PENGUMUMAN Equity Research
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) (Tercatat di Papan: Pengembangan)
Peng-ER-00019/BEI.PPR/11-2011 (dapat dilihat di internet : http://www.idx.co.id)
PT Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 November 2011 telah menerima surat melalui email dari PT Pemeringkat Efek Indonesia dengan No.1426/PEF-DIR/XI/2011 tanggal 11 November 2011, perihal publikasi laporan penilaian target harga referensi saham PT Malindo Feedmill Tbk dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebagaimana terlampir. (lampiran 19 lembar) Demikian pemberitahuan yang disampaikan PT Pemeringkat Efek Indonesia
Jakarta, 15 November 2011
I Gede Nyoman Yetna Andre PJ Toelle Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil Kepala Divisi Perdagangan Saham
Tembusan Yth. : 1. Ketua Bapepam dan LK; 2. Kepala Biro TLE Bapepam dan LK; 3. Kepala Biro PKP Sektor Riil Bapepam dan LK; 4. Pusat Referensi Pasar Modal; 5. Direksi PT Malindo Feedmill Tbk.
ron_main_er_20111115_00019
PEFINDO CREDIT RATING INDONESIA
1426/PEF-DIR/XI/2011
Jakarta, 11 November 2011
Kepada Yth.1. PT Malindo Feedmill, Tbk
JI. R.S. Fatmawati No. 39Komplek Duta Mas Fatmawati Blok A1 No. 30-31-32Jakarta Selatan 12150
u.p. Bapak Vincent Lim Aun Seng, Chief Finance OfficerBapak Rudy Hartono Husin, Corporate Secretary
2. PT Bursa Efek IndonesiaGedung Bursa Efek IndonesiaJI. Jend. Sudirman Kav 52-53Jakarta Selatan, 12190
u.p. Bapak Ito Warsito, Direktur UtamaBapak Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan
Perihal: Publikasi Laporan Penilaian Target Harga Referensi Saham PT MalindoFeedmill Tbk.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penugasan yang kami peroleh untuk melakukan Penilaian Target HargaReferensi Saham, dengan ini kami sampaikan hasil penilaian kami atas saham PT Malindo FeedmillTbk (MAIN) dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Apabila masih ada hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, mohon agar menghubungi kami.Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih
Hormat kami,
Ronald T. Andi Kasim, CFADirektur Utama
Tembusan : Bapak I Gede Nyoman Yetna, Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil, PT Bursa EfekIndonesia
/gl7
PT. Pemeringkat Efek IndonesiaPanin Tower Senayan City 17th FloorJI. Asia Afrika Lot. 19. Jakarta 10270. INDONESIAPhone: (62-21) 72782380' Fax: (62-21) 7278 2370
Halaman ke 1 dari 18
Kontak: Equity & Index Valuation Division Phone: (6221) 7278 2380 [email protected]
“Pernyataan disclaimer pada halaman akhir
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk Laporan Kedua
Equity Valuation
10 November 2011
Target Harga
Terendah Tertinggi 1.150 1.460
Pakan Ternak
Kinerja Saham
Sumber : Bloomberg
Informasi Saham Rp
Kode saham MAIN
Harga saham per 9 November 2011 1.000
Harga tertinggi 52 minggu terakhir 1.250
Harga terendah 52 minggu terakhir 204*
Kapitalisasi pasar tertinggi 52 minggu (miliar) 2.119
Kapitalisasi pasar terendah 52 minggu (miliar) 346
* adj. price
Market Value Added & Market Risk
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham
& Indexing
Penilaian Saham Sebelumnya Saat ini
Tertinggi 1.060* 1.460
Terendah 960* 1.150
Pemegang Saham (%)
Dragon Amity Ltd., Mauritius 59,10
Publik (masing-masing dibawah 5%) 40,90
Menjadi Efisien dan Mengejar Pertumbuhan
PT Malindo Feedmill Tbk (“MAIN”) didirikan pada tahun 1997. MAIN memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial, pakan ternak ayam ras petelur, anak ayam berusia satu hari (“DOC”). Pada tahun 2000 MAIN telah mengoperasikan bisnis pakan ternak dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 MT, dan saat ini kapasitas produksi MAIN telah mencapai 900.000 MT. Pengembangan usaha pembibitan ayam dimulai melalui akuisisi beberapa lokasi peternakan dengan kapasitas produksi hingga hampir 50 juta DOC. Kapasitas produksi DOC MAIN telah berkembang mencapai 145,5 juta per tahun. Pada tahun 2002, PT Bibit Indonesia anak perusahaan yang
memproduksi Parent Stock (“PS”) DOC memulai kegiatan operasionalnya. MAIN mendirikan peternakan Grand Parent Stock (“GPS”) di Majalengka pada tahun 2007, dan saat ini MAIN memiliki kapasitas sebesar 2,5 juta PS DOC. Pada tahun 2007 MAIN mulai mengembangkan bisnis ayam broiler dengan mendirikan anak perusahaan PT Prima Fajar (“PF”) dengan pola plasma farming. Pada tahun 2008 MAIN mengakuisisi PT Leong Ayamsatu Primadona (“PT LAP”) yang bergerak bisnis peternakan DOC dan ayam ras pedaging.
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 2 dari 18 halaman
Penyesuaian Target Harga
Kami melakukan beberapa penyesuaian terhadap proyeksi kami sebelumnya dan menyesuaikan target harga ke kisaran Rp 1.150 – Rp 1.460 per saham, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut: Telah beroperasinya pabrik pakan ternak baru di Cikande, Jawa Barat yang
memiliki kapasitas sebesar 450.000 MT per tahun. Dengan demikian keseluruhan kapasitas produksi pakan menjadi 900.000 MT per tahun. Hal ini memberikan kekuatan bagi MAIN untuk memenuhi peningkatan permintaan pakan ternak di masa yang akan datang. Peningkatan konsumsi ayam per kapita seiring dengan peningkatan semakin tingginya GDP nasional. Konsumsi daging ayam per kapita tahun 2010 telah mencapai 6,1 kg per kapita, dan khusus untuk daging ayam broiler mencapai 5,0 kg per kapita. Kami memprediksi pada tahun 2011 konsumsi
daging ayam per kapita akan mencapai 6,3 kg, dengan jumlah ayam yang dikonsumsi mencapai 1,52 juta ton atau meningkat dari 1,44 juta ton dibandingkan tahun 2010.
MAIN mampu menunjukkan peningkatan marjin laba dan efisiensi produksi. Pada tahun 2009 dan 2010 secara berturut-turut MAIN mampu melakukan peningkatan penjualan dan marjin laba. Pada tahun 2010 MAIN mampu mencatatkan marjin laba usaha dan laba bersih masing-masing sebesar 12,7% dan 8,8%; meningkat dibandingkan tahun 2009 yang tercatat 7,06% dan 4,06%. Selain itu, pencapaiaan laba pada tahun 2010 juga melebihi proyeksi kami sebelumnya.
Terdapat tren kenaikan harga jagung dan kedelai di tahun 2011. Hingga bulan Agustus 2011, rata-rata harga CBOT (Chicago Board of Trade) futures untuk
jagung dan kedelai telah naik sebesar 43,2% dan 31,8% dibandingkan dengan rata-rata harga di tahun 2010. Walau demikian, mengacu pada pengalamannya yang panjang, MAIN akan mampu menghadapi volatilitas harga bahan baku dan menjaga labanya pada tingkat yang memadai.
Krisis global saat ini akan memberikan pengaruh pada ekonomi Indonesia sebagaimana pada industri industri ternak melalui pengaruhnya pada volatilitas nilai tukar mata uang dan harga-harga bahan baku disebabkan oleh masih diimpornya sebagian besar bahan baku. Walau demikian, mengacu pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di bulan Agustus 2011 yang mencapai 6,6% y-o-y dan indeks kepercayaan konsumen yang masih tinggi, yaitu mencapai 110,6, kami percaya bahwa industri pakan ternak akan bertumbuh sebesar 5,5%-6,5% y-o-y.
Asumsi risk free rate, risk premium, and beta adalah berturut-turut sebesar 6,22%, 8,20%, dan 0,79.
Prospek Usaha Pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan pengaruh langsung kepada semakin meningginya kesadaran akan kebutuhan konsumsi protein. Oleh karenanya, hal ini akan menjadi pendorong utama industri ternak untuk bertumbuh, terutama industri ternak unggas. Konsumsi ayam per kapita, sebagai sumber protein hewani yang murah, masih rendah, tetapi memiliki tren yang meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan semakin kuatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan mempertimbangkan
kinerja historis MAIN terutama dalam hal marjin laba dan efisiensi produksi, demikian juga didukung oleh kapasitas produksi yang tersedia dan peningkatan pendapatan per kapita, kami percaya pendapatan MAIN akan mencapai Rp 2,52 triliun pada tahun 2011 atau bertumbuh sebesar 23,7%, dan bertumbuh dengan CAGR 18,5% selama periode 2010-2013. Tabel 1: Ringkasan Kinerja
2008 2009 2010 2011P 2012P
Penjualan [Rp miliar] 1.729,6 1.868,6 2.036,5 2.518,5 2.929,9
Laba sebelum pajak [Rp miliar] 14,9 112,4 224,9 280,9 327,1
Laba bersih [Rp miliar] 4,2 76,0 180,0 210,7 245,3
EPS* [Rp] 2,48 44,82 106,17 124,30 144,75
Pertumbuhan EPS [%] (85,0) 1.704,3 136,9 17,1 16,4
P/E [x] 29,6 4,0 6,0 8,1* 7,0*
PBV [x] 5,9 2,5 4,2 2,5* 1,7*
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
* Asumsi istock split 1:5 telah terjadi sejak 31 Des 2008. ** Berdasarkan harga saham MAIN per 6 November 2011 – Rp 1.010 / saham
PARAMETER INVESTASI
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 3 dari 18 halaman
Growth-Value Map memberikan gambaran akan eskpektasi pasar untuk perusahaan-
perusahaan yang tercatat di BEI. Metrik Current Performance (“CP”), sumbu horisontal, adalah bagian dari nilai pasar saham saat ini yang dapat dihubungkan dengan nilai perpetuitas dari kinerja profitabilitas perusahaan. Metrik Growth Expectations (“GE”), sumbu vertikal, merupakan perbedaan antara nilai pasar saham saat ini dengan nilai current performance. Kedua metrik tersebut dinormalisasikan dengan nilai buku perusahaan. Growth-Value Map membagi perusahaan-perusahaan ke dalam empat kluster, yaitu:
Excellent value managers (“Q-1”) Pasar memiliki ekspektasi terhadap perusahaan-perusahaan di Q-1 melebih benchmark mereka dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan.
Expectation builders (“Q-2”)
Pasar memiliki ekspektasi yang relatif rendah terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan di Q-2 dalam jangka pendek, tetapi memiliki ekspektasi pertumbuhan yang melebihi benchmark.
Traditionalists (“Q-3”) Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Q-3, walaupun mereka menunjukkan profitabilitas yang baik dalam jangka pendek.
Asset-loaded value managers (“Q-4”) Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Q-4.
Gambar 1: Growth-Value Map
(MAIN, Industri Pakan Ternak, and Industri Dasar & Kimia)
Sumber:Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Saat ini MAIN termasuk dalam kluster traditionalists. MAIN memiliki profitabilitas yang sangat baik bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis di dalam industri pakan ternak, dan bahkan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di industri dasar dan kimia. Namun demikian pasar masih memiliki ekspektasi future growth opprtunity MAIN yang rendah. MAIN memiliki kesempatan untuk dapat berpindah menjadi perusahaan yang berada di kluster excellent value manager dengan melakukan dua cara: memperkuat kapasitas pertumbuhan internal dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan persepsi pasar akan kesuksesan ekonomis mereka.
GROWTH-VALUE MAP
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 4 dari 18 halaman
Peningkatan Kapasitas Produksi Pakan ternak
Pakan ternak adalah produk yang memberikan kontribusi utama pada penjualan MAIN. Pertumbuhan penjualan pakan ternak MAIN selama periode 2007–2010 adalah sebesar CAGR 18,8%. Sedangkan pertumbuhan penjualan pakan ternak pada tahun 2010 hanya 5,5% y-o-y, menurun dibandingkan 2009 yang mencapai pertumbuhan sebesar 28,3% y-o-y. Menurunnnya pertumbuhan penjualan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan rata-rata harga jual pakan sekitar 5%, walaupun volume penjualan meningkat sekitar 15%. Kontribusi pakan ternak terhadap penjualan MAIN mengalami peningkatan pada tahun 2011 dibandingkan periode-periode sebelumnya. Kontribusi pakan ternak terhadap penjualan total MAIN telah mencapai 65,6% pada 1Q2011 dan 61,9% pada 2Q2011. Peningkatan kontribusi penjualan pakan ternak didorong oleh peningkatan produksi
dengan telah beroperasinya pabrik pakan ternak di Cikande, Jawa Barat yang memiliki kapasitas sebesar 450.000 MT per tahun. Dengan tambahan kapasitas dari pabrik yang baru beroperasi, saat ini kapasitas pabrik MAIN terhitung menjadi 900.000 MT. Ketiga pabrik MAIN tersebar di di wilayah Jakarta (Cakung), Jawa Timur (Gresik), dan Banten (Cikande). Kami percaya bahwa pabrik yang baru beroperasi tersebut akan memberikan MAIN kekuatan baru dalam mencapai produksi dan distribusi yang lebih efisien, demikian pula pemenuhan permintaan pakan ternak dalam jangka pendek hingga menengah. Kami memperkirakan bahwa kebutuhan produk pakan ternak akan terus meningkat, terutama pakan unggas, sejalan dengan pertumbuhan permintaan unggas yang terus
berlanjut.
Gambar 2: Kontribusi Penjualan tiap Lini Produk
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Menurunnya Rasio Bahan Baku terhadap Penjualan Sebagai perusahaan manufaktur pakan, komponen biaya produksi terbesar adalah biaya bahan baku, sementara itu harga-harga bahan baku selalu berfluktuasi setiap waktunya. Rasio biaya bahan baku terhadap penjualan MAIN menurun secara signifikan di tahun 2009 dan 2010. Rasio biaya bahan baku terhadap penjualan di tahun 2009 adalah 70,8%, menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 75,5%, kemudian pada tahun 2010 bahkan MAIN mampu membawa rasio tersebut menjadi lebih rendah lagi menjadi 66,3%. Pada tahun 2009 dan 2010 MAIN memang
diuntungkan oleh penurunan harga-harga biaya bahan baku terutama harga jagung dan harga kedelai sebagai komponen bahan baku utama. Namun demikian, bila melihat kinerja MAIN hingg 2Q20011, MAIN mampu menjaga rasio tersebut di 68,4% di tengah harga-harga bahan baku mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2011. Rata-rata harga referensi jagung dan kedelai global (harga-harga CBOT) hingga Agustus 2011 telah mengalami peningkatan sebesar 43,45% dan 31,8% dibandingkan dengan rata-rata harga di tahun 2010. Oleh karenanya, kami percaya bahwa MAIN akan mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan rasio tersebut di masa-masa yang akan datang dengan mengimplementasikan manajemen bahan baku yang cerdas dan efisien.
INFORMASI USAHA
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 5 dari 18 halaman
Gambar 3: Rasio Biaya Bahan Baku terhadap Penjualan
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Ruang yang Luas untuk melakukan peningkatan Efisiensi dalam Biaya Produksi Pada tahun 2009 dan 2010 MAIN mengalami penurunan rasio COGS terhadap penjualan secara signifikan. Rasio COGS terhadap penjualan pada tahun 2009 dan 2010 adalah 87,6% dan 80,9%, sementara itu pada tahun 2007 dan 2008 jauh lebih tinggi bahkan mencapai lebih dari 90%. Dibandingkan dengan rasio rata-rata perusahaan sejenis, rasio MAIN masih lebih tinggi, terutama bila dibandingkan dengan
rasio PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Kondisi ini dapat dipahami oleh karena skala ekonomis MAIN masih jauh lebih rendah dibandingkan kedua perusahaan tersebut. Namun demikian, MAIN telah mengelola biaya produksi dengan cara yang baik, oleh karenanya rasio COGS terhadap penjualan MAIN dapat sejalan dengan perusahaan sejenisnya yang memiliki skala ekonomis yang lebih besar. Dengan beroperasinya pabrik baru, kami melihat bahwa MAIN memiliki ruang yang luas untuk melakukan peningkatan efisiensi biaya produksi di masa-masa yang akan datang.
Gambar 4: Rasio COGS terhadap Penjualan MAIN dan Perusahaan Sejenis
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Penjualan dan Marjin Laba yang Bertumbuh Secara Bersamaan Pada 2Q2011 MAIN mengalami peningkatan kinerja dalam hal penjualan dan laba. Penjualan MAIN melonjak 40,2% y-o-y, dari Rp 906,9 miliar menjadi Rp 1,27 triliun. MAIN mampu untuk menjaga pertumbuhan penjualan tiap tahunnya. Namun pada tahun 2009 dan 2010 pertumbuhan penjualan hanya berada di bawah 10%. Kami memprediksikan penjualan di tahun 2011 akan bertumbuh sebesar 23,7% y-o-y, didorong terutama oleh peningkatan penjualan pakan ternak. Penjualan pakan ternak meningkat sebesar 51,1% dari Rp 551,9 miliar di 2Q2010 menjadi Rp 834,0 di 2Q2011.
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 6 dari 18 halaman
Gambar 5: Penjualan dan Marjin Laba MAIN
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tidak hanya mengalami lonjakan penjualan, MAIN juga mampu meningkatkan marjin laba usaha dan marjin laba bersih di 2Q2011. Marjin laba usaha dan marjin laba bersih di 2Q2011 adalah 9,3% dan 6,2%, meningkat dibandingkan 2Q2010 yang hanya sebesar 8,6% dan 5,5%. Pada tahun 2010 MAIN mencatatkan laba operasi dan
laba bersih tertinggi sejak tahun 2004, yaitu masing-masing 13,0% dan 8,8%. Namun demikian laba bersih MAIN masih berada di bawah rata-rata perusahaan sejenisnya. Sejalan dengan kemampuan MAIN untuk dalam mengurangi biaya produksi dan beban operasionalnya, kami percaya bahwa MAIN memiliki kemampuan untuk meningkatkan laba bersihnya ke tingkat yang lebih kompetitif walaupun skala ekonomisnya masih jauh di bawah dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Demikian pula, dengan mempertimbangkan hasil di 2Q2011, kami percaya MAIN akan mampu menjaga kinerjanya yang baik hingga akhir 2011.
Gambar 6: Marjin Laba Bersih MAIN dan Perusahaan Sejenis
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Penjualan Ayam yang Terus Bertumbuh Penjualan DOC MAIN mengalami pertumbuhan sebesar CAGR 20,8% selama periode 2007-2010. Pada tahun 2010 penjualan DOC mengalami pertumbuhan sebesar 21,0% yang didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata sebesar 15% dan kenaikan volume penjualan sebesar 8%. Penjualan DOC bertumbuh dengan sangat baik dengan rata-rata pertumbuhan di atas pertumbuhan penjualan pakan ternak. Selama periode 2004-2010 pertumbuhan penjualan DOC mencapai CAGR 42,3%, jauh melebihi pertumbuhan penjualan pakan ternak dengan CAGR 18,8%. Pada tahun 2010 MAIN telah melakukan penambahan dua farm breeder di wilayah Banjarmasin dan Lampung, dengan demikian kapasitas produksi DOC mencapai sebesar 145,5 juta ekor
per tahun. Sementara itu, produksi ayam broiler baru dimulai pada tahun 2007 dan saat ini menjadi kontributor pendapatan yang penting bagi MAIN. Pada tahun 2010 penjualan
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 7 dari 18 halaman
ayam broiler mengalami penurunan sebesar 10,6% y-o-y yang disebabkan oleh penurunan volume penjualan. Di lain pihak, produk parent stock (“ayam indukan”) mengalami pertumbuhan penjualan yang sangat baik. Pada tahun 2010 pertumbuhan
penjualan ayam indukan mencapai 91,8% y-o-y, dan selama periode 2004-2007 pertumbuhan penjualan ayam indukan mencapai CAGR 61,0%.
Gambar 7: Penjualan tiap Lini Produk
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Konsumsi Pakan Ternak dan Produksi DOC Broiler Nasional Konsumsi pakan ternak nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan memiliki pertumbuhan konsumsi sebesar CAGR 6,4% selama periode 2005-2010. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (“APPI”) memperkirakan pada tahun 2011 konsumsi pakan ternak nasional akan mencapai 10,3 juta ton, sedangkan tahun 2010 konsumsi pakan ternak telah mencapai 9,7 juta ton, atau bertumbuh sebesar 6,2% y-o-y.
Demikian pula perkembangan produksi DOC broiler juga meningkat dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2008 saja yang mengalami penurunan. Sebagai salah satu penyerap pakan ternak, produksi DOC broiler bertumbuh sebesar CAGR 4,0% selama periode 2005-2010. Pada 2011, Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (“GPPU”) memperkirakan produksi DOC broiler akan mencapai 1,30 miliar ekor, bertumbuh sebesar 5,7% y-o-y dibandingkan 2010 yang mencapai 1,23 miliar ekor.
Gambar 8: Konsumsi Pakan Ternak dan Produksi DOC Broiler
Sumber: Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Asosiasi Produsen Pakan Ternak (“APPI”)
Bergairahnya Industri Peternakan Ayam
Industri pakan ternak merupakan industri yang sangat penting bagi industri peternakan, karena pakan merupakan komponen biaya yang terbesar dalam industri peternakan. Tersedianya pakan dalam jumlah yang memadai dan berkualitas, serta terjangkau, menjadi faktor pendukung utama bagi pertumbuhan industri peternakan.
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 8 dari 18 halaman
Saat ini sekitar 80-85% pakan ternak diserap oleh industri peternakan unggas, terutama peternakan ayam.
Setelah diterpa oleh meluasnya penyebaran virus flu burung dan terjadinya krisis keuangan tahun 2008, industri peternakan ayam kembali bergairah sejalan dengan perbaikan kinerja ekonomi nasional dan kebutuhan akan peningkatan konsumsi protein hewani yang terjangkau. Populasi ayam pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 1,38 miliar ekor, jumlah ini termasuk ayam broiler dan ayam kampung. Pada tahun 2005 populasi ayam nasional baru mencapai 1,09 miliar ekor, atau populasi ayam mengalami pertumbuhan sebesar CAGR 4,77% selama periode 2005-2010. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein murah yang dimanfaatkan di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, konsumsi daging ayam juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi daging
ayam pada tahun 2010 telah mencapai 1,44 juta ton dan konsumsi per kapita mencapai 6,08 kg. Kami memprediksikan konsumsi daging ayam pada 2011 akan mencapai 1,52 juta ton atau konsumsi per kapita sebesar 6,31 kg dengan asumsi penduduk Indonesia mencapai 240,7 juta orang. Pemenuhan kebutuhan daging ayam nasional hingga saat ini masih sepenuhnya dipasok dari peternakan dalam negeri, pasokan daging ayam impor hanya kurang dari 0,5% dari total produksi dalam negeri. Tabel 2: Konsumsi Daging Ayam di Indonesia 2007 2008 2009 2010 2011P
PDB [Rp triliun]* 3.950,9 4.948,7 5.603,9 6.422,9 7.370,9
PDB per kapita [USD/tahun] 1.922,2 2.245,2 2.349,6 3.004,9 3.510,1
Jumlah Populasi [juta orang] 225,6 228,5 231,4 237,6 240,7
Jumlah Konsumsi [juta ton] 1,24 1,30 1,35 1,44 1.52
Konsumsi per kapita [kg] 5,51 5,68 5,85 6,08 6,31
Pertumbuhan populasi [%] 1,30 1,28 1,25 2,71 1,27
Pertumbuhan konsumsi [%] 3,10 4,43 4,20 6,79 5,12
Pertumbuhan konsumsi per kapita [%] 1,78 3,11 2,92 3,97 3,80
Sumber:Indocommercial, BPS, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
* atas dasar harga berlaku; angka sementara
Gambar 9: Konsumsi Daging Ayam per Kapita
Sumber:Indocommercial, BPS, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Pada tahun 2010, konsumsi daging ayam broiler nasional telah mencapai 5,0 kg per kapita. Konsumsi daging ayam broiler per kapita bertumbuh sebesar CAGR 7,1% selama periode 2005-2010, dan masih memiliki peluang yang besar sejalan dengan peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi protein yang benting bagi kesehatan manusia. Dengan semakin majunya perkembangan teknologi peternakan, pertumbuhan berat badan ayam broiler dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat dan dengan food conversion ratio (“FCR”) yang lebih rendah atau rasio pemberian pakan untuk menghasilkan 1 kg daging yang semakin rendah. Pada tahun 1950, rata-rata ayam broiler dapat mencapai berat badan sebesar sebesar 1.800 gram dibutuhkan selama
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 9 dari 18 halaman
84 hari dengan FCR sebesar 3,25. Sedangkan di tahun 2010 diperkirakan hanya dibutuhkan selama 28 hari dengan FCR sebesar 1,5 kg (www.poultryindonesia.com). Teknologi peternakan memberikan peluang bagi MAIN untuk meningkatkan
kemampuan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. MAIN juga terus melakukan research and development untuk meningkatkan FCR pakan yang diproduksinya. Pembangunan Pabrik Makanan Olahan Beku Pengembangan bisnis ke arah hilir dengan produk makanan olahan beku akan dilakukan melalui anak perusahaan PT Malindo Food Delight (“MFD”). Dalam menjalankan bisnisnya MFD akan dibantu oleh perusahaan Ayam A1 Food Processing Sdh Bhd yang berdomisili di Malaysia dan Tasty Food Pte Ltd yang berdomisi di Singapura, kedua perusahaan merupakan afiliasi dari MAIN dan telah berpengalaman dalam bisnis ayam olahan.
Pengembangan bisnis makanan olahan beku oleh MAIN untuk membidik selera konsumen Indonesia akan makanan cepat saji namun bergizi tinggi. Bisnis ini memiliki potensi marjin laba yang besar, namun membutuhkan kekuatan jaringan distribusi dan pengembangan merk. Sejauh ini telah ada merk-merk yang telah menguasai pasar, oleh karenanya MAIN perlu melakukan strategi-strategi jitu agar produknya dapat diterima oleh masyarakat mengingat potensi bisnisnya yang besar. Masih rendahnya tingkat konsumsi sosis dan nugget di Indonesia, memberikan peluang yang besar bagi MAIN. Sementara itu, PDB Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai US$ 3.005 per kapita, dan kami memperkirakan pada tahun 2011 akan mencapai US$ 3.510. Peningkatan pendapatan, kebutuhan akan protein, dan
pergeseran pola konsumsi akan menjadi pendorong bagi peningkatan konsumsi makanan olahan beku. Kenaikan Harga Jagung dan Kedelai di Tahun 2011 Komposisi utama pakan ternak adalah jagung, bungkil kedelai dan tepung daging. Jagung merupakan bahan pakan dengan komposisi tertinggi dengan porsi hingga mencapai 50-70%. Pada tahun 2010, jumlah produksi jagung nasional meningkat sebesar 4,2% y-o-y menjadi 18,4 juta ton dari 17,6 juta ton di tahun sebelumnya. Badan Badan Pusat Statistik (“BPS”) memperkirakan pada tahun 2011 produksi jagung nasional akan mengalami penurunan 2,4% y-o-y atau menjadi hanya sebesar 17,9 juta ton (angka prognosa). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 74,47 ribu hektar atau 1,83%, dan juga penurunan produktivitas sebesar
0,26 kuintal per hektar (“ku/ha”) atau 0,59%.
Gambar 10: Harga Kontrak Berjangka (Futures) Jagung dan Kedelai Chichago Board of Trade (CBOT)
Sumber:Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Pasokan jagung nasional diperkirakan akan menurun pada tahun 2011 juga disebabkan oleh pengaruh anomali cuaca pada tahun ini. Pada awal tahun, penanaman jagung nasional mengalami keterlambatan namun kemudian terbantu oleh kondisi cuaca yang mendukung percepatan produksi, namun pada bulan Juli terjadi cuaca panas yang menyebabkan rusaknya tanaman jagung dalam skala yang
cukup luas. Kondisi ini memberikan dampak pada kenaikan harga jagung nasional.
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 10 dari 18 halaman
Sementara itu USDA memperkirakan cadangan jagung dunia akan menurun hingga sebelum musim panen 2012 menjadi 117,4 juta ton, dan di tahun 2012 akan kembali menurun menjadi 111,8 juta ton. Kondisi ini didukung oleh penurunan jumlah
produksi jagung AS dan China sebagai negara penghasil jagung terbesar. Permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan penggunaan jagung sebagai bahan pembuatan bioetanol, sehingga perkembangan harga jagung menjadi sangat terkorelasi dengan perkembangan harga minyak dunia. Saat ini 40% produksi jagung AS digunakan sebagai bahan produksi bioetanol. Penurunan pasokan menyebabkan kenaikan harga jagung pada tahun 2011. Harga rata-rata kontrak berjangka (futures) jagung CBOT pada tahun 2009 dan 2010 adalah sebesar 431,5 dan 448,5 UScent /bushel. Namun pada tahun 2011, harga rata-rata hingga bulan Agustus telah mencapai 643,2 UScent/bushel.
Gambar 11: Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Tanaman Jagung Nasional
Sumber:BPS, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Komposisi bahan pakan lainnya yang cukup siginifikan adalah bungkil kedelai yang mencapai 20-30%. Produksi kedelai nasional pada tahun 2010 mencapai 908,1 ribu ton, atau mengalami penurunan sebesar 6,8% y-o-y dari tahun sebelumnya yang
mencapai 974,5 ribu ton. BPS memperkirakan pada tahun 2011 akan terjadi peningkatan produksi sebesar 2,9% atau menjadi 934,0 ribu ton kedelai (angka prognosa). Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 4,99 ribu hektar atau 0,75%, dan peningkatan produktivitas sebesar 0,29 ku/ha atau 2,11%. Produksi kedelai nasional sejak tahun 1990-an telah mengalami defisit, namun sejak tahun 1999 impor kedelai melonjak tajam. Ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai nasional dapat mencapai 65%-70%. Sementara itu telah terjadi tren kenaikan harga kedelai pada tahun 2011. Harga rata-rata kontrak berjangka kedelai CBOT hingga Agustus 2011 telah mencapai 1.348.8 UScent/bushel, mengalami peningkatan dibandingkan harga rata-rata pada tahun 2009 dan 2010 yang sebesar 904,6 dan 1.023,4 UScent/bushel
Gambar 12: Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kedelai Nasional
Sumber:BPS, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 11 dari 18 halaman
Indeks Kepercayaan Konsumen dan Pertumbuhan Industri Peternakan Tahun 2011 ditandai dengan krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika. Perbedaan dengan krisis tahun 2008 adalah pada saat itu korporasi-korporasi besar
yang mengalami krisis, tetapi saat ini adalah negaranya yang mengalami kesulitan besar. Dengan kondisi tersebut, ekonomi dunia diperkirakan akan mengalami perlambatan. Sementara itu, pada kuartal ketiga 2011, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia bertumbuh sebesar 6,6% y-o-y yang didukung oleh kinerja ekspor, konsumsi, dan investasi. Mengacu kepada Bank Indonesia, indeks kepercayaan konsumen di tahun 2011 tercatat sebesar 110,6, dengan demikian dapat dikatakan konsumen Indonesia masih memiliki kepercayaan yang tinggi akan perekonomian Indonesia pada bulan-bulan yang akan datang di tengah-tengah kenaikan harga-harga dan kekhawatiran akan krisis global. Oleh karenanya, hal ini dapat memberikan situasi yang kondusif bagi industri pakan ternak dan industri peternakan secara umum.
Secara khusus untuk ternak unggas, produk ini memiliki daya tahan yang lebih kuat terhadap krisis karena merupakan sumber protein hewani dengan harga yang murah. Peningkatan harga pakan ternak akan memberikan tantangan bagi pertumbuhan ternak unggas; produsen pakan ternak biasanya akan meneruskan kenaikan biaya produksi kepada pelanggannya, walaupun dengan perbedaan waktu beberapa minggu. Merujuk kepada kondisi tahun 2008; permintaan pakan ternak dan daging ayam terus bertumbuh walaupun pada saat itu Indonesia terpengaruh oleh kiris ekonomi global.
Gambar 13: Indeks Kepercayaan Konsumen
Source:Bank Indonesia, Pefindo Equity & Index Valuation Division
Stock Split, Pembayaran Dividen dan Gagalnya Right Issue MAIN telah melakukan pemecahan saham (“stock split”) pada tanggal 15 Juni 2011 dengan rasio 1:5 sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 28 April 2011. Stock split diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham MAIN. Di lain pihak, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 28 April 2011, dividen tahun buku 2010 ditetapkan sebesar Rp 23,730 miliar untuk dividen interim yang dibagikan pada 28 Desember 2010 dan sebesar Rp 38,985 miliar untuk dividen final tunai yang dibagikan pada September 2011. MAIN merupakan sebuah perusahaan yang memiliki komitmen kuat dalam hal membagikan dividen kepada pada investornya. Selama
periode 2005-2010 rata-rata dividend payout ratio mencapai 37,6%. Kami percaya bahwa MAIN akan tetap konsisten untuk membagikan dividen di tahun-tahun ke depan dengan payout ratio diatas 30%. Tabel 3: Rasio Pembagian Dividen (“Payout Ratio”) MAIN
Tahun Laporan Keuangan Payout Ratio [%]
2005 50,4
2006 45,0
2007 30,1
2008 32,2
2009 25,0
2010 42,8
Rata-rata 37,6
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 12 dari 18 halaman
Tabel 4: Pengaruh Stock Split terhadap Perhitungan Jumlah Saham dan Dividen
Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split
Jumlah saham beredar [juta saham] 339,0 1.695,0
Floating share [juta saham] 138,7 693,3
Dividen interim 2010 [Rp] 70,0 14,0
Dividen final 2010 [Rp] 115,0 23,0
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sesuai dengan Peraturan Bapepam LK No. IX.D.4 gagal dilakukan oleh MAIN
disebabkan tidak tercapainya kesepakatan antara MAIN dengan calon investor yang berdomisili di Malaysia. Direncanakan bahwa MAIN akan menerbitkan maksimal 10% saham dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dan selambat-lambatnya dilaksanakan pada 31 Maret 2012. Walau demikian, sesuai dengan prospektus yang telah diterbitkan, MAIN masih memiliki cukup waktu untuk mencari investor yang prospektif, yang kemudian dana yang diperoleh dapat digunakan untuk pembangunan pabrik, ekspansi peternakan, untuk modal kerja. Kinerja 2Q2011: Pertumbuhan Penjualan dan Laba yang Menyakinkan Kinerja interim 2Q2011 ditandai dengan peningkatan penjualan sebesar 40,2% y-o-y hingga penjualan MAIN dapat mencapai Rp 1,3 triliun. Seiring dengan peningkatan penjualan, laba kotor MAIN juga mengalami pertumbuhan sebesar 36,0% y-o-y
hingga menjadi Rp 186,0 miliar. Lebih rendahnya pertumbuhan laba kotor pada 2Q2011 dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan disebabkan terjadinya peningkatan harga pokok produksi terutama peningkatan biaya bahan baku. Namun demikian MAIN mampu untuk melakukan efisiensi pada beban usaha yang hanya mengalami peningkatan sebesar 15,8% y-o-y. Pertumbuhan beban usaha yang cukup rendah memberikan dampak pada pertumbuhan laba bersih yang tercatat sebesar 57,1% y-o-y atau menjadi sebesar Rp 78,4 miliar pada 2Q2011 dari Rp 49,9 miliar pada 2Q2010. Tabel 5: Kinerja 2Q2011
(Rp milyar) 2Q2010 2Q2011 % y-o-y
Penjualan 906,9 1.271,5 40,2
Harga pokok penjualan (770,1) (1.085,5) 41,0
Laba Kotor 136,8 186,0 36,0
Beban usaha (58,4) (67,7) 15,8
Laba usaha 78,4 118,4 51,0
Pendapatan (beban) lain-lain (17,7) (20,8) 17,3
Laba sebelum pajak 60,7 97,6 60,8
Beban pajak (10,8) (19,2) 77,9
Laba bersih 49,9 78,4 57,1
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Perbandingan dengan Perusahaan Sejenis: ROE yang Tinggi dan Dibutuhkannya Penambahan Modal MAIN memiliki tingkat ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis. ROE MAIN pada tahun 2010 mencapai 70,3% sedangkan rata-rata ROE perusahaan sejenis adalah sebesar 38,0%. Dengan total aktiva berada di sekitar Rp 1 triliun, MAIN masih terus mengembangkan diri dengan melakukan berbagai investasi untuk pembangunan pabrik dan perluasan peternakannya. DER MAIN yang jauh lebih
tinggi dari perusahaan sejenis memberikan gambaran akan kebutuhan peningkatan investasi di dalam perusahaan sejalan dengan pertumbuhan bisnisnya yang terus berkembang. Berdasarkan rasio P/E dan P/BV per tanggal laporan keuangan sejak Desember 2010 hingga Juni 2011, saham MAIN diperdagangkan dengan rasio P/E yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis, namun lebih tinggi untuk rasio P/BV. Total ekuitas MAIN masih cukup rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis relatif terhadap total aset saat ini, oleh karenanya di masa yang akan datang MAIN perlu melakukan corporate action terkait dengan hal ini yang akan memberikan kondisi permodalan yang lebih kuat.
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 13 dari 18 halaman
Tabel 6: Perbandingan Rasio DuPont
Desember 2010 MAIN SIPD CPIN JPFA Rata-rata
Total assets [Rp miliar] 966,3 2.055,7 6.518,3 6.979,8 4.130,0
Total equity 255,8 1.233,0 4.482,0 3.486,9 2.364,4
Net profit margin [%] 8,8 1,7 14,7 6,9 8,0
Assets turnover [x] 2,1 1,8 2,3 2,0 2,0
DER [x] 2,8 0,7 0,5 1,0 1,2
ROA [%] 18,6 3,0 33,9 13,7 17,3
ROE [%] 70,3 5,0 49,3 27,5 38,0
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 7: Perbandingan P/E dan P/BV
31 Dec 10 31 Mar 11 30 Jun 11
P/E P/BV P/E P/BV P/E P/BV
MAIN 6,03 4,20 9,08 6,23 7,12 5,09
Peer Group 8,85 3,16 8,67 4,19 9,54 4,10
IHSG 18,17 3,17 16,88 2,98 10,73 2,99
Sumber:Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Prospek Bisnis MAIN Industri pakan ternak menjadi faktor penting bagi industri peternakan terutama terkait dengan kualitas dan produktivitas hasil ternak. Bila dilihat faktor struktur biaya, maka pakan ternak menjadi penyumbang biaya produksi terbesar, dapat
mencapai 60-70% biaya produksi ternak. Kebutuhan akan ternak untuk konsumsi gizi masyarakat Indonesia akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan demikian akan mendorong industri peternakan untuk terus bertumbuh, seiring juga dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang menguat. Melihat peluang pertumbuhan bisnis yang baik di masa mendatang, oleh karenanya kami percaya MAIN akan selalu berupaya untuk melakukan pengembangan bisnis demi kepentingan pertumbuhan dan laba di masa mendatang. Tidak kalah pentingnya, kami juga percaya bahwa MAIN akan terus melakukan perbaikan pada pengelolaan bahan baku dan efisiensi biaya yang efektif sehingga memberikan dampak pada pengurangan risiko bisnis akan fluktuasi harga bahan baku serta
peningkatan tingkat laba perusahaan.
Gambar 14: Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas
Sumber:PT Malindo Feedmill Tbk, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 14 dari 18 halaman
Tabel 8: Ringkasan Kinerja MAIN dan Perusahaan Sejenis per Juni 2011 MAIN SIPD CPIN JPFA
Penjualan 2Q11 (Rp miliar) 1.271 2.006 8.782 4.030
Laba kotor 2Q11 (Rp miliar) 186 169 1.913 554
Laba usaha 2Q11 (Rp miliar) 118 57 1.534 173
Laba bersih 2Q11 (Rp miliar) 78 21 1.257 60
Total aset 2Q11 (Rp miliar) 1.126 2.388 7.761 8.938
Total kewajiban 2Q11 (Rp miliar) 791 1.143 2.677 5.484
Total ekuitas 2Q11 (Rp miliar) 334 1.245 5.083 3.454
Pertumbuhan 2Q11 y-o-y
Penjualan (%) 40,2 17,8 26,3 21,9
Laba kotor (%) 36,0 40,5 26,1 (13,4)
Laba usaha (%) 51,0 58,8 29,6 (31,5)
Laba bersih (%) 57,1 41,6 33,1 (39,1)
Profitabilitas 2Q11
Marjin laba kotor (%) 14,6 8,4 21,8 13,7
Marjin laba operasi (%) 9,3 2,8 17,5 4,3
ROA (%) 7,0 0,9 16,2 0,7
ROE (%) 23,4 1,7 24,7 1,7
Leverage 2Q11
DER (x) 2,4 0,9 0,5 1,6
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 15 dari 18 halaman
PENILAIAN
Metodologi Penilaian Kami mengaplikasikan metode Discounted Cash Flow (DCF) sebagai metode penilaian utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan adalah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi nilai (value driver) jika dibandingkan pertumbuhan aset. Selanjutnya, kami juga mengaplikasikan Guideline Company Method (GCM) sebagai metode pembanding lainnya.
Penilaian ini didasarkan pada nilai 100% saham MAIN per tanggal 6 November 2011 dan Laporan Keuangan per tanggal 30 Juni 2011 sebagai dasar dilakukannya analisis fundamental.
Estimasi Nilai
Kami menggunakan cost of capital dan cost of equity sebesar 10,09% dan 12,70% berdasarkan asumsi-asumsi berikut: Tabel 9 : Asumsi
Risk free rate [%]* 6,22
Risk premium [%]* 8,20
Beta [x]* 0,79
Cost of Equity [%] 12,70
Marginal tax rate [%] 25,00
Debt to Equity Ratio 1,78
WACC [%] 10,09
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing * per tanggal 6 November 2011
Estimasi target harga referensi saham untuk 12 bulan berdasarkan posisi penilaian pada tanggal 6 November 2011 adalah sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode DCF dengan asumsi tingkat diskonto
10,09%, adalah sebsar Rp 1.232 – Rp 1.384 per saham. Dengan menggunakan metode GCM (P/E 13,0X dan P/BV 4,0X) adalah
sebesar Rp 964 – Rp 1.622 per saham.
Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut dilakukan rekonsiliasi dengan dilakukan pembobotan terhadap kedua metode tersebut sebesar 70% untuk DCF dan 30% untuk GCM. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka Estimasi Target Harga Referensi
saham untuk 12 bulan adalah Rp 1.150 - Rp 1.460 per lembar saham.
Tabel 10: Ringkasan Penilaian dengan Metode DCF
Konservatif Moderat Agresif
PV of Free Cash Flows [Rp miliar] 1.442 1.518 1.594
PV Terminal Value [Rp miliar] 1.014 1.067 1.121
Cash and cash equivalents [Rp milliar] 65 65 65
Net Debt [Rp miliar] (433) (433) (433)
Number of Share [juta saham] 1.695 1.695 1.695
Fair Value per Share [Rp] 1.232 1.308 1.384
Sumber: Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
TARGET HARGA
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 16 dari 18 halaman
Tabel 11: Perbandingan GCM
MAIN SIPD CPIN JPFA Average
Penilaian, 6 November 2011
Price [Rp] 1.010 59 2.675 4.975
Market capitalization 1.712 554 43.931 10.307
P/E [x] 6,8 16,4 17,5 11,5 13,0
P/BV [x] 4,6 0,4 7,6 3,4 4,0
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 12: Ringkasan Penilaian dengan Metode GCM
Multiple [x] Est. EPS [Rp] Est. BV/share [Rp] Value [Rp]
P/E 13,0 124,3 - 1.622
P/BV 4,0 - 239,3 964
Sumber: Bloomberg, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
* P/E dan P/BV diperoleh dengan membobotkan 70% nilai milik MAIN, 30% nilai rata-rata Tabel 13: Rekonsiliasi Fair Value
Fair Value per Share [Rp]
DCF GCM Rata-rata
Batas atas 1.384 1.622 1.460
Batas bawah 1.232 964 1.150
Bobot 70% 30%
Sumber: Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Cat: harga rata-rata dibulatkan sesuai fraksional harga yang berlaku di BEI
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 17 dari 18 halaman
Tabel 14: Laporan Laba Rugi (Rp miliar)
2008 2009 2010 2011P 2012P
Penjualan 1.730 1.869 2.037 2.519 2.930
Harga pokok penjualan (1.570) (1.636) (1.648) (2.047) (2.381)
Laba Kotor 160 233 388 472 549
Beban usaha (81) (101) (129) (146) (170)
Laba usaha 79 132 259 325 379
EBITDA 88 192 298 379 433
Pendapatan (beban)
lain-lain
(64) (20) (34) (44) (51)
Laba sebelum pajak 15 112 225 281 327
Beban pajak (7) (37) (45) (70) (82)
Laba bersih 4 76 180 211 245
Sumber: PT Malindo Feedmill Tbk,Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 15: Neraca
(Rp miliar)
2008 2009 2010 2011P 2012P
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas 20 70 119 123 131
Piutang 140 135 113 204 237
Persediaan 156 122 117 196 228
Aktiva lain-lain 222 223 159 201 172
Total Aktiva Lancar 538 549 507 725 768
Aktiva tetap 265 292 420 586 744
Aktiva lain-lain 57 44 39 49 62
Total Aktiva 860 885 966 1.360 1.575
Kewajiban
Hutang usaha 280 220 107 361 420
Hutang jk. pendek 155 146 150 162 133
Kewajiban jk. pendek
lainnya
27 50 99 82 91
Hutang jk. panjang 304 304 309 308 309
Kewajiban jk. panjang
lainnya
50 47 44 45 49
Total Kewajiban 815 767 710 957 1.001
Hak Minoritas (2) (2) (2) (3) (3)
Total Ekuitas 46 121 258 406 577
Sumber: PT Malindo Feedmill Tbk, Estimasi, Pefindo Divisi Valuasi Saham &
Indexing
Gambar 10: P/E dan P/BV Historis
Sumber:Bloomberg, Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Gambar 11: ROA, ROE dan Total Asset Turnover Historis
Sumber: PT Malindo Feedmill Tbk,Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
Tabel 16: Rasio-rasio Utama
(Rp miliar)
2008 2009 2010 2011P 2012P
Pertumbuhan [%]
Penjualan 45,5 8,0 9,0 23,7 16,3
Laba usaha 90,7 66,3 96,6 25,5 16,3
EBITDA 31,1 117,2 55,6 27,1 14,1
Laba bersih (85,0) 1.704,3 136,9 17,1 16,4
Profitabilitas [%]
Marjin laba kotor 9,2 12,4 19,1 18,7 18,7
Marjin laba usaha 4,6 7,1 12,7 12,9 12,9
Marjin EBITDA 5,1 10,3 14,7 15,1 14,8
Marjin laba bersih 0,2 4,1 8,8 8,4 8,4
ROA 0,5 8,6 18,6 15,5 15,6
ROE
Solvabilitas [x]
Debt to equity 17,7 6,3 2,8 2,4 1,7
Debt to asset 0,9 0,9 0,7 0,7 0,6
Likuiditas [x]
Rasio lancar 0,7 0,8 1,3 1,1 1,2
Quick ratio 0,3 0,5 0,6 0,4 0,4
Sumber: PT Malindo Feedmill Tbk., Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing
“Pernyataan disclaimer pada halaman
akhir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen ini”
www.pefindo.com
Malindo Feedmill, Tbk
10 November 2011 Halaman ke 18 dari 18 halaman
DISCLAIMER
Laporan ini dibuat berdasarkan sumber-sumber yang kami anggap terpercaya dan dapat diandalkan. Namun kami tidak menjamin kelengkapan, keakuratan atau kecukupannya. Dengan demikian kami tidak bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang diambil berdasarkan laporan ini. Adapun asumsi, opini, dan perkiraan merupakan hasil dari pertimbangan internal kami per tanggal penilaian (cut off date), dan kami dapat mengubah pertimbangan diatas sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini. Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acuan hasil masa depan. Laporan ini bukan merupakan rekomendasi penawaran, pembelian atau menahan suatu saham tertentu. Laporan ini mungkin tidak sesuai untuk beberapa investor. Seluruh opini dalam laporan ini telah disampaikan dengan itikad baik, namun sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan disajikan dengan benar per tanggal diterbitkan laporan ini. Harga, nilai, atau pendapatan dari setiap saham Perseroan yang disajikan dalam laporan ini kemungkinan dapat lebih rendah dari harapan pemodal, dan pemodal juga mungkin mendapatkan pengembalian yang lebih rendah dari nilai investasi yang ditanamkan. Investasi didefinisikan sebagai pendapatan yang kemungkinan besar diterima dimasa depan, namun nilai dari pendapatan yang akan diterima tersebut kemungkinan besar juga akan berfluktuasi. Untuk saham Perseroan yang penyajian laporan keuangannya didenominasi dalam mata uang selain Rupiah, perubahan nilai tukar mata uang tersebut kemungkinan dapat menurunkan nilai, harga, atau pendapatan investasi pemodal. Informasi dalam laporan ini bukan merupakan pertimbangan pajak dalam mengambil suatu keputusan investasi. Target harga saham dalam Laporan ini merupakan nilai fundamental, bukan merupakan Nilai Pasar Wajar, dan bukan merupakan harga acuan transaksi yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham tertentu, dan tidak dapat dianggap sebagai nasehat investasi oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing yang behubungan dengan cakupan Jasa Pefindo kepada, atau kaitannya kepada, beberapa pihak, termasuk emiten, penasehat keuangan, pialang saham, investment banks, institusi keuangan dan perantara keuangan, dalam kaitannya menerima imbalan atau keuntungan lainnya dari pihak tersebut, Laporan ini tidak ditujukan untuk pemodal tertentu dan tidak dapat dijadikan bagian dari tujuan investasi terhadap suatu saham dan juga bukan merupakan rekomendasi investasi terhadap suatu saham tertentu atau suatu strategi investasi. Sebelum melakukan tindakan dari hasil laporan ini, pemodal disarankan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu kesesuaian situasi dan kondisi dan, jika dibutuhkan, mintalah bantuan penasehat keuangan. PEFINDO memisahkan kegiatan Valuasi Saham dengan kegiatan Pemeringkatan untuk menjaga independensi dan objektivitas dari proses dan produk kegiatan analitis. PEFINDO telah menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menjaga kerahasiaan informasi non-publik tertentu yang diterima
sehubungan dengan proses analitis. Keseluruhan proses, metodologi dan databse yang digunakan dalam penyusunan Laporan Target Harga Referensi Saham ini secara keseluruhan adalah berbeda dengan proses, metodologi dan database yang digunakan PEFINDO dalam melakukan pemeringkatan. Laporan ini dibuat dan disiapkan Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Laporan ini juga bebas dari pengaruh tekanan atau paksaan dari Bursa maupun Perseroan yang dinilai. Pefindo Divisi Valuasi Saham & Indexing akan menerima imbalan sebesar Rp.20.000.000,- masing-masing dari Bursa Efek Indonesia dan Perseroan yang dinilai untuk 2 (dua) kali pelaporan per tahun. Untuk keterangan lebih lanjut, dapat mengunjungi website kami di http://www.pefindo.com Laporan ini dibuat dan disiapkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing. Di Indonesia Laporan ini dipublikasikan pada website kami dan juga pada website Bursa Efek Indonesia.
Top Related