PERANAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN ENCENG GONDOK TERHADAP TOTAL PENDAPATAN
RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA DEPOK KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Aryani Susilowati
08405244049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2012
v
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka bekerja keraslah (dalam urusan lain). Hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu
berharap”
(Al Insyirah: 68)
“Tersenyumlah dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari
dengan penuh semangat“ (Kahlil Gibran)
Ketika kamu berharap yang terbaik tapi kamu hanya mendapat yg biasa, bersyukurlah kamu bukan yang
terburuk. (Kahlil Gibran)
“Siapapun yang berhenti belajar maka ia telah menjadi tua, tidak peduli apakah dia berusia dua
puluh atau delapan puluh tahun. Siapapun yang tetap belajar maka ia tetap muda. Hal terbaik dalam hidup
adalah menjaga pikiran anda tetap muda”. (Henry Ford)
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk:
Tuhan YME sebagai pemberi Segalanya dalam hidupku.
Bapak Suroto dan Ibu Ngadisah, yang telah memberi dukungan terimakasih atas segala doa, kesabaran,
perhatian, dorongan moril, materil dan kasih sayang yang telah engkau berikan kepadaku sampai saat ini.
Serta Almamater: Universitas Negeri Yogyakarta
Dan ku Bingkiskan untuk kakak dan adikku tersayang, terimakasih untuk segala
canda tawa, semangat, dan doa yang selalu kalian berikan.
.
vii
PERANAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN ENCENG GONDOK TERHADAP TOTAL PENDAPATAN
RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA DEPOK KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
Oleh:
Aryani Susilowati NIM.08405244049
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Proses pengolahan industri kerajinan enceng gondok sehingga menjadi kerajinan. (2) Hambatan yang dialami pengrajin kerajinan enceng gondok. (3) Upaya pengrajin mengatasi hambatan industri kerajinan enceng gondok. (4) Sumbangan pendapatan dari industri kerajinan enceng gondok. (5) Upaya pengembangan diri pengrajin industri kerajinan enceng gondok. Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dimana subyek penelitian ini adalah rumah tangga pengrajin yang ada di desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 50 responden dan merupakan penelitian populasi. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskripif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengolahan industri kerajinan enceng gondok yang ada di desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo masih dalam bentuk barang ½ jadi, harga bahan baku Rp 4.500/kg. Hasil kerajinan enceng gondok antara lain: tas, bantal, prismet, tikar, dan lain – lain. Harga hasil kerajinan enceng gondok berkisar Rp 8.000 – Rp 30.000 tergantung besar kecilnya barang kerajinan. (2) Hambatan yang dialami pengrajin yaitu bahan baku mahal, pengrajin tidak diberi kesempatan mengolah kerajinan enceng gondok sampai tahap finishing. (3) Upaya mengatasi hambatan yaitu pengrajin belajar mengolah kerajinan enceng gondok sampai tahap finishing untuk meningkatkan harga kerajinan enceng gondok dengan membentuk kelompok. (4) Sumbangan pendapatan dari kerajinan enceng gondok terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin sebesar 27,5 %. (5) Upaya pengembangan diri pengrajin industri kerajinan enceng gondok yaitu pengrajin mengikuti kursus atau pelatihan, melakukan promosi atau pameran untuk memperkenalkan kerajinan enceng gondok.
Kata Kunci : Enceng Gondok, Sumbangan, Rumah Tangga
viii
KATA PENGANTAR
ALhamdulilahirrobbil’alamin, segala puji bagi Alloh Rabb
Semesta Alam yang telah menciptakan segala sesuatu di langit dan bumi.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat hingga akhir zaman. Amin.
Skripsi yang berjudul “Peranan Pendapatan Industri Kerajinan Enceng
Gondok Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin Di Desa
Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo” ini disusun sebagai
salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNY.
3. Ibu Dr Hastuti, M. Si., Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang telah
memberikan izin secara resmi atas penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Suparmini M.Si., selaku Pembimbing yang bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan skripsi ini.
5. Bapak Nurhadi M.Si., selaku Narasumber dalam penelitian ini.
Terimakasih atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi atas didikan dan
bimbingan pengajaran selama ini.
ix
7. Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, BAPPEDA Propinsi
DIY, BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo, Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Kulon Progo, Kecamatan Panjatan dan Balai Desa Depok
yang telah memberikan izin dan data – data yang telah diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Pengrajin enceng gondok yang ada di Desa Depok yang telah
memberikan waktunya dan kerjasamanya untuk penelitian skripsi ini.
9. Bapak dan Ibuku yang selalu mendoakan, membimbing dan member
semangat di setiap langkahkku serta saudara – saudaraku yang selalu
membantu dan memberi semangat.
10. Om ku dan mas anang yang selalu memberi dukungan dalam keadaan
susah maupun senang yang tak ada hentinya memberi nasehat agar
menjadi lebih baik.
11. Mas Agung yang telah membantu membuatkan surat izin penelitian.
12. Teman – teman NR 08 dan R 08 yang selalu memberikanku semangat,
yang selalu memberiku harapan untuk terus berusaha menjadi lebih baik.
13. Teman – teman geografi 08 (Titin, Dyah Ayu, Cendy) juga untuk kakak
Isti Wahyu, kakak Hani, kakak Ani dan kakak Novi yang selalu
menghibur dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini. Terimakasih.
x
Semoga amal kebaikan pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat
ganda dari ALLAH SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Yogyakarta, Juni 2012
Penulis
Aryani Susilowati
xi
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .. ..............................................................................1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................4
D. Rumusan Masalah ............................................................................5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................6
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................8
A. Kajian Teori .....................................................................................8
1. Pengertian Geografi ...................................................................8
2. Deskripsi Industri .....................................................................12
3. Deskripsi Tanaman Enceng Gondok ........................................16
4. Pendapatan Rumah Tangga ......................................................20
5. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga ........................................22
6. Faktor Produksi ........................................................................22
7. Pemasaran ................................................................................27
8. Transportasi ..............................................................................28
xii
B. Penelitian Relevan ..........................................................................31
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................32
D. Pertanyaan Penelitian .....................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................34
A. Desain Penelitian ..............................................................................34
B. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................35
C. Variabel Penelitian ..........................................................................35
D. Definisi Operasional Variabel .........................................................35
E. Populasi Penelitian ..........................................................................37
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..........................................37
G. Teknik Analisis Data .......................................................................39
H. Kisi-Kisi Penelitian .........................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................41
A. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................41
1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah ................................................41
2. Kondisi Topografi .....................................................................43
3. Tata Guna Lahan .......................................................................43
4. Iklim .........................................................................................44
5. Kondisi Demografis Desa Depok .............................................46
B. Karakteristik Responden .................................................................55
C. Kerajinan Enceng Gondok ..............................................................63
D. Pendapatan Rumah Tangga .............................................................68
E. Pembahasan .....................................................................................70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................72
A. Kesimpulan .....................................................................................72
B. Saran ...............................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................74
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Penelitian Relevan ......................................................................................... 31
2. Kisi-Kisi Penelitian ....................................................................................... 40
3. Tata Guna Lahan ........................................................................................... 44
4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin .............................................. 48
5. Komposisi Penduduk Menurut Umur ........................................................... 50
6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................ 51
7. Komposisi Penduduk Menurut Agama ......................................................... 53
8. Umur Responden ........................................................................................... 55
9. Jenis Kelamin Responden ............................................................................. 56
10. Tingkat Pendidikan Responden .................................................................... 56
11. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga ............................................................. 57
12. Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Bekerja ............................................ 57
13. Pekerjaan Pokok Responden ......................................................................... 58
14. Pekerjaan Sampingan Responden ................................................................. 59
15. Penguasaan Lahan Pertanian ......................................................................... 60
16. Status Lahan Pertanian .................................................................................. 60
17. Luas Lahan Pertanian Yang Digarap ............................................................ 61
18. Tanaman Yang Ditanam ............................................................................... 62
19. Pendapatan Bersih Pertanian/Bulan .............................................................. 62
20. Asal Modal Kerajinan Enceng Gondok ........................................................ 64
21. Tenaga Kerja ................................................................................................. 64
xiv
22. Jenis Produk Yang Dihasilkan ...................................................................... 66
23. Hasil Kerajinan Enceng Gondok Yang Dihasilkan Responden
Setiap Hari ..................................................................................................... 67
24. Harga Produk Kerajinan Enceng Gondok Dari Pengrajin/Biji ..................... 68
25. Klasifikasi Sumbangan Pendapatan Dari Kerajinan Enceng Gondok
Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin ................................. 69
26. Pendapatan Total Responden ........................................................................ 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 32
2. Peta Kecamatan Panjatan ................................................................................ 42
3. Tata Guna Lahan Desa Depok ........................................................................ 44
4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................................ 49
5. Komposisi Penduduk Menurut Umur ............................................................. 50
6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian .......................................... 52
7. Komposisi Penduduk Menurut Agama ........................................................... 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Yogyakarta ..................................................................... 84
2. Surat Izin Penelitian Sekretariat Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.......................................................... 85
3. Surat Izin Penelitian Kantor Pelayanan Terpadu
Kabupaten Kulon Progo ................................................................................ 86
4. Surat Izin Penelitian Dari Balai Desa Depok
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo .............................................. 87
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1984 yang berisi arah
pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi dalam pembangunan
nasional adalah tercapainya struktur ekonomi yang seimbang yang di
dalamnya terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang
didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta
merupakan pangkal tolak bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang
atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Pembangunan Indonesia pada masa yang akan datang akan
dihadapkan pada berbagai persoalan yang sangat kompleks, sebagai contoh
persoalan dalam bidang sosial ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan,
dan masalah sosial ekonomi lainnya. Adapun upaya pemerintah untuk
mengatasi persoalan diatas salah satunya adalah dengan mengelola potensi-
potensi yang ada di daerah, seperti mengoptimalkan industri kecil dan
kerajinan yang dapat dikelola oleh masyarakat.
Industri kecil dan kerajinan diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat walaupun hanya memberikan sumbangan
yang sangat kecil. Industri kecil dan kerajinan perlu dikembangkan di
perdesaan karena tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi,
pendidikan bersifat informal dan lebih mengutamakan keterampilan,
2
sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa persyaratan dan lebih mampu
menyerap tenaga kerja.
Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran adalah memanfaatkan potensi
daerah seperti mengoptimalkan pertanian, industri dan kerajinan. Jumlah
industri menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Ekonomi Sumber
Daya Manusia Kulon Progo (Disperindag Dan ESDM Kulon Progo) tahun
2010 Kulon Progo memiliki 84 unit industri yang berskala besar dan sedang,
dan 20.575 merupakan industri kecil atau industri rumah tangga.
Desa Depok merupakan desa yang terletak di Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY dan memiliki 11 dusun. Industri yang
berkembang di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo
adalah industri kerajinan enceng gondok. Industri dapat berkembang dengan
baik di Desa Depok dikarenakan industri kerajinan enceng gondok tidak
memerlukan pendidikan formal dan tinggi melainkan informal sehingga
dapat dilakukan oleh siapa saja. Bahan baku enceng gondok dapat diperoleh
dari desa Depok karena sungai dan sawah sekitar desa Depok ditumbuhi
tanaman enceng gondok yang jumlahnya banyak. Enceng gondok adalah
tanaman gulma dan dapat berkembang dengan cepat disekitar sungai
sehingga dapat mengganggu jalannya air sungai dan tempat tumbuh bakteri.
Penduduk di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo
kemudian berinisiatif memanfaatkan tanaman enceng gondok sebagai bahan
baku kerajinan yaitu dengan mengelola batang enceng gondok maupun daun
3
enceng gondok. Batang enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk kerajinan
enceng gondok sedangkan daun enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk maupun pakan ternak. Enceng gondok yang dimanfaatkan sebagai
kerajinan enceng gondok dapat dijadikan tambahan pendapatan bagi
penduduk. Kerajinan enceng gondok merupakan industri kecil atau rumah
tangga yang dapat digunakan untuk mengembangkan ekonomi lokal. Hasil
kerajinan yang dihasilkan pengrajin adalah : tas, cup lampu, bantal, kursi,
tikar, sandal, topi, kasur, hiasan dinding dan masih banya jenis lainnya.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu penduduk di Desa Depok
Bapak Sudirin, industri kerajinan enceng gondok merupakan industri yang
dapat dikerjakan dirumah penduduk. Pengolahan industri kerajinan enceng
gondok masih dalam bentuk barang setengah jadi yang masih menggunakan
alat tradisional. Pengrajin juga mengalami kendala bahan baku yang mahal.
Pengrajin juga tidak diberi kesempatan untuk mengolah barang kerajinan
sampai tahap finishing sehingga harga kerajinan enceng gondok lebih murah.
Pengrajin tidak pernah melakukan pameran atau promosi untuk
memperkenalkan hasil kerajinan ke konsumen sehingga hasil kerajinan
enceng gondok kurang dikenal masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul “
Peranan Industri Kerajinan Enceng Gondok Terhadap Total
Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin Di Desa Depok Kecamatan
Panjatan Kabupaten Kulon Progo”.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Desa Depok tumbuh tanaman enceng gondok yang jumlahnya banyak.
2. Enceng gondok adalah tanaman sejenis gulma yang dapat berkembang
dengan cepat dan mengganggu jalannya air sungai dan tempat tumbuh
bakteri.
3. Pengrajin masih mengolah kerajinan enceng gondok dalam bentuk ½ jadi
yang masih menggunakan alat tradisional.
4. Bahan baku kerajinan enceng gondok mahal.
5. Pengrajin tidak diberi kesempatan mengolah kerajinan enceng gondok
sampai tahap finishing.
6. Pengrajin tidak pernah mengikuti pameran, promosi memperkenalkan
produk kerajinan enceng gondok ke masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti membatasi
masalah yang akan menjadi fokus kajian penelitian yaitu :
1. Proses pengolahan industri kerajinan enceng gondok di Desa Depok
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
2. Sumbangan pendapatan dari industri kerajinan enceng gondok terhadap
total pendapatan rumah tangga pengrajin di Desa Depok Kecamatan
Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
5
3. Hambatan yang dihadapi pengrajin dalam pengolahan industri kerajinan
enceng gondok di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon
Progo.
4. Upaya yang dilakukan oleh para pengrajin untuk mengatasi hambatan dari
industri kerajinan di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon
Progo.
5. Upaya pengembangan diri pengrajin industri kerajinan enceng gondok
untuk meningkatkan kualitas industri kerajinan enceng gondok di Desa
Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka
rumusan masalah yang diajukan peneliti tentang Sumbangan Industri
kerajinan enceng gondok di Desa Depok kecamatan Panjatan kabupaten
Kulon Progo adalah :
1. Bagaimana proses pengolahan industri kerajinan enceng gondok di Desa
Depok Kulon Progo?
2. Berapa besar sumbangan pendapatan dari industri kerajinan enceng
gondok terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin di Desa Depok
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo?
3. Hambatan apa saja yang dihadapi para pengrajin dalam pengolahan
industri kerajinan enceng gondok di Desa Depok Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo?
6
4. Bagaimana pengrajin mengatasi hambatan dalam industri kerajinan enceng
gondok?
5. Apa saja upaya pengembangan diri pengrajin industri kerajinan enceng
gondok untuk meningkatkan kualitas industri kerajinan enceng gondok di
Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui :
1. Proses pengolahan kerajinan enceng gondok sehingga menjadi kerajinan.
2. Hambatan yang dialami para pengrajin.
3. Bagaiman para pengrajin mengatasi hambatan-hambatan dari industri
kerajinan enceng gondok.
4. Besar sumbangan pendapatan industri kerajinan enceng gondok terhadap
total pendapatan rumah tangga pengrajin.
5. Upaya pengembangan diri pengrajin industri kerajinan enceng gondok
dan apa saja barang kerajinan yang dihasilkan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman
enceng gondok supaya bernilai jual tinggi.
b. Menambah referensi dan ilmu pengetahuan tentang geografi industri,
geografi pedesaan dan geografi ekonomi.
c. Sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis.
7
2. Manfaat Praktis
a. Alternatif bagi pengrajin untuk menambah pendapatan.
b. Sebagai masukan untuk pengembangan kerajinan enceng gondok di desa
Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
3. Manfaat dalam dunia pendidikan
Dalam kurikulum mata pelajaran geografi SMA kelas XII akan
menjadi bahan pengayaan pada Kompetensi Dasar: Menganalisis lokasi
industri dan kerajinan dengan memanfaatkan peta.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Geografi
a. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan,
menerangkan sifat – sifat bumi, menganalisis gejala – gejala alam dan
berusaha mencari fungsi – fungsi dan unsur – unsur bumi dalam
ruang dan waktu (Bintarto, 1987:1).
Geography is the study of spatial variation in the earth’s
surface artinya bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari
keberanekaragaman permukaan bumi secara keruangan ( J.W.
Alexander 1977, dalam Daldjoeni 1987 : 22 ).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang
ada dipermukaan bumi baik yang fisik maupun non fisik dan
mempelajari segala gejala – gejala dan prosesnya yang ada dipermukaan
bumi.
b. Pengertian Geografi Industri dan Geografi Ekonomi
Geografi industri adalah studi tentang susunan keruangan dan
aktifitas industri (Johnston, 2000: 382) sedangkan Nursid Sumaatmadja
(1988: 54 ) mendefinisikan geografi ekonomi sebagai cabang geografi
manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi
8
9
sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi
manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangan-
komunikasi-transportasi dan lain sebagainya.
Geografi ekonomi dapat juga diartikan sebagai ilmu yang
membahas mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya
berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan
eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari
komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang pabrik) kemudian usaha
transportasi, distribusi, konsumsi (Suharyono, 1994 : 34).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
geografi industri dan geografi ekonomi saling berkaitan yaitu segala
sesuatu yang dapat dikelola manusia baik sumber daya alam dan segala
sesuatu yang berada dipermukaan bumi yang dapat dijadikan sebagai
aktifitas industri dan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Manusia dalam melakukan aktifitasnya bertujuan untuk
mempertahankan hidup. Aktifitas manusia dalam rangka
mempertahankan hidup ini diwujudkan dengan bekerja dalam kegiatan
ekonomi. Salah satu kegiatan penduduk di bidang ekonomi dan industri
di desa Depok kecamatan Panjatan kabupaten Kulon Progo adalah
industri kerajinan enceng gondok.
10
c. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan menurut Daldjoeni (1991: 197)
merupakan suatu pengertian yang dalam geografi sosial dipakai untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh keruangan dari
relasi yang ada antara manusia dengan manusia serta antara manusia
dengan lingkungannya yang dinyatakan pada arus manusia, materi,
informasi, energi, sehingga menjadikan dasar untuk menerangkan gejala-
gejala lokasi, relokasi, distribusi, difusi. Pendekatan keruangan
menerangkan aktivitas manusia dengan mendeskripsikan berbagai
kegiatan manusia atau kegiatan penduduk. Pengungkapan aktivitas
penduduk ditinjau dari persebaran, interelasi, dan deskripsinya dengan
gejala lain yang berkenaan dengan segala aktivitas, oleh karena itu
dapat dibuat deskripsi tentang aktivitas penduduk berdasarkan
persebarannya dalam ruang dan interelasi keruangannya dengan gejala-
gejala yang lain.
Berdasarkan uraian diatas pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan keruangan dimana pendekatan keruangan menerangkan
aktifitas manusia atau kegiatan penduduk yang ada di Desa Depok
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo yaitu industri kerajinan
enceng gondok.
Menurut Seminar Lokakarya 1989 dan 1990 dalam Suharyono
dan Moch. Amien (1994: 26-35) dikemukakan 10 konsep geografi, tetapi
konsep yang digunakan dalam industri kerajinan enceng gondok adalah:
11
a. Konsep Lokasi digunakan untuk menerangkan lokasi industri kerajinan
enceng gondok. Lokasi industri kerajinan enceng gondok termasuk
dalam lokasi absolute yaitu industri kerajinan enceng gondok berlokasi
di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
b. Konsep Jarak digunakan untuk menerangkan jarak industri kerajinan
enceng gondok dari tempat lain, misalkan jarak industri kerajinan
enceng gondok dari kota Yogyakarta berjarak 45 Km.
c. Konsep Keterjangkauan digunakan untuk mengetahui sarana dan
prasarana yang ada di Desa Depok, untuk menjangkau dapat
menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Jalan yang
ada di Desa Depok juga sudah beraspal.
d. Konsep Pola digunakan untuk mengetahui persebaran fenomena geosfer
yang ada dipermukaan bumi. Enceng gondok merupakan flora yang
tumbuh di Desa Depok yang tumbuh disekitar sungai.
e. Konsep morfologi digunakan untuk mengetahui bentuk permukaan
bumi. Desa Depok merupakan dataran rendah yang memiliki ketinggian
4-6 meter diatas permukaan air laut.
f. Konsep nilai kegunaan. Nilai kegunaan adalah konsep geografi yang
berkaitan dengan nilai guna dari suatu tempat yang berbeda – beda.
Enceng gondok merupakan tanaman sejenis gulma atau pengganggu
yang dapat menghambat jalannya air di sungai. Pengrajin di Desa Depok
memanfaatkan enceng gondok menjadi industri kerajinan sehingga
mempunyai nilai kegunaan yang dapat menambah pendapatan pengrajin.
12
Hasil kerajinan dari enceng gondok antara lain tas, cup lampu, bantal,
tikar dan lain – lain.
g. Konsep Deferensiasi Areal digunakan untuk mengetahui fenomena yang
berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Desa Depok
mengolah enceng gondok sehingga menjadi kerajinan enceng gondok.
2. Deskripsi Industri
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) industri sering
diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
manufaktur (manufacturing). Pengertian industri sangatlah luas, yaitu
menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan komersial. Kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan
macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Makin maju
tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin
banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan
dan usaha tersebut.
Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-
beda, tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada
kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut, perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks
13
kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam
jenis industrinya.
Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja menurut BPS (1958:
252) adapun penggolongannya yaitu sebagai berikut :
a. Industri Rumah Tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
b. Industri Kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
c. Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
d. Industri Besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test).
Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha. Keberadaan suatu
industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri Berorientasi Pada Pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri Berorientasi Pada Tenaga Kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri Berorientasi Pada Pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan.
d. Industri Berorientasi Pada Bahan Baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas.
14
Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja.
Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi dibedakan menjadi :
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan.
Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/986 :
a. Industri Kimia Dasar (IKD) Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal
yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :
1). Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.
2). Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri asam sulfat, dan industri kaca.
3). Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri pestisida.
4). Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industry pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE) Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah
logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan, yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat atau konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
4) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer. 5) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan generator.
15
6) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong. 7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan
suku cadang kendaraan bermotor. 8) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helicopter. 9) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri
alumunium, dan industri tembaga. 10) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi kapal 11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,
peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang
termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
1). Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi. 2). Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es, dan
mesin jahit, televisi, dan radio. 3). Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,
obat-obatan, dan pipa. 4). Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,
garam dan makanan kemasan. 5). Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian, kayu
lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri
rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-alat rumah
tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan
budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan
16
(misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum
geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan alam di pantai,
pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota.Industri dapat
berkembang dengan baik apabila memiliki antara lain :
a. Modal
b. Tenaga kerja
c. Bahan mentah atau bahan baku
d. Pasar
3. Deskripsi Tanaman Enceng Gondok
a. Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Klasifikasi Eceng Gondok
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Farinosae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia Jenis : Eichornia crassipes Solms
Jenis : Eichornia crassipes Solms
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini sebagai tumbuhan
pengganggu (gulma) diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat.
Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk
koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa
perairan di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, tanaman keluarga
Pontederiaceae ini justru mendatangkan manfaat lain, yaitu sebagai biofilter
cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran pakan ternak.
17
Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air
dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Enceng gondok
termasuk perennial yang dapat mengapung bebas bila air dalam dan berakar
di dasar bila air dangkal. Batang dengan bukku pendek, garis tengah 1 – 2,5
cm, panjang antara 1 – 30 cm. Akar bertudung akar tidak bercabang dan
tidak berbulu, panjang 1 sampai beberapa puluh cm. Stolon bergaris tengah
0,5 – 2 cm, panjang sampai 40 cm atau lebih pendek bila tumbuh rapat,
warna keunguan. Tangkai daun, berbatasan dengan helai daun yang
menyempit, mempunyai bagian yang menggelembung seperti gondok untuk
mengapung. Bunga tidak bertangkai, tersusun melingkar poros, berbunga
sepanjang tahun dapat berbunga secara serempak.
Berkembang biak dengan stolon (vegetative) dan juga secara
generative. Perkembangbiakan secara vegetative memegang peranan penting
dalam pembentukan koloni. Perkembangbiakan tergantung kadar oksigen
yang terlarut dalam air, pada konsentrasi 3.5-4.8 ppm perkembangbiakan
dengan cepat. Sebagai contoh di Congo sejumlah 31 tumbuhan enceng
gondok dapat menjadi 136 tumbuhan enceng gondok dapat menjadi 136
tumbuhan setelah 3 minggu, 136 tumbuhan setelah 7 minggu, 482 tumbuhan
setelah 14 minggu dan 1200 tumbuhan setelah 18 minggu. Penambahan
enceng gondok bervariasi dapat dihitung menurut formula Bock yang di
catat pada tahun 1969 (Jody Moenandir, 2010:95).
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan eceng
gondok adalah sebagai berikut :
18
1. Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari
yang cukup, dengan suhu optimum antara 25 oC-30 oC, hal ini dapat
dipenuhi dengan baik di daerah beriklim tropis. Di samping itu untuk
pertumbuhan yang lebih baik, eceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0
- 7,5, jika pH lebih atau kurang maka pertumbuhan akan terlambat
2. Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air
Jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur hara
yang tinggi, sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor
pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan
domestik.
Pada perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses
eutrofikasi. Eceng gondok dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat
keasaman (pH) air 3,5 - 10. Agar pertumbuhan eceng gondok menjadi
baik, pH air optimum berkisar antara 4,5 – 7.
b. Manfaat Eceng Gondok
Menurut Moenandir (1990:24-25) menyebutkan bahwa eceng
gondok banyak menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk,
tetapi mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh
berbagai bahan kimia buatan industri.
2. Sebagai bahan penutup tanah dan kompos dalam kegiatan pertanian
dan perkebunan.
19
3. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas
hidrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara
fermentasi.
4. Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang
merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.
5. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan.
6. Sebagai bahan baku karbon aktif.
c. Kerugian Eceng Gondok
Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan
eceng gondok yang tidak terkendali di antaranya adalah :
1. Meningkatnya evapontranspirasi.
2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO :
Dissolved Oxygens).
3. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat
yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman
Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
4. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
5. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
20
4. Pendapatan Rumah Tangga
a. Pengertian Pendapatan
Menurut BPS (1993 : 56) pendapatan adalah keseluruhan
penghasilan yang diterima baik dari sector formal maupun non formal
yang dihitung dalam jangka waktu tertentu.
Menurut (Soediyono,1992 :99) pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atas jasa produksi yang memberikan
sumbangan dalam turut serta memberikan produksi nasional. Pendapatan
itu sendiri dibedakan menjadi :
1. Pendapatan sector formal adalah pendapatan yang berupa barang dan
jasa yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa atau kontra
prestasi, gaji, upah, hasil investasi.
2. Pendapatan sector non formal adalah pendapatan pendapatan yang
meliputi pendapatan dari sector perdagangan dan sebagainya.
3. Pendapatan subsisten terjadi apabila produksi dan konsumsi terletak
ditangan satu orang dalam masyarakat kecil meliputi hasil pertanian
atau kerajinan (BPS,1994 : 56)
BPS (2004 : 10) pendapatan rumah tangga adalah seluruh
penghasilan atau penerimaan dari semua anggota keluarga rumah tangga
yang diperoleh baik berupa upah atau gaji, pendapatan dari usaha rumah
tangga, pendapatan lainnya maupun pendapatan transfer (selisih antara
21
penerimaan dari sumbangan atau kiriman dengan pemberian sumbangan
atau kiriman).
b. Sumber Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu macam sumber
pendapatan, ini terjadi karena masing – masing rumah tangga
mempunyai lebih dari satu macam jenis kegiatan. Keragaman sumber
pendapatan terkait erat dengan kegiatan anggota keluarga. Kesempatan
kerja yang tersedia dan penguasaan faktor produksi atau asset rumah
tangga (Kasryno,1981 : 25) jenis – jenis kegiatan untuk memperoleh
pendapatan atau penghasilan di daerah pedesaan selain pertanian antara
lain perdagangan, buruh, kepegawaian, jasa dan peternakan, dengan
adanya berbagai jenis pekerjaan itu akan timbul pula perbedaan hasil
yang diterima. Sumber pendapatan rumah tangga pengrajin enceng
gondok dapat berasal dari pendapatan enceng gondok, dan pendapatan
non enceng gondok (pertanian, pekerjaan lain yang ditekuni dll).
Alternatif yang ditempuh untuk menambah pendapatan
diantaranya adalah :
a. Menambah jam kerja
b. Melakukan jenis – jenis kegiatan lain sebagai tambahan
c. Sehubungan dengan alternative yang ke – 2 maka dalam masyarakat
dapat ditemukan seorang anggota rumah tangga melakukan pekerjaan
lebih dari 1 jenis kegiatan lain terutama dikalangan masyarakat
22
pedesaan yang berpenghasilan rendah. Berdasarkan hal tersebut maka
ada kegiatan utama dan kegiatan sampingan.
Pendapatan pengrajin dari industri enceng gondok merupakan
pendapatan dari para pengrajin yang dihitung selama 1 bulan. Pendapatan
di luar industri enceng gondok adalah pendapatan yang dihitung selama 1
bulan, baik pendapatan dari pertanian dan sumber pendapatan lainnya,
sehingga diperoleh total pendapatan secara keseluruhan.Berdasarkan
uraian diatasa maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendapatan
rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga
baik dari penghasilan pokok maupun sampingan.
5. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian
atau seluruh bangunan yang biasanya tinggal bersama dan makan dari dapur
yang sama atau seorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
serta mengurus keperluan sendiri (BKKBN,1993:6). Banyak dan sedikit
jumlah tanggungan keluarga yang diketahui dalam keluarga maka akan
mempermudah mengetahui pendapatan dari anggota keluarga dan biaya
pengeluaran.
6. Faktor Produksi
Suatu Industri untuk dapat berkembang dengan baik diperlukan
beberapa faktor produksi yaitu : bahan baku atau bahan mentah, tenaga
kerja, permodalan manajemen yang baik dan pemasaran produksi.
Menurut Renner, Kimbal Spengler dalam Irfan Hadjam (1977: 23) untuk
23
dapat berkembang dengan baik suatu industri memerlukan dorongan dari
tersedianya faktor – faktor produksi : bahan baku (raw material), modal
(capital), tenaga kerja (labour), pemasaran (marketing) dan transportasi.
Faktor – faktor industri yang berpengaruh terhadap industri kerajinan
enceng gondok adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku
Tersedianya bahan baku yang cukup berkesinambungan dan
dengan harga yang murah disertai dengan kualitas yang bagus akan
memberikan pengaruh terhadap kuanntitas dan kualitas produksi.
Menurut UU perindustrian no.5 tahun 1984 pasal 1 ayat 9 yang
dimaksud dengan bahan baku adalah bahan mentah yang diolah atau
tidak diolah yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri
(Departemen Perindustrian, 1984 : 3). Bahan baku enceng gondok
tersebut berasal dari daerah asal atau setempat dan mengimpor dari
ambarawa.
Bahan baku sebagai bahan antara dalam kegiatan produksi
perlu mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut :
a. Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode.
b. Kelayakan harga barang.
c. Kontinuitas persediaan barang.
d. Kualitas bahan baku.
e. Biaya pengangkutan (Ahyari,1979:10).
24
2. Modal
Ketersedian modal adalah satu syarat penting bagi suatu
kegiatan perekonomian. Modal merupakan faktor produksi yang
penting dalam usaha. Besarnya modal akan berpengaruh terhadap daya
dukung kelancaran kegiatan yang diusahakan. Modal yang dimaksud
adalah modal lancar yang berupa uang dan modal tetap yang berupa
barang atau peralatan. Menurut Adiwilangga Anwar dalam Betty Utari
(2009 : 47) modal tetap adalah modal yang dimiliki pengusaha yang
dipergunakan dalam melaksanakan usaha tetapi tidak hilang karenanya
melainkan dapat digunakan berulang kali untuk jangka waktu bertahun
– tahun. Modal operasional adalah modal yang habis dalam sekali
produksi dan pada tiap pengulangan produksi harus disediakan kembali.
Modal operasional yang dimaksud adalah uang yang digunakan untuk
pembelian bahan baku,bahan tambahan serta biaya yang diperlukan
selama proses produksi. Modal industri kerajinan enceng gondok
berasal dari modal sendiri.
3. Tenaga kerja
Menurut undang – undang RI no. 25 Tahun 1997 yang
mengatur ketenagakerjaan tepatnya pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa
Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan kegiatan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhui kebutuhan masyarakat (UU
Ketenagakerjaan,1997 : 3).
25
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang mempunyai
peranan penting dalam melakukan proses produksi. Menurut Kay
(dalam Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad,1996 : 105) faktor produksi
tenaga kerja tergantung dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman
dan latihan. Menurut Ida Bagus Mantra (1993 :187) tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia 10 tahun ke atas yang ikut serta dan dapat dapat
diikutsertakan dalam proses produksi. Untuk mendapatkan tenaga kerja
yang terbaik dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:
1. Cara formal atau resmi, dapat dilakukan melalui bantuan kantor
penempatan tenaga kerja yang ada di daerah-daerah lembaga
pendidikan atau bursa kerja.
2. Cara non formal/tidak resmi, dapat dilakukan melalui perantara
pegawai yang sudah ada, rekan-rekan atau melalui iklan
(Singgih,1990:40 ).
Tenaga kerja merupakan tenaga penggerak dalam proses
kegiatan produksi, karena tanpa keberadaannya maka proses produksi
tidak akan berlangsung. Faktor tenaga kerja ini menyangkut dua segi,
yaitu kuantitatif (banyaknya tenaga kerja) dan kualitatif (ketrampilan
yang dimiliki) (Daldjoeni,1992:59).
Secara kualitatif, tenaga kerja dapat dibedakan menjadi:
a. Tenaga kerja terdidik, yakni tenaga kerja yang memerlukan
pendidikan Dalam industri sirup ini tenaga kerja tersebut adalah
26
bagian staf direksi dan karyawan dalam bagian-bagian tertentu yang
memerlukan pendidikan terlebih dahulu.
b. Tenaga kerja terlatih, yakni tenaga kerja yang memerlukan latihan-
latihan terlebih dahulu, dalam industri sirup ini tenaga terlatih
seperti: bagian pencucian, bagian mesin, bagian pemasangan logo,
dan lainnya yang memerlukan latihan.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, dalam hal ini seperti
pelayan, pesuruh dan sebagainya (Haryonoto,1995:17).
Memilih tenaga kerja yang baik diperlukan persyaratan tertentu,
meliputi:
1.Keahlian,mencakup pendidikan dan pengalaman.
2.Umur.
3.Jenis kelamin.
4.Kondisi fisik dan kesehatan.
5.Kejujuran dan kondisi mental (Singgih,1980: 39).
Sistem upah yang diberikan atau yang digunakan oleh pengusaha,
yaitu:
a. Upah menurut waktu, yakni cara penetapan upah, dimana waktu kerja
buruh merupakan ukuran untuk menetapkan besarnya upah.
b. Upah menurut prestasi, yaitu penetapan upah, dimana hasil prestasi
kerja dari buruh merupakan ukuran untuk menetapkan besarnya.
27
7. Pemasaran
Merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
membantu menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu akan
menentukan harga barang dan jasa bagi konsumen. Pemasaran merupakan
sarana penghubung antara produsen dan konsumen. Pemasaran adalah
tindakan yang dipergunakan guna menyampaikan atau menjual hasil
produksi ketangan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung
( Betti Utari, 2009 : 49).
Menurut W.J. Stantion dalam Swastha (1985 : 5) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan. menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli yang potensial.
Pemasaran tidak langsung ialah penjualan hasil produksi melalui
perantara yang dilakukan melalui grosir atau pedagang pengepul.
Pemasaran langsung adalah ketika pembeli langsung datang ketempat
penjual untuk membeli barang yang dibutuhkan. Pemasaran ini bertujuan
untuk menjual barang – barang dan jasa. Hasil Produksi dari industri
kerajinan enceng gondok di daerah penelitian untuk dapat sampai ke
tangan konsumen melalui berbagai cara yaitu : pengrajin datang langsung
ke lokasi pasar setempat, pengrajin datang kepada pengepul, pengrajin
sebagai pengepul yang memasarkan langsung ke daerah – daerah dengan
memberikan sampel – sampel atau produknya.
28
Pemasaran bertujuan mendistribusikan atau menyampaikan
barang kepada konsumen Kegiatan memasarkan produk, perusahaan tidak
dapat terlepas dengan saluran distribusi yang digunakan, dengan pemilihan
dan penetapan saluran distribusi yang tepat perusahaan akan dapat
mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas pemasaran produk sehingga akan
dapat mencapai keuntungan maksimal.
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen
untuk menyalurkan barang dari tangan produsen ke tangan
konsuman/pemakai industri (Basu Swastha,1997:190). Saluran distribusi
melalui manajemen pemasaran yaitu proses perencanaan pelaksanaan dari
perwujudan pemberian harga,promosi dan distribusi dari barang-barang
atau jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompak
sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan orginisasi (Kothler,
1995:16).
Menurut John Soepriyanto dalam Marlina (2003 :27) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dan kegiatan yang ditunjukkan untuk
merencanakan dan menentukan harga memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan para pembeli.
8. Transportasi
Transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, trans
berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau
membawa. Transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu dari
tempat ketempat lain. Kamaluddin (1987: 9) berpendapat bahwa “
29
tranportasi dapat didefinisikan sebagai usaha mengangkut atau membawa
barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya. Menurut
Yunus (1994: 73), “transportasi merupakan proses yang pembahasannya
menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran
untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah tujuan) dalam ruang
lingkup geografi dan melibatkan alat-alat, jaringan transportasi, pelayanan
transportasi dan sistem transportasi lainnya”. Subyek adalah manusia
sebagai pengatur atau pelaku agar pengangkutan berjalan lancar, aman dan
nyaman. Lebih lanjut menurut Haryono (2006: 93) “transportasi atau
perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga
manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin”.
Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa konsep
transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin)
dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang
antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan
perorangan atau kelompok dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan
melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan,
menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan tertentu.
Pergerakan memiliki zona asal dan zona tujuan, yang mana zona
asal sebagai daerah penghasil pegerakan dan zona tujuan adalah sesuatu
yang menarik pergerakan, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya dua
pembangkit perjalanan yakni:
30
1. Trip Production : jumlah perjalanan yang dihasilkan oleh suatu zona
atau lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi
2. Trip Attraction : jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona atau
lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi (Budiman, 2009: 32).
31
B. Penelitian Relevan
Tabel 1.Penelitian Relevan NO Judul Tujuan Hasil
1. Kontribusi industri patung primitif pucung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin patung di desa Pandowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. (Teta Novianti : 2009)
Untuk mengetahui besarnya kontribusi industri patung primitive pucung dengan pendapatan rumah tangga pengrajin patung.
Kontribusi industri patung terhadap total pendapatan rumah tangga sebanyak 17,90 %
2. Industri Kerajinan SeratAlam Di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo. (Putri Soraya : 2011)
Untuk mengetahui : karakteristik kerajinan serat alam di desa Salam Rejo, hambatan yang dihadapi dalam industri kerajinan di salam rejo dan bagaimana cara mengatasinya, hubungan karakteristik dengan perkembangan.
Hubungan karakteristik industri dengan perkembangan industri meliputi: hubungan status usaha dengan perkembangan industri sebesar 52%; hubungan jumlah tenaga kerja dengan perkembangan industri sebesar 48%; hubungan modal dengan perkembangan industri sebesar Rp2.000.000 mengalami perkembangan sebesar 56%; hubungan bahan baku dengan perkembangan industri sebesar 36%.
32
C. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
INDUSTRI KERAJINAN ENCENG GONDOK
Faktor Produksi
Bahan baku Tenaga kerja Modal Pemasaran Transportasi
Hambatan dalam mengelola industri kerajinan enceng gondok
Cara mengatasi hambatan dalam mengelola industri kerajinan enceng gondok
Upaya pengembangan industri kerajinan enceng gondok
Pendapatan non industri kerajinan enceng gondok
Pendapatan dari industri enceng gondok
Pendapatan pertanian
Total pendapatan rumah tangga pengrajin enceng gondok
33
D. Pertanyaan Penelitian Adalah Sebagai Berikut :
1. Bagaimana proses pengolahan enceng gondok sehingga menjadi
bentuk kerajinan ?
2. Berapa sumbangan pendapatan kerajinan enceng gondok terhadap
total pendapatan rumah tangga pengrajin?
3. Hambatan apa saja yang dialami oleh pengrajin dalam industri
kerajinan enceng gondok ?
4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dialami pengrajin dalam
industri kerajinan enceng gondok?
5. Apa saja upaya pengembangan diri yang dilakukan oleh pengrajin
untuk meningkatkan kualitas dari industri kerajinan enceng gondok
sehingga bisa menambah penghasilan pengrajin?
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh
peneliti sebagai ancer – ancer kegiatan yang akan dilaksanakan (Suharsimi
Arikunto,1990 : 44). Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, dilihat
dari sifat dan tujuan penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan apa yang ada (dapat mengenai kondisi atau hubungan
yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah
berkembang) (Sumanto, 1995: 77).
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan keruangan
menerangkan aktivitas manusia dengan mendeskripsikan berbagai
kegiatan manusia atau kegiatan penduduk. Pengungkapan aktivitas
penduduk ditinjau dari persebaran, interelasi, dan deskripsinya dengan
gejala lain yang berkenaan dengan segala aktivitas, oleh karena itu, dapat
dibuat deskripsi tentang aktivitas penduduk berdasarkan persebarannya
dalam ruang dan berdasarkan interelasi keruangannya dengan gejala-gejala
yang lain. Aktifitas manusia yang ada di Desa Depok Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo adalah mengolah industri kerajinan enceng
gondok.
34
35
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai bulan
Maret 2012 di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 118).
Menurut Sugiyono (2007: 3) mengartikan variabel sebagai sebagai
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Pengolahan industri kerajinan enceng gondok.
2. Pendapatan rumah tangga yang terdiri dari pendapatan dari kerajinan
enceng gondok dan pendapatan dari non enceng gondok (pendapatan
dari pertanian dan kegiatan yang lain selain pertanian atau non
pertanian).
3. Hambatan yang dihadapi para pengrajin enceng gondok dalam
pengelolaan industri kerajinan enceng gondok.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari pengelolaan
industri kerajinan enceng gondok.
5. Upaya pengembangan diri industri kerajinan enceng gondok.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel dimaksudkan untuk memberikan
gambaran bagaimana variabel penelitian yang akan diukur, sehingga tidak
36
terjadi kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti. Adapun definisi
operasional variabel adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan industri kerajinan enceng gondok adalah bagaimana
mengolah enceng gondok dari enceng gondok yang dipanen sampai
menjadi bahan baku setengah jadi, dari bahan baku setengah jadi
menjadi barang jadi dan bagaimana prosesnya sehingga bisa
menghasilkan barang kerajinan.
2. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah semua pendapatan yang
diperoleh semua anggota rumah tangga yang bekerja dari kegiatan
industri kerajinan enceng gondok dan non enceng gondok (pertanian
maupun kegiatan lain selain pertanian atau non pertanian) setiap bulan
dalam rupiah.
3. Hambatan – hambatan yang dihadapi para pengrajin enceng gondok
dalam pengolahan industri kerajinan enceng gondok yang meliputi
hambatan dari pengelolaan industri kerajinan enceng gondok dari
awal- finishing enceng gondok untuk dipasarkan.
4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
dari pengelolaan enceng gondok meliputi upaya yang ditempuh untuk
mengatasi hambatan seperti dalam modal, tenaga kerja, pemasaran
yang berpengaruh terhadap hasil kerajinan enceng gondok.
5. Upaya pengembangan diri industri kerajinan enceng gondok yaitu apa
saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerajinan enceng
gondok.
37
E. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah rumah tangga pengrajin yang memiliki
pekerjaan sebagai pengrajin enceng gondok. Populasi dalam penelitian
adalah suatu subjek penelitian dalam suatu wilayah penelitian Suharsimi
Arikunto ( 1993 : 102). Populasi dalam penilitian adalah rumah tangga
yang mempunyai pekerjaan sebagai pengrajin enceng gondok yang
bertempat tinggal di Desa Depok Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon
Progo dan berjumlah 50 rumah tangga.
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada 2 jenis :
1. Data Primer
Data primer ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden seperti umur, pendidikan, ,luas lahan, hasil kerajinan enceng
gondok dan lain - lain.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber data seperti peta, monografi
dan lain - lain.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Observasi
Sutrisno Hadi (1992 : 135) menjelaskan bahwa observasi
adalah metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan
mencatat secara sistematis terhadap fenomena – fenomena yang
diteliti.
38
Nursid Sumaatmadja (1981:105) menjelaskan bahwa
observasi adalah pengumpulan data, fakta, dan kenyataan dilapangan.
Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan
industri kerajinan enceng gondok di desa Depok kecamatan Panjatan
kabupaten Kulon Progo.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan
pada tujuan penelitian (Moh. Pabundu Tika, 2005: 49). Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan identitas
responden, karakteristik pengrajin di daerah penelitian, pekerjaan
responden, bagaimana pengelolaan kerajinan enceng gondok di daerah
penelitian, pendapatan yang diperoleh dari kerajinan enceng gondok
dan non enceng gondok, hambatan dan cara mengatasinya dan untuk
mengetahui apa saja upaya penngembangan dari para pengarajin untuk
meningkatkan industri kerajinan enceng gondok di daerah penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder ini
diperoleh dengan cara mencatat tentang data penelitian di lembaga –
lembaga pemerintah seperti : Peta, monografi desa dll.
39
G. Teknik Analisis Data
Pengelolaan data dalam penelitian ini meliputi langkah –
langkah sebagai berikut
1. Editing
Pemeriksaan ulang terhadap catatan yang diperoleh di lapangan
untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah lengkap atau
belum, apabila belum lengkap segera dilengkapi.
2. Koding
Adalah Tahab pengolahan data dengan pemberian simbol –
simbol pada jawaban guna memudahkan dalam analisis sesuai buku
koding.
3. Penyajian data
Data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.
Dengan cara ini disajikan distribusi umur, pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga,tingkat pendapatan kerajinan enceng gondok.
4. Tabulasi
Adalah proses penyusunan data dalam bentuk tabel, cara
memasukkan data dengan harapan akan memudahkan pelaksanaan
analisis (Moh Pabundu Tika 2005 : 66).
5. Analisis Data
Sesuai dengan data yang terkumpul maka analisis data yang akan
dilakukan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu : dengan
mendeskripsikan dan menginterpretasikan dengan menggunakan analisis
40
mean, median, modus dan di buat dalam diagram, grafik, dan tabel
seperti tabel frekuensi atau tabel satu arah sehingga memperoleh hasil
yang jelas.
H. Kisi-Kisi Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi penelitian No. Tujuan penelitian Variabel 1. Mengetahui identitas responden
Rumah tangga pengrajin
2. Mengetahui mata pencaharian responden (pekerjaan pokok dan tambahan)
3. Mengetahui penguasaan lahan pertanian 4. Mengetahui pemerolehan bahan baku 5. Mengetahui modal responden 6. Mengetahui proses pengolahan industri
kerajinan enceng gondok 7. Mengetahui hambatan responden 8. Mengetahui upaya mengatasi hambatan 9. Mengetahui total pendapatan pengrajin
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas Dan Batas Wilayah
Desa Depok terletak di Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon
Progo Provinsi Yogyakarta. Desa Depok berjarak kurang lebih 3 Km atau
sekitar 15 menit dari Kecamatan Panjatan, dan kurang lebih 45 Km atau
sekitar 1 jam dari Jogja. Jalan yang ditempuh ada 2 alternatif yaitu dapat
melewati Kota Bantul maupun Kota Wates. Jalan menuju desa Depok
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor maupun mobil
dan jalan yang ditempuh sudah bagus dan beraspal sehingga
memudahkan perjalanan. Berdasarkan letak astronomis Desa Depok
terletak antara 110º2,5´BT - 110º10´BT dan 7º3,75´LS - 7º50´LS. Desa
Depok memiliki luas wilayah 282,68 ha yang digunakan untuk
pemukiman penduduk serta lahan persawahan dan terdiri atas 11 dusun.
Batas – batas Desa Depok meliputi :
Utara : Desa Tayuban
Timur : Desa Kanoman
Selatan : Desa Pleret dan Desa Bugel
Barat : Desa Bojong
41
43
2. Kondisi Topografi
Desa Depok merupakan dataran rendah yang memiliki
ketinggian 4 – 6 meter dari atas permukaan air laut. Kemiringan antara
0 – 2 %. Jenis tanah yang ada di Desa Depok yaitu tanah alluvial dari
endapan sungai. Tanah Aluvial adalah jenis tanah muda yang dalam
proses pembentukannya masih terlihat antara campuran bahan organik
dan bahan mineral. Tanah Aluvial terbentuk dari endapan lumpur
sungai yang mengendap di dataran rendah. Sifat tanahnya cenderung
subur karena masih banyak terdapat kandungan mineral yang
merupakan unsur hara. Tanah alluvial merupakan jenis tanah muda
yang belum mengalami perkembangan dengan keadaan tanah yang
selalu basah dan Ph yang selalu berubah – ubah. Tekstur tanah Desa
Depok merupakan tekstur sedang yaitu meliputi tekstur lempung liat
berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu (BPN Kulon
Progo, 2009: 6).
3. Tata Guna Lahan
Lahan yang terdapat di Desa Depok Kecamatan Panjatan
secara umum digunakan sebagai lahan pertanian dan non pertanian.
Penggunaan lahan untuk pertanian antara lain untuk sawah, ladang.
Penggunaan lahan non pertanian antara lain untuk permukiman, tempat
ibadah, pekuburan, pertokoan, perkantoran, pasar, dan sebagainya.
Dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut :
T
S
G
g
p
s
4. I
c
K
m
c
Tabel 3. TataNO. Tata 1 Sawa2 Tegal3 Lainn
TempJumlah
Sumber : Dat
Gambar 3. T
Berd
guna lahan
pemukiman,
sebanyak 124
klim
Iklim
cukup lama
Kartasapoetr
menentukan
curah hujan,
T
a Guna LahaGuna Lahan
ah lan nya(pemukimpat ibadah,pe
ta Monograf
ata Guna La
dasarkan tab
yang pa
perkantoran
4,34 Ha atau
adalah rata
minimal 30
ra, 2006:1).
kondisi ikli
kelembaban
Tata Guna
an Desa Depn
man,perkantertokoan dll)
fi Desa Depo
ahan Desa D
bel 3 maka
aling besar
n, tempat ib
u sebesar 43
a-rata keadaa
0 tahun dan
Beberapa u
m suatu dae
n, tekanan u
a Lahan D
ok Luas97,1561,19
toran,)
124,3
282,6ok Tahun 20
epok
dapat diket
pengguna
badah, perto
3,98%.
an curah huj
n sifatnya te
unsur yang d
erah seperti
udara dan se
Di Desa Dep
s ( Ha) Pe5 349 2134 43
68 10010
tahui peman
annya adal
okoan dan l
jan dalam w
etap ( Ance
dapat diguna
suhu atau t
ebagainya. R
pok
44
ersentase 4,37 1,65 3,98
00,00
nfaatan tata
lah untuk
lain – lain
waktu yang
e Gunarsih
akan untuk
temperatur,
Rata – rata
45
curah hujan tahunan di Desa Depok adalah 2000 – 3000 Mm/Tahun
dan beriklim tropis. Temperatur udara di Desa Depok berdasarkan data
monografi berkisar antara 23 – 30 °C. Temperatur suatu daerah
penelitian dapat dicari dengan rumus Braak, Yaitu :
t = ( 26,3 º C – 0,61 h ) º C
ket : ( Ance G. Kartasapoetra 2006:1)
t = temperatur rata – rata dalam º C
0,61 = angka gradient temperatur tiap naik 100 m dpal
h = ketinggian rata – rata dalam m.dpal
Berdasarkan rummus Braak diatas Desa Depok yang terletak
pada ketinggian 6 meter dpal dari atas permukaan air laut dapat dicari
temperatur rata-ratanya yaitu :
t º = (26, 3 º C – 0,61h) º C
t º = (26,3 º C – 0,61. 6/100) º C
t º = (26,3 º C – 0,61. 0,06) º C
t º = (26,3 º C – 0,0366 ) º C
t º = 26,26 º C
Jadi temperatur rata-rata daerah penelitian adalah 26,26 º C.
Rata rata curah hujan pertahun adalah 867 mm/th dengan jumlah hari
hujan terbanyak yaitu 58 hari selama 1 tahun, intensitas hujan akan
berpengaruh terhadap aktifitas industri kerajinan enceng gondok.
46
5. Kondisi Demografis Desa Depok
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah penduduk desa Depok pada tahun 2010 sebesar 2819
jiwa yang terdiri dari penduduk laki – laki 1376 jiwa, dan
penduduk perempuan sebanyak 1443 jiwa (BPS Kulon Progo,2010:
22).
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah
penduduk disuatu wilayah dengan luas wilayah tersebut.
Berdasarkan data monografi Desa Depok tahun 2010 jumlah
penduduk di Desa Depok sekitar 2819 jiwa dan luas wilayahnya
adalah 282,68 Ha atau 2,8268 km ². Berdasarkan data tersebut
kepadatan penduduk yang ada di Desa Depok Kabupaten Kulon
Progo dapat di Ketahui dengan perhitungan sebagai berikut :
KP =
(Ida bagoes Mantra, 2008:74)
KP =
= , ²
= 997 jiwa / Km ² ( hasil pembulatan )
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa
jumlah kepadatan penduduk di Desa Depok sebesar 997 jiwa / Km
47
². Artinya dalam setiap 1 Km ², luas wilayah desa Depok rata-rata
didiami 997 jiwa.
c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di Desa Depok dapat diketahui
dengan menggunakan rumus :
Pt = Po ( 1+r
Pt = Banyaknya penduduk dalam tahun terakhir perhitungan (tahun
2010)
Po = Banyak penduduk tahun awal perhitungan (tahun 2001)
r = Angka pertumbuhan penduduk 1 tahun
t = Jangka waktu ( 10 tahun )
(Ida Bagoes Mantra 2008:85)
Berdasarkan data monografi desa Depok jumlah penduduk
tahun 2001 adalah sebesar 2789 jiwa dan tahun 2010 adalah 2819
jiwa . Maka pertumbuhan penduduk tiap tahun periode 2001 – 2010
adalah :
r = / ) x 100
r = / ) x 100
r = 0,0038 x 100
r = 0,38 %
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,38 %. Pertumbuhan penduduk
48
tiap tahunnya sangat kecil karena penduduk sudah sadar
pentingnya KB.
d. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk
di suatu daerah yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik
yang sama. Berdasarkan data monografi daerah penelitian
penduduk desa Depok dapat dibagi dalam beberapa komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, umur, mata pencaharian dan
agama.
1. Komposisi Penduduk menurut jenis kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
memberikan gambaran tentang perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan pada suatu daerah. Komposisi
penduduk menurut jenis kelamin disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. Laki – Laki 1376 48,81 2. Perempuan 1443 51,19 Jumlah 2819 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Depok Tahun 2010
Gambar 4
B
penduduk
banyakny
perempua
berikut:
SR = Ju
= =
Ber
ratio des
penduduk
2. Komposi
Kom
umur pe
4. Jumlah PDepok
Berdasarkan
k Desa De
ya jumlah
an, yaitu
Jumlah penumlah pendu
1376 x 100 1443
95,36 %
rdasarkan pe
sa Depok a
k wanita terd
isi Penduduk
mpisisi pend
enduduk ya
Penduduk M
n tabel 4 da
epok . Sex
penduduk
dengan me
nduduk laki –uduk peremp
0 %
erhitungan d
adalah 95,3
dapat 95 lak
k Menurut um
duduk menu
ang masih
Menurut Jen
apat dihitun
ratio (SR
laki-laki
enggunakan
– laki X 100puan
dapat diketah
6 %, artiny
ki-laki.
mur
urut umur d
produktif
nis Kelamin
ng besarnya
R) dinyataka
per 100
perhitunga
0 %
hui bahwa be
ya bahwa
dapat meng
dan belum
49
n Di Desa
a sex ratio
an dengan
penduduk
an sebagai
esarnya sex
setiap 100
gambarkan
produktif
sehingga
tidak pro
Tabel 5. No 1. 2. 3. 4.
Sumber
Gambar 5
B
berdasark
mengetah
Angka K
penduduk
umur 65
produktif
dapat diket
duktif dan b
Komposisi Um
0 – 14 T15 – 24 T25 – 64 T≥ 64 Tah
Jumlah r : Data Mon
5. Komposis
Berdasarkan
kan kelom
hui Depende
Ketergantun
k yang tidak
tahun keat
f (15- 64 tah
tahui berapa
belum produk
Penduduk Mmur
ahun 52Tahun 77Tahun 10un 47
28nografi Desa
si Penduduk
tabel 5 da
mpok umur
ency Ratio
ngan yaitu
k produktif (
tas) dan ban
hun)
a umur yang
ktif
Menurut umuJumlah Jiw
23 79 042 75 819 Depok Tahu
Menurut Um
apat diketah
r sehingga
(DR) atau a
perbandinga
(umur dibaw
nyaknya pen
g masih pro
ur wa Per
18,55 27,63 36,96 16,86 100,00
un 2010
mur
hui jumlah
a digunak
angka keter
an antara
wah 14 tahun
nduduk term
50
oduktif dan
rsentase
0
penduduk
an untuk
rgantungan.
banyaknya
n ditambah
masuk usia
51
∑ 0 14 ∑ 65 ∑ 14 64 100
x 100
= 73 ( hasil pebulatan)
Angka Ketergantungan DR Desa Depok adalah sebagai berikut
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui angka ketergantungan
atau angka beban tanggungan penduduk desa Depok adalah 73,
artinya setiap 100 jiwa usia produktif mempunyai tanggungan 73
jiwa usia belum produktif dan tidak produktif.
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk merupakan gambaran kegiatan
ekonomi suatu daerah sehingga maju mundurnya suatu daerah
dapat dilihat dari sektor ekonominya. Variasi mata pencaharian di
Desa Depok dapat dilihat pada tabel 6 halaman berikut:
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
Persentase
1. Petani/Peternak 970 34,41 2. Buruh Tani 423 15,01 3. Guru 285 10.11 4. Perdagangan 259 9.19 5. TNI/POLRI 130 4.61 6. Pamong Desa 23 0.82 7. Pegawai Swasta 156 5.53 8. Industri Rumah Tangga 50 1,77 9. Belum Bekerja 523 18,55 Jumlah 2819 100
Sumber : Data Monografi Desa Depok Tahun 2010
4
Gambar
B
yang p
petani/pe
penduduk
pencahar
1,77 %.
4. Komposi
A
jumlah p
menghorm
6. Kompo
Berdasarkan
aling besa
eternak sebe
k rata-rata a
rian dari ind
isi Penduduk
Agama adal
penduduk b
mati antar u
osisi Pendud
gambar 7 d
ar adalah
esar 970 ata
adalah bidan
dustri adalah
k berdasarka
ah panutan
berdasarkan
mat beragam
duk Menur
dapat diketa
bermata
au 42,25
g pertanian
h sebanyak
an agama
n penduduk
agama ma
ma.
rut Mata P
ahui jumlah
pencaharian
%. Pendapa
sedangkan u
50 orang at
k dengan m
aka diharap
52
Pencaharian
penduduk
n sebagai
atan utama
untuk mata
tau sebesar
mengetahui
pkan dapat
5
Tabel 7. KNo. Ag1 Isl2 Kr3 K4 Hi5 Bu
Sum
Ga
Ber
jumlah
99,36%.
5. Sarana da
a. Pendi
kondi
prasa
penga
Komposisi Pgama lam risten atolik indu udha Jumlah
mber : Data
mbar 7. Kom
rdasarkan d
penduduk
an Prasarana
idikan
Pendidika
isi SDM. Pe
arana yang m
ajar, buku –
Penduduk MJuml280110 8 0 0 2819
Monografi D
mposisi Pend
data diatas
terbesar m
a
an merupak
endidikan ber
mendukung
– buku serta
Menurut Agamah Jiwa
9 Desa Depok
duduk Menu
maka dapa
memeluk ag
kan alat mu
rjalan baik b
seperti bang
faktor penu
ma Presenta99,36 0,35 0,28 0 0 100,00
Tahun 2010
urut Agama
at disimpulk
ama islam
udah untuk
bila terdapat
gunan sekol
unjang lainny
53
ase
0
kan bahwa
sebanyak
mengukur
sarana dan
lah, tenaga
ya. di Desa
54
Depok terdapat empat kelompok bermain, enam TPA, tiga TK
dan tiga SD.
b. Kesehatan
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting
karena tubuh yang sehat maka akan mempermudahkan segala
aktifitas, di Desa Depok terdapat satu puskesmas pembantu
untuk sarana kesehatan bagi masyarakat.
c. Tempat Ibadah
Agama merupakan panutan setiap orang dan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
maka dibangun beberapa tempat ibadah. Desa Depok memiliki
enam masjid, delapan mushola, dan satu gereja. Perbedaan
keyakinan antar umat beragama diharapkan dapat saling
menghormati dan tenggang rasa antar umat beragama.
d. Transportasi dan Komunikasi
Jalan di Desa Depok rata – rata sudah beraspal dan
berkonblok sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan baik
sepeda motor maupun mobil. Jarak yang ditempuh untuk
sampai ke Desa Depok kurang lebih 3 km dari kecamatan
Panjatan. Penduduk di Desa Depok menggunakan telepon
selular atau HP untuk memperlancar komunikasi.
55
e. Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan perekonomian yang
sangat penting, karena banyak masyarakat yang membutuhkan
berbagai macam kebutuhan baik pokok maupun pribadi tanpa
adanya perdagangan tentu saja kebutuhan penduduk tidak akan
terpenuhi. Sarana perekonomian di Desa Depok terdiri atas
adanya pasar, kios, warung, toko dan lain-lain. Di Desa Depok
terdapat 259 orang pedagang baik dalam skala kecil maupun
besar (BPS Kulon Progo 2009: 79)
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur
responden, jenis kelamin, pendidikan, mata pencaharian pokok dan
tambahan, jumlah tanggungan rumah tangga pengrajin, penguasaan
kepemilikan lahan responden pengrajin enceng gondok.
1. Umur
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa umur
responden berkisar antara 25 tahun sampai dengan 64 tahun.
Distribusi umur responden dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Umur Responden Pengrajin Tingkat Usia (th)
Frekuensi Persentase
< 35 9 18 35 – 44 31 62 45 – 64 10 20 > 65 - - Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer Tahun 2012
56
Berdasarkan tabel 8 maka dapat diketahui bahwa umur
responden paling banyak berumur 35 – 44 tahun sebanyak 31 jiwa.
2. Jenis Kelamin Responden
Sebagian besar responden adalah perempuan tapi tidak
menutup kemungkinan laki – laki juga ikut berpartisipasi.
Tabel 9. Jenis Kelamin Responden No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase 1. Laki – laki 4 8 2. Perempuan 46 92
Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer Penduduk Desa Depok Tahun 2012
Berdasarkan tabel 9 maka dapat diketahui bahwa perempuan
lebih mendominasi menganyam enceng gondok daripada laki – laki
yaitu sebesar 46 jiwa.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
pendidikan terakhir pengrajin enceng gondok tersebut. Apabila terdapat
penyuluhan bisa dapat diterima oleh responden. Berikut Tabel tingkat
pendidikan terakhir petani yang menganyam enceng gondok.
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase 1. Lulus SD 11 22 2. Lulus SLTP 13 26 3. Lulus SLTA 24 48 4. Lulus S1 2 4 5. Tidak Sekolah - -
Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer Penduduk Desa Depok Tahun 2012
Berdasarkan tabel 10 maka dapat diketahui bahwa responden
dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 24 orang atau 48% sehingga
57
apabila ada penyuluhan untuk meningkatkan industri kerajinan enceng
gondok mereka dapat menerima dengan terbuka.
4. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga
Jumlah tanggungan rumah tangga mempengaruhi kondisi
ekonomi suatu rumah tangga. Tanggungan rumah tangga yang besar
akan menyebabkan pengeluaran yang besar pula, demikian juga
sebaliknya. Distribusi tanggungan rumah tangga responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 11. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Responden No. Jumlah Tanggungan
Rumah Tangga Frekuensi Persentase
1 < 2 1 2 2 2 - 4 35 70 3 > 4 14 28 Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah
tanggungan keluarga yang paling besar adalah antara 2 – 4 orang yaitu
sebesar 35 responden atau 70 %.
5. Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Bekerja
Dimaksudkan untuk mengetahui berapa anggota keluarga yang
bekerja sehingga dapat diketahui total pendapatan rumah tangga dalam 1
keluarga.
Tabel 12. Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Bekerja No. Jumlah Anggota Keluarga
Yang Bekerja Frekuensi Persentase
1 1 4 8 2 2 – 4 46 92 3 > 4 - -
Jumlah 50 100,00
58
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 12 maka dapat disketahui bahwa sebagian
besar jumlah anggota keluarga yang bekerja antara 2 – 4 orang yaitu
sebesar 46 responden atau 92 %. Banyaknya anggota keluarga yang
bekerja maka akan menambah pendapatan dalam anggota rumah tangga.
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa sumber pendapatan rumah
tangga responden tidak hanya dari satu sumber saja.
6. Mata Pencaharian Responden
a. Pekerjaan Pokok
Pekerjaan pokok merupakan pekerjaan utama yang diharapkan
bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Desa
Depok mempunyai berbagai macam pekerjaan pokok yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Variasi pekerjaan pokok
responden lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Pekerjaan Pokok Responden No. Pekerjaan Pokok Frekuensi Persentase 1 Petani 28 562 Buruh 10 20 3 Karyawan - - 4 Guru 4 8 5. Pedagang 6 12 6. Pengrajin 2 4Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan tabel 13 dapat disketahui bahwa pekerjaan pokok
responden adalah sebagai petani yaitu sebesar 28 responden dengan
persentase 56 %. Meskipun lahan pertanian yang dimiliki sempit namun
responden masih memanfaatkan lahan pertanian untuk memenuhi
59
kebutuhan hidup sehari – hari. Pekerjaan pokok responden yang menjadi
pengrajin adalah sebesar 4 orang atau 8 % sehingga dapat dikatakan
mereka menggantungkan enceng gondok sebagai sumber pendapatan.
b. Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan Sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
responden untuk menambah tambahan penghasilan. Responden
memanfaatkan menganyam kerajinan enceng gondok untuk mengisi
waktu luang dan menambah penghasilan. Berikut Tabel 14. Pekerjaan
Sampingan Responden.
Tabel 14. Pekerjaan Sampingan Responden No. Pekerjaan Pokok Frekuensi Persentase 1 Petani - ‐2 Buruh - - 3 Karyawan - - 4 Guru - - 5. Pedagang - - 6. Pengrajin 48 96 7 Tidak memiliki
pekerjaan sampingan
2 4
Jumlah 50 100,00 Sumber : Data Primer Desa Depok Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 14 dapat disiketahui bahwa responden memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pengrajin sebesar 46 orang atau 92 %.
Menganyam enceng gondok dimanfaatkan oleh para responden untuk
menambah tambahan penghasilan dan mengisi waktu luang dan biasanya
dilakukan oleh perempuan.
60
7. Penguasaan Lahan Pertanian
Penguasaan Lahan pertanian yang ada di Desa depok dimaksudkan
untuk mengetahui berapa luas/ha lahan pertanian yang dimiliki oleh
responden
Tabel 15. Penguasaan Lahan Pertanian Responden No Luas Lahan Pertanian/
Ha Frekuensi Persentase
1 100 – 250 4 15,38 2 250 – 500 11 42,32 3 500 – 1000 7 26,92 4 > 1000 4 15,38 Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang paling banyak memiliki lahan pertanian seluas 250 m² – 500 m²
sebanyak 11 responden atau sebesar 42,32 %.
8. Status Lahan Pertanian
Status lahan pertanian yang digarap oleh responden dimaksudkan
untuk mengetahui lahan pertanian yang digarap milik sendiri, menyewa,
menyakap atau tidak punya. Berikut Tabel 16. Status Lahan Pertanian
Yang di Garap oleh Responden
Tabel 16. Status Lahan Yang Digarap Responden No. Status Lahan Jumlah Persentase 1 Milik Sendiri 26 92,86 2 Menyewa - - 3 Menyakap 2 7,14 4 Menggarapkan - - Jumlah 28 100,00
Sumber : Data Primer Tahun 2012
61
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa status lahan yang
digarap sebagian besar adalah milik sendiri yaitu sebesar 26 responden
atau 92,86%.
9. Luas Lahan Pertanian Yang Digarap
Luas lahan pertanian yang digarap responden dimaksudkan untuk
mengetahui berapa luas lahan pertanian yang digarap oleh responden baik
dari lahan pertanian milik sendiri, menyakap dan menggarapkan milik
orang lain. Berikut tabel 17. Luas lahan yang digarap responden
Tabel 17. Luas Lahan Yang Digarap No Luas Lahan
Pertanian/ Ha
Milik Sendiri, Menyewa/menyakap
Frekuensi Persentase
1 100 – 250 Milik Sendiri 2 7,15 2 250 – 500 Milik Sendiri 6 21,42 3 500 – 1000 Milik Sendiri 9 32,14 4 > 1000 Milik Sendiri 9 32.14 5 > 1000 Menyakap 2 7,15 Jumlah 28 100
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui luas lahan yang digarap
yaitu sebesar 500 m² - 1000 m² dan > 1000 m² adalah milik sendiri
masing-masing 9 responden atau 32.14 %, sedangkan yang lain sebanyak
24 responden tidak menggarap lahan pertanian dikarenakan tidak
memiliki lahan pertanian.
10.Tanaman Yang Ditanam
Tanaman yang ditanam di desa Depok dimaksudkan untuk
mengetahui jenis tanaman apa saja yanng ditanam oleh responden. Berikut
Tabel 18. Tanaman yang ditanam oleh para responden.
62
Tabel 18. Tanaman Yang Ditanam Oleh Responden No. Jenis Tanaman Frekuensi Persentase 1 Padi 10 35,71 2 Palawija - - 3 Lainnya 18 64,29 Jumlah 28 100
Sumber : Data Primer Desa Depok Tahun 2012
Berdasarkan data Diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang
ditanam oleh sebagian besar responden adalah padi, sayur-sayuran,
kolonjono, bawang merah, bawang putih, cabe sebanyak 18 responden
atau 64,29 %.
11. Pendapatan Bersih Pertanian
Pendapatan bersih pertanian dimaksudkan untuk mengetahui
berapa pendapatan responden dari hasil pertanian.
Tabel 19. Pendapatan Dari Pertanian No. Pendapatan
Bersih Pertanian Frekuensi Persentase
1 Rp. 50.000 – Rp 250.000
4 14,28
2 Rp 250.000 – Rp 500.000
12 42,86
3 Rp. 500.000 – Rp 1.000.000
5 17,86
4 > Rp 1.000.000 7 25 Jumlah 28 100,00
Sumber: Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 19 maka dapat diketahui bahwa Pendapatan
Bersih Responden adalah Rp 250.000 – Rp 500.000 sebanyak 12 responden
atau 42,86%.
63
C. Kerajinan Enceng Gondok
1. Bahan Baku
a. Asal Bahan Baku Enceng Gondok
Asal Bahan baku enceng gondok dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana cara medapatkan bahan baku enceng gondok
dan dari mana saja asal bahan baku enceng gondok yang digunakan
oleh responden untuk mengelola kerajinan enceng gondok.
Responden memperoleh bahan baku enceng gondok dengan cara
membeli sebanyak 50 responden atau 100%. Responden membeli dari
pengepul dan pengepul memperoleh bahan baku dari Siliran.
Siliran terletak di sebelah barat desa Bugel kecamatan Panjatan
kabupatan Kulon Progo.
b. Harga Bahan Baku Enceng Gondok Per – Kg
Harga Bahan Baku encenng Gondok Perkg dimaksudkan untuk
mengetahui berapa rupiah biaya enceng gondok perkg yang dijual
kepada responden oleh pengepul. Harga bahan baku enceng gondok per-
kg adalah Rp 4.500.
2. Modal Kerajinan Enceng Gondok
a. Modal Kerajinan Enceng Gondok
Dimaksudkan untuk mengetahui berapa rupiah modal yang
digunakan untuk membuat kerajinan enceng gondok. Sebagian besar
responden menggunakan modal Rp 100.000. Modal digunakan untuk
membeli bahan baku dan alat - alat yang digunakan untuk menganyam
64
enceng gondok seperti benang, kain, gunting, penggilas enceng, dan
lain-lain.
b.Asal Modal Kerajinan Enceng Gondok
Dimaksudkan untuk mengetahui dari mana asal modal yang
digunakan untuk mengelola kerajinan enceng gondok.
Tabel 20. Asal Modal Kerajinan Enceng Gondok No. Asal Modal Frekuensi Persentase
1 Modal Sendiri 50 100
2 Meminjam - -
3 Lainnya - -
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 20 sebanyak 50 responden atau 100%
mengelola kerajinan enceng gondok berasal dari modal sendiri.
2. Tenaga Kerja
Dimaksudkan untuk mengetahui pengelolaan enceng gondok
dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari keluarga, upahan dll.
Tabel 21. Tenaga Kerja Pengrajin No. Tenaga Kerja Frekuensi Persentase 1 Keluarga 50 100 2 Upahan - -
Jumlah 50 100 Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa tenaga
kerja untuk mengelola kerajinan enceng gondok berasal dari anggota
keluarga sebanyak 50 responden atau 100%.
3. Proses Pengolahan
Proses pengolahan bahan baku enceng gondok dari awal sampai
dianyam yaitu :
65
a. Bahan baku enceng gondok yang diambil batangnya yang kira –
kira panjangnya 30 cm dikumpulkan dalam jumlah yang besar.
b. Kemudian di jemur di sekitar pantai kurang lebih 3 hari hingga
warnanya berubah menjadi coklat tua.
c. Apabila masih berwarna hijau itu menandakan batang enceng
gondok masih belum matang sehingga harus sampai berwarna
coklat tua agar hasilnya bagus dan ulet.
d. Dalam menjemur jangan sampai terkena hujan karena warna enceng
akan berubah menjadi hijau lagi.
e. Untuk batang Enceng yang berwarna, cukup dengan merebus
batang enceng gondok dengan air sampai mendidih dan
dicampurkan pewarna pakaian sesuai warna yang diinginkan dan
direbus kurang lebih 15 menit agar warna merata.
f. Jemur kembali batang enceng gondok yang berwarna selama 1
minggu agar lebih ulet dan bebas dari jamur.
g. Kemudian untuk memulai menganyam siapkan bahan-bahan yang
diperlukan seperti benang, penggilas enceng, kain, dll yang
diperlukan untuk keperluan menganyam.
h. Kemudian anyam sesuai model.
i. Untuk pembuatan model seperti tas membutuhkan bahan baku
kurang lebih 5kg tergantung besar kecilnya tas.
66
j. Adapun alat – alat yang digunakan untuk membuat kerajinan
enceng gondok diantaranya : gunting, benang, jarum, kain,
penggilas enceng gondok, dakron atau busa, pewarna pakaian dll.
4. Jenis Produk yang dihasilkan
a. Jenis Produk yang dihasilkan, dimaksudkan untuk mengetahui apa
saja produk yang dihasilkan oleh responden dari menganyam enceng
gondok.
Tabel 22. Jenis Produk Yang Dihasilkan No. Jenis Produk Frekuensi Persentase 1 Tas - - 2 Topi - - 3 Bantal Kursi - - 4 Lainnya ( Tas, prismet,
tempat pakaian, tikar dan lain-lain)
50 100
Jumlah 50 100,00 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 22 responden menghasilkan produk dari
kerajinan enceng gondok tergantung pada permintaan konsumen,
barang kerajinan yang dihasilkan yaitu tas, tempat pakaian, bantal kursi,
prismet, dll.
b. Hasil Kerajinan Enceng Gondok Yang Dihasilkan Responden Setiap Hari
Dimaksudkan untuk mengetahui berapa jenis hasil kerajinan
yang dapat dihasilkan oleh responden setiap hari.
67
Tabel. 23. Jumlah Hasil Kerajinan Yang Dihasilkan Setiap Hari No. Hasil Kerajinan/Hari Frekuensi Persentase 1 1 27 54 2 2 17 34 3 3 6 12 4 > 3 - -
Jumlah 50 100,00 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 23 sebanyak 27 responden atau 54%
responden mengahasilkan kerajinan enceng gondok sebesar 1 biji
setiap hari.
5. Pemasaran
Dimakasudkan untuk mengetahui bagaimana cara memasarkan,
lokasi daerah pemasaran, harga dari pengrajin.
a. Cara memasarkan
Pengrajin membuat kerajinan dari enceng gondok seperti tas,
bantal, prismet, dan lain-lain dalam bentuk barang setengah jadi,
kemudian dijual kepada pengepul. Pengepul menjualnya lagi dan
menampung hasil kerajinan itu ke sebuah galeri knict kraft untuk
dikelola lagi menjadi tahab finishing yaitu dengan dihias, di beri obat-
obatan dan lain-lain agar menarik. Pengepul merupakan perantara atau
orang yang memasarkan hasil kerajinan enceng gondok.
b. Harga yang dijual pengrajin kepada pengepul.
Harga kerajinan enceng gondok tergantung dari besarnya
ukuran dan banyaknya bahan baku yang diperlukan.
68
Tabel 24. Harga Produk KerajinaEnceng Gondok Dari Pengrajin/Biji
No. Jenis Produk Harga/Biji 1 Tas Kecil Rp 8.000 2 Tas Sedang Rp 12.000 – Rp 18.000 3 Tas Besar Rp. 25.000 – Rp. 35.0004 Prismet Rp 4.000 5 Bantal kecil Rp. 15.000 6 Bantal besar Rp 30.000
Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 24 diatas maka dapat diketahui bahwa
harga kerajinan enceng gondok yang masih beruba bahan setengah jadi
masih cenderung murah.
D. Pendapatan Rumah Tangga
Dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pendapatan total dalam
keluarga yang berasal dari pendapatan dari enceng gondok dan sumber
pendapatan yang lain. Pendapatan rumah tangga pengrajin dapat diketahui
dari pendapatan non enceng gondok dan pendapatan enceng gondok.
Jumlah total pendapatan enceng gondok yaitu Rp 15.250.000
Jumlah total pendapatan non enceng gondok yaitu Rp 40.150.000
Jumlah pendapatan total rumah tangga pengrajin yaitu Rp 55.400.000
Rata-Rata pendapatan enceng gondok
= Pendapatan total enceng gondok
50 = Rp 15.250.000
50 = Rp 305.000 Rata- Rata pendapatan non enceng gondok
= Rp 40.150.000
50
= Rp 803.000
69
Rata-rata pendapatan total rumah tangga pengrajin
= Rp 55.400.000 50
= Rp 1.108.000
Klasifikasi sumbangan pendapatan enceng gondok dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelas yaitu interval kelas rendah, sedang dan tinggi :
Tabel 25. Klasifikasi Sumbangan Pendapatan Enceng Gondok No. Nilai Jumlah Klasifikasi 1 0,3 – 1,4 47 Rendah 2 1,5 – 2,6 2 Sedang 3 2,7 – 3,8 1 Tinggi
Jumlah 50 Sumber: Data Primer 2012
Sumbangan enceng gondok terhadap total pendapatan rumah tangga
pengrajin dapat dihitung dengan cara :
= Jumlah total pendapatan enceng gondok X100%
Jumlah total pendapatan rumah tangga pengrajin
= Rp 15.250.000 X 100% Rp 55.450.000 = 27,5 %
Sumbangan pendapatan industri kerajinan enceng gondok terhadap
total pendapatan rumah tangga pengrajin yaitu sebesar 27,5%. Sumbangan
pendapatan industri kerajinan enceng gondok dalam rupiah yaitu :
= 27,5% x Rp 55.450.000
= Rp 15.248.750
Sumbangan pendapatan industri kerajinan enceng gondok per-orang yaitu :
= Rp 15.248.750 50 = Rp 304.975
70
E. PEMBAHASAN
1. Proses pengolahan industri kerajinan enceng gondok di Desa Depok
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo yaitu : responden
mengolah kerajinan enceng gondok yang bahan baku berharga Rp
4.500/kg. Bahan baku enceng gondok berwarna coklat tua, untuk
memperoleh warna lain pengrajin harus mewarna sendiri dengan warna
yang diinginkan kemudian direbus kurang lebih 15 menit dan dijemur
kembali selama satu minngu agar ulet dan warna menempel. Pengrajin
kemudian mengolah enceng gondok menjadi berbagai macam kerajinan
seperti tas, prismet, bantal, dan lain-lain sesuai pesanan dari konsumen.
Hasil kerajinan enceng gondok di Desa Depok masih dalam bentuk
barang setengah jadi. yang harganya berkisar antara Rp 8.000 – Rp
30.000 tergantung dari besar kecil barang kerajinan. Hasil kerajinan
enceng gondok kemudian dijual kepada pengepul dan kemudian
disetorkan ke otlet-otlet seperti knict kraft untuk disempurnakan lagi ke
tahab finishing seperti dihias, di beri obat – obatan agar terlihat menarik.
2. Sumbangan Pendapatan industri kerajinan enceng gondok terhadap total
pendapatan rumah tangga pengrajin yaitu : sumbangan pendapatan yang
diperoleh dari pengolahan industri kerajinan enceng gondok dalam suatu
rumah tangga pengrajin. Sumbangan industri kerajinan enceng gondok
terhadap pendapatan total rumah tangga pengrajin yaitu sebesar 27,5 %.
3. Hambatan yang dialami oleh pengrajin dalam mengelola industri
kerajinan enceng gondok yaitu : bahan baku yang semakin mahal,
71
pengrajin tidak diberi kesempatan mengolah barang kerajinan sampai
tahab finishing menjadi harga kerajinan enceng gondok lebih murah.
5. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dialami pengrajin: Pengrajin
harus belajar sampai tahap finishing agar dapat meningkatkan harga
kerajinan enceng gondok.
6. Upaya pengembangan diri industri kerajinan enceng gondok yaitu :
Pengrajin yang ada di Desa Depok harus mengikuti kursus dan pelatihan
untuk meningkatkan industri kerajinan enceng gondok apabila pemerintah
memberikan kesempatan kepada Pengrajin. Pengrajin belajar sampai tahap
finishing dan membuat kelompok agar kerajinan enceng gondok dapat
diolah sendiri. Produk yang dihasilkan harus bervariasi atau sesuai
permintaan konsumen agar konsumen tertarik. Pengrajin juga harus
melakukan pameran atau promosi untuk mengenalkan kerajinan enceng
gondok ke konsumen.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan industri kerajinan enceng gondok masih berupa
barang setengah jadi harga menjadi lebih murah yang berkisar Rp
8.000 – Rp 30.000 tergantung dari besar kecil barang kerajinan .
2. Pada Penelitian ini Hambatan yang dialami responden adalah berupa
bahan baku yang semakin mahal. Pengrajin belum dapat mengolah
industri kerajinan enceng gondok sampai tahab finishing karena tidak
diberi kesempatan.
3. Adapun upaya yang dilakukan oleh responden untuk mengatasi
hambatan yaitu dengan belajar mengolah industri kerajinan enceng
gondok sampai tahap finishing agar harga menjadi lebih mahal.
4. Sumbangan pendapatan enceng gondok terhadap total pendapatan
rumah tangga pengrajin yaitu sebesar 27,5%, semakin banyak
kerajinan enceng gondok yang dihasilkan maka akan semakin besar
sumbangan pendapatan dari kerajinan enceng gondok.
5. Upaya pengembangan diri pengrajin yaitu pengrajin harus mengikuti
pelatihan atau kursus apabila diberi kesempatan oleh Pemerintah,
pengrajin membuat kelompok agar dapat mengolah kerajinan enceng
gondok sampai tahap finishing untuk meningkatkan harga kerajinan
72
73
enceng gondok. Pengrajin juga melakukan promosi atau pameran
untuk mengenalkan kepada konsumen hasil kerajinan enceng gondok.
B. Saran
1. Bagi pemerintah
a. Pemerintah perlu memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi
masyarakat tentang pengolahan kerajinan enceng gondok secara baik
dan benar tentang kerjinan enceng gondok.
b. Pemerintah perlu meningkatkan peran kerajinan enceng gondok
sebagai sumber devisa Negara, karena kerajinan enceng gondok dapat
berkembang menjadi industri yang besar apabila diperhatikan dan
dikelola dengan baik.
2. Bagi Responden atau Rumah Tangga Pengrajin di Desa Depok
Kabupaten Kulon Progo
a. Pengrajin harus mendirikan kelompok dan mengolah kerajinan enceng
gondok sampai tahap finishing agar harga kerajinan enceng gondok
meningkat.
b. Responden diharapkan mau terbuka dan menerima bimbingan atau
penyuluhan dari Pemerintah jika ada, karena akan lebih meningkatkan
hasil kerajinan enceng gondok.
c. Responden harus melakukan pameran dan promosi untuk
memperkenalkan kerajinan enceng gondok.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhtar Mukti. 2008. Penggunaan Tanaman Enceng Gondok Sebagai Pre-Treatmen Pengolahan Air Selokan Mataram. Skripsi: UII.
Basu Swastha. 1985. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta. Liberty. Bintarto. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. Bintarto. 1986. Pengantar Geografi Pembangunan. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. BKKBN. 1993. Petunjuk Teknis Pendataan dan Pemetaan Keluarga Sejahtera.
Jakarta: BKKBN. BPS. 2010. Sensus Penduduk. Kulon Progo.
Departemen Perindustrian (1984) UU RI No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian
Faisal Kasryno dan Joseph F Stepanek. 1985. Dinamika Pembangunan Pedesaan. Jakarta: PT Gramedia.
Ida Bagus Mantra. 1993. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahyo.
Irfan Hadjam (1977). Diktat Geografi Ekonomi. Yogyakarta: IKIP.
Jody Moenandir. 2010. Ilmu Gulma. Malang. UB Press.
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei.Jakarta.LP3ES.
Moh Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi( Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan). Bandungan: Alumni. Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi suatu perdesaan dan analisis
keruangan. Bandung: Alumni. Nursid Sumaatmadja. 1988. Geografi Pembangunan. Bandung: Alumni. Putri Soraya. 2011. Studi Industri Kerajinan Serat Agel Di Desa Salamrejo
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo. Skripsi: UNY. Saleh Irsan Azhari. 1986. Industri Kecil : Sebuah Tinjauan dan Perbandingan.
Jakarta: LP3ES.
74
75
Soediyono. 1992. Ekonomi Makro Pengantar Analisa Pendapatan Nasional.
Yogyakarta: Liberty. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
77
1. Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah tanggungan rumah tangga :
Jumlah anggota keluarga yang bekerja :
2. Apakah pekerjaan pokok bapak/ibu
a. Petani
b. Pedagang
c. Karyawan
d. Lainnya (……)
3. Apakah pekerjaan sampingan bapak/ibu a. Pengrajin b. Buruh c. Karyawan d. Lainnya (…..)
4. Berapakah luas lahan pertanian yang Bapak/Ibu miliki? a. 100 – 250 m² b. 250 – 500 m² c. 500 – 1000 m² d. > 1000 m²
5. Bagaimana status lahan yang Bapak/Ibu garap ? a. Milik sendiri b. Menyewa c. Menyakap d. Lainnya (………….)
6. Ditanami apa saja lahan pertanian yang Bapak/Ibu garap? a. Padi,sayur-sayuran b. Sayur – sayuran c. Palawija d. Lainnya
78
7. Berapa rupiah pendapatan bersih bapak/ibu dalam pendapatan pertanian? a. Rp 50.000 – Rp250.000 b. Rp 250.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
8. Bagaimana cara yang bapak/ibu mendapatkan bahan baku enceng gondok? a. Membeli b. Mencari di sungai c. Lainnya……
9. Darimana bapak/ibu membeli bahan baku a. Ambarawa b. Siliran c. Lainnya (…….)
10. Berapa rupiah harga bahan baku/kg a. Rp 2.000 b. Rp 3000 c. Rp 4.000 d. Rp 4.500
11. Berapa modal yang bapak/ibu keluarkan untuk modal kerajinan enceng gondok? a. < Rp 250.000 b. Rp 250.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
12. Darimana asal modal yang bapak ibu miliki untuk mengelola kerajinan enceng gondok? a. Modal sendiri b. Meminjam c. Lainnya(…..)
13. Darimana bapak/ibu memperoleh tenaga kerja? a. Keluarga b. Upahan
14. Bagaimana proses pengolahan enceng gondok dari pengambilan enceng gondok hingga menjadi barang setengah jadi untuk membuat kerajinan enceng gondok?
15. Jenis produk apa saja yang dihasilkan dari industri kerajinan enceng gondok? a. Tas b. Bantal c. Prismet
79
d. Lainnya (…) 16. Berapa biji hasil enceng gondok yang dihasilkan oleh bapak/ibu perhari?
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
17. Siapa yang melakukan pemasaran? a. Responden b. Pengepul c. Lainnya
18. Dipasarkan dimana saja hasil kerajinan enceng gondok yang bapak ibu hasilkan? a. Yogyakarta b. Bandung c. Jakarta d. Lainnya(…)
19. Bagaimana untuk pemasaran internasional dilakukan oleh siapa? a. PT b. Pengepul c. Lainnya
20. Untuk pemasaran internasional dipasarkan dimana saja? a. Amerika Serikat b. Italy c. Jepang d. Lainnya(……)
21. Berapa rupiah harga kerajinan enceng gondok dari responden yang disetorkan ke pengepul? a. Tas kecil(Rp….) b. Tas sedang(Rp….) c. Tas besar(Rp…..) d. Prismet (Rp…) e. Bantal (Rp….) f. Lainnya(Rp….)
22. Berapa rupiah biaya produksi yang bapak/ibu gunakan untuk mengelola kerajinan enceng gondok? a. < Rp 50.000 b. Rp 50.000 – Rp 100.000 c. Rp 200.000 – Rp 500.000 d. > Rp 500.000
80
23. Berapa rupiah pendapatan bersih bapak/ibu dari pertanian? a. Rp 50.000 – Rp 250.000 b. Rp 250.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
24. Berapa rupiah pendapatan bersih bapak/ibu dari kerajinan enceng gondok? a. Rp 100.000 – Rp 250.000 b. Rp 250.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
25. Berapa rupiah pendapatan bersih bapak/ibu dari pekerjaan lain yang bapak/ibu tekuni? a. Rp 100.000 – Rp 250.000 b. Rp 250.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
26. Bagaimana teknologi yang bapak/ibu gunakan untuk mengelola industri kerajinan enceng gondok? a. Tradisional b. Modern
27. Apa saja hambatan-hambatan yang bapak/ibu hadapi dalam mengelola industri kerajinan enceng gondok?
28. Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?
29. Apa saja upaya pengembangan yang dilakukan oleh bapak/ibu untuk menjadikan kerajinan enceng gondok lebih dikenal masyarakat luas? a. Ikut pelatihan kursus. b. Mengikuti bimbingan/penyuluhan yang diadakan di desa. c. Keikutsertaan dinas perindustrian yang ikut andil untuk meningkatkan
industri kerajinan enceng gondok d. Lainnya(……….)
30. Bagaimana jenis atau produk yang bapak/ibu hasilkan? a. Monoton b. Sesuai permintaan konsumen c. Lainnya(………..)
31. Adakah galeri untuk menampung hasil kerajinan enceng gondok? a. Ya b. Tidak
32. Jika ada dimanakah bapak/ibu menampung hasil kerajinan enceng gondok?
81
33. Seberapa sering bapak/ibu mengikuti pameran untuk mengenalkan hasil kerajinan kepada konsumen dalam waktu 1 bulan? a. 1x b. 2x c. 3x d. lainnya(………….)
34. Adakah koperasi yang bertanggungjawab dalam usaha industri kerajinan
enceng gondok yang bapak/ibu hasilkan?
35. Adakah pihak dari pemerintah yang bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu industri kerajinan enceng gondok? a. Ya b. Tidak
36. Jika ada apa saja upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas industri? Rekab :
Komposisi Rumah Tangga No
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
pekerjaan Pendapatan Total pendapatan dalam 1 keluar ga
Sekolah
Ti dak sekolah
Pokok
tambahan
Pokok
Tambahan
1 2 3 4 5
Pendapatan rumah tangga =
82
Tabel. 26 Pendapatan Responden No. Pendapatan
Non Enceng Gondok (dalam Rupiah)
Pendapatan Enceng Gondok (dalam Rupiah)
Total Pendapatan
Anggota Rumah Tangga
(dalam Rupiah)
1 0 2.000.000 2.000.000 2 800.000 250.000 1.050.000 3 600.000 200.000 8.00.000 4 650.000 300.000 950.000 5 400.000 250.000 650.000 6 500.000 350.000 850.000 7 800.000 300.000 1.200.000 8 1.200.000 300.000 1.500.000 9 600.000 250.000 850.000 10 1.500.000 250.000 1.750.000 11 800.000 250.000 1.050.00012 1.200.000 300.000 1.500.000 13 1.000.000 250.000 1.250.000 14 800.000 200.000 1.000.000 15 600.000 200.000 800.000 16 650.000 200.000 850.000 17 800.000 250.000 1.050.000 18 400.000 200.000 600.000 19 400.000 250.000 650.000 20 450.000 200.000 650.000 21 400.000 250.000 650.000 22 0 350.000 350.000 23 500.000 350.000 850.000 24 400.000 200.000 600.000 25 400.000 300.000 700.000 26 1.500.000 300.000 1.800.000 27 700.000 200.000 900.000 28 400.000 200.000 600.000 29 550.000 300.000 850.000 30 500.0000 200.000 700.000 31 500.000 250.000 750.000 32 400.000 200.000 600.000 33 400.000 200.000 600.000 34 600.000 200.000 800.000 35 200.000 850.000 1.050.000 36 550.000 250.000 800.000 37 500.000 200.000 700.000 38 600.000 200.000 800.000
83
No. Pendapatan Non
Enceng Gondok (dalam Rupiah)
Pendapatan Enceng Gondok (dalam Rupiah)
Total Pendapatan
Anggota Rumah Tangga
(dalam Rupiah)
39 800.000 200.000 1.000.000 40 400.000 250.000 650.000 41 800.000 250.000 1.050.000 42 8.000.000 1.000.000 9.000.000 43 1.000.000 250.000 1.250.000 44 2.000.000 250.000 2.250.000 45 1.200.000 250.000 1.450.000 46 400.000 250.000 600.000 47 600.000 200.000 800.000 48 300.000 200.000 500.000 49 800.000 200.000 1.000.000 50 600.000 200.000 800.000 Jumlah 40.150.000 15.250.000 55.450.000
Top Related