Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan
terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor Industri
TESIS
Disiapkan untuk Memperoleh Gelar Pasca Sarjana Magister Manajemen
Disusun oleh:
Nama : Raswyshnoe Boing K.NPM : C. 060.101.010Program : Magister Manajemen Coop. X
MAGISTER MANAJEMENINSTITUT MANAJEMEN TELKOMYAYASAN PENDIDIKAN TELKOM
2008
PENGESAHAN
Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan
terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor Industri
Disusun oleh:
Nama : Raswyshnoe Boing K.NPM : C. 060.101.010Program : MM Coop. X
Bandung, ...........................................
Disetujui untuk diajukan ke Sidang UjianPasca Sarjana Magister Manajemen
Institut Manajemen Telkom
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
(Ir. Ratna L. Nugroho, MM) (Brady Rikumahu, SE, MBA)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (Sarjana, Magister dan Doktor), baik dari Institut Manajemen Telkom maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing/ tim promotor atau penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, ......................................
Yang membuat pernyataan
(Raswyshnoe Boing K.)NPM: C.060.101.010
ABSTRAK
Usaha Kecil Mikro (UKM) merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Kendala-kendala yang dihadapi UKM tidak lepas dari persoalan dasar yaitu kelemahan internal usahanya sendiri (pelaku dan usahanya) dan kelemahan eksternal berupa hubungan dengan pelaku-pelaku lain yang terkait dalam usaha tersebut. Kelemahan-kelemahan tersebut yang menjadikan acuan perumusan masalah untuk dianalisis lebih mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiagnosis seberapa besar pengaruh model kemampuan kewirausahaan terhadap kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
Hasil studi literatur ditemukan bahwa perkembangan konsep kewirausahaan bergeser dari karakteristik menjadi penilaian kemampuan yang dimiliki wirausaha itu sendiri. Teori atau model yang dipandang pantas untuk menilai kinerja usaha kecil adalah yang dikembangkan oleh Man dan Chan dengan meneliti faktor-faktor entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities.
Jenis penelitian ini dikategorikan ke dalam explanatori research yang menjelaskan fenomena dengan teori yang ada. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu angket dengan metode in-depth interview. Selanjutnya dilakukanlah analisis deksriptif dan jalur untuk mengetahui besaran pengaruh variabel yang diteliti, membahas hasil temuan, serta menarik kesimpulan dan rekomendasi.
Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi 0,5 persen menunjukan bahwa variabel entrepreneurial competencies, competitive scope, dan organization capabilities secara simultan dan parsial terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Melalui analisis jalur, besaran total pengaruh variabel yang diteliti adalah 62,06 persen. Sedangkan sisanya 37,94 persen dipengaruhi faktor lain.
Rekomendasi yang diberikan adalah memodifikasi pelatihan ke dalam tiga bentuk yakni: pelatihan kemampuan kewirausahaan, pengelolaan bisnis dari dimensi internal, serta pengelolaan bisnis dari dimensi eksternalnya. Penulis juga merekomendasikan penelitian ini cocok untuk digunakan sebagai alat monitoring and evaluating Mitra Binaan.
i
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan limpahan taufik serta hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Model Man dan Chan terhadap Kinerja Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri” disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam penyelesaian jenjang studi S-2 jurusan Magister Manajemen pada Institut Manajemen Telkom.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat terselesaikan. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu Ir. Ratna. L. Nugroho, MM, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Brady Rikumahu, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta kontribusi positif sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Asep Suryana Natawirya selaku Rektor IMT, Bapak Prof. Dr. Hiro Tugiman, Ak, QIA selaku Ketua Jurusan Program Magister Manajemen dan Bapak Imanuddin Hasbi, ST, MM selaku Sekretaris Jurusan Program Magister Manajemen yang telah memberikan kontribusi positif dengan memperlancar proses administratif IMT.
3. Pihak Telkom Community Development Center (CDC) yang terdiri dari: Bapak Harmon selaku Senior Manager CDC, Bapak Dhofir Sunhaji selaku Manager CD Divre III, Bapak Yudi selaku Assistant Manager CD Divre III, dan Bapak Asep yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian serta membantu kelancaran penelitian pada Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
ii
4. Seluruh pengajar IMT baik dosen tetap maupun dosen tamu yang memberikan penulis ilmu-ilmu yang berguna dan pemikiran-pemikiran yang menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tidak mengenal batasan.
5. Seluruh Staf Personal Assistant (PA) terutama Dendi dan Sari yang selalu membantu kelancaran proses administrasi di IMT.
6. Seluruh Staf BAAK terutama Bapak Gagan dan Bapak Irsan yang selalu membantu kelancaran pelaksanaan persidangan di IMT.
7. Perpustakaan IMT, yang menjadi tumpuan utama penulis memperoleh informasi dan referensi untuk penyusunan tesis ini.
8. Kedua orangtua tercinta ayahanda F. Bambang. W, dan ibunda Sumarni, atas doa, kasih sayang, kesabaran, kepercayaan dan pendidikan yang tak terhingga nilainya yang dengan rasa cintanya selalu mengharapkan penulis menjadi orang yang jujur dan berguna.
9. Adik-adikku yang tercinta semoga kelak dikemudian hari bisa mengenyam pendidikan S-2.
10. Teman-teman Coop 10 : Abby, Angga, Arius, Billy, Candra, Dhono, Fiane, Jauhary, Kunto dan Yulia yang telah membantu memberikan informasi yang konstruktif serta diskusi-diskusi yang menarik selama pengerjaan tesis ini.
Terakhir, penulis menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan perbaikan dan belum sepenuhnya sempurna, karena kesempurnaannya hanya milik-Nya. Apabila di dalam laporan magang ini terdapat kebenaran, kebaikan dan kelebihan, itu semua datangnya dari Allah SWT dan apabila ada kekurangan dan kesalahan itu semua datangnya dari penulis. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang memahaminya. Amin.
Hormat saya.
Bandung, September 2008
Raswyshnoe Boing K.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................... 1KATA PENGANTAR……………………………………………. 2DAFTAR ISI……………………………………………………… 4DAFTAR TABEL………………………………………………… 7DAFTAR GAMBAR……………………………………………... 13DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... 16
Bab I PENDAHULUAN…………………………………… 11.1 Tinjauan terhadap Objek Penelitian…………… 11.2 Latar Belakang……………………………........ 51.3 Perumusan Masalah…………………………… 121.4 Tujuan Penelitian……………………………… 17
1.5 Kegunaan Penelitian……………………........... 171.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis………….... 18
Bab II TINJAUAN PUSATAKA…………………………… 202.1 Kajian atas Penelitian Sebelumnya……………. 20
2.2 Entrepreneur dan Entrepreneurship…………... 212.1.1 Entrepreneur………………………… 222.1.2 Entrepreneurship……………………. 232.1.3 Model Man dan Chan………............... 232.1.4 Faktor Kritis Competitiveness in Small
Medium Enterprise…………………... 252.3 Usaha Kecil di Indonesia……………………… 29
2.3.1 Definisi Usaha Kecil…………………. 292.3.2 Karakteristik Usaha Kecil……………. 31
2.3.3 Kinerja Usaha Kecil………………...... 322.3.4 Kendala Usaha Kecil…………............ 332.3.5 Klasifikasi Usaha Kecil……………… 34
iv
Bab III METODA PENELITIAN…………………………… 353.1 Jenis Penelitian………………………………… 353.2 Operasionalisasi Variabel dan Skala
Pengukuran…………………………………...... 363.3 Definisi Operasional…………………………... 383.4 Data dan Teknik Pengumpulan………………... 46
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian……………….. 463.5.1 Populasi Penelitian……………........... 463.5.2 Sampel Penelitian……………………. 50
3.6 Analisis Data…………………………………... 513.6.1 Uji Instrumen Penelitian……………... 523.6.2 Analisis Deskriptif Profil Responden... 593.6.3 Transformasi Data…………………… 59
3.6.4Analisis Deskriptif InstrumenPertanyaan…………………………… 60
3.6.5 Analisis Jalur………………………… 603.7 Pengujian Hipotesis………………………........ 64
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………… 674.1 Karakteristik Responden………………………. 67
4.1.1 Profil Individu………………………... 674.1.2 Profil Usaha………………………….. 71
4.2 Hasil Pengolahan Data Deskriptif……………... 74
4.2.1 Competitive Scope…………………… 744.2.2 Entrepreneurial Competencies………. 934.2.3 Organization Capabilities…………… 1074.2.4 Kinerja Usaha Kecil………………….. 117
4.3 Pengujian Model………………………………. 1314.3.1 Transformasi Data…………………… 1314.3.2 Regresi Linier……………………….. 1324.3.3 Pengujian menggunakan Analysis of
Variance………………………………133
4.3.4 Pengujian Koefisien Jalur……………. 1334.4 Pengujian Hipotesis……………………………. 135
v
4.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan... 1354.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial…... 1384.4.3 Besaran Pengaruh Variabel Eksogen
terhadap Variabel Endogen………….. 1434.5 Pembahasan......................................................... 149
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN………….................... 1545.1 Kesimpulan terhadap Karakteristik Responden.. 1545.2 Kesimpulan terhadap Pengujian Hipotesis......... 1565.3 Saran.................................................................... 158
5.3.1 Saran Bagi Perusahaan......................... 158
5.3.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya........ 1605.4 Saran Tambahan.................................................. 1605.5 Keterbatasan Penelitian 162
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 163
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I-1 Rekapitulasi Jumlah Pemberian Bantuan Program Kemitraan Telkom dengan Usaha Kecil di Jawa Barat (Tahun 2001 – Triwulan I tahun 2008)…………………………………................. 4
Tabel I-2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita Jawa Barat Tahun 2004 – 2006............................. 10
Tabel I-3 Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Divre III pada Seluruh Sektor Bantuan Pinjaman................................................................ 13
Tabel I-4 Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Datel Bandung pada Sektor Industri.............. 13
Tabel II-5 Penelitian Sebelumnya.......................................... 20
Tabel II-6 Competence and Competitiveness with Focus at Entrepreneurial Competencies…………………. 25
Tabel III-7 Operasionalisasi Variabel………………………. 36
Tabel III-8 Rekapitulasi Jumlah Mitra Binaan CD Datel Bandung (Periode tahun 2001 – tahun 2008)…................................................................. 47
Tabel III-9 Rincian Populasi Penelitian…………………….. 49
Tabel III-10 Klas dan Interval Populasi Berdasarkan Pinjaman………………………………………… 49
Tabel III-11 Hasil Uji Validitas................................................. 54
Tabel III-12 Hasil Uji Reliabilitas............................................. 58
Tabel III-13 Format Diagram Performansi…………………… 61
Tabel IV-14 Tingkat Pendidikan Formal Responden................ 68
Tabel IV-15 Jenis Kelamin Responden..................................... 69
vii
Tabel IV-16 Usia Responden.................................................... 70
Tabel IV-17 Lapangan Usaha Responden................................. 72
Tabel IV-18 Besar Pinjaman...................................................... 73
Tabel IV-19 Tingkat Keinginan Responden untuk Mengetahui Keinginan Pelanggan Melalui Informasi Pasar… 76
Tabel IV-20 Tingkat Kemampuan Responden untuk Dapat Memahami Keanekaragaman Karakteristik Pelanggan……………………………………….. 77
Tabel IV-21 Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market Heterogeneity pada Usaha yang Dimilikinya……………………………………… 79
Tabel IV-22 Proporsi Market Heterogeneity berdasarkan Lapangan Usaha…………………………………
80
Tabel IV-23 Upaya Responden dalam Menerapkan Teknologi secara Cepat........................................................... 80
Tabel IV-24 Persepsi Responden terhadap Tingkat Ketepatan Penggunaan Teknologi.......................................... 81
Tabel IV-25 Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri………………….. 83
Tabel IV-26 Proporsi Technological Sophistication Berdasarkan Lapangan Usaha…………………... 83
Tabel IV-27 Market Attractiveness Sektor Industri Mitra Binaan Telkom Datel Bandung............................. 83
Tabel IV-28 Persepsi Responden terhadap Tingkat Kesulitan Pendirian Usaha Sejenis........................................ 84
Tabel IV-29 Persepsi Responden terhadap Tingkat Ancaman dari Produk Penganti.............................................
85
Tabel IV-30 Persepsi Responden terhadap Kekuatan Bernegosiasi dengan Pembeli............................... 86
viii
Tabel IV-31 Persepsi Responden terhadap Kekuatan Bernegosiasi dengan Pemasok.............................. 86
Tabel IV-32 Persepsi Responden terhadap Persaingan pada Lapangan Usaha Sejenis....................................... 87
Tabel IV-33 Persepsi Pengetahuan Responden terhadap Tahapan dari Setiap Produk yang Dihasilkan.......
88
Tabel IV-34 Upaya Responden dalam Menggolongkan Permintaan Berdasarkan Kriteria Tertentu……… 89
Tabel IV-35 Upaya Responden Menciptakan Keunggulan Bersaing dengan Menciptakan Produk yang Semurah Mungkin………………………………. 90
Tabel IV-36 Upaya Responden Menciptakan Keunggulan Bersaing dengan Menciptakan Produk yang Dapat Digunakan oleh Berbagai Kalangan……...
90
Tabel IV-37 Competitive Concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri............................. 92
Tabel IV-38 Proporsi Competitive Concentration Berdasarkan Lapangan Usaha.................................................... 93
Tabel IV-39 Persepsi Tingkat Optimisme Responden terhadap Peluang Usahanya................................................. 95
Tabel IV-40 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Bekerja Sama dengan Orang Lain……………….
95
Tabel IV-41 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menerima Pendapat Orang Lain………………... 96
Tabel IV-42 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Percaya pada Orang Lain……………………….. 97
Tabel IV-43 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Pengambilan Keputusan........................................ 98
Tabel IV-44 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menggali Informasi dalam Berbisnis....................
98
ix
Tabel IV-45 Persepsi Responden terhadap Tantangan Bisnis... 99
Tabel IV-46 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menciptakan Konsep Inovatif dalam Berbisnis.... 100
Tabel IV-47 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Karyawan Secara Baik........................
101
Tabel IV-48 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Alat-Alat Produksi Secara Baik.......... 101
Tabel IV-49 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Keuangan Secara Baik……………… 102
Tabel IV-50 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Memilih Teknologi yang Sesuai dengan Kebutuhan………………………………………. 103
Tabel IV-51 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Merencanakan Keberhasilan Usaha……………..
104
Tabel IV-52 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengimplementasikan Strategi yang Telah Ditetapkan............................................................. 104
Tabel IV-53 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengevaluasi Kegagalan dalam Pencapaian Target…………………………………………… 105
Tabel IV-54 Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Berkomitmen pada Usahanya................................ 106
Tabel IV-55 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Inovatif.................................................................. 108
Tabel IV-56 Upaya Responden Menciptakan Proses yang Inovatif.................................................................. 109
Tabel IV-57 Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha…………………………………… 110
Tabel IV-58 Proporsi Inovation Berdasarkan Lapangan Usaha 110
Tabel IV-59 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Berkualitas............................................................ 111
x
Tabel IV-60 Upaya Responden Menciptakan Produk yang Sesuai dengan Keinginan Pelanggan……………. 112
Tabel IV-61 Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan Pelanggan................................ 114
Tabel IV-62 Proporsi Quality Berdasarkan Lapangan Usaha… 114
Tabel IV-63 Upaya Responden dalam Meminimalisir Biaya... 115
Tabel IV-64 Upaya Responden dalam Memaksimalisasi Keuntungan........................................................... 116
Tabel IV-65 Upaya Responden dalam Mengoptimalisasikan Sumber Daya.........................................................
116
Tabel IV-66 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Perluasan Pangsa Pasar Usaha Responden……… 119
Tabel IV-67 Besaran Peningkatan Pangsa Pasar Usaha Responden………………………………………. 120
Tabel IV-68 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Perluasan Pangsa Pasar…………………………. 121
Tabel IV-69 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Keuntungan Bersih Usaha Responden….
122
Tabel IV-70 Besaran Peningkatan Keuntungan Bersih Usaha Responden............................................................. 122
Tabel IV-71 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Keuntungan Bersih........................... 123
Tabel IV-72 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Penjualan Responden…………………... 124
Tabel IV-73 Besaran Peningkatan Penjualan Responden......... 125
Tabel IV-74 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Penjualan.......................................... 126
Tabel IV-75 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Pertumbuhan Jumlah Karyawan Usaha
127
xi
Responden……………………………………….
Tabel IV-76 Besaran Peningkatan Jumlah Karyawan Responden.............................................................
147
Tabel IV-77 Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Jumlah Pegawai Responden……..... 128
Tabel IV-78 Lama Berdirinya Usaha Responden..................... 129
Tabel IV-79 Persepsi Responden terhadap efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Upaya Mempertahankan Usaha untuk Tetap Berdiri…... 130
Tabel IV-80 Statistika Deskriptif Transformasi Data............... 131
Tabel IV-81 Model Summary.................................................... 132
Tabel IV-82 Analysis of Variance……………………………. 133
Tabel IV-83 Koefisien Jalur...................................................... 134
Tabel IV-84 Matriks Inverse Variabel-Variabel Penelitian...... 138
Tabel IV-85 Matriks Korelasi................................................... 143
Tabel IV-86 Rekapitulasi Pengaruh Variabel-Variabel Penelitian.……………………………………….. 147
Tabel IV-87 Rekapitulasi Analisis Deskriptif........................... 149
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I-1 Proporsi Sektor Usaha UKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2006………………………….. 5
Gambar I-2 Proporsi Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005 – 2006………………………... 6
Gambar I-3 Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005 – 2006………………………………. 7
Gambar I-4 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)………………………… 7
Gambar I-5 Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………………………………………... 8
Gambar I-6 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………... 8
Gambar I-7 Kontribusi UKM dan Usaha Besarterhadap Pembentukan Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)…………………..
9
Gambar I-8 Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Nilai Ekspor Nasional (Menurut Harga Berlaku)………………………… 9
Gambar I-9 Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Nilai Ekspor Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)………................ 10
Gambar I-10 Man dan Chan Model.............................................. 16
Gambar I-11 Kerangka Pemikiran……………………………… 19
Gambar III-12 Proses Analisis Data……………………………... 52
xiii
Gambar III-13 Path Diagram Konseptual Penelitian……………. 70
Gambar IV-14 Tingkat Pendidikan Formal Responden.................. 68
Gambar IV-15 Jenis Kelamin Responden....................................... 69
Gambar IV-16 Usia Responden...................................................... 70
Gambar IV-17 Lapangan Usaha Responden................................... 72
Gambar IV-18 Besar Pinjaman....................................................... 74
Gambar IV-19 Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market Heterogeneity pada Usaha yang Dimilikinya……………………………………… 78
Gambar IV-20 Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri…………………… 82
Gambar IV-21 Competitive Concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri................................ 91
Gambar IV-22 Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha……………………………………..
109
Gambar IV-23 Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan Pelanggan.................................. 113
Gambar IV-24 Interpolasi Tabel Distribusi F................................. 136
Gambar IV-25 Daerah Penerimaan Hipotesis Kurva Distribusi F.. 137
Gambar IV-26 Daerah Penerimaan Hipotesis Secara Parsial Menggunakan Tabel Distribusi t…………………. 138
Gambar IV-27 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Competitive Scope terhadap Kinerja Usaha……… 140
Gambar IV-28 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Entrepreneurial Competencies terhadap Kinerja Usaha……………………………………………... 141
Gambar IV-29 Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
142
xiv
Gambar IV-30 Daerah Penerimaan Hipotesis Perbedaan Pengaruh Competitive Scope, Entrepreneurial Competencies dan Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha........................................... 145
Gambar IV-31 Diagram Konsep Penelitian.................................... 148
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Kajian atas Penelitian Sebelumnya.................. a
LAMPIRAN II Angket……………………………………….. c
LAMPIRAN III Hasil Pengujian Validitas Instrumrn Penelitian.......................................................... n
LAMPIRAN IV Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian…………………………………….. s
LAMPIRAN V Transformasi Data…………………………… u
LAMPIRAN VI Matriks Korelasi Instrumen Penelitian……… z
LAMPIRAN VII Matriks Korelasi Variabel Penelitian………... cc
LAMPIRAN VIII Rangkuman Analisis Deskriptif……………... dd
LAMPIRAN IX Lampiran Tambahan…………………………
xvi
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan terhadap Objek Penelitian
Operasi bisnis yang semakin kompleks pada era ekonomi
global saat ini mengindikasikan timbulnya suatu cakupan resiko bisnis
baru yang kian muncul. Salah satunya adalah diterapkannya good
corporate citizenship sebagai alat untuk meminimalisir trade-off antara
economic bottom line dengan social and environment bottom line
perusahaan. Carrol dan Buchholtz (2003: 31) mendefinisikan bahwa
corporate citizenship merupakan merupakan alat untuk meningkatkan
corporate social performance.
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BUMN juga diwajibkan untuk menerapkan good corporate citizenship.
Namun dikarenakan BUMN merupakan institusi pemerintahan
selanjutnya dikenal dengan istilah good corporate governance.
Pemerindah mengupayakan perbaikan penerapan good corporate
governance BUMN dengan ditetapkannya suatu ketetapan khusus dalam
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/ M-
MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance
pada Badan Usaha Milik Negara
Sejalan dengan program Pemerintah dibidang Good
Corporate Governance, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang
selanjutnya disingkat Telkom berkomitmen untuk mendukung
pengembangan kualitas hidup masyarakat dengan menjadi bagian dari
masyarakat. Upaya yang dilakukan Telkom dalam mendukung
pengembangan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan
ditetapkan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan.
Perwujudan komitmen Telkom dalam mengembangkan
kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan ditunjukan dengan
penyelenggaraan Program Kemitraan dengan Usaha Kecil untuk
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan
kerja serta kesempatan berusaha dan Program Bina Lingkungan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat yang berada di sekitar
lokasi Perusahaan.
Program Kemitraan dengan Usaha Kecil (Program
Kemitraan) adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Disamping pemberian pinjaman dana, Program
Kemitraan juga memberikan hibah tidak berupa uang namun berbentuk:
pelatihan; pameran/ promosi dalam dan luar negeri; serta pengunggulan.
Program Bina Lingkungan adalah kegiatan pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Bentuk kegiatan yang
dimaksud mencakup bantuan yang diberikan terhadap objek bantuan,
seperti: bencana alam; pendidikan/ pelatihan; kesehatan; perbaikan
prasarana dan sarana umum; perbaikan prasarana dan sarana ibadah;
setta pelestarian lingkungan. Bagian yang disisihkan untuk PKBL
BUMN adalah satu sampai dengan tiga persen dari laba BUMN setelah
dipotong pajak.
Untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, maka Telkom membentuk suatu unit khusus yang disebut
Telkom Community Development Center (TCDC). Cakupan layanan
TCDC adalah seluruh wilayah usaha Telkom yang tersebar di 7 Divisi
Regional (Divre) pada 32 Propinsi di Indonesia yang selanjutnya disebut
Community Development Divre I – VII (CD Divre). Pelaksana lapangan
berada pada level Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandatel) yang
selanjutnya disebut Community Development Datel (CD Datel).
Visi dari CDC Telkom adalah“To become a leading Good
Corporate Citizenship of State Owners in Indonesia”. Sedangkan Misi
dari CDC Telkom adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan manajemen dan kinerja terbaik
pengelolaan Program Kemitraan Telkom dengan
usaha kecil secara nasional.
b. Mewujudkan manajemen dan kinerja terbaik
pengelolaan Program Bina Lingkungan Telkom secara
nasional.
Program Kemitraan secara khusus mangalokasikan dana
penyisihan laba Telkom untuk PKBL ini sebagai penghubung antara
economic bottom line dengan social bottom line Telkom. Cara yang
ditempuh adalah dengan memberikan pinjaman lunak kepada Usaha
Kecil di wilayah kerja Telkom dengan tujuan meningkatkan tingkat
sosial lingkungan sekitar usaha Telkom tersebut.
Dana penyisihan laba yang dialokasikan ke dalam sektor-
sektor Program Kemitraan perekonomian kecil dikelompokan ke dalam
sektor-sektor pembangunan, yaitu: industri, perdagangan, pertanian,
3
peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan lainnya.
Tabel I-1Rekapitulasi Jumlah Pemberian Bantuan Program Kemitraan
Telkom dengan Usaha Kecil di Jawa Barat (Tahun 2001 – Triwulan I tahun 2008)
Datel
SEKTOR PEMBANGUNAN
Ban
dung
Cia
njur
Cre
bon
Gar
ut
Ran
gkas
Bit
ung
Sub
ang
Suk
abum
i
Tas
ikm
alay
a
Tot
al p
er
Sek
tor
Industri 553 143 213 210 74 56 156 222 1.627
Perdagangan 415 145 206 329 480 274 309 247 2.405
Pertanian 70 13 2 10 2 2 3 7 109
Peternakan 48 1 9 21 14 5 4 9 111
Perkebunan 12 2 2 16
Perikanam 37 12 8 3 47 9 87 23 226
Jasa 262 223 142 151 201 144 271 256 1.650
Lainnya 40 5 6 3 27 3 9 93
Total per Datel 1.437 544 586 727 847 490 833 773 6.237
(Sumber: CD Divre III 2008)
Dilihat dari data Rekapitulasi Jumlah Pemberian Bantuan
Program Kemitraan Telkom dengan Usaha Kecil di Jawa Barat tahun
2001 sampai dengan tahun 2008, menunjukan bahwa CD Datel Bandung
menempati posisi tertinggi dalam proporsi jumlah penyaluran bantuan
Program Kemitraan di Jawa Barat.
Total dana yang telah disalurkan CD Divre III semenjak
tahun 2001 sampai dengan 2008 adalah sebesar Rp. 82,10 triliun.
Sedangkan CD Datel Bandung sendiri selama semenjak tahun 2001
sampai dengan 2008 telah menyalurkan Rp. 23,40 triliun dan menempati
posisi pertama dalam penyaluran dana Program Kemitraan Telkom di
4
Jawa Barat.
1.2. Latar Belakang
Usaha Kecil Mikro (UKM) merupakan bagian integral dunia
usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang
sangat penting dan strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional
yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Peran UKM
dalam perekonomian domestik menurut data Menteri Negara Koperasi
dan UMKM (2006: 3) menunjukan peningkatan yang signifikan pada
indikator jumlah usaha meningkat 3,88 persen, penyerapan tenaga kerja
meningkat 2,60 persen, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
Nasional (PDB) meningkat 19,29 persen, pembentukan nilai investasi
nasional meningkat 0,52 persen dan pembentukan nilai ekspor nasional
meningkat 10,75 persen. Berikut ini adalah rincian bukti-bukti yang
menunjukan peningkatan kinerja UKM secara nasional dimulai dari
proporsi sektor usaha UKM berdasarkan jumlah unit usahanya:
Gambar I-1Proporsi Sektor Usaha UKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha
Tahun 2006
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
5
Seperti terlihat dalam gambar di atas, Menteri Negara
Koperasi dan UKM (2006: 3) menyebutkan adanya peningkatan jumlah
UKM sebesar 3,88 persen dari 47.102.744 unit usaha pada tahun 2005
menjadi 48.929.636 unit usaha pada tahun 2006. Sedangkan tenaga kerja
yang berhasil diserap oleh sektor usaha di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Gambar I-2Proporsi Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005
- 2006
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
Ditinjau dari jumlah UKM yang dominan terhadap total unit
bisnis di Indonesia berdasarkan hasil survey BPS (2006: 5) menunjukan
bahwa UKM mampu menyerap 85,42 juta tenaga kerja atau 96,18
persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Jumlah tersebut meningkat
sebesar 2,20 juta pekerja atau 2,60 persen dibandingkan tahun 2005
dimana jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UKM sebesar 83,20 juta
tenaga kerja. Proporrsi penyerapan tenaga kerja oleh UKM terlihat pada
Gambar I-2, sedangkan angka penyerapan tenaga kerja oleh UKM dapat
terlihat pada Gambar I-3 berikut ini.
6
Gambar I-3Jumlah Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005 - 2006
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
Indikator selanjutnya yang dijadikan tolak ukur kinerja UKM
sebagai penopang pertumbuhan perekonomian nasional adalah
kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB). Pada tahun 2006, sebesar Rp. 1.778,70 triliun atau 55,92
persen telah disumbang UKM dari total PDB yang mencapai
Rp. 3.338,20 triliun. Dengan demikian, nilai PDB dari UKM tahun 2006
meningkat Rp. 287,69 triliun atau 19,29 persen dari tahun 2005. Berikut
ini adalah proporsi kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB
Nasional.
Gambar I-4Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional
Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
7
Meskipun mengalami peningkatan, sumbangan PDB yang
diberikan UKM terhadap pembentukan PDB Nasional masih menempati
posisi kedua dan ketiga setelah angka kontribusi yang diberikan Usaha
Besar (UB) jika dilihat secara parsial.
Gambar I-5Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Tahun
2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
UKM turut berperan dalam pembentukan Modal Tetap Bruto
(Investasi) Nasional. Investasi Nasional dibutuhkan untuk membuka
iklim dunia usaha lebih luas dalam upaya penyerapan angka
pengangguran.
Gambar I-6Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan
Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
8
Pada tahun 2005 kontribusi UKM sebesar 45,99 persen total
investasi di Indonesia. Angka ini mengalami peningkatan 0,52 persen
pada tahun 2006 menjadi 46,23 persen.
Gambar I-7Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan
Investasi Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
Indikator selanjutnya yang dijadikan alat ukur kinerja UKM
adalah nilai ekspor. Nilai ekspor yang disumbangkan UKM masih
belum sebanding dengan nilai ekspor Usaha Besar di Indonesia.
Gambar I-8Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan
Nilai Ekspor Nasional (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
UKM juga memberikan kontribusi pembentukan nilai ekspor
nasional yang mengalami peningkatan sebesar 10,75 persen untuk
9
periode tahun 2005 sampai dengan 2006.
Gambar I-9Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap Pembentukan Nilai Ekspor Nasional Tahun 2005 – 2006 (Menurut Harga Berlaku)
(Sumber: Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2005 - 2006)
Dari cakupan yang lebih kecil, data-data dari BPS Propinsi
Jawa Barat (2006: 48) menunjukan adanya kesinambungan dengan
peningkatan kinerja UKM pada skala Nasional. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat juga mengalami peningkatan
sebesar 21,65 persen (PDRB Tahun 2005 sebesar Rp. 389,67 triliun
menjadi Rp. 473,56 triliun pada Tahun 2006). Dengan demikian UKM
yang berasal dari propinsi Jawa Barat menyumbangkan kontribusi
terhadap PDB Nasional sebesar 14,19 persen. PDRB perkapita Jawa
Barat juga mengalami peningkatan untuk periode 2005 sampai dengan
2006 sebesar 19,17 persen.
Tabel I-2Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita Jawa Barat Tahun
2004 – 2006Tahun PDRB perkapita (rupiah) Pertumbuhan
2004 7.859.019 8,15%2005 9.843.136 25,25%2006 11.729.838 19,17%
(Sumber: Kondisi Perekonomian Jawa Barat, BPS Jawa Barat 2006)
10
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan adanya
kesinambungan pertumbuhan PDRB Jawa Barat dengan PDRB Kota
Bandung yang meningkat sebesar 26,01 persen selama periode 2005
sampai dengan 2006. Dengan demikian, Kota Bandung memberikan
kontribusi terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat sebesar 9,18
persen. Selain itu, PDRB Perkapita Kota Bandung juga mengalami
peningkatan sebesar 12,09 persen.
Melihat berbagai potensi yang dimiliki UKM maka untuk
membantu meningkatkan peran UKM dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, khususnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan, perlu
adanya dorongan yang berkesinambungan dari Pemerintah dan pihak-
pihak yang peduli terhadap UKM untuk terus dapat memberdayakan
UKM agar mampu bersaing dalam era globalisasi.
Pemerintah mendorong kinerja UKM. Hal ini diwujudkan
dalam Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1998
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Inti dari peraturan
ini adalah pemerintah mengakui dan mengupayakan pemberdayaan
UKM. Hal ini terungkap dalam PP No. 32 bahwa, “Usaha Kecil
merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang penting dan strategik dalam
mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang kokoh, Usaha Kecil
perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
serta dapat berkembang dan menjadi Usaha Menengah...”.
11
1.3. Perumusan Masalah
Menurut Biro Kredit Bank Indonesia (2006: 1) kendala-
kendala yang dihadapi UKM tidak lepas dari persoalan dasar yaitu
kelemahan internal usahanya sendiri (pelaku dan usahanya) dan
kelemahan eksternal berupa hubungan dengan pelaku-pelaku lain yang
terkait dalam usaha tersebut.
Kelemahan internal Usaha Kecil antara lain adalah
kemampuan manajemen dan wirausaha yang lemah, teknis produksi dan
kurangnya infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud meliputi akses
terhadap sumber modal, pasar, informasi, teknologi, sarana dan
prasarana.
Kelemahan eksternal yang dimaksud adalah terkait dengan
pelaku-pelaku dalam lingkup usaha atau yang sering disebut hubungan
hulu – hilir. Hubungan-hubungan yang dimaksud adalah hubungan
antara pelaku usaha dengan pelaku-pelaku lain yang ada dalam jalur
produksi (misalnya bahan baku) dan pemasaran.
Program Kemitraan Telkom tidak hanya memberikan
bantuan dalam bentuk uang, namun juga pemberian bantuan dalam
bentuk lain salah satunya adalah pelatihan.
Berdasarkan pada data hasil survey Telkom Management
Consulting Center (2007: 290) dengan objek penelitian 1.230 Mitra
Binaan Telkom di seluruh Indonesia yang dipilih secara sampling,
berhasil menemukan bahwa rangking kebutuhan pelatihan
kewirausahaan menempati rangking pertama yang paling dibutuhkan
Mitra Binaan. Secara regional, Mitra Binaan Divre III menunjukan
bahwa pelatihan kewirausahaan menempati rangking kedua dalam
12
pilihan rangking kebutuhan pelatihan responden. Hal tersebut ditunjukan
pada tabel berikut ini:
Tabel I-3Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Divre III pada
Seluruh Sektor Bantuan Pinjaman
Rangking Jenis Pelatihan1 Pembukuan2 Kewirausahaan3 Pemasaran4 Keterampilan Teknis5 Pengelolaan Tenaga Kerja
(Sumber: Survey Opini dan Performansi Mitra Binaan Telkom; 2007)
Pada hasil survey tersebut disebutkan bahwa pelatihan
kewirausahaan menempati rangking kedua yang dibutuhkan oleh Mitra
Binaan Telkom Divre III.
Sedangkan untuk Mitra Binaan Datel Bandung sektor
industri, pelatihan yang dibutuhkan setelah data survey tersebut diolah
sesuai kebutuhan adalah sebagai berikut:
Tabel I-4Jenis Pelatihan yang Dibutuhkan Mitra Binaan CD Datel Bandung
pada Sektor Industri
Rangking Jenis Pelatihan1 Pengelolaan Tenaga Kerja2 Keterampilan Teknis3 Pembukuan4 Pemasaran5 Kewirausahaan
(Sumber: Survey Opini dan Performansi Mitra Binaan Telkom; 2007) diolah
Pada tabel di atas ditemukan bahwa pelatihan kewirausahaan
menempati posisi terakhir dalam rangking kebutuhan pelatihan Mitra
13
Binaan CD Datel Bandung sektor industri. Dengan kata lain,
ditemukannya gap antara jenis pelatihan yang dibutuhkan Mitra Binaan
sektor industri di wilayah Kota Bandung dengan di wilayah Jawa Barat
dan nasional. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri merasa
yakin dengan kemampuan kewirausahaan yang dimilikinya.
Untuk itu penulis memandang perlu adanya suatu kajian
untuk menjawab pertanyaan,”Apakah kemampuan kewirausahaan yang
dimiliki Mitra Binaan Telkom sektor industri di Bandung sudah
mencukupi untuk meningkatkan kinerja usaha kecil yang dimilikinya?”
Dari pertanyaan tersebut di atas, menggugah rasa
keingintahuan penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi.”Sebaiknya apa
saja materi pelatihan kemampuan kewirausahaan yang diberikan Telkom
terhadap Mitra Binaannya?”
Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas, penulis
mencari model atau konsep teori yang sesuai untuk bisa menjawab
pertanyaan tersebut. Beberapa model atau konsep yang telah
dikembangkan secara empirik untuk meneliti usaha kecil adalah sebagai
berikut:
a. Smith’s and Milner’s (1984), Type of Entrepreneur.
Model yang dikembangkan oleh Smith dan Milner
meneliti kewirausahaan dari sudut pandang tipikal
wirausahanya yang dikategorisasikan menjadi craftsman
dan opportunistic.
b. Bygrave’s (1989), mengembangkan Entrepreneurial
Process Model Adapted from Moore (1986). Bygrave
14
yang mengadopsi Moore’s Model meneliti
kewirausahaan dari sudut pandang personal,
sociological, dan psychological.
c. Covin’s dan Slevin’s (1991), mengembangkan
Entrepreneurship Model. Covin dan Slevin meneliti
kewirausahaan dari sudut pandang behavioral yang
dimilikinya. Faktor yang diteliti mencalup: concervative
firm dan entrepreneurial behavioral.
d. Naffziger’s (1995), mengembangkan Model of
Entrepreneurship Motivation. Naffziger meneliti
kewirausahaan dari sudut pandang psychological yang
dimilikinya mencakup: risk-taking propensity, locus of
control, energy level, dan need for achievement.
e. Man’s dan Chan’s (2003), mengembangkan Competitive
Advantage in SME’s. Man dan Chan meneliti
kewirausahaan dari sudut pandang kemampuan
kewirausahaannya, yaitu: entrepreneurial competencies,
competitive scope, dan organization capabiliies.
Sehingga model atau konsep teori yang dianggap mampu
menjawab fenomena dan pertanyaan adalah model yang dikembangkan
oleh Man dan Chan. Model yang dimaksud Man dan Chan (2003: 18)
adalah sebagai berikut:
15
Gambar I-10Man dan Chan Model
Entrepreneurial Competencies
Competitive Scope
Organization Capabilities
Potential dimension - external
Process dimension
Potential dimension - internal
Firm Performance
Performance dimension
(Sumber: Competitive Advantage in SME’s)
Pendekatan yang diadopsi Man dan Chan (2002: 123) adalah
fokus terhadap kondisi competitiveness yang dinamis dikaitkan terhadap
entrepreneurial behavior and action. Faktor-faktor yang menciptakan
small business enterprise competitiveness menurut Man dan Chan
adalah: entrepreneurial competencies, competitive scope dan
organizational capabilities.
Dari Man’s dan Chan’s Model di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies, competitive scope dan organization
capabilities secara simultan terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
b. Seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies secara parsial terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
16
c. Seberapa besar pengaruh competitive scope secara
parsial terhadap kinerja usaha Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung sektor industri?
d. Seberapa besar pengaruh organization
capabilities secara parsial terhadap kinerja usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri?
1.4. Tujuan Penelitian
Secara rinci tujuan penelitian yang diperoleh dari perumusan
masalah adalah sebagai berikut:
a. Mendiagnosis Entrepreneurial Competencies,
Competitive Scope dan Organization Capabilities
berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Usaha
Kecil.
b. Mendiagnosis Entrepreneurial Competencies
berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Usaha
Kecil.
c. Mendiagnosis Competitive Scope berpengaruh secara
parsial terhadap Kinerja Usaha Kecil.
d. Mendiagnosis Organization Capabilities berpengaruh
secara parsial terhadap Kinerja Usaha Kecil.
1.5. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat dimanfaatkan dari penelitian ini,
adalah:
a. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Juga
17
dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya,
terutama penelitian-penelitian mengenai
Entrepreneurship, Usaha Kecil dan Community
Development di Indonesia.
b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu
atau membina Mitra Binaan Telkom Unit Bisnis
Community Development Datel Bandung.
1.6. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah yang menunjukan
adanya ada gap antara pelatihan yang dibutuhkan Mitra Binaan CD
Divre III dengan CD Datel Bandung. Fenomena yang dapat diambil
adalah Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri merasa
sangat yakin dengan kemampuan kewirausahaan yang dimilikinya.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, peneliti akan mencari
tahu dan meneliti seberapa besar kemampuan kewirausahaan yang
dimiliki Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri dapat
meningkatkan kinerja usaha kecil yang dimilikinya.
Untuk bisa menjawab fenomena tersebut dengan model yang
dapat menilai kemampuan kewirausahaan dan kinerja usaha kecil sesuai
paparan Man dan Chan, menghasilkan kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut:
18
Gambar I-11Kerangka Pemikiran
Hipotesis yang diajukan berdasarkan model yang
dikembangkan Man dan Chan seperti terlihat pada variabel yang diteliti
pada kerangka pemikiran. adalah sebagai berikut:
a. Variabel Entrepreneurial Competencies Competitive
Scope dan Organization Capabilities secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
b. Variabel Competitive Scope secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
c. Variabel Entrepreneurial Competencies secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Competitive
Scope.
19
d. Variabel Organization Capabilities secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Variabel Firm
Performance.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian atas Penelitian Sebelumnya
Sebagai landasan berpikir serta untuk mengetahui dan
mempelajari berbagai metode analisis yang pernah dilakukan, penulis
melakukan kajian atas penelitian sebelumnya yang dianggap relevan.
Bila dikaitkan dengan penelitian ini, hasil penelaahan
menunjukan bahwa hampir semua peneliti kewirausahaan terdahulu
menyoroti karakteristik wirausaha yang melekat pada diri
wirausahawan. Hal ini dapat terlihat dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Sehingga dari studi literatur tersebut, dapat
dilihat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian sebelumnya sebagai berikut:
Tabel II-5Penelitian Sebelumnya
Peneliti/ VariabelNo. Tahun Judul Persamaan Perbedaan1. Chrissa
Nurhayati (2001)
Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha di Perusahaan Katering di Jakarta Selatan.
Metode penelitian survey.
Karakteristik wirausaha dan keberhasilan usaha.
20
(bersambung)
(sambungan)2. MS. Budi
Purwanto (2003)
Identifikasi Faktor-Faktor Kewirausahaan yang Perlu Dikembangkan, sebagai Masukan dalam Perumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus di Usaha Kecil Warung Makan di Bandung).
Objek penelitian Usaha Kecil
Sifat-sifat dan kepribadian wirausaha serta keberhasilan usaha,
3. Nurhajati (2005)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Keunggulan Bersaing Usaha Kecil yang Berorientasi Ekspor di Jawa Barat
Objek penelitian Usaha Kecil, faktor eksternal, faktor internal, kinerja usaha, dan keunggulan bersaing.
Entrepreneurial skills dan strategi.
4. Budi Harsanto (2006)
Pengaruh Faktor-Faktor Kritis Teori Bygrave terhadap Pertumbuhan Usaha
Objek penelitian Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
Personal, socilogical, environmental
Penjelasan lebih rinci mengenai kajian atas penelitian-
penelitian tersebut dapat dilihat pada LAMIRAN I.
2.2. Entrepreneur dan Entrepreneurship
Berikut merupakan pemaparan mengenai perkembangan teori
entrepreneur dan entrepreneurship sampai dengan saat ini.
21
2.1.1. Entrepreneur
Istilah entrepreneur pertama kali dikemukakan sekitar tahun
1800 oleh seorang ekonom asal Prancis J. B. Say (Drucker, 1984: 21)
yang menyatakan bahwa, ‘shifts economic resources out of an area of
lower and into an area of higher productivity and greater yield.’
Dari definisi entrepreneur tersebut, Drucker (1984, 21)
berpendapat bahwa definisi yang dikemukakan oleh Say tidak
menjelaskan siapakah yang bisa disebut sebagai entrepreneur. Dan saat
ini setelah lebih dari 200 tahun teori enterpreneur terus berkembang
hingga saat ini terdapat polemik dalam mendefinisikan entrepreneur dan
entrepreneurship. Berdasarkan studi empiris di Amerika, Drucker
(1984: 21) menegaskan bahwa:
“In The United States, for instance, the entrepreneur is often defined as one who starts his own, new and small business...but not every small business is entreprenerial or represents entrepreneurship.”
Peneliti lainnya Bygrave (1994: 1) menyatakan bahwa,
“Entrepreneur is the person who perceives an opportunity and creates
an organization to pursue it.”
Peneliti lainnya Scarborough dan Zimmerer (2006: 4)
mendefinisikan entrepreneurs sebagai berikut:
“Entrepreneur is one who create a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities...”
Dari beberapa kata kunci definisi-definisi yang telah
dipaparkan tersebut, entrepreneur dideksripsikan sebagai subjek atau
22
pelaku usaha yang melihat adanya peluang untuk menciptakan produk
baru atau layanan baru, dengan melakukan upaya pengorganisasian
untuk meminimalisir resiko dan ketidakpastian dalam pencapaian
kinerja dan pertumbuhan bisnis yang didirikannya.
2.1.2. Entrepreneurship
Entrepreneurship merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan bisnis. Banyak ahli yang mendefinisikan entrepreneurship,
diantaranya Hisrich, Peters dan Shepherd (2005: 8), yakni:
“Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, physics, and social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence.”
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1996: 52) menyatakan
bahwa, “Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic
process of applying creativity and innovation to needs and opportunities
in the marketplace.”
Dari beberapa kata kunci definisi-definisi yang telah
dipaparkan tersebut, entrepreneurship dideksripsikan sebagai suatu
upaya menangkap peluang dengan menciptakan sesuatu yang bernilai
bagi orang lain.
2.1.3. Model Man dan Chan
Karakteristik dari individual entrepreneurs yang umumnya
digunakan untuk menilai keberhasilan suatu performa bisnis adalah
umur, gender, pengalaman, latar belakang pendidikan dan latar belakang
keluarga.
23
Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 18) mengemukakan
bahwa, “competitiveness is concerned with factors that contribute to
firms being competitive as well as with ways in which it can be
achieved.”
Buchley et al (Jones dan Tiley: 2003, 18) menyatakan bahwa
kriteria penilaian untuk menilai competitiveness, adalah sebagai berikut:
‘Three measures of competitiveness: Competitive Performance,, Competitive Potential and Management Process. Within the small firm context, it is more appropriate to discuss competitiveness by focusing on the entrepreneur’s behavior and actions.’
Berdasarkan konsep Buchley tersebut, Man dan Chan
(Oswald dan Tiley, 2003: 18) mengadopsi dan mengembangkan konsep
Buchley dengan pernyataan sebagai berikut:
‘In developing a conceptual model of SME competitiveness, the authors argue that these six ‘entrepreneurial competencies’ comprise the process dimension. Task 1 involves the entrepreneur establishing the firm’s competitive scope by scanning a range of external factors which include market heterogeneity, technological sophistication, market attractiveness, product/industry life-cycle, market demand and competitive concentration. In carrying out Task 2, the entrepreneur focuses attention on the firm’s internal capabilities which include innovation, quality, cost-effectiveness and organicity (creating flexible organisation structures and systems). Finally, Task 3 involves the entrepreneur setting goals.’
Berdasarkan pernyataan tersebut, Man dan Chan (Oswald
dan Tiley, 2003: 18) menyatakan bahwa untuk menilai competitiveness
pada Usaha Kecil sebaiknya dititikberatkan pada penilaian
entrepreneurs behavior dan acton. Dengan demikian faktor kritis yang
24
digunakan untuk menilai competitiveness pada Usaha Kecil adalah:
entrepreneur’s competencies sebagai process dimension, competitive
scope sebagai potential dimension external dan organization capabilities
sebagai potential dimension internal.
Entrepreneurial capabilities berhubungan korelasional
dengan dimensi-dimensi competitive scope dan organization capabilities
serta secara simultan ketiga dimensi tersebut mempengaruhi firm
performance sebagai performance dimension.
2.1.4. Faktor Kritis Competitiveness in Small Medium Enterprise
Faktor-faktor kritis dalam menilai firm performance
sebagaimana diungkapkan oleh Man dan Chan adalah sebagai berikut:
a. Entrepreneurial Competencies
Dengan menguji banyak literatur yang ada kaitannya dengan
competitiveness,, Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 19)
mengidentifikasi enam competency areas dari entrepreneurial
competencies, sebagai berikut:
Tabel II-6Competence and Competitiveness with Focus at Entrepreneurial
Competencies
(Sumber: Jones dan Tiley, Competitive Advantage in SME’s, 2003)
25
Competencies area sebagaimana dimaksud adalah pemusatan
perhatian pada entrepreneurial behavior yang dimiliki oleh
entrepreneurs dalam menentukan tindakan yang diambil untuk
pencapaian firm performance.
b. Competitive Scope
Faktor kritis selanjutnya adalah menilai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki oleh entrepreneurs dalam menentukan
tindakan-tindakan yang dipilih dalam menyingkapi competitive scope
sebagai potential dimension external usaha yang dimilikinya. Menurut
Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 18) dimensi yang menilai
competitive scope, adalah sebagai berikut:
1. ‘Market Heterogeneity2. Technological Sophistication3. Market Attractiveness4. Product/ Industry life-cycle5. Market Demand6. Competitive Concentration.’
Penjelasan mengenai dimensi competitive scope yang
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies dalam menganalisa dan
mengambil kebijakan yang menyangkut usaha yang didirikannya, adalah
sebagai berikut:
1. Market Heterogeneity; how manager
of business really know about their markets.
2. Technological Sophistication; how
manager of business respons the rapid change of
technology.
26
3. Market Attractiveness; how manager
of business really know about their industry competitive
forces.
4. Product/ Industry Life Cycle; how
manager of business know about stages in product or
industry.
5. Market Demand; how manager of
business know about segmenting their demand.
6. Competitive Concentration; how
manager of business really know about strategy they
choose including competitive scope and competitive
advantage.
c. Organization Capabilities
Faktor kritis selanjutnya adalah menilai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki entrepreneurs dalam menentukan tindakan-
tindakan yang dipilih untuk memaksimalkan organization capabilities
sebagai potential dimension internal usaha yang dimilikinya. Menurut
Man dan Chan (Jones dan Tiley, 2003: 18) dimensi yang menilai
organization capabilities, adalah sebagai berikut:
1. ‘Innovation2. Quality3. Cost-effectiveness4. Organicity.’
Penjelasan mengenai dimensi organization capabilities yang
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies dalam menganalisa dan
mengambil kebijakan yang menyangkut usaha yang didirikannya, adalah
27
sebagai berikut:
1. Innovation; every idea that has a potential to
become a successful business which include product and
internal workings of business.
2. Quality; the ability to create a product that meet the
customer needs.
3. Cost-effectiveness; the ability to measure future
economic benefit.
4. Organicity; the optimality of flexibility that
performances held in reserve.
d. Firm Performance
Faktor kritis selanjutnya adalah menilai sejauh mana firm
performance yang diraih Usaha Kecil dengan pengaruh entrepreneurial
competencies yang dimiliki entrepreneurs. Menurut Man dan Chan
(Sultan, 2007: 64), kinerja dalam aspek daya saing didefinisikan sebagai
berikut:
‘Competitiveness is the mean by which entrepreneurs can improve their firm’s performance, and which can be measured accoding to a number of dimensions including market share, profit, growth, and duration.’
Penjelasan mengenai dimensi firm performance yang
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies, adalah sebagai berikut:
1. Market Share; the percentage of the overall volume
of business in a given market that is controlled by one
company in relation to its competitors.
28
2. Profit; an accounting measure designed to gauge
the financial health of a business firm or industry. In
general, it is defined as the ratio of profit earned to total
sales receipts (or costs) over some defined period.
3. Growth; something for which small companies
strive getting bigger that can be sales figures, number of
employees, physical expansion, or other criteria
to judge it.
4. Duration; how long the business had survive.
2.3. Usaha Kecil di Indonesia
Bagian ini memaparkan kajian teoritis mengenai Usaha Kecil
di Indonesia baik dari sisi definisi, karakteristik, kinerja, kendala, serta
klasifikasinya.
2.3.1. Definisi Usaha Kecil
Definisi Usaha Kecil sangatlah beragam di masing-masing
negara diseluruh dunia berdasarkan sektor ekonomis dimana bisnis
tersebut beroperasi. Umumnya definisi Usaha Kecil tersebut dikaitkan
dengan kategori-kategori tertentu. Salah satunya kategorinya adalah
tenaga kerja. Misalnya Usaha Kecil di Inggris adalah suatu usaha bila
jumlah karyawannya antara 1 – 200 orang, di Jepang antara 1 – 300
orang, di Amerika Serikat antara 1 – 500 orang.
Definisi Usaha Kecil menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 26/1/UKK tahun 2003 perihal Kredit Usaha Kecil adalah,
“...usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati.”
29
Pengertian Usaha Kecil ini meliputi usaha perseorangan,
badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak
melampaui nilai Rp. 600 juta.
Pemerintah mendefinisikan Usaha Kecil dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
sebagai berikut:
“...kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”
Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum
tersebut, adalah sebagai berikut:
a. “Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah);
c. Milik Warga Negara Indonesia;d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
e. Berbentuk usaha orang, perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.”
Sedangkan definisi Usaha Kecil menurut Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan dalam Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 598/MPP/KEP/10/1999, adalah
”...suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai
30
dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.”
Dalam penelitian ini, definisi Usaha Kecil yang digunakan
sama dengan TCDC. Yakni didasarkan pada Keputusan Menteri BUMN
Tahun 2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan, yang muatannya sama dengan Undang-
Undang No. 9 tahun 1995 sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya
ditambah dengan kriteria jangka waktu berdirinya usaha minimal satu
tahun serta cukup memiliki potensi dan prospek usaha untuk
dikembangkan.
2.3.2. Karakteristik Usaha Kecil
Secara umum karakteristik Usaha Kecil menurut M. Taufik
(2004: 3) dapat dikenali sebagai unit usaha yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. “Skala usaha kecilb. Padat karyac. Berbasis sumber daya lokal dan sumber daya alamd. Pelaku banyake. Menyebar.”
Selanjutnya, Suryana seperti dikutip I Putu Sugi Darmawan
(2004: 22) mencantumkan karakteristtik perusahaan yang tergolong
Usaha Kecil sebagai berikut:
a. “Biasanya bersifat bebas, tidak terikat dengan identitas bisnis lain, misalnya sebagai cabang, anak perusahaan, atau divisi dari perusahaan yang lebih besar
b. Biasanya sepenuhnya dikendalikan oleh pemiliknya yang biasanya adalah owner-manager yang memberikan
31
kontribusi kepada hampir semua hal, tidak hanya terbatas pada modal kerja
c. Otoritas pengambilan keputusan dipegang penuh oleh pemilik usaha.”
Selanjutnya, Pratomo dan Soedjoedono (2002: 15),
menyebutkan kriteria umum Usaha Kecil dilihat dari ciri-cirinya pada
dasarnya dapat dianggap sebagai berikut:
a. ”Struktur organisasinya sangat sederhana.b. Tanpa staf yang berlebihan.c. Pembagian kerja yang kendur.d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.e. Sedikit aktivitas formal dan penggunaan perencanaan.f. Kurang membedakan aset pribadi dan perusahaan.”
2.3.3. Kinerja Usaha Kecil
Terdapat banyak sekali pendapat mengenai kriteria
keberhasilan sebuah usaha. Disebutkan Glueck dan Jauch (Nurhayati
2005: 439) Ukuran yang paling banyak dipergunakan adalah Return on
Investment (ROI) disamping ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif
lainnya. Penelitian Ghost et al (Riyanti, 2003: 27) tentang entrepreneurs
di Singapura menunjukan hasil bahwa dari 85 persen responden yang
menjawab, 70 persen diantaranya menggunakan net profit growth untuk
mengukur keberhasilan. Disusul oleh laba penjualan (sales revenue
growth) sebesar 61 persen, laba setelah pajak (earning after tax) sebesar
50 persen dan pangsa pasar (market share) sebesar 48 persen.
Selanjutnya, 38 persen dari entrepreneurs yang menggunakan kriteria
keberhasilan berdasarkan laba bersih (net profit growth) berpendapat
bahwa prestasi 6-10 persen pertumbuhan per tahun merupakan indikator
keberhasilan usaha.
32
Wibisono (1999:12) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing
sebuah sistem usaha.
Rancangan sistem pengukuran kinerja yang akurat dan kontekstual merupakan jembatan emas ke arah mana keunggulan sebuah perusahaan akan dibawa. Meskipun disadari bahwa sampai pada saat ini belum terdapat kesepakatan bulat perihal pendefinisian variabel kinerja.
Kinerja perusahaan merupakan faktor umum yang digunakan
untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi
perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik berupa
kinerja pemasaran (seperti volume penjualan, pangsa pasar, tingkat
pertumbuhan penjualan) maupun kinerja keuangan (seperti ROI).
2.3.4. Kendala Usaha Kecil
Kendala Usaha Kecil telah disebutkan sebelumnya dalam
perumusan masalah. Kendala lain menurut Ira Irawati (2003: 27)
sejumlah kendala baik internal maupun eksternal yang seringkali harus
dihadapi oleh Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. “Masalah sumber daya manusiab. Masalah pemasaranc. Masalah permodaland. Masalah penyediaan bahan bakue. Masalah teknologif. Masalah organisasi dan manajemeng. Masalah infrastrukturh. Masalah kerjasama usahai. Masalah kurangnya wawasan (budaya) usahaj. Masalah pesaingk. Masalah generasi penerusl. Masalah tidak adanya akses kepada Usaha Besar/
Pemerintah
33
m. Masalah yang timbul dari konsumen.”
Pada penelitian ini akan menitikberatkan pada kendala yang
menghambat kinerja Usaha Kecil pada aspek nternal dan eksternal
bisnisnya seperti yang telah dipaparkan pada perumusan masalah.
2.3.5. Klasifikasi Usaha Kecil
BPS menggunakan standar internasional ISIC (International
Standard Industrial Clasification of All Economic Activities) dalam
mengklasifikasi sektor usaha. Ada 9 sektor yang tercakup yakni:
a. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan, Hoten dan Restoran
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
h. Sektor Keuangan
i. Sektor Jasa-Jasa.
Sedangkan TCDC mengklasifikasikan sektor usaha ke dalam
delapan sektor sesuai dengan lampiran Keputusan Menteri Negara
BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003 sebagai berikut:
a. ”Sektor Industrib. Sektor Perdaganganc. Sektor Pertaniand. Sektor Peternakane. Sektor Perkebunanf. Sektor Perikanang. Sektor Jasa
34
h. Sektor Lainnya.”
Bab III
METODA PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini hendak mengkaji hubungan antara competitive
scope, entrepreneurial competencies dan organization capabilities
dengan kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
dengan analisis jalur (path analysis).
Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini
dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif. Menurut
Indriantoro dan Supomo (1999: 29) “penelitian kausal komparatif
(causal comparative research) meupakan tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel
atau lebih. Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuen-
35
konsekuen yang timbul dan menelusuri kembali faktor yang secara
masuk akal sebagai faktor-faktor penyebabnya.”
Adapun berdasarkan jenis data yang diteliti, penelitian ini
diklasifikasikan ke dalam penelitian opini. Hal ini disebabkan data yang
dianalisis merupakan pendapat responden secara individual. Terkait
dengan data yang diperoleh dalam penelitian, tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis persepsi responden tentang dirinya serta kondisi
internal dan eksternal bisnis yang dimilikinya.
Jika dilihat dari metoda pengumpulan data yang digunakan,
penelitian ini digolongkan dalam penelitian survey. Penelitian survey
adalah penelitian yang mengumpulkan data dari sampel yang mewakili
seluruh populasi.
3.2 Operasionalisasi Variabel dan Skala Pengukuran
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen (tidak
tergantung), yaitu variabel entrepreneurial competencies, competitive
scope dan organizational capabilities. Sedangkan variabel dependen
(tergantung) penelitian ini adalah kinerja usaha. Secara lebih rinci
operasionalisasi variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel III-7Operasionalisasi Variabel
VARIABEL DIMENSI ATRIBUT SKALA INSTRUMENEntrepreneurial Opportunity Peluang usaha Ordinal A. 1Competencies Relationship Bekerja sama Ordinal A. 2
Menerima pendapat orang lain
Ordinal A. 3
Percaya pada orang lain
Ordinal A. 4
Conceptual Pengambilan keputusan
Ordinal A. 5
36
Menggali informasi
Ordinal A. 6
Tantangan bisnis Ordinal A. 7Konsep inovatif Ordinal A. 8
Organizing Sumber daya manusia
Ordinal A. 9
Alat-alat produksi Ordinal A. 10Keuangan Ordinal A. 11Pemilihan teknologi
Ordinal A. 12
Strategic Perencanaan Ordinal A. 13Implementasi Ordinal A. 14Evaluasi Ordinal A. 15
Commitment Komitmen Ordinal A. 16(Bersambung)
(Sambungan)Competitive Scope Market
heterogeneityPencarian informasi
Ordinal A. 17
Pemahaman karakteristik
Ordinal A. 18
Technological sophistication
Kecepatan penerapan teknologi
Ordinal A. 19
Ketepatan penerapan teknologi
Ordinal A. 20
Market attractiveness
Pendatang baru Ordinal A. 21
Produk pengganti Ordinal A. 22Negosiasi dengan pembeli
Ordinal A. 23
Negosiasi dengan pemasok
Ordinal A. 24
Pesaing Ordinal A. 25Product/ industry life cycle
Pengetahuan siklus setiap produk yang dihasilkan
Ordinal A. 26
Market demand Segmentasi permintaan
Ordinal A. 27
Competitive concentration
Keunggulan bersaing
Ordinal A. 28
37
Cakupan keunggulan
Ordinal A. 29
Organization Capabilities
Innovation Produk inovatif Ordinal A. 30
Proses inovatif Ordinal A. 31Quality Produk berkualitas Ordinal A. 32
Sesuai dengan keinginan pelanggan
Ordinal A. 33
Cost-effectiveness
Minimalisir biaya Ordinal A. 34
Maksimalisasi keuntungan
Ordinal A. 35
Organicity Optimalisasi sumber daya
Ordinal A. 36
(Bersambung)
(Sambungan)Kinerja Usaha Market Share Pangsa pasar
usahaInterval B. 1, 2
Efektivitas pemberian pinjaman
Ordinal B. 3
Profit Keuntungan bersih Interval B. 4, 5Efektivitas pemberian pinjaman
Ordinal B. 6
Penjualan Interval B. 7,8Efektivitas pemberian pinjaman
Ordinal B. 9
Growth Jumlah karyawan Interval B. 10, 11Efektivitas pemberian pinjaman
Ordinal B. 12
Duration Lama berdiri usaha
Interval B. 13
Efektivitas pemberian pinjaman
Ordinal B. 14
3.3 Definisi Operasional
38
Berikut ini adalah definisi operasional masing-masing istilah
pada operasionalisasi variabel yang telah dipaparkan sebelumnya:
A. Entrepreneurial Competencies
Variabel Entrepreneurial Competencies terbagi atas
enam dimensi yang mendiagnosis tingkat kemampuan
pemilik usaha kecil sebagai seorang entrepreneur.
Berikut ini adalah dimensi yang akan didiagnosis:
1) Opportunity; keyakinan terhadap peluang usaha
yang dimiliki.
2) Relationship; kemampuan dalam bersosialisasi.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan bekerja sama dengan
orang lain.
b) Kemauan menerima pendapat
orang lain.
c) Kemauan mempercayai orang
lain.
3) Conceptual; kemampuan dalam merancang konsep.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan pengambilan
keputusan secara terencana.
b) Kemampuan menggali informasi
sebelum merumuskan konsep.
39
c) Kemauan menyadari tantangan
dalam berbisnis.
d) Kemampuan mengembangkan
inovasi baru pada usaha.
4) Organizational; kemampuan dalam mengelola
manajemen.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumrn sebagai
berikut:
a) Kemampuan mengelola pegawai.
b) Kemampuan mengelola alat-alat
produksi.
c) Kemampuan mengelola keuangan.
d) Kemampuan memilih penggunaan
teknologi.
5) Strategic; kemampuan dalam merancang strategi.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan perencanaan dalam
pencapaian keberhasilan.
b) Kemampuan mencari penyebab
kegagalan.
c) Kemampuan menjalankan strategi
yang telah direncanakan.
6) Commitment; keyakinan bahwa komitmen mampu
memajukan usaha.
40
B. Competitive Scope
Variabel Competitive Scope terbagi atas enam dimensi
yang mendiagnosis seberapa baik kemampuan
manajerial pemilik usaha untuk mengelola usahanya
dilihat dari sudut pandang eksternal bisnis yang
dimilikinya.
Berikut ini adalah dimensi dan atribut yang akan
didiagnosis:
1) Market heterogeneity; kemampuan pemilik usaha
dalam memahami karakteristik pasar usaha.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Upaya mencari informasi
keinginan pelanggan.
b) Pemahaman keanekaragaman
karakteristik pelanggan.
1) Technological sophistication; sejauhmana
kemampuan pemilik usaha dalam memilih dan
menerapkan teknologi secara cepat dan tepat.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kecepatan penerapan teknologi
dilakukan oleh pemilik usaha.
b) Ketepatan penerapan teknologi
yang dilakukan oleh pemilik usaha.
41
3) Market attractiveness; sejauhmana persepsi pemilik
usaha terhadap market attractiveness usaha yang
dimilikinya.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Persepsi pemilik usaha terhadap mudah atau
tidaknya kompetitor untuk masuk pada
lapangan usaha sejenis.
b) Persepsi pemilik usaha terhadap ancaman dari
produk pengganti dari produk yang dihasilkan.
c) Persepsi pemilik usaha terhadap kekuatan
bernegosiasi dengan pemasok.
d) Persepsi pemilik usaha terhadap kekuatan
bernegosiasi dengan pembeli.
e) Persepsi pemilik usaha terhadap persaingan
dalam industri sejenis.
4)Product/ industry life-cycle; pengetahuan pemilik
usaha terhadap siklus produk/ industri yang dimiliki.
5)Market demand; pengetahuan pemilik usaha terhadap
penggolongan.
6)Competitive concentration; pengetahuan dan persepsi
pemilik usaha untuk mengembangkan keunggulan
bersaing pada industri yang dijalaninya.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
42
a) Persepsi pemilik usaha terhadap keunggulan
produk yang dihasilkan.
b) Persepsi pemilik usaha terhadap cakupan
keunggulan bersaing yang dipilih untuk
menjalankan usahanya.
C. Organization Capabilities
Variabel organization capability terbagi atas empat
dimensi yang mendiagnosis seberapa besar kemampuan
pemilik usaha untuk mengelola usahanya dilihat dari
sudut pandang internal bisnisnya.
Berikut ini adalah dimensi dan atribut yang akan
didiagnosis:
1) Innovation; kemampuan pemilik usaha untuk
mengembangkan inovasi pada usaha yang
dimilikinya.
Atribut terbagi ke dalam beberaoa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan pengembangan inovasi pada
produk yang dihasilkan.
b) Kemampuan pengembangan inovasi dalam
proses menghasilkan produk.
2) Quality; kemampuan pemilik usaha untuk
menciptakan kualitas produk yang dimiliki serta
sesuai dengan keinginan pelanggan.
43
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan menjaga kualitas produk yang
dihasilkan.
b) Kemampuan menghasilkan produk yang
kualitasnya sesuai dengan keinginan pelanggan.
3) Cost-effectiveness; kemampuan pemilik usaha
dalam meminimalisir biaya untuk memamsimalkan
keuntungan.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Kemampuan kemampuan pemilik usaha untuk
meminimalisir biaya.
b) Kemampuan pemilik usaha untuk
memaksimasimalkan keuntungan.
3) Organicity; kemampuan penggunaan sumber daya
(tenaga, waktu dan pikiran) yang dikelola secara
optimal untuk menjalankan aktivitas usaha.
D. Firm Performance
Variabel firm performance terbagi atas empat dimensi
yang mendiagnosis seberapa besar kinerja usaha kecil
dikaitkan dengan entrepreneurial competencies yang
dimiliki pemilik usaha.
Berikut ini adalah atribut yang akan didiagnosis:
44
1) Market Share; persepsi pemilik usaha terhadap
pangsa pasar yang dimilikinya sebelum dan sesudah
diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Persepsi pangsa pasar yang dimiliki usaha.
b) Persepsi bahwa pinjaman yang diberikan
meningkatkan pangsa pasar usaha.
2)Profit; persepsi pemilik usaha terhadap keuntungan
bersih dan penjualan yang diraihnya sebelum dan
sesudah diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Keuntungan bersih.
b) Penjualan.
c) Persepsi pinjaman yang diberikan
meningkatkan keuntungan dan penjualan.
3) Growth; persepsi pemilik usaha terhadap
pertumbuhan jumlah pegawai sebelum dan sesudah
diberi pinjaman.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Pertumbuhan jumlah pegawai.
b) Persepsi pinjaman yang diberikan
meningkatkan jumlah pegawai.
45
4) Duration; lama berdirinya usaha.
Atribut terbagi ke dalam beberapa instrumen
sebagai berikut:
a) Lama berdirinya usaha.
b) Persepsi pinjaman yang diberikan membantu
upaya mempertahankan keberadaan usaha
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data
kualitatif dan kuantitatif. Data-data tersebut merupakan penjabaran dari
operasionalisasi variabel dan akan diperoleh melalui pengumpulan data
primer dan sekunder.
a. Data primer diperoleh secara langsung dari
lapangan melalui angket, wawancara, tatap muka, serta
observasi.
b. Data sekunder diperoleh dari riset kepustakaan
(library research). Yakni pengumpulan data dengan cara
mempelajari literatur-literatur tertulis dari berbagai
sumber, misalnya: CDC Datel Bandung dan Divre III
Jawa Barat dan Banten, BPS, peraturan-peraturan
pemerntah, media cetak, internet, buku-buku yang
terkait dalam kajian penelitian dan sumber lain yang
relevan.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Berikut ini akan pemaparan mengenai populasi, dan sampel
penelitian.
3.5.1 Populasi Penelitian
46
Jumlah Mitra Binaan Telkom Datel Bandung yang masih
aktif memiliki pinjaman atau dalam rentang waktu Triwulan IV tahun
2006 sampai dengan Triwulan I tahun 2008 adalah sebanyak 464 Usaha
Kecil. Rincian jumlah Mitra Binaan berdasarkan sektor bantuan yang
diberikan Telkom CDC adalah sebagai berikut:
Tabel III-8Rekapitulasi Jumlah Mitra Binaan CD Datel Bandung (Periode
tahun 2001 – tahun 2008)
Sektor Data Datel BandungPersentas
eIndustri Jumlah Pinjaman 553 MB 38,48% Nilai Pinjaman 7.657.481.997 32,66%Perdagangan Jumlah Pinjaman 415 MB 28,88% Nilai Pinjaman 6.212.414.967 26,50%Pertanian Jumlah Pinjaman 70 MB 4,87% Nilai Pinjaman 1.054.301.792 4,50%Peternakan Jumlah Pinjaman 48 MB 3,34% Nilai Pinjaman 762.783.194 3,25%Perkebunan Jumlah Pinjaman 12 MB 0,84% Nilai Pinjaman 216.560.000 0,92%Perikanan Jumlah Pinjaman 37 MB 2,57% Nilai Pinjaman 547.431.136 2,34%
(bersambung)(sambungan)
Jasa Jumlah Pinjaman 262 MB 18,23% Nilai Pinjaman 4.712.026.880 20,10%Lainnya Jumlah Pinjaman 40 MB 2,78% Nilai Pinjaman 2.280.460.774 9,73%Total Jumlah Pinjaman 1.437 MB 100,00%Total Nilai Pinjaman 23.443.460.739 100,00%
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
Seperti telah disebutkan sebelumnya pada latar belakang
bahwa Datel Bandung menempati posisi utama dalam penyaluran dana
pinjaman CD Divre III Jawa Barat dan Banten. Selanjutnya, seperti
terlihat pada tabel di atas, sektor industri menempati posisi utama dalam
penyaluran dana pinjaman CD Datel Bandung yaitu 38,48 persen dari
47
total Mitra Binaan Datel Bandung dengan dana yang disalurkan paling
besar yaitu mencapai 32,66 persen.
Tidak semua Usaha Kecil yang berjumlah 1.437 tersebut
dijadikan populasi penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah Usaha
Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri yang masih
aktif sebagai memiliki pinjaman Telkom tanpa mengikutsertakan sektor
lain. Penentuan kerangka sampling tersebut mempertimbangkan faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Datel Bandung menempati prioritas utama
dalam penyaluran dana bantuan CDC Telkom.
b. Sektor industri merupakan prioritas utama
sektor yang dibantu oleh CD Datel Bandung.
c. Data populasi yang diperoleh harus up to
date untuk dapat melacak informasi keberadaan Mitra
Binaan yang menjadi unit elementer.
d. Untuk dapat mengevaluasi kinerja Mitra
Binaan, maka setidaknya Mitra Binaan tersebut harus
yang masih memiliki ikatan pinjaman dana bantuan dari
CD Datel. Pertimbangan yang diambil adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghindari unsur populasi yang dihitung
dua kali yang diakibatkan mengajukan pinjaman
lebih dari satu kali kepada CD Datel.
2. Untuk menghindari unsur populasi memiliki
pinjaman lain selain dari CD Datel yang diakibatkan
48
Usaha Kecil tersebut sudah tidak menjadi Mitra
Binaan Telkom.
Dari apa yang telah dipaparkan tersebut di atas, jumlah
populasi pada penelitian ini yang diurutkan datanya berdasarkan waktu
pemberian pinjaman, adalah sebagai berikut:
Tabel III-9Rincian Populasi Penelitian Sektor
Tahun PKS TW PKS Industri Persentase
2006 IV 118 54,38%
2006 Total 118 54,38%
2007 I 10 4,61%
II 18 8,29%
III 27 12,44%
IV 31 14,29%
2007 Total 86 39,63%
2008 I 13 5,99%
2008 Total 13 5,99%
Grand Total 217 100,00%
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
Dari jumlah populasi sampling sebanyak 1.437 Mitra Binaan,
yang masuk ke dalam populasi sasaran sebanyak 217 Mitra Binaan.
Populasi ini tersebar dalam penyaluran Perjanjian Kerja Sama (PKS)
tahun 2006 Tri Wulan (TW) IV sampai dengan tahun 2008 TW-I. Hasil
statistika deskriptif populasi berdasarkan bearan pinjaman yang
diberikan, adalah sebagai berikut:
Tabel III-10Klas dan Interval Populasi Berdasarkan Pinjaman
49
Class Bin FrequencyI 38.000.000,00 203II 73.000.000,00 12III 108.000.000,00 2
TOTAL 217
(Sumber: CD Divre III, 2008) diolah
3.5.2 Sampel Penelitian
Berikut ini merupakan paparan mengenai ukuran dan teknik
sampling yang akan digunakan.
a. Ukuran Sampel
Dari populasi sasaran sebanyak 217 tersebut, banyaknya
sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 50 Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri. Pengelompokan populasi
dilakukan berdasarkan jumlah pinjaman yang direalisasikan oleh CD
Datel Bandung.
Hal-hal yang mendukung perhitungan ukuran sample ini
adalah sebagai berikut:
1. Sekaran (1992: 254):
In multivariate research, the sample size should be
several times (preferably 10 times or more) as large as
the number of variables in the study.
2. Hotama (2001: 103):
Dari berbagai penelitian yang menggunakan manajer
sebagai respondennya, jumlah sampel yang
50
dipergunakan untuk penelitian sejenis di Indonesia
berkisar antara 50 sampai dengan 90 orang. Pernyataan
ini didukung oleh Indriantoro, 1993; Laksamana, 1995
dan Wignjohartoyo, 1995.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Sehingga, jumlah sampel sebanyak 50, rasio aktual
antara ukuran sampel dengan jumlah variabel yang diteliti kurang lebih
bernilai adalah 12 : 1. Sedangkan rasio aktual antara jumlah sampel
dengan jumlah variabel independen yang diteliti kurang lebih bernilai 16
: 1. Oleh karena itu, jumlah 50 sampel telah memenuhi dua kaidah yang
digunakan di atas.
b.Teknik Sampling
Sampling merupakan teknik pengumpulan data untuk
melakukan generalisasi atas suatu populasi. Pada dasarnya, sampling
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Penarikan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling yaitu salah satu metode dalam
probability samples yang mana memberikan peluang bagi setiap unsur
(anggota) populasi sasaran untuk terpilih.
Menurut Yadolah Dodge (2008: 495) simple random
sampling is sampling method whereby one chooses n units amongst the
N units of a population in such a way that each of the Cn N possible
samples has the same probability of being selected.
3.6 Analisis Data
51
Di dalam suatu penelitian, data memiliki kedudukan yang
penting karena data merupakan penggambaran variabel-variabel yang
akan diteliti dengan menggunakan alat pembuktian hipotesis. Dengan
demikian, keabsahan data merupakan hal yang diprioritaskan. Untuk
mendukung keabsahan data maka instrumen dan pengumpul data harus
memenuhi syarat validity dan reliability. Proses analisis data mengikuti
beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan data, penyiapan data, hingga
interpretasi hasil. Selengkapnya proses tersebut tergambar sebagai
berikut:
Gambar III-12Proses Analisis Data
Pengumpulan Data
Penyimpanan Data
- C Item – Total Correlation - C Alpha
Pengintervalan Data- Methods Of Succesive
IntervalAnalisis Jalur
Pengujian Hipotesis
Interpretasi Hasil
Perhitungan statistika sebagai alat pengolahan data yang akan
digunakan adalah Microsoft Office Excel 2003 dan SPSS 14.0.
3.6.1 Uji Instrumen Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai
sasarannya bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah
data yang tidak valid dan reliabel (Singarimbun, 1989: 122). Oleh
karenanya, pada bagian ini akan dikemukakan bagaimana validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian diuji.
52
a. Uji Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat dugunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi nilai validitas suatu pengujian, maka alat ukur
atau instrumen penelitian semakin mengena pada sasarannya. Dapat juga
diartikan instrumen tersebut menunjukan apa yang seharusnya diukur.
Jika Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
penelitiannya, maka instrumen-instrumen yang disusun pada kuesioner
tersebut merupakan alat pengujian yang harus mengukur apa yang
menjadi tujuan penelitian.
Pengujian validitas yang digunakan adalah validitas item,
yaitu melakukan korelasi skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan skor setiap butir. Teknik korelasi yang digunakan adalah
Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy =∑xiyi - ∑xi∑yi
√{∑xi2-∑xi2}{∑yi
2-∑yi2}
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan angka kritik Tabel Korelasi Nilai r = 0,361. Yakni
melihat basis N-2 pada taraf signifikansi yang diinginkan. Bila hasil
perhitungan lebih besar dari angka kritis, maka pernyataan pada
instrumen penelitian adalah valid atau dalam bahasa statistik dikatakan
memiliki konsistensi internal (internal consistency). Yang dimaksud
konsistensi internal adalah pernyataan-pernyataan tersebut mengukur
aspek yang sama. Sebaliknya, bila hasil perhitungan lebih kecil dari
angka kritis, maka pernyataan tersebut tidak valid. Apabila dalam
53
perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan
pernyataan tersebut kurang baik susunan kata-kata atau kalimatnya
sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda
Dalam penelitian ini, jumlah responden untuk pengujian
validitas dan reliabilitas kuesioner adalah 30 responden. Berikut ini
adalah hasil pengujian validitas item/ instrumen penelitian:
Tabel III-11Hasil Uji Validitas
No.
Var
iabe
l
Inst
rum
en
Ska
la
Kor
elas
i S
kor
Item
te
rhad
ap
r K
riti
s
Ket
eran
gan
1 Entrepreneurial
A 1 Ordinal
0,722 0,361
Valid
2Competencies
A 2 Ordinal
0,722 0,361
Valid
3 A 3 Ordinal
0,741 0,361
Valid
4 A 4 Ordinal
0,790 0,361
Valid
5 A 5 Ordinal
0,783 0,361
Valid
6 A 6 Ordinal
0,794 0,361
Valid
7 A 7 Ordinal
0,787 0,361
Valid
8 A 8 Ordinal
0,755 0,361
Valid
9 A 9 Ordinal
0,734 0,361
Valid
10 A 10
Ordinal
0,762 0,361
Valid
(bersambung)
54
(sambungan)11 A 1
1Ordina
l0,661 0,36
1Valid
12 A 12
Ordinal
0,739 0,361
Valid
13 A 13
Ordinal
0,708 0,361
Valid
14 A 14
Ordinal
0,704 0,361
Valid
15 A 15
Ordinal
0,706 0,361
Valid
16 A 16
Ordinal
0,662 0,361
Valid
17Competitive
A 17
Ordinal 0,763
0,361
Valid
18Scope
A 18
Ordinal 0,623
0,361
Valid
19 A 19
Ordinal 0,725
0,361
Valid
20 A 20
Ordinal 0,776
0,361
Valid
21 A 21
Ordinal 0,769
0,361
Valid
22 A 22
Ordinal 0,807
0,361
Valid
23 A 23
Ordinal 0,839
0,361
Valid
24 A 24
Ordinal 0,844
0,361
Valid
25 A 25
Ordinal 0,696
0,361
Valid
26 A 26
Ordinal 0,675
0,361
Valid
27 A 27
Ordinal 0,420
0,361
Valid
28 A 28
Ordinal 0,648
0,361
Valid
29 A 2 Ordina 0,535 0,36 Vali
55
9 l 1 d30
OrganizationA 3
0Ordina
l 0,8050,361
Valid
31Capabilities
A 31
Ordinal 0,695
0,361
Valid
32 A 32
Ordinal 0,716
0,361
Valid
33 A 33
Ordinal 0,717
0,361
Valid
34 A 34
Ordinal 0,803
0,361
Valid
35 A 35
Ordinal 0,681
0,361
Valid
36 A 36
Ordinal 0,819
0,361
Valid
37Kinerja
B 3 Ordinal 0,536
0,361
Valid
38Usaha Kecil
B 6 Ordinal 0,668
0,361
Valid
39 B 9 Ordinal 0,691
0,361
Valid
40 B 12
Ordinal 0,784
0,361
Valid
41 B 14
Ordinal 0,446
0,361
Valid
42B
1 Interval 0,398
0,361
Valid
43B
2 Interval 0,608
0,361
Valid
44B
4 Interval 0,491
0,361
Valid
45B
5 Interval 0,653
0,361
Valid
(bersambung)(sambungan)
46B
7 Interval 0,483
0,361
Valid
47 B 8 Interva 0,644 0,36 Vali
56
l 1 d48
B10
Interval 0,495
0,361
Valid
49B
11
Interval 0,616
0,361
Valid
50B
13
Interval 0,520
0,361
Valid
Nilai korelasi (r) skor item/ istrumen terhadap skor total lebih
besar dari 0,361 sehingga seluruh instrumen dalam angket dinyatakan
valid atau mampu mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian
yang akan dilakukan.
b.Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan seberapa besar
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu
alat pengukur dipakai berulang-ulang untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur fenomena yang sama.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00 dan sebagaimana dikemukakan oleh Kapalan et al (1993:
126) nilai yang baik adalah minimal 0,7. Metode yang akan digunakan
adalah Alpha Cronbach Coeficient dengan rumus sebagai berkut:
R = α =N
xS2 - ∑S2
i
N – 1 S
Dimana: R = α = Koefisien reliabilitas cronbach.S2 = Varians skor keseluruhan.
57
S2 i = Varians item ke-1.
N = Banyaknya jumlah item.
Nilai varians diperoleh dari rumus sebagai berikut:
S2 =1
∑(X1 – X)2
n(n – 1)
Semakin besar nilai reliabilitas (semakin mendekati angka 1),
maka semakin tinggi tingkat kepercayaan instrumen tersebut. Kriteria
Rules of Thumb about Cronbach’s Alpha Coeficient Size menurut Hair,
et al (2003: 172) yang mengkategorisasikan reliabilitas instrumen
penelitian, adalah sebagai berikut:
1. ” R < 0,60 : Poor2. 0,60 < R < 0,70: Moderate3. 0,70 < R < 0,80: Good4. 0,80 < R < 0,90: Very Good5. 0,90 < R < 1,00: Excellent”
Hasil uji reliabilitas dengan berpedoman pada kriteria Rules
of Thumbs about Cronbach’s Alpha Coeficient Size adalah sebagai
berikut:
Tabel III-12Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha KeteranganEntrepreneurial Competencies 0,954 ExcellentCompetitive Scope 0,936 ExcellentOrganization Capabilities 0,917 ExcellentKinerja Usaha Kecil 0,824 Very Good
Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa variabel
entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization
capabilities memiliki tingkat kelayakan excellent, sedangkan variabel
58
kinerja usaha memiliki tingkatan kelayakan very good untuk dilakukan
pengujian secara berulang-ulang
3.6.2 Analisis Deskriptif Profil Responden
Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran
dari data yang telah dikumpulkan dari setiap instrumen penelitian. Data
yang terkumpul disajikan melalui dalam bentuk tabel atau grafik.
Analisis deskriptif pada penelitian ini akan menjelaskan profil individu
responden (Pemilik Usaha Kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri) meliputi: tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan usia.
Sedangkan profil usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri meliputi: lapangan usaha yang digeluti, besaran pinjaman dan
lama berdirinya usaha.
3.6.3 Transformasi Data
Mengingat analisis yang digunakan adalah analisis jalur,
maka dipersyaratkan bahwa skala pengukuran yang dipakai sekurang-
kurangnnya adalah skala interval. Karena data yang diperoleh dari
instrumen penelitian adalah data ordinal, maka untuk bisa melanjutkan
proses analisis jalur, data dalam bentuk skala ordinal tersebut dinaikan
(ditransformasikan) terlebih dahulu ke dalam skala interval
menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah
untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi setiap pilihan jawaban
per instrumen yang diajukan.
b. Menghitung proporsi setiap pilihan jawaban
per instrumen yang diajukan.
59
c. Menghitung proporsi kumulatif untuk setiap
pertanyaan berdasarkan proporsi hitungnya.
d. Menentukan nilai batas Z untuk setiap pilihan
jawaban untuk setiap instrumen .
e. Menghitung scale value (nilai interval
rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut:
Scale Value =Kepadatan batas bawah – kepadatan batas atas
Daerah di bawah batas atas – daerah di bawah batas bawah
f. Menghitung skor (nilai hasil transformasi)
untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:
Skor = scale value + [scale value] +1
3.6.4 Analisis Deskriptif Instrumen Pertanyaan
Berikut ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan
untuk menginformasikan jawaban responden:
a. Rataan Hitung
Setelah transformasi data dari skala ordinal menjadi interval,
langkah selanjutnya adalah mengolah data interval tersebut per
instrumen pertanyaan. Sehingga nantinya akan dapat ditarik suatu
generalisasi terhadap populasi. Generalisasi ini dapat dilakukan karena
teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yang
merupakan bagian dari probabilistik sampling.
b. Diagram Performansi dan Cross Tab
Untuk instrumen tertentu akan diolah menggunakan
performance diagram dan cross tabulation sehingga nantinya akan
60
dapat menggambarkan atribut yang hendak diteliti terhadap kondisi riil
dari sampel.
Dalam performance diagram dan cross tabulation, akan ada
empat kuadran yang timbul akibat matrikulasi instrumen. Selanjutnya
rataan hitung akan digunakan untuk batas kategorisasi pada sumbu
vertikal dan horizontal. Sehingga format performance diagram dan
cross tabulation dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel III-13Format Diagram Performansi
Rendah Tinggi
Tinggi II I
Rendah III IV
Dimana:
Kuadran I: Dipertahankan.
Kuadran II dan III: Ditingkatkan secukupnya.
Kuadran IV: Ditingkatkan segera.
c. Pengujian Non-Parametrik
Penujian non-parametrik digunakan untuk menguji tingkat
signifikansi pertumbuhan kinerja usaha sebelum dan sesudah diberi
bantuan pinjaman. Pengujian ini akan menggunakan Wilcoxson Signed
Ranks Test.
Karena jumlah sampel adalah 50 responden (lebih dari 25),
maka distribusinya mendekati distribusi normal. Dengan demikian nilai
distribusi yang digunakan untuk menguji ada tidaknya peningkatan
kinerja secara signifikan adalah nilai distribusi Z.
61
Adapun kriteria adanya peningkatan kinerja secara signifikan
atau sebaliknya adalah jika Zhitung > Ztabel, maka kesimpulan yang diambil
adalah “ada peningkatan kinerja instrumen X secara signifikan”.
3.6.5 Analisis Jalur
Dalam penelitian, terutama penelitian sosial, peneliti tidak
semata-mata hanya mengungkapkan hubungan antar variabel sebagai
terjemahan statistika dari hubungan antar variabel alami. Namun akan
lebih baik jika peneliti memfokuskan untuk mengungkapkan hubungan
kausal antar variabel.
Telaahan statistika yang sesuai untuk mengungkapkan
hubungan antar variabel adalah sebagai berikut:
a. Analisis Jalur (Path Analysis): umumnya
digunakan jika data dalam variabel telah di
transformasikan ke dalam data interval.
b. Teknik Elaborasi (Elaboration Technique)
umumnya digunakan jika data dalam variabel berbentuk
nominal.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, penelitian ini akan
menggunakan Analisis Jalur. Analisis Jalur dikembangkan oleh Sewall
Wright yang menganalisis hubungan kausal dengan tujuan memisahkan
pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel yang
menjadikannya penyebab dan akibat.
62
Pada analisis jalur, digunakan dua buah lambang yaitu: X, Y
dan є. Istilah yang biasanya digunakan adalah variabel eksogen sebagai
variabel penyebab dan variabel endogen sebagai variabel akibat.
Faktor-faktor lain yang merupakan variabel eksogen yang
tidak sengaja kita ukur disebut variabel implisit yang dilambangkan
dengan є dan dibedakan dengan sub-script (є1,…,єk). Adapun bentuk
persamaan jalur adalah sebagai berikut:
Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + … + ρyxk xk + є
Dimana:
ρ = Koefisien jalur antara variabel eksogen dan endogen.
є = Variabel implisit (residu)
Berdasarkan paparan di atas, secara garis besar path diagram
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar III-13Path Diagram Konseptual Penelitian
63
Competitive Scope
Entrepreneurial Competencies
Organization Capabilities
Kinerja Usaha
?yx2
?yx1
?yx3
??y?
rx1x2
rx2x3
rx1x3
Dengan demikian, persamaan struktural yang akan dicari
besarannya dengan berpedoman kepada rumusan ”Variabel Endogen =
Variabel Eksogen + Variabel Endogen+ Variabel Implisit” adalah
sebagai berikut:
a. Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρyx2 X3 + є
b. Y = ρyx1 X1 + є1
c. Y = ρyx2 X2 + є2
d. Y = ρyx3 X3 + є3
3.7 Pengujian Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari hupo yang berarti lemah dan tesis
yang berarti pernyataan. Dengan demikian, hipotesis berarti pernyataan
64
yang lemah. Hal tersebut dikarenakan hipotesis merupakan pernyataan
yang belum diuji dan bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya
melalui penelitian.
Berdasar pada kerangka pemikiran penelitian ini,
dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. Pengaruh entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities terhadap kinerja usaha secara simultan.
Ho: Tidak ada pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities dengan variabel kinerja usaha.
ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 = 0H1: Ada pengaruh secara simultan dan signifikan
antara variabel entrepreneurial competencies, competitive scope dan organization capabilities berpengaruh dengan variabel kinerja usaha.
Minimal salah satu dari ρyx1 , ρyx2 , atau ρyx3 ≠ 0
b. Pengaruh variabel competitive scope terhadap kinerja usaha secara parsial.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel competitive scope dengan kinerja usaha.
ρyx1 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel competitive scope dengan kinerja usaha.ρyx1 ≠ 0
c. Pengaruh entrepreneurial competencies terhadap kinerja usaha secara parsial.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan
65
antara variabel entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
ρyx2 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
ρyx2 ≠ 0
d. Hipotesis secara parsial pengaruh organization capabilities dengan kinerja usaha.
Ho: Tidak ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel organization capabilities dengan kinerja usaha.
ρyx3 = 0H1: Ada pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel organization capabilities dengan kinerja usaha.
ρyx3 ≠ 0
Hasil dari path analysis sesuai dengan rumusan pada sub bab
sebelumnnya akan menentukan apakah hipotesis pada penelitian ini
diterima atau ditolak. Adapun kaidah diterima atau ditolaknya hipotesis
nol, adalah sebagai berikut:
a. Kaidah pengujian koefisien jalur simultan.
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak.
b. Kaidah pengujian koefisien jalur parsial.
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
66
Bab IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden menggambarkan profil Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri. Analisis yang dilakukan
mencakup karakteristik individu dan karakteristik usaha yang dimiliki.
4.1.1. Profil Individu
67
Profil individu merupakan gambaran karakteristik responden
yang mencakup : tingkat pendidikan, jenis kelamin dan usia pemilik
usaha.
a. Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
menggambarkan seberapa tinggi keragaman latar belakang pengetahuan
yang ditempuh melalui jalur formal. Adapun rincian karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-14Tingkat Pendidikan Formal Responden
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase1. Tdak Tamat SD 10 20,00%2. SD 4 8,00%3. SLTP 2 4,00%4. SLTA 19 38,00%5. Diploma 0 0,00%6. Strata-1 13 26,00%7. Strata-2 2 4,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di pada Tabel IV-1 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-14Tingkat Pendidikan Formal Responden
20,00%
8,00%
4,00%
38,00%
0,00%
26,00%
4,00%
0% 10% 20% 30% 40%
Tdak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Strata 1
Strata 2Tin
gkat
Pen
did
ikan
Persentase
68
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan formalnya,
menunjukan bahwa posisi tiga besar tingkat pendidikan responden
adalah 19 responden (38,00%) berpendidikan tamatan SLTA, 13
responden (26,00%) berpendidikan Sarjana Strata-1 serta 10 responden
(20,00%) tidak tamat SD. Rata-rata tingkat pendidikan responden adalah
tamatan SLTA.
b. Jenis Kelamin
Data profil individu responden yang dikategorisasikan
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel IV-15Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase1. Pria 36 72,00%2. Wanita 14 28,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di atas disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar IV-15Jenis Kelamin Responden
72,00%
28,00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Pria
WanitaJen
is K
elam
in
Persentase
69
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukan bahwa
sebanyak 36 responden (72,00%) adalah pria sedangkan sisanya
sebanyak 14 responden (28,00%) adalah wanita.
c. Usia
Data profil individu responden yang dikategorisasikan
berdasarkan usia disajikan menggunakan kategori yang dikemukakan
oleh Hurlock (1991) dalam Riyanti (2003) bahwa perkembangan karir
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok usia yaitu: usia dewasa awal,
dewasa madya dan dewasa akhir. Hasil pengelompokan data usia
responden adalah sebagai berikut:
Tabel IV-16Usia Responden
No. Rentang Usia Kategori Frekuensi Persentase1. 17,5 - 39,5 tahun Dewasa Awal 14 28,00%2. 39,5 - 59,5 tahun Dewasa Madya 34 68,00%3. > 59,5 tahun Dewasa Akhir 2 4,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di pada Tabel IV-3 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-16Usia Responden
70
28,00%
68,00%
4,00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
17,5 - 39,5 tahun
39,5 - 59,5 tahun
> 59,5 tahun
Ren
tan
g U
sia
Persentase
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai
karakteristik responden berdasarkan usia, menunjukan bahwa sebanyak
14 responden (28,00%) dikategorikan memasuki usia dewasa awal, 34
responden (68,00%) dikategorisasikan memasuki usia dewasa madya,
dan sebanyak 2 responden (4,00%) dikategorisasikan memasuki usia
dewasa akhir. Rata-rata usia responden adalah 30 tahun sehingga masuk
ke dalam kategori dewasa madya.
4.1.2. Profil Usaha
Profil usaha merupakan gambaran karakteristik usaha
responden yang mencakup : lapangan usaha dan besar pinjaman.
a. Lapangan Usaha
Data sektor usaha responden yang dikategorisasikan
berdasarkan lapangan usaha disajikan menggunakan kategorisasi dari
Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) bahwa penggolongan
lapangan usaha sektor menengah adalah sebagai berikut:
1. Industri makanan, minuman dan tembakau.
2. Industri tekstl, pakaian jadi dan kulit.
3. Industri kayu
4. Industri kertas.
71
5. Industri kimia.
6. Industri barang galian bukan logam.
7. Industri logam dasar.
8. Industri barang dari logam dan mesin.
9. Industri pengolahan lainnya.
Namun karena belum adanya kategori pasti yang
mengelompokan lapangan usaha untuk sektor usaha kecil, maka penulis
mengambil beberapa kategori yang dari KLUI ditambahkan dengan
lapangan usaha lainnya yang tidak terdefinisikan dengan kriteria KLUI.
Hasil pengelompokan data lapangan usaha responden adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-17Lapangan Usaha Responden
No. Lapangan Usaha Frekuensi Persentase1. Industri Makanan dan Minuman 11 22,00%2. Industri Kerajinan Tangan 9 18,00%3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 19 38,00%4. Industri Alas Kaki 7 14,00%5. Industri Kayu 1 2,00%6. Industri Kertas 1 2,00%7. Industri Bahan Bangunan 0 0,00%8. Industri Lainnya 2 4,00%
Jumlah 50 100,00%
Data di pada Tabel IV-4 disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar IV-17Lapangan Usaha Responden
72
22,00%
18,00%
14,00%
2,00%
2,00%
0,00%
4,00%
38,00%
0% 10% 20% 30% 40%
Industri Makanan/ Minuman
Industri Kerajinan Tangan (Handycraft)
Industri Tekstil Pakaian)
Industri Alas Kaki
Industri Kayu
Industri Kertas
Industri Bahan Bangunan
Industri Lainnya
Lap
ang
an U
sah
a
Persentase
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai sektor
usaha responden berdasarkan lapangan usahanya, menunjukan bahwa
posisi tiga besar lapangan usaha yang dijalani responden adalah 19
usaha responden (38,00%) bergerak dalam industri tekstil (pakaian), 11
usaha responden (22,00%) bergerak dalam industri makanan dan/ atau
minuman serta 9 usaha responden (18,00%) bergerak dalam industri
kerajinan tangan.
b. Besar Pinjaman
Data profil usaha responden yang dikategorisasikan
berdasarkan pinjaman yang diberikan pihak CD Datel Bandung
disajikan menggunakan kategorisasi yang telah dipaparkan dalam
populasi sampling pada Bab III Tabel III-10 sebagai berikut:
Tabel IV-18Besar Pinjaman
No. Besar Pinjaman (dalam Rupiah) Frekuensi Persentase1. 0 - 38.000.000 45 90,00%2. 39.000.000 - 73.000.000 4 8,00%
73
3. 74.000.000 - 108.000.000 1 2,00%Jumlah 50 100,00%
Data di atas disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar IV-18Besar Pinjaman
90,00%
8,00%
2,00%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Antara 0 s/d38.000.000
Antara 39.000.000 s/d73.000.000
Antara 74.000.000 s/d107.000.000
Bes
ar P
inja
man
Persentase
Dari pengolahan data secara deskriptif mengenai besar
pinjaman yang diberikan CD Datel Bandung menunjukan bahwa
sebanyak 45 usaha yang dimiliki responden (90,00%) menerima
pinjaman antara Rp. 0,00 sampai dengan Rp. 38,00 juta, 4 usaha
(8,00%) memerima pinjaman antara Rp. 39,00 juta sampai dengan Rp.
73,00 juta dan 1 usaha (2,00%) menerima pinjaman sampai dengan Rp.
108,00 juta. Rata-rata besaran pinjaman adalah Rp. 19,00 juta sehingga
masuk dalam kategori pinjaman satu.
4.2. Hasil Pengolahan Data Deskriptif
Hasil pengolahan data secara deskriptif terhadap variabel-
variabel penelitian adalah sebagai berikut:
4.2.1. Competitive Scope
74
Variabel competitive scope mendiagnosis persepsi responden
terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengelola dimensi
eksternal usahanya. Pada variabel competitive scope ini terdapat
dimensi-dimensi yang selanjutnya atribut dan instrumen dari masing-
masing dimensi tersebut diolah secara deskriptif.
Pilihan jawaban responden berupa persepsi atas kemampuan
yang dimilikinya diukur menggunakan skala ordinal dalam kalimat
positif dengan pilihan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1.
2. Tidak Setuju (TS) skor 2.
3. Setuju (S) skor 3.
4. Sangat Setuju (SS) skor 4.
Beberapa atribut dan instrumen mengukur persepsi
responden terhadap market attractveness diukur menggunakan skala
ordinal dalam kalimat negatif dengan pilihan jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Lemah (SL) dan Sangat Mudah (SM) skor 4.
2. Lemah (L) dan Mudah (M) skor 3.
3. Kuat (K) dan Sulit (S) skor 2.
4. Sangat Kuat (SK) dan Sangat Sulit (SS) skor 1.
Untuk dapat memberi kesimpulan atas jawaban responden
digunakan rata-rata hitung sebagai parameternya untuk setiap instrumen
yang ada. Perhitungan parameter menggunakan rumus
interval kelas sebagai berikut:
Class Width = Range
Number of Classes
75
Berdasarkan rata-rata hitung tersebut, kategorisasi yang
digunakan untuk mengukur setiap atribut dan instrumen berkalimat
positif adalah sebagai berikut:
1. Sangat Buruk (-SB) interval I.
2. Buruk (-B) interval II.
3. Baik (B) interval III.
4. Sangat Baik (SB) interval IV.
Sedangkan kategorisasi yang digunakan untuk mengukur
setiap atribut dan instrumen berkalimat negatif adalah sebagai berikut:
1. Sangat Lemah (SL) dan Sangat Mudah (SM)
interval 1.
2. Lemah (L) dan Mudah (M) interval 2.
3. Kuat (K) dan Sulit (S) interval 3.
4. Sangat Kuat (SK) dan Sangat Sulit (SS) interval 4.
Berikut ini adalah analisis deskriptif atribut dan instrumen
dari variabel competitive scope:
a. Market Heterogeneity
Berikut ini adalah upaya responden untuk mengenal market
heterogeneity usaha yang dimilikinya berupa tingkat keinginan dan
tingkat pemahaman karakteristik pasar usahanya:
1. Pencarian Informasi Pasar
Tingkat keinginan responden untuk mengetahui keinginan
pelanggan melalui informasi pasar adalah sebagai berikut:
Tabel IV-19Tingkat Keinginan Responden untuk Mengetahui Keinginan
Pelanggan Melalui Informasi Pasar
76
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 3 6,00% 1,80T. Setuju 14 28,00% 2,61Setuju 19 38,00% 3,41 3,00S. Setuju 14 28,00% 4,21Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-19 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 19 responden (38,00%) setuju bahwa mereka berupaya
mengetahui keinginan pelanggan melalui informasi pasar.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,00 dapat disimpulkan bahwa 66,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki keinginan yang tinggi (di atas rataan)
dalam mencari tahu keinginan pelanggan melalui informasi pasar.
Sisanya 34,00% perlu ditumbuhkan tingkat keinginannya agar
dikategorisasikan baik.
2. Pemahaman Karakteristik
Tingkat pemahaman responden untuk dapat memahami
keanekaragaman karakteristik pelanggan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-20Tingkat Kemampuan Responden untuk Dapat Memahami
Keanekaragaman Karakteristik Pelanggan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 0 0,00% 1,58T. Setuju 13 26,00% 2,17Setuju 21 42,00% 2,75 2,25S. Setuju 16 32,00% 3,34Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-20 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 21 responden (42,00%) setuju bahwa mereka memiliki
77
kemampuan untuk mengenal keanekaragaman karakteristik
pelanggannya.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,25 dapat disimpulkan bahwa 34,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki tingkat pemahaman yang tinggi (di
atas rataan) dalam mengenal keanekaragaman karakteristik
pelanggannya. Sisanya 66,00% perlu ditingkatkan kemampuan agar
dapat dikategorikan baik.
3. Diagram Performansi Market Heterogeneity
Berikut ini adalah diagram performansi tingkat keinginan dan
pemahaman responden terhadap market heterogeneity pada usaha yang
dimilikinya:
Gambar IV-19Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market
Heterogeneity pada Usaha yang Dimilikinya
78
Sangat Rendah Sangat Tinggi
San
gat R
enda
hS
anga
t Tin
ggi
III
III IV
Dari Gambar IV-19, menunjukan bahwa Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri ada yang tingkat keinginan dan
tingkat pemahamannya sangat tinggi serta ada pula yang tingkat
keinginan dan tingkat pemahamannya sangan rendah. Rincian analisis
deskriptif market heterogeneity yang disajikan dalam cross tabulation
adalah sebagai berikut:
Tabel IV-21Tingkat Keinginan dan Pemahaman Responden terhadap Market
Heterogeneity pada Usaha yang DimilikinyaTingkat Pemahaman
Rendah Tinggi
Tingkat Tinggi 16 17
Keinginan Rendah 17 0
Dari tabel Tabel IV-21, proporsi market heterogeneity
berdasarkan lapangan usaha adalah sebagai berikut:
79
Tabel IV-22Proporsi Market Heterogeneity berdasarkan Lapangan Usaha
Kuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 3 5 3 - 11
2 Industri Kerajinan Tangan 3 2 4 - 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 5 7 7 - 19
4 Industri Alas Kaki 5 - 2 - 7
5 Industri Kayu 1 - - - 1
6 Industri Kertas - 1 - - 1
7 Industri Bahan Bangunan - - - - -
8 Industri Lainnya - 1 1 - 2
Jumlah 17 16 17 - 50
% 34,00 32,00 34,00 0,00
Berdasarkan Tabel IV-22 di atas, yang perlu diberikan
perhatian khusus untuk peningkatan keinginan dan kemampuan
pengenalan karakteristik pasar adalah industri tekstil karena memiliki
rentang paling besar antara kuadran I dengan kuadran III yakni sebanyak
2 Mitra Binaan.
b. Technological Sophistication
Berikut ini adalah technological sophistication yang dipilih
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri:
1. Kecepatan Penerapan Teknologi
Upaya responden dalam menerapkan teknologi secara cepat
adalah sebagai berikut:
Tabel IV-23Upaya Responden dalam Menerapkan Teknologi secara Cepat
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan
80
S. Lamban 5 10,00% 1,69Lamban 11 22,00% 2,39Cepat 16 32,00% 3,08 2,73S. Cepat 18 36,00% 3,77Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-23 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 18 responden (36,00%) beranggapan bahwa
mereka berupaya menerapkan teknologi pada usahanya secara cepat.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,73 dapat disimpulkan bahwa 36,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri berupaya menerapkan teknologi dengan cepat
(di atas rataan). Sisanya 64,00% perlu ditingkatkan kemampuannya
menerapkan teknologi secara cepat agar dapat dikategorikan baik.
2. Ketepatan Penerapan Teknologi
Persepsi responden terhadap tingkat ketepatan penggunaan
teknologi pada usahanya sebagai berikut:
Tabel IV-24Persepsi Responden terhadap Tingkat Ketepatan Penggunaan
TeknologiPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan
S. T. Tepat 5 10,00% 1,67T. Tepat 9 18,00% 2,35Tepat 16 32,00% 3,02 2,75S. Tepat 20 40,00% 3,70Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-24 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 40,00% beranggapan bahwa teknologi yang mereka terapkan
pada usahanya tepat.
81
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,75 dapat disimpulkan bahwa 42,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri berupaya menerapkan teknologi secara tepat.
Sisanya 58,00% perlu ditingkatkan kemampuan menerapkan teknologi
secara tepat agar dapat dikategorikan baik.
3. Diagram Performansi Technological Sophistication
Berikut ini adalah diagram performansi tingkat kecepatan
dan ketepatan penerapan teknologi pada usaha yang dimilikinya:
Gambar IV-20Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri
Sangat Tidak Tepat Sangat Tepat
San
gat L
amba
nS
anga
t Cep
at
III
III IV
Dari gambar Gambar IV-20, menunjukan bahwa Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri cenderung menerapkan
teknologi secara lamban dan tidak tepat. Rincian analisis deskriptif
technological sophistication adalah sebagai berikut:
82
Tabel IV-25Tingkat Kecepatan dan Ketepatan Penerapan Teknologi pada Usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri
Tingkat KetepatanRendah Tinggi
Tingkat Tinggi 3 15Kecepata
n Rendah 26 6
Dari Tabel IV-25, proporsi technological sophistication
berdasarkan lapangan usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-26Proporsi Technological Sophistication Berdasarkan Lapangan
UsahaKuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 4 - 5 2 11
2 Industri Kerajinan Tangan 3 - 5 1 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 4 1 13 1 19
4 Industri Alas Kaki 3 1 2 1 7
5 Industri Kayu - - - 1 1
6 Industri Kertas 1 - - - 1
7 Industri Bahan Bangunan - - - - 0
8 Industri Lainnya - 1 1 - 2
Jumlah 15 3 26 6 50
% 0,30 0,06 0,52 0,12
Berdasarkan Tabel IV-26, yang perlu diberikan perhatian
khusus untuk peningkatan kecepaan dan ketepatan penerapan teknologi
adalah industri tekstil (pakaian) karena memiliki rentang paling besar
antara kuadran I dengan kuadran III yaini 9 Mitra Binaan.
c. Market Attractiveness
83
Berikut ini adalah kondisi market attractiveness sektor
industri Mitra Binaan Telkom Datel Bandung:
Tabel IV-27Market Attractiveness Sektor Industri Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung
Market AttractivenessRataa
nIdea
l KategoriPendatang baru 2,85 3,95 SulitProduk pengganti 2,14 3,29 LemahNegosiasi dengan pembeli 2,10 3,49 LemahNegosiasi dengan pemasok 2,10 3,34 LemahPesaing 2,87 4,02 Kuat
Dari Tabel IV-27, menunjukan bahwa Mitra Binaan Telkom
Datel Bandung sektor industri umumnya (3 dari 5 kategori) memiliki
peta persaingan pasar yang unattractive. Rincian analisis deskriptif
market attractive adalah sebagai berikut:
1. Pendatang Baru
Persepsi responden terhadap tingkat kesulitan pendirian
usaha sejenis adalah sebagai berikut:
Tabel IV-28Persepsi Responden terhadap Tingkat Kesulitan Pendirian Usaha
SejenisPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. Mudah 4 8,00% 1,74Mudah 16 32,00% 2,48Sulit 14 28,00% 3,22 2,85 SulitS. Sulit 16 32,00% 3,95Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-28 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 16 responden (32,00%) berpendapat sangat
84
sulit dan berpendapat mudah untuk mendirikan usaha sejenis seperti
yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan bahwa 60,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki lapangan usaha yang sulit untuk ditiru
oleh pandatang baru. Sisanya 40,00% memiliki lapangan usaha yang
mudah ditiru.
2. Produk Pengganti
Persepsi responden terhadap tingkat ancaman dari produk
pengganti adalah sebagai berikut:
Tabel IV-29Persepsi Responden terhadap Tingkat Ancaman dari Produk
PengantiPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. Lemah 15 30,00% 1,57Lemah 9 18,00% 2,15 2,14 LemahKuat 11 22,00% 2,72S. Kuat 15 30,00% 3,29Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-29 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 15 responden (30,00%) berpendapat ancaman
produk subsitusi sangat kuat dan sangat lemah terhadap produk yang
mereka hasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,14 dapat disimpulkan bahwa 52,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki ancaman yang lemah dari produk
pengganti. Sisanya 48,00% memiliki ancaman yang kuat dari produk
pengganti.
85
3. Negosiasi dengan Pembeli
Persepsi responden terhadap kekuatan bernegosiasi dengan
pembeli adalah sebagai berikut:
Tabel IV-30Persepsi Responden terhadap Kekuatan Bernegosiasi dengan
PembeliPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. Lemah 16 32,00% 1,62Lemah 10 20,00% 2,25 2,10 LemahKuat 14 28,00% 2,87S. Kuat 10 20,00% 3,49Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-30 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 16 responden (32,00%) beranggapan bahwa mereka memiliki
kekuatan bernegosiasi yang sangat lemah dengan pembeli.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,10 dapat disimpulkan bahwa 48,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kekuatan negosiasi yang kuat dengan
pembeli. Sisanya 52,00% memiliki kekuatan negosiasi yang lemah.
4. Negosiasi dengan Pemasok
Persepsi responden terhadap kekuatan bernegosiasi dengan
pemasok adalah sebagai berikut:
Tabel IV-31Persepsi Responden terhadap Kekuatan Bernegosiasi dengan
Pemasok
86
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. Lemah 16 32,00% 1,58Lemah 10 20,00% 2,17 2,10 LemahKuat 11 22,00% 2,75S. Kuat 13 26,00% 3,34Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-31 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 16 responden (32,00%) beranggapan bahwa mereka memiliki
kekuatan bernegosiasi yang sangat lemah dengan pemasok.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,10 dapat disimpulkan bahwa 48,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kekuatan negosiasi yang kuat dengan
pemasok. Sisanya 52,00% memiliki kekuatan negosiasi yang lemah.
5. Pesaing
Persepsi responden terhadap persaingan pada lapangan usaha
sejenis adalah sebagai berikut:
Tabel IV-32Persepsi Responden terhadap Persaingan pada Lapangan Usaha
SejenisPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. Lemah 4 8,16% 1,00Lemah 14 28,57% 2,01Kuat 14 28,57% 3,01 2,87 KuatS. Kuat 17 34,69% 4,02Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-32 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,69%) beranggapan bahwa persaingan pada
lapangan usaha sejenis sangat kuat.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,87 dapat disimpulkan bahwa 62,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
87
Bandung sektor industri memiliki persaingan yang kuat pada lapangan
usaha sejenis. Sisanya 38,00% memiliki persaingan yang lemah.
d. Product/ Industry Life-Cycle
1. Pengetahuan terhadap Tahapan Siklus Produk
Persepsi pengetahuan responden terhadap tahapan dari setiap
produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-33Persepsi Pengetahuan Responden terhadap Tahapan dari Setiap
Produk yang DihasilkanPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 1 2,00% 1,87T. Setuju 13 26,00% 2,74Setuju 18 36,00% 3,61 3,43 BaikS. Setuju 18 36,00% 4,48Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-33 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 18 responden (36,00%) berpendapat sangat
setuju dan setuju bahwa mereka menetahui tahapan setiap produk yang
dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,43 dapat disimpulkan bahwa 36,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki pengetahuan yang baik (di atas rataan)
terhadap tahapan setiap produk yang dihasilkan. Sisanya 64,00%
pengetahuannya perlu ditingkatkan untuk bisa mencapai kategori baik.
e. Market Demand
1. Segmentasi Permintaan
88
Upaya responden dalam menggolongkan permintaan
berdasarkan kriteria tertentu adalah sebagai berikut:
Tabel IV-34Upaya Responden dalam Menggolongkan Permintaan Berdasarkan
Kriteria TertentuPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 1 2,04% 1,13T. Setuju 6 12,24% 2,27Setuju 26 53,06% 3,40 3,35 BaikS. Setuju 16 32,65% 4,54Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-34 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 26 responden (53,06%) setuju bahwa mereka melakukan
prnggolongan permintaan berdasarkan kriteria tertentu.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,35 dapat disimpulkan bahwa 32,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki pengetahuan yang baik (di atas rataan)
dalam menggolongkan permintaan berdasarkan ktiteria tertentu. Sisanya
68,00% kemampuan untuk menggolongkan permintaannya perlu
ditingkatkan agar mencapai kategori baik.
f. Competitive Concentration
Berikut ini adalah competitive concentration yang dipilih
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri:
1. Keunggulan Bersaing
89
Upaya responden menciptakan keunggulan bersaing dengan
menciptakan produk yang semurah mungkin (dengan resiko
mengorbankan kualitas) adalah sebagai berikut:
Tabel IV-35Upaya Responden Menciptakan Keunggulan Bersaing dengan
Menciptakan Produk yang Semurah Mungkin
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 1 2,00% 1,83T. Setuju 11 22,00% 2,66Setuju 16 32,00% 3,50 3,43S. Setuju 22 44,00% 4,33Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-35 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) sangat setuju dengan pilihan
menciptakan produk dengan harga sangat murah.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,43 dapat disimpulkan bahwa 56,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memilih menciptakan keunggulan bersaing
pada produk dengan harga murah. Sisanya 44,00% memilih
menciptakan produk dengan harga tinggi.
2. Cakupan Keunggulan
Upaya responden menciptakan keunggulan bersaing dengan
menciptakan produk yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan
adalah sebagai berikut:
Tabel IV-36
90
Upaya Responden Menciptakan Keunggulan Bersaing dengan Menciptakan Produk yang Dapat Digunakan oleh Berbagai
Kalangan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 2 4,00% 1,77T. Setuju 8 16,00% 2,55Setuju 20 40,00% 3,32 3,12S. Setuju 20 40,00% 4,10Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-36 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 20 responden (40,00%) berpendapat sangat
setuju dan setuju dengan pilihan menciptakan produk yang dapat
digunakan oleh berbagai kalangan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,12 dapat disimpulkan bahwa 60,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memilih menciptakan keunggulan bersaing
dengan menciptakan produk yang dapat dijual pada pasar tertentu saja.
Sisanya 40,00% lebih memilih menciptakan produk yang bisa dijual
pada pasar secara luas.
3. Diagram Performansi Competitive Concentration
Berikut ini adalah competitive advantage dan competitive
concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri:
Gambar IV-21
91
Competitive Concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung Sektor Industri
Pasar Terbatas Pasar Luas
Har
ga R
enda
hH
arga
Tin
ggi
III
III IV
Dari Gambar IV-21, menunjukan bahwa Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri cenderung memilih competitive
concentration usahanya pada penerapan strategi pasar terbatas dengan
harga rendah. Rincian analisis deskriptif competitive concentration
adalah sebagai berikut:
Tabel IV-37Competitive Concentration Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
Sektor IndustriCompetitive Scope
Pasar Terbatas Pasar LuasCompetitive Harga Tinggi 7 15Advantage Harga Rendah 23 5
92
Dari Tabel IV-37, pengelompokan kuadran berdasarkan
lapangan usahanya adalah sebagai berikut:
Tabel IV-38Proporsi Competitive Concentration Berdasarkan Lapangan
UsahaKuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 3 2 2 4 11
2 Industri Kerajinan Tangan 3 2 1 3 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 5 1 12 2 19
4 Industri Alas Kaki 3 1 3 1 7
5 Industri Kayu 0 1 0 1 1
6 Industri Kertas 1 0 0 0 1
7 Industri Bahan Bangunan 0 0 0 0 0
8 Industri Lainnya 0 0 1 0 2
Jumlah 15 7 23 0 50
% 0,30 0,14 0,46 1,00
Berdasarkan Tabel IV-38, competitive concentration pada
pasar terbatas dan harga murah didominasi oleh industri tekstil (pakaian)
dengan nilai rentang kuadran I dengan kuadran III paling besar yakni 7
Mitra Binaan.
4.2.2. Entrepreneurial Competencies
Variabel entrepreneurial competencies mendiagnosis
persepsi responden terhadap kemampuan kewirausahaan yang
dimilikinya. Pada variabel entrepreneurial competencies ini terdapat
dimensi-dimensi yang selanjutnya atribut dan instrumen dari masing-
masing dimensi tersebut diolah secara deskriptif.
93
Pilihan jawaban responden berupa persepsi atas kemampuan
yang dimilikinya diukur menggunakan skala ordinal dalam kalimat
positif dengan pilihan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1.
2. Tidak Setuju (TS) skor 2.
3. Setuju (S) skor 3.
4. Sangat Setuju (SS) skor 4.
Untuk dapat memberi kesimpulan atas jawaban responden
digunakan rata-rata hitung sebagai parameternya untuk setiap atribut dan
instrumen yang ada. Perhitungan parameter menggunakan rumus
interval kelas sebagai berikut:
Class Width = Range
Number of Classes
Berdasarkan rata-rata hitung tersebut, kategorisasi yang
digunakan untuk mengukur setiap atribut dan instrumen adalah sebagai
berikut:
1. Sangat Buruk (-SB) skor interval I.
2. Buruk (-B) skor interval II.
3. Baik (B) skor interval III.
4. Sangat Baik (SB) skor interval IV.
Berikut ini adalah analisis deskriptif atribut dan instrumen
dari variabel entrepreneurial competencies:
a. Opportunity
1. Peluang Usaha
Persepsi kemampuan responden untuk bersikap optimis akan
peluang usahanya adalah sebagai berikut:
94
Tabel IV-39Persepsi Tingkat Optimisme Responden terhadap Peluang
Usahanya
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 3 6,00% 1,78T. Setuju 14 28,00% 2,56Setuju 17 34,00% 3,34 3,00 BaikS. Setuju 16 32,00% 4,12Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-39 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,00%) setuju bahwa mereka memandang
optmis terhadap peluang usahanya.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,00 dapat disimpulkan bahwa 66,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki sikap optimisme yang baik (di atas
rataan) terhadap peluang usahanya untuk terus berkembang. Sisanya
34,00% perlu ditumbuhkan sikap optimisnya.
b. Relationship
1. Bekerja Sama
Persepsi kemampuan responden untuk bekerja sama dengan
orang lain adalah sebagai berikut:
Tabel IV-40Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Bekerja Sama
dengan Orang Lain
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 1 2,00% 1,90
95
T. Setuju 12 24,00% 2,80Setuju 23 46,00% 3,70 3,41 BaikS. Setuju 14 28,00% 4,60Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-40 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 23 responden (46,00%) setuju bahwa mereka mampu bekerja
sama dengan orang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,41 dapat disimpulkan bahwa 28,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam bekerja sama dengan orang lain. Sisanya 72,00% perlu
ditingkatkan kemampuan bekerjasamanya.
2. Menerima Pendapat Orang Lain
Persepsi kemampuan responden untuk menerima pendapat
orang lain adalah sebagai berikut:
Tabel IV-41Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menerima
Pendapat Orang Lain
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 3 6,00% 1,77T. Setuju 9 18,00% 2,54Setuju 22 44,00% 3,31 2,98 BaikS. Setuju 16 32,00% 4,08Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-41 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) setuju bahwa mereka mampu
enerima pendapat orang lain.
96
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,98 dapat disimpulkan bahwa 34,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
untuk menerima pendapat orang lain. Sisanya 66,00% perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam menerima pendapat orang lain agar mencapai
kategori baik.
3. Percaya pada Orang Lain
Persepsi kemampuan responden untuk percaya pada orang
lain adalah sebagai berikut:
Tabel IV-42Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Percaya
pada Orang Lain
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,71T. Setuju 10 20,00% 2,42Setuju 17 34,00% 3,13 2,85 BaikS. Setuju 19 38,00% 3,84Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-42 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 19 responden (38,00%) sangat setuju bahwa mereka mampu
percaya pada orang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan bahwa 40,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
untuk percaya pada orang lain. Sisanya 60,00% perlu ditingkatkan
kemampuannya untuk percaya pada orang lain agar mencapai kategori
baik.
c. Conceptual
97
1. Pengambilan Keputusan
Persepsi kemampuan responden dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-43Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Pengambilan
Keputusan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 6 12,00% 1,68T. Setuju 10 20,00% 2,37Setuju 15 30,00% 3,05 2,71 BaikS. Setuju 19 38,00% 3,73Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-43 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 19 responden (38,00%) sangat setuju bahwa keputusan yang
diambil terlebih dahulu dilakukan perencanaan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,71 dapat disimpulkan bahwa 38,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam merencanakan pengambilan keputusan. Sisanya 62,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam pengambilan keputusan agar
mencapai kategori baik.
2. Menggali Informasi
Persepsi kemampuan responden dalam menggali informasi
dalam berbisnis adalah sebagai berikut:
Tabel IV-44Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menggali
Informasi dalam BerbisnisPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
98
S. T. Setuju 4 8,00% 1,74T. Setuju 13 26,00% 2,48Setuju 17 34,00% 3,22 2,83 BaikS. Setuju 16 32,00% 3,95Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-44 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,00%) setuju bahwa dalam merumuskan
konsep usaha, sebelumnya dilakukan penggalian informasi terlebih
dahulu.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,83 dapat disimpulkan bahwa 66,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam menggali informasi untuk merumuskan konsep usaha. Sisanya
34,00% perlu didorong keinginan dalam mencari informasi untuk
pengambilan keputusan agar mencapai kategori baik.
3. Tantangan Bisnis
Persepsi kemampuan responden menghadapi tantangan
dalam berbisnis adalah sebagai berikut:
Tabel IV-45Persepsi Responden terhadap Tantangan Bisnis
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,74T. Setuju 12 24,00% 2,48Setuju 18 36,00% 3,22 2,85 BaikS. Setuju 16 32,00% 3,95Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-45 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,00%) setuju bahwa mereka menyukai
tantangan dalam berbisnis.
99
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan bahwa 43,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam menyukai tantangan dalam berbisnis. Sisanya 66,00% perlu
didorong untuk menyukai tantangan bisnis agar mencapai kategori baik.
4. Konsep Inovatif
Persepsi kemampuan responden untuk menciptakan konsep
inovatif pada usahanya adalah sebagai berikut:
Tabel IV-46Persepsi Tingkat Kemampuan Responden untuk Menciptakan
Konsep Inovatif dalam BerbisnisPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 5 10,00% 1,68T. Setuju 9 18,00% 2,37Setuju 17 34,00% 3,05 2,75 BaikS. Setuju 19 38,00% 3,73Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-46 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,00%) setuju bahwa mereka berupaya
menciptakan konsep inovatif dalam berbisnis.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,75 dapat disimpulkan bahwa 40,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
untuk menciptakan konsep inovatif dalam berbisnis. Sisanya 60,00%
perlu ditingkatkan kemampuannya dalam menciptakan konsep inovatif
dalam berbisnis agar mencapai kategori baik.
d. Organizing
1. Sumber Daya Manusia
100
Persepsi kemampuan responden dalam mengelola karyawan
secara baik adalah sebagai berikut:
Tabel IV-47Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola
Karyawan Secara BaikPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 7 14,29% 0,90T. Setuju 11 22,45% 1,81Setuju 14 28,57% 2,71 2,53 BaikS. Setuju 17 34,69% 3,62Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-47 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,00%) sangat setuju bahwa mereka
mengelola karyawannya secara baik.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,53 dapat disimpulkan bahwa 62,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam mengelola karyawannya. Sisanya 38,00% perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam mengelola karyawan agar mencapai kategori
baik.
2. Alat-Alat Produksi
Persepsi kemampuan responden dalam mengelola alat-alat
produksi secara baik adalah sebagai berikut:
Tabel IV-48Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola Alat-
Alat Produksi Secara Baik
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,16% 0,96T. Setuju 13 26,53% 1,93
101
Setuju 14 28,57% 2,89 2,77 BaikS. Setuju 18 36,73% 3,85Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-48 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,73%) sangat setuju bahwa mereka
mengelola alat-alat produksinya secara baik.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,77 dapat disimpulkan bahwa 64,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam mengelola alat-alat produksinya. Sisanya 36,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam mengelola alat-alat produksi agar
mencapai kategori baik.
3. Keuangan
Persepsi kemampuan responden dalam mengelola keuangan
secara baik adalah sebagai berikut:
Tabel IV-49Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengelola
Keuangan Secara Baik
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 2 4,00% 1,81T. Setuju 12 24,00% 2,63Setuju 20 40,00% 3,44 3,14 BaikS. Setuju 16 32,00% 4,25Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-49 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 20 responden (40,00%) setuju bahwa mereka mengelola
keuangan secara baik.
102
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,14 dapat disimpulkan bahwa 32,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam mengelola keuangan usahanya. Sisanya 68,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam mengelola keuangan usaha agar
mencapai kategori baik.
4. Pemilihan Teknologi
Persepsi kemampuan responden dalam memilih teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-50Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Memilih
Teknologi yang Sesuai dengan KebutuhanPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 2 4,00% 1,78T. Setuju 13 26,00% 2,57Setuju 16 32,00% 3,35 3,14 BaikS. Setuju 19 38,00% 4,13Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-50 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 19 responden (38,00%) sangat setuju bahwa mereka mampu
memilih teknologi yang sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,14 dapat disimpulkan bahwa 38,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam memilih teknologi yang sesuai dengan kebutuhan. Sisanya
62,00% perlu ditingkatkan kemampuannya dalam memilih teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan agar mencapai kategori baik.
e. Strategic
103
1. Perencanaan
Persepsi kemampuan responden dalam merencanakan
keberhasilan usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-51Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Merencanakan
Keberhasilan UsahaPersepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan Kategori
S. T. Setuju 6 12,24% 0,91T. Setuju 8 16,33% 1,83Setuju 17 34,69% 2,74 2,60 BaikS. Setuju 18 36,73% 3,66Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-51 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,73%) setuju bahwa mereka mampu
merencanakan keberhasilan usaha.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,60 dapat disimpulkan bahwa 38,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam merencanakan keberhasilan usaha. Sisanya 62,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam merencanakan keberhasilan
usahanya agar mencapai kategori baik.
2. Implementasi
Persepsi kemampuan responden dalam
mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-52Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam
Mengimplementasikan Strategi yang Telah Ditetapkan
104
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,75T. Setuju 12 24,00% 2,50Setuju 12 24,00% 3,25 2,87 BakS. Setuju 22 44,00% 4,00Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-52 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) sangat setuju bahwa mereka mampu
mengimplementasikan strategi yang telah direncanakan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,87 dapat disimpulkan bahwa 44,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam mengimplementasikan strategi yang telah direncanakan. Sisanya
56,00% perlu ditingkatkan kemampuannya dalam mengimplentasikan
strategi yang telah direncanakan agar mencapai kategori baik.
3. Evaluasi
Persepsi kemampuan responden dalam mengevaluasi
kegagalan dalam pencapaian target adalah sebagai berikut:
Tabel IV-53Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Mengevaluasi
Kegagalan dalam Pencapaian Target
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 6 12,00% 1,65T. Setuju 10 20,00% 2,30Setuju 14 28,00% 2,96 2,66 BaikS. Setuju 20 40,00% 3,61Jumlah 50 100,00%
105
Dari data pada Tabel IV-53 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 20 responden (40,00%) sangat setuju bahwa mereka mampu
mengevaluasi kegagalan dalam pencapaian target..
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,66 dapat disimpulkan bahwa 42,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
dalam mengevaluasi kegagalan dalam pencapaian target. Sisanya
58,00% perlu ditingkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi
kegagalan dalam pencapaian target agar mencapai kategori baik.
f. Commitment
1. Komitmen pada Usaha
Persepsi kemampuan responden dalam berkomitmen pada
usahanya adalah sebagai berikut:
Tabel IV-54Persepsi Tingkat Kemampuan Responden dalam Berkomitmen
pada Usahanya
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,70T. Setuju 12 24,00% 2,40Setuju 14 28,00% 3,10 2,85 BaikS. Setuju 20 40,00% 3,80Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-54 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 20 responden (40,00%) sangat setuju bahwa mereka
berkomitmen tinggi pada usahanya.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan bahwa 42,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki kemampuan yang baik (di atas rataan)
106
dalam berkomitmen pada usaha yang dimiliki. Sisanya 58,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam berkomitmen pada usahanya agar
mencapai kategori baik.
4.2.3. Organization Capabilities
Variabel organization capabilities mendiagnosis persepsi
responden terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengelola
dimensi internal usahanya. Pada variabel organization capabilities ini
terdapat dimensi-dimensi yang selanjutnya atribut dan instrumen dari
masing-masing dimensi tersebut diolah secara deskriptif.
Pilihan jawaban responden berupa persepsi atas kemampuan
yang dimilikinya diukur menggunakan skala ordinal dalam kalimat
positif dengan pilihan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1.
2. Tidak Setuju (TS) skor 2.
3. Setuju (S) skor 3.
4. Sangat Setuju (SS) skor 4.
Untuk dapat memberi kesimpulan atas jawaban responden
digunakan rata-rata hitung sebagai parameternya untuk setiap atribut dan
instrumen yang ada. Perhitungan parameter menggunakan
rumus interval kelas sebagai berikut:
Class Width = Range
Number of Classes
Berdasarkan rata-rata hitung tersebut, kategorisasi yang
digunakan untuk mengukur setiap atribut dan instrumen adalah sebagai
berikut:
1. Sangat Kecil (-SK) skor interval I.
107
2. Kecil (-K) skor interval II.
3. Besar (B) skor interval III.
4. Sangat Sesar (SB) skor interval IV.
Berikut ini adalah analisis deskriptif atribut dan instrumen
dari variabel organization capabilities:
a. Innovation
Berikut ini adalah upaya responden dalam mengembangkan
inovasi usaha yang dimilikinya berupa inovasi pada produk dan inovasi
pada proses usahanya:
1. Produk Inovatif
Upaya responden menciptakan produk yang inovatif adalah
sebagai berikut:
Tabel IV-55Upaya Responden Menciptakan Produk yang Inovatif
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 3 6,00% 1,78T. Setuju 16 32,00% 2,56Setuju 16 32,00% 3,34 2,98S. Setuju 15 30,00% 4,12Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-55 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing masing 16 responden (32,00%) berpendapat sangat
setuju dan tidak setuju bahwa mereka berupaya menciptakan produk
yang inovatif.
108
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,98 dapat disimpulkan bahwa 62,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki upaya yang besar (di atas rataan)
dalam menciptakan produk yang inovatif. Sisanya 38,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam menciptakan produk yang inovatif
agar mencapai kategori baik.
2. Proses Inovatif
Upaya responden menciptakan proses yang inovatif adalah
sebagai berikut:
Tabel IV-56Upaya Responden Menciptakan Proses yang Inovatif
Persepsi Frekuensi Persentase Interval RataanS. T. Setuju 3 6,12% 1,01T. Setuju 12 24,49% 2,03Setuju 18 36,73% 3,04 2,89S. Setuju 16 32,65% 4,06Jumlah 49 100,00%
Dari data pada Tabel IV-56 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,73%) setuju bahwa mereka berupaya
menciptakan proses yang inovatif.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,89 dapat disimpulkan bahwa 68,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri sangat memiliki upaya yang besar (di atas
rataan) dalam menciptakan proses yang inovatif. Sisanya 32,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam mengembangkan inovasi pada
proses usahanya agar mencapai kategori baik.
Gambar IV-22Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha
109
Sangat Rendah Sangat Tinggi
San
gat R
enda
hS
anga
t Tin
ggi
III
III IV
Dari Gambar IV-22, menunjukan bahwa Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri berupaya menciptakan inovasi
yang tinggi melaluiproduk dan proses yang inovatif. Rincian analisis
deskriptif innovation adalah sebagai berikut:
Tabel IV-57Upaya Responden dalam Mengembangkan Inovasi Usaha
Proses InovatifRendah Tinggi
Produk Tinggi 2 29Inovatif Rendah 14 5
Dari Tabel IV-57, proprsi innovation berdasarkan lapangan
usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-58Proporsi Inovation Berdasarkan Lapangan Usaha
Kuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 6 1 1 3 11
2 Industri Kerajinan Tangan 5 - 1 3 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 10 - 2 7 19
110
4 Industri Alas Kaki
5 1 - 1 7
5 Industri Kayu 1 - - - 1
6 Industri Kertas 1 - - - 1
7 Industri Bahan Bangunan - - - - -
8 Industri Lainnya 1 - 1 - 2
Jumlah 29 2 5 14 50
% 0,58 0,04 0,10 0,28
Berdasarkan Tabel IV-58, innovation pada produk dan proses
didominasi oleh industri tekstil (pakaian) dengan rentang antara kuadran
I dan kuadran III sebanyak 8 Mitra Binaan.
b. Quality
Berikut ini adalah upaya responden dalam mengembangkan
kualitas dalam bentuk penciptaan produk berkualitas dan penciptaan
produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan:
1. Produk Berkualitas
Upaya responden menciptakan produk yang berkualitas
adalah sebagai berikut:
Tabel IV-59Upaya Responden Menciptakan Produk yang Berkualitas
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 3 6,00% 1,76T. Setuju 8 16,00% 2,52Setuju 22 44,00% 3,28 2,98 BesarS. Setuju 17 34,00% 4,04Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-59 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) setuju bahwa mereka berupaya
menghasilkan produk yang berkualitas.
111
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,98 dapat disimpulkan bahwa 36,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memilik upaya yang besar (di atas rataan) untuk
menciptakan produk yang berkualitas. Sisanya 64,00% perlu
ditingkatkan kemampuannya dalam menciptakan produk yang
berkualitas agar mencapai kategori baik.
2. Sesuai dengan Keinginan Pelanggan
Upaya responden dalam menciptakan produk yang sesuai
dengan keinginan pelanggan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-60Upaya Responden Menciptakan Produk yang Sesuai dengan
Keinginan Pelanggan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 3 6,00% 1,72T. Setuju 11 22,00% 2,45Setuju 15 30,00% 3,17 2,98 BesarS. Setuju 21 42,00% 3,89Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-60 di atas menunjukan bahwa
sekurang-kurangnya 21 responden (42,00%) sangat setuju bahwa
mereka berupaya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan
pelanggan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,98 dapat disimpulkan bahwa 44,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki upaya yang besar (di atas rataan)
dalam menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Sisanya 66,00% perlu ditingkatkan kemampuannya dalam menciptakan
112
produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan agar mencapai kategori
baik.
3. Diagram Performansi Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan Pelanggan
Berikut ini adalah kualitas produk dan kesesuaian dengan
keinginan pelanggan:
Gambar IV-23Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan Keinginan
Pelanggan
Sangat Rendah Sangat Tinggi
San
gat R
enda
hS
anga
t Tin
ggi
III
III IV
113
Dari Gambar IV-23, menunjukan bahwa Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri menghasilkan produk yang
kualitasnya rendah dan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan.
Rincian analisis deskriptif quality adalah sebagai berikut:
Tabel IV-61Penciptaan Kualitas Produk dan Kesesuaian dengan
Keinginan PelangganTingkat Kesesuaian dengan Keinginan
PelangganRendah Tinggi
Kualitas Tinggi 2 16
ProdukRenda
h 26 6
Dari Tabel IV-61, dapat dilihat proporsi kualitas penciptaan
produk yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan pelanggan
berdasarkan lapangan usaha sebagai berikut:
Tabel IV-62Proporsi Quality Berdasarkan Lapangan Usaha
Kuadran
No. Lapangan Usaha I II III IV Jml
1 Industri Makanan/ Minuman 2 1 6 2 11
2 Industri Kerajinan Tangan 3 - 6 - 9
3 Industri Tekstil (Pakaian) 5 - 11 3 19
4 Industri Alas Kaki 4 1 2 - 7
5 Industri Kayu - - - 1 1
6 Industri Kertas 1 - - - 1
7 Industri Bahan Bangunan - - - - 0
8 Industri Lainnya 1 - 1 - 2
Jumlah 16 2 26 6 50
% 32 ,00 4 ,00 52 ,00 12 ,00
114
Berdasarkan Tabel IV-62, quality pada produk dan tingkat
kesesuaian dengan keinginan pelanggan yang rendah didominasi oleh
industri tekstil (pakaian) dengan rentang antara kuadran I dengan
kuadran III sebanyak 6 Mitra Binaan.
c. Cost Effectiveness
1. Meminimalisir Biaya
Upaya responden dalam meminimalisir biaya adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-63Upaya Responden dalam Meminimalisir Biaya
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 6 12,00% 1,69T. Setuju 10 20,00% 2,38Setuju 18 36,00% 3,07 2,64 BesarS. Setuju 16 32,00% 3,76Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-63 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,00%) setuju bahwa mereka mengupayakan
minimalisasi biaya.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,64 dapat disimpulkan bahwa 32,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki upaya yang besar (di atas rataan)
dalam meminimalisir biaya. Sisanya 68,00% perlu ditingkatkan
115
kemampuannya dalam meminimalisir biaya agar mencapai kategori
baik.
2. Memaksimalisasi Keuntungan
Upaya responden dalam memaksimalisasi keuntungan adalah
sebagai berikut:
Tabel IV-64Upaya Responden dalam Memaksimalisasi Keuntungan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,75T. Setuju 10 20,00% 2,50Setuju 21 42,00% 3,25 2,85 BesarS. Setuju 15 30,00% 4,00Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-64 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 21 responden (42,00%) setuju bahwa mereka mengupayakan
maksimalisasi keuntungan.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan bahwa 32,00% Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki upaya yang besar (di atas rataan)
untuk memaksimalisasi keuntungan. Sisanya 68,00% perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam memaksimalisasi keuntungan agar mencapai
kategori baik.
d. Organicity
1. Optimalisasi Sumber Daya
Upaya responden dalam mengoptimalisasikan sumber daya
(tenaga, waktu dan pikiran) adalah sebagai berikut:
Tabel IV-65Upaya Responden dalam Mengoptimalisasikan Sumber Daya
116
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 5 10,00% 1,75T. Setuju 15 30,00% 2,50Setuju 12 24,00% 3,25 2,77 BesarS. Setuju 18 36,00% 4,00Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-65 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 18 responden (36,00%) sangat setuju bahwa mereka
mengupayakan optimalisasi sumber daya (tenaga, waktu dan pikiran).
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,77 dapat disimpulkan bahwa 60,00 % Mitra Binaan Telkom CD Datel
Bandung sektor industri memiliki upaya yang besar (di atas rataan)
dalam mengoptimalkan sumber daya (tenaga, waktu dan pikiran) yang
dimilikinya. Sisanya 40,00% perlu ditingkatkan kemampuannya dalam
mengoptimalkan sumber daya (tenaga, waktu, dan pikiran) agar
mencapai kategori baik.
4.2.4. Kinerja Usaha Kecil
Variabel kinerja usaha kecil mendiagnosis persepsi
responden terhadap dampak dari bantuan pinjaman yang diberikan. Pada
variabel kinerja usaha kecil ini terdapat dimensi-dimensi yang
selanjutnya atribut dan instrumen dari masing-masing dimensi tersebut
diolah secara deskriptif.
Pilihan jawaban responden berupa kondisi riil dari usaha
diukur menggunakan skala interval dalam kalimat positif dengan pilihan
jawaban sebagai berikut:
1. Skor 1.
2. Skor 2.
117
3. Skor 3.
4. Skor 4.
5. Skor 5.
6. Skor 6.
7. Skor 7.
8. Skor 8.
Pilihan jawaban berupa persepsi responden terhadap dampak
pemberian bantuan pinjaman yang diukur menggunakan skala ordinal
dalam kalimat positif dengan pilihan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1.
2. Tidak Setuju (TS) skor 2.
3. Setuju (S) skor 3.
4. Sangat Setuju (SS) skor 4.
Untuk dapat memberi kesimpulan atas jawaban responden
digunakan rata-rata hitung sebagai parameternya untuk setiap atribut dan
instrumen yang ada. Perhitungan parameter menggunakan
rumus interval kelas sebagai berikut:
Class Width = Range
Number of Classes
Berdasarkan rata-rata hitung tersebut, kategorisasi yang
digunakan untuk mengukur setiap atribut dan instrumen adalah sebagai
berikut:
5. Sangat Kecil (-SK) skor interval I.
6. Kecil (-K) skor interval II.
7. Besar (B) skor interval III.
8. Sangat Sesar (SB) skor interval IV.
118
Untuk penilaian kinerja secara deskriptif, akan menggunakan
uji Wilcoxon Match Pairs Test yang menguji kinerja usaha Mitra Binaan
sebelum san sesudah diberikan pinjaman menggunakan distribusi
normal Z. Hipotesis yang diajukan dalam pengujian deskriptif ini adalah
sebagai berikut:
Ho : Zhitung > Ztabel
Artinya tidak terdapat peningkatan secara signifikan antara kinerja usaha sebelum dan sesudah diberi pinjaman.
H1 : Zhitung > Ztabel
Artinya terdapat peningkatan secara signifikan antara kinerja usaha sebelum dan sesudah diberi pinjaman.
Berikut ini adalah analisis deskriptif atribut dan instrumen
dari variabel kinerja usaha:
a. Market Share
1. Pangsa Pasar Usaha
Dengan pemberian bantuan pinjaman membantu kinerja
Mitra Binaan Telkom dalam memperluas pangsa pasarnya. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test sebagai berikut:
Tabel IV-66Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Perluasan Pangsa
Pasar Usaha RespondenSesudah - Sebelum
Z -5,941(a)Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Based on negative ranks.b Wilcoxon Signed Ranks Test
119
Karena jumlah sampel melebihi 25, maka distribusinya
mendekati distribusi normal. Dengan demikian rumus z yang digunakan
adalah:
z = T - μT
σT
Dengan menggunakan aplikasi SPSS, diperoleh nilai z
absolut sebesar 5,941. Sedangkan nilai ztabel untuk α = 0,05 melalui
interpolasi diperoleh nilai 1,645. Karena Zhitung > Ztabel, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pangsa pasar yang signifikan
dengan diberikannya bantuan pinjaman.
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pangsa pasar
usaha responden dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel IV-67Besaran Peningkatan Pangsa Pasar Usaha Responden
Sebelum SesudahBin f % Interval Rataan f % Interval Rataan
1. 12 24,00% 1,37 2 4,00% 1,432. 14 28,00% 1,74 3 6,00% 1,863. 6 12,00% 2,10 5 10,00% 2,294. 8 16,00% 2,47 2,28 6 12,00% 2,715. 1 2,00% 2,84 8 16,00% 3,146. 3 6,00% 3,21 8 16,00% 3,57 3,157. 6 12,00% 3,57 6 12,00% 4,008. 0 0,00% 3,94 12 24,00% 4,43
Jml. 50 100,00% 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-67 menunjukan bahwa sebelum
menerima bantuan pinjaman Telkom, Mitra Binaan Telkom sektor
industri memiliki pangsa pasar 31,00% - 40,00%. Sedangkan setelah
120
menerima bantuan pinjaman, pangsa pasarnya meningkat menjadi
51,00% - 60,00%.
2. Efektivitas Pemberian Pinjaman terhadap Perluasan Pangsa Pasar
Efektivitas pemberian pinjaman terhadap perluasan pangsa
pasar adalah sebagai berikut:
Tabel IV-68Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Perluasan Pangsa Pasar
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 1 2,00% 1,90T. Setuju 16 32,00% 2,80Setuju 19 38,00% 3,70 3,39 EfektfS. Setuju 14 28,00% 4,60Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-68 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya masing-masing 19 responden (38,00%) berpendapat setuju
bahwa pemberian bantuan pinjaman Telkom memperluas pangsa pasar
usaha mereka.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,39 dapat disimpulkan dari 66,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri menyatakan bahwa pemberian bantuan
pinjaman Telkom CD Datel Bandung efektif terhadap perluasan pangsa
pasar usahanya. Sisanya 34,00% perlu peningkatan efektivitasnya agar
lebih signifikan.
b. Profit
1. Keuntungan Bersih
Dengan pemberian bantuan pinjaman membantu kinerja
Mitra Binaan Telkom dalam meningkatkan keuntungan bersih usaha.
121
Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test sebagai
berikut:
Tabel IV-69Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja
Keuntungan Bersih Usaha Responden
Sesudah - Sebelum
Z -,483(a)Asymp. Sig. (2-tailed) ,629
a Based on negative ranks.b Wilcoxon Signed Ranks Test
Karena jumlah sampel melebihi 25, maka distribusinya
mendekati distribusi normal. Dengan demikian rumus z yang
digunakan adalah:
z = T - μT
σT
Dengan menggunakan aplikasi SPSS, diperoleh nilai z
absolut sebesar 0,483. Sedangkan nilai ztabel untuk α = 0,05 melalui
interpolasi diperoleh nilai 1,645. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
peningkatan keuntungan bersih secara signifikan dengan diberikannya
bantuan pinjaman.
Untuk mengetahui rincian dari pernyataan responden
tersebut, dipaparkan rinci pada tabel berikut ini:
Tabel IV-70Besaran Peningkatan Keuntungan Bersih Usaha Responden
Sebelum SesudahBin f % Interval Rataan f % Interval Rataan
1. 7 14,00% 1,48 4 8,00% 1,48
122
2. 13 26,00% 1,95 8 16,00% 1,963. 7 14,00% 2,43 6 12,00% 2,434. 12 24,00% 2,90 2,62 6 12,00% 2,91 2,835. 6 12,00% 3,38 10 20,00% 3,396. 3 6,00% 3,85 7 14,00% 3,877. 2 4,00% 4,33 6 12,00% 4,358. 0 0,00% 4,80 3 6,00% 4,83
Jml. 50 100,00% 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-70 menunjukan bahwa sebelum
menerima bantuan pinjaman, Mitra Binaan Telkom sektor industri
memiliki keuntungan bersih Rp. 15,10 juta – Rp. 20,00 juta. Setelah
menerima bantuan pinjaman, tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
2. Efektivitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Keuntungan Bersih Usaha
Efektivitas pemberian pinjaman terhadap peningkatan
keuntungan bersih usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-71Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Keuntungan
Bersih
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 1 2,00% 1,86T. Setuju 13 26,00% 2,72Setuju 18 36,00% 3,58 3,41 EfektfS. Setuju 18 36,00% 4,44Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-71 menunjukan bahwa masing-
masing 18 responden (36,00%) setuju dan sangat setuju bahwa
pemberian bantuan pinjaman Telkom meningkatkan keuntungan bersih
usaha mereka.
123
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
3,41 dapat disimpulkan dari 64,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri menyatakan bahwa pemberian bantuan
pinjaman Telkom perlu ditingkatkan agar lebih efektif meningkatkan
kinerja perluasan pangsa pasar secara signifikan. Sisanya 36,00%
menyatakan bahwa bantuan yang diberikan sudah efektif.
3. Penjualan
Dengan pemberian bantuan pinjaman membantu kinerja
Mitra Binaan Telkom dalam meningkatkan penjualan namun tidak
sgnifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks
Test sebagai berikut:
Tabel IV-72Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja
Penjualan RespondenP. Sesudah - P. Sebelum
Z -5,147(a)Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Based on negative ranks.b Wilcoxon Signed Ranks Test
Karena jumlah sampel melebihi 25, maka
distribusinya mendekati distribusi normal. Dengan demikian
rumus z yang digunakan adalah:
z = T - μT
σT
Dengan menggunakan aplikasi SPSS, diperoleh nilai z
absolut sebesar 5,543. Sedangkan nilai ztabel untuk α = 0,05 melalui
124
interpolasi diperoleh nilai 1,645. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
peningkatan penjualan yang signifikan dengan diberikannya bantuan
pinjaman.
Untuk mengetahui rincian dari pernyataan responden
tersebut, dipaparkan rinci pada tabel berikut ini:
Tabel IV-73Besaran Peningkatan Penjualan Responden
Sebelum SesudahBin f % Interval Rataan f % Interval Rataan
1. 16 32,00% 1,44 5 10,00% 1,472. 9 18,00% 1,89 9 18,00% 1,933. 13 26,00% 2,33 2,12 3 6,00% 2,404. 7 14,00% 2,78 8 16,00% 2,86 2,735. 4 8,00% 3,22 11 22,00% 3,336. 1 2,00% 3,67 5 10,00% 3,797. 0 0,00% 4,11 6 12,00% 4,268. 0 0,00% 4,56 3 6,00% 4,72
Jml. 50 100,00% 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-73 menunjukan bahwa sebelum
menerima bantuan pinjaman Telkom, Mitra Binaan Telkom sektor
industri rata-rata memiliki penjualan antara Rp. 25,60 juta – Rp. 37,50
juta. Sedangkan setelah menerima bantuan pinjaman, terjadi
125
peningkaran yang signifikan terhadap rata-rata penjualan menjadi Rp.
37,60 juta – 50,00 juta.
4. Efektivitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Penjualan
Efektivitas pemberian pinjaman terhadap peningkatan
penjualan usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-74Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Penjualan
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 3 6,00% 1,71T. Setuju 6 12,00% 2,43Setuju 19 38,00% 3,14 2,98 EfektifS. Setuju 22 44,00% 3,86Jumlah 50 100,00%
Dari data pada tabel di atas menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) sangat setuju bahwa mereka
pemberian bantuan pinjaman Telkom meningkatkan keuntungan bersih
usaha mereka.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,98 dapat disimpulkan dari 82,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri menyatakan bahwa pemberian bantuan
pinjaman Telkom CD Datel Bandung efektif meningkatkan penjualan.
Sisanya 18,00% menyatakan bahwa perlu ditingkatkan efektivitasnya
agar lebih signifikan.
c. Growth
1. Jumlah Karyawan
126
Dengan pemberian bantuan pinjaman membantu kinerja
Mitra Binaan Telkom dalam meningkatkan penjualan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test sebagai berikut:
Tabel IV-75Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap Kinerja Pertumbuhan Jumlah Karyawan Usaha Responden
P. Sesudah - P. Sebelum
Z -6,060(a)Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Based on negative ranks.b Wilcoxon Signed Ranks Test
Karena jumlah sampel melebihi 25, maka
distribusinya mendekati distribusi normal. Dengan demikian
rumus z yang digunakan adalah:
z = T - μT
σT
Dengan menggunakan aplikasi SPSS, diperoleh nilai z
absolut sebesar 6,060. Sedangkan nilai ztabel untuk α = 0,05 melalui
interpolasi diperoleh nilai 1,645. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
peningkatan penjualan yang signifikan dengan diberikannya bantuan
pinjaman.
Untuk mengetahui rincian dari pernyataan responden
tersebut, dipaparkan rinci pada tabel berikut ini:
Tabel IV-76Besaran Peningkatan Jumlah Karyawan Responden
Sebelum Sesudah
127
Bin f % Interval Rataan f % Interval Rataan1. 12 24,00% 1,47 2 4,00% 1,482. 14 28,00% 1,94 6 12,00% 1,953. 11 22,00% 2,41 2,31 8 16,00% 2,434. 3 6,00% 2,87 13 26,00% 2,905. 4 8,00% 3,34 9 18,00% 3,38 3,126. 0 0,00% 3,81 4 8,00% 3,857. 5 10,00% 4,28 2 4,00% 4,338. 1 2,00% 4,75 6 12,00% 4,80
Jml. 50 100,00% 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-76 menunjukan bahwa sebelum
menerima bantuan pinjaman Telkom, Mitra Binaan Telkom sektor
industri rata-rata memiliki pegawai antara 41 – 60 orang. Sedangkan
setelah menerima bantuan pinjaman, terjadi peningkaran signifikan
terhadap rata-rata jumlah pegawai yang dimiliki menjadi 81 – 100
orang.
2. Efektivitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Jumlah Pegawai
Efektivitas pemberian pinjaman terhadap peningkatan jumlah
pegawai responden adalah sebagai berikut:
Tabel IV-77Efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Peningkatan Jumlah
Pegawai Responden
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 5 10,00% 1,66T. Setuju 11 22,00% 2,31Setuju 12 24,00% 2,97 2,73 EfektifS. Setuju 22 44,00% 3,63Jumlah 50 100,00%
128
Dari data pada Tabel IV-77 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 22 responden (44,00%) sangat setuju bahwa pemberian
bantuan pinjaman Telkom meningkatkan jumlah karyawan pada usaha
mereka.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,73 dapat disimpulkan dari 64,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri menyatakan bahwa pemberian bantuan
pinjaman Telkom CD Datel Bandung efektif meningkatkan jumlah
pegawai Mitra Binaan. Sisanya 22,00% menyatakan perlu ditingkatkan
efektivitasnya agar lebih signifikan.
d. Duration
1. Lama Berdiri Usaha
Lama berdirinya usaha responden adalah sebagai berikut:
Tabel IV-78Lama Berdirinya Usaha Responden
Bin f % Interval Rataan1. 8 16,00% 1,422. 12 24,00% 1,843. 11 22,00% 2,264. 3 6,00% 2,68 2,505. 1 2,00% 3,106. 3 6,00% 3,527. 8 16,00% 3,948. 4 8,00% 4,36
Jml. 50 100,00%
129
Dari data pada Tabel IV-78 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 12 responden (24,00%) menyatakan bahwa usaha yang
mereka telah berdiri antara 6 – 10 tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,50 dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia usaha Mitra Binaan Telkom
CD Datel Bandung berkisar antara 16 – 20 tahun.
2. Efektivitas Pemberian Pinjaman terhadap Upaya Mempertahankan Usaha untuk Tetap Berdiri
Persepsi responden terhadap efektivitas pemberian pinjaman
terhadap upaya mempetahankan usaha adalah sebagai berikut:
Tabel IV-79Persepsi Responden terhadap efektifitas Pemberian Pinjaman terhadap Upaya Mempertahankan Usaha untuk Tetap Berdiri
Persepsi Frekuensi Persentase Interval Rataan KategoriS. T. Setuju 4 8,00% 1,73T. Setuju 14 28,00% 2,46Setuju 15 30,00% 3,19 2,85 EfektifS. Setuju 17 34,00% 3,91Jumlah 50 100,00%
Dari data pada Tabel IV-79 menunjukan bahwa sekurang-
kurangnya 17 responden (34,00%) sangat setuju bahwa pemberian
bantuan pinjaman Telkom membantu upaya mereka mempertahankan
usahanya untuk terus berdiri.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hitung yaitu sebesar
2,85 dapat disimpulkan dari 64,00% Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri menyatakan bahwa pemberian bantuan
pinjaman Telkom CD Datel Bandung efektif membantu upaya Mitra
130
Binaan mempertahankan usahanya untuk terus berdiri. Sisanya 36,00%
menyatakan perlu ditingkatkan efektivitasnya agar lebih signifikan.
4.3. Pengujian Model
Cakupan penelitian yang hendak dilakukan adalah mencari
pengaruh hubungan antara variabel competitive scope, entrepreneurial
competencies dan organization capabilities, Jenis penelitian adalah
eksplanatori research yaitu menjelaskan teori atau konsep yang ada dan
membandingkannya dengan kondisi riil. Analisis yang digunakan adalah
analisis jalur yang nantinya akan mengkomparasikan pengaruh variabel-
variabel yang diteliti.
4.3.1. Transformasi Data
Dalam analisis jalur, dipersyaratkan bahwa hierarki data
telah ditransformasikan ke dalam bentuk data interval. Proses
transformasi data ke dalam bentuk interval menggunakan Method of
Succesive Interval (MSI). Hasil transformasi secara rinci dapat dilihat
pada LAMPIRAN 3.
Setelah data ditransformasikan, langkah selanjutnya adalah
dengan menghitung statistika deskriptif yang berisi rataan dan standar
deviasi data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk interval.
Statistik deskriptif dari MSI adalah sebagai berikut:
Tabel IV-80Statistika Deskriptif Transformasi Data
Variabe; Rataan Deviasi SampelCompetitive Scope 82,07 21,25 50Entrepreneurial Competencies 45,95 11,94 50Organization Capabilities 120,45 30,72 50Kinerja Usaha 15,35 3,95 50
131
Pada Tabel IV-80, terlihat bahwa analisis deskriptif tersebut
belum cukup untuk menunjukan sesuatu. Sehingga langkah selanjutnya
adalah pengujian model melalui analisis regresi dan korelasi.
4.3.2. Regresi Linier
Berikut ini hasil perhitungan regresi linier menggunakan
aplikasi SPSS 14,0:
Tabel IV-81Model SummaryModel Summaryb
,788a ,621 ,596 2,51382370Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Organization Capabilities,Entrepreneurial Competencies, Competitive Scope
a.
Dependent Variable: Kinerja MBb.
Regresi menghasilkan nilai R2 atau koefisien determinasi
sebesar 0,621. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nilai R2 yang
semakin besar, yaitu mendekati angka satu, menunjukan bahwa model
tersebut semakin baik. Makna dari R2 = 0,621 adalah bahwa 62,10
persen kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri dapat dipengaruhi oleh faktor competitive scope,
entrepreneurial competencies, dan oerganization capabilities.
Selanjutnya sisanya yakni 38,90 persen disebabkan oleh faktor-faktor
lain.
Nilai standard error of estimate adalah 2,5138 yang mana
lebih kecil bila dibandingkan dengan standar deviasi kinerja usaha
(3,95455). Hal ini menunjukan bahwa model ini lebih baik untuk
132
memprediksi kinerja usaha dibandingkan rata-rata kinerja usaha itu
sendiri.
4.3.3. Pengujian menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)
Melalui uji ANOVA atau uji F, diperoleh nilai sebagai
berikut:
Tabel IV-82Analysis of VarianceANOVAb
475,599 3 158,533 25,087 ,000a
290,688 46 6,319
766,287 49
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Organization Capabilities, Entrepreneurial Competencies,Competitive Scope
a.
Dependent Variable: Kinerja MBb.
Dari Tabel IV-82, diperoleh nilai Fhitung sebesar 25,087
dengan tingkat signifikansi 0,000. Arti hasil uji F ini adalah bahwa nilai
probabilitas uji tersebut (0,000) jauh lebih kecil daripada α = 0,05.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel competitive scope,
entrepreneurial competencies dan organization capabilities secara
simultan dan bersama-sama mampu mempengaruhi variabel kinerja
usaha.
4.3.4. Pengujian Koefisien Jalur
Untuk bisa melakukan pengujuan hipotesis, terlebih dahulu
harus diketahui nilai koefisien jalur dari suatu variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus tertentu yang dinyatakan dengan path
coeficient. Hal ini bertujuan agar persamaan struktural dari variabel-
variabel penelitian dapat dimunculkan. Berikut ini adalah koefisien jalur
variabel-variabel penelitian:
133
Tabel IV-83Koefisien JalurCoefficientsa
2,794 1,516 1,843 ,072
,259 ,273 ,781 -15.103 ,349
-,401 ,411 -2,155 5.401 ,334
,279 ,206 2,166 8.848 ,183
(Constant)
EntrepreneurialCompetencies
Competitive Scope
Organization Capabilities
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja MBa.
Selanjutnya berdasarkan nilai koefisien jalur di atas,
diketahui nilai koefisien jalur masing-masing variabel independen. Hasil
tersebut kemudian dimasukan ke dalam bentuk persamaan struktural
sebagai berikut:
Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + … + ρyxk xk + є
Y = -2,155 X1 + 0,781 X2 + 2,166 X3 + є
Dimana:
Y = Kinerja Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
X1 = Competitive scope
X2 = Entrepreneurial competencies
X1 = Organization capabilities
Є = Nilai residu
Berdasarkan persamaan struktural yang merupakan hasil
pengolahan SPSS 14,0, diperoleh koefisien jalur yang merupakan nilai
dari unstandardized coeficient beta. Variabel competitive scope bernilai
negatif yang menunjukan seberapa besar nilai koefisien faktor eksternal
usaha yang uncontrollable terdiri dari market heterogeneity,
technological sophistication market attractiveness, product life cycle,
market demand dan competitive concentration. Dengan demikian,
134
semakin besar nilai competitive scope usaha, maka upaya untuk
meningkatkan kinerja usahanya akan semakin berat. Untuk itu, harus
diimbangi dengan peningkatan nilai entrepreneurial competencies dan
organization capabilities.
Seperti tampak pada Tabel IV-83, nilai t-test untuk variabel
competitive scope adalah -15,100, untuk variabel entrepreneurial
competencies sebesar 5,405, sedangkan untuk variabel organization
capabilities sebesar 8,842. Nilai t-test digunakan dalam pengujian setiap
variabel independen untuk menguji pengaruh secara signifikan terhadap
perubahan nilai variabel dependen.
4.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian kebermaknaan (test of significance) adalah proses
menguji setiap koefisien jalur yang telah dihitung, baik secara parsial
maupun simultan. Tes ini juga menguji perbedaan besarnya pengaruh
masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen.
4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Hipotesis yang akan diuji melalui test of significance untuk
menguji koefisien jalur secara simultan adalah sebagai berikut:
Ho : ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel-variabel yang diteliti dengan Y.
H1 : Sekurang-kurangnya terdapat sebuah ρyxu ≠ 0
Artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel-variabel yang diteliti dengan Y.
I = 1,2,3.
135
Untuk menguji koefisien jalur secara simultan, rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
F =(n – k – 1)(R2
yx)k(1 – R2
xy)Dimana:
k = Banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji.
t = Nilai tabel distribusi F Soedecor dengan degree of freedom k dan
n – k – 1.
n = Jumlah sampel.
k = Jumlah variabel eksogen.
Berdasarkan rumusan tersebut di atas, nilai Fhitung yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
F = (50 – 3 – 1)(0,621)
= 25,0873(1 – 0,621)
Ftabel = F α(k; n – k - 1)
= F 0,05(3; 46)
Untuk mencari nilai Ftabel digunakan metode interpolasi
sebagai berikut:
Gambar IV-24Interpolasi Tabel Distribusi F
2,84 2,76
40
60
Y
47
136
Interpolasi:
(40-47)=
(2,84-Y)(40-60) (2,84-2,76)
(2,84 - Y) (40 - 60) = (40 - 47) (2,84 - 2,76)
Y = 2,84 -(40 – 47) (2,84 – 2,76)
(40 – 60)
= 2,812
Dari perhitungan Fhitung dan Ftabel dapat digambarkan diterima
atau ditolaknya hipotesis seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar IV-25Daerah Penerimaan Hipotesis Kurva Distribusi F
Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho ditolah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa koefisien jalur dari variabel eksogen
(competitive scope, entrepreneurial competencies, dan organizaton
capabilities) terhadap variabel endogen (kinerja Mitra Binaan Telkom
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
F hitung25,087
F tabel2,812
137
Datel Bandung sektor industri) bermakna signifikan dengan derajat
kekeliruan 5 persen.
4.4.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Pengujian koefisien jalur secara parsial menggunakan rumus
sebagai berikut:
t =Ρyuxi
√{ (1 – R2) xu (x1, x2, x3) Cii }n – k - 1
Dimana:
Ρyuxi = koefisien korelasi Xu terhadap Y
R2 = nilai R square
Cii = nilai inverse korelasi antar variabel
Berikut ini adalah matriks inverse variabel-variabel
penelitian:
Tabel IV-84Matriks Inverse Variabel-Variabel Penelitian
Variabel CS EC OC KUKCS 49,37821 49,32214 2,695718 2,472364EC 49,32214 52,95508 2,825179 2,534686OC 2,695718 2,825179 2,8278781 1,655498
KUK 2,472364 2,534686 1,655498 2,535701
Ketentuan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan
adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dimana t0,05(50 – 3 – 1) = 1,6787
Berikut ini adalah gambar daerah penerimaan hipotesis
variabel-variabel penelitian secara parsial:
Gambar IV-26
138
Daerah Penerimaan Hipotesis Secara Parsial Menggunakan Tabel Distribusi t
Perhitungan pengujian koefisien jalur secara parsial dari
variabel-variabel penelitian menggunakan distribusi t:
a. Pengaruh Variabel Competitive Scope terhadap Kinerja Usaha
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho : thitung > ttabel
Artinya tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara competitive scope dengan kinerja usaha.
H1 : thitung < ttabel
Artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara competitive scope dengan kinerja usaha.
Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan distribusi t
adalah sebagai berikut:
t =-2,155
√{ (1 – 0,621) (2,472) }50 – 3 - 1
thitung = -15,1001ttabel(0,05;46)= -1,6787
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
Daerah penolakan Ho
t tabel (-) t tabel (+) t hitung (+)t hitung (-)
139
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, tampak
bahwa thitung > ttabel atau -15,1001 > -1,6787. Dengan demikian thitung
terletak pada daerah penolakan Ho seperti yang terlihat pada gambar
berikut:
Gambar IV-27Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Competitive Scope terhadap
Kinerja Usaha
Dengan demikian Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa
terdapat pengaruh secara signifikan antara competitive scope dengan
kinerja usaha.
b. Pengaruh Variabel Entrepreneurial Competencies terhadap Kinerja Usaha
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho : thitung > ttabel
Artinya tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
H1 : thitung < ttabel
Artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara entrepreneurial competencies dengan kinerja usaha.
t tabel-1,6787
t hitung-15,1001
Daerah penerimaan
Ho
Daerah penolakan Ho
140
Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan distribusi t
adalah sebagai berikut:
t =0,781
√{ (1 – 0,621) (2,534) }50 – 3 - 1
thitung = 5,4051ttabel(0,05;46)= 1,6787
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, tampak
bahwa thitung > ttabel atau 5,4051 > 1,6787. Dengan demikian thitung terletak
pada daerah penolakan Ho seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar IV-28Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Entrepreneurial
Competencies terhadap Kinerja Usaha
Dengan demikian Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa
terdapat pengaruh secara signifikan antara entrepreneurial competencies
dengan kinerja usaha.
c. Pengaruh Variabel Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho : thitung > ttabel
Artinya tidak terdapat pengaruh secara signifikan
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
t hitung5,4051
t tabel1,6787
141
antara organization capabilities dengan kinerja usaha.
H1 : thitung < ttabel
Artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara organization capabilities dengan kinerja usaha.
Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan
distribusi t adalah sebagai berikut:
t =2,166
√{ (1 – 0,621) (1,655) }50 – 3 - 1
thitung = 8,8416ttabel(0,05;46)= 1,6787
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, tampak
bahwa thitung > ttabel atau 8,8416 > 1,6787. Dengan demikian thitung terletak
pada daerah penolakan Ho seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar IV-29Daerah Penerimaan Hipotesis Pengaruh Organization Capabilities
terhadap Kinerja Usaha
Dengan demikian Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa
terdapat pengaruh secara signifikan antara organization capabilities
dengan kinerja usaha.
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
t hitung8,8416
t tabel1,6787
142
4.4.3. Besaran Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh variabel endogen, dari dua atau
lebih variabel eksogen, dapat terjadi secara simultan maupun parsial.
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan pengaruh secara simultan,
sebelumnya dilakukan pengujian hipotesis. Kemudian, setelah terlihat
adanya perbedaan pengaruh antar variabel eksogen terhadap endogen,
maka perhitungan dilanjutkan dengan mengukur besaran pengaruh
variabel eksogen terhadap endogen secara parsial. Matriks Korelasi
variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel IV-85Matriks Korelasi
r X1 X2 X3 YX1 1 0,989811 0,997312 0,778122X2 0,989811 1 0,980539 0,771705X3 0,997312 0,980539 1 0,782494Y 0,778122 0,771705 0,782494 1
Untuk dapat menghitung besaran perbedaan pengaruhnya,
maka pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Besaran pengaruh langsung variabel eksogen
terhadap endogen = (ρyx1 X ρyx1).
2. Besaan pengaruh tidak langsung variabel eksogen
terhadap endogen = (ρyx1 X rx1x2 X ρyx2) + (ρyx1 X rx1x3 X
ρyx3).
143
3. Besaran pengaruh total variabel eksogen terhadap
endogen = (ρyx1 X ρyx1) + {(ρyx1 X rx1x2 X ρyx2) + (ρyx1 X
rx1x3 X ρyx3)}.
Dimana:
ρyx1 = -2,155, yang merupakan koefisien jalur X1 terhadap Y.
ρyx2 = 0,781, yang merupakan koefisien jalur X2 terhadap Y.
ρyx3 = 2,166, yang merupakan koefisien jalur X3 terhadap Y.
rx1x2 = 0,989, yang merupakan koefisien korelasi X1 terhadap X2.
rx2x3 = 0,981, yang merupakan koefisien korelasi X2 terhadap X3.
rx1x3 = 0,997, yang merupakan koefisien korelasi X1 terhadap X3.
Berikut ini adalah perbandingan perbedaan pengaruh
variabel-variabel penelitian atau yang umumnya disebut causal
comparative:
a. Perbedaan Pengaruh Variabel Competitive Scope, Entrepreneurial Competencies dan Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho : ρyxi = ρyx2 = ρyx3
Artinya tidak terdapat perbedaan pengaruh antara competitive scope, entrepreneurial competencies, dan organization capabilities terhadap kinerja usaha
H1 : Minimal salah satu ρyxi , ρyx2 atau ρyx3 ≠ 0
Artinya terdapat perbedaan pengaruh antara competitive scope, entrepreneurial competencies, dan organization capabilities terhadap kinerja usaha
144
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah sebagai berikut:
t =ρyxi - ρyx2 - ρyx3
√{ (1 – R2x3(x1x2) (C11+C22+C33-2C44) }n – k - 1
Hasil perhitungan uji hipotesis adalah sebagai
berikut:
t =2,155 – 2,165 – 0,781
√{(1 – 0,621) (49,322+2,825+1,655-
2(2,695+2,472+2,534) }50 – 3 - 1
thitung = 9,0687ttabel(0,05;46)= 1,6787
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang diperoleh, tampak
bahwa thitung > ttabel atau 9,0687 < 1,6787. Dengan demikian thitung terletak
pada daerah penolakan Ho seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar IV-30Daerah Penerimaan Hipotesis Perbedaan Pengaruh Competitive
Scope, Entrepreneurial Competencies dan Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
t hitung9,0687
t tabel1,6787
145
Dengan demikian Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa
terdapat perbedaan pengaruh antara competitive scope, entrepreneurial
competencies, dan organization capabilities terhadap kinerja usaha.
b. Pengaruh Variabel Competitive Scope terhadap Kinerja Usaha
Perhitungan besaran pengaruh variabel competitive scope
terhadap kinerja usaha adalah sebagai berikut:
Langsung = (-2,155 X -2,155) = 4,6432
Tidak langsung = (-2,155 X 0,990 X 0,781) + (-2,155 X 0,997 X 2,166) = -6,3199
Total = (-2,155 X -2,155) + (-2,155 X 0,990 X 0,781) + (-2,155 X 0,997 X 2,166)} = -1,6767
Dengan demikian, pengaruh competitive scope terhadap
kinerja usaha atau kinerja usaha ditentukan oleh competitive scope
adalah sebesar -1,6767.
c. Pengaruh Variabel Entrepreneurial Competencies terhadap Kinerja Usaha
Perhitungan besaran pengaruh variabel entrepreneurial
competencies terhadap kinerja usaha adalah sebagai berikut:
Langsung = (0,781 X 0,781) = 0,6097
Tidak langsung = (0,781 X 0,990 X -2,155) + (0,781 X 0,981 X 2,165) = -0,0071
146
Total = (0,781 X 0,781) + {(0,781 X 0,990 X -2,155) + (0,781 X 0,981 X 2,166)} = 0,6026
Dengan demikian, pengaruh entrepreneurial competencies
terhadap kinerja usaha atau kinerja usaha ditentukan oleh
entrepreneurial competencies adalah sebesar 0,6026.
d. Pengaruh Variabel Organization Capabilities terhadap Kinerja Usaha
Perhitungan besaran pengaruh variabel organization
capabilities terhadap kinerja usaha adalah sebagai berikut:
Langsung = (2,166 X 2,166) = 4,6909
Tidak langsung = (2,166 X 0,981 X 0,781) + (2,166 X 0,997 X -2,155) = -2,9961
Total = (2,166 X 2,166) + {(2,166 X 0,981 X 0,781) + (2,166 X 0,997 X -2,155)} = 1,6948
Dengan demikian, pengaruh organization capabilities
terhadap kinerja usaha atau kinerja usaha ditentukan oleh organization
capabilities adalah sebesar 1,6948.
e. Total Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen
Secara rinci pengaruh variabel-variabel penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel IV-86Rekapitulasi Pengaruh Variabel-Variabel Penelitian
Variabel LsgT. Lsg
TotalX1 X2 X3X1 4,6432 - -1,6655 -4,6544 -1,6767
147
X2 0,6097 -1,6655 - 1,6583 0,6026X3 4,6909 -4,6544 1,6583 - 1,6948Total 9,9438 -6,3199 -0,0071 -2,9961 0,6207
Dari tabel di atas, terlihat bahwa total pengaruh dari
competitive scope, entrepreneurial competencies dan organization
capabilities terhadap kinerja usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri adalah sebesar 62,07 persen. Sisanya sebesar 0,3793 atau
37,93 persen kinerjanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar cakupan
penelitian yang dilakukan.
Berikut ini adalah diagram konsep penelitian yang telah
diukur besaran pengaruhnya:
Gambar IV-31Diagram Konsep Penelitian
Competitive Scope
Entrepreneurial Competencies
Organization Capabilities
Kinerja Usaha Mitra Binaan Telkom Datel sektor industri
0,6026
-1,6767
1,698
4
0,3793
0,990
0,981
0,997
148
4.5. Pembahasan
Dari hasil perhitungan yang disebarkan kepada 50 responden,
gambaran mengenai variabel-variabel penelitian terhadap kinerja usaha
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri adalah sebagai
berikut:
Tabel IV-87Rekapitulasi Analisis Deskriptif
Variabel Atribut Kategori
Ent
repr
eneu
rial
com
pete
ncie
s
Peluang usaha Dipertahankan
Bekerja sama Perlu Ditingkatkan
Menerima pendapat orang lain Perlu Ditingkatkan
Percaya pada orang lain Perlu Ditingkatkan
Pengambilan keputusan Perlu Ditingkatkan
Menggali informasi Dipertahankan
Tantangan bisnis Perlu Ditingkatkan
Konsep inovatif Perlu Ditingkatkan
Sumber daya manusia Dipertahankan
Alat-alat produksi Dipertahankan
Keuangan Perlu Ditingkatkan
Pemilihan teknologi Perlu Ditingkatkan
Perencanaan Perlu Ditingkatkan
Implementasi Perlu Ditingkatkan
Evaluasi Perlu Ditingkatkan
Komitmen Perlu Ditingkatkan
Com
peti
tive
sco
pe Pencarian informasi Dipertahankan
Pemahaman karakteristik Perlu Ditingkatkan
Kecepatan penerapan teknologi Perlu Ditingkatkan
Ketepatan penerapan teknologi Perlu Ditingkatkan
Pendatang baru SulitProduk pengganti Lemah
149
Negosiasi dengan pembeli Lemah
Negosiasi dengan pemasok Lemah
Pesaing KuatPengetahuan setiap siklus produk yang dihasilkan Perlu Ditingkatkan
Segmentasi permintaan Perlu Ditingkatkan
Keunggulan bersaing Strategi Harga Murah
Cakupan keunggulan Strategi Pasar Tertentu(bersambung)
(sambungan)
Org
aniz
atio
n ca
pabi
liti
es
Produk inovatif Dipertahankan
Proses inovatif Dipertahankan
Produk berkualitas Perlu Ditingkatkan
Sesuai dengan keinginan pelanggan Perlu Ditingkatkan
Meminimalisir biaya Perlu Ditingkatkan
Memaksimalisasi keuntungan Perlu Ditingkatkan
Optimalisasi sumber daya Dipertahankan
(Sumber: Ringkasan data primer) diolah
Kategorisasi yang diambil didasarkan pada rekapitulasi hasil
analisis deskriptif pada masing-masing atribut dan instrumen yang
dianalisis secara deskriptif. Pemaparan secara rinci disajikan pada
LAMPIRAN VIII.
Berdasarkan perhitungan melalui analisis jalur secara parsial,
diperoleh hasil bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
kinerja usaha Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
adalah organization capabilities. Artinya bahwa semakin besar
kemampuan mitra binaan untuk mengelola faktor internal usahanya,
maka peluang peningkatan kinerja usahanya semakin besar.
Dari hasil analisis jalur secara simultan ditemukan bahwa
faktor yang mendukung kinerja usaha adalah entrepreneurial
150
competencies dan organization capabilities. Sedangkan faktor yang
mereduksi kinerja usaha adalah competitive scope. Artinya, untuk
meningkatkan kinerja Mitra Binaan Datel Bandung sektor industri,
pihak Telkom CD Datel Bandung dapat memberikan bantuan lain
berupa pelatihan entrepreneurial competencies dan organization
capabilities.
Upaya kajian (content) pelatihan yang bisa diberikan pihak
CD Telkom Datel Bandung adalah atribut dan instrumen yang
berdasarkan Tabel IV-87 masih perlu ditingkatkan. Sehingga penelitian
ini bisa dijadikan suatu landasan pihak Telkom CD Datel Bandung
untuk melakukan proses monitoring pada Mitra Binaannya.
Tindak lanjut dari proses monitoring adalah evaluation,
yakni memberikan pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil
pengumpulan data Mitra Binaan yang bisa disejajarkan dengan laporan
trainning need analysis.
Berikut ini adalah temuan-temuan hasil penelitian yang perlu
untuk ditingkatkan:
a. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai market
heterogeneity ditemukan bahwa sebesar 34,00 persen
Mitra Binaan Datel Bandung sektor industri memiliki
tingkat keinginan yang rendah untuk mencari informasi
pasar dan tingkat kemampuan yang rendah dalam
mengenali karakteristik pelanggannya. Dengan analisis
deskriptif yang sama ditemukan juga bahwa 32,00
persen memiliki tingkat keinginan yang tinggi dalam
151
mencari informasi pasar namun tingkat kemampuannya
rendah untuk mengenal karakteristik pelanggannya.
b. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
techological sophistication ditemukan bahwa 52,00
persen Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri memiliki tingkat kecepatan dan tingkat
ketepatan yang rendah dalam menerapkan teknologi
pada usaha yang dimilikinya.
c. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai market
attractiveness ditemukan bahwa usaha kecil Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
dikategorisasikan unattractive. Hal ini terbukti dengan
hasil perhitungan yang menunjukan bahwa 3 dari 5
faktor Porter Five Forces yakni: negosiasi dengan
pembeli dan negosiasi dengan pemasokMitra Binaan
sektor industri lemah kemudian persaingan pada
lapangan usaha sejenis kuat.
d. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
competitive concentration ditemukan bahwa usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri berada
pada strategi penciptakan produk dengan tingkat harga
rendah (low price) dan strategi cakupan pasar tertentu
(niche market).
e. Berdasarkan analisis deskriptif mengenai
pemahaman quality product ditemukan bahwa 52,00
persen Mitra Bnaan Telkom Datel Bandung sektor
152
industri masih menciptakan produk dengan kualitas yang
rendah dan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan.
f. Berdasarkan Wilcoxon Signed Ranks Test
mengenai kinerja pemberian bantuan terhadap
peningkatan keuntungan bersih usaha Mitra Binaan
Datel Bandung sektor industri, ditemukan bahwa nilai
zhitung < ztabel atau -0,483 < 1,645. Sehingga dapat
disimpulkan bantuan pinjaman Telkom CD Datel
Bandung tidak mampu meningkatkan kinerja
keuntungan bersih usaha Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri secara signifikan.
153
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan terhadap Karakteristik Responden
Ikhtisar karakteristik responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Rata-rata usia tingkat pendidikan formal
responden adalah SLTA sederajat dengan rentang
pendidikan yang bervariasi dari tidak tamat SD sampai
dengan Strata-2. Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri yang berpendidikan tamatan SD menjadi
prioritas utama dalam pemberian pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
b. Sebanyak 14 (28,00%) berjenis kelamin wanita
sedangkan sisanya 36 (72,00%) adalah pria.
c. Rata-rata usia responden adalah 46 tahun dengan
usia paling muda adalah 30 tahun dan yang paling tua
adalah 70 tahun. Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
dengan kategori usia dewasa akhir menjadi prioritas
154
utama dalam memberikan pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
d. Lapangan usaha responden adalah sebagai
berikut:
1) Industri makanan/ mnuman sebanyak 11 (22,00%).
2) Industri kerajinan tangan sebanyak 9 (18,00%).
3) Industri tekstil sebanyak 18 (38,00%).
4) Industri alas kaki sebanyak 7 (14,00%).
5) Industri kayu sebanyak 1 (2,00%).
6) Industri kertas sebanyak 1 (2,00%).
7) Industri lainnya diluar kategori yang diberikan BPS
mengenai lapangan usaha kecil seperti klontong dan
kosmetik sebanyak 2 (4,00%).
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung pada lapangan
usaha industri kertas dan alas kaki menjadi prioritas
dalam pemberian pelatihan agar kinerja usahanya dapat
ditingkatkan lebih signifikan.
e. Pinjaman yang diterima Mitra Binaan dari CD
Datel Bandung adalah sebagai berikut:
1) Pinjaman kurang dari Rp. 38 juta sebanyak 45
(90,00%).
2) Pinjaman lebih dari Rp. 38 juta sampai dengan Rp.
73 juta sebanyak 4 (8,00%).
3) Pinjaman lebih dari Rp. 73 juta sebanyak 1 (2,00%).
Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri
yang menerima pinjaman lebih dari Rp. 73 juta menjadi
155
prioritas dalam pemberian pelatihan agar kinerja
usahanya dapat ditingkatkan lebih signifikan.
5.2. Kesimpulan terhadap Pengujian Hipotesis
Melalui pengujian hipotesis diperoleh hasil debagai berikut:
a) Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan
menunjukan bahwa variabel competitive scope,
entrepreneurial competencies, dan organization
capabilities secara simultan memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja usaha kecil Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri.
b) Hasil pengujian hipotesis kedua secara parsial
menunjukan bahwa variabel competitive scope
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja usaha
kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri. Arah hubungan pengaruh yang terjadi adalah
negatif.
c) Hasil pengujian hipotesis ketiga secara parsial
menunjukan bahwa variabel entrepreneurial
competencies berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Arah hubungan pengaruh yang terjadi
adalah positif.
d) Hasil pengujian hipotesis keempat secara parsial
menunjukan bahwa variabel organization capabilities
secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja usaha
156
kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung sektor
industri. Arah hubungan yang terjadi adalah positif.
Dari hasil pengujian hipotesis tersebut di atas, kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a) Secara simultan variabel competitive scope,
entrepreneurial competencies, dan organization
capabilities memiliki makna berpengaruh terhadap
kinerja usaha kecil Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Besaran total pengaruh ketiga variabel
tersebut adalah sebesar 62,07 persen. Sedangkan sisanya
sebesar 37,93 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar
cakupan penelitian. Hal ini menunjukan bahwa model
yang dikembangkan Man dan Chan dapat menjelaskan
62,07 persen faktor kritis kinerja usaha kecil Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung.
b) Secara parsial variabel entrepreneurial
competencies dan organization capabilities memiliki
arah hubungan yang positif. Ini bermakna bahwa
entrepreneurial competencies yang dimiliki Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri,
mendukung kemampuan organization capabilities Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung sektor industri.
Sebaliknya variabel competitive scope usaha Mitra
Binaan Telkom Datel Bandung memiliki arah hubungan
yang negatif. Ini bermakna bahwa entrepreneurial
competencies yang dimiliki usaha Mitra Binaan Telkom
157
Datel Bandung sektor industri harus mampu
meminimalisir ketidakpastian yang menjadi ancaman
usaha yang dimilikinya.
5.3. Saran
Saran yang diberikan penulis dari penelitian ini terbagi
menjadi dua bagian yakni: saran bagi perusahaan dan saran bagi
penelitian selanjutnya.
5.3.1. Saran Bagi Perusahaan
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan yang
telah dipaparkan di atas, maka penilis mengajukan beberapa saran bagi
perusahaan sebagai berikut:
a. Mengingat faktor entrepreneurial competencies,
dan organization capabilities merupakan satu kesatuan
yang dapat membentuk kinerja usaha Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri, maka kedua
faktor tersebut dapat dijadikan prioritas pelatihan yang
dibutuhkan oleh Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri. Sedangkan pelatihan competitive scope
diberikan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak
ketidakpatian lingkungan eksternal usaha Mitra Binaan
Telkom Datel Bandung sektor industri.
b. Materi pelatihan competitive scope dalam upaya
meminimalisir pengaruh negatif faktor uncertainty of
business yang dapat diberikan kepada Mitra Binaan
158
Telkom Datel Bandung sektor industri adalah sebagai
berikut:
1) Pemahaman karakteristik pasar dan pelanggan.
2) Penerapan teknologi yang cepat dan tepat.
3) Pemahaman terhadap siklus tahapan produk yang
dihasilkan.
4) Penerapan segmentasi permintaan.
c. Materi pelatihan entrepreneurial competencies
yang dapat diberikan kepada Mitra Binaan Telkom Datel
Bandung sektor industri adalah sebaga berikut:
1) Kemampuan bekerja sama.
2) Kemampuan menerima pendapat orang lain.
3) Kemampuan untuk mempercayai orang lain.
4) Kemampuan untuk menyukai tantangan bisnis.
5) Kemampuan untuk menciptakan inovasi bisnis.
6) Kemampuan pengelolaan keuangan usaha.
7) Kemampuan perencanaan, implementasi dan
evaluasi strategi.
8) Kemampuan berkomitmen pada usaha.
d. Materi pelatihan organization capabilities yang dapat
diberikan kepada Mitra Binaan Telkom Datel Bandung
sektor industri adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menciptakan produk berkualitas dan
sesuai dengan keinginan pelanggan.
159
2) Kemampuan pengelolaan penggunaan dana
(meminimalisir biaya dan memaksimalisasi
keuntungan).
5.3.2. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan yang
telah dipaparkan di atas, maka penilis mengajukan beberapa saran bagi
penelitian selanjutnya sebagai berikut:
a. Penelitian ini merupakan model untuk satu cakupan
sektor usaha yang diberi pinjaman oleh pihak Telkom
CDC. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada sektor-sektor Usaha Kecil lainnya. Hal
ini disebabkan pada masing-masing sektor usaha terbagi
menjadi lapangan-lapangan usaha yang memiliki
karakteristik yang berbeda dengan penelitian ini.
b. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengkaji aspek yuridis
dari pemberian pinjaman Program Kemitraan. Hal ini
disebabkan Penyelenggara Program Kemitraan BUMN
tidak memiliki kekuatan hukum dalam upaya
meminimalisir resiko non performance loan. Sehingga
dapat diartikan kredit pinjaman yang diberikan tidak
memiliki agunan. Hal ini berbanding terbalik dengan
pemberian Kredit Mikro oleh Bank, dimana pinjaman
yang diberikan memiliki kekuatan hukum berupa agunan
yang dapat meminimalisir resiko non performance loan.
5.4. Saran Tambahan
160
Hasil temuan ini dapat dijadikan suatu acuan proses
monitoring and evaluation (moneva). Jika dikaitkan dengan hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan pihak CD Telkom, maka urutan business
process Program Kemitraan CDC Telkom dalam memberikan bantuan
kepada usaha kecil dapat dimodifikasi sebagai berikut:
a. Analisa Kapabilitas dan Kompetensi Usaha Kecil
yang telah dilakukan CDC Telkom, dapat dijadikan
suatu acuan penyebaran besaran bantuan per wilayah
operasi dari CD Divre sampai dengan CD Datel. Output
dari analisa ini adalah proporsi wilayah dan sektor yang
diprioritaskan diberi pinjaman pada wilayahnya masing-
masing.
b. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Budi (2006)
yang meneliti faktor-faktor kritis teori Bygrave (diadopsi
dari Carol Moore’s Model) dengan dimensi-dimensi
personal, sociological, dan environmental, dapat
dijadikan kategori-kategori screening dalam memilih
calon Mitra Binaan yang berpotensi untuk memiliki
kinerja yang baik.
c. Penelitian ini sendiri dapat diposisikan sebagai
bagian dari proses pemantauan dalam monitoring and
evaluation (moneva). Hasil monitoring tersebut dapat
dijadikan trainning need analysis yang perlu
ditindaklanjuti sebagai bagian dari proses evaluasi
dengan memberikan pelatihan yang berdasarkan hasil
161
monitoring dibutuhkan oleh Mitra Binaan untuk dapat
meningkatkan kinerja usahanya.
5.5. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a. Model Man dan Chan akan lebih baik jika
dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling
(SEM). Dengan menggunakan SEM, akan dapat
didiagnosis seberapa besar pengaruh entrepreneurial
competencies terhadap competitive scope dan
organization capabilities.
b. Objek penelitian dapat dipilih tidak hanya dari
Usaha Kecil yang bermitra dengan BUMN. Namun
melibatkan Usaha Kecil yang tidak bermitra dengan
BUMN.
162
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jakarta (2000). Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2000, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat (2006). Kondisi Perekonomian Jawa Barat Tahun 2006, Bandung.
Bank Indonesia (1993), Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/UKK perihal Kredit Usaha Kecil, Jakarta, Bank Indonesia.
------ (2006), Kajian Pembiayaan dalam Rangka Pengembangan Klaster, Jakarta, http://www.bi.go.id, 27 Februari 2008.
Budi Harsanto (2006), Faktor-Faktor Kritis Teori Bygrave terhadap Pertumbuhan Usaha pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Unit Community Development (Comdev) Kandatel Bandung, “Tesis”, Bandung, Institut Manajemen Telkom.
163
Bygrave, Wiliam D. (1994). Portable MBA in Entrepreneurship, New York, John Wiley & Sons, Inc.
Carrol Archie B. dan Ann K. Buchholtz (2003), Strategic Management: Ethics and Strategic Management, South-Western, Thomson Learning.
Covin, J. G. And Slevin, D. P (1989), A Conceptual Model of Entrepreneurship as Firm Behavior, Entrepreneurship: Theory and Practice, New York, McGraw-Hill Irwin.
Direksi Telkom (2003), Keputusan Direksi Nomor 51/KU200/PUK-00/2003 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center), Bandung, Telkom Pusat.
------ (2003), Keputusan Direksi Nomor 61/PS150/CTG-10/2003 tentang Pembentukan Organisasi Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, Bandung, Telkom Pusat.
Drucker, F. Peter (1984), Innovation and Entrepreneurship, “Library Journal”, California, Perfect Bound.
Hisrich, Robert D. , Michael P. Peters, and Dean A. Shepherd (2002), Entrepreneurship International Edition, “Sixth Edition”, New York, McGraw-Hill Irwin,
Hotama, A. S. N. (2001), Interaksi Budaya pada Hubungan Disain Kerja dan Kemampuan Karyawan dengan Kepuasan Kerja Karyawan dalam Kelompok Usaha Perusahaan Manufaktur, “Disertasi tidak diterbitkan”, Malang, PPs Universitas Malang.
Jones, Oswald and Fiona Tiley (2003), Competitive Advantage in SME’s, Chichester, Wiley & Sons England,
Man, T. and Chan T. (2002), The Competitiveness of Small and Medium Enterprise: A Conceptualization with Focus on Entrepreneurial Competencies,”Journal of Business Venturing”.
Manajement Consulting Center dan Community Development Center Telkom, (2007), Survey Opini dan Performansi Program Kemitraan, Bandung, Telkom MCC.
164
------ (2008), Analisa Kapabilitas Provinsi dan Kompetensi Usaha Kecil, Bandung, Telkom MCC.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (2003), Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Jakarta, Kementrian BUMN.
Menteri Negara Sekretaris Negara (1995), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Jakarta, Menteri Negara Sekretaris Negara.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1999), Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 598/MPP/KEP/10/1999, Jakarta, Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Muhidin, Ali Sambas dan Maman Abdulrahman (2007), Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian, Bandung, Pustaka Setia Bandung.
Naffziger, Douglas (1995), Entrepreneurship: A Person-Based Theory Approach. Advances in Entrepreneurship, Firm Emerge and Growth, Volume 2, Amsterdam, Elsevier Ltd.
Nurhayati, Charissa (2001), Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha di Perusahaan Katering di Jakarta Selatan, “Tesis”, Bandung, Universitas Padjajaran.
Pemerintah Republik Indonesia, (1995), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
------ (1998), Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
Pratomo, T. S. dan Soejoedono, A.R. (2002), Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi, Jakarta, Graha Indonesia.
Purwanto, M. S. Budi (2003), Identifikasi Faktor-Faktor yang Perlu Dikembangkan Sebagai Masukan dalam Perumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus di Usaha
165
Kecil Warung Makan di Bandung), “Tesis”, Bandung, Institut Manajemen Telkom.
Scarborough, M. Norman and Thomas W. Zimmerer (2002), Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Jakarta, Pearson Education Asia Pte Ltd & Prenhallindo.
------ (2006), Effective Small Business Management, New Jersey, Pearson Education, Inc.
Sekaran, Uma (1992), Research Methods for Business, A Skill Building Approach, “Second Edition”, John Wiley & Sons.
Smith, Norman R. And John B. Milner (1984), Type of Entrepreneur, Type of Firm, and Managerial Motivation: Implication for Organizational Life Cycle Theory, Strategic Management Journal Volume 4 Number 4, Durham University Business School.
Sultan, Sami Suhail (2007), The Competitive Advantage of Small and Medium Sized Enterprises, “Makalah”, Maastricht, Universitaire Pers Maastricht.
Taufik, M. (2004), Urgensi Klaster untuk Membangun Sinergi Sistem Bisnis UKM yang Kompetitif, Bandung, PIB Institut Teknologi Bandung.
Wahidmurni, M (2007), Manajemen Perubahan Bisnis dari Teori ke Data, Malang, UIN-Malang Pers.
Wibisono, D. (1999), Analisis Keterkaitan Variabel Kinerja dalam Perusahaan Manufaktur, “Makalah disajikan dalam Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian Forum Komunikasi Penelitian Manajemen”, Semarang, Universitas Diponegoro.
Yadoah, Dodge (2008), The Concise Encyclopedia of Statistics, Verlag, Springer.
166