PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM
MENANGANI WABAH KOLERA DI YAMAN
PERIODE 2017-2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Syafira Imsakiyah
11161130000048
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
PERSETUJUAN PEMBINGBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Syafira Imsakiyah
NIM : 1161130000048
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION DALAM MENANGANI
WABAH KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019
Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
29 September 2020
Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi Pembimbing
M. Adian Firnas, M.Si Inggrid Galuh Mustikawati, MHSPS
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI
PERAN WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) DALAM
MENAGANI WABAH KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019
Oleh
Syafira Imsakiyah
11161130000048
telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 5 Oktober 2020 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional.
Ketua, Sekretaris,
M. Adian Firnas, M.Si Irfan R. Hutagalung, S.H., LL.M
Penguji I Penguji II
Faisal Nurdin Idris, M.Sc Khoirun Nisa, MA.Pol
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 5 Oktober 2020
Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
M. Adian Firnas, M.Si
iv
ABSTRAK
Penelitian skripsi ini menganalisis peran World Health
Organization (WHO) dalam menangani wabah kolera di Yaman pada tahun
2017 sampai 2019. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan
mengetahui peran WHO dalam menangani wabah kolera di Yaman melalui
program-program yang dijalankan oleh WHO. Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui teknik studi
kepustakaan baik itu berupa buku-buku, teks, artikel dalam jurnal, dokumen
elektronik, serta data-data lainnya yang relevan untuk menjadi referensi.
Wabah kolera yang terjadi di Yaman merupakan wabah terbesar di
dunia dengan jumlah kematian yang tinggi. Fenomena ini menjadi perhatian
khusus bagi WHO sebagai organiasi internasional yang berperan untuk
menangani penyakit menular. Penelitian skripsi ini dianalisis menggunakan
konsep Organisasi Internasional dan konsep keamanan manusia. Melalui
konsep yang digunakan tersebut penelitian ini akan menjelaskan peran
WHO sebagai organisasi internasional di tingkat internasional, tingkat
negara, dan tingkat individu dalam menangani wabah kolera di Yaman
antara lain melakukan kerjasama dengan pemerintah Yaman melalui
kerangka kerjasama penanganan dan pencegahan penyakit kolera,
kerjasama melalui program eDEWS, pelaksanaan kampanye vaksin oral
kolera, pengiriman bantuan kebutuhan medis, serta program pelatihan dan
edukasi kesehatan.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa WHO telah
menjalankan perannya sebagai organisasi internasional dalam menangani
wabah kolera di Yaman pada tahun 2017 sampai 2019 sehingga terdapat
penurunan tingkat kematian kolera di Yaman. Namun, ditemukan beberapa
yang hambatan yang dihadapi WHO yang menjadi evaluasi kinerja WHO.
Kata Kunci: World Health Organization, Organisasi Internasional,
keamanan manusia, wabah kolera, Yaman.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala rahmat dan nikmat-
Nya, Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabat atas, penulis
ucapkan syukur Alhamdillah kepada Allah SWT. atas diberikannya
kelancaran dan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini,
dengan judul “Peran World Health Organization (WHO) dalam
Menangani Wabah Kolera di Yaman Periode 2017-2019” dari awal
hingga akhir.
Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai sebuah karya ilmiah
sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 Ilmu Hubungan
Internasional. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang ikut membantu dalam proses penulisan dengan
memberikan bimbingan, saran, serta motivasi sehingga penulisan
skripsi ini dapat terwujud. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Iskandar Zulakrnaen dan Susy
Ratna yang telah memberikan dukungan serta do’a.
Kemudian kakak dan adik penulis, Wildan, Kia, dan Emir
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
vi
2. Ibu Inggrid Galuh Mustikawati, selaku Dosen pembimbing
skripsi, yang telah memberikan banyak masukan dan
membantu proses penulisan skripsi, dan memberikan
dukungan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
3. Bapak Adian Firnas, selaku ketua Program Studi Ilmu
Hubungan Internasional Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses
penulisan serta perkuliahan.
4. Teman-teman diskusi selama proses perkuliahan, Fitriani,
Ronaldi Billy, Damar Kristal, Permata Salim, Miftahul
Kautsar, Farhan Fawaaz, Ridho Sucipto, Dewi Oktaviani,
Nur Aishah, dan seluruh teman teman HI B yang telah
menjadi penyemangat dan tempat untuk berbagi ilmu.
5. Teman-teman AIESEC Indonesia, Kevin, Nadya, dan Aurel
yang telah memberikan dukungan dan do’a. Serta teman-
teamn AIESEC UIN Jakarta yang banyak memberikan
pengalaman terbaik selama 2 tahun.
6. Teman-teman magang KBRI Singapura yang menjadi teman
belajar bersama.
7. Keluarga besar HMI KOMFISIP dan KOHATI KOMFISIP
yang telah memberikan pengalaman berorganisasi dan
tempat berbagi ilmu di luar perkuliahan.
vii
8. Nurul Fazriah dan Citra Dwikasari yang telah menjadi teman
kosan selama penulis kuliah dan manjadi teman untuk
berdiskusi selama perkuliahan. Terimakasih telah menjadi
sahabat terbaik selama kuliah.
9. Teman-teman KKN 041 Sembagi Arutala yang telah
memberikan penulis pengalaman berharga tentang arti
kebersamaan dan menjadi seorang mahasiswa yang
bermanfaat untuk orang banyak.
Jakarta, 21 September 2020
Syafira Imsakiyah
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... 0
PERSETUJUAN PEMBINGBING SKRIPSI ............................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.1 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10
1.4 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 10
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................... 14
1.5.1 Konsep Organisasi Internasional ............................................ 14
1.5.2 Konsep Keamanan Manusia ................................................... 18
1.6 Metode Penelitian ................................................................... 20
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................. 21
BAB II WORLD HEALTH ORGANIZATION DAN PENYAKIT
KOLERA ....................................................................................... 24
A. Sejarah World Health Organization ............................................ 24
ix
B. Struktur WHO ............................................................................. 30
C. WHO di Yaman ........................................................................... 33
D. Upaya WHO mengatasi penyakit Kolera di Dunia ..................... 34
BAB III WABAH KOLERA DI YAMAN .................................................. 39
A. Dinamika Konflik Sipil Yaman ................................................... 39
B. Kasus Kolera di Yaman ............................................................... 44
C. Penyebaran Kolera di Yaman ...................................................... 50
BAB IV PERAN WHO DALAM MENANGANI WABAH KOLERA DI
YAMAN PERIODE 2017-2019 ....................................................... 55
A. Peran WHO dalam mengatasi wabah kolera di Yaman ............ 55
1. Tingkat Internasional ............................................................ 57
a. Cholera Integrated Response Plan ....................................... 57
b. Kampanye Vaksin Oral Kolera (OCV) ................................ 65
2. Tingkat Nasional ................................................................... 68
a. Kerjsama WHO dengan MoPHP Yaman melalui program
Electronic Disease Early Warning System (eDEWS) .......... 68
b. Pengiriman bantuan kebutuhan medis .................................. 72
3. Tingkat Individu ................................................................... 75
a. Pelatihan tenaga kesehatan dan edukasi kesehatan .............. 75
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 83
A. Kesimpulan................................................................................ 83
B. Saran untuk penelitian selanjutnya ............................................ 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tingkat Penyebaran Kolera berdasarkan distrik di Yaman .......... 7
Gambar 3.1 Kurva kasus kolera periode April 2017-Desember 2019 ........... 49
Gambar 3.1. a) Masyarakat mengantri air bersih dari truk di kota Taiz, b)
Tumpukan sampah di jalan ibu kota Sana’a...............................................51
Gambar 3.2 Pasien kolera yang berada di posko kesehatan sementara di
provinsi Hajjah yang sedang menerima pengobatan dari dokter .............. 52
Gambar 4.1 Cholera Risk Assement ............................................................... 67
Gambar 4.2 Weekly Epidemiological Bulletin yang dipublikasikan oleh
WHO bersama dengan MoPHP Yaman .................................................... 70
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Linimasa Kerjasama Kesehatan Internasional Hingga
terbentuknya WHO .......................................................................... 28
Tabel 3.1 Jumlah kasus kolera di setiap provinsi Yaman periode 2017-
2019 .................................................................................................. 49
xii
DAFTAR SINGKATAN
AQAP Al-Qaeda in the Arabian Peninsula
AWD Acute Watery Diarrhea
CFED Conceptual Framework for Evaluating Disease
Risk
CFR Case Fatality Rate
CTC Cholera treatment center
DKK Diarrhea Disease Kit
DTC Diarrhea Treatment Center
DTU Diarrhea Treatment Unit
eDEWS Electronic Disease Early Warning System
EMPHENET Eastern Mediterranean Public Health Network
EMRO Eastern Mediterranean Regional Office
EOC Emergency Operation Center
GAVI The Global Alliance for Vaccine and
Immunizations
GCC Gulf Cooperation Council
GHD Global Health Development
GTFCC Global Task Force on Cholera Control
IDA International Development Association
IMS Incident Management System
ISIS Islamic State of Iraq and Syria
IV Intraveneus fluids
xiii
JMP The Joint Meeting Parties
MOPHP Ministry of Public health and Population
NGO Non Governmental Organization
OCV Oral Cholera Vaccine
ORS Oral Rehydration Salt
PAHO Pan American Health Organization
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
SDG’s Sustainable Development Goals
STC Southern Transnational Council
UNDP United Nations Development Programme
UNICEF United Nations International Children's
Emergency Fund
UNOCHA United Nations Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs
WASH Water, Sanitation, and Hygiene
WFP World Food Programme
WHA World Health Assembly
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian ini akan membahas peran World Health Organization
(WHO) dalam mengatasi wabah kolera di Yaman. Berdasarkan
pernyataan WHO, kasus wabah kolera di Yaman merupakan yang
terbanyak di dunia dengan penyebaran yang cepat akibat
memburuknya kondisi kebersihan dan sanitasi di seluruh negeri
Yaman.1
Pada tahun 2015, Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Yaman berada di level 3 emergency.
Level 3 emergency merupakan keadaan darurat kemanusiaan yang
sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan terutama dalam kesehatan
dan memastikan bahwa layanan dan sistem yang tersedia dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan secara efektif. Kondisi darurat ini
disebabkan oleh eskalasi kondisi politik yang terjadi di Yaman sejak
Maret 2015. Lebih dari 3.083 orang telah terbunuh, 14.324 orang
terluka dan lebih dari 1 juta orang harus pergi meninggalkan tempat
1 WHO, “Cholera count reaches 500 000 in Yemen”, tersedia di
https://www.who.int/news-room/detail/14-08-2017-cholera-count-reaches-500-
000-in-yemen diakses pada 17 Februari 2020
2
tinggal mereka. Akibatnya, sejak konflik ini terjadi, lebih dari 21 juta
warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan.2
Krisis kemanusiaan di Yaman dimulai saat revolusi melawan
pemerintahan Ali Abdullah Saleh pada tahun 2011 hingga 2012.
Revolusi politik ini menjadi salah satu dampak dari adanya Arab
Spring yang menyebar di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah.
Presiden Ali Abdullah Saleh telah menjabat selama 33 tahun, namun
harus melepas jabatannya setelah adanya penarikan dukungan dari
Arab Saudi yang kemudian digantikan oleh wakil presidennya yaitu
Abdrabbuh Mansur Hadi. Pemerintahan Mansur Hadi tetap tidak
mampu untuk mengontrol konflik internal yang terjadi di Yaman.
Kelompok Houthi melakukan kudeta terhadap Presiden Mansur Hadi
pada 20 Januari 2015, sehingga mundurnya Hadi menyebabkan
kekosongan pemerintahan dan menyebabkan Houthi secara tidak
langsung sebagai pemegang pemerintahan.3
Perang saudara di Yaman terjadi diantara kelompok yang saling
mengklaim sebagai pemerintahan yang sah, yaitu pihak yang
mendukung pemerintah Mansur Hadi yang berbasis di wilayah Aden
2 UNOCHA, “Yemen: Highest Emergency Response Level Declared For Six
Months”, tersedia di https://www.unocha.org/story/yemen-highest-emergency-
response-level-declared-six-months diakses pada 17 Februari 2020 3 Puji Taliasih, “Dukungan Arab Saudi terhadap Rezim Mansour Hadi dalam
Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman Tahun 2012-2015”, International
Society Vol. 3, no. 2, 2016 [jurnal on-line], hal 64-68 tersedia di
https://adoc.tips/dukungan-arab-saudi-terhadap-rezim-mansour-hadi-dalam-
mengha.html diunduh pada 17 Februari 2020
3
dan pihak yang mendukung pemerintah, Komite Resolusi, yang
dibentuk oleh Houthi dan juga mendapatkan dukungan dari mantan
presiden Yaman yaitu Ali Abdullah Saleh.4 Perang sipil ini tidak lepas
dari adanya intervensi oleh Arab Saudi sebagai led coalition sebagai
pendukung mantan Presiden Saleh. Konflik berkepanjangan ini juga
menjadi perpanjangan dari konflik Iran-Arab Saudi dan sebagai upaya
Arab Saudi untuk memerangi pengaruh Iran di kawasan Timur
Tengah.5
Konflik sipil yang berkepanjangan di Yaman memperburuk
kondisi keamanan kemanusiaan di negara tersebut. Sebelum konflik
terjadi, Yaman telah menjadi negara yang menghadapi berbagai
masalah kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Dalam aspek ekonomi
dan sosial, Yaman menghadapi kelangkaan air dan cadangan negara
yang terus berkurang, semakin berkurangnya cadangan minyak,
meningkatkan demografis, kondisi infrastruktur yang lemah,
kurangnya kapasitas layanan administrasi pemerintah, adanya korupsi,
dan tingkat buta huruf yang tinggi.6
4 BBC News, “Yemen Crisis: Houthi Rebels Shell Presidential Home”,
tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-30903516 diakses pada 17
Februari 2020 5 BBC News, “Yemen crisis: Why is there a war?”, tersedia di
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423 diakses pada 17 Februrari
2020 6 Thomas Juneau. “Yemen and the Arab Spring: Elite Struggles, State Collapse
and Regional Security”. Orbis 57 (3):408–423, 2013. [jurnal on-line] hal 408 tersedia
di https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0030438713000276 diakses
pada 17 Februari 2020
4
Keadaan infrastruktur terutama layanan kebutuhan dasar seperti
layanan kesehatan masyarakat dan sanitasi mengalami kolaps.
Beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit mengalami keruskan
akibat serangan bom yang dilakukan oleh pihak yang bertikai. Tercatat
telah terjadi lebih dari 160 serangan terhadap fasilitas medis dan
personel medis pada tahun 2016 hingga 2017.7 UNOCHA (United
Nastions Office for Coordination of Humanitarian Affairs)
melaporkan, setidaknya ada 16 juta orang yang tidak memiliki akses
untuk air bersih, dan 16,4 juta orang tidak memiliki akses untuk
perawatan kesehatan yang layak.8
PBB menyebutkan bahwa kondisi kemanusiaan di Yaman
menjadi “World’s worst humanitarian crisis”. Di tengah konflik yang
terjadi, Yaman menghadapi wabah kolera pada April 2017.9 Yaman
sudah menghadapi banyak tantangan kemanusiaan, diantaranya kasus
kekurangan gizi pada anak-anak yang menyebabkan penurunan
ketahanan kesehatan mereka terhadap penyakit kolera. Wabah
penyakit kolera menjadi cerminan kondisi krisis kemanusiaan akibat
perang sipil Yaman yang mengalami eskalasi. Pekerja kesehatan di
7 BBC News, “Saudi 'should be blacklisted' over Yemen Hospital Attacks”,
tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-39651265 diakses pada 17
Februari 2020 8 UNOCHA, “About OCHA Yemen”, tersedia di
http://www.unocha.org/yemen/about-ocha-yemen diakses pada 17 Februari 2020 9 F Federspiel & Ali, M, “The cholera outbreak in Yemen: Lessons learned and
way forward”, BMC Public Health, Vol. 18, No. 1338, 2018 [jurnal on-line] hal 1
tersedia di https://doi.org/10.1186/s12889-018-6227-6 diunduh pada 18 Februari
2020
5
Yaman melaporkan bahwa setidaknya ada 2.000 kasus kolera yang di
konfirmasi setiap minggunya. Kebersihan dan air minum yang
terkontaminasi menyebabkan mudahnya penyebaran penyakit kolera.
WHO melalui Regional Director World Health Organization dan
UNICEF, mengatakan dalam pernyataan bersamanya bahwa mereka
mulai meningkatkan tanggapan untuk membantu orang yang terkena
dampak penyakit kolera dan berusaha untuk mencegah penyakit ini
agar tidak menyebar lebih jauh.10
Menurut WHO, kolera merupakan penyakit infeksi diare akut
yang disebabkan oleh kontaminasi dari bakteri Vibrio Cholerae pada
makanan atau minuman atau air. Kolera menjadi ancaman kesehatan
global dan indikator ketidakadilan dan kurangnya pembangunan
sosial.11 Pandemik kolera sendiri telah menyebar luas di wilayah
Afrika Utara dan Timur Tengah. Kondisi beberapa negara di kawasan
ini menjadi penyebab wabah seperti infrastruktur lingkungan yang
buruk, kurangnya layanan perawatan kesehatan, kurangnya air bersih
dan sanitasi. Mengingat bahwa daerah Afrika Utara didominasi oleh
negara miskin yang semakin memperparah keadaan kesehatan di
negara-negara. WHO mengestimasi bahwa 3 sampai 5 juta kasus
10 Rick Gladstone, “Cholera, Lurking Symptom of Yemen’s War, Appears to
Make Roaring Comeback”, New York Times, 2019 [artikel on-line] tersedia di
https://www.nytimes.com/2019/03/27/world/middleeast/cholera-yemen.html diakses
pada 17 Februari 2020 11 WHO, “Cholera”, tersedia di https://www.who.int/health-
topics/cholera#tab=tab_1 diakses pada 17 Februari 2020
6
kolera muncul setiap tahunnya dan telah menyebabkan kematian
sekitar 100.000 hingga 120.000 dengan tingkat kematian (fatality rate)
2,25%. 12
Penyebaran wabah kolera di Yaman dibagi ke dalam 2
gelombang, yaitu first wave (gelombang pertama) pada periode
Oktober 2016 sampai 26 April 2017, kemudian second wave
(gelombang kedua) pada periode 27 April sampai 31 Desember 2019.
Pembagian gelombang pada kasus kolera di Yaman berdasarkan
penyebaran penyakit, pada gelombang pertama (first wave), kolera
menyebar di Yaman pada saat musim kemarau, kemudian pada
gelombang kedua (second wave), terjadi musim hujan di bulan April
2017 yang memicu penyebaran kolera semakin meluas.13
12 G. Balakrish Nair dan Yoshifumi Takeda, Cholera Outbreaks, [buku on-
line] (New York: Springer, 2014) hal 88 tersedia di
https://books.google.co.id/books?id=wMsqBAAAQBAJ&dq=The+2011+WHA+64.
15&hl=id&source=gbs_navlinks_s diakses pada 6 Maret 2020 13 Anton Camacho, PhD, Malika Bouhenia, MSc, Reema Alyusfi, MSc dkk,
“Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An Analysis Of Surveillance Data”, The
Lancet Global Health Vol. 6 No. 6, 2018 [jurnal on-line] hal 680 tersedia di
https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30230-
4/fulltext diunduh pada 14 Februari 2020
7
Gambar 1.1 Tingkat Penyebaran Kolera berdasarkan
distrik di Yaman14
(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)
World Health Organizations (WHO) sebagai agensi khusus PBB
yang fokus pada kesehatan publik berupaya untuk menangani
penyebaran wabah kolera di Yaman. Dalam merespon wabah ini WHO
membentuk kerangka kerja pencegahan kolera, membangun diarrhea
treatment centers (DTC) di berbagai wilayah, memberikan fasilitas
diarrhea disease kit (DKK), IV fluids (ringer laktat) 15, Oral
Rehydration Salt (ORS), serta pedoman manajemen kasus dan insentif
untuk staf medis dan keperawatan.16
14 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation
and Challenges”, The American journal of tropical medicine and hygiene 98(6), 2018,
[jurnal on-line] hal 1560 tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/323875522 diunduh pada 29 Mei 2020 15 Ringer Laktat merupakan larutan steril untuk membantu penambahan cairan
dan juga sebgaai elektorit tubuh untuk mengembalikan keseimbangan. 16 WHO, “Situation Report Yemen 13 November 2016”, [dokumen resmi]
tersedia di
http://www.emro.who.int/images/stories/yemen/Cholera_situation_report_Yemen_3.
pdf?ua=1 diunduh pada 17 Februrari 2020
8
Sesuai dengan konstitusi WHO yang menyebutkan bahwa,
“kesehatan semua orang adalah dasar untuk pencapaian perdamaian
dan tergantung pada kerjasama penuh individu dan negara”, WHO
berupaya untuk memastikan kesehatan semua masyarakat dunia salah
satunya Yaman yang menghadapi wabah kolera terbesar yang
mengancam keamanan kesehatan global.
Wabah kolera di Yaman bukan pertama kalinya terjadi di dunia.
Pada tahun 1992 terjadi wabah kolera di Peru, Amerika Selatan. WHO
membentuk Global Task Force on Cholera Control (GTFCC). Setelah
wabah kolera hilang di Peru, GTFCC dihentikan. Namun pada 2011,
wabah kolera kembali terjadi di Haiti. WHO melalui World Health
Assembly (WHA) kemudian mengeluarkan resolusi WHA 64.15
tentang “Cholera Mechanism for Control and Prevention”. Dalam
resolusi tersebut, WHO menyerukan untuk revitalisasi GTFCC.17
Revitalisasi GTFCC dilakukan dalam rangka untuk memperkuat
koordinasi global WHO dan anggotanya dalam menghadapi penyakit
kolera. Proses revitalisasi dimulai pada Desember 2012 dan selesai
pada awal 2014. Di tahun 2017, GTFCC meluncurkan “Ending
Cholera: A Global Roadmap to 2030” yaitu strategi kerjasama global
untuk menghadapi kolera. Tujuan utama dari pembaharuan strategi
17 Cloveland Council on World Affairs, “World Health Organization
Background Guide” [artikel online] hal 4 tersedia di https://www.ccwa.org/wp-
content/uploads/2019/09/WHO_Final.pdf diunduh pada 7 Maret 2020
9
tersebut yaitu untuk menurunkan tingkat kematian akibat kolera hingga
90% pada tahun 2030 dan mengakhiri kolera di 20 negara.18 Salah
satunya yaitu Yaman.
Menurut WHO, penyakit kolera menjadi salah satu indikator dari
infrastruktur yang buruk yang menjadi resiko berkelanjutan terhadap
kesehatan masyarakat dunia, terutama di negara-negara berkembang.
Penyakit kolera juga rentan terhadap situasi konflik, kemiskinan,
makanan yang terkontaminasi, dan kurangnya pasokan air bersih
menjadi faktor resiko utama kolera yang merupakan akibat dari
konflik. Dapat dikatakan bahwa wabah kolera di Yaman memilki
keterkaitan dengan konflik yang sedang berlangsung. Kondisi yang ada
dapat diperburuk oleh perang dan konflik sipil. Intensitas dan lamanya
konflik yang terjadi telah mengahambat sebagian besar penduduk
untuk memperoleh akses yang mudah kepada layanan dasar, sehingga
wabah kolera di Yaman telah menjadi kolera terbesar sepanjang
sejarah. 19
18 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera A Global Roadmap
to 2030” [dokumen resmi] hal 8 tersedia di
https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ diunduh pada 7 Maret
2020 19 Fekri Dureab dkk, “Yemen: Cholera Outbreak and The Ongoing Armed
Conflict”, Journal Infect Dev Ctries 31;12(5):397-403,[jurnal online] tersedia di
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31865306/ diunduh pada 10 Juli 2020
10
1.1 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan
pada bagian sebelumnya, maka penulis menentukan pertanyaan
sebagai berikut:
“Bagaimana peran WHO dalam upaya mengatasi wabah
kolera di Yaman dari tahun 2017 sampai 2019?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui peran yang telah dilakukan WHO dalam
menanggapi wabah kolera di Yaman periode 2017-2019.
2. Memberikan gambaran data dan fakta yang dijalankan WFP
dalam menangani wabah kolera di Yaman.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan sebagai referensi
tentang peran WHO dalam melakukan tujuan organisasinya
dalam menangani penyakit menular dan sebagai referensi
penelitian selanjutnya tentang keamanan kesehatan di Yaman.
4. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan infromasi
data kegiatan yang dilakukan oleh WHO di Yaman dan
mengetahui bagaimana signifikansi peran WHO terhadap wabah
kolera di Yaman.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengkaji penelitian
terdahulu yang relevan ataupun berkaitan dengan peran Organisasi
11
Internasional khususnya WHO. Dengan merujuk kepada literatur yang
ada, diharapkan dapat memberikan kontribusi baru, baik untuk
melengkapi penelitian yang sudah ada maupun menjadi referensi bagi
penulis.
Penelitian pertama yaitu artikel jurnal oleh Christopher Dye dkk
dengan judul “WHO and the future of disease control programmes”,
dalam jurnal Lancet, 2013. Artikel jurnal tersebut dianggap relevan
dengan judul penelitian ini, yaitu membahas peran WHO.
Dalam artikel jurnal tersebut, Christopher dkk menguraikan
bagaimana peran WHO dalam perkembangan program pengendalian
penyakit. WHO berperan sebagai badan utama yang bertugas
menyatukan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menentukan
pendekatan terbaik yang mungkin untuk meningkatkan program
pengendalian penyakit. Program pengendalian penyakit dihasilkan dari
kolaborasi nasional dan internasional, termasuk WHO, yang membantu
mengurangi beban dalam pengendalian penyakit menular.
WHO berperan penting dalam kemajuan dunia kesehatan
diantaranya seprti penyediaan sarana terkait urusan keshatan,
pengawasan tren kesehatan, dan memberikan panduan praktis untuk
mengintegrasikan dan memperkuat program pengendalian penyakit
dan layanan kesehatan. Program WHO juga berperan untuk
mendukung pembangunan sistem kesehatan nasional yang lebih kuat
dan tangguh yang menyediakan akses yang adil untuk layanan
12
kesehatan. WHO juga terus berupaya beradaptasi dalam menyusun
programnya agar sesuai dengan perubahan zaman.
Selaras dengan yang dijelaskan oleh Glenn Laverack, dalam bab
1 pada bukunya yang berjudul “The Role of Health Promotion in
Disease Outbreaks and Health Emergencies”, 2018. Bab tersebut
membahas peran program promosi kesehatan sebagai salah satu
langkah pendekatan dalam pengendalian penyakit.
Dalam bukunya Glenn secara lebih lanjut menjelaskan bahwa
saat ini berbagai organisasi kesehatan mulai menyesuaikan pendekatan
program kesehatan mereka dalam menangani penyebaran penyakit.
Salah satunya yaitu PBB melalui agensi nya WHO dan UNICEF yang
berupaya dengan pendekatan individu, yaitu partisipasi aktif
masyarakat atau komunitas sehingga program akan lebih efektif karena
program direncanakan dan dilaksanakan secara kolaboratif untuk
promosi kesehatan sebagai langkah pengendalian penyakit.
Namun, peran WHO dalam menangani wabah penyakit memiliki
beberapa kelemahan, hal ini diutarakan oleh Clare Wenham, dalam
artikel jurnal yang berjudul “What we have learnt about the World
Health Organization from the Ebola outbreak”, dalam jurnal Philos
Trans R Soc Lond B Biol Sci, 2017.
Dalam penelitiannya Clare membahas kasus kegagalan WHO di
Afrika dalam penanganan penyakit EBOLA. Kasus ini telah
13
menimbulkan banyak kritik internasional terhadap akuntabilitas WHO
sebagai organisasi internasional dalam penanganan wabah penyakit
menular. Clare melihat terdapat kesenjangan antara peran normatif dan
peran operasional yang seharusnya dijalankan oleh WHO selama
wabah berlangsung. Secara normatif, peran WHO telah sesuai dalam
menanggapi wabah seperti dengan deklarasi darurat penyakit,
pemberian saran teknis, dan pengumpulan data epidemiologi, namun
secara operasional WHO tidak memberikan tanggapan yaitu seperti
penyediaan layanan kesehatan.
Berdasarkan kasus tersebut, reputasi WHO sebagai organisasi
mulai dipertanyakan. Selama 2 dekade terkakhir, menurut Clare WHO
tengah mengalami proses reformasi, dimana WHO masih mencoba
menangani masalah politik internal, penetapan skala prioritas, masalah
pembiayaan, urusan tata kelola, dan tantangan manajerial. Kelamahan
kelembagaan ini selanjutnya berperan dalam ketidakmampuan WHO
dalam merespon wabah penyakit.
Artikel Jurnal oleh Clare Wenham dianggap menarik untuk dikaji
dan melihat lebih lanjut bagaimana perkembangaan peran WHO di
tahun-tahun selanjutnya dalam menangani suatu wabah pennyakit
menular.
14
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Konsep Organisasi Internasional
Organisasi Internasional merupakan institusi formal yang terdiri
dari anggota yaitu negara. Organisasi Internasional sendiri dapat
dibedakan menajdi Intergovernmental Organizations (IGO) dan Non-
Governmental Organization (NGO atau IGO). Perbedaan dari
organisasi internasional tersebut terletak pada sifat keanggotannya,
sumber pendanaan, dan pengambilan keputusan dalam organisasi. IGO
dapat diketahui dengan melihat tujuan, struktur, dan struktur
pengambilan keputusan yang biasanya tercantum dalam konstitusi
mereka.20
Menurut Teuku May Rudy, Organisasi internasional merupakan
bentuk kerjasama tanpa melihat batas-batas negara yang didasari
struktur organisasi yang jelas dan lengkap yang diharapkan dapat
melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang diperlukan dengan
kesepakatan bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah, atau
sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda. 21
20 Kelly Kate S, International Perspective on Governance in The Twenty-first
Century, (New Jersey: Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, 2008), hal 4 21 Teeku May Rudy, Administrasi dan organisasi Internasional, (Bandung:
Angkasa, 2009), hal 3
15
Organisasi internasional saat ini memiliki peran yang sangat
penting khususnya dalam menyelesaikan permasalahan global.
Organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), European
Union (EU), Internatioal Monetary Fund (IMF), dan World Health
Organization (WHO), memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-
masing yang dimana tujuan organisasi untuk membantu suatu negara
dalam menghadapi permasalahan global, oleh karena itu Organisasi
Internasional dibentuk berdasarkan tugas-tugas khusus yang
berkelanjutan untuk tujuan bersama.22 Dalam Piagam PBB article 57,
WHO sendiri disebut sebagai “specialized agencies”, yang berada
dibawah Dewan Ekonomi Sosial (ECOSOC) PBB. Sehingga dalam
menjalankan tujuannya WHO akan berhubungan dengan PBB.
Menurut Archer, terdapat 3 peran penting organisasi
internasional, pertama yaitu organisasi internasioanl sebagai instrumen
yang digunakan oleh anggotanya untuk tujuan tertentu, yang dimana
anggotanya merupakan negara berdaulat yang dapat membatasi
tindakan organisasi internasional. Sebagai instrumen, peran organisasi
internasional mempunyai suatu kekuatan untuk mendukung
kepentingan nasional suatu negara dan kepentingan kebijakan nasional
dimana koordinasi multilateral menjadi sasaran jangka panjang
pemerintah nasional. Kedua, organisasi internasional sebagai arena
22 Susan Park, International Organisations and Global Problems: Theories
and Explanations, (Cambridge University Press, 2018), hal 1
16
atau forum yang dimana terjadi interkasi didalamnya. Interaksi yang di
maksud adalah diskusi dan kerjasama yang terjalin antara anggota
ataupun menyediakan tempat untuk berkumpul bersama-sama. Ketiga,
organisasi internasional sebagai aktor independen yang dapat diartikan
organisasi internasional dapat bertindak tanpa dipengaruhi oleh
kekuatan dari luar. Organisasi internasional dapat memberikan
masukan secara netral tanpa adanya kepentingan yang
mempengaruhi.23
Kemudian lebih lanjut, dalam melihat peran Organisasi
Internasional, Mingst membaginya ke dalam 3 level (tingkat) analisis,
yaitu level sistem internasional, level analisis negara, dan level analisis
individu. Dalam level sistem internasional, Organisasi internasional
memiliki beberapa peran, pertama Organisasi Internasional memiliki
perannya sebagai tempat untuk negara saling bekerjasama, contoh
seperti organisasi PBB dengan sistemnya yang diikuti oleh semua
negara untuk bekerjasama.
Kedua, ikut serta dalam mengumpulkan informasi seperti
organisasi World Bank yang mengumpulkan statistik ekonomi negara-
negara. Ketiga, memberikan bantuan untuk menyelesaikan sengketa,
contoh seperti International Court of Justice yang memiliki prosedur
dalam menyelesaikan sengketa internasional. Keempat, membentuk
23 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005)
17
internasional rezim, seperti World Trade Organization yang memiliki
peraturan terhadap perdagangan internasional.
Kelima, organisasi internasional memiliki peran untuk
melaksanakan aktivitas operasional seperti kampanye imunisasi untuk
anak-anak dan mendirikan kamp pengungsian untuk para pengungsi
oleh UNHCR. Peran Organisasi Internasional dalam level negara yaitu
sebagai instrumen suatu negara dalam membuat kebijakan luar
negerinya, digunakan negara untuk melegitimasi kebijakan luar negeri,
menyediakan infromasi yang tersedia untuk dunia internasional, serta
untuk membatasi sikap suatu negara dalam upaya untuk mencegah
negara dalam mengambil suatu keputusan. Dalam level analisis
individu, organisasi internasional memiliki peran sebagai tempat
dimana individu dapat mengetahui norma internasional dan
mendapatkan edukasi tentang persamaan dan perbedaan suatu
negara.24
Berdsarkan konsep Organisasi Internasional dengan melihat
kepada peran organisasi internasional yang telah dijabarkan di atas,
dapat dipahami secara umum peran organisasi internasional yaitu
sebagai tempat untuk bekerjasama, mempromosikan tujuan organisasi
melalui kegiatan operasional organisasi dan sebagai bentuk perhatian
24 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New
York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228
18
internasional terhadap masalah-masalah global untuk menjaga
keamanan internasional.
1.5.2 Konsep Keamanan Manusia
Berdasarkan penjelasan konsep organisasi internasional
sebelumnya, dapat dipahami bahwa organisasi internasional memiliki
peran penting untuk mempersiapkan dan mempromosikan kemananan
salah satunya keamanan manusia yang menjadi isu penting dalam
menjaga perdamaian dunia. Organisasi internasional menjadi aktor
penting untuk mencanangkan keamanan, oleh karena itu bagian ini
akan menjelaskan lebih lanjut bagaimana konsep kemanan manusia
yang di pahami dalam konteks organisasi internasional.
Pernyataan definisi kemanan manusia, pertama kali di
publikasikan oleh UNDP dalam Human Development Report 1994.
Menurut UNDP, keamanan kemanusiaan merupakan kondisi dimana
masyarakat terhindar dari rasa trauma atau khawatir yang mengganggu
perkembangan masyarakat. Human security memiliki dua pengertian,
yang pertama keamanan dari ancaman seperti kelaparan, penyakit, dan
penindasan. Dan yang kedua, yaitu proteksi dari gangguan mendadak
dan merugikan dalam pola kehidupan masyarakat, entah di dalam
rumah atau di luar rumah, pekerjaan, ataupun dalam masyarakat.
Laporan UNDP 1994 membagi 7 kriteria keamanan untuk memastikan
Human Security yang fundamental bagi warga negara yang terdiri dari
kemanan ekonomi (economic security), kemananan makanan (food
19
security), kemananan kesehatan (health security), kemanan lingkungan
(enviromental security), kemanan personal (personal secuirty),
keamanan masyarakat (community security), dan keamanan politik
(political security). 25
Dalam penelitian ini, aspek yang menjadi fokus utama yaitu
kemanan kesehatan yang dipahami sebagai ancaman yang muncul
dari penyakit atau virus. Berbagai penyakit seringkali muncul dan
telah merenggut banyak manusia di seluruh dunia, seperti wabah pes,
flu spanyol, flu burung, dan HIV/AIDS. Keamanan kesehatan menjadi
penting untuk memastikan bahwa semua orang mendapatkan akses
terhadap fasilitas kesehatan dan sanitasi yang bersih.
WHO mendefinisikan keamanan kesehatan dengan “Global
Public Health Security” sebagai kegiatan yang diperlukan, baik
proaktif maupun reaktif, untuk meminimalkan bahaya dan dampak
peristiwa kesehatan masyarakat akut yang membahayakan kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Pertumbuhan populasi, urbanisasi yang
cepat dan degradasi lingkungan telah mengganggu keseimbangan.
Muncul penyakit dengan kecepatan yang belum pernah terjadi
25 UNDP, Human Development Report, [buku online] (New York: Oxford
University Press,1994) hal 22-23 tersedia di
http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pd
f diunduh pada 27 Desember 2019
20
sebelumnya mengganggu kesehatan orang dan menyebabkan dampak
sosial dan ekonomi. 26
Berdasarkan konsep keamanan kesehatan yang dipahami oleh
UNDP dan WHO dapat membantu untuk memahami peran WHO di
Yaman. Terjadinya wabah kolera di Yaman telah menciptakan
ancaman keamanan kesehatan yang menyebabkan terbatasnya akses
kesehatan, sehingga dibutuhkan bantuan pelayanan kesehatan dan
fasilitas sanitasi yang layak.
1.6 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif-analitik dan
teknik studi kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data.
Dengan tipe penelitian deskriptif analitis, peneliti melakukan
pengumpulan data yang relevan, kemudian dianalisa dan ditarik
kesimpulan. Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
adalah untuk memaparkan peran WHO dalam mengatasi wabah kolera
di Yaman periode 2017-2019.
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data
sekunder yang diambil merupakan dokumen-dokumen resmi yang
dikeluarkan WHO yang berkaitan dengan wabah kolera di Yaman,
26 WHO, “Health Security”, tersedia di https://www.who.int/health-
security/en/ diakses pada 17 Februari 2020
21
seperti WHO Epidemiological Bulletin, Yemen Cholera Report, Yemen
Situation Update, Yemen Situation Report, Yemen Health Cluster
Annual Report serta publikasi resmi oleh otoritas Yaman. Selain itu
peneliti juga menggunakan informasi publikasi oleh pihak atau instansi
lain yang turut berpartisipasi dalam penanganan wabah kolera di
Yaman, seperti data UNICEF. Data yang sudah terkumpul kemudian
dianalisa dan tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data sekunder
adalah karena situasi pandemi Covid-19 yang berlangsung selama
penelitian dilaksanakan menyebabakan sulitnya untuk mendapatkan
data primer seperti wawancara.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bagian ini akan menjabarkan tentang latar belakang terjadinya
konflik di Yaman yang menyebabkan wabah kolera di Yaman tahun
2016 hingga 2019. Bab ini terdiri dari 7 bagian, antara lain: pernyataan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka,
kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bagian ini bertujuan untuk menjadi bahan pengantar penelitian dengan
menunjukan peristiwa singkat mengenai wabah kolera di Yaman tahun
2017-2019.
BAB II WHO dan Penyakit Kolera
22
Bab ini akan membahas gambaran umum tentang WHO dan
Upaya WHO dalam mengatasi kolera di dunia. Dalam bab ini
menjelaskan sejarah terbentuknya, struktur organisasi, tujuan, dan
program operasional WHO kerjasama WHO dengan Yaman, misi,
tujuan, dan fungsi WHO dalam menjalankan fungsi operasionalnya
dalam menangani penyakit kolera di dunia.
BAB III Wabah Kolera di Yaman
Pada bab ini akan dibahas dinamika konflik Yaman hingga
penyebaran wabah kolera di Yaman. Pembahasan diawali dengan
dinamika konflik Yaman dan kemudian menjelaskan bagaimana
terjadinya wabah kolera yang berkaitan dengan konflik yang terjadi
serta penyebarannya di Yaman.
BAB IV Peran WHO dalam Wabah Kolera di Yaman
Periode 2017- 2019
Bab ini merupakan bab analisis terhadap peran WHO dalam
mengatasi wabah kolera di Yaman periode 2017 sampai 2019. Bab
menjelaskan bagaimana peran WHO dalam mengatasi wabah kolera
melalui program-program khusus yang dibentuk WHO dan hambatan
yang dihadapi WHO dalam menjalankan programnya.
BAB V Penutup
23
Bagian ini merupakan akhir dari penelitian yang akan menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Tujuan dari bab ini yaitu untuk
memberikan kesimpulan akhir dari penelitian.
24
BAB II
WORLD HEALTH ORGANIZATION DAN
PENYAKIT KOLERA
Pembahasan pada bab 2 akan dibagi ke dalalam beberapa sub
bab. Sub bab pertama akan membahas bagaimana awal mula
terbentuknya World Health Organization, kemudian dilanjutkan
dengan struktur organisasi WHO, lalu kehadiran WHO di Yaman, dan
ditutup dengan penjelasan tentang WHO dalam mengatasi kolera di
dunia. Secara keseluruhan bab ini bertujuan memahami WHO sebagai
organisasi internasional dan perhatian WHO terhadap penyakit kolera
yang telah menjadi ancaman kesehatan internasional.
A. Sejarah World Health Organization
Kerjasama internasional dalam bidang kesehatan telah dimulai
sejak tahun 1800 yang ditandai dengan tingginya tingkat perjalanan
serta perdagangan ke wilayah Timur yang menyebabkan munculnya
wabah kolera dan penyakit epidemi di Eropa. Wabah kolera di Eropa
telah menewaskan puluhan ribu orang. Dalam menanggapi wabah
kolera, International sanitary Conference di Paris tahun 1851.
Konferensi ini menjadi upaya pertama dalam membangun kerjasama
internasional dalam bidang kesehatan. Dari digelarnya konferensi ini
juga menghasilkan konvensi sanitasi internasional yang diadopsi
25
tahun 1892 yang merumuskan penanganan penyakit kolera dan 5
tahun kemudian konvensi yang membahas pengendalian wabah.27
Di kawasan Amerika, dibentuk Pan American Health
Organization (PAHO) pada 1902, yang menjadi organisasi kesehatan
pertama dan tertua di dunia. Di kawasan Eropa, pada tahun 1907
dibentuk L’Office International d’Hygiene Publique yang mengawasi
aturan internasional terkait karantina kapal dan pelabuhan untuk
pencegahan wabah kolera dan mengatur konvensi kesehatan
masyarakat. Kemudian tahun 1919, organisasi Liga Bangsa-Bangsa
membentuk Health Organization of the League of Nations di
Genewa.28
Perang Dunia II menyebabkan banyak kerusakan pada
infrastruktur kesehatan. Hal ini memicu gerakan kerjasama yang
didorong oleh faktor beberapa kasus penyebaran penyakit infeksi.
Banyak fasilitas kesehatan yang rusak sehingga melemahkan
pemerintah dalam menangani kebutuhan kesehatan. Munculnya
pandemi influenza pada saat perang dunia pertama di beberapa negara
juga telah menjadi pelajaran bahwa butuhnya kerjasama internasional
untuk mengatasi masalah kesehatan global. Melihat fenomena ini,
27 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, The
Lancet Vol. 360, No. 9340 [jurnal on-line] hal 1111 tersedia di
https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(02)11244-
X/fulltext diunduh pada 15 Maret 2020 28 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, hal
1111
26
negara-negara setuju untuk membentuk konferensi untuk membahas
pembentukan organisasi kesehatan internasional.29
Pada tahun 1945, PBB menggelar Conference on International
Organization di San Fransisco. Namun agenda dalam konferensi
tersebut hanya membicarakan tentang bantuan darurat yang perlu
diberikan pasca perang. Setelah munculnya epidemik baru pasca
perang dunia, negara-negara mulai mendorong negara sekutu untuk
menyusun rencana dalam merespon kesehatan global. Setahun
kemudian setelah konferensi di San Fransisco, diadakan kembali
International Health Conference di New York yang menyetujui
konstitusi dari World Health Organization.30
WHO menjadi salah satu agen khusus di bawah PBB. Agen
khusus atau specialized agencies merupakan organisasi internasional
independen yang secara hukum aturan keanggotaan, struktur, dan
sumber pendanaan, berada di bawah naungan PBB dengan perjanjian.
WHO berada di bawah pengawasan Dewan Ekonomi dan Sosial
(Economic and Social Council). Pembentukan badan khusus oleh
PBB tercantum dalam piagam PBB article 57, yaitu:31
29Kelley Lee, The World Health Organization (WHO), (New York: Routledge,
2008), hal 12 30 Michael Mccarthy. “A brief history of the World Health Organization”, hal
1111 31 United Nations, “UN Charter”, tersedia di
https://www.un.org/en/sections/un-charter/un-charter-full-text/ diakses pada 15
Maret 2020
27
1. Berbagai Lembaga khusus, yang ditetapkan oleh perjanjian
antar pemerintah dan memiliki tanggung jawab internasional
yang luas, sebagaimana didefinisikan dalam instrumen dasar
mereka, dalam ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan,
dan bidang terkait, akan dibawa ke dalam hubungan dengan
PBB sesuai dengan ketentuan pasal 63.
2. Dengan demikian, lembaga-lembaga terkait yang menjalin
hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut sebagai
lembaga khusus (specialized agencies).
28
Tabel 2.2 Linimasa Kerjasama Kesehatan Internasional
hingga terbentuknya WHO 32
(Sumber: Charles Clift, 2013)
Konstitusi WHO diratifikasi oleh 26 negara anggota dan entry
into force pada 7 April 1948. Tanggal ratifikasi konstitusi WHO
kemudian ditetapkan menjadi Hari Kesehatan Dunia yaitu pada setiap
tanggal 7 April. Dalam konstitusinya, WHO menyatakan tujuan
didirikannya WHO yaitu “agar semua orang mencapai tingkat
32Charles Clift, The Role of World Health Organization in the International
System, Februari 2013, [buku on-line] (London: The Royal Institute of International
Affairs, 2014) hal 8 tersedia di
https://www.chathamhouse.org/publications/papers/view/189351 diunduh pada 16
Maret 2020
29
kesehatan tertinggi yang paling memungkinkan”. Tugas utama dari
WHO yaitu mengeliminasi penyakit, baik yang menular
(communicable disease) maupun tidak menular (non-communicable
disease).33
Konstitusi WHO sendiri memiliki cakupan yang sangat luas
dengan banyaknya agenda yang dimiliki, dibandingkan dengan
konvensi-konvensi kesehatan sebelumnya. Dalam konstitusi WHO,
menyatakan beberapa prinsip-prinsip dasar dalam mendefinisikan
kesehatan, yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO. Poin
pertama pembukaan konstitusi WHO, kesehatan merupakan kondisi
fisik, mental, dan keadaan yang lengkap bukan hanya tidak adanya
penyakit. Poin kedua menyatakan bahwa kesehatan adalah hak dasar
setiap manusia yang mereka dapatkan tanpa membedakan ras, agama,
latar belakang politik, kondisi ekonomi atau sosial. Ketiga, kesehatan
sebagai salah satu dasar untuk mencapai keamanan dan perdamaian
namun hal itu tergantung kepada bagaimana individu dan Negara
dapat bekerjasama. Keempat, bahwa pencapaian untuk meningkatkan
dan memberikan perlindungan kesehatan menjadi penting bagi semua
orang.34
33 Anggi Septiani Viani, PBB dan Organisasi Internasional (Derwati Press,
2018), hal 70 34 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition
(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di
https://apps.who.int/gb/bd/ hal 1 diunduh pada 26 Februari 2020
30
Berdasarkan beberapa poin pembukaan konstitusi WHO, dapat
dikatakan bahwa definisi yang dirumuskan oleh WHO kesehatan
semata-mata bukan hanya kondisi tidak adanya penyakit, tapi
kesehatan sebagai standar hak asasi manusia yang paling mendasar
untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. Berbicara
kesehatan bukan hanya sebatas penyediaan layanan kesehatan tapi
juga bagaimana memastikan bahwa setiap orang mendapatkan hak
yang sama dengan tidak membeda-bedakan.
B. Struktur WHO
Berdasarkan laporan dari The Joint Inspection Unit tahun 1993
menyebutkan bahwa WHO merupakan organisasi yang memiliki 3
lapisan struktur organisasi, yaitu headquarter, regions, dan
countries.35
(1) Headquarter/Pusat
Kantor pusat WHO berada di Jenewa Swiss. Saat ini WHO
memiliki 194 negara anggota. Dalam pengambilan keputusan, WHO
memiliki organ yang tercantum dalam article 9:
a. The World Health Assembly
35 Charles Clift, The Role of World Health Organization in the International
System, Februari 2013, [buku on-line] (London: The Royal Institute of International
Affairs, 2014) hal 8 tersedia di
https://www.chathamhouse.org/publications/papers/view/189351 diunduh pada 16
Maret 2020
31
World Health Assembly merupakan badan pembuat
keputusan WHO. Forum ini dihadiri oleh delegasi dari
seluruh negara anggota WHO dan dipimpin oleh Dewan
Eksekutif. Fungsi utama WA adalah untuk menentukan
kebijakan organisasi, mengawasi kebijakan organisasi,
mengawasi kebijakan keuangan, dan meninjau dan
menyetujui anggaran program yang diusulkan.36
b. The Executive Board
Dewan Eksekutif terdiri dari 34 orang perwakilan yang
secara teknis telah memenuhi syarat di bidang kesehatan,
masing-masing perwakilan ditunjuk oleh negara anggota
dalam World Health Assembly. Masa jabatan setiap
perwakilan yaitu 3 tahun. Fungsi utama dari Dewan eksekutif
yaitu memberikan masukan keputusan dan kebijakan dalam
World Health Assembly.37
c. The Secretariat
Sekretariat terdiri dari Direktur Jenderal dan staf teknis
administratif yang dibutuhkan oleh organisasi. Direktur
Jenderal akan dipilih dalam World Health Assembly dengan
36 WHO, “About the Health Assembly”, tersedia di
https://www.who.int/about/governance/world-health-assembly/seventy-first diakses
pada 16 Maret 2020 37 WHO, “The Executive Board”, tersedia di
https://www.who.int/governance/eb/en/ diakses pada 16 Maret 2020
32
ketentuan yang sudah disepakati. Direktur Jenderal akan
menjadi kepala teknis dan administrasi organisasi.38
(2) Regional
Setiap kawasan di dunia memiliki WHO Regional Office yang
bertanggung jawab untuk mendukung negara-negara anggota di
kawasan tersebut. Setiap Regional Office dipimpin oleh Regional
Director yang dibantu oleh Regional Committee yang bertugas untuk
menetapkan pedoman dalam pengimplementasian kebijakan dan
sebagai dewan peninjau tindakan WHO dalam kawasan tersebut.
WHO memiliki 6 Regional Offices, yaitu:39
1. Regional Office for Africa (AFRO)
2. Regional Office for the Americas (AMRO)
3. Regional Office for the Eastern Mediterranean (EMRO)
4. Regional Office for Europe (EURO)
5. Regional Office for Southeast Asia (SEARO)
6. Regional Office for the Western Pascific (WRPO)
(3) Countries
Selain memiliki Kantor di setiap kawasannya, WHO juga
memiliki kantor atau perwakilannya di 147 negara yang disebut juga
38 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition
(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di
https://apps.who.int/gb/bd/ hal 10 diunduh pada 26 Februari 2020 39 WHO, “WHO Regional Offices”, tersedia di
https://www.who.int/classifications/network/ro/en/ diakses pada 16 Maret 2020
33
Country Office. Kehadiran WHO di negara dilihat dari kebutuhan
masing-masing negara. Setiap Country Office akan dipimpin oleh
WHO Representative (WR) yang dibantu oleh beberapa ahli
kesehatan, asing maupun lokal, yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Fungsi utama dari Country Office yaitu sebagai penasihat pemerintah
setempat dalam hal kebijakan kesehatan.40
C. WHO di Yaman
WHO telah mendirikan kantor atau counties office Yaman sejak
November 1952 melalui perjanjian antara WHO dan Pemerintah
Yaman dalam ketetapan dalam bantuan teknis dalam rangka
memenuhi tindakan berikut:41
- Meningkatkan kesehatan dengan mengintegrasikan dan
mengembangkan koordinasi dengan negara terkait kesehatan
- Melindungi dari berbagai penyakit dengan imunisasi, mendukung
lingkungan yang sehat dan pemberantasan penyakit kronis dan
menular
- Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kesehatan
- Memperkuat sistem kesehatan
40 Manish Kumar Yadav, “Structure and functions of te World Health
Organizations”, IOSR Journal Of Humanities And Social Science Vol. 22, Issue 9,
Ver. 1, September, 2017, [jurnal on-line] hal 18-19 tersedia di
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3032652 diunduh pada 16
Maret 2020 41 WHO, “Country Cooperation Startegy for WHO and the republic of Yemen
2008-2013”, [dokumen resmi] tersedia di
https://apps.who.int/iris/handle/10665/113235 diunduh pada 30 Maret 2020
34
- Mengembangkan sumber daya manusia
- Memajukan penelitian ilmiah
Selama kehadirannya di Yaman, WHO telah mampu
mengkonsolidasikan kapasitas dan kredibilitasnya di Yaman, terutama
selama beberapa dekade terkahir ini. WHO telah responsif terhadap
kebutuhan dan prioritas yang ada seperti reformasi pada sektor
kesehatan dan membantu pemerintah dalam penggunaan sumber daya
untuk HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, penyakit dengan pencegahan
vaksin melalui kerjasama dengan Aliansi GAVI (The Global Alliance
for Vaccine and Immunizations), Global Fund dan lainnya.
D. Upaya WHO mengatasi penyakit Kolera di Dunia
Menurut WHO, penyakit Kolera masih menjadi ancaman
kesehatan publik di beberapa negara. Pada tahun 2016, sebanyak 38
negara telah melaporkan total 132.121 kasus penyakit kolera dengan
2.240 kasus kematian. Data ini menunjukkan tingkat kematian kolera
atau case fatality rate (CFR) sebesar 1.8%.42 Pada dasarnya, penyakit
kolera dapat disembuhkan apabila benar-benar memiliki akses
kesehatan yang memadai. Penyakit diare akut ini disebabkan oleh
virus yang dapat menyebar melalui sanitasi yang buruk. Sedangkan
42 WHO, “Weekly Epidemiological Record”, September 2017, [dokumen
resmi] tersedia di https://www.who.int/wer/2017/wer9236/en/ hal 521 diunduh pada
16 Maret 2020
35
banyak di negara-negara berkembang yang belum memiliki fasilitas
yang bersih sehingga memudahkan penyakit ini mudah menyebar.
Di tahun 2011, WHO sepakat untuk memperbaharui strategi
dalam menghadapi penyakit kolera, dengan mengeluarkan resolusi
tentang “Cholera Mechanism for Control and Prevention” dan
merevitalisasi Global Task Force on Cholera Control (GTFCC),
satuan tugas internasional untuk mengontrol kolera, yang berada
dibawah Departement of Pandemic and Epidemic Diseases, WHO.
GTFCC sebagai bentuk kolaborasi internasional dan upaya
meningkatkan koordinasi antar negara untuk menghadapi penyakit
kolera. Dengan ini, WHO mengajak seluruh pihak atau stakeholder
seperti IGO, NGO, lembaga penelitian dan lainnya untuk terlibat
dalam upaya pencegahan dan pengawasan penyakit kolera. Dalam
strukturnya, GTFCC memiliki beberapa kelompok kerja yang terdiri
dari para ahli yang berasal dari berbagai wilayah pengawasan,
laboratorium diagnosis, perawatan pasien, air, sanitasi dan kebersihan
(WASH), mobilisasi dan komunikasi sosial, Oral Cholera Vaccine
(OCV), dan pelatihan.43
GTFCC kemudian pada tahun 2017 meluncurkan “Ending
Cholera Global Roadmap to 2030”, sebagai deklarasi untuk
mengakhiri penyakit kolera. Visi utama dari roadmap 2030 yaitu
43 WHO, “Weekly Epidemiological Record”, September, 2017, hal 528
36
menurunkan angka kematian hingga 90% yang disebabkan oleh
penyakit kolera dan mengatasi kolera yang melanda 20 negara, salah
satunya Yaman. Visi roadmap ini juga sebagai implementasian dari
Sustainable Development Goals (SDG’s) yang pada dasarnya
bertujuan untuk memastikan semua mendapatkan hak yang sama.
Sesuai dengan tujuan nomor 3 yaitu memastikan kesehatan untuk
semua dan nomor 6 yaitu akses air dan sanitasi yang bersih untuk
semua.44
Strategi baru yang diterapkan dalam roadmap 2030 meliputi
GTFCC dan Oral Cholera Vaccine. GTFCC sebagai sarana untuk
menyatukan seluruh organisasi global dan mitra yang terlibat untuk
membantu melawan kolera. GTFCC menyediakan kerangka kerja
yang lebih efektif untuk mendukung negara dalam mengendalikan
penyakit kolera. Oral Cholera Vaccine (OCV) menjadi strategi
pelengkap untuk pencegahan kolera di samping pencegahan utama
yaitu air bersih, sanitasi dan kebersihan (WASH).
Ada 3 poin strategi dan target penting dalam Roadmap 2030
untuk mencapai tujuan 2030 tersebut. Pertama, pendeteksi dini dan
respons untuk mengatasi wabah. Dalam hal ini seperti untuk
memastikan stok kebutuhan pasien seperti obat-obatan untuk
44 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera Global Roadmap
to 2030”, dokumen resmi] tersedia di
https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ hal 8 diunduh pada 7
Maret 2020
37
penanganan kolera yaitu ORS, IV fluids, cholera kits, higt test
hypochlorite dan lainnya, serta menyediakan infrastruktur kesehatan
termasuk fasilitas air dan sanitasi atau WASH (water, sanitation, and
hygine) . OCV menjadi langkah pencegahan yang dapat dilakukan
apabila kasus penyakit semakin meningkat. Kedua, langkah
pencegahan dengan menargetkan wilayah yang terdampak dengan
intervensi multisektoral. Dengan intervensi ini dapat meningkatkan
integrasi di level nasional. GTFCC telah mengembangkan panduan
untuk membantu negara merencanakan kontrol kolera nasional multi-
sektoral. Ketiga, mekanisme yang efektif untuk koordinasi dukungan
teknis, penggunaan sumber daya dan kerjasama dalam lokal maupun
global. Implementasian langkah ini akan bergantung pada kemauan
dari pihak-pihak terkait untuk ikut membantu berkoordinasi dalam
penanggulangan wabah. GTFCC menyediakan kerangka kerjasama
dalam rangka menciptakan koordinasi yang efektif yang dibangun
berdasarkan level nasional dan level global.45
Di tahun 2013, WHO dengan bantuan dari GAVI, membentuk
persediaan vaksin kolera global untuk keadaan darurat, seperti wabah
atau krisis kemanusiaan. Dengan kampanye vaksin kolera diharapkan
akan mengurangi resiko sakit atau meninggal karena kolera. Beberapa
vaksin yang digunakan telah direkomendasikan oleh WHO yang
45 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera Global Roadmap
to 2030”, hal 13-15
38
diberikan secara oral atau dengan ditetes melalui mulut pasien. Jenis
vaksin yang direkomendasikan yaitu Dukoral, Shancol, dan Euvichol.
Vaksin tersebut memiliki keefektifan dalam dua dosis rata-rata 58%
(dengan interval kepercayaan 95% [CI], 42-69%) dan efektivitas
sekitar 76% (95% CI, 62-85%) selama kurang lebih 3 tahun, studi lain
menyebutkan hingga 5 tahun.46
46 Lorenzo Pezzoli. Global oral cholera vaccine use, 2013–2018, Vaccine
Volume 38, Supplement 1, 29 Februari 2020, [jurnal on-line] hal A133 tersedia
di
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X19311855?via%3Dihu
b diunduh pada 24 Maret 2020
39
BAB III
WABAH KOLERA DI YAMAN
Bab ini akan menjelaskan dinamika konflik Yaman hingga
terjadinya wabah kolera. Pembahasan akan dibagai kedalam berapa
sub bab yang diawali dengan penjelasan konflik Yaman, selanjutnya
menjelaskan kasus kolera di Yaman yang pertama kali muncul pada
akhir tahun 2016, dan penjelasan bagaimana penyebaran kolera di
Yaman periode 2017 sampai 2019. Secara keseluruhan bab ini
bertujuan menjelaskan situasi konflik di Yaman sehingga terjadi
penyebaran kolera yang kemudian dapat membantu memahami
bagaimana peran WHO dalam menangani wabah kolera.
A. Dinamika Konflik Sipil Yaman
Republik Yaman terletak di bagian selatan Jazirah Arab. Di
bagian utara Yaman berbatasan langsung dengan Saudi Arabia dan di
bagian timur berbatasan dengan Oman. Republik Yaman merupakan
unifikasi dari Yemen Arab Republic yang berada di wilayah utara
Yaman dan the People’s Democratic Republic of Yemen yang berada
di wilayah selatan Yaman. Sejak reunifikasi pada tahun 1990, Yaman
menjadi negara demokrasi dengan sistem multi-partai. Di tahun awal
berdirinya, Republik Yaman dipimpin oleh Ali Abdullah Al-Saleh,
ketua dari General People’s Congress (GPC) dan Presiden Yaman
utara sebelum unifikasi. Di lain pihak, terbentuk The Joint Meeting
40
Parties (JMP), yaitu partai koalisi sebagai oposisi yang terdiri dari
partai Islah, partai islamis, dan Yemeni Socialist Party, salah satu
partai paling berkuasa di Selatan Yaman.47
Ketegangan wilayah antara Yaman Utara dan Yaman Selatan
masih terus berlanjut setelah reunifikasi. Pemerintahan Ali Abdullah
Al-Saleh dianggap korup dan menerapkan nepotisme. Wilayah
Yaman selatan merasa terpinggirkan dan menyatakan keinginan untuk
memisahkan diri. Di tahun 1994, perang sipil pecah antara Yaman
Selatan dan Yaman Utara, yang pada akhirnya dimenangkan oleh
Yaman Utara. Kekalahan Yaman Selatan memunculkan kelompok-
kelompok separatis selatan. 48
Pemerintahan Yaman menghadapi berbagai kelompok
separatis, di wilayah Utara terdapat kelompok Houthi atau disebut
juga Ansar Allah pada dasarnya merupakan bagian dari kelompok
islam Syiah yang dipimpin oleh keluarga Houthi. Di Selatan,
pemerintah Yaman menghadapi Southern Transnational Council
(STC) yang ingin memisahkan diri serta kelompok Al-Qaeda in the
47 UNDP, “Impact of War on Development of Yemen”, 2019, [dokumen resmi]
hal 17-18 tersedia
dihttps://www.undp.org/content/dam/yemen/General/Docs/ImpactOfWarOnDevelop
mentInYemen.pdf diunduh pada 3 April 2020 17-18 48 UNDP, “Impact of War on Development of Yemen, 17-18
41
Arabian Peninsula (AQAP) dan kelompok teroris ISIS (Islamic State
of Iraq and Syria). AQAP di Yaman telah ada sejak tahun 2009.49
Di tahun 2011, gelombang Arab Spring melanda banyak negara
di kawasan Timur Tengah, dan salah satunya di Yaman. Terjadi aksi
unjuk rasa yang dipimpin oleh kaum muda untuk menentang
pemerintahan Saleh yang telah memimpin lebih dari 33 tahun.
Fenomena Arab Spring menjadi kesempatan bagi banyak kelompok
untuk bersatu melawan pemerintahan dan menyuarakan keresahan
bersama. Aksi ini kemudian disebut juga sebagai upaya revolusi
demokratisasi dan menuntut Presiden Saleh untuk mundur sebagai
presiden. Pada pertengahan 2011, demonstrasi mulai berujung pada
kekerasan, bentrokan antara aparat dan peserta demonstrasi terjadi di
ibu kota Sana’a dan beberapa wilayah lainnya dengan dukungan JMP,
Houthi dan gerakan di wilayah Selatan. Pada bulan November,
Presiden Saleh akhirnya menyetujui untuk mengundurkan diri namun
dengan catatan diberikan kekebalan sebagai imbalan pengunduran
dirinya.50 Saleh memutuskan untuk bergabung dengan kelompok
Houthi di tahun 2012 dan memberikan dana militer kepada Houthi.
49 Congressional Research Service, “Yemen Civil War and Regional
Integration”, [dokumen on-line] hal 1 tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/mideast/R43960.pdf diunduh pada 6 April 2020 50 Marcel Serr, “Understanding war in yemen”, Israel journal of Foreign
Affairs Vol. 11, No. 3, 2018 [jurnal on-line] hal 2 tersedia di
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23739770.2017.1419405 diunduh
pada 8 April 2020
42
Pada Februari 2012, Yaman menggelar pemilihan umum
Presiden dengan satu calon kandidat, yaitu mantan wakil presiden
Abdu Mansour Hadi. Di masa pemerintahannya, Hadi menghadapi
beberapa tantangan, yaitu serangan yang dilakukan oleh Al-Qaeda,
gerakan separatis di wilayah selatan, kelompok militer yang masih
setia kepada mantan presiden Saleh, korupsi, pengangguran dan
masalah pangan. Keberadaan kelompok Houthi di Utara mengambil
kesempatan dengan kondisi pemerintah yang sedang lemah. Houthi
melancarkan serangan militernya dan mengambil alih ibu kota
Sana’a.51 Di tahun 2015, Houthi melakukan kudeta terhadap
pemerintahan Yaman dan menduduki ibu kota Sana’a. Presiden Hadi
melarikan diri ke kota Aden di bagian Selatan Yaman dan
mendeklarasikan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman.52
Perang sipil Yaman tidak lepas dari adanya pengaruh Arab
Saudi sebagai saudi led coalition dan Iran. Arab Saudi sebagai negara
dengan mayoritas muslim Sunni dan negara yang berbatasan langsung
dengan Yaman, mengambil peran sebagai pendukung pemerintahan
Hadi dengan melakukan intervensi. Arab Saudi mengirimkan bantuan
militernya untuk membantu menghadapi kelompok Houthi yang
berusaha untuk melengserkan Hadi sebagai pemerintahan resmi. Hal
51 Marcel Serr, “Understanding War in Yemen”, hal 2 52 Anadolu Agency, “Yemen’s Hadi Menies Aden Secession”, [artikel on-line]
tersedia di https://www.aa.com.tr/en/politics/yemens-hadi-denies-aden-
secession/64813# diakses pada 8 April 2020
43
ini dilakukan sebagai upaya perlindungan kepentingan Arab Saudi
dalam membendung pengaruh Syiah di wilayah Timur Tengah.53 Iran
diyakini telah memberikan bantuan senjata militer canggih dan
penasehat militer untuk kelompok Houthi. 54 perang sipil ini telah
menjadi arena proxy war antara Arab Saudi dan Iran, serta pihak-
pihak luar yang turut mendukung aksi militer di Yaman seperti
negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council), Pakistan, dan
Amerika Serikat.
Arab Saudi melancarkan serangan militernya di ibukota Yaman
sebelumnya yaitu Sana’a dengan menargetkan kelompok-kelompok
Houthi. Aksi saling serang-menyerang antara Houthi dan Arab Saudi
telah menyebabkan kerusakan pada bangunan di Sana’a dan banyak
warga sipil yang menjadi korban. Salah satu pelabuhan di Utara
Yaman, Hodeidah, dikuasai oleh kelompok Houthi dan dibalas
dengan serangan udara oleh Arab Saudi. Pelabuhan tersebut menjadi
jalan utama para kapal untuk mengantarkan bantuan bagi para korban
perang sipil, kerusakan pada pelabuhan dan ketegangan yang terjadi
menyebabkan hambatan bagi kapal komersial untuk masuk.
53 Puji Taliasih, “Dukungan Arab Saudi Terhadap Rezim Mansour Hadi dalam
Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman Tahun 2012-2015”, International
Society Vol. 3, no. 2, (2016) hal 65 54 Tempo.co, “ Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi di Yaman”, tersedia
https://fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-hadapi-arab-saudi-di-
yaman/full&view=ok diakses pada 9 April 2020
44
Sejak Arab Saudi beserta aliansinya melakukan intervensi
militer di Yaman, jumlah serangan udara di Yaman meningkat.
Dengan dilakukannya serangan terhadap kelompok Houthi
diharapkan dapat memukul mundur Houthi dan merebut kembali ibu
kota Sana’a, namun hingga tahun 2019 Pemerintahan Hadi dan koalisi
Arab masih belum berhasil. Serangan militer yang dilakukan bukan
hanya menargetkan objek militer, namun juga telah merusak objek
non-militer seperti bandara, pelabuhan, jembatan, jalan dan lainnya.
Yemen Data Project mencatat terdapat total 21.140 serangan oleh
koalisi di berbagai distrik di Yaman hingga penulisan penelitian ini
dilakukan. 6.455 serangan diantaranya adalah objek non-militer.55
Serangan tersebut telah merusak banyak sistem air, sanitasi, rumah
sakit dan klinik sehingga tidak bisa beroperasi, dan blokade pelabuhan
telah menghambat impor obat-obatan dan bantuan kemanusiaan.56
B. Kasus Kolera di Yaman
Penyakit kolera berasal virus vibrio cholerae yang
menyebabkan diare akut yang dapat berkembang menjadi dehidrasi
55 Yemen Data Project, tersedia di
https://www.yemendataproject.org/index.html diakses pada 6 juni 2020 56 The Lancet Gastroenterology & Hepatology, “Health catastrophe: the toll of
cholera in Yemen”, The Lancet Gastroenterology & Hepatology, Vol. 2, September
2017, [jurnal on-line] hal 619 tersedia
https://www.thelancet.com/journals/langas/article/PIIS2468-1253(17)30224-
8/fulltext diakses pada 2 Maret 2020
45
dan Hypovolemic Shock57, dan dapat membunuh hingga 50% pasien
jika cairan tubuh tidak segera ditangani. Dalam beberapa kasus, CFR
kolera dapat berada di bawah 1% dengan kondisi pengobatan yang
layak. Seseorang dapat terinfeksi kolera apabila meminum air atau
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri tersebut berasal
dari kotoran orang yang terinfeksi, dan dapat menyebar cepat di
daerah yang dimana pasokan air bersih, sanitasi, makanan yang bersih
dan higienis tidak memadai.58
Wabah kolera yang terjadi di Yaman tidak hanya terjadi begitu
saja, tetapi memiliki keterkaitan dengan wabah kolera di dunia.
Ilmuwan dari Wellcome sanger institute dan Pasteur Institute
melakukan penelitian terhadap bakteri kolera yang menginfeksi
pasien di Yaman. Dengan metode pengurutan DNA pada genom59
atau disebut juga sebagai genom sequencing, ilmuwan mencoba
mengurutkan 42 sampel bakteri vibrio cholerae, 39 sampel berasal
dari pasien kolera yang tinggal di 3 provinsi berbeda, 3 sampel lainnya
berasal dari tempat pengungsian di perbatasan Yaman dengan Arab
Saudi, dan 74 sampel lainnya yang berasal dari Asia Selatan, Timur
Tengah, dan Afrika. Sampel tersebut kemudian dibandingkan dengan
57 Kondisi seseorang kehilangan 20 persen (seperlima) pasokan darah atau
cairan tubuh sehingga jantung tidak mungkin memompa darah dalam jumlah yang
cukup ke tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan kegagalan organ. 58 WHO, “Frequently asked questions and information for travellers” tersedia
di https://www.who.int/topics/cholera/faq/en/ diakses pada 8 April 2020 59 Kumpulan gen yang dimiliki oleh organisme yang memiliki keseluruhan
informasi genetik sebuah organisme atau sel.
46
dengan 1.000 sampel global dari pandemik kolera yang sedang
berlangsung maupun pandemik sebelumnya, yang disebut juga
sebagai pandemik kolera ke-7, dimulai pada tahun 1960, yang
disebabkan oleh satu garis keturunan V. Cholerae atau disebut juga
7PET (Seventh Pandemic Cholera El Tor).60
Hasil penelitian pengurutan genom kolera di Yaman dengan
sampel global lainnya menunjukkan bahwa jenis virus kolera di
Yaman memiliki keterkaitan dengan jenis kolera yang muncul pada
tahun 2012 di Asia Selatan yang kemudian menyebar secara global,
namun jenis virus kolera di Yaman tidak langsung datang dari Asia
Selatan maupun Timur Tengah, melainkan hasil mendekati dengan
sampel wabah kolera yang diambil dari Afrika (Kenya, Tanzania, dan
Uganda), yang menyebabkan wabah kolera antara tahun 2015 sampai
2016.61 Penyebaran virus diyakini melalui para imigran dari Afrika
yang datang ke Yaman.
Kasus penyakit kolera pertama kali dilaporkan oleh Ministry of
Public Health and Population (MoPHP) Yaman pada bulan Oktober
2016. Sebanyak 8 kasus ditemukan di wilayah kota Sana’a. MoPHP
Yaman bersama WHO membentuk tim untuk menginvestigasi sumber
60 Sanger Institute, “Mystery of Yemen cholera epidemic solved”, tersedia
https://www.sanger.ac.uk/news_item/mystery-yemen-cholera-epidemic-solved/
diakses pada 11 Mei 2020 61 François-Xavier Weill dkk, “Genomic insights into the 2016–2017 cholera
epidemic in Yemen”, Nature 565, no. 7738, 2019 [journal on-line], tersedia di
https://www.nature.com/articles/s41586-018-0818-3 diakses pada 8 Mei 2020
47
penyakit dengan melakukan pengecekan terhadap tempat tinggal
pasien dan melakukan tes pada sumber air di wilayah tersebut.
Hingga akhir tahun 2016, telah ditemukan 163 kasus terkonfirmasi
terinfeksi kolera.62 Wabah juga telah menyebar hingga 15 provinsi
dari 22 provinsi di Yaman. Gelombang pertama berlangsung selama
bulan Oktober 2016 hingga April 2017. Terdapat sebanyak 25.152
kasus yang diambil dari data Electronic Disease Early Warning
System (eDEWS) dan MoPHP Yaman.63
Kasus kolera yang dimulai pada bulan Oktober 2016
tersebut, mengalami penurunan di bulan Februari dan Maret 2017.
Namun kasus kembali meningkat di bulan April 2017 dan disebut
sebagai wabah gelombang kedua. Gelombang kedua kolera yang
diiringi dengan musim hujan pada akhir bulan April. Musim hujan
memperparah penyebaran kolera melalui air yang terkontaminasi oleh
bakteri. Hingga akhir tahun 2017, Kementerian kesehatan Yaman
mencatat terdapat hampir 1 juta kasus kolera yang tersebar di 22
provinsi Yaman.64
62 WHO, “The Ministry of Public Health and Population announces cholera
cases in Yemen”, tersedia di http://www.emro.who.int/media/news/the-ministry-of-
health-announces-cholera-cases-in-yemen.html diakses pada 10 Mei 2020 63 Fekri Dureab dkk, “Cholera Outbreak in Yemen: Timeliness of Reporting
and Response in the National Electronic Disease Early Warning System”, Acta
Informatica Medica 27, no. 2 (2019), [jurnal on-line] tersedia di
.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6688295/ diunduh pada 6 April
2020 64 WHO, “Cholera Situation Update December 2017”, December 2017,
[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-
outbreak/cholera-outbreaks.htmln diunduh pada 6 Maret 2020
48
Memasuki awal tahun 2018, kasus di beberapa wilayah mulai
mengalami penurunan, namun kembali memuncak di minggu ke 39
atau di bulan September. Kasus kolera mengalami peningkatan hingga
2 kali lipat dari bulan Agustus. Total 55 ribu kasus dengan 105 korban
meninggal dunia. Tingkat kematian kolera atau CFR mencapai 0.19%.
CFR tersebut tertinggi sejak gelombang kedua dimulai pada April
2017.65 Tahun 2019, puncak tertinggi kasus kolera terjadi di bulan
Maret (Gambar 3.1) . Tingkat kematian kasus atau CFR mencapai
0.25%.66 Hampir 91% provinsi, 21 dari 22 dan 306 dari 333 distrik,
telah melaporkan kasus kolera. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap
daerah di Yaman terdapat kasus kolera.
Provinsi dengan kasus kolera tertinggi yaitu provinsi Amanat
Al-Asimah, lokasi Ibu Kota Sana’a (Tabel 3.1). Sepanjang gelombang
kolera kedua dimulai pada 27 April 2017 hingga 31 Desember 2019,
telah terkonfirmasi sebanyak 2.254.758 kasus kolera di seluruh
Yaman67. 28% diantara total kasus adalah anak-anak berumur
dibawah 5 tahun.68
65 WHO, “Cholera Situation Update September 2018”, September 2019,
[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-
outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 6 Maret 2020 66 WHO, “Cholera Situation Update March 2019”, Maret 2019, [dokumen
resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-outbreak/cholera-
outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020 67 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019,
[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-
outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020. 68 OCHA. “Yemen Humanitarian Dashboard January-December 2019”, April
2020, [dokumen resmi] hal 1 tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-
humanitarian-dashboard-january-december-2019-enar diunduh pada 3 April 2020
49
Gambar 3.1 Kurva kasus kolera periode April 2017 -
Desember 201969
Tabel 3.1 Jumlah kasus kolera di setiap provinsi Yaman
periode 2017-201970
(Sumber: WHO, 2019)
69 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019,
[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-
outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020 70 WHO, “Cholera Situation Update December 2019”, Desember 2019.
[dokumen resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/health-topics/cholera-
outbreak/cholera-outbreaks.html diunduh pada 15 Maret 2020
(Sumber: WHO, 2019)
50
C. Penyebaran Kolera di Yaman
Dalam kasus penyebaran kolera di Yaman, terdapat 2 faktor
dalam penyebaran kolera, yaitu infrastruktur sanitasi dan infrastuktur
kesehatan. Infrastruktur sanitasi seperti layanan air bersih dan sanitasi
menjadi kunci utama dalam menangani penyakit kolera, karena
transmisi penyakit yang mudah melalui air. Layanan kesehatan yang
layak menjadi hal terpenting untuk mencegah korban jiwa.
Kelangkaan air menjadi tantangan di tengah wabah kolera.
Sumber air yang kotor dan terkontaminasi menjadi salah satu faktor
penyebaran kolera. Di tengah konflik yang terjadi, beberapa
Infrastruktur air telah hancur akibat serangan bom menyebabkan
sanitasi air yang buruk. Air bawah tanah di beberapa kota telah
terkontaminasi oleh limbah pabrik akibat pengolahan limbah yang
tidak berfungsi karena kurangnya bahan bakar dan pemeliharaan.
Layanan kebersihan di beberapa kota terhenti. Banyak sampah-
sampah yang bertumpuk di jalanan. Akibatnya, air bersih yang berada
di bawah tanah tercemar oleh kotoran hewan ataupun sampah-sampah
yang bertumpuk di atasnya. Ketika terjadi hujan lebat, jumlah air yang
tercemar semakin banyak dan memudahkan penyeberan bakteri
kolera.71
71 New Scientist, “ Unprecedented Cholera Outbreak Tears Through Wart-
Torn in Yemen”, tersedia di https://www.newscientist.com/article/2132070-
unprecedented-cholera-outbreak-tears-through-war-torn-yemen/ diakses pada 15 Mei
2020
51
Masyarakat di beberapa daerah di Yaman mengandalkan air
yang dipasok melalui pipa penyalur dan air yang diangkut oleh truk
oleh perusahaan-perusahaan swasta. Distribusi air juga dipengaruhi
oleh melonjaknya harga bahan bakar sehingga perusahaan harus
mengurangi penggunaan truk air dan sistem air pipa hanya mampu
beroperasi 50% dari kapasitasnya. Akses terhadap air bersih menjadi
terbatas. Di kota besar seperti Ibb, Dhamar, dan Al-Mahwit, sistem air
terpusat terpaksa ditutup sepenuhnya.72
Gambar 3.1. a) Masyarakat mengantri air bersih dari truk di
kota Taiz. b) Tumpukan sampah di jalan ibu kota Sana’a.73
(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)
Faktor selanjutnya yaitu infrastruktur kesehatan. Selama konflik
berlangsung tidak sedikit objek kesehatan dan sanitasi menjadi target
serangan udara. Kondisi pelayanan kesehatan di Yaman hanya 55%
72 Oxfam, “15 Million Yemenis See Water Suplies Cut Amid Fuel Crisis”,
tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/15-million-yemenis-see-water-
supplies-cut-amid-fuel-crisis diakses pada 15 Mei 2020 73 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation
and Challenges”, The American journal of tropical medicine and hygiene 98(6)
(2018), hal 1559
A B
52
yang berfungsi sebagian dan atau dalam keadaan hancur, sehingga
pengobatan para pasien kolera menjadi terhambat. Beberapa pasien
bahkan harus pergi jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan akibat
tidak tersedianya fasilitas kesehatan terdekat. Pada dasarnya kolera
merupakan penyakit yang dapat diobati apabila mendapatkan
penanganan yang cepat dengan terapi dehidrasi sederhana, namun
dengan melonjaknya kasus kolera sehingga rumah sakit yang tersedia
tidak mampu untuk menerima seluruh pasien.
Gambar 3.2 Pasien kolera yang berada di posko kesehatan
sementara di provinsi Hajjah yang sedang menerima
pengobatan dari dokter.74
(Sumber: Hesham M. Al-Mekhlafi, 2018)
Beberapa rumah sakit terpaksa ditutup karena tidak bisa
beroperasi akibat kurangnya alat-alat medis. Obat-obatan yang
diimpor dari luar Yaman terpaksa tertahan karena blokade laut dan
udara yang diterapkan oleh Arab Saudi. Dokter di provinsi Hodeida
74 Hesham M. Al-Mekhlafi, “Yemen in a Time of Cholera: Current Situation
and Challenges”, hal 1559
53
menyatakan bahwa ia sempat menerima obat yang sudah kadaluarsa
akibat terlalu lama dalam proses pengiriman.75 Pihak Houthi juga
telah melanggar hukum internasional dengan memblokir akses
kesehatan dan membatasi pergerakan penduduk Yaman, seperti yang
sakit dan ingin berobat.76
Hal ini memperburuk kondisi masyarakat sipil yang tinggal di
zona perang. Kolera merupakan penyakit oportunistik, dimana
penyakit membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang.
Keadaan warga sipil rentan akibat migrasi massal dan banyak orang-
orang yang rentan akibat kurang gizi dan kekeringan yang
menyebabkan kebersihan yang buruk.
Situasi darurat kolera di Yaman dapat dikategorikan sebagai
high risk berdasarkan Conceptual Framework for Evaluating Disease
Risk (CFED). Menurut CFED kondisi situasi darurat high risk
merupakan kondisi dimana kurangnya akses kesehatan, air bersih dan
sanitasi yang layak. Kondisi tersebut merupakan lingkungan yang
ideal untuk penyebaran sebuah penyakit menular.77 Kondisi serba
keterbatasan memperparah penyebaran penyakit kolera. Konflik
75 Human Right Watch, “Yemen: Coalition Blockade Imperils Civilians”,
[artikel online] tersedia di https://www.hrw.org/news/2017/12/07/yemen-coalition-
blockade-imperils-civilians dikases pada 7 Juni 2020 76Bill Van Esveld, “Yemen: Coalition’s Blocking Aid, Fuel Endangers
Civilians”, [artikel on-line] tersedia di https://www.hrw.org/news/2017/09/27/yemen-
coalitions-blocking-aid-fuel-endangers-civilians diakses pada 7 Juni 2020 77 Christine Crudo Blackburn dkk, Syrian Forced Migration and Public Health
in the European Union, (Rowman & Littlefield, 2019) hal 27-28
54
antara Houthi-Saudi telah mengancam keamanan warga sipil Yaman.
Pasokan medis yang tidak mencukupi serta lingkungan yang tidak
memadai menyulitkan tenaga medis untuk melakukan pencegahan
dan perawatan.
55
BAB IV
PERAN WHO DALAM MENANGANI WABAH
KOLERA DI YAMAN PERIODE 2017-2019
Bab ini menjadi bab utama yang akan membahas Peran World
Health Organization sebagai organisasi internasioanl bidang
kesehatan dalam menangani penyakit menular, salah satunya
penyebaran kolera yang terjadi di Yaman. Pembahasan dijelaskan
secara komperhensif mengenai peran WHO yang akan dianalisis
melalui 3 tingkat analisa berdasarkan konsep organisasi internasional.
Melalui analisis teresbut dapat dilihat peran penting WHO beserta
mitra lain yang ikut berkontribusi dalam penangan kolera Yaman
seperti UNICEF, GAVI, World Bank, dan GTFCC, namun ditemukan
juga beberapa hambatan yang dihadapi oleh WHO beserta mitra
lainnya.
A. Peran WHO dalam mengatasi wabah kolera di Yaman
Organisasi internasional khusus seperti WHO memiliki peran
dan tujuan khusus. WHO menjadi organisasi kesehatan dunia yang
bertujuan untuk mengatasi penyakit di suatu negara dengan
memberikan bantuan dalam berbagai cara, hal ini sesuai dengan
objektif organisasi WHO dalam konstitusinya yang menyatakan
bahwa akan mengupayakan kerjasama dengan berbagai pihak demi
56
kemajuan kualitas kesehatan.78 Hal tersebut dapat dilihat dalam peran
WHO dalam menangani wabah kolera di Yaman
Dalam menangani wabah kolera di Yaman, WHO menerapkan
beberapa pendekatan untuk memastikan bahwa seluruh upaya yang
dilakukan dapat diakses oleh seluruh masyarakat. WHO juga turut
bekerjasama dengan otoritas setempat dan organisasi internasional
lain seperti UNICEF, World Bank, GAVI, dan WFP serta beberapa
NGO. Peningkatan kasus kolera di gelombang kedua pada tahun 2017
telah menarik perhatian WHO serta organisasi internasional lainnya
untuk memberikan bantuan untuk Yaman.79 Bersama dengan
pemerintah Yaman, WHO bekerjasama untuk membantu mendekteksi
dan menelusuri penyebaran penyakit, dan menjangkau semua orang
dengan fasilitas kesehatan, air besih, sanitasi yang layak dan
memberikan edukasi akan kesehatan.
Berdasarkan pembahasan pada Bab 1, dijelaskan bahwa
menurut Mingst untuk menganalisa peran suatu Organisasi
Internasional, terdapat 3 level (tingkat) analisa yang digunakan, yaitu
tingkat internasional, tingkat negara, dan tingkat individu. Dalam
78 World Health Organization, “Basic documents: forty-ninth edition
(including amendments adopted up to 31 May 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di
https://apps.who.int/gb/bd/ hal 1 diunduh pada 26 Februari 2020 79 WHO, “WHO Director-General's remarks at the UN Security Council
meeting on the situation in Yemen”, Director-General's Office, 2017, tersedia di
https://www.who.int/dg/speeches/2017/security-council-yemen/en/ diakses pada 26
Februari 2020
57
pembahasan ini akan dijabarkan peran WHO berdasarkan tingkat
analisa.
1. Tingkat Internasional
a. Cholera Integrated Response Plan
Dalam upaya WHO merespon wabah kolera di Yaman, ada
beberapa strategi yang menjadi fokus WHO. Strategi tersebut
tercantum dalam “Cholera Integrated Response”, yang dipublikasi
pada tahun 2017, yaitu kerjasama WHO melalui departemen Health
Cluster dengan organisasi internasional, yaitu UNICEF melalui
WASH Cluster, dan MoPHP (Ministry of Public Health and
Population) Yaman. Health Cluster merupakan salah satu unit dari
Emergency risk management and humanitarian response, WHO.
Agenda utama dari health cluster sendiri yaitu untuk meningkatkan
koordinasi antar stakeholder dalam rangka membantu negara yang
mengalami keadaan darurat kemanusiaan. 80
Integrated Response Plan merupakan rangkaian upaya
strategis yang dibentuk dengan tujuan untuk menurunkan tingkat
morbidibitas (keluhan terhadap penyakit di suatu wilayah) dan
menurunkan tingkat fatalitas (kematian) akibat penyakit kolera dan
penyakit diare akut (Acute Watery Diarrhea). Untuk mengidentifikasi
80 Health Cluster, [situs resmi] tersedia di https://www.who.int/health-
cluster/about/en/ diakses pada 21 Juni 2020
58
kasus kolera, WHO memberikan 2 definisi kasus kolera, yaitu terduga
kasus kolera dan terkonfirmasi kasus kolera. Seseorang terduga kasus
kolera terinfeksi di area yang terdapat kasus kolera, pasien berusia 5
tahun atau lebih dan mengalami diare akut dengan gejala muntah atau
tidak. Seseorang terkonfirmasi kasus kolera ketika telah dikonfirmasi
hasil laboratorium dengan Vibrio Cholerae O1 atau 0139 yang
diambil dari pasien yang mengalami diare akut.81
Strategi dalam menanggapi wabah kolera menggunakan 2
pendekatan yaitu kontrol (control) dan pencegahan (prevention).
Pendekatan kontrol akan fokus kepada wilayah atau distrik yang telah
melaporkan/memiliki kasus kolera, sedangkan pendekatan
pencegahan berfokus kepada wilayah yang belum melaporkan kasus
kolera namun beresiko terjadi penyebaran. Kedua pendekatan tersebut
mencakup kegiatan tanggap dini, kegiatan tanggap terintegrasi, dan
kegiatan pencegahan terintegrasi.82 Setiap aktivitas yang
bersangkutan dengan WHO akan dilaksanakan dengan mengikuti
arahan atau bimbingan dari WHO.
1. Pendekatan Kontrol
81 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017 82 Yemen Health Cluster, “Joint Cholera Response Plan Yemen”, Juli 2017,
[dokumen resmi] tersedia di http://yemenhc.org/?wpdmpro=cholera-integrated-
response-plan-july-2017 diunduh pada 5 Juli 2020
59
Pendekatan kontrol diterapkan di wilayah yang memiliki tingkat
penyebaran kolera tinggi. Tim akan menentukan distrik/wilayah mana
yang telah melaporkan dan mengkonfirmasi kasus kolera. Bulan Mei
2017 dilaporkan terdapat 227 distrik yang beresiko tinggi penyebaran
kolera sejak oktober 2016. Hingga bulan Desember 2019, 22 dari 23
Provinsi telah terkonfirmasi melaporkan kasus kolera.83 Setiap
tahunnya distrik yang beresiko bertambah menandakan bahwa
penyebaran kolera sangat cepat.
Kegiatan dalam pendekatan kontrol dibagi ke dalam 3 bagian.
Pertama, aktivitas tanggap dini yang fokus kepada pendeteksi dini
penyakit dan meningkatkan manajemen kasus. Kegiatan yang
dilakukan dalam pendekatan kontrol diantaranya:
• Health Cluster, WASH Cluster dan otoritas kesehatan
setempat membentuk satuan tugas kolera (cholera task force)
di level nasional dan subnasional untuk memaksimalkan
koordinasi, meningkatkan, dan mendesentralisasi kegiatan
laboratorium kesehatan, dan memberikan dukungan untuk
tim dengan para ahli dari Health Cluster.
• Mengidentifikasi sumber infeksi secara tepat waktu
83 WHO, “Outbreak Update – Cholera in Yemen, 29 December 2019”, [situs
resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/pandemic-epidemic-
diseases/cholera/outbreak-update-cholera-in-yemen-29-december-2019.html diakses
pada 5 Juli 2020
60
• Melakukan tes pada sumber air yang menjadi sumber
penyebaran penyakit
• Meningkatkan sistem pengawasan berbasis electronic
disease surveillance system (e-DEWS), yaitu integrasi data
kesehatan secara online.
• Kampanye vaksin oral kolera (oral cholera vaccine)84
Kedua, manajemen kasus atau kegiatan pengawasan penularan.
Implementasi kegiatan manajemen kasus bertujuan untuk mengurangi
tingkat kematian oleh karena itu kegiatan akan berkaitan dengan
pelayanan kesehatan. Diantaranya:
• Mendirikan cholera treatment center (CTC) atau pusat
perawatan kolera untuk kasus dengan tingkat keparahan
tinggi dengan fasilitas khusus sesuai dengan panduan dari
Health dan WASH Cluster.
• Mendirikan dan menetapkan penempatan ORP (oral
rehydration points) dan pusat pelayanan diare (diarrhea
treatment unit) di tingkat masyarakat dan pelayanan
kesehatan primer untuk menangani kasus kolera dengan
tingkat keparahan ringan dan sedang. Fasilitas dilengkapi
dengan 20 tempat tidur di setiap DTC.
84 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017
61
• Memberikan pelatihan untuk staf kesehatan dan staf
laboratorium kesehatan dalam melaksanakan protokol
kesehatan dan melakukan tes dengan tepat pada setiap
sampel kolera
• Pendistribusian kebutuhan pengobatan, yaitu diarrhea kit
(penargetan oral dan cairan IV rehydration)
• Seluruh kegiatan manajemen kasus harus mengikuti standar
WHO untuk memastikan kualitas kesehatan, seperti sistem
rujukan untuk kasus yang membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
• Sosialisasi kepada masyarakat serta tenaga kesehatan tentang
bagaimana prosedur pemakaman yang aman bagi pasien
kolera yang meninggal
• Pembagian perlengkapan kesehatan untuk rumah tangga
seperti tablet disinfektan untuk air (aquatabs), perlengkapan
kebersihan (sabun), dan selebaran yang berisi tentang
informasi seputar kolera. Perlengkapan kesehatan tersebut
diberikan kepada keluarga pasien setelah pasien tersebut
dibolehkan pulang dari rumah sakit. 85
Ketiga, kegiatan pencegahan terintegrasi. Kegiatan ini fokus
kepada pencegahan penyebaran melalui air, dengan cara sterilisasi air,
85 Yemen Health Cluster, Joint Cholera Response Plan Yemen, July 2017
62
pengawasan air bersih, sosialisasi kebersihan air, dan pembagian
perlengkapan kebersihan air. Kegiatan yang berkaitan dengan air
bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH) akan dipimpin oleh WASH
Cluster dengan mengikuti prosedur WASH Cluster.
2. Pendekatan Pencegahan
Pendekatan pencegahan bertujuan untuk mencegah penyebaran
kolera di daerah yang beresiko rendah terjadi penyebaran. Tim akan
menentukan daerah-daerah yang memungkinkan terjadinya infeksi.
Kegiatan akan dibagi kedalam 3 bagian. Pertama pendeteksi dini
(early detection) penyakit. Kegiatan ini hampir sama sama seperti
pada pendekatan kontrol, bertujuan untuk meningkatkan sistem
pengawasan yang terkoordinasi dan hasil laboratorium tepat waktu
apabila kasus baru ditemukan. Kedua, manajemen kasus, yaitu
merencanakan tempat untuk layanan kesehatan seperti DTC, DTU,
dan ORS dan memenuhi kebutuhan obat-obatan apabila terjadinya
kasus baru. Ketiga, aktivitas pencegahan terintegrasi, fokus
pendekatan pencegahan pada pemberian edukasi dan komunikasi
dalam level masyarakat.
Pada dasarnya, seluruh pendekatan mengutamakan koordinasi
yang kuat dalam setiap level. Hal itu demi mempercepat tindakan
respon tim ketika dilaporkannya kasus baru. Penguatan koordinasi
dalam level nasional maupun sub-nasional penting dalam
63
melaksanakan rencana kontrol dan pencegahan kasus kolera. Oleh
karena itu, MoPHP mendirikan Public Health Emergency Operation
Center (EOC) yang didukung oleh WHO. Lima fungsi utama EOC
yaitu manajemen, perencanaan, keuangan, operasional, logistik dan
administrasi. Koordinasi menjadi inti dari strategi untuk memastikan
bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki dimanfaatkan secara
optimal dan untuk menghindari terjadinya kesenjangan.
Pertemuan Cholera integrated response dilaksanakan tiap
bulannya pada tahun 2017, dimulai dari bulan Mei 201786. Pertemuan
ini menjadi salah satu bentuk koordinasi tiap klaster dan pihak yang
terlibat untuk melaporkan kemajuan yang telah dicapai tiap bulannya
dan perencanaan untuk bulan berikutnya. Perencanaan mulai dari
kegiatan hingga anggaran yang dibutuhkan menjadi output dari
pertemuan.
Pada 2018, WHO/Health Cluster bersama dengan
UNICEF/WASH Cluster dan otoritas kesehatan Yaman
memperbaharui rencana strategis penanganan kolera dengan nama
yang berbeda yaitu “Integrated Cholera Prevention and Startegic
Plan Yemen”, dipublikasikan pada April 2018. Rencana mengalami
86 Yemen Health Cluster, “Annual Report 2017”, 2017, [dokumen resmi]
tersedia di http://yemenhc.org/?wpdmpro=health-cluster-yearly-report-2017 diunduh
pada 10 Juli 2020
64
pembaharuan berdasarkan data pada tahun 2017-2016.87 Peningkatan
kasus kolera menyebabkan dibutuhkannya strategi terbaru untuk
mengatasi endemik kolera. Gelombang kolera 1 dan 2 telah terjadi,
maka bukan tidak mungkin gelombang baru akan terjadi lagi.
Dalam Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan 2018,
strategi dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu fase kesiapan (preparedness
phase), fase peringatan (alarm phase), dan fase epidemi (epidemic
phase). Fase kesiapan dan fase peringatan fokus kepada wilayah yang
rentan akan terjadinya gelombang ke 3 kolera, dan fase epidemi
merupakan seluruh tindakan yang berkaitan untuk mencegah wabah
dan meminimalkan morbiditas dan mortalitas.88 Tindakan pencegahan
dengan vaksin massal menjadi salah satu tindakan pencegahan yang
direncanakan untuk tahun 2018 hingga 2019.
Melaui Upaya Cholera Integrated Response Plan menunjukkan
peran WHO dalam level internasional. WHO sebagai pempimpin
(lead agency) dari WASH Cluster, telah menyediakan sarana bagi
berbagai organisasi maupun stakeholder untuk ikut berpartisipasi
dalam mengatasi wabah kolera Yaman. Dengan adanya kerjasama
tersebut dapat secara substansial memperkuat dampak dari kegiatan
87 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan
Yemen”, April 2018. [dokumen resmi] tersedia di
http://yemenhc.org/?wpdmpro=integrated-cholera-prevention-and-control-strategic-
plan diunduh pada 9 Juli 2020 88 Yemen Health Cluster, Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan
Yemen, April 2018
65
organisasi dengan kata lain meningkatkan hasil organisasi melalui
kerjasama
b. Kampanye Vaksin Oral Kolera (OCV)
Kampanye vaksin kolera resmi diluncurkan pada 6 Mei 2018
oleh WHO dan UNICEF dengan dukungan dari World Bank, GAVI
dan MoPHP Yaman.89 Kegiatan kampanye vaksin massal kolera
menjadi kegiatan operasional yang menjadi peran organisasi
internasional dalam level internasional. Proses pengajuan pelaksanaan
OCV berada di bawah pengawasan penuh GTFCC. Vaksin oral kolera
(OCV) massal memiliki peran penting dalam mengatasi kolera. OCV
bekerja secara langsung dan mampu mencegah hingga 3 tahun
lamanya. Pencegahan melalui OCV menjadi manajemen kasus kolera
jangka panjang, selain pendekatan melalui intervensi WASH, atau
sebagai pencegahan sekunder.90 Wilayah dengan tingkat transmisi
atau kasus kolera tinggi menjadi prioritas WHO untuk melaksanakan
OCV. Dalam hal ini WHO memberikan 4 urutan prioritas suatu
wilayah:
89 WHO, “Amidst the devastation of war in Yemen, efforts are under way to
control cholera”, 4 Juni 2018, [situs resmi] tersedia di
http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/amidst-the-devastation-of-war-in-
yemen-efforts-are-under-way-to-control-cholera.html diakses pada 8 juli 2020 90 Global Task Force on Cholera Control, “Ending Cholera A Global Roadmap
to 2030”, 2017, [dokumen resmi] hal 10 tersedia di
https://www.who.int/cholera/publications/global-roadmap/en/ diunduh pada 7 Maret
2020
66
• Prioritas 1 (tinggi), distrik memiliki transmisi/penularan aktif
• Prioritas 2, distrik memiliki kepadatan penduduk sebanyak
≥500 penduduk/km2
• Prioritas 3, distrik dengan kepadatan penduduk antara <500
dan ≥200 penduduk/km2
• Prioritas 4, distrik dengan kepadatan penduduk >200/km2
Di tahun 2017, sebanyak 100 distrik menjadi prioritas untuk
OCV melalui risk assessment yang dilaksanakan oleh WHO.91
GTFCC menyetujui proposal Yaman atas 4.6 juta dosis vaksin untuk
100 distrik yang menjadi prioritas. Sebanyak 9.754.484 penduduk
menjadi target awal kampanye vaksin yang akan dilaksanakan
sepanjang kampanye OCV. Kampanye akan dibagi kedalam 4 fase.
100 distrik prioritas berada di provinsi Al-Hudaydah, Al-Jawf,
Amanat Al Asimah, Ibb, Taizz, Aden, Al-Bayda, Dhamar, Hajjah,
Marib, Sana’a, Al-Dhale’e, Al-Mahwit, Amran, Raymah, Abyan, Al-
Maharah, Lahj, dan Sa’ada. 92 prioritas 1 berada di provinsi Aden dan
Al-Hudaydah.
91 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan
Yemen”, April 2018 92 Yemen Health Cluster, Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan
Yemen, April 2018, hal 24
67
Gambar 4.1 Cholera Risk Assement93
(Sumber: WHO, 2018)
Ronde pertama kampanye vaksin kolera dilaksanakan pada Mei
2018, di provinsi Aden, Al-Hudaydah dan Ibb, dengan metode door
to door. Pemberian OCV terbagi menjadi 2 tahap, dosis pertama dan
dosis kedua. Hal ini sesuai dengan panduan WHO, vaksin primer
dilakukan 2 kali, dimana vaksin ke 2 kalinya dilakukan tidak lebih dari
6 minggu.94 Sebanyak 1.133.094 dosis vaksin berhasil di distribusikan
pada 2018. Di tahun 2019, kampanye dosis pertama vaksin
dilaksanakan di 4 provinsi, provinsi Amanat Al-Asimah pada 24 April
hingga 2 Mei 2019, dan di provinsi Aden, Al-Dhale’e dan Taizz pada
93 Yemen Health Cluster, “Integrated Cholera Prevention and Strategic Plan
Yemen”, April 2018, hal 94 WHO, “Cholera”, [situs resmi] tersedia di
https://www.who.int/immunization/diseases/cholera/en/ diakses pada 13 Juli 2020
68
24 Februari hingga 1 Maret 2019. Metode pelaksanaan dengan
kampanye door to door. 95 Pemberian dosis ke 2 OCV dilanjutkan
pada Bulan Agustus 2019. WHO dan UNICEF berhasil
mendistribusikan OCV kepada 400.000 orang yang dimana 65.000
diantaranya adalah anak berusia dibawah 5 tahun.96
2. Tingkat Nasional
a. Kerjsama WHO dengan MoPHP Yaman melalui program Electronic
Disease Early Warning System (eDEWS)
Electronic Disease Early Warning System (eDEWS) merupakan
sistem elektronik yang dibentuk WHO untuk mengumpulkan,
kompilasi, dan analisis data dari suatu fasilitas kesehatan untuk
mendeteksi wabah pada tahap awal dan mengambil tindakan respon
yang diperlukan untuk mencegah atau membatasi penyebaran
penyakit, hal ini dapat meminimalkan mordibitas dan mortalitas
akibat penyakit menular melalui deteksi potensi wabah pada tapa
sedini mungkin dan memfasilitasi pencegahan tepat waktu. eDEWS
didasarkan pada aplikasi seluler berbasis real-time. Melalui eDEWS,
data dikumpulkan menggunakan perangkat lunak yang di pasang pada
95 GTFCC, “6th GTFCC Oral Cholera Vaccine Working Group Meeting”,
2019, tersedia di https://www.gtfcc.org/meetings/6th-gtfcc-oral-cholera-vaccines-
working-group-meeting/ diakses pada 13 Juli 2020 96 WHO, “Second round of oral cholera vaccine reaches nearly 400 000 people
in Aden, Taiz and Al Dhale’e”, 2019, [situs resmi] tersedia di
www.emro.who.int/yem/yemen-news/oral-cholera-vaccine-reaches-nearly-400-000-
people.html diakses pada 20 Juli 2020
69
ponsel, tablet, atau laptop dan segera dikirim ke pusat untuk dianalisis
dan melakukan tindakan dengan cepat. eDEWS resmi diluncurkan di
Yaman pada Maret 2013 antara WHO dan MoPHP Yaman. 97 sejak itu
eDEWS dikembangkan secara bertahap dan hingga tahun 2016
eDEWS telah mencakup 333 distrik di Yaman.98
Sejak wabah kolera melanda Yaman tahun 2016, eDEWS
memiliki peran penting bagi pemerintah Yaman untuk meningkatkan
kecepatan dan efisiensi pengumpulan, analisis dan respon kesehatan
masyarakat. Fasilitas kesehatan sebagai sumber utama yang
mengumpulan data, setiap minggu data akan diperbarui dan
dimasukkan ke dalam sistem eDEWS menggunakan aplikasi. Setiap
minggunya data yang telah terkumpul di pusat akan melewati proses
validasi mulai dari tingkat distrik, provinsi kemudian pusat. Setelah
selesai validasi, hasil analisa data akan diterbitkan sebagai weekly
epidemiological bulletin (Gambar 4.2) pada hari senin setiap
minggunya. Dalam laporan tersebut tercantum data demografis (umur
dan kelamin) dan geografis (berdasarkan lokasi laporan penyakit)
97 Mayad M, Alyusfi R, Assabri A, dan Khader Y, “An Electronic Disease
Early Warning System in Sana’a Governorate, Yemen: Evaluation Study”, JMIR
Public Health Surveill. 2019;5(4):e14295 [jurnal online] tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6913776/#ref3 diakses pada 19
Agustus 2020 98 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning
System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, Medizinische Fakultät
Heidelberg, 2020, [dokumen on-line] hal 17-18 tersedia di
https://doi.org/10.11588/heidok.00027986 diunduh pada 19 Agustus 2020
70
serta jumlah kasus suatu penyakit, dalam kasus ini penyakit kolera,
pada suatu periode.99
Gambar 4.2 Weekly Epidemiological Bulletin yang
dipublikasikan oleh WHO bersama dengan MoPHP Yaman100
(Sumber: WHO, 2019)
Mengikuti panduan dari GTFCC, pasien terduga kolera
merupakan pasien yang datang dengan beberapa gejala, yaitu diare
seperti air, muntah atau tidak muntah dalam 24 jam terakhir. Kasus
terkonfirmasi kolera adalah kasus yang dicurigai dengan bakteri
vibrio cholerae O1 atau 0319 yang terkonfirmasi oleh laboratorium.
Data setiap pasien yang terduka ataupun terkonfirmasi harus
99 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning
System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, hal 17-18 100 WHO, “Weekly Epidemiological Bulletin Vol, 07 Issue 51 Epi Week 51
(17-23 December 2019)”, [dokumen resmi] tersedia di
https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/yemen-
eidews-weekly-bulletin-2019-all-weeks-en diakses pada 20 Juli 2020
71
dilaporkan dalam sistem eDEWS. Data tersebut berisi tanggal masuk
dan waktu penularan penyakit, usia, jenis kelamin, asal distrik, tingkat
keparah dehidrasi, hasil laboratorium bila sudah tersedia, dan hasil
penyakit (kepulangan atau kematian). Kumpulan data tersebut akan
dikirim secara elektronik ke tingkat gubernur setiap hari kemudian
dikumpulkan oleh tim Emergency Operatioan Center yang dijalankan
oleh otoritas kesehatan Yaman dan dicek kembali oleh tim pengawas
WHO untuk menghindari kesalahan input data.101
eDEWS dirancang sebagai sistem peringatan dini untuk
penyakit rawan epidemi. Meskipun sistem eDEWS bukan satu-
satunya sumber pengumpulan data untuk wabah penyakit menular,
sistem ini penting untuk deteksi dini kasus yang baru muncul. Pada
gelombang pertama wabah kolera, eDEWS mendeteksi 97% dari total
kasus yang di laporkan, dan 87% kasus pada gelombang kedua. Hal
ini menunjukkan bahwa eDEWS berfungsi sebagai sistem
pengawasan yang dapat diandalkan bahkan dalam kondisi konflik
yang berlangsung, namun eDEWS masih perlu ditingkatkan agar
bekerja secara maksimal. 102
101 Anton Camacho, PhD, Malika Bouhenia, MSc, Reema Alyusfi, MSc dkk,
“Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An Analysis Of Surveillance Data”, The
Lancet Global Health Vol. 6 No. 6, 2018 [jurnal on-line] hal 680 tersedia di
https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30230-
4/fulltext diunduh pada 14 Februari 2020 102 Fekri Dureab, “The usefulness of the electronic Disease Early Warning
System (eDEWS) in the humanitarian crisis of Yemen”, hal 87
72
Upaya ini selaras dengan peran WHO sebagai organisasi
internasional di level nasional, dimana organisasi internasional
berperan untuk menyediakan informasi yang tersedia terkait wabah
kolera di negara Yaman kemudian dibagikan kepada dunia
internasional.103 Program eDEWS oleh WHO telah membantu Yaman
untuk mengumpulkan data sehingga dapat diakses oleh semua pihak
dan memudahkan pemerintah untuk mengambil respon terhadap suatu
kasus. Hal ini merupakan keuntungan yang di dapat oleh Yaman
sebagai anggota dari WHO, dimana organisasi internasional
menyediakan sentralisasi kegiatan kolektif bersama negara terkait
melalui struktur organisasi yang konkrit dan tetap serta petugas
administrasi yang mendukung sehingga meningkatkan efisiensi
aktivitas terkait dan meningkatkan kemampuan WHO sebagai
organisasi dalam memahami lingkungan dan kepentingan negara
Yaman.104
c. Pengiriman bantuan kebutuhan medis
Untuk mendukung layanan kesehatan, WHO memberikan
bantuan seperangkat kebutuhan medis. Mulai dari untuk perawatan
pasien hingga kebutuhan laboratorium. Bantuan yang diberikan WHO
103 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New
York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228 104Kenneth W. Abbott dan Duncan Snidal, “Why States Act through Formal
International Organizations”, Journal of Conflict Resolution 1998 42: 3, [jurnal on-
line] hal 4-5 tersedia di http://jcr.sagepub.com/content/42/1/3 diunduh pada 6
September 2020
73
bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas layanan
kesehatan.
WHO mendistribusikan kebutuhan medis seperti cholera kits,
cairan oral rehidrasi (ORS), intraveneus (IV) fluid , dan peralatan
DTC seperti tempat tidur khusus pasien kolera.105 Cholera kits
merupakan perlengkapan yang dibuat WHO khusus untuk menangani
kolera. Perlengkapan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perlengkapan
perawatan (ORS, IV fluids, obat-obatan, tempat tidur pasien kolera,
tablet klorin, ember plastik, sabut, alat tulis, sarung tangan medis),
perlengkapan investigasi dan laboratorium (alat tes cepat, alat sampel,
sarung tangan medis, kertas saring, antiserum vibrio cholerae, media
biakan (growth medium), antibiotic disc, dan perlengkapan alat-alat
(tenda, tangki air, alat tes klorin, lampu solar, tempat tidur pasien
kolera, sprei plastik, toilet jongkok). Satu perlengkapan perawatan,
investigasi, dan laboratorium tersedia untuk 100 orang.106
Pada Mei 2017, WHO berhasil mengirimkan sebanyak 67 ton
bantuan medis berupa IV fluids dan cholera kits yang dikirim melalui
pesawat udara. Hal ini merupakan bantuan dengan muatan medis
terbesar sejak konflik yang dimulai tahun 2015. Jumlah bantuan
105 WHO, “WHO responds to resurgent cholera in Yemen”, 2017, [situs resmi]
tersedia di http://www.emro.who.int/media/news/who-responds-to-resurgent-
cholera-in-yemen.html diakses pada 20 Juli 2020 106 WHO, Cholera Kits 2020, [situs resmi] tersedia di
https://www.who.int/emergencies/emergency-health-kits/revised-cholera-kits
diakses pada 20 Juli 2020
74
tersebut dapat memenuhi perawatan 10.000 pasien. WHO
mendapatkan dukungan dari WFP dalam pengiriman bantuan
tersebut.107
Hingga akhir 2017, WHO dan Health Cluster partner telah
menyediakan 4064 tempat tidur di 282 Diarrhea Treatment Center,
1294 oral rehydration corners, dan mendukung 414 fasilitas
kesehatan di 21 provinsi dan 237 distrik yang terdampak.108 WHO
juga mendistribusikan 2 juta liter bahan bakar untuk rumah sakit
sebagai bahan bakar generator di rumah sakit dan tempat layanan
kesehatan lainnya, ambulans dan lain-lain, menyalurkan 1 juta
kantong cairan IV, 158 cholera kit, dan 1.450 tempat tidur khusus
kolera.109 Kemudian pada tahun 2019, sepanjang bulan Januari hingga
Juni, sebanyak 639 Cholera Kits yang berada di tempat penyimpanan
WHO di Sana’a di distribusikan ke fasilitas kesehatan yang berada di
Utara dan Selatan Yaman.110
107 WHO, “Jumbo jet lands in war-torn Yemen carrying 67 tonnes of cholera
response supplies”, 2017, [situs resmi] tersedia di
http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/jumbo-jet-lands-in-war-torn-yemen-
carrying-67-tons-of-cholera-response-supplies.html diakses pada 18 Juli 2020 108 Emergency Operation Center, “Yemen: Cholera Response”, 14 September
2017, [dokumen resmi] tersedia di
https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/eoc-yemen-
situation-report-4 diunduh pada 10 Juli 2020 109 Frederik Federspiel dan Mohammad Ali, “The cholera outbreak in Yemen:
lessons learned and way forward”, BMC Public Health 18, 1338 (2018), [jurnal on-
line] hal 4 tersedia di https://doi.org/10.1186/s12889-018-6227-6 diunduh pada 20
Mei 2020 110 WHO, “Situation Report”, Juni 2019, [dokumen resmi] tersedia di
http://applications.emro.who.int/docs/yem/CoPub_Yem_Situation_rep_June_2019_
en.pdf?ua=1 diunduh pada 10 Juli 2020
75
3. Tingkat Individu
a. Pelatihan tenaga kesehatan dan edukasi kesehatan
Pelatihan bagi tenaga kesehatan menjadi penting terutama untuk
area yang paling terdampak sebab tenaga kesehatan sebagai garda
paling depan dalam menghadapi wabah penyakit ini. Melalui
pelatihan, para tenaga kesehatan dapat belajar untuk menangani kasus
manajemen lebih baik. Pelatihan difokuskan pada tenaga kesehatan
yang bekerja di DTC, ORS corner, dan tim Rapid Response. DTC
(Diarrhea Treatment Center) merupakan unit penangan pasien kolera
dengan tingkat keparahan tinggi, sedangkan ORS (Oral Rehydration
Solution) merupakan unit penangan pasien kolera dengan tingkat
keparahan ringan hingga sedang.111
Sesuai dengan Cholera Integrated Response, pelatihan tenaga
kesehatan ini menjadi salah satu langkah pendekatan kontrol dan
pendekatan pencegahan. WHO bersama dengan MoPHP dan mitra
Health Cluster bekerjasama memberikan pelatihan kepada tenaga
kesehatan yang berada di lapangan. Kegiatan pelatihan untuk tenaga
kesehatan yang diberikan diantaranya:112
111 Yemen Health Cluster, Integrated Response Plan: Yemen Cholera
Outbreak, May 2017, [dokuemen resmi] tersedia di
https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/document/integrated-
response-plan-yemen-cholera-outbreak-23-may-2017 diunduh pada 6 Juli 2020 112 Yemen Health Cluster, “Yemen: Integrated Cholera Control Operational
Plan 2018/2019”, 2019, [dokumen resmi] tersedia di
76
• Bagaimana mendefinisikan dan mendiagnosa pasien, karena
masing-masing kasus mendapatkan penanganan yang berbeda.
• Penanganan pasien anak-anak yang mengalami kekurangan
gizi dengan penyakit kolera yang parah.
• Pengawasan tentang standar operasional prosedur (SOP)
dalam menangani sampel kolera di laboratorium.
• Mekanisme penggunaan e-DEWS sebagai portal laporan kasus
kolera terintegrasi.
• Cara memurnikan air dan penggunaan klorin.
• Pengembangan kapasitas seluruh staf ataupun komunitas
kesehatan yang berafiliasi dengan program.
Selain itu, WHO bekerjasama dengan Global Health
Deveploment (GHD), Eastern Mediterranean Public Health Network
(EMPHNET) dengan dukungan dari World Bank’s International
Development Association (IDA), menggelar pelatihan kesehatan
melalui program “Public Health Empowerment”. Tujuan dari
pelatihan ini untuk meningkatkan kinerja para tenaga kesehatan
sehingga mampu mendeteksi penyakit secara dini dan mencegahnya
sebelum terjadi penyebaran yang luas melalui pengawasan
epidemiologis yaitu ilmu kesehatan yang mempelajari distribusi dan
http://yemenhc.org/?wpdmpro=yemen-integrated-cholera-control-operational-plan-
2018-2019 diunduh pada 13 Juli 2020
77
faktor yang menentukan suatu kondisi kesehatan (penyakit dan
akibatnya). 113
Selain edukasi kesehatan yang diberikan kepada tenaga
kesehatan, sosialisasi tentang kesadaran akan kepentingan kebersihan
dan penyakit kolera juga diberikan kepada masyarakat. WHO dan
UNICEF bekerjasama menggelar kampanye kesadaran publik
bersama dengan para relawan dengan mendatangi masyarakat secara
door to door. Kampanye publik tersebut bertujuan untuk menjelaskan
kepada orang-orang bagaimana melindungi diri mereka dari kolera
dan mengobati kolera.114 Selain mendatangi masyarakat secara
langsung, WHO dan Health Cluster partner menggelar kegiatan
sosialisasi umum, seperti di sekolah dan masjid. Berdasarkan
Integrated Yemen Cholera Control Operational Plan 2018-2019,
aktivitas kampanye kesehatan dan sosialisasi penyakit kolera
menyampaikan informasi tentang kesadaran kesehatan melalui
praktik kebersihan seperti mencuci tangan, sanitasi, menyimpan air,
dan mengolah makanan agar bersih terhindar dari kuman penyakit.
113 WHO, “A concerted effort to strengthen emergency response in war-torn
Yemen”, [situs resmi] tersedia di http://www.emro.who.int/yem/yemen-news/a-
concerted-effort-to-strengthen-emergency-response-in-war-torn-yemen.html diakses
pada 25 Juni 2020 114 WHO, “Yemen and joint mission with UNICEF and World Food
Programme”, Agustus 2017, tersedia di
https://www.who.int/dg/speeches/2017/yemen-joint-mission/en/ diakses pada 16 Juli
2020
78
Kampanye juga dilakukan dengan mendistribusikan alat-alat
kebersihan (sabun).
Kegiatan WHO mengedukasi tenaga kesehatan serta individu
tentang penyakit kolera dan pentingnya kebersihan secara langsung
memberikan kesempatan bagi indivu untuk meningkatkan kapasitas
diri. Sejalan dengan konsep organisasi internasional yang
dikemukakan oleh Mingst, WHO telah menjalankan perannya sebagai
organisasi internasional dalam hubungan terhadap individu.115
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan bantuan kesehatan yang
direncanakan oleh WHO dan organisasi lainnya, yang ikut tergabung
dalam Health Cluster, merupakan bukan persoalan yang mudah.
WHO mengahadapi beberapa kesulitan. Hal ini tidak lepas dari
konflik yang sedang berlangsung di Yaman. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh BMJ Global Health116 pada tahun 2018, WHO
beserta organisasi lain yang turut ikut membantu menangani wabah
kolera mengahadapi 5 tantangan utama dalam merespon wabah kolera
di Yaman di tengah konflik yang sedang berlangsung.
115 Karen Mingst, Essential of International Relations Second Edition, (New
York: W.W. Norton & Company, 2003), hal 227-228 116 Paul Spigel dkk ,“Resporfnding to epidemics in large-scale humanitarian
crises: a case study of the cholera response in Yemen, 2016–2018”, BMJ Global
Health Vol. 4, Issue 4, [jurnal on-line] hal 3-9 tersedia di
https://gh.bmj.com/content/4/4/e001709 diunduh pada 10 Juli 2020
79
Pertama, Yaman tidak memiliki kerangka kerja pencegahan dan
kontrol wabah kolera hingga wabah menyebar di tahun 2016.
Sehingga ada keterlambatan penanganan kolera, dimana rencana
penanganan baru dibuat pada minggu saat diumumkannya kasus
kolera pertama. Kemudian saat terjadinya wabah kolera gelombang
kedua, kerangka kerja pencegahan dan kontrol kolera baru di perbarui
beberapa minggu setelah gelombang kedua terjadi. Kerangka kerja
dibuat secara tergesa-gesa sehingga banyak detail kecil yang tidak
tertulis, seperti kampanye vaksin oral kolera yang tidak dibahas
sebagai langkah pencegahan harus tertunda.
Kedua, sistem pengawasan nasional yaitu EDEWS yang telah
ada sejak 2013 namun sistem tidak dipersiapkan untuk penanganan
wabah besar. Pada gelombang pertama wabaha kolera, eDEWS
meluas hingga 1982 lokasi secara nasional, namun strukturnya tidak
dapat mendukung kebutuhan manajemen data dari kasus kolera yang
meningkat.
Ketiga, tidak terdapat rencana pencegahan melalui WASH
secara spesifik pada awal pembentukan pencegahan kolera. Baru pada
wabah kolera gelombang kedua WHO dan UNICEF mengirimkan
WASH expert untuk membentuk strategi WASH secara spesifik.
Padahal WASH seharusnya menjadi fokus utama dalam strategi
pencegahan. Keempat, sistem koordinasi pelaporan yang kompleks.
80
Yaman memiliki 3 sistem koordinasi yang beroperasi yaitu: 1) Health
dan WASH Cluster, 2) Cholera Task Force (satuan tugas kolera), dan
3) Emergency Operation Center. Dengan banyaknya sistem
koordinasi justru menimbulkan sistem manajemen insiden (incident
management system (IMS)) yang kurang jelas. IMS diterapakan oleh
WHO dan MoPHP Yaman untuk mengintegrasikan pemerintah dan
mitra lainnya yang berada di luar struktur WHO.
Kelima, perlindungan terhadap fasilitas kesehatan dan
infrastruktur WASH selama konflik. Berbagai objek sipil seringkali
menjadi target penyerangan militer, seperti pengeboman terhadap
rumah sakit dan sumber air. Hal tersebut mengancam warga sipil serta
pekerja kesehatan yang sedang bertugas.
Berdasarkan data yang dirilis WHO pada akhir tahun 2019,
dalam Weekly Epidemiological Bulletin Vol 07 Issue 51 Epi Week 51
menunjukkan tingkat kematian kolera yang mengalami penuruan
dilihat melalui penuruan CFR, namun terduga kasus kolera terus
meningkat yang artinya tingkat penyebaran masih tinggi. CFR
terkahir di laporkan yaitu 0.2% pada akhir 2019, menurun 0.16% dari
tahun 2018. Data tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan.
Masih tingginya kasus kolera dipengaruhi dipengarahi oleh eskalasi
ketegangan antara Houthi dan Presiden Hadi terkait dengan Stockholm
Agreement yang disetujui pada 2018, yaitu perjanjian yang bertujuan
81
untuk mencegah peretempuran di provinsi Hodeidah dan
kemungkinan terjadinya kelaparan. Namun upaya perjanjian yang di
dukung oleh PBB tersebut kandas dan pertempuran militer terjadi
semakin intensif.117
Gambar 4.2 Kurva Epidemi AWD/Kolera Periode 2018-
2019118
(Sumber: WHO, 2019)
Dari rangkaian penjelasan pada bab ini maka dapat dilihat
bahwa WHO sebagai aktor non-negara, dalam hal ini organisasi
internasional, memiliki peran penting dalam menangani wabah kolera
di Yaman periode 2017-2019. WHO menunjukkan perannya sebagai
117 Crisis Group, “Saving the Stockholm Agreement and Averting a Regional
Conflagration in Yemen” 18 Juli 2019, [artikel online] tersedia di
https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/gulf-and-arabian-
peninsula/yemen/203-saving-stockholm-agreement-and-averting-regional-
conflagration-yemen diakses pada 6 September 2020 118 WHO, “Weekly Epidemiological Bulletin Vol, 07 Issue 51 Epi Week 51”.
[dokumen resmi] tersedia di https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-weekly-
epidemiological-bulletin-volume-07-lssue-51-epi-week-5117-23-december-2019
diunduh pada 29 Juli 2020
82
forum kerjasama baik antar organisasi maupun antar pemerintah yang
memungkinkan terjadinya reaksi cepat tanggap pada saat krisis. Serta
dapat dipahami bahwa hubungan antara organisasi internasional dan
negara menciptakan hubungan timbal balik (reciprocity), dimana
WHO dengan upaya yang dilakukan di Yaman dapat meningkatkan
integritas dan kredibiltas WHO sebagai organisasi internasional dan
Yaman mendapatkan manfaat sebagai anggota dari WHO melalui
dukungan program kerja yang membantu Yaman dalam menghadapi
krisis.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus wabah kolera di Yaman pada tahun 2017 hingga 2019
merupakan wabah kolera terbesar yang terjadi dalam sejarah.
Fenomena ini tidak lepas dari konflik internal Yaman sejak 2015 yang
berdampak kepada kehidupan sosial penduduk Yaman salah satunya
aspek kesehatan. Kolera pertama kali dilaporkan pada akhir 2016,
kemudian kasus melonjak pada 2017 atau disebut juga gelombang
kedua kolera di Yaman. Tingginya kasus kolera menjadi perhatian
khusus bagi WHO sebagai organisasi internasional dalam bidang
kesehatan.
Melalui konsep organisasi internasional, penelitian ini melihat
bagaimana peran WHO sebagai organisasi internasional. Karen
Mingst menyatakan bahwa organisasi internasional memiliki
perannya masing-masing disetiap level (tingkat), yaitu level
internasional, nasional, dan individu. Peran WHO tersebut terlihat dari
berbagai upaya yang dilakukan WHO dalam mengatasi wabah kolera
di Yaman. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
84
Pertama, peran WHO di tingkat internasional. Pada tingkat
internasional WHO berperan sebagai tempat melaksanakan kerjasama
baik dengan pemerintah Yaman serta dengan organisasi internasional
dan organisasi lokal di Yaman. WHO berupaya dengan membentuk
tim Health Cluster dan menyusun Cholera Integrated Response Plan
bersama dengan MoPHP Yaman. Serta melaksanakan kampanye
vaksin oral kolera pertama di Yaman pada 2018 dengan dukungan dari
GTFCC, UNICEF, GAVI dan World Bank.
Kedua, peran WHO di tingkat nasional. Pada tingkat nasional
WHO berperan dengan memberikan bantuan kebutuhan medias dan
bekerjasama dengan pemerintah Yaman untuk mempublikasikan
informasi terkait wabah kolera di Yaman. WHO berupaya membantu
Yaman meningkatkan sistem laporan penyakit dengan meluncurkan
electronic Disease Early Warning Sytem (eDEWS). Sistem eDEWS
berperan penting untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi sistem
pelaporan. Informasi terkait kolera Yaman di publikasikan di dalam
laporan rutinn mingguan WHO (weekly epidmiological monitor).
Terpublikasinya laporan tersebut tidak lepas dari dukungan
MoPHPYaman dalam mengumpulkan data resmi sehingga informasi
mengenai wabah kolera dapat diketahui oleh masyarakat luas secara
global. Upaya ini menunjukkan bahwa dengan berpartisipasi sebagai
anggota organisasi internasional mempengaruhi sistem dalam negeri
85
hal tersebut dapat dilihat dalam sektor teknologi dan informasi
Yaman yang mengalami peningkatan.
Ketiga, Peran WHO di tingkat individu. Pada tingkat individu
WHO berperan meningkatkan kapasitas individu di Yaman. WHO
berupaya melangsungkan program pelatihan untuk tenaga kesehatan
yang berperan penting sebagai garda utama dalam menghadapi wabah
kolera. Program pelatihan tersebut membantu untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan manajemen kasus penyakit. Selain tenaga
kesehatan, WHO juga memberikan edukasi tentang penyakit kolera
serta pentingnya menjaga kebersihan dengan mendistribusikan
kebutuhan kebersihan seperti sabun dan cairan khusus untuk
mensterilkan air.
Berdasarkan hasil temuan berupa data dan analisa dapat
disimpulkan bahwa wabah kolera yang terjadi di Yaman pada periode
2017 sampai 2019 merupakan krisis kemanusiaan yang serius. Hal ini
dikarenakan Kolera merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat menimbulkan resiko kematian yang tinggi apabila tidak segera
mendapatkan pertolongan. Krisis kemanusiaan di Yaman terkhusus
pada periode ini diperparah oleh situasi ketidakstabilan situasi
domestik di Yaman.
WHO sebagai salah satu organisasi yang berperan penting
dalam bidang kesehatan dunia telah melaksanakan perannya sebagai
86
organisasi internasional dengan melakukan berbagai upaya untuk
menghentikan penyebaran kolera namun dengan kondisi yang telah
dijelaskan sebelumnya menyebabkan upaya WHO belum sepenuhnya
berjalan dengan efektif sehingga penyebaran kolera masih terus
berlanjut.
B. Saran untuk penelitian selanjutnya
Berdasarkan penelitian terhadap peran WHO di Yaman dalam
menangani wabah kolera periode 2017-2019, pada bagian ini penulis
akan merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya. Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah melihat lebih lanjut bagaimana peran
WHO di Yaman dalam menangani wabah kolera, mengingat bahwa
wabah kolera masih terus menyebar di tahun selanjutnya.
.
87
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Archer, Clive. (2001). International Organization Third Edition.
London: Routledge.
Bennet, A Leroy. (1979). International Organization. New Jersey:
Prentice Hall.
Blackburn, Christine Crudo dan Paul E. Lenze, Jr. (2019). Syrian
Forced Migration and Public Health in the European Union.
London: Lexington Books.
Clift, Charles. (2013). The Role of World Health Organization in the
International System. London: The Royal Institute of
International Affairs.
Creswell, Jhon W. (2014). Research Design Fouth Edition. California:
Sage Publications.
Mingst, Karen. (2003). Essential of International Relations Second
Edition. New York: W.W. Norton & Company.
Nair, G. Balakrish dan Yoshifumi Takeda. (2014). Cholera Outbreaks.
New York: Springer.
Park, Susan. (2018). International Organisations and Global
Problems: Theories and Explanations. United Kingdom:
Cambridge University Press.
88
Pease, Kelly Kate S. (2008). International Perspective on Governance
in The Twenty-first Century. New Jersey: Pearson Education.
Rachmat, Angga Nurdin. (2017). Keamanan Global, Transformasi Isu
Keamanan Pasca Perang Dingin. Bandung: Alfabeta.
Rudy, Teuku May. (2009). Administrasi dan organisasi Internasional.
Bandung: Angkasa.
United Nations Development Programme. (1994). Human
Development Report. New York: Oxford University Press
.http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en
_complete_nostats.pdf diunduh pada 27 Desember 2019.
Yulianingsih, Wiwin dan Moch. Firdaus Sholihin. (2014). Hukum
Organisasi Internasional. Yogyakarta: ANDI.
Jurnal
Adedoyin. (2013). An Appraisal of the Multidimensional Nature of
Security in the Post-Cold War Africa. African Journal of
Stability and Development Vol. 7, No. 2.
Al-Mekhlafi, Hesham M. (2018). Yemen in a Time of Cholera: Current
Situation and Challenges. The American journal of tropical
medicine and hygiene 98(6), 1558-1562.
Buzan, Barry. (1991). New Patterns of Global Security in the Twenty-
First Century. International Affairs Vol. 67, Issue 3, 431-451.
Camacho, Anton. (2018). Cholera Epidemic In Yemen, 2016–18: An
Analysis Of Surveillance Data. Lancet Global Health Vol. 6 No.
6.
89
Dureab, Fekri dkk. (2019). Cholera Outbreak in Yemen: Timeliness of
Reporting and Response in the National Electronic Disease
Early Warning System. Acta Informatica Medica Vol. 27, No.
2, 85-88.
Federspiel, Frederik & Mohammad Ali. (2018). The cholera outbreak
in Yemen: Lessons learned and way forward. BMC Public
Health Vol. 18, No. 1338.
Juneau, Thomas. (2013). Yemen and the Arab Spring: Elite Struggles,
State Collapse and Regional Security. Orbis 57 (3), 408–423.
Mayad, Mona dkk. (2019). An Electronic Disease Early Warning
System in Sana’a Governorate, Yemen: Evaluation Study.
JMIR Public Health Surveillance Vol. 5, No. 4, e14295
Mccarthy, Michael. (2002). A brief history of the World Health
Organization. The Lancet Vol. 360, No. 9340, 1111-1112.
Pezzoli, Lorenzo. (2020). Global oral cholera vaccine use, 2013–2018.
Vaccine Vol. 38 supplement 1, A132-A140.
Serr, Marcel. (2017). Understanding war in yemen. Israel journal of
Foreign Affairs Vol. 11, No. 3, 257-369.
Spigel, Paul dkk. (2019). Responding to epidemics in large-scale
humanitarian crises: a case study of the cholera response in
Yemen, 2016–2018. BMJ Global Health Vol. 4, Issue 4, 1-11.
Taliasih, Puji . (2016). Dukungan Arab Saudi terhadap Rezim Mansour
Hadi dalam Menghadapi Pemberontak Syiah Houthi di Yaman
Tahun 2012-2015. International Society Vol. 3, no. 2, 64-83.
90
The Lancet Gastroenterology Hepatology. (2017). Health catastrophe:
the toll of cholera in Yemen. The Lancet Gastroenterology &
Hepatology Vol. 2, 619.
Walt, Stephen M. (1991). The Renaissance of Security Studies.
International Studies Quarterly Vol. 35, No. 2.
Waltz, Kenneth Abbott dan Duncan Snidal. (1998). Why States Act
through Formal International Organizations. Journal of Conflict
Resolution Vol. 42 No. 1, 3-32.
Weill, François-Xavier dkk. (2019). Genomic insights into the 2016–
2017 cholera epidemic in Yemen. Nature 565, 230-233.
Yadav, Manish Kumar. (2017). Structure and functions of the World
Health Organizations. IOSR Journal Of Humanities And Social
Science Vol. 22, Issue 9, Ver. 1, 15-41.
Sutrisna, Indah. (2017). Upaya Dewan Keamanan PBB dalam
Melindungi Rakyat Yaman Pada Revolusi Rakyat Yaman
Tahun 2011. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Riau Vol. 4, No. 1.
Skripsi dan Tesis
Febrina, Nabila Rizka. (2019). Peran World Health Organization
(WHO) dalam Mengatasi Penularan HIC dari Iu ke Anak
(MTCT) di Thailand Periode 2010-2016 (Skripsi). Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pangestu,Ragil Panggih. Peran World Food Programme (WFP) Dalam
Mengatasi Krisis Pangan Di Yaman (2015-2019) (Skirpsi).
Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
91
Internet
BBC News. (20 April 2017). Saudi 'should be blacklisted' over Yemen
hospital attacks. Dipetik 17 Februari 2020, dari
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-39651265
BBC News. (20 January 2015). Yemen Crisis: Houthi Rebels Shell
Presidential Home. Dipetik 17 Februari 2020, dari
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-30903516
Cloveland Council on World Affairs. World Health Organization
Background Guide. Dipetik 7 Maret 2020, dari
https://www.ccwa.org/wp-
content/uploads/2019/09/WHO_Final.pdf
Congressional Research Service. (23 April 2020). Yemen Civil War and
Regional Integration. Dipetik 6 April 2020, dari
https://fas.org/sgp/crs/mideast/R43960.pdf
Crisis Group. (18 Juli 2019). Saving the Stockholm Agreement and
Averting a Regional Conflagration in Yemen. Dipetik 6
September 2020, dari https://www.crisisgroup.org/middle-east-
north-africa/gulf-and-arabian-peninsula/yemen/203-saving-
stockholm-agreement-and-averting-regional-conflagration-
yemen
Gladstone, Rick. (27 Maret 2019). Cholera, Lurking Symptom of
Yemen’s War, Appears to Make Roaring Comeback. Dipetik 17
Februari 2020, dari
https://www.nytimes.com/2019/03/27/world/middleeast/choler
a-yemen.html
Global Task Force on Cholera Control. Ending Cholera A Global
Roadmap to 2030. Dipetik 7 Maret 2020,
92
dari https://www.who.int/cholera/publications/global-
roadmap/en/
GTFCC. (2019). 6th GTFCC Oral Cholera Vaccine Working Group
Meeting. Dipetik 13 Juli 2020, dari
https://www.gtfcc.org/meetings/6th-gtfcc-oral-cholera-
vaccines-working-group-meeting/ diakses
Human Right Watch. (7 Desember 2017). Yemen: Coalition Blockade
Imperils Civilians. Dipetik 7 Juni 2020, dari
https://www.hrw.org/news/2017/12/07/yemen-coalition-
blockade-imperils-civilians
New Scientist. (23 Mei 2017). Unprecedented Cholera Outbreak Tears
Through Wart-Torn in Yemen. Dipetik 15 Mei 2020, dari
https://www.newscientist.com/article/2132070-unprecedented-
cholera-outbreak-tears-through-war-torn-yemen/
OCHA. (April 2020). Yemen Humanitarian Dashboard January-
December 2019. Dipetik 3 April 2020, dari
https://reliefweb.int/report/yemen/yemen-humanitarian-
dashboard-january-december-2019-enar
Oxfam. (22 Oktober 2019). 15 million Yemenis see water supplies cut
amid fuel crisis. Dipetik 15 Mei 2020, dari
https://reliefweb.int/report/yemen/15-million-yemenis-see-
water-supplies-cut-amid-fuel-crisis
Potter, Christina. Largest Cholera Outbreak on Records Continues.
Dipetik 13 Juni 2020, dari
https://www.outbreakobservatory.org/outbreakthursday-
1/1/16/2020/large-cholera-outbreak-on-record-continues-in-
yemen
93
Riza, Budi. (21 Mei 2019). Iran Membantu Houthi, Hadapi Arab Saudi
di Yaman. Dipetik 9 April 2020, dari
https://fokus.tempo.co/read/1207728/iran-membantu-houthi-
hadapi-arab-saudi-di-yaman/full&view=ok
Sanger Institute. (2 Januari 2019). Mystery of Yemen cholera epidemic
solved. Dipetik 11 Mei 2020, dari
https://www.sanger.ac.uk/news_item/mystery-yemen-cholera-
epidemic-solved/
UNDP. (2019). Impact of War on Development of Yemen. Dipetik 3
April 2020, dari
https://www.undp.org/content/dam/yemen/General/Docs/Impa
ctOfWarOnDevelopmentInYemen.pdf
UNDP. (Februari 2019). Yemen: 2019 Humanitarian Needs Overview.
Dipetik 13 Juni 2020, dari https://yemen.un.org/en/11690-
yemen-2019-humanitarian-needs-overview
UNDP. Human Development Index Ranking 2019. Dipetik 21 Juli
2020, dari http://hdr.undp.org/en/content/2019-human-
development-index-ranking
United Nations. UN Charter. Dipetik 15 Maret 2020, dari
https://www.un.org/en/sections/un-charter/un-charter-full-text/
UNOCHA. (1 Juli 2015). Yemen: Highest Emergency Response Level
Declared For Six Months. Dipetik 17 Februari 2020, dari
https://www.unocha.org/story/yemen-highest-emergency-
response-level-declared-six-months
UNOCHA. About OCHA Yemen. Dipetik 17 Februari 2020, dari
http://www.unocha.org/yemen/about-ocha-yemen
94
WHO. (13 November 2016). Situation Report Yemen 13 November
2016. Dipetik 17 Februari 2020, dari
http://www.emro.who.int/images/stories/yemen/Cholera_situat
ion_report_Yemen_3.pdf?ua=1
WHO. (2017). WHO Director-General's remarks at the UN Security
Council meeting on the situation in Yemen. Dipetik 26 Februari
2020, dari https://www.who.int/dg/speeches/2017/security-
council-yemen/en/
WHO. (2020). Basic documents: forty-ninth edition (including
amendments adopted up to 31 May 2019). Dipetik 26 Februari
2020, dari https://apps.who.int/gb/bd/
WHO. (7 Oktober 2016). The Ministry of Public Health and Population
announces cholera cases in Yemen. Dipetik 10 Mei 2020, dari
http://www.emro.who.int/media/news/the-ministry-of-health-
announces-cholera-cases-in-yemen.html
WHO. (December 2017). Cholera Situation Update December 2017.
Dipetik 6 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-
topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html
WHO. (Desember 2019). Cholera Situation Update December 2019.
Dipetik 15 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-
topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html
WHO. (Maret 2019). Cholera Situation Update March 2019. Dipetik
15 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-
topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html
WHO. (September 2017). Weekly Epidemiological Record. Dipetik 16
Maret 2020, dari https://www.who.int/wer/2017/wer9236/en/
95
WHO. (September 2018). Cholera Situation Update September 2018.
Dipetik 6 Maret 2020, dari http://www.emro.who.int/health-
topics/cholera-outbreak/cholera-outbreaks.html
WHO. About the Health Assembly. Dipetik 16 Maret 2020, dari
https://www.who.int/about/governance/world-health-
assembly/seventy-first
WHO. Cholera. Dipetik 17 Februari 2020 dari
https://www.who.int/health-topics/cholera#tab=tab
WHO. Country Cooperation Startegy for WHO and the republic of
Yemen 2008- 2013. Dipetik 30 Maret 2020, dari
https://apps.who.int/iris/handle/10665/113235
WHO. Frequently asked questions and information for travellers.
Dipetik 8 April 2020, dari
https://www.who.int/topics/cholera/faq/en/
WHO. Health Security. Dipetik 17 Februari 2020, dari
https://www.who.int/health-security/en/
WHO. The Executive Board. Dipetik 16 Maret 2020, dari
https://www.who.int/governance/eb/en/
WHO. WHO Regional Offices. Dipetik 16 Maret 2020, dari
https://www.who.int/classifications/network/ro/en/
Yemen Health Cluster. (2017). Annual Report 2017. Dipetik 10 Juli
2020, dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=health-cluster-
yearly-report-2017
Yemen Health Cluster. (2019). Outbreak Update – Cholera in Yemen,
29 December 2019. Dipetik 5 Juli 2020, dari
http://www.emro.who.int/pandemic-epidemic-
96
diseases/cholera/outbreak-update-cholera-in-yemen-29-
december-2019.html
Yemen Health Cluster. (April 2018). Integrated Cholera Prevention
and Strategic Plan Yemen. Dipetik 9 Juli 2020,
dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=integrated-cholera-
prevention-and-control-strategic-plan
Yemen Health Cluster. (Juli 2017). Joint Cholera Response Plan
Yemen. Dipetik 5 Juli 2020,
dari http://yemenhc.org/?wpdmpro=cholera-integrated-
response-plan-july-2017
Yemen Health Cluster. (Mei 2017). Integrated Response Plan: Yemen
Cholera Outbreak. Dipetik 6 Juli 2020, dari
https://www.humanitarianresponse.info/en/operations/yemen/d
ocument/integrated-response-plan-yemen-cholera-outbreak-
23-may-2017
Top Related