i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI DI KELAS II
SD NEGERI JETISKARANGPUNG 1 KALIJAMBE SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
UMI ATUN SHOLIKHAH
NIM. X7106042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Geometri Di Kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Oleh :
Nama : Umi Atun Sholikhah
NIM. : X7106042
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Rabu
Tanggal : 28 April 2010
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. Kartono, M.Pd NIP.19540102 197703 1 001
Pembimbing II
Drs. Djaelani, M.Pd NIP.19520317 198303 1 002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Geometri Di Kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Oleh :
Nama : Umi Atun Sholikhah
NIM. : X7106042
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : 07 Mei 2010
Tim Penguji Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd (………………………….)
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd (………………………….)
Anggota I : Drs. Kartono, M.Pd (………………………….)
Anggota II : Drs. Djaelani, M.Pd (………………………….)
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Umi Atun Sholikhah. NIM. X7106042. PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI DI KELAS II SD NEGERI JETISKARANGPUNG 1 KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) menerapkan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar geometri di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Tahun Pelajaran 2009/2010, (2) menerapkan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Tahun Pelajaran 2009/2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Subyek penelitian adalah siswa Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 48 siswa yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi langsung, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar geometri siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung Tahun Pelajaran 2009/2010 yaitu siklus I siswa yang tuntas belajar 30 siswa atau 62,50% dengan nilai rata-rata 67,30; pada siklus II siswa yang tuntas belajar 40 siswa atau 83,33% dengan nilai rata-rata 74,25%, pada siklus III siswa yang tuntas belajar 44 siswa atau 91,67% dengan nilai rata-rata 78,85; (2) penerapan pembelajaran pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, dan mengerjakan soal di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 yaitu siklus I dengan rata-rata 50,00%; siklus II 66,67%; dan siklus III 75,00%.
v
ABSTRACT
Umi Atun Sholikhah. NIM. X7106042. THE IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL LEARNING FOR IMPROVING THE ACHIEVEMENT OF GEOMETRY LEARNING AT THE SECOND GRADE OF SD NEGERI JETISKARANGPUNG 1 KALIJAMBE SRAGEN ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis. Surakarta: Faculty of Education and Teachers Training Sebelas Maret University Surakarta, 2010.
The purposes of these research are: (1) to implement the contextual learning for improving the achievement of Geometry learning at the second grade of SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen academic year 2009/2010, (2) to implement the contextual learning for improving the students learning activity at the second grade of SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen academic year 2009/2010.
In this research employed Classroom Action Research (PTK) which is conducted in three cycles. Each cycle consisted of four steps such as planning, conducting, action, observation, and reflection. The subject of the research is the students at the second grade of SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen academic year 2009/2010. The students researched are about 48 persons, which consists of 24 girls and 24 boys. The techniques of collecting data applied are by conducting interview, direct observation, test and documentation. Meanwhile, the data analysis employed is interactive descriptive analysis.
Based on the research, it can be taken two conclusions namely: (1) the implementation of the contextual learning can improve the achievement of Geometry learning of the second grade students in SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen academic year 2009/2010. This can be seen from the first cycle that the students who completely pass the study are about 30 persons or 62.50 % by 67.30 average mark; from the second cycle showed that the students who completely pass the study are about 40 persons or 83.33 % by 74.25 average mark; while from the third phase displays that the students who completely pass the study are about 44 persons or 91.67 % by 78.85 average mark. (2) The implementation the contextual learning can improve the students learning activity are including answering the questions, responding the teachers explanation, work in a group and do their task at the second grade in SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen academic year 2009/2010. It can be seen from the first cycle that the students learning activity are about 50.00 %; from the second cycle showed that the students learning activity are about 66.67%; while from the third cycle displayed that the students learning activity are about 75.00%.
vi
MOTTO
v Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap
guru - gurumu dan belaku lemah lembutlah terhadap murid – muridmu.
( Terjemahan H.R Tabrani )
v Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal
kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan "
( Terjemahan Al - Qur'an Surat : Al – Kahf : 46 )
v Pengalaman adalah guru yang terbaik.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
- Ibu dan Ayah tercinta yang selalu
memberikan doanya.
- Suamiku tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungannya
- Rekan – rekan mahasiswa S1 PGSD
- Keluarga besar SDN Jetiskarangpung 1
- Almamaterku
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian untuk menyusun skripsi dengan judul “PENERAPAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR GEOMETRI DI KELAS II SD NEGERI
JETISKARANGPUNG 1 KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN
2009/2010”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan
yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun
berkat pertolongan Allah SWT, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi sehingga terselesainya skripsi ini.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, disampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. Sukarno, M.Pd selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekertaris Program PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
ix
6. Drs. Djaelani, M.Pd selaku Pembimbing II yang memberikan pengarahan
dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ayah, ibu, dan kakak-kakakku semua yang selalu mendoakan.
8. Suamiku tercinta yang selalu memberikan semangat dan dorongannya.
9. Keluarga Besar Bp./Ibu Sudadi, kakak serta adik-adik atas doa dan
bantuanya.
10. Anak-anak TPA (Ida, Gati, Eppy, Utik, & Mb’ Uut) atas kebersamaan,
dukungan, semangat dan doanya.
11. Drs. Ngatijo selaku Kepala SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen yang telah memberi kesempatan dan
petunjuk serta fasilitas untuk terlaksananya penelitian ini.
12. Bapak dan Ibu Guru SD Negeri Jetiskarangpung 1 yang telah memberi
bantuan dan dorongan.
13. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian
ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis
panjatkan, semoga mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT dan
menjadikan amal ibadah yang mulia. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih ada kekurangan. Untuk itu, penulis minta maaf dan kritik serta
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amiin..
Surakarta, Mei 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
B. Perumusan Masalah …………………………………........
C. Tujuan Penelitian …………………………………………
D. Manfaat Penelitian ………………………………………..
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka …………………………………….........
1. Hakekat Belajar ………………………………………..
2. Hakekat Prestasi Belajar ………………………….........
3. Hakekat Matematika …………………………………..
4. Hakekat Geometri ……………………………………..
5. Hakekat Pembelajaran Kontekstual …………………...
B. Penelitian Yang Relevan ………………………………….
C. Kerangka Pemikiran ………………………………………
D. Hipotesis Tindakan ………………………………….........
1
3
4
4
5
5
7
12
14
19
26
27
29
xi
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….........
B. Subjek Penelitian …………………………………….........
C. Sumber Data ………………………………………………
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
E. Analisis Data ……………………………………………...
F. Prosedur Penelitian ………………………………….........
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal …………………………………..
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ………………….........
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ….
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………….
B. Implikasi …………………………………………………..
C. Saran …………………………………………………........
30
31
31
31
32
33
38
40
53
61
61
62
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
LAMPIRAN ……………………...................................................................
63
65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :
Tabel 2 :
Tabel 3 :
Tabel 4 :
Tabel 5 :
Tabel 6 :
Tabel 7 :
Tabel 8 :
Bagan Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan
Pembelajaran Kontekstual ………………………………………
Rekapitulasi Nilai Prestasi Siswa pada Kondisi Awal ………….
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa
pada Siklus I …………………………………………………….
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa
pada Siklus II …………………………………………………...
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa
pada Siklus III …………………………………………………..
Rekapitulasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ………………………….
Rekapitulasi Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III …………………………………………
Rekapitulasi Perbandingan Hasil Penelitian dari Siklus I, Siklus
II, dan Siklus III ………………………………………………..
23
39
42
46
51
56
58
59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 :
Gambar 2 :
Gambar 3 :
Gambar 4 :
Gambar 5 :
Gambar 6 :
Gambar 7 :
Gambar 8 :
Gambar 9 :
Skema Kerangka Pemikiran …………………………………
Skema Strategi Penelitian Tindakan Kelas ………………….
Grafik Batang Nilai Ulangan Siswa pada Kondisi Awal ……
Grafik Batang Nilai Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus I ……………………………………………………….
Grafik Batang Nilai Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus II ……………………………………………………...
Grafik Batang Nilai Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus III ……………………………………………………..
Grafik Batang Keaktifan Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan
Siklus III ……………………………………………………..
Grafik Batang Perbandingan Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III …………………………….
Grafik Batang Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III ……………………………………...
28
33
39
43
47
52
57
59
60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Lampiran 2 :
Lampiran 3 :
Lampiran 4 :
Lampiran 5 :
Lampiran 6 :
Lampiran 7 :
Lampiran 8 :
Lampiran 9 :
Lampiran 10:
Lampiran 11:
Lampiran 12:
Lampiran 13:
Lampiran 14:
Lampiran 15:
Lampiran 16:
Lampiran 17:
Lampiran 18:
Lampiran 19:
Lampiran 20:
Lampiran 21:
Lampiran 22:
Lampiran 23:
Lampiran 24:
Lampiran 25:
Lampiran 26:
Lampiran 27:
Lampiran 28:
Lampiran 29:
Jadwal Pelaksanaan Tindakan …………………………......
Daftar Nama Siswa Kelas II ……………………………….
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……………....
Daftar Kelompok Siklus I ………………………………….
Soal LKS Siklus I ………………………………………….
Soal Tes Formatif Siklus I …………………………………
Daftar Nilai Tes Formatif Siklus I …………………………
Observasi Terhadap Guru Siklus I …………………………
Observasi Terhadap Siswa Siklus I ………………………..
Analisis Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ……………...
Gambar Kegiatan Siklus I ………………………………….
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……………..
Daftar Kelompok Siklus II ………………………………...
Soal LKS Siklus II …………………………………………
Soal Tes Formatif Siklus II ………………………………..
Daftar Nilai Tes Formatif Siklus II ………………………...
Observasi Terhadap Guru Siklus II ………………………..
Observasi Terhadap Siswa Siklus II ……………………….
Analisis Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ……………..
Gambar Kegiatan Siklus II ………………………………...
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III …………….
Daftar Kelompok Siklus III ………………………………..
Soal LKS Siklus III ………………………………………..
Soal Tes Formatif Siklus III ……………………………….
Daftar Nilai Tes Formatif Siklus III ……………………….
Observasi Terhadap Guru Siklus III ……………………….
Observasi Terhadap Siswa Siklus III ………………………
Analisis Observasi Keaktifan Siswa Siklus III …………….
Gambar Kegiatan Siklus III .……………………………….
65
66
68
71
72
74
76
78
79
80
82
83
86
87
88
90
92
93
94
96
97
100
101
102
104
106
107
108
110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini
telah memberikan dampak positif dan negatif dalam semua aspek kehidupan
manusia. Salah satu di antaranya dalam aspek pendidikan. Di satu sisi aspek ini
telah memberikan banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai tempat
di dunia, tetapi di sisi lain dengan adanya kemudahan tersebut akan
mempengaruhi ke hal-hal yang buruk. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional
bangsa. Keberhasilan pembangunan nasional dapat terwujud karena memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas yang diperoleh dari mutu pendidikan yang
berkualitas pula. Jadi, mutu pendidikan nasional sangat penting bagi keberhasilan
pembangunan bangsa.
Mutu pendidikan nasional merupakan barometer untuk menghasilkan
sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa yang kreatif, mandiri,
inovatif, dan demokrasi yang bertumpu pada akhlak mulia yang sesuai dengan
Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 yang berbunyi :
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut, maka sebagai
generasi masa depan termasuk peserta didik diharapkan akan mampu menghadapi
dinamika dan masalah-masalah yang sudah maupun yang akan terjadi di masa
mendatang. Oleh sebab itu, peserta didik harus memiliki kompetensi yang tinggi
dan mengembangkan ketrampilan dan keahlian ilmu untuk dapat mempertahankan
2
hidup di tengah era globalisasi yang tiba-tiba, cepat, tidak pasti, dan tidak
menentu.
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membentuk generasi
yang berkualitas. Dalam hal ini berkaitan dengan pembelajaran peserta didik di
sekolah. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi dari oleh beberapa faktor antara
lain adalah faktor interen maupun faktor eksteren. Faktor interen adalah pengaruh
yang berasal dari diri siswa, sedangkan faktor eksteren adalah faktor yang berasal
dari luar siswa. Dalam faktor ekstern, yang berhubungan dengan proses
pembelajaran merupakan faktor yang penting untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran.
Matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan dari sekolah
dasar hingga pendidikan yang berkelanjutan. Matematika sangat penting untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis,
kritis, dan kreatif. Dengan dasar matematika sebagai ratu ilmu, diharapkan peserta
didik akan mampu mewujudkan tujuan dan cita-cita dari pendidikan nasional
secara optimal.
Tetapi dalam kenyataannya berdasarkan pengamatan dan pengalaman
peneliti sebagai guru di SD Negeri Jetiskarangpung 1, pembelajaran Matematika
merupakan salah satu pelajaran yang tidah disukai oleh siswa. Siswa merasa tidak
tertarik dan merasa bosan ketika guru akan memulai pembelajaran Matematika.
Maka dari itu, hal tersebut akan berdampak pada kegagalan proses pembelajaran
Matematika dan perolehan prestasi belajar siawa yang kurang memuaskan
khususnya dalam materi geometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian
siswa yang masih banyak memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 63.
Mengingat kondisi tersebut, maka dalam pembelajaran Matematika
diharapkan adanya pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, sehingga
siswa akan tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran Matematika. Untuk
itu, peneliti berupaya untuk menerapkan model pembelajaran serta penggunaan
media yang tepat agar tujuan pembelajaran Matematika dapat berhasil dengan
optimal.
3
Pembelajaran Matematika harus dilakukan dengan variasi pembelajaran
yang menarik agar siswa akan berminat dan menyukai matematika, sehingga
nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Misalnya dalam
pemahaman suatu konsep matematika, siswa secara langsung diberikan pada
benda-benda konkrit (nyata) yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya
(contextual problem). Dengan menghubungkan materi yang dengan kehidupan
sehari-hari siswa diharapkan akan lebih mudah memahami. Untuk itu, dalam
pembelajaran geometri dilaksanakan dengan penerapan pembelajaran kontekstual
sebagai upaya guru dalam keberhasilan pembelajaran guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian
dengan judul ”Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Geometri Di Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1
Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis
rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi
belajar geometri siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan
belajar geometri siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar geometri siswa dengan
penerapan pembelajaran kontekstual di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1
Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dengan penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran, wawasan serta pengetahuan di dunia
pendidikan untuk penelitian dalam proses pembelajaran kontekstual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa lebih aktif dan senang dalam proses pembelajaran geometri.
2) Siswa akan mendapatkan pengalaman langsung yang bersifat nyata atau
konkrit dalam materi pembelajaran geometri.
b. Bagi Guru
1) Dapat mengembangkan model pembelajaran kontekstual dalam materi
geometri pada tingkatan kelas yang lain.
2) Dapat melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran lebih
menyenangkan dan bermakna.
c. Bagi Sekolah
a) Dengan prestasi siswa yang meningkat, maka akan meningkatkan prestasi
sekolah.
b) Sebagai tempat mengembangkan model pembelajaran kontekstual dalam
proses pembelajaran geometri.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakekat Belajar
a. Pengertian Belajar
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
terjadi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tanpa disadari
dalam kehidupan setiap individu diawali belajar mulai dari lahir hingga
dewasa sesuai dengan kebutuhan. Senada dengan hal tersebut, banyak
pendapat yang mengemukakan pengertian belajar.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
terjadi perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa, ”belajar merupakan usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan”. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang adanya pengalaman.
Menurut Dimyati Mahmud (1990:14) menyatakan bahwa ”belajar
adalah perubahan dari dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman”.
Dengan demikian belajar yang paling efektif adalah belajar melalui
pengalaman.
Demikian pula Morgan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
(1990:102) mengemukakan bahwa ” belajar adalah setiap perubahan yang
6
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman”.
Menurut James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono (2004:126) menyatakan pula bahwa “belajar dapat didefinisikan
sebagai proses di mana tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman”.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor yang terdapat dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari
luar siswa. Faktor internal adalah faktor yang dimiliki seseorang seperti minat,
perhatian, kebiasaan, motivasi serta lainnya. Sedangkan faktor lainnya dapat
dibedakan dalam 3 (tiga) faktor yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat.
Menurut Brunner, belajar merupakan merupakan proses aktif yang
memungkinkan manusia menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan diperoleh melalui 3 (tiga)
tahapan proses pembelajaran yaitu :
a) Tahapan enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-
benda konkrit atau dengan situasi yang nyata.
b) Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pembelajaran dimana
pengetahuan itu diwujudkan dalam bentuk visual , gambar, atau diagram yang
menggambarkan situasi konkrit yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.
c) Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak Baik symbol verbal,
lambang matematika, maupun lambang abstrak.
Pendapat Burton yang dikutip Uzer Usman (2002:5) menyatakan
“Learning is a change in the individual due to instruction of that
individualand his environment, wich fells a need and make him more capable
of Learning Activities”, 1994). Dalam pengertian ini terdapat kata change atau
“perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar
7
akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan,
ketrampilan, maupun sikapnya”.
Senada dengan pengertian di atas dikemukakan oleh W. S dalam
Rosda Koto Sutadi dkk (1996:2) menyatakan bahwa ”belajar adalah suatu
aktifitas mental/ psikis yang berlangsung interaktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan sikap”.
T. Raka Joni (1977:7) yang dikutip Dewa Ketut Sukardi (1983:15)
menyatakan, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
proses matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer ……”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan dari tingkah laku pada diri seseorang untuk mampu
menerima stimulus dari lingkungannya yang diperoleh dari latihan dan
pengalaman yang dilakukan secara terus-menerus di sepanjang hidupnya.
2. Hakekat Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Dalam
kamus Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha “. Hasil
belajar atau prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui
kegiatan belajar.
A.J Romiski (1989:217) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah
merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input).
Sedangkan Benjamin S. Bloom (1966:7) mengemukaka bahwa “hasil belajar
terdiri dari 3 ranah (domain) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”
Menurut Nana Sudjana (1989:213) mendefinisikan, “ hasil belajar
adalah kemampuam-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.
R. Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada
pemgamatan tingkah laku, melalui stimulus respon dan hasil belajar bersyarat.
8
(Sudjana, 1995:213). Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan
proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku tersebut misalnya dapat
berupa : dari yang belum tahu jadi tahu, kurang mengerti menjadi mengerti,
anak pembangkang menjadi anak penurut, pembohong menjadi jujur, dan lain-
lain.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:138) menyatakan
bahwa ”Prestasi belajar atau hasil belajar adalah hasil interaksi seseorang dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun dari luar (faktor eksternal) individu”.
Sedangkan menurut Bukhori (1997:85) menyatakan bahwa ”prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar berupa angka,
huruf, maupun berupa tindakan hasil belajar yang dicapai”.
Menurut Zaenal Arifin (1998:3) menyatakan bahwa ”prestasi belajar
adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan
suatu hal dari suatu proses yang telah dilakukan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses pembelajaran
diri sendiri dan pengaruh lingkungan sebagai pengalaman, baik perubahan
kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam diri siswa.
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar sebagai proses atau aktifitas yang dipengaruhi oleh banyak
faktor – faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain dari dalam diri siswa
(faktor internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal).
1) Faktor internal berasal dari dalam diri siswa meliputi :
(1) Faktor kesehatan : sebagai contoh karena cacat tubuh misalnya buta,
tuli, patah tulang dan lain-lain. Jika seseorang mengalami hal ini, maka
hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus.
(2) Faktor psikologis, meliputi :
(a) Inteligensi yaitu : kecakapan menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam keadaan yang baru dengan efektif dan cepat, kecakapan
9
menggunakan konsep-konsep secara efektif, dan kecakapan
mengetahui hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
(b) Perhatian yaitu : keberhasilan belajar harus didukung adanya
perhatian siswa terhadap materi yang dipelajarnya.
(c) Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dari
berbagai kegiatan. Kegiatan ini sebagai motivasi seseorang secara
terus-menerus untuk melakukan dalam kegiatan.
(d) Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan
terlihat pada waktu seseorang berlatih maupun melakukan
kegiatan proses pembelajaran.
(e) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan siswa agar dapat belajar dengan
baik, sehinnga akan terfokus perhatiannya terhadap kegiatan
belajar.
(f) Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang,
di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk menerima atau
melakukan hal-hal dalam kegiatan belajar tersebut.
(3) Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor jasmani
dan faktor rohani.
2) Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa, meliputi :
a) Faktor keluarga antara lain :
(1) Cara orang tua mendidik : Orang tua yang kurang memperhatikan
pendidikan anaknya, maka hasil yang diperoleh nantinya tidak
memuaskan bahkan mungkin gagal. Hal ini mungkin terjadi pada
diri anak yang orang tuanya bekerja di luar rumah atau terlalu sibuk.
Orang tua memanjakannya sehingga menjadi anak nakal dan tidak
mau belajar.
(2) Suasana rumah adalah keadaan yang ada dalam keluarga di mana
anak itu berada dan belajar.
(3) Keadaan ekonomi keluarga adalah erat hubungannya dengan belajar
anak. Jika anak berada dalam keluarga yang miskin, anak akan
10
merasa sedih sehingga minder dan mengganggu belajarnya maupun
sebaliknya.
(4) Perhatian orang tua sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan
belajar anak.Orang tua wajib memberi perhatian dan dorongan
kepada anak.
(5) Latar belakang kebudayaan adalah tingkat pendidikan dan kebiasaan
di dalam rumah juga mempengaruhi anak dalam belajar. Orang tua
yang berpendidikan setidaknya tahu pentingnya pendidikan untuk
kehidupan masa depan anaknya.
b) Faktor Sekolah, meliputi :
(1) Metode/ Model mengajar adalah suatu cara yang digunakan dalam
mengajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka guru harus
menggunakan metode/ model pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, khususnya dalam pembelajaran matematika harus
diupayakan dengan model pembelajaran yang tepat dalam
penyampaian materi agar dapat dipahami oleh siswa dengan mudah
dan pada akhirnya siswa mendapatkan prestasi belajar yang
diharapkan.
(2) Kurikulum merupakan suatu program yang akan diberikan kepada
peserta didik dalam suatu jenjang pendidikan. Kegiatan ini
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan
mengembangkannya ke dalam materi yang diajarkan guru kepada
peserta didik.
(3) Hubungan guru dengan siswa : proses belajar mengajar terjadi
antara guru dan siswa dalam prose pembelajaran. Proses tersebut
akan berjalan dengan baik adanya hubungan yang baik pula dari
pelaku yang ada di dalamnya yaitu guru dan siswa.
(4) Hubungan siswa dengan siswa lain juga ikut mempengaruhi belajar
seseorang. Siswa yang mempunyai tingkah laku yang kurang
menyenangkan, teman lain akan mengalami tekanan batin merasa
diasingkan dari kelompoknya sehingga menganggu belajarnya.
11
(5) Media belajar/ alat peraga merupakan salah satu faktor keberhasilan
belajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tersedia akan
memperlancar proses belajar mengajar agar memudahkan siswa
dalam menerima materi pelajaran.
(6) Sarana dan prasarana sekolah sangat penting untuk mendukung
keberhasilan belajar proses pembelajaran. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang lengkap dan memadai dalam setiap kelas maka
tidak akan mengganggu pembelajaran di kelas lain.
c) Faktor Lingkungan/ Masyarakat
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
perkembangan pribadi peserta didik. Namun, jika kegiatan tersebut
terlalu banyak akan menyita waktu sehingga waktu belajarnya akan
terganggu.
(2) Mass media dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa
dalam belajar. Namun sebaliknya, media juga dapat mempengaruhi
terhadap belajarnya jika siswa salah dalam memanfaatkannya.
(3) Teman bergaul adalah pengaruh dari teman bergaul di lingkungan
kesehariannya akan lebih cepat masuk mempengaruhi ke dalam jiwa
anak.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ”faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tidak hanya berasal dari siswa
maupun guru saja, tetapi keberhasilan belajar itu dipengaruhi dari beberapa
faktor antara lain faktor pengaruh yang berasal dari dalam diri peserta didik
dan faktor pengaruh dari luar diri peserta didik”. Dengan kata lain yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi
rendahnya prestasi belajar disebabkan dari faktor eksternal sekolah yang
berhubungan dalam proses pembelajaran yang tidak tepat.
12
3. Hakekat Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari perkataan Latin “Mathematika” yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani “Mathematics” yang berarti mempelajari.
Perkataan itu memiliki asal kata “mathema” yang berarti pengetahuan atau
ilmu. Jadi, berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam kegiatan rasio, bukan berdasarkan hasil
pengamatan. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan ide-ide, proses, dan penalaran (Suwangsih, 2006:3).
Matematika merupakan sarana berpikir logika pada masa dewasa. Dalam hal
ini Matematika adalah ratunya ilmu dan menjadi sekaligus menjadi
pelayannya. Pengetahuan yang diperoleh dari Matematika akan membantu
manusia dalam memahami dan mengusai permasalahan sosial, alam, maupun
alam dalam kehidupannya.
Menurut Paling (1982:1) menyatakan bahwa Matematika adalah suatu
cara menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia
dengan cara menggunakan informasi, pengetahuan yang tentang bentuk,
ukuran, dan bilangan. Dengan pendapat di atas ilmu Matematika sangat
penting dalam menghadapi dan memecahkan masalah manusia.
Lerner (1988:430) menyatakan bahwa, Matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat, dan mengkonsumsikan ide dan kualitas.
Menurut James (Depdiknas:120) menyatakan bahwa Matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep yang terbagi
ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu
pengetahuan yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, gagasan yang didasarkan pada penalaran dan logika yang terbagi
dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
13
b. Fungsi dan Tujuan Matematika
1) Fungsi Matematika
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan nalar
melalui kegiatan, penyelidikan, eksperimen sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dalam model matematika serta sebagai alat
komunikasi melalui gambar, symbol, tabel, grafik, dan diagram dalam
menjelaskan gagasan.
2) Tujuan Matematika
Tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP, 2006:24) yaitu :
(a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah.
(b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
(c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, menyelesaikan model matematika, dan menafsirkan solusi
yang tepat.
(d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas masalah.
(e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam matematika.
c. Ruang Lingkup Matematika
Mata pelajaran matematika di SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
1) Bilangan
2) Geometri dan Pengukuran
3) Pengolahan Data
14
4. Hakekat Geometri
a. Pengertian Geometri
Pengertian geometri secara harfiah dapat diartikan sebagai :ilmu
pengukuran bumi”. Kata “geometri” berasal dari bahasa Yunani yaitu “
geometria”. Geometria terdiri dari dua kata yaitu “geo” dan “metria”. Kata
“geo” berarti bumi dan “metria” berarti pengukuran. Geometri merupakan
salah satu ruang lingkup dan cabang dari ilmu Matematika yang berhubungan
dengan ukuran, bentuk, posisi relatif bangun dan sifat-sifat ruang. Geometri
adalah ilmu salah satu ilmu tertua, ilmu yang menyangkut geometri telah ada
sejak zaman terdahulu.
Travers dkk (1987) menyatakan bahwa “Geometri adalah ilmu yang
membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangun
ruang”.
Menurut Euclid (1970:268) menyatakan bahwa “Subjek Geometri
semakin diperkaya oleh studi struktur intrinsik benda geometris yang berasal
dari Euler dan Gauss yang menyebabkan penciptaan topologi dan geometri
diferensial, dimana topologi berkembang dari geometri”.
Menurut David Hilbert (1979:65) menyatakan tentang “Geometri
Modern “ bahwa memiliki kaitan yang erat dengan fisika, ditunjukkan oleh
hubungan antara geometri Riemann dan relativitas umum. Menurut bentuknya
bumi, bumi biasanya digambarkan dalam peta bumi skala kecil.
Penggambaran bentuk bumi yang ditunjukkan dalam bidang datar, dapat
dilihat dalam ilmu “ukur tanah”.
Berdasarkan uraian di atas dapat didefinisikan bahwa geometri adalah
salah satu cabang dari ilmu Matematika yang berhubungan dengan ukuran,
bentuk bangun , sifat-sifat ruang dengan cara menghubungan titik, garis,
sudut, bidang, dan bangun ruang. Geometri yang diberikan pada usia SD
adalah geometri bangun datar dan bangun ruang. Khususnya di kelas II,
geometri yang diberikan adalah geometri bangun datar.
15
b. Macam – Macam Geometri Bangun Datar
1). Persegi
Ciri-ciri dari bangun persegi adalah sebagai berikut :
a. Bangun yang mempunyai 4 sisi sama panjang.
b. Bangun yang mempunyai 4 titik sudut sama besar.
c. Bangun yang besar keempat sudutnya 90 derajat atau sering disebut
dengan sudut siku-siku.
2). Persegi Panjang
Ciri dari bangun persegi panjang adalah sebagai berikut :
a. Bangun yang mempunyai 2 pasang sisi yang sama panjang.
b. Bangun yang mempunyai 4 sudut yang sama besar.
c. Bangun yang tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku-siku yaitu sudut
yang besarnya 90 derajat.
3). Segitiga
Macam-macam bangun segitiga antara lain :
a). Segitiga Siku – Siku
16
Ciri – ciri dari segitiga siku – siku adalah :
a. Bangun yang memiliki 3 sisi.
b. Bangun yang memiliki 1 sudut siku-siku yaitu sudut yang besarnya 90
derajat.
b). Segitiga Sama Sisi
Ciri – ciri dari segitiga sama sisi adalah :
a. Bangun yang memiliki 3 sisi yang sama panjang.
b. Bangun yang memiliki 3 sudut yang sama besar.
c). Segitiga Sama Kaki
Ciri – ciri dari segitiga sama kaki adalah :
a. Bangun memiliki 2 sisi yang sama panjang.
c. Bangun yang memiliki 2 sudut yang sama besar.
4). Segi Empat Sembarang
17
Ciri – ciri dari segi empat sembarang adalah :
a. Bangun yang memiliki sisi yang tidak sma panjang.
b. Bangun yang memiliki 4 sudut yang tidak sama besarnya.
5). Trapesium
Ciri – ciri dari trapesium adalah :
a. Bangun yang memiliki sepasang sisi yang sejajar.
b. Bangun yang memiliki besar sudut yang berdekatan di antara sisi
sejajar adalah 180 derajat.
6). Jajar Genjang
Ciri – ciri dari jajar genjang adalah :
a. Bangun yang sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
b. Bangun yang memiliki sudut-sudut yang berhadapansama besar.
18
c. Bangun yang jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180 derajat.
d. Bangun yang kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.
7). Belah Ketupat
Ciri-ciri dari belah ketupat adalah :
a. Bangun yang semua sisinya sama panjang.
b. Bangun yang kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri.
c. Bangun yang sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
d. Bangun yang diagonal-diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
8). Lingkaran
Ciri-ciri dari lingkaran adalah :
a. Bangun yang memiliki satu titik pusat.
b. Bangun yang memiliki garis tengah yang panjangnya 2 kali jari-jari.
c. Bangun yang banyak sumbu simetrinya tidak terhingga.
Berdasarkan uraian di atas macam-macam bangun datar antara lain
: persegi, persegi panjang, segitigs, segiempat sebarang, trapesium, jajar
genjang, belah ketupat, lingkaran. Selain itu ada juga bangun layang-
layang, segilima, segienam, dan oval/ elips.
5. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
19
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama dengan “ instruction” atau “ pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan
(Purwadarminta, 1986:22). Bila pengajaran diartikan sebagi perbuatan
mengajar tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau
yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian pengajaran atau pembelajaran
dapat diartikan dengan perbuatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar
oleh guru. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam
kegiatan belajar-mengajar, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder
untuk terjadinya kegiatan belajar yang optimal.
Pembelajaran yang optimal adalah kondisi belajar mengajar di mana
siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat
tertentu yang sudah diatur dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Kondisi tersebut dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan atau
media yang tepat., sehingga dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar
mengajar maka dalam setiap proses dan hasilnya dapat dievaluasi.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa kegiatan pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dari beberapa komponen di
antaranya :
1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran.
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar
mengajar.
3) Tujuan adalah adanya perubahan perilaku yang terjadi pada sisiwa yang
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4) Materi adalah informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep untuk mencapai
tujuan.
5) Metode/model adalah cara yang digunakan dalam memberikan informasi
kepada siswa untuk mencapai tujuan.
20
6) Media adalah alat yang digunakan dalam penyampaian informasi kepada
siswa.
7) Evaluasi adalah penilaian yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan
tujuan yang dicapai.
Dari uraian di atas pembelajaran adalah adalah suatu proses kegiatan
belajar mengajar yang melibatkan dari beberapa komponen yaitu siswa, guru,
tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Dengan kata lain, dalam
pembelajaran adanya input yang berasal dari siswa yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi di dalamnya dan adanya output sebagai
hasil dari suatu proses pembelajaran.
b. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Matematika tidaklah sama maknanya dengan mengajar
pada mata pelajaran yang lain. Pembelajaran bertolak dari hakekat belajar ,
maka dapat dirumuskan bahwa dalam beberapa batasan yang intinya
memberikan tekanan kegiatan optimal yang dilakukan oleh anak didik dalam
belajar. Mengajar adalah mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada
di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan minat siswa
melakukan kegiatan belajar. Sehingga para guru diharapkan merancang
pembelajaran Matematika untuk memberikan seluas-luasnya kepada siswa
untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-
sama.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan holistik
dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (pribadi, sosial, kultural) sehingga siswa memiliki
21
pengetahuan/ ketrampilan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu
permasalahan konteks ke permasalahan konteks lainnya.
Menurut Blanchand (2001:121) belajar secara kontekstual adalah
belajar yang akan terjadi bila dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari-
hari. Dengan penggunaan pembelajaran kontekstual menjelaskan sebuah hasil
penelitian kognitif yang menunjukkan bahwa sekolah yang pengajarannya
dikelola dengan tradisional tidak membantu peserta didik dalam menerapkan
pemahamannya terhadap bagaimana seseorang itu harus belajar dan
bagaimana menerapkan sesuatu yang dipelajari pada situasi yang baru.
Pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan
pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
1) Proses Belajar
a) Belajar tidak hanya sekedar menghapal, siswa harus mengkontruksi
pengetahuan di benak mereka.
b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, bukan diberi begitu saja oleh guru.
c) Pengetahuan yang dimiliki anak itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang
terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang yang dapat
diterapkan.
e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirirnya dan bergelut dengan ide-ide.
g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak
itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan ketrampilan seseorang.
2) Transfer Belajar
a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang
lain.
22
b) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sedikit demi sedikit).
c) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan tersebut.
3) Siswa sebagai Pembelajar
a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru.
b) Strategi belajar itu penting, karena anak dengan mudah mempelajari
sesuatu yang baru.
c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungan antara yang baru
dan yang sudah diketahui.
d) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi
mereka sendiri.
4) Pentingnya Lingkungan Belajar
a) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat kepada
siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa
akting bekerja dan berkarya, guru hanya mengarahkan.
b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dari
hasilnya.
c) Umpan balik penting bagi siswa, yang berasal dari proses (assessment)
penilaian yang benar.
d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.
23
Agar lebih jelas perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan
pembelajaran kontekstual sebagaimana dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran
Kontekstual.
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kontekstual
1. Mengandalkan pada hafalan.
2. Menfokuskan secara pada satu
materi pelajaran.
3. Siswa secara pasif dalam proses
pembelajaran.
4. Waktu belajar siswa sebagian
digunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah,
dan latihan secara individual.
5. Pembelajaran bersifat abstrak dan
teoritis, tidak bersandar pada
realitas kehidupan.
6. Ketrampilan siswa didasarkan
pada latihan semata.
7. Pembelajaran hanya dilakukan di
dalam ruangan kelas.
8. Hasil belajar diukur melalui
kegiatan ujian/akademik.
1. Mengandalkan pada berpikir
dan pemahaman makna.
2. Memadukan dengan materi
pelajaran yang lain.
3. Siswa terlibat secara aktif
dalam pembelajaran.
4. Waktu belajar digunakan untuk
menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir secara
kritisdan pemechan masalah
melalui kelompok.
5. Pembelajaran mengaitkan
informasi dengan situasi dunia
nyata siswa dalam
kesehariannya.
6. Ketrampilan siswa didasarkan
pada pengalaman secara
langsung/ nyata.
7. Pembelajaran dilakukan di
dalam maupun di luar kelas.
8. Hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian yang
otentik.
24
c. Komponen – Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual dapat dilakukan dengan menerapkan 7 (tujuh)
komponen Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu :
1) Konstruktivisme (Contructivism)
Merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan CTL yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak semene-mena. Untuk itu
tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
(a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
(b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya.
(c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL.
Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Pada inquiry dapat dilakukan dalam beberapa langkah yaitu merumuskan
masalah, mengumpulkan data, mengajukan hipotesis, dan membuat
kesimpulan.
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi apa yang
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL guru disarankan melaksanakan dalam kelompok besar.
Siswa dibagi dalam dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Yang
25
pandai mengajari yang lemah, yang tahu mengajari yang belum tahu,
sehingga kelompok bervariasi bentuk, anggota maupun jumlahnya.
5) Pemodelan (Modelling)
Dalam CTL guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam CTL. Refleksi adalah cara berfikir
tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian atau
pengetahuan yang baru diterima.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa.
d. Langkah – Langkah Pembelajaran Kontekstual
Secara umum pembelajaran kontekstual menyebabkan bermacam-
macam langkah pembelajaran sebagi berikut :
1) Pembelajaran aktif yaitu peserta didik diaktifkan untuk mengkontruksikan
pengetahuan dan memecahkan masalah.
2) Multi konteks yaitu pembelajaran dalam konteks yang ganda (multi
konteks) memberikan peserta didik pengalaman yang dapat digunakan
untuk mempelajari dan mengidentifikasi maupun memecahkan masalah
dalam konteks baru.
3) Kooperatif yaitu peserta didik belajar dari orang lain melalui kerja sama
dalam tim.
4) Berhubungan dengan dunia nyata yaitu pembelajaran yang menghubungkan
dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kehidupan pengalaman di luar
kelas.
Berdasarkan uraian – uraian di atas pembelajaran konstekstual adalah
proses pembelajaran yang menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
26
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan di kehidupan nyata dalam
kesehariannya.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil – hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
substansi yang diteliti pada penelitian. Fungsinya untuk memposisikan peneliti
yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan.
Menurut peneliti ada beberapa - beberapa penelitian yang relevan yang
digunakan sebagai berikut:
1. Fibrianti Wulandari (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Di Kelas IV Tahun Pelajaran 2007”. Dari
penelitian ini terbukti dengan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) prestasi belajar siswa dapat meningkat.
2. Erna Nurmaningsih (2008) dalam penelitiannya dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual Di Kelas III SD Negeri Bendo Nogosari Boyolali
Tahun 2008”. Dari penelitian ini pula terbukti dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menghitung perkalian dan pembagian.
Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa serta dengan penggunaan metode yang sesuai oleh guru
dapat membantu siswa untuk keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan dengan hal tersebut maka peneliti merasa perlu untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geometri Di Kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
27
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika sering kali menjadi salah satu pelajaran yang
dianggap sulit, tidak menyenangkan dan banyak siswa yang tidak menyukainya.
Maka dari itu, pembelajaran yang demikian akan berdampak pada kegagalan
proses pembelajaran Matematika dan akan merugikan siswa dengan perolehan
prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan khususnya dalam materi geometri.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari - harinya.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(pribadi, sosial, kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang
fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan konteks ke permasalahan
konteks lainnya. Mengingat pentingnya Matematika dalam geometri, maka dalam
pembelajaran geometri diharapkan adanya pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan, sehingga siswa akan tertarik dan senang dalam mengikuti
pembelajaran Matematika. Untuk itu, perlu adanya tindakan yang harus dilakukan
dalam penelitian. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penerapan
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran materi geometri khususnya pada
siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Tahun Pelajaran 2009/2010.
Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) siklus. Dalam ketiga
siklus tindakan dilakukan dengan pembelajaran kontekstual. Pada siklus I,
pembelajaran kontekstual dilakukan secara terkonsep dan guru yang berperan
secara dominan dalam Kegiatan Belajar Mengajar, siklus II dengan pembelajaran
kontekstual melalui kelompok siswa dan penggunaan alat peraga, sedangkan
siklus III dengan pembelajaran kontekstual dengan keterlibatan siswa yang aktif
dan dominan dalam Kegiatan Belajar Mengajar serta penggunaan alat peraga
benda-benda konkrit.
28
Dengan tindakan tersebut, diharapkan dalam pembelajaran geometri akan
lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga akan adanya peningkatan
prestasi belajar siswa serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran geometri.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan dalam skema
gambar 1 berikut :
.
Siklus II Pembelajaran
didominasi guru dan siswa
Siklus III Pembelajaran
didominasi siswa
Kondisi Akhir
Pembelajaran dengan kontekstual
Dengan pembelajaran kontekstual diduga adanya peningkatan prestasi belajar dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran geometri
Kondisi Awal
Pembelajaran dengan konvensional
Prestasi belajar dan keaktifan siswa masih
rendah dalam pembelajaran geometri
Tindakan
Siklus I Pembelajaran
didominasi guru
29
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar
geometri siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen
Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan belajar
geometri siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen
Tahun Pelajaran 2009/2010.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Sekolah yang
berlokasi di Jl. Sangiran No. 13 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen
memiliki 11 rombongan kelas dengan jumlah siswa sebanyak 337 siswa.
Sebanyak 11 rombongan kelas ini terbagi atas formasi kelas I terdiri dari 2
rombongan belajar, kelas II terdiri dari 1 rombongan belajar, kelas III terdiri dari 2
rombongan belajar, kelas IV terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas V terdiri dari
2 rombongan belajar, dan kelas VI terdiri dari 2 rombongan belajar.
Selain terdiri dari 11 rombongan kelas, sekolah ini di dukung dengan
ruang perpustakaan, ruang UKS, dan ruang alat pembelajaran. Selain itu, tenaga
kependidikan di sekolah ini terdiri dari 20 guru tenaga kependidikan dan
karyawan sekolah.
Kegiatan penelitian ini penulis sengaja dilaksanakan di kelas II SD
Negeri Jetiskarangpung 1 Kalijambe Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dengan
alasan sebagai berikut :
a) Penulis sekaligus sebagai guru kelas II di SD Negeri Jetiskarangpung 1,
sehingga dapat menghemat waktu dan biaya dalam penelitian.
b) Penulis mengetahui kondisi lingkungan di SD Negeri Jetiskarangpung 1
karena jarak rumah yang dekat dengan sekolah tersebut.
c) Tersedianya alat peraga benda konkrit yang tidak dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran di kelas.
31
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun
Pelajaran 2009/2010 selama 6 bulan yaitu bulan Oktober sampai bulan April
2009.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Siswa kelas II
sebanyak 48 siswa yang terdiri atas 24 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan
sebagaimana terdapat dalam lampiran 2. Siswa kelas II termasuk jumlah yang
paling banyak dari rombongan kelas I sampai kelas VI yang dijadikan dalam 1
rombongan belajar kelas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya ruang kelas dan
guru kelas yang mengampu jika dibagi dalam 2 rombongan belajar.
C. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder. Dari data primer diperoleh dari
informasi dari siswa atau peserta didik, sedangkan sumber data sekunder sendiri
adalah informasi yang berasal dari guru maupun orang tua/ wali murid siswa.
Data sekunder maupun data primer yang diperoleh antara lain :
1. Informasi dari siswa kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1.
2. Informasi dari guru yaitu pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Dokumen atau arsip yang berupa rencana pembelajaran, hasil prestasi
siswa, dan buku penilaian kelas.
4. Tes
Dengan data-data tersebut maka penelitian tindakan kelas ini diharapkan
akan dapat dilaksanakan dengan tepat yang sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
D. Teknik Pengumpulan Data
32
Untuk mengetahui data yang akurat dan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan serta sumber data yang diperoleh, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mewawancari
informan secara langsung, baik kepada siswa sendiri, orang tua/ wali murid,
dan guru. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran.
2. Observasi
Obsevasi, adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian ini yang diamati adalah keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran matematika materi geometri.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang: (1) aktifitas siswa
dalam pembelajaran kontekstual,(2) aktifitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran kontekstual.
3. Tes
Tes adalah pengukuran yang dapat memberikan gambaran terhadap
kemajuan dan keberhasilan belajar. Tes ini berupa tes formatif sebagai
evaluasi atau penilaian terhadap siswa.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu berupa gambar-gambar pada saat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontekstual.
Dalam penelitian ini terdapat dokumentasi dalam tiap-tiap siklusnya.
E. Analisa Data
Analisa data adalah cara untuk mengolah hasil penelitian guna
memperoleh kesimpulan dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif interaktif yaitu dengan
membandingkan nilai tes kondisi awal dengan nilai tes pada siklus pertama, nilai
33
siklus pertama dengan nilai siklus kedua, hingga nilai pada siklus kedua dengan
siklus ketiga yang dilaksanakan dalam tiga tahapan siklus. Sehingga diharapkan
akan memperoleh hasil belajar yang optimal dengan penerapan pembelajaran
kontekstual dalam materi geometri.
F. Prosedur Penelitian
Dengan adanya tindakan guru dalam penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran, maka prosedur penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis dan Taggart dalam Basuki Wibowo
(2003:26) menyatakan bahwa penelitian tindakan dibagi dalam empat tahapan
yang saling berkaitan yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan
(acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting)”. Sebagaimana
dalam gambar 2 :
Kondisi Awal
Tindakan Refleksi I
Observasi
Observasi
Observasi
Refleksi I
Refleksi I
Tindakan
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
34
Gambar 2. Skema Spiral Penelitian Tindakan Kelas ( adaptasi dari Hopkins, 1993: 48)
Berdasarkan gambar skema siklus di atas, maka penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan dalam tiga siklus tindakan. Sebagaimana dalam pelaksanaan
tindakan dalam tiap siklusnya sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
a) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran
kontekstual dalam lampiran 3.
c) Menyusun lembar pengamatan guru dalam lampiran 8.
d) Menyusun lembar pengamatan siswa dalam lampiran 9.
e) Menyusun perangkat tes untuk penilaian.
2. Pelaksanaan
a) Guru menyiapkan segala sesuatu agar suasana kelas siap dalam proses
pembelajaran.
b) Guru melakukan apersepsi atau motivasi kepada siswa.
c) Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan diberikan.
d) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang diberikan guru secara
berkelompok sebagaimana dalam lampiran 5.
e) Guru memberikan contoh bangun-bangun geometri pada benda konkrit
yang berada di dalam kelas.
f) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.
3. Pengamatan
a) Melakukan pengamatan terhadap siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus I.
Tindakan Kondisi Akhir
35
b) Melakukan pengamatan terhadap guru dalam melaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus I.
c) Mengamati kerjasama antarsiswa dalam kelompok.
Sebagaimana lembar observasi guru dan siswa dalam lampiran.
4. Refleksi
a) Mengevaluasi hasil observasi aktifitas siswa pada tindakan siklus I.
b) Menganalisis hasil kerja siswa pada tindakan siklus I. Analisa dilakukan
untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada
siklus I, sehingga dapat dilakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan
a) Guru menentukan kembali pokok bahasan yang akan diberikan.
b) Merancang kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual sebagaimana dalam lampiran 12.
c) Merancang pembentukan kelompok menjadi beberapa kelompok.
d) Menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.
e) Menyiapkan tes soal untuk tindakan siklus II.
2. Pelaksanaan
a) Guru melakukan absensi siswa.
b) Guru melakukan apersepsi atau motivasi siswa.
c) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang berhubungan dengan
lingkungan kelas.
d) Siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru.
e) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan materi.
f) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.
3. Pengamatan
a) Melakukan pengamatan terhadap siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus II.
36
b) Melakukan pengamatan terhadap guru dalam melaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus II.
c) Mengamati kerjasama antarsiswa dalam kelompok.
Sebagaimana lembar observasi guru dan siswa dalam lampiran 17 dan 18.
4. Refleksi
a) Mengevaluasi hasil observasi aktifitas siswa pada tindakan siklus II.
b) Menganalisis hasil kerja siswa pada tindakan siklus II. Analisa dilakukan
untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada
siklus I, sehingga dapat dilakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus III.
Siklus III
1. Perencanaan
a) Guru menentukan kembali pokok bahasan sesuai dengan refleksi siklus II.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kontekstual dalam
lampiran 21.
c) Menyusun media pembelajaran yang digunakan.
d) Menyusun lembar pengamatan guru.
e) Menyusun lembar pengamatan siswa.
f) Menyusun perangkat tes formatif.
2. Pelaksanaan
a) Guru mengadakan apersepsi atau motivasi dengan permainan gambar
boneka bersudut.
b) Siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru.
c) Dengan bimbingan guru, siswa membuat macam-macam bangun datar
dengan alat dan bahan yang telah di bawa.
d) Siswa kembali membuat kesimpulan materi pada siklus III dengan
bimbingan guru.
e) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir siklus III.
3. Pengamatan
37
a) Melakukan pengamatan terhadap siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus III.
b) Melakukan pengamatan terhadap guru dalam melaksanaan pembelajaran
kontekstual dalam siklus III.
c) Mengamati kerjasama antarsiswa dalam kelompok.
Sebagaimana lembar observasi guru dan siswa dalam lampiran 26 dan 27.
4. Refleksi
a) Mengevaluasi hasil observasi aktifitas siswa pada tindakan siklus III.
b) Menganalisis hasil kerja siswa pada tindakan siklus III. Sehingga dapat
membuat kesimpulan apakah hipotesis tindakan kelas tercapai atau tidak.
Dan diharapkan pada akhir siklus III, hasil belajar siswa dalam materi
geometri dapat meningkat.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Negeri Jetiskarangpung 1
Kalijambe Sragen pada tahun 2009/2010. Siswa kelas II sebanyak 48 siswa yang
terdiri atas 24 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan sebagaimana dalam
lampiran 2. Siswa kelas II termasuk jumlah yang paling banyak dari rombongan
kelas I sampai kelas VI yang dijadikan dalam 1 rombongan belajar. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya ruang kelas jika akan dibagi dalam 2 rombongan belajar.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, pembelajaran Matematika
dilaksanakan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran hanya bersifat
monoton. Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran
dengan ceramah sesuai pada buku pegangan maupun dengan ceramah, sehingga
siswa cenderung hanya mendengarkan. Siswa akan bosan dan tidak tertarik dalam
mengikuti pembelajaran Matematika. Apalagi dalam pembelajaran yang
berlangsung guru tidak menggunakan alat peraga dalam memudahkan
penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Maka dari itu, sebagian besar siswa
masih menganggap Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak
menyenangkan. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada siswa dan proses
pembelajaran yang kurang berhasil secara optimal. Selain itu, akan berdampak
pula terhadap prestasi belajar siswa yang cenderung rendah dan tidak memuaskan
sesuai harapan. Kondisi di atas yang terjadi dalam pembelajaran Matematika di
Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi
belajar matematika dalam materi geometri siswa kelas II SD Negeri
Jetiskarangpung 1 yang masih rendah dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran Matematika yang masih rendah pula.
39
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tertarik dan bosan pada
saat pembelajaran berlangsung sehingga hal tersebut akan berdampak pada
perolehan prestasi belajar siswa. Dari nilai ulangan harian siswa, masih banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu
63. Dari 48 siswa, perolehan nilai ulangan harian siswa dapat dilihat dari tabel 2
berikut :
Tabel 2. Rekapitulasi Ulangan Harian Siswa pada Kondisi Awal
No Ket KKM Nilai Rata-
Rata Nilai
Banyak Siswa Jml
Siswa Terend Terting Tuntas
Belum Tuntas
1. UH I 63 30 80 60,30 25 23 48
2 UH II 63 40 75 62,08 22 26 48
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diperoleh masih rendahnya hasil
belajar siswa pada tiap ulangan harian. Pada nilai ulangan harian pertama, nilai
tertinggi sebesar 80, nilai terendah sebesar 30, dan rata-rata kelas sebesar 60,30
atau siswa yang masih memperoleh nilai < KKM sebanyak 25 siswa, sedangkan
siswa yang memperoleh nilai > KKM sebanyak 23 siswa Pada nilai ulangan
harian kedua nilai tertinggi sebesar 75, nilai terendah 40, dan rata-rata kelas
sebesar 62,08. Pada ulangan harian II, siswa yang masih memperoleh nilai <
KKM sebanyak 22 siswa sedangkan siswa yang memperoleh nilai > KKM
sebanyak 23 siswa.
Agar lebih jelas, akan disajikan dalam diagram batang seperti dalam
gambar 3 berikut :
40
0
10
20
30
40
50
60
70
80
UH I UH II
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-Rata Nilai
Gambar 3. Diagram Batang Nilai Ulangan Siswa pada Kondisi Awal
Selain itu, tingkat keaktifan siswa sebelum tindakan masih rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran dalam mengajukan pertanyaan, ketepatan jawaban, diskusi dalam
kelompok dan keaktifan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Hal tersebut dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa sebelum tindakan yaitu
siswa yang aktif adalah 20 siswa atau 41,67 %, siswa yang kurang aktif adalah 15
siswa atau 31,25 %, dan siswa yang tidak aktif adalah 13 siswa atau 27,08 %.
Keaktifan guru dalam proses pembelajaran juga kurang bervariasi, guru
hanya monoton dalam penyampaian materi dengan ceramah tanpa penggunaan
alat peraga yang menarik bagi siswa, sehingga siswa akan bosan dan tidak tertarik
dalam mengikuti KBM. Prosentase keaktifan guru sebelum tindakan sebesar
48,67% dari proses pembelangsung ynag berlangsung.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Deskripsi Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Dalam penelitian tindakan yang dilaksanakan di SD Negeri
Jetiskarangpung 1, pada tahap perencanaan adanya konsultasi kepada Kepala
Sekolah tersebut untuk perijinan pelaksanaan tindakan tersebut. Selanjutnya
membuat instrumen yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan
siklus I antara lain :
41
a) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagaimana dalam
lampiran 3.
c) Menyusun lembar pengamatan guru dalam lampiran 8.
d) Menyusun lembar pengamatan siswa dalam lampiran 9.
e) Menyusun perangkat tes sebagaimana dalam lampiran 6.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 14 Nopember 2009 sesuai dengan Rencana Pembelajaran (RPP) yang
telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam pembelajaran siklus I ini
dilakukan pada 1 kali pertemuan (2 x 35’). Tindakan yang diberikan dalam
siklus I ini adalah pembelajaran kontekstual secara terkonsep pada materi
pengelompokkan bangun datar.
Pada siklus I, pembelajaran didominasi oleh guru dan siswa hanya
memperhatikan ceramah dari guru. Tindakan yang dilakukan adalah guru
menyampaikan materi secara monoton/ ceramah berdasarkan buku paket
dengan alat peraga yang seadanya yang ada dalam buku tersebut. Pada
kegiatan awal guru mengadakan appersepsi dan pemberian motivasi kepada
siswa. Pada kegiatan inti, tindakan yang dilakukan antara lain pembagian
siswa dalam kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan dan
pemberian lembar kerja siswa. Dalam kegiatan ini siswa bekerja secara
berkelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan akhir, diberikan evaluasi berupa tes yang dijadikan
sebagai penilaian pada tindakan siklus I. Evaluasi berdasarkan pada pedoman
penilaian yang telah dibuat sebagaimana dalam lampiran 6.
3. Tahap Observasi
Dalam tahap observasi meliputi: (a) observasi terhadap aktifitas siswa
dalam proses pembelajaran kontekstual, (b) observasi terhadap aktifitas guru
dalam pembelajaran, (c) observasi terhadap hasil tes (evaluasi) pada tindakan
siklus I.
(a) Observasi aktifitas siswa
42
Pada tindakan siklus I, aktifitas siswa terlihat masih rendah dalam
mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru, siswa
cenderung diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Sebagian kecil
siswa terlihat lebih aktif dalam mengerjakan lembar kerja siswa yang
diberikan guru secara berkelompok, namun masih banyak juga siswa yang
kurang konsentrasi dan perhatian dalam kelompoknya. Pada siklus I, keaktifan
siswa meningkat dibanding sebelum dilakukan tindakan. Hal ini dapat dilihat
dari prosentase keaktifan siswa yang aktif sebesar 50,00%, siswa yang kurang
aktif sebesar 27,08%, dan siswa yang tidak aktif sebesar 22,92 % dari 48
siswa.
(b) Observasi keaktifan guru
Dalam siklus I, keaktifan guru dalam pembelajaran masih terlihat
sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara konvensional dan monoton dengan ceramah. Guru tidak bervariasi
dalam menyampaiakan materi agar menarik perhatian siswa.
(c) Observasi hasil tes (evaluasi)
Hasil tes ini untuk mengukur keberhasilan siswa setelah dilakukan
tindakan siklus I, sehingga dapat dilihat ada atau tidaknya peningkatan hasil
belajar dari hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dengan hasil
belajar sebelum diadakan tindakan.
Dilihat dari hasil tes siswa pada tindakan siklus I, maka dapat
diperoleh data tentang perkembangan keaktifan siswa dan peningkatan hasil
belajar siswa. Namun demikian, berdasarkan hasil belajar masih banyak siswa
yang masih memperoleh nilai di bawah KKM.
Dari hasil tes tindakan siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 85, nilai
terendah adalah 50, rata-rata kelas dalam siklus I adalah 67,30. Siswa yang
masih memperoleh nilai <KKM sebanyak 18 siswa atau 37,50% sedangkan
siswa yang memperoleh nilai >KKM sebanyak 30 siswa atau 62,50%.
Agar lebih jelas hasil belajar siswa pada siklus I dapat disajikan dalam
tabel 3 di bawah ini :
43
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus
I.
No Nilai Frek (f) Prosentase (%) Keterangan
1 93 - 100 0 0 % Istimewa
2 83 - 92 9 19 % Baik Sekali
3 73 - 82 11 23 % Baik
4 63 - 72 10 21 % Cukup
5 53 - 62 5 10 % Hampir Cukup
6 43 - 52 13 27 % Kurang
Jumlah 48 100 %
Berdasarkan tabel 3 di atas siswa yang memperoleh nilai dalam kategori
baik sekali adalah 9 siswa (19%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori
baik adalah 11 siswa (23%), siswa dalam kategori cukup adalah 10 siswa
(21%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategorihampir sukup adalah 5
siswa (10%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori kurang adalah 13
siswa (27%). Untuk itu diperoleh siswa yang masih memperoleh nilai dalam
kategori kurang atau masih di bawah KKM dan dinyatakan siswa tersebut
belum tuntas belajar.
Dari uraian tabel 2 di atas dapat disajikan dalam grafik batang pada
gambar 4 :
44
Gambar 4. Grafik Batang Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, aktifitas guru dan hasil tes
siswa pada tindakan siklus I, maka proses pembelajaran dapat dikatakan
belum berhasil dan kurang optimal. Pada siklus I, siswa yang aktif masih
terlihat sedikit,sebagian besar siswa masih kurang konsentrasi pembelajaran
dan tidak aktif dalam kelompok belajar. Hal itu mungkin karena pembagian
kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan dalam kesehariannya.
Untuk itu perlu adanya perubahan kelompok dalam tindakan selanjutnya.
Pada proses pembelajaran oleh guru, keaktifan guru dalam
pembelajaran perlu dilakukan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
perhatian siswa antara lain dengan penggunaan alat peraga yang menarik
maupun suasana kelas yang nyaman pada tindakan selanjutnya.
Dari hasil tes tindakan siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 85, nilai
terendah adalah 50, rata-rata kelas dalam siklus I adalah 67,30. Siswa yang
masih memperoleh nilai <KKM sebanyak 18 siswa atau 37,50% sedangkan
siswa yang memperoleh nilai >KKM sebanyak 30 siswa atau 62,50%. Maka
diperoleh data adanya peningkatan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I
dibanding dengan hasil belajar sebelum diadakan tindakan. Namun demikian,
45
hasil belajar tersebut belum signifikan dalam mencapai ketuntasan belajar
yang diharapkan.
Oleh karena itulah, untuk ketuntasan hasil belajar perlu dilanjutkan
dengan diadakan tindakan siklus II.
2. Deskripsi Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Seperti halnya dalam siklus I, dalam tahap perencanaan siklus II
menyusun beberapa instrumen yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II antara lain :.
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan siklus II
sebagaimana dalam lampiran 12.
b) Menyusun lembar pengamatan guru, siswa, dan perangkat tes pada
tindakan siklus II sebagaimana dalam lampiran 15,17,dan 18.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal
19 Nopember 2009 dalam 1 kali pertemuan (2x35 menit). Tindakan yang
diberikan dalam siklus II ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual. Pada
siklus II, pembelajaran didomonasi oleh guru maupun siswa dan dengan
pemanfaatan alat peraga bangun datar yang ada dalam ruangkan kelas. Benda-
benda tersebut sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya
seperti meja, papan tulis, atap kelas, pintu jendela dan lain-lain.
Pada kegiatan awal, guru mengadakan apersepsi dan motivasi kepada
siswa. Pada tindakan siklus II, siswa dibagi dalam beberapa kelompok seperti
pada tindakan siklus I. Tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, tetapi pembagian
kelompok untuk siklus II berdasarkan urutan nomer absen. Sehingga akan
berbeda teman seperti pada siklus I. Dalam penyampaian materi siklus II, guru
menerapan pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan alat peraga yang
lebih menarik dan konkrit misalnya bangun-bangun datar yang ada dalam
ruangan kelas.
46
Dalam kegiatan akhir, siswa diberikan evaluasi berupa tes yang
dijadikan sebagai penilaian pada tindakan siklus II. Evaluasi berdasarkan pada
pedoman penilaian yang telah dibuat sebagaimana dalam lampiran 24.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi pelaksanaan tindakan siklus II, hasil obsevasi
meliputi : (a) observasi terhadap aktifitas siswa, (b) observasi keaktifan guru,
(c) observasi hasil tes (evaluasi) pada tindakan siklus II.
(a) Observasi aktifitas siswa
Dalam siklus II, aktifitas siswa terlihat lebih aktif. Keaktifan siswa
dapat dilihat dari antusias siswa dalam menjawab pertanyaan maupun
konsentrasi dalam mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Siswa saling
berebut saat diminta untuk mengerjakan tugas pada papan tulis. Hal tersebut
dikarenakan pada siklus II, pembagian kelompok pada tindakan siklus II
berdasarkan pada urutan nomer absen. Sehingga siswa yang satu kelompok
pada siklus I belum tentu sama kelompoknya pada siklus II.. Pada tindakan
siklus II, keaktifan siswa meningkat dibanding dengan tindakan siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa yang aktif adalah 24 siswa
atau sebesar 66,67%, siswa yang kurang aktif adalah 13 siswa atau sebesar
18,75%, dan siswa yang tidak aktif adalah 11 siswa atau sebesar 14,58 % dari
48 siswa.
(b) Observasi aktifitas guru
Dalam tindakan siklus II, pembelajaran sudah tidak didominasi oleh
guru. Siswa ikut dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran antara lain :
mengubah pembagian dalam kelompok, siswa diminta maju ke depan,
maupun siswa diminta untuk menujukkan benda-benda dalam ruangan yang
berhubungan dengan materi.
(c) Observasi hasil tes (evaluasi)
Hasil tes ini untuk mengukur keberhasilan siswa pada tindakan siklus
II dengan materi yang berbeda. Dari hasil tersebut akan diperoleh ada tidaknya
47
peningkatan hasil belajar siswa dari tindakan siklus I dengan hasil belajar pada
tindakan siklus II.
Dari hasil tes tindakan siklus II diperoleh nilai tertinggi adalah 95, nilai
terendah adalah 60, rata-rata kelas dalam siklus II adalah 74,25. Dari 48 siswa,
siswa yang masih memperoleh nilai < KKM sebanyak 8 siswa atau 16,67%
sedangkan siswa yang memperoleh nilai > KKM sebanyak 40 siswa atau
83,33%.
Pada hasil tindakan siklus II, dari keseluruhan siswa sebanyak 48
siswa ternyata masih terdapat beberapa siswa yang masih memperoleh nilai di
bawah KKM meski dalam jumlah yang kecil.
Agar lebih jelas hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel 4 :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
No Nilai Frek (f) Prosentase (%) Keterangan
1 93 - 100 4 8 % Istimewa
2 83 - 92 10 21 % Baik Sekali
3 73 - 82 13 27 % Baik
4 63 - 72 10 21 % Cukup
5 53 - 62 11 23 % Hampir Cukup
Jumlah 48 100 %
Berdasarkan tabel 4 di atas siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori istimewa adalah 4 siswa (8%), siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori baik sekali adalah 10 siswa (21%), siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik adalah 13 siswa (27%), siswa dalam kategori cukup
adalah 13 siswa (27%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori hampir
sukup adalah 8 siswa (17%). Data di atas masih diperoleh siswa yang
memperoleh nilai dalam kategori hampir cukup atau masih di bawah KKM
dan dinyatakan siswa tersebut belum tuntas belajar meskipun sudah berkurang
dari siklus I.
Dari uraian tabel 4 di atas dapat disajikan dalam grafik batang pada
gambar 5 :
48
Gambar 5. Diagram Batang Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, aktifitas guru dan hasil
tes siswa pada tindakan siklus II, maka proses pembelajaran sudah lebih aktif
dibanding pada siklus sebelumnya. Namun dalam aktifitas siswa, masih
terdapat kelompok yang semua anggotanya tidak berusaha mengerjakan tugas,
meskipun.
tidak tahu atau paham, mereka tidak mau berusaha untuk bertanya kepada
guru atau kepada kelompok yang lain. Dari hal tersebut dapat dipaparkan
kurang tepatnya pembagian kelompok berdasarkan urutan nomer siswa,
karena dapat dilihat dalam 1 kelompok semuanya aktif dan ada kelompok
yang lain semua anggotanya tidak aktif sama sekali. Sehingga perlu ada
pembagian kelompok yang lebih merata pada tindakan siklus selanjutnya
Pada hasil observasi hasil belajar siswa, maka diperoleh data adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada tindakan siklus II dibanding dengan hasil
belajar pada tindakan siklus I. Akan tetapi, dari hasil belajar tersebut
ketuntasan belajar belum dapat terpenuhi secara optimal. Hal itu dapat dilihat
masih adanya beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM.
49
Oleh karena itulah, untuk mencapai ketuntasan hasil belajar
dilanjutkan dengan diadakan tindakan siklus III.
3. Deskripsi Siklus III
1. Tahap Perencanaan
Seperti halnya dalam siklus II, dalam tahap perencanaan siklus II
menyusun beberapa instrumen yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II antara lain :.
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan siklus II
sebagaimana dalam lampiran 21.
b) Menyusun lembar pengamatan guru, siswa, dan perangkat tes pada
tindakan siklus II sebagaimana dalam lampiran 24, 26, dan 27.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
28 Nopember 2009 selama 1 kali pertemuan (2x35 menit). Tindakan yang
diberikan dalam siklus III ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual
dalam materi mengenal sudut-sudut pada bangun datar. Pada siklus III,
keterlibatan siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
didominasi oleh siswa secara aktif. Selain itu, dengan penggunaan alat peraga
yang menarik dan konkrit benda-benda di dalam kelas maupun luar kelas.
Pada kegiatan awal, guru mengadakan appersepsi dan motivasi kepada
siswa dengan mengajak bernyanyi “boneka bersudut” dan bertanya tentang
lagu tersebut. Anak terlihat senang dengan nyanyian tersebut. Dalam kegiatan
inti pada tindakan siklus III, siswa dibagi kelompok seperti pada tindakan
siklus I dan siklus II. Tetapi pembagian kelompok siklus III berbeda dengan
pembagian kelompok pada siklus I dan siklus II. Untuk pembagian kelompok
pada siklus III didasarkan pada prestasi siswa secara merata. Sehingga akan
berbeda teman kelompok lagi seperti pada siklus I maupun siklus III. Tetapi
dengan pembagian kelompok ini, tiap-tiap anggota dalam kelompok akan
dapat saling kerjasama. Siswa yang cenderung pandai dan aktif akan
50
membantu siswa yang kurang aktif, sehingga dalam kelompok akan dapat
menunjukkan keaktifan secara menyeluruh. Dalam penyampaian materi pada
siklus III, guru menerapkan pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan
alat peraga yang menarikdan benda-benda konkrit yang ada di dalam maupun
di luar ruangan kelas. Benda-benda tersebut sering dijumpai oleh siswa dalam
kehidupan sehari-harinya seperti meja, papan tulis, atap kelas, pintu jendela
dan lain-lain. Selain itu, siswa diberi tugas secara individu untuk membuat
bangun geometri. Dalam tugas ini alat dan bahan sudah dipersiapkan pada hari
sebelumnya oleh siswa. Anak dapat membuat bangun-bangun geometri yang
diinginkan, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan siswa.
Dalam kegiatan akhir, siswa diberikan evaluasi berupa tes yang
sebagai penilaian pada tindakan siklus III. Evaluasi berdasarkan pada
pedoman penilaian yang telah dibuat sebagaimana dalam lampiran 24.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi pelaksanaan tindakan siklus III selesai, peneliti
dapat memaparkan hasil obsevasi yang meliputi : (a) observasi terhadap
aktifitas siswa, (b) observasi keaktifan guru, (c) observasi hasil tes (evaluasi)
pada tindakan siklus III.
(a) Observasi aktifitas siswa
Dalam siklus III, aktifitas siswa terlihat sangat aktif. Siswa dilibatkan
dalam proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa dapat dilihat dari
antusias siswa dalam menjawab pertanyaan maupun konsentrasi dalam
mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Siswa yang cenderung pandai dan
aktif akan membantu siswa yang kurang aktif, sehingga dalam kelompok akan
dapat menunjukkan keaktifan secara menyeluruh. Kerjasama dalam kelompok
akan semakin terlihat dan saling membantu satu dengan yang lain. Pembagian
kelompok pada tindakan siklus III berdasarkan prestasi belajar siswa secara
merata. Siswa saling berebut saat diminta untuk mengerjakan tugas pada
papan tulis. Selain itu, dengan diberikan tugas secara individu untuk membuat
51
bangun geometri, siswa akan merasa lebih senang serta dapat meningkatkan
ketrampilan siswa. Sehingga proses pembelajaran akan lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
Pada siklus III, keaktifan siswa lebih meningkat dibanding keaktifan
siswa pada tindakan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari prosentase keaktifan
siswa yang aktif adalah 36 siswa atau sebesar 75,00 %, siswa yang kurang
aktif adalah 7 siswa atau 14,58 %, dan siswa yang masih tidak aktif 5 siswa
atau 10,42 % dari 48 siswa.
(b) Observasi aktifitas guru
Dalam tindakan siklus III, pembelajaran sudah tidak didominasi oleh
guru. Bahkan siswa dominan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru mengadakan variasi dan
kreatifitas dalam mengajar antara lain dengan pembagian kelompok secara
merata berdasarkan prestasi siswa dan keterlibatan siswa dalam membuat alat
peraga dengan ketrampilan siswa sendiri.
(c) Observasi hasil tes (evaluasi)
Hasil tes ini untuk mengukur keberhasilan siswa pada tindakan siklus
III dengan materi mengenal sudut-sudut pada bangun datar. Dari hasil tersebut
akan diperoleh ada tidaknya peningkatan hasil tes siswa dari tindakan siklus II
dengan hasil tes pada tindakan siklus III.
Dari hasil tes tindakan siklus III diperoleh nilai tertinggi adalah 100,
nilai terendah adalah 60, rata-rata kelas dalam siklus III adalah 78,75. Dari 48
siswa, siswa yang masih memperoleh nilai < KKM sebanyak 4 siswa atau
8,33% sedangkan siswa yang memperoleh nilai > KKM sebanyak 44 siswa
atau 91,67%.
Dari uraian hasil belajar siswa di atas, maka dapat diperoleh adanya
peningkatan hasil belajar yang signifikan dari rata-rata nilai pada hasil belajar
pada kondisi awal dengan hasil belajar pada akhir siklus III.
Agar lebih jelas hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel 5 di
bawah ini :
52
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus III.
No Nilai Frek (f) Prosentase (%) Keterangan
1 93 - 100 10 21 % Istimewa
2 83 - 92 12 25 % Baik Sekali
3 73 - 82 13 27 % Baik
4 63 - 72 9 19 % Cukup
5 53 - 62 4 8 % Hampir Cukup
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 5 di atas siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori istimewa adalah 10 siswa (21%), siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori baik sekali adalah 12 siswa (25%), siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik adalah 13 siswa (27%), siswa dalam kategori cukup
adalah 9 siswa (19%), siswa yang memperoleh nilai dalam kategori hampir
sukup adalah 4 siswa (8%).
Dari data tersebut sebagian besar siswa sudah mencapai KKM dan
dapat dinyatakan tuntas belajar, namun masih diperoleh 4 siswa yang yang
belum mencapai KKM dan belum tuntas belajar. Hal ini dapat disebabkan dari
faktor pribadi siswa yang memang belum dapat mengikuti pembelajaran
seperti siswa yang lainnya dan kekurangan dalam penglihatan siswa.
Dari uraian tabel 5 diatas dapat disajikan dalam grafik batang pada
gambar 6 :
53
Gambar 6. Grafik Batang Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus III
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, aktifitas guru dan hasil
tes siswa pada tindakan siklus III, proses pembelajaran dapat dikatakan
berhasil dengan keterlibatan siswa secara aktif. Keaktifan siswa pada siklus
III, siswa dapat konsentrasi terhadap tugas dalam kelompok maupun pada saat
mengerjakan soal tes secara individu dibanding dengan siklus sebelumnya.
Dalam kelompok, anggota satu dengan yang lainnya dapat saling bekerjasama
antara anak yang cenderung aktif dan kurang aktif. Dari hal tersebut dapat
dipaparkan pembagian kelompok berdasarkan prestasi belajar siswa secara
merata dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam kelompok.
Pada aktifitas guru, pembelajaran sudah tidak didominasi oleh guru,
karena siswa yang dominan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru lebih bervariasi dan
kreatifitas dalam mengajar antara lain dengan pembagian kelompok
berdasarkan prestasi siswa secara merata dan melibatkan siswa dalam
membuat alat peraga dengan ketrampilan siswa sendiri.
Pada hasil observasi prestasi belajar siswa, dapat dilihat dari hasil tes
tindakan siklus III diperoleh nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah
54
60, rata-rata kelas dalam siklus III adalah 78,75. Dari 48 siswa, siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) yaitu 63, dengan prosentase
kelulusan sebesar 91,67%.
Dari uraian hasil tersebut, maka pada tindakan siklus III diperoleh data
adanya peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa pada tindakan
siklus III dari siklus I maupun siklus II.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Dalam pelaksanakan tindakan siklus I, pada tahap perencanaan
pembelajaran dilakukan dengan penerapan pembelajaran kontekstual dalam materi
pengelompokkan bangun datar sesuai dengan RPP yang dibuat. Pada siklus
ini,pelaksanaan tindakan pembelajaran didominasi oleh guru saja, sementara
siswa hanya memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dan ceramah dari
guru. Tindakan yang dilakukan adalah guru menyampaikan materi secara
monoton/ ceramah berdasarkan buku paket dengan alat peraga yang seadanya
yang ada dalam buku tersebut. Pada kegiatan awal guru mengadakan appersepsi
dan pemberian motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti, tindakan yang
dilakukan antara lain pembagian siswa dalam beberapa kelompok. Pembagian
kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan dan tiap kelompok
diberikan lembar kerja siswa.
Pada tahap observasi, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan dari guru maupun diskusi dan kerjasama bekerja secara
berkelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru belum terlihat
aktif. Sementara keaktifan guru juga masih monoton banyak ceramah kepada
siswa sehingga pembelajaran kurang menyenangkan.
Pada tahap refleksi, proses pembelajaran pada siklus I belum maksimal,
maka dari itu masih perlunya tindakan yang dilakukan selanjutnya agar
pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan
Pada tindakan siklus II, pada tahap peremcanaan dilaksanakan sesuai
RPP yang telah dibuat dengan pembelajaran dengan menerapan pembelajaran
kontekstual dalam materi mengenal sisi-sisi bangun datar. Pada tahap pelaksanaan
55
tindakan siklus II, pembelajaran didomonasi oleh guru maupun siswa dan dengan
pemanfaatan alat peraga bangun datar yang ada di dalam maupun di luar ruangan
kelas. Benda-benda tersebut sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-
harinya seperti meja, papan tulis, atap kelas, pintu jendela dan lain-lain.
Pada kegiatan awal, guru mengadakan apersepsi dan motivasi kepada
siswa. Pada tindakan siklus II, siswa dibagi dalam beberapa kelompok seperti
pada tindakan siklus I. Tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, tetapi pembagian
kelompok untuk siklus II berdasarkan urutan nomer absen. Sehingga akan berbeda
teman seperti pada siklus I. Dalam penyampaian materi siklus II, guru menerapan
pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan alat peraga yang lebih menarik dan
konkrit misalnya bangun-bangun datar yang ada di dalam maupun luar ruangan
kelas. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok seperti pada tindakan siklus I. Tiap
kelompok terdiri dari 4 siswa, tetapi pembagian kelompok untuk siklus II
berdasarkan urutan nomer absen. Sehingga berbeda teman seperti pada siklus I.
Pada tahap observasi siklus II, pembelajaran didominasi oleh guru dan
siswa secara seimbang, siswa dan guru ikut terlibat dalam proses pembelajaran,
sehingga keaktifan antara guru dan siswa terlihat dalam proses pembelajaran.
Selain itu juga pada siklus II pembagian kelompok berdasarkan urutan nomer
absen sehingga lebih mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok.
Pada tahap refleksi siklus II, dapat dilikat adanya peningkatan keaktifan
sisiwa maupun guru dan prestasi belajar siswa. Akan tetapi masih belum dominan
peran siswa dalam pembelajaran dan adanya siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar, sehingga masih perlu adanya tindakan pada siklus III agar
pembelajaran optimal dan memuaskan.
Pada tindakan siklus III, tahap perencanaan dilaksanakan sesuai dengan
RPP yang telah dibuat pada materi mengenal sudut bangun datar. Pada tahap
pelaksanaan tindakan Pada kegiatan awal, guru mengadakan appersepsi dan
motivasi kepada siswa dengan mengajak bernyanyi “boneka bersudut” dan
bertanya tentang lagu tersebut. Anak terlihat senang dengan nyanyian tersebut.
Dalam kegiatan inti pada tindakan siklus III, keterlibatan siswa sangat aktif dalam
proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator materi. Pembelajaran didominasi
56
oleh siswa secara aktif. Selain itu, dengan penggunaan alat peraga yang menarik
dan konkrit benda-benda di dalam kelas maupun luar kelas. Siswa dibagi
kelompok seperti pada tindakan siklus I dan siklus II. Tetapi pembagian kelompok
siklus III berbeda dengan pembagian kelompok pada siklus I dan siklus II. Untuk
pembagian kelompok pada siklus III didasarkan pada prestasi siswa secara
merata. Sehingga akan berbeda teman kelompok lagi seperti pada siklus I maupun
siklus III. Tetapi dengan pembagian kelompok ini, tiap-tiap anggota dalam
kelompok akan dapat saling kerjasama. Siswa yang cenderung pandai dan aktif
akan membantu siswa yang kurang aktif, sehingga dalam kelompok akan dapat
menunjukkan keaktifan secara menyeluruh. Dalam penyampaian materi pada
siklus III, guru menerapkan pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan alat
peraga yang menarikdan benda-benda konkrit yang ada di dalam maupun di luar
ruangan kelas. Benda-benda tersebut sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan
sehari-harinya seperti meja, papan tulis, atap kelas, pintu jendela dan lain-lain.
Selain itu, siswa diberi tugas secara individu untuk membuat bangun geometri.
Dalam tugas ini alat dan bahan sudah dipersiapkan pada hari sebelumnya oleh
siswa. Anak dapat membuat bangun-bangun geometri yang diinginkan, sehingga
dapat meningkatkan ketrampilan siswa.
Dalam kegiatan akhir, siswa diberikan evaluasi berupa tes yang sebagai
penilaian pada tindakan siklus III.
Pada tahap observasi siklus III, pembelajaran didominasi oleh siswa,
sehingga keaktifan antara guru dan siswa terlihat dalam proses pembelajaran.
Selain itu juga pada siklus III pembagian kelompok berdasarkan tingkatan prestasi
secara merata, siswa akan aktif dalam diskusi kelompoknya maupundalam
menjawab pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru.
Pada tahap refleksi siklus III, dapat dilihat proses pembelajaran sudah
memenuhi harapan adanya peningkatan keaktifan siswa maupun guru dan prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari uraian di atas dapat dipaparkan
hasil penelitian dari pelaksanaan tindakan kelas sebagai berikut :
(a) Keaktifan siswa
57
Berdasarkan hasil observasi pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan kontekstual diperoleh data yaitu pada siklus I, siswa yang
aktif adalah 24 siswa atau 50,00%, siswa yang kurang aktif adalah 13 siswa
atau 27,08%, siswa yang tidak aktif adalah 11 atau 22,92%. Pada siklus II,
siswa yang aktif adalah 32 atau 66,67%, siswa yang kurang aktif adalah 9
siswa atau 16,67%, siswa yang tidak aktif adalah 7 siswa atau 16,67%,
sedangkan pada siklus III, siswa yang aktif adalah 36 siswa atau 75,00%, siswa
yang kurang aktif adalah 7 siswa atau 16,67%, siswa yang tidak aktif adalah 5
siswa atau 8,33%.
Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III
dapat dilihat dari tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Rekapitulasi Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran
pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No Ket
Siklus I Siklus II Siklus III
Jml
Siswa
Prosen
tase
Jml
Siswa
Prosen
tase
Jml
Siswa
Prosen
tase
1 Aktif 24 50,00 32 66,67 36 75,00
2 Kurang aktif 15 31,25 9 16,67 7 14,58
3 Tidak Aktif 13 27,08 7 14,58 5 10,42
Jumlah 48 100% 48 100% 48 100%
Dari tabel 6 di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
Siklus I : a) siswa yang aktif adalah 24 siswa atau 50,00%.
b) siswa yang kurang aktif adalah 13 siswa atau 27,08%.
c) siswa yang tidak aktif adalah 11 atau 22,92%.
Siklus II : a) siswa yang aktif adalah 32 atau 66,67%.
b) siswa yang kurang aktif adalah 9 siswa atau 16,67%.
c) siswa yang tidak aktif adalah 7 siswa atau 16,67%.
Siklus III : a) siswa yang aktif adalah 36 siswa atau 75,00%.
b) siswa yang kurang aktif adalah 7 siswa atau 16,67%.
58
c) siswa yang tidak aktif adalah 5 siswa atau 8,33%.
Agar lebih jelasnya, dari uraian tabel 6 di atas dapat disajikan dalam
grafik batang pada gambar 7 di bawah ini :
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Siklus I Siklus II Siklus III
AktifKurang Aktif
Tidak Aktif
Gambar 7. Grafik Batang Perbandingan Keaktifan Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Dari gambar grafik di atas, dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan
siswa sebelum dilakukan tindakan dan sesudah diberikan tindakan pada siklus
I, siklus II, dan siklus III dengan prosentase yaitu 50,00%, 66,67%, dan
75,00%.
(b) Prestasi belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi pada hasil tes diperoleh data bahwa pada
siklus I, siswa yang memperoleh nilai < KKM adalah 18 siswa atau 37,50 %,
siswa yang memperoleh nilai > KKM adalah 30 siswa atau 62,50 % dengan
rata-rata nilai sebesar 67,30. Pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai <
KKM adalah 8 siswa atau 16,67 %, siswa yang memperoleh nilai > KKM
adalah 40 siswa atau 8,33 % dengan rata-rata nilai 74,25. Pada siklus III, siswa
yang memperoleh nilai < KKM adalah 4 siswa atau 8,33 %, siswa yang
59
memperoleh nilai > KKM adalah 44 siswa atau 91,67 % dengan rata-rata nilai
sebesar 78,85.
Dari hasil tes dari tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III. dapat
dilihat dari tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No Hasil
Siklus I Siklus II Siklus III
Jml
Siswa
Prosen
tase
Jml
Siswa
Prosen
tase
Jml
Siswa
Prosen
tase
1 < KKM 18 37,50 8 16,67 4 8,33
2 > KKM 30 62,50 40 83,30 44 91,67
3 Nilai Rata-rata 67,30 74,25 78,85
4 Taraf Seraf 67,30% 74,25 % 78,85 %
Dari tabel 7 di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
Siklus I : a) siswa yang memperoleh nilai < KKM adalah 18 siswa atau 37,50%.
b) siswa yang memperoleh nilai > KKM adalah 30 siswa atau 62,50%.
Siklus II : a) siswa yang memperoleh nilai < KKM adalah 8 siswa atau 16,67%.
b) siswa yang memperoleh nilai > KKM adalah 40 siswa atau 83,30%.
Siklus III : a) siswa yang memperoleh nilai < KKM adalah 4 siswa atau 8,33%.
b) siswa yang memperoleh nilai > KKM adalah 44 siswa atau 91,67%.
Agar lebih jelasnya, dari uraian tabel 8 di atas dapat disajikan dalam
grafik batang pada gambar 8 di bawah ini :
60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Siklus I Siklus II Siklus III
< KKM
> KKM
Nilai Rata-rata
Taraf Seraf
Gambar 8. Grafik Batang Perbandingan Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Dari hasil tes siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 85 ,nilai terendah
adalah 50 dan nilai rata-rata sebesar 67,30. Dari hasil tes siklus II diperoleh
nilai tertinggi adalah 95 ,nilai terendah adalah 65 dan nilai rata-rata sebesar
74,25. Dari hasil tes siklus III diperoleh nilai tertinggi adalah 100 ,nilai
terendah adalah 60, dan nilai rata-rata sebesar 78,85.
Agar lebih jelasnya dari keseluruhan hasil penelitian di atas dapat di
gambarkan dalam tabel 8 berikut :
Tabel 8. Rekapitulasi Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Prestasi Belajar Siklus
I 67,30 67%
II 74,25 74%
III 78,85 79%
Keaktifan Siswa Siklus
I 62,75 63%
II 66,67 67%
III 75,00 75%
Dari tabel 8 di atas dijelaskan dengan diagram grafik batang pada
gambar 9 di bawah ini :
61
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Siklus I Siklus II Siklus III
Keaktifan Siswa
Prestasi Belajar
Gambar 9. Grafik Batang Perbandingan Hasil Penelitian pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Dari uraian perbandingan hasil penelitian sebelum ada tindakan dan
sesudah tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III maka terdapat peningkatan
keaktifan siswa maupun guru dan prestasi belajar siswa. Jadi hipotesis peneliti
yang berbunyi :
1) Penerapan Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar
Geometri Siswa Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung Tahun 2009/2010;
2) Penerapan Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan keaktifan belajar
Geometri Siswa Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung Tahun 2009/2010,
terbukti kebenarannya.
62
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di atas, dapat dipaparkan
simpulan sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar
geometri siswa Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung Tahun 2009/2010 adanya
peningkatan prestasi belajar dari sebelum tindakan dengan hasil belajar pada
siklus I, II, III yaitu dari nilai rata-rata 63,08 menjadi 67,30; 74,25; dan 78,85.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa
Kelas II SD Negeri Jetiskarangpung Tahun 2009/2010 yaitu adanya
peningkatan keaktifan belajar siswa dari sebelum tindakan dengan sesudah
penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus I, II, III yaitu dari 41,67%
menjadi 50,00%; 67,67%; dan 75,00% .
B. Implikasi
Penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geometri Siswa Kelas II SD
Negeri Jetiskarangpung Tahun 2009/2010” serta hipotesis tindakan yang terbukti
kebenarannya, maka perlu adanya tindak lanjut dalam pembelajarannya.
Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa
serta prestasi belajar siswa dari pada dengan pembelajaran konvensional. Dalam
pembelajaran konvensional atau tradisional pembelajaran cenderung monoton
berupa ceramah yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi,
sementara siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa memahami apa yang
disampaikan oleh guru di depan kelas. Siswa sebatas menjawab pertanyaan dari
guru tanpa berinisiatif aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun dalam
kegiatan diskusi kelompok, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak pada
keberhasilan belajar siswa yang rendah.
63
Dengan pembelajaran kontekstual keaktifan siswa akan bervariasi dalam
proses pembelajaran, bahkan siswa cenderung dominan aktif dalam keterlibatan
proses pembelajaran dalam menciptakan proses belajar mengajar yang lebih
menarik, tidak membosankan dan menyenangkan. Siswa akan lebih aktif dalam
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan yang belum dipahami, dan
berinisiatif dalam kelompok belajarnya. Selain itu dengan penggunaan alat peraga
menarik dan konkrit akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang
diberikan, sehingga akan berdampak pada keberhasilan prestasi belajar siswa.
Keaktifan guru juga akan terlihat dari varisi yang dilakukan dalam pembelajaran.
Untuk itu perlunya dikembangkan penerapan pembelajaran kontekstual
dalam proses pembelajaran baik dalam Matematika maupun mata pelajaran yang
lain agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diharapkan sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
mengembangkan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran materi geometri maupun mata pelajaran yang lain.
2. Bagi Sekolah
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
menerapkan pembelajaran kontekstual di sekolah dan perlunya kelengkapan
alat-alat peraga sebagai penunjang keberhasilan proses pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain
dalam melaksanakan penelitian yang sejenis maupun lebih luas dan kajian
yang lebih mendalam serta latr belakang yang berbeda dalam pembelajaran
geometri di Sekolah Dasar.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bina Aksara.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Bangi Pengembangan Guru. Bandung: CV.Yrama Widya.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontesktual (Contextual Teaching and Learning)
CTL). Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Dasar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) Jakarta: Dirjen Disdasmen.
Dimyati dan Mujiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Engkoswara. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
FKIP. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS
Hadisubroto, Soedarmo. 1992. Konsep dan Penerapan Cara Belajar Aktif. Semarang: PT Sarana Pancakarya.
Hartono dan Edi Legowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Departemen Pendidikan Nasional. Hasan, Rachjadi. 1997. Dasar-dasar Pendidikan. Bandung: P3G.
Ichsan, Moch. 2002. Strategi Belajar Mengajar Matematika di SD. Semarang: Depdikbud.
Joni, T. Rakaa. 1980. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G.
Mastur A. W. Drs. 1994. Metodologi Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ngalim, Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurmaningsih, Erna. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Kontekstual Di Kelas III SD Negeri Bendo Nogosari Boyolali Tahun 2008. FKIP. UNS. Tidak diterbitkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Roestiyah, Dra. N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta..
65
Sanjaya, Wina, Dr. 2002. Strategi Pembelajaran (Contextual Teaching and Learning CTL). Jakarta: PT Kencana Media Group.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor – Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Slamet, St. Y dan Suwarto. 2006. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. Srini M. Iskandar. 1997. Pendidikan Ilmu Matematika. Depdikbud Dikti.
Sudjana, Nana. 1983. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Sinar baru Algesindo.
Sudjana, Nana dan Ibrahim.1995. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
PT Sinar baru.
Suharno, Sukardi, Chotijah, H.A, dan Suwalni, S. 1995. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta: UT.
Udin S. Winata Putra. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka. ______. 2003. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
______. 2007. Model-Model Pembelajaran Matematika. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Wulandari, Fibrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam Peningkatan Prestasi Belajar Matematika di Kelas IV SD Jatinom Klaten Tahun 2007. FKIP. UNS. Tidak diterbitkan.
Top Related