1 . PENDAHULUAN
1 . 1 Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu
yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu
yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar
yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology).
Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat
(biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 2008).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian
laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun.
Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena
kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar
bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).
1 . 2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan dapat
mengkaji perilaku cahaya dilautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut,
gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).
Sedangkan tujuan dari praktikum Oceanografi ini adalah praktikan
mampu mengaplikasikan dan menjelaskan perilaku cahaya dilautan dengan
sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut, arus,
salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).
1 . 3 Waktu dan Tempat
Praktikum oceanografi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei
20 11, pukul 09.00-selesai. Tempat : .
2 . TINJAUAN PUSTAKA
2 . 1 Perairan Laut
lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang – orang asia
tenggara yang telah berumur berabad – abad lamanya. Tidak dimanapun juga hal ini
benar – benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang
1 3.000 pulau yang tersebar. Sejak dulu lautan telah memberi manfaat kepada
manusia untuk diprgunakan sebagai suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan
perhubungan dari suatu tempat ke tempat lain. Akhir – akhir ini diketahui bahwa
lautan banyak mengandung sumber – sumber alam yang berlimpah – limpah
jumlahnya dan bernilai berjuta – juta dolar (hutabarat, 2008).
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudah
dikenal sejak dahulu kala oleh bangsa kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa di
beberapa Negara di asia tenggara seperti filiphina, Malaysia, Thailand, singapura,
dan mungkin beberapa suku bangsa lain di kawasan ini. Laut lepas yang luas yang
dibatasi oleh benua-benua kita kenal sebagai samudera. Di perairan Indonesia,
hampir semua bentuk dasar laut dapat ditemukan seperi paparan, lereng, cekungan
dan jeluk berupa basin dan palung. (Romimohtarto,2009).
2 . 2 Parameter Fisika
2 . 2 . 1 Suhu
suhu di laut adalah salah satu factor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme di
lautan, karena suhu mempengaruhi baik akivitas metabolisme maupun
perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia. Sebagai contoh, binatang karang di mana
penyebarannyan sangat di batasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah
tropic dan subtropik (Hutabarat, 2008).
Secara keseluruhan, sebagian besar air samudra itu dingin. Kurang dari 10%
volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 10 C dan lebih dari 75% suhunya di 0
bawah 4 C . alas an utama dari perbandingan ini adalah karena sinar matahari 0
hanya mampu menembus laut sampai beberapa ratus meter saja. Sedangkan
pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai kira – kira 100 m.
akibatnya di samudra terdapat lapisan atas yang relative hangat dihubungkan
dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang merupakan kolom air samudra
sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu cepat ke bawah ini disebut
termoklin (Romimohtarto,2009).
Menurut abdulmunthalib (2009) stratifikasi vertikal kolom air yang
berdasarkan perbedaan panas (perbedaan suhu) pada setiap kedalaman perairan
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1 ) Epilimnion merupakan lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini bagian yang
hangat kolom air, suhu relatif konstan (perubahan suhu sangat kecil secara vertikal).
Seluruh massa air di lapisan ini tercampur dengan baik karena pengaruh angin dan
gelombang.
2 ) Metalimnion atau yang sering disebut Termoklin, terletak di bawah lapisan
epilimnion. Perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar pada lapisan ini.
Setiap penambahan kedalaman satu meter terjadi penurunan suhu air sekitar 1 C. 0
3 ) Hipolimnion, terletak di bawah lapisan termoklin. Lapisan ini lebih dingin,
bercirikan adanya perbedaan suhu secara vertikal relatif kecil. Sifat massa airnya
stagnan, tidak mengalami percampuran (mixing) dan memiliki kekentalan air
(densitas) yang lebih besar. Pada umumnya di wilayah tropis memiliki perbedaan
suhu air permukaan dengan bagian dasar hanya sekitar 2 - 3 C. 0
2 . 2 . 2 Kecepatan arus
arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angina
yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakkan oleh angin. Air
dilapisan bawahnya ikut terbawa, karena adanya gaya coriolis (coriolis force), yakni
gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dipermukaan laut berbelok
kekanan dari arah angin dan arus di lapisan bawahnya akan berbelok lebih
kekanan lagi dari arah arus permukaan. Ini terjadi di belahan bumi utara. Di belahan
bumi selatan terjadi hal sebaliknya (Romimahtarto, 2009).
Kecepatan arus dan arah arus dapat diukur dengan menggunakan alat
pengukur arus (current meter). Alat elektronik tersebut berbenuk seperti roket atau
torpedo yang pada bagian belakang terdapat sayap dan baling – baling. Baling –
baling akan berputar sesuai dengan kecepatan arus yang akan diukur. Dari alat
tersebut dihubungkan dengan sebuah alat penunjuk arah dan kecepatan melalui
sebuah kabel yang cukup panjang (Wibisono, 2011).
El Nino dan La Nina sesungguhnya adalah kondisi abnormal iklim pada area
Samudra Pasifik yang terletak pada daerah ekuatorial. Kedua gejala alam ini
mempunyai kondisi anomali yang berbeda, El Nino dicirikan dengan naiknya suhu
permukaan laut (warm phase) sedangkan La Nina mempunyai kondisi yang
sebaliknya yaitu turunnya suhu permukaan air laut (cold phase) pada area
katulistiwa Samudra Pasifik (Reindo, 2011).
2 . 2 . 3 Kecerahan
Faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan dalam air laut antara lain
lumpur dan mikroorganisme (fitoplankton), sehingga tingkat kecerahan suatu
perairan sangat mempengaruhi intensitas cahaya yang terserap dalam kolom air di
perairan tersebut (Sediandi, 2003).
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan
makin tingginya kedalaman lautan. Pada perairan yang dalam dan jernih proses
fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan
– bahan yang melayang – layang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat
pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran
tanaman hijau di sini hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40
meter (Hutabarat, 2008).
2 . 2 . 4 Sifat Optis Air
Fenomana umum optik sering disebabkan oleh interaksi dari cahaya
matahari atau bulan dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material lainnya.
Satu contoh umum yaitu pelangi, ketika cahaya matahari dipantulkan dan dibiaskan
oleh tetesan-tetesan air. Beberapa, seperti sinar hijau, sangat jarang terjadi
sehingga kadang terpikir seperti cerita dongeng. Lain-lain, seperti fatamorgana,
umum terjadi di lokasi tertentu (Afrianti, 2008).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari Semakin lama
matahari berada. Sifat optic air dimiliki semakin besar sudut dating semakin besar.
Intensitas matahari semakin besarmaka sifat optis air akan bervariasi (Nybaken,
1 985 ) .
Penyerapan matahari di permukaan air laut mempunyai karakteristik
tersendiri di setiap perairan. Secara teoritis perjalanan sinar matahari mengalami
dua peristiwa alam sekaligus. Dimana lebih kurang 15% di pantulkan kembali ke
udara dan sisanya terserap dalam tubuh air laut yang diikuti oleh proses pembiasan
sesuai sifat optic air laut itu sendiri (Sediandi, 1993).
2 . 2 . 5 Pasang Surut
pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya
terhadap kehidupan biota laut, khususnya diwilayah pantai. Proses terjadinya saat
akan memendek secara perlahan – lahan (paras air sedang naik), dan pada saat
yang lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur dari suatu
paras panutan yang telah ditentukan sendiri, yang dinamakan datum. Datum ini
biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh atau purnama
biasa. Jadi kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka paras
laut akan terletak di bawah datum (Romimahtarto, 2009).
Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka bagian bumi yang terdekat
ke bulan akan tertarik membengkak hingga perairan samudra di situ akan naik dan
menimbulkan pasang. Pada saat yang sama, bagian bola bumi di baliknya akan
mengalami keadaan serupa atau pasang pula. Sementara itu pada sisi lainnya yang
tegak lurus terhadap poros bumi-bulan, air samudra akan bergerak ke samping
hingga menyebabkan terjadinya keadaan surut di situ (Nontji, 2007).
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua
tenaga yang terjadi di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan
oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang bersal dari bulan.
Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang didesak kearah luar dari pusat bumi
yang besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang yang ditarik ke permukaan
bumi. Tidak sama halnya dengan gaya tarik gravitasi bulan dimana gaya ini terjadi
tidak merata pada bagian – bagian di permukaan bumi. Gaya ini ebih kuat terjadi
pada daerah – daerah yang letaknya lebih dekat dengan bulan, sehingga gaya yang
terbesar terdapat pada bagian bumi terdekat dengan bulan dan gaya yang paling
lemah terdapat pada bagian yang letaknya terjauh dari bulan (Hutabarat, 2008).
2 . 2 . 6 gelombang
Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa
henti – hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sma sekali
diam. Hembusan angin sepoi – sepoi dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan
angin sepoi – sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang
besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu
kerusakan hebat pada kapal atau daerah – daerah pantai (Hutabarat, 2008).
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan
laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup
di permukaan laut mula – mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika
kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan
laut merata kembali. Tetapi jika angin ini bertiup lama maka riak gelombang
membesar terus walaupun kemudian angin berhenti bertiup. Ombak yang sederhana
dapat dilihat sebagai alun (swell) yang terjadi pada keadaan laut tenang. Jika
diperhatikan, alun ini mempunyai puncak – puncak (crests) dan lembah – lembah
(troughs). Selagi gelombang berjalan bergerak di air, jarak anatara dua titik serupa
yang berurutan yakni antara satu puncak dan pucak berikutnya atau pada antara
satu lembah dan lembah berikutnya dinamakan panjang gelombang (Romimahtarto,
2 009 ) .
Ukuran besar kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi
gelombang. Tinggi gelombang ini bisa hanya beberapa millimeter saja tetapi juga
bisa sampai puluhan meter. Apabila kita mengamati perambatan gelombang di laut,
seolah– olah tampak air laut itu bergerak maju beserta dengan gelombangnya.
Tetapi kenyataan sebernarnya tidaklah demikian. Pada perambatan gelombang,
yang bergerak maju sebenarnya adalah bentuknya saja, partikel airnya sendiri
hampir tidak bergerak maju (Nontji, 2007).
2 . 3 Parameter Kimia
2 . 3 . 1 pH
Biasanya pH air larutan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung ion HCO . pH 3 -
tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut
dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, sebab adanya pengaruh temperature
dan slinitas. Bila temperature naik atau tekanan naik maka proses dissosiasi itu
merubah konstante disosiasi H CO , dan akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga 2 3
turun (brotowidjoyo, 1999).
Konsentrasi ion zat air dalam air laut yang dinyatakan dengan PH adalah
konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil
dari kesetimbangan karbondioksid, asam karbonat, dan kesetimbangan bikarbonat-
karbonat, effek penyanggan dari partikel-pertikel tanah liat yang halus dan lebih
kurang ukuranya, asam borat, pada nilai PH yang lebih tinggi pengendapan kalsium
atau kalsium karbonat dimudahkan(Zottoli, 1983).
2 . 3 . 2 Salinitas
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya
yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut bermacam –macam
garam, yang paling utama adalah garam natrium klorida (NaCl) yang sering pula
disebut garam dapur. Garam dapur banyak diproduksi di Madura dan juga di daerah
lainnya diperoleh dengan menguapkan air laut hingga tersisa Kristal – Kristal
garamnya. Selain garam klorida, di dalam air laut terdapat pula garam – garam
magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literature oseanologi dikenal
istilah salinitas yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam yang terlarut
dalam satuliter air, biasanya dinyatakan dengan satuan % (Nontji,2007) 0
Menurut teori, zat –zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui
proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas
ke permukaan laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan
besama garam – garam ini merembes pula air, semua dalam perbandingan yang
tetap sehingga terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah
sepanjang masa.Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin
(Romimahtarto,2009)
2 . 3 . 3 DO
Dilapisan permukaan laut konsentrasi gas oksigen sangat bervariasi dan
sangat dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu makin berkurang tingkat kelarutan
oksigen. Tapi anehnya semakin dalam pada beberapa ratus meter di bawah
permukaan air laut, walaupun suhu makin menurun ternyata kadar oksigennya jua
semakin berkurang sehingga bisa di temukan lapisan air laut dengan kadar oksigen
minimum. Di laut oksigen terlarut (dissolved oxygen) berasal dari dua sumber yakni
dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman
lain. Keberadaan oksigen dalam air laut sangat diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam pemanfaatan bagi kebanyakan organism untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi di mana oksigen diperlukan untuk
pembakaran (metabolisme) bahan organic sehingga terbentuk energy yang diikuti
dengan pembentukan CO dan H O (Wibisono, 2005). 2 2
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor,
seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).
3. METODOLOGI
3 . 1 Alat dan fungsi
3 . 1 . 1 Parameter Fisika
Alat yang digunakan dalam praktikum Oceanografi dan fungsinya adalah:
Kecepatan Arus
Stopwatch : untuk mengukur waktu.
Kompas : untuk menunjukkan arah.
Botol bekas air mineral (600 ml) 2 buah : sebagai pemberat (yang berisi air
lokal) dan sebagai pelampung (yang kosong).
Tali rafia : sebagai penghubung antara kedua botol.
Kecerahan
Secchi disk : untuk mengukur kecerahan perairan.
Penggaris : untuk mengukur panjang.
Tali rafia : untuk menandai D1 dan D2
Suhu
Thermometer : untuk mengukur suhu/ tempreature perairan.
Sifat Optik Air
Secchi disk : untuk mengukur kecerahan perairan.
Penggaris : untuk mengukur panjang.
Tali rafia : untuk menandai D1 dan D2.
Gelombang
Tongkat berskala 2 m : untuk mengukur tinggi gelombang.
Stopwatch : untuk mengukur waktu.
Pasang Surut
Tide Staff : untuk mengukur pasang surut.
3 . 1 . 2 Parameter Kimia
Alat yang digunakan dalam praktikum oceanografi serta fungsinya adalah:
pH
Kotak standart : untuk mencocokan perubahan warna yang terjadi sebagai
tempat sampel air laut.
Salinitas
Refraktometer : untuk mengukur salinitas air laut
Pipet tetes : untuk mengambil preparat
Oksigen terlarut (DO)
Water sampler: sebagai wadah untuk mengambil air laut.
Botol DO : sebagai tempat air laut yang diambil samplenya.
Buret : sebagai tempat Na S O / tempat titrasi 2 2 3
Statif : sebagai tempat menggantungkan buret.
Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam hitungan tetes, 44 tetes =
2 ml
Corong : untuk membantu memasukkan cairan kedalam wadah.
Pipet volume :untuk memindahkan secara tepat suatu
volume tertentu sesuai kapasitas alat.
3 . 2 Bahan dan Fungsi
3 . 2 . 1 Parameter Fisika
Bahan yang digunakan dalam praktikum oceanografi serta fungsinya adalah:
Kecepatan Arus
Air laut : sebagai bahan sampel yang akan di uji.
Kecerahan
Sampel air laut : sebagai perairan yang diukur kecerahannya.
Karet gelang : sebagai pemberi tanda antara d1 dan d2.
Suhu
Sampel air laut : sebagai perairan yang diukur suhunya.
Sifat optik air
Sampel air laut : sebagai perairan yang diukur sifat optik air.
Gelombang
Sampel air laut : sebagai perairan yang diukur gelombangnya.
Pasang Surut
Sampel air laut : sebagai perairan yang diukur pasang surutnya.
3 . 2 . 2 Parameter Kimia
Bahan yang digunakan dalam praktikum oceanografi serta fungsinya adalah:
pH
pH paper : sebagai indikator asam basa.
Air laut : sebagai bahan yang akan diuji.
Salinitas
Aquades : untuk membersihkan membran Refraktometer.
Air laut : sebagai bahan uji.
Tissue : untuk mengelap membrane Refraktometer.
Oksigen Terlarut (DO)
MnSO 4 : untuk mengikat O 2 .
NaOH + KI : melepas I membentuk endapan coklat. 2
H SO 2 4 : melarutkan endapan coklat.
Amylum : sebagai indikator warna ungu dan pengkondisian suasana
basa
Na S O 2 2 3 : mengikat I dengan membentuk 2NaI. 2
Air laut : sebagai bahan yang di uji.
3 . 3 Prosedur Kerja
3 . 3 . 1 Parameter Fisika
A. Pengukuran Suhu
Dicelupkan kedalam air selama 3 menit.
Dilakukan dengan cara membelakangi cahaya matahari.
Diangkat thermometer.
Dibaca nilai suhu pada skala dengan cepat,
Dicatat dalam skala berapa °C.
B. Pengukuran Kecepatan Arus
- Diisi air laut pada salah satu botol
Diikat dengan botol yang kosong dengan menggunakan tali raffia
sepanjang 5 m
Dihubungkan dengan tali raffia botol yang kosong
- Dihitung waktu dengan menggunakan stopwatch saat botol dijatuhkan
ke dalam perairan.
- Dicatat waktu yang ditempuh selama botol dijatuhkan hingga tali
tertegang sempurna.
Thermometer
Hasil
Rangkaian dua Botol air mineral 600 ml
Hasil
C. Pengukuran Kecerahan
Disiapkan secchi disk
Diturunkan kedalam
Dilihat sampai tidak tampak pertama kali diberi tanda (d1).
Diukur panjang d1 dengan tongkat skala
Dimasukkan kedalam perairan sampai benar
Ditarik pelan
Diukur panja
Diangkat kepermukaan
Dihitung kecerahan dengan rumus
Dicatat hasil perhitungannya
D. Pasang Surut
- Dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air pukul
1 0 . 3 0 WIB
- Dicatat skala awal
- Pukul 14.30 WIB dicatat tinggi permukaan air setelahnya sebagai t
- Dihitung dengan hasil pengukuran tersebut (cm/jam)
Secchi disk
Hasil
Tide Staff
Hasil
C. Pengukuran Kecerahan
Disiapkan secchi disk
Diturunkan kedalam perairan.
Dilihat sampai tidak tampak pertama kali diberi tanda (d1).
Diukur panjang d1 dengan tongkat skala
Dimasukkan kedalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat.
Ditarik pelan-pelan hingga tampak pertama kali dan diberi tanda (d2).
Diukur panjang d2 dengan tongkat skala
Diangkat kepermukaan
Dihitung kecerahan dengan rumus : D =
Dicatat hasil perhitungannya
Dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air pukul
1 0 . 3 0 WIB
Dicatat skala awal sebagai t 0
Pukul 14.30 WIB dicatat tinggi permukaan air setelahnya sebagai t
Dihitung dengan hasil pengukuran tersebut (cm/jam)
Dilihat sampai tidak tampak pertama kali diberi tanda (d1).
benar tidak terlihat.
pelan hingga tampak pertama kali dan diberi tanda (d2).
Dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam air pukul
Pukul 14.30 WIB dicatat tinggi permukaan air setelahnya sebagai t (cm) 1
E. Gelombang
Tinggi gelombang
- Ditancapkan tongkat skala dalam air.
- Diukur selisih antara puncak dengan lembah gelombang (sebagai tinggi
gelombang)
- Dilakukan pengukuran sampai dengan 3 kali.
- Dicatat hasil pengamatannya
Periode gelombang
Disiapkan tongkat berskala
Ditancapkan pada perairan pantai
Dihitung dengan stopwatch pada puncak pertama menyentuh tongkat
Dimatikan ketika datang pucak selajutnya yang menyentuh tongkat
berskala
Dicatat hasil pengamatannya
Tongkat berskala 2 m
Hasil
Tongkat berskala 2 m
Hasil
3 . 3 . 2 Parameter Kimia
A. Pengukuran pH
Dimasukkan pH paper kedalam air sekitar beberapa cm.
Ditunggu sampai beberapa saat, diangkat pH paper.
Dikibas-kibaskan sampai setengah kering.
Kemudian dicocokkan perubahan warnanya. dengan kotak standar pH.
B. Pengukuran Salinitas
-
- Dibersihkan kaca refraktometer dengan aquades menggunakan
washing bottle
- Dibersihkan dengan tisu pada bagian kaca optiknya secara
searah
- Diambil air sampel dengan pipet tetes.
- Diteteskan pada optik refraktometer sebanyak 1 tetes.
- Ditutup pelan-pelan agar tidak terdapat gelembung udara pada
kaca refraktometer
- Diarahkan pada arah cahaya matahari
- Ditentukan salinitas perairan dengan melihat skala pada sisi
kanan atas.
- Dicatat hasil pengamatannya
pH paper
Hasil
Refraktometer
Hasil
C. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)
Di ukur dan di catat volume botol DO terlebih dahulu
- Disiapkan water sampler yang didalamnya terdapat botol DO yang
telah dihubungkan dengan selang.
- Disumbat salah satu ujung selang yang telah dihubungkan dengan
botol DO.
- Dimasukkan water sampler ke dalam air
- Didekatkan ujung selang ditelinga hingga terdengar bunyi blub yang
menandakan botol DO telah terisi penuh.
- Diangkat water sampler.
- Dibuka tutup water sampler, dikeluarkan botol DO yang terisi penuh
dengan air.
- Ditutup botol DO, dibolak-balik, jika masih terdapat gelembung udara,
maka percobaan diulangi lagi.
- Di buka tutup botol yang berisi sample air tersebut
- Di tambahkan 2 ml MnSO dan 2 ml NaOH + KI 4
- Di bolak-balik dan dibiarkan sampai terjadi endapan coklat
- Di buang air yang bening dan endapan tersisa diberi 2ml H SO pekat 2 4
dan dikocok sampai larut
- Diberi 4 tetes amilum, dititrasi dengan Na SO 0,025 N sampai jernih 2 3
- Dicatat ml titran
- Dihitung menggunakan rumus : 4
10 00 8
Do V
x x N x V
total
titran titran
Water Sampler
Hasil
4 . Pembahasan
4 . 1 . D ata hasil Pengamatan
Kecepatan
arus (m/s)
Keceraha
n (cm)
Suhu
( C) o
Salinitas
(ppt) pH
Gelomban
g
Pasang
surut
(cm/jam
)
DO
(mg/L)
0 , 195 3 29
3 21,5
3 1
3 0
3 1 8 1 5 1 0 12 , 195
Kecepatan arus
Panjang tali yang dipakai = 5 m
Lama waktu = 25 ,66 detik
Kecepatan arus = 0,195 m/detik
Arah arus = Dari Timur ke Barat
Kecerahan
Hasil Pengukuran:
1 . Pengukuran pada pukul 10.45 WIB
Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 355 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak): 303 cm
Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran): 329 cm
2 . Pengukuran pada pukul 11.45 WIB
Kedalaman secchi disk ( mulai tidak tampak): 340 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak): 303 cm
Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran): 321,5 cm
Suhu
1 . Pengukuran pada pukul 10.45 WIB
Suhu air laut = 31 C o
2 . Pengukuran pada pukul 11.45 WIB
Suhu air laut = 30 C o
Salinitas
Nilai salinitas = 31 ppt
Derajat keasaman
Nilai pH = 8
Gelombang
Tinggi
gelombang I II III
Puncak (cm)
Lembah (cm)
Selisih (cm)
115
107
8
1 22
1 05
1 7
1 22
1 02
2 0
Selisih = 8+ 17+20
3 3
= 15 cm
Periode gelombang
Pengukuran
ke- I II III
Rata-
rata
Periode
gelombang 6 7 1 0 7,3
Pasang surut
Skala awal pada tide staf = 40 cm
Skala akhir pada tide staf = 80 cm
Selang waktu pengukuran = 4 jam
Kecepatan pasang surut = 10 cm/jam
Oksigen terlarut
Nilai kandungan O di perairan = mg/l 2
DO = Vtitran x N titran x 8 x 1000
V botol DO- 4
= 1 5 x 0,025 x 8 x 1000
2 5 0 - 4
= 12,195122 mg/L
4 . 2 Analisa Prosedur
4 . 2 . 1 Parameter Fisika
4 . 2 . 1 . 1 Suhu
Cara pengukuran suhu pertama yang mesti dilakukan adalah dipersiapkan
alatnya yaitu Thermometer Hg, setelah dipersiapkan thermometer Hg kemudian
dicelupkan langsung kedalam laut dengan membelakangi matahari. Biarkan
beberapa saat kemudian diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala
Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran suhu yaitu membelakangi sinar matahari, badan
thermometer tidak tersentuh oleh tangan pembaca skala dengan cepat dan waktu
perendaman dalam air selama 3 menit.
4 . 2 . 1 . 2 Kecerahan
Alat yang digunakan pada praktikum kecerahan adalah secchi disk, tongkat
skala dan karet gelang. Pengukuran kecerahan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pukul 10.45 dan 11.45. Cara pengukuran praktikum kecerahan yaitu secchi disk
diturunkan pelan-pelan hingga batas pertama kali tidak tampak, ditandai dengan
karet gelang, dan diukur panjang tali menggunakan tongkat skala, dihitung sebagai
D 1 dan dicatat kedalamnya, lalu secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga
benar-benar tidak tampak kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali terlihat,
ditandai dengan karet gelang, dan diukur panjang tali dan dihitung sebagai D . 2
Dicatat kedalamnya. Rata-rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecerahan
perairan dihitung dengan rumus :
D = 2
2 1 D D
4 . 2 . 1 . 3 Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan yaitu tide staff. Tide
staff disiapkan. Tide staff dipasang pada daerah pasang surut yang masih terendam
air pada pukul 10.30 WIB – 14.30 WIB. Kemudian catat tinggi permukaan air pada
tide staff sebagai T 0 (cm) kemudian tunggu 4 jam. Setelah 4 jam catat lagi tinggi
permukaan air sebagai T 1 (cm) dan kemudian dihitung kecepatan pasang surut
sebagai selisih kedua hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan rumus:
) / ( jam cm T
T dan dicatat didalam data.
4 . 2 . 1 . 4 Gelombang
a. Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan yaitu tongkat
berskala. Setelah tingkat disiapkan, bawa tongkat skala di tepi pantai kemudian
ditancapkan, diamati gelombang yang datang dicatat berapa tinggi gelombang saat
menyentuh tongkat skala. Cara pengukuran harus dengan hati-hati dan cermat
karena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini diulangi sebanyak 3x
kemudian catat hasilnya.
b. Periode gelombang
Tongkat skala yang sudah ditancapkan diperairan pantai diamati, apabila
gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama gelombang
menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak gelombang selanjutnya yang
menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya dalam tabel pengamatan ke-1 dan
diulangi langkah-langkah diatas untuk pengamatan 2 dan 3, sehingga diperoleh hasil
rata-rata dari periode gelombang tersebut.
4 . 2 . 1 . 5 Kecepatan Arus
Pada pengukuran kecepatan arus hal pertama yang dilakukan adalah
disiapkan alat dan bahan seperti botol bekas air mineral 600 ml 2 buah, stopwatch
dan kompas sedangkan bahannya adalah tali plastik dan perairan laut. Setelah
Menyiapkan alat dan bahan, kemudian ambil 1 botol air mineral, kemudian isi
dengan air laut dan dihubungkan dengan botol kosong menggunakan tali rafia.
Kemudian diikatkan lagi pada tali rafia dan kemudian dihanyutkan mengikuti arus
tidak lupa dicatat waktu yang ditempuh pada panjang tali 5 meter dan dihitung
dengan menggunakan rumus V = t
s . Sebelum dihanyutkan harus mengetahui arah
arus air laut. Setelah itu dicatat hasil pengamatannya.
Puncak I Puncak II
lembah
Puncak I
Tide staff
4 . 2 . 1 . 6 Sifat Optis Air
Mula-mula disiapkan alatnya yaitu secchi disk dan tongkat skala, bahannya
yaitu kolom air laut.pertama-tama diturunkan pelan-pelan secchi disk. Diamati
sampai tidak tampak pertama kali, lalu diberi tanda pada tali secchi disk dengan
karet gelang, selanjutnya ditarik pelan-pelan secchi disk sampai batas pertama kali
tampak. Kemudian diberi tanda pada tali secchi disk dengan karet gelang, lalu
diangkat secchi disk. Bersamaan dengan pencelupan secchi disk ini tadi dicatat juga
waktu saat untuk pencelupan. Setelah secchi disk diangkat, lalu diukur panjang dari
pangkal secchi disk sampai pada batas tanda karet gelang pertama kali tidak
tampak dan dicatat sebagai D . selanjutnya diukur panjang tali dari pangkal secchi 1
disk sampai pada batas tanda karet gelang pertama kali tampak dan dicatat sebagai
D . kemudian dihitung rata-rata hasil pengukuran dengan rumus : D = 2
2
2 1 D D
, dan
dicatat hasilnya.
4 . 2 . 2 Parameter Kimia
4 . 2 . 2 . 1 pH
Mula-mula disiapkan alat dan bahan diantaranya pH meter dan sampel air
laut. Setelah diambil sampai air dari laut dengan wadah botol bekas air mineral.
Selanjutnya dicelupkan pH paper kedalam sampel air. Lalu dikibas-kibaskan sampai
setengah kering, supaya tepat mendapatkan warna akhirnya. Kemudian dicocokkan
perubahan warnanya dengan kotak standar. Selanjutnya dicatat warna apa yang
sama dengan warna kotak standar kemudian dilihat berapa pH tersebut dan dicatat
hasilnya.
4 . 2 . 2 . 2 Salinitas
Pada pengukuran salinitas, hal pertama yang dilakukan adalah Menyiapkan
alat dan bahan seperti refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
salinitas air, sampel air laut. Tisu digunakan untuk membersihkan lensa
refraktometer setelah ditetesi aquades, aquades sendiri digunakan untuk
mengkalibrasi refraktometer dan pipet tetes digunakan untuk meneteskan aquades
ke lensa refraktometer. Diambil sampel air laut dengan menggunakan pipet tetes
dan diteteskan 2 tetes pada membran refraktometer. Setelah itu ditutup membran
dengan penutupnya diusahakan tidak terdapat gelembung karena akan
mempengaruhi pengukuran salinitas. Kemudian diarahkan refraktometer menuju
sumber cahaya agar terlihat dengan jelas, lalu dilihat langsung nilai salinitasnya
yang tertera pada lensa refraktometer (ppt) pada sebelah kanan dan catat hasilnya.
4 . 2 . 2 . 3 DO
Pada pengukuran DO, disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan. Alat yang
digunakan pada pengukuran DO adalah water sampler yang berfungsi sebagai
tempat botol DO, kemudian botol DO yang berfungsi sebagai tempat sampel air.
Buret sebagai tempat titrasi larutan, statistik sebagai penyangga buret, pipet tetes
sebagai alat pengambil larutan dengan volume kecil, corong berfungsi untuk
memasukkan larutan Na-thiosulfat kedalam buret. Setelah Menyiapkan alat,
disiapkan juga bahan. Bahan yang digunakan antara lain NaOH + KI yang berfungsi
untuk membentuk endapat coklat. Alumilum untuk pengkondisian suasana basa. Na
– thiosulfat sebagai lauratn titran dan aquades untuk membersihkan alat-alat.
Setelah Menyiapkan alat dan bahan tersebut, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah dibuka tutup water sampler dan selanjutnya dimasukkan botol DO
yang telah dibuka tutupnya sebelumnya kedalam water sampler. Kemudian
disambung selang pada tutup water sampler dan dimasukkan dalam perairan, lalu
diletakkan selang didekat telinga dan ditunggu sampai berbunyi “blub”. Kemudian
ditutup yang ujung selang diangkat dari perairan, dibuka tutup water sampler,
kemudian ditutup, botol DO diangkat dan dihomogenkan. Setelah itu menuju ke
daratan. Kemudian ditetesi 2ml larutan MnSo untuk mengikat O dan melarutkan I , 4 2 2
setelah itu dihomogenkan. Lalu ditetesi 2ml NaOH+KI untuk mendapatkan endapan
coklat lalu dihomogenkan. Ditunggu sampai cairan bening dan endapan terpisah lalu
di buang cairan beningnya, lalu di beri kertas label agar tidak tertukar dengan yang
lainnya. Kemudian di tetesi 2ml H SO dan di homogenkan sampai endapan terlarut, 2 4
lalu di tetesi sebanyak 4 tetes amylum lalu di titrasi dengan Na S O 0,025N sampai 2 2 3
terjadi perubahan tidak berwarna pertama kali (bening pertama), lalu di catat ml
titran, Kemudian hitung DO dengan rumus :
DO = 4
1000 8
Do V
x x N x V
total
titran titran , dan dicatat hasilnya.
4 . 3 . A nalisa hasil
4 . 3 . 1 . Parameter fisika
a. Suhu
Dari hasil praktikum tentang pengukuran suhu air laut hasil pengukurannya
yaitu, suhu air laut pada pukul 10.45 WIB adalah 31 C dan pada pukul 11.45 WIB 0
adalah 30 C. Menurut Nontji (2007) suhu air permukaan di perairan Nusantara kita 0
umumnya berkisar antara 28-31 C. 0
b. Kecerahan dan sifat optis air
Berdasarkan pengukuran sifat optis air dan kecerahan pada pukul 10.45 WIB
didapat hasil 329 cm, pada pukul 11.45 WIB didapatkan hasil 321,5 cm. Dengan
kenaikan sudut datang cahaya matahari semakin besar terjadi pula penurunan
kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan juga
berkurang karena beberapa faktor yaitu : adanya fitoplankton hidup dengan
konsentrasi yang bervariasi, zat organic terlarut yang dihasilkan dari degradasi
fitoplankton. Faktor cahaya matahari yang masuk kedalam air akan mempengaruhi
sifat-sifat optis. Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari
semakin lama berada. Sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin
besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat optis air bervariasi (Nyabaken,
1 985 ) .
c. Pasang surut
Dari data perhitungan didapat nilai pasang surut adalah cm/jam. Pengukuran
ini didapatkan pada tidal staf skala awal yaitu 40 cm dan skala akhir 80 cm dengan
selang waktu 4 jam dan kecepatan pasang surut adalah 10 cm/jam. Hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa kondisi pasang surut pada praktikum ini adalah pasang
surut rendah. Kisaran pasang surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi air pada
saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata – rata
berkisar antara 1 hingga 3 m (Nontji, 2007).
d. Gelombang
Pada praktikum hasil pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu
puncak I = 115 cm, puncak II = 122 cm, puncak III = 122 cm sedangkan lembah I =
1 07 cm, lembah II = 105 cm, lembah III = 102 cm. Didapatkan selisih I = 8 cm,
selisih II = 17cm, selisih III = 20 cm. tinggi gelombang rata-rata adalah 15 cm.
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan
sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup di
permukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples) (Romimohtarto,
2 009 ) .
e. Kecepatan arus
Dari data hasil perhitungan kecepatan arus didapatkan nilai yaitu 0,195
m/detik, dengan arah arus dari timur menuju barat. Menurut Hutabarat (2008)
gerakan air di permukaan air laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup di atasnya. Juga paling tidak ada tiga faktor lain selain angin yaitu bentuk
topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, gaya coriolis, dan
perbedaan tekanan air
4 . 3 . 2 . Parameter kimia
a. pH
Dari hasil data dan perhitungan pH didapatkan nilai pH perairan adalah 8. ini
berarti kondisi perairan di lokasi praktikum adalah basa. Biasanya pH air larutan 7,6
– 8,3 dan terutama mengandung ion HCO . pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta 3 -
inilah yang menjamin berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu
sulit, sebab adanya pengaruh temperature dan slinitas. Bila temperature naik atau
tekanan naik maka proses dissosiasi itu merubah konstante disosiasi HC O , dan 2 3
akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (brotowidjoyo, 1999).
b.Salinitas
Dari hasil pengamatan diperoleh nilai salinitas yaitu 31 ppt. Di perairan
samudra, salinitas biasanya amtara 34-35 ppt. di perairan pantai karena terjadi
pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun menjadi
rendah (Nontji, 2007).
c. DO
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai DO yaitu 12, 195 mg/l. Dan kondisi ini
dapat dsimpulkan bahwa kondisi perairan adalah ideal. Kecepatan difusi oksigen
dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut, kadar
oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurang dengan semakin tingginya salinitas(Salmin, 2005).
5. PENUTUP
5 . 1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu :
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin
pH adalah kepekatan ion-ion yang terlepas dalam suatu perairan.
suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena penyebaran
organisme baik di lautan maupun perairan tawar dibatasi oleh suatu perairan
tersebut.
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan
dalam persen.
Arus adalah pergerkan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju
keseimbangan.
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut
dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air.
Menurut teori, zat –zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui
proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk
gas ke permukaan laut.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik benda-benda astronomi.
Data hasil praktikum
Parameter nilai
parameter kimia
pH 8
DO 12,195 mg/l
Salinitas 31 ppt
Parameter fisika
Suhu
Pada pukul 10.45 : 31°C
Pada pukul 11.45 : 30 C 0
kecepatan arus 0,195 m/s
Gelombang 15 Cm
Kecerahan Pukul 10.45 WIB : 329 cm
Pukul 11.45 WIB : 321,5 cm
pasang surut Skala awal pada tide staff = 80 cm
Skala akhir pada tide staff = 40 cm
Selang waktu pengukuran = 4 jam
Kecepatan pasang surut = 10 cm/jam
5 . 2 Saran
Dari praktikum oceanografi yang telah dilakukan diharapkan para praktikan
untuk berhati-hati dalam melaksanakan praktikum karena para praktikan langsung
berada di tengah lautan juga berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum karena
kebanyakan alat terbuat dari bahan pecah belah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul munthalib. 2 009 . Stratifikasi Perairan.
http://www.abdulmuthalib.co.cc/2009/08/stratifikasi-dalam-perairan-
tergenang.html. diakses pada tanggal 08 Juni 2011. Pukul 15.40 WIB
Arfianti.Dini.2008. http// www. Oceanografi_sifat optis air.org.id/ ?php./diakses pada
tanggal 3 Juni 2011, pada pukul 13.00 WIB.
Hutabarat & Evans.1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia
(UI Press) ; Jakarta.
Marindo.2007. http// www.Marindo_Oceanografi.org.id / diakses pada 8 Juni 2011
pukul 04.01 WIB
Nontji, Anugerah.2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan ; Jakarta.
Nybaken. 1985. Biologi Laut. Penerbit Erlangga ; Jakarta.
Reindo, 2 011 . El Nino dan La Nina.
http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi23/elnino_lanina.htm. diakses pada
tanggal 06 Juni 2011 pukul 17.00 WIB
Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Penerbit Djambatan ; Jakarta.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume
XXX, Nomor 3, 2005 : 21 – 26.
Sediandi dan Yusuf, 1993. Stratifikasi BiomasaFitoplankton dalam kaitannya dengan
tingkat kecerahan di perairan teluk waisaria, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Jurnal
Wibisono. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan . Penerbit Universitas Indonesia (UIPress)
Jakarta.
Zootoli. 1983. http// www. Oceanografi kimia.org.id. / daikses pada tanggal 08 Juni
20 11
Top Related