PENEGAKAN DIAGNOSIS
Abses perianal merupakan salah satu bagian dari klasifikasi abses anorektal
dan merupakan jenis yang paling sering terjadi. Lokasi abses anorektal berdasarkan
kekerapannya meliputi 60% perianal, 20% ischiorektal, 5% intersfingterik, 4%
supralevator, dan 1% submukosal. Manifestasi klinis berkaitan dengan lokkasi dari
abses.
Gambar 2.1 Klasifikasi abses anorektal
Anamnesis
Pasien dengan abses perianal biasanya mengeluh adanya ketidak nyamanan
perianal, kusam, rasa nyeri tumpul dan pruritus. Nyeri di sekitar perianal biasanya
dieksaserbasi karena gerakan dan peningkatan tekanan karena duduk, mengedan,
defekasi, batuk dan bersin. Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu
aktivitas seperti berjalan (Shabir, 2012).
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya massa subkutaneus yang
eritematosa, berbatas tegas, kecil dan berfluktuasi di dekan orifisium anal (Sabhir,
2012).
Manifestasi klinis lainnya termasuk:
- Konstipasi
- Tidak dapat duduk dengan baik
- Demam
- Lemas
- Keringat malam
- Retensi urin
Pasien dengan imunitas yang baik, biasanya tidak disertai demam, leukositosis
atau sepsis.
Gambar 2.2 Abses Perianal
Pemeriksaan Laboratorium
Belum terdapat pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien
tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang
rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang
dapat disebabkan dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi laboratorium
lengkap adalah penting (Andre, 2010).
TATALAKSANA
Pada pasien dengan abses anorektal, terapi medikamentosa dengan antibiotik
biasanya tidak diperlukan. Namun, pada pasien dengan peradangan sistemik,
diabetes, imunitas rendah, atau memiliki penyakit katub jantung antibiotik wajib
diberikan. Pemberian antibiotik secara tunggal bukan merupakan pengobatan yang
efektif untuk mengobati abses perianal (Andre, 2010).
Penatalaksanaan abses perianal dapat dilakukan drainase di bawah anestesi
lokal di kantor, klinik, atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun
pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi.
Insisi dilakukan sampai ke bagian subkutan pada bagian yang paling menonjol dari
abses. “Dog ear" yang timbul setelah insisi dipotong untuk mencegah penutupan dini.
Luka dibiarkan terbuka dan Sitz bath dapat dimulai pada hari berikutnya (Andre,
2010).
DAPUS
Andre Hebra. Perianal Abscess. Updated: Jul 14, 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/191975-overview diakses pada 11
Desember 2013.
Shabir Bhimji. Anorectal abscess. Updated: October 10, 1012. Diunduh dari U.S
National Library Medicine.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001519.htm diakses pada 12
Desember 2013.