1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan salah satu industri pendorong dan penggerak
perekonomian dunia. Saat ini, pariwisata telah mengalami ekspansi dan
diversifikasi yang berkelanjutan dan menjadi salah satu sektor yang terbesar serta
tercepat pertumbuhannya di dunia. Kondisi kepariwisataan Indonesia pada tahun
2015 menurut Kementerian Pariwisata bahwa baik secara kondisi makro maupun
kondisi mikro menunjukan perkembangan dan peningkataan kontribusinya
terhadap PDB nasional. Secara makro, terjadi peningkatan yang semakin
signifikan terhadap PDB nasional sebesar 4,23% atau senilai Rp 461,36 triliun
dengan peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai US$ 11,9 milyar, dan
tenaga kerja pariwisata sebanyak 12,16 juta orang. Pada kondisi mikro, terjadi
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 10,4 juta wisman
dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 255,20 juta perjalanan. Disisi lain,
salah satu indikator penting yaitu aspek daya saing kepariwisataan, berdasar
penilaian WEF (World Economic Forum) posisi Indonesia juga meningkat
signifikan dari ranking 70 dunia menjadi rangking 50 di tahun 2015. Pertumbuhan
pariwisata Indonesia yang melebihi rata-rata dunia, sebagai mana tercatat di tahun
2015 sebesar 10,63% memberikan kepercayaan diri Kementerian Pariwisata untuk
meningkatkan target kunjungan wisman pada tahun 2016 dari 10 juta menjadi 12
juta.
Peningkatan pertumbuhan pariwisata menjadikan sektor ini sebagai kunci
dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan
infrastrukur serta nilai strategisnya dapat menjadi sektor andalan bagi
pembangunan nasional di masa depan, sehingga Pemerintah memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap sektor ini baik dalam hal kebijakan anggaran
maupun dukungan sektoral lintas kementerian dan lembaga untuk mendukung
pembangunan kepariwisataan nasional. Hal tersebut tercermin dari ketentuan
pasal 35 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dalam
rangka peningkatan penyelenggaraan kepariwisataan, pada tanggal 3 Juli 2014
telah ditetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2014
tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan.
Peraturan Presiden tersebut mengatur tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan.
Dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang telah menjadi program
pemerintah, kementerian pariwisata melakukan pengelolaan dan pemanfaatan
potensi sumberdaya pariwisata dengan cara melakukan identifikasi dan
menetapkan fokus pengembangan pasar maupun produk wisata Indonesia dalam
bentuk identifikasi portofolio yang tergambar dalam Tabel 1.
2
Tabel 1 Portofolio Pasar dan Produk Wisata Kementerian Pariwisata
PORTOFOLIO
PELANGGAN
PERSONAL Personal Umum dan Khusus
(Individu/Keluarga/Komunitas)
BUSINESS Biro Travel, UKM, Usaha,
Asosiasi, Pemda
INTERNASIONAL Wisatawan Mancanegara
PORTOFOLIO
PRODUK
ALAM (Nature)
(35%)
1. Wisata Bahari (Marine Tourism)
(35%)
2. Wisata Ekologi (Eco Tourism)
(45%)
3. Wisata Petualangan (Adveture
Tourism) (20%)
BUDAYA (Culture)
(60%)
1. Wisata Warisan Budaya dan
Sejarah (Heritage and Filgrim
Tourism) (20%)
2. Wisata Belanja dan Kuliner
(Culinary and Shopping
Tourism) (20%)
3. Wisata Kota dan Desa (City and
Village Tourism) (45%)
BUATAN
MANUSIA (Man
Made) (5%)
1. Wisata Mice (Mice & Events
Tourism) (25%)
2. Wisata Olahraga (Sport
Tourism) (60%)
3. Kawasan Wisata Terintegerasi
(15%) Sumber: LAKIP-KEMENPAR (2015)
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat tiga portofolio pasar
dan sembilan portofolio produk yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata
sebagai dasar untuk menjalankan program-program pengembangan pariwisata
Indonesia. Fokus pengembangan produk wisata Indonesia terdiri dari tiga kategori
portofolio produk, diantaranya produk wisata alam, produk wisata budaya dan
produk wisata buatan yang didalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk wisata
yang spesifik. Portofolio pasar digambarkan menjadi fokus pengembangan pasar
wisata Indonesia, baik yang terkait dengan pengembangan pasar wisatawan
nusantara (meliputi segmen pasar personal dan bisnis) serta pasar mancanegara.
Keberadaan produk wisata yang ada disuatu kawasan wisata akan sangat
menentukan pengembangan kepariwisataan tersebut. Namun demikian, dalam
pengembangan kawasan pariwisata ada beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan agar pembangunan tidak merusak eksistensi kawasan dan aspek
sosial, ekonomi, serta budaya dapat berjalan seimbang. Aspek-aspek tersebut
meliputi obyek dan daya tarik, amenitas, dan aksesibilitas (Fandeli dan
Kaharuddin 2003).
Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan di daerah, sehingga koordinasi
dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong
pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan. Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas
3
Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan
penyelenggaraan kepariwisataan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI
Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
Penyelenggaraan Kepariwisataan (Kemenpar 2015).
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki daya tarik wisata yang begitu bervariasi. Salah satu
destinasi wisata andalan yang turut menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD)
di sektor pariwisata adalah kawasan wisata alam Baturraden yang sudah dikenal
baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Kawasan Baturaden berada di
sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m diatas
permukaan laut, dengan suhu udara antara 18°Celcius - 25° Celcius.
Kawasan wisata Baturraden memiliki beberapa destinasi wisata diantaranya
Pancuran Pitu, Pancuran Telu, Telaga Sunyi, Curug Gede, Curug Cipendok,
Curug Ceheng, Kalibacin, Wanawisata Baturraden, dan Lokawisata Baturraden.
Data kunjungan obyek wisata Baturraden dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data Kunjungan Wisata Baturaden tahun 2012-2015
Obyek Wisata 2012 2013 2014 2015
Curug Cipendok 50.986 48.450 52.458 55.275
Telaga Sunyi 3.670 4.496 4.122 11.956
Pancuran Telu 50.539 53.507 39.897 67.561
Pancuran Pitu 38.208 20.714 18.380 28.878
Bumper Baturaden 1.359 1.709 7.550 1.801
Lokawisata Baturaden 442.855 433.116 384.012 461.450
Kalibacin 5.868 6.002 6.456 6.036
Wanawisata Baturaden 10.550 11.789 11.594 67.057
Curug Gede 24.234 24.083 21.031 33.701
Curug Ceheng 10.654 12.234 9.120 13.092 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas (2016)
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa Lokawisata Baturraden
merupakan destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan
dibandingkan destinasi wisata lainnya yang ada di Kawasan Wisata Baturraden.
Lokawisata Baturraden yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas
ini merupakan sebuah komplek rekreasi keluarga yang memiliki atraksi cukup
lengkap. Di areal ini terdapat air terjun, taman botani, dan arena mainan anak dan
keluarga. Selain itu, di dalam lokasi ini juga terdapat arena permainan air.
Dalam perkembangannya, jumlah pendapatan Lokawisata Baturaden
mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pendapatan Lokawisata
Baturaden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pendapatan Lokawisata Baturaden tahun 2012-2015
Tahun Pendapatan (Milyar Rupiah)
2012 3,990
2013 4,457
2014 3,938
2015 6,458 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas (2016)
4
Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 61
persen dari tahun sebelumnya dan mengindikasikan jika Lokawisata Baturaden
saat ini mulai dikelola dengan lebih baik. Hal tersebut juga dibuktikan dari
pencapaian Lokawisata Baturaden yang pada tahun 2015 meraih juara pertama
Penghargaan Kepariwisataan Tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam kategori daya
tarik wisata yang dikelola pemerintah mengalahkan dua nominasi lainnya yaitu
Taman Kyai Langgeng, Kota Magelang dan Kawasan Wisata Dataran Tinggi
Dieng, Banjarnegara.
Pencapaian pada tahun 2015 ini menunjukan bahwa Lokawisata Baturaden
seharusnya mampu menjadi ikon wisata alam yang banyak dikunjungi oleh
wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Tetapi pada kenyataannya
wisatawan yang berkunjung ke Lokawisata Baturaden masih sebagian besar
merupakan wisatawan lokal, sedangkan untuk wisatawan mancanegara masih
terbilang sedikit presentasenya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data kunjungan wisatawan mancanegara Lokawisata Baturaden
Tahun Jumlah Wisatawan (orang)
2013 1.645
2014 1.625
2015 360 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas (2016)
Berdasarkan Tabel 4 pada tahun 2013 sampai 2015, presentase kunjungan
wisatawan mancanegara terbilang sangat kecil jika dibandingkan wisatawan
nusantara yaitu kurang dari lima persen dari total kunjungan wisatawan. Hal ini
menandakan bahwa pengelolaan Lokawisata Baturaden masih belum
menghasilkan kinerja yang optimal dimana dalam pengembangan pasar masih
perlu dikaji ulang mengenai strategi yang tepat dalam mempromosikan wisata ini.
Selain itu setiap tahunnya kunjungan wisatawan mancanegara ini juga mengalami
kondisi penurunan dan melihat angka tersebut, maka pihak Lokawisata Baturaden
kemudian menargetkan menaikkan kunjungan wisatawan mancanegara sebesar
2500 kunjungan wisatawan mancanegara. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
mendukung program Kementerian Pariwisata yang pada tahun 2019 menargetkan
20 juta kunjungan wisatawan mancanegara.
Untuk mewujudkan target tersebut, Lokawisata Baturaden perlu untuk
merumuskan model bisnis yang sesuai dengan kondisi yang ada agar potensi
sumberdaya wisata yang ada teroptimalkan pemanfaataanya. Selain itu agar tetap
menjadi wisata andalan Banyumas dengan presentase penyumbang pendapatan
terbesar Kabupaten Banyumas serta berkelanjutan.
Salah satu konsep bisnis yang digunakan untuk merumuskan strategi
pengembangan usaha adalah Business Model Canvas (BMC). Business Model
Canvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran
tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai.
Kanvas ini membagi business model menjadi sembilan buah komponen utama,
kemudian dipisahkan lagi menjadi komponen kanan dan kiri. Dua komponen
ini analoginya seperti mapping otak manusia, yaitu komponen kanan (otak kanan)
dimana berfikir secara logis, rasional serta analitis untuk memulai ide dan
komponen kiri (otak kiri) dimana ide-ide didapat secara acak, intuitif serta holistik
5
(Osterwalder 2010). Hal ini sesuai apabila diterapkan di bidang pariwisata karena
untuk memajukan sektor ini dibutuhkan ide serta kreatifitas yang dipadu dengan
realitas dalam mengembangkan dan melakukan kegiatan bisnisnya.
Perumusan Masalah
Lokawisata Baturaden memiliki daya tarik tersendiri sehingga ramai
dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik maupun internasional. Dilihat
dari jumlah kunjungan, wisata ini memiliki kontribusi pendapatan terbesar
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) disektor pariwisata sehingga menjadikan
objek wisata ini sebagai wisata andalan Kabupaten Banyumas.
Tahun 2015 merupakan pencapaian pengelola dalam melakukan
pengembangan Lokawisata Baturaden yang dibuktikan dari peningkatan
presentase pendapatan maupun jumlah kunjungan wisatawan dari tahun
sebelumnya. Tetapi hal ini adalah langkah awal bagi pengelola dalam
pengembangan wisata dimana masih adanya sumberdaya wisata yang belum
teroptimalkan pemanfaatannya dengan baik seperti perluasan pasar dan
pengembangan produk wisata yang diharapkan jika Lokawisata Baturaden ini
dapat dikembangkan dengan baik dan optimal maka akan mendukung destinasi
wisata Baturraden lainnya sehingga dapat dikenal lebih luas oleh wisatawan dari
berbagai wilayah yang selama ini kunjungan wisatawan yang datang hampir
seluruhannya merupakan wisatawan nusantara, dan sebagian besar adalah
masyarakat Banyumas dan sekitarya.
Perencanaan dan pengelolaan pariwisata alam yang baik dan tepat
akan membuat kawasan wisata alam tersebut berkembang, sehingga
manfaat keberadaannya dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah,
pengelola wisata, maupun penduduk setempat. Manfaat yang didapat
selain manfaat ekonomi (menyediakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan penduduk lokal, pemasukan bagi pemerintah daerah), juga
manfaat lain berupa manfaat konservasi, seperti keberagaman mahluk hidup,
perlindungan sumber air, filter polusi, dan lain-lain (Whelan 1991).
Oleh karena itu, diperlukan strategi dan model bisnis yang tepat dan sesuai
dengan lingkungan eksternal maupun lingkungan internal sehingga dapat
menjawab tantangan di masa depan. Strategi dan model bisnis tersebut sangat
berperan dalam perancangan model bisnis di masa depan yang tujuannya untuk
meningkatkan pendapatan, meraih pangsa pasar, menentukan market share,
memetakan potensi bisnis yang akan datang, dan berbagai manfaat lainnya terkait
dengan potensi bisnis wisatanya.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah model pengembangan bisnis yang ada sekarang di
Lokawisata Baturaden melalui pendekatan model bisnis kanvas?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi Lokawisata Baturaden dalam menjalankan pengelolaannya?
3. Perancangan model bisnis baru seperti yang dapat digunakan dalam
pengembangan Lokawisata Baturaden di masa yang akan datang?
6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi model bisnis Lokawisata Baturaden yang diterapkan saat ini
dengan pendekatan bisnis model kanvas.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman bagi Lokawisata Baturaden dalam menjalankan pengelolaannya.
3. Merancang model bisnis baru yang dapat digunakan sebagai strategi
pengembangan Lokawisata Baturaden di masa yang akan datang.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat yang diharapkan terkait hasil penelitian ini antara lain sebagai
berikut : Bagi Pihak Pengelola, diharapkan dapat membantu dan memberikan
masukan terkait pengembangan dan pengelolaan Lokawisata Baturaden, serta
sebagai bahan koreksi untuk meningkatkan kinerja dari pihak-pihak pengelola
termasuk pemerintah daerah.
2. Bagi akademisi, diharapkan dapat menjadi acuan dalam menambah referensi
keilmuan bagi penelitian ini.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terbatas pada Lokawisata Baturaden yang
berlokasi di kabupaten Banyumas sedangkan fokus pengembangan Lokawisata
Baturaden menggunakan model bisnis kanvas yang mencakup pada perancangan
alternatif model bisnis di masa depan serta implementasinya diserahkan pada
pihak pengelola Lokawisata Baturaden.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Manajemen Strategi
David (2009) menyatakan bahwa manajemen strategik merupakan seni dan
ilmu yang menformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsi, dan memampukan organisasi mencapai tujuannya.
Pearce dan Robinson (2009) mendefinisikan manajemen strategik sebagai
serangkaian keputusan dan tindakan yang dituangkan ke dalam rumusan
perencanaan dan implementasi yang didesain untuk mencapai tujuan perusahaan.
Rangkaian keputusan dan tindakan tersebut meliputi sembilan tugas kritis yaitu:
(i) meurumuskan misi perusahaan, termasuk tujuan secara umum, filosofi, dan
sasaran yang akan dicapai, (ii) melakukan analisis yang merefleksikan kondisi
internal dan kapabilitas perusahaan, (iii) menilai lingkungan eksternal perusahaan,
(iv) menganalisis pilihan-pilihan strategi perusahaan dengan memadukan
sumberdaya perusahaan dengan lingkungan eksternal, (v) mengidentifikasi pilihan
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB
Top Related