PENGARUH KETERLIBATAN AYAH DAN CITRA TUBUH TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Ghina Pertiwi
NIM: 11140700000135
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya tulis saya yang diujikan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini buka hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2018
Ghina Pertiwi NIM: 11140700000135
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“You gain strength, courage and confidence by every experience in which you really stop to look fear in the face. You are able to say to yourself, ‘I have lived through this horror. I can take the next thing that comes along.’ You must do the
thing you think you cannot do.” - Eleanor Roosevelt -
Skripsi ini saya persembahkan kepada Ayah, Mama, kedua adik dan khususnya untuk saya sendiri dalam menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta B) Juni 2018 C) Ghina Pertiwi D) Pengaruh Keterlibatan Ayah dan Citra Tubuh terhadap Kepercayaan Diri
pada Remaja E) xiii + 71 halaman + lampiran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan ayah dan citra tubuh terhadap kepercayaan diri pada remaja. Melalui peneliti ini diharapkan ditindaklanjuti untuk meningkatkan kualitas kepercayaan diri remaja. Sampel berjumlah 238 siswa/i SMPN 2 Tangerang Selatan yang diambil dengan teknik non-probability sampling. Peneliti mengadaptasi alat ukur yang terdiri dari Personal Evaluation Inventory (PEI), Father Involvement Scale (FIS), dan Multidimensional Body Self Relations Questionnaire – Appearance Scale (MBRSQ-AS). Uji validitas alat ukut menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA). Analisis menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel keterlibatan ayah dan citra tubuh dengan signifikansi sebesar 0.000 atau p > 0.05 terhadap kepercayaan diri pada remaja. Maka, hipotesis nihil (H0) yang ada pada hipotesis mayor dalam penelitian ini ditolak. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari ke-tujuh independent variable, hanya terdapat tiga variabel yang signifikan, yaitu expressive involvement, instrumental involvement, dan body-areas satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri pada remaja. Sedangkan variabel mentoring/advising involvement, appearance evaluation, appearance orientation, dan overweight preoccupation tidak berpengaruh secara langsung terhadap kepercayaan diri.
F) Buku bacaan: 51 ; buku: 3 + jurnal: 42 + artikel online: 6
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Jakarta Islamic State University B) June 2018 C) Ghina Pertiwi D) The effect of of father's involvement and body image on self-confidence in
adolescents E) xiv + 71 pages + appendix
This study was conducted to determine the effect of father's involvement and body image on self-confidence in adolescents. Through this research is expected to be followed up to improve the quality of adolescent’s confidence. The sample was 238 students of SMPN 2, South Tangerang taken with non-probability sampling technique. Researchers adapted measuring instruments consisting of Personal Evaluation Inventory (PEI), Father Involvement Scale (FIS), and Multidimensional Body Self Relations Questionnaire - Appearance Scale (MBRSQ-AS). The validity of the test is measured using Confirmatory Factor Analysis (CFA) technique. The analysis used multiple regression analysis technique. The results showed that there is a significant influence of the variable involvement of father and body image with a significance of 0.000 or p> 0.05 to confidence in adolescents. Thus, the null hypothesis (H0) present in the major hypothesis in this study is rejected. The results of a minor hypothesis test that examined the effect of the seven independent variables, showed that there were only three significant variables, namely expressive involvement, instrumental involvement, and body-areas satisfaction had a significant effect on confidence in adolescents. While the variables of mentoring / advising involvement, appearance evaluation, appearance orientation, and overweight preoccupation have no direct effect on adolescent’s confidence.
F) Reading materials: 51 ; books: 3 + journals: 42 + internets: 6
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat dan
karunia Allah SWT, karena-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Keterlibatan Ayah dan Citra Tubuh terhadap
Kepercayaan Diri Remaja”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat, keluarga, dan pengikutnya
sampai akhir zaman nanti.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si sebagai dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menerima saya sebagai mahasiswi
fakultas psikologi.
2. Sitti Evangeline Imelda Suaidy, M.Psi. Psi sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan selama delapan semester.
3. Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi sebagai pembimbing skripsi saya yang telah
memberikan banyak bimbingan saran dan masukan dalam penyusunan
skripsi.
4. Segenap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi yang
telah memberikan banyak ilmu yang sangat berarti kepada peneliti.
5. Pimpinan dan Staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan yang baik terhadap penulis sehingga
penulis dapat sampai di titik ini.
6. Kepala Sekolah SMPN 2 Tangerang Selatan dan staff yang telah
memberikan peneliti izin untuk melakukan penelitian di sekolah sehingga
peneliti bisa mendapatkan data responden.
7. Kedua orangtua serta keluarga yang telah memberikan doa dan
dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis
8. Sahabat terdekat Yasya Maryam, Laila Atiqah, Dea Khalis, Aliyah Indria
Wibowo, dan Raihan Pramadha yang telah memberikan dukungan selama
ini baik dalam sehari-hari maupun dalam penyusunan skripsi.
9. Seluruh teman kelas E khususnya Nana, Leli, Nia, Indri, dan Azizah yang
memberikan energi positif terhadap penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tidak bisa penulis
ucapkan satu-persatu yang tiada henti memberi dukungan dan motivasi
kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan semuanya
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan oleh seluruh
pihak kepada penulis. Akhir kata, penulisucapkan terimakasih atas perhatiannya
dan mohon maaf pula atas segala kekurangan. Semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin.
Jakarta, 26 Juni 2018
Penulis
Ghina Pertiwi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v ABSTRAK ................................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 12 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 15 2.1 Kepercayaan Diri ..................................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri ......................................................... 15 2.1.2 Dimensi Kepercayaan Diri ............................................................. 16 2.1.3 Faktor-faktor yang Membangun Kepercayaan Diri ....................... 19 2.1.4 Alat Ukur Kepercayaan Diri .......................................................... 21
2.2 Keterlibatan Ayah .................................................................................... 22 2.2.1 Pengertian Keterlibatan Ayah ........................................................ 22 2.2.2 Dimensi Keterlibatan Ayah ............................................................ 24 2.2.3 Alat Ukur Keterlibatan Ayah ......................................................... 28
2.3 Citra Tubuh .............................................................................................. 29 2.3.1 Pengertian Citra Tubuh .................................................................. 29 2.3.2 Dimensi Citra Tubuh ...................................................................... 30 2.3.3 Alat Ukur Citra Tubuh ................................................................... 33
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................... 34 2.5 Hipotesis ................................................................................................... 38
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 40 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 40 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................... 40 3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 43
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43 3.3.2 Instrumen Penelitian ...................................................................... 44
3.4 Uji Validitas ............................................................................................ 46 3.4.1 Uji Validitas Kepercayaan Diri ...................................................... 48 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Keterlibatan Ayah ..................................... 50
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Citra Tubuh ............................................... 53 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 56 4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian ......................................................... 56
4.1.1 Deksripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi .............. 55 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................... 57 4.3 Kategorisasi Partisipan Penelitian ............................................................ 58 4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 59
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .............................................. 59 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variabel ........................ 64
BAB V DISKUSI PENELITIAN ............................................................................ 65 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 65 5.2 Diskusi ..................................................................................................... 65 5.3 Saran ......................................................................................................... 70
5.3.1 Saran Teoritis ................................................................................. 70 5.3.2 Saran Praktis .................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 72 LAMPIRAN .............................................................................................................. 76
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepercayaan Diri ............................................................ 44 Tabel 3.2 Blue Print Skala Keterlibatan Ayah ........................................................... 45 Tabel 3.3 Blue Print Skala Citra Tubuh ..................................................................... 46 Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Kepercayaan Diri ...................................................... 49 Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Expressive Involvement ............................................. 51 Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Instrumental Involvement ......................................... 52 Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Mentoring/advising Involvement .............................. 53 Tabel 3.8 Muatan Faktor Citra Tubuh ....................................................................... 54 Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi .......................... 56 Tabel 4.2 Deskripsi Statistik ...................................................................................... 57 Tabel 4.3 Norma Skor ................................................................................................ 59 Tabel 4.4 Kategorisasi Partisipan Penelitian ............................................................. 59 Tabel 4.5 Tabel R-Square .......................................................................................... 60 Tabel 4.6 Tabel Anova ............................................................................................... 60 Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi Variabel .............................................................. 61 Tabel 4.8 Proporsi Varians Variabel Setiap Independent Variabel ........................... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Variabel Penelitian ...................................................................... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ............................................................................... 77 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 78 Lampiran 3 Syntax Lisrel ........................................................................................... 87 Lampiran 4 Path Diagram ......................................................................................... 91 Lampiran 5 Tabel SPSS ............................................................................................. 94
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia digital dengan kehadiran media sosial membuat suatu
standar baru yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku remaja dalam melihat
dirinya sendiri. Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo
mengungkapkan bahwa tekanan dan tuntutan dari media sosial yang tercipta dari
masyarakat membuat remaja menjadi tidak percaya diri akan kemampuan, minat
keputusan ataupun karir yang dipilihnya (Tarigan, 2018)
Remaja merupakan masa yang ditandai dengan adanya perubahan dalam
berbagai aspek kehidupannya. Selain aspek fisik, perubahan secara psikologis
juga ternyata cukup berkembang pesat dalam masa ini. Masa remaja sendiri
dicirikan sebagai waktu individu untuk mulai menjelajahi dan menilai karakter
psikologis dari diri mereka yang bertujuan untuk mengetahui siapa diri mereka
sebenarnya, dan bagaimana mereka bisa menyesuaikan dengan kehidupan sosial
dimana mereka tinggal (Steinberg & Morris, 2001).
Murid SMP merupakan perwakilan dari remaja yang sedang dalam masa awal
transisi dari anak-anak ke dewasa. Dalam transisi ini individu mulai
mengembangankan karakter diri mereka sendiri. Banyak peneliti yang
membuktikan bahwa periode remaja merupakan periode yang paling mudah
dipengaruhi dan sebagai fondasi penting dalam pengembangan kepribadian
individu yang optimal (Lal, 2014). Salah satu aspek diri yang penting dalam
remaja ialah kepercayaan diri atau Self-Confidence. Dengan kata lain rasa percaya
diri didasarkan pada kepercayaan yang realistis terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh individu. Menurut Afiatin (dalam Afiatin, 1998) masalah kurangnya
kepercayaan diri banyak dialami khususnya oleh para remaja.
Rini (2002) menjelaskan kepercayaan diri merupakan sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadaplingkungan/situasi yang dihadapinya. Lal
(2014) mendefinisikan percaya diri sebagai kemampuan yang dirasakan oleh
seseorang untuk mengatasi situasi dengan sukses tanpa bergantung pada orang
lain. Singkatnya, kepercayaan diri itu bagaimana orang percaya pada dirinya
sendiri (Benabou & Tirole, 2002). Karena dengan memiliki kepercayaan diri
dapat membuat seseorang bisa melakukan yang mereka inginkan tanpa ada rasa
khawatir atau cemas dengan pendapat orang. Melainkan dengan individu tersebut
yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dapat menunjukkannya kepada orang
lain.
Maka dari itu kepercayaan diri pada remaja sangat penting untuk dimiliki.
Remaja harus yakin dengan kemampuannya dalam menangani tugas-tugas baru
dalam hidup, karena kepercayaan diri lah yang menentukan remaja dalam
memandang tantangan hidup, menentukan tujuan, dan dalam menghadapi
kesulitan. Dalam masa pencarian identitas diri tentunya remaja perlu mengeksplor
banyak hal untuk bisa mencari mana yang cocok dengan dirinya. Kepercayaan diri
membuat remaja bisa untuk terlibat secara mendalam pada suatu aktivitas,
sehingga ia bisa berani untuk mengeksplor potensinya. Ketika remaja tidak
memiliki kepercayaan diri, maka akan menghambatnya untuk bisa melakukan
banyak hal karena dibatasi oleh ketidakyakinan terhadap dirinya jika ia mampu
untuk melakukan suatu hal.
Kurangnya kepercayaan diri diteliti juga oleh Cheng dan Furnham (2002),
yang menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan diri pada individu merupakan
sumber utama dari penyebab kesepian. Padahal salah satu tugas perkembangan
remaja berhubungan dengan pergaulan teman sebaya. Selain itu Santrock (2003)
menyebutkan rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri,
anoreksia nervosa, delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Sedangkan
menurut Kumar (dalam Lal, 2014) tinggi rendahnya percaya diri anak
memberikan perbedaan yang signifikan pada kemampuan penyesuaian dirinya.
Pada periode ini anak mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek,
sehingga dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Shrauger dan
Schohn (1995) menyangka bahwa individu yang kurang kepercayaan dirinya atau
memiliki lack of confidence akan merasa lebih cemas dan tertekan. Menurut
penelitian Afiatin (dalam Putri & Darmawanti, 2015) menyatakan bahwa pada
dasarnya bentuk permasalahan yang banyak dialami oleh kalangan remaja
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.
Sebaliknya, jika remaja memiliki kepercayaan diri maka ia akan menghadapi
segala tantangan yang ada didepannya dengan positif tanpa memikirkan orang
lain. Ketika remaja berani untuk mengeksplor maka remaja akan mengalami
banyak pengalaman yang dapat membangun identitas dirinya. Penelitian
menunjukkan bahwa dengan memiliki kepercayaan diri, individu akan memiliki
self-control, kebaikan terhadap orang lain dan juga memiliki keinginan untuk self-
utilization yang baik (Owens, 1993). Masa remaja ini banyak sekali perubahan
sehingga dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Manju Mehta dan Teginder menunjukkan bahwa
anak perempuan yang memiliki kepercayaan diri lebih bisa menyesuaikan diri
dalam banyak area seperti emosi, social, pendidikan, rumah dan kesehatan (dalam
Pastey & Aminbhavi, 2006).
Kepercayaan diri membuat individu memiliki pandangan positif dan realistis
terhadap diri sendiri dan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Menurut
Adywibowo (2010), individu yang penuh percaya diri memiliki sifat-sifat antara
lain: lebih independen, tidak terlalu tergantung orang, mampu memikul tanggung
jawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usahanya sendiri, tidak mudah
mengalami rasa frustrasi, mampu menerima tantangan atau tugas baru, memiliki
emosi yang lebih hidup tetapi tetap stabil, mudah berkomunikasi dan membantu
orang lain. Sedangkan individu dengan kepercayaan diri yang rendah tidak mau
mencoba suatu hal yang baru, merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan, punya
kecenderungan melempar kesalahan pada orang lain, memiliki emosi yang kaku
dan disembunyikan, mudah mengalami rasa frustrasi dan tertekan, meremehkan
bakat dan kemampuannya sendiri, serta mudah terpengaruh orang lain.
Banyak sekali manfaat dari kepercayaan diri ini. Menurut Cheng dan Furnham
(2002) kepercayaan diri memegang peran penting dalam performa sekolah remaja,
tidak hanya meningkatkan performa di sekolah, ternyata juga meningkatkan
kesejahteraan psikologis mereka. Karena dengan memiliki kepercayaan diri
tinggi, individu menghadapi kesulitan dengan kuat dan melakukan pekerjaan
mereka secara positif (Lal, 2014). Sayangnya, masih banyak orang yang berjuang
untuk bisa menemukan kepercayaan diri mereka.
Menurut survey yang dilakukan pada 500 perempuan muda di Indonesia
berusia 15-30 tahun, menunjukkan hasil yang mengejutkan.Ternyata hampir 45%
perempuan mengalami krisis kepercayaan diri (Fauzi, 2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Farida (dalam Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017) menunjukkan 25%
kepercayaan diri remaja berada pada kategori sedang, 75% kepercayaan diri
remaja berada pada kategori rendah. Selanjutnya, penelitian oleh Adiasih (dalam
Ifdil, et.al., 2017) menunjukkan 9,7% kepercayaan diri siswa berada pada kategori
sangat tinggi,kemudian 24,2% berada pada kategori tinggi, 37,1% berada pada
kategori sedang, 22,6% berada pada kategori rendahterakhir 6,5% berada pada
kategori sangat rendah. Shrauger dan Turner (dalam Shrauger & Schohn, 1995)
melakukan survey pada pasien psikoterapis menunjukkan bahwa lack of
confidence atau kepercayaan diri yang rendah merupakan masalah kedua terbesar
dalam sebuah kelompok.
Hakim (Ifdil et.al., 2017) menyebutkan sumber penyebab tidak percaya diri
pada individu adalah cacat atau kelainan fisik, buruk rupa, ekonomi lemah, status
sosial, status perkawinan, sering gagal, kalah bersaing, kurang cerdas, pendidikan
rendah, perbedaan lingkungan, tidak supel, tidak siap menghadapi situasi tertentu,
sulit menyesuaikan diri, mudah cemas dan penakut, tidak terbiasa, mudah gugup,
bicara gagap, pendidikan keluarga kurang baik, sering menghindar, mudah
menyerah, tidak bisa menarik simpati orang, dan kalah wibawa dengan orang lain.
Setiap individu memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda.
Kepercayaan diri bukan sesuatu yang sifatnya bawaan tetapi merupakan sesuatu
yang terbentuk dari hasil interaksi sejak masa anak-anak. Walaupun begitu,
kepercayaan diri dapat dibentuk sehingga seseorang dapat memiliki kepercayaan
diri yang baik. Terdapat banyak faktor yang mepengaruhi perkembangan dari
kepercayaan diri itu sendiri.
Mappiare (Putri & Darmawanti, 2015) mengungkapkan kepribadian, citra diri
dan rasa percaya diri pada remaja akhir dapat terbentuk dipengaruhi oleh banyak
hal salah satunya situasi dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat interaksi
anak pertama kali yang di dalamnya terdapat sikap orang tua dalam mengasuh
anak. Roozmand, Hashemi, dan Edalati (2015) menyebutkan bahwa hubungan
positif dalam keluarga akan berpengaruh pada kepercayaan diri pada remaja.
Kepengasuhan yang ideal diperankan oleh ayah dan ibu. Namun nyatanya
keterlibatan ayah dalam pengasuhan masih belum menjadi hal yang penting,
karena selama ini ibu-lah yang menjadi label dalam urusan pengasuhan anak.
Menurut U.S Departement of Health and Human Services (dalam Scott & Hunt,
2011) pengasuhan ibu lebih menggunakan metode yang lembut dan penuh
keamanan, sedangkan ayah lebih mendukung dalam membangun kemandirian dan
kepercayaan diri yang mana dapat membantu anak untuk lebih bisa memahami
dunia dari perspektif yang berbeda. Sebenarnya peran ibu dan ayah itu saling
melengkapi, namun nyatanya masih banyak ayah yang kurang terlibat dalam
pengasuhan anaknya. Bahkan menurut psikolog Elly Risman, Indonesia menjadi
‘negara tanpa ayah’ maksudnya adalah ayah memang ada namun dia tidak
menyapa anak secara emosi (Redaksi, 2017)
Peran ayah sangatlah penting dalam era yang memiliki banyak tantangan
seperti pornografi, seks bebas, hingga LGBT. Apalagi ayah yang berperan
mencari nakfah waktunya sudah habis berkerja di kantor, sehingga waktu bertemu
anak sangatlah minim. Dengan minimnya waktu komunikasi dengan anak dapat
membuat ayah kurang bisa mengenal anaknya dengan baik, sehingga ketika ada
masalah memungkinkan ayah memberikan respon yang tidak diingkan oleh anak.
Padahal ayah memiliki penting bagi anak perempuan maupun laki-laki. Menurut
psikolog Elly Risman, bila ayah tidak hadir dalam keluarga, maka anak laki-laki
akan menjadi agresif, terlibat narkoba, dan melakukan praktik seks bebas.
Sedangkan “ketidakhadiran” ayah akan membuat anak perempuan depresi dan
masuk kehidupan seks bebas (Redaksi, 2017).
Selain itu dari sudut pandang anak perempuan, ayah merupakan sosok pria
pertama yang dikenalnya, oleh karena itu hubungan positif yang dijalin ayah
dengan putrinya akan membawa pengaruh besar dalam jangka panjang. Bagi anak
laki-laki, sosok ayah merupakan seorang panutan atau model bagi dirinya dalam
menjadi laki-laki yang kelak juga akan memimpin sebuah keluarga. Sehingga ia
dapat mencontoh sifat tanggung jawab, kerja keras, dan sifat kepemimpinan
lainnya. Ketika sosok ayah tidak ada, sebenarnya dapat digantikan oleh sosok ibu
namun tetap memiliki perbedaan jika ayah nya langsung yang mendidiknya
(Suhandi, 2018).
Risiko dari kurangnya peran ayah dimuat dalam infografis koran Kompas
yang diolah dari bebagai studi di Amerika, fatherhood.org, myabsentfather.com,
dan National Center for Fathering. Hasil infografis menunjukkan bahwa
kurangnya peran ayah dapat menyebabkan kemiskinan, kematian bayi naik,
kehamilan di luar nikah saat remaja, menjadi korban pemerkosaan dan pelecehan
seksual, obesitas, menaiknya angka putus sekolah, konsumsi alkohol dan obat,
bunuh diri, perilaku agresif dan kekerasan, dan dipenjara karena berbuat kriminal
(MZW, 2017). Menurut penelitian Afiatin (dalam Putri & Darmawanti, 2015)
menyatakan bahwa pada dasarnya bentuk permasalahan yang banyak dialami oleh
kalangan remaja disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Sedangkan untuk
membangun percaya diri merupakan salah satu peran ayah terhadap anaknya
sebagaimana yang disebutkan dalam Scott dan Hunt (2011).
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan berhubungan dengan meningkatnya
sikap positif pada anak seperti pada empati, psychological well-being, kompetensi
social, life skills, self-esteem, self-control, perasaan mampu untuk mencapai
sesuatu (Fogarty & Evans, 2005). Bahkan menurut Rosenberg dan Wilcox (dalam
Scott & Hunt, 2011) menyebutkan peran ayah cenderung lebih banyak dalam
mempromosikan kemandirian dan eksplorasi dunia luar.
Menurut Marks dan Palkovitz Banyak peneliti yang menggambarkan
keterlibatan ayah (father involvement) sebagai keterlibatan dalam pengasuhan
serta memberikan dukungan emosional dan psikologis juga bimbingan kepada
anak-anak mereka (dalam Buswell et al., 2012). Menurut Garbarino, keterlibatan
ayah dalam pengasuhan juga diartikan sebagai suatu partisipasi aktif ayah secara
terus menerus yang mengandung aspek waktu, inisiatif, dan pemberdayaan
pribadi dalam dimensi fisik, kognisi, dan afeksi dalam semua area perkembangan
anak yaitu fisik, emosi, social, spiritual, intelektual dan moral (dalam Astuti &
Masykur, 2015).
Peneliti sebelumnya seperti Hawkins dan Palkovitz (dalam Finley &
Scwhartz, 2004) mengukur keterlibatan ayah dari kegiatan pengasuhan dalam
perspektif ayah. Finley dan Scwartz (2004) membuat skala pengukuran yang
melihat keterlibatan ayah melalui perspektif anak. Pendekatan ini melihat bahwa
orang tua memberikan dampak penting dalam kehidupan jangka panjang yang
dialami anak dan paling banyak mempengaruhi tingkah laku anak baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Pandangan anak terhadap orang tua tersebut
direkam dalam persepsi retrospektifnya terhadap orang tua mereka. Jika remaja
mempersepsikan ayahnya terlibat dalam hidupnya secara tinggi, maka dampak
dari ayah pada anaknya inilah adalah hasil dari persepsi tingginya keterlibatan
ayah.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan banyak dampak positif,
khususnya kepercayaan diri pada anak. Penelitian yang dilakukan Amato (dalam
Scott & Hunt, 2011) menjelaskan bahwa kualitas hubungan yang dijalin oleh ayah
dan anak dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. Bahkan keterlibatan ayah
dalam pengasuhan telah memberi dampak positif sejak anak lahir. Anak yang
memiliki ayah yang terlibat cenderung lebih memiliki emosional yang baik, lebih
percaya diri dalam mengeksplorasi sekitarnya, dan semakin dia dewasa memiliki
hubungan pertemanan yang baik (Rosenberg & Wilcox, 2006).
Penelitian yang dilakukan Howard Steele, direktur Attachment Research
Center Unit dari University College London (Dini, 2013) menunjukkan,
keterlibatan ayah yang intens dalam mengasuh, merawat, sekaligus
mengungkapkan kasih sayangnya kepada bayi, akan sangat memengaruhi
berkembangnya kepribadian positif anak di kemudian hari, salah satunya jadi
lebih percaya diri. Selain itu, Palkovitz (dalam Hidayati et.al., 2011)
menyebutkan, anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan dirinya akan
memiliki kemampuan sosial dan kognitif yang baik, serta kepercayaan diri yang
tinggi. Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Srti Ariani, S.Psi., M.Si mengatakan
ayah berperan dalam membangun kepercayaan diri anak, dengan ayah anak akan
merasa percaya diri ketika di luar rumah terutama saat bersosialisasi, karena
perannya yang bermain lebih ke fisik dan spontan. Kemudian dengan adanya
keterlibatan ayah, anak akan merasa percaya diri karena bisa tampil atau jadi
berani mengambil risiko (Syarifah, 2014).
Selain keterlibatan ayah, terdapat variabel lain yang memiliki kaitan dengan
kepercayaan diri remaja, yaitu citra tubuh atau body-image. Masa remaja identik
dengan perubahan-perubahan, salah satu yang terlihat adalah perubahan fisik.
Perubahan fisik membuat remaja lebih sadar bahwa daya tarik fisik sangat
berperan dalam berinteraksi sosial serta mulai memperhatikan bentuk tubuh dan
mengembangkan pemikiran mengenai seperti apa bentuk tubuhnya (Wiranatha &
Supriyadi, 2015).
Menurut Havigrust selain mengalami perubahan-perubahan di beberapa aspek,
tugas perkembangan remaja salah satunya adalah menerima keadaan tubuhnya
dan menggunakannya dengan efektif (dalam Wiranatha & Supriyadi, 2015).
Survei yang dilakukan Yahoo Health mengungkapkan bahwa satu dari tujuh orang
memandang secara positif terhadap tubuhnya (Rafikasari, 2016). Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak individu yang berpandangan negatif terhadap
penampilan tubuhnya. Penilaian mengenai tubuh nya sendiri ini disebut dengan
citra tubuh atau dalam Bahasa inggris adalah body-image.
Menurut Thompson & Altabe (dalam Wiranatha & Supriyadi, 2015) Body-
image adalah suatu konsep penilaian mengenai fisiknya sendiri seperti ukuran
tubuh, berat badan, dan aspek tubuh lainnya yang berkaitan dengan penampilan.
Ketika remaja memiliki penilaian negative terhadap bentuk tubuhnya, terkadang
hal tersebut membuat remaja tidak nyaman dalam berinteraksi dengan yang lain
sehingga dapat membuatnya tidak percaya diri. Seperti yang disebutkan oleh
Centi (dalam Wiranatha & Supriyadi, 2015) individu yang bisa menerima dirinya
dan puas terhadap kondisi dan penampilan fisiknya cenderung memiliki
kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak dapat
menerima dan tidak puas terhadap kondisi dan penampilan fisiknya.
Menurut Rafika (2016) terdapat 94% remaja putri malu dengan penampilan
fisik mereka. Hal ini disebabkan oleh pandangan tentang tubuh ideal sendiri dan
tubuhnya tidak sesuai dengan keinginannya. Karena adanya standar budaya
tentang tubuh ideal, membuat para remaja merasa ingin mencapai standar tubuh
ideal tersebut misalnya kulit putih, tubuh langsing atau tidak berjerawat.
Ricciardelli dan Yager (dalam Grogan, 2017) mengungkapkan bahwa remaja
menganggap citra tubuh menjadi penting saat mereka dalam masa pubertas
dimana secara fisik dan psikologi mereka berubah. Ditambah dengan efek media
yang memperlihatkan standar tubuh ideal saat ini.
Ketika remaja dapat menerima dirinya, dengan begitu ia dapat menampilkan
diri dia yang sesungguhnya pada lingkungan. Secara tidak langung remaja
memiliki pandangan positif terhadap dirinya dimana hal ini merupakan salah satu
dari karakteristik individu yang percaya diri. Penelitian yang dilakukan oleh
Wiranatha dan Supriyadi (2015) menunjukkan hubungan positif antara citra tubuh
dan kepercayaan diri remaja. Dengan kata lain, ketika remaja memiliki citra diri
positif maka remaja juga akan memiliki kepercayaan diri yang positif.
Dari pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
fenomena kepercayaan diri pada remaja, karena kepercayaan diri merupakan
kunci penting dalam menggapai cita-cita remaja. Peneltiain ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapat pemahaman yang lebih jelas apakah ada pengaruh dari
keterlibatan ayah dan citra tubuh terhadap kepercayaan diri.
Pernyataan ini perlu dibuktikan lebih lanjut dalam suatu penelitian ilmiah,
yang akan dituangkan dalam tulisan dengan judul “Pengaruh Keterlibatan Ayah
dan Citra Tubuh terhadap Remaja”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Fokus pada penelitian ini adalah masalah Kepercayaan Diri pada remaja. Kepercayaan
diri merupakan aspek diri yang penting untuk dimiliki oleh remaja. Dalam
penelitian kali ini memiliki faktor yang mempengaruhi yaitu Keterlibatan Ayah
dan Citra Tubuh dengan batasan konsep sebagai berikut:
1. Keterlibatan ayah dibatasi oleh persepsi anak terhadap keterlibatan
ayahnya dalam pengasuhan yang diberikan kepada mereka. Dilihat melalui
sejauh mana ayah terlibat dalam berbagai aspek kehidupan anak. (Finley &
Schwartz, 2004)
2. Citra tubuh yaitu persepsi individu dan sikap terhadap dirinya terkait
dengan penampilan fisik tubuhnya (Cash, 2004)
1.2.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, berdasarkan pembatasan masalah diatas sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antara keterlibatan ayah dan citra tubuh
danterhadap kepercayaan diri remaja?
2. Apakah ada pengaruh expressive involvement dari variabel keterlibatan
ayah terhadap kepercayaan diri remaja?
3. Apakah ada pengaruh Instrument involvement dari variabel keterlibatan
ayah terhadap kepercayaan diri remaja?
4. Apakah ada pengaruh Monitoring/Advising Involvement dari variable
keterlibatan ayah terhadap kepercayaan diri remaja?
5. Apakah ada pengaruh Appearance Evaluation dari variabel citra tubuh
terhadap kepercayaan diri remaja?
6. Apakah ada pengaruh Appearance Orientation dari variabel citra tubuh
terhadap kepercayaan diri remaja?
7. Apakah ada pengaruh Body Areas Satisfaction dari variabel citra tubuh
terhadap kepercayaan diri remaja?
8. Apakah ada pengaruh Overweight Preoccupation dari variabel citra
tubuh terhadap kepercayaan diri remaja?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel keterlibatan
ayah dan citra tubuh terhadap kepercayaan diri remaja
1.3.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan psikologis terkait dengan
kepercayaan diri pada remaja. Selain itu menggambarkan faktor apa saya yang
dapat mempengaruhi kepercayaan diri pada remaja sehingga menambah ilmu baru
bagi peneliti maupun pembaca.
1.3.2 Manfaat Praktis
Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan khasanah
psikologi dan memperoleh faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi
kepercayaan diri remaja. Sehingga orang tua maupun guru dapat membantu
menumuhkan kepercayaan diri pada anak dengan baik.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kepercayaan Diri
2.1.1 Pengertiaan Kepercayaan Diri
Menurut Willis (dalam Ghufron & Risnawita, 2010) kepercayaan diri adalah
keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi
terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan
akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan
dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan
bertanggung jawab. Selain itu Anthony berpendapat bahwa kepercayaan diri
merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat
mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan
mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang
diinginkan (Ghufron & Risnawita, 2010).
Rini (2002) menjelaskan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
Kepercayaan diri mengacu pada perasaan seseorang terhadap kompetensi dan
kemampuan mereka. Jadi bagaimana perasaan individu terhadap kemampuan
mereka untuk bisa menghadapi berbagai situasi secara efektif. Selain itu
kepercayaan diri didefinisikan sebagai sebuah penilaian subjektif terhadap
kemampuan seseorang dalam konteks tertentu (Shrauger & Schohn, 1995). Lal
(2014) mendefinisikan percaya diri sebagai kemampuan yang dirasakan oleh
seseorang untuk mengatasi situasi dengan sukses tanpa bergantung pada orang
lain.
Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang mengacu pada
definisi Shrauger dan Schohn (1995) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri
adalah perasaan seseorang terhadap kompetensi dan kemampuan mereka dalam
menghadapi berbagai situasi secara efektif.
2.1.2 Dimensi Kepercayaan diri
Menurut Lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2010) terdapat beberapa aspek
kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang yaitu
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya
bahwa ia mengerti secara sungguh-sungguh akan apa yang ia lakukan.
2. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan
baik dalam menghadapi segala hal tentang dirinya dan kemampuannya
3. Objektif
Orang yang memandang permasalah atau sesuatu sesuai dengan kebenaran
yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menuru dirinya
sendiri
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang utnuk menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi konsekuensinya. Tidak menyalahkan atau
melimpahkan kesalahan kepada orang lain.
5. Rasional dan realistis
Rasional dan relaistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan
suatu kejadian yang menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh
akal dan sesuai dengan kenyataan.
Stajkovic (2006) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai higher order construct
atau disebut juga dengan core confidence (inti kepercayaan diri) yang memiliki
empat dimensi yaitu:
1. Harapan (Hope)
Merupakan gambaran seseorang yang mengetahui apa yang harus diselesaikan
dan mengetahui bagaimana cara melakukannya.
2. Self-Efficacy
Dapat mengembangkan kepercayaan bahwa dia bisa melakukan suatu tugas
tertentu.
3. Optimism
Membentuk pandangan positif terhadap suatu hasil.
4. Resiliensi
Kepercayaan bahwa dia dapat bangkit kembali jika mengalami situasi buruk.
Shrauger dan Schohn (1995) mengasumsikan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri
memiliki tiga komponen dasar yaitu:
1. Komponen Kognitif
Merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menunjukkan kinerja
yang efektif dan memenuhi standar kinerjanya.
2. Komponen Afektif
Merupakan perasaan yang dimiliki individu yang dindikasikan dengan
perasaan nyaman antusias dan tidak cemas ketika melakukan suatu
aktifitas.
3. Komponen Behavioral
Yaitu kesiapan individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan juga dalam
bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu Shrauger dan Schohn (1995) membagi aspek kepercayaan diri menjadi
delapan subskala yaitu:
1. Academic
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang akademik.
2. Appearance
Perasaan terhadap penampilan fisik secara keseluruhan.
3. Athletics
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang olahraga secara
umum.
4. Romantic
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam menjalin hubungan
romantika yang diinginkan.
5. Social
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam berinteraksi sosial dengan
orang baru dalam sebuah kelompok.
6. Speaking
Perasaan individu terhadap kemampuannya untuk berbicara di depan umum
dengan baik dan mampu mengekspresikan dirinya secara efektif.
7. General
Perasaan individu terhadap kemampuan pribadi dalam menghadapi persoalan
secara umum.
8. Mood
Perasaan individu terhadap keadaan umum dalam beberapa hari terakhir
dibandingkan sebelumnya. Variasi dari mood dapat mempengaruhi
penilaian dari kepercayaan diri individu.
Dalam penelitian kali ini dimensi yang digunakan mengacu pada dimensi dari
Shrauger dan Schohn (1995) yaitu academic, appearance, athletics, social,
romantic, speaking, general, dan mood.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Membangun Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini adalah faktor-
faktor tersebut
1. Konsep diri
Menurut Anthony (dalam Ghufron dan Rinaswati, 2010) terbentuknya
kepercayaan diri pada diri seeorang diawali dengan perkembangan konsep
diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil
interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri. Selain itu Lal (2014)
menjelaskan kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang terhadap
konsep dirinya. Sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri diawali
dengan konsep diri yang baik.
2. Pengalaman
Menurut Ghufron dan Rinaswati (2010) pengalaman dapat menjadi faktor
munculnya rasa percaya diri. Selain itu Lal (2014) mengungkapkan
kepercayaan diri tumbuh seiringan dengan pengalaman kesuksesan.
Namun sebaliknya pengalaman dapat membuat kepercayaan diri seseorang
menurun.
3. Pendidikan
Menurut Ghufron dan Rinaswita (2010) tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat
pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan
berasa di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya.
Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki
tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan
rendah.
4. Penampilan fisik
Menurut Hakim (Ifdil et.al., 2017) individu yang memiliki cacat atau kelainan
fisik dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Individu yang
memiliki anggota badan lengkap dan tidak memiliki cacat atau kelainan
tertentu cenderung memiliki kepercayaan diri yang kuat dari pada yang
memiliki kelainan atau kecacatan. Menurut Harter (dalam Deni & Ifdil,
2016) penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan
rasa percaya diri secara umum.
5. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama kali individu dapatkan. Menurut Rini
(2002) pola asuh orang tua dan interaksi di usia dini merupakan faktor
yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Selain itu
Santrock (2003) menjelaskan bahwa faktor orang tua seperti rasa kasih
sayang, penerimaan dan memberikan kebebasan pada anaknya serta
keadaa keluarga yang baik dapat mempengaruhi pembentukan rasa
percaya diri individu.
2.1.4 Alat Ukur Kepercayaan diri
Terdapat beberapa skala yang mengukur kepercayaan diri seseorang yang disusun
dan dikembangkan oleh tokoh sebagai berikut
1. Personal Evaluation Inventory (PEI)
PEI dikembangkan untuk mengukur kepercayaan diri pada mahasiswa.
Terdapat 54 item yang mengukur domain behavioral yang penting untuk
menentukan kepercayaan diri mahasiswa. Terdiri dari subskala sebagai
berikut: academic, appearance, athletics, general, mood, romantic, social,
dan speaking. Dengan menggunakan 4-point skala Likert 1 = strongly
disagree hingga 4 = strongly agree (Shrauger & Schohn, 1995)
2. The Trait-Roboostness Of Self-Confidence Inventory (TROSCI)
TROSCI dikembangkan untuk mengukur stabilitas rasa percaya diri individu.
Skala ini digunakan khusus pada atlet. Terdiri dari delapan item yang
fokus mengukur pada bagaimana kepercayaan diri dipengaruhi oleh hasil
permainan yang buruk, dan seberapa besar kepercayaan diri berfluktuasi
dari hari ke hari. (Stankov, Kleitman & Jackson, 2014)
3. Online Self-Confidence
Skala pengukuran ini terkait dengan kemampuan kognitif. Terdapat tiga
kemampuan yang digunakan dalam skala ini, dua fluid intelegence dan
satu crystallized intelligence. Masing-masing memiliki 12-item pada fluid
intelegence dan 34-item crystallized intelegence.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan skala PEI oleh Shrauger dan
Schohn (1995) dalam mengukur kepercayaan diri yang dimodifikasi oleh peneliti
agar disesuaikan dengan subjek remaja. Skala modifikasi ini berdasarkan delapan
dimensi yaitu academic, appearance, athletics, romantic, social, speaking,
general, dan mood.
2.2 Keterlibatan Ayah
2.2.1 Pengertian Keterlibatan Ayah
Keterlibatan ayah dalam kehidupan anaknya bukan hanya sekedar penyedia uang
dan teman bermain. Fogarty dan Evans (2009) menjelaskan keterlibatan ayah
dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Keterlibatan ayah yang dimaksud adalah
pada bagaimana interakasi langsung antara anak dan ayah, bagaimana
ketersediaan ayah untuk anaknya ketika dibutuhkan, mengatur atau bertanggung
jawab dalam penyedia kebutuhan anak, terakhir dilihat pada bagaimana ayah
memberikan dukungan dalam lingkup sosial sehingga mereka dapat berkontribusi
untuk masyarakat. Selain itu Allen dan Dally (2002) menjelaskan seorang ayah
yang dapat dikatakan terlibat jika hubungan dengan anaknya sensitive, hangat,
dekat, friendly, penuh dukungan, intim, ikut mengasuh, penuh afeksi, mendorong
anak kea rah positif, membuat nyaman, dan menerima. Dengan kata laian, dapat
dikatakan sebagai keterlibatan ayah ketika mereka memiliki keterikatan dengan
anaknya.
Dalam penelitian Jeynes (2015) mendefinisikan keterlibatan ayah sebagai
partisipasi ayah dalam kehidupan anak sebagai orang tua laki-laki biologis dalam
hubungan yang diakui secara hukum. Selain itu Hawkins, Bradford, Christiansen,
Palkovitz, Day, & Call (2002) menggambarkan keterlibatan ayah sebagai
banyaknya waktu atau peristiwa yang dihabiskan dengan anak, dan biasanya
terdapat interaksi langsung antar keduanya. Keterlibatan ayah dapat terwujud
dalam pengasuhan melalui aspek kognitif, afektif, dan behavior. Menurut
Palkovitz (Sanderson & Thompson, 2002) keterlibatan ayah memiliki beberapa
definisi, yaitu terlibat dengan seluruh aktivitas yang dilakukan dengan anak,
melakukan kontak dengan anak, membuat perencanaan untuk anak, dukungan
finansial, dan banyaknya aktivitas bermain yang dilakukan bersama-sama.
Sedangkan Finley dan Schwartz (2004) mengungkapkan konsep
keterlibatan ayah dilihat dari persepsi anak terhadap peran ayah dalam
pengasuhan terhadapnya, dilihat melalui sejauh mana ayah terlibat dalam berbagai
aspek kehidupan anak (Finley & Schwartz, 2004). Dengan kata lain, dampak ayah
pada anaknya lebih terlihat secara akurat dalam persepsi anak terhadap
keterlibatan ayahnya, dibandingkan sifat keterlibatan ayah yang sebenarnya
(Allgood & Beckert, 2012)
Berdasarkan penjelasan tresebut, keterlibatan ayah didefinisikan sebagai
peran aktif ayah dalam perkembangan berinteraksi, berada di sekitar anak,
bertanggung jawab terhadap kepentingan anak, dan menjaga kedekatan antara
ayah dengan anak. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan definisi dari
Finley dan Schwartz (2004) karena peneliti menggunakan anak sebagai subjek
penelitian sehingga ingin dilihat bagaimana persepsi mereka terhadap keterlibatan
ayahnya dalam pengasuhan terhadap dirinya.
2.2.2 Dimensi Keterlibatan Ayah
Lamb, Pleck, Charnov, dan Leine (dalam Parke, 2000) mengungkapkan tiga
bentuk dari keterlibatan ayah yaitu:
1. Interaksi (Interaction)
Pengasuhan yang melibatkan interaksi langsung antara ayah dan anaknya
melalui pengasuhan dan aktifitas bersama. Misalnya lewat bermain,
mengajari sesuatu, atau aktifitas santai lainnya.
2. Ketersediaan (Availability)
Aksesbilitas atau ketersediaan untuk berinteraksi dengan anak baik itu dengan
adanya kehadiran ayah atau berinteraksi dengan ayah melalui interaksi
tidak langsung.
3. Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab dan peran ayah dalam memastikan bahwa anak tersebut
diurus dan mendapatkan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
anak. Pada komponen ini ayah tidak terlibat pengasuhan anaknya.
Hawkins et.al (2002) mengungkapkan terdapat sembilan dimensi dalam
keterlibatan ayah yaitu sebagai berikut:
1. Discipline and teaching Responsibility
Mengajarkan anak tentang disiplin dan tanggung jawab seperti mendorong
anak mereka untuk melakukan pekerjaan rumah dan lainnya.
2. School Encouragement
Mendorong anak-anak untuk bisa sukses di sekolah, mengerjakan tugas
sekolah, dan mengajarkan anak untuk bisa taat terhadap peraturan sekolah.
3. Mother Support
Memberikan semangat dan dukungan emosional kepada ibu dari anak-anaknya,
dan menjelaskan tentang dukungan ibu kepada anak-anak.
4. Providing
Menyediakan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Serta
bertanggung jawab finansial terhadap anak.
5. Time and Talking Together
Menjadi seorang teman kepada anaknya. Seperti mengahbiskan waktu dengan
hanya mengobrol dengan anak ketika mereka ingin membicarakan sesuatu.
6. Praise and Affection
Mengapresiasi anak ketika mereka melakukan hal baik dan menyatakan kasih
sayang.
7. Developing Talents and Future Concerns
Mendorong anak untuk bisa mengembangkan bakatnya dan membantu
merencanakan masa depan sang anak.
8. Reading and Homework Support
Mendorong anak untuk membaca buku dan membantu mereka dalam
mengerjakan tugas sekolah.
9. Attentiveness
Menghadiri acara dimana anak berpartisipasi seperti acara sekolah, lomba
olahraga dan lain-lain. Terlibat dalam rutinitas pengasuhan anak sehari-
hari seperti menyuapinya atau mengantarkan mereka sekolah.
Setelah beberapa tokoh di atas lebih memfokuskan dari perspektif ayah, Finley
dan Schwartz (2004) hadir dengan dimensi yang memfokuskan pada perpektif
keterlibatan ayah dari sang anak dilihat dari seberapa banyak ayah terlibat dan
seberapa ingin sang anak untuk ayahnya terlibat dalam pengasuhan. Dimensi
sebagai berikut:
1. Expressive Involvement
Dimensi ini menggambarkan keterlibatan ayah dalam hubungannya dengan
anak yang menunjukkan kedekatan secara emosional seperti: (a)
pengasuhan, (b) persahabatan, (c) kegiatan bersama, (d) perkembangan
emosional, (e) pengembangan spiritual, (f) pertumbuhan fisik, (g)
perkembangan sosial, dan (h) rekreasi.
2. Instrumental Involvement
Dimensi ini menggambarkan keterlibatan ayah sebagai penunjang atau pemberi
dukungan secara materi maupun non-materi, seperti: (a) disiplin, (b)
memberikan pemasukan uang, (c) melindungi, (d) membantu pekerjaan
rumah/sekolah, (e) mengembangkan tanggung jawab, (f) mengembangkan
kemandirian, (g) pengembangan moral, dan (h) pengembangan karir.
3. Mentoring/Advising Involvement
Dimensi ini menggambarkan keterlibatan ayah sebagai figure yang dapat
memberi nasihat dan masukan dalam setiap proses pembelajaran anak,
seperti: (a) mentoring, (b) memberi nasehat, (c) pengembangan intelektual,
dan (d) mengembangkan kompetensi.
Selain itu, Jeynes (2015) membagi keterlibatan ayah menjadi empat dimensi
yaitu:
1. Father Involvement Designed to Foster Academic Achievement
Merupakan partisipasi ayah yang bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil
akademik anak melalui membantunya dalam mengerjakan tugas sekolah,
dan lain-lain.
2. Father Involvement Designed to Foster Psychological Welfare
Merupakan partisipasi ayah yang fokus pada meningkatkan kesejahteraan
psikologis anak, melalui membantu mereka dalam memenuhi sebagai
pribadi yang seimbang, seperti menghibur dan menasihati mereka.
3. Father Involvement Designed to Positive Behavior Outcomes
Merupakan partisipasi ayah yang bertuuan untuk memperbaiki perilaku anak
agar tidak menghasilkan perilaku yang negatif. Seperti mengajarkan
mereka tentang benar dan salah.
4. Father Involvement Designed to Foster Other Healthy Outcomes
Merupakan partisipasi ayah yang membantu anak untuk bisa memiliki perilaku
atau tindakan yang baik, sebagaimana diwujudkan dalam bidang sekolah
dan rumah tangga. Misalnya, bermain dengan anak-anaknya
Dalam penelitian kali ini dimensi yang digunakan mengacu pada dimensi yang
dikemukakan oleh Finley dan Schwartz (2004) yaitu expressive involvement,
instrumental involvement, dan mentoring/advising involvement.
2.2.3 Alat Ukur Keterlibatan Ayah
Terdapat beberapa skala yang mengukur keterlibatan ayah yang disusun dan
dikembangkan oleh tokoh sebagai berikut
1. Father Involvement Scale (FIS)
Terdapat 20-item yang di design untuk mengukur perspektif anak terhadap
keterlibatan pengasuhan sang ayah. Tiap pertanyaan diajukan dalam dua
bentuk, yang pertama seberapa terlibatkah ayah dalam pengasuhan, yang
kedua seberapa ingin sang anak untuk ayahnya terlibat dalam pengasuhan.
Keduanya dijawab menggunakan 5-poin skala Likert. Total skor untuk
laporan keterlibatan dan keinginan kepengasuhan dibuat dengan
menjumlahkan tiap rating dengan rentang skor 20 sampai 100 (Finley &
Schwartz, 2004)
2. Nurturant Fathering Scale
NFS merupakan instrument yang dibuat bersamaan dengan FIS oleh Finley dan
Schwartz (2004). Terdapat 9-item dalam mengukur kualitas afektif dari
pengasuhan ayah. Tiap pertanyaan dinilai dengan 5-poin skala Likert yang
digunakan untuk menggambarkan hubungan mereka dengan ayahnya atau
figure ayah lainnya. Total skor diperolah dari penjumlahan dari 9-item
tersebut dalam rentang nilai 20-100.
3. Inventory of Father Involvement
Terdapat 35-item dalam versi panjang dan 26-item versi pendek untuk
mengukur konsep dari keterlibatan ayah. Skala ini dibuat untuk para ayah
dalam pengasuhannya terhadap sang anak.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan skala Father Involvement Scale
oleh Finley dan Schwartz (2004) dalam mengukur persepsi keterlibatan ayah.
Karena skala ini menggunakan persepsi sang anak terhadap keterlibatan
pengasuhan sang ayah.
2.3 Citra Tubuh
2.3.1 Pengertian Citra tubuh
Schilder (dalam Grogan, 2017) mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran
tubuh kita yang dibuat dalam pikiran kita sendiri, dengan kata lain bagaimana
padangan terhadap tubuh kita sendiri. Selain itu, Grogran (2017) menggunakan
definisi citra tubuh sebagai suatu persepsi, pikiran, dan perasaan tentang tubuhnya
sendiri. Definisi citra tubuh juga mencakup pada bagaimana sikap individu
terhadap tubuhnya dan dikonsepsikan terdiri dari mengestimasi ukuran tubuh,
evaluasi daya tarik tubuh dan emosi yang terkait dengan bentuk tubuh (Grogan,
2006).
Sejalan dengan Midlarsky dan Morin (2017) mendefinisikan citra tubuh
pada bagaimana individu melihat dirinya yang berikaitan tentang tubuh mereka
dan pada bagaimana perasaan mereka terhadap tubuhnya. Citra tubuh tidaklah
selalu dalam konteks positif, terdapat juga citra tubuh negative. Individu yang
memiliki citra tubuh negatif memiliki persepsi yang tidak tepat terhadap
keseluruhan tubuhnya dan merasa tidak nyaman dengan penampilannya, dan
sebaliknya untuk citra tubuh positif. Cash dan Pruzinsky (dalam Cash &
Szymanski, 1995) mendefinisikan citra tubuh sebagai kontruk multifaset yang
meliputi persepsi individu, pikiran, perasaan, dan tindakan terhadap bentuk dan
penampilan tubuh. Citra tubuh digambarkan sebagai kecenderungan sikap
seseorang terhadap bentuk fisiknya yang mencakup komponen evaluatif, kognitif,
dan behavioral. Selain itu citra tubuh dianggap sebagai konstruk multidimensi
yang meliputi persepsi terhadap diri dan sikap terhadap penampilan fisik
seseorang (Cash, 2000; Cash et.al., 2004)
Jadi dapat disimpulkan, citra tubuh adalah persepsi individu terhadap dirinya
terkait dengan bentuk tubuh dan juga penampilan fisiknya yang mengandung
komponen evaluatif, kognitif dan behavioral. Dalam penelitian kali ini peneliti
menggunakan definisi dari Cash (2004) yaitu persepsi individu dan sikap terkait
dengan tubuhnya.
2.3.2 Dimensi Citra tubuh
Grogan (2017) mengungkapkan terdapat empat komponen dalam mengukur sikap
individu terhadap citra tubuh, yaitu
1. Global Subjective Satisfaction
Merupakan sebuah evaluasi dengan penilaian terhadap tubuh individu
2. Affect
Afeksi merupakan perasaan yang berhubungan dengan tubuh individu
3. Cognitions
Sebuah konsep kognisi dimana individu memiliki kepercayaan (belief) tentang
tubuhnya
4. Behaviors
Perilaku ini dapat dicontohkan seperti menghindari situasi dimana tubuh
individu terlihat oleh orang lain.
Cash (2000) mengemukakan bahwa citra tubuh memiliki sepuluh dimensi yang
mengandung aspek evaluatif, kognitif, dan behavioral. Kelima dimensi tersebut
ialah:
1. Appearance Evaluation
Individu mengevaluasi penampilan dan keseluruhan tubuhnya. Apakah dirinya
menarik atau tidak menarik, dapat dikatakan juga sebagai puas atau tidaknya
terhadap penampilan dirinya.
2. Appearance Orientation
Orientasi terhadap penampilan dilihat dari bagaimana individu memperhatikan
pentingnya penampilan individu, dan usaha untuk memperbaiki atau
meningkatkan penampilannya.
3. Fitness Evaluation
Perasaan individu yang secara fisik itu fit (sehat) atau unfit (tidak sehat) atau
kompeten secara atletis.
4. Fitness Orientation
Orientasi fitness merupakan keadaan individu yang secara fisik sesuai dengan
yang diinginkan atau kompeten secara atletis.
5. Health Evaluation
Perasaan secara fisik sehat dan bebas dari penyakit.
6. Health Orientation
Orientasi kesehatan dimana terdapat investasi dalam gaya hidup sehat secara fisik.
7. Ilness orientation
Orientasi terhadap tingkat sakit/penyakit.Skor tinggi dalam dimensi ini dilihat dari
skor kewaspadaan individu terhadap gejala penyakit fisik dan cenderung
melibatkan perhatian medis.
8. Body Areas Satisfaction
Kepuasan terhadap bagian tubuh tertentu secara spesifik dan penampilan secara
keseluruhan.
9. Overweight Preoccupation
Kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan,
kecenderungan melakukan diet dan membatasi pola makan.
10. Self-Classified Weight
Penilaian dan pemberian label oleh individu terhadap berat badannya, dari yang
sangat kurus hingga sangat kelebihan berat badan, dari yang sangat kurus
(underweight) hingga sangat kelebihan berat badan (overweight).
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan empat dimensi dari skala
penampilan Cash (2000) yaitu Appearance Evaluation, Appearance Orientation,
Body Areas Satisfaction, dan Overweight Preoccupation.
2.3.3 Alat Ukur Citra tubuh
Terdapat beberapa skala yang mengukur citra tubuh (body-image) yaitu
1. Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-AS (MBRSQ-AS)
Terdiri dari 69-item self-report inventory untuk mengukur aspek sikap individu
terhadap citra tubuhnya. Pada itemnya mengandung komponen evaluative,
kognitif dan behavioral. MBSRQ digunakan untuk dewasa dan remaja
tidak untuk anak-anak. Skala ini menggunakan 5-poin dalam merespon
item. Tidak hanya mengukur penampulan fisik seseorang tapi juga
mengukur kompeten tubuh atau “fitness” dan integritas biologis atay
“health/illness” (Cash, 2000). Cash juga memberikan opsi jika kita hanya
mengukur penampilannya saja yaitu Multidimensional Body-Self Relations
Questionnaire- Appearance Scale (MBRSQ-AS). Skala MBRSQ-AS ini
menggunakan lima dari 10 dimensi yaitu Appearance Evaluation,
Appearance Orientation, Body Areas Satisfaction, Overweight
Preoccupation, dan Self-Calssified Weight.
2. Body –image Ideals Questionnaire (BIQ)
Terdapat 20-item mengukur perbedaan self-deal pada individu yang terdiri dari
10 atribut dengan skala -1 (exactly I am) sampai +3 (very unlike me) dan
pentingnya penampilan dengan skala 0 (not important) sampai 3 (very
important). 10 pada atribut fisik (Cash & Szymanski, 1995) yaitu: tinggi
badan, kulit, tekstur dan ketebalan rambut, fitur wajah, otot, proporsi
tubuh, berat, ukuran dada, kekuatan fisik, dan kooridnasi fisik. Responden
menggunakan
3. Body-image Automatic Thoughts Questionnaire
Terdiri dari 52-item yang mengukur frekuensi pikiran positif dan negative
tentang penampilan individu (Cash, 1994). Responden merespon
menggunakan self-ratings pada item yang berkaitan dengan penampilan:
1) daya tarik fisik 2) kepentingan dari penampilan fisik dengan skala 1
sampai 11 (Altabe, 1996)
2.4 Kerangka Berpikir
Salah satu aspek diri penting yang harus dimiliki oleh remaja adalah percaya diri
atau self-confidence. Kepercayaan diri merupakan kunci penting dalam mencapai
kesuksesan individu. Ketika individu memiliki kepercayaan diri yang kurang,
maka akan menghambatnya dalam mencapai apa yang diinginkan karena ia
merasa tidak yakin dengan kemampuannya kalau sebenarnya ia bisa
melakukannya. Selain itu kepercayaan diri membuat remaja tidak mudah
terpengaruhi oleh efek buruk yang dibawa oleh temannya, karena ia akan
bertindak realistis terhadap kemampuannya sendiri.
Tidak akan merasa khawatir atau cemas dengan pendapat orang,
melainkan dengan remaja yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dapat
menunjukkannya kepada orang lain. Shrauger dan Schohn (1995) mendefinisikan
kepercayaan diri sebagai perasaan seseorang terhadap kompetensi dan
kemampuan mereka untuk bisa menghadapi situasi secara efektif.
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
remaja diantaranya keterlibatan ayah dan citra tubuh. Faktor pertama yang akan
dibahas ialah keterlibatan ayah. Keterlibatan ayah dapat didefnisikan melalui
banyak cara yaitu bisa dengan interaksi langsung antara ayah dan anak seperti
bermain, dan pengasuhan. Menurut Finley dan Schwartz (2004) konsep
keterlibatan ayah dinilai melalui perspektif anak, karena lewat persepsi anak
peneliti dapat melihat bagaimana anak memandang ayahnya dalam kepengasuhan
terhadapnya.
Penelitian yang dilakukan Amato (dalam Scott & Hunt, 2011)
menunjukkan bahwa kualitas hubungan yang dijalin oleh ayah dan anak dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak. Selain itu, menurut Palkovitz (dalam
Hidayati, Kaloeti, & Karyono, 2011) saat ayah menjadi terlibat dalam pengasuhan
maka anak akan memiliki kemampuan sosial, kognitif dan kepercayaan diri yang
tinggi. Finley dan Schwartz (2004) membagi keterlibatan ayah menjadi tiga
dimensi yaitu: Expressive Involvement, Instrumental Involvement dan
Mentoring/Advising Involvement.
Expressive involvement menggambarkan keterlibatan ayah dalam
hubungannya dengan anak yang menunjukkan kedekatan secara emosional seperti
mengungkapkan kasih sayang, hubungan persahabatan antara ayah dan anak,
hingga kegiatan bersama. Bila dihubungkan dengan kepercayaan diri, menurut
Howard Steele (dalam Dini, 2013) dengan mengungkapkan kasih sayang dalam
mengasuh dapat menciptakan percaya diri pada anak. Selain itu sifat ayah yang
spontan membuat anak lebih berani mengeksplor dunia luar.
Dimensi yang kedua yaitu instrumental involvement menggambarkan
keterlibatan ayah sebagai penunjang atau memberikan dukungan baik materi
maupun non-materi. Seperti, memberikan pemasukan uang jajan, melindungi
anak, atau mengajarkan kemandirian. Bila dikaitkan dengan kepercayaan diri,
ayah dapat membantu anak menemukan kegiatan yang membuatnya senang
dengan beitu dapat membantu untuk membangun kepercayaan dirinya.
Dimensi yang ketiga dari variabel keterlibatan ayah yaitu
mentoring/advising involvement yang menggambarkan keterlibatan ayah sebagai
figure yang dapat memberi nasihat kepada anak. Bila dikaitkan dengan
kepercayaan diri, dimensi ini dapat dilihat dengan bagaimana ayah mengajarkan
anak supaya bisa memilih cita-cita dan menyarankan apa yang harus ia lakukan.
Ketika ia dapat mencapai cita-citanya, hal ini akan membangun kepercayaan diri
pada anak tersebut. Tentunya pemberian nasihat akan mempengaruhui
kepercayaan diri anak jika disampaikan dengan cara yang positif.
Selain keterlibatan ayah, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepercayaan diri remaja yaitu penampilan tubuh. Ketika remaja mengalami
banyak perubahan khususnya pada perubahan fisik, maka bentuk tubuhnya pun
akan berubah akibat dari perubahan hormon. Bagaimana remaja menilai
penampilan tubuhnya sendiri, dengan istilah lain ialah citra tubuh. Citra tubuh
adalah persepsi dan sikap individu terhadap dirinya terkait dengan bentuk tubuh
dan penampilan fisiknya (Cash, 2004). Dalam penelitian ini menggunakan
dimensi yang dibuat oleh Cash yaitu appearance evaluation, appearance
orientation, body areas satisfaction, dan overweight preoccupation.
Kepuasaan terhadap tubuh merupakan salah satu dimensi dari citra tubuh.
Sebagaimana diungkapkan oleh Centi (dalam Wiranatha & Supriyadi, 2015)
bahwa individu yang bisa menerima dirinya dan tidak puas dengan
penampilannya cenderung tidak percaya diri. Selain itu ketika individu
menganggap dirinya menarik maka secara tidak langsung dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya, hal ini masuk dalam dimensi appearance evaluation.
Kepercayaan diri dapat dibangun ketika individu berusaha unutk
meningkatkan penampilannya sebagaimana tergambar dalam dimensi appearance
orientation. Sebagaimana Preston (2007) menjelaskan tata cara untuk menjadi
lebih percaya diri adalah dengan menerima keadaan atau penampilan tubuhnya.
Memperbaiki penampilan menjadi lebih baik seperti mengenakan pakaian yang
membuatnya nyaman sehingga ia lebih percaya diri untuk tampil di depan banyak
orang atau menggunakan warna baju yang disukai sehingga dapat membuat
suasana hati lebih baik.
Dimensi Body-Areas Satisfaction merupakan kepuasan individu terhadap
bagian tubuh tertentu. Dimensi ini bila dihubungkan dengan kepercayaan diri
dapat dilihat melalui bagaimana individu merasa malu dengan bagian tubuh
tertentu sehingga membuatnya tidak percaya diri dalam menampilkan dirinya.
Ketika individu sudah puas terhadap bagian tubuh tertentu pada dirinya itu akan
membuatnya lebih percaya diri sebagaimana yang disebutkan oleh Centi (dalam
Wiranatha & Supriyadi, 2015) bahwa individu yang dapat menerima dirinya
cenderung lebih percaya diri.
Dimensi Overweight Preoccupation dapat dilihat ketika individu merasa
cemas saat berat badan naik, terkadang hal ini membuatnya kurang percaya diri.
Sebagian orang merasa berat badan merupakan suatu label cantik atau tidak cantik
terhadap dirinya. Bila dikaitkan dengan kepercayaan diri, ketika individu selalu
berorientasi atau merasa selalu cemas terhadap berat badannya itu akan
mempengaruhi terhadap kepercayaan dirinya. Ketika individu merasa tidak puas
terhadap berat badannya, ia akan selalu berorientasi untuk terus menjaga berat
badannya dengan melakukan diet. Dengan penjelasan di atas, peneliti merangkum
dalam suatu bagan penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan variabel penelitian
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis mayor
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dari keterlibatan ayah (expressive
involvement, instrumental involvement, dan mentoring/advising
involvement) dan citra tubuh (appearance evaluation, appearance
orientation, body-areas satisfaction, dan overweight preoccupation)
terhadap kepercayaan diri remaja.
2.5.1 Hipotesis minor
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi expressive involvement
dari variabel keterlibatan ayah terhadap kepercayaan diri remaja
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi instrumental involvement
dari variabel keterlibatan ayah terhadap kepercayaan diri remaja
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi mentoring/advising
involvement dari variabel keterlibatan ayah terhadap kepercayaan diri
remaja
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi appearance evaluation
dari variabel citra tubuh terhadap kepercayaan diri remaja
Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi appearance orientation
dari variabel citra tubuh terhadap kepercayaan diri remaja
Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi body areas satisfaction
dari variabel citra tubuh terhadap kepercayaan diri remaja
Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi overweight preoccupation
dari variabel citra tubuh terhadap kepercayaan diri remaja
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMPN 2
Tangerang Selatan. Sekolah ini memiliki kuantitas siswa siswi yang banyak
dengan total populasi sekitar 1221 (Dapodikbud, 2018) yang mana dapat
mewakili populasi, menjadi alasan penulis mengambil data di sekolah ini. Namun
peneliti tidak diizinkan untuk mengambil sampel murid kelas 9 karena sedang
dalam persiapan Ujian Nasional sehingga mendapatkan sampel kelas 7 dan 8 saja.
Total sampel yang dapat peneliti dapatkan sebanyak 238 orang dengan
karakteristik memiliki ayah yang masih hidup dan tinggal bersama ayah.
Penelitian kali ini menggunakan teknik non-probability sampling dimana
anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek
penelitian. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yang memiliki
karakteritistik sampel ayah masih hidup dan tinggal bersama ayah, sesuai dengan
tujuan penelitian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepercayaan Diri. Sedangkan variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Keterlibatan Ayah, dan Citra Tubuh.
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
1. Kepercayaan Diri merujuk pada perasaan seseorang terhadap kompetensi
dan kemampuan mereka untuk bisa menghadapi berbagai situasi secara
efektif (Shrauger & Schohn, 1995) terdiri dari 8 dimensi:
1. Academic
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang akademik
2. Appearance
Perasaan puas individu terhadap penampilan fisik secara keseluruhan.
3. Athletics
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang olahraga secara
umum.
4. Romantic
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam menjalin hubungan
romantika yang diinginkan.
5. Social
Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam berinteraksi sosial
dengan orang baru dalam sebuah kelompok.
6. Speaking
Perasaan individu terhadap kemampuannya untuk berbicara di depan
umum dengan baik dan mampu mengekspresikan dirinya secara
efektif.
7. General
Perasaan individu terhadap kemampuan pribadinya dalam menghadapi
persoalan secara umum.
8. Mood
Perasaan individu terhadap keadaan umum dalam beberapa hari
terakhir dibandingkan sebelumnya.
2. Keterlibatan Ayah dibatasi oleh persepsi anak terhadap keterlibatan ayah
dalam pengasuhan yang diberikan kepada mereka. Dilihat melalui
seberapa ayah terlibat dan seberapa keinginan anak untuk ayah terlibat
dalam pengasuhan (Finley & Schwartz, 2004) terdiri dari tiga dimensi
yaitu:
1. Expressive involvement
Ayah terlibat dalam hubungan dengan anak yang menunjukkan
kedekatan secara emosional.
2. Instrumental involvement
Ayah terlibat sebagai penunjang atau pemberi dukungan secara materi
dan non-materi.
3. Advising/Monitoring involvement
Ayah terlibat sebagai figure yang memberi nasihat dan masukan dalam
setiap proses pembelajaran anak.
3. Citra tubuh adalah yaitu persepsi individu dan sikap terkait dengan
penampilan fisik tubuhnya (Cash, 2004) terdiri dari lima dimensi yaitu
1. Appearance Evaluation
Individu mengevaluasi penampilan dan keseluruhan tubuhnya.
2. Appearance Orientation
Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan
dirinya.
3. Body Areas Satisfaction
Kepuasan terhadap bagian tubuh tertentu secara spesifik dan
penampilan secara keseluruhan.
4. Overweight Preoccupation
Kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat
badan, kecenderungan melakukan diet dan membatasi pola makan.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang dipakai dalam bentuk skala Likert yang memiliki empat pilihan
jawaban untuk skala kepercayaan diri, keterlibatan ayah dan citra tubuh yaitu
dengan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Namun di skala yang peneliti pakai terdapat dua skala yang
menggunakan 5-poin skala likert. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari
pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian
pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek.
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat
ukur yaitu: Personal Evaluation Inventory, Father Involvement Scale, dan
Multidimension Body Self Relations Questionnaire-Appearance Scale.
3.3.2 Instrumen Penelitian
Terdapat tiga alat ukut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Personal Evaluation Inventory (PEI)
Kepercayaan diri diukur dengan menggunakan PEI yang dimodifikasi dengan
disesuaikan pada subjek remaja. Menggunakan 4-point skala Likert yang
mengukur tingkat kepercayaan diri seseorang berdasarkan aspek-aspek
kepercayaan diri menurut Shrauger dan Schohn (1995) yaitu academic,
appearance, athletics, general, mood, social, dan speaking.
Tabel 3.1 Blue print Skala Kepercayaan Diri (PEI)
2. Father Involvement Scale
Keterlibatan ayah diukur dengan adapatasi dari alat ukur Father Involvement
Scale. Terdapat 20-item yang di desain untuk mengukur perspektif anak terhadap
keterlibatan pengasuhan sang ayah. Tiap pertanyaan diajukan dalam dua bentuk,
yang pertama seberapa sudahkah ayah terlibat dalam pengasuhan (reported
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
F UF
Academic Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang akademik
7, 10 1, 4, 13, 22 6
Appearance Perasaan puas individu terhadap penampilan fisik secara keseluruhan.
5 2,8,11,14, 5
Athletics Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam bidang olahraga secara umum.
6 3,9, 12 4
Romantic Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam menjalin hubungan romantis
15, 25 18, 21
4
Social Perasaan individu terhadap kemampuannya dalam berinteraksi sosial dengan orang baru dalam sebuah kelompok.
16, 19, 23 26, 28 5
Speaking Perasaan individu terhadap kemampuannya untuk berbicara di depan umum dengan baik..
20, 29 17, 24, 27 5
General Perasaan individu terhadap kemampuan pribadinya dalam menghadapi persoalan secara umum.
33, 35 30, 31, 32 , 37
6
Mood Perasaan individu terhadap keadaan umum dalam beberapa hari terakhir dibandingkan sebelumnya.
34, 38 36, 37, 39 5
involvement) yang kedua seberapa ingin sang anak untuk ayahnya terlibat dalam
pengasuhan (desired involvement). Keduanya dijawab menggunakan 5-poin skala
Likert. Namun dalam penelitian kali ini berfokus pada bagaimana persepsi remaja
mengenai keterlibatan ayah, maka subskala desired involvementtidak dianalisis.
Total skor untuk reported involvementdibuat dengan menjumlahkan tiap rating
dengan rentang skor 20 sampai 100 (Finley & Schwartz, 2004)
Tabel 3.2 Blueprint skala Keterlibatan Ayah
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Expressive Involvement
Ayah terlibat dalam hubungan dengan anak yang menunjukkan kedekatan secara emosional.
2, 3, 5, 6, 11, 13, 15,
20
8
Instrumental Involvement
Ayah terlibat sebagai penunjang atau pemberi dukungan secara materi dan non-materi.
4, 7, 8, 9, 12, 16, 18,
19
8
Mentoring/advising Involvement
Ayah terlibat sebagai figure yang memberi nasihat dan masukan dalam setiap proses pembelajaran anak.
1, 10, 14, 17 4
3. MBSRQ-AS
Citra tubuh diukur menggunakan adapatasi dari MSBRQ-AS dengan model skala
likert 4-point (1 = Sangat Tidak Setuju s/d 4 = Sangat Setuju) yang mengukur
tingkat penilaian diri seseorang terhadap tubuhnya. Dengan menggunakan 4 aspek
skala penampilan Cash (2000) yaitu Appearance Evaluation, Appearance
Orientation, Body Areas Satisfaction, dan Overweight Preoccupation. Peneliti
tidak memasukan Self-Classification Weight ke dalam analisis, karena tidak
memasukkan Body Mass Index (BMI) sebagai pembanding berat badan yang
aktual.
Tabel 3.3 Blueprint Skala Citra Tubuh
Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Appearance Evaluation
Individu mengevaluasi penampilan dan keseluruhan tubuhnya.
3, 4, 5, 6, 7, 8, 11
7
Appearance Orientation
Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
1, 2, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
20, 21
12
Body Areas Orientation
Kepuasan terhadap bagian tubuh tertentu secara spesifik dan penampilan secara keseluruhan.
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
9
Overweight Preoccupation
Kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet dan membatasi pola makan.
18, 19, 22, 23
4
3.4 Uji Validitas
Untuk menguji validitas konstruk alat ukur pada penelitian ini, peneliti menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70.
Adapun logika dari CFA yang dikemukakan Umar (dalam Febriana, 2015) adalah
sebagai berikut:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan
untuk mengukurnya yang disebut faktor. Sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun tiap
subtes hanya mengukur satu faktor saja. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item
yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi
ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)
maka tidak ada perbedaa antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak” artinya teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima. Sedangkan jika nilai chi-square signifikan (p<0.05),
artinya item tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat
multidimensional. Maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi
kesalahan pengukuran.
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini
terjadi ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur.
Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling
berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir
inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau mengukur apa yan hendak diukur, dengan menggunakn t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan (t<1.96) atau koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur, sebaiknya item yang demikian dieliminasi atau didrop.
7. Terakhir, setelah dilakukan langkah-langkah sepertiyang disebutkan di
atas dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan
positif. Maka, selanjutnya item-item yang signifikan (t>1.96) dan positif
tersebut diolah untuk mendapatkan faktor skornya.
3.4.1 Uji Validitas Kepercayaan Diri
Peneliti menguji apakah 39 item dari Kepercayaan Diri bersifat unidimensional,
artinya benar-benar mengukur Kepercayaan Diri. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square=
3453.41, df= 702, p-value= 0.00000 RMSEA= 0.129. Peneliti kemudian
melakukan beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan chi-square= 839.94, df= 533, p-value= 0.00000, RMSEA= 0.049. Nilai
chi-square menghasilkan RMSEA <0.05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu Kepercayaan Diri. Selanjutnya adalah melihat
apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur atau tidal,
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu untuk di drop atau tidak.
Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kepercayaan diri, seperti
pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Muatan faktor item kepercayaan diri Dimensi Item Koefisien Standar
Error T-Value Keterangan
Academic 1
4
7
10
13
22
0.01
0.27
0.41
0.67
0.40
0.46
0.07
0.07
0.06
0.06
0.06
0.06
0.15
3.92
6.42
10.78
6.48
7.64
X
√
√
√
√
√
Appearance 2
5
8
11
14
0.07
0.18
0.37
-0.01
0.01
0.06
0.07
0.06
0.07
0.06
1.11
2.74
5.76
-0.20
0.11
X
√
√
X
X
Athletic 3
6
9
12
0.33
0.40
-0.57
0.33
0.06
0.07
0.06
0.06
5.35
6.06
-9.08
5.27
√
√
X
√
Romance 15
18
21
25
0.15
0.40
0.26
0.41
0.06
0.06
0.07
0.06
2.32
6.37
3.87
6.29
√
√
√
√
Social 16
19
23
0.48
0.33
0.39
0.06
0.06
0.06
8.01
5.32
6.44
√
√
√
26
28
0.50
0.32
0.06
0.06
8.13
4.96
√
√
Speaking 17
20
24
27
29
0.15
0.52
0.41
0.37
-0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0.07
2.42
8.28
6.48
6.01
-1.83
√
√
√
√
√
General 30
31
32
33
35
37
0.31
0.24
-0.39
0.42
0.39
-0.09
0.06
0.06
0.06
0.06
0.07
0.07
4.97
3.90
-6.45
6.70
5.92
-1.42
√
√
X
√
√
√
Mood 34
36
38
39
0.41
0.00
0.39
0.46
0.06
0.07
0.06
0.06
6.56
0.02
6.22
7.54
√
X
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, terdapat muatan faktor negative pada 8 item dan t-value
di bawah 1.96 (t <1.96) yang tidak signifikan, sehingga item-item tersebut harus
didrop. Maka hanya 31 item yang dapat digunakan dalam mengestimasi skor
faktor untuk konstruk kepercayaan diri.
3.4.2 Uji Validitas konstruk Keterlibatan Ayah
Peneliti mengukur apakah 20 item yang terdiri dari 3 dimensi keterlibatan ayah
yaitu expressive involvement, instrumental involvement dan mentoring/advising
involvement bersifat unidimensional yang artinya benar hanya mengukur
keterlibatan ayah.
3.4.2.1 Uji validitas dimensi Expressive Involvement
Peneliti menguji apakah 8 item dari dimensi expressive involvement bersifat
unidimensional, artinya benar-benar mengukur expressive involvement.
Berdasarkan hasil analisi CFA yang dilakuakn dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan chi-square= 80.81, df= 20, p-value= 0.00000, RMSEA= 0.113.
Peneliti melakukan beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan chi-square= 20.75, df=16, p-value= 0.188232,
RMSEA= 0.035. Nilai chi-square menghasilkan RMSEA < 0.05, yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu expressive involvement. Adapun koefisien muatan
faktor untuk item pengukuran expressive involvement, seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Muatan faktor item expressive involvement
Item Koefisien Standar Error T-Value Signifikan
ITEM2 ITEM3 ITEM5 ITEM6 ITEM11 ITEM13 ITEM15
0.18 0.53 0.60 0.53 0.59 0.08 0.70
0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.06 0.07
2.58 7.98 8.81 8.04 8.00 10.59 10.55
√
√
√
√
ITEM20 0.58 0.07 8.59 √
√
√
√
Pada tabel di atas, terlihat tidak ada muatan faktor negative pada salah satu
item dan t-value di atas 1.96 (t > 1.96). maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor untuk dimensi expressive involvement.
3.4.2.2 Uji validitas dimensi Instrumental Involvement
Peneliti menguji apakah 8 item dari dimensi instrumental involvement bersifat
unidimensional, artinya benar-benar mengukur expressive involvement.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan chi-square= 80.81, df= 20, p-value= 0.00000, RMSEA= 0.113.
Peneliti melakukan beberapa kali modifikasi terhadapt model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan chi-square= 15.86, df= 14 p-value= 0.32228
RMSEA=0.024. Nilai chi-square menghasilkan RMSEA < 0.05, yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu instrumental involvement. Adapun koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran instrumental involvement, seperti pada tabel
3.6
Tabel 3.6 Muatan faktor item instrumental involvement Item Koefisien Standar Error T-Value Signifikan
ITEM4 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM12 ITEM16 ITEM18 ITEM19
0.76 0.65 0.65 0.50 0.70 0.87 0.73 0.37
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.05 0.06 0.07
13.36 10.68 10.68 7.86 11.92 15.80 12.90 5.23
√
√
√
√
√
√
√
√
Pada tabel di atas, terlihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah satu
item dan t-value di atas 1.96 (t > 1.96). Maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor untuk dimensi instrumental involvement.
3.4.2.3 Uji Validitas dimensi Mentoring/Advising Involvement
Peneliti menguji apakah 4 item dari dimensi mentoring/advising involvement
bersifat unidimensional, artinya benar-benar mengukur mentoring/advising
involvement. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit dengan chi-square= 6.10, df= 2, p-value= 0.04745,
RMSEA= 0.093. Peneliti melakukan beberapa kali modifikasi terhadapat model,
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan chi-square= 1.10, df= 1p-value=
0.29367 RMSEA=0.021. Nilai chi-square menghasilkan RMSEA< 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh
item mengukur satu faktor saja yaitu instrumental involvement. Adapun koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran instrumental involvement, seperti pada tabel
3.7
Tabel 3.7 Muatan faktor item mentoring/advising involvement
Item Koefisien Standar Error T-Value Signifikan
ITEM1 ITEM10 ITEM14 ITEM17
0.36 0.66 0.70 0.85
0.07 0.10 0.09 0.10
5.04 6.93 8.09 8.64
√
√
√
√
Pada tabel di atas, terlihat tidak ada muatan faktor negative pada salah satu
item dan t-value di atas 1.96 (t > 1.96). Maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor untuk dimensi mentoring/advising
involvement.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Citra Tubuh
Peneliti menggunakan model multifactorial untuk menguji alat ukur citra tubuh
beserta ke empat dimensinya. Peneliti menguji apakah ke 32 item yang ada
bersifat multidimensional. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, hasilnya
ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square = 1968.55, df = 517, p-value = 0.00000
RMSEA= 0.109. Oleh karena itu, penulis melakukan beberapakali modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan.
Setelah didapat p-value >0.05 dan RMSEA < 0.05 dapat dinyatakan
bahwa model dengan multifaktor dapat diterima. Artinya seluruh item yang
mewakili 4 faktor atau dimensi benar mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan. Kemudian menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien seperti pada
tabel dibawah ini
Tabel 3.8 Muatan faktor citra tubuh
Dimensi Item Koefisien Standar Error
T-Value Signifikan
Appearance Perception
ITEM3
ITEM4
ITEM5
ITEM6
ITEM7
ITEM8
ITEM11
0.20
0.80
0.29
-0.58
-0.45
-0.17
0.33
0.04
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
0.04
5.53
15.90
6.25
-14.10
-11.22
-4.52
8.66
√
√
√
X
X
X
√
Appearance Orientation
ITEM1
ITEM2
ITEM9
ITEM10
ITEM12
ITEM13
ITEM14
ITEM15
ITEM16
ITEM17
ITEM20
ITEM21
0.84
0.76
0.49
0.48
0.69
0.31
0.07
-0.33
0.14
0.61
-0.33
0.47
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.03
0.03
0.04
0.03
0.04
0.03
0.03
19.44
19.84
11.93
12.79
18.57
9.28
-9.14
-9.14
4.08
13.99
-9.49
13.56
√
√
√
√
√
√
X
X
√
√
√
X
√
Body-areas Satiesfaction
ITEM26
ITEM27
ITEM28
ITEM29
ITEM30
ITEM31
ITEM32
ITEM33
ITEM34
0.58
0.33
0.76
0.82
0.55
0.51
0.73
0.41
0.86
0.03
0.03
0.04
0.04
0.03
0.03
0.04
0.03
0.04
18.15
10.56
21.23
22.15
16.53
16.53
20.34
12.03
23.24
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Overweight Preoccupation
ITEM18
ITEM19
ITEM22
ITEM23
0.89
0.80
0.95
0.79
0.05
0.05
0.06
0.05
17.62
17.45
16.31
15.17
√
√
√
√
Berdasarkan syarat validitas sebuah item dapat diterima ketika memiliki
nilai positif dan t > 1.96. Dari tabel terdapat 6 item yang di drop karena bermuatan
negative dan t > 1.96. Sehingga hanya 26 item saja yang dapat digunakan untuk
mengestimasi skor dimensi citra tubuh.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai keterlibatan ayah dan citra tubuh
yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja secara empiris, maka peneliti
mengolah data yang didapat dengan menggunakan multiple regression analysis
(analisis regresi berganda). Teknik analisis berganda digunakan untuk menjawab
hipotesis nihil yang terdapat di BAB 2. Dalam penelitian ini, kepercayaan diri
dijadikan sebagai dependent variable dan untuk keterlibatan ayah dan citra tubuh
peneliti jadikan sebagai independent variable, maka susunan persamaan
regresinya adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Kepercayaan Diri
a = konstanta/intercept
b=koefisien regresi
X1 = expressive involvement pada keterlibatan ayah
X2 = instrumental involvement pada keterlibatan ayah
X3 = mentoring/advising involvement pada keterlibatan ayah
X4 = appearance evaluation pada citra tubuh
X5 = appearance orientation pada citra tubuh
X6 = body-areas satisfaction pada citra tubuh
X7 = overweight preoccupation pada citra tubuh
e=residu
Melalui analisis regresi berganda in akan diperoleh nilai R2, yaitu
koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians
dari DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent variable secara
keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut:
R2 =SSreg SSy
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independent variable satu persatu signifkan atau tidak penambahannya. Untuk
membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji
dengan menggunkan uji F, untuk membuktikan hal tersebut digunakan rumus
sebagai berikut:
F = R2/k /(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
R2 = proporsi varians K = jumlah independent variable N = jumlah sampel Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-variabel
independen signifikan terhadap DV, maka peneliti melakukan uji t. Uji t akan
dilakukan sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut:
t = b / sb
Keterangan: b = koefisien regresi sb = standar eror dari b
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi umum subjek penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi di SMPN 2 Tangerang Selatan
dengan total sampel sebanyak 238 orang yang terdiri dari kelas 7 dan 8 dengan
rentang umur 13-14 tahun. Subjek penelitian tersebut berdasarkan dengan kriteria
ayah masih hidup dan tinggal bersama ayah.
4.1.1 Deskripsi hasil penelitian berdasarkan data demografi
Tabel 4.1 Deskripsi hasil penelitian berdasarkan data demografi
Demografi Jumlah (N) Presentase (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
110 128
46.2% 53.8%
Umur 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun
38 114 81 5
16% 47.9% 34% 2.1%
Umur Ayah 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun
37 159 38 4
15.5% 66.8% 16% 1.7%
Pekerjaan Ayah PNS Swasta Lainnya
17 208 13
7.1% 87.4% 5.5%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden pada penelitian ini yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 110 orang dengan presentase 46.2%, dan responden
berjenis kelamin perempuan terdapat 128 orang dengan presentase 53.8%.
Selanjutnya, dapat diketahui umur dari responden yaitu pada umur 12 tahun
berjumlah 38 orang dengan presentase 16%, berumur 13 tahun berjumlah 114%
dengan presentase 47.9%, berumur 14 tahun berjumlah 81 orang dengan
presentase 34%, dan yang berumur 15 tahun berjumlah 5 orang dengan presentase
2.1%.
Berikutnya, dijelaskan gambaran karakteristik ayah berdasarkan umur yaitu pada
rentang usia 30-39 tahun terdapat 37 orang dengan presentase 15.5%, rentang usia
40-49 tahun terdapat 159 orang dengan presentase 66.8%, rentang usia 50-59
tahun terdapat 38 orang dengan presentase 16%, dan rentang usia 60-69 tahun
terdapat 4 orang dengan presentase 1.7%. Selain usia ayah, terdapat karakteristik
ayah berdasarkan pekerjaannya yaitu PNS berjumlah 17 orang dengan presentase
7.1%, swasta berjumlah 208 orang dengan presentase 87.4 dan lainnya berjumlah
13 orang dengan presentase 5.5%.
4.2 Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis melakukan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif tersebut bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan
dalam penelitian guna memperoleh gambaran mengenai suatu variable. Dalam
hasil analisis deskriptif ini akan disajikan sebuah tabel yang terdiri atas nilai
maksimum, minimum, mena, dan standar deviasi. Gambaran hasil analisis
deksriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Deskripsi statistic
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepercayaan Diri 238 25.24 81.24 50.0000 9.07247 Expressive involvment 238 22.39 62.80 49.9999 8.94043 Instrumental involvement
238 13.18 59.22 50.0001 9.15283
Mentoring/advising involvement
238 23.26 60.33 49.9993 8.51674
Appearance evaluation 238 20.46 66.96 49.9983 8.06810 Appearance orientation
238 17.03 70.59 50.0003 8.86902
Body-areas satisfaction 238 20.00 74.80 50.0003 9.16950 Overweight preoccupation
238 32.90 72.33 50.0005 9.33716
Valid N (listwise) 238
Berdasarkan tabel 4.2, terdapat penjelasan mengenai gambaran umum
deskripsi statistic dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan
acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, standar deviasi (SD), maksimum
dan minimum tiap variabel penelitian.
Dependen variabel yaitu Kepercayaan Diri memiliki nilai minimum 25.24;
nilai maksimum 81.24 dan SD= 9.67, variabel expressive involvement memiliki
nilai minimum 22.39; nilai maksimum 22.39 dan SD = 8.94, variabel instrumental
involvement memiliki nilai minimum 13.18; nilai maksimum 59.22 dan SD =
9.15, variabel mentoring involvement memiliki nilai minimum 23.26; nilai
maksimum 60.33 dan SD = 8.51, variabel appearance evaluation memiliki nilai
minimum 20.46; nilai maksimum 66.96 dan SD = 8.06, variabel appearance
orientation memiliki nilai minimum 1.03; nilai maksimum 70.59 dan SD = 8.86,
variabel body-areas satisfaction memiliki nilai minimum 20.00; nilai maksimum
74.80 dan SD = 9.16, variabel overweight preoccupation memiliki nilai minimum
32.90; nilai maksimum 72.33 dan SD = 9.33.
4.3 Kategorisasi Partisipan Penelitian
Setelah melakukan deksripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian, maka hal
yang perlu dilakukan adalah pengkategoriasian terhadap data penelitian.
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan responden penelitian ke
dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontimum
berdasarkan atribut yang diukur. Untuk mengelompokkan responden ke dalam
jenjang tersebut, ditetapkan norma dengan menggunakan standar deviasi dan
mean dari t-score seperti pada tabel dibawah
Tabel 4.3 Norma skor Kategorisasi Norma
Tinggi Rendah
X ≥ Mean X < Mean
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan selanjutnya akan
dijelaskan perolehan nilai presentase kategorisasi unutk variabel expressive
involvement, instrumental involvement, mentoring/advising involvement,
appearance evaluation, appearance orientation, body-areas satisfaction dan
overweight preoccupation pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Kategorisasi partisipan penelitian
Berdasarkan tabel 4.4, kualitas kepercayaan diri siswa/I SMPN 2 Tangerang
Selatan cenderung rendah. Expressive involvement, instrumental involvement,
mentoring/advising involvement dan Body-areas satisfaction cenderung tinggi.
Variabel Frekuensi(%)
Rendah Tinggi
Kepercayaan Diri 52.9% 47.1%
Expressive involvement 44.1% 55.9%
Instrumental involvement 37.0% 63.0%
Mentoring/advising involvement 41.2% 58.8%
Appearance evaluation 68.9% 31.1%
Appearance orientation 61.3% 38.7%
Body-areas satisfaction 42.9% 57.1%
Overweight preoccupation 60.1% 39.9%
Sedangkan appearance evaluation, appearance orientation dan overweight
preoccupation cenderung rendah.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 21. Seperti yang telah disebutkan pada BAB 3,
dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable dan melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable.
Tabel 4.5 Tabel R Square Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .417a .174 .149 8.36847
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.174 atau
17.4% artinya, proporsi varians dari kepercayaan diri remaja yang dijelaskan oleh
keterlibatan ayah (expressive involvement, instrumental involvement,
mentoring/advising involvement) dan citra tubuh (appearance evaluation,
appearance orientation, body-areas satisfaction, dan overweight preoccupation)
adalah sebesar 17.4%, sedangkan 83.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan
independent variabel terhadap kepercayaan diri. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 4.6 Tabel Anova
Model Sum of square
df Mean square
F Sig.
1 Regression 3400.220 7 485.746 6.936 .000b
Residual 16107.199 230 70.031
Total 19507.419 237
a. Dependent variable: PD b. Predictors: (constant) OP, MENTORING, AE, BAS, AO, EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada kolom Sig bahwa (Sig < 0.05), maka
hipotesis nihil menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari expressive
involvement, instrumental involvemet, mentoring/advising involvement,
appearance evaluation, appearance orientation, body-areas satisfaction, dan
overweight preoccupation terhadap kepercayaan diri remaja ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan dari expressive involvement, instrumental
involvemet, mentoring/advising involvement, appearance evaluation, appearance
orientation, body-areas satisfaction, dan overweight preoccupation terhadap
kepercayaan diri pada remaja.
Langkah selanjutnya peneliti melihat signifikansi koefisien regresi pada
setiap variabel pada kolom signifikan. Jika signifikansi < 0.05 maka koefisien
regresi berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan diri. Adapun tabel
koefisien regresi dari setiap independent variable terhadap dependent variable
ditampilkan pada tabel berikut
Tabel 4.7 Tabel koefisien regresi variabel
Unstandardized coefficients
Standardized coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (constant) 23.647 6.523 3.625 .000
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Kepercayaan Diri = 23.647 + 0.414 expressive involvement* – 0.336 instrumental
involvement* + 0.082 mentoring/advising involvement + 0.046 appearance
evaluation + 0.108 appearance orientation + 0.239 body-areas satisfaction* –
0.026 overweight preoccupation
Keterangan: Signifikan (*)
Pada tabel 4.7 terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu
expressive involvement, instrumental involvement dan body-areas satisfaction.
Variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak signifikan. Penjelasan
dari nilai yang diperoleh pada masing-masing independent variabel adalah
sebagai berikut:
1. Variabel expressive involvement
Expressive involvement
.414 .100 .408 4.128 .000
Instrumental involvement
-.336 .112 -.338 -3.008 .003
Mentoring/advising involvement
.082 .108 .077 .756 .451
Appearance evaluation
.046 .072 .041 .644 .520
Appearance orientation
.108 .065 .105 1.652 .100
Body-areas satisfaction
.239 .062 .242 3.844 .000
Overweight preoccupation
-.026 .060 -.027 -.436 .663
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.414 dengan signifikansi 0.000 (sig <
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh
expressive involvement terhadap kepercayaan diri remaja, ditolak. Artinya
variabel expressive involvement mempengaruhi kepercayaan diri remaja.
Arah koefisien positif menjelaskan bahwa semkain tinggi expressive
involvement maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
2. Variabel instrumental involvement
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.336 dengan signifikansi 0.003 (sig
< 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada
pengaruh instrumental involvement terhadap kepercayaan diri remaja,
ditolak. Artinya variabel instrumental involvement mempengaruhi
kepercayaan diri remaja. Arah koefisien negatif menunjukkan bahwa
semakin tinggi instrumental involvement maka semakin rendah
kepercayaan diri remaja.
3. Variabel mentoring/advising involvement
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.082 dengan signifikansi 0.451 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nul yang berbunyi tidak ada pengaruh
mentoring/advising involvement terhadap kepercayaan diri remaja
diterima. Artinya, variabel mentoring/advising involvement tidak
mempengaruhi kepercayaan diri remaja. Arah koefisien positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi mentoring/advising involvement maka
semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
4. Variabel appearance evaluation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.046 dengan signifikansi 0.520 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nul dinyatakan tidak ada pengaruh
appearance evaluation terhadap kepercayaan diri remaja, diterima.
Artinya, variabel appearance evaluation tidak mempengaruhi kepercayaan
diri remaja. Arah koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi
appearance evaluation maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
5. Variabel appearance orientation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.108 dengan signifikansi 0.100 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nul yang berbunyi tidak ada pengaruh
appearance orientation terhadap kepercayaan diri remaja, diterima.
Artinya variable appearance orientation tidak mempengaruhi kepercayaan
diri remaja. Arah koefisien positif menunjukkan semakin tinggi
appearance orientation maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
6. Variabel body-areas satisfaction
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.239 dengan signifikansi 0.000 (sig <
0.05). Dengan demikian, hipotesis nul yang berbunyi tidak ada pengaruh
body-areas satisfaction terhadap kepercayaan diri remaja, ditolak. Dengan
arah koefieisen positif menunjukkan semakin tinggi body-areas
satisfaction maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
7. Variabel overweight preoccupation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.026 dengan signifikansi 0.663 (sig
> 0.05). Dengan demikian, hipotesis nul yang berbunyi tidak ada pengaruh
overweight preoccupation terhadap kepercayaan diri remaja, diterima.
Arah koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi overweight
preoccupation maka semakin tinggi kepercayaan diri remaja.
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable
Peneliti ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap kepercayaan diri. Besarnya proporsi varian pada
kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.8 Proporsi varians variabel setiap independent variable
Keterangan: Signifikan (*) Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel expressive involvement memberikan sumbangan sebesar 0.047 atau
4.7% secara signifikan dengan nilai sig F change = 0.000
2. Variabel instrumental involvement memberikan sumbangan sebesar 0.042
atau 4.2% secara signifikan dengan nilai sig F change = 0.001
3. Variabel mentoring/advising involvement memberikan sumbangan sebesar
0.001 atau 0.1% secara tidak signifikan dengan nilai sig F change = 0.674
4. Variabel appearance evaluation memberikan sumbangan sebesar 0.015 atau
1.5% secara signifikan dengan nilai sig F change = 0.051
5. Variabel appearance orientation memberikan sumbangan sebesar 0.013 atau
1.3% secara tidak signifikan dengan nilai sig F change = 0.064
6. Variabel body-areas satisfaction memberikan sumbangan sebesar 0.056 atau
5.6% secara signifikan dengan nilai sig F change = 0.000
7. Variabel overweight preoccupation memberikan sumbangan sebesar 0.001
atau 0.1% secara tidak signifikan dengan nilai sig F change = 0.663
Urutan independent variable yang signifikan memberikan sumbangan dari
terbesar yaitu variabel body-areas satisfaction sebesar 5.6% dan yang terkecil
adalah instrumental involvement serta appearance evaluation masing-masing
sebesar 0.1%.
BAB 5
DISKUSI PENELITIAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab 4, maka kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel keterlibatan ayah (expressive involvement, instrumental involvement,
mentoring/advising involvement) dan citra tubuh (appearance evaluation,
appearance orientation, body-areas satisfaction, overweight preoccupation)
terhadap kepercayaan diri remaja.
Hasil uji koefisien regresi masing-masing independent variable
menunjukkan dari tujuh variabel yang di uji yaitu expressive involvement,
instrumental involvement, mentoring/advising involvement, appearance
evaluation, appearance orientation, body-areas satisfaction, overweight
preoccupation terdapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi kepercayaan
diri remaja. Variabel yang dinyatakan signifikan mempengaruhi kepercayaan diri
remaja adalah expressive involvement, instrumental involvement, body-areas
satisfaction.
1.2 Diskusi
Pada bagian ini peneliti akan membahas diskusi mengenai kedelapan independent
variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu expressive involvement,
instrumental involvement, mentoring/advising involvement, appearance
evaluation, appearance orientation, body-areas satisfaction, dan overweight
preoccupation terhadap kepercayaan diri pada remaja. Serta membahas penelitian
dan literature terhdahulu mengenai kedelapan independent variable yang
dikaitkan dengan dependent variable tersebut.
Setiap individu memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda,
pada penelitian ini yang menjadi variabel pengaruh terhadap kepercayaan diri
pada remaja ialah keterlibatan ayah dan citra tubuh. Penelitian ini menghasilkan
hal yang sejalan dengan penelitian Fogarty dan Evans (2005) yang menyatakan
bahwa keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anaknya dapat meningkatkan sikap
positif salah satunya ialah perasaan mampu untuk mencapai sesuatu, atau dengan
arti lain sikap percaya diri.
Selain keterlibatan ayah, dalam penelitian ini citra tubuh juga berpengaruh
signifikan terhadap kepercayaan diri seperti yang dinyatakan oleh Centi (dalam
Wirantha & Supriyadi, 2015) yang menyatakan bahwa individu yang bisa
menerima dirinya dan puas terhadap kondisi dan penampilan fisiknya cenderung
memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak
dapat meneirima dan tidak puas terhadap kondisi dan penampilan fisiknya.
Karena ketika remaja dapat menerima dirinya, dengan begitu ia dapat
menampilkan diri dia yang sesungguhnya pada lingkungan.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang memiliki hasil siginifikan
yaitu, expressive involvement, instrumental involvement, dan body-areas
satisfaction. Penelitian ini menghasilkan variabel expressive involvement
signifikan terhadap kepercayaan diri. Hasil ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Howard Steele, direktur Attachment Research Center Unit dari
University College London (Dini, 2013) menunjukkan, keterlibatan ayah yang
intens dalam mengasuh, merawat, sekaligus mengungkapkan kasih sayangnya
kepada bayi, akan sangat mempengaruhi berkembangnya kepribadian positif
anak di kemudian hari, salah satunya jadi lebih percaya diri. Hasil ini juga sejalan
dengan penelitian Palkovitz (dalam Hidayati et al., 2011) yang menunjukkan
bahwa anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya memiliki kepercayaan
diri yang tinggi. Karena remaja yang memiliki sosok ayah yang terlibat membuat
anak lebih bisa untuk mengeksplor dunia luar sehingga membuat anak menjadi
percaya diri. Dalam penelitian kali ini expressive involvement cenderung berada
pada kategori tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel instrumental involvement
cenderung pada kategori yang tinggi dengan koefisien regresi yang menunjukkan
arah yang negative terhadap kepercayaan diri pada remaja. Artinya, semakin
tinggi instrumental involvement, maka semakin rendah kepercaaan diri anak.
Secara teori instrumental memiliki definsi ayah berperan sebagai penunjang atau
pemberi dukungan secara materi maupun non-materi. Menurut Finley dan
Schwartz (2004) instrumental involvement ditunjukan dengan perilaku seperti
pendisplinan, menyediakan uang/pemasukan/nafkah, dan me-monitoring kegiatan
sekolah anak. Ketika ayah memenuhi semua kebutuhan anak dengan berlebihan
maka anak akan merasa terus bergantung kepada ayah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa body-areas satisfaction memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri pada remaja. Penelitian yang
dilakukan Centi (dalam Wirantha & Supriyadi, 2015) yang menyatakan bahwa
individu yang bisa menerima dirinya dan tidak puas dengan penampilannya
cenderung tidak percaya diri orang yang dapat menerima dan mencintai tubuhnya
akan memilki kepercayaan diri yang baik. Dari hasil partisipan penelitian, body-
areas satisfaction memiliki nilai yang cukup tinggi, artinya mereka puas dan
dapat menerima terhadap bagian tubuh tertentu dan penampilannya secara
keseluruhan.
Berdasarkan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dimensi
mentoring/advising involvement pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepercayaan diri pada remaja padahal variabel ini cenderung
berada pada kategori tinggi. Mentoring/advising involvement merupakan
keterlibatan ayah yang menggambarkan ayah sebagai figure pemberi nasihat dan
masukan dalam setiap proses pembelajaran anak. Mentoring/advising involvement
ini memiliki nilai yang cukup tinggi dan hasil kepercayaan diri pada remaja yang
cukup rendah di antara partisipan penelitian. Memberikan nasihat disini dapat
disampaikan dengan negatif maupun positif. Ketika ayah menyampaikan nasihat
dengan cara yang negatif, misalnya berkata kasar atau dengan nada yang tinggi
memungkinkan dapat menurunkan kepercayaan diri anak, sebaliknya, jika
penyampaian nasihat dengan cara yang positif dan benar maka akan
meningkatkan kepercayaan diri anak.
Dari hasil penelitian masing-masing variabel keterlibatan ayah memiliki
skor tinggi namun skor pada kepercayaan diri remaja cenderung pada kategori
rendah. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Amato yang menjelaskan bahwa
hubungan ayah dan anak yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Dalam penelitian ini variabel keterlibatan ayah menunjukkan skor tinggi pada
keterlibatan ayah namun kepercayaan diri remaja-nya masih cenderung rendah.
Hal ini bisa dikaitkan dengan pekerjaan ayah yang sebagian besar merupakan
karyawan yang memiliki tuntutan jam kerja tertentu sehingga minimnya
komunikasi dengan anak atau dengan faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan
diri remaja.
Dimensi dari citra tubuh yaitu appearance evaluation, appearance
orientation, dan overweight preoccupation pada penelitian kali ini tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri pada remaja. Ketiga dimensi
tersebut yaitu appearance evaluation, appearance orientation, dan overweight
preoccupation memeiliki skor cenderung pada kategori rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipan menganggap penampilan dirinya rendah, sesuai
dengan hasil skor kepercayaan diri. Pada variabel appearance orientation
memiliki skor yang cenderung berada pada kategori rendah. Artinya partisipan
cenderung rendah dalam memperhatikan untuk memperbaiki atau meningkatkan
penampilannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan nilai body-areas satisfaction yang
lebih tinggi, artinya para partisipan sudah puas dengan bagian-bagian yang ada
ditubuhnya seperti wajah, dan badan bagian atas. Pada penelitian ini, kedua
variabel ini masing-masing menyumbang sedikit varians terhadap kepercayaan
diri, yang berarti tidak terlalu berpengaruh pada kepercayaan diri pada remaja
SMPN 2 Tangerang Selatan.
Variabel overweight preoccupation juga memiliki skor yang cenderung
berada pada kategori rendah. Overweight preoccupation merupakan dimensi yang
terkait dengan kecemasan terhadap kegemukan, dan kecenderungan melakukan
diet. Artinya siswa-siswi SMPN 2 Tangerang Selatan tidak begitu
menghawatirkan kenaikan berat badan dan tidak terlalu ingin untuk melakukan
diet. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan nilai BAS (body-area satisfaction) yang
tinggi, dimana mereka puas dengan bagian pada tubuhnya.
Secara keseluruhan pada hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan
masih perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya
keterbatasan dalam kelemahan dalam penelitian seperti responden yang kurang
memahami maksud dari item atau kurang seriusnya responden dalam mengisi
kuesioner penelitian.
1.3 Saran
Pada proses penulisan ini, peneliti menyadari masih terdapat banyak kelemahan
dalam penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya
1.3.1 Saran teoritis
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari kepercayaan diri
yang dijelaskan oleh independent variable adalah 17.4% sedangkan sisanya
83.6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Peneliti
menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti serta menganalisis
pengaruh variabel lain seperti kepengasuhan kedua orang tua atau
dukungan teman sebaya.
2. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan siswa/i SMP, waktu
penelitian sebaiknya disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki oleh
subjek penelitian dimana mereka dapat mengisi kuesioner dengan
maksimal.
3. Penelitian ini, sampel yang digunakan hanya 238 responden dengan total
jumlah item sebanyak 93 item sehingga pada saat pengolahan data terdapat
sedikit kesulitan dalam melakukan uji validitas. Karena itu disarankan
untuk penelitian selanjutnya mengambil sampel yang lebih banyak
sehingga mempermudah dalam pengolahan dara dan mendapatkan hasil
yang lebih baik.
4. Mencari informasi yang lengkap mengenai prosedur validitas alat ukur agar
tidak mengalami kekurangan item atau penghapusan dimensi dan indikator
alat ukur yang mungkin disebabkan kesalahan responden dalam melakukan
uji keterbacaan.
1.3.2 Saran Praktis
Terkait dengan hasil penelitian, variabel yang memiliki pengaruh terhadap
kepercayaan diri pada remaja adalah expressive involvement, instrumental
involvement, dan body-areas satisfaction, sehingga dapat disarankan sebagai
berikut
1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ayah yang terlibat secara
expressive atau dekat secara emosional dapat meningkatkan kepercayaan
diri anak. Disarankan untuk para calon ayah agar bisa lebih terbuka
dengan anaknya. Contohnya seperti, memuji, menunjukkan kasih sayang
dan melakukan kegiatan bersama. Dengan kata lain ayah diharapkan untuk
lebih meluangkan waktu bersama anak, selain dapat meringankan beban
ibu dalam mengurus anak, keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat
membantu meningkatkan aspek psikologis anak.
2. Untuk para orang tua khususnya ayah diharapkan dapat membantu anak
untuk bisa mandiri sehingga tidak selalu bergantung dengan orang-tua,
karena dalam penelitian ini menunjukkan hasil dengan arah yang negatif
pada instrumental involvement yang membuat anak dapat memiliki
kepercayaan diri yang rendah
3. Sebagai orang tua hendaknya dapat mendukung anak untuk bisa menjadi
dirinya sendiri dan dapat menerima dirinya. Bukan hanya kepercayaan diri
yang dapat meningkat tapi aspek diri lainnya juga akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adywibowo, I. P. (2010). Memperkuat kepercayaan diri anak melalui percakapan referansial. Jurnal Pendidikan Penabur, 15, 37-49.
Afiatin, T. & Andayani. B. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial. Jurnal Psikologi, 2, 35-46
Allen, S. & Daly, K. (2002). The effects of father involvement: A summary of the research evidence. Newsletter of the father involvement initiatibe, 1, 1-11.
Allgood S, & Beckert Troy E. (2012). The role of father involvement in the perceived psychological well-being of young adult daughters: A retrospective study. North Americal Journal of Psychology, 14(1), 95-110.
Altabe, M. (1996). Ethnicity and body image: Quantitative and qualitative analysis. International Journal of Eating Disorders, 23(2), 153-159.
Astuti, V & Masykur, A. M. (2015). Pengalaman keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak (Studi kualitatif fenomonologi). Jurnal Empati, 4(2), 65-70.
Benabou, R & Tirole, J. (2002). Self-confidence and personal motivation. The Quarterly Journal of Economics, 117(3), 442-453.
Buswell, L. Zabriskie, R. B & Lundberg, N. (2012). The relationship between father involvement in family leisure and family functioning: The Importance of Daily Family Leisure. Leisure Sciences, 34(2), 172-190
Cash, T. F. (1994). Body-image attitudes: Evaluation, investment, and affect. Perceptual and Motor Skills, 78, 1168-1170.
Cash, T. F. (2000). The multidimensional body-self relations questionnaire: MBRSQ user’s manual 3rd revision. Virginia: Old Dominion, University Norfolk.
Cash, T. F. (2004). Body image: Past, present, and future. Body Image: An International Journal of Research.
Cash, T. F., & Szymanski M. L. (1995). The development and validation of body image deals questionnaire. Journal of Personality Assessment, 64(3), 466-477.
Cheng, H. & Furnham A. (2002). Personality, peer relationship, and self-confidence as predictors of happiness and loneliness. Journal of adolescences, 25, 327 339.
Dapodikbud. (2018). SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Diunduh pada 5 Juli 2018 dari sekolah.data.kemdikbud.go.id
Deni, A. U., & Ifdil. (2016). Konsep kepercayaan diri remaja putri. Jurnal EDUCATIO, 2(2), 43-52.
Dini, 2013. Percaya diri berkat keterlibatan ayah. Kompas, diunduh pada 28 November 2018
Fauzi. (2016). 45% Wanita Indonesia krisis percaya diri: Ini cara mengatasinya. Diunduh pada 28 November 2018 https://www.sehatcenter.com
Febriana, R. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen pass (Proscatination Assessment Scale for Student) dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 4(3), 267-278.
Finley, G. E., & Schwartz, S. J. (2004). The father involvement and nurturant fathering scales: Retrospective measures for adolescent and adult children. Educational and Psychological Measurement, 64(1), 143-164.
Fogarty, K & Evans, G. (2009). Being an involved father: What does it mean. University of Florida Institute of Food and Agricultural Sciences
Fogarty, K. & Evans, G. (2005). The hidden benefits of being involved father. Gainesville: University of Florida Institute of Food and Agricultural Sciences.
Ghufron, M. N & Risnawita, R. (2010). Teori - Teori Psikologi. Jogyakarta: Ar-ruzz Media.
Grogan, Sarah. (2006). Body image and health. Journal of Health Psychology, 11(4), 523-530.
Grogan, Sarah. (2017). Body image: Understanding body dissatisfaction in men, woman and children Third Edition. London and New York: Routledge.
Hawkins, A. J., Bradford, K. P., Christiansen, S. L., Palkovitz, R., Day, R. D. & Call, R. A. (2002). The inventory of father involvement: A pilot study of a new measure of father involvement. Journal of Men’s Studies, 10, 183-196.
Hidayati, F., Kaloeti, Dian V. S. K & Karyono. 2011. Peran ayah dalam pengasuhan anak. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 9(1), 1-10.
Ifdil, I., Denich, A. U., & Ilyas, A. (2017). Hubungan body image dengan kepercayaan diri remaja putri. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling 2(3), 107-113.
Jeynes, William H. (2015). A Meta-Analysis: The relationship between father involvement and student academic achievement. Urban Educatio, 50(4) 387-427.
Lal, Krishan. (2014). Emotional maturity, Self-confidence and academic achievement of adolescents in relation to their gender and urban-rural background. American International Journal of Research in Humanities, Arts, and Social Sciences, 5 (2),188-193.
Midlarsky, E. & Morin, R. (2017). Body image and aging. The SAGE Encyclopedia of Psychology and Gender.
MZW. (2017, November 13). Peran ayah semakin pudar. Kompas, hal. 11.
Owens, J. T. (1993). Aceentuate the positive and negative: Rethinking the use of self- esteem, self-deprication, and self-confidence. Social Psychology Quarterly, 56(4) 288-299.
Parke, D. Ross. (2000). Father involvement: A developmental psychological perspective. Marriage and Family Review, 29, 43-58.
Pastey G. S & Aminbhavi, V. A. (2006). Impact of emotional maturity on stress and self-confidence of adolescents. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 32(1), 66-70.
Preston, D. L. (2007). 365 Steps to self-confidence: A complete programme for personal transformation in just a few minutes a day. United Kingdom: How to Content.
Putri, E. L. M., & Darmawanti, I. (2015). Perbedaan kepercayaan diri remaja akhir ditinjau dari persepsi terhadap pola asuh orang tua. Jurnal Universitas Negeri Surabaya, 3(2), 1-6.
Rafikasari, Diana. (2016). 94 Persen remaja putri malu dengan bentuk tubuhnya. Diunduh tanggal 18 Desember 2017 dari https://lifestyle.sindonews.com
Redaksi. (2017). Elly Risman: Ini dampak bagi anak, jika ayah tak hadir. Diunduh 23 Juli 2018 https://www.wartapilihan.com
Rini, J. F. (2002). Memupuk rasa percaya diri. Universitas Bina Nusantara. Diakses pada tanggal 7 Desember 2018 http:// WWW.e-psikologi.com
Roozmand, N., Hashemi, L. & Edalati A. (2015). The role of father in parental conflicts on children’s self-esteem. DAMA International, 4(2), 102-108.
Rosenberg, J & Wilcox, W. B. (2006). The importance of fathers in the healthy development of children. Washington, D.C.: U.S. Dept. Health and Human Services, Administration for Children and Families, Administration on
Children, Youth and Families, Children's Bureau, Office of Child Abuse and Neglect.
Sanderson, S. & Thompson, S. (2002). Factor associated with perceived paternal involvement in childrearing. Sex Role, 46 (3/4), 99-111.
Santrock, J. W. (2003) Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga
Scott, W., La Hunt, A. D. (2011). The important role of fathers in the lives of young children. Parents as Teacher: Overview and Lessons Learned.
Shrauger, J. S., & Schohn. M. (1995). Self-confidence in college students: Conceptualization, measurement, and behavioural implication. Assessment, 2(3), 255-278.
Stajkovic, A. (2006). Development of core confidence-higher order construct. Journal of Applied Psychology, 91(6), 1208-1224.
Steinberg, L & Morris, A. S. (2001). Adolescent development. Annual Reviews University of Warwick, 52, 83-110.
Suhandi, Kang. (2018). Peran ayah dalam mendidik anak laki-laki. Diunduh 23 Juli 2018 dari https://www.kompasiana.com/
Syarifah, Fitri. (2014). Jangan salah, berkat ayah kepercayaan diri anak terbangun. Diunduh 30 November 2017 dari http://health.liputan6.com
Tarigan, M. (2018). Remaja krisis percaya diri, Psikolog: Dukung secara emosional. Diunduh tanggal 4 Juli 2018 dari www.gaya.tempo.com
Wiranatha, F. B. & Supriyadi. 2015. Hubungan antara citra tubuh dengan kepercayaan diri pada remaja di kota Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana 2(1), 38-47.
Lampiran 1
Assalamualaikum Wr. Wb
Selamat pagi/siang/sore
Saya mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya
sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir penelitian (skripsi).
Saya meminta ketersediaan Anda untuk mengisi sejumlah angket di bawah ini.
Dalam pengisian angket tidak ada jawaban benar dan salah. Setiap orang memiliki
jawaban yang berbeda, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan
diri Anda. Semua jawaban Anda akan dijaga kerahasiaanya dan hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian saja. Bantuan Anda dalam mengisi
angket ini merupakan bantuan yang berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas
perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat Saya,
Ghina Pertiwi
Lampiran 2
Data Responden
Nama/Inisial :
Umur : tahun
Kelas :
Jenis Kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
Tempat Tinggal : [ ] Tinggal bersama ayah
[ ] Tinggal terpisah dengan ayah
Status Ayah : [ ] Masih hidup
[ ] Sudah meninggal
Saya yang bertnda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian menjadi responden.
Jakarta,……………….2018
(Nama Inisial dan Tanda Tangan)
Petunjuk Cara Pengisian
Anda diminta untuk menjawab semua pernyataan yang diberikan. Setelah
membaca setiap kalimat, berilah tanda (Ö) pada pilihan jawaban yang anda anggap
paling sesuai dengan keadaan diri anda. Tidak ada jawaban benar atau salah.
Terdapat 5 alternatif jawaban yang dapat anda pilih
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh
No Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1 Saya sering ragu apakah saya cukup pintar Ö
SKALA I
No Pernyataan Jawaban STS TS S SS
1 Saya sering ragu apakah saya cukup pintar untuk berhasil mencapai prestasi
2 Saya tidak berpenampilan menarik, dan itu membuat saya tidak nyaman
3 Terkadang saya tidak ikut olahraga seperti bermain bola atau olahraga lainnya karena saya merasa tidak jago berolahraga
4 Saya merasa tidak sepintar siswa lainnya 5 Saya merasa puas dengan penampilan fisik
saya
6 Olahraga merupakan bidang yang saya kuasai dengan baik
7 Saat saya masuk ke kelas baru, saya yakin bahwa saya akan masuk ranking 10 besar
8 Kebanyakan orang mungkin menganggap
saya tidak menarik secara fisik 9 Ketika saya memikirkan tentang olahraga,
saya merasa antusias dan semangat tanpa merasa takut
10 Saat melaksanakan ujian atau tugas sekolah, saya tau bahwa saya bisa menyelesaikannya
11 Saya harap saya bisa merubah penampilan fisik saya
12 Olahraga merupakan bidang yang tidak saya kuasai, dan hal itu menjadi salah satu kelemahan saya
13 Saya merasa tidak bisa menyamakan kepintaran teman yang ada disekitar saya
14 Mungkin saya akan lebih bisa menarik perhatian lawan jenis jika saya memiliki penampilan yang lebih tampan/cantik
15 Saya tidak memiliki masalah dalam menjaga hubungan yang akrab dengan lawan jenis
16 Saya adalah orang yang mudah bergaul 17 Saya merasa tidak nyaman saat berbicara
di depan orang banyak
18 Saya memiliki beberapa masalah dalam membangun hubungan dengan lawan jenis
19 Bagi saya, bertemu dengan orang baru adalah pegalaman yang menyenangkan
20 Ketika saya harus berbicara di depan banyak orang, saya merasa yakin bahwa saya dapat mengekspresikan diri secara efektif dan jelas
21 Saya merasa ragu atau tidak yakin saat memikirkan untuk berpacaran
22 Saya selalu merasa nyaman hampir di setiap pesta atau pertemuan yang saya hadiri
23 Saya merasa sangat takut saat harus berbicara didepan umum
24 Menarik perhatian lawan jenis tidak pernah
menjadi masalah bagi saya 25 Ketika menghadiri suatu pertemuan, saya
sering merasa malu dan tidak nyaman
26 Terkadang saya menghindari masuk kelas saat harus presentasi di depan
27 Saya merasa tidak nyaman dalam berkelompok
28 Saya merasa tidak terlalu peduli saat harus berbicara di depan umum daripada kebanyakan orang
29 Saya sering merasa tidak yakin dengan diri sendiri bahkan di situasi yang sudah pernah saya alami
30 Beberapa hari terakhir saya merasa kecewa dengan diri saya
31 Saya ragu dengan kemampuan saya sendiri daripada kebanyakan orang
32 Saya adalah orang yang lebih percaya diri dibandingkan dengan orang-orang yang saya kenal
33 Sekarang saya lebih merasa bahagia dibandingkan beberapa minggu yang lalu
34 Ketika keadaan berjalan dengan buruk, terkadang saya yakin bahwa saya bisa berhasil mengatasinya
35 Beberapa hari terakhir saya sering mengkritik diri saya sendiri daripada biasanya
36 Jika saya memiliki kepercayaan diri, hidup saya akan lebih baik
37 Sekarang saya merasa lebih optimis dan positif daripada biasanya
38 Sekarang, saya merasa tidak percaya diri daripada biasanya
SKALA II
Pernyataan di bawah ini menggunakan 5 alternatif pilihan jawaban yaitu
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
No Pernyataan Jawaban STS TS N S SS
1 Sebelum pergi keluar, saya selalu memperhatikan bagaimana penampilan saya
2 Saya memperhatikan dalam memilih baju yang membuat saya terlihat bagus
3 Saya suka penampilan saya apa adanya
4 Saya suka dengan tampilan tubuh saya
5 Saya suka bagaimana pakaian dapat pas dengan saya
6 Saya tidak menyukai penampilan fisik saya
7 Saya tidak menarik secara fisik 8 Saya merasa diri saya seksi 9 Saya memeriksa penampilan saya
di kaca kapan pun ada kesempatan
10 Sebelum pergi, biasanya saya menghabiskan banyak waktu untuk bersiap-siap
11 Kebanyakan orang menganggap saya adalah orang yang tampan/cantik
12 Penting bagi saya untuk selalu berpenampilan baik
13 Saya menggunakan beberapa
produk perawatan 14 Saya sadar jika saya belum bisa
merawat diri
15 Biasanya saya berpakaian tanpa peduli bagaimana penampilannya
16 Saya tidak peduli dengan pendapat orang tentang penampilan saya
17 Saya memperhatikan perawatan rambut saya
18 Saya tidak suka dengan fisik saya 19 saya tidak menarik secara fisik 20 saya tidak pernah peduli dengan
penampilan saya
21 Saya selalu berusaha meningkatkan penampilan fisik saya
22 Saya sedang menjalani diet untuk menurunkan berat badan
23 Dalam menurunkan berat badan saya melakukan puasa atau melakukan diet ketat
[ ] Tidak pernah [ ] Jarang [ ] Kadang-kadang [ ] Sering [ ] Sangat Sering
Pernyataan nomor 26-34 menggunakan lima alternatif pilihan jawaban yang
menyangkut seberapa puas atau tidak puas dirimu terhadap beberapa area tubuh
berikut ini
STP : Sangat Tidak Puas P : Puas
TP : Tidak Puas SP : Sangat Puas
N : Netral
No Pernyataan Jawaban STP TP N P SP
24 Wajah (seluruh unsur yang ada di wajah)
25 Rambut (warna, kelebatan, tekstur) 26 Tubuh bagian bawah (bokong,
pinggul, paha, kaki)
27 Tubuh bagian tengah (pinggang, perut)
28 Tubuh bagian atas (dada atau payudara, bahu, lengan)
29 Bentuk otot 30 Berat badan 31 Tinggi badan 32 Penampilan secara keseluruhan
SKALA III
Pernyataan dibawah ini mengukur seberapa terlibatkah ayah anda dalam
pengasuhan anda. Dalam lembar berikut ini dibagi menjadi dua area sebagai
berikut
I.
Seberapa terlibatkah ayahmu dalam beberapa aspek kehidupan dan perkembangan mu?
Berilah angka yang sesuai di tiap item dibawah ini dengan skala sebagai berikut pada garis yang ada di sebelah kiri
5 = Selalu Terlibat
4 = Sering Terlibat
3 = Terkadang Terlibat
2 = Jarang Terlibat
1 = Tidak Pernah Terlibat
II.
Seberapa inginkah kamu untuk ayahmu terlibat dalam beberapa aspek berikut dibandingkan dengan kenyataannya
Berilah angka yang sesuai di tiap item dibawah ini dengan skala sebagai berikut pada garis yang ada di sebelah kanan
5 = Ingin Sangat Terlibat
4 = Ingin Sedikit Terlibat
3 = Sudah Benar
2 = Ingin Kurang Terlibat
1 = Ingin Kurang Banyak Terlibat
I. Pernyataan II.
Perkembangan Kecerdasan
Perkembangan Emosi
Perkembangan Sosial
Perkembangan Sopan Santun
Perkembangan Agama
Perkembangan Fisik
Perkembangan Masa Depan
Pengembangan Sikap Tanggung Jawab
Pengembangan Kemandirian
Pengembangan Keterampilan
Rekreasi, Bermain, Hal yang
menyenangkan
Menafkahi
Aktifitas Bersama
Memberi Bimbingan
Pengasuhan
Melindungi
Memberi Nasihat
Disiplin
Tugas Sekolah/PR
Kedekatann Bersama
Lampiran Syntax
1. Syntax Kepercayaan Diri UJI VALIDITAS KOSNTRUK PD DA NI=39 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 ITEM35 ITEM36 ITEM37 ITEM38 ITEM39 PM SY FI=PD.COR MO NX=39 NK=1 LX=FR TD=SY LK PD FR TD 22 13 TD 12 3 TD 9 6 TD 24 17 TD 32 4 TD 39 11 TD 37 35 TD 16 15 TD 37 19 TD 38 34 TD 38 33 TD 34 11 TD 21 9 TD 31 30 TD 30 38 TD 27 19 TD 37 21 TD 37 16 TD 33 22 TD 38 35 TD 23 22 TD 39 19 TD 24 19 TD 19 4 TD 23 13 TD 29 27 TD 9 4 TD 36 11 TD 10 1 TD 25 10 TD 25 14 TD 30 28 TD 37 28 TD 38 26 TD 28 3 TD 38 3 TD 20 12 TD 15 5 TD 15 6 TD 15 8 TD 39 18 TD 39 36 TD 36 27 TD 29 22 TD 31 8 TD 4 3 TD 26 3 TD 38 37 TD 35 23 TD 20 17 TD 17 2 TD 12 9 TD 12 6 TD 38 28 TD 38 20 TD 37 7 TD 7 4 TD 30 4 TD 10 4 TD 11 10 TD 37 34 TD 26 4 TD 13 4 TD 22 4 TD 32 13 TD 32 22 TD 24 3 TD 37 29 TD 27 21 TD 21 10 TD 39 12 TD 23 19 TD 28 4 TD 29 3 TD 29 15 TD 23 15 TD 39 37 TD 33 26 TD 14 13 TD 28 22 TD 35 13 TD 33 20 TD 33 1 TD 33 6 TD 29 1 TD 28 12 TD 39 35 TD 25 6 TD 35 28 TD 28 20 TD 29 28 FR TD 28 6 TD 21 20 TD 20 9 TD 33 2 TD 39 20 TD 20 11 TD 34 29 TD 37 14 TD 37 26 TD 37 30 TD 37 15 TD 37 17 TD 24 10 TD 19 14 FR TD 13 11 TD 36 20 TD 20 19 TD 5 3 TD 15 12 TD 25 5 TD 31 7 TD 31 14 TD 14 8 TD 15 14 TD 24 8 TD 35 34 TD 18 17 TD 38 24 TD 12 4 TD 10 6 FR TD 20 6 TD 24 5 TD 24 7 TD 19 7 TD 29 8 TD 15 1 TD 32 1 TD 39 1 TD 22 1 TD 26 1 TD 13 1 TD 35 10 TD 11 1 TD 35 33 TD 28 2 TD 34 3 TD 11 5 FR TD 39 25 TD 29 11 TD 9 5 TD 32 9 TD 17 13 TD 35 20 TD 29 24 TD 33 3 TD 33 24 TD 24 1 TD 39 22 TD 35 31 TD 21 16 TD 21 8 TD 34 27 TD 36 4 TD 25 7 FR TD 22 11 TD 11 8 TD 16 12 TD 31 16 TD 31 18 TD 34 24 TD 36 12 TD 38 15 TD 34 18 TD 18 11 TD 25 18 TD 18 5 TD 29 20 TD 12 11 PD OU TV SS MI AD=OFF
Lampiran 3
2. Syntax Expressive Involvement UJI VALIDITAS KOSNTRUK EXPRESSIVE DA NI=8 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI=EXPRESSIVE.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY LK EXPRESSIVE FR TD 8 6 TD 8 4 TD 5 3 TD 7 5 PD OU TV SS MI
3. Syntax Instrumental Involvement UJI VALIDITAS KOSNTRUK INSTRUMENTAL DA NI= 8 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI=INSTRUMENTAL.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY LK INSTRUMENTAL FR TD 8 6 TD 4 3 TD 8 1 TD 6 3 TD 3 2 TD 8 5 PD OU TV SS MI 4. Syntax Mentoring/Advising Involvement
UJI VALIDITAS KOSNTRUK MENTORING DA NI= 4 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=MENTORING.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK MENTORING FR TD 4 2 PD OU TV SS MI
5. Syntax Appearance Evaluation
UJI VALIDITAS KOSNTRUK APPEV DA NI=7 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
PM SY FI=APPEV.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY LK APPEV FR TD 3 1 TD 7 5 TD 6 4 TD 5 4 TD 5 3 TD 6 5 PD OU TV SS MI
6. Syntax Appearance Orientation UJI VALIDITAS KONSTRUK APPOR DA NI=13 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 PM SY FI=APPOR.COR MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY LK APPOR FR TD 12 9 TD 11 1 TD 4 3 TD 8 5 TD 10 8 TD 13 12 TD 10 7 TD 10 2 TD 12 8 TD 9 8 TD 6 4 TD 3 2 TD 12 5 TD 9 7 TD 12 6 PD OU TV SS MI
7. Syntax Body-areas satisfaction UJI VALIDITAS KOSNTRUK BAS DA NI=9 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=BAS.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY LK BAS FR TD 2 1 TD 5 4 TD 8 7 TD 9 3 TD 8 5 TD 9 6 TD 7 4 TD 7 5 TD 4 2 TD 7 6 TD 8 6 PD OU TV SS MI
8. Syntax overweight preoccupation UJI VALIDITAS KOSNTRUK OVERWEIGHT DA NI=4 NO=238 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=OVERWEIGHT.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK
OVERWEIGHT FR TD 2 1 TD 4 1 PD OU TV SS MI
1. Path Diagram Konstruk Kepercayaan Diri
Lampiran 4
2. Path Diagram Konstruk Expressive Involvement
3. Path Diagram Konstruk Instrumental Involvement
4. Path Diagram Konstruk Mentoring/Advising Involvement
5. Path Diagram Konstruk Citra Tubuh
1. Tabel Analisis Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PD 238 25.24 81.24 50.0000 9.07247
EXPRESSIVE 238 22.39 62.80 49.9999 8.94043
INSTRUMENTAL 238 13.18 59.22 50.0001 9.15283
MENTORING 238 23.26 60.33 49.9993 8.51674
AE 238 20.46 66.96 49.9983 8.06810
AO 238 17.03 70.59 50.0003 8.86902
BAS 238 20.00 74.80 50.0003 9.16950
OP 238 32.90 72.33 50.0005 9.33716
Valid N (listwise) 238
2. Tabel R-Square Model Summary
Mod
el
R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e
df1 df2 Sig. F
Change
1 .417a .174 .149 8.36847 .174 6.936 7 230 .000
a. Predictors: (Constant), OP, MENTORING, AE, BAS, AO, EXPRESSIVE,
INSTRUMENTAL
3. Tabel Anova ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3400.220 7 485.746 6.936 .000b
Residual 16107.199 230 70.031
Total 19507.419 237
a. Dependent Variable: PD
b. Predictors: (Constant), OP, MENTORING, AE, BAS, AO, EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL
Lampiran 5
4. Tabel Koefisien Regresi
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 23.647 6.523 3.625 .000
EXPRESSIVE .414 .100 .408 4.128 .000
INSTRUMENTAL -.336 .112 -.338 -3.008 .003
MENTORING .082 .108 .077 .756 .451
AE .046 .072 .041 .644 .520
AO .108 .065 .105 1.652 .100
BAS .239 .062 .242 3.844 .000
OP -.026 .060 -.027 -.436 .663
a. Dependent Variable: PD
5. Tabel Proporsi Varians
Model Summary
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .217a .047 .043 8.87481 .047 11.675 1 236 .001
2 .298b .089 .081 8.69587 .042 10.812 1 235 .001
3 .300c .090 .078 8.71113 .001 .178 1 234 .674
4 .323d .104 .089 8.65885 .015 3.834 1 233 .051
5 .343e .118 .099 8.61341 .013 3.465 1 232 .064
6 .417f .174 .152 8.35379 .056 15.644 1 231 .000
7 .417g .174 .149 8.36847 .001 .190 1 230 .663
a. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE
b. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL
c. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL, MENTORING
d. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL, MENTORING, AE
e. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL, MENTORING, AE, AO
f. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL, MENTORING, AE, AO, BAS
g. Predictors: (Constant), EXPRESSIVE, INSTRUMENTAL, MENTORING, AE, AO, BAS, OP
Top Related