i
PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP PERSENTASE
BEBERAPA BAGIAN NON-KARKAS (OFFAL) KAMBING
KACANG YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF
SKRIPSI
LINDA RAHMAN
I 111 10 271
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP PERSENTASE
BEBERAPA BAGIAN NON-KARKAS (OFFAL) KAMBING
KACANG YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF
SKRIPSI
Oleh :
LINDA RAHMAN
I 111 10 271
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Linda Rahman
NIM : I 111 10 271
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa ;
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil
dan Pembahsan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan
dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar, Juni 2014
TTD
Linda Rahman
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Persentase
Beberapa Bagian Non-Karkas (Offal)
Kambing Kacang Yang Dipelihara Secara
Intensif
Nama : Linda Rahman
No. Pokok : I 111 10 271
Program Studi : Produksi Ternak
Jurusan : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
NIP. 19450805 196902 1 001 NIP. 19641231 198903 1 025
Diketahui Oleh :
Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus : juni 2014
v
ABSTRAK
Linda Rahman (I 111 10 271). Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Persentase
Beberapa Bagian Non-Karkas (Offal) Ternak Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif. Di bawah bimbingan Basit Wello sebagai
Pembimbing Utama dan Sudirman Baco sebagai Pembimbing Anggota.
Kambing adalah binatang memamah biak yang berukuran sedang, yang
Pada umumnya merupakan ternak yang tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya,
karena jenis pakan yang diberikan cukup beragam misalnya daun turi, lamtoro,
nangka dan lain-lain. Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan
bobot badan maupun bobot dan persentase karkas dan non karkas yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komponen karkas dan non karkas yaitu bangsa
ternak, ransum atau pakan, umur, dan jenis kelamin. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis kelamin persentase beberapa
bagian non karkas (Offal) kambing Kacang yang dipelihara secara intensif.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini menggunakan analisis T-test
Independent Sample, dengan menggunakan kambing Kacang 4 ekor jantan dan 4
ekor betina. Data yang diperoleh berasal dari. Parameter yang diukur meliputi
persentase kepala, kulit, kaki, paru-paru, jantung, hati, dan alat pencernaan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berapa bagian non-karkas (Offal)
kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Kecuali pada parameter kepala
dan kaki.
Kata Kunci : Jenis Kelamin, Kambing Kacang, Non-Karkas (Offal), Intensif.
vi
ABSTRACT
Linda Rahman ( I 111 10 271 ) . Influence of Sex on Percent Some Parts Non
- Carcass ( Offal ) Kacang Goat intensively reared. Under the guidance of
Basit Wello as Main Supervisor and Sudirman Baco as the Supervising.
Goats are ruminant animals are of medium size, which is generally an
animal that is not too difficult to maintain, due to the type of feed given enough
variety for example leaves turi, lamtoro, jackfruit and others. Goat Productivity
can be measured by body weight gain and carcass weight and percentage and non-
carcass produced. Factors affecting carcass and non- carcass components, namely
the nation's livestock, feed or feed, age, and sex. The purpose of this study was to
determine how gender influences the percentage of non- carcass parts (Offal)
Kacang goat reared intensively. This research was conducted at the Laboratory
Animal Cut, Faculty of Animal Husbandry, Hasanuddin University, Makassar.
This study uses analysis of the Independent Sample T -test , using Kacang goat 4
males and 4 females. Data obtained came from . Parameters measured include the
percentage of head, skin, feet, lungs, heart, liver, and digestive tract. Based on the
results and discussion, it can be concluded that gender had no significant effect (P
> 0.05) on the number of non - carcass parts (offal) Kacang goats reared
intensively. Unless the parameters of the head and feet.
Keywords : Sex, Kacang Goat, Non - Carcass (Offal), Intensive .
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT. Atas berkat
dan bimbingannya serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Jenis Kelamin
terhadap Persentase Beberapa Bagian Non-Karkas (Offal) Ternak Kambing
Kacang yang Dipelihara Secara Intensif ” yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Produksi Ternak di Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Basit Wello, M. Sc. selaku pembimbing Utama, dan
bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. Sc. selaku pembimbing Anggota.
Terima kasih telah memberikan arahan dan bimbingannya sejak awal
penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini
pula penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekeliruan
yang telah penulis lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.
2. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ayahanda Abd Rahman Amin dan Ibunda tercinta Suhada yang
telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan kasih sayangnya
selama ini serta dukungan, materi dan doanya, kepada saudara- saudaraku
Muh. Yunus Rahman, Surah Aulia Rahman, Mahadir Aprilla
Rahman dan Alfi Syahri Syaban Rahman serta keluarga besar yang
selalu menjadi penyemangat saya.
viii
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. Sc. selaku pembimbing Ketua
Jurusan Produksi Ternak, dan bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt, selaku
Sekretaris Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternak. Terima kasih telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama ini.
4. Bapak dan ibu Selaku Dosen Pembahas Dr. Muhammad Ihsan A.
Dagong, P.St, M.Si, Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc dan
Prof. Dr. Ir. Hj. Sahari Banong, M.Sc yang telah memberikan ilmu dan
saran-saran dalam penulisan sripsi ini.
5. Bapak Muhammad Hatta, S.Pt, M.Si yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan ilmu selama penelitian dan
memberikan motivasi
6. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, dan Bapak Wakil Dekan I, II, III,
yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi
mahasiswa beserta semua dosen dan staf Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin yang telah memberi ilmunya kepada penulis.
7. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt, yang sekaligus sebagai Penasehat
Akademik atau pengganti orang tua selama penulis melakukan
Pendidikan, yang telah memberikan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
8. Teman penelitian saudara-saudariku Samsu Alam Rab S.Pt, Lili
Andriani Salman S.Pt, Nurmiati S.Pt, Dyan Anjannna Putri S.Pt,
Muhammad Ichsan S.Pt, dan Winda Lestari Kahar S.Pt yang banyak
membantu selama penelitian berjalan hingga selesai.
ix
9. Teman dekat Sarifuddin. T yang telah memberikan semangat, arahan,
doa, motivasi, bantuan baik materi dan moril yang tidak dapat saya
ungkapkan. Semoga menjadi teman hidup dalam menghadapi suka duka.
10. Sahabat-sahabatku tercinta Widia Ningsi, Zaenabriani, Dwi Wijayanti
S.Pt, dan Irma Tekwin. Yang telah menyediakan waktu untuk
mendengarkan segala curahan hati penulis
11. Teman-teman “Produksi 2010”, Saudari-Saudariku Lili, Evhy, Ifha,
Weny, Nurmi, Tendry, Uchy, Inna, Vhy-vhy, Bunda Dhian, Putri,
Kiki, Maya dan Saudara-saudaraku Alam, David, Farid, Aldes,
Herman, Yapet, dan Ibnu.
12. Teman-temanku “Produksi 2010 or Fodrin 2010” dan “ L10N” yang
selama ini sudah menjadi keluarga kecil bagi penulis, suka maupun duka
telah dilewati bersama mulai dari MABA sampai saat ini.
13. Teman pondok damai saudara-saudariku Saddank, Evhy, Kak Mila, Kak
Gaffar, Kak Mina, Kak Doel, Kak Itty, Ramlah, Fida, Meli, Tuti, Ade,
Mini yang telah memberikan semangat, doa dan materi kepada penulis.
14. Teman angkatan “Matador 2010” dan “Situasi 2010” yang telah menjadi
teman dari MABA hingga sekarang yang memberikan bantuan marl dan
moril kepada penulis
15. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu per satu terima kasih segala
motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
x
membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan. Penulis berharap makalah
ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri penulis sendiri. Amin.
Makassar, Juni 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRAC .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
Tinjauan Umum Kambing Kacang ................................................ 3
Pakan ............................................................................................. 5
Pertumbuhan .................................................................................. 8
Karakteristik (Offa) Non- Karkas Secara Umum .......................... 11
Pemeliharaan Secara Intensif ......................................................... 15
METODE PENELITIAN ......................................................................... 17
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 17
Materi dan Bahan Penelitian ........................................................... 17
Parameter Yang Diukur................................................................... 17
Prosedur Penelitian.......................................................................... 18
Analisis Data ................................................................................... 20
xii
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 22
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Persentase Beberapa bagian Non
Karkas (Offal) Ternak Kambing Kacang ....................................... 22
Kepala ............................................................................................ 24
Kaki ................................................................................................ 26
Kulit, Paru-paru, Hati, Jantung, Alat Pencernaan ........................... 27
PENUTUP .................................................................................................. 32
Kesimpulan ...................................................................................... 32
Saran ................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
LAMPIRAN ............................................................................................... 38
DOKUMENTASI ...................................................................................... 53
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 56
xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Pemamfaatan Bagian Non- Karkas (Offal) Ternak Kambing Kacang
yang Layak dimakan. ........................................................................... 13
2. Kandungan Nutrisi Daun lamtoro dan Daun Gamal ............................ 19
3. Komposisi Bahan Pakan Konsentrat yang digunakan ......................... 19
4. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat ....................................... 19
5. Rata-Rata Berat dan Persentase Beberapa Bagian Non-Karkas Kambing
Kacang Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Rata-Rata Berat Kepala Kambing Kacang ........................................... 38
2. Rata-Rata Persentase (%) Kepala Kambing Kacang ........................... 39
3. Rata-Rata Berat Kulit Kambing Kacang .............................................. 40
4. Rata-Rata Persentase (%) Kulit Kambing Kacang............................... 41
5. Rata-Rata Berat Kaki Kambing Kacang .............................................. 42
6. Rata-Rata Persentase (%) Kaki Kambing Kacang ............................... 43
7. Rata-Rata Berat Paru-paru Kambing Kacang ...................................... 44
8. Rata-Rata Persentase (%) Paru-paru Kambing Kacang ....................... 45
9. Rata-Rata Berat Jantung Kambing Kacang ......................................... 46
10. Rata-Rata Persentase (%) Jantung Kambing Kacang .......................... 47
11. Rata-Rata Berat hati Kambing Kacang ................................................ 48
12. Rata-Rata Persentase (%) Hati Kambing Kacang ................................ 49
13. Rata-Rata Berat Alat Pencernaan Kambing Kacang ............................ 50
14. Rata-Rata Persentase (%) Alat Pencernaan Kambing Kacang ............ 51
15. Rata-Rata Berat Kulit Kambing Kacang .............................................. 52
16. Rata-Rata Persentase (%) Kepala Kambing Kacang ........................... 53
1
PENDAHULUAN
Kambing adalah binatang memamah biak yang berukuran sedang, yang
Pada umumnya merupakan ternak yang tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya,
karena jenis pakan yang diberikan cukup beragam misalnya daun turi, lamtoro,
nangka dan lain-lain. Produktivitas kambing yang dipelihara secara intensif dapat
ditunjang dengan pemberian pakan hijauan maupun konsentrat yang baik dengan
komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan pasca panen dan
pemasaran serta jenis bangsa kambing dan umurnya. Produktivitas kambing dapat
diukur melalui pertambahan bobot badan maupun bobot dan persentase karkas
dan non karkas yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi komponen
karkas dan non karkas yaitu bangsa ternak, ransum atau pakan, umur, dan jenis
kelamin.
Jenis kelamin merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada tenunan
tubuh yang sekaligus mempengaruhi bobot karkas dan non karkas ternak. Turner
dan Bagnara (1976), menyatakan bahwa perbedaan bobot karkas dan persentase
karkas pada ternak berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon
pertumbuhan. Bobot hidup ternak jantan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot
hidup ternak betina sehingga persentase karkas dan non karkas ternak betina lebih
tinggi daripada ternak jantan. Non karkas yang dihasilkan merupakan sisa ternak
yang memiliki nilai ekonomi yang kurang tetapi sisa karkas ini masih layak
dikomsumsi yang mampu meningkatkan pendapatan.
Atas dasar pemikiran ini, maka dilakukan penelitian untuk melihat
pengaruh jenis kelamin terhadap persentase berbagai bagian non karkas (Offal)
2
yang merupakan hasil dari kambing Kacang yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi, yang dipelihara secara intensif.
Sebagian masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi daging
kambing maupun domba, akan tetapi jarang dibedakan antara karkas, non karkas
maupun dagingnya. Bagian non karkas yang layak dimakan banyak macamnya,
seperti bagian-bagian jeroan ternak. Di indonesia jeroan banyak dimamfaatkan
sebagai bahan makanan. Jeroan mengandung gizi cukup tinggi dan harganya lebih
murah daripada daging. Salah satu faktor yang mempengaruhi presentase
beberapa bagian non karkas (offal) yaitu jenis kelamin. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh antara jenis kelamin terhadap
persentase non karkas pada ternak kambing Kacang yang dipelihara secara
intensif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
jenis kelamin persentase beberapa bagian non karkas (offal) antara kambing
Kacang yang dipelihara secara intensif.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan acuan bagi peternak,
mengenai persentase beberapa bagian non karkas (offal) kambing Kacang betina
dan jantan yang dipelihara secara intensif
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Kacang Secara Umum
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan
populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing Kacang memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing
ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada
tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya
adalah 1.57 ekor (Setiadi, 2003). Menurut Devendra dan Burns (1970);
Natasasmita (1981) dan Tillman dkk, (1991), tanda-tanda umum dari kambing
Kacang adalah : garis profil kepala lurus atau cekung, daun telinga pendek dengan
sikap berdiri dan mengarah kedepan, panjangnya lebih kurang 15 cm, panjang
tanduk jantan +10 cm sedangkan pada betina +8 cm, kambing betina rambutnya
pendek kecuali bagian ekor dan kambing jantan rambutnya lebih panjang pada
dagu (jenggot), tengkuk, pundak, punggung sampai ekor dan pada badan bagian
belakang; warna rambut putih, hitam dan coklat atau kombinasi dari dua atau tiga
warna tersebut. Kambing jantan tingginya 60-65 cm dan betina 56 cm, dengan
bobot badan jantan 25-30 kg dan betina 20-25 kg.
Menurut Devendra dan Burns (1994) kambing Kacang merupakan
kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing Kacang merupakan kambing yang
lincah, mampu beradaptasi dengan baik dan tersebar luas diberbagai wilayah.
Kegunaan utamanya adalah sebagai penghasil daging. Mempunyai kulit yang
relatif tipis dengan bulu yang kasar. Bobot dewasa 25 kg pada yang jantan dan 20
kg pada yang betina. Tinggi gumba masing – masing 60 – 65 cm pada yang jantan
4
dan 56 cm pada yang betina. Menurut Soedomo (1984) kambing Kacang tahan
terhadap keadaan buruk, lincah, mudah menyesuaikan diri dan tersebar luas di
daerah. Kambing ini terutama untuk produksi daging, memiliki kulit tipis, rambut
kasar dan pejantannya mempunyai surai dengan rambut panjang kasar. Rumich
(1984) menyatakan kambing Kacang sebagai kambing yang berukuran kecil
dengan tinggi 50 – 60 cm dengan berat badan 30 kg. Warna bervariasi dengan
perbedaan latar belakang warna hitam, coklat atau putih atau kombinasi warna –
warna tersebut. Betina melahirkan anak pertama pada umur 12 - 13 bulan dan
kelahiran kembar dua sering terjadi.
Kambing Kacang merupakan kambing yang mampu beradaptasi baik
dengan lingkungan tempat hidupnya. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai
ternak penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan
bulu kasar. Kambing Kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak
putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang
tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak.
Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi
daripada bahu.
Menurut Devendra dan Burns (1994) kambing Kacang memiliki angka
kesuburan yang tinggi. Jumlah anak lahir seperindukan adalah 2.2 ekor. Bobot
lahir kambing Kacang menurut Devendra dan McLeroy (1982) yaitu 1.5 kg,
sedangkan bobot dewasa pada jantan dan betina masing-masing 25 dan 20 kg.
Pada dasarnya performans ternak kambing sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Keduanya saling berinteraksi dan saling mendukung dalam
5
meningkatkan dan mempertahankan produktivitas ternak. Faktor genetik adalah
kemampuan yang bersifat baka yang dimiliki seekor ternak untuk tampil
maksimal, sedangkan lingkungan merupakan kesempatan yang dimiliki ternak
untuk mendukung potensial genetik yang dimilikinya. Program peningkatan mutu
genetik dan produktivitas ternak kambing asli Indonesia telah lama dilakukan oleh
pemerintah antara lain melalui persilangan, seleksi serta penyebaran bibit unggul
di wilayah nusantara.
Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa
bahan organik maupun anorganik yang sebagian maupun seluruhnya dapat
dicerna serta tidak menganggu kesehatan ternak. Pakan yang baik berpengaruh
positif terhadap pertambahan bobot badan, selain itu pakan merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan (Susetyo, 2001). Pakan kambing
sebagian besar terdiri dari hijauan yaitu, rumput dan daun-daunan tertentu (daun
nangka, daun waru, daun pisang, dan daunan leguminosa). Seekor kambing
dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali,
pagi dan sore tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di
alam terbuka.
Secara umum pakan kambing, sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis,
yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan
bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang
terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan
6
berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan
bubur singkong ( Setiawan dan Aras, 2003).
Kandungan zat makanan yang penting untuk diperhatikan dalam ransum
kambing adalah energi dan protein. Protein banyak terdapat pada jaringan otot dan
dapat digunakan sebagai sumber energi. Anggorodi, (1990) menambahkan bahwa
protein merupakan zat yang esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Protein merupakan bagian
utama dari susunan saraf dan bagian penting dari tulang kerangka yang
memberikan kekuatan dan kekenyalan pada tulang tersebut. Jika diberi pakan
yang kandungan proteinnya melebihi kebutuhan hidup pokok ternak, produksi dan
reproduksi, maka dalam batas-batas tertentu protein akan di deaminasi dalam hati
untuk digunakan sebagai sumber energi. Menurut Anonim (1987), kebutuhan
protein kasar (PK) bagi kambing yang bobot badannya 10, 20, dan 30 kg masing-
masing sebesar 22, 28, dan 51 gram per hari.
1. Hijauan
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun
yang tidak (direnggut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas
daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian atau jenis
kacang-kacangan. Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat
disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi,
terutama didaerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak
(Hartadi dkk., 1997).
7
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).
Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak
ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi yaitu protein, sumber tenaga,
vitamin dan mineral. Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak
kambing harus disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar
kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi.
Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan. Kambing
akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa
campuran daun–daunan dan rumputan dicampur dengan perbandingan 1:1,
dengan komposisi demekian zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis
hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjami ketersedian
gizi yang lebih baik (Setiawan dan Arsa, 2003). Salah satu hijauan yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan ternak kambing adalah hijauan jagung.
Tillman dkk, (1991) menyatakan bahwa hijauan jagung mengandung protein 7,8
%, serat kasar 30,4 %, BETN 50,7 %, abu 9,7 %, Ca 0,19 % dan P 0,13 %.
Umumnya rumput di daerah tropis kualitasnya rendah terutama kandungan
proteinnya rendah dan serat kasar yang tinggi (Susetyo dkk., 1969). Makanan
yang kadar serat kasarnya tinggi, pencernaannya makin lama dan nilai energi
produktifnya makin rendah (Tillman dkk., 1991). Sementara itu dinyatakan bahwa
pengaruh langsung dari pemberian hijauan berkualitas rendah adalah menurunnya
produksi ternak (Semiadi, 1989). Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu
penambahan makanan penguat berupa konsentrat. Pemberian hijauan dan
konsentrat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bagi ternak.
8
2. Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan pakan yang
kaya karbohidrat dan protein seperti dedak padi, jagung kuning dan bungkil-
bungkilan. Menurut Darmono (1993) bahwa pakan penguat atau konsentrat adalah
pakan yang berasal dari biji-bijian dan mengandung protein yang cukup tinggi dan
mengandung serat kasar kurang dari 18 %. Hartadi dkk. (1997) menambahkan
bahwa konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau
makanan pelengkap. Pakan penguat atau konsentrat diberikan dengan tujuan
menambah nilai gizi pakan, menambah unsur pakan yang defisiensi dan
meningkatkan konsumsi pakan (Murtidjo, 1993). Konsentrat dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi.
Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan
protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat
dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih
besar dari 20% (Tillman dkk., 1991).
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses yang bermula dari sel telur yang telah
dibuahi dan berlanjut hingga dewasa atau pada umumnya pertumbuhan
dinyatakan dengan kenaikan bobot badan (Tilman dkk. 1991). Secara sederhana
pertumbuhan badan disebut perubahan ukuran yang dapat diukur panjang dan
9
besar. Pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bertambahnya jumlah sel
atau hiperplasia dan bertambahnya ukuran sel atau hifertrofi serta pertumbuhan
yang bukan protoplasma misalnya penimbunan lemak, glikogen dan plasma darah
(Wiliam, 1982).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dari urat daging, tulang, organ
internal dan bagian lain pada tubuh (Ensminger dan Olentine, 1987). Sedangkan
Wello, (2012) menyatakan, pertumbuhan adalah kenaikan berat badan mencapai
ukuran dewasa sedangkan perkembangan adalah hal yang menyangkut perubahan
konformasi tubuh. Selanjutnya, dinyatakan bahwa pada hewan, dari lahir hingga
dewasa kelamin pertambahan berat karkas sebagian besar disebabkan oleh
pertambahan daging, pertambahan tulang dan pertambahan lemak hanya sedikit,
tetapi setelah mendekati dewasa tubuh pertambahan berat badan akan menurun,
dimana pertumbuhan tulang hampir tidak ada sebaliknya pertumbuhan lemak
semakin meningkat.
Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi banyak faktor yaitu umur, bangsa,
jenis kelamin, komsumsi pakan, pengolahan dan status kesehatan (Anonim,
1987). Bangsa ternak besar akan mempunyai bobot lahir, kecepatan tumbuh, dan
bobot saat dewasa yang lebih besar dari bangsa yang kecil dan ternak jantan
tumbuh lebih cepat dibandingkan ternak betina, dan juga memiliki bobot yang
berat pada umur yang sama (Soejono, 1992).
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak. Hal
ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap tenunan tubuh yang sekaligus
mempengaruhi pertumbuhan maupun persentase karkas ternak. Menurut Turner
10
dan Bagnara (1976) bahwa perbedaan pertambahan bobot badan dan persentase
karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut
adalah somatotropin (STH) yang memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan
tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap
metabolisme lipida. Peranan yang penting dari hormon pertumbuhan terletak pada
stimulasi peningkatan ukuran tubuh, memacu peningkatan dan percepatan
pertumbuhan, selanjutnya, dinyatakan bahwa hormon pertumbuhan juga
berpengaruh antagonistik terhadap insulin di dalam otot dan tenunan adiposa
(Rauf, 1988). Selanjutnya Short (1980) menambahkan bahwa hormon kelamin
memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak
yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas.
Menurut pendapat Kay dan Haussmen (1997) yang menyatakan bahwa
hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang dan menstimulan
pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat pada saat pubertas sebagian disebabkan
oleh pengaruh anabolik protein dari androgen sehinga hewan jantan dapat lebih
besar dibandingkan dengan hewan betina. Soeparno (1994) menambahkan bahwa
ternak jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betina pada umur yang sama.
Jantan memiliki testosteron salah satu steroid androgen, hormon pengatur
pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial dan kelenjar adrenal. Testosteron
dihasilkan testis pada jantan, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan
betina lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin sekunder muncul. Penelitian
Zaman (1984) telah membuktikan bahwa keeratan hubungan ditemukan antara
bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada ternak yang sedang tumbuh. Soeroso
11
(2004) menyatakan bahwa pada jantan bekerja hormon androgen/testosteron yang
berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein jaringan tubuh dan menurunkan
konversi asam amino menjadi urea. Retensi nitrogen akibat aktivitas testosteron
menghasilkan kenaikan bobot badan dan pertumbuhan kerangka tulang serat
jaringan daging lebih besar pada ternak jantan. Pada ternak betina, peningkatan
sekresi estrogen menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium dan lipida dalam
darah sehingga dengan meningkatnya sekresi estrogen akan terjadi penurunan laju
pertumbuhan tulang.
Karakteristik Offal/Non Karkas Secara Umum
Karkas merupakan hasil utama dari suatu penyembelihan ternak dan
mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada non karkas. Sisa karkas
dibagi menjadi dua bagian, yaitu “Edible offal” dan “Inedible offal” (Gerrard.,
1997). “Edible offal” adalah bagian sisa karkas yang masih layak dimakan, seperti
kapala, hati, jantung, paru-paru, ginjal, limpa, perut, ekor dan darah. Sedangkan
“Inedible offal” adalah bagian sisa karkas yang tidak layak dimakan, misalnya
tanduk, bulu, saluran kantong kemih, kulit, tulang dan oseophagus.
Penyembelihan ternak kambing atau domba selain menghasilkan karkas,
juga menghasilkan dan juga hasil sampingan karkas yaitu non karkas, menurut
Whytes dan Ramsay (1979), komponen sisa karkas terdiri dari organ internal dan
organ eksternal. Organ internal terdiri atas hati, jantung, paru-paru, sedangkan
yang termasuk organ eksternal adalah kepala, kulit, dan kaki. Menurut Adiwinarti
dkk, (1999) persentase non karkas adalah 57%, sedangkan hasil penelitian
12
Hudallah dkk, (2007) persentase non karkas berkisar antara 53.05-55.58% (bruto)
dan 34.34-44.43% (netto). Selanjutnya dikatakan bahwa makin tinggi bobot non
karkas maka makin rendah nilai ekonomisnya.
Bagian non karkas pada ternak kambing dan domba antara lain darah,
kepala, keempat kaki, kulit, ekor, dan jeroan (Kartadisastra, 1997). Berat karkas
juga dipengaruhi oleh umur ternak, jenis kelamin, kecepatan pertumbuhan,
metode pemotongan, lingkungan serta berat bagian tubuh/organ non karkas.
(Murray dan Slezacek, 1978; Pamungkas dkk., 1992). Pada tingkatan umur yang
lebih tua terdapat kecenderungan peningkatan berat hidup, berat karkas dan berat
organ non karkas dan perkiraan berat karkas kurang tepat bila hanya berdasarkan
berat hidup tanpa diikuti dengan berat organ tubuh non karkas, baik eksternal
maupun internal.
- Komponen-komponen Non Karkas (Offal)
Menurut Balkely dan Bade (1991), Komponen-komponen non karkas yang
tidak layak dimakan dapat diproses dan dimamfaatkan menjadi produk-produk
yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Rincian pemamfaatan bagian non karkas
yang layak dimakan dapat dilihat pada tabel 1 yaitu :
13
Tabel 1 : Pemamfaatan Bagian Offal/Non-Karkas Ternak Kambing atau
Domba yang Layak Dimakan
Komponen non Karakas Manfaat
Otak, jantung, ginjal, hati, paru-paru,
limpa, pankreas dan lidah
Aneka ragam daging
Ekor Sup
Pipi dan tetelan kepala Bahan sosis
Ekstrak daging Sup
Lambung Renet untuk pembuatan keju
Bahan sosis, aneka ragam daging
Tulang Es krim dan agar- agar
Lemak Bahan peremah kue, kembang gula,
bahan pakan kalori tinggi.
Usus kecil dan besar Selongsong sosis dan aneka ragam
daging
Sumber : Forrest et al., (1975)
- Faktor- faktor yang Memperngaruhi Komponen Non Karkas (Offal)
Kambing Kacang
Menurut pendapat Whytes and Ramsay (1979) komponen sisa karkas
dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain,. 1. Bangsa ternak adalah
pengaruh bangsa yang berhubungan dengan perbedaan genetik tiap bangsa dalam
mencapai ukuran dewasa, tiap bangsa terdapat perbedaan kecapatan pertumbuhan
dari komponen tubuh. Akibat perbedaan tersebut akan meningkatkan keragaman
proporsi tubuh pada berat yang sama. 2. Jenis kelamin : kambing jantan
mempunyai berat kepala dan berat kaki lebih ringan daripada kambing jantan
yang sudah dikastrasi (kebiri). 3. Ransum atau pakan : peningkatan kandungan
konsentrat pada ransum akan menurunkan isi perut dan menigkatkan persentase
14
karkas. Apabila pemberian serat kasar tinggi akan meningkatkan isi perut dan
menurunkan persentase karkas. 4. Umur yaitu persentase berat rumen, reticulum
dan omasum akan meningkat dengan bertambahnya umur.
Berbagai faktor diduga dapat mempengaruhi proporsi komponen tubuh
selama pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Berg dan Butterfield,
(1976) bahwa umur, berat tubuh, bangsa, jenis kelamin, pakan dan faktor
lingkungan lainnya dapat berpengaruh pada proporsi komponen tubuh. Pakan atau
perlakuan lain dapat mempengaruhi berat komponen non karkas (Kuncoro-
Wijoyo, 1987). Murray dan Slezacek (1978) menyatakan bahwa ternak yang
diberi pakan berenergi tinggi memberikan berat hati, ginjal, kulit dan bulu yang
lebih berat dibanding ternak yang diberi pakan berenergi rendah, sedangkan
kepala, kaki dan ekor ternak yang laju pertumbuhannya lambat memberikan berat
yang lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhannya yang cepat. Menurut
Kuncoro-Wijoyo (1987) bahwa berat komponen non karkas domba yang diberi
makanan ad libitum tidak berbeda dengan yang diberi pakan 70% ad-libitum.
Menurut Murray et. al., (1977) bahwa perlakuan penambahan pakan tidak
berpengaruh terhadap berat alat-alat dalam kecuali hati dan ginjal. Gaili dan
Mahgoub (1981) menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap berat
kepala dan lemak saluran pencernaan. ternak jantan mempunyai kepala lebih berat
tetapi lemak saluran pencernaan lebih sedikit dibandingkan dengan ternak betina.
Hammond (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan komponen karkas dan
non karkas tidak sama, ada yang tumbuh secara cepat sehingga mencapai ukuran
yang lebih besar dan ada yang tumbuh lebih lambat sehingga tidak mencapai
15
ukuran yang maksimal. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan
jaringan tubuh sesuai dengan fungsi organ, biasanya organ yang sangat
dibutuhkan untuk kehidupan berkembang lebih dulu, sedangkan organ yang
berfungsi dalam produksi berkembang kemudian seperti pada saat lahir semua
ternak didominasi oleh kepala dan paha, setelah tumbuh memanjang dan menebal
maka bagian tulang berkembang lebih cepat dibanding daging dan lemak.
Pemeliharaan Secara Intensif
Kambing yang diternak secara intensif membutuhkan perhatian penuh dari
pemiliknya, berupa kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Perhatian
itu mutlak karena kehidupan ternak sepenuhnya terkurung di dalam kandang.
Kandang intensif terdiri dari dua jenis, yaitu kandang koloni dan kandang
individual. Keuntungan penggemukan secara intensif yaitu kambing yang
dipelihara cepat gemuk, pertumbuhannya pesat karena mereka banyak
mendapatkan unsur karbohidrat dan lemak, sehingga usaha penggemukan
semacam ini bisa dilakukan dalam waktu lebih pendek (Setiyono, dkk 2007).
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi dan mempercepat
penyebaran ternak besar oleh peternak adalah dengan cara pemeliharaan ternak
tersebut. Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi perkembangbiakan
serta terjaminnya kesehatan ternak (Hernowo, 2006). Peternak dalam memelihara
ternaknya harus berdasarkan prinsip-prinsip pemeliharaan dan pembiakan hewan
tropis yaitu, pengawasan lingkungan, pengawasan status kesehatan, pengawasan
pegawai, pengawasan makan dan air minum, pengawasan sistem pengelolaan dan
pengawasan kualitas hewan ternak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
16
Pemeliharaan secara intensif merupakan salah satu cara penggemukan
yang mengutamakan pemberian pakan berupa biji-bijian (konsentrat) yang terdiri
dari jagung giling, dedak, bungkil, dan lain-lain. Sasongko, dkk (2009)
Pemeliharaan secara intensif adalah kambing yang dipelihara dalam kandang
tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang
optimal untuk meningkatkan berat badan dan kesehatan kambing yang maksimal.
Produktivitas kambing yang dipelihara secara intensif dapat ditunjang dengan
pemberian pakan hijauan maupun konsentrat yang baik dengan komposisi yang
sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan pasca panen dan pemasaran serta
jenis bangsa kambing dan umurnya (Syafrial, dkk 2003).
17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2013 – Maret 2014,
bertempat di Laboratorium Ternak Potong Divisit Ternak Kambing Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Materi dan Bahan Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kambing Kacang
sebanyak 8 ekor, 4 ekor jantan dan 4 ekor betina dengan berat awal rata-rata
jantan 13,2 kg dan betina 11,1 kg dengan kisaran umur 8 bulan – 1 tahun yang
berasal dari peternakan rakyat di daerah Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi
Selatan.
Bahan- bahan yang digunakan adalah air, hijauan (daun gamal, daun jawa,
dan lamtoro), Tepung ikan, jagung giling, bungkil kelapa, dedak, mineral mix,
urea, molasses, garam dan obat-obatan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu,
tempat pakan, tempat minum, parang, timbangan digital, skop, ember, pita, catter,
gergaji besi, pisau, dan meja pemotongan.
18
Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah berat dan persentase
beberapa bagian non karkas (Offal), yaitu jantung, hati, paru-paru, kaki depan dan
belakang, kepala, kulit dan alat-alat pencernaan.
Prosedur Penelitian
A. Pembiasaan
Sebelum dilakukan penyembelihan dan pemotongan terlebih dahulu
dilakukan pembiasaan selama 1 bulan berturut –turut, setelah itu baru dilakukan
perlakuan. Tujuan dari pembiasaan adalah :
1. Untuk membiasakan ternak dengan keadaan lingkungan yang baru.
2. Untuk membiasakan ternak dengan pakan yang baru (pakan yang
diberikan pada waktu penelitian).
B. Pemeliharaan
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 Wita
diberikan pakan konsentrat, pada siang jam 13.00 Wita diberi pakan hijauan dan
sore jam 16.00 Wita. Pakan konsentrat yang terdiri dari Dedak, bungkil kelapa,
jagung giling, dedak padi, tepung ikan, garam dan mineral mix dicampur terlebih
dahulu dan diberi sebanyak 3% dari berat badan ternak kambing. Sementara untuk
pemberian hijauan terdiri dari campuran hijauan kayu jawa (Lannea
coromandelica), gamal (Gliricidia maculata) dan lamtoro (Leucaena
leucochepala) sedangkan air minum diberikan secara adlibitum. Berikut ini tabel
kandungan gamal (Gliricidia maculata) dan lamtoro (Leucaena leucochepala),
19
komposisi konsentrat yang digunakan, dan analisis proksimat bahan pakan
konsentrat dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Kandungan gizi daun lamtoro (Leucaena leucochepala) dan daun
gamal (Gliricidia maculata)
Uraian Zat Nutrisi (%) Kadar Nutrisi
Lamtoro (*) Gamal (**)
Potein Kasar (PK) 34,57 18,3
Bahan Kering (BK) 29,10 42,7
Serat Kasar (SK) - 38,2
Lemak 2,23 2,8
Kadar Abu 4,85 -
Sumber:*Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan Dan
Kesehatan Hewan, 2011
**Munier, 2010
Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan konsentrat yang digunakan.
Bahan Pakan Persentase (%)
Dedak 35
Jagung giling 36
Bungkil Kelapa 15
Tepung Ikan 10
Mineral 2,5
Urea 1,0
Laboratorium Ternak Potong Unit Pemeliharaan Kambing
Tabel 4. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat *)
Kandungan Gizi Persentase (%)
Air 14,49
Protein Kasar 26,72
Lemak Kasar 4,99
Serat Kasar 18,51
BETN 38,76
Abu 11,02
* Hasil Analisis Kimia Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar, 2013
20
C. Penyembelihan dan Pemotongan bagian Karkas dan Non- Karkas (Offal)
Penyembelihan dan pemotongan dilakukan selama tiga hari berturut-turut.
Dimana proses penyembelihan ternak Kambing Kacang terjadi beberapa tahap,
yaitu :
1. Penimbangan bobot hidup ternak
2. Dilakukan pemotongan kepala pada ternak kambing dan kaki depan
belakang dipisahkan serta pengkulitan.
3. Kulit, kaki depan belakang dan kepala ditimbang satu persatu
4. Setelah itu pengeluaran organ dalam perut (jeroan dipisahkan),
penimbangan paru-paru, hati, jantung dan alat-alat pencernaan yang
sudah dikeluarkan kotorannya.
5. Penimbangan bobot karkas utuh
6. Pemotongan dilakukan dengan cara membela karkas utuh menjadi 2
bagian kiri dan kanan.
D. Pengendalian penyakit
Sebelum perlakuan dilakukan, penanganan kesehatan ternak yang
dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pemberian obat cacing
2. Pemberian antibiotik
3. Pemberian obat kutu subkutan dan
4. Pemberian Vitamin
21
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding, yaitu uji
t (t-test Independent sample) (Sudjana, 2002), dengan perlakuan perbedaan jenis
kelamin terhadap perubahan dimensi tubuh kambing Kacang yang dipelihara
secara intensif, dengan microsoft excel dan rumus yang digunakan yaitu:
Keterangan :
t = Parameter yang diukur
x1 = Rata-rata perlakuan kambing Kacang betina
x2 = Rata-rata perlakuan kambing Kacang jantan
s2 = Simpangan baku Rataan
s1 = Simpangan baku kambing Kacang betina
s2 = Simpangan baku kambing Kacang jantan
n1 = Banyak jumlah kambing Kacang betina
n2 = Banyaknya jumlah Kambing kacang jantan
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Persentase Beberapa bagian Non Karkas
(Offal) Ternak Kambing Kacang
Penyembelihan ternak kambing atau domba selain menghasilkan karkas,
juga menghasilkan hasil sampingan karkas yaitu non karkas, non karkas yang
dihasilkan merupakan sisa ternak yang memiliki nilai ekonomi yang kurang tetapi
sisa karkas ini masih layak dikonsumsi yang mampu meningkatkan pendapatan.
Berikut ini hasil penelitian terhadap rata-rata berat dan persentase beberapa bagian
non-karkas ternak kambing Kacang yang dipelihara secara intensif terhadap jenis
kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Berat dan Persentase dari Beberapa Bagian Non-Karkas
Ternak Kambing Kacang Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Parameter
Perlakuan
Jantan Betina
Berat (g) Persentase Berat (g) Persentase
1. Berat hidup(kg) 13,62±11,4 - 11,80±13,6 -
2. Kepala 1.160±52,3a 8,5±0,4 952,5±72,7
b 8,1±0,6
3. Kulit 1.057,2±169,7 7,7±0,9 878,2±135,6 7,4±0,4
4. Kaki 491,7±51,9c 3,6±0,4 387,5±78,1
d 3,3±0,5
5. Paru-paru +
trahea 183±40,9 1,4±0,4 151,2±33,8 1,3±0,2
6. Jantung +
lemak 87,2±54,5 0,6±0,4 87±21,2 0,7±0,1
7. Hati 255,2±47,7 1,9±0,4 214,2±31,2 1,8±0,2
8. Alat
pencernaan 4.105±426,2 30,2±3,4 3.785,5±297,6 32,3±3,0
Jumlah 7339,8 53,3 6456,4 54,9
Keterangan : Superskrip pada huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
23
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan berat dan persentase non-karkas ternak
kambing Kacang pada penelitian ini terlihat bahwa persentase non karkas
kambing jantan yaitu 53,3%, sedangkan persentase non karkas betina yaitu 54,9%.
Rata-rata berat non-karkas kambing Kacang pada jantan 7339,8g dari total
keseluruhan berat hidup 13627,5g, dan pada betina 6456,4g dari total keseluruhan
berat hidup yaitu 11792,5g. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Hudallah dkk, (2007) persentase non karkas berkisar antara 53.05-55.58% (bruto)
dan 34.34-44.43% (netto). Sedangkan persentase non karkas yang diperoleh pada
penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapat Adiwinarti dkk,
(1999) yang menyatakan bahwa persentase non karkas adalah 57%, dari
persentase keseluruhan. Menurut Kartadisastra (1997), berat karkas kambing
berkisar antara 40-52%, hal ini berarti kisaran berat non karkasnya sebesar 48-
60%. Persentase non karkas yang didapat dalam penelitian ini tidak sesuai dengan
pendapat Kartadisastra (1997), karena besarnya berat non karkas antara 55,32
sampai 56,70%.
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa rata-rata berat hidup kambing
Kacang jantan sekitar 13,62±11,4 kg dan betina 11,80±13,6 kg. Hal ini
disebabkan karena umur ternak kambing pada penelitian ini sekitar 8 bulan -1
tahun. Pada umur ternak kambing tersebut hormon kelamin androgen dan
estrogen yang dihasilkan oleh tubuh kambing Kacang belum mencapai
pertumbuhan yang maksimal. Hal ini sesuai pendapat Kay dan Haussmen (1997)
yang menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang
dan menstimulan pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat pada saat pubertas
24
sebagian disebabkan oleh pengaruh anabolik protein dari androgen sehingga
hewan jantan dapat lebih besar dibandingkan dengan hewan betina. Soeparno dkk
(2001) menambahkan bahwa ternak jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan
betina pada umur yang sama. Jantan memiliki testosteron yaitu salah satu steroid
androgen, hormon pengatur pertumbuhan yang dihasilkan sel-sel interstistial dan
kelenjar adrenal. Testosteron dihasilkan testis pada jantan, sehingga pertumbuhan
ternak jantan dibandingkan betina lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin
sekunder muncul.
Kambing pada umur 8 bulan – 1 tahun ini memiliki daging yang cukup
empuk jika dipotong dan kebanyakan masyarakat mengkomsumsi daging pada
umur ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Widarto dkk, (2009) yang menyatakan
bahwa domba dan kambing yang dipotong sebagian besar berumur 1-2 tahun.
Sebagian besar umur domba dan kambing yang dipotong adalah domba dan
kambing dengan umur muda, karena tujuan pemotongan domba dan kambing
untuk konsumsi daging olahan seperti sate, gule, tongseng, maka pemotongan
domba dan kambing banyak dilakukan pada domba dan kambing umur muda
yang banyak disukai oleh konsumen karena dagingnya lebih empuk.
Kepala
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa rata-rata berat kepala kambing
Kacang jantan sekitar 1.160±52,6g dan betina sekitar 952,5±72,8g. Berdasarkan
analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap
berat kepala kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Hal ini disebabkan
karena pada penilitian ini beberapa persentase bagian non- karkas terdapat ukuran
25
kepala jantan lebih besar dan berat dibanding dengan organ kepala ternak betina
kambing Kacang. Hal ini sesuai dengan pendapat Gaili dan Mahgoub (1981)
menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap berat kepala dan lemak
saluran pencernaan. ternak jantan mempunyai kepala lebih berat tetapi lemak
saluran pencernaan lebih sedikit dibandingkan dengan ternak betina. Faktor lain
yang menyebabkan perbedaan berat organ kepala kambing jantan dan betina
berbeda yaitu jantan lebih cepat dewasa kelamin dibandingkan kambing betina.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1999), Umur dewasa kelamin pada
kambing jantan yaitu 6-8 bulan sedangkan umur dewasa kelamin pada kambing
betina berkisar antara 8-12 bulan.
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa persentase dari bagian kepala
kambing Kacang yaitu untuk jantan 8,53±0,5% dan betina yaitu 8,09±0,7%. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa persentase organ kepala yang diperoleh lebih
tinggi dibanding penelitian Muyasaroh (2007), yaitu persentase kepala 7,6%.
Sedangkan Menurut Koyuncu et al. (2006), persentase kepala adalah 7,9%. Hal
ini dikarenakan organ non karkas kepala yang diperoleh pada jantan lebih besar
dan berat dari pada organ kepala pada betina dimana organ kepala jantan lebih
cepat pertumbuhannya. Hal ini sesuai pendapat Hammond (1960) menambahkan
bahwa pertumbuhan komponen karkas dan non karkas tidak sama, ada yang
tumbuh secara cepat sehingga mencapai ukuran yang lebih besar dan ada yang
tumbuh lebih lambat sehingga tidak mencapai ukuran yang maksimal. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan jaringan tubuh sesuai dengan
fungsi organ, biasanya organ yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan
26
berkembang lebih dulu, sedangkan organ yang berfungsi dalam produksi
berkembang kemudian seperti pada saat lahir semua ternak didominasi oleh
kepala dan paha, setelah tumbuh memanjang dan menebal maka bagian tulang
berkembang lebih cepat dibanding daging dan lemak.
Kaki
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata berat kaki kambing
Kacang yang dipelihara secara intensif pada jantan 491,75±51,82g dan pada
betina 387,5±78,13g. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis
kelamin berpengaruh nyata terhadap berat kaki kambing Kacang yang dipelihara
secara intensif. Karena pertumbuhan kambing dimulai dari depan ke belakang dan
dari bawah keatas. Pendapat ini sesuai dengan Tobing dkk. (2004), bahwa kepala
dan kaki merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan yang besar pada
awal kehidupan, tetapi mengalami penurunan pertumbuhan pada akhir kehidupan.
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh hormon kelamin yang membedakan antara
jantan dan betina dimana jantan memiliki persentase kaki lebih besar
dibandingkan pada betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeroso (2004)
menyatakan bahwa pada jantan bekerja hormon androgen/testosteron yang
berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein jaringan tubuh dan menurunkan
konversi asam amino menjadi urea. Retensi nitrogen akibat aktivitas testosteron
menghasilkan kenaikan bobot badan dan pertumbuhan kerangka tulang serat
jaringan daging lebih besar pada ternak jantan. Pada ternak betina, peningkatan
sekresi estrogen menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium dan lipida dalam
27
darah sehingga dengan meningkatnya sekresi estrogen akan terjadi penurunan laju
pertumbuhan tulang.
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa persentase dari bagian kaki
kambing Kacang yaitu untuk jantan 3,6±0,4% dan betina yaitu 3,3±0,5%.
Persentase organ kaki pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian Herman
(2005) yang menyatakan Berat Potong 1 (BP1) memberikan persentase yang
terbesar yaitu 3,66% dan BP2 sebesar 3,26%. Persentase kaki kambing umur 8
bulan adalah 2,42% dan umur 15 bulan 2,05%. Berat potong memberikan
persentase terbesar membuktikan bahwa kaki sebagian besar tersusun oleh tulang
(Soeparno, 1994). Persentase kaki kambing pada penelitian ini lebih besar tapi
jika dibandingkan dengan penelitian Herman (2005), yang menyatakan bahwa
persentase kaki domba Priangan adalah 2,75 dan Domba ekor gemuk adalah 2,77.
Kulit, Paru-paru, Hati, Jantung dan Alat pencernaan
Berdasaran Tabel 5. menunjukkan bahwa persentase dari bagian kulit
kambing Kacang yaitu untuk jantan 7,7±0,9% dan pada betina yaitu 7,4±0,4%.
Pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tingggi dibandingkan hasil
penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suilianto (2004) yang mendapatkan bahwa
persentase kulit kambing betina lokal kurang dari satu tahun adalah 8,35±1,53%
dan umur lebih dari satu tahun sebesar 8,42±1,67% (Likadja, 2009). Menurut
Koyuncu et al. (2006), persentase kulit 8,57%, sedangkan Soeparno et al. (2001)
menyatakan, persentase kulit sekitar 8-12%. Hal ini dikarenakan kulit ternak
28
kambing kacang pada umur yang masih muda memiliki berat yang masih kurang
dan pertumbuhannya belum maksimal.
Berdasarkan Tabel 5. Menunjukkan bahwa persentase dari paru-paru
kambing Kacang yang dipelihara secara intensif yaitu pada jantan 1,4±0,4% dan
pada betina 1,3±0,2%. Pada hasil penelitian ini didapat persentase non-karkas
pada organ paru- paru kambing jantan lebih tinggi dibandingkan oleh persentase
non-karkas pada organ paru-paru kambing betina. Hasil penelitian yang didapat
lebih lebih rendah daripada diperoleh Koyuncu et al. (2006) yang menyatakan
bahwa hasil penelitian yang diperoleh yaitu persentase paru-paru 1,67%. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan paru-paru memiliki laju pertumbuhan yang sama
dengan organ tubuh yang lain dimana jika umur ternak lebih muda maka
pertumbuhan paru-paru akan meningkat sehingga pada pertumbuhan mencapai
dewasa menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994), pertumbuhan
yang menyatakan bahwa paru-paru hampir sama dengan laju pertumbuhan tubuh,
paru-paru berkembang mulai dari lahir dan menurun pada saat mencapai
kedewasaan. Persentase berat hati dan paru-paru menurun pada umur yang lebih
tua, terjadi karena kecenderungan pertumbuhan hati dan paru-paru yang masuk
pada golongan masak dini (Likadja, 2009).
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa persentase dari hati kambing
Kacang yaitu untuk jantan 1,9±0,5% dan pada betina yaitu 1,8±0,2%. Hasil
penelitian yang didapat pada persentase organ non-karkas hati lebih rendah
dibandingkan penelitian Menurut Koyuncu et al. (2006), persentase hati 2,69%,
sedangkan menurut Suparyanto (2002), persentase hati 3,59%. Menurut
29
Muyasaroh (2007), persentase hati 1,78%. Pada hewan, dari lahir hingga dewasa
kelamin pertambahan berat karkas sebagian besar disebabkan oleh pertambahan
daging, pertambahan tulang dan pertambahan lemak hanya sedikit, tetapi setelah
mendekati dewasa tubuh pertambahan berat badan akan menurun, dimana
pertumbuhan tulang hampir tidak ada sebaliknya pertumbuhan lemak semakin
meningkat.
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa persentase dari bagian jantung
kambing Kacang yaitu untuk jantan 0,6±0,4% dan pada betina yaitu 0,7±0,1%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada jantan memiliki jantung kecil
sedangkan pada betina lebih besar persentase organ jantung pada betina ini lebih
besar dibandingkan pada penelitian Menurut Koyuncu et al. (2006) persentase
jantung 0,67%. Menurut Suparyanto (2002) persentase jantung 0,91% dengan
persentase karkas 53,90. Bangsa ternak besar akan mempunyai bobot lahir,
kecepatan tumbuh, dan bobot saat dewasa yang lebih besar dari bangsa yang kecil
dan ternak jantan tumbuh lebih cepat dibandingkan ternak betina, dan juga
memiliki bobot yang berat pada umur yang sama (Soejono, 1992).
Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa persentase dari bagian alat
pencernaan kambing Kacang yaitu untuk jantan 30,2±3,4% dan pada betina yaitu
32,3±3,0%. Hal ini dikarenakan organ yang berhubungan dengan digesti dan
metabolisme menunjukkan pertambahan berat yang besar sesuai dengan status
nutrisional dan fisiologis ternak. Kadar laju pertumbuhan relatif beberapa
komponen non-karkas hampir sama dengan laju pertumbuhan tubuh (Soeparno,
1994). Menurut Suparyanto (2002), persentase saluran pencernaan terhadap berat
30
hidup adalah 10%. Hasil penelitian antar domba dengan kambing berbeda, ini
dikarenakan deposisi lemak pada saluran pencernaan yang terdapat pada domba.
Deposisi lemak pada domba yang berumur muda terjadi di sekitar jeroan dan
ginjal. Lemak omental adalah lemak yang menyelimuti retikulum, rumen,
omasum dan abomasum (Soeparno,1994).
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata organ kulit yang
didapat yaitu pada jantan 1057,25±169,8g dan pada betina 878,25±135,64g. Pada
paru-paru jantan 183±80,84g dan pada betina 151,25±33,83g. Pada jantung pada
jantan 87,25±54,50g dan pada betina 87±21,18g. Pada hati pada jantan
255,25±47,72g dan pada betina 214,55±31,21g. Pada alat pencernaan diperoleh
hasil pada jantan 4105±426,15g dan pada betina 3785,57±297,65g. Berdasarkan
analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh nyata
terhadap berat kulit, jantung, hati, paru-paru dan alat pencernaan kambing Kacang
yang dipelihara secara intensif. Dalam hasil peneilitian ini diperoleh bahwa
persentase bagian non-karkas ini lebih didominasi oleh kambing jantan
dikarenakan pada berat awal jantan memang lebih besar dibandingkan dengan
betina. Hal ini dikarenakan jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan
dewasa kelamin lebih cepat dibandingkan dengan betina. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sarwono (1999), Umur dewasa kelamin pada kambing jantan yaitu 6-8
bulan sedangkan umur dewasa kelamin pada kambing betina berkisar antara 8-12
bulan. Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa perbedaan pertambahan bobot
badan dan persentase karkas dan non karkas berdasarkan jenis kelamin
dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut adalah Somatotropin (STH) yang
31
memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot,
merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida.
Peranan yang penting dari hormon pertumbuhan terletak pada stimulasi
peningkatan ukuran tubuh, memacu peningkatan dan percepatan pertumbuhan,
selanjutnya, dinyatakan bahwa hormon pertumbuhan juga berpengaruh
antagonistik terhadap insulin di dalam otot dan tenunan adiposa (Rauf, 1988).
32
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap beberapa bagian non-karkas
(Offal) kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Kecuali pada parameter
kepala dan kaki.
Saran
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh jenis
kelamin terhadap persentase beberapa bagian non-karkas (Offal) ternak kambing
Kacang yang dipelihara secara intensif dengan waktu yang lebih lama dan ternak
yang mengalami dewasa tubuh.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan Dan
Kesehatan Hewan,. Keunggulan Lamtoro Sebagai Pakan Ternak.
Palembang.
Anonim, 1987. National Research Council,. Predicting Feed Intake of Food-
Producing Animal. National Academy Press. Washington D.C. Chapter 7
: 77 – 79.
Adiwinarti R, Lestari C.M.S, Purbowati E, Riyanto E dan Prawoto J.A. 1999.
Karateristik karkas dan non karkas domba yang diberi pakan tambahan
limbah industry kecap dengan aras yang berbeda. Jurnal pengembangan
peternakan tropis. 24 (4) : 137-145.
Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. P.T. Gramedia, Jakarta.
Berg and Butterfield, 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University
Press, Sydney.
Blakely, J. dan D. H. Bade, 1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Devendra, C. dan M. Burns, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Devendra. C., and C.B. Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in The
Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. First Publ. Longman.
London. New York. Singapore.
Devendra, C and M. Burns. 1970. Goat Production In The Tropics.
Commen\vealth Agriculture Bureaux Fanzham Royal Bucks. England.
Ensminger, M.E., and C.G Olentine Jr. 1987. Feed and Nutrition Complete. First
ed. The Ensminger Publishing. California.
Forrest, J.C., E.D Aberle, H.B Hedrick, M.O Judge and R.A. Merkel. 1975.
Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
Gaili, E.S.E. and O. Mahgoub, 1981. Sex Differences in Body Composition of
Sudan. Desert Sheep. Wld. Rev Anim. Prod. 17; 27 - 30.
Gerrard, F. 1997. Meat technology. 5th Ed. Northwood Publication Ltd. :
London.
34
Hammond, J.C. 1960. Dried Cow Manure and Dried Rumen Contents as a Partial
Subtitute For Alfalfa Leaf Meal. Poultry Science. 23 : 471 - 476.
Hartadi, H.; S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman, 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Herman, R. 2005. Produksi Karkas dan NonKarkas Domba Priangan dan Ekor
Gemuk pada Bobot Potong 17,5 dan 25,0 Kg. Media Peternakan, V. 28:
8-12.
Hernowo, B. 2006. Prospek pengembangan usaha peternakan sapi potong di
Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Studi Sosial
Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Hudallah C.M.S, Lestari E, dan Purbowati. 2007. Persentase Karkas dan Non-
Karkas Domba Lokal Jantan dengan Metode Pemberian Pakan yang
Berbeda. Di dalam Darmono dkk, penyunting. Akselerasi Agribisnis
Peternakan Nasional melalui Pengembangan dan Penrapan IPTEKS
Prosidding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner ;
bogor, 21-22 agustus 2007, hlm 487-494.
Kartadisastra, 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
(Sapi, Kerbau, Domba, dan Kambing). Trubus Agriwidya. Ungaran.
Kay M. and R. Housseman. 1997. The Influence of Sex on Meat Production. In
Meat. Edited by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth
Kuncoro-Wijoyo, Y., 1987. Hubungan Antara Berat Tubuh Kosong dengan Berat
Bagian Non Karkas Domba Lokal Jantan Pada Beberapa Level Protein
Pakan dan Berat Potong. Karya Ilmiah. Sarjana Peternakan Fakultas
Peternakan. UGM, Yogyakarta.
Koyuncu, M., S. Duru, S. Kara Uzun, S. Ozis and E. Tuncel. 2006. Effect of
Castration on Growth and Carcass Traits in Hair Goat Kids Under a
Semi-intensive System in the South-Marmara Region of Turkey.
University of Uludag. Faculty of Agriculture. Department of Animal
Science. Turkey.
Likadja, J. C. 2009. Persentase NonKarkas dan Jeroan kambing Kacang pada
Umur dan Ketinggian Wilayah Berbeda di Sulawesi Selatan. Buletin
Ilmu Peternakan dan Perikanan, 13 (1): 29-35.
35
Munier, F.F. 2010. Bobot Hidup Kambing Peranakan Etawah (PE) Yang
Diberikan Pakan Tambahan Daun Gamal (Gliricidia maculata) & Kulit
Buah.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes and V.W. Rodwell. 1977. Biokimia
Harper. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murray B.M, and Slezacek O. 1978. Growth rate and Its effect on empty body
weigth, carcass weigth and dissection carcass composition of equally
nature sheep. J. Anim. Agr. Camb. 87 : 171-172.
Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Jakarta Kakao.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.
Muyasaroh, S. 2007. Pengaruh Umur dan Berat Potong Terhadap Persentase
Karkas dan NonKarkas Pada Domba Lokal Betina. Skripsi Fakultas
Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Natasasmita, A. 1981. Body composition of Swamp Buffalo ( Bubalus bubalis ), a
study of development growth and of sex differens. Ph. D. Thesis.
University of Melbourne.
Pamungkas, D., Uum U., dan M. Ali Yusran. 1992. Analilis berat dan persentase
karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan berat bagian
tubuh non karkas pada dua tingkatan umur. Jurnal Ilmiah Penelitian
Ternak Grati. Vol. 3. No. 1.
Rauf. Abd Dj., 1988. Pengaruh Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Persentase
Bobot Karkas Domba Ekor Gemuk Serta Hasil Ikutannnya Di Lembah
Palu. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Rumich. 1984. The Goat of Indonesia. FAO Regional of fice. Bangkok. Dalam:
Soedomo, R. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE
Yogyakarta. hlm. 186 – 190.
Sarwono, B. 1999. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sasongko W.R., L.G.S. Astiti, T. Panjaitan, A. Muzani dan N. Agustini. 2009.
Beternak Kambing Intensif. Juknis. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Nusa Tenggara Barat, Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Semiadi, S., 1989. Pertumbuhan pada Ternak. Swadaya Peternakan Indonesia No.
25.
36
Setiadi B. 2003. Alternative Konsep Pembibitan dan Pengembangan Usaha
Ternak Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan
Propek Agribisnis Peternakan”, 9 september 2003 di Bengkulu.
Setiawan, T dan Arsa, T. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa Edisi
1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiyono, P., Suryahadi, T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007. Strategi suplementasi
protein ransum ruminansia berbasis jerami dan dedak padi. Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30(3): 207−217.
Short, R.V., 1980. The Hormonal Control of Growth at Puberty. In T.L.J
Lawrence (ed.) Growth in Animal. Butterworth. London. P:25 – 45.
Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta.
Soedomo, R. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE Yogyakarta. hlm.
185 –187.
Soejono, M. 1986. The Effect of Duration (weeks) Urea Ammonia Treatment on
In Vivo Digestibility. Unpublished.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soeparno, Indratiningsih, S. Triatmojo, Rihastuti. 2001. Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soeroso, 2004. Performance Kambing Berdasarkan Sifat Kuantitatif dan
Kualitatif. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suilianto. 2004. Pengaruh Jenis Kelamin, Umur dan Berat Potong Terhadap
Karkas dan Non Karkas Domba Lokal yang disembelih di Rumah Potong
Hewan Kota Yogyakarta. Skripsi Sarjana Peternakan, Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suparyanto, A. 2002. Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callipyge Pada
Kambing. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
37
Susetyo S., Kismono dan B. Soewardi, 1969. Hijauan Makanan Ternak.
Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Susetyo. 2001. Hijauan pakan ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat
Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. Volume VIII(4): 291- 301.
Syafrial, Zubir, A. Yusri, dan E. Susilawati. 2003. Sistem usaha tani
penggemukan ternak Ruminansia. Laporan Hasil Pengkajian Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Tobing, M. M., C. M. S. Lestari dan S. Dartosukarno. 2004. Proporsi Karkas dan
Non Karkas Domba Lokal Jantan Menggunakan Pakan Rumput Gajah
dengan Berbagai Level Ampas Tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan
Tropis. Edisi Spesial Oktober. Hal. 90-97.
Turner, C.D. and J.T. Bagnara, 1976. General Endocrinology. Sixth Editon. W.B.
Sauders Company. Philadelphia. P. 28 : 561 – 597.
Wello, B. 2012. Produksi Ternak Potong dan Kerja. Masagena Press. Makassar.
Whytes, R. M and Ramsay, T. L, 1979. Nutrition Ecology of The Ruminant.
Durham and Downey, Inc. Portland. Hal. 23 – 38
Widarto.W, R widiati, dan I.G.S budisatria. 2009. Pengaruh berat potong dan
harga pembelian domba dan kambing betina terhadap gross margin jagal
di rumah potong hewan mentik, kresen, Bantul. Buletin Peternakan Vol.
33(2): 119-128.
Wiliam, I.H. 1982. Growth and Energy. In. A Cource Manual in Nutrition and
growth. Australian Universities Internasional Developement Program.
(UIDP) 3-5. Canberra.
38
LAMPIRAN
Lampiran Tabel. 1 Rata-Rata Bagian Offal/Non-Karkas Ternak Kambing Kacang
Parameter
Kambing Jantan (gr) Kambing Betina (gr) Rata –rata (gr)
kj 001 kj 002 kj 003 kj 005 kb 002 kb 003 kb 004 kb 006 Jantan Betina
Berat hidup 12630 12740 14130 15010 13550 10210 11720 11690 13620 11800
Kepala 1142 1100 1174 1224 1012 879 901 1018 1160 952,5
Kulit 1073 870 1008 1278 1049 739 918 807 1057,25 878,25
Kaki 529 421 532 485 494 388 359 309 491,75 387,5
Paru-paru 244 160 168 160 155 106 156 188 183 151,25
Jantung 163 48 47 91 109 72 66 101 87,25 87
Hati 326 242 228 225 225 170 219 243 255,25 214,25
Alat
pencernaan 3492 4480 4231 4217 4149 3698 3438 3858 4105
3785,5
7
Lampiran Tabel 2. Persentase Bagian Offal/Non-Karkas Kambing Kacang
Parameter Jantan (%) Betina (%)
kj 001 kj 002 kj 003 kj 005 kb 002 kb 003 kb 004 kb 006
Berat hidup (gr) 12630 12740 14130 15010 13550 10210 11720 11690
Kepala 9,04 8,63 8,3 8,15 7,4 8,6 7,68 8,7
Kulit 8,49 6,82 7,13 8,51 7,74 7,23 7,83 6,9
Kaki 3,23 4,18 3,3 3,76 3,64 3,8 3,06 2,64
Paru-paru 1,93 1,25 1,18 1,06 1,14 1,03 1,33 1,6
Jantung 0,6 0,37 0,37 0,33 1,29 0,8 0,7 0,56
Hati 2,58 1,89 1,61 1,49 1,66 1,66 1,86 2,07
Alat pencernaan 27,64 35,16 29,94 28,09 30,61 36,21 29,33 33
Jumlah 55,15 57,41 52,25 51,12 52,99 59,22 51,64 55,76
39
Lampiran 1. Rata- rata berat dari kepala kambing kacang jantan
Kepala
Jantan (gr) Betina (gr)
1142 1012
1100 879
1174 901
1224 1018
Jantan Betina
Mean 1160 Mean 952,5
Standard Error 26,16613588 Standard Error 36,38337532
Median 1158 Median 956,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 52,33227175 Standard Deviation 72,76675065
Sample Variance 2738,666667 Sample Variance 5295
Kurtosis -0,220252311 Kurtosis -5,515516357
Skewness 0,20027819 Skewness -0,072670657
Range 124 Range 139
Minimum 1100 Minimum 879
Maximum 1224 Maximum 1018
Sum 4640 Sum 3810
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 83,27232244 Confidence Level(95,0%) 115,7881384
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 1160 952,5
Variance 2738,666667 5295
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 5
t Stat 4,630108761
P(T<=t) one-tail 0,00284161**
t Critical one-tail 2,015048373
P(T<=t) two-tail 0,00568322*
t Critical two-tail 2,570581836
40
Lampiran 2. Rata- rata persentase (%) kepala kambing kacang
Jantan betina
8,63 7,4
8,3 8,6
8,15 7,68
9,04 8,7
Jantan betina
Mean 8,53 Mean 8,095
Standard Error 0,197358 Standard Error 0,326126
Median 8,465 Median 8,14
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,394715 Standard Deviation 0,652253
Sample Variance 0,1558 Sample Variance 0,425433
Kurtosis -0,94842 Kurtosis -4,99165
Skewness 0,722121 Skewness -0,1368
Range 0,89 Range 1,3
Minimum 8,15 Minimum 7,4
Maximum 9,04 Maximum 8,7
Sum 34,12 Sum 32,38
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 8,53 8,095
Variance 0,1558 0,425433333
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5
t Stat 1,14115332
P(T<=t) one-tail 0,1527484
t Critical one-tail 2,01504837
P(T<=t) two-tail 0,30549679
t Critical two-tail 2,57058184
41
Lampiran 3. Berat rata- rata kulit kambing kacang
Kulit
Jantan (gr) Betina (gr)
1073 1049
870 739
1008 918
1278 807
Jantan betina
Mean 1057,25 Mean 878,25
Standard Error 84,88558476 Standard Error 67,8249892
Median 1040,5 Median 862,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 169,7711695 Standard Deviation 135,649978
Sample Variance 28822,25 Sample Variance 18400,9167
Kurtosis 0,98537331 Kurtosis -1,1517815
Skewness 0,555364673 Skewness 0,52863577
Range 408 Range 310
Minimum 870 Minimum 739
Maximum 1278 Maximum 1049
Sum 4229 Sum 3513
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 270,1438156 Confidence Level(95,0%) 215,849386
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 1057,25 878,25
Variance 28822,25 18400,91667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 6
t Stat 1,647424322
P(T<=t) one-tail 0,07528446 ns
t Critical one-tail 1,943180281
P(T<=t) two-tail 0,150568919 ns
t Critical two-tail 2,446911851
42
Lampiran 4. Rata-rata persentase (%) kulit kambing kacang
Jantan betina
6,82 7,74
7,13 7,23
8,51 7,83
8,49 6,9
Jantan betina
Mean 7,7375 Mean 7,425
Standard Error 0,444773 Standard Error 0,21926
Median 7,81 Median 7,485
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,889546 Standard Deviation 0,43852
Sample Variance 0,791292 Sample Variance 0,1923
Kurtosis -5,39958 Kurtosis -3,20912
Skewness -0,10367 Skewness -0,43032
Range 1,69 Range 0,93
Minimum 6,82 Minimum 6,9
Maximum 8,51 Maximum 7,83
Sum 30,95 Sum 29,7
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 7,7375 7,425
Variance 0,791292 0,1923
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 0,630192
P(T<=t) one-tail 0,281389
t Critical one-tail 2,131847
P(T<=t) two-tail 0,562777
t Critical two-tail 2,776445
43
Lampiran 5. Berat rata-rata kaki kambing kacang
Kaki
Jantan (gr) Betina (gr)
529 494
421 388
532 359
485 309
jantan Betina
Mean 491,75 Mean 387,5
Standard Error 25,91452 Standard Error 39,06938273
Median 507 Median 373,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 51,82905 Standard Deviation 78,13876545
Sample Variance 2686,25 Sample Variance 6105,666667
Kurtosis 0,176974 Kurtosis 1,457390476
Skewness -1,13751 Skewness 0,97964059
Range 111 Range 185
Minimum 421 Minimum 309
Maximum 532 Maximum 494
Sum 1967 Sum 1550
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 82,47158 Confidence Level(95,0%) 124,3362127
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 491,75 387,5
Variance 2686,25 6105,666667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 5
t Stat 2,223638976
P(T<=t) one-tail 0,03838812*
t Critical one-tail 2,015048373
P(T<=t) two-tail 0,076776241
ns
t Critical two-tail 2,570581836
44
Lampiran 6. Rata-rata persentase (%) kaki kambing kacang
Jantan betina
4,18 3,64
3,3 3,8
3,76 3,06
3,23 2,64
Jantan betina
Mean 3,6175 Mean 3,285
Standard Error 0,221298 Standard Error 0,267379
Median 3,53 Median 3,35
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,442597 Standard Deviation 0,534759
Sample Variance 0,195892 Sample Variance 0,285967
Kurtosis -1,92657 Kurtosis -2,82599
Skewness 0,697267 Skewness -0,42896
Range 0,95 Range 1,16
Minimum 3,23 Minimum 2,64
Maximum 4,18 Maximum 3,8
Sum 14,47 Sum 13,14
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 3,6175 3,285
Variance 0,195892 0,285966667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 6
t Stat 0,957992
P(T<=t) one-tail 0,18753
t Critical one-tail 1,94318
P(T<=t) two-tail 0,37506
t Critical two-tail 2,446912
45
Lampiran 7. Berat rata- rata Paru-paru kambing kacang
Paru-paru
Jantan (gr) Betina (gr)
244 155
160 106
168 156
160 188
Jantan betina
Mean 183 Mean 151,25
Standard Error 20,42057786 Standard Error 16,91830862
Median 164 Median 155,5
Mode 160 Mode #N/A
Standard Deviation 40,84115571 Standard Deviation 33,83661725
Sample Variance 1668 Sample Variance 1144,916667
Kurtosis 3,819655067 Kurtosis 1,801294904
Skewness 1,95011827 Skewness -0,737549589
Range 84 Range 82
Minimum 160 Minimum 106
Maximum 244 Maximum 188
Sum 732 Sum 605
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 64,98739255 Confidence Level(95,0%) 53,84160877
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan Betina
Mean 183 151,25
Variance 1668 1144,916667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 6
t Stat 1,197278799
P(T<=t) one-tail 0,138174882 ns
t Critical one-tail 1,943180281
P(T<=t) two-tail 0,276349764 ns
t Critical two-tail 2,446911851
46
Lampiran 8. Rata- rata persentase (%) Paru-paru kambing kacang
Jantan betina
1,25 1,14
1,18 1,03
1,06 1,33
1,93 1,6
jantan betina
Mean 1,355 Mean 1,275
Standard Error 0,19564 Standard Error 0,1248
Median 1,215 Median 1,235
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,39128 Standard Deviation 0,2496
Sample Variance 0,1531 Sample Variance 0,0623
Kurtosis 3,27298
7 Kurtosis -0,53099
Skewness 1,75745 Skewness 0,74289
1
Range 0,87 Range 0,57
Minimum 1,06 Minimum 1,03
Maximum 1,93 Maximum 1,6
Sum 5,42 Sum 5,1
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan betina
Mean 1,355 1,275
Variance 0,1531 0,0623
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5
t Stat 0,344744
P(T<=t) one-tail 0,372157
t Critical one-tail 2,015048
P(T<=t) two-tail 0,744314
t Critical two-tail 2,570582
47
Lampiran 9. Berat rata-rata Jantung kambing kacang
Jantung
Jantan (gr) Betina (gr)
163 109
48 72
47 66
91 101
Jantan Betina
Mean 87,25 Mean 87
Standard Error 27,25305793 Standard Error 10,59088
Median 69,5 Median 86,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 54,50611586 Standard Deviation 21,18175
Sample Variance 2970,916667 Sample Variance 448,6667
Kurtosis 0,822081873 Kurtosis -4,92617
Skewness 1,272279814 Skewness 0,053033
Range 116 Range 43
Minimum 47 Minimum 66
Maximum 163 Maximum 109
Sum 349 Sum 348
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 86,73139352 Confidence Level(95,0%) 33,7049
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 87,25 87
Variance 2970,916667 448,6666667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 4
t Stat 0,00855034
P(T<=t) one-tail 0,496793671 ns
t Critical one-tail 2,131846786
P(T<=t) two-tail 0,993587342 ns
t Critical two-tail 2,776445105
48
Lampiran 10. Rata-rata persentase (%) Jantung kambing kacang
Jantan betina
0,37 0,8
0,33 0,7
0,6 0,56
1,29 0,86
jantan betina
Mean 0,6475 Mean 0,73
Standard Error 0,222275 Standard Error 0,065574
Median 0,485 Median 0,75
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,44455 Standard Deviation 0,131149
Sample Variance 0,197625 Sample Variance 0,0172
Kurtosis 2,41797 Kurtosis -0,59167
Skewness 1,606795 Skewness -0,7093
Range 0,96 Range 0,3
Minimum 0,33 Minimum 0,56
Maximum 1,29 Maximum 0,86
Sum 2,59 Sum 2,92
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan betina
Mean 0,6475 0,73
Variance 0,197625 0,0172
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat -0,35599
P(T<=t) one-tail 0,369914
t Critical one-tail 2,131847
P(T<=t) two-tail 0,739828
t Critical two-tail 2,776445
49
Lampiran 11. Berat rata-rata hati kambing kacang
Hati
Jantan (gr) Betina (gr)
326 225
242 170
228 219
225 243
jantan betina
Mean 255,25 Mean 214,25
Standard Error 23,87249114 Standard Error 15,60648904
Median 235 Median 222 Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 47,74498228 Standard Deviation 31,21297807
Sample Variance 2279,583333 Sample Variance 974,25
Kurtosis 3,48272279 Kurtosis 2,412538309
Skewness 1,861482299 Skewness -1,348956592
Range 101 Range 73
Minimum 225 Minimum 170
Maximum 326 Maximum 243
Sum 1021 Sum 857
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 75,97292123 Confidence Level(95,0%) 49,66681337
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan Betina
Mean 255,25 214,25
Variance 2279,583333 974,25
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 5
t Stat 1,437527629
P(T<=t) one-tail 0,105038584 ns
t Critical one-tail 2,015048373
P(T<=t) two-tail 0,210077169 ns
t Critical two-tail 2,570581836
50
Lampiran 14. Rata-rata persentase (%) hati kambing kacang
jantan betina
Mean 1,8925 Mean 1,8125
Standard Error 0,244007 Standard Error 0,097926
Median 1,75 Median 1,76
Mode #N/A Mode 1,66
Standard Deviation 0,488015 Standard Deviation 0,195853
Sample Variance 0,238158 Sample Variance 0,038358
Kurtosis 1,545941 Kurtosis -1,07768
Skewness 1,360573 Skewness 0,895197
Range 1,09 Range 0,41
Minimum 1,49 Minimum 1,66
Maximum 2,58 Maximum 2,07
Sum 7,57 Sum 7,25
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 1,8925 1,8125
Variance 0,238158 0,038358333
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 0,30427
P(T<=t) one-tail 0,388047
t Critical one-tail 2,131847
P(T<=t) two-tail 0,776094
t Critical two-tail 2,776445
Jantan betina
1,89 1,66
1,61 1,66
1,49 1,86
2,58 2,07
51
Lampiran 15. Berat rata-rata alat pencernaan kambing kacang
Alat pencernaan
Jantan (gr) Betina (gr)
3492 4149
4480 3698
4231 3438
4217 3858
Jantan Betina
Mean 4105 Mean 3785,75
Standard Error 213,0755 Standard Error 148,829
Median 4224 Median 3778
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 426,151 Standard Deviation 297,6579
Sample Variance 181604,7 Sample Variance 88600,25
Kurtosis 2,81149 Kurtosis 0,139725
Skewness -1,50066 Skewness 0,141032
Range 988 Range 711
Minimum 3492 Minimum 3438
Maximum 4480 Maximum 4149
Sum 16420 Sum 15143
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 678,1013 Confidence Level(95,0%) 473,6402
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 4105 3785,75
Variance 181604,6667 88600,25
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Dr 5
t Stat 1,228327791
P(T<=t) one-tail 0,136992047 ns
t Critical one-tail 2,015048373
P(T<=t) two-tail 0,273984094 ns
t Critical two-tail 2,570581836
52
Lampiran 16. Rata-rata persentase (%) alat pencernaan kambing kacang
Jantan betina
35,16 30,61
29,94 36,21
28,09 29,33
27,64 33
Jantan betina
Mean 30,2075 Mean 32,2875
Standard Error 1,724207 Standard Error 1,512572
Median 29,015 Median 31,805
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 3,448414 Standard Deviation 3,025143
Sample Variance 11,89156 Sample Variance 9,151492
Kurtosis 2,179115 Kurtosis -0,70745
Skewness 1,54498 Skewness 0,725413
Range 7,52 Range 6,88
Minimum 27,64 Minimum 29,33
Maximum 35,16 Maximum 36,21
Sum 120,83 Sum 129,15
Count 4 Count 4
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan betina
Mean 30,2075 32,2875
Variance 11,89156 9,151491667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 6
t Stat -0,90686
P(T<=t) one-tail 0,199718
t Critical one-tail 1,94318
P(T<=t) two-tail 0,399436
t Critical two-tail 2,446912
53
Lampiran . Dokumentasi penelitian
Penyembelihan
Pengkulitan
Pemisahan kaki
Pengeluaran jeroan
Pemotongan karkas utuh menjadi 2
Bagian- bagian
Penimbangan
54
Kulit
Kepala
Kaki depan
Kaki belakang
Organ pencernaan
Paru-paru
55
Jantung
Hati
1
RIWAYAT HIDUP
Linda Rahman (I 111 10 271), lahir di Sandakan pada tanggal
24 Juli 1992. Penulis merupakan anak Pertama dari 5
bersaudara dari pasangan Abd Rahman Amin dan Suhada.
Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1998 di
Sekolah Dasar Negeri. 178 Lemahabang Kabupaten Luwu
Utara dan selesai pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan pada SMP
Negeri 1 Bone-bone dan selesai pada tahun 2007, dan melanjutkan pendidikan di
SPP Negeri Rappang Kabupaten Sidrap dan selesai pada tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi tepatnya di Universitas
Hasanuddin pada tahun 2010 melalui jalur SMPTN dan diterima di Fakultas
Peternakan, jurusan Produksi Ternk.
Top Related