gn. Kencana terlihat dari cara atau sistem
pemanfaatan sumberdaya hutan dan cara pengelolaan sumberdaya hutan tersebut,
mereka memanfaatkan dan mengelola hutan secara lestari dengan mengambil
kayu seperlunya, hal ini terlihat dari motif masyarakat Baduy Luar yang sebagian
besar hanya mengambil kayu bakar dan kayu pertukangan untuk digunakan
keperluan hidup sehari-harinya.
Masyarakat Baduy Luar dengan cara yang masih tradisional
memanfaatkan sumberdaya hutan dengan cara-cara yang diatur oleh aturan
adatnya, yaitu memanfaatkan tanpa merusak kondisi hutannya. Mereka percaya
dengan menjaga alam akan membuat kehidupan mereka bisa terpenuhi, berbeda
dengan masyarakat non Baduy yang dalam pengelolaannya sudah mengikuti
jaman, dan sudah berorientasi ekonomi yaitu untuk penambahan penghasilan
seperti, selain itu mereka sudah memakai alat-alat modern dalam pemanfaatan
sumberdaya hutan.
5.3.3 Motif Pemanfaatan Sumber Air
Motivasi atau motif masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy dan
masyarakat non Baduy terhadap pemanfaatan sumber air adalah untuk keperluan
dasar hidup sehari-hari seperti minum, mandi, cuci, dan pengairan bagi
persawahan masyarakat non Baduy.
Tabel 19 Motif Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air
Pemanfaatan sumber air
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
Minum, mandi, cuci 30 100 20 66,7
Pengairan 0 0 10 33,3
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Motivasi meliputi semua faktor internal yang mengarah kepada berbagai
jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs)
yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan
selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Motif masyarakat Baduy
Luar dan non Baduy terhadap pemanfaatan sumberdaya air yang ada di dalam dan
sekitar hutan lebih ditekankan kepada tujuan penggunaan sumber air tersebut,
yaitu pemenuhan hidup bagi kedua masyarakat lokal tersebut. Pemenuhan
kebutuhan dasar meliputi pemanfaatan untuk sumber air minum, mandi dan cuci.
Sedangkan manfaat penting lainnya adalah untuk pengairan sawah atau lahan
garapan bagi masyarakat non Baduy yang mempunyai sawah.
Masyarakat Baduy Luar sendiri memanfatkan sumber air secara subsisten
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya. Bagi masyarakat non Baduy,
selain untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya mereka juga pemanfaatkan sumber
air ini untuk keperluan pengairan sawah bagi masyarakat yang mempunyai sawah.
Perbedaan antara kedua kelompok masyarakat ini adalah sistem pertanian yang
mereka usahan, Masyarakat Baduy Luar menggunakan sistem tadah hujan untuk
pertaniannya atau sawahnya. Bagi masyarakat non Baduy dalam pemanfaatan
terhadap sumber air selain dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari
seperti keperluan minum, mandi dan cuci juga sudah berorientasi ke arah
penambahan pendapatan mereka. Masyarakat non Baduy ini memanfaatkan
sumber air ini untuk sumber pengairan bagi sawah yang mereka usahakan.
Berdasarkan Tabel 19 seluruh masyarakat Baduy Luar dan sebagian besar
masyarakat non Baduy menggunakan sumber air untuk keperluan sehari-hari
seperti minum, mandi dan cuci. Meskipun mata pencaharian utama kedua
masyarakat Baduy Luar dan non Baduy di Kecamatan Gn. Kencana adalah bertani
tetapi tidak seorang pun dari masyarakat Baduy menggunakan sumber air yang
terdapat di dalam kawasan hutan untuk pengairan, karena sistem pertanian yang
mereka gunakan adalah sistem pertanian lahan kering.
Masyarakat non Baduy selain memanfaatkan sumber air untuk pemenuhan
hidup mereka sehari-hari, mereka juga memanfaatkan untuk keperluan pengairan
bagi sawahnya. Sepertiga dari masyarakat non Baduy yang menjadi responden
memanfaatkan sumber air untuk pengairan bagi persawahan.
5.4 Sikap
Sikap masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan masyarakat non
Baduy terhadap pelestarian sumberdaya hutan berupa pemanfaatan lahan hutan
untuk pertanian, sumber kayu untuk pemenuhan kayu bakar dan kayu pertukangan
dan sumber air untuk keperluan minum, mandi dan cuci serta pengairan untuk
persawahan dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu setuju, tidak setuju dan
ragu-ragu. Bentuk sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat lokal yaitu masyarakat
Baduy Luar dan masyarakat non Baduy dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Jumlah Responden Masyarakat Lokal Menurut Sikapnya Terhadap
Sumberdaya Hutan
NoSikap terhadap
Sumberdaya hutan
Setuju Tdk setuju Ragu-ragu Jumlah
Orang % Orang % Orang % Orang %
Baduy
1 Sumber Kayu 18 60 2 6,7 10 33,3 30 100
2 Sumber Air 27 90 0 0 3 10 30 100
Non Baduy
1 Sumber Kayu 13 43,3 0 0 17 56,7 30 100
2 Sumber Air 22 73,3 0 0 8 26,7 30 100
Sumber : Diolah dari observasi lapang
Sikap adalah tindakan seseorang yang dilakukan terhadap sesuatu
berdasarkan persepsi dan motivasinya. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu dan diimplikasikan dalam
bentuk perilaku atau tindakan terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan berupa
lahan hutan, sumber kayu dan sumber air yang mempunyai manfaat bagi
masyarakat lokal. Sikap untuk pelestarian sumberdaya hutan sesuai dengan
fungsinya dikelompokkan menjadi tiga, yakni setuju, tidak setuju dan ragu-ragu.
Masyarakat yang setuju terhadap pelesstarian hutan menggambarkan adanya nilai
positif dari hutan sebagai penyedia manfaat bagi kedua kelompok masyarakat
lokal dengan mendapatkan komponen kognitif (berdasarkan karakteristik hutan)
dan komponen afektif (hasil penilaian tentang hutan). Sikap masyarakat Baduy
Luar dan masyarakat non Baduy ini terdiri dari pengetahuan tentang kondisi hutan
Gn. Kencana ditambah dengan komponen evaluatif yang diwujudkan dalam
bentuk setuju/tidak setuju/ragu-ragu terhadap pelestarian hutan.
Kedua kelompok masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan non
Baduy yang setuju dengan pelestarian sumberdaya hutan berarti masyarakat ini
telah merasakan, memaksimalkan atau memanfaatkan nilai berbagai manfaat,
hasil/akibat yang diharapkan dari sumberdaya hutan. Dengan kata lain, kedua
kelompok masyarakat lokal ini tidak merasa dirugikan untuk pelestarian terhadap
sumberdaya hutan. Dalam hal ini kedua kelompok masyarakat secara sadar mau
melestarikan sumberdaya hutan yang ada di kecamatan ini pemenuhan hidupnya
mereka secara berkelanjutan.
Gambar 7 Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Kayu
Gambar 8 Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Sumber Air
Dari Gambar 7 dan 8 dapat disimpulkan bahwa masyarakat Baduy Luar
lebih memiliki sikap positif (setuju) terhadap pelestarian sumber kayu dan sumber
air yang terdapat di dalam kawasan hutan jika dibandingkan dengan masyarakat
non Baduy. Sikap setuju kedua masyarakat lokal ini ditunjukan dari bagaimana
cara mereka memanfaatkan sumberdaya hutan yang memberikan manfaat bagi
kehidupan kedua masyarakat lokal ini.
5.5 Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan tetapi dalam bentuk langkah nyata
terhadap kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan untuk lahan hutan
sebagai tempat pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan
dan sumber air untuk keperluan minum, mandi dan cuci serta pengairan bagi
persawahan. Berikut disajikan tabel perilaku masyarakat yang menjadi responden.
Tabel 21 Perilaku Masyarakat Lokal Terhadap Sumber kayu
Pemanfaatan sumber kayu
Kelompok Masyarakat
Baduy Non Baduy
Orang % Orang %
Cara
Tidak pernah 0 0 3 10
Dari pohon yang tumbang alami 21 70 11 36,7
Dari pohon yang ditebang 9 30 16 53,3
Sumber : Diolah dari observasi lapang
5.5.1 Pemanfaatan Lahan Hutan
Bagi kedua kelompok masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan
masyarakat non Baduy yang tinggal di Kecamatan Gn. Kencana baik masyarakat
Baduy Luar yang tinggal di dalam kawasan hutan dan masyarakat non Baduy
yang tinggal di sekitar kawasan hutan tidak ada yang berbeda dalam sistem cara
pertanian mereka yang dilakukan. Kedua kelompok masyarakat ini mengusahakan
tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari atau agroforestry, seperti tanaman
padi dan tanaman lainnya atau tanaman semusim dengan pola tanaman campuran
seperti pisang, kopi, jenis palawija (singkong, jagung, kacang-kacangan) dan
tanaman tahunan/kayu-kayuan seperti petai, durian, melinjo dan cengkeh.
Masyarakat Baduy Luar mengusahakan sistem pertanian padi lahan kering
sedangkan masyarakat non Baduy mengusahakan sistem pertanian padi lahan
basah.
5.5.2 Pemanfaatan Sumber Kayu
Semua masyarakat lokal yaitu Baduy Luar dan non Baduy memanfaatkan
kayu untuk tujuan penggunaan sebagai kayu bakar dan kayu pertukangan. Pada
umumnya kedua masyarakat lokal ini memanfaatkan kayu dalam jumlah yang
tetap tiap bulannya. Untuk satu kali pengambilan kayu rata-rata responden
mengambil 2 pikul kayu, satu pikul kayu ini biasanya seperempat kubik. Dari cara
pengambilan kayu yang tersedia 70% dari masyarakat Baduy Luar mengambil
sumber kayu dari ranting atau pohon yang tumbang alami, artinya masyarakat
Baduy Luar tidak mengambil kayu dengan cara menebang pohon.
Masyarakat non Baduy lebih banyak memanfaatkan atau mengambil
sumber kayu dengan cara menebang pohon di dalam kawasan hutan. Bagi
masyarakat non Baduy sendiri, setiap kali berpergian ke hutan mereka selalu
membawa peralatan untuk menebang pohon seperti golok, kampak, dan gergaji.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Baduy Luar lebih menjaga kelestarian
hutan untuk sumber kayu jika dibandingkan dengan masyarakat non Baduy dari
segi cara pengambilan sumberdaya hutan berupa sumber kayu dari dalam kawasan
hutan.
5.5.3 Pemanfaatan Sumber Air
Kedua kelompok masyarakat lokal yaitu masyarakat Baduy Luar dan
masyarakat non Baduy memanfaatkan sumber air yang ada dan tersedia di daerah
mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari akan air.
Sumber air yang ada atau tersedia di kecamatan ini dimanfaatkan dan dijaga
ketersediannya oleh kedua kelompok masyarakat lokal baik masyarakat Baduy
Luar yang berada atau tinggal di dalam hutan maupun masyarakat non Baduy
yang tinggal atau berada di sekitar hutan.
Pemanfaatan air bukan hanya untuk keperluan hidup sehari-hari saja
(minum, mandi dan cuci), tetapi untuk keperluan lain seperti persawahan (sistem
pengairan). Dalam pemanfaatan sumber air ini semua masyarakat Baduy Luar
memanfaatkan sumber air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti
untuk minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Pemanfaatan air dilakukan dengan
cara memanfaatkan air langsung di sumbernya dan membawa ke rumah dengan
cara dipikul, biasanya mereka membawa air sekitar 2 ember besar.
Untuk masyarakat non Baduy sama seperti masyarakat Baduy Luar lebih
banyak memanfaatkan air langsung dari sumbernya dan sisanya dimanfaatkan
untuk pengairan. Perbedaan dari kedua masyarakat ini adalah masyarakat Baduy
Luar dekat dengan sumber air sehingga mereka tidak akan kekurangan air,
berbeda dengan masyarakat non Baduy yang jauh dari sumber air sehingga untuk
mendapatkan air saja mereka harus berjalan cukup jauh ke sumbernya. Sebagian
besar sumber air di kecamatan ini masih dipengaruhi oleh musim.
Gambar 9 Sumber Air Bagi Masyarakat Baduy
di Blok Penelitian Tanaman Meranti, RPH Gn. Kencana Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Hutan di Kecamatan Gn. Kencana berada dalam DAS Ciliman-Ciujung
dengan sub DAS Cimanyangray, Cioray, Cicaraglu dan Cicaringin yang
didominasi oleh jenis Acacia mangium, Karet, Mahoni, Meranti, Pulai dan
Pinus. Interaksi antara masyarakat lokal dengan kawasan hutan dapat dilihat
dari pemanfaatan terhadap lahan hutan, sumber kayu dan sumber air.
2. Persepsi masyarakat lokal terhadap lahan hutan adalah lahan hutan dapat
mendukung pertanian mereka dengan baik berupa padi, singkong, petai,
cengkeh, kopi, pisang dan durian. Persepsi masyarakat Baduy Luar terhadap
sumber kayu 63,3 % mengatakan baik, 23,3 % tidak baik, dan 13,3 % tidak
tahu. Masyarakat non Baduy 43,3% mengatakan tidak baik, 33,3% baik, dan
23,3% tidak tahu. Persepsi masyarakat Baduy Luar terhadap sumber air 60%
mengatakan baik, 33,3% tidak baik dan sisanya 6,7% tidak tahu. Untuk
masyarakat non Baduy 43,3% mengatakan tidak baik, 33,3% baik, dan sisanya
23,3% tidak tahu.
3. Motivasi atau motif kedua masyarakat lokal dalam pemanfaatan lahan hutan
adalah untuk kegiatan bercocok tanam. Motif terhadap sumber kayu
masyarakat Baduy Luar 86,7% memanfaatkan sumber kayu untuk kayu bakar.
Bagi masyarakat non Baduy memanfaatkan kayu untuk kayu bakar dan kayu
pertukangan. Motif terhadap sumber air, kedua kelompok masyarakat ini
memanfaatkan sumber air untuk keperluan minum, mandi dan cuci.
Perbedaannya masyarakat non Baduy sudah memanfaatkan sumber air untuk
persawahannya.
4. Masyarakat lokal baik Baduy luar maupun non Baduy pada umumnya
mengambil sikap setuju untuk pelestarian lahan hutan dan sumber air. Untuk
sumber kayu masyarakat non Baduy lebih banyak (56,7%) mengambil sikap
ragu-ragu, 60% masyarakat Baduy Luar mengambil sikap setuju untuk
pelestarian sumber kayu. Hal ini disebabkan faktor frekuensi pemanfaatan dan
jarak terhadap sumberdaya hutan.
5. Sistem tumpangsari (bercocok tanam dengan lebih satu jenis tanaman
pertanian) dan agroforestry (bercocok tanam dengan kombinasi tanaman
kehutanan dan tanaman pertanian) mencerminkan perilaku masyarakat lokal
terhadap lahan hutan untuk pertanian. Untuk sumber kayu, masyarakat Baduy
Luar lebih banyak memanfaatkan sumber kayu dari pohon yang tumbang
alami. Sebaliknya, masyarakat non Baduy lebih banyak memanfaatkan dengan
cara menebang pohon untuk pemenuhan terhadap kayu. Kedua kelompok
masyarakat lokal lebih banyak memanfaatkan sumber air langsung di
sumbernya.
6.2 Saran
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat lokal oleh petugas kehutanan
tentang kehutanan sehingga dapat memberikan informasi yang benar dan tepat
terhadap masyarakat sekitar hutan sehingga sustainable forest management
dapat tercapai.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat lokal oleh petugas kehutanan
tentang kelestarian hutan dan menciptakan usaha mandiri terhadap masyarakat
lokal, baik yang berada di dalam maupun di sekitar hutan secara nyata dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
3. Membina dan mengawasi masyarakat lokal oleh petugas kehutanan baik yang
berada di dalam dan di sekitar hutan supaya pemanfaatan sumberdaya hutan
diambil secara lestari dan mengurangi dampak kerusakan terhadap kawasan
hutan.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah (berapa banyak), jenis
manfaat hutan yang diambil dari manfaat hutan tidal langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Admawidjaja, R. 1999. Sistem Pengusahaan Hutan Konservasi Makalah padaSeminar Pengurusan Hutan Alam Indonesia pada Masa Mendatangdalam Rangka Hari Pulang Kampung Alumni (HAPKA) VIII. 7September 1991. Bogor
Ardiansyah, W. 2002. Studi Konflik Sosial Antara Masyarakat Sekitar Hutandengan Pemegang HPH (Studi kasus di HPH PT. Rotan Timber, DesaManalak Tebag, Kalimantan Timur). Bogor: [skripsi]. IPB.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Kecamatan Gn. Kencana Dalam Angka.Lebak.
Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan HubunganKemanusiaan. Edisi ketiga: Terjemahan. Semarang: IKIP SemarangPress..
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik IndonesiaNo.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta.
[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2006. Kajian PembangunanTaman Hutan Raya (Tahura) Propinsi Banten.
Gunawan, W. 1999. Persepsi dan Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat DesaSirnasari Terhadap Pelestarian Sumberdaya Hutan di Taman NasionalGunung alimun. [skripsi]. Bogor : IPB.
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai:Kasus Program Kali Bersih di Kaligareng, Jawa Tengah [tesis]. Bogor:Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Isusanty, E. 2003. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap NilaiSumberdaya Hutan (Studi kasus di Desa Cihanyamar kecamatanNagrak, kabupaten Sukabumi).[skripsi]. Bogor: IPB.
Junianto, B.2007. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Sekitar TerhadapKeberadaan Hutan Penelitian Haurbentes (Studi kasus di Desa Jugalaya,RPH Jasinga, BKPH Jasinga). [skripsi]. Bogor : IPB.
[KPH] Kesatuan Pemangku Hutan Banten. 2007. Buku I Rencana Kerja LimaTahunan Tahun 2007-2011. Banten.
[ LP IPB] Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. 1990. Sistem PengelolaanHutan Rakyat. Bogor: LP IPB.
Manan, S. 1998. Hutan Rimbawan dan Masyarakat. Bogor: IPB Press.
Mangandar. 2002. Keterkaitan Sosial Masyarakat di Sekitar Hutan denganKebakaran Hutan (Studi kasus di Propinsi DT I Riau). [tesis]. Bogor:Program Pascasarjana. IPB. Tidak dipublikasikan
Muchtar, T. 1998. Hubungan Karakteristik Elit Formal dan Elit Informal Desadengan Persepsi dan Tingkat Partisipasi Mereka dalam Program P3DTdi Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor.
Sarwono. S. W. 2002. Psikologo Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial. BalaiPustaka. Jakarta.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu kehutanan. YPFK. Bogor.
Sumardi et al. 1997. Peranan Nilai Budaya daerah Dalam Upaya PelestarianLingkungan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dirjen Kebudayaa.Departeemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yogykarta.
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan dalam PembangunanMasyarakat Pedesaan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor.
Yuwono, S. 2006. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap PembangunanHutan Rakyat Pola Kemitraan di Kabupaten Musi Rawas ProvinsiSumatera Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor.
LAMPIRAN
DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN
MASYARAKAT BADUY DAN MASYARAKAT NON BADUY
1. Responden Masyarakat BaduyNo Nama Umur
(tahun)Pendidikan Pekerjaan
utamaPekerjaansampingan
Pendapatan
1 Sangsang 40 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
b
2 Sanif 42 Tdksekolah
Tani Kuli a
3 Kasni 29 Tdksekolah
Tani Kuli a
4 Kidong 36 Tdksekolah
Tani Kuli b
5 Kiwin 47 Tdksekolah
Ngahuma - a
6 Sarwa 38 Tdksekolah
Tani Kuli a
7 Radin 53 Tdksekolah
Tani - a
8 Asdi 49 Tdksekolah
Tani - a
9 Manaf 43 Tdksekolah
Ngahuma - a
10 Sumardi 41 Tdksekolah
Tani - b
11 Kepek 32 Tdksekolah
Tani Kuli b
12 Arman 34 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
a
13 Asraf 35 Tdksekolah
Tani Kuli a
14 Sapri 46 Tdksekolah
Tani buruh a
15 Sukra 42 Tdksekolah
Ngahuma - a
16 Sarkati 37 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
b
17 Suminta 56 Tdksekolah
Ngahuma - b
18 Misra 44 Tdksekolah
Ngahuma Kuli a
19 Olot 51 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
b
No Nama Umur(tahun)
Pendidikan Pekerjaanutama
Pekerjaansampingan
Pendapatan
20 Maman 39 Tdksekolah
Tani - b
21 Samad 41 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
a
22 Sardi 36 Tdksekolah
Tani Kuli b
23 Sarman 32 Tdksekolah
Tani Berkebun(ngahuma)
b
24 Asrat 47 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
a
25 Ari 28 Tdksekolah
Tani Kuli b
26 Jalin 36 Tdksekolah
Tani(ngahuma)
Kuli b
27 Sarwadi 38 Tdksekolah
Tani Membuatkerajinan
a
28 Pulung 39 Tdksekolah
Tani - b
29 Uding 65 Tdksekolah
Tani - b
30 Aja 41 Tdksekolah
Tani Jualanbuah
b
Keterangan :Pendapatan (Rp) respondena. < Rp. 500.000b. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000c. Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000d. > Rp. 1.500.000
2. Responden Masyarakat non BaduyNo Nama Umur
(tahun)Pendidikan Pekerjaan
utamaPekerjaansampingan
Penda-patan
1 Ombi 37 SD Petani - b2 Ma'mun 50 SD Kyai Tani d3 Juman 38 - Tani Jualan a4 Cecep 35 SMP Sopir - d5 Jumi'an 52 SD Tani - a6 Unus 53 SMA/PGA Wira-
swastaTani d
7 Juned 40 SMP Wira-swasta
Tani d
8 Johari 50 SMP Wira-swasta
Tani d
9 H. Muksin 35 SMP Sopir - c10 Ja'sir 50 SD Petani Jualan d11 Culi 35 SD Petani - a12 Maman 43 SMP Pedagang Tukang
Ojegc
13 Kasid 55 SMP Tani - b14 Sarim 50 SD Tani Penjual
burungc
15 Ralim 45 SD Tani - b16 Aming 28 SD Pedagang Tukang
Ojegb
17 Ago 35 SMP Pedagang Tani b18 Sayuti 43 SD Pedagang - c19 Jasman 52 SMP Petani Berdagang d20 Armin 45 SMP Pedagang Tukang
Ojegd
21 Jai 40 SD Tani - a22 Sarnata 45 SD Tani - a23 Sa'ad 50 SD Petani Kuli a24 Sastra 50 Tidak
sekolahTani Tukang
sadapa
25 Parman 37 SMP Tani - a26 Mis'an 26 SMP Tani Kuli b27 Kamsan 56 SD Tani - a28 Zakari 55 SD Tani - a29 Wawan 21 SMP Tani Jualan c30 Juhri 37 SD Tani Jualan a
Keterangan :Pendapatan (Rp) respondena. < Rp. 500.000b. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000c. Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000d. > Rp. 1.500.000
PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL BADUY LUAR DAN
NON BADUY TERHADAP HUTAN
1. Masyarakat Baduy luar
Sangsang : “Leuweung ceuk kami mah tempat nu loba tatangkalan gararede, bisadipake jeung nyieun imah, jeung suluh ngan kudu dijaga ceuk petugas nu sokmere penyuluhan ka kami”Olot : “Leuweung eta ceuk kami tempat paranti neangan sagala kaperluan daharjeung kami hirup, loba anu bisa dicokot tina leweung eta, salain kayuna kamiogeh sok nyokotan buah-buahan jeung didahar”Sarwadi : “Leuweung aya jeung kahirupan manusa, ngan manusa kudu bisanagajaga eta leuweung jeung anak incuna””Radin : “ Ari ceuk kami mah, pan leuweung eta boga negara, kami teh warganegara, jadi bisa kami nyokotan sagala anu aya di leuweung, tapi ulah loba-lobaceunah da bising rusak leuweungna”
2. Masyarakat non Baduy
H. Muksin : “Kurang apal nya soalnna bapak mah jarang da nyokotan kayu dileuweung, paling ogeh meser kanggo kaperluan sadidinten mah. Ah da hentengaruh bade di jaga apa hente leuweungna, makin kadie makin rusak”Sastra : ”Leuweng di hiji daerah boga masyarakat nu cicing didinya, jadi bisadimanfaatken ku masyarakatna”Ombi : “ Tempat bapa gawe, nyaeta nyadap, neangan suluh kanggo masak jeungcai kanggo leueut, pami jeung ibakmah biasana bapa langsung ibak di sumbercaina”Maman : “ Leuweung paranti kami melak pepelakan anu bisa dijual, sapertipeuteuy, kadu, cengkeh jeung melinjo”
KUISIONER PENELITIANPERSEPSI, MOTIVASI SIKAP DAN PERILAKU
MASYARAKAT LOKAL TERHADAP KEBERADAAN HUTAN(Kasus di Kec. Gunung Kencana, Kab. Lebak, Prop. Banten)
A. Identitas Responden1. Nama Responden : .........................................................2. Umur : .........................................................3. Pendidikan : .........................................................4. Alamat : .........................................................5. Pekerjaan
a. Pokok : ……………………………………..b. Sampingan : ……………………………………..
6. Pendapatan rata-rataperbulan
a. <Rp. 500.000b. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000c. Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000d. >Rp. 1.500.000
B. Persepsi1. Tahukah Anda kawasan hutan Gn. Kencana merupakan milik Negara dan
dikelola oleh Perhutani?a. Tahu b. Tidak tahu
2. Status Anda memanfaatkan hasil hutan dari kawasan hutan Gn. Kencana?a. Secara sendiri (ilegal) b. Kerjasama dengan Perhutan (legal)
3. Alasan Anda memanfaatkan hasil hutana. Secara sendiri : …………………………………………………………..b. Kerjasama dengan Perhutani : …………………………………………..
4. Apakah keberadaan hutan Gn. Kencana memberikan manfaat bagi Anda?a. Ya b. tidak
5. Jika ya, manfaat apa yang Anda rasakan (pilihan bisa lebih dari satu)Manfaat langsung :□ Sumber kayu□ Sumber air□ Lahan pertanianManfaat Tidak langsung□ Pengendali banjir dan erosi□ Kesejukan dan kenyamanan□ Keindahan alam dari kawasan hutan
6. Sumber kayua. Bagaimana kondisi tegakan hutan Gunung Kencana menurut Anda?
a. Baik b. Tidak baik c. Tidak tahub. Apa yang menjadi tujuan Anda mengambil kayu dari kawasan hutan
Gn.Kencana?a. Kayu bakar b. Kayu pertukangan
c. Kayu yang Anda ambil digunakan untuk apa?a. Dipakai sendiri b. Dijual
d. Tegakan hutan merupakan aset yang harus dijaga kelestariannya untuk generasiyang akan datang
a. Setuju b. Tidak setuju c. Ragu-rague. Jumlah kayu bakar yang diambil perminggu dari hutan
a. Tidak pernah b. tetap tiap bulan c. meningkat tiap bulanf. Cara pengambilan kayu bakar
a. Tidak pernahb. dari ranting atau dari pohon yang tumbang alamic. dari pohon yang ditebang
g. Cara pengambilan ranting kayua. Tidak pernahb.Hanya mengambil ranting tertentu (yang kering, tidak berdaun, di bagian
bawah pohon)c. Mengambil semua ranting yang dijumpai dan dapat dijangkau
7. Sumber Aira. Bagaimana kondisi air yang tersedia di kawasan hutan Gunung Kencana
menurut Anda?a. Baik (jernih) b. Tidak baik (keruh) c. Tidak tahu
b. Bagaimana ketersediaan air dari hutan Gn. Kencana?a. Mengalir setiap bulanb. Hanya tersedia pada musim hujan
c. Air di kawasan hutan digunakan untuka. sumber air minum, cuci, mandib. pengairan
d. Sumber air dari hutan harus dijaga kelestariannya untuk generasi yang akandatang
a. Setuju b. Tidak setuju c. Ragu-rague. Cara memanfaatkan/mengambil air
a. irigasi untuk pertanianb. dipikul untuk dibawa ke rumah masing-masingc langsung digunakan di sumber air
f. Jumlah air yang digunakan yang bersumber dari Gn. Kencana perhari?a. Tidak pernah b. tetap tiap bulan c. meningkat tiap bulan
8. Lahan Pertaniana. Apakah Anda menggarap lahan di kawasan hutan Gn. Kencana?
a. Ya b. Tidak
b. Bagaimana kondisi lahan yang Anda garap di kawasan hutan Gn. Kencanamenurut Anda?
a. Subur b. Tidak subur c. Tidak tahuc. Berapa luas lahan yang Anda garap?
a. >0,5 ha b.0.5-1 ha c.> 1 ha
d. Jenis apa saja yang Anda tanama. Tanaman pertanian :……………………b. Tanaman kehutanan :……………………c. Tanaman lainnya :……………………
e. Hasil dari lahan garapan digunakan untuk apa ?a. Digunakan untuk kebutuhan sendirib. Dijual
f. Masyarakat diikutsertakan dalam pengelolaan hutana.Setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu
e. Bagaiman cara Anda dalam pembukaan lahan?a. Dibakarb. Ditebang habisc. Lainnya………………
f. Bagaimana sistem/pola yang anda gunakan dalam penggarapan lahan?……………………………………………………………………….
g. Apa saja faktor penggangu dalam mengolah lahan garapan?………………………………………………………………….
Lokasi Penentuan Responden
Desa Sukanegara
Lokasi Penentuan Responden
Desa Kramatjaya
Lokasi Penentuan Responden
Desa Cimanyangray
Top Related