PENCEMARAN MERKURI
DARI TAMBANG EMAS RAKYAT DI DUNIA
A. Merkuri di Alam
Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap
dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring
menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring
kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang
mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan
pertanian. Selain itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah,
udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang
kompleks.
Mercury dapat terakumulasi dilingkungan dan dapat meracuni hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme. Acidic permukaan air dapat mengandung signifikan
jumlah raksa. Bila nilai pH adalah antara lima dan tujuh, maka konsentrasi raksa di
dalam air akan meningkat karena mobilisasi raksa dari dalam tanah. Setelah raksa
telah mencapai permukaan air atau tanah dan bersenyawa dengan karbon
membentuk senyawa Hg organik oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah.
Senyawa Hg organik yang paling umum adalah methyl mercury, suatu zat yang
dapat diserap oleh sebagian besar organisme dengan cepat dan diketahui
berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat.
Bila mikroorganisme (bakteri) itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut
cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi. Ikan adalah organisme yang
menyerap jumlah besar methyl raksa dari permukaan air setiap hari. Akibatnya,
methyl raksa dapat ikan dan menumpuk di dalam rantai makanan yang merupakan
bagian dari mereka. Efek yang telah raksa pada hewan adalah kerusakan ginjal,
gangguan perut, intestines kerusakan, kegagalan reproduksi DNA dan perubahan.
B. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan
Sulit untuk menduga seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh adanya
logam berat dalam tubuh. Namun, sebagian besar toksisitas yang disebabkan oleh
beberapa jenis logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg adalah karena kemampuannya
untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam sel. Hg mempunyai bentuk kimiawi yang
berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan pada mahluk hidup, sehingga
menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan anorganik.
Pada bentuk anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau lebih,
sedangkan dalam bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa
tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan
yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak
(Darmono, 1995). Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya
mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan
pendengaran, penglihatan, atau daya ingat. Senyawa merkuri organik yang paling
populer adalah methyl mercury yang berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap
sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling besar pada makhluk
hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan
nama Minamata Disease
Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui
dengan jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai
berikut (Fardiaz, 1992) :
Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik
dalam daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu
retensinya di dalam tubuh.
Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh,
saat komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja
enzim dan kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung
sulfur di dalam molekul enzim dan dinding sel.
Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan
sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Penting untuk diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia! Hanya
sekitar 0,01 mg dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kematian. Sayangnya
setelah air raksa yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia, tidak dapat dibawa
keluar.
Kontaminasi dapat melalui inhalasi, proses menelan atau penyerapan melalui
kulit. Dari tiga proses tersebut, inhalasi dari raksa uap adalah yang paling
berbahaya. Jangka pendek terpapar raksa uap dapat menghasilkan lemah, panas
dingin, mual, muntah, diare, dan gejala lain dalam waktu beberapa jam. Jangka
panjang terkena uap raksa menghasilkan getaran, lekas marah, insomnia,
kebingungan, keluar air liur berlebihan, ritasi paru-paru, iritasi mata, reaksi alergi,
dari kulit rashes, nyeri dan sakit kepala dan lainnya.
Mercury memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada manusia, di
antaranya sebagai berikut :
Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya
fungsi ginjal dan hati.
Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan
dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.
Merkuri (Hg) organik dari jenis methyl mercury dapat memasuki placenta dan
merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan,
kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta
menyebabkan kerusakan otak.
Karena bahaya proses raksa bagi kesehatan dan lingkungan yang serius,
larangan penggunaannya semakin ketat. Pada tahun 1988, diperkirakan 24 juta lb /
yr dari raksa yang dilepaskan ke udara, tanah, dan air di seluruh dunia sebagai hasil
dari aktivitas manusia. Ini termasuk raksa yang dilepaskan oleh pertambangan raksa
dan memperbaiki berbagai operasi manufaktur, dengan pembakaran batu bara, dan
sumber lainnya.
Pada tahun 1980-an, dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran
akan dampak penggunaan air raksa yang lebih banyak membahayakan kesehatan
dan lingkungan dari pada manfaat, membuat penggunaannya mulai turun tajam.
Pada tahun 1992, yang digunakan dalam baterai telah menurun menjadi kurang dari
5% dari tingkat pada tahun 1988, dan secara keseluruhan digunakan dalam
perangkat listrik dan cahaya bulbs telah turun 50% pada periode yang
sama. Penggunaan raksa produksi cat, fungisida, dan pestisida telah dilarang di
Amerika Serikat, dan penggunaannya dalam pengerjaan dan proses produksi kaca
secara sukarela telah dihentikan.
Dampak negatif pada lingkungan yang terkontaminasi merkuri sangat
membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Jalur utama
pajanan metilmerkuri pada manusia adalah melalui konsumsi ikan (Barkay, 2005).
Merkuri terakumulasi dalam mikroorganisme yang hidup di air sungai, danau,
dan laut melalui proses metabolisme. Bahan-bahan mengandung merkuri yang
terbuang ke dalam sungai atau laut dimakan oleh mikroorganisme tersebut dan
secara kimiawi terubah menjadi senyawa metilmerkuri. Mikroorganisme dimakan
ikan sehingga metilmerkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil
menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia.
Berdasarkan penelitian, konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam tubuh
ikan diperkirakan 40-50 ribu kali lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air
yang terkontaminasi (Stwertka,1998).
Sifat penting merkuri lainnya adalah kemampuannya untuk melarutkan logam
lain dan membentuk logam paduan (alloy) yang dikenal sebagai amalgam. Emas
dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan merkuri, sehingga merkuri
dipakai untuk mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida mengandung
emas (proses amalgamasi).
Amalgam merkuri-emas dipanaskan sehingga merkuri menguap
meninggalkan logam emas dan campurannya. Merkuri adalah unsur kimia sangat
beracun (toxic). Unsur ini dapat bercampur dengan enzyme didalam tubuh manusia
menyebabkan hilangnya kemampuan enzyme untuk bertindak sebagai katalisator
untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh
melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka
uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat
kecil.
Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang
terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya
penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan
rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
Laporan yang dikeluarkan oleh GMP (2007) menyatakan bahwa kandungan
merkuri pada ikan di sekitar area pertambangan emas rakyat di wilayah Kalimantan
Tengah adalah sekitar 0.09 sampai dengan 1.6 ppm. Beberapa penelitian yang
dilakukan di Jambi pada 1977, Kalimantan Barat (2000), Sulawesi Utara (2002),
Jawa Barat (2003) dan Palu, Sulawesi Tengah (2008, 2010) mengungkapkan
konsentrasi merkuri yang cukup tinggi di sungai, tanah dan ikan, menimbulkan
pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat dan khususnya para penambang.
Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dan biota perairan dapat bersifat
lethal dan sublethal. Pengaruh lethal menyebabkan gangguan pada saraf pusat
sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sub
lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati,
mengurangi potensi untuk berkembangbiak, pertumbuhan dan sebagainya. Selain
itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem
setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya
yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap serta terakumulasi dalam
jaringan tubuh organisme air (Alfian, 2006).
Sumber: Media litbang kesehatan, 2003.blogspot.
Gambar 1.Siklus Hg di Lingkungan
C. Kesadaran Global Terhadap Bahaya Merkuri
Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri bukan hanya
membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga
akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang
persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung
terakumulasi pada biota (Kennish dalam Masriani, 2003). Merkuri terakumulasi
dalam mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses
metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung merkuri yang terbuang kedalam
sungai atau laut dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi terubah
menjadi senyawa methyl-merkuri.
Kasus toksisitas metil merkuri pada manusia, baik anak maupun orang
dewasa, diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia ke-2 di Jepang, yang
disebut “Minamata Disease”. Tragedi yang dikenal dengan Penyakit Minamata,
berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan
ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri yang
berasal dari buangan sisa industri plastik (Pervaneh dalam Alfian, 2006). Tragedi ini
telah memakan korban lebih kurang 100 orang pada tahun 1953 sampai 1960. Dari
korban ini ada yang meninggal atau mengalami cacat seumur hidup (Hutabarat,
1985:198). Gejala keanehan mental dan cacat syaraf mulai tampak terutama pada
anak-anak.
Penyakit minamata adalah penyakit gangguan sistem syaraf pusat yang
disebabkan oleh keracunan metil merkuri. Tidak ditemukan kerusakan pada organ
lain kecuali pada sistem syaraf pusat (Martono, 2005). Sistem syaraf pusat
merupakan target organ dari toksisitas metil merkuri tersebut, sehingga gejala yang
terlihat erat hubungannya dengan kerusakan sistem syaraf pusat.
Di seluruh dunia, produksi raksa hanya dibatasi untuk beberapa negara-
negara dengan undang-undang lingkungan hidup yang santai. Di Spanyol, semua
pertambangan merkuri telah dihentikan, dimana Spanyol pernah menjadi produsen
merkuri terbesar di dunia sampai 1989. Di Amerika Serikat, raksa pertambangan
juga telah dihentikan, meskipun dalam jumlah kecil adalah raksa kembali sebagai
bagian dari proses pengilangan emas untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Cina, Rusia (dulu dikenal dengan USSR), Meksiko, dan Indonesia
merupakan produsen terbesar raksa pada tahun 1992.
Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) telah melarang
penggunaan raksa untuk banyak aplikasi. EPA yang telah menetapkan tujuan
mengurangi tingkat raksa ditemukan di kota menolak IB dari 1,4 juta / thn (0,64 juta
kg / thn) pada tahun 1989 menjadi 0,35 juta lb / yr (0,16 juta kg / thn) pada tahun
2000. Hal ini akan dicapai oleh penurunan penggunaan raksa dalam meningkatkan
produk dan pengalihan dari raksa dari kota menolak melalui daur ulang. Mercury
masih sebuah komponen penting di banyak produk dan proses, walaupun
penggunaannya diharapkan untuk terus menurun. Untuk itu, penanganan yang tepat
dan daur ulang dari raksa diharapkan signifikan mengurangi lepaskan ke lingkungan
dan dengan demikian mengurangi bahaya kesehatan.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan air raksa seperti yang
diuraikan di atas, Anda harus benar-benar memperhatikan keselamatan kerja!
Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
Penandatanganan Konvensi ini dilakukan setelah empat tahun proses
negosisasi Perjanjian Internasional (Konvensi) merkuri yang dimulai dengan
persetujuan Menteri-menteri Lingkungan sedunia di Nairobi pada 2009 untuk
mengurangi dampak merkuri sebagai pencemar global. Setelah ditandatangani
konvensi ini, akan dilakukan entry into force pada tahun 2017. Konvensi Minamata
ini mengatur tentang perdagangan, produk dan prosesnya, pertambangan emas
skala kecil, pengelolaan limbah merkuri, pendanaan, dan transfer teknologi.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Lingkungan Hidup Jepang
menyampaikan duka cita yang mendalam terhadap para korban yang kehilangan
nyawa dan juga menyampaikan simpati kepada para korban yang menderita akibat
penyakit Minamata (minamata disease) ini serta keluarganya. Nobuteru Ishihara
menyampaikan bahwa dahulu sebelum tragedi terjadi, Minamata merupakan
perairan yang sangat indah, akan tetapi ketika laut dicemarkan oleh merkuri dari
pabrik kimia petaka penyakit minamata terjadi.
Tragedi Minamata yang terjadi di Teluk Minamata merupakan pelajaran yang
berharga bagi pengelolaan lingkungan dan kesehatan manusia akibat ketidakhati-
hatian industri dan pemerintah. Pencemaran metil merkuri akibat air limbah dari
pabrik kimia PT Chisso telah merubah kehidupan di Teluk Minamata, Kumamoto
Jepang. Tragedi ini terjadi akibat masyarakat yang mengkonsumsi hasil laut (ikan
dan kerang) yang mengandung metil merkuri yang dapat menyebabkan Penyakit
Minamata akibat akumulasi metil merkuri di dalam tubuh. Penyakit Minamata
menyerang sistem syaraf yang tidak hanya menyebabkan penderitaan dan kematian
korban penyakit Minamata, akan tetapi mewariskan dampak kepada anak-anak yang
dilahirkan menjadi cacat.
Belajar dari tragedi Pencemaran Merkuri di Minamata, saatnya bangsa
Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius terhadap penggunaan merkuri di
Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup RI, Prof. Balthasar Kambuaya menekankan,
“penyakit Minamata dapat terjadi dimana saja termasuk di Indonesia akibat
kecerobohan kita. Untuk itu, Indonesia harus segera mengurangi bahkan
menghilangkan penggunaan merkuri pada kegiatan industri di Indonesia, termasuk
yang digunakan pada pertambangan emas skala kecil”. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia sangat rawan terhadap perdagangan merkuri yang
ilegal.
Setelah mendengar pengalaman langsung dari korban penyakit Minamata,
yaitu Masami Ogata dan berbagai film tentang penyakit Minamata, MenLH
menyatakan, “penyakit akibat pencemaran merkuri nyata adanya dan apabila tidak
dicegah, maka tidak mustahil penyakit Minamata akan terjadi di Indonesia 10-15
tahun ke depan”. Apalagi sejak beberapa tahun ini pertambangan emas skala kecil
yang menggunakan merkuri marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti
Solok (Sumatera barat), Pongkor (Jawa Barat), Sekotong (NTB), Katingan (Kalteng).
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas tentang pencemaran merkuri akibat tambang emas
rakyat di berbagai tempat, menyebabkan polusi ekologi (lingkungan) baik itu di air,
udara, di darat. Sehingga meinmbulkan banyak hal negatif pada mahluk hidup.
Merkuri yang berasal dari penambangan emas rakyat ini berasal dari proses
pencucian dan penangkapan untuk bijih-bijih logam seperti emas. Bijih emas senidir
yang di tambang dengan cara mendulang di sungai-sungai masih menempel dengan
mineral pengikut (gangue mineral), dan harus dipisahkan dengan memanfaatkan
sifat kimia dari mineral tersebut. Bijih emas yang masih bersatu dengan mineral
ikutannya itu di campur (dilarutkan) dengan Hg (Cinabar) yang biasa disebut dengan
bahan merkuri, merkuri akan membantu melepaskan emas dari pengotornya.
Namun merkuri sendiri merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi
mahluk hidup, terutama bagian dalam pada organ-organ tubuh manusia. Gejala
yang timbul adalah sebagai berikut:
Gangguan syaraf sensori: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit
menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya
pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
Gangguan syaraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor,
gerakan lambat dan sulit bicara.
Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala dan hipersalivasi (Alfian,
2006).
DAFTAR PUSTAKA
Janes pelamonia, 2012. Dampak Penambangan Emas Tradisional. Malang, Jawa
Timur.
tambangmineral.org. Pencemaran Merkuri Dari Tambang Emas Rakyat. Blogspot.
www.menlh.go.id Upaya Penanggulangan Dampak Merkuri Sebagai Pencemar
Global. Blogspot.
Top Related