PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKSISTEM INTEGUMENT
(Biopsi, Kultur dan Sensitivitas, Tzanck Test, Skin Scraping, Patch Test, PCR, Serologi)
TRIJATI PUSPITA LESTARI105070207131003
ILMU KEPERAWATAN – K3LNFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM INTEGUMENT PENUNJANG
A. BIOPSI
Definisi:
Biopsi adalah pengambilan/pembedahan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan laboratorium patologis mikroskopik yang dilakukan oleh dokter ahli
patologi.. Dari bahasa latin bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah
pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat
diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
mengalokasikan area biopsi. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk
membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain
pengambilan sampel juga mengangkat semua massa atau kelainan yang ada. Resiko yang
dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan.
Tujuan biopsi
1. Mengetahui morfologi tumor
Tipe histologic tumor
Subtipe tumor
Grading sel
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumor
Besar specimen dan tumor dalam centimeter
Luas ekstensi tumor
Bentuk tumor
Nodus regional :
Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
Benyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis
Adanya invasi kapsuler
Metastase ekstranoda
Syarat Biopsi
1. Tidak boleh membuat flap
2. Dilakukan secara tajam
3. Tidak boleh memasang drain
4. Letaknya dibagian tumor yang dicurigai
5. Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan
diangkat saat operasi definitif)
Indikasi:
1. Biopsi jaringan dilakukan bila terdapat kecurigaan pada massa atau jaringan tubuh kearah
keganasan atau kanker.
2. Biopsi jaringan juga dapat dilakukan untuk menilai kecocokan organ yang akan
ditransplantasikan dengan penerima donor.
3. memastikan diagnosis
4. menjadi dasar bagi pengobatan
5. dilakukan untuk proses pembedahan
Kontra Indikasi:
1. Biopsi insisional pada tumor kecil yang dapat diangkat secara keseluruhan
2. Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)
3. Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
4. Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi
Jenis Biopsi
Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian potongan
tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan lain yang mudah dijangkau dengan tang
pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit dan
biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain selama kanker tidak disuplai oleh saraf.
Namun, kadang diperlukan biopsi yang melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit
untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam hal ini , tentu diperlukan anastesi lokal. Ada
beberapa jenis biopsi yaitu:
Biposi Insisional yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau
bedah. Anda akan dibius total atau lokal tergantung lokasi massa, lalu dengan pisau
bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.
Pengambilan jaringan dilakukan dengan menembus tumor. Biopsi ini murni untuk
menentukan diagnosa hingga harus diikuti dengan tindakan lanjutan apakah operasi dan
atau radiasi serta kemoterapi
Biopsi Eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal
tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada
metastase atau penyebaran tumor. Pengambilan jaringan dilakukan tanpa menyentuh
tumor atau keseluruhan tumor dengan batas bebas tumor. Biopsi ini bersifat diagnosa
bagi tumor ganas dan penyembuhan bagi tumor jinak
Biopsi Jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat
jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa
dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai
panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.
Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi,
sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration
biopsi.
Biopsy Jarum dengan Bantuan Endoskopi. Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel
jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai
panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan,
pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju
lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
Punch Biopsy. Biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan
dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di
kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan.
Anda akan dibius lokal saja dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu
dijahit.
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan
patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk
menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya.
Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari
keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui
apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor)
Satu jenis biopsi khusus yang dapat mengetahui sitologi dari lesi adalah FNAB
(fine needle aspiration biopsy). Untuk beberapa jenis keganasan, sensitifitas dan spesifisitas
FNAB sama atau lebih baik dari biopsi konvensional.
Prosedur:
1. Pretest:
Selama 1 minggu sebelumnya Anda harus menghentikan segala macam konsumsi
obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin, Coumadin dan
nonsteroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).
Konsultasikan pada dokter apakah Anda harus tetap menkonsumsi obat-obatan
yang diresepkan untuk Anda
2. Intratest:
Pasien akan dibaringkan di atas meja periksa dengan memakai gaun rumah sakit.
X-ray, CT scan atau ultrasonografi mungkin akan dilakukan terlebih dahulu untuk
menentukan lokasi biopsi.
Lokasi biopsi dibersihkan dengan didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang
Obat bius dimasukkan ke dalam tubuh. pasien akan merasakan sakit menyengat
ringan.
Saat area biopsi sudah terbius, jarum kecil akan dimasukkan ke area yang akan
diteliti. Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips. Pada
biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips dengan margin 1-2
cm diluar tumor
Sebagian jaringan-jaringan atau sel-sel diambil. Dalam beberapa kasus, pembedahan
kecil dapat dilakukan agar jaringan atau benjolan dapat diambil untuk diperiksa.
Beritahu dokter anda jika merasa tidak nyaman.
Setelah itu jarum akan diangkat.
Daerah biopsi akan ditekan lalu akan dipasang kassa kecil. Jika dilakukan
pembedahan , maka akan dilakukan penjahitan.
Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di dalam.
Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.
Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10% dengan perbandingan
volume minimal 1:5, dan semua bagian spesimen harus terendam dalam
larutan formalin
3. Posttest:
Kemungkinan akan ada memar, rasa tidak nyaman ataupun bengkak di tempat
biopsi dilakukan.
Jika perlu, pakailah obat penghilang rasa sakit yang tidak mengandung aspirin.
Letakkan es batu secukupnya di atas luka untuk mengurangi memar dan bengkak.
Hindari aktivitas berat ataupun mengangkat beban lebih dari 2,5 kg selama 24 jam.
Perlahan-lahan pasien dapat melakukan aktivitas normal kecuali ada pemberitahuan
sebelumnya dari dokter.
Hasil tes akan dikirim langsung ke dokter. Dokter akan memberitahukan hasilnya
kepada pasien.
Lain-lain yang hendaknya diketahui.
Bila pasien dibawah pengaruh bius umum, maka tindakan biopsi tidak akan
menimbulkan rasa sakit. Tapi bila biopsi dilakukan dengan bius lokal seperti pada biopsi
jarum, maka pasien mungkin akan merasakan sensasi nyeri tajam akibat tusukan jarum
sesaat saja.
Biasanya dibutuhkan waktu 2-3 hari, tapi ini tergantung keadaan jaringan dan teknologi
laboratorium yang ada.
Bila hasil biopsi dinyatakan normal, maka tidak ada kelainan atau keganasan pada
jaringan yang diambil. Tapi bila hasil biopsi dinyatakan abnormal, bukan berarti anda
terkena kanker. Hasil abnormal berarti ada kelainan pada jaringan yang bisa berarti
jinak atau ganas jadi tanyakan pada dokter anda intrepetasi yang lengkap. Bila hasil
biopsi pasien adalah inconclusive atau tidak dapat disimpulkan, maka kemungkinan
sampel jaringan yang diambil tidak representative dan mungkin biopsi harus diulang.
Bila pengambilan sampel tepat dan pemeriksaan sampel jaringan dilakukan oleh
ahlinya, maka biopsi insisional dan biopsi eksisional hampir 100% tepat. Tetapi khusus
untuk biopsi jarum, maka kemungkinan meleset hanya 2-5 kasus dari 100 kasus kanker.
Bila hasil biopsi jarum meragukan, maka dokter biasanya akan mengambil tindakan
biopsi jaringan.
Efek samping yang mungkin timbul adalah perdarahan, lebam, dan infeksi. Bila pasien
mengalami tanda-tanda tersebut segeralah ke dokter.
Menurut penelitian, biopsi jaringan bila dilakukan oleh ahlinya maka kemungkinan
penyebaran sel kanker melalui darah menjadi minimal.
Kesalahan Biopsi
Selain biopsi eksisi, kesalahan diagnosa dapat terjadi dalam biopsi insisi atau BAJAH
bila jaringan yang diambil tidak cukup.
Penyulit Biopsi
Selain perdarahan, pada tumor ganas, bila tidak dilakukan dengan benar maka dapat
memacu penyebaran penyakit.
Komplikasi operasi
a. Perdarahan
Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada
insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan
tidak dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik
perdarahan
b.Infeksi
Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau
sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi
B. KULTUR DAN SENSITIVITAS
Definisi
Kultur virus dilakukan untuk mengonfirmasi kecurigaan terhadap infeksi virus. Sampel
darah, apusan sputum, dan asupan faringeal merupakan spesimen yang paling umum
digunakan untuk mengidentifikasi virus. Spesimen tersebut diletakkan pada media kultur
virus khusus, yang terbuat dari sel yang sedang tumbuh; virus tidak dapat hidup pada
media yang tidak hidup.
Indikasi
Tujuan
Untuk mengidentifikasi infeksi virus.
Masalah Klinis
POSITIF: Pneumonia (virus), meningitis (virus), rinovirus, sinusitis, konjungtivitis,
shingles, virus varisela zoster, herpes simpleks, enterovirus, influenza,
sitomegalovirus (CMV).
Prosedur
Pretest:
Tidak terdapat pembatasan asupan makanan/ cairan
Menjelaskan kepada klien tentang prosedur pengambilan spesimen
Intra test:
Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung bertutup hijau dan setelahnya harus
didinginkan.
Apusan kultur dapat digunakan untuk mengambil spesimen dari konjungtiva, lesi,
tenggorok, dan rektum. Apusan harus diletakkan dalam media transportasi virus yang
didinginkan.
Post test:
Segera kirimkan spesimen ke laboratorium
Implikasi Keperawatan & Rasional
Kaji riwayat yang berkaitan dengan kemungkinan infeksi virus. Selanjutnya catat
keparahan infeksi.
Catat gejala yang dialami oleh klien, yang berkaitan dengan virus yang dicurigai.
C. TZANCK TEST
Tzanck Tes adalah Pemeriksaan cairan dari bula (melepuh) dalam mencari sel
Tzanck karakteristik varicella (cacar air), herpes zoster, herpes simpleks, dan pemphigus
vulgaris. Dinamakan untuk Arnault kulit Tzanck Rusia (1886-1954)
Etimologi: Arnault Tzanck, Rusia dokter kulit di Perancis, 1886-1954
pemeriksaan mikroskopis dari bahan selular dari lesi kulit untuk membantu
mendiagnosa penyakit vesikuler tertentu. Jaringan dikerik dari dasar vesikel dengan,
ditempatkan pada slide, dan bernoda dengan Wright atau yang noda Giemsa. Sel raksasa
multinuklear adalah diagnostik dari virus herpes atau varicella. Sel pemfigus dan lainnya yang
khas juga dapat diidentifikasi.
Sebuah tes Tzanck, juga dikenal sebagai hapusan Tzanck, adalah tes sederhana
yang dapat dilakukan untuk memeriksa sejumlah kecil infeksi virus. Ini termasuk penyakit
menular seksual (PMS) herpes kelamin.
Identifikasi
Selain herpes kelamin, pap Tzanck dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit
lain yang disebabkan oleh virus herpes, serta penyakit autoimun pemfigus, menurut Murat
Durdu dari Departemen Dermatologi di Universitas Başkent.
Prosedur
Dalam Tzanck smear, sampel diambil dari sakit kulit dengan pisau bedah. Sampel
ini kemudian diwarnai dengan Giemsa Wright-noda, menurut Panduan Merck. Arti Pap
Tzanck digunakan untuk mencari sel-sel raksasa multinuklear (sel besar yang memiliki lebih
dari satu inti) yang terjadi pada herpes dan kondisi yang berkaitan, menurut Panduan Merck.
Manfaat
Tzanck pengujian bernilai karena murah dan mudah untuk melakukan, menurut
Durdu.
Pertimbangan
Tzanck pengujian tidak dapat digunakan untuk memeriksa PMS lainnya. Orang-
orang mencari pengujian STD lanjut harus berkonsultasi Planned Parenthood atau Koalisi
Pengurangan Dampak Buruk.
D. SKIN SCRAPING
Scraping Kulit adalah teknik batuan dasar dalam dermatologi yang diterapkan pada
sebagian kasus yang tinggi. Ini memungkinkan baik ketebalan penuh epidermis dan isi folikel
rambut yang akan dijadikan sampel. Hal ini paling sering digunakan dalam diagnosis dari
infestasi parasit seperti sarcoptic, cheyletiellosis kudis dan demodicosis. Umumnya beberapa
situs sampel. Tungau bisa sangat sulit untuk menemukan dalam beberapa kasus.
Sebuah menggores kulit adalah tes diagnostik yang digunakan di hampir setiap
kondisi kulit. Penggunaan penting dari tes ini adalah untuk mendeteksi tungau, yang dalam
ukuran mikroskopis. Tungau jauh terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang, dan hanya
dapat positif didiagnosis oleh gesekan kulit dan analisis berikutnya bahan tergores di bawah
mikroskop. Dua tungau biasa kita mendiagnosa oleh gesekan kulit yang kudis Sarcoptic (Kudis)
dan Demodex.
Tungau liang ke dalam kulit atau folikel rambut, beberapa membenamkan lebih dalam
daripada yang lain. Kadang-kadang kita perlu melakukan beberapa mengorek di berbagai
lokasi untuk menemukan tungau. Beberapa tungau memiliki kecenderungan untuk
mempengaruhi daerah-daerah tertentu, jadi ini adalah wilayah kami menekankan ketika kita
melakukan pengujian. Sebuah scraping kulit yang negatif tidak menjamin hewan peliharaan
Anda bebas dari tungau. Tungau Demodex relatif mudah untuk menemukan di bawah
mikroskop, sedangkan Kudis (Sarcoptes) tungau bisa sangat sulit untuk menemukan di bawah
mikroskop.
Mendapatkan Sampel
Langkah pertama adalah dengan lembut mengikis permukaan kulit dengan pisau
bedah. Hal ini akan menghasilkan kulit, rambut, bulu dan kadang-kadang tungau jika mereka
hadir.
Ketika Scraping tersebut dilakukan dengan benar akan ada area kesal kecil di kulit. Ini
menandakan bahwa mengorek dilakukan cukup menyeluruh untuk menemukan tungau yang
bersembunyi dalam. Iritasi minor akan menyelesaikan dalam waktu singkat dan tidak
memerlukan obat-obatan apapun.
Analisis
Bahan menggesek dipindahkan ke slide untuk melihat di bawah mikroskop. Slide ini
metodis dianalisis untuk tungau, telur tungau, atau bukti infeksi jamur. Ini memakan waktu 5
menit, sehingga laporan yang tersedia saat Anda menunggu.
Membuat Kerokan Kulit
1. Hapuslah beberapa kali bagian kulit yang akan dikerok dengan kapas dibasahi alkohol
2. Bagian yang dikerok sebaiknya bagian pinggir lesi, yang aktif dan tertutup dengan sisik
3. Keroklah bagian tersebut dengan skalpel
4. Kerokan kult ditamung dalam sebuah cawan petri
Membuat Sedian Langsung Kerokan Kulit
1. Tarulah setetes larutan KOH 10% pada kaca benda
2. Ujung jarum dibasahi dengan larutan KOH, lalu dikenakan pada kerokan kulit, sehingga
kerokan tersebut menempel pada ujung jarum
3. Kerokan kulit atau sisik diletakkan pada tetesan larutan KOH, lalu ditutup dengan kaca
tutup
4. Tunggu 10 menit, atau lewatkan sediaan tersebut beberapa kali diatas nyala api
5. Periksa dibawah mikroskop dengan kondensor rendah, mula-mula dengan pembesaran 10
x 10 untuk mencari bagian kulit yang akan diperiksa, kemudian dengan pembesaran 10 x
45.
Membuat Sediaan dari Biakan Jamur
1. Ambil sedikit koloni jamur dari biakan, dengan menggunakan jarum yang ujungnya
dibengkkkan. Letakkan koloni tersebut pada kaca benda dalam satu tetes alkohol 70%
(untuk mencegah terbentuknya gelembung udara).
2. Teteskan lactophenol cotton blue.
3. Uraikan jamur tersebut dengan menggunakan 2 jarum secara hati-hati. Bila koloni ragi
buatlah emulsi dengan jarum atau sengkelit.
4. Sediaan ditutup dengan kaca tutup
5. Lihat dibawah mikroskop denga pembesaran kecil, kemudian dengan pembesaran besar.
Koleksi Prosedur:
1) Label slide dengan pertama dan terakhir tanggal pasien, nama lahir dan sumber
spesimen dengan pensil di ujung buram dan tempat dalam wadah yang diisi dengan
etanol 95% sehingga slide yang benar-benar tertutup.
2) Lembut mengikis wilayah kelainan. Jika lesi abnormal vesikel, hapus menutupi dan
mengikis baik pada dasar vesikel dan sekitar pinggirannya.
3) Hapus salah satu slide dari fiksatif tersebut. Cepat dan merata Pap bahan yang
dikumpulkan di salah satu slide kaca.
4) Segera kembali membenamkan slide dalam fiksatif. Ulangi proses dengan slide kedua,
jika perlu, untuk hasil diagnostik yang lebih baik.
5) Ulangi proses untuk daerah tambahan jika diperlukan. Setelah pengumpulan,
meninggalkan slide dalam etanol 95%.
6) Menyerahkan spesimen dan bentuk permintaan menyelesaikan tes ke Laboratorium
Sitopatologi.
Transportasi:
Setiap spesimen harus ditempatkan dalam wadah berlabel yang jelas adalah bukti bocor.
Tempat spesimen dalam kantong transportasi Biohazard. Kertas permintaan (s) yang
menyertai spesimen atau slide dalam fiksatif harus ditempatkan di kantong luar tas
Biohazard untuk menghindari paparan untuk setiap kebocoran fiksatif.
Penyebab penolakan:
permintaan resmi pasien yang tidak lengkap, berlabel / spesimen salah berlabel, spesimen
beku, tes yang salah memerintahkan untuk spesimen, spesimen di fiksatif yang salah atau
kedaluwarsa, spesimen dari orang yang tidak sah. Tidak dapat diterima kondisi: Air-kering
tercoreng.
Catatan:
mengorek harus dari daerah yang terinfeksi.
1) Identifikasi kulit di daerah untuk dikorek (antara lipatan kulit, garis merah, titik pensil
seperti titik-titik).
2) Mengikis kulit dengan tepi pisau bedah. Gunakan tutup pembawa batin sebagai tahap
kerja.
3) Transfer materi yang melekat pada pisau bedah ke slide kaca dengan menekan lembut.
4) Tambahkan 1 atau 2 tetes minyak mineral dari segmen minyak menembus ke slide, dan
campuran sel-sel kulit dan minyak.
5) Label slide dengan menulis nama belakang pasien, nama pertama dan tanggal pada
bagian beku dari slide.
6) Tempatkan slide dalam pembawa slide, tape itu tertutup, dan tempat dalam tas
Biohazard. Tas harus disertai dengan bentuk sesuai dengan identifikasi pasien yang
relevan, sejarah klinis, dokter meminta dan lokasi kulit yang telah tergores.
E. PATCH TEST (UJI TEMPEL)
Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu bahan
yang kontak dengan kulit. Menurut American Academy of Allergy, Asthma, And Immunology
bahwa uji tempel ini merupakan golden standart untuk identifikasi dermatitis kontak,
terutama untuk penderita yang kronik dan berulang. Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah
dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel
biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada
sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan
impermeable, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah
48 jam (pada waktu dibuka). Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu
minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting
dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan dengan
konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi reaksi akan menurun setelah 48
jam (reaksi tipe decrescendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe
crescendo).
Syarat uji tempel adalah dermatitis dalam keadaan tenang atau sudah sembuh agar
tidak terjadi angry back, pemakaian kortikosteroid topical harus di hentikan sekurang –
kurangnya 1 minggu, uji tempel dilakukan dengan dengan bahan standar atau bahan yang
dicurigai. Hasil dapat berupa: tidak ada reaksi (0),eritema (+),eritema dan papul (++),
eritema,papula dan vesikula(+++), udema yang jelas dan vesikula (++++) (pembacaan hasil
menurut Fisher).
Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu bahan
yang kontak dengan kulit. Menurut American Academy of Allergy, Asthma, And Immunology
bahwa uji tempel ini merupakan golden standart untuk identifikasi dermatitis kontak,
terutama untuk penderita yang kronik dan berulang.
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila
mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di
bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan
pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeable, kemudian direkat dengan plester.
Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka). Untuk bahan
tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema
dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi
kontak atau karena iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh
karena iritasi reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decrescendo), sedangkan reaksi
alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe crescendo).
Syarat uji tempel adalah dermatitis dalam keadaan tenang atau sudah sembuh agar
tidak terjadi angry back, pemakaian kortikosteroid topical harus di hentikan sekurang –
kurangnya 1 minggu, uji tempel dilakukan dengan dengan bahan standar atau bahan yang
dicurigai. Hasil dapat berupa: tidak ada reaksi (0),eritema (+),eritema dan papul (++),
eritema,papula dan vesikula(+++), udema yang jelas dan vesikula (++++) (pembacaan hasil
menurut Fisher).
Uji tempel sering dipakai untuk membuktikan dermatitis kontak. Suatu serisediaan
uji tempel yang mengandung berbagai obat ditempelkan pada kulit(biasanya daerah
punggung) untuk dinilai 48-72 jam kemudian.
Uji tempel dikatakan positif bila terjadi erupsi pruritus, eritema, dan vesikular yang
serupa dengan reaksi. Klinis alergi sebelumnya, tetapi dengan intensitasdan skala lebih ringan.
Gambar 19. Patch test
Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak
pakai,p e r h a ti k a n c a r a p e n y i m p a n a n d a n t a n g g a l k a d a l u a r s a n y a H a r u s
d i i n g a t b a h w a kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini sehingga
memberihasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah
berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan.
Melakukan uji
K a l a u m e m u n g k i n k a n g u n a k a n a p l i k a t o r s e p e r t i d i a t a s s e h i n g g a
d a p a t digunakan banyak antigen sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas penutup
antigen,harus dengan posisi menghadap ke atas sehingga antigen tidak tumpah. Kalau
tidak a d a a p l i k a t o r s e p e r t i i t u d a p a t d i g u n a k a n a n t i g e n y a n g m u d a h
d i d a p a t ( t e t a n u s , tuberculin, dan sebagainya). Dengan menggunakan alat
suntik tuberkulin, pastikanbahwa sejumlah 0,1 ml antigen masuk secara intrakutan hingga
berbentuk gelembung dan tidak subkutan. Beri tanda dengan lingkaran masing-
masing lokasiantigen.
Hasil pemeriksaan
Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif maka
cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi
yangterjadi harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm
dengandiameter melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi gunakan
formula(a+b):2. Suatu reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih.
Efek samping
Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari
tanpameninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul
vesikel danulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.
Interpretasi
Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik
selular s e s e o r a n g k a r e n a u n t u k d a p a t d i s i m p u l k a n h a s i l u j i h a r u s
d i s e s u a i k a n d e n g a n anamnesis dan keadaan klinik. Untuk menilai suatu uji
kulit, seperti juga prosedur diagnostik yang lain, sangat tergantung pada pemeriksanya.
Bila disimpulkan bahwakemungkinan terdapat gangguan pada sistem imunitas selular, maka
dapatdipertimbangkan pemberian imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi
sebaiknyapemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo.
F. PCR
Sebuah tes PCR herpes dilakukan ketika seseorang memiliki wabah herpes. Secara
umum, ada dua pendekatan untuk mendiagnosis herpes, baik melalui tes laboratorium atau
melalui pemeriksaan fisik dan sejarah. Dalam tes laboratorium, virus yang terdeteksi langsung
dari lesi kulit. Usap-raba di daerah yang sakit. Kemudian dikirim untuk salah satu tes beberapa
usap disebut budaya, FA, atau tes PCR. Kebanyakan pihak merasa tes laboratorium yang
akurat harus digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan fisik dan sejarah herpes
sarana paling dapat diandalkan herpes mendiagnosis.
Pengujian untuk virus langsung dari kulit berguna jika gejala kelamin yang hadir
selama waktu kunjungan ke dokter. Diagnosa herpes dengan hanya melihat sebuah lesi atau
sakit tidak memberikan diagnosis yang akurat karena infeksi atau iritasi lainnya dapat terlihat
seperti herpes. Dengan demikian, dan karena HSV adalah penyakit kronis, konfirmasi
diagnosis dengan tes laboratorium dianjurkan oleh hampir semua otoritas medis.
Polymerase Chain Reaction atau PCR Test
Polymerase Chain Reaction atau Test PCR adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis urutan pendek DNA atau RNA bahkan dalam sampel yang mengandung hanya
jumlah menit DNA atau RNA. Herpes PCR digunakan untuk mereproduksi atau memperkuat
bagian yang dipilih dari DNA atau RNA. Sebelumnya, amplifikasi DNA yang terlibat kloning
segmen bunga menjadi vektor untuk ekspresi dalam bakteri, dan mengambil minggu. Tapi
sekarang, dengan tes PCR dilakukan dalam tabung uji, hanya dibutuhkan beberapa jam. Tes
PCR sangat efisien, sehingga tak terhitung salinan dapat dibuat dari DNA.
Pengujian PCR untuk Diagnosa herpes
PCR herpes pengujian adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosa
herpes. Teknik PCR membuat banyak salinan dari bahan genetik virus baik DNA atau RNA
dalam waktu singkat sehingga bahkan sejumlah kecil virus cukup untuk tes positif. Hal ini
memungkinkan PCR untuk mendiagnosis secara akurat dan andal herpes. Sebuah waktu yang
sangat singkat hanya sekitar 4 jam diperlukan sekali spesimen tiba di laboratorium. PCR
herpes tes juga dapat mengetahui apakah HSV-1 atau HSV-2 hadir. PCR tes hanya cukup
sensitif untuk menemukan lesi herpes pada yang tidak mengandung virus banyak. Metode ini
memberikan peningkatan 23% dalam sensitivitas dan spesifisitas 100% pada korelasi untuk
biakan virus. Hal ini dapat dilakukan pada sel atau cairan dari darah luka atau pada atau pada
fluida lain seperti cairan tulang belakang orang tersebut. Tes PCR tidak umum dilakukan pada
lesi kulit sendiri tapi yang terbaik adalah untuk pengujian cairan tulang belakang.
Apa PCR (polymerase chain reaction)?
PCR (polymerase chain reaction) merupakan metode untuk menganalisis urutan
pendek DNA (atau RNA) bahkan dalam sampel yang hanya berisi jumlah menit DNA atau RNA.
PCR digunakan untuk mereproduksi (memperkuat) bagian yang dipilih dari DNA atau RNA.
Sebelumnya, amplifikasi DNA yang terlibat kloning segmen bunga menjadi vektor untuk
ekspresi dalam bakteri, dan mengambil minggu. Tapi sekarang, dengan PCR dilakukan dalam
tabung reaksi, hanya dibutuhkan beberapa jam. PCR sangat efisien sehingga tak terhitung
salinan dapat dibuat dari DNA.
Selain itu, PCR menggunakan molekul yang sama bahwa alam menggunakan untuk
menyalin DNA:
Dua "primer", sekuens DNA untai tunggal pendek yang disintesis untuk sesuai dengan awal
dan akhir dari bentangan DNA yang akan disalin;
Sebuah enzim yang disebut polimerase yang bergerak di sepanjang segmen DNA,
membaca kode dan perakitan salinan; dan
Setumpuk blok bangunan polimerase DNA yang perlu membuat salinan itu.
Bagaimana PCR (polymerase chain reaction) dilakukan?
Seperti diilustrasikan dalam gambar animasi PCR, tiga langkah utama yang terlibat
dalam PCR. Ketiga langkah ini diulang untuk 30 atau 40 siklus. Siklus yang dilakukan pada
pengendara sepeda otomatis, perangkat yang dengan cepat memanaskan dan mendinginkan
tabung uji yang mengandung campuran reaksi. Setiap langkah - denatauration (perubahan
struktur), anil (bergabung), dan ekstensi - berlangsung pada suhu yang berbeda:
1) Denaturasi: Pada 94 C (201,2 F), DNA beruntai ganda mencair dan membuka ke dua
potong DNA beruntai tunggal.
2) Annealing: Pada suhu sedang, sekitar 54 C (129,2 F), primer berpasangan (anil) dengan
"template" beruntai tunggal (. Template adalah urutan DNA yang akan disalin) Pada
panjang kecil double-stranded DNA (primer bergabung dan template), polimerase
menempel dan mulai menyalin template.
3) Extension: Pada 72 C (161,6 F), polimerase karya terbaik, dan blok bangunan DNA
komplementer untuk template yang digabungkan untuk primer, membuat molekul DNA
double stranded.
Dengan satu siklus, segmen tunggal double-stranded DNA template diperkuat
menjadi dua bagian yang terpisah dari DNA beruntai ganda. Kedua potongan tersebut
kemudian tersedia untuk amplifikasi di siklus berikutnya. Sebagai siklus yang berulang,
semakin banyak salinan yang dihasilkan dan jumlah salinan dari template meningkat secara
eksponensial.
Apa tujuan melakukan PCR (polymerase chain reaction)?
Untuk melakukan PCR, DNA asli yang seseorang ingin menyalin tidak perlu murni
atau berlimpah. Hal ini dapat murni tetapi juga dapat menjadi bagian menit campuran bahan.
Jadi, PCR telah menemukan kegunaan yang luas dan tak terhitung - untuk mendiagnosa
penyakit genetik, melakukan sidik jari DNA, menemukan bakteri dan virus, penelitian evolusi
manusia, kloning DNA dari sebuah mumi Mesir, membangun ayah atau hubungan biologis, dll.
Dengan demikian, PCR telah menjadi alat penting bagi ahli biologi, laboratorium forensik
DNA, dan laboratorium lain yang mempelajari materi genetik.
Bagaimana PCR (polymerase chain reaction) ditemukan?
PCR Kary Mullis ditemukan oleh. Pada saat ia terpikir PCR pada tahun 1983, Mullis
sedang bekerja di Emeryville, California untuk Cetus, salah satu perusahaan bioteknologi
pertama. Di sana, ia didakwa dengan membuat rantai pendek DNA untuk ilmuwan lain. Mullis
telah menulis bahwa ia dikandung PCR sambil meluncur di sepanjang Pacific Coast Highway
128 suatu malam di sepeda motornya. Ia bermain dalam pikirannya dengan cara baru
menganalisis perubahan (mutasi) dalam DNA ketika ia menyadari bahwa ia bukannya
menemukan sebuah metode untuk memperkuat DNA setiap wilayah. Mullis telah
mengatakan bahwa sebelum perjalanan sepeda motornya sudah berakhir, dia sudah
menikmati prospek Hadiah Nobel. Ia berbagi hadiah Nobel Kimia dengan Michael Smith pada
tahun 1993.
Seperti Mullis telah tertulis dalam Scientific American:.. "Dimulai dengan satu
molekul DNA bahan genetik, PCR dapat menghasilkan 100 miliar molekul serupa di sore reaksi
ini mudah untuk mengeksekusi Hal ini membutuhkan tidak lebih dari sebuah tabung uji,
beberapa reagen sederhana, dan sumber panas. "
Apa itu RT PCR?
RT-PCR (reverse transcriptase-polymerase chain reaction) merupakan teknik yang
sangat sensitif untuk deteksi dan kuantisasi mRNA (messenger RNA). Teknik ini terdiri dari dua
bagian:
• Sintesis cDNA (DNA komplementer) dari RNA dengan transkripsi terbalik (RT) dan
• Para amplifikasi cDNA tertentu dengan reaksi rantai polimerase (PCR).
RT-PCR telah digunakan untuk mengukur viral load HIV dan juga dapat digunakan
dengan virus RNA lainnya seperti campak dan gondok.
Akurasi dan Keandalan Tes PCR
Sebuah studi memamerkan akurasi dan validitas tes PCR herpes. Lebih dari 36.000
spesimen yang diuji oleh budaya dan uji PCR, 3377 yang positif dengan PCR tetapi negatif oleh
budaya. Banyak spesimen yang positif hanya dengan PCR dikumpulkan dalam bulan-bulan
musim panas hangat. Kondisi transportasi yang hangat dapat membahayakan virus sehingga
tidak dapat menginfeksi sel kultur namun tes PCR tidak terpengaruh. Ini adalah alasan lain tes
PCR lebih akurat daripada tes kultur virus.
Pro dan Kontra Tes PCR Herpes
Karena test PCR lebih sensitif dibandingkan budaya atau sitologi, virus dapat
terdeteksi untuk jangka waktu lebih baik sebelum dan sesudah wabah. Tingkat negatif palsu
deteksi budaya mulai meningkat secara dramatis 48 sampai 72 jam setelah wabah.
Selanjutnya, Herpes budaya memerlukan pengumpulan terpisah yang harus didinginkan. PCR
herpes tes dilakukan langsung dari botol, dan dapat disimpan pada suhu kamar.
Meskipun keuntungan yang menarik dari pengujian PCR, tidak banyak tersedia dan
lebih mahal daripada budaya atau herpes FA tes. Tapi PCR lebih mungkin untuk memberikan
jawaban yang benar. Kesempatan herpes hilang dalam lesi dengan kultur atau FA jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan PCR. Jika PCR herpes tes tidak terjangkau atau tersedia untuk
Anda, serologi jenis tes darah khusus adalah alternatif yang baik untuk melihat apakah Anda
telah terinfeksi dengan HSV.
Lab Investigasi: Pemeriksaan suatu Gene Single
Dalam investigasi laboratorium, Anda akan menggunakan polymerase chain reaction
(PCR) untuk memeriksa bagian yang sangat kecil DNA.
Mengekstrak DNA
Bahan / Peralatan yang Dibutuhkan
Untuk kelas:
• Microwave
• Micropipet
• Micropipet tips
Untuk setiap strain bakteri:
• Tusuk gigi
• steril air
• 1,5 ml tabung microfuge
• Bakteri koloni dari masing-masing agar-agar LB + ampicillian
Prosedur
1) Memperoleh dua tabung microfuge dengan 20 air steril yang telah dibagikan ßl ke
dalamnya. Label Anda tabung-cahaya / cahaya tidak
2) Satu piring garis hitam: Gunakan pipet tip pipet steril pada untuk menempatkan
sejumlah kecil bakteri ke dalam air steril di pipet, tabung campuran air / bakteri atas
dan ke bawah beberapa kali untuk sepenuhnya mengusir sel-sel.
3) Tiga garis piring: Ulangi langkah 1-2 dengan piring kedua bakteri dalam tabung
microfuge kedua
4) Tutup tabung dan microwave selama 2 menit pada tinggi untuk meledak sel dan
melepaskan DNA mereka.
5) DNA bakteri sekarang siap untuk PCR. Simpan dalam freezer sampai siap untuk
digunakan.
Melakukan PCR
Bahan / Peralatan yang Dibutuhkan
Untuk kelas:
• thermocycler
• microcentrifuge (opsional)
• Micropipet
• Micropipet tips
• MasterMix (dari Eppendorf, Anda dapat menggunakan manik-manik PCR atau Anda
dapat mencampur campuran menguasai Anda sendiri, satu dari Eppendorf sangat
ekonomis).
Untuk reaksi masing-masing:
Untuk PCR 0,2 ml microfuge tabung tambahkan
10 ml of Eppendorf 2.5X MasterMix which contains:
• air steril
• MgCl2
• PCR buffer
• nukleotida (juga disebut dNTP)
• polimerase Taq DNA
5 diekstraksi DNA ml (DNA dari cahaya dan tidak ada bakteri cahaya)
5 ml dari primer ke depan
5 ml dari primer reverse
Prosedur
1) Label cahaya microfuge tabung / cahaya tidak
2) Menggunakan micropipet dengan ujung yang bersih, tambahkan 5 ml DNA diekstraksi
ke tabung yang sesuai.
3) Setelah menambahkan DNA, tambahkan campuran 10μl master dan 5 ml dari masing-
masing primer ke tabung. Jika perlu, tekan dengan lembut Anda tabung di meja untuk
mendapatkan semua cairan ke bagian bawah tabung.
4) Tempatkan tabung Anda ke thermocycler untuk menjalankan 'GFP' program. Program
ini adalah 30 siklus:
• 94 ° C selama 30 detik
• 55 ° C selama 45 detik
• 72 ° C selama 1,5 menit
5) Setelah siklus selesai, reaksi PCR dapat didinginkan atau dipersiapkan untuk
elektroforesis.
Elektroforesis reaksi PCR Anda
Bahan / Peralatan yang Dibutuhkan
• Elektroforesis aparat, elektroda, dan pasokan listrik
• Micropipet
• Micropipet tips
• Memuat pewarna
• 0,8% gel agarosa
• spidol berat molekul (1 tabung per gel)
• Air mandi di 55 ° C atau hot plate
• Termometer untuk mandi air
• TAE buffer
• etidium bromida kertas (1 per potong gel)
• Pewarnaan baki
• Sarung tangan (untuk penanganan etidium bromida)
• Kotak sinar UV
• sinar UV polaroid mengatur (termasuk kamera, film, konektor kamera, dan perisai
cahaya)
• Biohazard tas
Prosedur
Menuangkan gel agarosa
1) Dapatkan aparat elektroforesis dan segel kedua ujung baki gel dengan tape atau
sumbat.
2) Pastikan satu sisir di tempat pada elektrode negatif (akhir hitam gel).
3) Tuangkan agarosa meleleh ke ruang gel sampai gel adalah sekitar 5 mm mendalam.
Biarkan mengeras agarosa, yang harus mengambil 5-10 menit. Jangan menyentuh /
memindahkan gel Anda sampai sulit. Sementara itu, siapkan reaksi PCR Anda untuk
elektroforesis.
Elektroforesis reaksi PCR Anda
1) Menggunakan micropipet dengan ujung yang bersih, pipet 5 ml loading dye gel ke
dalam tabung reaksi Anda PCR. Anda akan memuat baik reaksi PCR dan sampel DNA
penanda standar ke gel. Sebuah penanda DNA standar memiliki banyak potongan
DNA yang berbeda ukuran sehingga Anda dapat membandingkannya dengan DNA
dari reaksi PCR Anda untuk mencari tahu apa ukuran sepotong itu. Dua atau tiga
kelompok dapat berbagi gel, tetapi hanya satu penanda berat molekul yang
dibutuhkan per gel.
2) Buatlah gambar gel Anda dan label di mana sumur Anda akan beban yang sampel
(PCR reaksi (s), DNA penanda). Jadilah tertentu untuk memiliki informasi di mana
kelompok-kelompok lainnya yang ditambahkan sampel mereka.
3) Ketika gel Anda telah mengeras, lepaskan pita atau sumbat.
4) Load sampel Anda ke dalam sumur - pastikan Anda melacak mana sampel Anda
memuat di mana sumur.
5) Tuangkan TAE buffer hati-hati sehingga memenuhi electrophoresisapparatus dan
hanya mencakup gel.
6) Jalankan gel yang! Pasang elektroda ke aparat elektroforesis Anda (merah ke merah,
hitam ke hitam), berhati-hati untuk tidak bump gel Anda terlalu banyak.
7) Plug sumber daya ke stopkontak dan mengatur tegangan untuk sekitar 100 V (max =
120 V).
8) Biarkan menjalankan gel sampai pewarna bermigrasi sekitar 5-6 cm dari sumur
(sekitar 20-25 menit).
9) Matikan power supply, lepaskan elektroda, dan menghapus bagian atas
electrophoresisapparatus tersebut.
10) Hati-hati menghapus gel. Gel dapat dibungkus dalam bungkus plastik dan disimpan
di lemari es atau ditempatkan dalam nampan pewarnaan untuk pewarnaan DNA.
Pewarnaan gel untuk meneliti reaksi PCR
1) Tempat pewarnaan gel dalam baki
2) Menggunakan sarung tangan, menghapus plastik dari lembar ethidium bromida dan
tempat kertas ethidium bromida pada gel. Lembut menggosok kertas dengan jari-
jari Anda untuk memastikan itu adalah menghubungi gel seluruh.
3) Stain selama sekitar 10 menit.
4) Masukan gel pada kotak sinar UV dan, dengan perisai UV bawah, melihat gel Anda.
5) Mengambil gambar polaroid gel Anda.
Analisis
Apa yang Anda lihat pada gel Anda? Apakah bakteri memperkuat gen GFP dari pGLO
plasmid? Mengapa atau mengapa tidak? Apa lagi yang bisa Anda lakukan untuk
memastikan DNA diperkuat adalah gen GFP?
G. SEROLASI
Uji serologi adalah membedakan bakteri berdasarkan sifat-sifat antigeniknya. Uji
serologi telah digunakan secara luas untuk diagnosis laboratories penyakit menular. Uji
laboratories yang didasarkan pada reaksi antigen-antibodi memperluas keterampilan
diagnostic para ahli klinik dan mempedomani usaha-usaha pengobatan. Uji serologi
merupakan bagian yang besar dari teknik laboratories yang tersedia untuk membantu para
ahli klinik. Uji serologi yang terpenting dan digunakan paling luas mencakup reaksi-reaksi
aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen.
Antibody (immunoglobulin) adalah sekelompok lipoprotein dalam serum darah dan
cairan jaringan pada mamalia. Antibody memiliki lebih dari satu tempat pengkombinasian
antigen. Kebanyakan antibody makhluk hidup mempunyai 2 tempat pengkombinasian yang
disebut bivalen. Beberapa antibody bivalen dapat membenuk beraneka antibody yang
mempunyai lebih dari 10 tempat pengkombinasian antigen.
Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat dalam manusia atau organisme
multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibody terhadapnya dan
dengan antibody itu antigen dapat bereaksi dengan khas. Sifat antigenik dapat ditentukan
oleh berat molekulnya.. Salmonella dan jenis-jenis lainnya dalam family Enterobacteriaceae
mempunyai beberapa jenis antigen, yaitu antigen O (somatic), H (Flagella), K (Kapsul) dan Vi
(Virulen). Antigen di dalam reaksi aglutinasi dapat berupa sel atau partikel, misalnya partikel
latex yang permukaannya telah diresapi antigen yang dapat larut, ditambahkannya
antibody yang homolog akan menyebabkan terjadinya aglutinasi atau penggumpalan,
sehingga menghasilkan agregat kasat mata sel-sel itu, reaksi aglutinasi juga digunakan di
dalam penggolongan dan penentuan tipe darah manusia.
Uji serologis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat gambaran titer
antibodi di dalam tubuh ayam. Pengaplikasian uji serologis ini kurang lebih ada 4 tujuan, satu
diantaranya ialah untuk memantau hasil vaksinasi. Dalam perkembangannya, peternak mulai
menyadari perlunya melakukan uji serologis terlebih lagi dengan semakin banyaknya jenis
penyakit atau padatnya jadwal vaksinasi. Melalui uji serologis, pelaksanaan vaksinasi ulang
pun menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga dapat digunakan sebagai
peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakit viral seperti Newcastle
diseases (ND), avian influenza (AI), infectious bursal disease (IBD/gumboro), infectious
bronchitis (IB) dan egg drops syndrome (EDS) maupun penyakit bakterial yaitu korisa,
salmonella dan chronic respiratory disease (CRD) dapat diketahui melalui uji serologis.
Metode Uji Serologi
HI test dan ELISA merupakan metode uji serologi yang telah familiar bagi peternak.
Kedua metode uji tersebut seringkali menjadi pilihan bagi peternak. Bahkan ada beberapa
peternak yang telah menjadikan seperangkat alat HI test sebagai sebuah investasi untuk
mendukung usaha peternakannya. Beberapa metode uji serologi yang diaplikasikan antara
lain :
Haemagglutination Inhibition (HI) test
Secara bahasa haemagglutination inhibition dapat diartikan sebagai hambatan
haemaglutinasi. Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalan dari sel darah
merah. Kemampuan mengaglutinasi tidak dimiliki oleh semua virus atau bakteri yang
menyerang ayam tetapi hanya beberapa virus dan bakteri yang memiliki zat
haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND), poxvirus (Pox), adenovirus (EDS),
orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp., Haemophilus paragallinarum maupun
Salmonella pullorum. Zat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri
tersebut bersifat antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik.
Antibodi yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan mengambat terjadinya aglutinasi
darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus atau bakteri.
Hasil HI test ditunjukkan dari ada tidaknya proses aglutinasi.
(A = terjadi aglutinasi dan B = tidak terjadi aglutinasi)
HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu
menentukan diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan
tubuh (titer antibodi, red). Prinsip kerja dari HI test ialah mereaksikan antigen dan serum
dengan pengenceran tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa
antibodi yang terkandung dalam serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi eritrosit.
HI test merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat
diketahui dengan cepat.
HI test merupakan metode uji serologis yang relatif mudah dilakukan
dan hasil yang diperolehnya pun cepat
Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
ELISA sebagai salah satu metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu
mampu mendeteksi beberapa jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantung dari kit ELISA
yang digunakan). ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan mendeteksi
ayam yang tidak terinfeksi atau ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif) yang tinggi.
Peralatan yang digunakan dalam uji serologis melalui
ELISA salah satunya ialah microreader
Metode uji ini banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD)
maupun bakteri, seperti Salmonella sp. dan Pasteurella multocida. ELISA juga merupakan
metode uji serologis yang cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Namun
peralatannya, seperti reader, washer dan komputer relatif mahal.
Agar Gel Precipitation (AGP)
Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi
antibodi terhadap berbagai virus berdasarkan reaksi positif (+) atau negatif (-). Namun AGP
akan mendeteksi semua strain virus tanpa memperhatikan serotipenya. Meski relatif
belum dikenal oleh peternak, metode ini seringkali digunakan untuk mendeteksi antibodi
dari virus IB dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis.
Rapid Plate Aglutination (RPA)
RPA merupakan metode uji serologis yang sesuai dan mudah digunakan untuk
mendeteksi antobodi yang dihasilkan saat ada infeksi atau vaksinasi bakteri Mycoplasma
sp. dan Salmonella sp. Metode uji ini juga relatif fleksibel karena dapat dilakukan di
laboratorium maupun langsung saat berada di kandang.
Cara metode uji ini juga sangat mudah, hanya dengan mencampur satu tetes
serum dengan satu tetes antigen kemudian dikocok selama 2 menit. Jika terjadi aglutinasi
(penggumpalan) maka reaksi dinyatakan positif dan sebaliknya jika tidak terjadi aglutinasi
hasil uji serologis dinyatakan negatif. Oleh karena itu, metode uji serologis ini hanya
menunjukkan ada tidaknya titer antibodi, namun tidak bsia menentukan tinggi rendahnya
(nilai) dari antibodi yang terdapat dalam tubuh ayam.
Serum Neutralisation (SN) test
Serum neutralisation (SN) test merupakan metode uji serologis yang paling mahal
diantara ke-4 metode uji sebelumnya. Metode uji ini membutuhkan peralatan yang mahal.
Selain itu, dalam metode ini diperlukan telur spesific pathogenic free (SPF) untuk persiapan
kultur jaringan atau kultur organ. Metode uji ini paling tepat digunakan untuk mendeteksi
antibodi terhadap serotipe yang berbeda dari virus yang diuji. Titer antibodi yang dapat
diuji dengan SN test antara lain IB dan FAV.
Titik Kritis Pertama Penentu Keberhasilan Diagnosa
Pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan tepat
Itulah metode pengambilan dan penanganan sampel darah. Oleh karena itu teknik
pengambilan dan penanganan sampel darah harus dilakukan dengan tepat. Mengenai hal ini
telah kami cantumkan pada artikel utama edisi kali ini pada subpoint pengambilan sampel
yang kurang tepat.
Jarak dan Waktu Analisis, Tidak Menjadi Kendala Lagi
Jarak dan waktu analisis sering kali menjadi kendala jika kita akan mela-kukan uji
serologis. Terlebih lagi hasil uji serologis tersebut dinantikan untuk me-mantapkan diagnosa
suatu penyakit. Berdasarkan latar belakang tersebut dan sejalan dengan misi Medion, yaitu
mem-berikan pelayanan yang prima maka di-bukalah layanan uji serologis (HI test) di seluruh
kantor cabang Medion. Selain dekat, waktu yang diperlukan untuk analisis sangat cepat.
Peternak dapat mengetahui hasil uji serologisnya dalam waktu tidak lebih dari 1 x 24 jam.
Uji serologis mempunyai peranan yang penting, terutama sebagai peman-tapan
diagnosa penyakit. Sudah saatnya kita mengenal dan mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Journal of the American Academy of Dermatology; Tzanck Smear Test Study Merck Manuals: Tzanck Test
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003840.htm
http:// doktermu.com/tes-medis/7-biopsi
http://bedahumum.wordpress.com/2008/10/08/biopsi-insisional-dan-eksisional/
http://www.rvc.ac.uk/review/Dermatology/Tests/Scraping.htm
http://dermnetnz.org/procedures/patch-tests.html
Top Related