PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN
PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN TIPE
INDUSTRI TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2015-2017)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Oleh:
DWI PURWANTI
B 200 150 275
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PENGARUH UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN TIPE INDUSTRI
TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun
2015-2017)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh umur perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe industri terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-
2017. Metode pengumpulan sampel dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 165 perusahaan.
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda. Hasil uji t menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan
leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sedangkan umur perusahaan, profitabilitas dan tipe industri tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Kata Kunci : umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, tipe
industri, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Abstract
This study aims to examine the effect of company age, company size, profitability,
leverage and industry type on corporate social responsibility disclosure. The
population of this study is all manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (BEI) in 2015-2017. The method of collecting samples using
purposive sampling technique. The sample used in this study amounted to 165
companies. In this study data analysis techniques were carried out using multiple
linear regression analysis. The results of the t test show that company size and
leverage affect the disclosure of corporate social responsibility. While the age of
the company, profitability and type of industry does not affect the disclosure of
corporate social responsibility.
Keywords: company age, company size, profitability, leverage, industry type,
corporate social responsibility disclosure.
1. PENDAHULUAN
Keberadaan perusahaan industri manufaktur dianggap banyak memberikan
keuntungan bagi masyarakat, antara lain memberikan kesempatan kerja,
menyediakan barang konsumsi, jasa, membayar pajak, memberi keuntungan, dan
lain-lain. Namun demikian, keberadaan perusahaan ternyata juga banyak
2
menimbulkan berbagai persoalan sosial dan lingkungan, seperti: polusi udara,
keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi
makanan haram seperti bentuk negative externalities lain (Harahap, 2001). Adanya
perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara
langsung maupun yang tidak langsung akan memberikan dampak pada lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, untuk mencegah dampak tersebut pemerintah membuat
peraturan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 UU RI
Ayat 1 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu: “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 (Revisi 1998) paragraf 9, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan
dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting”. Perusahaan manufaktur dalam hal ini industri barang
konsumsi (consumer goods) termasuk industri yang produk akhirnya banyak
berhubungan langsung dengan konsumen. Masalah limbah dan proses industri, baik
limbah cair maupun udara, menjadi masalah lingkungan utama industri ini. Selain
itu perusahaan manufaktur khususnya industri barang konsumsi adalah perusahaan
yang menjual produk kepada konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan
produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada masyarakat. Untuk mengatasi
masalah tersebut pemerintah membuat peraturan untuk meminimalisir dampak
buruk yang disebabkan oleh limbah perusahaan. Menurut penelitian Leimona dan
Fauzi (2008) dengan berkembangnya isu perubahan iklim yang dikaitkan dengan
degradasi hutan, industri customer goods dapat pula secara langsung terseret dalam
masalah ini.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu
perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan
3
dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi
tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Bentuk tanggung
jawab perusahaan diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
umum, sumbangan untuk desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.
(Nor Hadi, 2011) Kasus berskala nasional dan bahkan internasional adalah
kasus PT. Freeport dengan masyarakat suku di Papua. PT. Freeport melanggar
peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup, karena menghasilkan
limbah bahan buangan sebesar sebesar 6 miliar ton. Sebagaian besar limbah
dibuang di pegunungan, sungai-sungai yang dekat dengan Taman Nasional Lorenz,
sebuah hujan tropis yang telah diberikan status khusus oleh PBB. Perusahaan
konsultan Amerika yang dibayar oleh PT. Freeport dan Rio Titi (mitra bisnisnya)
menunjukan daerah yang dibanjiri dengan limbah tambang tidak cocok untuk
kehidupan makhluk hidup akuatik. Belum lagi ketidakpuasan masyarakat lokal
terhadap eksistensi. PT. Freeport yang hingga sekarang belum memperoleh
penyelesaian signifikan dari pemangku kebijakan.
Menurut Manurung (2008) dan Nor Hadi (2011), pada umumnya, laporan
keuangan merupakan refensi utama bagi para investor atau calon investor dalam
menilai kinerja perusahaan dan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan.
Selain laporan keuangan, investor dan calon investor juga menggunakan konsep
triple bottom lines yang terdiri dari: profit, people, planet. Namun dalam decade
terakhir ini, pelaporan tanggung jawab sosial mulai mendapat perhatian, khususnya
dari kalangan investor. Bagi perusahaan, pelaporan tanggung jawab sosial bisa
dijadikan sebagai alat untuk meyakinkan pemegang saham (investor) dan calon
investor. Hal ini diakibatkan mulai berkurangnya kepercayaan masyarakat pasca
kasus PT FREEPORT. Tentang pencemaran lingkungan dan konflik sosial dengan
masyarakat setempat telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan
perhatian yang besar terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
4
Pertanggungjawaban sosial sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang didasarkan pada karakteristik-
karakteristik yang ada dalam perusahaan tersebut. Karakteristik perusahaan dapat
dilihat dari beberapa faktor seperti umur perusahan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, tipe industri dan sebagainya. Dari karakteristik-
karakteristik perusahaan tersebut dapat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan pengungkapan yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam laporan
tahunannya. Pengungkapan sosial yang terdapat di dalam laporan tahunan tersebut
dapat membantu masyarakat untuk mengetahui keadaan perusahaan dan aktivitas
apa saja yang dilakukan perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Menurut Sudaryono (2007:110) umur perusahaan merupakan lamanya
perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Umur perusahaan menunjukkan
bahwa perusahaan tetap eksis mampu bersaing. Menurut Untari (2010: 6-7) umur
perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dapat
menunjukan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat
mengancam kehidupan perusahaan serta menunjukan kemampuan perusahaan
mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha. Di
samping itu umur perusahaan menunjukkan kemampuan dalam keunggulan
berkompetensi. Dengan demikian semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan
tersebut semakin dapat menunjukan eksistensi dalam lingkungannya dan semakin
bias meningkatkankan kepercayaan investor.
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan
untuk menjelaskan variasi luas pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang
memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang
lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Eddy, 2005). Beberapa
penelitian yang berhasil membuktikan hubungan positif antara variabel ukuran
perusahaan dan luas pengungkapan tanggung jawab sosial antara lain dilakukan
oleh Erawati dan Robiah (2017) dan Dewi dan Keni (2012). Tetapi tidak semua
penelitian mendukung hubungan antara ukuran perusahaan dengan luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ada juga penelitian yang tidak
5
berhasil menunjukan hubungan positif antar kedua variabel tersebut, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Yusi dan Hasan (2015).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
sehingga mampu meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan. Profitabilitas
yang tinggi, akan memberikan kesempatan yang lebih kepada manajemen dalam
mengungkapkan serta melakukan program CSR. Oleh karena itu, semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pengungkapan informasi
sosial. Penelitian yang dilakukan Sunaryo, Bustan Arya (2016), Dewi dan Keni
(2012) berhasil membuktikan hubungan positif antara variabel profitabilitas dan
luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tetapi, penelitian Trinanda
(2018) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas
dengan luas pengungkapan CSR .
Tingkat leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Hasil penelitian oleh Lidya
(2010) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
mengurangi luas pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak
menjadi perhatian dari para debtholders. Hubungan antara leverage dan luas
pengungkapan CSR juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan Jayanti (2011) menemukan hubungan yang positif antara leverage
terhadap luas pengungkapan sosial. Akan tetapi penelitian Sunaryo, Bustan Arya
(2016) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara leverage
dengan luas pengungkapan CSR.
Tipe industri didefinisikan sebagai faktor potensial yang mempengaruhi
praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tipe industri adalah
karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha,
risiko usaha, karyawan yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. Dalam penelitian
Sembiring (2005) variable tipe industri yang dikelompokkan dalam industri high
profile dan low profile memberikan hasil yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan yang bertipe high profiile dalam melakukan aktivitasnya banyak
memodifikasi lingkungan, dan menimbulkan dampak sosial yang negatif terhadap
masyarakat.
6
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sunaryo dan Mahmud (2016) yang berjudul “Pengaruh Size, Profitabilitas,
Leverage, dan Umur Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan”. Dalam penelitian Sunaryo dan Mahmud (2016) variabel size
berpengaruh negatif, profitabilitas berpengaruh positif, leverage berpengaruh
negatif, dan umur berpengaruh negative terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
adanya penambahan satu variabel yaitu tipe industri.
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2015-2017. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas suatu kriteria
tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-
2017. (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan Laporan Keuangan Tahunan
secara berturut-turut dengan periode 2015-2017. (3) Perusahaan yang memperoleh
laba bersih secara berturut-turut tiga tahun dengan periode 2015-2017. (4)
Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan dengan mata uang rupiah. (5).
Perusahaan memiliki data keuangan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data dari penelitian ini bersumber dari laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2017 yang
diperoleh melalui akses langsung dari website Indonesia Stock Exchange
(www.idx.co.id).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Hasil Uji Normalitas
7
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov
Asymp. Sig.
(2-tailed)
Keterangan
Unstandardized
Residual
1,078 0,195 Data
berdistribusi
normal
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 1 dapat diketahui nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,078 dengan probabilitas (p-value) sebesar 0,195.
Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat diartikan bahwa data
berdistribusi normal.
3.1.2 Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 2. Hasil Uji Autokolerasi
Durbin-Watson Ketentuan Keterangan
1,760 -2 sampai 2 Tidak terjadi
autokolerasi
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Dari hasil uji autokolerasi pada tabel 2 diketahui nilai Durbin-Watson sebesar
1,760. Karena nilai D-W berada diantara -2 dan +2 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi autokolerasi positif maupun negatif.
3.1.3 Hasil Uji Multikolineritas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
AGE 0,790 1,266 Tidak terjadi
multikolinearitas
SIZE 0,916 1,092 Tidak terjadi
multikolinearitas
PROF 0,662 1,511 Tidak terjadi
multikolinearitas
LEV 0,809 1,237 Tidak terjadi
multikolinearitas
TI 0,933 1,071 Tidak terjadi
multikolinearitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
8
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak
terjadi multikolinearitas dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10.
3.1.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. (2-
tailed)
Keterangan
AGE 0,606 Tidak terjadi heteroskedastisitas
SIZE 0,324 Tidak terjadi heteroskedastisitas
PROF 0,823 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LEV 0,143 Tidak terjadi heteroskedastisitas
TI 0,814 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4 dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
3.1.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 5. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Unstandardized Coefficients
(Constant) 0,1848
AGE 0,0002
SIZE 0,0155
PROF 0,0257
LEV -0,0066
TI -0,0157
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 5 diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
CSRDI = 0,1848 + 0,0002 AGE + 0,0155 SIZE + 0,0257 PROF - 0,0066
LEV – 0,0157 TI + e
9
3.1.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Adjusted R Square Keterangan
0,290 Persentase pengaruh 29 %
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) pada tabel 6 diperoleh nilai
Adjusted R Square sebesar 0,290. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel
umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe industri
dalam menjelaskan variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
sebesar 29 %. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 71% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
3.1.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 7. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Fhitung Ftabel Sig. Keterangan
14,368 2,270 0,000 Berpengaruh
simultan
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji statistik F pada tabel 7 dapat diketahui bahwa Fhitung >
Ftabel yaitu 14,368 > 2,270 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 menunjukkan
bahwa model regresi fit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel umur
perusahaam, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe industri
berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
3.1.7 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 8. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Variabel 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Sig. Keterangan
AGE 0,815 1,974 0,417 Tidak
Berpengaruh
SIZE 7,606 1,974 0,000 Berpengaruh
PROF 1,467 1,974 0,144 Tidak
Berpengaruh
LEV -2,150 1,974 0,032 Berpengaruh
10
TI -1,923 1,974 0,056 Tidak
Berpengaruh
Sumber: Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 8 maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Variabel umur perusahaan (AGE) memiliki nilai t hitung sebesar 0,815
dengan tingkat signifikasi 0,417, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
ditolak. Hal ini berarti bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai t hitung sebesar 7,606
dengan tingkat signifikasi 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa H2
diterima. Hal ini berarti ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki nilai t hitung sebesar 1,467 dengan
tingkat signifikasi 0,144, sehingga dapat disimpulkan H3 ditolak. Hal ini
berarti profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan
4. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai t hitung sebesar -2,150 dengan
tingkat signifikasi 0,032, sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 diterima.
Hal ini berarti leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
5. Variabel tipe industri (TI) memiliki nilai t hitung sebesar -1,923 dengan
tingkat signifikasi 0,056, sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak. Hal
ini berarti tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil analisis variabel umur perusahaan memiliki nilai t hitung sebesar
0,815 dengan tingkat signifikasi 0,417 lebih tinggi dari α = 0,05. Hal ini berarti
11
umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, sehingga lama tidaknya perusahaan berdiri tidak akan mempengaruhi
luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin lama perusahaan
berdiri bukan berarti perusahaan tersebut dapat menunjukkan eksistensi di dalam
lingkungannya dan mampu bersaing dengan perusahaan lain.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi dan Keni (2012) serta
Sunaryo dan Mahmud (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil analisis variabel ukuran perusahaan memiliki nilai t hitung
sebesar 7,606 dengan tingkat signifikasi 0,000 lebih rendah dari α = 0,05. Hal ini
berarti ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, maka akan
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas.
Karena perusahaan besar merupakan emitmen yang banyak di sorot dan sebaliknya
jika semakin kecil ukuran perusahaan, maka akan melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang sempit.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Erawati dan Robiah (2017)
serta Trinanda (2018) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil analisis variabel profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar
1,467 dengan tingkat signifikasi 0,144 lebih tinggi dari α = 0,05. Hal ini berarti
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, sehingga besar atau kecilnya profitabilitas suatu perusahaan tidak
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan adanya
12
UU RI No. 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yang mengatur tentang perseroan terbatas,
sehingga tanggung jawab sosial perusahaan merupakan program tahunan yang
harus dilakukan oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Purwanto (2011) dan
Trinanda (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3.2.4 Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil analisis variabel leverage memiliki nilai t hitung sebesar -2,150 dengan
tingkat signifikasi 0,032 lebih tinggi dari α = 0,05. Hal ini berarti leverage
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga
semakin besar porsi hutang dapat mendorong peningkatan efektivitas manajemen
didalam melaksanakan kegiatan produksi sekaligus mendorong jumlah
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Syailendra (2016), yang
menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
3.2.5 Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hasil analisis variabel tipe industri memiliki nilai t hitung
sebesar -1,923 dengan tingkat signifikasi 0,056 lebih tinggi dari α = 0,05. Hal ini
berarti tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut bahwa perusahaan yang tergolong
high-profile dan low-profile tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Kedua tipe industri merupakan perusahaan yang
berorientasi pada konsumen sehingga tiap industri memberikan informasi mengenai
pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan
dan mempengaruhi penjualan. Perusahaan high profile mempunyai kewajiban
13
untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan UU RI No.
40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 1 tentang perseroan terbatas.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nurfadilah dan Sagara
(2015) yang menyatakan bahwa tipe industri tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Variabel umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
2) Variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
3) Variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
4) Variabel leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
5) Variabel tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
4.2 Saran
1) Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain yang dapat
mempengaruhi variabel dependen, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
2) Penelitian selanjutnya diharapkan lebih objektif dalam menilai dan mereview
item-item CSR yang diungkapkan perusahaan sesuai dengan dasar yang ada,
selain itu di perlukan pula item-item pengukuran yang lebih detail serta item
pengukuran tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan CSR di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainbility Reporting di Indonesia. Konvensi
Nasional Akuntansi V Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15
Desember
14
Dewi, Sofia Prima dan Keni. 2012. Pengaruh Umur Perusahaan, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Menuju Perumusan Akuntansi Islam. Jakarta:
Pustaka Quantum.
Leimona, Beria dan A. Fauzi. 2008. CSR dan Pelestarian Lingkungan. Buku 2,
Indonesia Bussiness Links Jakarta.
Manurung, A. H. 2008. Strategi Memenangkan Saham di Bursa. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Nor Hadi. 2011. Corporate Social Responbility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nuryaman dan Veronica Christina. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan
Bisnis Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudaryono, Bambang. 2007. Kajian atas Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Lingkungan (environmental disclosure) pada Perusahaan
Publik di BEJ pada tahun 2004-2005. Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi. Volume 7. No. 2. Hlm 107-139.
Sunaryo, Bustan Arya dan Mahmud, H. 2016. “Pengaruh Size, Profitabilitas
Leverage dan Umur Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan”. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro. Volume 5.2, 1-14.
Utomo, Muhammad Muslim. 2000. “Praktek Pengungkapan Sosial Pada Laporan
Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara
Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low Profie)”. Simposium
Nasional Akuntansi III. Jakarta.
Top Related