Laporan Konservasi Sumber Daya Lahan
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA
ORGANIK AMPAS TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG MANIS
(Zea mays sturt L.)
Oleh,
Kelompok 5 :
Prekdi S. Berutu NIM : 160301034
Riska Maulida NIM : 160301012
Yogi Ardiansyah NIM : 160301031
Asriama NIM : 160301017
Fachri Hafiz Sitompul NIM : 160301006
Mata Kuliah : Konservasi Sumber Daya Lahan
Dosen Pengampu : Ir. Syukri Risyad, MP.
PROGRAM STUDY AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang “Pengaruh
Sistem Olah Tanah Dan Pemberian Mulsa Organik Ampas Tebu Terhadap
Pertumbuhan Jagung Manis (Zea Mays Sturt L.)”.
Penulisan laporan adalah salah satu tugas mata kuliah Perbanyakan Vegetatif
di Universitas Samudra. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya kepada Ibu dosen dan Asisten Praktikum yang telah memberikan materi,
sehingga memberikan modal awal buat penulisan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di harapkan
dapat tercapai.
Langsa, 20 Desember 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Jagung .................................................................................................... 3
2.2 Metode Konservasi Tanah dan Air ..................................................... 3
2.3 Mulsa ...................................................................................................... 4
2.4 Mulsa Serasah Tebu.............................................................................. 5
2.5 Sifat Fisik dan Mekanik Tanah pada Pengolahan Tanah................. 6
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ............................................................. 8
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 8
3.2 Bahan dan Alat...................................................................................... 8
3.3 Rancangan Percobaan .......................................................................... 8
3.4 Prosedur Praktikum ............................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 11
4.1 Hasil........................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 12
BAB V PENUTUP................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 18
5.2 Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 19
LAMPIRAN............................................................................................................. 20
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 15 HST............................................... 11
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 15 HST ............................................. 12
Tabel 3. Transformasi Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 15 HST................ 12
Tabel 4. Transformasi Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 30 HST................ 13
Tabel 5. Hasil Rata-rata Transformasi Data Tinggi Tanman 15 HST ...................... 15
Tabel 6. Hasil Rata-rata Transformasi Data Tinggi Tanman 15 HST ...................... 15
Tabel 7. Rata-rata Transformasi Data Tinggi Tanman 15 HST................................ 15
Tabel 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman................................................................ 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung adalah salah satu tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan
petani di Indonesia setelah padi, Produksi jagung di suatu negara sering mengalami
pasang surut. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung.
Namun demikian dengan ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan
berkurangnya lahan, maka totalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan
pemupukan sangat penting untuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi
hasil cukup tinggi, cara untuk mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang
dilakukan oleh petani baru memberikan hasil 7 ton ha-1 (Purwono dan Hartono, 2008
dalam Ekowati dan Nasir, 2011).
Selain mendekati kandungan karbohidrat dari padi, jagung juga merupakan
salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk
dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein
setelah beras. Menurut Badan Statistika (2015), produksi jagung Lampung tahun 2014
sebesar 706.785 ton, dengan luas areal panen 206.879 ha, produksi jagung nasional
tahun 2014 sebesar 12,41 juta ton, dengan luas areal panen 3,60 juta ha. Peningkatan
produksi jagung dalam 10 tahun ke depan masih dapat dilakukan dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya. Dengan menciptakan tingkat pertumbuhan
produksi 2 % sampai 6,57 % per tahun maka pada tahun 2025 Indonesia akan dapat
mengekspor jagung. Dengan penggunaan benih hibrida untuk meningkatkan
produktivitas dari rata-rata 3,7 ton ha-1menjadi lebih dari 6,5 ton ha-1pengolah produksi
jagung unggul masih sangat rasional, apalagi agribisnis jagung telah didukung dengan
tersedia dan kesiapan stakeholder dari hulu sampai hilir (Balai Penelitian Tanaman
Jagung dan Serealia, 2000).
Untuk meningkatkan produktivitas perlu teknik budidaya yang tinggi, salah
satu yang ada di dalam budidaya adalah dengan pengolahan tanah. Untuk
mempertahankan kualitas tanah agar tetap baik,dapat dilakukan dengan menggunakan
2
prinsip olah tanah konservasi (OTK). Olah tanah konservasi merupakan cara penyiapan
lahan yang dapat mengurangi mineralisasi bahan organik, erosi, dan penguapan
dibandingkan dengan cara-cara penyiapan lahan konvensional (Abdurachman dkk.,
1998). Keberhasilan OTK dalam menekan mineralisasi bahan organik, erosi, dan
penguapan disebabkan karena keberadaan sisa-sisa tanaman dalam jumlah yang
memadai di permukaan tanah (Adnan dkk., 2012).
Selain dengan sistem olah tanah konservasi (OTK), usaha untuk meningkatkan
produksi tanaman pangan juga dapat dilakukan dengan mulsa organic. Mulsa organik
lebih banyak digunakan pada sistem pertanian organik. Pemberian mulsa organik akan
memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena dapat
mengurangi evaporasi, mencegah penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan
terhadap tanah serta kelembaban tanah dapat terjaga,sehingga tanaman dapat
menyerapair dan unsur hara dengan baik.
Pemilihan mulsa ampas tebu karena bahannya mudah didapatkan dan tidak
termanfaatkan oleh masyarakat. Mulsa ampas tebu yang didapat dari hasil panen tebu
yang hanya menggunakan air tebu saja sehingga ampas tebu seringkali dibuang.
Manfaat mulsa ampas tebu dapat meningkatkan kesuburan tanah, menghemat air,
mencegah erosi pada plot tanaman, menjaga kelembaban dan suhu disekitar tanaman,
dalam penggunaan mulsa organik ini tidak menyisakan limbah seperti penggunaan
mulsa plastik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang perlakuan
aplikasi serasah tebu sebagai mulsa organik dan sistem olah tanah pada budidaya
tanaman jagung di lahan kering yang ditinjau dari parameter sifat fisik dan mekanik
tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah dan
pemberian mulsa ampas tebu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung (Zea May L)
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di
Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Disamping itu,jagung juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak.
Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat sekitar 5,16 % per tahun
sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan bahan baku industri naik sekitar 10,87
% per tahun (Roesmarkam dan Yuwono, 2004 dalam Ekowati dan Nasir, 2011). Sentra
produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa (sekitar 65 %). Sejak tahun 2001
pemerintah telah menggalakkan program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi,
Kedelai dan Jagung). Program tersebut cukup efektif, terbukti dengan adanya
peningkatan jumlah produksi jagung dalam negeri tetapi tetap belum dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri sehingga masih dilakukan impor jagung (Purwono dan
Hartono, 2008 dalam Ekowati dan Nasir, 2011).
Deskripsi tersebut mengindikasikan upaya peningkatan produksi jagung masih
perlu dilakukan. Seperti tanaman lain, jagung juga memerlukan unsur hara untuk
kelangsungan hidupnya. Unsur hara tersebut terdiri dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S,
Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, Cl, Si, Na, dan Co (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Ekowati
dan Nasir, 2011).
2.2 Metoda Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah merupakan penempatan sebidang tanah pada cara
penggunaan tanah yang sesuai kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang dibutuhkan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad,
2000). Usaha konservasi tanah tersebut ditujukan untuk dua hal, yaitu: (1) mencegah
kerusakan tanah, dan (2) memperbaiki tanah agar dapat berproduksi optimal untuk
waktu yang tidak terbatas. Konservasi air merupakan tindakan pemanfaatan air
seefisien mungkin agar tetap tersedia di musim kemarau dan tidak terbuang di musim
4
hujan. Pada dasarnya tindakan konservasi tanah merupakan bagian dari tindakan
konservasi air.
Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak
terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan. Berdasarkan
asas ini ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu: (1) menutup tanah
dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman, sisa-sisa tanaman/tumbuhan agar terlindung
dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan
tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan
lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah, dan (3) mengatur air
aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan
memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Setiap macam penggunaan tanah mempunyai pengaruh terhadap kerusakan
tanah oleh erosi. Penggunaan tanah pertanian ditentukan oleh jenis tanaman dan
vegetasi, cara bercocok tanam dan intensitas penggunaan tanah. Teknologi yang
diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari dari sebidang tanah. Metoda konservasi
tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu: (1) metoda vegetatif, (2) metoda
mekanik, dan (3) metoda kimia.
2.3 Mulsa
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Dengan adanya bahan mulsa di atas
permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang
ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara
mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu
penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Selain itu
dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung
oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses
penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
5
Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan-
bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti jerami
padi, alangalang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini merupakan
salah satu keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman dibanding mulsa plastic
yang sukar lapuk. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air
yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali
ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke
udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah
tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai
hara yang dibutuhkan tanaman (Fauzan, 2002). Menurut Fauzan (2002) ada beberapa
macam mulsa yaitu :
1. Mulsa Organik
Meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat
seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan pelepah daun
pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji.
2. Mulsa Anorganik
Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu
kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman
semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering
digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
3. Mulsa Kimia-Sintetis
Meliputi bahan-bahan plastik dan bahan-bahan kimia lainnya. Bahan-bahan
plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam.
Bahan plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai
bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, plastik perak, dan plastik
perak hitam.
2.4 Mulsa Serasah Tebu
Setelah bagian batang tebu ditebang dan diangkut ke pabrik gula, maka
tertinggal sisa-sisa daun yang sudah tua ditandai warna hijau daun yang agak
6
menguning berserakan di lapangan. Sisa-sisa daun tebu yang menutupi permukaan
tanah sesungguhnya sumber bahan organik yang dapat berfungsi sebagai mulsa.
Dekomposisi mulsa serasah tebu akan berpengaruh terhadap kesuburan kimia tanah.
Serasah tebu mengandung 0,3 – 0,4% N; 0,1 – 0,13% P; 0.6% K dan 42 – 46% bahan
organik. Kesuburan fisika tanah akan mengalami perubahan pola karena dekomposisi
mulsa serasah meningkatkan bahan organic tanah, aktivitas biologi, memperbaiki
aerasi, dan meningkatkan infiltrasi. Mulsa juga akan membantu mencegah erosi. Mulsa
menutupi tanah dari air hujan yang jatuh dan aliran permukaan (Arifin, 1989).
Serasah tebu merupakan sisa panen tanaman tebu berupa daun dan pucuk tebu
serta batang tebu yang tidak sempat dipanen. Setelah pemanenan tebu, serasah tebu
yang terhampar di lahan volumenya sangat besar dan dapat mengganggu
pengoperasian alat dan mesin pengolah tanah untuk budidaya tebu selanjutnya. Serasah
tebu didominasi oleh bahan-bahan yang sudah kering berupa serat sehingga memiliki
karakter yang liat dan balki (bulky) (Khaerudin, 2008).
2.5 Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah Pada Pengolahan Tanah
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis yang tersusun dari empat bahan
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Sebagai suatu system yang
dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifatsifatnya
yang meliputi sifat fisik, sifat kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang
keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanahtanah pertanian, sifat
mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja
pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat
kepadatan tanah. Perubahan fisik dan mekanik tanah tersebut, sesuai perkembangan
tanah, terjadi baik secara alami atau akibat kegiatan manusia, seperti pengolahan tanah
dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perbaikan aerasi, pergerakan air dan
penetrasi akar dalam profil tanah (Yunus, 2004).
Sifat - sifat dinamik tanah adalah sifat - sifat yang dinyatakan melalui
pergerakan tanah. Apabila suatu blok tanah bergerak di atas sebuah permukaan maka
gesekan resultan adalah merupakan sifat dinamik dari tanah dan sifat ini tidak akan
7
terlihat dan ditentukan sebelum blok tanah tersebut bergerak. Contoh lain adalah bila
tanah gembur dipadatkan maka kekuatan tanahnya akan meningkat. Kekuatan tanah
merupakan sifat dinamik dari tanah yang merupakan kemampuan dari suatu tanah pada
kondisi tertentu untuk melawan gaya yang bekerja atau kemampuan suatu tanah untuk
mempertahankan diri dari deformasi (Mandang dan Nishimura, 1991).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan
banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dipengaruhi oleh factor dan
proses pembentukan tanah tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain
adalah bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah
bertekstur kasar dan sebaliknya (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer
seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat yang satu agregat dengan
lainnya dibatasi oleh bidang alami yang lemah. Struktur dapat memodifikasikan
pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, tersedianya unsur
hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar (Bailey, 1986). Tanah dengan
struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya
membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-
pori tanah banyak terbentuk. Di samping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak
(mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan
(Hardjowigeno, 2003).
Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density) menunjukkan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume poripori tanah. Bulk
density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi
bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada
umumnya bulk density berkisar 1,1 – 1,6 g/cm3. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk
density kurang dari 0,9 g/ cm3 (misal tanah Andisol), bahkan ada yang kurang dari 0.1
g/ cm3 (misalnya tanah gambut) (Hardjowigeno, 2003).
8
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Konservasi Sumber Daya Lahan ini dilaksanakan pada bulan
November 2018 s/d Bukan Desenber 2018 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Samudra.
3.2 Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Benih Jagung manis
2. Pupuk Kandang
3. Mulsa organik serasah tebu
2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Cangkul
2. Parang
3.3 Rancangan Percobaan
1. Setiap percobaan menggunakan lahan seluas 12,87 m2, yang dibagi kedalam 12
satuan plot percobaan
2. Ukuran luas setiap plot percobaan adalah : 1,4 m x 0,4 m dengan jarak antar
plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
3. Perlakuan sistem pengolahan tanah yaitu T0 : tanpa pengolahan tanah, T1 :
Pengolahan tanah minimum, T2 : Pengolahan tanah maksimum. Untuk
perlakuan mulsa organik serasah tebu :
M1 : tanpa pemberian mulsa
M2 : pemberian mulsa
9
Sehingga didapat kombinasi perlakuan T0M1, T0M2, T1M0, T1M2, T2M0,
T2M1.
4. Percobaan ditata menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola
Faktorial dengan 2 ulangan.
5. Analisi data dilakukan dengan menggunakan ANOVA atau analisis ragam dan
dilanjutkan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%
3.4 Prosedur Praktikum
1. Menyiapkam Plot/Petak Percobaan
a. Sediakan lahan percobaan yang telah dilolah seluas 12,87 m2.
b. Bagi lahan tersebut kepada kedua kelompok sebagai blok (ulangan)
c. Antara kelompok I dan kelompok II pisahkan dengan membuat jarak kira-kira
0,5 m.
d. Bagi setiap kelompok menjadi 6 bagian atau plot percobaan dengan ukuran
masing-masing plot adalah 1,4 m x 0,4 m.
e. Jarak antar plot dipisahkan dengan parit/saluran drainase selebar 30 cm.
f. Perlakuan lahan sesuai dengan judul percobaan yang dipraktikumkan.
2. Pelaksanaan Percobaan
a. Buat plot percobaan
b. Bersihkan lahan dan lakukan persipan lahan dan plot percobaan
c. Olah tanah sesuai perlakuan
d. Siapkan benih tanaman masing masing dan lakukan penanaman.
e. Gunakan jarak tanam masing-masing tanman 70 x 20 cm
f. Berikan pupuk kandang dan pupuk dasar sesuai anjuran
g. Lakukan pengamatan.
3. Pengamatan
Variaebel yang diamati :
Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur jarak antara
pangkal batang sampai dengan ujung daun terpanjang yang diluruskan pada
10
tanaman sampel dengan menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan pada
umur 15 HST, 30 HST.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman 15 HST (cm)
Perlakuan TanamanSampel
Ulangan Total1 2
T0M0 1 10 21,5 31,52 0 5,9 5,93 11 0 114 0 0 0
T0M1 1 10 7 172 0 0 03 0 0 04 13 0 13
T1M0 1 10,5 0 10,52 18 19 373 0 16 164 0 9 9
T1M1 1 11 0 112 11 8,3 19,32 0 0 04 0 0 0
T2M0 1 0 21,5 21,52 0 16 163 19 3 224 8 0 8
T2M1 1 0 0 02 21 0 213 23 9 324 0 12 12
12
Tabel 2. Hasil pengamatan tinggi tanaman 30 HST (cm)
Perlakuan Sampel Ulangan Total1 2
TOM0 1 22 35 572 0 10,9 10,93 20,2 0 20,24 0 0 0
T0M1 1 21,6 18 39,62 0 0 03 0 0 04 15,5 0 15,5
T1M0 1 23,5 0 23,52 35 29,3 64,33 0 27,7 27,74 0 18 18
T1M1 1 23 0 232 24.8 16,2 413 0 0 04 0 0 0
T2M0 1 0 33,6 33,62 0 28 283 28,4 0 28,44 0 0 0
T2M1 1 0 0 02 34,7 0 34,73 35,6 17 52,64 0 25,8 25,8
4.2 Pembahasan
1. Pengolahan data tinggi tanaman 15 HST
Tabel 3. Transformasi data hasil pengamatan tinggi tanaman 15 HST
Perlakuan TanamanSampel
Ulangan Total1 2
T0M0 1 3,24 4,6 7,842 0,71 2,53 3,243 3,39 0,71 4,14 0,71 0,71 1,42
13
Jumlah 8,05 8,55 16,6Rata-rata 2,01 2,14 4,15
T0M1 1 3,24 2,74 5,982 0,71 0,71 1,423 0,71 0,71 1,424 3,67 0,71 4,38
Jumlah 8,33 4,87 13,2Rata-rata 2,08 1,22 3,3
T1M0 1 3,32 0,71 4,032 4,3 4,42 8,723 0,71 4,06 4,774 0,71 3,08 3,79
Jumlah 9,04 12,27 21,31Total 2,26 3,07 5,33
T1M1 1 3,39 0,71 4,12 3,39 2,97 6,362 0,71 0,71 1,424 0,71 0,71 1,42
Jumlah 8,2 5,1 13,3Rata-rata 2,05 1,28 3,33
T2M0 1 0,71 4,69 5,42 0,71 4,06 4,773 4,42 1,87 6,294 2,92 0,71 3,63
Jumlah 8,76 11,33 20.09Rata-rata 2,19 2,83 5,02
T2M1 1 0,71 0,71 1,422 4,64 0,71 5,353 4,85 3,08 7,934 0,71 3,54 4,25
Jumlah 10,91 8,04 18,95Rata-rata 2,73 2,01 4,74
Tabel 4. Transformasi data hasil pengamatan tinggi tanaman 30 HST
Perlakuan SampelUlangan
Total1 2
TOM0 1 4.74 5.96 10.70
14
2 0.71 3.38 4.08
3 4.55 0.71 5.264 0.71 0.71 1.41
Jumlah10.71 10.75
21.46
Rata-rata2.68 2.69 5.36
T0M1
1 4.70 4.30 9.00
2 0.71 0.71 1.41
3 0.71 0.71 1.41
4 4.00 0.71 4.71
Jumlah10.12 6.42 16.54
Rata-rata2.53 1.61 4.13
T1M0
1 4.90 0.71 5.61
2 5.96 5.46 11.42
3 0.71 5.31 6.02
4 0.71 4.30 5.01
Jumlah12.27 15.78 28.05
Rata-rata3.07 3.94 7.01
T1M1
1 4.85 0.71 5.55
2 5.03 4.09 9.12
3 0.71 0.71 1.41
4 0.71 0.71 1.41
Jumlah11.29 6.21 17.50
Rata-rata2.82 1.55 4.37
T2M0
1 0.71 5.84 6.552 0.71 5.34 6.053 5.38 0.71 6.084 0.71 0.71 1.41
Jumlah7.50 12.59 20.09
15
Rata-rata1.87 3.15 5.02
T2M1
1 0.71 0.71 1.412 5.93 0.71 6.643 6.01 4.18 10.194 0.71 5.13 5.84
Jumlah13.36 10.73 24.08
Rata-rata3.34 2.68 6.02
Tabel 5. Hasil rata-rata transformasi data tinggi tanaman 15 HST
Perlakuan Ulangan Total1 2
T0M0 2.01 2.14 4.15T0M1 2.08 1.22 3.3T1M0 2.26 3.07 5.33T1M1 2.05 1.28 3.33T2M0 2.19 2.83 5.02T2M1 2.73 2.01 5.02
Tabel 6. Hasil rata-rata transformasi data tinggi tanaman 30 HST
Perlakuan Ulangan Total1 2
T0M0 2.68 2.69 5.37T0M1 2.53 1.61 4.14T1M0 3.07 3.94 7.01T1M1 2.82 1.55 4.37T2M0 1.87 3.15 5.02T2M1 3.34 2.68 6.02
Tabel 7. Rata rata transformasi data tinggi tanaman 15 dan 30 HST
PerlakuanUlangan
Total1 2
T0M0 2.35 2.42 4.77T0M1 2.31 1.42 3.73T1M0 2.67 3.51 6.18T1M1 2.44 1.42 3.86
16
T2M0 2.03 2.99 5.02T2M1 3.04 2,35 5.39Total 14.84 11.76 26.6
Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan yang menunjukkan
nilai rataan paling tinggi adalah perlakuan T2M1. Perlakuan tersebut adalah perlakuan
dengan sistem olah tanah maksimum dan dengan pemberian mulsa. Dari hasil
pengamatan tersebu diduga bahawa dengan melakukan pengolahan tanah dapat
memperbaiki struktur tanah. Dengan diperbaiki struktur tanah maka kapasitas infiltrasi
tanah menjadi meningkat. Akibat kapasitas infiltrasi yang meningkat pada tanah
memberi manfaat bagi tanaman yaitu tanah menyediakan air yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman.
Mulsa yaitu material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Dengan adanya bahan mulsa di atas
permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang
ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara
mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu
penyebab keuntungan yaitu meningkatnya pertumbuhan tanaman budidaya. Selain itu
dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung
oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses
penghancuran.
Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan
bahan-bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti
jerami padi, alangalang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini
merupakan salah satu keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman dibanding
mulsa plastic yang sukar lapuk. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi.
Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa
dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena
penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses
transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah
17
terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman (Fauzan, 2002). Nah, hal inilah yang
mengakibatkan perlakuan T2M1 mendapatkan nilai tinggi tanaman yang tertinggi.
Tinggi tanaman yang terendah berada pada T0M1, hal ini diduga diakibatkan
tidak adanya perlakuan pengolahan tanah, akibat daya infiltasi tanah sangat rendah.
Akibatnya pertumbuhan tanaman tidak tumbuh dengan baik.
Dari hasil rataan tinggi tanaman dilakukan analisis sidik ragam untuk
mengetahui apakah pemberian mulsa berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung.
Berikut analisis ragam tinggi jagung 15 dan 30 HST.
Tabel 8. Analisis ragam tinggi tanaman
SK DB JK KT Fhit F.05Ulangan 1 0.04 0.04 0.12tn 6.61
Perlakuan 5 2.16T 2 1.38 0.69 1.80tn 5.79M 1 0.01 0.01 0.04tn 6.61
T X M 2 0.77 0.38 0.99tn 5.79Galat 5 1.93 0.39Total 11 4.13
Dari tabel analisis ragam diatas menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah
tanah dan pemberian mulsa organik serasah tebu tidak memberikan pengaruh nyata
terhadapa tinggi tanaman jagung. Dilihat dari tabel bahwa semua perlakuan yang
diberikan seperti sistem olah tanah tidak nyata (tn), pemberian mulsa tidak nyata (tn)
dan interaksi kedunya juga tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga
karean tanah tempat budidaya tanaman jagung manis adalah tanah kering sehingga
mempunya faktor pembatas kesuburan yang rendah dan ketersediaan air yang sedikit,
akibatnya pelakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terahadap pertumbuhan
tinggi tanaman.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada budidaya jagung diperlukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah
dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah yaitu struktur. Perbaikan struktur
tanah dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Penaikan kapasitas infiltasi
tanah memerikan ketersediaan air yang cukup bagi kelangsungan dan
pertumbuhan tanaman.
2. Pemberian mulsa memberikan manfaat untuk pertumbuhan tanaman. Manfaat
yang dapat diperoleh dari pemberian mulsa adalah dapan menekan tingkat
evaporasi tanah, manfaat lain dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga
kompetisi anatara tanaman dan gulma menjadi rendah bahkan tidak ada.
3. Pada praktikum ini, perlakuan pengolahan tanah dan pemberian mulsa tidak
berpengaruh nyata, hal ini diduga karena budidaya dilakukan di lahan kering.
5.2 Saran
Praktikum ini dilakukan dalam waktu yang singkat. Sebaiknya praktikum ini
dilakukan sampai jagung bisa dipanen, sehingga parameter yang diukur tidak hanaya
pada tinggi tanaman (fase vegetatif) saja, tetapi sampai ke pada fase generatif tanaman
sehingga dapat diperoleh pengaruh pengolahan tanah dan pemberian mulsa terhadap
produksi tanaman jagung manis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Hasanuddin, dan Manfarizah. 2012. Aplikasi beberapa dosis herbisida glifosatdan Paraquat pada sistem tanpa olah tanah (TOT) serta pengaruhnya terhadapsifat kimia tanah, karakteristik gulma dan hasil kedelai. J. Agrista. 16 (3): 135– 145.
Anwar Fauzan, 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan. PertanianOrganik. Malang. H. 182-187.
Arifin S. 1989. Upaya Meningkatkan Tebu Keprasan di Lahan Kering Regosol.Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering. P3GI Pasuruan
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2006. Biro Pusat Sulawesi Selatan dalam Angka 2002 Statistik(BPS), Makassar.
Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia, 1997. Intensifikasi jagung di Indonesia,peluang dan tantangan, Disajikan dalam Seminar dan Lokakarya NasionalJagung, Ujung Pandang.
Ekowati, D., dan M. Nasir,. 2013. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) varietasBisi-2 pada pasir reject dan pasir asli di Pantai Trisik Kulonprogo. J. Manusiadan Lingkungan. 18 (3) : 220 – 231.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas PertanianIPB.
Mandang, T dan Nishimura, I. 1991. Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor:JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET.
Yunus Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. Bandung: CV ALFABETA.
20
LAMPIRAN
Gambar 1. Pembuatan lobang tanam
Gambar 2. Pemberian pupuk kandang
21
Gambar 3. Penanaman
Gambar 4. Pengamatan dan pengukuran
Top Related