PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA
SUNTER PLANT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Hanifah Agda Nursitasari R.0013057
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
2016
i
PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA
SUNTER PLANT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Hanifah Agda Nursitasari R.0013057
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
2016
ii
iii
iv
ABSTRAK PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI
UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT
Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2
Latar belakang : Penggunaan peralatan yang besar dan canggih di kantin perusahaan menyebabkan berbagai potensi bahaya yang dapat mengancam pekerja di kantin maupun pekerja di perusahaan. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan penerapan sistem proteksi di kantin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang gambaran penerapan sistem proteksi bahaya sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya dalam bekerja. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara dengan kepala koki, koki, para pekerja di kantin, departemen SHE, serta studi kepustakaan. Hasil : Sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dilakukan secara menyeluruh dari proses pengorderan, penerimaan barang, penyimpanan barang, pengolahan, pembersihan, pengolahan limbah, dan lain-lain. Potensi bahaya yang ada di kantin berupa kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan listrik, kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan lain-lain. Sistem proteksi diawali dengan mengidentifikasi bahaya dengan lembar IBPR. Selanjutnya dilakukan pengendalian bahaya dengan hirarki pengendalian pada masing-masing potensi bahaya dan disesuaikan dengan efektifitasnya. Langkah yang terakhir yaitu dilakukan evaluasi melalui audit internal oleh SHE departemen yang menunjukan bahwa potensi bahaya yang dilakukan di kantin telah terpenuhi dan perlu ditingkatkan lagi agar potensi bahaya benar-benar bisa dicegah. Simpulan : Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memiliki sistem proteksi bahaya yang berjalan dengan baik dan teratur. Sistem proteksi dilakukan mulai dari proses kerja awal hingga akhir untuk mengetahui potensi bahaya keseluruhan dan melakukan pengendalian potensi bahaya secara maksimal. Sistem proteksi bahaya sebagian besar telah memenuhi peraturan perundangan serta literatur terkait penelitian yang masih berlaku. Kata Kunci : Sistem Proteksi Bahaya di Kantin 1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dosen Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
v
ABSTRACT THE APPLICATION OF HAZARD PROTECTION SYSTEM IN CANTEEN
AS POTENTIAL HAZARD PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT
Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2
Background : The use of large and sophisticated equipment in the company canteen cause a variety of potential hazards that can threaten workers in canteen and workers in the company. Control measures that can be done by the application of hazard protection system in canteen. The purpose of this study is to know about the description of the application of hazard protection system in so that it can prevent the occurrence of hazards in the work. Methods : This research uses descriptive method which provides an implementation of hazards protection system in through direct observation to the field, interviews with the head chef, chef, canteen workers, SHE department and the study of literature. Results : Hazard protection system in the canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant conducted thoroughly from ordering, receipt of the goods, storage of goods, processing, cleaning, waste treatment, and others. The potential hazard in the canteen are fires/explosions, cold, falls from height, an electrical contact, contact with hazardous and toxic materials, and others. Protection system begins by identifying hazard by using IBPR sheet. From the results of hazard identification, hazard potential that most potentially is fire/explosion. Then carried out control of hazardsl by hierarchy of control of each potential hazard and adapted with effectiveness. The last step is evaluated by internal audit by the SHE department show that the potential hazards conducted in the canteen has been fulfilled and need to be improved so that the potential hazard completely preventable. Conclusion : Canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant has had The Hazard protection system that running properly and regularly. protection system carried out from beginning to end work processes to identify potential The Hazard and to control whole The Hazard potential optimally. Hazard protection systems have largely been fulfilling laws and related literature research that still valid. Keyword : Hazard Protection System in Canteen 1. Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University. 2. Lecturer of Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program,
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.
vi
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir: “Penerapan Sistem Proteksi Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso Indonesia Sunter Plant”. Dimana laporan ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran,
Univertsitas Sebelas Maret. 2. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes selaku Kepala Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Seviana Rinawati, S.KM, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan.
4. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku penguji yang telah memberikan pengarahan.
5. Bapak Heru Sudaryanto, Ibu Ferawati Candra Dewi dan Bapak Agus Triyanto, selaku SHE Departemen yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan kegiatan magang di PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
6. Bapak, ibu, dan adikku terima kasih atas segala doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
7. Seluruh teman-temanku terima kasih untuk semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta,.......................... Penulis
Hanifah Agda Nursitasari
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv ABSTRACT ....................................................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5 B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 28 B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 28 C. Subyek Penelitian .......................................................................... 28 D. Sumber Data .................................................................................. 29 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30 F. Analisis Data .................................................................................. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 32 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 80 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98
A. Simpulan ....................................................................................... 98 B. Saran .............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100 LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........................ 14 Gambar 2. Contoh Safety Map ....................................................................... 21 Gambar 3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 29 Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant .... 32 Gambar 5. Proses Kerja Kantin ...................................................................... 33 Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin .................................................... 59 Gambar 7. Safety Map Canteen ..................................................................... 61 Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan)............................................. 64 Gambar 9. SOP (Kwali Range Low) .............................................................. 65 Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran .............................................. 66 Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api” ......................................................... 67 Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas ......................................................... 67 Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas ....................................................... 68 Gambar 14. APAR CO2 ................................................................................. 69 Gambar 15. Valve dan Detektor Gas .............................................................. 70 Gambar 16. Exhaust Hood ............................................................................. 71 Gambar 17. Chiller and Freezer .................................................................... 72 Gambar 18. Mesin Chopper ........................................................................... 74 Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah .................................................. 75 Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan ................................ 76 Gambar 21. APD Koki Kantin ....................................................................... 77
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bentuk Luka ....................................................................................... 14 Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan ........................................................................... 14 Tabel 3. Potensi Kecelakaan ............................................................................ 15 Tabel 4. Level Risiko ....................................................................................... 15 Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya ............................................................... 20 Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........... 34 Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan ..................... 38 Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) ............................................. 39 Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) ....................... 39 Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan ...................... 40 Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan ................................................. 41 Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan ......................... 42 Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) .............................................. 43 Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) ................................................. 44 Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan ....................................................... 44 Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan ......................................................... 45 Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie .............................. 46 Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno ...................................... 47 Tabel 19. IBPR Penyajian Makanan ................................................................ 48 Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman ............................................................... 48 Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan ........................................... 50 Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin ...................................................... 50 Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat ...................................................... 52 Tabel 24. IBPR Pengolahan Limbah Cair ........................................................ 52 Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap .................................................... 54 Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 ......................................... 54 Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan ................................................... 55 Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas ............................................................. 56 Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas ....................................................... 56 Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level) .............................................. 58 Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map .......................... 61
x
DAFTAR SINGKATAN
APAR : Alat Pemadam Api Ringan APD : Alat Pelindung Diri B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun BOD : Board of Directors FIFO : Fist In First Out GO : General Office IBPR : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko ILO : International Labour Organization ISS : Integrated Servis Solution ISO : International Organization for Standardization K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3L : Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan KY : Kiken Yochi (Prediksi Bahaya) LBP : Low Back Pain LDKB : Lembar Data Keselamatan Kerja LPG : Liquid Petrolium Gas NAB : Nilai Ambang Batas OHSAS : Occupational Health and Safety Assesment Series P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PAK : Penyakit Akibat Kerja PIC : Personal In Charger PKL : Praktik Kerja Lapangan SDS : Safety Data Sheet SHE : Safety Health Environment SOP : Standart Operational Prosedure STP : Sewage Treatment Plant STOP 6 : Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of Accident STP : Sewage Treatment Plant TKTD : Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat TPS : Tempat Penyimpanan Sementara WWT : Waste Water Treatment
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 2. Sertifikat Magang Lampiran 3. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 4. Proses Kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 5. Skill Matrix Pekerja Kantin Lampiran 6. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan Lampiran 7. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) Lampiran 8. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) Lampiran 9. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 10. IBPR Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 11. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan Lampiran 12. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) Lampiran 13. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) Lampiran 14. IBPR Pemanggangan Makanan Lampiran 15. IBPR Penggorengan Makanan Lampiran 16. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie Lampiran 17. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno Lampiran 18. IBPR Penyajian Makanan Lampiran 19. IBPR Penyajian Minuman Lampiran 20. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan Lampiran 21. IBPR Pembersihan Area Kantin Lampiran 22. IBPR Pengolahan Limbah Padat Lampiran 23. IBPR Pengolahan Limbah Cair Lampiran 24. IBPR Membersihkan Insect Trap Lampiran 25. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 Lampiran 26. IBPR Pembersihkan Lift Makanan Lampiran 27. IBPR Pengecekan Pipa Gas Lampiran 28. IBPR Pemasangan Tabung Gas Lampiran 29. Safety Map Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman penggunaan akan teknologi maju
semakin tinggi. Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk
memenuhui kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai
dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri.
Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan terutama pada era
industrialisasi yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi
dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian
penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan yang berbahaya akan
terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2008).
Setiap ada proses kerja yang berhubungan dengan penggunaan
mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan yang berbahaya akan
menimbulkan potensi bahaya yang berdampak pada terjadinya kecelakaan
kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja. Menurut International Labour
Organization (ILO) pada tahun 2011 terjadi lebih dari 336 juta kecelakaan
kerja. Pada tahun 2012, tercatat angka kematian karena kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2013, kejadian kecelakaan kerja menyebabkan 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik dan sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat
kerja (Aditya, 2015).
2
Potensi bahaya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Dalam
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang
menyatakan “Pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk
menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan”. Proses kerja tidak dapat dihentikan akan tetapi potensi bahaya
yang mungkin timbul dapat dicegah dan ditangani dengan adanya sistem
proteksi bahaya.
Sistem proteksi bahaya dibuat oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan yang
tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga pekerja dan
produktifitasnya. Melalui hazard management process, risiko yang mungkin
timbul dapat diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan sedini mungkin melalui
pendekatan preventif, inovatif, dan partisipatif (Tarwaka, 2008).
Proses kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang dibahas
dilaporan khusus ini memiliki banyak potensi bahaya seperti kebakaran,
kontaminasi dengan bahan B3, tersengat listrik, keluhan musculoskeletal, dan
lain-lain. Banyaknya potensi bahaya dikarenakan penggunaan alat-alat kerja
dalam skala besar dan menggunakan sumber energi yang besar pula. Potensi
bahaya paling besar ditemukan di dapur kantin karena banyaknya peralatan
memasak di dapur untuk mengolah masakan.
Proses kerja di kantin sudah dilengkapi dengan sistem proteksi
bahaya untuk mencegah segala bentuk kemungkinan kecelakaan yang terjadi,
3
maka dari itu penulis ingin menganalisa tentang “Penerapan Sistem Proteksi
Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso
Indonesia Sunter Plant”.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini rumusan masalah dalam pembuatan laporan :
1. Bagaimana keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
2. Apa saja sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter
Plant ?
3. Apa saja potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
4. Bagaimana penerapan sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso
Indonesia Sunter Plant ?
C. Tujuan Penelitian
Berikut ini tujuan dari penelitian yang dilakukan :
1. Mengetahui keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2. Mengetahui sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia
Sunter Plant.
3. Mengetahui potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
4. Mengetahui penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso
Indonesia Sunter Plant.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
a. Mendapatkan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin
PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
b. Memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam penerapan sistem
proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan praktek
kerja lapangan.
b. Dapat menjadi referensi untuk menambah kepustakaan Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
3. Penulis
a. Meningkatkan wawasan dalam melakukan identifikasi dan
penilaian potensi bahaya serta sistem proteksi bahaya di Kantin PT.
Denso Indonesia Sunter Plant.
b. Mengetahui tentang bentuk pengendalian potensi bahaya yang ada di
Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
a. Definisi Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, tempat kerja adalah ruangan atau lapangan
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
b. Ruang Lingkup Tempat Kerja
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
berhubungan dengan tempat kerja.
2. Sumber Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut
dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan
kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka bahaya
tersebut disebut sebagai bahaya nyata (Suma’mur, 1996). Sebab utama
dari kejadian kecelakaan kerja adalah faktor dan pelaksanaan K3 yang
6
belum diimplementasikan dengan benar. Sebab utama terjadinya
kecelakaan kerja meliputi beberapa faktor yang meliputi :
a. Manusia
Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau
kerusakan terletak pada karyawan yang kurang terampil, kurang
pengetahuan, kurang bergairah, kurang tepat, dan terganggunya
emosi yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian.
Semua kecelakaan disebabkan oleh kelalaian manusia.
Kesalahan tersebut mungkin saja disebabkan oleh
perencanaan pabrik, kontraktor yang membangunnya, pembuatan
mesin-mesin, pengusaha, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan
mesin atau peralatan (Suma’mur, 1996). Faktor-faktor yang
melatar belakangi kesalahan dan tindakan berbahaya yang dilakukan
oleh manusia antara lain:
1) Kurang pengetahuan dan keterampilan
2) Tidak mampu untuk bekerja secara normal
3) Kelelahan dan kejenuhan
4) Penurunan konsentrasi
5) Stress
6) Kurang adanya motivasi dan kepuasan kerja
7) Sikap kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar dan masa
bodoh
7
8) Belum adanya adaptasi antara pekerja dengan mesin-mesin atau
peralatan kerja
b. Lingkungan
Ruang lingkup lingkungan tidak hanya pada lingkungan
fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan
fasilitas, pengalaman manusia sebelum dan saat bekerja, pengaturan
organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan
politik yang dapat mengganggu konsentrasi (Tarwaka, 2008).
c. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi
Dalam pelaksanaan kegiatan produksi, bahaya dari
bangunan, peralatan, dan instalasi perlu mendapat perhatian.
Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat keselamatan
dan kesehatan kerja. Begitu juga dengan desain ruangan,
pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedianya penerangan
darurat, makna dan rambu-rambu yang jelas, dan tersedianya jalan
penyelamatan diri (Syukri, 1997).
Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan kerja baik
dalam desain maupun konstruksi. Sebelum dipergunakan maka harus
diuji dan diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi
harus disesuaikan dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang
ditentukan. Harus ada pengecekan dan pengujian sebelum
pengoperasiannya berjalan. Hal ini bertujuan untuk menjamin
8
keselamatan operator yang juga sudah memenuhi persyaratan
(Syukri, 1997).
d. Bahan
Tingkat dan pengaruh yang ditimbulkan dari bahan dan
material berbeda-beda. Dapat berupa tingkat bahaya tinggi dapat
juga rendah, pengaruhnya juga ada yang dapat segera dilihat tetapi
ada juga yang bertahun-tahun baru dapat diketahui. Oleh karena itu
maka pihak perusahaan harus tahu sifat dari bahan yang digunakan
dalam produksi sehingga dapat mengambil langkah-langkah
pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang ditimbulkan oleh bahan tersebut yang dapat merugikan
perusahaan. Seperti untuk bahan kimia berbahaya harus dilengkapi
dengan Safety Data Sheet (SDS) yang dapat diminta pada pemasok
atau produsen dengan memasukannya pada kontrak pembelian bahan
(Syukri, 1997).
Bahaya yang ditimbulkan dari bahan atau material tersebut
mencakup berbagai risiko bahaya yang sesuai dengan sifatnya,
antara lain :
1) Mudah terbakar
2) Mudah meledak
3) Menimbulkan alergi
4) Menyebabkan kanker
5) Bersifat racun
9
6) Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan
7) Radioaktif
e. Proses
Pengaruh teknologi yang diterapkan pada alat maupun
bahan terhadap bahaya yang timbul dalam proses produksi sangat
besar. Industri manufacture menggunakan proses yang berbahaya
dimana di dalam prosesnya menggunakan suhu dan tekanan tinggi
yang dapat memperbesar risiko bahaya seperti pada proses
pengelasan part-part. Seringnya proses ini menimbulkan asap, debu,
panas, dan bahaya mekanis yang mengakibatkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
f. Cara Kerja
Cara kerja yang salah dapat membahayakan orang itu
sendiri dan orang lain sekitarnya. Dalam bekerja perlu dan harus
memperhatikan dan menerapkan cara kerja yang benar. Dalam
rangka menghindari terjadinya kecelakaan kerja maupun insiden di
tempat kerja, maka perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut
(Syukri, 1997) :
1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan
cara yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan cidera
pada daerah tulang punggung.
10
2) Cara kerja yang salah mengakibatkan kecelakaan dan cidera
terutama yang sering terjadi adalah cidera pada tulang
punggung.
3) Pemakaian APD yang semestinya dan dengan cara pemakaian
yang benar.
3. Potensi Bahaya
Potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial
mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun
manusia. Tidak terduga karena tidak adanya unsur kesengajaan, terutama
dalam perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1996).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan sakit pada manusia, kerusakan,
hilangnya harta benda, atau gangguan proses produksi. Biasanya
kecelakaan merupakan hasil kontak dengan bahan atau sumber energi
(kimia, panas, mekanik, listrik, dan lain lain) yang melebihi nilai ambang
batas yang dapat diterima oleh tubuh atau struktur (Frank dkk, 1990).
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2
kelompok dan dapat juga merupakan gabungan atau kombinasi dari
kedua kelompok tersebut. Potensi bahaya dapat digolongkan menjadi 2
jenis yaitu kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, sebagai berikut :
11
a. Kondisi Tidak Aman
Kondisi yang tidak aman adalah kondisi yang mengandung
bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan, misalnya
penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada tempatnya,
pakaian kerja yang tidak sesuai atau tempat kerja yang tidak bersih
dan tidak teratur.
b. Tindakan Tidak Aman
Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak
sesuai dengan aturan yang dibuat, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Perlu perhatian dan
pemantauan pada pelaksanaan hal-hal yang tidak sesuai peraturan,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tidak
memakai APD saat bekerja, menjalankan peralatan tanpa ijin,
melepas safety device, menggunakan peralatan yang rusak, bersenda
gurau berlebihan saat bekerja, berlari dengan tergesa-gesa di tempat
kerja, melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugasnya, tanpa
SOP, dan lain-lain.
4. Sistem Proteksi Bahaya
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi dilakukan sebagai langkah awal untuk
mengenali potensi bahaya apa yang ada di suatu area kerja. Dalam
mengenali potensi bahaya, dapat dilakukan pengelompokan atau
12
klasifikasi potensi bahaya agar memudahkan dalam
penanggulangannya kemudian (Tarwaka, 2008).
Menurut Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
tahun 1996, identifikasi bahaya merupakan proses pencarian semua
kegiatan dan situasi, produksi dan jasa yang dapat menimbulkan
potensi cidera atau sakit. Ini biasanya mempertimbangkan :
1) Jenis cidera atau sakit yang dapat timbul
2) Situasi atau kejadian yang dapat menimbulkan potensi cidera
atau sakit
Sedangkan menurut Astra International tahun 2006,
identifikasi merupakan prosedur pada saat sekarang yang
menentukan dampak dari kegiatan organisasi di masa lalu, sekarang,
dan yang berpotensi terjadi di masa mendatang. Pada ilmu K3
disebut dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
Identifikasi bahaya dilakukan untuk setiap tempat kerja,
mesin, peralatan, lay out, proses, dan setiap modifikasi yang
dilakukan identifikasi bahaya lingkungan kerja dan penilaian risiko
serta dampak lingkungan untuk mengetahui potensi bahaya dan
dampak sejak awal dan dilakukan penanggulangan sehingga
kemungkinan terjadi kecelakaan, penyakit akibat kerja, atau
pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pelaksanaan identifikasi
bahaya, penilaian risiko, dan dampak lingkungan harus dilakukan
secara menyeluruh. Berikut pelaksanaan identifikasi bahaya,
13
penilaian risiko, dan dampak lingkungan (PT. Denso Indonesia
Sunter Plant, 2008) :
1) Setiap departemen/seksi melakukan identifikasi bahaya
lingkungan kerja dan penilaian risiko. Identifikasi dilakukan
oleh petugas yang berkompeten dan melibatkan pengawas
(Leader, Foreman, Section Manajer).
2) Identifikasi pada lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Risiko (IBPR).
3) Setelah itu formulir diserahkan pada officer untuk diperiksa
4) Apabila ada hasil identifkasi yang tidak sesuai maka officer akan
menginformasikan kepada departemen/seksi tersebut untuk
dilakukan perbaikan.
5) Setelah hasil identifikasi bahaya sesuai maka dimintai tanda
tangan manajer area sebagai penanggungjawab, kemudian
komite SHE merekap serta membuat resume. 10 % dari hasil
resume tertinggi digunakan sebagai masukan kepada pihak
manajemen untuk menyusun Management Policy.
6) Management Policy yang dibuat kemudian diturunkan ke setiap
departemen/seksi untuk menyusun Activity Plan.
7) Penyusunan Management Policy dan Acticity Plan mengacu ke
Bussines Planning dan dalam menyusun activity plan harus
mengacu pada urutan tindakan pengendalian yaitu eliminasi,
rekayasa, administrasi, dan Alat Pelindung Diri.
14
Identifikasi bahaya diisikan pada Lembar Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014.
Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Penilaian IBPR dengan format baru ini terdiri dari 4 (empat)
penilaian yang terdiri dari penilaian bentuk luka yang mungkin
timbul, frekuensi pekerajaan yang menyatakan tingkat keseringan
pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko sebagai berikut :
Tabel 1. Bentuk Luka Bentuk Luka Nilai
Kematian, cacat serius, (kehilangan pengelihatan, amputasi tangan dan kaki)
15
Cacat, luka yang menimbulkan hari kerja hilang 10 Luka yang tidak menimbulkan hari kerja hilang 5 Luka minor (kecelakaan minor seperti memar, tergores, dan lain-lain)
1
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan Frekuensi Nilai
Setiap hari atau lebih dari 1 kali/hari (sering) 5 Setiap bulan atau lebih dari 1 kali/bulan (agak sering) 4 Setiap tahun atau lebih dari 1 kali/tahun 2 Kurang dari setahun (jarang) 1
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
15
Tabel 3. Potensi Kecelakaan Klasifikasi Nilai
Kemungkinan tinggi
Perbaikan safety tidak dilakukan (walaupun berhati-hati tidak dapat dihindari)
15
Kemungkinan sedang
Ada kekurangan didalam perbaikan (kecuali berhati-hati tidak dapat dihindari)
10
Kemungkinan rendah
Ada beberapa bagian yang kurang dalam perbaikan safety
5
Kemungkinan kecil
Perbaikan safety dilakukan dan tidak perlu berhati-hati
1
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Tabel 4. Level Risiko Level Isi dari Penilaian Nilai
IV Sangat tinggi, risiko sangat tinggi dan perlu mengurangi risiko bahaya sebagai prioritas utama dengan melakukan perbaikan dalam segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain
27-35
III Tinggi, risiko tinggi dan perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dari segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain
22-26
II Sedang, perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dalam aspek hardware (perlengkapan), dan lain-lain
14-21
I Rendah, level risiko yang dapat diterima 3-13 Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Rumus penilaian risiko :
R = Level Risiko
S = Bentuk Luka
F = Frekuensi Pekerjaan
P = Potensi Kecelakaan
[R] = [S] + [F] + [P]
16
b. Pengenendalian Bahaya
1) Mapping Risk Hazard Potential
Mapping Risk untuk mengetahui daerah mana yang
berpotensi bahaya kecil, sedang, dan bahaya yang besar yang
dapat menimbulkan kecelakaan maupun menimbulkan penyakit
akibat kerja. Berikut Materi Penyusunan Mapping Risk Map
Potential (PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008) :
a) Pengenalan STOP 6
Klasifikasi STOP 6 adalah sebagai berikut:
S : Safety
T : Toyota
O : “0” (Zero) Accident
P : Project
6 : 6 Penyebab Kecelakaan
STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk
mencegah kecelakaan kerja yang berakibat luka
serius/cacat/meninggal yang digolongkan menjadi “6 Tipe
Kecelakaan”.
Jenis-jenis potensi bahaya (STOP 6) sebagai berikut :
(1) STOP 6 Tipe A (Apparatus)
Apparatus (mesin), yaitu potensi bahaya yang
berasal dari mesin. Seperti terjepit mesin, tergores
mesin, tersayat mesin, dan lain sebagainya.
17
Key Point :
(a) Pastikan seluruh tekanan angin/udara di mesin
tidak ada yang tersisa
(b) Adanya penahan/stopper (rantai block atau pins)
untuk mencegah benda jatuh
(c) Perhatikan benda yang bergerak dan berputar jarak
yang cukup antara operator dengan mesin
(d) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja di mesin
(e) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja mesin
(f) Komunikasi dan informasi
(2) STOP 6 Tipe B (Big Heavy)
Big Heavy (tertimpa beban berat), yaitu
potensi bahaya tertimpa benda kerja atau material yang
dapat menyebabkan sakit atau cedera.
Key Point :
(1) Check fungsi hoist, crane, kawat, garpu, dan
sebagainya. Perhatikan posisi limit switch agar
tidak terlalu tinggi/naik
(2) Perhatikan juga peralatan untuk mencegah jatuh
dari hanger
(3) Pembatas yang jelas antara lokasi yang aman
dengan lokasi kerja
18
(4) Posisi dan lokasi operator (crane, hoist dan lain
lain) dengan beban kerja
(3) STOP 6 Tipe C (Car)
Car (kendaraan), yaitu potensi bahaya
tertabrak kendaraan kerja atau kecelakaan transportasi
dalam proses kerja.
Key Point :
(a) Perhatikan ujung garpu forklift pada saat
mengangkut palet
(b) Perhatikan kapasitas maksimum muatan/beban
yang akan dibawa agar tidak terlempar dan jatuh
(c) Koordinasi dan konfirmasi dengan pekerja yang
memberi aba-aba pada saat bekerja bersama-sama
(d) Jangan mengemudikan forklift dengan kecepatan
tinggi
(4) STOP 6 Tipe D (Drop)
Drop (jatuh), yaitu potensi bahaya jatuh dari
tempat yang berbeda ketinggian.
Key Point :
(a) Check fungsi perlengkapan pengaman untuk lokasi
kerja yang tinggi dan naik/turun
(b) Penempatan tanda bahaya/peringatan ditempat
kerja yang strategis
19
(c) Posisi kaki-kaki tangga atau kursi jalan dalam
keadaan kokoh dan terdapat prosedur kerjanya
(5) STOP 6 Tipe E (Electric)
Electric (listrik), yaitu potensi bahaya
tersengat listrik.
Key Point :
(a) Pastikan alat dan mesin las dalam keadaan aman
untuk digunakan (tidak rusak)
(b) Pastikan ada tidaknya alat pengaman pada saat
terjadi hubungan singkat dari peralatan mesin
(c) Perhatikan bagus/jeleknya arde, isolator untuk arc
welding
(d) Pastikan lokasi kerja tidak dalam kondisi
lembab/basah
(6) STOP 6 Tipe F (Fire)
Fire (api), yaitu potensi bahaya kontak dengan
api atau benda panas.
Key Point :
(a) Pastikan jangka waktu penyimpanan tabung gas
(b) Pastikan alat-alat deteksi/pengaman sudah
diperiksa secara teratur
(c) Harus ada prosedur kerja untuk menangani
penyimpanan tabung gas dan lain-lain
20
(d) Pastikan tanda/rambu-rambu larangan masuk atau
mendekati area kerja berbahaya lalu lintas forklift
(e) Pastikan kondisi jalan/jalur lalu lintas
forklift/towing yang rata atau tidak rusak
b) Klasifikasi Ranking Bahaya
Klasifikasi rangking bahaya merupakan penjabaran
dari masing-masing tipe STOP 6 yang terdiri dari
Apparatus, Big Heavy, Car, Drop, Electric, dan Fire yang
digunakan sebagai acuan penilaian. Berikut tabel klasifikasi
rangking bahaya :
Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya
Ranking
STOP 6 A B C D E F
Alat/ Mesin
Benda Besar/ Berat
Menyentuh Kendaraan
Jatuh/ Kejatuhan
Meninggal Tersengat Listrik
Api/ Benda Panas
A Meninggal dunia Cacat permanen
Seluruh anggota tubuh Lengan
Tinggi dan Berat ≥ 2 m
dan 20 kg < 2 m
Forklift Trailer
Tinggi > 3m
Tegangan > 220 V
Seluruh anggota tubuh Lengan
B Luka Stop produksi Kehilangan hari kerja
Bagian tubuh Lengan Kaki
Tinggi Berat : ≥2m 15-20kg <2m 50-100kg
Towing (Kereta Pengantar Barang)
Tinggi 2-3m
Tegangan 110-220 V
Bagian tubuh Lengan Kaki
C Luka ringan tidak absen Produksi tidak stop Tidak ada
Bagian tubuh Lengan Kaki Jari
Tinggi Berat : ≥2 m 15kg <2m 50kg
Dolly (Kereta Dorong Pengangkat Barang)
Tinggi < 2m
Tegangan <110V
Bagian tubuh Lengan Kaki Jari
Sumber : Standard of Risk Rank PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008
21
c) Contoh Safety Mapping
Safety mapping digunakan sebagai sarana
informasi keselamatan dalam bentuk gambar. Peta hanya
dibuat pada satu seksi pekerjaan saja dengan tujuan agar
informasi keselamatan berupa tingkat bahaya dalam suatu
proses kerja dibahas lebih detail dan tentunya bisa dengan
mudah dipahami para pekerja yang melihat safety map.
Berikut salah satu contoh safety map :
Gambar 2. Contoh Safety Map
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Key point :
(1) Gambarkan layout proses area kerja yang menjadi
scope identifikasi
(2) Utamakan risiko bahaya tinggi (Rank A/B) yang
tervisualisasi dalam safety map
(3) Informasi dan visualisasikan posisi/lokasi, kategori
STOP 6, dan potensi bahaya yang terdapat di area
tersebut
22
(4) Progress dan follow up semua temuan tersebut (before
and after) dan beri tanda pada temuan yang sudah di
tanggulangi
2) Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian
Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki
pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko
adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian
risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008)
antara lain :
a) Eliminasi (Elimination)
Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau
tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai
dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang
berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada
batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan
atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai
Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara
pengendalian risiko yang baik karena risiko terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.
b) Subtitusi (Subtitution)
Pengendalian ini dimaksudkan untuk
menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih
23
berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih
aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang
masih diterima. Misalnya:
(1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
(2) Proses menyapu diganti dengan proses vakum
(3) Bahan solvent diganti dengan bahan detergent
(4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
c) Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek
kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi
bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban
berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor
beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben
suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan
kebisingan tinggi.
d) Isolasi (Isolation)
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara
memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti
menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup
(Control Room).
e) Pengendalian Administrasi (Administration Control)
Pengendalian administrasi dilakukan dengan
menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi
24
kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode
pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya
dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk
dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini
meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan
yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan
kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali
jadwal kerja, training keahlian, dan training K3.
f) Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan
terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya
dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah
pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri
sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti dari sarana
pengendalian risiko lainnya. Alat pelindung diri ini
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan
alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan
keamanan dan kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan
penggunaan APD tergantung jika peralatan pelindungnya
tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan
situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara.
25
3) Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di
perusahaan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, meliputi :
a) Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus
ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan
dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan
obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara
umum meliputi:
(1) personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman
dan keahlian yang cukup
(2) catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran yang
sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi
manajemen, tenaga kerja, dan kontraktor kerja yang
terkait
(3) peralatan dan metode pengujian yang memadai harus
digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar
K3
(4) tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat
ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3
dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran
26
(5) penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden
(6) hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
b) Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
(1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
kinerja K3
(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal
SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten
(3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya
untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3
dapat menggunakan jasa pihak lain
(4) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan
kepada pengusahan
(5) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan
(6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau standar.
27
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Sumber Bahaya: 1. Manusia 2. Lingkungan 3. Peralatan 4. Bahan 5. Poses 6. Cara kerja
Tempat Kerja
Potensi Bahaya: 1. Unsafe Condition 2. Unsafe Action
Sistem Proteksi Bahaya Kantin 1. Identifikasi 2. Pengendalian 3. Evaluasi
Tercapai Belum Tercapai
evaluasi
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat, serta hubungan antar fenoma yang
diselidiki.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian yang diambil oleh penulis adalah :
Nama : PT. Denso Indonesia Sunter Plant (Peta dapat dilihat pada
lampiran 1)
Alamat : Jalan Gaya Motor I nomor 6 Sunter II, Kelurahan Sungai
Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara 14330, DKI Jakarta
2. Waktu penelitian : dari tanggal 2 Februari-31 Maret 2016
C. Subyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah inspeksi untuk mengetahui tentang
keselamatan dan kesehatan kerja di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
29
Berikut ini subyek penelitiannya :
1. Keadaan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
2. Sumber bahaya
3. Potensi bahaya
4. Sistem proteksi bahaya (identifikasi bahaya, pengendalian potensi
bahaya, dan evaluasi)
D. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survei ke
lapangan/tempat kerja, wawancara, serta diskusi dengan tenaga kerja.
a. Observasi
Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap potensi dan faktor bahaya yang ada dilingkungan kerja.
b. Wawancara
Data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan objek
peneliti baik tenaga kerja maupun seksi K3.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan untuk melengkapi laporan, yaitu :
a. Dokumen Perusahaan
Data yang diperoleh diambil dari dokumentasi perusahaan
dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen serta catatan
30
perusahaan yang berhubungan dengan prosedur pengisian IBPR,
prosedur tanggap darurat dan kebakaran, serta pencegahan
kecelakaan (stop six) yang telah diterapkan.
b. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dari mempelajari manual pelaksanaan,
referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan inspeksi dan
pencegahan kecelakaan kerja.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung di area Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2. Wawancara/interview, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab dengan narasumber yang terkait dan
berwenang, serta berkompeten terhadap pelaksanaan identifikasi
penilaian dan risiko bahaya.
3. Studi pustaka, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan,
laporan penelitian yang sudah ada serta sumber literatur lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
31
F. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif, yaitu Sistem
Proteksi Bahaya Kebakaran pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant,
yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut akan dibandingkan dengan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, OSHAS 18001:2007, Peraturan Pemerintah nomor 50
tahun 2012 tentang SMK3, dan literatur terkait penelitian yang masih berlaku.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ada sejak tahun 1978.
Kantin terdiri dari 2 lantai. Pada lantai satu terdapat dapur, tempat saji, dan
tempat makan karyawan, sedangkan pada lantai dua khusus untuk tempat saji
dan makan. Area makan kantin dapat menampung para pekerja yang
berjumlah 2.939 orang dengan sistem 2 shift, yaitu shift pertama untuk
pekerja pabrik dan shift kedua untuk pekerja kantor. PT. Denso Indonesia
Sunter Plant juga memiliki struktur organisasi (terdapat pada lampiran 3)
sebagai berikut :
Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Menu yang disajikan setiap hari berbeda dan ditentukan oleh
manajer kantin yaitu Bapak Wawan yang bertanggung jawab atas kantin PT.
33
Denso Indonesia Group. Untuk plant 1 yaitu PT. Denso Indonesia Sunter
Plant, penanggung jawab operasional kantin yaitu Bapak Ivan Satya Yuli
selaku Head Chef. Head Chef bertanggung jawab untuk semua proses kerja
kantin (terdapat pada lampiran 4), berikut urutannya :
Gambar 5. Proses Kerja Kantin
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Banyak makanan yang harus diolah dan disajikan untuk para
pekerja, oleh karena itu peralatan yang digunakan untuk memasak harus
efektif dan dapat digunakan untuk memasak dalam sekali waktu dengan porsi
yang besar. Sehingga banyak alat yang tergolong besar dan canggih yang
digunakan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Setiap alat tersebut
menjadi tanggung jawab staff kantin terdapat pula skill matrix pekerja kantin
(Skill Matrix pada lampiran 5). Berikut daftar peralatan yang digunakan :
34
Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant No Proses Peralatan 1 Mengupas dan Memotong Pisau 2 Memotong Meat Slicer and Fruit Slicer 3 Menggiling Chopper, Grinder, dan Hand Blender 4 Merebus Kwali Range (High) dan (Low), Boiling
Pan, Stock Pot, dan Rice Coocker 5 Memanggang Oven and 6 Burner dan Griddle 6 Menggoreng Fryer dan Telting Pan 7 Memanaskan Makanan Bain Marie dan Sterno 8 Mendinginkan Makanan Undercounter Chiller (VIP and Small)
dan Chiller and Freezer 9 Mencuci Peralatan Masak Dishwasher machine
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
B. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
Dari hasil penelitian ditemukan sumber-sumber bahaya yang dapat
memicu munculnya bahaya di kantin. Berikut keterangan masing-masing
sumber bahaya :
g. Manusia
Sumber bahaya dari manusia berupa rendahnya tingkat
pendidikan, kurangnya skill/kemampuan yang dimiliki, serta kepribadian
yang belum sepenuhnya taat aturan.
h. Lingkungan
Sumber bahaya dari lingkungan berasal dari bahaya faktor
lingkungan fisik berupa tekanan panas di dapur, lingkungan yang lembab
di tempat pencucian peralatan masak dan peralatan makan, dan lain-lain.
i. Peralatan
Sumber bahaya dari peralatan berupa peralatan masak skala
besar dan canggih yang digunakan selama proses memasak di dapur.
35
Peralatan dapat menyebabkan bahaya seperti jari terpotong, kontak
dengan peralatan panas, kaki tertimpa peralatan, dan lain-lain.
j. Bahan
Sumber bahaya dari bahan berupa sabun cuci piring yang dapat
menimbulkan iritasi pada kulit dan beberapa bahan makanan yang juga
menimbulkan bahaya seperti minyak yang bisa menyebabkan
slip/terpeleset, buah yang berukuran besar menimpa kaki, dan lain-lain.
k. Proses
Sumber bahaya dari proses berupa proses memasak yang
menyebabkan terkena tekanan panas serta proses kerja lainnya yang
berada di kantin.
l. Cara Kerja
Sumber bahaya dari cara kerja berupa handling yang salah, tidak
menggunakan APD dengan benar, tidak mematuhi SOP, dan lain-lain.
C. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
1. Kondisi Tidak Aman
Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman
seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial dan mengakibatkan
kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada
tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa pekerja, tekanan
panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar gas skala besar
yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, dan lain-lain.
36
2. Tindakan Tidak Aman
Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan tindakan tidak aman di
kantin seperti tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
Bentuk tindakan tidak aman di kantin dapat berupa tidak menutup valve
saat akan memasang tabung gas LPG, manual handling yang salah dapat
mengakibatkan keluhan musculoskeletal, tidak menggunakan alat bantu
(sendok) saat memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan
jari terpotong, mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat
menyebabkan tangan tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang
dianjurkan seperti tidak memakai sarung tangan karet dan safety shoes
saat mencuci yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan
lain-lain.
D. Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
1. Identifikasi Potensi Bahaya
Kantin adalah salah satu bagian dari PT. Denso Indonesia Sunter
Plant yang juga berpengaruh besar keberadaannya untuk perusahaan.
Keberadaan kantin juga harus diperhatikan pula karena banyaknya
potensi bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian yang
besar bagi PT. Denso Sunter Plant bila tidak dilakukan sesuai prosedur.
Salah satu cara untuk mengatasi potensi bahaya yaitu dengan cara
melakukan identifikasi bahaya.
37
Potensi bahaya di kantin paling banyak dapat ditemukan di
dapur. Dimana di dapur banyak sekali alat-alat besar yang digunakan
untuk memasak skala besar, dengan demikian kantin perlu dilakukan
identifikasi potensi bahaya. Identifikasi potensi bahaya dilakukan oleh
orang yang berkompeten di kantin yaitu Head Chef Bapak Ivan Satya
Yuli. Identifikasi bahaya tersebut diisikan pada Lembar Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014.
Keterangan warna :
= sebelum dilakukan tindakan perbaikan
= setelah dilakukan tindakan perbaikan
Berikut ini IBPR di kantin dari proses awal (pengorderan)
sampai proses akhir (penyajian) serta kegiatan lainnya di kantin :
a. Proses Pengorderan
Pada proses pengorderan tidak dilakukan identifikasi
bahaya karena pengorderan dilakukan melalui via e-mail ke
distributor dan tidak ada potensi bahaya yang mungkin timbul.
b. Penerimaan dan Pengangkutan
Barang yang diorder dari distributor biasanya diantar
menggunakan mobil box. Urutan proses dari kegiatan penerimaan
dan pengangkutan yaitu mulai dari barang diturunkan dari mobil,
dilakukan pengecekan barang, pengangkutan barang menggunakan
alat angkut berupa trolley dan gerobak. Berikut IBPR proses
38
peneriman dan pengangkutan bahan makanan (IBPR pada lampiran
6) :
Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Penurunan
bahan makanan dari truk
Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak
5 1 5 5 10 5 20 11
2 Checklist bahan makanan
Tidak ada - - 5 5 1 1 6 6
3 Membuka bungkus bahan makanan
Tergores pisau saat membuka bungkus/kaleng dan tergores bagian bungkus yang tajam
1 1 5 5 1 1 7 7
4 Pengecekan bahan makanan dan sortir bahan makanan
Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan dan kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak
5 1 5 5 5 1 15 7
5 Menutup kembali bungkus/ merapikan kembali
Tergores bagian bungkus yang tajam
1 1 5 5 1 1 7 7
6 Mempersiapkan trolley dan keranjang
Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan dan kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak
5 1 5 5 5 1 15 7
7 Memasukkan bahan makanan ke keranjang
Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak
5 1 5 5 10 5 20 11
8 Membawa bahan makanan ke tempat pencucian/ penyimpanan
Nyeri otot lengan karena kontraksi otot berlebihan, kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak, dan terpeleset karena lantai licin
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
c. Penyimpanan Barang
Setelah menerima barang/bahan makanan maka langkah
selanjutnya dilakukan penyimpanan. Sebelum dimasukkan ke tempat
penyimpanan, barang dipisahkan berdasarkan 2 jenis, yaitu : dry
39
food dan wet food. Bahan dry food biasanya akan langsung disimpan
di rak penyimpanan dan bahan wet food akan dibawa ke tempat
pencucian terlebih dahulu baru setelah bersih akan disimpan. Berikut
IBPR proses penyimpanan makanan (IBPR pada lampiran 7 dan 8) :
Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci)
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Pengangkatan
keranjang ke tempat pencucian
Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah yang banyak
5 1 5 5 10 1 20 11
2 Melepaskan bungkus/tali
Tergores pisau/bagian pembungkus yang tajam
1 1 5 5 1 1 7 7
3 Memilih jenis sayur dan diletakkan di wadah masing-masing
Terpeleset karena ceceran air di lantai, iritasi kulit karena getah, darah, tepung, dan lain-lain
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Membersihkan kotoran yang menempel dan mencuci di air/kran air yang mengalir
Terpeleset karena ceceran air di lantai
5 1 5 5 5 1 15 7
5 Tiriskan bahan makanan yang sudah dicuci
Terpeleset karena ceceran air di lantai
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Menempeli wadah dengan label kedatangan
Tergores bungkus yang tajam 1 1 5 5 1 1 7 7
7 Menyimpan di freezer/chiller
Kedinginan di chiller/freezer karena terjebak di dalamnya
15 5 5 5 5 5 25 15
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan)
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Pengangkatan
langsung/ menggunakan grobak/trolley dari penerimaan barang ke gudang penyimpanan
Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, posisi mengangkat yang salah dan terlalu berat
5 1 5 5 10 5 20 11
2 Melepas pembungkus dan memberi label kedatangan
Tergores pisau/bagian pembungkus yang tajam
1 1 5 5 1 1 7 7
Bersambung
40
Sambungan 3 Mengelompokkan
bahan sesuai jenis Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, posisi mengangkat yang salah dan terlalu berat, dan tergores pembungkus yang tajam
5 1 5 5 10 5 20 11
4 Penempatan barang sesuai FIFO (Fist In First Out)
Cidera otot lengan, Low Back Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak
5 1 5 5 10 5 20 11
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
d. Pengolahan
Pengolahan dalam kantin terdapat pada dapur yang berada
di lantai 1. Proses memasak di dapur yang berupa proses
pengupasan, pemotongan, penggilingan atau penghalusan,
perebusan, pemanggangan, penggorengan, dan pemanasan makanan.
Proses awal pada proses memasak yaitu mengupas dan
memotong. Proses ini dilakukan menggunakan pisau secara manual.
Berikut IBPR pengupasan dan pemotongan bahan makanan (IBPR
pada lampiran 9) :
Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Menyiapkan bahan
yang akan dikupas dan dipotong
Tangan tergores pisau dan kaki tertimpa bahan makanan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Mencuci dan membersihkan pisau
Tangan tergores atau tertusuk pisau
1 1 5 5 5 1 11 7
3 Mengasah pisau Tangan tersayat atau tertusuk pisau dan kejatuhan pisau
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Memegang bahan yang akan dikupas
Kaki tertimpa bahan yang dikupas karena ukurannya lebih besar dari genggaman
1 1 5 5 1 1 7 7
Bersambung
41
Sambungan 5 Proses mengupas
dan memotong Tangan tersayat atau tertusuk pisau
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Meletakkan ke wadah untuk bahan yang telah dikupas dan dipotong
Kaki tertimpa bahan makanan/wadah
1 1 5 5 1 1 7 7
7 Membersihkan peralatan potong
Tangan tersayat atau tertusuk pisau dan kejatuhan pisau
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Selain pemotongan menggunakan pisau terdapat pula
pemotongan bahan makanan menggunakan alat Meat slicer and
Fruit/Fegetable Slicer. Berikut IBPR pemotongan bahan makanan
(IBPR pada lampiran 10) :
Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan dan alat yang akan dipotong dan digunakan
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Memasukkan bahan ke wadah pemotongan
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
4 Mulai proses pemotongan menggunakan mesin pemotong
Jari terpotong alat pemotong saat memasukkan bahan ke alat
10 5 5 5 5 1 20 11
5 Setelah selesai memotong, mencabut steker dari stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
6 Mengambil bahan yang telah dipotong dan diletakkan ke wadah
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai
Jari tergores/terpotong karena kontak dengan alat yang masih beroprasi
10 1 5 5 5 1 20 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
42
Proses penggilingan dan penghalusan biasanya digunakan
untuk penggilingan atau penghalusan daging, bumbu, dan buah.
Proses penggilingan/penghalusan tersebut menggunakan alat
Chopper, Grinder, dan Hand Blender. Berikut IBPR penggilingan
atau penghalusan bahan makanan (IBPR pada lampiran 11) :
Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan yang akan digiling/haluskan dan alat yang akan digunakan
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Memasukkan bahan ke wadah penggilingan
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak
Tersengat listrik saat memasang steker/kontak dengan kabel yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
4 Mulai proses penggilingan/ penghalusan menggunakan mesin
Jari tergiling alat pemotong saat memasukkan bahan ke alat (khusus untuk hand blender ada getaran pada tangan)
10 5 5 5 5 1 20 11
5 Setelah proses selesai mencabut steker dari stopkontak
Tersengat listrik saat mencabut steker/kontak dengan kabel yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
6 Memindahkan hasil gilingan ke wadah
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai
Jari tergores/terpotong karena kontak dengan alat
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Proses perebusan makanan menggunakan 2 jenis sumber
panas yaitu dari kompor (api) dan listrik. Perebusan makanan dengan
kompor (api) menggunakan alat Kwali Range (High), Kwali Range
(Low), Boiling Pan, dan Stock Pot. Sedangkan untuk perebusan
43
makanan dengan sumber lisrik yaitu Rice Cooker. Berikut IBPR
perebusan makanan menggunakan kompor (IBPR pada lampiran 12)
dan listrik (IBPR pada lampiran 13) :
Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor)
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan dan bumbu di meja
Kaki tertimpa bahan yang dibawa
1 1 5 1 1 1 7 7
2 Mempersiapkan alat dan kemudian membuka penutup alat
Cidera otot tangan karena mengangkat/mempersiapkan alat-alat yang berat
5 1 5 5 5 1 15 7
3 Menghidupkan kompor
Terbakar/ledakan karena menyulut benda mudah terbakar (sarung tangan, baju lengan panjang, dan lain-lain) dan kebocoran gas, serta tekanan panas karena berdekatan dengan sumber panas
15 5 5 5 5 5 25 15
4 Setelah air mendidih memasukkan bahan dan bumbu
Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas
5 1 5 5 5 1 15 7
5 Mengaduk menggunakan pengaduk sayur
Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Menutup kembali penutup alat
Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas dan tekanan panas karena berdekatan dengan alat
5 1 5 5 5 1 15 7
7 Proses merebus, tunggu beberapa menit
Tekanan panas karena berdekatan dengan alat
1 1 5 5 1 1 7 7
8 Setelah masak mematikan kompor dan membuka penutup Alat
Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas
5 1 5 5 5 1 15 7
9 Memindahkan masakan menggunakan Sendok sayur ke wadah penyajian
Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas dan kaki tersiram air panas/tertimpa wadah
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
44
Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik)
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan dan alat Tertimpa wadah/bahan yang sedang diangkat
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Membuka penutup alat dan menuangkan seluruh bahan
Cidera lengan otot karena mengangkat benda berat (handling air untuk merebus dan beras), dan tertimpa penutup/bahan yang sedang dibawa karena berat
5 1 5 5 5 5 15 11
3 Menhidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel yang terkelupas
10 1 5 5 1 1 16 7
4 Mengatur pilihan proses merebus dan lama merebus
Tidak ada 0 0 5 5 1 1 6 6
5 Proses merebus Kebakaran karna percikan api dari kabel kontak dengan pipa gas yang bocor, luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas, dan tekanan panas
10 5 5 5 5 1 20 11
6 Setelah matang mematikan alat sengan mencabut kabel dari sumber listrik
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel yang terkelupas
10 1 5 5 1 1 16 7
7 Membuka penutup alat
Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas
5 1 5 5 5 1 15 7
8 Memindahkan ke wadah saji
Luka pada kulit karena tersiram air/benda panas
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber
panas dari api dengan menggunakan alat Oven and Six Burner dan
Griddle. Berikut ini IBPR pemanggangan makanan (IBPR pada
lampiran 14) :
Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan yang akan dipanggang dan dituangkan ke wadah oven
Kaki tertimpa wadah oven karena terjatuh
1 1 5 5 1 1 7 7
Bersambung
45
Sambungan 2 Menghidupkan
oven dengan pematik dan api akan menyala
Kebakaran/ledakan karena api menyulut benda mudah terbakar dan gas LPG yang bocor, dan luka bakar karena kontak dengan api
15 5 5 5 5 5 25 15
3 Membuka oven lalu masukkan makanan yang akan dipanggang
Luka bakar karena kontak dengan api dan kaki tertimpa wadah oven
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Proses memanggang dan menunggu beberapa saat
Terpapar panas dari oven 1 1 5 5 1 1 7 7
5 Setelah matang membuka pintu oven dan mengambil makanan menggunakan lampin
Luka bakar karena kontak dengan wadah oven dan pintu oven yang panas dan kaki tertimpa wadah oven
5 1 5 5 5 5 15 11
6 Matikan oven dan tutup kembali pintu oven
Luka bakar karena kontak dengan api
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Proses penggorengan makanan menggunakan sumber panas
dari api dengan menggunakan alat Friyer dan Telting Pan. Berikut
ini IBPR penggorengan makanan (IBPR pada lampiran 15) :
Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
bahan makanan yang digoreng
Kaki tertimpa bahan makanan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Memasukkan minyak ke penggorengan
Terpeleset karena minyak yang tercecer di lantai
1 1 5 5 5 1 11 7
3 Menghidupkan kompor dan menunggu beberapa saat agar minyak panas
Terbakar/ledakan karena kontak dengan benda mudah terbakar dan kebocoran gas, dan luka bakar karena kontak dengan api
15 5 5 5 5 5 25 15
4 Memasukkan bahan makanan ke dalam penggorengan dan tunggu beberapa saat hingga matang
Kulit terluka karena terkena percikan minyak
5 1 5 5 5 1 15 7
Bersambung
46
Sambungan 5 Mengangkat
makanan menggunakan serok
Kulit terluka karena terkena percikan minyak
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Mematikan penggorengan
Luka bakar karena kontak dengan wajan penggorengan
5 1 5 5 5 1 15 7
7 Setelah minyak tidak lagi menetes, makanan
Kulit terluka karena tetesan minyak panas, terpeleset karena ceceran minyak, dan kaki tertimpa makanan yang panas
5 1 5 5 5 1 15 7
8 Memindahkan minyak yang sudah tidak terpakai ke wadah khusus dan diperlakukan sebagai bahan B3
Terpeleset ceceran minyak 5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber
panas dari listrik dan api. Alat pemanggang dengan sumber panas
dari listrik yaitu Bain Marie dan sumber panas dari api yaitu Sterno.
Berikut ini IBPR pemanggangan makanan dengan Bain Marie (IBPR
pada lampiran 16) dan pemanggangan makanan dengan Sterno
(IBPR pada lampiran 17) :
Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Makanan yang
telah siap diletakkan di serving disk
Kaki tertimpa serving disk/makanan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Mengisi air pada bain marie terlebih dahulu dengan membuka kran
Cidera otot karena mengangkat sember penuh air, kaki tertimpa ember, dan terpleset karena ceceran air
5 1 5 5 5 5 15 11
3 Menghidupkan alat dengan menghubungkan steker ke stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 1 5 5 1 5 16 11
4 Meletakkan serving disk di tempat pemanas
Luka pada bagian kulit karena kontak dengan pemanas dan kaki tertimpa serving disk
5 1 5 5 5 1 15 7
Bersambung
47
Sambungan 5 Proses pemanasan
makanan Luka pada bagian kulit karena kontak dengan bain marie
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Setelah selesai menghangatkan makanan mematikan bain marie dengan mencabut steker dari stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 1 5 5 1 5 16 11
7 Membersihkan bain marie dan membuang sisa air
Terpeleset karena ceceran air 1 1 5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Makanan yang
telah siap diletakkan di serving disk
Kaki tertimpa serving disk/ makanan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Membersihkan terlebih dahulu bagian wadah kaleng sterno
Kaki tertimpa wadah sterno 1 1 5 5 1 1 7 7
3 Mengisi wadah dengan kaleng sterno
Kaki tertimpa kaleng sterno 1 1 5 5 1 1 7 7
4 Menyalakan sterno dengan pematik api
Luka pada bagian kulit karena kontak dengan api
5 1 5 5 5 1 15 7
5 Meletakkan sterno ke serving disk yang akan di hangatkan
Luka pada bagian kulit karena kontak dengan api dan kaki tertimpa sterno
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Setelah selesai menghangatkan makanan matikan sterno dengan menutup sterno
Luka pada bagian kulit karena kontak dengan bagian sterno yang panas
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
e. Penyajian
Proses penyajian di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter
Plant dibagi menjadi 2 yaitu penyajian makanan dan penyajian
minuman. Berikut ini IBPR penyajian makanan (IBPR pada
lampiran 18) dan penyajian minuman (IBPR pada lampiran 19) :
48
Tabel 29. IBPR Penyajian Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Memasukkan
peralatan makanan (tray, sendok, dan garpu) ke keranjang dan dibawa ke lantai 1 dan 2 dengan trolley
Cidera otot lengan karena barang terlalu berat dan kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa keranjang yang berisi peralatan makanan
5 1 5 5 5 1 15 7
2 Mempersiapkan peralatan makan di meja saji (tray dan wadah saji makanan) dan meja makan (sendok, garpu, krupuk)
Kaki tertimpa peralatan makan 5 1 5 5 5 1 15 7
3 Memindahkan sayur, lauk, dan lain-lain ke wadah saji dan memindahkan nasi ke termos nasi
Kaki/badan terguyur/tertimpa masakan yang panas
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Mengangkat dan membawa wadah berisi sayur, lauk, dan buah (isi ulang) termos nasi ke meja saji dengan trolley dan ada yang manual handling
Cidera otot lengan karena barang terlalu berat, kulit terluka karena kontak dengan benda panas, dan kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa wadah saji dan termos nasi
5 1 5 5 5 1 15 7
5 Memeriksa selalu persediaan makanan, dan bila habis diisi ulang kembali
Cidera otot lengan karena barang terlalu berat, kulit terluka karena kontak dengan benda panas, dan kaki terluka karena tertimpa wadah saji dan termos nasi
5 1 5 5 5 1 15 7
6 Untuk suplay makanan ke lantai dua menggunakan lift makanan
Bagian tubuh terguyur/kontak dengan makanan panas
5 1 5 5 1 1 11 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Manual handling
galon dari penyimpanan ke pengisian teko
LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa galon
10 1 5 5 5 5 20 11
Bersambung
49
Sambungan 2 Menata teko
minuman di atas meja dan membuka penutup teko
Kaki tertimpa teko 1 1 5 5 1 1 7 7
3 Manual handling galon dan menuangkan air ke teko
LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah dan kaki tertimpa galon
10 1 5 5 5 5 20 11
4 Menutup kembali teko dan membawa ke meja makan menggunakan trolley untuk lantai 2 menggunakan lift makanan
Kaki tertimpa teko, kaki terlindas teko dan tangan terjepit lift makanan
10 1 5 5 5 1 20 7
5 Mempersipakan gelas dan diletakkan di keranjang gelas dan memindahkan ke atas trolley
LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa keranjang berisi gelas
10 1 5 5 5 5 20 11
6 Gelas di angkut menggunakan trolley dan lift untuk lantai 2 kemudian ditata di meja makan
Nyeri pada lengan karena mendorong trolley yang berat, badan/kaki tertimpa keranjang yang berisi gelas, dan tangan/sarung tangan terjepit lift makanan
10 1 5 5 5 5 20 11
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
f. Pembersihan
Kegiatan bersih-bersih di PT. Denso Indonesia Sunter Plant
secara umum dibagi menjadi dua yaitu membersihkan peralatan
makanan dan membersihkan area kantin sebelum dan setelah makan.
Peralatan yang digunakan untuk membersihkan peralatan makanan
adalah kanebo, rak, dan dishwasher. Sedangkan peralatan yang
digunakan untuk membersihkan area kantin yaitu sapu lantai, pel,
dan kanebo/kain lap. Berikut ini IBPR membersihkan peralatan
makanan (IBPR pada lampiran 20) dan membersihkan area kantin
(IBPR pada lampiran 21) :
50
Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mengumpulkan
peralatan yang kotor dibawa dengan trolley ke tempat pencucian, diletakkan di keranjang berdasarkan jenis
Kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa keranjang yang berisi peralatan
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Mengambil peralatan yang kotor dan membuang sisa air atau makanan yang masih menempel
Kaki tertimpa peralatan makan
1 1 5 5 1 1 7 7
3 Peralatan dicuci di bak 1 menggunakan sabun kemudian dilakukan bembilasan pertama
Iritasi kulit karena kontak dengan sabun cuci piring (bahan B3), tertimpa peralatan makan yang dipindahkan, dan terpeleset air yang tercecer
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Peralatan dipindah ke bak 2 untuk dibilas lagi hingga bersih
Kaki tertimpa peralatan makan dan terpeleset ceceran air
1 1 5 5 1 1 7 7
5 Diletakkan ke keranjang yang bersih dan dibawa ke tempat yang kering
LBP karena posisi menggangkat yang salah dan beban berat, kaki tertimpa keranjang yang berisi peralatan, dan terpeleset ceceran air
10 1 5 5 5 5 20 11
6 Kemudian dilakukan pengeringan dengan pengelapan peralatan makan menggunakan kanebo dan diletakkan di keranjang yang bersih
Kaki tertimpa peralatan makan, terpeleset ceceran air
1 1 5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
peralatan kebesihan yang akan digunakan
Kaki tersandung peralatan kebersihan
1 1 5 5 5 1 11 7
Bersambung
51
Sambungan 2 Menyapu lantai
terlebih dahulu seluruh area kerja
Tersandung sapu dan gangguan pernapasan karena
5 1 5 5 1 1 11 7
3 Membuang sampah ke tempat sampah
Tertimpa tempat sampah dan bersin-bersin karena debu
1 1 5 5 1 1 7 7
4 Mengambil peralatan pel dan air di ember
Cidera lotot lengan karena membawa ember berisi air, kaki tertimpa ember, dan terpeleset air pel
5 1 5 5 5 5 15 11
5 Mengepel lantai agar debu hilang
Kaki tertimpa ember dan terpeleset air pel
1 1 5 5 1 1 7 7
6 Mengelap meja saji, meja makan dan kaca bagian dalam
Tergores ujung meja yang runcing
1 1 5 5 1 1 7 7
7 Merapikan meja dan kursi
Kaki tertimpa kursi 1 1 5 5 1 1 7 7
8 Setelah selesai makan, membersihkan meja dengan lap dan menyapu lantai
Tergores ujung meja yang runcing dan terpeleset
1 1 5 5 1 1 7 7
9 Membawa peralatan makan yang kotor ke tempat pencucian dengan trolley
Cidera otot lengan dan kaki terlindas roda trolley
5 1 5 5 5 5 15 11
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
g. Pengolahan limbah
Kegiatan pengolahan limbah di PT. Denso Indonesia Sunter
Plant secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengolahan limbah
padat dan cair. Peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk
pengolahan limbah padat, yaitu plastik sampah, tempat sampah, dan
truk sampah. Untuk pengolahan limbah cair dibagi menjadi 2 yaitu
limbah cair non B3 dan B3. Limbah cair non B3 langsung dialirkan
ke tempat pengolahan limbah STP dan untuk limbah cair B3
(minyak jelantah) ditampung di tempat khusus. Berikut ini IBPR
52
pengolahan limbah padat (IBPR pada lampiran 22) dan pengolahan
limbah cair (IBPR pada lampiran 23) :
Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Menempatkan
sampah di setiap ruangan kantin dan memberi label sampah organik dan anorganik
Kaki tersandung tempat sampah
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Meletakkan plastik ke dalam sampah
Terjatuh/ terpeleset saat meletakkan plastik ke tempat sampah ukuran besar
1 1 5 5 1 1 7 7
3 Setelah makan selesai, petugas membuang sampah untuk sampah berukuran besar dengan cara naik ke bak sampah untuk mengambil plastik
Cidera otot lengan dan LBP karena mengankat sampah yang berat dan terjatuh saat mengangkat sampah yang berat
10 1 5 5 5 5 20 11
4 Plastik berisi sampah diserahkan ke petugas yang ada di bawah, untuk tempat sampah berukuran kecil cukup diangkat satu petugas
Cidera otot lengan dan LBP karena mengankat sampah yang berat dan terjatuh saat mengangkat sampah yang berat
10 1 5 5 5 5 20 11
5 Kemudian di angkat ke trolley dan dibawa ke tempat penampungan sampah sementara
Cidera otot karena mengangkut sampah yang berat dan kaki terlindas trolley
5 1 5 5 5 5 15 11
6 Sampah akan di angkut oleh truk sampah
Mengganggu pernapasan karena bau sampah yang menyengat
1 1 5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 24. Pengolahan Limbah Cair
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Memisahkan
antara limbah cair non B3 dan B3
Iritasi kulit karena kontak dengan B3 dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)
5 1 5 5 5 1 15 7
Bersambung
53
Sambungan 2 Limbah cair non
B3 langsung masuk ke tempat pengolahan limbah cair domestik
Terpeleset air limbah 1 1 5 5 1 1 7 7
3 Untuk limbah B3 (minyak jelantah) diletakkan ke wadah khusus untuk menampung
Iritasi kulit karena kontak dengan B3, dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)
5 1 5 5 5 1 15 7
4 Pemindahan dalam bungkus plastik dan diletakkan di wadah khusus
Cidera lengan otot karena memindahkan barang berat dalam jumlah banyak, iritasi kulit karena kontaminasi dengan limbah B3, terguyur limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah)
10 1 5 5 5 5 20 11
5 Membawa ke truk pengangkutan limbah cair B3 (Penampung dan Pemanfaat Limbah B3)
Cidera lengan otot karena memindahkan barang berat dalam jumlah banyak, iritasi kulit karena kontaminasi dengan limbah B3, terguyur limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah)
10 1 5 5 5 5 20 11
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
h. Proses Kerja Lainnya
Proses kerja berikut merupakan proses kerja yang khusus
(potensi bahaya khusus) dan tidak termasuk alur proses kerja kantin
di atas. Berikut proses kerjanya terdapat membersihkan Insect trap,
membersihkan kaca luar lantai 2, membersihkan lift makanan,
pengecekan pipa gas, dan pemasangan tabung gas. Berikut ini IBPR
membersihkan Insect trap (IBPR pada lampiran 24), membersihkan
kaca luar lantai 2 (IBPR pada lampiran 25), membersihkan lift
makanan (IBPR pada lampiran 26), pengecekan pipa gas (IBPR pada
lampiran 27), dan pemasangan tabung gas (IBPR pada lampiran 28) :
54
Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
peralatan/alat yang akan digunakan
Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan
1 1 4 4 1 1 6 6
2 Memasang tangga yang akan dipakai tepat di tempat yang akan dibersihkan (insect trap)
Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan
1 1 4 4 1 1 6 6
3 Menaiki tangga untuk mengambil insect trap
Terjatuh dari ketinggian karena membawa barang berat dan badan tertimpa tangga
5 1 4 4 5 1 14 6
4 Mematikan alat dengan mencabut steker dari stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian
15 5 4 4 5 5 24 14
5 Membuka cover insect trap terlebih dahulu
Tangan tergores bagian cover yang tajam
1 1 4 4 5 1 10 6
6 Menbersihkan insect trap dilantai
Tangan tergores bagian alat yang tajam dan bersin-bersin karena menghirup debu
5 1 4 4 5 1 14 6
7 Setelah bersih tutup kembali cover, memasang kembali insect trap ke tempat semula
Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan
5 1 4 4 5 1 14 6
8 Menghidupkan kembali alat dengan menancapkan steker ke stopkontak
Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian
15 5 4 4 5 5 24 14
9 Turun dari tangga dan mengembalikan alat
Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan
5 1 4 5 1 14 6
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
peralatan kerja Kaki tertimpa window cleaning tools
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Membasahi window washer dengan air yang sudah dicampuri chemical
Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical
5 1 5 5 5 1 15 7
Bersambung
55
Sambungan 3 Proses
membersihkan kaca dengan window washer
Kaku pada otot lengan karena terlalu lama mengangkat lengan
5 1 5 5 5 5 15 11
4 Kemudian membersihkan sisa chemical yang menempel menggunakan window squegee
Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical, dan kaku pada otot lengan dan leher karena terlau lama mengangkat lengan dan menghadap ke atas
5 1 5 5 5 5 15 11
5 Mengeringkan kaca menggunakan kanebo
Kaku pada otot lengan karena terlalu lama mengangkat lengan
5 1 5 5 5 5 15 11
6 Untuk membersihkan lift lantai 2 menggunakan hook pada life line menuju area kerja
Terjatuh dari ketinggian karena hook terlepas dari life line
15 5 4 4 5 5 24 14
7 Melakukan proses pembersihan kaca seperti lantai 1
Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical, terjatuh dari ketinggian karena hook tidak terpasang sempurna, dan kaku pada otot leher karena terlau lama menghadap ke atas
15 5 4 4 5 5 24 14
8 Setelah bersih turun dengan hati-hati dan melepaskan pada life line
Terjatuh dari ketinggian karena hook terlepas dari life line
15 5 4 4 5 5 24 14
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Pengecekan
keadaan lift makanan
Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6
2 Mematikan sistem operational lift
Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6
3 Menarik keluar alas lift makanan lalu dilap dengan lap yang lembab
Kejatuhan alas lift makanan 5 1 5 5 1 1 11 7
4 Membersihkan bagian dalam lift
Kepala terhantuk lift 1 1 5 5 1 1 7 7
5 Kemudian membersihkan bagian luar pintu lift dengan lap lembab hingga bersih
Terpeleset cairan pembersih/air
1 1 5 5 1 1 7 7
Bersambung
56
Sambungan 6 Setelah
dibersihkan hidupkan kembali lift
Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6
7 Mengisi cheksheet lift barang setelah selesai membersihkan
Tidak ada bahaya 0 0 5 5 1 1 6 6
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
peralatan kerja: ember, spon busa, kain lap dan air sabun
Kaki tertimpa peralatan kerja dan terpeleset karena air busa
1 1 5 5 1 1 7 7
2 Melakukan pengecekan dengan membasahi pipa gas dan bagian sambungan pipa dengan spon dan busa sabun
Tangan tergores bagian yang runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa
5 1 5 5 5 1 15 7
3 Memperhatikan setiap gelembung udara, bila ada segera tutup valve gas
Pingsan karena menghirup gas, meledak kareka kontak dengan api, terjepit alat saat memperbaiki sambungan, dan terpeleset karena ceceran air busa
15 5 5 5 5 5 25 15
4 Setelah selesai dicek, mengelap pipa gas dengan kain lap hingga bersih dan kering agar tidak korosif
Tangan tergores bagian yang runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas
No Pekerjaan Jenis Bahaya Penilaian Risiko
S F P R 1 Mempersiapkan
alat Kaki tertimpa peralatan, terlindas trolley
5 1 5 5 1 1 11 7
2 Mengecek pressure gauge, bila kosong segara dipasang tabung gas yang baru
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api
15 5 5 5 1 1 25 11
Bersambung
57
Sambungan 3 Menutup aliran
gas pada main valve dan valve selang tabung
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api
15 5 5 5 5 1 25 11
4 Putar regulator ke arah kiri dan lepaskan konektor selang penghubung tabung dan pipa
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api
15 5 5 5 15 5 35 15
5 Lepaskan rantai pengikat tabung
Tangan terjepit rantai, badan tertimpa tabung
1 1 5 5 5 1 11 7
6 Bawa tabung gas kosong ke gudang dengan trolley dan pasang tag "kosong" pada tabung
Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas
1 1 5 5 5 1 11 7
7 Ambil gas baru dengan trolley ke pemasangan tabung gas
Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas
1 1 5 5 5 1 11 7
8 Letakkan di tempat gas, ikat dengan rantai
Badan tertimpa gas dan tangan terjepit rantai
1 1 5 5 5 1 11 7
9 Pasang konektor selang dan putar penutup regulator ke kiri setelah itu puka penutup valve
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes saat tabung hampir habis, terjepit penutup valve
15 5 5 5 15 5 35 15
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Dari IBPR diatas dilakukan penilaian dengan keempat penilaian
(bentuk luka, frekuensi pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko)
dan hasil dari identifikasi bahaya akan didapat level dan prioritas potensi
bahaya yang harus dilakukan penanganan. Berikut hasil dari form IBPR
yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant beserta prioritas
bahaya dan level bahayanya :
58
Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level)
No Proses IBLK Prioritas Risiko Level
1 Peneriman dan Pengangkutan
Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan
LBP 20 (II) 11(I)
2 Penyimpanan Barang
Penyimpanan Wet Food (Dicuci)
Dingin
25 (III) 11 (I)
Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan)
LBP 20 (II) 11 (I)
3 Pengolahan Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan
Tersayat 15 (II) 7 (I)
Pemotongan Bahan Makanan Jari Tepotong
20 (II) 11 (I)
Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan
Jari tergiling
20 (II) 11 (I)
Perebusan Makanan (Kompor)
Terbakar/ Ledakan
25 (III) 15 (II)
Perebusan Makanan (Listrik) Kebakaran 20 (II) 11 (I) Pemanggangan Makanan Terbakar/
Ledakan 25 (III) 15 (II)
Penggorengan Makanan Terbakar/ Ledakan
25 (III) 15 (II)
Pemanasan Makanan dengan Bain Marie
Tersengat listrik
16 (II) 11(I)
Pemanasan makanan dengan Sterno
Luka bakar 15 (II) 7 (I)
4 Penyajian Penyajian Makanan LBP 15 (II) 7 (I) Penyajian Minuman LBP 20 (II) 11 (I)
5 Pembersihan Pembersihan Peralatan Makan
LBP 20 (II) 11 (I)
Pembersihan Area Kantin Sebelum Dan Setelah Makan
LBP 15 (II) 11 (I)
6 Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah Padat LBP 20 (II) 11 (I) Pengelolaan Limbah Cair B3 20 (II) 11 (I)
7 Lain-lain Pembersihan Insect Trap Tersengat listrik
24 (III) 14 (II)
Pembersihan Kaca Lantai 2 Jatuh dari ketinggian
24 (III) 14 (II)
Pembersihan Lift Makanan Kejatuhan alas lift
11 (I) 7 (I)
Pengecekan Pipa Gas Kebakaran/ Ledakan
25 (III) 15 (II)
Pemasangan Tabung Gas Kebakaran/ Ledakan
35 (III) 15 (II)
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
59
Dari tabel prioritas bahaya diatas dapat dilihat dengan jelas pada
grafik berikut ini :
Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Dari grafik di atas dapat diketahui potensi bahaya yang paling
mungkin terjadi adalah kebakaran atau ledakan. Hal tersebut dikarenakan
sumber energi terbesar yang digunakan untuk proses di kantin
menggunakan gas LPG dan menghasilkan api.
2. Pengendalian Bahaya
a. Mapping Risk Hazard Potential
Pengendalian bahaya yang paling umum mencangkup
seluruh potensi bahaya di kantin yaitu dengan menggunakan safety
map. Safety map digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan
bahaya yang akan dihadapi di area yang akan dituju dengan melihat
safety map pekerja akan tahu apa saja yang mungkin dapat
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SebelumPerbaikan
SetelahPerbaikan
60
menimpanya dan dapat lebih berhati-hati dalam melakukan
pekerjaan di area tersebut. Safety Map di PT. Denso Indonesia
Sunter Plant menggunakan pedoman dari PT. Toyota Manufacturing
Indonesia yaitu Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of
Accident (STOP 6). STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk
mencegah kecelakaan kerja yang berakibat pada luka serius atau
cacat atau meninggal yang digolongkan menjadi 6 tipe kecelakaan.
Kriteria yang harus dipahami dalam pembuatan safety map yaitu
harus mengetahui potensi bahaya dan dapat menganalisa tergolong
potensi bahaya A, B, C, D, E, dan F dan menentukan rangking
bahayanya.
Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant juga tidak luput
dalam pembuatan safety map. Pembuatan safety map di kantin
sendiri hanya pada bagian dapur karena dapur adalah tempat yang
paling berpotensi terjadi banyak kecelakaan. Banyaknya peralatan
yang besar dan sumber panas yang dihasilkan membuat dapur perlu
lebih perhatian dan penanganan dalam bidang keselamatan terutama
dalam hal kebakaran karena kebanyakan proses kerja di kantin
menggunakan tenaga panas. Tidak hanya sumber panas, potensi
bahaya yang dapat terjadi yaitu dingin, jari terpotong, tertimpa
peralatan masak dan lain-lain. Safety map kantin yang telah dibuat
masih berisikan tentang potensi bahaya yang telah dilakukan
61
perbaikan. Perbaikan dilakukan untuk potensi bahaya yang menjadi
prioritas. Berikut ini safety map (pada lampiran 29) di kantin :
Gambar 7. Safety Map Canteen Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Pada safety map tersebut terdapat kotak-kotak penilaian
yang berisikan tentang proses pekerjaan, STOP 6, Potensi Bahaya
dan kaizen/perbaikan. Untuk lebih jelasnya lagi penilaian stop six
pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah sebagai
berikut :
Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map
No Proses Pekerjaan
R S 6 Potensi Bahaya Kaizen (Perbaikan)
1 Pipa gas LPG untuk mengalirkan gas ke kompor
C F Terjadi kebocoran gas dan bila kontak dengan api dapat menimbulkan kebakaran, serta jarak pemasangan detektor gas terlalu jauh sehingga ada bagian yang tidak bisa terdeteksi (hanya terdapat 4 detektor gas) dan hanya terdapat 1 (satu) valve on/off yang berada di pipa sentral
Jarak antar detektor gas diperpendek dengan menambahkan 2 detektor lagi, sekarang detektor gas ada 6 dan setiap alat dilengkapi valve on/off
Bersambung
62
Sambungan
2 Mengambil/meletakkan makanan dalam freezer
C O Pekerja dapat terjebak di freezer saat gagang pintu membeku dan pintu tidak bisa terbuka
Memasang alarm otomatis pada freezer sehingga bila ada yang terkunci di freezer alarm akan menyala
3 Berlalu-lalang di dapur
C F Lantai dapur di area alat-alat masak licin dan dapat menyebabkan terpeleset dan kontak dengan benda panas
Lantai sudah dilapisi dengan rubber safety dan dibersihkan setiap harinya
4 Penggunaan lampu dapur
C O Intensitas penerangan kurang dan tidak terdapat penutup safety pada lampu yang dapat menyebabkan pekerjaan kurang nyaman dalam bekerja
Lampu sudah diberi penutup safety
5 Lalu-lalang di sekitar rak peralatan dapur
C D Tertimpa/kejatuhan peralatan yang berada di rak
Rak sudah diberi pengaman pagar pembatas hanya saja masih terdapat potensi tertimpa peralatan masak dari rak paling atas
6 Penempatan masakan saji
C D Tertimpa makanan saji Sudah disiapkan trolley susun untuk penempatan makanan siap saji
7 Penempatan beras dan tepung
C O Terpeleset karena ceceran beras dan tepung
Sudah dibuatkan tempat khusus untuk penyimpanan beras dan tepung yang akan dipakai
8 Penempatan bumbu dapur
C D Penempatan bumbu tidak beraturan mudah terkontaminasi satu dengan yang lain.
Di tempatkan di box khusus sesuai jenis bumbu
9 Penggunaan mesin chopper
C A Jari terpotong saat menggunakkan mesin chopper
Mesin chopper telah dimodifikasi dan dilengkapi dengan alat emergency stop
10 Memasak B F Potensi terkena uap panas, tersiram air panas, kulit kontak dengan benda panas, dan terkena percikan minyak panas
Menggunakan pakaian berwarna terang dan mudah menyerap keringat, apron, APD (safety shoes, masker, sarung tangan)
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
63
Keterangan tabel :
a. R : Rangking Bahaya
A = Meninggal dunia dan cacat permanen
B = Luka, produksi terhenti dan kehilangan hari kerja
C = Luka ringan tidak absen dan produksi tidak terhenti
b. S 6 : STOP 6
A = Apparatus D= Drop
B = Big Heavy E = Electric
C = Car F = Fire
b. Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian
Pengendalian potensi bahaya selanjutnya yang akan dibahas
yaitu potensi bahaya yang menjadi prioritas dalam setiap IBPR
proses kerja kantin dimana telah didapatkan hasil yaitu :
kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan
listrik, keluhan musculoskeletal, jari terpotong, jari tergiling, kontak
B3, dan luka bakar. Pengendalian potensi bahaya menggunakan
hirarki pengendalian dan disesuaikan dengan bentuk pengendalian
yang dibutuhkan. Berikut pengendalian potensi bahayanya :
1) Kebakaran/Ledakan
Potensi bahaya kebakaran/ledakan adalah potensi
bahaya yang paling mungkin terjadi di kantin akibat penggunaan
sumber energi panas yang digunakan dalam proses kerjanya.
Dampak atau bahaya yang timbul dapat mempengaruhi proses
64
kerja kantin maupun proses produksi PT. Denso Indonesia
Sunter Plant untuk pencegahan potensi bahaya
kebakaran/ledakan dengan hirarki pengendalian berupa
substitusi dan administratif. Berikut penjelasannya :
a) Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk
mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari
yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
Pengendalian ini dapat menurunkan bahaya dan risiko
minimal melalui desain sistem ataupun desain
ulang. Pengendalian potensi bahaya kebakaran dengan
substitusi yang dilakukan oleh Kantin PT. Denso Indonesia
Sunter Plant adalah:
(1) Mengganti standar penggunaan stopkontak dan staker
dari yang sebelumnya boleh menggunakan jenis A
harus beralih ke jenis F. Hal ini bertujuan menghindari
percikan api menyebar jika terjadi bunga api.
Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan)
Sumber : Dunia listrik, 2010
65
b) Administratif
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari
sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan
dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan
mematuhi, memiliki kemampuan, dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman. Pengendalian
potensi bahaya kebakaran dengan administrasi yang
dilakukan oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah :
(1) Standart Operating Prosedur (SOP)
Gambar 9. SOP (Kwali Range Low)
Sumber : PT Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan
disediakan SOP. SOP tersebut ditempelkan pada
peralatan atau dekat dengan pekerjaan yang dilakukan.
Peletakannyapun stategis sehingga dapat dilihat dengan
jelas.
66
(2) Pelatihan (Training)
Pelatihan penanganan kebakaran diberikan
kepada pekerja di kantin yang terpilih untuk mengikuti
pelatihan agar para pekerja tahu cara menangani
kebakaran sehingga kebakaran dapat ditangani secepat
mungkin. Pelatihan kebakaran diadakan oleh
departemen SHE. Berikut training pemadaman api
dengan kain Goni basah dan APAR yang diberikan
kepada para pekerja kantin :
Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2011
Pelatihan penggunaan APAR bagi karyawan
Kantin diberikan oleh anggota TKTD bagian satgas
pemadaman kebakaran. Seluruh pekerja kantin diberi
materi tentang kebakaran terlebih dahulu dan kemudian
dilanjutkan dengan praktik pemadaman kebakaran
menggunakan karung basah dan APAR. Pelatihan ini
bertujuan untuk membekali para karyawan kantin agar
bisa menjaga diri dan lingkungan kerjanya.
67
(3) Penyediaan Safety Sign
Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api”
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Safety sign yang tertempel di dapur PT. Denso
Indonesia Sunter Plant berkaitan dengan keselamatan
bidang kebakaran yaitu : segitiga api, listrik, letak
detektor, dresscode yang diperbolehkan untuk
memasuki kantin, dan larangan untuk memasuki dapur
kecuali yang berkepentingan karena dapur termasuk
area terbatas karena banyaknya sumber panas yang
dihasilkan.
Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
68
Safety sign juga di tempel di storage gas yaitu
tempat sumber energi berada. Safety sign yang ditempel
yaitu peringatan untuk menjauhi area tersebut bagi
yang tidak berkepentingan.
(4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO)
Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Sistem lock out (penguncian) dilakukan
dengan memasang valve on/off. Setiap gas yang
tersambung pada pipa dilengkapi dengan valve
sehingga bila ada kebocoran valve dapat ditutup.
Pemasangan tanda dilakukan untuk menginformasikan
status tabung gas. Penanda yang disediakan berupa
tanda yang bertuliskan, “Gas Isi”, “Gas Kosong”, Gas
Bocor”, dan “Sedang Dalam Perbaikan Jangan
Digunakan”.
69
(5) Pemasangan Safety Device
(a) APAR
Safety devive untuk penanganan terhadap
kebakaran yang dipasang di kantin untuk
menghindari potensi bahaya kebakaran yaitu
APAR. APAR yang terpasang pada kantin
berjumlah 6 yaitu 3 buah di lantai 1 dan 3 buah di
lantai 2. Jenis APAR yang digunakan adalah dry
chemical karena bahan tersebut cocok untuk
memadamkan api yang dapat membakar peralatan
kantin.
Gambar 14. APAR CO2
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Tinggi pemasangan tanda pemasangan
APAR adalah 170 cm dari dasar lantai dan untuk
jarak pemasangan APAR lebih dari 15 m. APAR
70
yang terpasang juga dilakukan pemeriksaan rutin
dan disediakan pula check sheet keadaan APAR.
(b) Pemasangan Valve On/Off dan Detektor Gas
Gambar 15. Valve dan Detektor Gas
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Pemasangan valve tersebut bertujuan
untuk menghentikan aliran gas pada alat masak
yang tidak dipakai. Untuk berjaga jaga bila ada
kebocoran gas tidak akan menyulut ke kompor
yang ada di dekatnya.
Pemasangan detektor gas bertujuan untuk
mencegah kebocoran gas pada pipa yang dapat
menyebabkan kebakaran. Detektor gas yang
terpasang pada pipa di dapur yaitu berjumlah 6
buah.
Valve
Detector Gas
71
(c) Exhausted Hood
Gambar 16. Exhaust Hood
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Exhaust Hood adalah alat penghisap udara
atau alat penghisap asap pada dapur. Biasa juga
disebut cooker hood. Pemasangannya tepat berada
di atas peralatan masak karena asap yang
dihasilkan naik dan dapat dihisap, sehingga
kegiatan masak-memasak di Kantin PT. Denso
Indonesia Sunter Plant terbebas dari asap atau uap
yang menyebabkan suhu di dapur panas.
(6) Pemasangan Jalur Evakuasi Menuju Titik Kumpul
Pemasangan jalur evakuasi juga dilakukan di
kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang
dalam jumlah banyak berkumpul di dalamnya saat jam
istirahat dan karena ada potensi bahaya pula di
dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi tersebut dapat
72
mempermudah korban mengetahui jalur yang aman dan
cepat untuk bisa ke arah assembly point dimana
assembly point berada di depan gedung utama PT.
Denso Indonesia Sunter Plant.
2) Dingin
Potensi bahaya dingin bahkan sampai membeku dapat
terjadi pada pekerja yang memasuki chiller dan freezer yang
berukuran besar. Saat memasuki chiller/freezer pintu harus
ditutup kembali untuk menjaga suhu di dalamnya. Bahaya
terjadi bila ada yang terjebak di dalamnya. Gagang pintu di
dalam chiller/freezer dapat membeku sehingga tidak bisa
dibuka. Ruangan yang kedap suara juga mengakibatkan orang
diluar tidak mengetahui bila ada orang di dalam.
Gambar 17. Chiller and Frezzer
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
73
Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara
administratif yaitu dengan memasang safety device berupa alarm
pada alat pendingin tersebut. Alarm tersebut akan berbunyi bila
lampu di chiller/freezer menyala dan tidak dimatikan dalam
waktu 3 menit. Lampu yang menyala di pendingin tersebut
sebagai tanda bahwa ada orang di dalamnya dan bila lampu
dimatikan maka alarm akan berhenti.
3) Jatuh dari ketinggian
Pekerjaan yang terdapat potensi bahaya jatuh dari
ketinggian adalah memasang insect trap dan membersihkan
jendela luar lantai 2. Penanganan potensi bahaya jatuh dari
ketinggian menggunakan cara administratif, yaitu pemasangan
insect trap dan pembersihan jendela luar lantai 2 dilakukan oleh
sub kontraktor yang dilakukan dua minggu sekali. Pekerjaan
tersebut menggunakan jasa sub kontraktor karena pekerjanya
lebih kompeten dan memiliki peralatan keselamatan yang
lengkap. Dalam pelaksanaannya diawasi pula oleh pihak SHE
Departemen.
4) Kontak dengan listrik
Potensi bahaya kontak dengan listrik dapat dialami
oleh pekerja kantin terutama koki yang memasak menggunakan
sumber energi listrik. Pencegahan yang dilakukan dengan cara
administratif yaitu memberi training cara memasak dan
74
penggunaan alat memasak dan memberi safety sign pada sumber
listrik.
5) Keluhan Musculoskeletal
Keluhan musculoskeletal yang dialami para pekerja
kantin berupa LBP dan nyeri pada lengan dan leher yang
disebabkan oleh manual handling galon, termos nasi,
pengangkatan keranjang berisi peralatan makan, dan lain-lain.
Penanganan untuk keluhan musculoskeletal telah
dilakukan dengan cara administratif yaitu menyediakan trolley
dan lift makanan, hanya saja para pekerja masih sering
melakukan manual handling.
6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam
Potensi bahaya ini terjadi pada penggunaan alat-alat
pemotong dan penggiling seperti : meat slicer, fruit/vegetable
slicer, chopper, dan hand blender dari alat-alat tersebut yang
paling berbahaya dan pernah memakan korban adalah mesin
chopper (pencacah).
Gambar 18. Mesin Chopper
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
75
Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara
rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya
dengan emergency stop.
7) Kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun
Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Bahan yang tergolong B3 di kantin adalah sabun
untuk mencuci piring dan minyak jelantah. Penanganan potensi
bahaya bahan B3 ini dilakukan dengan cara substitusi dan
administrasi
a) Substitusi
Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan
cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi
bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci
peralatan makan karena banyaknya peralatan makan yang di
cuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam jumlah
yang banyak.
76
b) Administratif
Pengendalian potensi bahaya dengan cara
administratif yaitu dengan menampung limbah B3 berupa
minyak jelantah ke wadah-wadah jurigen yang nantinya
akan diangkut oleh pengangkut limbah B3.
c) Alat Pelindung Diri
Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
APD yang diberikan yaitu perupa sarung tangan tebal,
sepatu boot, apron dari bahan kain untuk melindungi tubuh dari
kontak dengan B3.
8) Luka bakar
Luka bakar ini sering dialami oleh koki sebagai ahli
memasak yang pekerjaannya berhubungan dengan panas. Luka
bakar yang dialami koki yaitu berasal dari kontak dengan
peralatan memasak yang panas dan tersiram air panas. Untuk
77
menangani potensi bahaya tersebut yaitu menggunakan cara
pemakaian APD berupa sarung tangan karet dan safety shoes
untuk menghindari kontak panas. Seragam yang dikenakan oleh
koki disesuaikan pula dengan potensi bahaya luka bakar.
Gambar 21. APD Koki Kantin
Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Seragam yang digunakan oleh Koki di PT. Denso
Indonesia Sunter Plant didesain dengan lengan panjang dan
celana panjang untuk menghindari kontak kulit dari benda
panas.
3. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja
petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi
kinerja dilakukan melalui beberapa kegiatan berikut :
a. Briefing pagi dengan General Office (GO), yang mengikuti briefing
adalah penanggung jawab kantin Bapak Ivan Satya Yuli selaku Head
78
Chef. Kegiatan briefing digunakan sebagai sarana sharing dengan
menyampaikan hasil kinerja pada hari sebelumnya dan
menyampaikan permasalahan yang dihadapi (jika ada) di hadapan
anggota lain dan manajer. Manajer akan memberikan koreksi hasil
kinerja secara langsung, jalan keluar dan saran perbaikan kinerja.
b. Safety Patrol, safety patrol merupakan kegiatan patrol terhadap
pelaksanaan K3L di semua area oleh kelas manager up dan wakil
serikat pekerja. Safety patrol dilakukan untuk meninjau langsung
pelaksanaan K3L termasuk penerapan sistem protesi bahaya di
kantin apakah sudah terpenuhi atau belum. Setelah itu hasil akan
dirapatkan dan hasil rapat diinformasikan kepada pihak kantin
tentang tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. hasil audit internal
diserahkan kepada manajer.
c. Internal audit, internal audit dilakukan oleh auditor internal
perusahaan (berpengalaman dan telah mendapat pelatihan) dengan
pihak SHE departemen sebagai penanggung jawab berlangsungnya
audit internal. Dalam internal audit akan dicek hasil kinerja kantin
dalam pemenuhan sistem proteksi kantin mulai dari kelengkapan
dokumen hingga aksi nyata yang telah dilakukan kantin. Temuan-
temuan dalam audit akan ditulis dilembar audit internal. Auditor
akan memberikan saran berbaikan dengan batas waktu yang
ditentukan. Setelah melakukan perbaikan pihak auditee (penanggung
jawab kantin) harus menulis dilembar audit internal tentang
79
perbaikan yang telah dilakukan. Kemudian hasil audit akan
diserahkan kepada pihak departemen SHE yang menampung hasil
audit. Setelah diinput hasilnya oleh pihak SHE departemen
selanjutnya hasil audit internal diserahkan kepada manajer.
80
BAB V
PEMBAHASAN
E. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
PT. Denso Indonesia Sunter Plant menyediakan kantin sebagai
pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan para pekerja yang berjumlah 2.939
orang telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor 3 tahun 1982 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja,
pasal 2 butir i yang menyatakan “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
meliputi memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja” dan telah memenuhi pula Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 1 tahun 1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan yang menyatakan “Semua
perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya
menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan”.
Terdapat struktur organisasi di kantin serta tugas masing-masing
anggota dalam pengelolaan kantin. Penanggung jawab kelangsungan proses
kerja kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah Head Chef kantin
Bapak Ivan Satya Yuli telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) yang menyatakan “Pengurus
diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya”.
81
F. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
Sumber bahaya di kantin berasal dari faktor manusia, lingkungan,
peralatan, bahan, proses, dan cara kerja sesuai dengan teori Suma’mur yaitu
Bahaya tersebut dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum
mendatangkan kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka
bahaya tersebut disebut sebagai bahaya nyata” (Suma’mur, 1996).
G. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
1. Kondisi Tidak Aman
Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman di
kantin seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan
yang tidak pada tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa
pekerja, tekanan panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar
gas skala besar yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, lantai yang
licin karena ceceran air dan lain-lain. Gambaran potensi bahaya berikut
sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tetang Keselamatan
Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang menyatakan “Ketentuan-ketentuan
dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana dibuat,
dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan”
82
2. Tindakan Tidak Aman
Potensi bahaya akibat tindakan tidak aman di kantin dapat
berupa tidak menutup valve saat akan memasang tabung gas LPG,
manual handling yang salah dapat mengakibatkan keluhan
musculoskeletal, tidak menggunakan alat bantu (sendok) saat
memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan jari terpotong,
mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat menyebabkan tangan
tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang dianjurkan seperti
tidak memakaian sarung tangan plastik dan safety shoes saat mencuci
yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan lain-lain.
Gambaran potensi bahaya berikut sesuai dengan Undang-Undang nomor
1 tahun 1970 tetang Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang
menyatakan “Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam
tempat kerja di mana dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin,
pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan”.
H. Sistem Proteksi Bahaya Kantin
Berikut pembahasan dari sistem proteksi bahaya di Kantin PT.
Denso Indonesia Sunter Plant :
1. Identifikais Potensi Bahaya
Dalam pencegahan potensi bahaya PT. Denso Indonesia Sunter
Plant membuat prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
83
Identifikasi bahaya dilakukan untuk seluruh proses kegiatan di kantin.
Hal ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terdapat pada pasal 9 ayat (3) yang menyatakan “Dalam menyusun
rencana K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pengusaha harus
mempertimbangkan : (a) hasil penelaahan awal; (b) identifikasi potensi
bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; (c) peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya; dan (d) sumber yang dimiliki”.
Identifikasi bahaya Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
dilakukan oleh Head Chef yang merupakan seorang yang berpengalaman
dan tahu betul seluk beluk kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan
Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 pasal 3
ayat (2) yang berisi “Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan
Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini pada Lampiran II Kriteria Audit SMK3 elemen 6
keamanan bekerja berdasarkan SMK3 kriteria 6.1.1 yang menyatakan
“Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai,
mengendalikan risiko yang mungkin timbul dari suatu proses kerja”.
2. Pengendalian Potensi Bahaya
a. Mapping Risk Hazard Potential
Safety map di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
sudah sesuai dengan area tempat kerja serta penilaian potensi
84
bahayanya. Tujuan pembuatan safety map sebagai sarana
komunikasi dengan gambar kepada para pekerja/visitor yang
berkepentingan untuk masuk sehingga mengetahui terlebih dahulu
bahaya apa saja yang mungkin terjadi. Safety map merupakan
gambar peta bidang keselamatan dan telah memenuhi Undang-
Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14
butir b yang menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang
dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja”.
b. Pengendalian Potensi Bahaya dengan Hirarki Pengendalian
Pengendalian potensi bahaya di PT. Denso Indonesia Sunter
Plant dilakukan menggunakan hirarki pengendalian. Hal tersebut
telah memenuhi OSHAS 18001:2007 yaitu saat menetapkan
pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk
menurunkan risiko berdasarkan hirarki berikut : a) eliminasi; b)
substitusi; c) pengendalian teknik; d) pengendalian administratif; e)
Alat Pelindung Diri.
1) Kebakaran/Ledakan
Hirarki pengendalian potensi bahaya kebakaran/ledakan
yang dilakukan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant berupa
substitusi dan pengendalian administratif :
85
a) Substitusi
Penggantian steker dan stopkontak yang tadinya
boleh menggunakan jenis A semua harus beralih ke jenis F.
Hal tersebut telah memenuhi Undang-Undang nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir
o yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara segala
jenis bangunan” dan huruf r yang menyatakan
“Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi lebih
tinggi”.
b) Pengendalian Administrasi
(1) Pembuatan SOP
Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan
disediakan SOP. Hal tersebut telah memenuhi
Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang
SMK3 pada elemen 6 Keamanan bekerja berdasarkan
SMK3 kriteria 6.3.1 yang menyatakan “Terdapat
prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi
untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan
dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten
serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang
yang berwenang di perusahaan”.
86
(2) Pelatihan (Taining)
Pelatihan yang dilakukan untuk pekerja kantin
adalah pelatihan pemadaman kebakaran. Pelatihan
tersebut dilakukan pada pekerja yang dalam proses
kerjanya berkaitan pada potensi bahaya yang
bersangkutan. Hal ini telah memenuhi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja lampiran 1 point C tentang
pelaksanaan rencana kerja K3 yang menyatakan
“Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan
pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan
penyelenggaraan setiap pelatihan yang dibutuhkan”.
Lampiran II point A tentang kriteria Audit SMK3 yang
menyatakan “Petugas yang bertanggung jawab untuk
penanganan keadaan darurat telah ditetapkan dan
mendapatkan pelatihan”.
Training pemadaman kebakaran belum
dilakukan secara berkala sehingga belum memenuhi
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
nomor 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang
menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi dan
87
memadamkan kebakaran sebagaiman dimaksud pada
ayat (1) meliputi: huruf e penyelenggaraan latihan dan
gladi penanggulangan kebakaran secara berkala”.
(3) Penyediaan safety sign
Penempelan safety sign di kantin dan storage
gas sudah tertempel sesuai kegunaannya. Akan tetapi
pemasangan safety sign tersebut masih kurang atau
belum lengkap karena belum memasang safety sign
pada bagian-bagian penting seperti pemasangan pada
peralatan-peralatan masak yang menimbulkan panas
dan safety sign untuk memperingatkan lokasi pencucian
peralatan licin, dan lain-lain. Belum memenuhi
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 14 yang menyatakan
“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya
semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
kerja yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
(4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO)
Pemasangan LOTO sudah diterapkan di area
gas storage untuk penguncian menggunakan valve
on/off dan penandaan tentang status gas telah
88
memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf r yang
menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”
(5) Penyediaan safety device
(a) APAR
APAR telah terpasang di kantin PT.
Denso Indonesia Sunter Plant dan jenis yang
digunakan yaitu dry chemical yang sesuai pada
perabotan kantin yang tergolong dalam kelas A
(kayu, kertas, kain, karet, plastik,dan lain-lain),
kelas B (bensin, gas, oil, cat, solvents, dan lain-
lain) dan kelas C (komputer, panel listrik, dan lain-
lain). Hal tersebut telah memenuhi Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor
186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang
menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b
Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan
kebakaran dan sarana evakuasi”. Akan tetapi
89
pemasangannya terlalu tinggi sehingga belum
memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor 4 tahun 1980 tentang Syarat-
syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR pasal
4 ayat (3) yang menyatakan “Tinggi pemberian
tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm
dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok
alat pemadam api ringan bersangkutan”.
APAR yang terpasang juga dilakukan
pemeliharaan rutin dan disediakan pula check sheet
APAR. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 4
tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 11
ayat (1) yang menyatakan “Setiap alat pemadam
api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu: (a) pemeriksaan dalam rangka 6
(enam) bulan; (b) pemeriksaan dalam 12 (dua
belas) bulan”.
(b) Pemasangan Valve On/Off dan Detector Gas
Pemasangan valve on/off dan detector gas
telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1)
90
butir o yang menyatakan “Mengamankan dan
memelihara segala jenis bangunan” dan huruf r
yang menyatakan “Menyesuaikan dan
menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi lebih tinggi”.
(c) Pemasangan exhaust hood
Pemasangan exhaust hood telah
memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir o
yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara
segala jenis bangunan” dan huruf r yang
menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan
pengaman pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi lebih tinggi”.
(6) Pemasangan Jalur Evakuasi
Pemasangan jalur evakuasi juga dipasang di
kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang
dalam jumlah banyak berkumpul dan terdapat potensi
bahaya pula di dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi
tersebut dapat memperudah korban mengetahui jalur
yang aman dan cepat untuk bisa ke arah assembly point
dimana assembly point berada di depan gedung utama
PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Hal tersebut telah
91
memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia nomor 186 tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2
ayat (2) yang menyatakan “Kewajiban mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b Penyediaan
sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi”.
2) Kedinginan
Pengendalian potensi bahaya dingin dilakukan dengan
cara administratif yaitu dengan memasang safety device berupa
alarm pada alat pendingin tersebut. Hal tersebut telah memenuhi
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan
menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”
3) Jatuh dari ketinggian
Penanganan potensi bahaya jatuh dari ketinggian
menggunakan cara administratif melalui kerjasama dengan sub
kontraktor dan diawasi oleh bagian SHE Departemen. Hal ini telah
memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja elemen 6 klausa 6.2 pengawasan kriteria 6.2.1 yang
menyatakan “Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap
92
pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan
petunjuk kerja yang telah ditentukan”. Terpenuhi pula klausa 6 .3
seleksi dan penempatan personil kriteria 6.3.2 yang menyatakan
“Penugasan pekerjaan harus berdasarkan kemampuan dan
keterampilan serta kewenangan yang dimiliki”.
4) Kontak dengan listrik
Pencegahan yang dilakukan dengan cara substitusi
yaitu memberi training cara memasak dan penggunaan alat
memasak dan memberi safety sign pada sumber listrik. Hal ini
sudah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II point A tentang
kriteria Audit SMK3 yang menyatakan “Petugas yang
bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah
ditetapkan dan mendapatkan pelatihan” dan Undang-undang
nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 yang
menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya
semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua
bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja”.
93
5) Keluhan Musculoskeletal
Penanganan keluhan musculoskeletal telah dilakukan
hanya saja pekerja masih melakukan manual handling sehingga
hal tersebut belum memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf (m) yang
menyatakan “Salah satu syarat keselamatan kerja adalah
memeperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan kerja, dan prosesnya”.
6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam
Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara
rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya
dengan emergency stop. Hal tersebut telah memenuhi Undang-
Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
butir r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.”
7) Kontak Bahan Berbahaya dan Beracun
a) Substitusi
Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan
cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi
bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci
peralatan makan. Karena banyaknya peralatan makan yang
dicuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam
94
jumlah yang banyak. Hal tersebut telah memenuhi Undang-
Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan
menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.”
b) Administratif
Pengendalian potensi bahaya dengan cara
administratif dengan menampung limbah B3 berupa minyak
jelantah ke wadah-wadah jerigen belum sesuai karena
tempat penyimpanannya belum mampu melindungi B3 dari
paparan sinar matahari dan belum memiliki saluran drainase
untuk mengalirkan tumpahan dengan demikian belum
memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun pasal 16 ayat (1) yang menyatakan
“Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a
paling sedikit memenuhi persyaratan: (a) desain dan
konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari; (b) memiliki penerangan dan ventilasi;
dan (c) memiliki saluran drainase dan bak penampung.
Wadah limbah B3 tidak dilengkapi dengan label dan simbol
sehingga belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah
95
Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pasal
19 ayat (2) yang menyatakan “Kemasan Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekati Label
Limbah B3 dan Simbol”.
c) Alat Pelindung Diri
APD yang diberikan berupa sarung tangan dari
bahan karet, sepatu boot, apron dari bahan kain untuk
melindungi tubuh dari kontak dengan B3. Hal tersebut telah
memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir f yang menyatakan
“Syarat keselamatan kerja dengan memberi alat-alat
perlindungan diri pada para pekerja”.
8) Luka Bakar
Cara menangani potensi bahaya tersebut dengan
menggunakan pemberian APD berupa sarung tangan karet dan
safety shoes untuk menghindari kontak panas serta seragam
yang didesain panjang menutup tubuh agar terhindar dari kontak
dengan benda panas. Hal tersebut telah memenuhi Undang-
Undag nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
ayat (1) butir f yang menyatakan “Syarat keselamatan kerja
dengan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”.
Terpenuhi pula Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012
96
tentang SMK3 kriteria 6.1.6 yang menyatakan “Alat pelindung
diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara benar
serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai”.
3. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja
petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi
kinerja dilakukan melalui kegiatan briefing, safety patrol, dan audit
internal. Evaluasi dilakukan dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya di
kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (1) yang menyatakan
“Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3”.
Evaluasi yang dilakukan dengan audit internal dilakukan oleh
internal audit dilakukan oleh auditor internal perusahaan (berpengalaman
dan telah mendapat pelatihan). Hal tersebut telah memenuhi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (2)
“Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal
SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten”.
Hasil evaluasi diserahkan kepada manajer telah memenuhi
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal
97
14 ayat (4) yang menyatakan “Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada pengusaha”.
Dalam kegiatan evaluasi diberikan saran perbaikan untuk
melakukan tindakan perbaikan pada hasil evaluasi yang belum sesuai
telah memenuhi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (5) yang menyatakan “Hasil pemantauan
dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan”.
98
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil laporan Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso
Indonesia Sunter Plant dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kantin yang meliputi pengadaan kantin dan struktur organisasi kantin
telah memenuhi peraturan yang berlaku.
2. Sumber bahaya di kantin meliputi faktor manusia, lingkungan, peralatan,
bahan, proses, dan cara kerja.
3. Potensi bahaya di kantin yang meliputi kondisi tidak aman dan tindakan
tidak aman sesuai dengan jenis bahaya dalam peraturan perundangan
yang berlaku dan memerlukan penanganan keselamatan kerja.
4. Sistem proteksi bahaya kantin yang meliputi identifikasi bahaya,
pengendalian potensi bahaya, dan evaluasi telah memenuhi peraturan
yang berlaku namun ada beberapa yang belum memenuhi yaitu pada
pengendalian potensi bahaya pada potensi bahaya kebakaran/ledakan,
kontak dengan B3, dan keluhan musculoskeletal.
B. Saran
Sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
sudah berjalan sesuai prosedur hanya saja perlu perbaikan pada pengendalian
potensi bahaya dalam hal-hal berikut :
99
1. Pada potensi bahaya kebakaran/ledakan sebaiknya dilakukan perbaikan
dalam pelatihan pemadaman kebakaran yang perlu dilakukan secara
berkala, pemasangan safety sign dilengkapi lagi terutama untuk peralatan
yang menimbulkan panas, dan pemasangan APAR diperbaiki dengan
menurunkan letak pemberian tanda pemasangan menjadi 125 cm.
2. Pada potensi bahaya kontak dengan B3 sebaiknya dilakukan perbaikan
dengan memberi simbol dan tabel pada wadah jerigen yang berisi limbah
cair B3 serta penyusunan limbah harus diperbaiki dengan meletakkan
jerigen yang berisi limbah B3 pada rak-rak sehingga tersusun rapi.
3. Pada potensi bahaya keluhan musculoskeletal sebaiknya dilakukan
perbaikan dengan memberi pelatihan angkat-angkut yang benar dan
mengharuskan handling menggunakan trolley saat mengangkat atau
membawa barang yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Dwi Saputra, 2015. Gambaran Potensi Bahaya Dan Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Bagian Spinning IV Production PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal. Semarang : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Beta Sayektyaningsari, 2015. Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja
serta Lingkungan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Laporan Umum. Surakarta : Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamtan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Depnaker RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Bandung : Iqra Media. Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. PT. Denso Indonesia, 2008. Prosedur Identifikasi Bahaya Lingkungan Kerja dan
Penilaian Resiko. Jakarta : PT. Denso Indonesia PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008. Prosedur Mapping Risk
Hazard Potential. Jakarta : PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Soedirman, 2014. Tindakan Tanggap Darurat Dan P3K. Yogyakarta :
Danadyaksa Publisher. Soehatman Ramli, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.
Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung. Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : Bina Sumber Daya Manusia. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tarwaka, 2012. Dasar-Dasar Keselamatan KerjaSerta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.