ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN
MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA HENDERSON
OLEH :
NAMA : TENGKU ABDURRAHMAN
NPM: 2014980042
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015
Tujuan 1. Menjelaskan anatomi fisiologi sistem
respirasi2. Menjelaskan konsep dasar penyakit
tuberkulosis paru3. Menjelaskan model konsep teori
keperawatan virginia henderson4. Mengaplikasikan model konsep teori
keperawatan virginia henderson kedalam asuhan keperawatan pada klien dengan Tuberkulosis paru.
REVIEW ANFIS SISTEM RESPIRASI
PROSES PERNAPASAN• EKSTERNAL RESPIRATION Proses pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel dalam tubuh dengan lingkungan luar
• INTERNAL RESPIRATION proses metabolik intrasel yang terjadi dimitokondria meliputi penggunaan O2 dan produksi CO2 selama pengambilan energi dari bahan nutrien
Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru
TBC
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Silvia A Price, 2005).
Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, 85% dari seluruh kasus tuberkulosis adalah tuberkulosis paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak dan lainnya (Ichsan, 2008).
Klasifikasi TB Paru Menurut Depkes (2007)
Organ Tubuh Yg terkena
1. Tuberkulosis paru2. Tuberkulosi ekstra
paru
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
1. TB paru BTA (+)2. TB paru BTA (-)
Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1. Kasus baru2. Kasus kambuh3. Kasus setelah
putus berobat4. Kasus setelah
gagal 5. Kasus lain
Etiologi
1. Pathway
Mycobacterium tuberculosis
Airbone / inhalasi droplet
Saluran pernafasan
Gangguan pertukaran
gas
Demam
Peningkatan suhu tubuh
Penyebaran bakteri secara limfa hematogen
Anoreksia malaese
mual muntah
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Gangguan pola nafas
tidak efektif
Sekret sulit dikeluarkan
Gangguan pola istirahat
tidur
Obstruksi
Sesak nafas
Sekret keluar saat batuk
Saluran pernafasan atas
Bakteri yang besar bertahan di bronkus
Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi
Saluran pernafasan bawah
Paru-paru
Alveolus
Terjadi perdarahan
Keletihan
Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Sumber : Price & Wilson (2005)
Peradangan bronkus
Penumpukan sekret
Efektif Tidak efektif
Batuk terus menerus
Terhisap orang sehat
Resiko penyebaran
infeksi
Manifestasi klinis menurut Alsagaff dan Mukty (2006)
Gejala Sistemik
1. Panas badan 2. Menggigil3. Keringat dimalam hari4. Malaise
Gejala Respiratorik
1. Batuk2. Sekret3. Nyeri dada4. Ronkhi
Pemeriksaan Penunjang
Model Konsep Teori Keperawatan Virginia Henderson
Tn.Z (43 tahun) masuk RS dirawat di ruang perawatan dewasa dengan keluhan sesak napas yang memberat 1 hari yang lalu. Klien mengeluh batuk sudah sekitar 2 bulan, sputum sulit dikeluarkan dan demam. Klien juga minum obat batuk dan penurun panas yang dibeli diwarung, tetapi tidak juga membaik. Klien juga mengatakan mual, nafsu makan menurun dan lemas. BB turun 11 kg dalam waktu 2 bulan.
Saat ini klien mengeluh masih sesak, batuk, dahak sudah dapat dikeluarkan, tetapi masih terasa mengganjal di tenggorokkan. Klien juga mengeluh dadanya sakit jika batuk. Klien tidak nafsu makan, mual, lemas, dan sulit tidur karena sesak napas dan batuk-batuk. Klien mengatakan tinggal dilingkungan rumah padat penduduk. Klien bekerja sebagai karyawan pabrik sepatu dengan mobilisasi menggunakan sepeda motor dan tidak menggunakan masker. TD=100/70 mmHg, Nadi=90x/ menit, RR=28x menit, suhu=39ºC, BB=45 kg, TB=168 cm, konjungtiva anemis, klien terlihat pucat, Hb 10,2 g/dl, leukosit 18,7 ribu/µl, sputum BTA (+), Thorax photo :kesan TB Paru, terapi IVFD RL 500 ml/12 jam, oksigen dengan nasal kanul 4 L/menit, paracetamol 3x500 mg, curcuma 3x1, Ripamfisin 450 mg, ISND 300 mg, Pirasinamid 1000 mg, Etambutol 1000 mg.
Skenario kasus
Pengkajian Identitas Pasien Nama : Tn.Z Umur : 43 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : klien mengatakan tinggal
dilingkungan rumah padat penduduk.
Riwayat Sakit sekarang Alasan Utama Masuk Rumah sakit Sesak napas yang memberat sejak 1 hari yang lalu, klien mengeluh batuk
sudah sekitar 2 bulan, sputum sulit dikeluarkan dan demam, klien juga mengatakan mual, nafsu makan menurun, dan lemas. BB turun 11 kg dalam waktu 2 bulan.
Keluhan Utama Klien mengeluh masih sesak, batuk, dahak sudah dapat dikeluarkan,
tetapi masih merasa mengganjal di tenggorokkan. Klien juga mengeluh dadanya sakit jika batuk. Klien tidak nafsu makan, mual, lemas, dan sulit tidur karena sesak napas dan batuk-batuk. Tanda-tanda vital TD=100/70 mmHg, Nadi=90x/menit, RR=28x/menit, Suhu=39ºC.
Upaya yang telah dilakukan Klien mengatakan minum obat batuk dan penurun panas yang dibeli di
warung, tetapi tidak juga membaik Therapi / operasi yang pernah dilakukan : Pada kasus tidak terdapat informasi mengenai therapi/ operasi yang
pernah dilakukan Riwayat Sakit dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Kesehatan
a. Bernafas dengan normal
Klien mengeluh masih sesak, batuk, dahak sudah dapat dikeluarkan tetapi
masih terasa mengganjal ditenggorokan. Klien juga mengeluh dadanya
sakit jika batuk. Frekuensi pernapasan klien 28x/menit. Klien bernafas
menggunakan alat bantu oksigen dengan nasal kanul 4L/menit.
Kemampuan Pasien Melakukan Aktivitas
Subtitutive (Tidak Dapat
Melakukan)
..................................................................................
.................................................................................
Supplementary (Dapat melakukan
tetapi kesulitan)
Klien dapat bernafas tetapi mengeluh sesak
Complimentary (Dapat melakukan
tapi perlu pengawasan)
..................................................................................
.................................................................................
Masalah keperawatan: Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
a. Kebutuhan akan nutrisi
Klien tidak nafsu makan , mual, dan lemas. Barat badan turun 11 kg
dalam waktu 2 bulan. Berat badan 45 kg, tinggi badan 168 cm. Klien
terlihat pucat, konjungtiva anemis.
Kemampuan Pasien Melakukan Aktivitas
Subtitutive (Tidak Dapat
Melakukan)
..................................................................................
.................................................................................
Supplementary (Dapat
melakukan tetapi kesulitan)
Klien tidak nafsu makan dan mual
Complimentary (Dapat
melakukan tapi perlu
pengawasan)
..................................................................................
.................................................................................
Masalah keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Suhu tubuh klien 39ºC.
Kemampuan Pasien Melakukan Aktivitas
Subtitutive (Tidak Dapat
Melakukan)
..................................................................................
.................................................................................
Supplementary (Dapat
melakukan tetapi kesulitan)
..................................................................................
.................................................................................
Complimentary (Dapat
melakukan tapi perlu
pengawasan)
..................................................................................
.................................................................................
Masalah keperawatan: Hipertermi
a. Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien mengatakan sulit tidur karena sesak napas dan batuk-batuk.
Kemampuan Pasien Melakukan Aktivitas
Subtitutive (Tidak Dapat
Melakukan)
..................................................................................
.................................................................................
Supplementary (Dapat
melakukan tetapi kesulitan)
Klien sulit tidur karena sesak napas dan batuk-
batuk
Complimentary (Dapat
melakukan tapi perlu
pengawasan)
..................................................................................
.................................................................................
Masalah keperawatan :gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium Hb=10,2 g/dl Leukosit=18,7 ribu/dl Sputum BTA (+) Thorax photo:kesan TB paru Terapi pengobatan IVFD RL 500 ml/12 jam Paracetamol 3x500 mg Curcuma 3x1 Ripamfisin 450 mg ISND 300 mg Pirasinamid 1000 mg Etambutol 1000 mg
A. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Klien mengatakan masih sesak, batuk, dahak sudah dapat dikeluarkan, tetapi masih terasa mengganjal di tenggorokan DO:
a. Tanda-tanda vital: TD=100/70 mmHg Nadi=90x/menit RR=28x/menit Suhu=39ºC
b. Terpasang O2 nasal kanul 4L/menit
c. Sputum BTA (+) d. Thorax photo: kesan TB paru
Penumpukan sekret Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Data Etiologi Masalah
DS: Klien mengatakan tidak nafsu
makan mual,dan lemas.
BB turun 11 kg dalam waktu 2
bulan.
DO:
a. TB=168 cm
b. BB=45 kg
c. Klien terlihat pucat
d. Konjungtiva anemis
e. Hb=10,2 g/dl
Anoreksia, mual Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
DS:-
DO:
a. Suhu=39ºC
b. Leukosit =18,7 ribu/µl
c. sputum BTA (+)
d. Thorax photo :kesan TB Paru
Pertahanan primer
tidak adekuat,
penurunan kerja
silia/statis sekret
Resiko tinggi
penyebaran infeksi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual.
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/ statis sekret
Diagnosa keperawatan prioritas
Dx.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan nafas
Efektif Kriteria hasil: DS: Klien mengatakan sesak berkurang, dahak sudah dapat dikeluarkan dan
sudah tidak terasa mengganjal di tenggorokan DO: Tanda-tanda vital dalam batas normal TD=120/80 mmHg Nadi=60-80x/menit RR=16-22x/menit S=36,5ºC-37,5ºC Klien tidak terpasang O2 Pemeriksaan thorax photo mengalami perbaikan Pemeriksaan sputum mengalami perbaikan
Rencana keperawatan
Intervensi: Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan,
irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
Berikan posisi semi fowler Kaji kemampuan batuk efektif klien Kolaborasi pemberian obat-obatan mukolitik
sesuai indikasi Kolaborasi pemberian terapi inhalasi sesuai
indikasi
DX 2Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil: DS: Klien mengatakan nafsu makan bertambah, tidak mual dan lemas. DO: BB ideal=63,5 kg Klien tidak terlihat pucat Konjungtiva tidak anemis Hb dalam batas normal 14-18 g/dl Intervensi: Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, berat badan, riwayat mual atau
muntah Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai. Selidiki
anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat, awasi frekuensi. Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Berikan perawatan rnulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein. Kolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
DX.3 Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/ statis sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan resiko tinggi penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil: DS:- DO: Suhu dalam batas normal 36ºC-37ºC Leukosit dalam batas normal 5000-10000/µl Thorax photo menunjukan adanya perbaikan Sputum BTA (-) Intervensi: Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet
udara selama batuk, bersin, meludah dan bicara. Identifikasi orang lain yang beresiko. Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah. Kaji pembuangan sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat.
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, misalnya masker atau isolasi pernafasan.
Awasi suhu sesuai indikasi. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang TB. Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat. Kolaborasi dalam pemberian obat anti inflamasi pada TB.
Top Related