BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya
usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal
menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola
1
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan
berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati
urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada klien
rematoid artritis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?
2. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?
5. Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rheumatoid
arthritis?
7. Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9. Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit rematoid artritis.
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.
2
2. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
3. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
4. Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.
5. Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
6. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
7. Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9. Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
10.Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
.D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan berdasarkan literatur yag diperoleh dari
buku ataupun sumber dari internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Isi yang terdiri dari pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang, pencegahan dan
penatalaksanaan rematoid artritis.
BAB III : Asuhan Keperawatan pada klien Rematoid Artritis
BAB IV : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. ARTHRITIS
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa,
rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra –
artikuler. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
4
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi
jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann,
1998 : Blab et al, 1999).
C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan
otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya
mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan,
panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari
rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan
menurun, anemia (Long, 1996).
D. PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur
sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi.
Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel
darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium
hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
5
jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas.
E. KOMPLIKASI
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru
F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis
reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar
penyakit ini telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama
sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat
sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung,
ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa
benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-
paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan
pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini
bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada
daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan
dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang
6
mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan
membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di
pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai
pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di
atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat
pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi
kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying
antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular
dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif
bermakna pada sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100
mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat;
anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
7
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada
penyakit yang berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung
Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,
penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen
obat yang kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang
cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi
aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.
8
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½
L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan
energi total.
9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID
ARTRITIS
1. Pengkajian
Sistem Muskuloskeletal
a. Inspeksi :
- Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal,
lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut,
ekstermitas bawah dan panggul
- Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
b. Palpasi :
- Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat : 7 – 10
- Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid
arthritis (doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi
cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan
otot.
10
c. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
e. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan
dengan proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak
adekuat.
f. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
2. GOUT ARTRITIS
A. Pengertian
Gout Artritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra seluler yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat(Aru W.Sudoyo. 2009).
Gout Artritis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi, menyebabkan serangan akut (Hendarto Natadidjaja.1999).
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal kaki (Muttaqin, 2008).
Jadi, Gout Artritis (asam urat)adalah suatu penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
11
B. Klasifikasi
Menurut Ns. Arif Muttaqin, S.Kep (2008)1. Gout Primer
dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout Sekunderdisebabkan produksi asam urat yang berlebihan dan sekresi asam urat yang berkurang.
C. Etiologi
Penyebab gout adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti:
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
3. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
4. Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi adalah jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya sapi, kambing dan kerbau.
D. Manifestasi Klinis (Ika Puspitasari, 2010) 1. Nyeri pada satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama
makin memburuk.2. Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan,
kencang, licin dan hangat.3. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita
terjadi peningkatan denyut jantung.4. Bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar massa seperti kapur.5. Kadar asam urat dalam darah tinggi.
E. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
12
F. Komplikasi
1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2. Hipertensi dan albuminuria.Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Serum asam uratUmumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2. Angka leukositMenunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)Meningkat selama serangan akut, mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
4. Urin spesimen 24 jamJumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografiDilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinovial sendi.
H. Manajemen Penatalaksanaan
Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh untuk meninggikan bagian yang sakit dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit. Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. mendorong pasien untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan kalkuli ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat.
Asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biosintesis asam urat dalam tubuh.Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
13
1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) : Hati, ginjal, otak, jantung, paru, jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng dan lain-lain.
2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) : Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4. Bahan makanan yang diperbolehkan : a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermoutb. Semua jenis buah-buahan.c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alcohol.d. Semua macam bumbu.
5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6. Batasi konsumsi lemak.7. Banyak minum air putih
I. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut b/d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane
sinovial, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliferasi sinovial dan pembentukan panus.
b. Gangguan pola tidur b/d nyeri / ketidaknyamananc. Hambatan mobilisasi fisik b/d penurunaan rentang gerak, kelemahan
otot dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
d. Hipertermia b/d infalmasi sistemik dan jaringan sinovial karena akumulasi kristal purin pada sendi
e. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kakidan terbenuknya tofus.
3. OSTEOSARKOMA
A. DefinisiOsteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan
di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002).
14
B. EtiologiPenyebab tumor yaitu Radiasi dan virus onkogenik pada masa kanak-
kanak kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma
C. Klasifikasi1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcomaKanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke
bagian tubuh yang lain cth ke paru-paru3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah dirawat.
D. Tanda Dan GejalaGejala osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau
lengan. sering terjadi di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit
E. PatofisiologiAdanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
F. Pemeriksaan Diagnostik1. Laboratorium
peningkatan alkaline phosphatase dan lactic dehydrogenase2. Radiodiagnosis
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan reelatif dari tumor tulang yang berada disekitarnya.
3. Pemeriksaan BiopsiBiopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration/FNA) dengan melakukan sitodiagnosis diagnosis pada tumor.
15
G. Penatalaksanaan1. Menurut Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
a. Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi.
b. Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol, 2005: 29). Kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil.
2. KonservatifPenanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyaman klien sebanyak mungkin
3. KemoterapiObat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan sisplatinum. Pemberian kemotrapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.
4. RadioterapiRadiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan
H. PencegahanPola makan dan gaya hidup yang sehat, rajin berolahraga, terutama
di bawah sinar matahari pagi, sangat baik untuk menjaga kesehatan tulang.
16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMADIAGNOSIS
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses patologik dan pembedahanb. Resiko tinggi terjadi injury b/d fraktur patologik yang berhubungan dengan
tumorc. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan perand. Kurangnya pengetahuan diri b/d kurangnya pengetahuan mengenai proses
penyakit dan program terapi.e. Intoleransi aktivitas b/d. Kelemahan umumf. Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan g. Imobilitas b/d nyeri.h. Defisit perawatan diri b/d imobilitas.
INTERVENSIa. Dx I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeriIntervensi- Beri penjelasan kepada klien trentang cara pengatasi nyeri dan penyebab
nyeri- Ajarkan teknik relakssan dan distraksi- Observati TTV - Kolaborasi dalam pemberian analgetika
b. Dx IITujuan : Tidak terjadi injuryIntervensi:- Jelasklan kepada klien tentang cara mengatasi dan terjadinya injury- Batasi Aktivitas
c. Dx IIITujuan : Peningkatan harga diri dan tidak terjadi komplikasiIntervensi:- Memberikan motivasi kepada klien- Melibatkan peran keluarga
d. Dx IVTujuan : Klien dapat memahami tentang proses penyakit dan program terapiIntervensi :- Jelaskan kepada klien tentang proses penyakit dan program terapi- Beri motivasi klien untuk mematuhi program terapi
17
OSTEOARTRITIS
A. DefinisiOsteoartritis adl penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena.
B. Etiologi1. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis KelaminKelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. RasLebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit hitam.
4. Faktor KeturunanFaktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/EndokrinKlien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6. Faktor Mekanis Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
18
Cuaca dan Iklim OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7. DietSalah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.
C. PatofisiologiProses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit
merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitoksin interkoukin 1β (iL-β) dan tumor necrosis factor α (TNF α), sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor (TNF β) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1).
D. Klasifikasi
1. Osteoartritis PrimerDitemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis SekunderDisebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
· Trauma /instabilitas.OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.
· Faktor Genetik/PerkembanganAdanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan OA.
· Penyakit Metabolik/EndokrinOA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjasi:
19
1. Grade 0 : Normal2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat
osteofit minim3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan
permukaan sendi menyempit asimetris.4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa
tempat, permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi
menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
E. Manifestasi Klinis1. Rasa nyeri pada sendi2. Kekakuan dan keterbatasan gerak3. Peradangan4. Mekanik (nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat)5. Pembengkakan Sendi6. Deformitas (disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi)7. Gangguan Fungsi (timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk
sendi)
F. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Radiologi
a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi yang menanggung beban.
b) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondralc) Kista tulangd) Osteofit pada pinggir sendie) Perubahan struktur anatomi sendi
G. Penatalaksanaan1. Terapi Non-Farmakologi
a) Olahraga (misalnya berenang dan jogging)b) Menjaga sendic) Panas/dingin
Panas (mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah) & dingin (mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit)
d) Viscosupple mentation, perawatan dari Canada untuk orang yang terkena osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e) Pembedahanf) Akupunturg) Pijath) Vitamin D,C, E, dan beta karotin, untuk mengurangi laju
perkembangan osteoarthritis.i) Teh hijau, Memiliki zat anti peradangan.
20
2. Terapi Farmakologia) Acetaminophenb) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut dangan gangguan fungsi ginjal.
c) Topical painDalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
d) Tramadol (Ultram)Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
e) Milk narcotic painkillersMengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
f) Corticosteroids, efektif mengurangi rasa sakit.g) Hyaluronic acid
Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic aciddan N-acetygluosamine. Disebut jugavis cosupplementation.
h) Glucosamine dan chondroitin sulfateMengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
H. Pencegahan1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi
ringan3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis
I. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
b) Kardiovaskuler Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,
sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c) Integritas Ego Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
21
Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
d) Makanan / Cairan Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan
pada membran mukosa.e) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
f) Neurosensori Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
g) Nyeri/kenyamanan Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
h) Keamanan Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus Lesi kulit, ulkas kaki Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i) Interaksi Sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan
peran: isolasi.j) Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat rematik pada keluarga Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
k) Pemeriksaan Diagnostik Reaksi aglutinasi: positif LED meningkat pesat Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi. SDP: meningkat pada proses inflamasi JDL: Menunjukkan ancaman sedang Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri b/d perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh
serta keterbatasan mobilitas.b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan.
c. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang
22
d. Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
e. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
f. Intoleran aktivitas b/d gaya hidup atau perubahan peran yang aktual atau dirasakan.
g. Defisit pengetahuan dan informasi b/d salah persepsi, kurang informasi.
3. Rencana Keperawatan dan Implementasi Keperawatan
a. Nyeri b/d perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh serta keterbatasan mobilitas.Tujuan Nyeri berkurang, hilang, dan teratasi.
Kriteria hasil klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan perilaku relaks, memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi RasionalKaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan peda nyerinonfarmokologi dan non-invasif.
Ajarkan relaksasi: tehnik mengurangi ketegangan otot rangka
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman.Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Kolaborasi dengan dokter untuk
Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.Nyeri di pengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan nonfarmokologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.Istirahat merelaksasikan semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepetuhan klien terhadap rencana tarapeutik.
23
pemberian analgesik NSAID oral. NSAID menghambat sintesis prostalgladin yang mempunyai efek analgesik efektif sebagai pereda nyeri osteoartritis.
b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan.Tujuan Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya.Kriteria Hasil Klien ikut program latihan, tidak mengalami
kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan peningkatan mobillitas, dan mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi RasionalKaji mobilatas dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.Atur posisi fisiologis.
Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik pasien.
Megetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigenasi lokal dan mengurangi penekanan likal jaringan.Gerakan aktif memberi massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fingsi jantung dan pernapasan.Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan. Untuk mendeteksi perkembangan klien.
Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
c. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulangTujuan Klien dapat mempertahankan keselamatan fisikKriteria Hasil Klien dapat terhindar dari resiko cedera.Intervensi RasionalKendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi
Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2.
24
tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil.Memantau regimen medikasi Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas
d. Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.Tujuan Membantu klien dalam melakukan aktivitas klien. Kriteria Hasil Klien dapat melakukan aktivitas Intervensi RasionalKaji tingkat fungsi fisik
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihanKaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkunganIdentifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukanMendukung kemandirian fisik/emosional
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diriMemberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
e. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.Tujuan Citra klien meningkat.Kriteria Hasil Klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri, mengakui dan mengabungkan perubahan dalam konsep diri dengan cara akurat tanpa merasa harga dirinya negatif.
Intervensi RasionalKaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidakmampuan.Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.Menunjukkan penerimaan,
25
bermusuhan dan marah.Ingatkan kembalitentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungki hal untuk dirinya.Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.Pantau gangguan tidur, kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.
Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.Membantu klien meliaht bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.Dukungan perawat kepada klien dapat meningkatka rasa percaya diri.Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.Dapat mengindikasikan terjdinya depresi sebagai pengaruh perubahan struktur tubuh sehingga memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
f. Intoleran aktivitas b/d penurunan kemampuan gerakTujuan Membantu aktivitas klien, agar klien dapat
melakukan aktivitasnya.Kriteria Hasil Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang
diinginkan.Intervensi RasionalPertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
26
Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
5. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
g. Defisit perawatan diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.Tujuan klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan
dirumahKriteria Hasil klien mengungkapakan pengertian tentang proses
penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan ; mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
Intervensi RasionalKaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentangt perawatan di rumah.
Diskusikan tentang pengobatan ; jadwal, tujuan,jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping.
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit nyeri dan mobilityas.
Beri dukungan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah disepakati
Menjadikan data dasar bagi perawatan untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya.
Memberi pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang akan di gunbakan sehingga dapat mengurangi dampak komplikasi dan efek samoin
Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteotritis.
Meningkatkan kemauan klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan di rumah.
BAB III
PENUTUP
27
A. KESIMPULAN
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. (
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane
C. Baughman. 2000 )
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
B. SARAN
Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar
seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.
DAFTAR PUSTAKA
28
Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Kalim.Handono.1996.Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer.Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius
FKUI.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC
29
Top Related