Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
385
PERKEMBANGAN KESETARAAN GENDER
DI NEGARA – NEGARA ARAB
Annisa Malinda Natasya Hagk dan Umi Najihah Kholilah
Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Sampai saat ini kesetaraan gender di negara - negara Arab masih
menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Kesetaraan gender adalah
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia. Dalam makalah ini penulis memfokuskan
pada perkembangan kesetaraan gender di negara – negara Arab. Sebagaimana
hasil dari beberapa survey yang menyatakan bahwasannya kebanyakan negara
Arab menempati posisi terendah dalam hal kesetaraan gender. Itu artinya
perempuan belum mendapatkan kesetaraan dalam memperoleh hak – haknya.
KATA KUNCI: Perkembangan, gender, perempuan
Sampai abad ke 20 ini, kesetaraan gender masih terus di perjuangkan oleh
banyak perempuan di seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara Arab.
Karena negara-negara Arab masih menempati posisi terendah dalam hal
kesetaraan gender. Gender masih diperbincangkan sampai sekarang karena gender
telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang
aktivitas yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Adat istiadat dan budaya di negara-negara arab berperan penting dalam
terjadinya kesetaraan gender, yang mana disana laki-laki menjadi sentral
kehidupan dan perempuan selalu menjadi yang terbelakang. Hal ini menunjukkan
tidak adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan disana. Sudah banyak
perempuan yang sadar akan kesetaraan gender dan menuntut akan hak-hak
mereka yang telah hilang.
Dalam hal pendidikan, perkembangan kesetaraan gender dalam bidang ini
perlu mendapatkan sorotan karena perbandingan partisipasi perempuan dalam hal
tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara – negara yang lain.
Bukan hanya dalam bidang pendidikan, sorotan yang terkait dengan kesetaraan
gender juga terjadi dalam bidang pekerjaan, dimana perempuan tidak
mendapatkan akses luas untuk berpartisipasi di dalamnya.
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
386 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Konsep gender menjadi persoalan yang dapat menimbulkan pro dan kontra
baik di kalangan masyarakat, akademisi, maupun pemerintahan sejak dahulu dan
bahkan sampai sekarang. gender diartikan sebagai arti sosial yang diberikan
kepada perbedaan jenis kelamin (Luhulima, 2014 : 46). Maka pada umumnya
gender dapat di pahami sebagai pengertian yang mengacu pada atribut sosial dan
kesempatan (akses) yang berkaitan antara laki-laki dan perempuan. hal ini
mempengaruhi pembagian sumber daya, kesempatan bekerja, keterlibatan dalam
politik, tanggung jawab, pembagian kekayaan dan pengambilan keputusan dalam
sebuah keluarga atau dalam kehidupan sosial. Meskipun banyak variasi lainya
yang terjadi bebagai belahan dunia, tetapi hubungan gender di seluruh dunia
mencerminkan ketidak seimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya kesetaraan gender
ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan
dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas
pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan
(Rani Pratiwi Dyah Susanti, 2012).
Isu gender akan muncul jika suatu kelompok masyarakat menyadari dan
merasa ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan adalah salah, tidak dapat
diterima, dan tidak adil. Hal ini menjadi sebuah masalah yang patut untuk di
tindak lanjuti apabila masyarjakat merasakan kesenjangan gender yang cukup
besar. Pada umumnya sebagian masyarakat merasa tidak nyaman saat mendengar
kata ‟gender‟.Sehingga masalah gender dapat dikatakan adalah sebuah masalah
yang sangat sensitif untuk di perbincangkan.
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
387
FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KESETARAAN
GENDER
Adapun beberapa indikator kesetaraan gender adalah sebagai berikut:
a) Akses
Yang dimaksud dengan aspek akses adalah peluang atau kesempatan dalam
memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu. Mempertimbangkan
bagaimana memperoleh akses yang adil dan setara antara perempuan dan
laki-laki, anak perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya yang akan
dibuat. Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi guru adalah akses
memperoleh beasiswa melanjutkan pendidikan untuk guru perempuan dan
laki-laki diberikan secara adil dan setara atau tidak.
b) Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang atau
kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. Dalam hal
ini guru perempuan dan lakilaki apakah memiliki peran yang sama dalam
pengambilan keputusan di sekolah atau tidak.
c) Kontrol
Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil
keputusan.Dalam hal ini apakah pemegang jabatan sekolah sebagai
pengambil keputusan didominasi oleh gender tertentu atau tidak.
d) Manfaat
Manfaat adalah kegunaan yang dapat dinikmati secara optimal. Keputusan
yang diambil oleh sekolah memberikan manfaat yang adil dan setara bagi
perempuan dan laki-laki atau tidak.
Banyak kelompok-kelompok yang bertujuan untuk menyeimbangkan hak
perempuan yang selama ini ditindas. Salah satunya gerakan sosial yang
dinamakan “gerakan feminisme”. Gerakan tersebut bertujuan untuk mendobrak
nilai nilai lama (patriarkal) yang sudah mendarah daging di dalam diri dan tradisi
masyarakat (Herien Puspitawati. 2013). Gerakan feminism sangat menentang
budaya patriarki. Budaya dalam keluarga inilah yang menjadi slah satu sebab
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
388 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
adalah ketidka setaraan gender. Yang mana laki-laki mendapatkan hak dan
kekuasaan lebih banyak dari pada perempuan.
Gender juga menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat karena yang
disebabkan oleh beberapa faktor (Herien Puspitawati, 2012):
1. Adanya perbedaan dalam mengartikan arti gender secara sosial yang
akhirnya menimbulkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan
dalam suatu masyarakat.
2. Perbedaan gender yang telah melekat dalam pandangan masyarakat luas,
terkadang menjadikan mereka lupa bahwasanya hal itu adalah suatu hal
yang permanen sebagaimana permanennya ciri-ciri biologis yang dimiliki
oleh laki-laki dan perempuan sejak lahir.
3. Perbedaan gender telah melahirkan beberapa perbedaan dari segi peran,
sifat, dan fungsi antara laki-laki dan perempuan.
4. Anggapan masyarakat akan sikap perempuan yang feminin dan laki-laki
yang maskulin bukanlah sesuatu yang mutlak yang dimiliki oleh laki-laki
dan perempuan.
5. Kesenjangan gender yang telah melekat dalam diri masyarakat dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
6. Adanya 2 konsep yang menyebabkan terjadinya perbedaan gender yaitu
konsep nature dan nurture
7.
PERKEMBANGAN KESETARAAN GENDER DI NEGARA – NEGARA
ARAB
Dunia Arab secara historis merupakan budaya yang didominasi oleh laki-
laki, di mana laki-laki memiliki hak yang jauh lebih tinggi dari pada perempuan.
Akibatnya, kesetaraan di negara arab sangat tidak seimbang. Tidak sedikit dari
laki-laki yang menyalah gunakan hak-hak tersebut dan diskriminasi perempuan.
Tapi sekarang sudah ada sebagian negara arab yang bekerja keras untuk manjamin
hak perempuan terutama pada hal-hal yang bersifat pribadi (Madiha Elsafty,
2005).
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
389
Banyak faktor yang mempengaruhi ketidak setaraan gender di dunia arab,
salah satunya adalah budaya patriarki yang telah melekat dalam diri individu
masyarakat disana. Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki – laki
sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran
kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial, dan penguasaan properti. Dalam
domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan,
anak–anak, harta benda, dan menjamin kesejahteraan material keluarganya.
Sistem sosial patriarki ini menjadikan laki–laki memiliki keistimewaan yang lebih
jika dibandingkan dengan wanita.
Sudah lebih dari satu abad lamanya perempuan di berbagai negara arab
(timur tengah dan afrika utara) berusaha melakukan penentangan baik terhadap
otoritas di negara mereka maupun ideologi gender yang lebih cenderung menindas
kaum perempuan. sehingga lahirlah gerakan “Feminism Mesir Huda Sha’rawi”
dan “The Egyptian Feminst Union” (Nadje Al-Ali, 2016). Dan sejak pergantian
abad ke dua puluh lahirnya banyak aktivis perempuan yang berjuang di banyak
front publik untuk melawan pembatas hukum dan politik, melawan penduduk
kolonial dan melawan budaya patriarkal yang konservatif. Selain itu juga gerakan-
gerakan feminsm bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan buta huruf yang
dialami perempuan, meningkatkan kesadaran perempuan terhadap pendidikan,
pekerjaan dan kesehatan. Perjuangan yang telah diselenggarakan banyak
kelompok feminism tidak sia-sia, karena sekarang sudah banyak mayarakat dan
pemerintah di negara-negara arab yang mendukung adanya kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan walaupun tidak dipungkiri jika ada juga yang
masih menentangnya.
Survei yang dilalukan oleh Indeks Gap Gender Global, menyatakan
bahwasanya Tunisia menjadi salah satu negara terbaik di Timur Tengah dan
Afrika Utara dalam kesetaraan gender, tepatnya pada peringkat ke 117 dari 144
negara yang di survei. Uni Emirat Arab di peringkat ke 120, Bahrain di peringkat
ke 126, Aljazair di peringkat ke 127, Mesir di peringkat ke 134, Maroko di
peringkat ke 136, Lebanon di peringkat ke 137, Arab Saudi di peringkat ke 138.
dari data tersebut dapat dilihat bahwa wilayah MENA menempati urutan terendah
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
390 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
pada indeks rata-rata kesenjangan gender sebesar 40 persen.). Berdasarkan survey
tersebut dapat dilihat bahwa negara – negara Arab terutama negara Timur Tengah
dan Afrika Utara berada pada tingkat terendah dalam hal kesetaraan gender.
PERKEMBANGAN KESETARAAN GENDER DALAM BIDANG
PENDIDIKAN
Pada masa penjajahan, kemajuan dalam bidang pendidikan di dunia Arab
sangatlah lambat dan terbatas. Seperti yang terjadi Tunisia dan Aljazair, tingkat
buta huruf di kalangan perempuan sangat tinggi. Di Tunisia, angka buta huruf
pada wanita mencapai 96% pada tahun 1956, sedangkan di Aljazair mencapai
lebih dari 90% pada tahun 1962(Al-Qazzat, Ayad. 1980). Tapi pada akhirnya para
pemerintah dan masyarakat berpikiran bahwa ternyata pendidikan perempuan itu
merupakan slah satu sarana penting untuk memajukan suatu negara. Sehingga
terjadi peningkatan alokasi dana dalam bidang pendidikan di hampir seluruh
negara arab sampai 30% dari anggaran publik. Yaitu yang awalnya $ 976 juta di
tahun 1965 menjadi $ 1,6 miliar pada tahun 1970 dan menjadi $ 8 miliar pada
tahun 1975. Dan meningkat kembali menjadi 36%.
Berbeda dengan masa penjajahan, pada masa kemerdekaan politik dan
emansipasi dari dominasi asing. mendorong pada peningkatan jumlah pendaftar
dari kalangan perempuan dari sekitar 30% menjadi 36%. Namun, meski demikian
peluang pendidikan bagi wanita masih terbatas jika dibandingkan dengan laki –
laki.Pada tahun 1978 Kuwait, Libya, Qatar, dan Uni Emirat Arab yang memiliki
penghasilan minyak terbesar yang lebih mampu memberikan biaya yang lebih
besar untuk memperluas fasilitas pendidikan di daerahnya.
Negara Presentasi di atas 15 tahun Hasil penggabungan 3 tingkatan
Female Male Female Male
Bahrain 82.2 90.5 83 77
Kuwait 79.4 84.0 61 57
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
391
Qatar 82.6 80.1 75 75
Jamahiriya Arab
Libya
66.9 90.2 92 92
Lebanon 79,8 91.8 81 76
Arab Saudi 65,9 83.5 60 62
Oman 59,6 79.1 56 59
Tunisia 59.3 80.4 72 75
Yordania 83.4 94.5 57 53
Republik Syiria 59.3 87.7 61 65
Aljazair 55.7 77.4 69 75
Mesir 42.8 66.1 72 80
Maroko 35.1 61.1 46 58
Yaman 23.9 66.6 29 72
Sudan 44.9 68.9 31 36
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia UNDP 2001
Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwasannya rata-rata tingkat melek huruf laki – laki
lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. Kecuali yang terjadi di negara Qatar, di sana
tingkat melek huruf perempuan yang diatas 15 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-
laki, dan pada gabungan dari tiga tingkatan terlihat bahwa jumlah presentase sama. Dan dari data
tersebut dapat dilihat juga bahwa selisih rasio tingkat melek huruf untuk laki – laki dan perempuan
di dunia Arab tidaklah jauh. Kecuali di negara Yaman.
Karena hampir seluruh masyarakat arab menerapkan budaya patriarkal,
menjadikan para perempuan susah untuk mendapatkan pendidikan yang setara
dengan laki-laki. Tidak heran jika terjadi tingginya presentase buta huruf pada
perempuan di negara-negara arab. Mereka beranggapan bahwa perempuan
nantinya tidak akan bekerja diluar rumah.Mereka akan mengikuti suaminya saat
menikah nanti dan akan mengurus rumah. Sehingga tidak sedikit keluarga ataupun
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
392 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
laki-laki yang beranggapan perempuan sebaiknya diajarkan cara mengurus rumah
dibandingkan pergi kesekolah. Rata-rata perempuan bersekolah hanya sampai
tingkat primer saja.
Tingkatan pendidikan yang terdapat di negara – negara Arab terdiri dari 3:
1. Primer : setara dengan tingkat SD - SMP di Indonesia
2. Sekunder : setara dengan tingkat SMA di Indonesia
3. Tersier : setara dengan tingkat universitas di Indonesia
Rata- rata pendaftaran pada tingkat primer secara keseluruhan meningkat
sebanyak dua kali lipat, dan tiga kali lipat di Oman, Qatar, Uni Emirat Arab,
Djibouti dan empat kali lipat di Arab Saudi, Libya dan Yaman selatan. sedangkan
pendaftar perempuan pada tingkat primer meningkat di seluruh negara arab pada
tahun 1975.Daerah dengan penghasilan minyak terbesar lah yang dapat
memperluas fasilitas pendidikan negaranya, sedangkan bagi negara dengan
penghasilan minyak yang tidak seberapa seperti pada negara yaman memiliki
pendaftar perempuan terendah dari negara-negara lainya.
Dan pada tingkat kedua atau yang disebut tingkat sekunder mengalami
peningkatan dari tingkat sebelumnya yaitu sebanyak tiga kali lipat di Irak, dan
delapan kali lipat di Qatar. Qatar menjadi salah satu negara dengan peningkatan
pendaftaran perempuan terbanyak, dari yang awalnya 18% meningkta menjadi
46%.
Sedangkan pada tingkat ketiga atau tersier tidak terlalu terlihat
peningkatannya. Dikarenakan pada saat itu masih ada beberapa negara arab yang
belum memiliki pendidikan tinggi di negaranya. tetapi lambat laun sebagian dari
negara arab telah berusahan untuk mengembangkan sistem perguruan tinggi
mereka sendiri. Dan sampailah pada titik dimana perempuan yang mendaftar pada
perguruan tinggi melonjak tinggi megalahkan pendaftar laki-laki. Rasio jumlah
perempuan yang mendaftar pada tingkat tersier mencapai 108 persen. Di Qatar
767 persen dan di tunisia 159 persen pada tahun 2015 (Maysa Jalbout, 2015).
Pada akhirnya, saat ini perempuan sudah mendapatkan sebagian hak mereka
dalam pendidikan, walaupun tidak semua berjalan dengan baik karena masih ada
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
393
beberapa kelompok masyarakat yang masih mengedepankan budaya patrialkal
yang menjadi salah satu dari beberapa alasan terhambatnya perempuan
mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki.
PERKEMBANGAN KESETARAAN GENDER DALAM BIDANG
PEKERJAAN
Negara-negara di timur tengah dan afrika utara memiliki tingkat terendah
di dunia dalam partisipasi perempuan dalam bidang pekerjaan pada tahun 2003
(Awatif Abdul Hamid, 2004). Penyebabnya tidak lepas karena budaya patriarkal
yang masih melekat pada masyarakatnya. Mereka menganggap laki-laki yang
lebih pantas untuk bekerja diluar rumah karena laki-laki adalah pencari nafkah
utama di dalam keluarga. Sehingga banyaknya perempuan yang buta huruf
terutama di pedesaan. Sulit mendapat pendidikan, dan hanya lapangan kerja yang
tersedia pun juga sangat terbatas. Dan tidak sedikit perempuan di pedesaan
bekerja dibidang pertanian.
Bekerja bagi perempuan dianggap dapat menimbulkan banyak efek negatif
bagi keluarga dan masyarakat. Tetapi ternyata tidak sedikit dari perempuan yang
bekerja bukan didasari untuk menyaingi laki-laki, melainkan karena tuntutan
keluarga mereka yang kurang mampu. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
organisasi ilmu pengetahuan dan teknologi arab tentang pekerjaan perempuan
menyatakan bahwa sebagian besar perempuan bekerja di sektor informal seperti
produksi dalam negeri (garmen, pabrik pangan, dan kerajinan,) yang mana
pekerjaan-pekerjaan ini termasuk pada pekerjaan dengan penghasilan terendah.
Tidak semua pekerjaan dapat di akses oleh perempuan bahkan setelah diri nya itu
menjadi lulusan perguruan tinggi.
Sekitar dua pertiga dari perempuan bekerja di sektor pertanian dan sisanya
bekerja di profesi seperti kedokteran, pendidikan, manajemen. Dan beberapa
pekerjaan yang didominasi oleh perempuan seperti perawatan sebanyak 68% dan
pelayanan sosial sebanyak 40% dan untuk pekerja pabrik sebanyak 60%. Tidak
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
394 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
sedikit dari perempuan lulusan perguruan tinggi yang akhirnya menjadi ibu rumah
tangga. Dan hampir tidak ada permpuan yang berkontribusi dalam militer.
Tetapi kontribusi perempuan dalam bidang pekerjaan sudah semakin
berekembang sesuai dengan berkembangnya zaman dan adanya kesetaraan
gender. Dalam studi pria dan persamaan gender di timur tengah dan afrika utara
(mena), mereka mengajukan beberapa pertanyaan kepada 10.000 pria dan wanita
di Mesir, Maroko, Lebanon dan Palestina. Sebagian pria menyatakan bahwa
mereka merasa tertekan akan tuntutan finansial yang harus mereka penuhi dalam
keluarga, mereka merasa stress dan malu jika tidak memiliki cukup pekerjaan.
Karena sesuai dengan tradisi mereka yang mana laki-laki adalah pencari nafkah
utama. sehingga tidak sedikit laki-laki yang menyetujui perempuan untuk bekerja
setelah menikah. Dengan syarat mereka tetap pencari nafkah utama. mereka tidak
keberatan memiliki rekan kerja perempuan, tetapi merasa tidak nyaman jika
memiliki bos perempuan. menurut penelitian 2017, Mesir menjadi negara
terendah dalam partisipasi perempuan dalam ketenaga kerjaan.
Di Maroko, sebagian laki-laki disana mengalami krisis maskulinitas
karena undang-undang baru dalam kesetaraan gender yang memberikan banyak
kebebasan pada perempuan (Bianca Britton, 2017). mereka merasa tidak
diperlukan lagi dan takut tidak dihargai lagi jika perempuan mendapatkan
penghasilan yang sama atau bahkan lebih dari mereka.
Beberapa alasan perempuan tidak dapat bekerja walaupun telah lulus dari
perguruan tinggi disebabkan oleh banyak faktor,diantaranya adalah kurangnya
lapangan kerja bagi perempuan, karena mereka hanya dapat bekerja di beberapa
instansi saja, banyak dari mereka yang bekerja di sektor puklik karena jam kerja
yang lebih sedikit. Keluarga bahkan menjadi alasan bagi perempuan untuk tidak
bekerja, karena sulitnya menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, banyak
perusahaan-perusahaan yang enggan untuk meneriman pegawai perempuan
karena alasan ini.
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
395
KESIMPULAN
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia. Berdasarkan
beberapa survey, negara-negara Arab masih menempati posisi terendah dalam hal
kesetaraan gender. Partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan dan
ketenagakerjaan masih sangat terbatas. Tetapi seiring kesadaran perempuan akan
kesetaraan gender, mereka mulai memperjuangkan hak-hak yang seharusnya
mereka dapatkan baik dalam hal pendidikan maupun pekerjaan.Sehingga saat ini
partisipasi perempuan dalam kedua bidang tersebut sudah mengalami
peningkatan. Perempuan sudah bisa menempuh pendidikan sampai ke perguruan
tinggi dan mereka juga bisa berpartisipasi dalam berbagai macam pekerajaan, baik
swasta maupun negri.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Ali, Nadje. 2016. Gender dan Masyarakat Sipil di Timur Tengah. http://ic-
mes.org/culture/jurnal-gender-dan-masyarakat-sipil-di-timur-tengah/.
Diakses 06 april 2018
Briton, Bianca. 2017. UN gender equality report gives insight into Arab male
identity. https://edition.cnn.com/2017/05/09/middleeast/gender-equality-study-
mena/index.html. Diakses 01 maret 2018
ElSafty , Madiha. 2005. Gender Inequalities in The Arab World Religion, Law, or
Culture?.
http://www.juragentium.org/topics/islam/mw/en/elsafty.htm. Diakses 02 maret 2018
Hamid, Awatif Abdul. 2004. عمل المرأة العربية إشكالية مزمنة رغم الاقرار بالمساواة الواقع
.www.m.ahewar.org/s.asp?aid=22300&r=0. Diakses 07 April 2018 ,شيءآخر
Jalbout, Maysa. 2015.Unlocking the potential of educated Arab Women.
http://www.brookings.edu/blog/education-plus-development/2015/03/12/unlocking-the-
potential-of-educated-arab-women/amp/. Diakses 28 februari 2018
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
396 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Luluhima, Achie Sudiarti. 2014. Menegakkan Hak Asasi Perempuan. Jakarta.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Puspitawati, Herien. 2012. Pengenalan Konsep Gender, Kesetaraan dan
Keadilan Gender
https://herienpuspitawati.files.wordpress.com/2015/05/5-pengenalan-
konsep-gender-2012-rev.pdf . Diakses 01 april 2018
Puspitawati, Herien. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender
http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gender.pdf . Diakses 01
april 2018
Susanti, Rani Pratiwi Dyah. 2012. Pengaruh Sikap Kesetaraan Gender Guru
Terhadap Perilaku Pengimplementasian Kebijakan Pengarusutamaan
Gender (pug) di Sekolah Menengah Pertama se-kecamatan Kutoarjo
http://eprints.uny.ac.id/9812/2/BAB%202%20-%2008110241024.pdf.
Diakses 01 april 2018
Top Related