i
PERBEDAAN PENGGUNAAN GLISERIN, PROPILENGLIKOL, DAN MADU
SEBAGAI BAHAN HUMAKTAN TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN BATH GEL
EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
O l e h :
DENI YUDA ADI SAPUTRA
M 3509014
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “PENGARUH
GLISERIN, PROPILENGLIKOL, DAN MADU TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN
BATH GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) ” adalah hasil
penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah
diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, 30 Juli 2012
Deni Yuda Adi Saputra
M3509014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERBEDAAN PENGGUNAAN GLISERIN, PROPILENGLIKOL, DAN MADU
SEBAGAI BAHAN HUMAKTAN TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN BATH GEL
EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
DENI YUDA ADI SAPUTRA
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Buah alpukat dimanfaatkan sebagai kecantikan karena mengandung berbagai
vitamin, mineral, dan kandungan gizi lainnya. Humaktan merupakan bahan yang
berpengaruh terhadap stabilitas sediaan bath gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan penggunaan propilenglikol, gliserin, dan madu sebagai humaktan dalam sediaan
bath gel ekstrak buah alpukat.
Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan ekstrak buah alpukat secara maserasi
dengan etanol 95% selama 3 hari. Pembuatan sediaan bath gel ekstrak buah alpukat dengan
tiga formula menggunakan bahan humaktan gliserin (FI), propilenglikol (FII), dan madu
(FIII). ketiga formula dilakukan uji organoleptis dan uji sifat fisis sediaan bath gel meliputi
pH, viskositas, daya lekat, dan daya sebar yang diamati selama 28 hari. Data yang diperoleh
dibandingkan dengan acuan standar dan dianalisa menggunakan statistik dengan uji
Kolmogorov-Smirnov, jika data terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji Anova satu
jalan dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk uji kesukaan dianalisa menggunakan uji
Friedmen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis dari sediaan bath gel sesuai dengan
parameter standar. Penggunaan bahan humaktan propilenglikol, gliserin, dan madu
memberikan pengaruh terhadap sifat fisis bath gel ekstrak buah alpukat. Berdasarkan uji
kesukaan , formula III dengan penambahan humaktan madu paling disukai dari segi warna,
kekentalan, banyaknya busa, kesan bersih dengan nilai daya lekat 5,43 detik, viskositas
13000 cps dan pH 6,38
Kata kunci : bath gel, gliserin, propilenglikol, madu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DEFERENCE OF USAGE GLYCERIN, PROPYLENGLYKOL, AND HONEY AS
HUMECTAN ABOUT PHYSICAL PROPERTIES OF EXTRACT AVOCADO
(Persea americana Mill.) BATH GEL
DENI YUDA ADI SAPUTRA
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Avocado used as a beauty because contains many vitamins, minerals, and oils.
Humaktan a material effect on the stability of the preparation bath gel. The research aims
to determine the difference of usage propilenglikol, glycerin, and honey as humectan about
avocado extract bath gel.
The research was done by making an avocado extract is macerated with 95%
ethanol for 3 days. Manufacture of bath gel preparations avocado extract with three
formulas using humectan glycerine (FI), propylenglikol (FII), and honey (FIII). The
preparation of the bath gel from three formulas do by organoleptis test and preparation test
bath gel physical properties include pH, viscosity, adhesion, and the spread were observed
for 28 days. The data obtained were compared with parameter standards and analyzed using
the statistical Kolmogorov-Smirnov test, if normally distributed data followed by the one
way ANOVA test with 95% confidence level. Top reference test was analyzed using the
Friedmen.
The results showed the physical properties of the bath gel that is formed in
accordanced with the parameter standard. The use of humectan propylenglycol, glycerin,
and honey to give effect to extract physical properties of avocado bath gel. Based on the
test's favorite bath gel formula III can be concluded that the addition of honey humaktan
most preferred in terms of color, viscosity, amount of foam, which has a clean impression
adhesion 5,43 s, viscosity 13000 cps, and ph value of 6.38.
Key words: bath gel, glycerine, propylenglikol, honey
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Jadikanlah suatu masalah sebagai senjata untuk memantapkan diri menuju
masa depan yang lebih baik (Anomim).
Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap
malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap
kesempatan (Anonim).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu tercinta, kakak dan kekasih tersayang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan
judul “PERBANDINGAN PENAMBAHAN GLISERIN, PROPILENGLIKOL, DAN
MADU SEBAGAI BAHAN HUMAKTAN TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN BATH
GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)” dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas
Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang
terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi
serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis
pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Estu Retnaningtyas, STP., M.Si., selaku pembimbing akademik.
4. Anang Kuncoro R. S., S.Si., Apt., selaku pembimbing tugas akhir atas segala
ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, saran,
dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
5. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan
ilmu dan pelajaran berharga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
6. Seseorang yang telah mendampingi dan memberikan dukungan, motivasi, kesabaran,
perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa kuliah.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam
Tugas Akhir ini.
Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di
masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..…....
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..………..
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
INTISARI ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
HALAMAN MOTTO ........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR ………………………………………….…………..…
DAFTAR ISI ………………………………………………….…………….....
DAFTAR LAMPIRAN............……………………………….............………..
DAFTAR TABEL ....…………………………………………...…………..…
DAFTAR GAMBAR ....……………………………………………………..…
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………….....................………..
B. Perumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penelitian……………………………….…...................……..
D. Manfaat Penelitian ……………………………..……….....................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.....................................………………..…..………..
1. Klasifikasi alpukat.. ......................……………………..……….....
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiii
xiv
xv
xvi
1
2
3
4
5
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Habitat Tubuhan................ .............................................................. 5
3.
Nama daerah................ …...........…………………….…..………..
6
4.
Morfologi Tumbuhan........... ..........................................................
6
5.
Kandungan Kimia Alpukat .............................................................
7
6.
Manfat Tanaman….......…………….…..……................…............
8
B. Ekstrak …........................………………….………….... ..................... 9
C. Bath gel ......................................................................……..………......11
D. Monografi Bahan....................................................................................15
E. Kerangka Pemikiran................................................................................19
F. Hipotesis..................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kategori penelitian dan rancangan penelitian ...............…..………… 22
B. Metode Penelitian ……....…………………………..………................
22
C. Tempat Penelitian................................................................................
23
D. Alat dan Bahan ………………..................………………….………..
23
1. Alat yang digunakan .......................................................................
23
2. Bahan yang digunakan ....................................................................
23
E. Tahap penelitian...................................................................................
23
1. Identifikasi Sampel ....................................................................
23
2. Pembuatan Simplisia .....................…………..………………
24
3. Maserasi ..................................................................................
24
4. Uji kualitatif ekstrak .............................................................
24
F. Formula ..........................…………….……………….......................
25
G. Uji Sifat Fisis Gel..............................……………..…….……...........
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
H
1. Uji Organoleptis .......................………….…………................ 26
2. Uji Daya sebar ……………………….................…………....... 26
3. Uji Daya Lekat …….............…………………..……………...... 26
4. Uji Viskositas …………………………..…......………............ 27
5. Uji pH................................................................................... ....... 27
6. Uji Hedonik/Kesukaan................................................................. 28
H. Analisa Data ..………………………..….............................….......... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman……………….................................................. 29
B. Pembuatan Ekstrak Buah Alpukat …………..................………......... 29
C. Hasil Organoleptis Ekstrak Buah Alpukat……................................... 30
D. Pembuatan Sediaan Bath gel ekstrak buah alpukat…………………... 30
E. Hasil Pengujian Bath gel………..............…………………….....….... 31
1. Pengamatan Organoleptis............................................................. 31 2. pH................................................................................................. 33 3. Viskositas..................................................................................... 35 4. Daya sebar..................................................................................... 38 5. Daya lekat..................................................................................... 39 6. Kesukaan/hedonik........................................................................ 41
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................... 48
A. Kesimpulan .............................………………………..…………....... 48
B. Saran ........................................…………..….……............................. 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49
LAMPIRAN ....................................................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Bath Gel.................................................................. 50
Lampiran 2. Formula dan Perhitungan Bahan..................................... 51
Lampiran 3. Diagram Alir ..................................................................53
Lampiran 4. Hasil Determinasi Buah Alpukat . ................................... 55
Lampiran 5. Hasil Pemeriksan Ekstrak Daging
Buah Alpukat ...................................................................56
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Sediaan Bath Gel ..............57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Standar sabun mandi cair menurut SNI .........…....…...............…….… 14
Tabel II . Formula Bath gel .......................................…….........…....................
25
Tabel III. Hasil Pengamatan secara Organoleptis Ekstrak Buah Alpukat..........
30
Tabel IV. Hasil uji kandungan gizi ekstrak buah alpukat ..................................
30
Tabel V. Hasil Pengamatan Organoleptis Bath gel..............................................
31
Tabel VI. Hasil Uji Homogenitas Bath gel........................................................
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Bath gel ekstrak Buah alpukat...................…...............……. 31 Gambar 2. Grafik pH bath gel ..........................................................................
33
Gambar 3. Grafik Viskositas bath gel................................................................
35
Gambar 4. Grafik Daya Sebar bath gel..........………........................................
38
Gambar 5. Grafik Daya Lekat bath gel...……...................................................
39
Gambar 6. Diagram Warna Bath gel................................................................
42
Gambar 8. Diagram Kekentalan Bath gel......................................……...........
43
Gambar 8. Diagram Banyaknya busa Bath gel................................................
45
Gambar 9. Diagram Kesan bersih Bath gel.......................................................
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SINGKATAN
cps = centipoise
FI = Formula I
FII = Formula II
FIII = Formula III
HPMC = Hidroksi Propil Metil Selulosa
mg = miligram
ml = mililiter
kg = kilogram
oC = Celcius
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Buah Alpukat adalah komoditi holtikultura yang sangat dikenal di
masyarakat. Buah ini mengandung lemak yang tinggi, rasanya langu seperti minyak
ikan. Buah alpukat tidak hanya dimakan, tetapi juga dibuat minuman seperti juice
dan diberi sirup atau penyedap lainnya.
Penggunaan alpukat sebagai bahan non pangan masih jarang dilakukan
orang. Namun dikalangan wanita, buah alpukat telah dimanfaatkan sebagai masker
wajah. Adanya kandungan minyak/lemak pada alpukat memungkinkan bagi
komoditi tersebut dikembangkan menjadi salah satu sumber minyak nabati bagi
keperluan industri non pangan seperti kosmetika, sabun, dan krim wajah (Retnasari,
2000). Buah Alpukat dapat memberikan nutrisi untuk kulit, dan juga bisa
memudarkan warna kulit yang tidak merata atau dengan kata lain memutihkan
kulit yang mengandung vitamin, seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan
vitamin E dan lemak nabati. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Wardhana dkk (2009) menggunakan ekstrak alpukat 0,4% (b/b) terhadap sediaan
moisturizing gel telah memberikan efek menghaluskan dan melembabkan kulit.
Bath gel alpukat yang diformulasikan dengan madu belum pernah
diproduksi di pasaran. Kondisi tersebut mendukung dikembangkannya produk
baru berupa bath gel alpukat madu. Menurut SNI (1996), sabun mandi cair
merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun
dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan. Bath gel memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
beberapa keuntungan dari pada sabun mandi padat. Hal ini disebabkan oleh
persepsi konsumen bahwa bath gel lebih higienis, praktis dalam
penggunaan, dan menghasilkan lebih banyak busa.
Formulasi dari sediaan bath gel itu sendiri antara lain terdiri dari
gelling agent, surfaktan, bahan pengawet, bahan pelembab, bahan penstabil,
bahan pensuspensi (suspending agent), dan bahan pengharum. Dalam
pembuatan bath gel juga dipengaruhi oleh bahan pelembab yang digunakan, bahan
pelembab digunakan untuk menjaga kelembaban sediaan baik dalam wadah
ataupun pemakaiannya pada kulit. Bahan pelembab itu sendiri kebanyakan
memakai bahan kimia seperti propilenglikol, gliserin, sorbitol, namun
terdapat bahan dari alam yang dapat digunakan dalam bath gel sebagai bahan
humaktan, salah satunya adalah madu.
Gliserin merupakan humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air
dari udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau
kondisi kelembaban tinggi. Penambahan bahan seperti gliserin menunjukkan tidak
ada ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978). Propilenglikol
digunakan sebagai bahan pelembab yang akan mempertahankan kandungan air
dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan
dapat dipertahankan. Propilenglikol memiliki stabilitas yang baik pada PH 3-6
(Allen,2002). Propilenglikol dan gliserin merupakan bahan humaktan sintetis dan
pada umumnya digunakan sebagai humaktan. Madu merupakan salah satu
produk yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan.
Penggunaan madu sebagai kosmetik sangat baik untuk perawatan kulit (Afsyah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2005). Madu bersifat sangat higroskopis, yaitu mudah menyerap air dari udara
sekitarnya, karena itu dapat digunakan sebagai humaktan (pelembab). Sifat
higroskopis ini disebabkan karena madu merupakan larutan gula yang sangat
jenuh (Gojmerac, 1983). Menurut Krell (1996), sifat madu yang higroskopis
menyebabkan madu banyak digunakan sebagai komponen atau bahan
tambahan baik pada produk makanan ataupun produk lainnya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana perbedaan penggunaan gliserin, propilenglikol, dan madu sebagai
bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak
buah alpukat?
2. Bahan tambahan humaktan mana yang memberikan kestabilan yang baik
terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak alpukat??
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan gliserin, propilenglikol, dan
madu sebagai bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath
gel ekstrak buah alpukat.
2. Untuk mengetahui bahan tambahan humaktan yang memberikan
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak alpukat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Diperoleh informasi tentang sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah
alpukat dengan bahan pelembab gliserin, propilenglikol, dan madu.
2. Menambah dan meningkatkan prespektif peneliti khususnya yang berkaitan
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan buah alpukat.
3. Meningkatkan daya guna ekstrak buah alpukat sebagai sediaan bath gel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alpukat
1. Klasifikasi Alpukat (Persea americana Mill)
Sistematika tumbuhan alpukat sebagai berikut (Depkes RI, 2001) :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranuculales
Suku : Lauraceae
Marga : Persea
Famili : Persea americana Mill.
Spesies : Persea americana Mill.
2. Habitat Tumbuhan
Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Amerika Tengah.
Tumbuhan ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Alpukat tumbuh liar di
hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan
tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik
dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun.
Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan
tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh pada
ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut
(Depkes RI, 1978).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Nama daerah
Di Indonesia, alpukat banyak dikenal dengan berbagai nama diantaranya,
alpuket atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), buah
pokat/jamboo pokat (Batak), advokat/pookat (Lampung), dan apuket/jambu
wolanda (Sunda) (Indriani dan Suminarsih, 1997).
4. Morfologi Tumbuhan
Pohon alpukat tingginya 3 m sampai 10 m, berakar tunggang, batang
berkayu, bulat, warnanya coklat, dan banyak bercabang. Daun tunggal letaknya
berdesakan di ujung ranting, bentuknya memanjang, ujung dan pangkal runcing.
Tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas. Bunganya majemuk,
buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, warnanya hijau atau hijau
kekuningan. Buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, dan kekuningan
(Yuniarti, 2008).
Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga termasuk
dalam kelas Dicotyledoneae. Biji bulat seperti bola, keping biji putih
kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit bijinya dilepas atau
dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada saat buah masih
muda, kulit biji itu menempel pada buahnya. Bila buah telah tua, biji akan
terlepas dengan sendirinya. Umumnya sifat ini dijadikan sebagai salah satu tanda
kematangan buah. Buah yang berbentuk panjang mempunyai biji yang lebih
panjang dibanding biji yang terdapat di dalam buah yang bentuk bulat.
Walaupun demikian, semua biji alpukat mempunyai kesamaan, yaitu bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
bawahnya agak rata dan kemudian membulat atau melonjong (Indriani dan
Suminarsih, 1997).
5. Kandungan Kimia Alpukat
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang
tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai
konsentrasi. Flavonoid berupa senyawa larut air. Dapat diekstraksi dengan
etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan
eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia. Umunya terdapat dalam tumbuhan,
terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang merupakan
bentuk kombinasi glikosida. Flavonoid adalah senyawa antioksidan yang
berpotensi lebih kuat dibandingkan dengan vitamin C dan vitamin E
(Harborne, 1987).
b. Tanin
Tanin tersebar dalam setiap tanaman berpembuluh. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut air. Tanin
adalah senyawa yang terdapat pada daun, buah, akar, dan batang. Tanin juga
digunakan sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat
(Harborne, 1987).
c. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagian dari sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
siklik. Alkaloid yang terkandung dalam daun atau buah rasanya pahit di
lidah serta mempunyai efek fisiologi kuat terhadap manusia. Alkaloid
seringkali beracun tetapi juga banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol (Harborne, 1987).
d. Saponin
Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa bila dikocok.
Saponin pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah.
Saponin dapat bekerja sebagi mikroba. Larut dalam air dan etanol, tetapi
tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
6. Manfaat Tanaman
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya
sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan buah alpukat yang biasa
dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah
dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari buah alpukat adalah untuk bahan
dasar kosmetik.
Alpukat biasanya digunanakan untuk skin care product. Alpukat banyak
sekali manfaatnya terutama dalam kecantikan. Alpukat mengandung banyak
vitamin untuk whitening product, mineral untuk care product dan minyak alami
untuk skin product. Alpukat banyak mengandung vitamin A, C dan E, zat besi,
potassium, niasin, asam pantotenik serta protein yang tidak terdapat dalam buah
untuk skin whitening dan sebagai pelembab atau skin care. Untuk memperoleh
manfaat lebih baik diperlukan sari buah alpukat dengan ekstraksi secara maserasi
menggunakan etanol 95% (wardhana, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
Atas dasar sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi :
a. Ekstrak encer (ekstractum tenue)
Memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.
b. Ekstrak kental (ekstractum spissum)
Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya
mencapai 30%.
c. Ekstrak kering (ekstractum siccum)
Memiliki konsistensi kering dan dapat digosokkan. Kandungan airnya tidak
lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair (ekstractum liquidum)
Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa
sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang
satu bagian) ekstrak cair (Voigt, 1994).
1. Cairan Penyari
Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat antara lain:
murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan físika, bereaksi netral, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mudah menguap dan tidak mudah terbakar, juga selektif yaitu hanya menarik zat
berkhasiat (Anonim, 1986).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari
bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
2. Metode pembuatan ekstrak
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain
maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap
metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
(Ansel, 1981).
a. Maserasi
Maserasi (macerase = mengairi, melunakkan) adalah cara ekstraksi yang
paling sederhana (Voigt, 1984). Maserasi merupakan proses yang paling
tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga
meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Obat
yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang
bermulut lebar bersama menstrum yang telah ditetapkan lalu bejana ditutup
rapat isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring (Ansel, 1981).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
mudah diusahakan (Anonim, 1986).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut
yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu
kolom, serbuk simplisia dimasukkan dalam perkolator. Cara penyarian ini
dengan mengalirnya cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah
untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom (Ansel,
1995).
c. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi yang kontinu dengan jumlah pelarut relative
konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim, 2000). Kekurangan dari
metode ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama
sehingga kebutuhan energinya tinggi. (Voigt, 1994).
C. BATH GEL
Bath gel merupakan salah satu sediaan kosmetika yang berfungsi untuk
membersihkan tubuh, memberikan keharuman, dan rasa segar serta
menghaluskan dan melembutkan kulit (Imron, 1985). Sabun mandi pertama kali
digunakan di Sumeria 4500 tahun yang lalu. Pada awalnya lemak tumbuhan dan
bubuk kayu digunakan sebagai pembersih kulit dan baju. Kemudian penggunaan
sabun mandi meluas ke seluruh pelosok dunia melalui perdagangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
penyebaran agama sejak ditemukannya bahan pembersih yang disebut
sapo. Bahan tersebut digunakan sebagai pembersih dan penyembuh luka
oleh seorang tabib Yunani (Wasiatmadji, 1997). Pada abad ke-8 produksi sabun
mandi mulai berkembang di kota pelabuhan Italia dan Sanova (Mitsui, 1997).
Kotoran pada kulit umumnya berasal dari minyak, lemak dan keringat.
Zat- zat tersebut sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Sabun
dibutuhkan untuk melunturkan kotoran-kotoran pada kulit. Kotoran akan terikat
pada bagian molekul sabun yang non polar yaitu gugus R, sedangkan bagian
gugus lainnya yang bersifat polar yaitu gugus COONa akan mengikat air
sehingga kotoran dapat lepas karena akan kotoran terikat pada sabun dan
sabun terikat pada air (Bird,1997).
Menurut Jellinek (1970), sabun adalah campuran garam-garam sodium
dari asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat yang mengandung sedikit
komponen asam miristat dan asam laurat. Dari berbagai jenis agen pembersih
saat ini sabun merupakan sediaan pembersih yang telah digunakan sejak lama.
Bentuk sabun secara umum dibagi menjadi dua yaitu sabun padat dan
sabun cair. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun mandi cair terdiri
dari bahan dasar dan bahan tambahan. Sabun mandi cair adalah sediaan
pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau
detergen dengan penambahan bahan lain yang digunakan untuk mandi tanpa
menimbulkan iritasi kulit (SNI, 1996).
Sediaan kosmetika mandi terdiri dari beberapa jenis, antara lain bath
salts, bubble bath powders, bath tablets, bath oil, dan bubble bath. Bath salts
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
terdiri dari garam organik atau campuran dari bermacam-macam garam
organik yang berwarna dan beraroma. Bath tablets atau tablet mandi
mengandung asam organik kristalin (asam sitrat) yang ditambahkan sodium
karbonat atau bikarbonat. Setelah diletakkan dalam air, tablet akan mengeluarkan
karbondioksida yang disertai efek effervescent. Bath tablets juga mengandung
garam yang mampu melepaskan oksigen di dalam air. Oksigen tersebut
berfungsi menyegarkan kulit (Fadhillah, 2008).
Bubble bath powders mengandung surfaktan dalam bentuk bubuk
yang menghasilkan busa dalam jumlah besar. Bath oils tidak larut dalam air
sehingga akan menyebar dan membentuk lapisan tipis. Bubble bath
mengandung surfaktan yang mampu menghasilkan busa yang sangat
banyak dan pembusaan yang stabil (Jellinek,1970). Menurut Imron (1985),
bubble bath dapat dijumpai dalam berbagai macam bentuk seperti serbuk,
granula atau manik-manik, larutan, gel, tablet, kapsul Kristal, dan batang.
Bath gel merupakan salah satu bentuk dari bubble bath karena bahan dasarnya
menggunakan surfaktan yang mampu menghasilkan busa yang sangat banyak
dan pembusaan yang stabil.
Sabun mandi yang baik harus memenuhi standar mutu dan parameter
yang ditetapkan. Syarat mutu produk sabun mandi menurut SNI (1996), dapat
dilihat pada Tabel I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel I. Standar sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Jenis Uji Persyaratan Mutu Organoleptik: Bentuk Bau Warna
Cairan homogen
Khas Khas
pH 6 – 8
Bobot jenis relatif, 25o
C 1.01 – 1.10
Cemaran mikroba (Angka Lempeng Total) Maks 1 x 10
5
Sumber : SNI, 1996
Surfaktan merupakan bahan utama dalam memformulasikan bath
gel. Surfaktan memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik dalan satu
molekul. Keberadaan surfaktan (surface active agent) yang dominan dalam
formula bath gel menyebabkan bath gel termasuk dalam produk yang dapat
menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun
tegangan permukaan (surface active agent) yang digunakan sebagai bahan
penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsifier, dan komponen bahan adhesif
yang telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri (Georgou et
al., 1992).
Dalam formulasi bath gel, kekentalan dapat mempengaruhi tampilan akhir
produk yang akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakannya.
Kekentalan dari produk bath gel dapat diperoleh dengan cara menambahkan
bahan pengental. Bahan pengental berguna sebagai peningkat kekentalan dan
mencegah pengendapan bahan-bahan aktif yang terdapat dalam produk
(Suryani et. al., 2000).
Viskositas yang tinggi sering menjadi hal yang penting untuk
stabilitas produk maupun penanganan suatu produk kosmetika (Williams
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
and Schmitt, 2002). Stabilitas yang baik akan diperoleh dengan adanya
penambahan stabilizer. Tujuan penambahan stabilizer adalah untuk
meningkatkan viskositas dari medium pendispersi. Dengan peningkatan
kekentalan, gerakan droplet fasa terdispersi menjadi lambat sehingga
mencegahnya bergabung satu sama lain (Suryani et.al.,2000). Jellinek (1970)
juga mengatakan bahwa penambahan stabilizer bertujuan untuk mengurangi efek
degradasi dari sabun. Stabilizer bekerja dengan cara menggantikan lemak yang
hilang dalam pencucian atau mengurangi efek degradasi dari sabun yaitu
menghilangnya lemak yang melekat pada kulit.
D. Monografi Bahan
1. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
Hidroksipropil metil selulosa (HPMC) yang merupakan derivat sintetis
selulosa dan termasuk dalam basis hidrofilik (Kibbe, 2004). Digunakan basis gel
hidrofilik karena daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak
menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik
(Voigt, 1984). HPMC merupakan suatu selulosa non ionik yang tersedia dalam
viskositas dan jenis yang bermacam-macam. Substitusi metil memberi HPMC satu
ciri yang unik, kekuatan dari gel dan suhu dimana gel terbentuk (60-90°C)
tergantung pada substitusi polimer dan konsentrasinya dalam air (Lieberman et al.,
1998). HPMC biasanya digunakan dalam sediaan oral dan topikal (Kibbe, 2004).
HPMC merupakan basis gel yang bersifat netral, tahan terhadap pengaruh asam
dan basa, stabil pada pH 3-11, tahan terhadap serangan mikroba dan tahan panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
HPMC (CH3CH(OH)CH2) secara luas digunakan sebagai suatu eksipien didalam
formulasi pada sediaan topikal dan oral dibandingkan dengan metil selulosa,
HPMC menghasilkan cairan lebih jernih, HPMC juga digunakan sebagai
pengemulsi, agent penyuspensi, dan agent pengstabil dalam sediaan salep dan gel.
Pemeriaannya adalah serbuk hablur putih tidak berasa ditak berbau. Larut dalam
air dingin, membentuk koloid yang merekat tidak larut dalam klorofrom, etanol
95% dan eter tetapi dapat larut dalam campuran etanol dan diklorometana.
2. Sodium Lauril Sulfat (SLS)
Sodium Lauril Sulfat (SLS) merupakan surfaktan anionik yang paling
banyak digunakan untuk kosmetika atau produk-produk perawatan diri. SLS
memiliki pH 7-9, mudah mengental dengan garam dan menunjukan kelarutan
yang baik dalam garam. Kompatibilasi SLS terhadap kulit dan mata dapat
diterima pada kebanyakan aplikasi dan bisa ditingkatan melalui kombinasi dengan
surfaktan sekunder yang tidak terlalu kuat (Williams and Schmitt, 2002).
Pembentukan busa (foaming) diperoleh dari kombinasi dua surfaktan yang saling
mendukung (Jellinek, 1970).
3. Madu
Madu merupakan pemanis alami yang memiliki berbagai macam
khasiat. Madu adalah zat manis yang dihasilkan oleh lebah madu, berasal dari
nektar bunga yang berkembang atau dari sekresi tanaman yang dikumpulkan oleh
lebah, kemudian diubah bentuk dan dikombinasikan dengan zat khusus yang ada
pada tubuh lebah, selanjutnya di simpan hingga masak dalam sel-sel madu
(Crene, 1990). Penyusun utama madu adalah fruktosa (38.2%) dan glukosa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(31%), sedangkan air adalah penyusun ketiga terbesar. Madu mengandung
disakarida (7.2%) yang tersusun atas dua monosakarida yang terikat bersama,
oligosakarida (4.2%) yang mengandung tiga gula sederhana namun umumnya
tersusun atas monosakarida, disakarida, dan polisakarida (National Honey
Board, 2001). Menurut Sihombing (1997), madu memiliki kandungan air
(17.2%), energi 304 kal/100 g, protein (0.3%), karbohidrat (82.3%), lemak (0.0%),
dan abu (0.2%). Madu bersifat sangat higroskopis, yaitu mudah menyerap air
dari udara sekitarnya, karena itu dapat digunakan sebagai humaktan
(pelembab). Sifat higroskopis ini disebabkan karena madu merupakan larutan
gula yang sangat jenuh (Gojmerac, 1983). Menurut Krell (1996), sifat madu
yang higroskopis menyebabkan madu banyak digunakan sebagai komponen
atau bahan tambahan baik pada produk makanan ataupun produk lainnya. Di
dalam madu terkandung asam-asam organik seperti asam siringat (asam 3,5-
dimetoksi-4-hidroksibenzoat),metil siringat (asam 3,4,5-trimetoksibenzoat) serta
asam 2-hidroksi-3-fenilpropionat. Seperti selama ini diketahui, asam-asam benzoate
adalah penghambat pertumbuhan bakteri dan jamr yang efektif (Ika Puspitasari,
2007). Rumus kimia madu adalah C 6H12O6
4. Gliserin (Glycerine anhydrous)
Gliserin merupakan humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air dari
udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau kondisi
kelembaban tinggi. Penambahan bahan seperti gliserin menunjukkan tidak ada
ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978). Pemeriannya adalah
berwarna putih, rasa tawar seperti lendir,hampir tak berbau,bentuk bulat , butir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kelarutannya dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95%, praktis tidak
larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minak
menguap.titik lebur 18oC, titik didih 290
oC, stabilitasnya higroskopis dengan
adanya udara dari luar (mudah teroksidasi), mudah terdekomposisi dengan adanya
pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai
dengan suhu 20 o
C akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi
(Anonim,1979). Gliserol merupakan tryhydric alcohol C2H5(OH)3 atau 1,2,3-
propanetriol. Struktur kimia dari gliserol adalah sebagai berikut :
(anonim,1979)
5. Propilenglikol (1,2-propanediol)
Propilenglikol digunakan sebagai bahan pelembab yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilenglikol memiliki
stabilitas yang baik pada PH 3-6 (Allen,2002). pemeriannya adalah cairan jernih
tidak berwarna, lengket, tidak berbau, rasa manis agak tajam menyerupai gliserin.
kelarutannya dapat bercampur dengan aseton, kloroform dan etanol 95%, gliserin,
air, dan larut dalam 6 bagian eter. tidak dapat bercampur dengan eter minyak
tanah atau minyak lemak, tapi dapat melarutkan beberapa minyak.stabilitasnya di
temperatur dingin dan dalam wadah tertutup baik propilenglikol stabil, tapi dalam
temperatur tinggi dan tempat terbuka mudah teroksidasi dan menghasilkan produk
seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilenglikol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
stabil secara kimia ketika dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air.
Propilenglikol adalah senyawa higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya di tempat yang dingin dan kering
(Anonim,1979). Struktur kimia propilenglikol :
CH3 – CH (OH) – CH2OH (anonoim,1979)
6. Metil Paraben (Nipagin)
Metil paraben mengandung tidak kurang 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H8O3. Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut
dalam 500 bagian air 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95%, dan
dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas, dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih, berfungsi sebagai
preservatif dan zat pengawet (Anonim,1979).
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Penggunaan alpukat sebagai bahan non pangan masih jarang digunakan, namun
dikalangan wanita buah alpukat telah dimanfaatkan sebagai masker wajah. Adanya
kandungan minyak/lemak pada alpukat memungkinkan bagi komoditi tersebut
dikembangkan menjadi salah satu sumber minyak nabati bagi keperluan industri non
pangan seperti kosmetika, sabun, dan krim wajah (Retnasari,2000).
Gel merupakan suatu sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin
digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Formulasi
dari sediaan bath gel itu sendiri antara lain terdiri dari gelling agent/bahan
berkhasiat, surfaktan, bahan pengawet, bahan pelembab, bahan penstabil,
bahan pensuspensi (suspending agent), dan bahan pengharum. Dalam
pembuatan bath gel juga dipengaruhi oleh bahan pelembab yang digunakan, bahan
pelembab digunakan untuk menjaga kelembaban sediaan agar tetap stabil.
Gliserin merupakan humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air dari
udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau
kondisi kelembaban tinggi. Madu bersifat sangat higroskopis, yaitu mudah
menyerap air dari udara sekitarnya, karena itu dapat digunakan sebagai
humaktan (pelembab). Propilenglikol digunakan sebagai humaktan yang
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisis dan
stabilitas dalam penyimpanpan an dapat dipertahankan. Mekanisme kerja dari
humaktan yaitu menjaga stabilitas sediaan gel yang terbentuk dengan cara
mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari
sediaan dan secara tidak langsung humaktan juga dapat mempertahankan
kelembapan kulit agar tidak kering. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh penggunaan propilenglikol, gliserin, dan madu sebagai bahan
humaktan terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah alpukat.
Penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap pertama adalah pembuatan sediaan
bath gel sediaan ekstrak buah alpukat dengan bahan pelembab gliserin, tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kedua pembuatan sediaan bath gel sediaan ekstrak buah alpukat dengan bahan
pelembab propylen glikol dan tahap ketiga pembuatan sediaan bath gel d sediaan
ekstrak buah alpukat dengan bahan pelembab madu. Selanjutnya dilakukan
pengujian beberapa uji sifat fisik bath gel. Uji sifat fisik dari bath gel itu sendiri
meliputi uji organoleptis , uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan
uji kesukaan (hedonik). Pengamatan dalam pengujian bath gel ini dilakukan
selama 4 minggu.
F. HIPOTESIS
1. Perbedaan penggunaan gliserin, propilenglikol, dan madu sebagai bahan
pelembab diduga dapat mempengaruhi sifat fisis sediaan bath gel ekstrak
buah alpukat.
2. Penggunaan propilenglikol sebagai bahan humaktan diduga memberikan
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak buah
alpukat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kategori penelitian dan rancangan penelitian
Kategori yang digunakan dalam penelitian ini adalah katagori penelitian
eksperimental laboratorium, dalam penelitian ini digunakan 3 macam variabel
yaitu :
a) Variabel bebas : variabel yang tercakup dalam hipotesis penelitian
dan berpengaruh atau mempengaruhi variabel tergantung. Pada penelitian
ini variabel bebasnya adalah penggunaan bahan pelembab gliserin,
propilenglikol, madu.
b) Variabel tergantung : variabel yang tercakup dalam hipotesis penelitian
dan keragamannya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel tergantung
dalam penelitian ini uji organoleptis, uji viskositas, uji PH, uji daya sebar,
dan uji daya lekat.
c) Variabel terkendali : jumlah bahan, metode, dan alat yang digunakan
dan cara pembuatan bath gel
B. Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium
untuk memperoleh data hasil. Penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap pertama
adalah pembuatan sediaan bath gel dari sediaan ekstrak daging buah alpukat
dengan bahan pelembab gliserin, tahap kedua pembuatan sediaan bath gel dari
sediaan ekstrak daging buah alpukat dengan bahan pelembab propilenglikol dan
tahap ketiga pembuatan sediaan bath gel dari sediaan ekstrak daging buah alpukat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan bahan pelembab madu. Perbedaan antara ketiga tahap terletak pada
penggunaan bahan pelembab bath gel. Selanjutnya dilakukan penelitian
melakukan beberapa uji sifat fisik bath gel.
C. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Tekonologi Farmasi D3
Farmasi FMIPA UNS mulai bulan April-Juli 2012.
D. Alat Dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Pisau, Oven Dryer, Blender, Aluminium Foil, Perangkat Ekstraksi,
Erlenmeyer, Termometer (YENACO), Timbangan analitik, PH meter
(EUTECH), viscometer (RION VT-04), Rotary evaporator (STUART), serta
peralatan gelas lainnya
2. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :
Daging Buah Alpukat, Madu, Sodium Lauril Sulfat (Teknis), HPMC (Teknis),
Gliserol (Teknis), Propilenglikol (Teknis), Aquades(Teknis)
E. Tahap penelitian
1. Identifikasi Sampel
Buah alpukat (Persea americana Mill) yang akan digunakan dalam
penelitian ini sebelumnya dideterminasi dahulu untuk memastikan bahwa buah
yang digunakan benar-benar Buah alpukat (Persea americana Mil). Determinasi
akan dilakukan di Universitas Setia Budi, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Pembuatan Simplisia
Sampel yang digunakan dalam percobaan adalah daging buah alpukat yang
dibeli di pasar buah. Setelah sampel terkumpul kemudian dibersihkan dari
pengotor, dicuci sampai bersih, lalu dirajang kasar. Daging buah alpukat
dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 50oC selama 6 hari. Daging alpukat
kering yang dihasilkan selanjutnya dihaluskan dengan rnenggunakan blender dan
siap diekstraksi.
3. Maserasi
Daging buah alpukat yang sudah dihaluskan ditimbang 500 g selanjutnya
di ekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95% di
masukkan toples kaca selama 3 hari sambil sekali-kali diaduk-aduk. Selanjutnya
sari etanol 95% dipisahkan dengan cara penyaringan. Ekstrak etanol dipekatkan
dengan rotary evaporator dengan suhu 60o C dengan kecepatan 5 rpm selama ± 7
jam lalu dipindahkan ke dalam cawan penguap lalu dipanaskan dengan suhu 60o C
Juga selanjutnya dihentikan setelah mendapatkan ekstrak kental
4. Analisis kandungan ekstrak
Ekstrak alpukat yang dihasilkan di uji kualitatif untuk mengetahui
kandungan yang ada di dalam ekstrak tersebut
a. Identifikasi Karbohidrat
Sejumlah ekstrak ditambah pereaksi Fehling A, Fehling B, dan larutan
NaOH, kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya
perubahan warna menjadi merah setelah dipanaskan (Wardhana dkk, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Identifikasi Lemak
Sejumlah ekstrak ditambahkan pereaksi Lieberman – Burchard. Reaksi
positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi ungu
(Wardhana dkk, 2009).
c. Identifikasi Protein
Sejumlah ekstrak ditambahkan pereaksi Ninhidrin 2%. Perubahan warna
menjadi violet menunjukkan reaksi positif untuk protein (Wardhana dkk,
2009).
d. Identifikasi vitamin C
Sejumlah ekstrak ditambahkan dan FeCl3. reaksi positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna ungu hitam (Wardhana dkk, 2009).
F. Formula
Tabel II. Formula
Nama Bahan FI FII FIII
Ekstrak alpukat 0,4% 0,4% 0,4%
Sodium Lauril Sulfat 3% 3% 3%
HPMC 4% 4% 4%
Gliserin 6% - -
Propilen glikol - 6% -
Madu - - 6%
Nipagin 0,2% 0,2% 0,2%
Aquades Ad 50 Ad 50 Ad 50
Dalam persen (b/b)
Keterangan :
Ekstrak buah alpukat 0,4% dalam tiap formulasi (Wardhana,2009)
Formula I : penambahan humaktan gliserin
Formula II : penambahan humaktan propilenglikol
Formula III : penambahan humaktan madu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
G. Uji Sifat Fisis Gel
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi warna, bau, dan bentuk yang dapat diamati secara
visual dengan panca indra. Pengamatan organoleptis juga dilakukan pada
hari ke 1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, hari ke-28 selama penyimpanan
2. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar ditentukan dengan cara berikut : bath gel ekstrak alpukat
hasil formulasi sebanyak 0,5 gram diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi cawan petri, dibiarkan selama (15 detik) dan luas daerah
yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan petri yang
diberi beban tertentu masing-masing 5, 10, 15 dan 20 g dan dibiarkan
selama 60 detik, pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat
dihitung.
3. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan menimbang 0,5 gram bath gel ekstrak
alpukat lalu diletakkan di kaca objek, lalu ditutup dengan kaca objek
satunya selanjutnya diberi beban 1kg diatasnya selama 5 menit, setelah itu
diikat dengan 2 statif yang berbeda. Dimana salah satu ujung dari ikatan
kaca objek tersebut diberi pemberat 60 gram, kemudian sediaan yang
dihasilkan dioleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca
objek yang lain.diposisikan sehingga kedua tali yang mengikat kedua kaca
objek tersebut menegang lalu melepaskan pemberatnya. Dihitung waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang diperlukan kedua kaca objek untuk melepaskan perlekatannya. Adapun
syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari 4 detik.
4. Uji Viskositas
Uji viskositas gel dilakukan dengan alat viskometer. Viskometer dipasang
pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah klem.
Rotor kemudian dipasang viskotester dengan menguncinya berlawanan arah
dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel gel yang akan diuji, rotor
ditempatkan tepat berada ditengah-tengah yang berisi gel , kemudian alat
dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara
otomatis akan bergerak menuju ke kanan, kemudian stelah stabil viskositas
dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Pengujian viskositas
digunakan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari suatu sediaan,
dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk
mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya. Pengujian
viskositas pada sediaan gel formula, dan formula kontrol menggunakan
viskometer. Pengujian dilakukan pada hari ke 1, hari ke-7, hari ke-14, hari
ke-21, hari ke-28 selama penyimpanan.
5. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan pHmeter pada sediaan gel.
Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 1 setelah sediaan jadi, dan hari ke-7,
hari ke-14, hari ke-21, hari ke-28 selama penyimpanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6. Uji kesukaan
Penilaian dilakukan berdasarkan warna, kekentalan, banyaknya busa, dan
kesan bersih terhadap 20 responden.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan 2 cara :
a. Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratan yang
terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lainnya.
b. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik menggunakan progam SPSS
17 menggunakan uji Kolmogorov-smirnov, jika data terdistribusi normal
diuji menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian
dillengkapi uji LSD (Least Significant Difference). Untuk uji terhadap
responden meliputi uji kesukaan warna, kelengketan, banyaknya busa, kesan
bersih dianalisis menggunakan uji non parametrik yaitu uji Freadman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan gliserin,
propilenglikol, dan madu sebagai bahan tambahan humaktan terhadap sifat fisis
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat dan dapat mengetahui bahan humaktan
yang memberikan kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel
ekstrak alpukat.
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu
penelitian dengan menggunakan bahan alam. Determinasi ini bertujuan untuk
mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga
kesalahan saat pengumpulan bahan dapat dihindari. Hasil determinasi yang telah
dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika Tumbuhan Universitas Setia
Budi, berdasarkan acuan dari buku Flora untuk Sekolah di Indonesia karangan
Dr.C.G.G.J Van Steenis menyatakan bunga yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benar-benar daging buah alpukat (Persea americana Mill). Hasil
determinasi buah alpukat (Persea americana Mill) dapat dilihat pada Lampiran 4.
B. Pembuatan Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill)
Buah alpukat yang dikeringkan diperoleh rendemen sebanyak 8,79% (b/b)
dari 8 kg daging buah alpukat basah. Pengeringan ini dimaksudkan agar simplisia
lebih stabil secara mikrobiologi dan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi lebih
sedikit dan efisien. Proses ekstraksi secara maserasi digunakan pelarut etanol 95%
agar kandungan minyak nabati dan vitamin-vitamin dapat terambil secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
optimal.Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 13,6% (b/b) dari 500 g simplisia
daging buah alpukat kering.
C. Hasil Organoleptis Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mil)
Dari ekstraksi yang dilakukan kemudian didapatkan ekstrak buah alpukat.
Selanjutnya dilakukan pengamatan secara organoleptis. Pengamatan dilakukan
untuk mengetahui warna, bau, pH, dan rendemen ekstrak yang diperoleh dari 500
mg simplisia daging buah alpukat kering.
Tabel III. Hasil Pengamatan secara Organoleptis Ekstrak Buah Alpukat
Pengamatan Hasil
pH 5,59
Bau Khas alpukat
Warna Hijau kehitaman
Rendemen 13,6%
Untuk mengetahui kandungan dalam ekstrak buah alpukat dilakukan analisis
kandungan meliputi identifikasi adanya kandungan karbohidrat, protein, lemak,
dan vitamin C. Hasil analisis kandungan dari ekstrak buah alpukat dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel IV. Hasil analisis kandungan ekstrak buah alpukat
No Identifik
asi Pereaksi Hasil
1 Karbohidrat Fehling A + Fehling B + NaOH+ H2 SO4 +
2 Protein Ninhidrin, dipanaskan selama 3 menit +
3 Lemak Lieberman- Burchard +
4 Vitamin C FeCl3 +
Keterangan :
+ : Ada kandungan
- : Tidak ada kandungan
D. Pembuatan Sediaan Bath gel Ekstrak Buah Alpukat
Bath gel ekstrak alpukat (Persea americana Mil) dibuat dalam 3 (tiga)
formulasi dengan variasi bahan tambahan humaktan yaitu gliserin, propilenglikol,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dan madu. Untuk bath gel ekstrak alpukat dengan penambahan gliserin,
propilenglikol, dan madu dapat dilihat pada Gambar 1.
Formula I Formula II Formula III Formulasi 1 : Menggunakan bahan humaktan gliserin
Formulasi 2 : Menggunakan bahan humaktan propilenglikol
Formulasi 3 : Menggunakan bahan humaktan madu
Gambar 1. Hasil Bath gel ekstrak buah alpukat
E. Hasil Pengujian Bath gel
1. Pengamatan Organoleptis
Hasil pengamatan bath gel selama 4 minggu dapat dilihat pada Tabel V.
Hari
ke-
Formulasi Gel
FI FII FIII
Bau Warna Bentuk Bau Warna Bentuk Bau Warn
a
Bentuk
0 KA +++ GJ KA ++ GJ KA + GJ
7 KA +++ GJ KA ++ GJ KA + GJ
14 KA +++ GJ KA ++ GJ KA + GJ
21 KA +++ GJ KA ++ GJ KA + GJ
28 KA +++ GJ KA ++ GJ KA + GJ
Keterangan: FI: Formulasi I KA: Khas Alpukat GJ : Gel Jernih
FII: Formulasi II + : Kuning agak pekat
FIII: Formulasi III ++ : Kuning pekat
+++ : Kuning sangat pekat
Pengujian homogenitas bath gel ditunjukkan pada Tabel VI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel VI. Hasil Uji Homogenitas Bath gel
Formulasi Pengamatan bath gel (Hari ke)
0 7 14 21 28
FI - - - - -
FII - - - - -
FIII - - - - - Keterangan: FI: Formula I (-) : Homogen, tidak ada perubahan
FII: Formula II (+) : Tidak homogen, ada perubahan
FII: Formula III
Pengujian organoleptis bath gel bertujuan untuk mengetahui perubahan secara
organoleptis selama proses penyimpanan dari minggu ke minggu. uji organoleptis
meliputi warna, bau, dan bentuk yang dapat diamati secara visual dengan panca
indra. Pengamatan organoleptis juga dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-
14, hari ke-21, dan hari ke-28 selama proses penyimpanan. Hasil pengamatan ini
menunjukkan bahwa dari ketiga formulasi terdapat perbedaan warna, untuk
formula I kuning sangat pekat, formula II kuning pekat, formula III kuning agak
pekat tetapi tidak ada perubahan pada warna, bau, bentuk sediaan dan tetap
homogen selama pengamatan 4 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa sediaan
bath gel ekstrak alpukat secara organoleptis dari pengamatan pada hari ke-0
sampai pengamatan hari ke-28 tidak mengalami perubahan yang meliputi bau,
warna, bentuk sediaan, dan homogenitasnya. Secara organoleptis sediaan bath gel
ini tidak mengalami perubahan secara fisik selama proses penyimpanan sampai
hari ke-28.
2. pH
Nilai pH rata-rata dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan
penambahan gliserin, propilenglikol, dan madu dapat dilihat pada Gambar 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2. Grafik pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap pH sediaan bath
gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
pH merupakan salah satu syarat mutu dari bath gel. Hal ini karena jika
pH bath gel terlalu tinggi atau terlalu rendah maka dapat merusak kulit.
Produk kosmetik yang memiliki pH sangat tinggi atau sangat rendah dapat
membahayakan daya absorbsi kulit sehingga menyebabkan kulit teriritasi,
oleh sebab itu pH dari produk-produk kosmetik sebaiknya dibuat sesuai
dengan pH kulit, yaitu antara 4,5 sampai 7,0 (Wasiatmadja, 1997). Sedangkan
untuk sediaan bath gel pH antara 6 sampai 8 (Anonim, 1996).
Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula sudah memenuhi standar
pH sediaan bath gel yaitu antara 6,38 sampai 7,59 dari pengamatan hari ke-0
sampai hari ke-28. Dari ketiga formula mengalami penurunan dimungkinkan
karena pengaruh penambahan ekstrak yang digunakan, formula II yang
menggunakan bahan humaktan propilenglikol memiliki pH yang paling tinggi dari
kedua formula lainnya hal ini dikarenakan propilenglikol bersifat basa. pH gel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
lebih baik dalam suasana basa dimaksudkan agar tidak mengiritasi kulit karena
pH kulit cenderung asam dan untuk melarutkan lemak asam pada kulit. Formula
III dengan bahan humaktan madu menghasilkan sediaan bath gel dengan pH yang
paling rendah hal ini dikarenakan karena sifat bahan humaktan yang bersifat
asam. Dari hasil uji statistik terhadap penurunan PH formula I selama proses
pengamatan hari ke-0 sampai hari ke-28 menunjukkan penurunan yang signifikan,
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
menunjukan penurunan yang signifikan. Formula II selama menunjukkan
penurunan yang signifikan, dengan hasil signifikansi sebesar 0,001 < 0,05
sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan penurunan yang signifikan.
Formula III menunjukkan penurunan yang signifikan, dengan hasil signifikansi
sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan penurunan
yang signifikan. Dilihat dari pH ketiga formula, formula II dengan penambahan
humaktan propilenglikol mempunyai pH yang paling baik.
Selanjutnya data tersebut diuji secara analisis statistik, menggunakan
pengujian Kolmorgov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
disimpulkan data terdistribusi secara normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 <
0.05. Dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mengetahui perbedaan pH antar formula memiliki perbedan yang bermakna atau
tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu : nilai signifikansi
antara formula I dan formula II, formula I dan III, formula II dan III adalah 0,000
yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan antar formula
tersebut memiliki perbedaan yang bermakna, sehingga penambahan bahan
humaktan propilenglikol, gliserin, dan madu memberikan pengaruh terhadap pH
sediaan bath gel (Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 2).
3. Uji Viskositas
Viskositas rata-rata dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan
penambahan bahan humaktan gliserin, propilenglikol, dan madu yang
ditambahkan ke dalam bath gel dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Data hasil
uji viskositas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap viskositas
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Analisis viskositas dapat memberikan informasi sifat fisik bath gel dan
2700026000
2500023000 23000
2200020000 20000
1900018000
1900018000
1700015000
13000
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
0 7 14 21 28
Vis
kosi
tas
(cp
s)
Waktu (Hari)
F I
F II
F III
F I : Menggunakan bahan humaktan gliserin
F II : Menggunakan bahan humaktan propilenglikol
F III : Menggunakan bahan humaktan madu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menentukan kestabilan suatu produk selama penyimpanan. Menurut Williams dan
Schmitt (2002), viskositas untuk produk-produk cair dan busa mandi berada
pada kisaran 400 cps – 4000 cps, Sedangkan untuk viskositas sediaan bath gel
pada kisaran 500 cps – 28000 cps (Anonim, 1996).
Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula sudah memenuhi standar
viskositas sediaan bath gel yaitu FI 23000 cps sampai 27000 cps, FII 18000 cps
sampai 22000 cps, FIII 13000 cps sampai 19000 cps dari pengamatan hari ke-0
sampai hari ke-28. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama disimpan,
sediaan bath gel ekstrak alpukat mempunyai kecenderungan mengalami
penurunan nilai viskositas dikarenakan pengaruh humaktan dalam
mempertahankan ikatan antar gelling agent, ketika ikatan antar gelling agent
putus maka viskositas akan turun. Namun, nilai viskositas tersebut masih
berada dalam kisaran standar rentang viskositas bath gel yang ada. Viskositas dari
bath gel ini termasuk tiksotropi tipe aliran dilatan karena viskositas bath gel ini
jika didiamkan akan berubah lebih padat, tetapi jika dilakukan pengadukan
viskositas akan menurun atau kembali seperti semula.
Dari ketiga formula mengalami penurunan, formula I yang menggunakan
bahan humaktan gliserin memiliki viskositas paling tinggi, Formula III
menghasilkan sediaan bath gel dengan viskositas yang paling rendah hal ini
dikarenakan penambahan madu sebagai bahan humaktan, madu bersifat
higroskopis dan madu memiliki kandungan air berlebih dari pada bahan humaktan
lainnya sehingga viskositas yang terbentuk paling rendah. Dari hasil uji statistik
terhadap penurunan viskositas formula l selama proses pengamatan hari ke-0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sampai hari k-28 menunjukkan penurunan yang signifikan, dengan hasil
signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan
penurunan yang signifikan. Formula II menunjukkan penurunan yang signifikan,
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
menunjukan penurunan yang signifikan. Formula III menunjukkan penurunan
yang signifikan, dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa
nol ditolak dan menunjukan penurunan yang signifikan.
Selanjutnya data tersebut diuji secara analisis statistik, menggunakan
pengujian Kolmorgov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
disimpulkan data terdistribusi secara normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 <
0.05. dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk
mengetahui perbedaan viskositas antar formula memiliki perbedan yang bermakna
atau tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu nilai
signifikansi antara formula I dan formula II, formula I dan 3, formula II dan 3
adalah 0,000 yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan
antar formula tersebut memiliki perbedaan yang bermakna, Sehingga penambahan
bahan humaktan propilenglikol, gliserin, dan madu memberikan pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terhadap viskositas sediaan bath gel yang dihasilkan. (Hasil uji statistik dapat
dilihat pada Lampiran 3).
4. Daya sebar
Daya sebar dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan penambahan bahan
humaktan gliserin, propilenglikol, dan madu yang ditambahkan ke dalam bath
gel dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Data hasil uji daya sebar dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap daya sebar
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Pengujian daya sebar ini digunakan untuk mengetahui kecepatan
penyebaran gel pada kulit.
Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula mengalami penambahan
luas diameter dengan adanya penambahan beban 5, 10, 15, 20 g. Daya sebar dari
ketiga formula dapat dilihat pada F II dan III hampir sama. F III mempunyai luas
diameter yang paling besar sementara F I mempunyai luas diameter yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kecil, hal ini dikarenakan viskositas dari formula tersebut sehingga menyebabkan
sediaan bath gel dengan viskositas tinggi lebih sulit dalam mengalir dan gaya
kohesifitas antara gelling agent juga semakin besar sehingga menyebabkan daya
sebarnya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan sediaan bath gel yang memiliki
viskositas yang lebih rendah. Daya sebar yang semakin luas akan semakin baik
kerja sediaan bath gel dalam membersihkan pada kulit dan semakin mudah
digunakan.
5. Daya lekat
Daya lekat dari bath gel yang dihasilkan berdasarkan penambahan bahan
humaktan gliserin, propilenglikol, dan madu yang ditambahkan ke dalam bath
gel dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap daya lekat
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Pengujian daya lekat digunakan untuk mengetahui kemampuan gel
melekat pada kulit. Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang
dari 4 detik (Nevi, 2006). Dilihat dari gambar di atas dari ketiga formula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengalami penurunan waktu daya lekat selama proses penyimpanan hari ke 0
sampai ke 28. Tetapi ketiga formula tersebut masih memenuhi standart Waktu
daya lekat yaitu tidak kurang dari 4 detik. F I mempunyai daya lekat yang lebih
besar dibandingkan F II dan F III, ini dikarenakan viskositas dari formula I juga
tinggi dan sudah sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar viskositas
suatu sediaan, semakin besar pula daya lekatnya. Tetapi ini berbanding terbalik
dengan waktu daya lekat formula II yang mempunyai daya lekat yang rendah dari
pada formula III. Ini dikarenakan sifat fisis dari bahan humaktan propilenglikol.
Dari hasil uji statistik terhadap penurunan daya lekat formula I selama proses
pengamatan hari ke-0 sampai hari k-28 menunjukkan penurunan yang signifikan,
dengan hasil signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga hipotesa nol ditolak dan
menunjukan penurunan yang signifikan. Formula II selama menunjukkan
penurunan yang signifikan, dengan hasil signifikansi sebesar 0,001< 0,05
sehingga hipotesa nol ditolak dan menunjukan penurunan yang signifikan.
Formula III menunjukkan penurunan yang tidak signifikan, dengan hasil
signifikansi sebesar 0,080< 0,05 sehingga hipotesa nol diterima dan menunjukan
penurunan yang tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa formula I dengan
penambahan humaktan gliserin memiliki sifat yang paling baik dibandingkan
dengan formula II dan III apabila dilihat dari nilai daya lekatnya. Karena, semakin
lama gel melekat di kulit maka semakin baik gel tersebut melarutkan lemak dan
kotoran dalam kulit.
Selanjutnya data tersebut diuji secara analisis statistik, menggunakan
pengujian Kolmorgov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai
signifikansi, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan dapat
disimpulkan data terdistribusi secara normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayan 95% dari pengamatan hari ke-0, ke-7,
ke-14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan perbedaan yang signifikan dari ketiga
formula tersebut, dari hasil uji statistik diperoleh signifikansi sebesar 0.000 < 0.05
Sehingga penambahan bahan humaktan propilenglikol, gliserin, dan madu
memberikan pengaruh terhadap daya lekat sediaan bath gel yang dihasilkan.
(Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 4)
6. Uji Kesukaan (Hedonik)
Uji hedonik atau uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui
penerimaan responden terhadap bath gel ekstrak alpukat yang dihasilkan. Uji
hedonik merupakan salah satu uji penerimaan, dimana dalam uji ini responden
diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap produk yang dihasilkan (Rahayu, 2001).
Pada uji kesukaan ini melibatkan 20 responden yaitu mahasiswa dari
jurusan farmasi maupun mahasiswa jurusan lain. Responden rata-rata berumur 21
tahun sampai 25 tahun. Responden memberikan penilaian terhadap warna,
kekentalan, banyaknya busa, dan kesan bersih terhadap bath gel yang
dihasilkan.
a. Warna
Penilaian hedonik terhadap warna dilakukan dengan menilai warna bath
gel yang dihasilkan secara visual oleh responden. Tingkat kesukaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tinggi mewakili warna yang paling disukai responden. Hasil penilaian kesukaan
responden terhadap warna bath gel yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap warna
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Rata- rata tingkat respon responden terhadap warna bath gel yang
dihasilkan berkisar antara 4,55 – 5,5 (antara netral dan agak suka). Dari
tingkat penilaian responden terhadap kesukaan warna bath gel ekstrak alpukat
yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan madu (F III)
dengan rata- rata 5,5. Untuk F III, madu yang digunakan adalah madu sumbawa
berwarna putih yang dapat mempengaruhi warna dari bath gel menjadi kuning
yang tidak terlalu pekat dibandingkan dari F I dan F III. Responden lebih
menyukai warna bath gel yang tidak terlalu pekat. Urutan tingkat kesukaaan
pada warna bath gel adalah F III 5,5 ; F I 4,9 ; F II 4,55. jadi dapat disimpulkan
bahwa F III mempunyai rata-rata penilaian terhadap warna yang paling baik
dan paling disukai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 (Lampiran 6) menunjukkan bahwa
nilai signifikansi 0.002 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap warna bath gel yang
dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda untuk
setiap perlakuan.
b. Kekentalan
Penilaian hedonik terhadap kekentalan bath gel yang dihasilkan
dilakukan dengan cara menuangkan bath gel ke dalam tangan. Tingkat kesukaan
yang tinggi mewakili kekentalan yang paling disukai responden. Hasil
penilaian kesukaan responden terhadap kekentalan bath gel yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap kekentalan
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Rata-rata tingkat respon responden terhadap kekentalan bath gel yang
dihasilkan berkisar antara 4,25 – 4,95 (netral). Dari tingkat penilaian
responden terhadap kesukaan kekentalan bath gel ekstrak alpukat yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan madu (F III) dengan rata-
rata 4,95. Responden lebih menyukai kekentalan bath gel yang tidak terlalu
kental atau bisa dibilang yang mempunyai nilai viskositas yang paling rendah.
ini berkaitan dengan mudah tidaknya bath gel tersebut di tuang kedalam tangan,
bath gel yang tidak terlalu kental atau yang mempunyai nilai viskositas paling
rendah, lebih mudah dituang. Tingkat kesukaan yang kedua adalah F II, ketiga
adalah F I. Urutan tingkat kesukaaan pada kekentalan bath gel adalah F III 4,95
; F II 4,6 ; F I 4,25. jadi dapat disimpulkan bahwa F III mempunyai rata-rata
penilaian terhadap kekentalan yang paling baik dan paling disukai.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa responden tidak menyukai bath
gel yang terlalu kental. Namun dari hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05
(Lampiran 6) menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0.127 > 0.05. Jadi faktor
penambahan bahan humaktan tidak berpengaruh nyata pada kesukaan
responden terhadap kekentalan bath gel yang dihasilkan, dengan kata lain
responden memberikan respon yang hampir sama untuk setiap perlakuan
c. Banyaknya busa
Penilaian kesukaan terhadap banyaknya busa dari bath gel cair yang
dihasilkan dilakukan dengan cara menilai banyaknya busa yang dihasilkan bila
bath gel digosok-gosokkan pada tangan yang basah. Tingkat kesukaan yang
tinggi mewakili banyaknya busa dan kelembutan busa yang dihasilkan.
Hasil penilaian kesukaan responden terhadap warna bath gel yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 7. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap banyaknya
busa sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Rata-rata tingkat respon responden terhadap banyaknya busa bath gel
yang dihasilkan berkisar antara 2,59 – 5 (antara tidak suka dan agak suka).
Dari tingkat penilaian responden terhadap kesukaan banyaknya busa bath gel
ekstrak alpukat yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan
madu (F III) dengan rata- rata 5. Responden lebih menyukai bath gel yang
mempunyai busa yang banyak. Urutan tingkat kesukaaan pada banyaknya busa
bath gel adalah F III 5,7 ; F II 4,45 ; F I 2,9. Jadi dapat disimpulkan bahwa F III
mempunyai rata-rata penilaian terhadap banyaknya busa yang paling baik dan
paling disukai.
Hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 (Lampiran 6) menunjukkan bahwa
nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap banyaknya busa bath gel
yang dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
untuk setiap perlakuan.
d. Kesan bersih
Pengujian kesukaan terhadap kesan bersih bath gel yang dihasilkan
dilakukan dengan menilai kesan bersih pada kulit setelah pembilasan
dengan air. Hasil penilaian kesukaan responden terhadap kesan bersih bath
gel yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Diagram pengaruh gliserin, propilenglikol, dan madu terhadap kesan bersih
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mil)
Rata-rata tingkat respon responden terhadap kesan bersih bath gel yang
dihasilkan berkisar antara 4,75 – 5,7 (antara netral dan agak suka). Dari
tingkat penilaian responden terhadap kesukaan pada kesan bersih bath gel
ekstrak alpukat yang tinggi adalah pada bath gel dengan penambahan humaktan
madu (F III) dengan rata- rata 5,7. Urutan tingkat kesukaaan pada kesan bersih
bath gel adalah F III 5,7 ; F I 4,8 ; F II 4,75. jadi dapat disimpulkan bahwa F III
mempunyai rata-rata penilaian terhadap kesan bersih yang paling baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
paling disukai.
Hasil uji Friedman pada taraf α = 0.05 (Lampiran 6) menunjukkan bahwa
nilai signifikansi 0.029 < 0.05. Jadi faktor penambahan bahan humaktan
berpengaruh nyata pada kesukaan responden terhadap kesan bersih bath gel
yang dihasilkan, dengan kata lain responden memberikan respon yang berbeda
untuk setiap perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian terdapat perbedaan signifikan penggunaan gliserin,
propilenglikol, dan madu sebagai bahan humaktan dalam hal viskositas,
pH, daya lekat, dan daya sebar
2. Penggunaan propilenglikol sebagai bahan humaktan memberikan
kestabilan yang baik terhadap sifat fisis sediaan bath gel ekstrak alpukat
3. Penggunaan madu sebagai bahan humaktan lebih disukai dalam hal warna,
kekentalan, banyaknya busa dan kesan bersih
B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai optimasi bahan humaktan propilenglikol dan madu pada
sediaan bath gel ekstrak buah alpukat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user