Paper Penelitian
Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian
selama periode 2000 - 2010 di Provinsi Sumatera
Selatan
Disusun Oleh
Siectio Dicko Pratama (09.6133)
3SE3
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
JAKARTA TIMUR
2012
Perkembangan Kegiatan Usaha Perkoperasian
selama periode 2000 - 2010 di Provinsi Sumatera
Selatan
Pendahuluan
Koperasi sebagai badan usaha melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan memiliki peranan yang cukup penting dalam perkembangan
perekonomian Indonesia. (UU no 25 tahun 1992)
Sejalan dengan yang telah direncanakan pada masa lalu dalam Pembangunan
Lima Tahun V (Pelita V) yang menyebutkan “Dalam rangka mewujudkan demokrasi
ekonomi, koperasi harus makin dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya
serta dibina dan dikelola secara efisien. Dalam rangka meningkatkan peranan
koperasi dalam kehidupan ekonomi nasional, koperasi perlu dimasyarakatkan agar
dapat tumbuh dan berkembang sebagai gerakan dari masyarakat sendiri. Koperasi
di bidang produksi, konsumsi, pemasaran dan jasa perlu terus didorong, serta
dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya agar makin mandiri dan mampu
menjadi pelaku utama dalam kehidupan ekonomi masyarakat.” Hal ini menunjukkan
akan propek yang cukup diharapkan dari koperasi sebagai pilar penting dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Hasil dari Pelita V menunjukkan
perkembangan yang cukup baik dari pertumbuhan koperasi dari segi kualitas dan
kuantitas. Menurut data Ditjen Lembaga Koperasi pada masa Pelita V mencatat
bahwa pertumbuhan jumlah koperasi adalah sebesar 4.33% dengan pertumbuhan
volume usaha sebesar 7.43% dan sisa hasil usaha sebesar 19.31% dengan simpanan
sebesar 44.64%.
Hasil dari pembangunan jangka panjang tahap pertama menyebutkan bahwa
selama 25 tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 6,8 persen per
tahun. Pendapatan per kapita yang pada tahun 1969 baru mencapai US$70 telah
meningkat menjadi sekitar US$700 menjelang akhir PJP I. Hal ini tentunya tidak
lepas dari peran koperasi dimana pada era tersebut, pembangunan kopersi di
Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memuaskan. Pilar-pilar utaama
untuk menopang kemandirian koperasi telah berhasil berdiri dengan dibarengi
perteumbuhan koperasi secara kualitatif dan kuantitaif.
Sejak awal kelahirannya, koperasi diharapkan menjadi soko guru perekonomian
Indonesia. Pola pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan partisipasi
setiap anggota dan pembagian hasil usaha yang cukup adil menjadikan koperasi
sebagai harapan perngembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah
dan berbagai lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur di tanah air.
Akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan
dan dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap
perkembangannya.
Menurut Merza (2006), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu
upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan
dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa
koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan
koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih
sangat besar.
Menurut Adi Sasono (2011), Sumatera Selatan yang kaya akan sumber daya
alam dan tanah yang lebih luas daripada masyarakat jawa namun memiliki
pertumbuhan koperasi yang minim. Yohanes (2011) juga mengatakan bahwa
pertumbuhan koperasi di kota Palembang sangat minim yaitu hanya sekitar 1 persen
yang menunjukkan rendahnya minat masyarakat terhadap koperasi padahal koperasi
ini dapat menggerakkan potensi ekonomi terutama di kalangan bawah seperti petani
dan pedagang kecil.
Berdasarkan data BPS provinsi Sumatera Selatan, rata-rata pendapatannya
provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000-2010 sebesar 25 % berasal dari sektor
pertanian menunjukkan bahwa di daerah ini masih banyak yang bekerja sebagai
petani dan pertanian merupakan sektor yang cukup penting kontirubusinya terhadap
PDRB. Tercatat pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai
angka 58.05%.
Mengingat pentingya peran koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional
yang memiliki peran penting pula dalam menggerakkan potensi perekonomian
terutama dikelas bawah mengindikasikan pentingnya untuk menganalisis
perkembangan dan prospek dari koperasi ini di masa depan. Terutama di provinsi
Sumatera Selatan yang merupakan provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA) namun masih minim dari segi pertumbuhan koperasinya. Dengan belajar dari
kejayaan koperasi dimasa lalu dan keterbatasan serta kesulitan pengembangannya
dimasa sekarang, paper ini mencoba untuk mengidentifikasi perkembangan usaha
koperasi di provinsi Sumatera Selatan dengan memetakannya kedalam bentuk analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread) demi memudahkan dalam
menyusun kebijakan yang dapat memajukan koperasi di provinsi Sumatera Selatan.
Kajian Pustaka
Definisi Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha
koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya
penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru
perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan
organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi
memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas,
dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota,
maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip
koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
Prinsip Koperasi
Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan
pada pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan
prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip koperasi.
Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis
Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang
dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing
anggota
Modal diberi balas jasa secara terbatas.
Koperasi bersifat mandiri
Fungsi dan Peran Koperasi
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan
peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini.
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial
2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi
Batasan Penelitian
1). Anggota Koperasi adalah seseorang atau Badan Hukum Koperasi yang telah
memenuhi semua persyaratan keanggotaan sebagaimana diatur dalam anggaran
dasar dan atau anggaran rumah tangga koperasi dan telah terdaftar dalam buku
daftar anggota koperasi yang bersangkutan.
2). Rapat Anggota Tahunan (RAT) adalah forum pengambilan keputusan tertinggi
dalam koperasi yang dihadiri oleh anggota koperasi dan keputusannya harus
dilaksanakan oleh Pengurus, Pengawas, Pengelola/Manager dan atau anggota
koperasi.
3). Manager adalah orang yang di angkat oleh pengurus untuk mengelola usaha
koperasi
4). Karyawan adalah orang yang dipekerjakan koperasi baik dalam menangani
organisasi maupun usaha dan mendapatkan gaji dari koperasi.
5). Modal Sendiri/Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan
simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan
(hibah), cadangan dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.
6). Modal Sendiri/Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan
simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan
(hibah), cadangan dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.
7). Volume Usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang/jasa koperasi
pada tahun buku yang bersangkutan.
8). Sisa hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan, dan kewajiban lainnya
termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan;.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Koperasi
Menurut Soedirman (2006 : 2), menyebutkan permasalahan yang merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha koperasi yang meliputi faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Partisipasi Anggota
Partisipasi merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan atau
perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan
menyatakan bahwa partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau
menunjukkan peran serta (keikutsertaan) seseorang atau kelompok orang
dalam aktivitas tertentu, sedangkan partisipasi anggota dalam koperasi
berarti mengikutsertakan anggota koperasi itu dalam kegiatan operasional
dan pencapaian tujuan bersama. (Hendar dan Kusnadi , 2005 : 91)
b. Solidaritas Antar Anggota Koperasi
Berkoperasi juga dimaknai sebagai upaya membangun ikatan solidaritas
antar anggota, karena dengan ikatan ekonomi, ikatan solidaritas bisa
dibangun secara lebih kongkrit. Ikatan solidaritas ini pada kenyataannya
juga bisa dikembangkan untuk meraih tujuan gerakan yang lebih besar.
(Soedirman , 2006: 4)
c. Skala Usaha
Skala usaha yang belum layak, karena kemampuan pemasaran yang masih
terbatas pada beberapa jenis komoditi sehingga menghasilkan laba yang
sedikit, dan belum terbinanya jaringan dan mata rantai pemasaran prduk
koperasi secara terpadu menyebabkan koperasi sulit untuk berkembang.
Dapat disimpulkan bahwa dengan skala usaha yang kecil yang dilaksanakan
oleh koperasi menyebabkan koperasi sulit untuk berkembang. (Sonny
Sumarsono, 2003:124)
d. Perkembangan Modal
Perkembangan modal dalam koperasi sangat mempengaruhi perkembangan
usaha koperasi karena dengan modal yang cukup besar koperasi dapat
mengembangkan usahanya yang lebih banyak lagi. menyatakan bahwa
apabila koperasi ingin mengembangkan usahanya kepasar global maka
koperasi membutuhkan modal yang banyak, karena di pasar global terdapat
resiko bisnis yang cukup tinggi. (Soedirman ,2006 : 3)
e. Jumlah dan Kualitas Sumber Daya Manusia Para Pengurus dan Manajer
koperasi umumnya dikelola oleh tim manajemen dengan status pendidikan
yang tidak begitu tinggi, sehingga kemampuan manajerialnya juga kurang
memadai.Apalagi pelatihan esbagai media penambah wawasan dan
kemampuan manajerialnya belum tersedia secara optimal. Kualitas sumber
daya koperasi merupakan suatu hal penting dalam perkembangan koperasi
secara keseluruhan. ( Soedirman , 2006 : 3)
f. Sistem manejemen
Sistem manejemen yang baik adalah faktor yang paling penting untuk
suksesnya koperasi. Dalam menerapkan manejemen, pengurus mempunyai
tanggung jawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui tanggung
jawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui rencana dan program,
melimpahkan wewenang kepada manajer. (Sonny Sumarsono, 2003:124)
2. Faktor eksternal,
a. Komitmen pemerintah untuk menempatkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian nasional.
Hal ini ditunjukkan dengan dikuasainya sebagian besar asset usaha nasional
oleh sebagian kecil kelompok usaha besar. Jadi dengan adanya kebijakan
pemerintah disini koperasi masih dapat perhatian yang kecil. Sedangkan
UKM ataupun koperasi memberikan omzet yang cukup besar dibanding
dengan usaha swasta. ( Soedirman , 2006 : 2)
b. Sistem prasarana, pelayanan, pendidikan dan penyuluhan
Pengetahuan anggota koperasi terhadap makna dan hakekat koperasi,
manfaat koperasi, hak dan kewajiban anggota di dalam berkoperasi belum
sepenuhnya dapat dikatakan baik. Pelatihan dan penyuluhan anggota untuk
meningkatkan kualitas sumber daya insani anggota, meningkatkan
kemampuan manajerial. Kualitas dan ketrampilan yang dimiliki anggota
koperasi itu sangat penting. Karena dengan meningkatkan ketrampilan
dapat menghasilkan produk yang berdaya saing dan dapat memajukan
koperasi. ( Soedirman , 2006 : 2)
c. Iklim pendukung perkembangan koperasi
Suasana (iklim) untuk suburnya pertumbuhan koperasi tidak dapat datang
begitu saja. Untuk itu pemerintah berusaha menciptakan suasana yang
dapat mendorong pertumbuhan koperasi dengan cara mengadakan
koordinasi-koordinasi. Dengan koordinasi-koordinasi tersebut dimaksudkan
agar berbagai pihak yang ada sangkut pautnya dengan pertumbuhan
koperasi dapat dihasilkan pandangannya. (Soedirman , 2006 : 2)
d. Tingkat harga
Tingkat harga yang selalu berubah (naik) menyebabkan pendapatan
penjualan sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha,
justru menciutkan usaha. (Sonny Sumarsono 2003:124)
Dari berbagai definisi dan kajian literatur yang telah dilakukan, maka kerangka pikir
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Metodologi
Sumber Data
Data yang digunakan adalah rekapitulasi data koperasi wilayah Sumatera
Selatan dari tahun 2000-2010 yang berasal dari Departemen Koperasi dan data inflasi
dari Badan Pusat Statistik. (terlampir)
Definisi Operasional Variabel
1. Jumlah koperasi menunjukkan peran dan citra koperasi di masyarakat semakin
baik dan menjadi andalan dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat.
2. Jumlah anggota koprasi menunjukkan bertambahnya kepercayaan masyarakat
untuk mengembangkan usaha mereka melalui koperasi.
3. Jumlah modal sendiri koperasi menunjukan minat yang serius dan sungguh-
sungguh untuk mengembangkan koperasi.
4. Jumlah modal luar koperasi menunjukan tingkat kepercayaan dari pihak ketiga
termasuk lembaga keuangan perbankan dan non perbankan.
5. Volume usaha koperasi mengindikasikan eksistensi koperasi sebagai lembaga
ekonomi andalan masyarakat ditunjukkan dengan kinerja ekonominya yang
mengalami pertumbuhan volume usaha.
6. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi menunjukan kinerja koperasi yang semakin
baik dan maju.
7. Pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) menunjukan semakin sehat dan
tertatanya kelembagaan koperasi.
Perkembangan
Koperasi
Faktor
Internal
- Partisipasi anggota
- Solidaritas Anggota
- Skala usaha
- Perkembangan Modal
- Jumlah & Kualitas
SDM
- Sistem Manajemen
- Jumlah Anggota
- Volume Usaha
- SHU
- Rentabilitas Modal
- Modal Sendiri dan
luar
- RAT
- Jumlah Karyawan n
dan Manajer
Analisis
Deskriptif
Analisis
SWOT
Faktor
Eksternal
- Komitmen
Pemerintah
- Sistem
Prasarana
- Iklim
- Tingkat Harga
- Jumlah
Koperasi
- Jumlah
Koperasi Aktif &
Non-aktif
- Inflasi
8. Rentabilitas Modal (R) merupakan suatu cara untuk mengetahui kemampuan
modal perusahaan dalam menghasilkan laba yang dinyatakan dalam (%). Dalam
hal ini, rentabilitas koperasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan modal
sendiri koperasi untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Untuk
menghitung Rentabilitas modal koperasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sisa Hasil Usaha
Rentabilitas ( R ) = --------------------------- X 100 %
Modal Sendiri
Metode Analisis
1. Analisis Deskriptif
Dalam melihat potensi koperasi ini digunakan analisis deskriptif yaitu
analisis yang analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil
pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini juga digunakan
untuk mendapatkan informasi atau gambaran awal tentang perkembangan
koperasi dari faktor internal dan faktor eksternal untuk kemudian dirumuskan
dalam bentuk analisis SWOT sehingga kita dapat mengetahui potensi koperasi
terlebih dahulu
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan analisis yang biasa digunakan dalam
perencanaan bisnis yang mengandung empat faktor yaitu strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats yang membentuk akronim SWOT. Analisis SWOT
digunakan untuk memetakan dan mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) pada usaha
koperasi. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal
(Strength & Weakness) dan eksternal (Opportunity & Thread) yang mendukung
dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat
diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar
matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang
ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya
bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif Potensi Koperasi di Sumatera Selatan
Partisipasi Anggota
Jumlah anggota di koperasi mengalami fluktuasi di awal tahun dari tahun 2000
– 2005 dan cenderung mulai stabil membentuk tren yang naik pada tahun 2005.
Meskipun pada tahun 2004 partisipasi anggota koperasi ini sangat besar yang berarti
anggota yang ikut serta dalam kegiatan operasional koperasi itu banyak, namun
kestabilan yang dimulai dari tahun 2005 dengan kecenderungan untuk naik dapat
menandakan bahwa dimasa depan partisipasi anggota koperasi akan terus naik
sehingga tercapainya tujuan bersama akan lebih bisa terwujud. Sedikit penurunan
ditahun 2010 membuat partisipasi anggota ini perlu diwaspadai dengan fenomena
fluktuasi yang terjadi dimasa lalu . (Gambar 1)
Jumlah Karyawan dan Manajer
Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah manager yang ada dikoperasi sangat
minim yang jika dirata-ratakan menandakan bahwa diantara 5 koperasi terdapat 1
manager dimana rata-rata karyawan per koperasi adalah 3 orang. Dalam lingkup
makro, kita ketahui bahwa pertumbuhan jumlah manager cenderung sama dengan
pertumbuhan jumlah koperasi. Ini berarti keberhadiran manager dalam sebuah
koperasi sudah menjadi perhatian yang cukup baik dalam memperbaiki sistem
manajeman. Begitu juga dengan jumlah karyawan yang mulai bertambah dari tahun
2006 menunjukkan ada prospek yang baik dalam pengembangan koperasi di Sumatera
Selatan ini. (Gambar 2)
Sistem Manajemen
Penurunan jumlah RAT (Rapat Anggota Tahunan) dari tahun 2001 ke tahun
2003 dimana yang paling drastis terjadi di tahun 2003 ini mungkin disebabkan juga
karena penurunan jumlah karyawan yang juga cukup signifikan bahkan mengalahi
jumlah koperasi pada saat itu. Namun peningkatan kembali setelah itu juga
menandakan kembali tertatanya kelembagaan dengan baik dari tahun 2003
menandakan sistim manajemen yang mulai membaik meskipun sedikit menurun di
akhir. (Gambar 3)
Perkembangan Modal
Perkembangan modal sendiri yang terus menaik dari tahun 2000-2007
menandakan bahwa kesungguhan anggota koperasi dalam memajukan koperasi benar-
benar terlihat dan terbangun. Sedikit penurunan pada rentang tahun 2009-2010
merupakan hal yang perlu diperhatikan penyebabnya agar tidak menjadi batu ganjalan
kemajuan koperasi. (gambar 4)
Perkembangan modal luar menunjukkan perkembangan yang terus menaik dan
penurunan drastis pada tahun 2007-2008. Ini berarti kepercayaan pihak ketiga
terhadap koperasi merosot tajam dan kemudian membaik setelah tahun 2008.
Kehilangan kepercayaan yang drastis ini merupakan hal yang patut untuk diperhatikan
dan dievaluasi sedemikian rupa agar kepercayaan terhadap koperasi yang sedang
dibangun kembali pulih. (gambar 5)
Skala Usaha
Volume Usaha yang terus meningkat dari tahun 2000 dengan hanya sedikit
penurunan yang tidak terlalu signifikan menandakan skala usaha koperasi ini juga
semakin meluas. Eksistensi lembaga koperasi sebagai lembaga andalan masyarakat
dalam perekonomian sudah terlihat dengan peningkatan volume usaha ini yang juga
berarti kinerja ekonominya juga semakin membaik. (gambar 6)
Seiring dengan pertumbuhan volume usaha, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi
juga semakin meningkat dengan peningkatan yang diikuti penurunan paling tajam
ialah pada rentang tahun 2007-2009. Terjadi gejolak perubahan SHU yang cukup
besar disana dan kembali stabil ditahun 2010 yang cenderung mengikuti tren sebelum
tahun 2007. (gambar 7)
Kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan SHU yang digambarkan
dengan persentase pada gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari
tahun 2001-2003. Setelah itu, kemampuannya kembali meningkat dengan rata-rata
peningkatan 11.69% sampai tahun 2007 dimana setelah itu terjadi peningkatan yang
tajam yaitu pada tahun 2008 yang juga disebabkan karena faktor SHU yang tinggi
saat itu. Rentabilitas kembali stabil ditahun 2009 dan meningkat samapi ke angka
12.69 % ditahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 12.69% dari modal
sendiri ini dapat menghasilkan SHU. (gambar 8) Dengan demikian, ini berarti skala
usaha koperasi di Sumatera Selatan juga semakin membaik.
Jumlah Koperasi
Perkembangan jumlah koperasi yang terus menaik merupakan hal yang menjadi
pertanda baik karena ini menandakan peran dan citra koperasi didalam masyarakat
juga semakin baik. Terlihat pada dari tahun 2000-2009, pertumbuhan koperasi
memiliki tren yang menaik (gambar 9). Kenaikan ini dapat menunjukkan peran
pemerintah dalam membangun iklim yang baik dalam pengembangan koperasi yang
juga ditunjukkan dengan kebijakan menyehatkan beberapa koperasi yang sakit
ditahun 2010. Namun kenaikan jumlah koperasi ini dibarengi dengan jumlah koperasi
non-aktif yang semakin meningkat sebesar 27% diakhir tahun (gambar 10). Data ini
dapat saja mengindikasikan adanya sedikit bentuk kegagalan dalam melaksanakan
usaha koperasi yang bisa saja disebabkan karena kekurangpercayaan ataupun kurang
adanya solidaritas antar anggota. Selain itu, sistem prasarana, pelayanan dan
penyuluhan kepada anggota koperasi yang minim juga dapat menjadi faktor
kegagalan dalam menjalankan usaha koperasi.
Tingkat Harga
Tingkat Harga yang digambarkan dengan IHK tentunya selalu meningkat setiap
tahunnya sehingga untuk melihat perubahan harga kita dapat menggunakan inflasi.
Data inflasi pada gambar 11 menunjukkan fluktuasi yang berkesinambungan. Rata-
rata fluktuasi inflasi yang terjadi juga cukup tinggi yaitu hampir mencapai angka 6 %.
Hal ini bukanlah berita baik bagi koperasi karena dapat menciutkan usaha dan juga
kenaikan harga yang berfluktuasi tentunya akan menyulitkan perencanaan sehingga
peluang menciutnya usaha menjadi semakin besar.
Analisis SWOT Koperasi di Sumatera Selatan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan kajian pustaka, didapatkan gambaran
potensi dan prospek koperasi di Sumatera Selatan yang dijelaskan dalam bentuk
matriks SWOT (strenght, weakness, opportunity, weakness) sebagai berikut :
Strength
Terdapat 4 variabel yang menjadi kekuatan dalam koperasi yaitu :
• Skala Usaha yang semakin besar
• Sistem manajemen yang semakin baik
• Modal sendiri yang semakin meningkat
• Jumlah karyawan dan manajer yang terus meningkat
4 hal ini mengindikasikan bahwa koperasi di Sumatera Selatan cukup potensial
dan memiliki prospek yang baik kedepan. Dari sisi skala usaha, terjadi peningkatan
yang terus membesar yang ditunjukkan dari peningkatan volume usaha, sisa hasil
usaha dan rentabilitas modal. Hal ini berarti koperasi memiliki volume usaha yang
besar dengan keuntungan yang semakin besar serta kemampuan menghasilkan laba
dari modal yang juga terus meningkat membuka peluang yang baik untuk terus
berkembang dan memudahkan langkah koperasi untuk terus mengalami kemajuan.
Faktor lain berupa sistem manajemen yang terus membaik dan jumlah karyawan yang
terus meningkat dapat berpotensi meningkatkan kinerja koperasi dalam mencapai
tujuan dan memaksimalkan labanya dan tentunya peningkatan jumlah modal sendiri
yang mengindikasikan kesungguhan anggotanya terhadap koperasi merupakan hal
yang tidak bisa diabaikan untuk terus memajukan koperasi. Karenanya, dengan
memaksimalkan kekuatan yang ada dalam koperasi yang jika dirangkum menjadi
kinerja yang semakin baik dengan dibarengi kesungguhan dari anggotanya dapat
menjadi titik awal untuk memajukan perekonomian dengan koperasi
Weakness
Hal yang menjadi kelemahan didalam koperasi ini adalah partisipasi anggota
yang tidak menentu dan penurunan modal luar koperasi. Partisipasi anggota yang
fluktuatif dan tidak menentu ini ditambah dengan fakta bahwa modal sendiri yang
senantiasa meningkat menunjukkan bahwa anggota koperasi hanya tertarik dalam
memberi modal tanpa ikut serta aktif dalam kegiatan koperasi. Hal ini tentunya dapat
mengurangi solidaritas diantara anggota koperasi sehingga dapat mempengaruhi
kemunduran koperasi. Selain itu, penurunan modal luar yang berarti lemahnya
kepercayaan pihak ketiga terhadap koperasi membuat prospek koperasi sebagai soko
guru perekonomian nasional dapat menurun.
Opportunity
Koperasi memiliki peluang yang dapat mendukung perkembangan koperasi
menjadi lebih baik yaitu dengan bertambahnya jumlah koperasi. Hal ini menandakan
citra koperasi menjadi semakin baik di masyarakat dan begitu juga pemerintah yang
berperan dalam menciptakan iklim yang dapat menunjang penambahan jumlah
koperasi. Momentum ini sebaiknya menjadi perhatian untuk dapat diraih karena
dengan memanfaatkan jumlah koperasi yang semakin banyak ini tentunya akan
semakin dapat menjangkau semua kalangan terutama petani dan pedagang kecil serta
dapat memperluas jaringan sehingga pada akhirnya akan berujung pada kemajuan
koperasi.
Thread
Dua hal yang dapat menjadi ancaman untuk menyulitkan kemajuan koperasi
adalah jumlah koperasi non-aktif yang terus meningkat dan inflasi yang terus
berfluktuasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan jumlah koperasi non-
aktif ini mengindikasikan kegagalan dalam menjalankan usaha koperasi yang berarti
minimnya penyuluhan dan ketrampilan pelaku-pelaku koperasi. Hal ini tentu menjadi
ancaman yang cukup berarti karena peningkatan jumlah koperasi yang dibarengi
dengan peningkatan jumlah koperasi non-aktif akan membuat peningkatan jumlah
koperasi menjadi sia-sia. Fluktuasi inflasi atau perubahan harga juga jika tidak
ditindaklanjuti dengan ketrampilan mengelola usaha yang baik tentunya akan
menjadikan usaha koperasi menjadi menciut.
Kesimpulan
Koperasi di provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi yang baik dari sisi
modal dan skala usaha serta prospek mendapatkan sisa hasil usaha yang juga baik.
Selain itu, potensi ini ditunjang dengan kesungguhan dari sisi kualitas berupa
manajemen dan kuantitas berupa penambahan jumlah pengurus dari anggota koperasi
itu sendiri. Namun, ada hal yang patut diperhatikan dan dibenahi yaitu dari sisi
solidaritas dan pertisipasi anggota serta kepercayaan dari pihak ketiga diluar koperasi.
Peluang yang dapat dijadikan momentum untuk terus memajukan koperasi adalah
peran dan citra masyarakat terhadap koperasi yang mulai membaik dan iklim baik
yang telah dibuat pemerintah. Ancaman yang ada berupa banyaknya koperasi non-
aktif yang membuat pertambahan jumlah koperasi menjadi sia-sia dan tingkat harga
yang berubah secara fluktuatif yang dapat menciutkan usaha koperasi. Dengan
memperhatikan keempat faktor tersebut (Strength, Weakness, Opportunity,
Weakness), diharapkan kebijakan yang tercipta dalam rangka mewujudkan koperasi
sebagai soko guru perekonomian nasional dapat lebih terarah, tepat dan efektif.
Daftar Pustaka
Tambunan, Tulus. 2008. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Ke Depan:
Masih Relevankah Koperasi Di Dalam Era Modernisasi Ekonomi?. Universitas
Trisakti: Jakarta.
Masngudi, Dr. H. 1990. Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi.
Departemen Koperasi, Analisis Kinerja Koperasi 2004-2008. Departemen Koperasi:
Jakarta
Website-website terkait :
www.wikipedia.org
www.crayonpedia.org
www.edukasi.kompasiana.com
www.depkop.go.id
www.bappenas.go.id
www.bps.go.id
www.dinaskoperasi.blogspot.com
www.smecda.com
Lampiran 1
Rekapitulasi Data Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010
Tahun
%
Koperasi
Aktif
%
Tidak
Aktif
Total
Koper
asi
Anggota
(orang)
RAT
(Unit)
Mana
jer
(oran
g)
Karyaw
an
(orang)
Modal
Sendiri
(Rp juta)
Modal Luar
(Rp juta)
Volume
Usaha
(Rp juta)
SHU (Rp
juta)
Rentabilita
s Modal Inflasi
2000 88.41% 11.59% 2.691 800.335 1.690 767 7.168 154.762.00 443.148.00 970.738.00 29.034.00 18.76% 8.49
2001 88.41% 11.59% 2.770 883.848 2.215 770 8.781 155.170.00 476.370.00 980.810.00 29.144.00 18.78% 15.15
2002 84.23% 15.77% 2.879 713.058 2.078 770 8.799 156.311.00 425.965.00 921.836.00 22.994.00 14.71% 12.25
2003 76.52% 23.48% 3.109 908.367 1.182 367 2.479 252.125.00 580.916.00 1.352.904.00 29.689.00 11.78% 5.03
2004 79.57% 20.43% 3.372 946.469 1.301 546 6.667 465.128.00 624.559.00 1.578.332.00 38.780.00 8.34% 8.94
2005 75.50% 24.50% 3.543 715.180 1.314 397 8.161 655.775.00 764.139.00 1.889.017.00 73.096.00 11.15% 19.92
2006 74.18% 25.82% 3.796 718.996 1.489 436 7.397 704.148.00 1.409.272.00 2.246.885.00 86.012.00 12.22% 8.44
2007 69.74% 30.26% 4.041 726.984 1.502 464 7.143 947.549.00 1.402.938.00 2.366.558.00 110.955.00 11.71% 8.21
2008 72.07% 27.93% 4.164 746.920 1.535 620 7.442 947.971.00 641.868.00 2.418.527.00 277.257.00 29.25% 11.15
2009 70.73% 29.27% 4.448 766.700 1.963 620 7.442 948.616.00 702.454.60 2.538.341.00 112.283.00 11.84% 2.88
2010 72.51% 27.49% 4.358 763.426 1.921 545 8.187 836.423.70 732.114.00 2.414.546.14 106.154.30 12.69% 6.02
Lampiran 2
Daftar Gambar
Gambar 1. Grafik Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi di Sumatera Selatan
2000-2010
Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Manager Koperasi, Karyawan Koperasi dan
Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010
Gambar 3. Grafik Perkembangan Jumlah RAT Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010
Gambar 4. Grafik Perkembangan Modal Sendiri Koperasi di Sumatera Selatan 2000-
2010
Gambar 5. Grafik Perkembangan Modal Luar Koperasi di Sumatera Selatan 2000-
2010
Gambar 6. Grafik Perkembangan Volume Usaha Koperasi di Sumatera Selatan 2000-
2010
Gambar 7. Grafik Perkembangan Sisa Hasil Usaha Koperasi di Sumatera Selatan
2000-2010
Gambar 8. Grafik Perkembangan Rentabilitas Modal Koperasi di Sumatera Selatan
2000-2010
Gambar 9. Grafik Perkembangan Jumlah Koperasi di Sumatera Selatan 2000-2010
Gambar 10. Grafik Persentase Koperasi Aktif & Non-aktif di Sumatera Selatan 2000-2010
Gambar 11. Grafik Tingkat Inflasi di Sumatera Selatan 2000-2010
Top Related