Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
56
PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIFMAYOR SEBELUM
DAN SESUDAH DIBERIKANTERAPI
RELAKSASI NAPAS DALAM DI RUANG RAFAEL
RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN
BANDUNG
Evangeline H, S.Kp., M.Kep
Ibrahim Noch Bola, S.Kp., M.Kep
ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak pasti dan tidak jelas, biasanya di tandai dengan adanya perubahan fisiologis. Cemas dapat timbul oleh beberapa faktor diantaranya karena akan menghadapi suatu tindakan pembedahan. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatai kecemasan pasien sebelum menghadapi pembedahan (pra operatif) salah satunya dengan mengajarkan dan membimbing pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam di ruang Rafael rumah sakit Cahya Kawaluyan Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi experiment dengan rancangan one group pretest-postest. Sampel pada penelitian ini adalah pasien praoperatif mayor sebanyak 15 responden, yang dipilih dengen menggunakan tehnikpurposive sampling. Analisa data yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum diberikan relaksasi napas dalam adalah 48,67 (cemas ringan), sedangkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sesudah diberikan komunikasi relaksasi napas dalam adalah 44,07 (tidak cemas). Dapat disimpulkan bahwa relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor dengan p value = 0,000 (p-value < α = 0,05).Berdasarkan penelitian ini disarankanperawat dalam mempersiapkan pasien praoperatif mayor untuk memperhatikan tingkat kecemasan pasien dan menerapkan intervensi keperawatan mandiri seperti tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Kata kunci : Relaksasi napas dalam, kecemasan pra operasi mayor, uji t-test
Kepustakaan: 19, 2001-2012
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
57
A. Pendahuluan
Salah satu pelayanan medik yang ada dirumah sakit adalah pelayanan
pengobatan melalui tindakan operasi atau pembedahan. Operasi atau
pembedahan berdasarkan besar kecilnya, dapat dibedakan menjadi bedah
mayor dan bedah minor (Perry & Potter, 2006).
Bedah mayor adalah pembedahan yang melibatkan rekontruksi atau
perubahan yang luas pada bagian tubuh, menimbulkan resiko yang tinggi bagi
kesehatan, sedangkan bedah minor adalah pembedahan melibatkan perubahan
yang kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk memperbaiki
deformitas, mengadung resiko lebih rendah bila di bandingkan dengan
prosedur bedah mayor. (Perry & Potter,2006).
Segala bentuk tindakan operasi atau pembedahan akan selalu didahului
dengan reaksi emosional tertentu oleh pasien, reaksi tersebut terkadang
tampak jelas atau terkadang tersembunyi, normal atau tidak normal. Sebagai
contoh kecemasan pada pasien praoperatif merupakan suatu respon antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien suatu ancaman terhadap
peranannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupan itu sendiri
(Smeltzer, 2002).
Kecemasan yang terjadi pada pasien pra operatif bisa berupa
ketakutan.Ketakutanterhadapanestesi, nyeri, kematian, ketidaktahuan atau
takut tentang citra tubuh.Selain ketakutan-ketakutan di atas, pasien sering
mengalami kecemasan antara lain seperti masalah finansial, tanggungjawab
terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa
yang buruk dan probabilitas kecacatan di masadatang (Smeltzer, 2002).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik, kondisi alami subjektif dan di
komunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart, 1993 dalam Kapoh,
2012). Kecemasan yang dialami pada pasien yang akan menjalani operasi
dapat terlihat dari adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya
frekuensi nadi, pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,
telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama
berulang kali, maka disini seorang perawat harus jeli dalam menghadapi
pasien praoperatif, salah satu tindakan perawat melakukan pendekatan pada
dengan menggunakan sentuhan seperlunya untuk menunjukan rasa empati dan
kepedulian (Smeltzer, 2002).
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan pada pasien praoperatif
tersebut antara lain adalah mengambil tindakan untuk memaksimalkan
keamanan dan kenyamanan fisik serta emosional. Beberapa tindakan
keperawatan dapat mengurangi kecemasan yang dialami pasien, salah satunya
tindakan tersebut adalah relaksasi napas dalam .
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
58
Relaksasi napas dalam merupakan salah satu tindakan yang dapat mengurangi
beban emosional.
Adapun tujuan dari relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi
alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi
pernapasan, mengurangi stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin,
2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2009), di Ngudi Saras
Trikilan Kali Jambe Sragen, didapatkan data bahwa sebelum dilakukan
relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan berat (74,49%),
dan tingkat kecemasan ringan (25%) sedangkan hasil setelah dilakukan
relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan sedang (66,67%),
dan tingkat kecemasan ringan (33,33%). (Purwoko,2010,¶4,
http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013).
Rumah Sakit Cahya Kawaluyan adalah rumah sakit swasta tipe C yang
berdiri sejak tahun 2006, terdapat 72 tempat tidur yang terdiri dari ruang
perawatan penyakit dalam, perawatan bedah, perawatan anak, perawatan
maternitas dan ruang intensif care unit. Rumah sakit Cahya Kawaluyan
terletak kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung. Salah satu pelayanan yang
ada di rumah sakit Cahya Kawaluyan adalah pelayanan kamar operasi.
Berdasarkan studipendahuluandidapatkan data dari rekam medik
Rumah Sakit Cahya Kawaluyan periode Januari sampai Desember 2012
bahwa jumlah operasi mayor sebanyak 321 pasien. Dan berdasarkan hasil
wawancara da nobservasi secara langsung pada tanggal 21 Maret 2013
dengan15 pasien praoperatif yang akan menjalani bedah mayor, 6 pasien
mengatakan takut operasinya gagal, 5 pasien mengatakan jantungnya
berdebar-debar saat masuk kamar operasi, 2 pasien mengatakan takut dibius, 2
mengatakan takut sakit setelah operasi. Berdasarkan fenomena diatas dan
mengingat sangat penting bagi pasien untuk memiliki tingkat cemas minimal
dalam menghadapi prosedur operasi yang akan , peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif Mayor
sebelum dan sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik tentang Relaksasi
Napas Dalam di Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
59
B. Metodologi penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi
exsperimentdengan rancangan one group pretest-posttest designyaitu suatu
model penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2012). Dengan
rancangan design seperti bagan berikut ini
Pre test
01
Perlakuan
x
Post test
02
Kecemasan
sebelum
relaksasi nafas
dalam
Relaksasi
nafas dalam
Kecemasan
setelah
relaksasi nafas
dalam
Gambar Rancangan Penelitian Quasi experiment dengan
rancangan one grup pretest-posttest design (Sugiono, 2012).
Keterangan :
01:Pengukuran sebelum dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi
napas dalam(pre-test)
02:Pengukuran sesudah dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi napas
dalam (post-test)
X: Perlakuan Komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam
1. Hipotesis Penelitian
Menurut La Biondo Wood & Haber (1994 dalam Nursalam, 2011),
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam
penelitian. Hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam di ruang Rafael Rumah
Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
60
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor
sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi
napas dalam di ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan
Bandung.
2. Variabel Penelitian
Variabelpenelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2012).Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah relaksasi napas dalam.
b. Variabel Dependen (variabel efek, hasil, outcome, atau event)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
pada pasien praoperatif mayor.
3. Definisi Operasional
Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Konseptual Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil
Ukur Skala
relaksasi
napas
dalam
Kemampuan atau
ketrampilan perawat
untuk membantu
pasien beradaptasi
terhadap stres,
mengatasi dan
bagaimana
berhubungan dengan
orang lain dan
bagaimana napas
dalam dan napas
lambat dan
bagaimana
menghembuskan
napas secara perlahan
(Smeltzer 2002)
Metode
relaksasi yang
dilakukan
perawat kepada
pasien
praoperatif
mayor di ruang
rawat inap
(Rafael)
SOP
Relaksasi
napas
dalam
- -
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
61
Kecemasan Kekhawatiran yang
tidak jelas dan
menyebar, yang
berkaitan dengan
tidak pasti dan tidak
berdaya (Stuart,
2012).
Suatu keadaan
dimana
responden
menunjukkan
gejala tanda
adanya
kecemasan
dalam
menghadapi
operasi mayor d
Zung
Self-
Rating
Anxiety
Scale
(ZSAS)
Rasio Nilai
kece
masa
n 25-
100
4. Populasi, sampel dan instrumen Penelitian
Populasipasien yang menjalani operasi mayor pada periode tahun
2012 sebanyak 321 orang. Untuk populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang akan menjalani bedah mayor di Ruang Rafael Rumah
Sakit Cahya Kawaluyan.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan rancangan
purposive sample. Karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
rancangan penelitian quasi experiment maka jumlah sampel yang diambil
adalah 15 responden (Sugiyono, 2012). Sampel diambil berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien yang bersedia menjadirespoden
2) Bisa membaca dan menulis
3) Pasien yang akan dilakukan operasi mayor
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
62
Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk variabel kecemasan
adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Adapun nilai skore untuk tiap
pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
A = Tidak pernah sama sekali (Nilai 1)
B = Kadang-kadang saja mengalami demikian (Nilai 2)
C = Sering mengalami demikian (Nilai 3)
D = Selalu mengalami demikian (Nilai 4)
Sedangkan klasifikasi tingkat kecemasan ZSAS (anxiety index)adalah
sebagai berikut :
1) Tidak Cemas, jika nilai < 45
2) Cemas Ringan, jika nilai 45-59
3) Cemas Sedang, jika nilai 60-74
4) Cemas Berat, jika nilai ≥ 75
5. Analisa data
Data tingkat kecemasan responden dianalisa menggunakan metode
analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menentukan
rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian relaksasi nafas
dalam. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji t dependen setelah
melakukan uji normalitas data dan didapatkan bahwa data berdistribusi
normal.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitiantelah dilakukan diruang Rafael di RumahSakitCahyaKawaluyan
Bandung pada tanggal 08 sampai dengan 26 Juni 2013.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor
sebelum diberikankomunikasi terapeutik relaksasi napas dalam
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
63
Tabel Nilai Rata-Rata (Mean) Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan
Relaksasi Napas Dalam
Variabel
Nilai Rata-Rata
(Mean)/Tingkat
Kecemasan
Minimal-
Maksimal
Std.
Deviation
95%
Confidence
Interval (CI)
Kecemasan
Sebelum
Komunikasi
Terapeutik
Relaksasi Napas
Dalam
(Pre-Test)
48,67
43-54
3,754
46,59-50,75
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean)
tingkat kecemasan sebelum diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas
dalam adalah 48,67, hal ini termasuk tingkat kecemasan ringan.
b. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor
sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik Relaksasi Napas Dalam
Tabel Nilai Rata-Rata (Mean)/ TingkatKecemasanSesudah
Dilakukan Relaksasi Napas Dalam
Variabel
Nilai Rata-Rata
(Mean)/Tingkat
Kecemasan
Minimal-
Maksimal
Std.
Deviation
95%
Confidence
Interval
(CI)
Kecemasan
Sebelum
Komunikasi
Terapeutik
Relaksasi Napas
Dalam
(Post-Test)
44,07
39-50
3,173
39-50
Berdasarkan dari tabel diatas didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean)
tingkat kecemasan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas
dalam adalah 44,07, hal ini termasuk tidak cemas.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
64
2. Analisis Bivariat
Tabel Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif
Mayor Sebelum dan Sesudah Relaksasi Napas Dalam
Variabel
Tingkat
Kecemasan
Nilai Rata-
Rata
(Mean)
/Tingkat
Kecemasan
Perbedaan
Rata-Rata
(Mean)
Std.
Deviation
95% Confidence
Interval
P-
Value
N Lower Upper
Kecemasan
Sebelum
Relaksasi
Napas Dalam
(Pre-Test)
48,67
4,6
3,754
46,59
50,75
0,000
15
Kecemasan
Sesudah
Relaksasi
Napas Dalam
(Post-Test)
44,07
3,173
39
50
15
Dari hasil penelitian secara statisik didapatkan rata-rata penurunan
kecemasan sebesar 4,6 yaitu dari 48,67 menjadi 44,07, dengan kata lain dapat
disimpulkan perubahan tingkat kecemasan responden mengalai perubahan yaitu
dari kategori cemas ringan menjadi tidak cemas. Sedangkan berdasarkan hasil
uji kemaknaan didapatkan nilai p-value 0,000, p-value ,α (α = 0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam pada
pasien praoperatif mayor .
3. Pembahasan
Menurut Smeltzer & Barre (2009) kecemasan pada pasien praoperatif
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pasien mengalami
ketakutan terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
ketidaktahuan atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Perawat dapat membantu
pasien melewati fase ini dengan lebih baik dengan memberikan intervensi
keperawatan mandiri salah satunya dengan mengajarkan serta membimbing
pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.
Tehnik relaksasi napas dalam adalah kemampuan atau ketrampilan
perawat dalam membantu pasien beradaptasi terhadap stres. Tujuan dari
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
65
relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi alveolar maksimal,
meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi
stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin, 2008).
Tehnik relaksasi napas dalam dapat mengurangi kecemasan, beberapa
bukti telah menunjukan bahwa seseorang dengan tingkat kecemasan berat dapat
menunjukan efek fisiologis melalui relaksasi napas dalam. (dalam Purwoko,
2009, ¶ 4, http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013), didapatkan
data sebelum diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan tingkat
kecemasan berat sebanyak (79,49%), dan tingkat kecemasan ringan (25%),
sedangkan hasil setelah diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan
tingkat kecemasan sedang (66,67%), dan tingkat kecemasan ringan (33,33%).
Dari hasil penelitian pada pasien praoperatif mayor sebelum diberikan
relaksasi napas dalam, pasien yang mengalami tanda dan gejala kecemasan
paling banyak adalah :gugup, takut, mudah marah, jantung berdebar-debar,
tangan dingin keluar keringat dan perasaan gelisah. Sedangkan setelah diberikan
komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam, tanda dan gejala kecemasan yang
dirasakan pasien berkurang.
D. Kesimpulandan saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien
Praoperatif Mayor sebelum dan sesudah pemberian relaksai nafas dalam Di
Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor
sebelum diberikan relaksasi napas dalam (pre-test) adalah 48,67
(tingkat kecemasan ringan).
2. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor
setelah diberikan relaksasi nafas dalam adalah 44,07 (tidak cemas).
3. Ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan
pasien bedah mayor di ruang Rafael, Rumah Sakit Cahaya
Kawaluyaan, Bandung dengan nilaip = 0,000 (p-value< α, α = 0,05).
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
66
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian beberapa saran dapat diberikan sebagai
berikut bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan hendaknya senantiasa
mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta dibuat standar
prosedur operasional terkait tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien pre
operasi pada umumnya. Sedangkan bagi perawat diharapkan perawat lebih
peka untuk mengkaji tingkat kecemasan pasien pre operasi pada umumnya
serta menerapkan intervensi kepewaratan mandiri seperti relaksasi nafas
dalam untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien. Bagi peneliti
selanjutnya.
Bagi peneliti ini mempunyai kelemahan dan keterbatasan pada sumber
data sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian ini dengan kelompok kontrol, responden lebih banyak dan
intervensi dilakukan lebih dari satu kali saat pre-test dan post-test yaitu satu
hari sebelum dilakukan pembedahan dan saat akan dilakukan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.(2003). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
_______.(2010). Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta.
Damaiyanti.(2010). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Refika Aditama.
Dalami.(2009). Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info media.
Hawari.(2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Hidayat.(2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin.(2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemPernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nasir.(2009). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S.(2012). MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta.
Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Purwoko. (2010).http://library.upnvj.ac.id.diperoleh tanggal 09 Mei 2013
Riyadi & Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013
67
Riyanto, A. (2011). Pengolahan Data danAnalisa Data Kesehatan.Yogyakarta
:NuhaMedika.
Smeltzer, S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 1 Edisi 8. Jakarta : EGC.
__________. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Stuart. (2012). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: EGC.
Tamsuri. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Top Related