Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1
PENDAMPINGAN DESA ALO – ALO
MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN
PENYUSUNAN PERATURAN DESA
Eddy Hamka1, Fajriah2, Laode Mansyur3
1Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari, Kota Kendari 2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari, Kota Kendari
3Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Kota Makassar
Alamat Korespondensi : Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 10, Kota Kendari, Telp. 08114034988
E-mail: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]
Abstrak
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting didaerah pesisir baik ditinjau dari aspek
ekologi, ekonomi dan sosial. Salah satu desa pesisir yang memilki potensi hutan mangrove di
Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara yaitu Desa Alo-Alo yang secara eksisting telah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan penangkapan kepiting, kayu bakar dan
tambak dan kondisinya saat ini telah mengalami kerusakan. Tujuan dari pelaksanaan program
pengabdian masyarakat ini yaitu (1) merehabilitasi kembali ekosistem mangrove yang telah rusak
dan membantu serta menfasilitasi penyusunan peraturan desa terkait pemanfaatan dan pengelolaan
ekosistem mangrove di Desa Alo-Alo. Kegiatan dilaksanakan antara bulan April – Agustus 2017 di
Desa Alo – Alo, Kecamatan Lembo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi
Tenggara.Pendekatan yang digunakan yaitu pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
Kegiatan yang dilakukan meliputi (1) survey kondisi eksisting hutan mangrove, (2) observasi calon
lokasi rehabilitasi mangrove, (3) penanaman mangrove, (4) pembuatan draft peraturan desa, (5)
pembahasan draft peraturan desa, (6) penetapan peraturan desa tentang pengelolaan dan
pemanfaatan hutan mangrove di Desa Alo – Alo. Hasil yang dicapai antara lain (1) jenis mangrove
di Desa Alo-Alo didominasi oleh Rhizophora sp, Bruguiera sp dan Sonneratia sp, (2) luas area
rehabilitas mangrove yaitu 6,89 ha dengan jumlah bibit yang ditanam dan tumbuh dengan baik
sebanyak 68.762 jenis Rhizophora sp, dan (3) terbentuknya peraturan desa tentang pengelolaan dan
pemanfaatan hutan mangrove di Desa Alo-Alo dengan luas kawasan 100,82 ha yang terdiri dari
zona pemanfaatan dan zona konservasi.
Kata kunci : Desa Alo-Alo, pendampingan desa, peraturan desa, rehabilitasi mangrove
1. PENDAHULUAN
Kebijakan pengelolaan mangrove di wilayah pesisir telah diatur dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Presiden
No.121 Tahun 2014 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sehingga
diperlukan peran aktif serta setiap unsur masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan ekosistem
mangrove secara bijak dan bertanggung jawab. Mangrove merupakan tanaman yang yang banyak
ditemukan di sekitar pantai, laguna, delta dan teluk. Tanaman ini memiliki fungsi fisik, ekologis, dan
sosial ekonomi yang sangat penting di wilayah pesisir dan laut maupun masyarakat di sekitarnya.
Secara fisik, ekosistem mangrove dapat menahan hempasan ombak atau angin saat terjadi badai,
sehingga mampu menjaga dan melindungi keberadaan pantai, perumahan serta bangunan fisik
lainnya. Secara ekologis, ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat biota laut, penyerap karbon,
sumber plasma nutfah, tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan bagi berbagai biota
perairan seperti ikan, udang, dan kepiting [1]. Secara ekonomi, ekosistem mangrove banyak
dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan, seperti wisata bahari, perikanan tangkap, budidaya dan
sebagainya.
2 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Desa Alo-Alo sebagai salah satu desa di Kabupaten Konawe Utara yang sebagian wilayahnya
memiliki ekosistem mangrove yang banyak dimanfaatkan untuk menangkap kepiting, walaupun saat
kondisinya telah mengalami kerusakan akibat aktivitas penebangan oleh masyarakat Desa Alo-Alo
sendiri ataupun dari desa sekitar untuk dijadikan kayu bakar dan material utama alat tangkap sero
serta aktivitas dikonserversi menjadi lahan tambak. Kondisi ini tentunya secara langsung akan
mengancam kelestarian ekosistem mangrove tersebut dan akan berdampak pada penurunan fungsi
fisik, ekologis dan ekonomi. Disisi lain, belum adanya peraturan desa yang mengatur pemanfaatan
mangrove mengakibatkan aktivitas pengerusakan masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini
disebabkan masih kurangnya pemahaman aparat desa dalam penyusunan peraturan desa yang terkait
dengan pengelolaan kawasan. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk merehabilitasi kembali
ekosistem mangrove yang telah rusak di Desa Alo-Alo dan membantu serta menfasilitasi penyusunan
peraturan desa pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Alo-Alo.
2. METODE
Kegiatan dilaksanakan antara bulan April-Agustus 2017 di Desa Alo-Alo Kecamatan Lembo
Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Keberhasilan kegiatan ini sangat ditentukan
oleh keterlibatan masyarakat, sehingga pendekatan yang digunakan adalah model pemberdayaan
masyarakat secara partisipatif yaitu pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai subjek
utama dalam setiap aktivitas kegiatan yang akan dilaksanakan [2,3,4]. Tahapan kegiatan yang
dilaukan terdiri dari (1) survey kondisi hutan mangrove untuk mengetahui kondisi biofisik dan jenis
mangrove yang berada di Desa Alo-Alo serta menentukan lokasi kegiatan rehabilitasi mangrove, (2)
pembibitan dan penanaman mangrove, 3) penyusuan peraturan desa tentang pengelolaan dan
pemanfaatan hutan mangrove di Desa Alo – Alo, (4) monitoring pertumbuhan mangrove
dilaksanakan untuk membersihkan teritip yang menempel dan mengganti bibit mangrove yang mati.
Unsur masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan yaitu Pemerintah Desa Alo-Alo, Koperasi
Kuda Laut Bersinar Desa Alo-Alo dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Ibu PKK dan kelompok
karang taruna.
3. HASIL DAN KEGIATAN
Survey Kondisi Hutan Mangrove
Secara umum jenis substrat perairan di Desa Alo- Alo didominasi oleh lumpur dan lumpur
berpasir dengan jenis mangrove yang ditemukan adalah Rhizopora sp, Bruguiera sp dan Sonneratia
sp. Tanaman mangrove jenis Rhizophora sp dapat tumbuh dengan baik pada substrat berlumpur dan
pasir berlumpur [5,6] Kegiatan survey dilakukan pada saat air surut untuk memudahkan penentuan
lokasi penanaman mangrove (Gambar 1). Hasil survey bersama dengan pemerintah desa dan anggota
koperasi kuda laut bersinar, maka ditetapkan 7 blok tanam kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove
dengan luas sekitar 6,98 ha (Tabel 1).
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 3
Gambar 1. Survey kondisi mangrove
Tabel 1. Blok tanam dan luas rehabilitasi mangrove
Blok
Tanam
Luas (Ha)
1 0,85
2 0,79
3 1,76
4 1,42
5 1,05
6 0,72
7 0,39
Total 6,98
Penyemaian Bibit dan Penanaman Mangrove
Proses penyemaian pada kegiatan dimulai dengan menyiapkan bibit mangrove oleh
masyarakat desa yang diambil dari dari mangrove yang telah dewasa. Jenis bibit yang digunakan
adalah rhizophora sp. Selanjutnya bibit mangrove yang akan disemaikan dimasukan kedalam media
polyback yang telah diberi lumpur. Kegiatan penyemaian dilakukan selama sekitar 2 bulan yang
diletakkan pada lokasi yang masih terpengaruh pasang surut air laut dan mudah untuk dimonitoring
oleh masyakat (Gambar 2). Tujuan penyemaian ini untuk meningkatkan kelangsungan hidup bibit
mangrove yang akan ditanaman. Jumlah rumah media penyemaian yang dibuat sebanyak 25 unit.
Setiap rumah penyemaian terdiri dari 2.000-3.000 bibit mangrove.
Bibit mangrove
Penyiapan media tanam
Bibit mangrove siap tanam
Bibit mangove yang sedang
disemaikan
4 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 2. Proses pembibitan mangrove
Kegiatan penanaman dilakukan selama selama 1 bulan dengan jumlah bibit yang ditanam
sebanyak 69.800, namun yang berhasil tumbuh dengan baik sebesar 68.762 bibit mangrove (Gambar
3). Jarak tanam yang digunakan yaitu 1x1 meter. Bibit mangrove yang telah memperlihatkan akar
dan telah memilki daun pada proses penyemaian kemudian dipindahkan kelokasi penanaman oleh
masyarakat Desa Alo-Alo. Pola penanaman dilakukan dengan sistem bertahap yaitu menyelesaikan
satu blok tanaman kemudian berpindah ke blok tanam lainnya. Setiap blok tanam akan diberi tanda
serta jumlah yang harus ditanam. Proses penanaman pertama dilakukan bersama dengan masyarakat
desa dan mengundang beberapa instansi pemerintah dan perguruan tinggi, yaitu Dinas Perikanan
Kabupaten Konawe Utara, civitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Muhammadiyah Kendari dan BPSPL Makassar-Satker Kendari agar kegiatan ini nantinya dapat
mendapat dukungan dari para pihak yang diundang tersebut. Seluruh kegiatan ini dilakukan saat air
sedang surut.
Gambar 3. Penanaman Mangrove
Penyusunan Peraturan Desa
Proses penyusunan Peraturan Desa (PERDES) tentang pemanfaatan dan pengelolaan hutan
mangrove di Desa Alo-Alo dilakukan selama 2 bulan yang diawali dengan pembuatan draft perdes,
kemudian dilakukan proses rembuk bersama (FGD) yang difasilitasi oleh pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam 2 (dua) kali pertemuan untuk menjaring aspirasi masyarakat
terkait dengan isi dari draft perdes yang disusun (Gambar 4). Hasil akhir dari kegiatan ini adalah
terbitnya Peraturan Kepala Desa Alo-Alo Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Ekosistem
Mangrove Dalam Wilayah Alo-Alo.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 5
Gambar 4. Kegiatan penyusunan perdes
Dalam perdes tersebut diatur tentang 1) pembagian zona yang terdiri dari zona konservasi dan
zona pemanfaatan, 2) tata aturan pemanfaatan setiap zona, 3) larangan dan sanksi bagi setiap
pelanggaran, dan 4) lembaga pengelola hutan mangrove di Desa Alo-Alo. Zona konservasi
mencakup seluruh area kegiatan rehabilitasi dan beberapa spot mangrove yang masih memiliki
kepadatan tinggi. Total luas kawasan yang diatur dalam peraturan ini yaitu 100,80 ha, terdiri dari
35,44 ha untuk zona konservasi dan zona pemanfaatan seluas 65,36 ha (Gambar 5).
Gambar 5. Peta kawasan mangrove di Desa Alo-Alo
Monitoring Pertumbuhan Mangrove
Kegiatan monitoring dilaksanakan selama kegiatan penanaman mangrove dan pasca
penanaman selama 1 bulan, meliputi pengantian bibit mangrove yang mati serta pembersihan dari
hewan yang menempel pada batang. Selama proses monitoring jumlah bibit yang mati sebanyak
1.038 dan yang hidup hingga akhir kegiatan yaitu 68.762 dengan rata-rata tingkat survival rate (SR)
yaitu 97,79% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa proses monitoring pada proses penanaman
sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit mangrove.
6 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Tabel 2. Tingkat kelangsungan hidup bibit mangrove selama kegiatan
Blok
Tanam
Bibit Mangrove
tanam mati hidup
1 8.500 181 8.319
2 7.900 173 7.727
3 17.600 13 17.587
4 14.200 132 14.068
5 10.600 87 10.413
6 7.200 196 7.004
7 3.900 256 3.644
Jumlah 69.800 1.038 68.762
KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Alo-Alo telah menghasilkan beberapa hal,
yaitu penanaman sebanyak 68.762 bibit mangrove jenis rhizophora sp di lahan seluas 6,98 ha dengan
rata-rata tingkat survival rate (SR) sebesar 97,79% dan terfasilitasinya penyusunan Peraturan Kepala
Desa Alo-Alo Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dalam Wilayah
Alo-Alo. Disamping itu Pemerintah Kabupaten Konawe Utara melalui Dinas Perikanan akan
memberikan dukungan dalam pengembangan kawasan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tarigan, M. S. 2008. Sebaran dan luas hutan mangrove di Wilayah Pesisir Teluk Pising Utara
Pulau Kabaena Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Makara, Sains. 12(2): 108–112.
[2] Setyawan, A. dan Winarno, K. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Biodiversitas. 7(2): 159-163.
[3] Asnudin, A. 2010. Pendekatan Partrisipatif Dalam Pembangunan Proyek Infrastruktur Pedesaan
di Indonesia. Jurnal SMARTek. 8(3): 182-190.
[4] Utomo, B., Budiastuti, S. dan Muryani, C. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengeloaan
Hutan Mangrove di Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kapupaten Jepara. Prosiding
Seminar Nasional Geotik. Surakarta, Indonesia. 24 Mei 2017. 128-132
[5] Sari, A. N., Kardhinata, E. K. dan Mutia, H. 2017. Analisis Substrat di Ekosistem Kampung
Nipah Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai Sumatera Utara. Jurnal BioLink. 3(2): 163-172.
[6] Halidah, 2010. Pertumbuhan Rhizopora mucronata Lamk Pada Berbagai Kondisi Substrat di
Kawasan Rehabilitasi Mangrove Sinjai Timur Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 7(4): 399-412.
Top Related