i
PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN
KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA
SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 4 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
La Nenti
10539 0503 08
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Mei 2014
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : La Nenti
Stambuk : 10539 0503 08
Program Studi : Strata Satu (S1)
Jurusan : Pendidikan Fisika
Dengan Judul : Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan TIM Penguji
adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Maret 2014
Yang membuat pernyataan
La Nenti
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : La Nenti
Nim : 10539 0503 08
Jurusan : Pendidikan Fisika
Fakultas : keguruan dan ilmu pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya
menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada point 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Maret 2014
Yang Membuat Perjanjian
La Nenti
v
Motto dan persembahan
Pedidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari
tua, tidak ada kekayaan yang melebihi akal dan tidak ada
kemelaratan yang melebihi kebodohan
Kesuksesan bukanlah karena kecerdasan semata,
melainkan karena besarnya kemauan dan kesungguhan
hati
Menuntut ilmu adalah untuk mencapai kemaksimalan
dalam ibadah kita kepada Allah SWT dan beribadah
bukanlah untuk mencapai kemaksimalan menuntut ilmu
Aku persembahkan karya sederhana buat :
orang tuaku, saudaraku yang tercinta atas segala keringat, desah
nafas, linangan air mata, untaian do’a serta jutaan pengorbanan
takternilai tuk mengais rezeki demi kesuksesan pendidikanku
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu
segalanya, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Salam dan Shalawat senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap
istiqamah dijalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan
tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Skripsi ini berjudul ”Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran
Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar” yang diajukan sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun,
senantiasa penulis harapkan dari semua pihak sebagai bahan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada
kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda La Hilu dan Ibunda Wa Janu atas segala
cinta, kasih sayang, doa dan segala pengorbanannya untuk kesuksesan penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan khusus yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd dan Bapak Khaeruddin, S.Pd., M.Pd
viii
Selaku pembimbing I dan Pembimbing II, yang dengan segala kesediaan,
perhatian, keikhlasan meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
Selain itu, penulis ucapkan terima kasih pula yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua dan
Sekertaris Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal ilmu
pengetahuan sehingga penulis menyelesaikan studinya di perguruan tinggi ini.
5. Bapak Mujairil, S.S selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Makassar
yang telah memberikan izin melakukan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi.
6. Ibu Hasma Punriani, S.Pd, selaku guru bidang studi Fisika di SMA
Muhammadiyah 4 Makassar yang senantiasa membimbing penulis dan seluruh
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar yang menjadi subjek
penelitian.
ix
7. Kepada saudara-saudaraku tercinta La Remi, Tarmani, Noni, La tinti, Jamia,
Kasnawati, Dihama, dan Surati, serta saudara-saudara angkatku tercinta
Impian, Samani, dan Domi, atas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan
dan do’anya untuk penulis.
8. Teman-teman kelasku Irfan, Yadi, Myrha, Indri, Erna, Mega, Hesty, Tuti,
Milha, Andry, Mala, Renti, Mirna, Ina, Rahmi, Fatimah, Ifin, Aswang, Nenti,
Kafruddin, Bahar, Ichwal. Fani, Ririn, Ida, Badaria, Irma, Anti, Enal, Umar,
Iwan, Ino, dan seluruh rekan-rekan mahasiswa fisika khususnya angkatan
2008 tanpa terkecuali terimakasih atas kebersamaan, kerjasama, bantuan dan
motivasi yang diberikan. Semua perjalanan kita selama mahasiswa tak akan
terlupakan.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fisika serta seluruh civitas Fisika yang penulis tidak
bisa ditulis satu persatu, terima kasih atas motivasi, bantuan, kerelaan berbagi
ilmu dan pengalaman.
10. Sahabat-sahabatku Alamin SH, Hardin, Nopry, Ridwan, Idrus, Hulis, Dasria,
Mira, Marni, Arham, Daris, Karman. K, dan seluruh sahabatku tanpa
terkecuali yang selalu memberikan semangat dan dorongan pada penulis untuk
tetap tegar dalam melewati masa-masa kritis, selama penulis menempuh
kuliah sampai selesai semoga segala yang telah kita putuskan bersama
menjadi solusi yang terbaik dimasa depan.
11. Rekan-rekan anggota Formmula tanpa terkecuali yang selalu canda tawa
bersama terima kasih telah memberikan dorongan, motivasi, semangat, dan
x
masukan dimasa-masa penyusunan skripsiku sehingga penulis dapat
menyelesaikannya.
12. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini
tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.
Akhirnya semoga Allah SWT menerima dan membalas segala amal
perbuatan pihak-pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa
tiada gading yang tak retak, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan Amin.
Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, Maret 2014
Penulis
.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 . Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif .................................. 16
3.1 Kategori Nilai Hasil Belajar ...................................................................... 24
3.2 Kategori Tingkat N-Gain .......................................................................... 27
4.1 Statistik skor hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah
4 Makassar tahun ajaran 2013/2014 yang diajar dengan metode SQ3R
dalam pembelajaran kooperatif. ................................................................ 28
4.2 Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Pada Pretest dan posttest ..................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya.
Prestasi belajar Fisika siswa merupakan hasil yang mencerminkan kemampuan
dan kecakapan seorang siswa yang diperoleh melalui proses belajar Fisika.
Dalam pembukaan UUD 1945 terkandung amanat untuk mencerdaskan
bangsa, dan pemerintah perlu menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, misalnya melalui penyempurnaan kurikulum yaitu dengan
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain
penyempurnaan kurikulum, pemerintah juga mengadakan berbagai penataran guru
mengenai proses belajar mengajar, kegiatan MGMP dan sosialisasi model
pembelajaran yang inovatif dan produktif melalui kegiatan seminar dan
pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh instansi terkait.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas
utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran fisika
di SMA Muhammadiyah 4 Makassar masih kurang. Dominasi guru dalam proses
pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga
mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan
2
sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Dengan kata
lain, pembelajaran fisika di kelas masih berpusat pada guru.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar
terlihat bahwa siswa sering tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat
pembelajaran fisika, siswa tidak bersemangat belajar fisika di kelas, terdapat
siswa yang tidak membawa buku paket pelajaran fisika, dan catatan mereka
cenderung kurang rapi. Dari hasil observasi diperoleh bahwa di kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar masih menerapkan metode ceramah, diskusi dan
tanya jawab. Metode ini sesuai dengan tuntutan kurikulum, namun hasil belajar
yang diperoleh siswa masih di bawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran fisika masih rendah. Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa minat sangat
mendorong siswa untuk belajar. Jadi hasil belajar fisika sangat diperlukan siswa
untuk dapat menguasai pelajaran fisika itu sendiri.
Selain itu, terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan
guru. Hal ini terjadi karena siswa kurang termotivasi menyelesaikan tugas-tugas
tersebut. Siswa belum menyadari manfaat dari belajar fisika. Prestasi belajar fisika
dapat dilihat dari perolehan nilai siswa, misalnya nilai ulangan harian siswa.
Namun terkadang guru merasa kecewa dengan perolehan nilai ulangan harian
tersebut yang hanya mendapat daya serap kurang dari 50%.
Rendahnya prestasi belajar fisika siswa ini, juga disebabkan kurangnya
sumber belajar siswa. Misalnya buku pelajaran dan media yang digunakan dalam
3
belajar. Buku paket fisika yang disediakan oleh sekolah hanya cukup untuk
setengah dari jumlah siswa di dalam kelas.
Pembelajaran fisika berlangsung, siswa difokuskan supaya mendapat
sebanyak mungkin pengetahuan dari guru. Dengan demikian, transfer informasi
yang sering dikenal dengan metode ceramah dianggap sebagai metode yang
efektif dalam menuangkan pengetahuan kepada siswa. Menurut I Gusti Ngurah
Pujawan (2005;345) metode ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran
fisika, karena konsep yang terkandung dalam fisika memiliki tingkat abstraksi
tinggi. Dengan metode ini siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang
diberikan guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur
kognitif siswa.
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan
model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan
memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran
kooperatif dengan metode SQ3R.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang
menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif,
perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari
peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga
dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta
didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan
4
permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti yang terdahulu
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model
pembelajaran tersebut telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru
dan terutama peserta didik dalam meningkatkan prestasi.
Di SMA Muhammadiyah 4 Makassar, guru belum mencoba metode
belajar SQ3R dalam menyampaikan pembelajaran fisika. Metode ini memberi
kesempatan siswa untuk belajar secara sistematis, efektif dan efisien dalam
menghadapi materi pelajaran. Siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi
dengan tahap-tahap meneliti materi ajar (Survey), bertanya (Question),
membaca/mempelajari (Read), menuliskan kembali (Recite), dan meninjau
kembali (Review).
Untuk menyikapi persoalan tersebut, maka peneliti tertarik memilih judul
“Penerapan Metode SQ3R Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
B. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut diatas nampak bahwa permasalahan
yang terkait dengan topik penelitian ini sangat luas. Karena banyaknya
permasalahan yang ada, maka akan diadakan pembatasan masalah. Adapun
permasalahan penelitian ini akan difokuskan pada upaya meningkatkan hasil
belajar fisika pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
5
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah :
1. Seberapa besar hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar sebelum diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran
kooperatif?
2. Seberapa besar hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar setelah diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar setelah diajar dengan metode SQ3R dalam
pembelajaran Kooperatif?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar sebelum diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran
kooperatif?
2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar setelah diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif?
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar setelah diajar dengan metode SQ3R dalam
pembelajaran Kooperatif?
6
4. Manfaat Penelitian
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah :
1. Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan pertimbangan
dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran.
2. Memberikan wacana bagi guru untuk menerapkan pembelajaran dengan
metode belajar SQ3R dalam pembelajaran kooperatif sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar fisika siswa dan kualitas pembelajaran fisika di
sekolah.
3. Siswa yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh pengalaman secara
langsung dalam belajar fisika melalui penerapan metode belajar SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Belajar
Belajar (Ratumanan, 2004;1) merupakan key term (istilah kunci) yang
paling penting dalam pendidikan. Dapat dikatakan bahwa tanpa belajar,
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya belajar
maka tidak heran bila masalah-masalah belajar terus menjadi kajian menarik bagi
banyak ahli pendidikan. Menurut W.S.WINKEL (2004: 58) belajar merupakan
kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Menurut Morgan, et al
(Ratumanan, 2004;1) belajar dapat didefenisikan sebagai setiap perubahan tingkah
laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Ormond
(Ratumanan, 2004;2) mendeskripsikan adanya dua defenisi belajar yang berbeda.
Defenisi pertama menyatakan bahwa: belajar merupakan perilaku yang relative
permanent karena pengalaman. Defenisi kedua menyatakan bahwa: perubahan
yang relative permanent karena pengalaman.
Menurut Gagne (Ratumanan, 2004;70), belajar merupakan sesuatu yang
terjadi didalam benak seseorang, di dalam otaknya. Belajar juga merupakan
proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah laku secara
permanent, sehingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi
yang baru. Menurut Slameto (Abdul Haling, 2007;1) belajar ialah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
8
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu aktivitas
yang menghasilkan perubahan prilaku dan mental yang relatif tetap sebagai
bentuk respon terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dari lingkungan.
2. Hasil Belajar Fisika
Sasaran dari kegiatan mengajar adalah hasil belajar. Hasil belajar
merupakan informasi kuantitatif yang menunjukkan sejauh mana tingkat
penguasaan materi yang telah diajarkan kepada siswa setelah proses belajar
mengajar yang dapat diperoleh melalui tes hasil belajar.
Belajar memberi hasil yang autentik melalui proses penyelidikan dan
penemuan, dimulai dengan hasrat untuk mencapai jawaban dari suatu soal dan
berlangsung dengan usaha eksperimental yang beraneka ragam guna memperoleh
pemecahan masalah itu. Belajar itu berhasil bila disadari telah ditemukan petunjuk
atau hubungan antara unsur-unsur dalam masalah itu sehingga diperoleh
pengetahuan atau wawasan. Pengetahuan dapat timbul dengan tiba-tiba, dapat
pula secara berangsur-angsur.
Ditinjau dari segi bahasa, hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai
seseorang yang ditunjukkan oleh apa yang telah digunakan sebagai alat ukur
untuk melihat tingkat keberhasilan setelah melakukan usaha tertentu.
Menurut (Sudjana, 2008) hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.
9
Hasil belajar sifatnya relatif, maksudnya ketetapan hasil belajar belum bisa
menjamin seratus persen bahwa kalau hasil belajarnya tinggi maka seorang siswa
pasti pintar dan begitu juga sebaliknya. Sebab kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang hasil belajarnya tinggi namun
masih bodoh dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar dipengaruhi
oleh banyak faktor yaitu bahan yang dipelajari, lingkungan, sarana/ prasarana,
siswa dan guru
Dari uraian di atas, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa hasil
belajar fisika adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti
proses belajar fisika dalam kurun waktu tertentu yang diperoleh dari hasil
pengukuran lewat suatu alat ukur yaitu tes. Kemampuan menjawab tes sebagai
hasil pengukuran dapat berupa skor atau nilai merupakan salah satu indikator
keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam usaha belajarnya.
3. Metode belajar SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara
sistematis (Muhibbin Syah, 2013;201). Metode menurut Suryosubroto (1997;149)
adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin
tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Metode belajar merupakan suatu cara belajar konsisten yang digunakan untuk
menangkap informasi dan sebagai alat untuk mencapai tujuan belajar (Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2010;82-85).
10
Metode belajar SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di
Universitas Ohio Amerika Serikat. Metode SQ3R ini semakin populer digunakan
orang karena bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan
belajar. Survey maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh
teks. Question maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks.
Read maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Recite maksudnya menghafal setiap
jawaban yang ditemukan, Review maksudnya meninjau seluruh jawaban atas
pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga (Muhibbin Syah,
2013;130).
Menurut Soedarso (1991;59) dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca
terlebih dahulu kita survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang
akan kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri
yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut. Dan dengan
mengutarakan isi bacaan dengan kata-kata sendiri, maka akan lebih mudah
menguasai dan mengingatnya lebih lama.
Metode belajar SQ3R memberi kemungkinan kepada para siswa untuk
belajar secara sistematis, efektif, dan efisien dalam menghadapi materi ajar.
Metode ini lebih efisien digunakan untuk belajar karena siswa dapat berulang-
ulang mempelajari materi ajar dari tahap : meneliti bacaan atau materi ajar
(Survey), bertanya (Question), membaca/mempelajari (Read),
menceritakan/menuliskan kembali (Recite) dan meninjau ulang (Review) (I Gusti
Ngurah Pujawan, 2005;347).
11
Menurut Y.B Sudarmanto (1994;28-30) metode belajar SQ3R merupakan
salah satu pendekatan mempelajari buku, yang disajikan oleh Francis P Robinson
yang berhasil diterapkan di Ohio State University, juga di sekolah-sekolah
menengah. Langkah-langkah metode itu adalah Survey (survai: penelitian awal),
Question (permasalahan/pertanyaan), Read (membaca), Recite (pengulangan),
Review (peninjauan kembali).
Metode belajar SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan untuk
kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survey, question, read, recite,
review (Tohirin, 2011;113-115). Langkah-langkah metode itu adalah:
a. Survey
Pada langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap
seluruh struktur buku untuk melihat gagasan-gagasan yang dapat diharapkan
dari buku tersebut. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil,
kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo (berwarna kuning, hijau dan
sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting
akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk
memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan
pada langkah kedua. Jika tidak melakukan survey, pembaca tidak akan bisa
membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi.
b. Question
Question (bertanya) merupakan langkah kedua dari metode belajar SQ3R.
Langkah kedua ini adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada
12
langkah pertama. Sebaiknya, pertanyaan-pertaanyaan itu dicatat supaya
tidak lupa dan tidak membebani untuk selalu mengingat-ingat pertanyaan
sehingga dapat mengganggu konsentrasi pada waktu membaca.
c. Read
Langkah ketiga dari metode belajar SQ3R ini adalah reading (membaca).
Membaca merupakan tahap terpenting dari metode ini. Membaca secara
aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang
difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-
jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun
pada langkah kedua.
d. Recite
Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-
jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan
tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam
langkah ketiga. Langkah ini dilakukan supaya pembaca dengan mudah
memperoleh ikhtisar dari apa yang dibaca. Jika sebuah pertanyaan tidak
terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan
berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang
belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
13
e. Review
Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan
dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi
dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.
Dari uraian tentang metode belajar SQ3R di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa metode belajar SQ3R adalah salah satu metode yang
ditujukan untuk kepentingan studi dan pendekatan belajar yang terdiri atas lima
tahap, yaitu meneliti atau menelaah sepintas materi ajar (Survey), mengemukakan
pertanyaan (Question), membaca/mempelajari (Read), menceritakan/menuliskan
kembali (Recite) dan meninjau ulang (Review).
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen).
Pembelajaran kooperatif (coopertive learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati dalam Rusman, 2012: 203)
14
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakaukan
dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya dalam
Rusman, 2012;203). Tom V. Savege (dalam Rusman 2012;203) menegemukakan
bahwa cooperative learning adalah suatu pemdekatan yang menekankan kerja
sama dalam kelompok.
Cooperive learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa
bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya
terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pembelajara yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut (Johnson dalam Rusman, 2012;204).
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif (Rusman, 2012;208) adalah
sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka sehidup dan
sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti
milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
15
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga
akan digunakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama dalam proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif (Rusman, 2012;208-209)
adalah sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Bilamana mungkin angggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2012;212) ada lima unsur
dasar dalam pembelajaran kooperatif (coopertive learning), yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung
pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja
kelompok ditentuukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh
karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling
ketergantungan.
16
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh
karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya dapat bekerja sama denga lebih efektif.
Terdapat enam langkah-langkah atau tahapan dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran model kooperatif.
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif :
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar
Tahap 2
Menyajika Informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan
bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secar efektif dan efisien
17
Tahap 4
Membimbing Kelompok
Bekerja dan Belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil be;lajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Rusman (2012;211)
Strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir menjadi perhatian dan
dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan
dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama
ini memiiki kelemahan.
B. Kerangka Pikir
Mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa untuk mencapai suatu
tujuan dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pemebelajaran merupakan
salah satu unsur yang paling penting dalam menentukan efektif tidaknya suatu
18
pembelajaran. Hasil belajar di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
menyebabkannya perbedaan prestasi belajar antara siswa, antar kelas, maupun
antar sekolah. Oleh karena itu dirasa perlu adanya suatu pengorganisasian atau
kelompok kerja siswa, sehingga melalui pengorganisasian siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit. Selain itu guru harus
mempertimbangkan metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif yang mana dimaksud untuk menggali konsep awal siswa
agar sesuai dengan konsep ilmiah melalui kerja kelompok, sehingga mereka dapat
membentuk atau membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan konsep yang
telah dimilikinya.
Untuk lebih jelasnya berikut ini divisualisasi kerangka pikirnya:
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir
HASIL BELAJAR RENDAH
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
GURU SISWA
METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF
HASIL BELAJAR FISIKA
19
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis yang dikemukakan di atas, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut “Terdapat peningkatan hasil belajar fisika
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar yang signifikan setelah diajar
melalui metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif dibandingkan sebelum
diajar melalui metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen yang dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X
SMA Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014 jika diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif dengan metode SQ3R. Untuk
maksud itu maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain pre-
test and post-test.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di SMA Muhammadiyah 4 Makassar.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah metode belajar SQ3R dalam pembelajaran
Kooperatif
Variabel terikat adalah hasil belajar fisika.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang menggunakan desain
pre-test and post-test (Sugiyono. 2006:108) sebagai berikut:
X
Keterangan :
21
= Observasi (sebelum diberi perlakuan/pre-test)
X = perlakuan
= Observasi (sesudah diberi perlakuan/post-test)
C. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, maka variabel penelitian perlu
didefenisikan secara operasional, yaitu sebagai berikut:
1. Metode Belajar SQ3R adalah salah satu pendekatan mempelajari buku yaitu
metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri atas
lima tahap, yaitu survey, question, read, recite, review.
2. Pembelajaran kooperatif (coopertive learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
3. Hasil belajar fisika adalah skor yang dicapai siswa dari tes hasil belajar yang
diberikan setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R.
D. Populasi dan Sampel
Subjek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas satu kelas,
sekaligus sebagai sampel penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
tes hasil belajar fisika.
22
Tes hasil belajar fisika dibuat sendiri oleh peneliti dalam bentuk pilihan
ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban, dimana salah satu dari kelima
pilihan tersebut merupakan kunci jawaban, sedangkan pilihan jawaban yang lain
merupakan jawaban yang salah atau pengecoh yang terdiri dari 40 item soal,
dimana dalam soal yang dibuat mencakup yang selanjutnya
diujicobakan untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Pemberian skor pada
ujicoba instrumen adalah skor satu untuk tiap jawaban yang benar dan nol untuk
jawaban yang salah.
Pengujian validitas item tes untuk menentukan item-item tes yang valid
digunakan persamaan sebagai berikut:
=
√
(Arikunto, S.2005:79)
Keterangan :
= koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar item ke –i
Mt = Rerata skor total semua objek (responden)
Sd = standar deviasi total
P = proporsi jawaban yang benar item ke i
q = Proporsi jawaban yang salah untuk item ke i
Kriteria validitas yang digunakan untuk menentukan item-item tes yang
mempunyai tingkat validitas yang memadai atau memenuhi syarat untuk
digunakan ≥ pada taraf nyata 5 % .
Kemudian perhitungan reliabilitas tes didekati dengan rumus kuder dan
Richardson (KR-20) yang dirumuskan :
2
2
111 s
pqs
n
nr (Arikunto, S. 2005:100)
23
Keterangan :
11r = Reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan
s2 = variansi total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir
(proporsi subjek yang mendapat skor 1).
q = 1- p
pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tes hasil belajar yang dikembangkan oleh peneliti yang
telah diujicobakan untuk mengetahui validitas dan realibilitas sebelum digunakan
sebagai instrument. Instrument ini berupa pretest dan posttest, pretest diberikan
kepada siswa pada awal pertemuan (sebelum diberikan materi) kemudian posttest
diberikan pada pertemuan terakhir atau setelah materi selesai, yang juga terdiri
dari 23 item soal. Instrument untuk pretest sama dengan instrument yang
digunakan untuk posttest.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis inferensial
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika
yang diperoleh siswa sebelum diajar dengan metode belajar SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif dan sesudah diajar dengan menggunakan metode belajar
SQ3R dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
24
keadaan sampel. Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor
tertinggi (maksimum), skor terendah (minimum), persentase peningkatan dan
distribusi frekuensi.
Untuk kategori penilaian hasil belajar digunakan teknik kategorisasi skala
lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu
Tabel 3.1 Kategori Nilai Hasil Belajar
Interval Nilai Keterangan
81 – 100 Sangat tinggi
61 – 80 Tinggi
41 – 60 Sedang
21 – 40 Rendah
0 – 20 Sangat rendah
(Riduwan, 2003: 41)
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian dasar-dasar analisis yaitu uji normalitas sebagai berikut :
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan
terdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi
kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :
k
i Ei
EiOi
1
2
2 (Sudjana, 2005:273)
25
Keterangan :
2 = Nilai Chi-kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi Harapan
k = Banyak kelas
Kriteria pengujian adalah jika 2
hitung lebih kecil
2 tabel maka
sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
b. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah
diajukan dalam hipotesis penelitian, maka dari itu digunakan uji-t dengan uji
satu pihak (uji pihak kanan) dengan alasan bahwa berdasarkan hipotesis yang
disusun sebelumnya bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa
kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar setelah diajar melalui Metode
belajar SQ3R dalam pembelajaran Kooperatif dibandingkan sebelum diajar
melalui Metode belajar SQ3R dalam pembelajaran Kooperatif. Hal ini sudah
sesuai dengan syarat uji pihak kanan yang menyatakan bahwa uji pihak kanan
digunakan apabila hipotesis (Ho) berbunyi lebih kecil atau sama dengan dan
hipotesis alternatifnya ( ) berbunyi lebih besar, yang dirumuskan sebagai
berikut:
melawan
Dimana:
= Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diajar dengan
metode belajar SQ3R dalam pembelajaran kooperatif.
= Skor rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar melalui metode
belajar SQ3R dalam pembelajarn kooperatif.
Teknik pengujian yang digunakan adalah uji t dengan α = 0,05
26
21
12
11
nndsg
xxthitung
(Sudjana, 2005:239)
Dimana :
2
)1()1(
21
2211
nn
VnVndsg (Sudjana, 2005:208)
Keterangan :
1X = Rata-rata data pre-test
2X = Rata-rata data post-test
dsg = Nilai deviasi standar gabungan
1n = Banyaknya data kelas pretest
2n = Banyaknya data kelas post-test
1V = Varians data kelompok 1 (Sd1)2
2V = Varians data kelompok 2 (Sd2)2
Kriteria pengujian :
Tolak jika dengan dk = ( - 2) pada taraf
signifikan α = 0,05 sedangkan untuk harga-harga lainnya diterima.
Uji Gain
Uji gain ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil
belajar siswa antara sebelum dan setelah pembelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus uji Gain seperti berikut:
Keterangan:
g = gain
SPosttest = skor terkhir
SPretest = skor awal
SMax = skor ideal dari tes awal dan akhir
27
Tabel 3.2 Kategori Tingkat N-gain (Maltzer, 2002)
Batasan Kategori
g>0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤0,7 Sedang
g<0,3 Rendah
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan proses pengolahan data, baik yang menggunakan
analisis statistik deskriptif maupun yang menggunakan statistik inferensial.
Pengolahan statistik deskriptif digunakan untuk menyatakan karakteristik
distribusi skor responden, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk
pengujian hipotesis penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil analisis deskriptif
Berikut ini dikemukakan hasil deskriptif pencapaian hasil belajar secara
umum siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014
yang diajar dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif .
Tabel 4.1 Statistik skor hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014 yang
diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif.
Statistik Pretest Posttest
Ukuran sampel 18 18
Skor tertinggi 13 20
Skor terendah 6 13
Skor ideal 23 23
Standar deviasi 2,5 2,01
Skor rata-rata 9,61 16,94
Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa di atas, memperlihatkan bahwa
skor tertinggi yang dicapai oleh siswa pada pretest yaitu 13 dan skor terendahnya
adalah 6. Sehingga skor rata-rata yang diperoleh adalah 9,61 dengan standar
29
deviasi 2,5. Namun setelah diajar dengan menggunakan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif pada (posttest), skor yang diperoleh meningkat dengan
skor tertinggi yang dicapai menjadi 20 dan skor terendah menjadi 13 sehingga
skor rata-rata yang diperoleh adalah 16,94 dengan standar deviasi menjadi 2,01.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E).
Jika skor hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar dianalisis dengan menggunakan skala lima sebagai kategorisasi pada
distribusi frekuensi maka dapat dibuat tabel distribusi sebagai berikut.
Tabel 4.2. Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Pada Pretest dan posttest
Berdasarkan tabel 4.2 di atas pada pretest, terlihat bahwa tidak ada siswa
yang berada dalam kategori sangat rendah, 8 orang siswa dalam kategori rendah,
10 orang siswa dalam kategori sedang, dan tidak ada siswa yang berada pada
kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar fisika siswa pada pretes termasuk kategori sedang. Sedangkan pada
posttest terlihat bahwa tidak terdapat siswa dalam kategori sangat rendah dan
rendah, terdapat 2 orang siswa dalam kategori sedang, 14 orang siswa dalam
kategori tinggi, dan 2 orang siswa dalam kategori sangat tinggi. Hal ini
Interval Nilai
Pretes
F
Posttest
F
Kategori Nilai
81 - 100 0 2 Sangat Tinggi
61 - 80 0 14 Tinggi
41 - 60 10 2 Sedang
21 - 40 8 0 Rendah
0 - 20 0 0 Sangat Rendah
30
menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa pada posttest termasuk kategori
tinggi.
Lebih jelasnya dari tabel kategori di atas dapat disajikan melalui diagram
batang, sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Pada Pretest dan posttest
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Tinggi
2. Hasil analisis inferensial
a. Pengujian normalitas
Syarat yang harus diperoleh sebelum melakukan pengujian terhadap
hipotesis adalah melakukan pengujian normalitas. Untuk pengujian normalitas
data telah ditetapkan bahwa kriteria pengujian adalah data dikatakan
berdistribusi normal jika <
pada taraf signifikansi = 0,05
dengan dk = k – 3.
0
2
4
6
8
10
12
14
81-100 61-80 41-60 21-40 0-20
pretest
posttest
F
r
e
k
u
e
n
s
i
31
1) Pengujian normalitas skor hasil belajar Fisika pada pretest
Berdasarkan kriteria pengujian data diperoleh bahwa = 2,5092
dan = 5,991. Karena
< , maka dapat disimpulkan bahwa
data skor hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar
pada pre-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada taraf
signifikansi = 0,05. (Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F).
2) Pengujian normalitas skor hasil belajar Fisika pada posttest
Dari hasil pengujian normalitas diperoleh bahwa = 1,1813
dan = 5,991 pada taraf signifikansi = 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa data skor hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar pada posttest berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F).
b. Pengujian hipotesis
Pada penelitian ini pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji-t
berkorelasi uji pihak kanan untuk menguji kebenaran hipotesis. Hipotesis yang
akan diuji adalah:
Ho = Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar siswa
kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014
sebelum dengan setelah diajar menggunakan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif.
H1 = Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas
X SMA Muhammadiyah 4 Makassar tahun ajaran 2013/2014 sebelum
32
dengan setelah diajar menggunakan metode SQ3R pembelajaran
kooperatif.
Kriteria pengujian hipotesis tersebut adalah H1 diterima jika thitung> ttabel, jika
thitung< ttabel maka HO diterima dengan taraf signifikan = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan
uji-t berkorelasi uji pihak kanan seperti yang disajikan pada lampiran F,
diperoleh nilai thitung sebesar 9,98 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi
= 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 34 adalah sebesar 2,039.
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa nilai thitung > ttabel (9,98 >
2,039). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1(H1 : µ1> µ2)
diterima dan HO ditolak, jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar Fisika siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif.
B. Pembahasan
Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika siswa yang
diperoleh pada posttest lebih tinggi dibandingkan pada pretest. Tingginya hasil
belajar Fisika siswa pada posttest cenderung disebabkan karena adanya pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran
kooperatif. Dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis inferensial, diperoleh bahwa skor hasil belajar
siswa baik pretest maupun posttest berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Sedangkan pada pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel (9,98 > 2,037)
33
sehingga jatuh pada daerah penerimaan H1 dalam hal ini pengajuan hipotesis
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan metode
SQ3R dalam pembelajaran kooperatif, yang menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar fisika.
Berdasarkan Perhitungan indeks gain (d) diperoleh bahwa indeks gain
tinggi sebanyak 1 orang siswa 0,7, indeks gain sedang sebanyak 17 orang siswa
dimana besarnya gain 0,3 < d < 0,7. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar Fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif, dengan kategori sedang.
Hal lain yang cenderung menyebabkan terjadinya peningkatan hasil
belajar fisika siswa pada posttest karena sebelum proses belajar mengajar di mulai
guru terlebih dahulu menjelaskan model yang di gunakan. Di mana dalam model
pembelajaran didiskusikan dan dikomunikasikan. Dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling berbagai berfikir kritis, saling menyampaikan
pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri mapun teman lain. Dengan demikian siswa yang umumnya pasif
mendapatkan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas siswa. Selain itu guru juga menjelaskan secara rinci
hal-hal yang akan dilakukan nantinya sehingga siswa merasa tertarik dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktifitas yang dilakukan siswa di
34
mana sebagian besar siswa memperhatikan informasi yang diberikan, membaca
buku, mengungkapkan pengetahuan awal mereka, serta berdiskusi dengan teman
kelompoknya.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa setelah diajar melalui metode
SQ3R dalam pembelajaran kooperatif dibandingkan sebelum diajar melalui
metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini juga menunjukkan bahwa
hipotesis yang telah disusun sebelumnya teruji kebenarannya di tempat penelitian.
Dengan demikian salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
hasil belajar fisika siswa adalah dengan memberikan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif, khususnya pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar. Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elok
Fariha Sari (2008) dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui
metode belajar Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian I Gusti Ngurah Pujawan (2005) Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dan hasil penelitain ini juga
didukung oleh penelitian Masykur, dkk (2006) Disimpulkan bahwa penerapan
metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
dan keaktifan siswa pada pokok bahasan tata surya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa langkah-langkah penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sudah berhasil.
35
Fakta empiris yang menunjukkan hasil penelitian senada dengan
pernyataan Slavin bahwa, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain
serta dapat meningkatkan harga diri. dan pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari alasan tersebut, maka
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiiki kelemahan.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar
sebelum diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif
termasuk dalam kategori sedang.
2. Hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar
setelah diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif
termasuk dalam kategori tinggi
3. Terdapat peningkatan hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Makassar setelah diajar dengan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif dengan kategori sedang.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, maka
saran yang dapat diajukan oleh penulis adalah:
1. Karena adanya peningkatan hasil belajar dari penggunaan pengajaran ini
maka disarankan kepada guru Fisika SMA Muhammadiyah 4 Makassar
maupun di sekolah-sekolah lain hendaknya lebih mempertimbangkan
37
penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif, sebagai salah
satu strategi yang perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar.
2. Diharapkan kepada peneliti dibidang pendidikan di masa yang akan datang
agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif ini pada materi dan sampel yang berbeda pula.
3. Kepada pemerintah (Dinas Pendidikan) agar hasil penelitian ini dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan dan Penilaian Hasil
Belajar. Jakarta: Bina Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Sari, Elok Fariha. 2008. Penerapan Metode SQ3R Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Turi Kabupaten Sleman. (0nline), (http//:blogspot.com, diakses
28 Maret 2014)
Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
UNM.
Meltzer, D. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation And
Conceptual Learning Gains In Physics. American journal of physics.
Masykur, dkk. 2006. Penerapan Metode SQ3R Dalam Pembelajaran Kooperatif
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Tata Surya Pada
Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 4, No.2. (0nline),
(http://journal.unnes.ac.id, diakses 17 Mei 2013).
Pujawan, I Gusti Ngurah. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan Metode SQ3R Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi
Belajar Matematika Siswa SMP. (Online) (http://rulam
2012.blogspot.com, diakses 28 Maret 2014)
Ratumanan. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: Unesa University Press.
Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta:
Bandung
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori, Riset, Dan praktik. Bandung: Nusa
Media.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2006. Metode Statistika. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tohirin. 2011. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
82
C.1 VALIDASI INSTRUMEN
PENELITIAN
C.2 UJI VALIDASI INSTRUMEN
PENELITIAN
C.3 UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
PENELITIAN
116
DOKUMENTASI
38
A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
B. LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
39
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMA MUHAMMDIYAH 4 MAKASSAR
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Semester II
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 2 X 30 Menit (Pertemuan I )
Standar Kompetensi
3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optic
Kompetensi Dasar
3.1 . Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
Kognitif:
Kognitif produk
1. Menjelaskan fungsi bagian mata manusia
2. Menjelaskan penyebab cacat mata pada manusia dan cara
mengatasinya
3. Menjelaskan penggunaan lup untuk mata berakomodasi maksimum
dan mata tidak berakomodasi
Kognitif proses
1. Mampu menggambar jalannya sinar pada pembentukan bayangan
alat optik lup.
Afektif:
a. Karakter:
- Bekerja dengan teliti
- Bertanggung jawab
- Disiplin
40
- Jujur
- Peduli
- Percaya diri
b. Keterampilan sosial:
- Bekerjasama
- Menyampaikan pendapat
- Mengajukan pertanyaan
- Menerima pendapat orang lain
A. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk:
Setelah proses pembelajaran siswa mampu:
Menjelaskan fungsi bagian mata manusia dan penyebab cacat mata
pada manusia dan cara mengatasinya.
Menjelaskan penggunaan lup untuk mata berakomodasi maksimum
dan mata tidak berakomodasi.
Mampu menggambar jalannya sinar pada pembentukan bayangan alat
optic lup
b. Proses
Selama proses pembelajaran siswa mampu:
- Setelah diberikan gambaran atau contoh yang berkaitan dengan
pembentukan bayangan pada lup dan kaca mata, maka peserta
didik dapat menghubungkan antara pembentukan bayangan pada
lup dan kaca mata.
2. Afektif:
a. Karakter
Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter; bekerja
dengan teliti, bertanggung jawab, disiplin, jujur, peduli, komunikatif, dan
percaya diri.
41
b. Keterampilan sosial
Aktif menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, menerima
pendapat orang lain dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
B. Materi Pembelajaran
Mata Manusia dan Lup (Kaca Pembesar)
1) Mata merupakan indra penglihatan dan merupakan organ yang dapat
menangkap perubahan dan perbedaan cahaya. Organ ini bekerja dengan
cara menerima, memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa
untuk menghasilkan bayangan objek yang dilihatnya.
Gambar mata manusia
2) Lup atau kaca pembesar sebenarnya merupakan lensa, seberapa besar
benda akan tampak, dan seberapa banyak detail yang bisa kita lihat
padanya, bergantung pada ukuran bayangan yang dibuatnya pada retina.
Hal ini, sebaliknya bergantung pada sudut yang dibentuk oleh benda pada
mata.
Gambar Lup
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Pembelajaran kooperatif
2. Metode : - SQ3R
42
D. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan siswa Alokasi
waktu
Fase I:
Pendahuluan
Menyampaikan
tujuan dan
motivasi
Membuka mata pelajaran
dengan penyampaian salam
Mengecek
kehadiran/Mengabsen.
Siswa menjawab
salam.
Siswa menjawab
hadir.
10
Menit
Memotivasi/mengeksploita
si terhaadap siswa
- Mengapa ada Peserta
didik tidak dapat melihat
dengan jelas tulisan di
papan tulis ?
- Jenis alat optik apa yang
digunakan oleh seorang
tukang reparasi Jam ?
Prasarat pengetahuan :
- Ada berapa jenis lensa
kaca mata ?
- Apa sifat bayangan yang
dibentuk oleh lup ?
Menanggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan.
Fase II
Kegiatan Inti.
Guru membimbing peserta
didik dalam pembentukan
kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa laki-
laki dan perempuan yang
berbeda kemampuannya.
Menaggapi,
Mendengarkan dan
memperhatikan
40
Menit
Guru membagikan buku
siswa yang berisi konsep
Menaggapi,
Mendengarkan dan
43
yang akan dipelajari memperhatikan
Siswa melakukan langkah-
langkah metode SQ3R
sesuai dengan petunjuk
guru:
Menaggapi,
Mendengarkan dan
memperhatikan
Memberikan contoh soal Siswa
memperhatikan
Memberikan soal latihan Siswa yang ditunjuk
menjawab soal yang
diberikan didepan
kelas(papan tulis)
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
Siswa bertanya.
Guru meminta siswa untuk
memberikan contoh
penerapan pada mata
manusia dan lup
Perwakilan dari
siswa memberikan
contoh penerapan
mata manusia dan
lup
Memantapkan konsep
materi yang diajarkan.
Siswa
mendengarkan, dan
mencatat hal-hal
yang penting.
Fase III:
Penutup
Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pelajaran.
Guru memberikan tugas
rumah (PR) baik secara
individu maupun
kelompok.
Siswa yang ditunjuk
untuk
menyimpulkan
materi kepada
temannya.
Siswa mencatat
tugas yang diberikan
10
Menit
44
Guru menutup pelajaran
dengan memberikan salam.
Siswa menjawab
salam.
Jumlah : 60
Menit
E. Sumber Belajar
a. Sumarsono, Joko. 2009. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta. CV Teguh
Karya.
b. Supiyanto. 2006. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Phibeta
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik penilaian
Tes tertulis.
b. Bentuk instrument
Pilihan ganda.
Contoh instrument:
No. Instrumen Kunci Jawaban Skor
1 Lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya,
sehingga bayangan benda jatuh didepan retina disebut ….
a. Hipermetropi
b. Presbiopi
c. Miopi
d. Astigmatisma
e. Katarak
C 1
2
Penderita astigmatisma dapat ditolong menggunakan kacamata
berlensa ….
a. Cembung
b. Silindris
c. Cekung
d. Konvergen
e. Bifocal
B
1
3 Alat yang dapat meperbesar sudut pandang sehingga benda-benda
kecil tampak lebih besar adalah ….
a. Mikroskop
b. Kacamata
c. Teleskop
d. Kamera
e. Lup
B
1
4 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lup adalah ….
a. Maya, terbalik, diperbesar
b. Nyata, tegak, diperbesar
c. Maya, tegak, diperbesar
d. Nyata tegak, diperkecil
e. Maya, tegak, diperkecil
A 1
45
Rubrik penilaian :
Aspek yang dinilai Skor
1. Siswa menjawab dengan benar 1
2. Siswa menjawab salah 0
3. Siswa tidak menjawab sama sekali -1
Makassar, Febriuari 2014
Mengetahui :
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HASMAH PUNRIANI, S.Pd LA NENTI
NIP : NIM : 10539 0503 08
46
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMA MUHAMMDIYAH 4 MAKASSAR
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Semester II
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 2 X 30 Menit (Pertemuan II )
Standar Kompetensi
3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optic
Kompetensi Dasar
3.1 . Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
1. Kognitif:
Kognitif produk
1.Menjelaskan fungsi bagian mikroskop dan menggambar jalannya sinar
pada pembentukan bayangan mikroskop
2.Menghitung perbesaran bayangan pada mikroskop
3.Menggambar jalannya sinar pada teropong dan menentukan panjang
teropong
Kognitif proses
1. Mampu menggambar jalannya sinar pada pembentukan bayangan
mikroskop, teropong dan menentukan panjang teropong.
2. Afektif:
a. Karakter:
- Bekerja dengan teliti
- Bertanggung jawab
- Disiplin
- Jujur
- Peduli
47
- Percaya diri
b. Keterampilan sosial:
- Bekerjasama
- Menyampaikan pendapat
- Mengajukan pertanyaan
- Menerima pendapat orang lain
A. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk:
Setelah proses pembelajaran siswa mampu:
Menjelaskan fungsi bagian mikroskop dan menggambar jalannya
sinar pada pembentukan bayangan mikroskop serta menghitung
perbesaran bayangan mikroskop
Menggambar jalannya sinar pada teropong dan menentukan
panjang teropong
b. Proses
Selama proses pembelajaran siswa mampu:
Menghitung perbesaran bayangan mikroskop
Menarik kesimpulan tentang bayangan mikroskop dan teropong
2. Afektif:
a. Karakter
Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter; bekerja
dengan teliti, bertanggung jawab, disiplin, jujur, peduli, komunikatif, dan
percaya diri.
b. Keterampilan sosial
Aktif menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, menerima
pendapat orang lain dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
B. Materi Pembelajaran
Mikroskop dan Teropong
48
1). Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler. Lensa objektif adalah lensa
yang berhadapan dengan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler
adalah lensa yang langsung berhadapan dengan mata pengamat.
Mikroskop digunakan untuk melihat benda yang sangat dekat, sehingga
jarak benda sangat kecil.
Gambar mikroskop
2). Teropong atau Teleskop adalah alat optic untuk mengamati benda yang
sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Perancangan memanfaatkan
dua sifat cahaya, yaitu dapat dibiaskan dan dipantulkan. Berdasarkan
kedua sifat cahaya tersebut, teropong dibedakan atas teropong bias dan
teropong pantul.
Gambar Teropong
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Pembelajaran kooperatif
2. Metode : - SQ3R
D. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan siswa Alokasi
waktu
Fase I:
Pendahuluan
Menyampaika
n tujuan dan
motivasi
Membuka mata pelajaran
dengan penyampaian salam
Mengecek
kehadiran/Mengabsen.
Siswa menjawab
salam. Siswa menjawab
hadir.
10
Menit
Memotivasi/mengeksploitasi
Menaggapi,
Mendengarkan
49
terhaadap siswa
- Apa manfaat dari
mikroskop?
- Sebutkan jenis – jenis
teropong yang anda ketahui?
Prasarat pengetahuan :
- Apa sifat bayangan yang
dibentuk oleh mikroskop
dan teropong?
dan
memperhatikan.
Fase II
Kegiatan Inti.
Guru membimbing peserta
didik dalam pembentukan
kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa laki-laki
dan perempuan yang berbeda
kemampuannya.
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
40
Menit
Guru membagikan LKS dan
buku siswa yang berisi konsep
yang akan dipelajari
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Siswa melakukan langkah-
langkah metode SQ3R sesuai
dengan petunjuk guru:
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Memberikan contoh soal Siswa
memperhatikan
Memberikan soal latihan Siswa yang
ditunjuk
menjawab soal
yang diberikan
didepan
kelas(papan
50
tulis)
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
Siswa bertanya.
Guru meminta siswa untuk
memberikan contoh
penerapan mikroskop dan
teropong
Perwakilan dari
siswa
memberikan
contoh
penerapan
mikroskop dan
teropong
Memantapkan konsep materi
yang diajarkan.
Siswa
mendengarkan,
dan mencatat
hal-hal yang
penting.
Fase III:
Penutup
Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pelajaran.
Guru memberikan tugas
rumah (PR) baik secara
individu maupun kelompok.
Guru menutup pelajaran
dengan memberikan salam.
Siswa yang
ditunjuk untuk
menyimpulkan
materi kepada
temannya.
Siswa mencatat
tugas yang
diberikan
Siswa
menjawab
salam.
10
Menit
Jumlah : 60
Menit
51
E. Sumber Belajar
a. Sumarsono, Joko. 2009. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta. CV Teguh
Karya.
b. Supiyanto. 2006. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Phibeta
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik penilaian
Tes tertulis.
b. Bentuk instrument
Pilihan ganda.
Contoh instrument:
No
.
Instrumen Kunci
Jawaban
Skor
1 Panjang tabung sebuah mikroskop adalah 21,4 cm. Mikroskop
tersebut mempunyai panjang focus objektif 4 mm dan okuler 5 cm.
Perbesaran total mikroskop untuk mata tak berakomodasi adalah …
kali
a. 50
b. 100
c. 150
d. 200
e. 250
D 1
2 Sebuah mikroskop majemuk tersusun atas dua buah lensa yang jarak
focus masing-masing adalah 10mm dan 50mm. Sebuah benda
diletakan 11 mm didepan lensa objektif. Jarak antara lensa objektif
dan lensa okuler adalah … cm
a. 14
b. 15
c. 16
d. 17
e. 18
C 1
3 Bayangan akhir yang dibentuk oleh teropong panggung adalah ….
a. Nyata, terbalik
b. Nyata, tegak
c. Maya, tegak,
d. Nyata, diperkecil
e. Maya, terbalik
B
1
4 Seseorang mengamati sebuah objek tanpa berakomodasi
menggunakan teropong panggung. Perbesaran yang dihasilkan oleh
teropong adalh 10kali. Focus objektif teropong adalah 20cm. Jarak
focus okulernya adalah … cm
a. -2
b. -3
c. 2
d. 3
e. 4
C 1
52
Rubrik penilaian :
Aspek yang dinilai Skor
4. Siswa menjawab dengan benar 1
5. Siswa menjawab salah 0
6. Siswa tidak menjawab sama sekali -1
Makassar, Februari 2014
Mengetahui :
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HASMAH PUNRIANI, S.Pd LA NENTI
NIP : NIM : 10539 0503 08
53
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMA MUHAMMDIYAH 4 MAKASSAR
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Semester II
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 2 X 30 Menit (Pertemuan III )
Standar Kompetensi
3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optic
Kompetensi Dasar
3.1 . Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
1. Kognitif:
Kognitif produk
Menjelaskan fungsi bagian-bagian kamera
Kognitif proses
Menjelaskan pembentukan bayangan pada kamera.
2. Afektif:
a. Karakter:
- Bekerja dengan teliti
- Bertanggung jawab
- Disiplin
- Jujur
- Peduli
- Percaya diri
54
b.Keterampilan sosial:
- Bekerjasama
- Menyampaikan pendapat
- Mengajukan pertanyaan
- Menerima pendapat orang lain
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
a. Produk:
Setelah proses pembelajaran siswa mampu:
- Menjelaskan fungsi bagian bagian kamera.
b. Proses
Selama proses pembelajaran siswa mampu:
- Menjelaskan pembentukan bayangan pada kamera.
Afektif:
a. Karakter
Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter; bekerja
dengan teliti, bertanggung jawab, disiplin, jujur, peduli, komunikatif, dan
percaya diri.
b. Keterampilan sosial
Aktif menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, menerima
pendapat orang lain dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
B. Materi Pembelajaran
Kamera
Kamera mempunyai sebuah lensa positif sehingga prinsip kerjanya sama
dengan mata. Berkas cahaya yang masuk pada kamera akan dibiaskan
sehingga benda yang ditempatkan di depan lensa memberikan bayangan di
55
belakang lensa. Bayangan ini nyata sehingga dapat ditangkap oleh film yang
berfungsi sebagai layar dengan ukuran bayangan diperkecil dan terbalik.
Gambar macam-macam kamera
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Pembelajaran kooperatif
2. Metode : - SQ3R
D. Langkah-langkah Kegiatan
Tahap kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan siswa Alokasi
waktu
Fase I:
Pendahuluan
Menyampaikan
tujuan dan
motivasi
Membuka mata pelajaran
dengan penyampaian salam
Mengecek
kehadiran/Mengabsen.
Siswa
menjawab
salam.
Siswa
menjawab
hadir.
10
Menit
Memotivasi/mengeksploitasi
terhaadap siswa
- Apa manfaat dari kamera ?
Prasarat pengetahuan :
- Apa bayangan yang
dibentuk oleh kamera?
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
.
Fase II
Kegiatan Inti.
Guru membimbing peserta
didik dalam pembentukan
kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa laki-laki
dan perempuan yang berbeda
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
40
Menit
56
kemampuannya.
Guru membagikan LKS dan
buku siswa yang berisi konsep
yang akan dipelajari
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Siswa melakukan langkah-
langkah metode SQ3R sesuai
dengan petunjuk guru:
Menaggapi,
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Memberikan contoh soal Siswa
memperhatikan
Memberikan soal latihan Siswa yang
ditunjuk
menjawab soal
yang diberikan
didepan
kelas(papan
tulis)
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
Siswa bertanya.
Guru meminta siswa untuk
memberikan contoh penerapan
pada kamera
Perwakilan dari
siswa
memberikan
contoh
penerapan pada
kamera
Memantapkan konsep materi
yang diajarkan.
Siswa
mendengarkan,
dan mencatat
hal-hal yang
57
penting.
Fase III:
Penutup
Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pelajaran.
Guru memberikan tugas
rumah (PR) baik secara
individu maupun kelompok.
Guru menutup pelajaran
dengan memberikan salam
Siswa yang
ditunjuk untuk
menyimpulkan
materi kepada
temannya.
Siswa mencatat
tugas yang
diberikan
Siswa
menjawab
salam.
10
Menit
Jumlah : 60
Menit
E. Sumber Belajar
a. Sumarsono, Joko. 2009. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta. CV Teguh
Karya
b. Supiyanto. 2006. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Phibeta
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik penilaian
Tes tertulis.
b. Bentuk instrument
Pilihan ganda.
58
Contoh instrument:
No
.
Instrumen Kunci
Jawaban
Skor
1 Sebuah benda terletak 4m didepan kamera yang mempunyai
focus 4cm. Bayangan pada film akan diperkecil hingga … kali
a. 1/99
b. 1/100
c. 1/101
d. 1/200
e. 1/400
A 1
2 Bagian pada kamera yang berperan sama dengan retina mata
adalah ….
a. Kotak kedap suara
b. Celah diafragma
c. Film
d. Shutter
e. Lensa
C 1
Rubrik penilaian :
Aspek yang dinilai Skor
7. Siswa menjawab dengan benar 1
8. Siswa menjawab salah 0
9. Siswa tidak menjawab sama sekali -1
Makassar, februari 2014
Mengetahui :
Guru Mata Pelajaran Peneliti
HASMAH PUNRIANI, S.Pd LA NENTI
NIP : NIM : 10539 0503 08
83
Lampiran C.1 Validasi Instrument Penelitian
Nomor
Item Mp Mt St p q pbi Interpretasi
1 22.38
21.17 5.998 0.542
0.458
0.219( pbi > rtabel) Tidak Valid
2 23.19
21.17 5.998 0.667
0.333
0.447( pbi > rtabel) Valid
3 22.58
21.17 5.998 0.792
0.208
0.456( pbi > rtabel ) Valid
4 24.56
21.17 5.998 0.667
0.333
0.796( pbi > rtabel ) Valid
5 23.25
21.17 5.998 0.667
0.333
0.488( pbi > rtabel ) Valid
6 20.45
21.17 5.998 0.458
0.542
-0.109( pbi < rtabel ) Tidak Valid
7 23.44
21.17 5.998 0.667
0.333
0.532( pbi > rtabel ) Valid
8 22.94
21.17 5.998 0.667
0.333
0.415( pbi < rtabel ) Valid
9 23.85
21.17 5.998 0.542
0.458
0.483( pbi > rtabel ) Valid
10 23
21.17 5.998 0.667
0.333
0.43( pbi < rtabel ) Valid
11 23.3
21.17 5.998 0.625
0.375
0.464( pbi < rtabel ) Valid
12 22.74
21.17 5.998 0.792
0.208
0.507( pbi > rtabel ) Valid
13 23.47
21.17 5.998 0.625
0.375
0.492( pbi < rtabel ) Valid
14 22
21.17 5.998 0.458
0.542
-0.127( pbi > rtabel ) Tidak Valid
15 20.8 21.17 5.998 0.417
0.583
-0.051( pbi > rtabel ) Tidak Valid
16 22.33
21.17 5.998 0.375
0.625
0.15( pbi > rtabel ) Tidak Valid
17 21
21.17 5.998 0.542
0.458
-0.03( pbi > rtabel ) Tidak Valid
18 25
21.17 5.998 0.583
0.417
0.752( pbi < rtabel ) Valid
84
19 23.06
21.17 5.998
0.667 0.333
0.444( pbi < rtabel ) Valid
20 20.56
21.17 5.998 0.375
0.625
-0.078( pbi > rtabel ) Tidak Valid
21 22.88
21.17 5.998 0.708
0.292
0.443( pbi < rtabel ) Valid
22 21.4
21.17 5.998 0.417
0.583
0.033( pbi < rtabel ) Tidak Valid
23 20.33
21.17 5.998 0.375
0.625
-0.11( pbi < rtabel ) Tidak Valid
24 21.78
21.17 5.998 0.375
0.625
0.078( pbi > rtabel ) Tidak Valid
25 22.13
21.17 5.998 0.333
0.667
0.112( pbi > rtabel ) Tidak Valid
26 23.86
21.17 5.998 0.583
0.417
0.528( pbi > rtabel ) Valid
27 23.93
21.17 5.998 0.583
0.417
0.542( pbi > rtabel ) Valid
28 23.92
21.17 5.998 0.542
0.458
0.497( pbi < rtabel ) Valid
29 23
21.17 5.998 0.667
0.333
0.43( pbi > rtabel ) Valid
30 18.8
21.17 5.998 0.208
0.792
-0.2( pbi > rtabel ) Tidak Valid
31 19.75
21.17 5.998 0.167
0.833
-0.11( pbi > rtabel ) Tidak Valid
32 23.53
21.17 5.998 0.625
0.375
0.506( pbi > rtabel ) Valid
33 20
21.17 5.998 0.417
0.583
-0.163( pbi > rtabel ) Tidak Valid
34 24.86
21.17 5.998 0.583
0.417
0.724( pbi > rtabel ) Valid
35 25.69
21.17 5.998 0.542
0.458
0.815( pbi > rtabel ) Valid
36 25.21
21.17 5.998 0.583
0.417
0.794( pbi > rtabel ) Valid
37 23.62
21.17 5.998 0.542
0.458
0.441( pbi > rtabel ) Valid
38 20.5
21.17 5.998 0.333
0.667
-0.08( pbi > rtabel ) Tidak Valid
39 20.22
21.17 5.998 0.375
0.625
-0.12( pbi > rtabel ) Tidak valid
85
40
20.89
21.17 5.998 0.375
0.625
-0.036( pbi < rtabel ) Tidak Valid
Keterangan: rtabel pada taraf signifikansi 5% = 0,404
86
Lampiran C.2 Uji Validasi Instrumen Penelitian
1. Uji validitas item no. 2 dari 40 soal yang telah diteskan kepada 24 orang siswa,
dengan menggunakan rumus Koefisien Biseral:
(
√
)
Mean dari skor total (Mt) =
=
= 21,167 atau 21,17
Proporsi siswa yang menjawab benar
(p)
Proporsi siswa yang menjawab salah (q) = 1 – p = 1 – 0,667 = 0,333
Rata-rata siswa yang menjawab benar (Mp)
Mp =
=
= 23,19
Standar deviasi (St) 5,998
rpbi
√
√
Ket; penentuan valid atau dropnya suatu item adalah dengan membandingkan antara
rhitung dengan r product moment pada jumlah sampel N dan taraf kecepatann
jika rhitung rtabel maka dikatakan valid.
87
Lampiran C.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian reabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder-
Richardson (KR- 20) sebagai berikut:
n = 24
s = 5,998
s2 = 35,97
∑
(
) (
∑
)
(
) (
)
(
) (
)
747
(reliabel cukup tinggi)
Table C.1 Kriteria tingkat reliabilitas item
Rentang Nilai Kategori
0,810-1,000 Tinggi
0,610-0,800 Cukup tinggi
0,410-0,600 Sedang
0,210-0,400 Rendah
0,000-0,200 Sangat rendah
(Arikunto, 2005;100)
88
D. DATA HASIL PENELITIAN
89
Lampiran D. Data Hasil Penelitian
Tabel. Data Skor Hasil Belajar Siswa
No Nama siswa Pretest Posttest
Skor Nilai Skor Nilai
1 Nurlia 10 43,5 18 78,3
2 Musdalifah Tauraja 13 56,5 20 87
3 ST Hardiyanti 10 43,5 18 78,3
4 ST Fatimah 13 56,5 18 78,3
5 Hariyati 12 52,2 17 73,9
6 Abdul Rahman 10 43,5 19 82,6
7 Firmansyah 13 56,5 18 78,3
8 Kamaruddin 7 30,4 17 73,9
9 Muh. Yusuf Ibrahim 6 26,1 15 65,2
10 Muh. Andi Wiranata 7 30,4 16 69,6
11 Syaidina Afiat 11 47,8 17 73,9
12 Eka 7 30,4 15 65,2
13 Marlina 8 34,8 14 60,9
14 ST Aisyah 6 26,1 13 56,5
15 Muh. Reza Mei Saputra 10 43,5 18 78,3
16 Muh. Fahri. R 9 39,1 16 69,6
17 Muh. Saddam Husein 12 52,2 18 78,3
18 Muh. Hidayatullah. K 9 39,1 17 73,9
90
E.1 ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF HASIL BELAJAR
E.2 ANALISIS PENGKATEGORIAN HASIL
BELAJAR
91
Lampiran E.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar
A. Pretest
Skor tertinggi = 13
Skor terendah = 6
Skor ideal = 23
Jumlah sampel (n) = 18
Jumlah kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 18
= 1 + 3,3 (1,26)
= 1 + 4,16
= 5,16 ≈ 5
Rentang data (R) = Skor tertinggi-Skor terendah
= 13 – 6
= 7
Panjang kelas =
=
=
= 1,4 ≈ 2 (dibulatkan)
Tabel E.1 Distribusi frekuensi pada pretest
Skor fi xi xi2
fi xi fi xi2
5 - 6 2 5,5 30,25 11 60,50
7 - 8 4 7,5 56,25 30 225
9 - 10 6 9,5 90,25 57 541,50
11- 12 3 11,5 132,25 34,5 396,75
13 - 14 3 13,5 182,25 40,5 546,75
Jumlah 18 173 1770,50
Rata-rata (X) = ∑
∑ =
= 9,61
Standar deviasi (S) = √∑
∑
= √
92
= √
= √
= 2,5
B. Posttest
Skor tertinggi = 20
Skor terendah = 13
Skor ideal = 23
Jumlah sampel (n) = 18
Jumlah kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 18
= 1 + 3,3 (1,26)
= 1 + 4,16
= 5,16 ≈ 5
Rentang data (R) = Skor tertinggi-Skor terendah
= 20 – 13
= 7
Panjang kelas =
=
=
= 1,4
Tabel E.2 Distribusi frekuensi pada posttest
Skor fi xi xi
2 fi xi fi xi2
12-13 1 12,5 156,25 12,5 156,25 14-15 3 14,5 210,25 43,5 630,75 16-17 6 16,5 272,25 99 1633,5 18-19 7 18,5 342,25 129,5 2395,75 20-21 1 20,5 420,25 20,5 420,25
Jumlah 18 305 5236,5
Rata-rata (X) = ∑
∑ =
= 16,94
93
Standar deviasi (S) = √∑
∑
= √
= √
= √
= 2,01
94
Lampiran E.2 Analisis Pengkategorian Hasil Belajar Fisika
Untuk kategori penilaian hasil belajar digunakan teknik kategorisasi skala
lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :
Tabel E.3 Kategori Nilai Hasil Belajar
Interval Nilai Keterangan
81 – 100 Sangat tinggi
61 – 80 Tinggi
41 – 60 Sedang
21 – 40 Rendah
0 – 20 Sangat rendah
(Riduwan, 2003: 41)
Pengubahan skor Hasil belajar fisika ke bentuk nilai persentase di hitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%100xN
FP
Dengan : P = Nilai yang diperoleh (%)
F = Jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal
(Riduwan, 2003: 41)
Sehingga pengkategorian presentase hasil belajar dapat dilihat pada daftar
sebagai berikut:
Tabel E.4 Kategori persentase hasil belajar pretest
Interval Nilai
persentase (%)
Keterangan Frekuensi persentase
(%)
81 – 100 Sangat tinggi 0 0
61 – 80 Tinggi 0 0
41 – 60 Sedang 10 55,56
21 – 40 Rendah 8 44,44
0 – 20 Sangat Rendah 0 0
95
Tabel E.5 Kategori persentase hasil belajar posttest
Interval Nilai
persentase (%)
Keterangan Frekuensi persentase
(%)
81 – 100 Sangat tinggi 2 11,11
61 – 80 Tinggi 14 77,78
41 – 60 Sedang 2 11,11
21 – 40 Rendah 0 0
0 – 20 Sangat Rendah 0 0
96
F. ANALISIS STATISTIK INFERENSIAL HASIL BELAJAR
97
Lampiran F. Analisis Inferensial Hasil Belajar
Tabel F.1 Pengujian Normalitas hasil belajar pada pretest
Keterangan:
Kolom 1 : Kelas interval diperoleh dari skor terendah + panjang kelas, yaitu: 5 + 2
= 7+ 2 = 9, dst. Sehingga ditulis 5-6, 7- 8-dst
Kolom 2 : Batas kelas (BK) = 5 – 0,5 = 4,5 (BK1)
BK2 = BK1 + panjang kelas = 4,5 + 2 =6,5
BK3 = BK2 + panjang kelas = 6,5 + 2 = 8,5
BK4 = BK3 + panjang kelas = 8,5 + 2 = 10,5
BK5 = BK4 + panjang kelas = 10,5 + 2 =12,5
BK6 = BK5 + panjang kelas = 12,5 + 2 =14,5
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z batas
Kelas
Luas
Z
tabel
Luas
Interval Oi Ei i
ii
E
EO 2)(
1 2 3 4 5 6 7 8
4,5 -1,84 0,4671
5 - 6 0,1163 2 2,0934 0,0042
6,5 -1,04 0,3508
7 - 8 0,256 4 4,608 0.0802
8,5 -0,24 0,0948
9 - 10 0,3071 6 5,5278 0,0403
10,5 0,56 0,2123
11 - 12 0,2008 3 3,6144 0,1044
12,5 1,13 0,4131
13 - 14 0,0715 3 1,287 2,28
14,5 2,16 0,4846
i
ii
E
EO 2
2 )( 2,5092
98
Kolom 3 : Zbatas kelas =
Z BK1 =
Z BK4 =
Z BK2 =
Z BK5 =
Z BK3 =
Z BK6 =
Kolom 4 : Ztabel (menggunakan table Z)
Kolom 5 : Luas Ztabel tb1 = Z-1,84– Z-1,04 Luas Ztabel tb4 = Z1,36– Z0,56
= 0,4671 – 0,3508 = 0,4131 - 0,2123
= 0,1163 = 0,2008
Luas Ztabel tb2 = Z-1,04 – Z-0,24 Luas Ztabel tb4 = Z2,16– Z1,36
= 0,3508 – 0,0948 = 0,4846 - 0,4131
= 0,256 = 0,0715
Luas Ztabel tb3 = Z0,56 + Z-0,24
= 0,2123 + 0,0948
= 0,3071
Kolom 6 : Frekuensi hasil pengamatan (Oi), yaitu banyaknya data yang termasuk
pada suatu kelas interval.
Kolom 7 : Frekuensi harapan (Ei) = n x Luas Ztabel
E1 = 18 x 0,1163 = 2,0934
E2 =18 x 0,256 = 4,608
E3 = 18 x 0,3071 = 5,5278
E4 = 18 x 0,2008 = 3,6144
E4 = 18 x 0,0715 = 1,287
99
Kolom 8 : Nilai X2
=
2,28
Taraf signifikansi (α) = 0,05
2,50922 hitung
dk = k-3
= 5-3
= 2
α =0,05
2
tabel = =
=
991,52 tabel
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh = 2,5092 untuk
α = 0,05 dan dk = k – 3 = 5 – 3 = 2 maka diperoleh = 5,991. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa = 5,6908 < = 5,991 maka hasil
100
belajar fisika yang diperoleh kelas X SMA Muhammadiyah 4 Makassar saat
pretest terdistribusi normal.
Tabel F.2 Pengujian Normalitas hasil belajar pada Posttest
Keterangan:
Kolom 1 : Kelas interval diperoleh dari skor terendah + panjang kelas, yaitu: 12 +
2 = 14 + 2 = 16,dst. Sehingga ditulis 12-13, 14- 15-dst
Kolom 2 : Batas kelas (BK) = 12 – 0,5 = 11,5 (BK1)
BK2 = BK1 + panjang kelas = 11,5 + 2 =13,5
BK3 = BK2 + panjang kelas = 13,5 + 2 = 15,5
BK4 = BK3 + panjang kelas = 15,5 + 2 = 17,5
BK5 = BK4 + panjang kelas = 17,5 + 2 =19,5
BK6 = BK5 + panjang kelas = 19,5 + 2 = 21,5
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z batas
kelas
Luas Z
tabel
Luas
Interval Oi Ei
i
ii
E
EO 2)(
11,5 -2,59 0,4952
12-13 0,0457 1 0,8226 0,0383
13,5 -1,64 0,4495
14-15 0,1946 3 3,5028 0,0722
15,5 -0,69 0,2549
16-17 0,3613 6 6,5034 0,039
17,5 0,27 0,1064
18-19 0,2824 7 5,0832 0,7228
19,5 1,22 0,3888
20-21 0,0962 1 1,7316 0,3091
21,5 2,17 0,4850
i
ii
E
EO 2
2 )( 1,1813
101
Kolom 3 : Zbatas kelas =
Z BK1 =
Z BK4 =
Z BK2 =
Z BK5 =
Z BK3 =
Z BK6 =
Kolom 4 : Ztabel (menggunakan table Z)
Kolom 5 : Luas Ztabel tb1 = Z-2,29– Z-1,64 Luas Ztabel tb4 = Z1,22– Z0,27
= 0,4952 – 0,4495 = 0,3888 – 0,1064
= 0,0457 = 0,2824
Luas Ztabel tb2 = Z-1,64 – Z-0,69 Luas Ztabel tb4 = Z2,17–Z1,22
= 0,4495 – 0,2549 = 0,4850 - 0,3888
= 0,1946 = 0,0962
Luas Ztabel tb3 = Z-0,69+ Z0,27
= 0,2549 + 0,1064
= 0,3613
Kolom 6 : Frekuensi hasil pengamatan (Oi), yaitu banyaknya data yang termasuk
pada suatu kelas interval.
Kolom 7 : Frekuensi harapan (Ei) = n x Luas Ztabel
E1 = 18 x 0,0457 = 0,8226 E4 = 18 x 0,2824 = 5,0832
E2 =18 x 0,1946 = 3,5028 E5 = 18 x 0,0962 = 1,7316
E3 = 18 x 0,3613 = 6,5034
102
Kolom 8 : Nilai X2
=
Taraf signifikansi (α) = 0,05
452,12 hitung
dk = k-3
= 5-3
= 2
α =0,05
2
tabel = =
=
991,52 tabel
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh = 1,1813 untuk
α = 0,05 dan dk = k – 3 = 5 – 3 = 2 maka diperoleh = 5,991
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa = 1,1813 < = 5,991
maka hasil belajar fisika yang diperoleh kelas X SMA Muhammadiyah 4
Makassar saat posttest terdistribusi normal.
103
G.1 UJI HIPOTESIS
G.2 UJI GAIN
104
LAMPIRAN G.1
PENGUJIAN HIPOTESIS
Tabel G.1. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji-t
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan
antara skor hasil belajar fisika yang diajar dengan model pembelajaran siklus dan
pembelajaran secara konvensional.
H0 :1 = 2
H1 : 1 > 2
Data yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:
x1 = 9,61
x2 = 16,94
n1 = 18
Responden Pretest
(X1)
Posttest
(X2) (X1)
2 (X2)
2 X1X2
1 10 18 100 324 180 2 13 20 169 400 260 3 10 18 100 324 180 4 13 18 169 324 234 5 12 17 144 289 204 6 10 19 100 361 190 7 13 18 169 324 234 8 7 17 49 289 119 9 6 15 36 225 90 10 7 16 49 256 112 11 11 17 121 289 187 12 7 15 49 225 105 13 8 14 64 196 112 14 6 13 36 169 78 15 10 18 100 324 180 16 9 16 81 256 144 17 12 18 144 324 216 18 9 17 81 289 153
jumlah 173 304 1761 5188 2978
105
n2 = 18
S1 = 2,5
S2 = 2,01
S12
= 6,25
S22
= 4,04
Untuk pengujian hipotesis digunakan uji-t dengan rumus :
21
21
11
nndsg
XXt hitung
(Sudjana, 1992:239)
Dimana:
dsg
2
11
21
2211
nn
VnVn (Sudjana, 1992:208)
=
21818
04,411825,6118
=
34
04,41725,617
= 34
68,6825,106
= 34
93,174
= 145,5
= 2,27
106
Maka nilai t hitung adalah :
21
12
11
nndsg
XXt hitung
=
18
1
18
127,2
61,994,16
= 7491,0
33,7
= 9,78
dk = n1 + n2 -2
= 18 + 18 - 2
= 34
2 1
Maka
= 2,042 -
1
= 2,042 – 0,0028
= 2,039
ttabel = 2,039
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh t hitung > t tabel = 9,78 > 2,039 artinya
t hitung berada pada daerah penolakan H0 dengan H1 diterima.
Kriteria pengujian terima Ho jika –t1-1/2 < thitung < t1-1/2 didapat dari daftar
distribusi dengan dk = (n1 + n2-2) dan peluang (1-1/2 ). Untuk harga-harga t
lainnya ditolak.
Untuk taraf nyata = 0,05 dan dk = 34, maka t0,975(34) =2,039, sedangkan
thitung = 9,78, jadi tidak termasuk dalam daerah penerimaan sehingga hipotesis H0
107
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar fisika siswa sebelum di ajar dengan menggunakan
metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif dan setelah diajar menggunakan
metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif pada taraf nyata = 0,05. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar fisika setelah diajar dengan
pembelajaran kooperatif metode SQ3R.
108
LAMPIRAN G.2
UJI GAIN
Gain (g) =
Gain (g)
= 0,54 (indeks gain sedang)
Adapun kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh (Maltzer, 2002)
yaitu:
g > 0,7 (indeks gain tinggi)
0,3 ≤ g ≤ 0,7 (indeks gain sedang)
g < 0,3 (indeks gain rendah)
keterangan:
O1 = hasil pengukuran pretest
O2 = hasil pengukuran posttest
109
Tabel G.2 Perhitungan Indeks Gain (d)
No O1 Gain (d) O2 Interpretasi
1 10 0,615 18 Gain sedang
2 13 0,7 20 Gain tinggi 3 10 0,615 18 Gain sedang
4 13 0,5 18 Gain sedang
5 12 0,45 17 Gain sedang
6 10 0,69 19 Gain sedang
7 13 0,5 18 Gain sedang
8 7 0,625 17 Gain sedang
9 6 0,529 15 Gain sedang
Besarnya"d"Gain Interpretasi Jumlah
10 7 0,562 16 Gain sedang
d > 0,7 Indeks gain tinggi 1
11 11 0,5 17 Gain sedang
0,3 < d < 0,7 Indeks gain sedang 17
12 7 0,5 15 Gain sedang
d < 0,3 Indeks gain rendah
13 8 0,4 14 Gain sedang
JUMLAH 18
14 6 0,412 13 Gain sedang
15 10 0,615 18 Gain sedang
16 9 0,5 16 Gain sedang
17 12 0,54 18 Gain sedang
18 9 0,57 17 Gain sedang
Berdasarkan Perhitungan indeks gain (d)
diperoleh bahwa indeks gain tinggi sebanyak 1
orang siswa dimana d > 0,7, indeks gain sedang
sebanyak 17 orang siswa dimana besarnya gain
0,3 < d < 0,7. Ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah
diajar dengan metode SQ3R dalam pembelajaran
kooperatif.
110
H.1 TABEL CHI-KUADRAT
H.2 TABEL r PRODUCT MOMENT
H.3 TABEL DISTRIBUSI t
H.4 TABEL DISTRIBUSI z
111
TABEL H. 1
NILAI-NILAI CHI KUADRAT
dk Taraf Signifikansi
50% 30% 20% 10% 5% 1%
1 0,455 1,074 1,642 2,706 3,841 6,635
2 0,139 2,408 3,219 3,605 5,991 9,210
3 2,366 3,665 4,642 6,251 7,815 11,341
4 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,277
5 4,351 6,064 7,289 9,236 11,070 15,086
6 5,348 7,231 8,558 10,645 12,592 16,812
7 6,346 8,383 9,803 12,017 14,017 18,475
8 7,344 9,524 11,030 13,362 15,507 20,090
9 8,343 10,656 12,242 14,684 16,919 21,666
10 9,342 11,781 13,442 15,987 18,307 23,209
11 10,341 12,899 14,631 17,275 19,675 24,725
12 11,340 14,011 15,812 18,549 21,026 26,217
13 12,340 15,19 16,985 19,812 22,368 27,688
14 13,332 16,222 18,151 21,064 23,685 29,141
15 14,339 17,322 19,311 22,307 24,996 30,578
16 15,338 18,418 20,465 23,542 26,296 32,000
17 16,337 19,511 21,615 24,785 27,587 33,409
18 17,338 20,601 22,760 26,028 28,869 34,805
19 18,338 21,689 23,900 27,271 30,144 36,191
20 19,337 22,775 25,038 28,514 31,410 37,566
21 20,337 23,858 26,171 29,615 32,671 38,932
22 21,337 24,939 27,301 30,813 33,924 40,289
23 22,337 26,018 28,429 32,007 35,172 41,638
24 23,337 27,096 29,553 33,194 35,415 42,980
25 24,337 28,172 30,675 34,382 37,652 44,314
26 25,336 29,246 31,795 35,563 38,885 45,642
27 26,336 30,319 32,912 36,741 40,113 46,963
28 27,336 31,391 34,027 37,916 41,337 48,278
29 28,336 32,461 35,139 39,087 42,557 49,588
30 29,336 33,530 36,250 40,256 43,775 50,892
112
TABEL I. 2
NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
N Taraf Signif
N Taraf Signif
N Taraf Signif
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
0,997
0,950
0,878
0,811
0,754
0,707
0,666
0,632
0,602
0,576
0,553
0,532
0,514
0,497
0,482
0,468
0,456
0,444
0,433
0,423
0,413
0,404
0,396
0,388
0,999
0,990
0,959
0,917
0,874
0,834
0,798
0,765
0,735
0,708
0,684
0,661
0,641
0,623
0,606
0,590
0,575
0,561
0,549
0,537
0,526
0,515
0,505
0,496
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
0,381
0,374
0,367
0,361
0,355
0,349
0,344
0,339
0,334
0,329
0,325
0,320
0,316
0,312
0,308
0,304
0,301
0,297
0,294
0,291
0,288
0,284
0,281
0,279
0,487
0,478
0,470
0,463
0,456
0,449
0,442
0,436
0,430
0,424
0,418
0,413
0,408
0,403
0,398
0,393
0,389
0,384
0,380
0,376
0,372
0,368
0,364
0,361
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
125
150
175
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0,266
0,254
0,244
0,235
0,227
0,220
0,213
0,207
0,202
0,195
0,176
0,159
0,148
0,138
0,113
0,098
0,088
0,080
0,074
0,070
0,065
0,062
0,345
0,330
0,317
0,306
0,296
0,286
0,278
0,270
0,263
0,256
0,230
0,210
0,194
0,181
0,148
0,128
0,115
0,105
0,097
0,091
0,086
0,081
113
TABEL I. 3
NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
untuk uji dua fihak (two tail test)
0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
untuk uji satu fihak (one tail test)
dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
40
60
120
1,000
0,816
0,765
0,741
0,727
0,718
0,711
0,706
0,703
0,700
0,697
0,695
0,692
0,691
0,690
0,689
0,688
0,688
0,687
0,687
0,686
0,686
0,685
0,685
0,684
0,684
0,684
0,683
0,683
0,683
0,681
0,679
0,677
0,674
3,078
1,886
1,638
1,533
1,486
1,440
1,415
1,397
1,383
1,372
1,363
1,356
1,350
1,345
1,341
1,337
1,333
1,330
1,328
1,325
1,323
1,321
1,319
1,318
1,316
1,315
1,314
1,313
1,311
1,310
1,303
1,296
1,289
1,282
6,314
2,920
2,353
2,132
2,015
1,943
1,895
1,860
1,833
1,812
1,796
1,782
1,771
1,761
1,753
1,746
1,740
1,743
1,729
1,725
1,721
1,717
1,714
1,711
1,708
1,706
1,703
1,701
1,699
1,697
1,684
1,671
1,658
1,645
12,706
4,303
3,182
2,776
2,571
2,447
2,365
2,306
2,262
2,228
2,201
2,178
2,160
2,145
2,132
2,120
2,110
2,101
2,093
2,086
2,080
2,074
2,069
2,064
2,060
2,056
2,052
2,048
2,045
2,042
2,021
2,000
1,980
1,960
31,821
6,965
4,541
3,747
3,365
3,143
2,998
2,896
2,821
2,764
2,718
2,681
2,650
2,624
2,623
2,583
2,567
2,552
2,539
2,528
2,518
2,508
2,500
2,492
2,485
2,479
2,473
2,467
2,462
2,457
2,423
2,390
2,358
2,326
63,657
9,925
5,841
4,604
4,032
3,707
3,499
3,355
3,250
3,165
3,106
3,055
3,012
2,977
2,947
2,921
2,898
2,878
2,861
2,845
2,831
2,819
2,807
2,797
2,787
2,779
2,771
2,763
2,756
2,750
2,704
2,660
2,617
2,576
114
Tabel H. Distribusi Z
Luas di Bawah Lengkungan Normal Standar
Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0,1 0399 0438 0478 0517 0557 0596 0636 0675 0714 0754
0,2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0,3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0,4 1154 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0,5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 21 0 2224
0,6 2258 2291 2324 2357 2389 2422 2454 2486 2518 2549
0,7 2580 2612 2642 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852
0,8 2881 2910 2939 2697 2996 3023 3051 3078 3106 3133
0,9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3363 3389
1,0 3413 3438 3461 3485 3508 3531 3554 3577 3599 3621
1,1 3643 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 2810 3830
1,2 3949 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1,3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1,4 4192 4207 4222 4236 4251 4263 4279 4292 4306 4319
1,5 4332 4345 4357 4370 4382 4391 4406 4418 4429 4441
1,6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1,7 4554 4564 4573 4582 4591 4599 4608 4616 4625 4633
115
1,8 4641 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4693 4699 4706
1,9 4713 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4756 4761 4767
2,0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
2,1 4821 4826 4830 4834 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2,2 4861 4864 4868 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2,3 4893 4896 4898 4901 4904 4906 4909 4911 4913 4916
2,4 4918 4920 4922 4925 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2,5 4938 4940 4941 4943 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2,6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
2,7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2,8 4974 4975 4976 4977 4977 4978 4979 4979 4980 4981
2,9 4981 4982 4982 4983 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3,0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3,1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3,2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995 4995
3,3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4996 4997
3,4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998
3,5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3,6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
I. DOKUMENTASI
PERSURATAN
RIWAYAT HIDUP
La Nenti, lahir di Wapulaka pada Tanggal 20 November
1991. Penulis adalah anak kedelapan dari 9 bersaudara, buah
hati pasangan La Hilu dan Wa Janu. Penulis mengawali
jenjang pendidikan di SD Negeri 1 Wapulaka, Kab. Buton
dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke MTs S Bahari dan berhasil menyelesaikan pendidikan
pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 4 Bau-bau dan berhasil keluar sebagai alumni pada
tahun 2008. Selanjutnya, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di
Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah
Makassar melalui jalur SPMB pada tahun tersebut dan selesai pada tahun 2014.
Top Related