PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB AL-AKHLAK LIL BANIN JILID I
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarata untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.)
Oleh:
HERMAWATI ROSIDI
NIM 1112011000009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Skripsi ini ditulis oleh Hermawati Rosidi, dengan Nomor Induk Mahasiswa
1112011000009, dan Judul Skripsi “Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak
Lil Banin Jilid I”. Program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pendidikan Akhlak dalam kitab
Al-Akhlak Lil Banin Jilid I serta untuk mengetahui konsep pendidikan Akhlak.
Pendidikan Akhlak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia
untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. serta menjadikan
manusia insan kamil yang memiliki karakter yang berkualitas dan berbudi luhur.
Dengan menanamkan pendidikan Akhlak sejak dini maka akan menghindarkan
manusia menuju kemudhorotan dan perilaku yang menyimpang dan meyebabkan
kejahatan yang akan merusak moral suatu bangsa. Maka, peran pendidikan
Akhlak sangat dibutuhkan untuk menjadikan bangsa dan negara memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas dan berkarakter mulia.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Teknik analisis dalam
penelitian ini adalah analisis isi. Teknik analisis isi yang dimaksudkan untuk
membedah konsep pendidikan Akhlak dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I.
Kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analitis dan metode yang digunakan
adalah penelitian penelitian pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan Akhlak dalam
kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I diantaranya, sumber pendidikan Akhlak adalah
Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman dalam mendidik anak, tujuan
pendidikan Akhlak adalah membina anak menjadi insan kamil guna
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Kata Kunci: Pendidikan, Akhlak, Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I, Syekh
„Umar Bin Ahmad Baraja
ii
ABSTRACT
This thesis was written by Hermawati Rosidi, with Student Registration
Number 1112011000009, and the title of thesis “Moral Education In The Book Of
Al-Akhlak Lil Banin Ist”. Islamic Education Program, Faculty Of Tarbiyah And
Teacher Training, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this research is to examine Moral Education in the book of
Al-Akhlak Lil Banin Ist and determine the concept of Moral Education. Moral
Education has a very important role in human life to increase faith and piety to
Allah SWT. and make human beings who have qualities and virtuous characters.
By instilling Moral Education from an early age it will prevent humas from evil
and deviant behavior and cause crime that will damage the moral of a nation. So,
the role of Moral Education is needed to make the nation and state have quality
human resource and good character.
This research includes qualitative research. The data analysis technique in this
research is intended to uncover the concept of Moral Education in the book of Al-
Akhlak Lil Banin Ist. Then, presented in the form of descriptive analysis and the
method used is the library reseach.
The results of this research indicate that the equality concept of Moral
Education in the book of Al-Akhlak Lil Banin Ist, among others, the source of
Moral Education is the Qur‟an and As-Sunna as a guide in educating children, the
purpose of Moral Education is to foster children become insan kamil to increase
faith and piety to Allah SWT.
Keywords: Education, Moral, Al-Akhlak Lil Banin Ist, Syekh „Umar Bin Ahmad
Baraja
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peenulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh
gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.).
Shalawat dan salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
yang telah mengubah zaman dari zaman jahiliyah yang penuh kegelapan menjadi
zaman yang terang benderang dan menuntut umat manusia menuju jalan
kebenaran dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Juga kepada seluruh keluarga
dan sahabat-sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau dalam
menegakkan agama Islam di muka bumi.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis akui bahwa proses
penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui masalah dan kendala. Faktor-
faktor tersebut tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa
pihak, baik secara moral maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, sebagai Kepala Jurusan Pendidikan
Agama IsIam (PAI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang
beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc., M.A, sebagai Sekretaris Jurusan PAI
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
memberikan dukungan kepada penulis untuk segera meyelesaikan skripsi.
4. Drs. H. Achmad Gholib, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di sela-sela kesibukannya
iv
untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
5. Pak Tanenji, M.A, yang saya anggap seperti orang tua saya sendiri selaku
Dosen Penasihat Akademik yang selalu sabar dalam memberikan
motivasi, arahan, serta bantuan selama masa perkuliahan penulis dan juga
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah
yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
7. Ayahanda Rosidi (alm.) dan Ibunda Wakijah yang sangat saya sayangi dan
cintai yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan serta
pengertiannya kepada penulis. Mereka adalah sosok terbaik yang
memberikan motivasi dalam menjalani kehidupan.
8. Kakakku tersayang Herdanu S. Pd dan adikku tercinta Nikeysa Elva
Azarin yang saya sayangi dan telah memberikan bantuan dan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2012, khususnya teman-teman PAI A 2012 atas kebersamaan dan bantuan
yang berarti bagi penulis selama masa perkuliahan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam hal penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis yang masih
dalam proses belajar. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
mengenai isi skripsi ini sangat diharapkan oleh penulis.
Jakarta, 22 April 2019
Penulis ,
Hermawati Rosidi
NIM. 1112011000009
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 12
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 12
E. Tujuan Dan Manfaat Hasil Penelitian ..................................................... 12
Bab II: KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan ....................................................................... 14
2. Tujuan Pendidikan............................................................................. 16
3. Kegunaan Pendidikan ........................................................................ 19
4. Ruang Lingkup Pendidikan ............................................................... 20
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak ............................................................................. 21
2. Ruang Lingkup Akhlak ..................................................................... 23
3. Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak .............................. 27
4. Pembagian Akhlak ............................................................................ 29
5. Manfaat Akhlak ................................................................................. 30
6. Tujuan Akhlak ................................................................................... 32
7. Hubungan Akhlak Dengan Pendidikan ............................................. 33
C. Penelitian Relevan ................................................................................... 35
vi
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Dan Waktu Penulisan .................................................................. 37
B. Metode Penulisan ................................................................................... 37
C. Sumber Data ........................................................................................... 38
D. Prosedur Penelitian .................................................................................. 39
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Biografi Syekh ‘Umar Bin Ahmad Baraja
1. Riwayat Hidup Syekh ‘Umar Bin Ahmad Baraja .............................. 41
2. Kepribadian Syekh ‘Umar Bin Ahmad Baraja ................................... 42
3. Latar Belakang Pendidikan Syekh ‘Umar Bin Ahmad Baraja ........... 43
B. Latar Belakang Penulisan Kitab AL-Akhlakul Lil Banin Jilid I ............. 46
C. Pendidikan Akhlak Dalam Kitab AL-Akhlakul Lil Banin Jilid I
1. Anak yang Beradab ............................................................................ 48
2. Akhlak Kepada Allah SWT. ............................................................... 49
3. Akhlak Kepada Nabi Muhammad SAW.. .......................................... 50
4. Akhlak Di Rumah ............................................................................... 51
5. Akhlak Kepada Orang Tua ................................................................. 52
6. Akhlak Kepada Saudara ..................................................................... 53
7. Akhlak kepada Karib Kerabat ............................................................ 55
8. Akhlak Kepada Pembantu .................................................................. 56
9. Akhlak Kepada Tetangga ................................................................... 58
10. Akhlak Sebelum Berangkat Ke Sekolah ............................................ 58
11. Akhlak Berjalan Kaki Di Jalan ........................................................... 59
12. Akhlak Di Sekolah ............................................................................. 61
13. Akhlak Menjaga Peralatan Pribadi ..................................................... 63
14. Akhlak Menjaga Peralatan Sekolah ................................................... 64
15. Akhlak Kepada Guru .......................................................................... 64
16. Akhlak Kepada Teman ....................................................................... 65
17. Nasehat-nasehat Umum ...................................................................... 67
vii
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 69
B. Implikasi .................................................................................................. 70
C. Saran ........................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kenyataan yang ditemukan dalam kehidupan makhluk hidup,
terutama pada manusia, bahwa seorang bayi lahir dalam keadaan lemah
dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan pokok yang menolongnya
dalam kelangsungan hidupnya. Orang pertama dan utama yang dikenalnya
adalah ibunya, yang sejak dalam kandungan telah membantunya untuk
tumbuh kembang, baik disadari ataupun tidak oleh ibunya.1
Manusia lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa dan tidak memiliki ilmu pengetahuan. Namun
demikian, Allah SWT. telah melengkapi dirinya dengan pendengaran,
penglihatan, akal dan hati yang merupakan bekal dan potensi sekaligus
sarana untuk membina dan mengembangkan kepribadiannya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Qur‟an Surat An-Nahl: 78:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S. An-
Nahl 16: 78).2
Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya yang
merupakan permata yang sangat berharga jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang
yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika ia dibiasakan
dengan keburukan serta ditelantarkan, maka dia akan menjadi orang yang
1 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 1993), hal. 48 2 Kementrian Agama RI, Al-Qur’anul Karim, hal. 276
2
celaka dan binasa. Keadaan fitrahnya akan senantiasa siap untuk menerima
yang baik atau yang buruk dari orang tua atau pendidiknya.
Inilah barangkali pesan moral Islam kepada para orang tua berkaitan
dengan pendidikan anak-anaknya. Orang tua sangat berkepentingan untuk
mendidik dan mengarahkan putra-putrinya ke arah yang baik dan memberi
bekal berbagai adab dan moralitas agar mereka terbimbing menjadi anak-
anak yang dapat kita banggakan kelak di hadapan Allah SWT.
Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya
ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa “ Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/
karakter bangsa (manusia) itu sendiri”.3
Banyak contoh dan teladan yang telah diberikan oleh Rasulullah
SAW. Kepada kita mengenai keteladanan mendidik dan membimbing
anak di bidang akhlak, aqidah, ibadah, bahkan intelegensia. Semuanya
beliau paparkan dengan amat sangat sederhana dan penuh dengan nilai-
nilai luhur sehingga tiada kata yang patut kita ucapkan bahwa inilah
teladan kebaikan yang seharusnya kita contoh dalam membimbing anak.
Nasihat Al-Ghazali, “Agar membiasakan anak-anak melakukan
akhlak mulia, beliau mengatakan bahwa dianjurkan agar anak tidak
dibiasakan meludah di majelisnya, mengeluarkan ingus, menguap
dihadapan orang lain, membelakangi orang lain, bertumpang kaki,
bertopang dagu, dan menyandarkan kepala ke lengan, karena
sesungguhnya sikap ini menunjukkan yang bersangkutan sebagai
seorang pemalas. Sebaiknya ia harus diajari cara duduk yang baik dan
tidak boleh banyak bicara. Kepadanya harus diterangkan bahwa
banyak bicara itu termasuk perbuatan tercela dan hanya pantas
dilakukan oleh anak-anak tercela. Hendaknya dia dilarang berisyarat
dengan memakai kepala, baik membenarkan maupun mendustakan,
agar tidak terbiasa melakukannya sejak kecil”.4
3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. Ke-1, hal. iv 4 Jamaal Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005),
hal. 135
3
Secara bertahab melalui jalur pendidikan, potensi dan sarana itu dibina
serta dikembangkan sehingga tercapai bentuk kepribadian yang
diharapkan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan
karakter baik atau buruk pribadi manusia atau peserta didik.
Sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 tentang SPN menjelaskan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.5
Proses penddidikan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari
penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka
dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia. Manusia adalah
makhluk istimewa yang Allah SWT. ciptakan dengan dibekali berbagai
potensi, dan potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan seoptimal
mungkin dengan pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan mengajar dan
latihan yang berlangsung disekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
Sedangkan menurut A. Azra, pendidikan adalah suatu proses penyiapan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan
hidupnya secara lebih afektif dan efisien.6
5 Ridjaluddin F. N, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep Manusia, Pendidikan Islam dan
Moral Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA, 2008), hal. 14 6 A. Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu, 2000), hal. 3
4
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia
sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan
perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama maupun sebagai
makhluk sosial.
Fenomena keseharian menunjukkan, perilaku masyarakat belum
sejalan dengan Akhlak (karakter) bangsa yang telah dijiwai oleh pancasila,
sehingga muncul permasalahan. Banyak permasalahan berkaitan dengan
karakter bangsa yang muncul di sekitar kita. Berdasarkan survey Komnas
Perlindungan Anak, PKBI, BKKBN tentang perilaku remaja yang telah
melakukan hubungan seks pranikah di perkotaan, diperoleh data sebagai
berikut: 62,7% siswa SMP pernah melakukan seks pranikah, 21,2% remaja
pernah aborsi, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah melakukan ciuman
dan oral seks, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno
dan masih banyak permasalahan yang lainnya.7
Melihat fenomena seperti ini, wajar jika pemerintah menjadikan
pendidikan akhlak atau karakter sebagai program unggulan. Ini artinya
pemerintah serius menangani persoalan bangsa. Tidak ingin bangsa ini
menjadi bangsa kuli. Tidak ingin bangsa ini semakin tampak terpuruk
nilai-nilai moral yang berkaitan rusaknya sendi-sendi tatanan bangsa.8
Melihat realita bahwa masalah-masalah akhlak sekarang terus
berkembang nasehat terbaik yang dipesankan Imam Ghazali dalam
pendidikan ialah memperhatikan masalah pendidikan anak itu sejak kecil,
sejak permulaan umumnya, karena bagaimana adanya seorang anak,
begitulah besarnya nanti.9
Dewasa ini, dunia pendidikan di Indonesia seakan tiada hentinya
menuai kritikan dan berbagai kalangan karena dianggap tidak mampu
melahirkan alumni yang berkualitas.. Permasalahan kegagalan dunia
7 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa, (Surabaya: Jaring Pena, 2011),
hal. 1-2 8 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa, Op Cit., hal. 2
9 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), hal. 118
5
pendidikan di Indonesia tersebut disebabkan oleh karena dunia pendidikan
selama ini yang hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan
keterampilan semata, tanpa di imbangi dengan membina emosional.
Allah mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya, bila ia
terlanjur salah, firman-Nya:
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Q.S. An-
Nisa 4:110).10
Naluri dasar manusia baik secara individu, maupun sosial
menginginkan sebuah kehidupan yang tertib, aman damai dan nyaman
sehingga memungkinkan mereka dapat mengaktualisasikan seluruh
potensinya, berupa cipta, rasa dan karsanya secara optimal dalam bentuk
kebudayaan dan peradaban. Guna mewujudkan keadaan yang demikian itu
diperlukan adanya norma, akhlak, aturan dan nilai-nilai moral yang
disepakati bersama dan digunakan sebagai acuan. Di antara pujangga ada
yang berkata bahwa suatu bangsaakan tetap jaya dan mencapai
keunggulan, apabila bangsa tersebut akhlaknya baik dan sebaliknya suatu
bangsa akan terjatuh dan menjadi hancur apabila bangsa tersebut tidak
berakhlak mulia. Ungkapan tersebut dalam bahasa Arabnya berbunyi:
Innama al-umamu akh-laaqu maa baqiyat wa in humu zahabat
akhlaaquhum zahabu.11
Karena demikian pentingnya, akhlak telah menjadi perhatian dan misi
para Nabi dan Rasul, serta cita-cita yang ingin diwujudkan oleh para filsuf,
pujangga dan lainnya. Setiap Nabi dan Rasul pada umumnya datang atau
diutus oleh Tuhan kepada suatu wilayah yang masyarakatnya dalam
keadaan chaos (kacau balau) yang disebabkan karena akhlaknya
menyimpang. Nabi Luth datang pada kaumnya yang gemar melakukan
10
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Op Cit., hal. 10 11
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 205
6
homoseks. Nabi Ibrahim datang pada kaumnya yang sedang menyembah
berhala, Nabi Nuh datang pada kaumnya yang sedang durhaka, Nabi Musa
datang pada kaumnya yang tersesat, Nabi Isa datang pada kaumnya yang
sedang dilanda kehidupan yang materialistik, dan Nabi Muhammad datang
pada kaumnya yang sedang rusak akidah, ibadah, sistem sosial, ekonomi,
politik, hukum dan kebudayaanya. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad
SAW. menyatakan dengan tegas, bahwa ia diutus untuk menyempurnakan
akhlak (bu’itstu li utammima makaarim Al-Akhlak).12
Akhlak telah menjadi perhatian para filsuf, pujangga, dan para
pendidik. Mereka berupaya menjelaskan terminologi akhlak dalam
hubungannya dengan etika, moral, budi pekerti, adab, dan sopan santun;
macam-macam akhlak dan manfaatnya; serta cara-cara menanamkan
akhlak yang mulia dan menghilangkan akhlak yang tercela dari diri
seseorang.13
Demikian pula dalam mendidik anak, menurut Hari Moekti
menjelaskan tujuan mendidik anak adalah untuk membentuk karakter
sebagai muslim. Karakter mukmin. Kepribadian Islam. Maka pondasinya
adalah aqidah Islam. Yakni Laa ilaaha illalloh muhammadur rasululloh.
Inilah aqidah tauhid. Satu-satunya aqidah yang shohih. Aqidah yang benar.
Kebenaran yang bisa dipahami oleh setiap jiwa yang berakal.14
Anak merupakan usia yang istimewa. Sebagaimana dalam hadits Nabi
SAW. bahwa anak sudah diperintahkan sholat dengan disiplin sejak usia
ini. Namun tentu saja bukan tiba-tiba diperintah sholat saat usia tersebut.
Namun ini proses semenjak anak dalam kandungan ibunya. Hingga anak
menjalani hari-harinya bersama ayah ibu semenjak hari pertama. Maka
ketika ditegakkan disiplin sholat anak sudah paham apa itu sholat dengan
seluk beluknya. Pendek kata anak sudah punya ilmu tentang sholat. Juga
tentang puasa ramadhan tinggal disiplinkan. Tentang adab juga demikian.
Anak sudah siap menjalani permulaan hidupnya menjelang waktu baligh.
12
Ibid., hal. 206 13
Ibid. 14
Hari Moekti dan Tim, Mendidik anak Pra Remaja, (Jakarta: Wadi Press, 2012), hal. 44
7
Allah SWT. Mengisahkan tentang Luqman ketika mendidik anaknya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman 31:
13)15
Luqman yang mendapat hikmah dari Allah SWT. paham benar untuk
apa anak dididik. Yakni untuk menjadi hamba Allah SWT. yang bertaqwa.
Menjadi orang yang berkepribadian Muslim. Maka persoalan pertama
yang ditanamkan adalah aqidah tauhid. Yakni janganlah mempersekutukan
Allah SWT. Itu benar-benar kezholiman yang besar. Inilah tugas pertama
dan utama bagi setiap orang tua.16
Menanamkan akhlak yang mulia dan membersihkan akhlak yang
tercela dari diri seseorang adalah termasuk salah satu tugas utama dari
pendidikan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai rumusan tentang
tujuan pendidikan yang pada intinya ingin mewujudkan sosok manusia
yang berakhlak. Misalnya manusia yang memerhatikan keseimbangan
dalam hidupnya antara kepentingan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat,
materiil dan spiritual, manusia yang sempurna, terbina dan
teraktualisasikan seluruh potensi dirinya (insan kamil), manusia yang
menghambakan dirinya kepada Allah SWT, manusia yang dapat
mengemban fungsi kekhalifahan di muka bumi, manusia yang
berkepribadian Muslim; dan manusia yang berakhlak mulia.17
Selain itu, pendidikan juga bertugas menginternalisasikan atau
mewariskan nilai-nilai yang baik dari generasi terdahulu kepada generasi
selanjutnya sehingga terjadi kesinambungan akhlak, pendidikan juga
membutuhkan lingkungan lingkungan yang berakhlak baik yang dapat
memberikan pengaruh yang positif bagi para siswa; dan pendidikan juga
membutuhkan pengelolaan atau manajemen yang didasarkan pada nilai-
15
Hari Moekti dan Tim, Mendidik anak Pra Remaja, Op Cit., hal. 44 16
Ibid., hal. 45 17
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Op Cit., hal. 206
8
nilai akhlak yang baik. Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa akhlak
yang mulia amat dibutuhkan oleh pendidikan.18
Inti ajaran agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul, serta nasehat
dan wejangan yang dibawa oleh para filsuf dan ahli pikir berisikan ajaran
tentang akhlak yang mulia. Ajaran tentang akidah dan ibadah dalam agama
ditujukan bukan hanya bersifat seremonial dan melahirkan kesalehan
individual, melainkan merupakan sebuah komitmen untuk mewujudkan
akhlak yang mulia serta melahirkan kesalehan sosial. Akidah dan ibadah
yang dikerjakan tanpa disertai dengan pelaksanaan akhlak mulia dan
kesalehan sosial, dianggap sebagai sebuah pendustaan dalam beragama.19
Menurut fauqi, “Akhlak adalah adab dan adab berarti pengajaran tata
krama lahir dan batin agar selaras dengan arahan-arahan syariat. As-
Suhrawardi mengatakan: “Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda: “Allah SWT. telah mengajariku tata krama, dan membaguskan
pengajaran tata kramaku”.20
Sumber tata krama adalah karakter-karakter yang shaleh. Karakter-
karakter ini dititipkan Allah SWT. di dalam diri manusia selama beberapa
waktu, dan manusia dituntut untuk mengeluarkan karakter-karakter shaleh
yang dititipkan Allah SWT. di dalam dirinya ini ke tataran praktis (amal
perbuatan).caranya dengan mengontrol perilakunya dengan kehendak
(iradah) dan usaha (kasb). Jika ia mampu melakukan hal itu maka ia bisa
mengeluarkan apa yang masih dalam tataran potensi ke tataran perbuatan.
Kemampuan ini hanya dimiliki oleh orang yang telah terinstal karakter
shaleh di dalam dirinya sebab karakter bawaan ini merupakan kreasi Allah
SWT. Yang tidak mungkin bisa dibuat oleh manusia, dan tugas manusia
adalah mengeluarkannya. Sebagaimana halnya peluru yang diisikan ke
dalam senjata api yang kemudian dikeluarkan oleh pemegang senjata
tersebut dengan menarik pelatuknya maka tata krama juga bersumber dari
18
Ibid. 19
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Op Cit., hal. 207 20
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 317
9
karakter-karakter shaleh yang merupakan anugrah ilahi di dalam dirinya,
yang kemudian dikeluarkan dengan usaha (kasb).21
Akhlak adalah sifat dan keadaan yang tertanam dengan kokoh dalam
jiwa yang kemudian memancar dalam ucapan, perbuatan, penghayatan dan
pengalaman yang dilakukan dengan mudah. Akhlak adalah sifat dan
keadaan yang sudah menginternalisasi dan menyatu dalam diri manusia
dan selanjutnya berbentuk karakter atau kepribadian yang membedakan
seseorang dengan orang lainnya.22
Dengan diterapkan akhlak tersebut, maka akan tercipta kehidupan
yang tertib, teratur, aman, damai dan harmonis, sehingga setiap orang akan
merasakan kenyamanan yang menyebabkan ia dapat mengaktualisasikan
segenap potensi dirinya, yakni berupa cipta (pikiran), rasa (jiwa), dan
karsa (pancaindra) yang selanjutnya ia menjadi bangsa yang beradab dan
berbudaya serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidupnya secara
utuh. Sebaliknya, tanpa adanya akhlak, maka manusia akan mengalami
kehidupan yang kacau. Kelangsungan hidup (jiwa), akal, keturunan, harta
dan keamanan akan terancam.
Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak
dalam pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian itu komponennya
tiga yaitu tahu (pengetahuan), sikap dan perilaku. Yang dimaksud dengan
kepribadian utuh ialah bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama
dengan perilaku. Kepribadian pecah ialah bila pengetahuan sama dengan
sikap tetapi tidak sama dengan prilakunya; atau pengetahuan tidak sama
dengan sikap, tidak sama dengan prilaku. Dia tahu jujur itu baik, dia siap
menjadi orang jujur, tetapi prilakunya sering tidak jujur, ini contoh
kepribadian yang pecah (spilt personality).23
Dilihat dari segi hubungan manusia dengan dirinya, serta
hubungannya dengan Tuhan, manusia dan lainnya, maka akhlak itu ada
yang berkaitan dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan, dengan manusia,
21
Ibid. 22
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Op Cit., hal. 215 23
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Op Cit., hal. v
10
dengan masyarakat, dengan alam dan dengan segenap makhluk Tuhan
lainnya yang gaib. Akhlak dengan diri sendiri antara lain tidak
membiarkan diri sendiri dalam keadaan lemah, tidak berdaya dan
terbelakang, baik secara fisik, intelektual, jiwa, spiritual, sosial dan
emosional. Akhlak terhadap diri sendiri dilakukan dengan cara membuat
diri secara fisik dalam keadaan sehat, kokoh, dan memiliki berbagai
keterampilan; mengisi otak dan akal pikiran dengan berbagai pengetahuan;
mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan dan ketaatan, dan seni; mengisi
jiwa dengan kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dan
sebagainya.24
Allah SWT. berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl
16: 97).25
Adapun akhlak terhadap Tuhan antara lain dengan mengenal,
mengetahui, mendekati, dan mencintai-Nya; melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; menghiasi diri dengan sifat-
sifat-Nya atas dasar kemampuan dan kesanggupan manusia; membumikan
ajaran-Nya dalam kehidupan individu, masyarakat dan bangsa.26
Akhlak telah menjadi bahan kajian para filsuf, pujangga dan para Nabi
sejak zaman dahulu kala, dengan mengalami penyempurnaan pada zaman
Nabi Muhammad SAW. adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.
Akhlak berkaitan dengan niat, ucapan, perbuatan dan perilaku yang
ditujukan pada Allah SWT., pada manusia sesuai dengan tingkatan, peran
24
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Op Cit., hal. 209 25
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), hal. 147 26
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Op Cit., hal. 209
11
dan kedudukannya, dengan alam, jagat raya, dan segenap makhluk
lainnya, kecuali dengan setan. Dengan akhlak yang demikian itu, maka
akan tercipta kehidupan yang harmonis, tertib, aman, damai da sejahtera
lahir dan batin.27
Beranjak dari paparan diatas dapat dipahami bahwa pembentukan
akhlak perlu mendapat perhatian yang serius. Karena hal tersebutlah
peneliti tertarik akan meneliti kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I yang pernah
peneliti dapatkan pelajarannya di Madrasah. Pengarang kitab Al-Akhlak Lil
Banin Jilid I adalah Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja.
Meskipun menggunakan bahasa Arab, kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid
I bahasanya ringan dan sederhana sehingga mudah dipahami. Hal ini
disampaikan „Umar Bin Ahmad Baraja dalam muqaddimahnya, yaitu
berawal dari kegelisahan beliau melihat banyaknya referensi kitab-kitab
akhlak klasik ditulis dengan bahasa arab yang tinggi dan sulit dipahami.
Berdasarkan keterangan tersebut yang telah dijelaskan di atas, maka
mendorong penulis untuk membahas pendidikan Akhlak dalam sebuah
skripsi dengan judul “Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak Lil
Banin Jilid I Karya Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Sebagian orang tua kurang memperhatikan Pendidikan Akhlak anak
yang semakin memprihatinkan.
2. Banyak yang belum mengetahui tentang latar belakang Syekh „Umar
bin Ahmad Baraja menulis kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I.
3. Pendidikan lebih mengedepankan pada kecerdasan intelektual
daripada kecerdasan spiritual.
27
Ibid.
12
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang maka dari pokok
masalah dan lebih terarah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Untuk itu penulis membatasi masalah pada:
1. Latar belakang Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja menulis kitab Al-
Akhlak Lil Banin Jilid I
2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab Al-
Akhlak Lil Banin Jilid I karya Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja menulis
kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid?
2. Apa saja Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Akhlak
Lil Banin Jilid I karya Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui latar belakang Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja
menulis kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid
b. Untuk mengetahui apa saja Pendidikan Akhlak yang terkandung
dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I karya Syekh „Umar Bin
Ahmad Baraja.
13
2. Manfaat Hasil Penelitian
Sedangkan manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan perhatian orang tua dan guru atau pendidik tentang
pentingnya pendidikan Akhlak dalam proses mendidik akhlak
anak.
b. Sebagai bahan informasi kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I sehingga dapat
dijadikan referensi bagi orang tua maupun guru dalam mendidik
akhlak anak.
c. Dari segi kepustakaan, penelitian ini dapat menjadi salah satu
karya ilmiah yang dapat menambah koleksi pustaka Islam yang
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peneliti khususnya.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pendidikan berasal dari
kata didik, yang artinya latihan. Pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan”.1
Menurut Muhibbin Syah, “Education (pendidikan) dari
educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to
give rice to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).
Pendidikan (education) kata kerjanya yaitu to educate. Education
berarti to civilize, to develope, artinya memberi peradaban dan
mengembangkan. Sedangkan, menurut istilah education memiliki
dua arti, yaitu arti dari sudut orang yang menyelenggarakan
pendidikan dan arti dari sudut orang yang dididik. Menurut dari
sudut pendidik, education berarti perbuatan atau proses
memberikan pengetahuan atau mengajarkan pengetahuan.
Sedangkan, menurut dari sudut peserta didik, education berarti
proses atau perbuatan memeroleh pengetahuan”.2
Kemudian menurut Hasan Basri Basri dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam berpendapat bahwa pendidikan merupakan
pembinaan, pelatihan dan pengajaran dari usaha manusia untuk
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, yang ditujukan kepada
anak didik dengan tujuan membentuk kecerdasan, kepribadian dan
keterampilan sebagai bekal kehidupan di masyarakat.3
1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hal. 326 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 32
3 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 53
15
Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Haryanto
berpendapat pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan
bagi perannya di masa yang akan datang.4
Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip Tatang. S,
“Pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk
kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan
rohaniah sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat pada
kehidupan siswa di masyarakat”.5
Berdasarkan UU no 20 tahun 2003 tentang SPN, “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
bagi dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”.6
Jadi, kesimpulan dari beberapa definisi yang disampaikan para
ahli pendidikan pada dasarnya sama yaitu pendidikan merupakan
usaha untuk membimbing, mendidik dan memberikan pengajaran
kepada peserta didik dengan mengembangkan kecerdasan spiritual
dan emosional serta mengembangkan keterampilan peserta didik.
Pendidikan juga dapat menciptakan manusia menjadi pribadi yang
unggul, bermartabat, dan meningkatkan derajat manusia serta
memajukan bangsa. Pendidikan dilakukan secara sistematis melalui
usaha sadar dan bertahap. Pendidikan memiliki peran penting dalam
kehidupan di masyarakat untuk menghadapi dan beradaptasi dengan
berbagai tantangan zaman.
4 Haryanto, Pengertian Pendidikan Menurut Ahli, 2012, artikel diakses 4 maret 2019
(http://www.Belajarpsikologi.com) 5 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 16
6 Ridjaluddin F. N, Filsafat Pendidikan Islam, Op Cit., hal. 14
16
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, sebagaimana yang dikutip
Ridjaluddin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan
Negara.7
Pendidikan juga bertujuan membangun karakter anak didik yang
kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar,
serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan
pendidikan yang dimaksudkan adalah mewujudkan:
a. Insan akademik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
b. Insan kamil, yang berAl-Akhlak karimah.
c. Manusia yang berkepribadian.
d. Manusia yang cerdas dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
e. Anak didik yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain.
f. Anak didi yang sehat jasmani dan rohani
g. Karakter anak didik yang menyebarkan ilmunya kepada sesama
manusia.8
Metode yang digunakan dalam proses pencapaian tujuan
merupakan metode yang berdasarkan pendekatan keagamaan
(religius), kemanusiaan (humanity), dan ilmu pengetahuan (scientific).
Pendekatan tersebut dilakukan berlandaskan nilai-nilai moral
keagamaan.9
7 Ibid., hal. 57
8 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Op Cit., hal. 64
9 Ibid., hal. 74
17
Secara ideologis, sebagaimana yang dikutip Tatang dalam
bukunya Ilmu Pendidikan berpendapat pendidikan nasional harus
berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani,
pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat
kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.10
Dalam Sistem Pendidikan Nasional pendidikan bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.11
Berdasarkan UUSPN/2003 Bab II Pasal 3, “Tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakup,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab”.12
Tujuan khusus pendidikan pada standar kompetensi lulusannya,
yaitu:
1) Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai
dengan perkembangan remaja.
2) Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
3) Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas
perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya.
10
Ibid., hal. 75 11
Ibid. 12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Op Cit., hal. 12
18
4) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.
5) Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkungan global.
6) Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara
logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif dalam pengambilan keputusan.
8) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
memberdayakan diri.
9) Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
10) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah kompleks.
11) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
Dan lain sebagainya.13
Menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis, sebagaimana
yang dikutib M. Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, yaitu
tujuan pendidikan dibedakan sebagai beikut:
a) Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses
belajar dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
b) Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
sebagai keseluruhan dan dengan tingkah laku masyarakat
umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan
pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c) Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu,
seni, dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.14
13
Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Isi (http://www.depdiknas.go.id/
produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf) 14
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 29
19
Dengan demikian berdasarkan definisi diatas, tujuan pendidikan
adalah mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan juga bertujuan
meningkatkan kualitas peserta didik agar kelak menjadi manusia yang
berguna bagi bangsa, agama dan keluarga.
3. Kegunaan Pendidikan
Menurut Tatang, kegunaan merupakan sumbangan positif yang
diberikan kepada manusia dan lingkungan pendidikannya. Kalau
berpatokan pada pandangan pragmatisme, setiap kebenaran hanya ada
apabila memberikan kegunaan. Pendidikan yang tidak memberikan
kegunaan lebih baik ditinggalkan”.15
Dilihat dari tujuan ilmu pendidikan, yaitu untuk menciptakan
manusia yang beriman dan bertakwa, kegunaan ilmu pendidikan
adalah:
a. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi
Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
b. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang
sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan.
c. Menjadi jihad di jalan Allah karena mengembangkan ilmu
pendidikan merupakan ibadah.
d. Memeberikan keterampilan hidup.
e. Mencerdaskan anak didik.
f. Membentuk akhlak mulia.
g. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial
h. Mengembangkan lembaga pendidikan yang bonafide.16
Jadi, kegunaan pendidikan pada dasarnya adalah sebagai modal
bagi peserta didik agar dapat mencapai cita-cita, tujuan hidup dan
15
Tatang S, Ilmu Pendidikan, Op Cit., hal. 57 16
Ibid.
20
masa depan yang lebih baik. Pendidikan juga berguna untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan terampil
dalam berbagai bidang sesuai disiplin ilmu yang dipelajari oleh
peserta didik serta membentuk karakter bangsa yang cerdas dan
berwawasan luas serta meningkatkan iman dan takwa kepada Allah
SWT.
4. Ruang Lingkup Pendidikan
Ilmu pendidikan merupakan model pendidikan yang merujuk
pada berbagai landasan. Landasan tersebut merupakan sumber formal
dan materil pendidikan. Oleh karena itu, dalam ilmu pendidikan
terdapat sembilan komponen yang penting dan wajib ada, yaitu:
a. Pendidik;
b. Murid atau anak didik;
c. Materi pendidikan;
d. Perbuatan mendidik
e. Metode pendidikan;
f. Evaluasi pendidikan;
g. Tujuan pendidikan;
h. Alat-alat pendidikan;
i. Lingkungan pendidikan.17
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki ruang
lingkup yang sangat penting peranannya. Ruang lingkup tersebut
menjadi komponen-komponen yang diperlukan dalam meningkatkan
pendidikan seperti, guru atau pendidik, anak didik, materi pendidikan
serta tujuan pendidikan dan sebagainya. Tanpa salah satu komponen
tersebut pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
Selain itu, ruang lingkup pendidikan juga memiliki peranan
masing-masing dalam proses pembelajaran. Seperti misalnya, jika
tidak ada guru atau pendidik maka pembelajaran akan sia-sia,
17
Tatang S, Ilmu Pendidikan, Op Cit., hal. 54
21
sebaliknya jika tidak ada peserta didik pembelajaran tidak akan
terlaksana dan tanpa tujuan yang jelas maka pendidikan akan
kehilangan fungsinya dan sebagainya.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut Abudin Nata, “Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu
isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi‟at,
watak dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban
yang baik), dan ad-din (agama)”.18
Sedangkan, pengertian akhlah menurut Abuddin Nata secara
istilah dapat disimpulkan sebagai sifat yang melekat pada diri
seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu akhlak dapat pula
diartikan sebagai sifat yang telah dibiasakan, ditabiatkan,
didarahdagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah
dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat dirasakan
manfaatnya.19
Menurut Zakiayah Daradjat, “Secara terminologi akhlak ialah
keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Ilmu
akhlak adalah ilmu yang menetukan batas antara baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir
dan batin”.20
Menurut Ibnu Maskawaih yang di kutip oleh A. Mustofa
bahwasannya akahlak, yaitu:
فس داعية لا ا وروية فكر من غي ل اف عالاحال لن
18
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia, Op Cit., hal. 1 19
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia, Op Cit., hal. 208 20
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), cet II, hal. 10
22
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.21
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi Akhlak, sebagaimana
yang di kutip oleh A. Mustofa sebagai berikut:
فس راسخة اللق عبارة ها عن هيئة ف الن من غي األف عال بسهولة ويسر تصدر عن وروية حاجة ال فكر
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan
tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.22
Prof. Dr. Ahmad Amin yang di kutip oleh A. Mustofa,
menyatakan bahwa yang disebut akhlak „Adatul-Iradah, atau
kehendak yang dibiasakan.
رادة اذا اعتادت شيأ ف عادت هاال عرف ب عضهم رادة ي عن أن ال هي لق بأنه عادة الاة باللق المسم
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinamakan akhlak”.23
Farid Ma‟ruf yang juga sebagaimana di kutip oleh A. Mustofa
membuat kesimpulan bahwa akhlak merupakan kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena
kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.24
Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
suatu sifat atau watak yang melekat dalam diri seseorang dan tertanam
dalam jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan atau
pemikiran terlebih dahulu. Akhlak juga disebut kebiasaan yang
melekat pada diri seseorang yang dilakukan secara spontan tanpa
pemikiran terlebih dahulu.
21
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hal. 12 22
Ibid., hal. 13 23
Ibid. 24
Ibid
23
2. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak merupakan sikap atau perbuatan yang muncul dari dalam
diri seseorang, maka akhlak tersebut dapat dimanifestasikan ke dalam
berbagai ruang lingkup, yaitu:
a. Akhlak terhadap Allah SWT.
Menurut Abuddin Nata, “Akhlak kepada Allah dapat
diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai Khalik.
Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan
akhlaki”.25
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada
Allah SWT. Dan kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada
Allah SWT. yang sesungguhnya akan membentuk pendidikan
keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar
ialah:
1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Allah SWT. Jadi tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya
Allah SWT. Melainkan harus meningkat menjadi sikap
mempercayai Allah SWT. dan menaruh kepercayaan kepada
Allah SWT.
2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah
SWT. senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun
manusia berada.
3) Takwa, yaitu sikap yang sepenuhnya sadar bahwa Allah
SWT. selalu mengawasi manusia.
4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan
semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah SWT. dan
bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka.
25
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 127
24
5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah
SWT. Dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan
bahwa Allah SWT. akan menolong manusia dalam mencari
dan menemukan jalan yang terbaik.
6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan
atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang
banyaknya yang dianugerahkan Allah SWT. kepada
manusia.
7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup,
besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis,
karena keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa kita semua
berasal dari Allah SWT. dan akan kembali kepada-Nya. 26
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akhlak terhadap
Allah SWT. merupakan interaksi atau hubungan antara manusia
dengan Tuhan, berkaitan dengan ibadah yang dilakukan mausia
kepada Allah SWT. Seperti meningkatkan iman, ihsan, takwa,
ikhlas dan sebagainya. Dan juga larangan berbuat syirik atau
menyukutukan Allah SWT serta senantiasa menjalankan
kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT. dan menjauhi atau
meninggalkan segala larangan Allah SWT.
b. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia merupakan nilai
kemanusiaan yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan
sehari-hari, seperti:
1) Silaturrahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama
manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan,
tetangga dan seterusnya.
2) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan, lebih
lebih antara sesama kaum beriman (ukhuwah islamiyah).
26
Muhammad Alim, Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 153
25
3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa semua
manusia sama harkat dan martabatnya. Tanpa memandang
jenis kelamin, ras, ataupun suku bangsa.
4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balanced) dalam
memandang, menilai atau menyikapi sesuatu.
5) Baik sangka (khusnudzan), yaitu sikap penuh baik sangka
kepada sesama manusia.
6) Rendah hati (tawadhu‟), yaitu sikap yang tumbuh karena
keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah SWT.
7) Tepat janji (al-wafa‟), yaitu sikap selalu menepati janji bila
membuat perjanjian. Dan lain sebagainya yang menunjukkan
sikap baik terhadap manusia.27
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak terhadap sesama
manusia merupakan perilaku kemanusiaan yang berhubungan
dengan sesama manusia dan saling berinteraksi sebagai makhluk
sosial dalam kehidupan sehari-hari, seperti silaturahmi, menjaga
tali persaudaraan, besikap adil, dan lain sebagainya.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
M. Jamil berpendapat bahwa Akhlak kepada lingkungan
adalah sikap seseorang terhadap lingkungan (alam) di
sekelilingnya. Sebagaimana diketahui bahwa Allah SWT.
Menciptakan lingkungan yang terdiri dari hewan, tumbuhan-
tumbuhan, air, udara, tanah, dan benda-benda lain yang terdapat
di muka bumi. Semuanya diciptakan Allah SWT. untuk manusia.
Pada dasarnya semua yang diciptakan Allah tersebut
diperuntukkan untuk kepentingan semua manusia dalam rangka
memudahkan dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT”.28
Allah SWT. Berfirman:
27
Muhammad Alim, Upaya Pembentukan Pemikira n dan Kepribadian Muslim, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 156 28
M. Jamil, Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Megamall, 2013), hal. 5
26
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan” (Q.S. Al-Qashas [28]: 77).29
Oleh karena itu, manusia harus menjaga lingkungan dengan
sebaik-baiknya oleh manusia. Pemanfaatan lingkungan tanpa
memperhatikan unsur pelestariannya justru akan menyusahkan
manusia itu sendiri. Dalam kajian ekonomi hal ini disebut sebagai
kemampuan manusia untuk melakukan pilihan (choice) dalam
pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang terbatas (limited
resources) sedangkan keinginan manusia sendiri tidak terbatas
(unlimited resources).30
Potensi kerusakan lingkungan juga dapat kita temukan dalam
firman Allah SWT. Surat Ar-Ruum ayat 41:
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S Ar-
Ruum [30]: 41).31
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟anul Karim 30
M. Jamil, Akhlak Tasawuf,Op Cit., hal. 9 31
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟anul Karim
27
Jadi, berdasarkan ayat di atas Allah SWT. memerintahkan
manusia untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan
alam, baik tumbuhan maupun hewan. Karena semua itu untuk
kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
akhlak terbagi menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap Allah Yang
Maha Esa, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap
lingkungan.
Pertama, akhlak terhadap Allah Yang Maha Esa merupakan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yaitu Allah SWT.
Kedua, akhlak terhadap sesama manusia merupakan hubungan
atau interaksi sosial manusia dengan manusia lainnya atau yang
disebut nilai-nilai kemanusian. Ketiga, akhlak terhadap
lingkungan dan hewan merupakan perilaku manusia dalam
menjaga dan melestarikan lingkungan serta memelihara hewan.
3. Hal yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Adapun aspek-aspek atau hal yang mempengaruhi pembentukan
Akhlak sebagai berikut:
a. Insting
Insting atau nurani adalah sifat yang dapat menimbulkan
perbuatan yang menyampaikan dengan tujuan tidak terpikir lebih
dahulu ke arah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.
insting merupakan suatu pola perilaku dan reaksi terhadap
suatu rangsangan tertenu yang tidak di pelajari tetapi telah ada
sejak seseorang dilahirkan ke dunia ini, biasanya instin pun
diperoleh secara turun menurun dan insting biyasanya timbul
karena individu tersebut sedang merasakan tekanan atau sedang
takut.
28
b. Pola Dasar Bawaan
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang kedunia
ini dengan serba tidak tahu (Al ta‟lamuna syaian). Apa bila
seseorang mengetahui hal dan ingin mengetahui sesuatu yang
belum mengetahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat
senang hatinya.
c. Lingkungan
Lingkungan alam ini dapat mematahkan dan mematangkan
pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang. Lingkungan tempat
tinggal seseorang akan mencetak akhlak manusia yang tingkal
dilingkungan tersebut, seperti orang-orang yang tinggal di
perkotaan dan di pedesaan.
d. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus
menerus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti
kebiasan berjalan, berpakaiaan, berbicara, berpidato, mengajar,
dan lain sebagainya.
e. Kehendak
Kehendak adalah sesuatu kekuatan dari beberapa kekuatan.
Seperti uap dan listrik, kehendak ialah penggerak manusia dan
dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak,
dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah-olah tidur
nyeyak sehingga dibangunkan oleh kehendak.
f. Pendidikan
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
pembentukan akhlak seseorang, berbagi ilmu diperkenalkan agar
individu memahaminya dan dapat melakukan sesuatu perubahan
pada dirinya. Pada awalnya seorang anak atau seorang individi
tidak memiliki wawasan atau pengetahuan tentan sesuatu, tetapi
setelah memiliki dunia pendidikan ia memiliki wawasan yang
29
luas yang akan diterapkan kedalam tingkah laku dalan
keseharian.32
Dapat disimpulkan, bahwa keadaan yang mempengaruhi akhlak
seseorang untuk mendorong melakukan perbuatan baik atau buruk
dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu: insting atau nurani, pola dasar
bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan pendidikan.
4. Pembagian Akhlak
Akhlak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Akhlak Terpuji (akhlak mahmudah), yaitu perbuatan baik
terhadap Tuhan, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang
lain.
b. Akhlak tercela (akhlak mazmumah), yaitu perbuatan buruk
terhadap Tuhan, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang
lain.33
Akhlak terpuji (akhlak mahmudah), yaitu antara lain:
1) Al-Amanah (setia, jujur, dapat dipercaya)
2) Al-Sidqu (benar, jujur)
3) Al-Adl (adil)
4) Al-Afwu (pemaaf)
5) Al-Alifah (disenangi)
6) Al-Wafa‟ (menepati janji)
7) Al-Ifafah (memelihara diri)
8) Al-Haya‟(malu)
9) As-Syajaah (berani)
10) Al-Quwwah (kuat)
11) Dan lain sebagainya yang menunjukkan kepada sifat-sifat yang
terpuji34
32
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Op Cit., hal. 82 33
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2009), hal. 10 34
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Op Cit., hal. 198
30
Sedangkan yang termasuk Akhlak tercela (akhlak mazmumah),
antara lain:
1) Ananniah (egoistis)
2) Al-Bagyu (lacur)
3) Al-Bukhl (kikir)
4) Al-Buhtan (dusta)
5) Al-Hamr (peminum khamr)
6) Al-khianah (khianat)
7) Az-Zulmu (aniaya)
8) Al-Jubn (pengecut)
9) Al-Fawahisy (dosa besar)
10) Al-Gaddab (pemarah)
11) Dan lain sebagainya yang menunjukkan pada sifat-sifat yang
tercela. 35
Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhalak
terbagi dua, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Akhlak
mahmudah merupakan perbuatan atau perilaku terpuji dan baik yang
ada pada diri seseorang, sedangkan akhlak mazmumah merupakan
perbuatan atau perilaku tercela, buruk dan keji yang ada pada diri
seseorang.
5. Manfaat Akhlak
Al-Qur‟an dan al-Hadits banyak sekali memberi informasi tentang
manfaat akhlak yang mulia. Allah SWT. berfirman:
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
Maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan
Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-
perintah kami". (Q.S. Al-Kahfi: 88).36
Adapun manfaat pendidikan Akhlak adalah:
35
A. Mustofa, Op Cit., hal. 199 36
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟anul Karim
31
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik
dan berprilaku baik.
2. Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multicultural.
Dengan maksud memperbaiki dan memperkuat peran keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi warga Negara.
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia. Artinya memilih budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain. 37
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan semata-
mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
b. Akan disenangi orang dalam pergaulan.
c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi
dan sebagai makhlu yang diciptakan oleh Tuhan.
d. Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan
kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan
sebutan baik.
e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala
penderitaan dan kesukaran. 38
Menurut Drs. Barmawi Umari, manfaat akhlak adalah:
1) Dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan
dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan
sesuatu pada porsinya yang sebenarnya.
2) Berakhlak, dapat memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang
demikian Insyaallah kita akan berbahagia di dunia dan akhirat. 39
37
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012), hal. 30 38
A. Mustofa, Op Cit., hal. 27 39
Ibid., hal. 31
32
Dr. Hamzah Ya‟cub berpendapat bahwa hasil atau hikamh dan
faedah dari akhlak, adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan derajat manusia
2) Menuntun kepada kebaikan
3) Manifestasi kesempurnaan iman
4) Keutamaan di hari kiamat
5) Kebutuhan pokok dalam keluarga
6) Membina kerukunan antar tetangga
7) Untuk mensuksekan pembangunan bangsa dan negara
8) Dunia betul-betul membutuhkan Al-Akhlak karimah40
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat akhlak
adalah dapat mengetahui batas antara benar dan salah serta dapat
menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu
pada porsinya yang sebenarnya. Akhlak juga dapat meningkatkan
derajat manusia serta meningkatkan iman dan takwa kepada Allah
SWT.
6. Tujuan Akhlak
Abuddin Nata, berpendapat dengan diterapkannya akhlak, maka
akan tercipta kehidupan yang tertib, teratur, aman, damai, dan
harmonis sehingga setiap orang akan merasakan kenyamanan yang
menyebabkan ia dapat mengaktualisasikan segenap potensi dirinya,
yakni berupa cipta (pikiran), rasa (jiwa), dan karsa (pancaindra) yang
selanjutnya menjadi bangsa yang beradab dan berbudaya serta
mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup secara utuh. Sebaliknya,
tanpa adanya akhlak, maka manusia akan mengalami kehidupan yang
kacau. Kelangsungan hidup (jiwa), akal, keturunan dan keamanan
akan terancam.41
40
Ibid. 41
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat, Op Cit., hal. 208
33
Ahmad Amin, sebagaimana yang di kutib Abuddun Nata dalam
bukunya Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia berpendapat bahwa
tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan
kita dapat menetapkan suatu perbuatan yang baik atau buruk.42
Menurut Ibnu Miskawaih, sebagaimana Muhammad Fauqi dalam
buku Tasawuf Islam dan Akhlak berpendapat bahwa akhlak bertujuan
agar manusia menjalankan perilaku yang baik dan santun tanpa unsur
ketertekanan maupun keberatan sehingga akhlak menjadi karakter
yang mulia dalam diri seseorang.43
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak memiliki tujuan untuk
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah yang Maha Esa serta
membentuk karakter mulia, beradap, sopan dan santun dalam berkata
maupun bertindak. Dengan diterapkannya akhlak, maka akan tercipta
kehidupan yang tertib, teratu, aman, damai, harmonis, sehingga setiap
orang merasakan kenyamanan serta mencapai kemajuan dan
kesejahteraan hidup dalam bernegara. Sebaliknya, tanpa adanya
akhlak yang baik manusia akan mengalami kekacauan.
Dengan demikian, akhlak juga memberikan pedoman atau arah
bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik dan yang buruk.
Sehingga, manusia dapat terhindar dari perbuatan yang tercela
maupun perbuatan yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
7. Hubungan Akhlak dengan Pendidikan
Hubungn akhlak dengan pendidikan dapat dikemukakan dengan
penjelasan sebagai berikut:
Pertama, pemahaman tentang akhlak membantu merumuskan
tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia agar memiliki akhlak
mulia atau kepribadian yang utama yang ditandai adanya integritas
42
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2015), hal 11 43
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
224
34
kepribadian yang utuh, satunya hati, perbuatan dan ucapan, memiliki
tanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat dan bangsanya,
melaksanakan segala perintah Allah SWT. dan menjauhi larangannya
dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. serta melaksanakan fungsi
sosialnya, dengan melaksanakan fungsi kekhalifahannya di muka
bumi, dengan cara mengerahkan segenap daya dan kemampuan untuk
memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat.
Kedua, pemahaman tentang akhlak membantu dalam
merumuskan ciri-ciri dan kandungan kurikulum. Ketiga, pemahaman
tentang akhlak akan membantu dalam merumuskan ciri-ciri guru yang
profesional, yaitu guru yang selain memiliki kompetensi akademik,
pedagogik dan sosial, juga harus memiliki kompetensi kepribadian.
Keempat, pemahaman terhadap akhlak akan membantu
merumuskan kode etik dan tata tertib sekolah, khusunya yang
berkenaan dengan akhlak. Kelima, pemahaman terhadap akhlak akan
membantu dalam menentukan metode dan pendekatan yang efektif
dalam kegiatan belajar mengajar dalam melahirkan manusia yang
memiliki akhlak mulia dan karakter yang utama.
Ketujuh, pemahaman terhadap akhlak akan membantu
menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, aman, damai,
nyaman, yang mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif.
Lingkungan yang tertib bisa membuat belajar dengan penuh
konsentrasi, lingkungan yang damai dan aman. 44
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akhlak kaitannya
dengan pendidikan adalah membantu merumuskan tujuan pendidikan,
merumuskan kurikulum, merumuskan guru yang profesional,
merumuskan kode etik dan tata tertib sekolah, menentukan metode
dan pendekatan dalam pembelajaran serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang kondusif.
44
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat, Op Cit., hal. 209
35
C. Penelitian Relevan
1. Implementasi Etika Komunikasi Dari Kitab Al-Akhlak Lil Banat
Dalam Komunikasi Antara Santri Dengan Ustadzah Di Pondok
Pesantren Al Washilah Jakarta Barat, oleh Nenden Nelawati
(1112051000135) tahun 2016. Hasil dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa:
a. Skripsi tersebut membahas tentang etika dalam komunikasi yang
harus dimiliki oleh santri dalam kehidupan sehari-hari di Pondok
Pesantren Al Washilah Jakarta Barat, seperti etika bertanya
kepada guru dan berkomunikasi dengan teman-temanya.
b. Persamaan dengan penelitian yang dibuat penulis adalah
berkaitan dengan kajian kitab karya Syekh „Umar Bin Ahmad
Baraja. Sedangkan, perbedaannya penelitian ini lebih membahas
kepada materi pendidikan, metode pendidikan dan
pengembangan implementasi etika dalam komuniksi dan
pendidikan akhlak.
2. Pemikiran Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja Tentang Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin, oleh Mukhtar Efendi
(1112011000028) tahun 2018. Hasil dari penelitian tersebut adalah:
a. Membahas tentang pemikiran-pemikiran menurut Syekh „Umar
Bin Ahmad Baraja mengenai pendidikan Akhlak dalam kitabnya
Al-Akhlak Lil Banin, seperti religius, science dan sosio kultural.
b. Persamaan, yang dibahas berkaitan dengan sumber pijakan
pendidikan akhlak dan kajian kitab Al-Akhlak Lil Banin karya
Syekh Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja. Adapun perbedaannya,
skripsi tersebut berkaitan dengan penelitian pemikiran tokoh,
yaitu pemikiran-pemikiran tentang kultural, science dan religius
menurut Syekh Syekh „Umar Bin Ahmad Baraja dalam kitab Al-
Akhlak Lil Banin, sedangkan penulis berkaitan dengan penelitian
36
pustaka (library research) yang membahas pendidikan Akhlak
yang terkandung dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I.
3. Pembelajaran Akhlak dengan Menggunakan Kitab Akhlak Lil Banin
Di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al-„Alawiyah Al Awwaliyah
Kabupaten Magelang, oleh Roykhan „Abid (11109151) tahun 2016.
a. Skripsi tersebut berisi tentang penerapan metode pembelajaran
akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin yang
harus diterapkan oleh para santri di pondok pesantren Darut
Tauchid Al-„Alawiyah Al Awwaliyah Kabupaten Magelang
b. Persamaan dengan penelitian yang dibuat penulis adalah
membahas pendidikan akhlak yang ada dalam kitab karya Syekh
„Umar Bin Ahmad Baraja. Perbedaannya, penelitian ini adalah
penelitian tindakan (action research) sedangkan penulis
berkaitan dengan penelitian pustaka (library research).
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penulisan
Penelitian yang berjudul “Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Akhlak
Lil Banin Jilid I” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan
pengaturan waktu sebagai berikut: bulan November 2018 sampai dengan
bulan April 2018 digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber-
sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta
sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan
Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid I Karya ‘Umar Bin
Ahmad Baraja sebagai penguat dalam penulisan skripsi ini. Kemudian
menyusun data dalam bentuk hasil penelitian (laporan) dari sumber-sumber
yang telah ditemukan.
B. Metode Penulisan
Penelitian ini bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif dinamakan
sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode
postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme.1 Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian kulalitatif juga penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Menurut Bogdan dan Taylor yang
dikutp Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif juga yang menghasilakan
prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun
1 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hal. 13
38
pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata
tertulis dari objek yang diamati.2
Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis pemikiran
Syekh ‘Umar Bin Ahmad Baraja tentang Pendidikan akhlak dalam kitab Al-
Akhlak Lil Banin Jilid I. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih
difokuskan pada penelitian kepustakaan (Library Research), yakni dengan
membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat
kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Sedangkan dipilihnya metode deskriptif, karena data yang dikumpulkan
berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Selain itu semua yang dikumpulkan
akan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang berasal dari naskah maupun
dokumen lainnya untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
C. Sumber Data
Menurut Lexy J. Meloeng, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.3 Adapun sumber data tersebut adalah:
1. Sumber data primer yaitu data yang membahas dan diperoleh secara
langsung dari objek permasalahan pada penelitian ini. Dalam hal ini
sumber data primer yang digunakan adalah kitab Al-Akhlak Lil Banin Jilid
I Karya ‘Umar Bin Ahmad Baraja.
2. Sumber data sekunder sebagai data-data yang mendukung data primer
atau sumber yang tidak langsung memberikan data, berupa data-data
tertulis baik itu buku-buku maupun sumber lain yang memiliki relevansi
dengan masalah yang dibahas.4 Dalam hal ini sumber data sekunder yang
digunakan adalah buku-buku yang relevan dan berhubungan dengan
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
hal. 4-6 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Op Cit., hal. 157
4 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Op Cit., hal. 193
39
pendidikan akhlak, ataupun data dari internet yang bisa mendukung
penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif analisis, metode yang dilakukan adalah:
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah
mendapatkan data. Pengumpulan data juga dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.5
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
dokumentasi, yaitu dengan mengkaji literatur yang berkaitan dengan
obyek penelitian baik yang bersumber dari buku-buku primer maupun
buku-buku sekunder. Karena data-datanya masih berserakan, maka
peneliti melakukan pemilahan sehingga terkumpul data-data terkait
dengan fokus penelitian.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul lengkap, selanjutnya yang penulis
lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan
mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok
bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, dan kemudian
menyimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
Data diolah dan digarap dengan cara membuat ringkasan untuk
menentukan batasan yang lebih khusus tentang objek kajian dari buku-
buku, terutama yang berhubungan dengan tema pokok yang dibahas.6
Kemudian penulis menyimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
5 Ibid., hal. 308
6 Suharsimi Arikunta, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hal 278
40
3. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari. Tahap
analisis data adalah sebagai berikut:
a. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data.
b. Memepelajari kata-kata kunci.
c. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan.
d. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna.7
Teknik analisis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
content analysis (analisis isi). Analisis isi adalah metode penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang
sahih dari buku atau dokumen. Kemudian isi dianalisis dan dibuat secara
sistematis. Oleh sebab itu, hasil olahan tersebut akan menghasilkan
temuan yang bersifat deskriptif analitik.
Dalam hal ini, peneliti berfokus pada sumber pendidikan akhlak,
tujuan pendidikan akhlak, tanggung jawab guru dan orang tua dalam
mendidikan anak, metode pendidikan, dan materi pendidikan akhlak.
4. Teknik Penulisan
Teknis penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas
IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2018.
7 Lexy J. Melong, Metodology Penelitian Kualitatif, Op Cit,. Hal. 248
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan, yaitu agar pendidikan akhlak yang dipelajari dapat
diimplementasikan dan peserta didik atau anak memiliki akhlakul karimah,
orang tua ataupun guru sebagai pendidik harusnya berusaha dan
menunjukkan perilaku yang mencerminkan akhlakul mulia, pemahaman
konsep akhlak dilatih dan dibina, secara langsung dipraktikkan dalam
kegiatang sehari-hari dan berulang ulang sampai mendarah daging dan
menghasilkan amal sholeh.
Adapun pendidikan akhlak yang terkanduk dalam kitab Al-Akhlak Lil
Banin Jilid I karya Syekh ‘Umar bin Ahmad Baraja, yaitu:
1. Anak yang beradab : menghormati orang tua, guru serta orang
lain dan juju serta tawadlu’ (rendah hati).
2. Akhlak kepada Allah SWT : menjalankan segala perintah Allah
SWT dan menjauhi larangannya.
3. Akhlak kepada nabi Muhammad SAW : memuliakan Nabi
Muhammad SAW. sebagai suri tauladan, seperti memperingati
peringatan maulid Nabi.
4. Akhlak di rumah : akhlak kepada ayah, ibu, saudara, karib
kerabat, pembantu, dan akhlak kepada tetangga, tidak menyakiti
mereka, mendengarkan nasihatnya dan juga mengukuhkan
ukhuwah islamiah.
5. Akhlak sebelum berangkat ke sekolah : melatih dan
membiasakan anak hidup tertib dan teratur, seperti bangun pagi
dan merapika buku pelajaran.
6. Akhlak berjalan kaki di jalan : tidak mengobrol dan bercanda di
jalan serta berhati-hati di jalan.
70
7. Akhlak disekolah : fokus memperhatikan guru, menghadap ke
depan atau ke arah guru.
8. Akhlak menjaga peralatan pribadi : meletakkan peralatan,
merapikan dan membersihkan peralatan setelah digunakan.
9. Akhlak kepada teman : menghormati teman, menjaga
kerukunan dan membantu teman jika mengalami kesulitan.
10. Nasihat-nasihat umum : meminta tolong dengan ucapan
yang baik, berbicara sopan dan tidak berperilaku buruk, seperti
boros dan berbicara buruk atau kotor.
B. Implikasi
Pembahasan mengenai Pendidikan Akhlak pada kitab Al-Akhlak Lil
Banin Jilid I karya Syekh ‘Umar bin Ahmad Baraja dapat dirasakan
manfaatnya jika diimplikasikan, sebagaimana berikut:
1. Terkait dengan Pendidikan akhlak, maka seorang pendidik baik guru
atau orang tua harus membimbing dan memotivasi peserta didik
bahwa pendidikan sebenarnya bertujuan untuk menjadikan seorang
peserta didik kearah yang lebih baik sebagai hamba Allah SWT.
2. Terkait penyampaian materi, semua metode atau cara bisa diterapkan
dengan memperhatikan dan memperlakukan peserta didik sesuai
dengan kapassitas kemampuannya baik secara jasmani maupun
rohani.
3. Peserta didik harus mampu mengembangkan potensi dirinya dan
menjadi generasi yang berbudi luhur yang mengerti pentingnya proses
pendidikan, sehingga mereka selalu berusaha belajar di sepanjang
hidupnya.
71
C. Saran
Dari pembahasan yang telah dikaji, maka penulis dapat memberikan
saran kepada para pembaca. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut:
1. Orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan akhlak sejak dini,
agar ketika tumbuh dewasa terbiasa menerapkan niliai-nilai akhlak di
manapun ia berada, seperti yang diajarkan oleh syek ‘Umar bin
Ahmad Baraja dalam kitabnya.
2. Lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, hendaknya
memperhatikan pendidikan akhlak anak sama maksimalnya dengan
pengajaran ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Banyaknya buku-buku modern yang berbahasa Indonesia, bagi guru
maupun murid, hendaknya tidak melupakan referensi-referensi klasik
seperti kitab-kitab karya ulama-ulama dahulu yang ditulis
menggunakan Bahasa Arab, karena selain keaslian isi dari pemikiran
penulis, anak didik dapat belajar berbahasa arab, baik cara membaca,
menulis, maupun mengartikan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman, Jamaal. Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam,
2005
Alim, Muhammad. Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011
Al-Zarnuji. Ta’lim Al-Muta’allim. Pekalongan: Maktabah Hasan bin ‘Aidrus,
2007
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006
Arikunta, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013
Athiyah Al-Abrasyi, M. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984
Azra, A. Pendidikan Islam: Tradisi Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:
PT Logos Wacana Ilmu, 2000
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009
Bin Ahmad Baraja, Umar. Al-Akhlak Lil Banin I. Surabaya: Maktabah Ahmad bin
Nabhan, 1372 H
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 1993.
Fauqi Hajjaj, Muhammad. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta: Amzah, 2011
F. N, Ridjaluddin. Filsafat Pendidikan Islam: Konsep Manusia, Pendidikan Islam
dan Moral Islam. Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA, 2008
Gunawan, Heri Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta, 2012
Haryanto. Pengertian Pendidikan Menurut Ahli. 2012 Artikel diakses 4 maret
2019 (http://www.Belajarpsikologi.com)
73
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Cet. Ke-1
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf I. Jakarta: Radar Jaya Offset, 2009
Majalah Al-Kisah No. 07, Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar bin Ahmad Baraja.
Surabaya: Panitia haul V. 1995
Moekti, Hari dan Tim. Mendidik anak Pra Remaja. Jakarta: Wadi Press, 2012
Mukti Ali Bin Syamsuddin, Ali, Mukti www.kompasiana.com
Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015
Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
(http://www.depdiknas.go.id/ produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf)
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2012
Sulhan, Najib. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaring
Pena, 2011
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013
S, Tatang Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2008
Tim Penyusun, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Al-Fatih, 2009
Top Related