PERENCANAAN JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI
MENGGUNAKAN BOX GIRDER PRATEKAN
DENGAN BENTANG TIDAK SIMETRIS
RIZQI ABDI PERDANAWATI
3107100703
Kondisi sekarang :
Pembatasan kendaraan yang
melintasi jembatan, yaitu pada pukul
6.00-18.00 WIB hanya mobil dari satu
arah yang diperbolehkan melintas.
BAB I
PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Lokasi jembatan baru
Lokasi jembatan lama
Kondisi yang diharapkan:
Tersedianya fasilitas jembatanyang menampung seluruh kendaraanyang akan melintas.
Membangun jembatan barudisebelah jembatan lama.
Permasalahan utama adalah :
Bagaimana merencanakan struktur bangunan atas
jembatan beton prategang?
Permasalahan detail :
1. Bagaimana merencanakan dimensi box girder ?
2. Bagaimana menganalisa kehilangan prategang
box ?
3. Bagaimana menuangkan hasil desain dan analisa
ke dalam gambar ?
BAB I
PENDAHULUAN1.2. Rumusan Masalah
Tujuan utama :
Merencanakan struktur bangunan atas jembatan beton
prategang menggunakan statis tak tentu.
Tujuan detail :
1. Merencanakan dimensi box girder.
2. Menganalisa kehilangan prategang box.
3. Menuangkan hasil desain dan analisa ke dalam
gambar teknik.
BAB I
PENDAHULUAN1.3. Tujuan
Batasan masalah adalah :
1. Tidak merencanakan perkerasan dan disain jalan
pendekat.
2. Tidak merencanakan perletakan jembatan.
3. Tidak merencanakan bangunan bawah jembatan.
4. Tidak memperhitungkan adanya differensial
settlement.
5. Tidak memperhitungkan analisa biaya konstruksi
dan waktu.
6. Dimensi pada struktur memperhatikan aspek
arsitektur.
BAB I
PENDAHULUAN1.4. Batasan Masalah
1. Perencanaan jembatan ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran untuk perencanaan
jembatan pratekan dengan bentang yang tidak
simetris.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan
jembatan serta tentang beton pratekan.
BAB I
PENDAHULUAN1.5. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Beton prategang
BETON
Kuat
menerima
tekan, lemah
menerima
tarik
BETON PRATEGANG
Kuat menerima tekan maupun tarik
BAJA
Kuat
menerima
tarik, lemah
menerima
tekan
BAB III
METODOLOGI3.1. Urutan Pengerjaan
Mulai
Mengumpulk
an data
Melakukan
studi literatur
Merencanaka
n struktur
sekunder
Merencanaka
n preliminary
design
Menghitung
momen statis
tak tentu
Menghitung
gaya prategang
Memilih
kabel
Menghitung
kehilangan
prategang
Menghitung
kontrol disain
Menggambar
output
Selesai
ya
tidakD
isai
n ul
ang
BAB IV
PEMBAHASAN4.2. Preliminary design
Jenis beton prategang Pasca-tarik
Beton di cor dahulu sebelum diberitekanan
BAB IV
PEMBAHASAN4.2. Preliminary design
Pembebanan :
Beban mati : berat sendiri , bebanmati tambahan.
Beban hidup : beban rencana“BGT” , beban rencana “BTR” , bebantruk.
BAB IV
PEMBAHASAN4.3. Tahap kantilever
Tegangan tendon kantileverSerat atas :
Serat bawah :
Syarat saat transfer gaya prategang.
Tegangan ijin tekan: σtekan= 0,60f’cTegangan ijin tarik : σtarik = 0,25
BAB IV
PEMBAHASAN4.3. Tahap kantilever
Tendon kantilever
bentang 1 bentang 2
F (kN) tendonjenis
tendon
jumlah
ductx x
m m
1.5 1.5 15510 1.939 6.37.32 2
3.0 3.0 15817 1.977 6.37.32 2
6.5 6.5 16480 1.998 6.37.33 2
10.0 10.0 19459 1.996 6.42.39 2
13.5 13.5 20512 1.865 6.48.44 2
17.0 17.0 22972 1.802 6.55.51 2
20.5 20.5 43457 3.621 6.48.48 4
24.0 24.5 62315 5.797 6.48.43 6
27.5 28.5 85742 7.976 6.48.43 8
31.0 32.5 110959 9.247 6.48.48 10
36.5 122851 9.450 6.55.52 10
40.5 142378 10.355 6.55.55 10
BAB IV
PEMBAHASAN4.4. Tahap menerus
Syarat saat terjadi beban layan :
Tegangan ijin tekan : σtekan= 0,45f’c
Tegangan ijin tarik : σtarik = 0,50
BAB IV
PEMBAHASAN4.5. Kehilangan prategang
Kehilangan prategang terjadi akibat :
1. Perpendekan elastik (ES)
2. Gesekan kabel (Fx)
3. Slip angker ( )
4. Rangkak beton (CR)
5. Susut beton (SH)
6. Relaksasi baja (RE)
BAB IV
PEMBAHASAN4.7. Kontrol Momen
Momen retak :Momen retak adalah momen
yang menghasilkan retak-retakrambut pertama pada balok betonprategang dengan menganggapbahwa retak mulai terjadi saattegangan tarik pada serat terluarbeton mencapai modulus keruntuhanya.
BAB IV
PEMBAHASAN4.9. lendutan
Lendutan yang terjadi
Batas lendutan diatur
pada persyaratan SNI T-
12-2004 pasal 9.2.1 yaitu
jika lendutan terjadi
akibat beban rencana
untuk daya layan pada
jembatan jalan raya tidak
boleh melampaui 1/250
panjang bentang.
BAB V
PENUTUP5.1. Kesimpulan
1. Metode pelaksanaan konstruksi ditentukan dulu
2. Mutu beton yang digunakan f’c = 60 Mpa dengan
kabel tendon sesuai tabel VSL
3. Setelah terjadi kehilangan prategang, tegangan pada
permukaan masih memenuhi persyaratan.
BAB V
PENUTUP5.2. Saran
1. Penentuan alat pelaksanaan yang digunakan
dalam metode perencanaan sebaiknya
dihitung secara pasti.
2. Pada bentang yang disangga oleh perancah,
dimensi struktur dapat diperhemat, karena
pada bentang tersebut tidak menerima
momen sebesar bentang yang dilaksanakan
dengan sistim kantilever.
Top Related