Persalinan Preterm
Oleh :Feri Eka Supratanda, S.Ked
Pembimbing: dr. Zulfadli, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2010
Penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal di seluruh dunia.
Angka kejadian persalinan prematur cenderung meningkat setiap tahunnya.
Amerika Serikat sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya, dan merupakan tingkat kelahiran preterm tertinggi di antara negara industri.
Dampak: terkurasnya sumber daya kesehatan, finansial, emosional serta psikologis orang tua.
PENDAHULUAN
Definisi: Persalinan preterm yaitu munculnya kontraksi
uterus dengan intensitas dan frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sebelum memasuki usia gestasi yang matang (antara 20 sampai 37 minggu).
Atau menurut WHO, preterm didefinisikan sebagai usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu lengkap (259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Amerika Serikat sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya, dan merupakan tingkat kelahiran preterm tertinggi di antara negara industri.
Di Indonesia sendiri angka kejadian persalinan preterm belum dapat dipastikan jumlahnya namun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan preterm.
Epidemiologi
Etiologi dan Faktor Resiko
Janin dan Plasenta
•Perdarahan trimester awal•Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)•Ketuban Pecah Dini (KPD)•Pertumbuhan Janin Terhambat•Cacat bawaan janin•Kehamilan ganda/gemeli•Polihidramnion
Ibu
•Penyakit berat pada ibu•Diabetes Melitus•Preeklamsia/hipertensi•Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin•Penyakit infeksi dengan demam•Stres psikologik•Kelaian bentuk uterus/servik•Riwayat persalian preterm/abortus•Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)•Trauma, dll
Anamnesis :
Faktor resiko mayor : a. Kehamilan multipel b. Polihidramniom c. Anomali uterus d. Dilatasi serviks > 2cm pada usia kehamilan 32 minggu e. Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester II f. Riwayat persalinan preterm sebelumnya g.Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy, loop
electrosurgical excision procedure) h. Penggunaan cocain dan amphetamine i. Operasi besar pada abdomen
Faktor resiko minor a. Perdarahan pervaginam setelah 12 minggu b. Riwayat pyelonefritis c. Merokok d. Riwayat abortus
Diagnosis
Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.
Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali dalam 10 menit.
Merasakan gejala seperti kaku di perut, menyerupai rasa kaku seperti menstruasi, rasa tekanan intrapelvik, nyeri punggung bawah (low back pain).
Mengeluarkan lendir bercampu darah pervaginam. Pemeriksaan dalam menunjukkan serviks telah
mendatar 50-80%, atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm.
Selaput amnion sering kali telah pecah. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina
ischiadika
Gejala Klinis
Indikator KlinikDitemukan adanya kontraksi dan pemendekan serviks (secara manual dan USG). Terjadi KPD juga merupakan indikator persalian preterm.
Indikator LaboratorikBeberapa indikatornya adalah: jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml) dan pemeriksaan leukosit serum ibu (13.000/ml)
Indikator BiokimiaFibronektin janin: peningkatan kadar fibronekstin janin pada vagina, serviks dan air ketuban memberikan gambaran bahwa terjadi gangguan antara korion dan desidua (>50 ng/ml), Corticotropin releasing hormon (CRH) , Sitokin Inflamasi, Isoferitin Plasenta , Feritin
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Tujuan
Mendapatkan perpanjangan usia gestasi yang aman yakni dengan menghambat/ mengurangi frekuensi kontraksi, sehingga menunda waktu
persalinan
Mengoptimalkan status janin sebelum kelahiran prematur
Manajemen persalinan perterm meliputi:1. Tirah baring (Bedrest)2. Hidrasi dan sedasi3. Pemberian tokolitik (Nifedipin, terbutalin,
ritrodin, salbutamol, Magnesium Sulfat, dll)4. Pemberian steroid (dexametason,
betametason)5. Pemberian antibiotik (Eritromisin, Ampisilin,
Klindamisin)6. Emergency Cerclage7. Perencanaan persalinan
Tatalaksana (Lanjutan)
Penggunaan Tokolitik
Tokolitik tidak digunakan untuk memperpanjang kehamilan, tetapi hanya menunda persalinan setidaknya 48 jam
Untuk memfasilitasi transportasi ke pusat obstetri regional dan memberikan waktu terapi kortikosteroid
Antibiotik tidak boleh untuk persalinan prematur + selaput ketuban intak.
Beta Agonis
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis inisial 20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan hipotensi
Penggunaan Tokolitik
MgSO4
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang
diberikan secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV
diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus.
Bila terjadi efek toksik, berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan-
lahan.
Atosiban
Atosiban menghasilkan efek tokolitik dengan melekat
secara kompetitif dan memblok reseptor oksitosin.
Dosis awal 6,75mg bolus dalam satu menit, diikuti
18mg/jam selama 3 jam per infus, kemudian 6mg/jam
selama 45 jam.
Beta2-sympathomimetics
Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,
salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.
Contoh: Ritodrin (Yutopar) Dosis: 50 mg dalam 500 ml larutan
glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5
tetes setiap 10 menit sampai kontraksi uterus hilang. Infus
harus dilanjutkan 12 — 48 jam setelah kontraksi hilang.
Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10
mg) setiap 8 jam setelah makan.
Progesteron
Progesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksi
alpha-hi.drax-ffirogesterone caproate menurunkan
persalinan pretern berulang. Dosis 250 mg (1 mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu
kehamilan atau sampai persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu
kehamilan.
Pemberian Steroid
Betametason merupakan obat terpilih, diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat
Apabila tidak terdapat betametason, dapat diberikan deksametason dengan dosis 2 x 5 mg intramuskuler per hari selama 2 hari.
Antibiotika
•Pemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidak dianjurkan karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan.
•Pada ibu dengan ancaman persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin ( 2 x 300 mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg sehari selama 7 hari). atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan bermanfaat bila diberikan pada usia kehamilan minggu.
Manajemen Persalinan Preterm
Konfirmasi persalinan Preterm
Kehamilan <34 mgg : Tokolitik + Kortikosteroid + Obs HIS & BJJ
≥ 34 mgg: Observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
Merencanakan persalinan preterm yang aman dan dengan trauma minimal
Mempersiapkan perawatan neonatal intensif bayi prematur
Pencegahan
Pencegahan primer sebelum pembuahan dan selama kehamilan
Memberikan pendidikan : kepada semua wanita usia reproduksi diberikan pendidikan mengenai faktor – faktor resiko persalinan preterm. Mengkonsumsi suplemen nutrisi Menghentikan konsumsi rokokMelakukan asuhna prenatal.Melakukan perawatan periodontal.
Pencegahan sekunder
Modifikasi aktivitas ibu (tirah baring, pembatasan aktifitas kerja, tidak berhubungan seksual selama kehamilan).Pemberian sumplemen nutrisiPeningkatan perawatanbagi wanita yang beresikoPemberian progesteron.
Partus prematurus atau persalinan prematur merupakan dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama haid terakhir.
Pengenalan faktor resiko dan identifikasi penyebab terjadinya persalinan preterm adalah penting dalam upaya pencegahan terhadap terjadinya persalinan preterm yang dapat dijelaskan kepada ibu hamil melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.
Intervensi medik yang dilakukan adalah pemberian tokolisis, kortikosteroid, dan antibiotik.
Kesimpulan
Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC Cubinont, H. 2011. Prevention of PretermLabour: 2011 Update on Tocolysis.Saint-luc University
Hospital : Hindawi Publishing Corporation. Journal of Pregnancy. Franklin H. Epstein. 2000. Intrauterine infection and Preterm Delivery. The New England Journal of Medicine . Goldenberg, Robert L. 2008. Epidemiology dan Causes of Preterm Birth.http://www.thelancet-
epidemiology-preterm-birt-pdf. Louis J. 2010. The Enigma of Spontaneus Preterm Birth. The New England Journal of Medicine.
http://nejm0904308-spontaenus-preterm-birtf-pdf. Nejad, Vida. 2008. The Association of Bacterial Vaginosis and Preterm Labor. Department of
Obstetrics and Gynaecology, Kerman University of Medical Sciences and Health Services, Kerman, Iran.http://1338 bacterial-vaginosis-nejm pdf.
Novalia, Rima. 2010. Persalian Preterm. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. http:// 97539577/Persalinan-Preterm.
Oxorn, Harry. 2010. Human Labor dan Birth. 1343405.Oxorn_Foote_Human_Labor_and_Birthhttp://
P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional. Bandung : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Ed. Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka. hlm. 667-76. Sastrawinata, S. R. 1981. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset. Sastrawinata, S. R. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman. Supomo. 1985. Ilmu Kebidanan. Palembang: Universitas Sriwiya.
Daftar Pustaka
Top Related