PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING
MELALUI KATEKESE
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Florensius Arintia Kristanto NIM : 021124032
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Bapak dan Ibuku
serta adik-adikku,
teman-teman seangkatanku,
almamaterku,
dan
Seluruh Kaum Muda dan orang yang berjiwa muda
di mana saja berada
v
MOTTO
Sebab KasihNya hebat atas kita dan kesetian kita untuk selama – lamanya. Haleluya! (Mazmur 117 : 2)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan
dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2008
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Florensius Arintia Kristanto
Nomor Mahasiswa : 021124032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberi kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul : PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dengan bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 10 Januari 2009
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE. Judul ini dipilih berdasarkan pembinaan iman kaum muda yang selama ini dilaksanakan. Disatu pihak pembinaan iman kaum muda sangat diperlukan, disisi yang lain pembinaan iman kaum muda yang selama ini dilaksanakan tidak dapat berjalan dengan baik sehingga dirasakan kurang memberikan makna bagi kaum muda. Pembinaan iman kaum muda tidak lebih hanya merupakan suatu kegiatan yang pokoknya asal jalan saja sehingga tujuan dari kegiatan pembinaan iman yang senantiasa dicita-citakan tidak mungkin tercapai.
Persoalan mendasar skripsi ini adalah bagaimana mengupayakan suatu bentuk pembinaan iman yang sesuai dengan harapan-harapan kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Dengan demikian pembinaan iman yang diselenggarakan benar-benar dapat membantu kaum muda dalam mengembangkan imannya baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai anggota Gereja. Bentuk pembinaan iman kaum muda yang dimaksud adalah katekese dengan memilih model Shared Christian Praxis. Dengan model ini diharapkan kaum muda dapat bersemangat kembali dalam mengikuti pembinaan iman.
Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran baik bagi kaum muda sendiri maupun para pembina atau pemandu pembinaan iman khususnya di lingkungan Santo Petrus, agar penyelenggaraan pembinaan iman benar-benar berjalan baik.
ix
ABSTRACT
The title the thesis is THE FAITH CONTRUCTION BY GIVING CATECHISM OF YOUTH IN SANTA LUCIA AT SANTO PETRUS GANCAHAN II ENVIRONMENT IN GAMPING PARISH. This title has been chosen according to the faith contruction for youth. In one hand, the faith construction is a must, in the other hand; the faith construction couldn’t work as well as we thought, so the term didn’t give too much sense for the youth. The faith construction which has been held is only a regular activity that must be done. And then, the aim of the faith construction activity couldn’t be reached effectively. The basic term is how to get a kind of term of faith construction based on the hopes of Santa Lucia Youth at Santo Petrus Gancahan II in Gamping Parish. Moreover, the faith construction which is held can really help the youth to increase their not only as society members or church members. The faith construction term of youth is the catechism in Shared Christian Praxis term. By this model, we hope the youth can increase their spirit in following the faith construction. The author hope, the thesis can give idea contributions not only for the youth but also for the leader of faith construction especially in Santo Petrus environment, so that the activity of faith construction can work well and effectivelly.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena berkat dan kasih-Nya yang
melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBINAAN IMAN
KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS
GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE.
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh Gereja senantiasa memberi
perhatian yang lebih kepada kaum muda. Kaum muda merupakan kekuatan amat
penting dalam masyarakat zaman sekarang (AA. Art. 12). Karena pada masa yang
akan datang kaum muda akan menduduki peran yang penting dalam bidang sosial dan
politik. Selain itu juga mereka akan menjadi ujung tombak Gereja di dalam
mewartakan Kerajaan Allah. Skripsi ini dimaksudkan untuk menggali semangat
penghayatan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II
Paroki Gamping. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak P. Banyu Dewa Hs, S.Ag., M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, membimbing penulis dengan
xi
penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan sehingga penulis termotivasi
dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK, selaku dosen penguji II dan dosen
Pembimbing Akademik yang selalu mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini dan yang telah membimbing, memotivasi, serta
mendampingi penulis selama melangsungkan studi di Prodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma
3. P. Drs. HJ. Suhardiyanto, SJ. selaku dosen penguji III yang telah meluangkan
waktu dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan yang
telah membimbing, memotivasi penulis selama melangsungkan studi di Prodi
IPPAK Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap Staf Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membantu, dan
mendampingi penulis selama studi hingga selesainya skripsi ini.
5. Segenap Staf Sekretariat dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan
moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.
xii
7. Sahabat-sahabatku dalam tawa dan ceria yang telah memberikan semangat,
dukungan dan perhatian kalian yang semakin memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2002 yang telah memberikan
dukungan, semangat, cinta, dan persaudaraan sehingga penulis semakin
termotivasi menjadi seorang katekis.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca.
Yogyakarta, 19 Desember 2008
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................
MOTTO................................................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...............................................................
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................
ABSTRAK............................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................
D. Manfaat Penulisan..................................................................................
E. Metode Penulisan...................................................................................
F. Sistematika Penulisan............................................................................
BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA .........
A. Pembinaan Iman ...................................................................................
1. Pengertian Pembinaan ....................................................................
2. Pengertian Iman .............................................................................
3. Pengertian Pembinaan Iman ..........................................................
4. Tujuan Pembinaan Iman ...............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiii
xviii
1
1
5
5
6
7
7
9
9
9
10
11
12
xiv
5. Manfaat Pembinaan Iman ..............................................................
6. Pentingnya Pembinaan Iman .........................................................
7. Hal-Hal Pokok Dalam Pembinaan Iman .......................................
a. Bidang-bidang pembinaan iman .............................................
b. Metode dan sarana ..................................................................
c. Proses pelaksanaan .................................................................
d. Evaluasi ..................................................................................
B. Kaum Muda .........................................................................................
1. Pengertian Kaum Muda .................................................................
2. Gambaran Situasi Kaum Muda .....................................................
3. Aspek Perkembangan Kaum Muda ...............................................
a. Pertumbuhan fisik ...................................................................
b. Pertumbuhan intelektual .........................................................
c. Pertumbuhan emosional ..........................................................
d. Pertumbuhan sosial .................................................................
e. Pertumbuhan religius ..............................................................
4. Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda ..................................
a. Problematik dalam keluarga ...................................................
b. Problematik dalam masyarakat ...............................................
c. Problematik dalam Gereja ......................................................
d. Problematik dalam diri kaum muda sendiri ............................
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Kaum Muda ............
1. Perbedaan Tingkat Pendidikan .....................................................
2. Tempat Tinggal .............................................................................
3. Peran dan Keterlibatan Dalam Masyarakat Umum ......................
BAB III. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PEMBINAAN IMAN
KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO
PETRUS GANCAHAN II PAROKI GAMPING ...............................
17
18
19
19
22
22
23
23
23
25
26
26
27
27
28
29
30
30
31
32
33
34
34
35
35
37
xv
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................
B. Tujuan Penelitian ................................................................................
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
D. Metode Penelitian ...............................................................................
E. Instrumen Penelitian ............................................................................
F. Responden Penelitian ..........................................................................
G. Variabel Penelitian ..............................................................................
H. Hasil Penelitian....................................................................................
1. Identitas Responden ......................................................................
2. Bentuk Pembinaan Kaum Muda ...................................................
3. Faktor Pendukung dan Penghambat ..............................................
I. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................
1. Identitas Responden ......................................................................
2. Bentuk Pembinaan Kaum Muda ...................................................
3. Faktor Pendukung dan Penghambat ..............................................
J. Rangkuman Hasil Penelitian ...............................................................
K. Refleksi Terhadap Penyelenggaraan Pembinaan Iman Kaum Muda
Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki
Gamping Berdasarkan Hasil Penelitian ..............................................
BAB IV. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA
SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS
GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE ......
A. Gambaran Umum Katekese ................................................................
1. Pengertian Katekese.......................................................................
2. Tujuan Katekese.............................................................................
3. Tugas dan Tanggung Jawab Katekese ..........................................
4. Peserta Katekese.............................................................................
5. Isi Katekese ...................................................................................
37
40
40
40
41
41
42
45
45
46
52
56
56
57
59
62
66
68
68
68
71
72
74
75
xvi
6. Pemimpin Katekese ......................................................................
B. Model Katekese ...................................................................................
1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ...................................
a. Shared .....................................................................................
b. Christian ..................................................................................
c. Praxis ......................................................................................
2. Langkah-Langkah Dalam Shared Christian Praxis (SCP) ..........
a. Langkah 0 (Awal) ...................................................................
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ..........
c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman
Faktual ....................................................................................
d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi
Kristiani Lebih Terjangkau .....................................................
e. Langkah IV: Interpretasi/ Tafsir Dialektis Antara Tradisi
dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ................
f. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin terwujudnya
Kerajaan Allah Di dunia Ini ...................................................
3. Relevansi Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) Bagi
Kegiatan Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia di
Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping .............
C. Usulan Program Pembinaan Kaum Muda Katolik Santa Lucia
Gancahan II di lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping ................
1. Pengertian Program .....................................................................
2. Latar Belakang Program ..............................................................
3. Tujuan Program ...........................................................................
4. Usulan Progam ............................................................................
5. Matriks Program Katekese............................................................
6. Contoh Persiapan Katekese...........................................................
75
76
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
89
90
94
94
95
97
98
99
101
xvii
a. Contoh pertama .......................................................................
b. Contoh kedua ..........................................................................
BAB V. PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................
Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kaprodi .................
Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari
Dosen Pembimbing ...........................................................
Lampiran 3 : Surat Permohan Ijin Penelitian dari
Romo Paroki Gamping .....................................................
Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian ................................................
Lampiran 5 : Gambar Mother Theresa ...................................................
Lampiran 6 : Artikel Tagihan Jutaan, Hadiah Menggiurkan .................
Lampiran 7 : Kuesioner Untuk Penelitian .............................................
101
110
119
119
121
122
123
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(8)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skrip si ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA). Ende: Arnoldus, 1978/1979, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 18 November 1965.
CL : Christifideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Christifideles
Laici dari Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas
Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12
Maret 1989.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu
Ilahi, 18 November 1965.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
xix
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KE : Kidung Ekaristi
Komkat : Komisi Kateketik
KU : Katekese Umat
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LBI : Lembaga Biblika Indonesia
Lih : Lihat
PAK : Pendidikan Agama Katolik
Pankat : Panitia Kateketik
PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se Indonesia
PPL : Program Pengalaman Lapangan
Prodi : Program Studi
PT : Perguruan Tinggi
SCP : Shared Christian Praxis
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMU : Sekolah Menengah Umum
USD : Universitas Sanata Dharma
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari
penulisan skripsi ini. Selain itu juga, pada bab ini akan diuraikan rumusan masalah.
Dari rumusan masalah tersebut maka penulis dapat menguraikan tujuan, manfaat serta
metode dari penulisan skripsi ini.
A. Latar Belakang
Tugas mewartakan Kerajaan Allah bukan saja dipegang oleh para klerus. Semua
pihak yaitu warga Gereja mendapat tugas dan kedudukan yang sama di dalamnya.
Oleh karena itu, peran aktif dari warga Gereja sangat diharapkan. Gereja menaruh
harapan besar kepada seluruh warga Gereja khususnya kaum muda untuk ikut ambil
bagian di dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah masyarakat.
Kaum muda merupakan generasi penerus bangsa dan Gereja. Sejuta harapan
tertuju pada mereka. Mereka nantinya akan menerima estafet pembangunan. Oleh
karena itu, mereka akan menjadi aktor penting bagi bangsa dan negara. Dengan
demikian, mereka perlu mendapatkan pembinaan yang bertujuan agar dapat
mengarah dan membimbing menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan
kecakapan khusus demi mempersiapkan diri menuju masa depan penuh persaingan.
Sebagai manusia, kaum muda sedang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan. Masa pertumbuhan dan perkembangan itu menyangkut perubahan
fisik-mental dan gejolak psikologis dalam keseluruhan diri mereka. Pada masa
2
pertumbuhan dan perkembangan ini mereka dalam proses pendewasaan diri. Untuk
menghadapi masalah pertumbuhan dan perkembangan itu kaum muda mempunyai
mekanismenya sendiri. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu mereka
terkadang mengalami kesulitan dan hambatan untuk menghadapinya. Kesulitan dan
hambatan itu terkadang menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini terjadi karena
kondisi kejiwaan mereka masih labil.
Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu, berada dalam situasi hidup
yang berbeda-beda. Setiap individu menanggapi masa pertumbuhan dan
perkembangan dengan cara yang berbeda-beda. Mereka sedang dalam kondisi
berbeda-beda ada yang sudah dewasa, ada yang masih remaja, dan ada yang masih
peralihan masa remaja ke dewasa. Mereka menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan ini ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang biasa, ada yang acuh.
Tidak jarang dari mereka terjerumus pada kegiatan yang negatif: narkoba, tawuran,
dan lainnya. Karena iklim hidup mereka dalam kondisi yang labil mudah terpangaruh
oleh lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya kaum muda Katolik sama hal dengan kaum muda pada umumnya,
mereka sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikologis di dalam dirinya. Perkembangan yang sedang mereka alami
menuju taraf pendewasaan diri. Dalam proses perkembangan tersebut tidak jarang
mereka mengalami kesulitan untuk menghadapi perubahan itu. Hal ini menjadi
ketakutan tersendiri bagi mereka. Ketakutan tersebut berasal dari diri mereka, apakah
mereka dapat melewati masa perubahan tersebut dengan lancar. Oleh karena itu
3
bimbingan dan pembinaan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk membantu
mereka menghadapi permasalahan tersebut.
Begitu juga keadaan yang dialami oleh kaum muda Santa Lucia di lingkungan
Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Mereka juga sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan. Situasi hidup mereka juga beragam, ada yang sudah
dapat mencerna problematika yang mereka alami bahkan ada juga yang tidak siap
untuk menghadapinya. Untuk itu perhatian dari semua orang sangat diharapkan
seperti halnya pastor paroki, orang tua. Kehadiran mereka memberikan arti yang
sangat penting, untuk membimbing dan memberi perhatian bagi perkembangan iman
kaum muda.
Apabila masalah-masalah kaum muda itu mendapatkan perhatian dan penanganan
yang serius dari berbagai pihak, maka nantinya akan tercipta generasi muda penerus
yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan khusus sesuai dengan
Visi/Tradisi Kristiani. Selain itu juga mereka diharapkan menjadi pribadi yang
terlibat dalam masyarakat: terlibat kerja bakti, karang taruna, dan lain sebagainya.
Gereja senantiasa memberi perhatian yang lebih kepada kaum muda. Kaum muda
merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang (AA. Art. 12).
karena pada masa yang akan datang kaum muda akan menduduki peran yang penting
dalam bidang sosial dan politik. Selain itu juga mereka akan menjadi ujung tombak
Gereja di dalam mewartakan Kerajaan Allah.
Gereja sangat mengharapkan kaum muda ikut serta di dalam mewartakan
Kerajaan Allah sebagai perwujudan iman mereka di lingkungan sekitar. Semua pihak
mendukung khususnya bagi kaum muda yang ingin mewujudnyatakan imannya
4
dengan membantu memperkembangkan iman sesamanya demi terwujudnya
kedewasaan iman di dalam diri masing-masing.
Pembinaan sudah ada. Namun terkadang belum terlaksana dengan baik oleh
Gereja maupun dari kaum muda sendiri. Gereja menyerukan supaya kaum muda
semakin memperkembangkan penghayatan iman mereka. Akan tetapi, sulit bagi
kaum muda untuk merefleksikan pengalaman iman mereka. Mereka lebih cenderung
suka bersenang-senang, berpesta. Hal ini disebabkan kaum muda kurang berminat
untuk mengikuti pembinaan iman karena mereka merasa bahwa mereka dapat
menghadapi dan menemukan sendiri jawabannya.
Apabila kaum muda mempunyai iman yang mantap maka mereka akan menjadi
pribadi yang kuat menghadapi dinamika kehidupan di dunia. Oleh karena itu,
pembinaan iman bagi kaum muda sangat perlu mendapatkan perhatian dari semua
pihak. Pembinaan yang dilakukan diharapkan dapat mengarahkan mereka menjadi
pribadi yang memiliki dasar hidup yang kokoh.
Akan tetapi pembinaan yang hendak dilaksanakan terkadang terkendala bahkan
tidak terlaksana secara memadai. Hal itu terjadi karena kurangnya perhatian dari
kaum muda sendiri untuk memperkembangkan penghayatan imannya. Dan juga
keberadaan kaum muda masih dipandang sebelah mata oleh pihak orang tua, karena
mereka belum mempunyai pengalaman dan belum dapat dipercaya. Oleh karena itu,
mereka lebih suka mengikuti kegiatan-kegiatan yang lainnya seperti nonton tv, main
game, shopping, jalan-jalan dan lain sebagainya. Tidak jarang dari mereka terjerumus
ke dalam tindakan yang negatif antara lain : narkoba, minuman keras, judi.
5
Terdorong dari situasi di atas, agar kaum muda dapat tumbuh dan berkembang
seutuhnya, maka penulis menyusun skripsi dengan judul: PEMBINAAN IMAN
KAUM MUDA SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS
GANCAHAN II PAROKI GAMPING MELALUI KATEKESE.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan yang ada
dirumuskan sebagai berikut :
1. Hal-hal pokok apa saja yang perlu dipahami dalam pembinaan iman kaum muda ?
2. Bagaimana selama ini pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan
Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping dilaksanakan khususnya berkenaan
dengan bentuk-bentuk, faktor pendukungan dan faktor penghambat ?
3. Usaha apa yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan
iman kaum muda ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Untuk menemukan dasar-dasar pemikiran penyelenggaraan pembinaan iman
kaum muda.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
3. Untuk menemukan usaha yang tepat dalam meningkatkan pembinaan iman kaum
muda.
6
4. Untuk memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) IPPAK-
JIP-FKIP-USD Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari skripsi ini sebagai berikut :
1. Bagi Pembina
a. Menambah wawasan pembina iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping.
b. Memberi masukan materi pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo
Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
2. Bagi Kaum Muda
a. Membantu mengembangkan semangat penghayatan iman kaum muda Santa Lucia
di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
b. Membantu meningkatkan pelaksanaan pembinaan iman kaum muda di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
3. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan mengenai pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo
Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
b. Mendapatkan pengalaman yang berharga dan terjun langsung bersama kaum
muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
7
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi analisis
yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh
melalui survey maupun studi pustaka. Penulis juga terjun langsung ke lingkungan
Paroki Gamping yang menjadi sasaran survey, hal ini sangat penting untuk
mendapatkan data-data yang valid.
F. Sistematika Penulisan
Judul yang dipilih untuk skripsi adalah Pembinaan Iman Kaum Muda Santa
Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping Melalui Katekese,
judul ini akan diuraikan menjadi lima bab adalah sebagai berikut :
BAB I : Merupakan Pendahuluan, penulis akan menguraikan mengenai
Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan dari skripsi.
BAB II : Bab ini merupakan gambaran tentang Pembinaan Iman Kaum Muda.
Meliputi Bagian pertama: Pengertian Pembinaan, Pengertian Iman,
Pengertian Pembinaan Iman, Tujuan Pembinaan Iman, Manfaat
Pembinaan Iman, Pentingnya Pembinaan Iman dan Hal-hal Pokok
Dalam Pembinaan Iman. Bagian kedua: Pengertian Kaum Muda,
Gambaran Situasi Kaum Muda, Aspek Perkembangan Kaum Muda
dan Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda. Bagian ketiga:
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Kaum Muda.
8
BAB III : Dalam bab ini akan di uraikan Penelitian dan Pembahasan
Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia Gancahan II di
Lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping meliputi : Latar Belakang
Penelitian, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen
Penelitian, Responden Penelitian, Variabel Penelitian, Hasil
Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian, Rangkuman Hasil
Penelitian dan Refleksi Terhadap Penyelenggaraan Pembinaan Iman
Kaum Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II
Paroki Gamping Berdasarkan Hasil Penelitian.
BAB IV : Dalam bab ini akan disajikan bentuk pembinaan iman kaum muda
melalui katekese meliputi Bagian Pertama: Gambaran Umum
Katekese. Bagian kedua: Model Katekese. Bagian Ketiga: Usulan
Program Pembinaan Iman Kaum Muda.
BAB V : Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran. Bagian kesimpulan akan
merangkum bab I sampai bab IV. Bagian saran akan mengemukakan
saran-saran yang tepat dalam usaha mengembangkan kegiatan
pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan
II Paroki Gamping.
BAB II
GAMBARAN UMUM
PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA
Pada bab kedua ini akan diuraikan mengenai pengertian, tujuan, manfaat dan
pentingnya pembinaan iman. Kemudian diuraikan juga mengenai pengertian kaum
muda, gambaran situasi kaum muda, aspek perkembangan kaum muda dan
permasalahan yang dihadapi kaum muda. Dengan melihat dua bagian yang akan
diuraikan pada bab kedua ini, maka bagian ketiga dari bab kedua ini akan diuraikan
mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kehidupan kaum muda.
A. Pembinaan Iman
1. Pengertian Pembinaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan berasal dari kata “bina” yang
berarti “bangun”. Jadi pembinaan adalah pembangunan, pembaruan (Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998). Dengan demikian pembinaan adalah:
“Suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang lain agar semakin mampu mengembangkan diri secara lebih”(Mangunhardjana, 1986: 12).
Dalam pembinaan terjadi suatu proses belajar, orang tidak hanya mempelajari
ilmu murni tetapi untuk mempelajari ilmu yang dipraktekkan. Bukan pula untuk
mendapatkan pengetahuan demi pengetahuan, tetapi yang penting adalah
pengetahuan yang dipraktekkan. Dalam pembinaan orang dilatih untuk mengenal
kemampuan atau potensi yang dimilikinya dan mengembangkannya agar
10
melaksanakan fungsinya dengan baik dan efisien. Pembinaan juga membantu orang
untuk mengenal hambatan-hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi
hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan negatifnya serta menemukan cara
pemecahannya. Disinilah terjadi suatu proses pelepasan pengetahuan dan juga
kebiasaan-kebiasaan yang tidak relevan lagi dan sudah menghambat pertumbuhan
dan perkembangan seseorang. Pembinaan juga dapat menguatkan motivasi orang,
mendorongnya untuk mengambil dan melaksanakan salah satu cara yang lebih baik
guna mencapai tujuan hidupnya. Tujuan yang ingin dicapai dari proses pembinaan
yaitu membantu orang semakin mampu merefleksikan pengalaman hidupnya dan
berupaya meningkatkannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Pengertian Iman
Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena
terpaksa, melainkan dengan sukarela. Meskipun tidak setingkat hubungan itu sungguh
merupakan hubungan persahabatan. Sebagaimana Allah “dari kelimpahan cinta kasih-
Nya menyapa manusia” (DV, art. 2), begitu juga jawaban manusia berasal dari hati
yang tulus dan iklas (Iman Katolik, 1996:128).
Dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi dikatakan:
“Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang diberikan-Nya (DV, art. 5).
Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas
berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya.
11
Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang
menjumpai manusia secara pribadi. Dalam iman manusia juga menyerahkan diri
kepada sang pemberi hidup.
Iman dimengerti sebagai suatu hubungan pribadi manusia dengan Allah (Kieser,
1987: 102). Berbicara mengenai iman sendiri tidak terlepas dari wahyu, dimana Allah
yang berinisia tif dan memberikan diri-Nya kepada manusia dan demi pihak manusia
diharapkan menanggapi wahyu tersebut dan sekaligus mengarahkan diri kepada
Allah. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya.
Iman merupakan tanggapan manusia terhadap Sabda Allah (Adisusanto, 2000: 1).
Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa iman ada karena adanya suatu relasi yang
nyata antara manusia dengan Allah. Disini Sabda Allah tidak hanya berupa suatu
pengajaran, tetapi merupakan suatu fakta keselamatan dan bagaimana manusia
menanggapinya. Dengan demikian manusia harus memberi tanggapan dengan
memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah.
3. Pengertian Pembinaan Iman
Pembinaan dikategorikan sebagai pembinaan iman sejauh pembinaan tersebut
dilaksanakan dalam rangka membina kehidupan beriman seseorang. Pembinaan iman
berarti suatu usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan iman
seseorang. Dalam pembinaan iman kaum muda dibantu untuk mendalami
pengetahuan tentang iman yang didapatkan dari Visi/Tradisi Kristiani untuk
dipraktekkan dalam hidup sehari-hari, serta dilatih mengenal kemampuan dan
kecakapannya untuk dikembangkan sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
12
Dengan pembinaan iman diharapkan kaum muda berkembang dalam imannya
menjadi lebih mendalam dan berkembang dalam hidupnya.
Pembinaan iman merupakan suatu usaha yang dilaksanakan untuk menciptakan
situasi hidup beriman. Maka pembinaan iman dilaksanakan untuk membantu kaum
muda agar semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari. Pembinaan iman
kaum muda dilaksanakan mengingat pada dasarnya mereka sedang mengalami
perubahan hidup, kondisi perkembangan hidup yang terjadi tidak jarang membawa
mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif. Bahkan tidak menutup kemungkinan
mereka lari dari kenyataan hidupnya, karena mereka takut menghadapi masalah dan
mengalami kegagalan.
Perkembangan iman seseorang tidak terlepas dari campur tangan Allah karena
rahmat Allah dicurahkan dengan kekuatan Roh Kudus sehingga iman seseorang dapat
tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, iman seseorang yang telah dicurahkan
Allah dengan kekuatan Roh Kudus tersebut akan berkembang dengan baik apabila
berusaha mengembangkan imannya sendiri sehingga semakin beriman lebih
mendalam. Dengan demikian perkembangan iman seseorang tidak dapat dipisahkan
pengalaman kenyataan hidup sehari-hari dan campur tangan Allah melalui
perantaraan Roh Kudus-Nya.
4. Tujuan Pembinaan Iman
Tujuan merupakan titik yang hendak dicapai dalam suatu pembinaan. Pembinaan
iman merupakan suatu usaha untuk membantu orang menuju kedewasaan iman.
Menurut Tangdilintin tujuan pembinaan iman:
13
“Mendampingi dan membantu kaum muda untuk menemukan diri, mengembangkan kemampuan dan kemauan mereka, mengenali masalah-masalah sosial dengan sistim dan struktur yang sering menguasai hidup mereka, agar mampu menanggapi persoalan-persoalannya sendiri serta tantangan lingkungannya, sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai manusia beriman yang sebagai anggota Gereja, dijiwai oleh cita-cita, sikap dan semangat Kristus dengan mengemban panggilan Gereja memberi kesaksian dan pelayanan Kristen di tengah masyarakat” (Tangdilintin, 1984: 49).
Pembinaan dimaksudkan untuk mendampingi kaum muda baik sebagai pribadi
maupun sebagai anggota jemaat beriman untuk menuju kedewasaan iman. Kaum
muda dibimbing untuk mengembangkan diri sebagai manusia dan sebagai orang
katolik yang tanggap, teguh terlibat dalam hidup sehari-hari dan dalam masyarakat.
Untuk itu mereka perlu ditolong menemukan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap hidup kristiani, memiliki suara hati yang jernih, bebas dan bertanggungjawab
sebagai pribadi yang mau berubah, membangun dan menyadari dirinya sebagai
anggota Gereja dan masyarakat.
Pembinaan iman kaum muda membantu mereka menjadi pribadi yang dewasa
dalam iman sesuai Visi/Tradisi Kristiani. Kaum muda diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam hidup sehari-hari. Kaum muda diharapkan
senantiasa membina relasi dengan Kristus dalam doa, sebagai wujud konkret mampu
membangun relasi dengan teman, saudara, dan keluarganya.
Pembinaan iman kaum muda dapat dikatakan suatu kegiatan yang mutlak untuk
dilaksanakan menghindari pengaruh negatif dari perkembangan jaman yang kuat
mempengaruhi perkembangan hidup manusia dalam berpikir, menentukan pilihan dan
bertindak. Kaum muda pada umumnya sedang dalam masa perubahan itu
membutuhkan pegangan hidup yang pasti. Pembinaan iman yang akan dilaksanakan
14
sebagai usaha suatu arahan hidup agar kaum muda dapat menerima kenyataan hidup
mereka saat ini dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik serta berani
memandang masa depan dengan penuh harapan dalam cahaya iman kristiani.
Jadi pembinaan iman kaum muda dimaksudkan untuk mendampingi atau
membimbing kaum muda sebagai pribadi atau jemaat yang beriman pada Kristus
untuk menuju kedewasaan iman kristiani. Kaum muda dibimbing supaya dapat
mengembangkan diri dan menyadari segenap potensi dan bakat yang dimilikinya.
Dengan demikian kaum muda diharapkan semakin mampu menjadi kaum muda yang
tangguh, tanggap dan terlibat dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Ciri-ciri kedewasaan iman bagi orang Kristiani yaitu, pertama, iman yang dewasa
nampak kreatif, tidak lesu atau ikut-ikutan saja. Jauh dari perasaan takut menghadapi
situasi baru, seseorang yang mempergunakan imannya sebagai imannya sebagai
sumber yang terus-menerus bagi motivasi baru, penafsiran baru, dan inisiatif baru.
Dengan demikian orang yang memiliki iman yang dewasa tidak memiliki perasaan
takut terhadap perubahan, tetapi menanggapinya sebagai hal yang biasa dalam suatu
perkembangan yang hidup. Iman merupakan penyerahan diri secara total kepada
Allah. Allah yang mewahyukan diri dalam Kristus di bawah naungan Roh Kudus
sebagai sumber hidup dan pembaharuan yang abadi bagi manusia. Kedua, iman yang
dewasa terbuka akan dialog dan perbedaan, tidak cepat puas diri atau intoleran.
Seorang beriman dewasa tidak akan mudah melarikan diri dalam menghadapi
perbedaan faham atau sikap, tetapi menanggapinya sebagai sesuatu yang dapat
memurnikan dan memperkaya imannya. Jauh dari perasaan terancam imannya,
15
seorang beriman dewasa mampu berdialog, baik dengan orang-orang yang beriman
lain, bahkan orang yang tidak beriman, maupun orang-orang yang seiman (FX.
Adisusanto, SJ, 2000: 18).
Sejalan dengan tujuan pembinaan iman yang telah disebutkan di atas dapat
disederhanakan lagi menjadi tiga lingkup tempat, dimana kaum muda bisa lebih
bebas mengembangkan diri menuju kedewasaan kristianinya yang utuh: keluarga,
Gereja dan masyarakat (Tangdilintin, 1984: 45-47). Pertama: dalam lingkup keluarga,
keluarga sebagai lingkungan hidup yang pertama dan utama dimana kaum muda
setiap harinya bersama keluarga. Kegiatan pembinaan dimaksudkan juga untuk
menjadikan peserta bina mampu merasakan suasana yang menyenangkan dan
mengikat secara emosional sehingga kelompok tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya. Selain itu, kaum muda juga dibuka wawasannya dan diajak untuk mengalami
suasana yang akrab dan memperoleh kesempatan untuk berdialong secara terbuka dan
leluasa, serta mengutarakan pendapat dengan keyakinan bahwa mereka didengarkan.
Pada akhirnya kaum muda diajak untuk menyadari dan membuka diri terhadap nilai-
nilai positif dan maksud baik para orang tua walaupun sulit diterima dalam nilai-nilai
hidup dan norma yang berlaku umum untuk membangun kebahagian dalam keluarga.
Kedua: dalam lingkup Gereja, dua aspek yang hendak dicapai yaitu
mengembangkan dan memperdalam iman atau hidup rohani kaum muda dan
pengenalan Gereja sebagai komunitas iman maupun dalam wujud institusionalnya
(Tangdilintin, 1984: 47). Artinya pembinaan itu harus mampu menolong kaum muda
agar mampu membawa kesegaran dan keceriaan dalam Gereja. Mereka dibantu untuk
menyadari potensi yang dimilikinya terutama dalam bakat-bakat alamiah yang
16
dikaruniakan oleh Roh Kudus, demi pengembangan diri dan sesama jemaat akan
menjadi motivasi yang kokoh. Dengan demikian kaum muda diajak untuk menyadari
keanggotaannya sebagai warga Gereja, mengenal gambaran-gambaran Gereja dan
arah perkembangannya.
Kaum muda dibantu supaya mampu terlibat secara bertanggungjawab mengambil
peran dalam perkembangan Gereja sesuai dengan bakat yang dimiliki. Kaum muda
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam kehidupan menggereja sesuai
dengan kecakapannya masing-masing. Salah satu Indikasi kedewasaan iman
seseorang, ialah apakah ia sudah mampu terlibat dalam kehidupan menggereja.
Kehidupan menggereja merupakan sesuatu yang penting sebagai suatu bentuk
perwujudan iman seseorang. Orang sudah resmi diterima sebagai anggota Gereja
apabila orang tersebut telah menerima sakramen permandian dan sakramen krisma.
Sakramen permandian sebagai awal pintu masuk untuk menjadi anggota Gereja.
Sedangkan sakramen krisma orang diutus ikut ambil bagian dalam karya pewartaan
Gereja. Oleh karena itu kaum muda yang telah menerima sakramen permandian dan
sakramen krisma sudah layak untuk terlibat dalam hidup menggereja baik dalam
lingkup internal maupun eksternal Gereja. Dalam lingkup internal kaum muda mulai
mampu dan mau terlibat dalam kegiatan gerejawi yaitu koor, menjadi pendamping
sekolah minggu, dan lain sebagainya. Sedangkan hidup eksternal Gereja yaitu kaum
muda terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
Ketiga: dalam lingkup masyarakat, pembinaan terutama dimaksudkan untuk
menolong kaum muda agar memiliki kadar kepekaan sosial (Socio felling) yang tajam
(Tangdilintin, 1984: 46). Artinya agar kaum muda memiliki kemampuan dalam
17
membaca tanda zaman, gejolak sosial serta pengaruh sistem sosial di dalam
masyarakat. Dalam pembinaan iman, kaum muda diarahkan untuk memiliki sikap
kritis selektif terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kaum muda diharapkan memiliki kesadaran politis (pengaturan kekuasaan) yang
berarti kaum muda mengetahui sepenuhnya haknya sebagai warga negara dan mampu
mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan
demikian masyarakat dapat merangsang suatu iklim partisipatif sehingga peluang
untuk mengembangkan hidup kaum muda menjadi semakin lebih baik. Maka
komponen yang terkait di dalamnya (Keluarga, Gereja, dan Masyarakat) perlu
menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung agar kaum muda berkembang
secara utuh menuju kematangan dan kedewasaan imannya.
5. Manfaat Pembinaan Iman
Dalam pelaksanaan pembinaan iman ada kecendrungan untuk melihat hasil dan
menilai mutu dari hasil pembinaan iman yang kelihatan. Perlu disadari bahwa
pembinaan iman tidak akan pernah berakhir dan “perjumpaan dengan Yesus Kristus”
yang dialami oleh semua peserta saat ini menjadi kenyataan pada masa-masa yang
akan datang. Dengan demikian pembinaan iman yang sudah dilaksanakan belum
tentu kelihatan hasilnya pada saat ini. Namun melalui proses yang berkembang secara
terus-menerus dan dengan berusaha mengembangkan diri untuk memperoleh manfaat
dari pembinaan iman akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Jika
manfaat dari pembinaan iman belum kelihatan justru bukan mematahkan usaha
membina kehidupan kaum muda. Kita harus memegang prinsip yang teguh sebagai
18
murid Kristus justru semakin termotivasi memberi dorongan yang optimal dalam
pelaksanaan pembinaan iman bagi kaum muda.
6. Pentingnya Pembinaan Iman
Mangunhardjana (1986: 13) berpendapat, apabila pembinaan berjalan dengan
baik, pembinaan dapat membantu orang untuk:
a. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya.
b. Menganalisis situasi hidup dan masalah dalam kerjanya dari segala segi positif
dan negatifnya.
c. Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.
d. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau
diperbaiki.
e. Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya.
Pembinaan membantu orang untuk mengenal hambatan-hambatan dalam dirinya
baik yang berasal dari luar maupun dalam situasi hidup dan kerja. Pembinaan iman
kaum muda merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh Gereja untuk membantu
mereka agar semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari. Memang hasil
dari pembinaan iman ini tidak dapat dilihat secara langsung setelah pembinaan
berakhir, melainkan merupakan suatu proses yang berjalan terus-menerus. Paling
tidak pembinaan ini mampu mengarahkan kaum muda pada kedewasaan kristiani.
19
7. Hal-hal Pokok Dalam Pembinaan Iman
Dalam pembinaan iman kaum muda perlu diperhatikan hal-hal yang pokok,
supaya proses pelaksanaan pembinaan kaum muda dapat berjalan dengan baik dan
sesuai harapan yang diinginkan. Adapun hal-hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu
mencakup berbagai bidang pembinaan yang relevan bagi kaum muda:
a. Bidang-bidang pembinaan iman
Bidang-bidang pembinaan kaum muda hendaknya mampu mengangkat beberapa
hal pokok (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 7-10). Hal-hal itu bisa dicapai melalui
beberapa bidang antara lain:
1) Pengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadian yang dimaksud adalah penemuan potensi diri serta
kesadaran akan keterbatasannya, yang menumbuhkan kepercayaan diri dan
menemukan gambaran diri yang seimbang sehingga berkembang sesuai dengan bakat
yang dimilikinya dan bermanfaat bagi orang-orang yang berada yang ada
disekitarnya. Kaum muda perlu juga menyadari bahwa keberadaannya di dalam suatu
masyarakat dimana pun ia berada sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya membutuhkan bantuan
orang lain atau untuk menjadikan mereka sebagai pribadi yang berkembang
seutuhnya diperlukan dukungan dan semangat dari orang lain khususnya yang berada
disekitar mereka. Melalui hubungan itu, mereka berinteraksi dengan orang lain dalam
semangat persaudaraan sejati (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 7-8).
20
2) Pengembangan Kehidupan Iman
Pengembangan kehidupan iman meliputi: pengetahuan tentang kebenaran-
kebenaran iman yang makin luas dan mendalam. Ini berarti bahwa segi pengetahuan
amat diperlukan dalam usaha untuk memahami kebenaran-kebenaran iman.
Pembinaan dimaksudkan untuk mengolah segi pengetahuan dan pemahaman peserta
agar iman keagamaan yang diyakininya semakin mantap. Dengan demikian, mereka
semakin sanggup untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dan berserah diri
kepada-Nya.
Dengan penghayatan hidup doa yang baik dan benar serta mampu menghayati
hidup melalui sakramen sebagai ungkapan persatuan dengan Allah yang mesra dalam
perayaan iman bersama umat. Sehingga dalam kenyataan yang tersulit pun mereka
mampu bertahan dan mengatasinya dengan memohon kekuatan dan bimbingan dari
Allah (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8).
3) Pengembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan
Pengembangan rasa kemanusiaan lebih mengarah pada sesama yang mengalami
penderitaan diasingkan dari kelompok masyarakat. Semuanya itu membutuhkan rasa
solider yang tinggi dari sesama. Masing-masing orang diharapkan mau dan mampu
memberi perhatian yang tulus dan ikhlas melalui daya dan upaya yang bisa
bermanfaat bagi orang lain, walaupun dengan cara yang sederhana serta berani untuk
membela keadilan dan kebenaran khususnya yang berkaitan dengan hak-hak asasi
manusia yang dilecehkan. Dalam bidang kemasyarakatan mampu menyadari hak-
haknya sebagai warga masyarakat dan sekaligus mampu menyadari peranannya
dalam masyarakat yang artinya muncul kesadaran dalam dirinya, bahwa mereka dapat
21
menjadi salah satu agen pembaharu dalam masyarakat untuk menyongsong
masyarakat yang lebih sejahtera (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 8-9).
4) Pengembangan kepemimpinan dan keorganisasian
Hal-hal pokok yang termasuk dalam kepemimpinan meliputi: pemahaman dan
penghayatan akan kepemimpinan kristiani. Dalam pandangan orang Kristiani,
pemimpin adalah seorang pelayan yang memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda
zaman yang berkembang sangat cepat. Sedangkan dalam bidang keorganisasian
meliputi: kesanggupan berorganisasi serta mengetahui manfaat dan arti pentingnya
berorganisasi. Di dalam bidang keorganisasian sebenarnya yang ingin dicapai adalah
kemampuan mengelola kelompok secara demokratis, yang disertai dengan rasa
tanggung jawab yang penuh dari setiap anggota maupun kelompoknya (Komisi
Kepemudaan KWI, 1998: 9-10).
5) Pengembangan intelektualitas dan profesionalitas
Pengembangan intelektualitas mencakup: kemampuan berpikir secara kritis,
analisis dan reflektif. Disadari bahwa kemajuan dan perkembangan zaman yang pesat
akan sangat dibutuhkan orang-orang yang mampu berpikir secara lebih kritis artinya
tidak hanya menerima begitu saja perubahan dan perkembangan yang ada, tetapi
mampu memikirkannya kembali dan memperoleh pandangan yang tajam terhadap
segala perubahan yang ada. Sedangkan profesionalitas lebih mengutamakan
keterampilan terutama berkaitan dengan bidang pekerjaan atau usaha yang sedang
atau akan digelutinya. Oleh karena itu, dibutuhkan cara kerja yang sungguh
profesional di dalam bidangnya (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 10).
22
b. Metode dan sarana
Berdasarkan persepsi tentang kaum muda sebagai subyek bina dan pelaku utama
pembinaan, maka metode pembinaan yang efektif adalah “Metode Partisipatif”. Yang
berarti bahwa para peserta terlibat secara efektif dan berperan serta sebagai subyek
dan pelaku dalam keseluruhan proses kegiatan pembinaan iman (Komisi
Kepemudaan KWI, 1998: 14).
Di dalam pelaksanaan pembinaan iman metode dan sarana memiliki keterkaitan
satu sama lainnya. Jika dilihat dari fungsinya metode dimaksudkan untuk mendukung
terlaksananya kegiatan pembinaan iman yang mengarah pada tujuan sedangkan
sarana dimengerti sebagai suatu perangkat atau alat yang digunakan dalam kegiatan
untuk mendukung tercapainya tujuan. Adapun bentuk metode partisipatif ini,
biasanya bersifat mengetengahkan dan meneliti realitas yang terjadi dalam kehidupan
kaum muda.
Oleh karena itu seorang pemandu harus lebih berfungsi sebagai fasilitator atau
pemudah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi antar kelompok, serta
berusaha untuk mencapai tujuan. Selain itu, seorang pemandu dituntut untuk mampu
memilih dan menentukan metode dan sarana yang cocok dalam proses pembinaan
iman.
c. Proses pelaksanaan
Pada proses pelaksanaan pembinaan iman, seorang pemandu tidak menempatkan
diri sebagai guru yang mengajari melainkan sebagai fasilitator yang dapat
menciptakan iklim yang partisipatif dan komunikasi yang dialogal, dengan demikian
23
diharapkan para peserta bebas dan berani mengungkapkan diri dan mengutarakan
pendapatnya.
d. Evaluasi
Di dalam kegiatan pembinaan iman perlu diadakan evaluasi. Evaluasi adalah cara
untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan suatu kegiatan dapat mencapai hasil yang
memuaskan atau tidak memuaskan. Pelaksanaan evaluasi ini dilakukan berdasarkan
tujuan yang direncanakan. Hasil dari pelaksanaan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
upaya peningkatan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan.
B. Kaum Muda
1. Pengertian Kaum Muda
Istilah kaum, golongan, kelompok orang muda mempunyai arti yang berbeda-
beda tergantung sudut pandangan dan konteks penggunannya. Istilah Kaum muda
dipergunakan untuk menunjuk kaum, golongan, atau kelompok orang yang muda
usia. Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai 21 tahun. Kaum
muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, adolescent, yang
mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA),
serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I – IV (Mangunhardjana,
1986: 11).
Situasi Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu ada dalam situasi
hidup yang berbeda-beda, karena berbagai sebab. Yang dihadapi oleh kaum muda
ialah mereka mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental,
24
emosional, sosial, moral, dan religus dengan segala permasalahannya. Oleh sebab itu,
mereka perlu mendapat pembinaan atau pendampingan dari orang lain yang dianggap
dewasa dalam segala hal. Agar mereka dapat melalui fase perkembangan tersebut
dengan lancar.
Menurut Philip Tangdilintin terdapat keanekaragaman pendapat para ahli
mengenai batasan “kaum muda”. Salah satu di antaranya memaknai istilah “muda-
mudi”, adalah batasan dari Dr. J. Riberu berikut ini:
“Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu (= kedewasaan psikososiologis). Status sosial yang dimaksudkan ialah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah/dan atau status berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut toh masih dianggap muda-mudi” (Tangdilintin, 1984: 5).
Kaum muda dimengerti sebagai sekelompok orang yang berada dalam taraf
pertumbuhan dan perkembangan yang meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Pada masa ini, kaum muda mulai mencari dan mematangkan identitas dirinya
baik sebagai seorang laki- laki maupun sebagai seorang wanita. Seiring dengan proses
pencarian identitas dirinya, alat-alat reproduksi laki- laki maupun wanita mengalami
perkembangan dan mulai berfungsi secara optimal. Gambaran umum kaum muda
bagi penulis, yaitu seseorang yang dianggap sudah dapat mengambil atau menentukan
suatu keputusan dan dapat mempertanggungjawabkannya.
25
2. Gambaran Situasi Kaum Muda
Masa muda adalah proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Masa ini juga merupakan masa yang paling menentukan perkembangan manusia di
bidang emosional, moral, spiritual dan fisik. Masa muda merupakan masa
perkembangan dan perubahan, masa penuh dengan goncangan dan pemberontakan.
Pada masa ini kaum muda kehilangan pegangan dalam usaha mencari dan
menemukan jati diri sehingga menyebabkan mereka mudah terjerumus pada
tindakan-tindakan yang kurang bijaksana dan merugikan dirinya sendiri.
Shelton (1987: 66) berpendapat bahwa masa muda merupakan saat hidup yang
amat penting dimana masalah identitas baru dihadapi. Identitas perubahan dengan
tahap perkembangan hidup sesorang dalam mendapatkan perasaan, harga diri, sifat
khas mereka sendiri. Dalam usaha menemukan identitas diri, kaum muda mulai
menentukan dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk mengarahkan diri.
Peran kaum muda dalam hidup bersama digambarkan oleh Konsili Vatikan II
(AA, art. 12). Di dalam artikel tersebut menegaskan bahwa kaum muda merupakan
kekuatan penting dalam masyarakat sekarang. Pernyataan ini menekankan bahwa
peran kaum muda sangat dibutuhkan masyarakat, karena mereka merupakan tulang
punggung bangsa dan Gereja. Mereka menentukan perkembangan bangsa dan Gereja
dikemudian hari. Dengan demikian semakin bertambahnya peran mereka dalam
masyarakat, mereka juga dituntut untuk menjadi rasul-rasul pertama dan juga bagi
kaum muda dikalangan mereka sendiri. Maka dengan katerlibatan mereka baik dalam
lingkup Gereja maupun masyarakat luas, mereka diharapkan mampu untuk
menampakkan iman akan Kristus dalam sikap dan tindakan. Dengan demikian
26
kehadiran mereka sungguh berarti bagi orang lain khususnya dalam memperbaharui
hidup sesama.
Gereja memandang bahwa kaum muda merupakan potensi yang luar biasa
perkembangan Gereja. Dalam rangka perkembangan itulah Gereja memandang
sebagian dirinya adalah kaum muda. Kaum muda tidak boleh begitu saja dipandang
sebagai obyek perhatian pastoral bagi Gereja. Sebenarnya kaum muda memang
seharusnya didorong supaya aktif, atas nama Gereja, sebagai tokoh-tokoh terkemuka
di dalam evangelisasi dan peserta di dalam pembaharuan masyarakat. Dengan
demikian masa muda merupakan masa penemuan jati diri dan pilihan hidup yang
insentif dan masa pertumbuhan yang seharusnya berkembang maju dalam
kebijaksanaan, usia serta rahmat di hadirat Allah dan manusia (CL, art. 46).
3. Aspek Perkembangan Kaum Muda
Bagian ini akan diuraikan mengenai beberapa aspek pertumbuhan dan
perkembangan kaum muda. Adapun aspek pertumbuhan dan perkembangan kaum
muda dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik adalah suatu gejala yang paling nampak di dalam diri kaum
muda. Melalui pertumbuhan fisik itu anak-anak laki- laki semakin menampakkan
dirinya sebagai seorang pria dan seorang perempuan semakin menampakkan dirinya
sebagai seorang wanita. Berkaitan dengan masalah pertumbuhan itu, seorang laki- laki
dan seorang perempuan mempersoalkan pertumbuhan dirinya sendiri. Bahkan
mempermasalahkan dirinya sendiri jika pertumbuhannya tidak sesuai dengan yang
27
diharapkan. Hal ini penting karena berkaitan dengan penampilan mereka dihadapan
umum.
Selain masalah disekitar pertumbuhan fisik, kaum muda masa ini juga mengalami
masalah yang berkaitan dengan seks dan pergaulan dengan lawan jenis. Secara
biologis kaum muda yang sudah cukup mampu mengenali berbagai hasrat dan cara
untuk melampiaskan kebutuhan seksualitasnya, tetapi harus diketahui bahwa pada
umumnya mereka belum mampu bertanggung jawab atas kelangsungan hidup
perkawinan (Mangunharjana, 1986: 13).
b. Pertumbuhan intelektual
Aspek ini dapat dilihat dari gejala-gejala dalam perkembangan penalaran dan cara
berpikir. Mereka sudah tidak menggunakan cara berpikir anak-anak dan mulai
mampu berpikir secara abstrak dan kritis. Hal ini nampak dalam kecakapan mereka
menggunakan kata-kata dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dengan kemampuan
berpikir secara abstrak dan kritis, mereka mulai memiliki keinginan untuk menggali
dan menemukan identitas diri, membentuk gambaran diri yang utuh baik
keberadaannya dalam hidup keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat. Karena itu
kerap kali kaum muda kelihatan muram, mudah gelisah dan tidak tenang
(Mangunharjana, 1986: 13).
c. Pertumbuhan emosional
Perkembangan emosional dalam diri kaum muda berhubungan dengan
pertumbuhan fisiknya. Akibat perkembangan fisik terjadilah perubahan
keseimbangan hormon-hormon pada tubuh mereka. Perkembangan emosional
nampak dalam sikap hidup mereka yang kelihatan masa bodoh dengan situasi sekitar,
28
cuek, bersikap memberontak dan tidak memperdulikan nasehat atau aturan yang ada.
Masalah yang terpenting dalam perkembangan emosional ini adalah bagaimana
menilai baik buruknya emosi terhadap kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi
sehari-hari dan bagaimana pula mengarahkannya. Dalam mengatasi luapan emosi itu,
kaum muda biasanya berjuang dengan berbagai macam cara, ada yang bersifat
konstruktif namun ada yang destruktif (Mangunharjana, 1986: 14).
d. Pertumbuhan sosial
Perkembangan sosial ini berkaitan dengan makin meluasnya relasi kaum muda
dengan orang lain. Hal ini terjadi karena kaum muda mulai menyadari bahwa ia tidak
hidup sendirian bersama dengan orang lain sehingga pergaulannya pun tidak hanya
dalam lingkup keluarga saja melainkan masyarakat luas baik dalam lingkup formal
maupun non formal. Dalam lingkup formal kaum muda berinteraksi dengan
temannnya di sekolah, tempat kerja sedangkan dalam lingkup non formal berinteraksi
dengan keluarga, masyarakat dimanapun ia berada.
Masyarakat sekitar dan macam-macam persoalannya merupakan tempat mereka
bisa berkembang untuk mengaktualisasikan dirinya dan menemukan dunianya. Pada
masa pertumbuhan dan perkembangan kaum muda situasi masyarakat dimana mereka
berada bisa memberikan nilai positif baginya. Perlu disadari, bahwa gejolak yang
berpengaruh dalam masyarakat pun bisa berdampak negatif bagi perkembangan dan
pertumbuhannya. Misalnya masalah-masalah di sekitar pergaulan mereka berkaitan
penerimaan diri dalam kelompok, sikap serta cara menghadapi penagaruh kelompok-
kelompok tertentu dalam masyarakat dan otoritas tertentu dalam keluarga, sekolah
dan lain sebagainya (Mangunharjana, 1986: 15).
29
e. Pertumbuhan religius
Menurut Manguhardjana (1986: 16) yang dimaksud dengan perkembangan
religius yaitu:
Menyangkut hubungan dengan Yang Mutlak, entah apa pun sebutan yang diberikan kepada-Nya. Pada masa kanak-kanak kegiatan keagamaan yang dilakukan karena meneladan atau diperintah orang tua dan tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh atas diri mereka. Pada umur-umur menjelang dewasa, praktek, ajaran bahkan Yang Mutlak. Dengan berbagai cara, entah lewat pertanyaan atau sengaja tidak menjalankan lagi praktek-praktek keagamaan yang sudah biasa dilakukan, mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang Yang Mutlak, hubungan-Nya dengan manusia dan dunia, peranan-Nya dalam hidup sekarang dan yang akan datang. Mereka ingin mengorek bagaimana menjadi orang religius sejati.
Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan Tuhan. Praktek keagamaan
pada masa kanak-kanak berbeda ketika ia beranjak menjadi pribadi yang dewasa.
Pada waktu kanak-kanak kegiatan keagamaan masih meniru atau meneladani orang
yang lebih dewasa dari dirinya. Pada saat ia masuk usia dewasa, kaum muda tidak
lagi hanya menjadi orang ikut-ikutan saja melainkan sudah dapat mempertanyakan
keberadaan dirinya termasuk dalam penghayatan keagamaan yang diyakininya.
Kaum muda sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan disegala
segi. Untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan
itu, kaum muda memang mempunyai mekanisme sendiri. Bagi mereka tersedia
bantuan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Akan tetapi proses pertumbuhan
akan dapat lebih terarah dan pengatasan masalah lebih baik apabila mereka tersedia
pelayanan pembinaan yang memadai dari segi tujuan, segi materi, segi metode dan
segi tekniknya.
30
4. Permasalahan Yang Dihadapi Kaum Muda
Sesuatu yang disebut atau menjadi problematik apabila menyimpang dari yang
seharusnya (Tangdilintin, 1984: 24). Penyimpangan itu disebabkan oleh sesuatu atau
beberapa hal yang sering kait-mengkait serta membawa pengaruh buruk tertentu.
Oleh karena itu kenakalan kaum muda disebabkan oleh tidak terpenuhinya dambaan
tertentu dalam hidupnya atau dapat juga disebabkan oleh karena adanya perbenturan
dengan otoritas diluar dirinya (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Untuk mengetahui apa yang menjadi problematik kaum muda, selanjutnya akan
dibahas tentang problematik yang dihadapi kaum muda pada umumnya.
a. Problematik dalam keluarga
Gejala pertama yang menonjol dari skenario “Dina” adalah kesenjangan antara
kaum muda dengan orang tua, karena perbedaan pandangan dan pengertian mengenai
nilai dan norma (Tangdilintin, 1984: 27). Pengertian mengenai nilai dan norma
seringkali menjadi masalah utama antara orang tua dan kaum muda. Terkadang orang
tua sering memakai ukuran “tempo dulu”, sementara kaum muda sekarang cenderung
mengikuti perkembangan zaman yang pesat baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sangat berbeda dengan yang terjadi pada masa lampau dimana semuanya
belum berkembang secara pesat dan belum berpengaruh bagi masyarakat. Dengan
demikian jika dibandingkan berdasarkan kenyataan sekarang ini, sangat jauh dari
kenyataan melampaui dari apa yang diperkirakan dan berbagai segi kehidupan
manusia yang telah dipengaruhi. Apabila memandang situasi atau zaman sekarang
dengan kaca mata “tempo dulu” sudah kiranya tidak relevan, karena semuanya telah
31
berubah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat termasuk juga di
dalam menilai dan memandang sesuatu yang ada di sekitar kita.
Individualisme, hedonisme dan konsumerisme telah menjalar ke dalam kehidupan
keluarga yang beriring dengan kesibukan mengejar prestise dan status sosial
(Tangdilintin, 1984: 27). Hal ini sebenarnya mengurangi perhatian orang tua terhadap
anaknya. Kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat khususnya keluarga yang
ekonominya menengah keatas. Di suatu pihak orang tua termotivasi mencari dan
mengumpulkan harta yang banyak dan dilain pihak kebutuhan, perhatian dan sapaan
terhadap segenap anggota keluarga menjadi terabaikan. Situasi seperti ini yang
menyebabkan mereka kurang merasa diperhatikan oleh para orang tuanya.
b. Problematik dalam masyarakat
Kaum muda adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dan dukungan dari orang lain. Sebagai makluk sosial, kaum muda tidak terlepas dari
masyarakat sekitarnya. Keterlibatan dan peran mereka dalam masyarakat sungguh
diharapkan. Namun kadang keterlibatannya dalam masyarakat mendatangkan peluang
sekaligus hambatan bagi perkembangan pribadinya. Salah satu hambatan yang
mengakar dalam kehidupan masyarakat adalah budaya instant. Budaya ini mematikan
daya semangat dan usaha untuk berjuang dalam hidup, karena kebanyakan orang
lebih memilih cepat tanpa harus berusaha dalam waktu yang panjang. Budaya instant
ini menjadi gangguan dalam pribadi kaum muda, karena akan mematikan semangat
dan daya kreatifitas mereka sebagai orang muda (Tangdilintin, 1984: 29-31).
Di samping budaya instant masih banyak gangguan yang ada di masyarakat,
pesatnya kemajuan dan peningkatan dalam taraf hidup masyarakat melalui
32
pembangunan yang diupayakan dewasa ini, ternyata memiliki berdampak negatif
yang menyebabkan orang semakin menjadi materialis, hedonis dan konsumeris.
Dengan demikian kenyataan ini tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ini menggejala
di dalam masyarakat yang sedang berkembang. Otoritas dalam masyarakat (di
sekolah symbol otoritas ilmiah, moral dan etika) kerapkali kurang memberi
kesempatan mengemukakan pendapat dan berargumen secara leluasa bagi kaum
muda (Tangdilintin, 1984: 30). Semua pihak diajak untuk melihat masalah kaum
muda.
c. Problematik dalam Gereja
Gereja juga sedang berada dalam transisi, sedang mencari identitas baru untuk
semakin hadir sebagai sakramen keselamatan bagi masyarakat. Gereja sebagai
komunitas orang beriman merupakan gerakkan penebusan dan pembebasan yang
berjuang untuk menciptakan situasi yang adil dan damai. Sementara itu, kaum muda
yang hidup dalam transisi dengan segala akibatnya, seringkali belum diperhitungkan
dalam Gereja, sehingga mengakibatkan kaum muda mengambil jarak dan bersikap
acuh. Mereka menganggap Gereja sebagai “urusan orang tua” yang kurang memberi
kepercayaan kepada kaum muda untuk berperan sebagai patner.
Di dalam Gereja kaum muda belum mendapat tempat, tanggung jawab dan
berperan serta pada kegiatan Gereja. Oleh karena itu, kaum muda lebih memilih
bersikap pasif.
Kaum muda tidak mau terlibat atau jarang ikut dalam kegiatan-kegiatan rohani
karena mereka menghadapi berbagai masalah dalam keluarga, masalah sosial dan
masalah dalam diri kaum muda sendiri. Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh
33
kaum muda, Gereja berusaha untuk memberikan pendampingan kepada mereka baik
secara pribadi maupun secara kelompok dan bersama.
d. Problematik dalam diri kaum muda sendiri
Dinamika hidup kaum muda sulit diduga. Pada saat tertentu kelihatan begitu
cerah atau ceria, sedangkan saat lainnya menjadi kelihatan sedih dan muram
disebabkan oleh berbagai macam persoalan yang mereka hadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Pendirian dan kondisi emosionalnya cepat berubah seiring dengan
perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat.
Gagasan-gagasan yang baru ditawarkan melalui media massa, tidak semuanya
berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan kaum muda tetapi justru
pengaruh yang ditawarkan media massa menciptakan karakter kaum muda yang
bermental instant, individualisme, hedonisme dan lainnya.
Dari segi fisik maupun psikis, masalah perkembangan kaum muda ditandai oleh
dua dorongan: pertama dorongan dari segi kelamin (nafsu sex) dan yang kedua dari
segi dorongan aku (nafsu ego). Dorongan kelamin (nafsu sex) dengan gejolak-
gejolaknya, terkadang menjadi penyebab terjadinya segala kegelisahan dan
keingintahuan yang disalurkan dalam berbagai macam cara atau justru melakukan
eksperimen sendiri, yang pada gilirannya akan menyebabkan permasalahan-
permasalahan baru dalam dirinya.
Dorongan aku (nafsu ego) menggejala dalam berbagai perilaku “aneh”
sebenarnya ingin minta diperhatikan, dihargai dan diterima sebagaimana adanya.
Gejolak ingin diakui akan terungkap melalui berbagai prestasi atau macam-macam
keberhasilan dengan harapan mereka memperoleh pengakuan dan pujian.
34
Persoalannya akan muncul apabila orang lain, keluarga dan masyarakat tidak
memberi dukungan selayaknya seperti yang mereka harapkan. Apalagi keluarga,
masyarakat sampai menentangnya justru melihatnya sebagai suatu kebetulan karena
ada campur tangan dari orang tua. sehingga keberhasilan atau prestasi yang telah
mereka raih merasa tidak diberi penghargaan.
Perkembangan emosi dan afeksi mengakibatkan mereka bebas memelihara dan
mengembangkan selera dan citra rasanya sendiri. Perkembangan intelek
memampukan kaum muda melihat dan menilai segala sesuatu dengan skala nilainya
sendiri, mampu memandang jauh ke depan dengan berusaha untuk membuat rencana-
rencana atas masa depannya sendiri (Tangdilintin, 1984: 39).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Kaum Muda
Kaum muda yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai gaya hidup yang berbeda. Di samping proses pertumbuhan dan
perkembangan kaum muda itu sendiri perbedaan jenjang pendidikan, perbedaan
tempat tinggal serta peranannya dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya
berpengaruh pula terhadap gaya hidup kaum muda (Mangunhardjana, 1986: 16-17).
1. Perbedaan Tingkat Pendidikan
Situasi hidup kaum muda ditentukan oleh perbedaan tingkat pendidikan. Ada
kaum muda yang terpelajar, ada yang setengah terpelajar dan ada yang tidak
terpelajar sama sekali. Hal ini sedikit banyak membawa kesenjangan di antara
mereka. Khususnya dalam menentukan jenis pekerjaan, memilih teman bergaul, pola
35
pikir dalam menentukan keputusan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta dalam
menentukan cita-cita dan pandangan hidup demi masa depannya.
Kesenjangan antara kaum muda yang satu dengan yang lainnya tidak hanya
terjadi pada tingkat terpelajar saja, melainkan juga pada perbedaan jenjang
pendidikan. Yang dimaksud dengan perbedaan jenjang pendidikan di sini adalah ada
di antara kaum muda yang masih duduk di tingkat SMP, SMU dan ada yang di
Perguruan Tinggi. Kaum muda yang masih duduk di tingkat SMP mempunyai gaya
hidup yang berbeda dengan mereka yang duduk di tingkat Perguruan Tinggi
mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang duduk di tingkat SMP
maupun SMU.
2. Tempat Tinggal
Perbedaan tempat tinggal kaum muda kiranya juga cukup berpengaruh dalam
rangka pembentukan watak, sikap dan cara mereka berpikir. Dengan adanya keadaan
serta situasi yang berbeda ini menuntut adanya suatu bentuk kegiatan yang dapat
mengarahkan mereka untuk bersikap mandiri sebagai pribadi. Kaum muda dituntut
untuk berani tidak mengikuti arus mayoritas warna kehidupan yang terjadi
disekelilingnya. Seringkali pula warna kehidupan yang ada di sekelilingnya itu
memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan kehidupan mereka.
3. Peran dan Keterlibatan Dalam Masyarakat Umum
Masyarakat suatu institusi kehidupan yang luas dengan segala macam
problematiknya. Permasalahan yang muncul dalam masyarakat pun terdiri dari
36
berbagai macam bentuk. Hal ini disebabkan adanya corak atau gaya hidup yang
berkembang dalam masyarakat, pola pikir dan kepribadiaan manusia yang berbeda.
Di sini kepentingan bersama menjadi titik tolak dalam kehidupan bermasyarakat.
Kaum muda dapat dengan leluasa menyumbangkan serta memberikan andil sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Sikap religiositas masyarakat dapat menjadi
pendorong atau sumber kekuatan bagi kaum muda. Oleh karena itu, mereka perlu
diajak untuk mulai menyadari diriya sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian,
diharapkan mereka dapat dan bersedia terlibat dalam hidup bermasyarakat, mampu
memupuk kerjasama, menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain dan terlibat
dalam kehidupan bersama. Pada akhirnya, tindakan-tindakan tersebut mampu
membawa kaum muda untuk lebih mempersiapkan masa depannya.
Peranan dan keterlibatan seseorang untuk dapat diterima dalam masyarakat
tidaklah mudah. Kaum muda yang mempunyai kecendrungan memberontak terutama
dengan kemampuan fisik, perlu mendapatkan penyaluran yang baik sehingga tidak
merusak tatanan hidup bersama yang sudah tercipta. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengaktifkan kaum muda dalam bidang oleh raga, kerja bakti, turut dalam
kegiatan keamanan dan sebagainya.
BAB III
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA
SANTA LUCIA DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS GANCAHAN II
PAROKI GAMPING
A. Latar Belakang Penelitian
Kaum muda secara umum memiliki kepribadian yang dinamis karena selalu
berfikir dan bergerak maju seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Pada
diri kaum muda terdapat potensi, bakat dan kreatifitas yang tinggi dan
kemampuannya itu diaktualisasikan secara utuh sesuai dengan kemampuannya.
Dalam internal Gereja, kaum muda dapat pula menjadi motivator dan penggerak
kehidupan menggereja pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kaum muda merupakan generasi penerus bangsa dan Gereja. Sejuta harapan
tertuju pada mereka. Kedepannya mereka akan menerima estafet pembangunan. Oleh
karena itu, mereka akan menjadi aktor penting bagi bangsa dan negara. Dengan
demikian, mereka perlu mendapatkan pembinaan. Pembinaan tersebut bertujuan agar
dapat mengarah dan membimbing menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan
kecakapan khusus demi mempersiapkan diri menuju masa depan penuh persaingan.
Sebagai manusia, kaum muda sedang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan. Masa pertumbuhan dan perkembangan itu menyangkut perubahan
fisik-mental dan gejolak psikologis dalam keseluruhan diri mereka. Pada masa
pertumbuhan dan perkembangan ini mereka dalam proses pendewasaan diri. Untuk
menghadapi masalah pertumbuhan dan perkembangan itu kaum muda mempunyai
38
mekanismenya sendiri. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan itu mereka
terkadang mengalami kesulitan dan hambatan untuk menghadapinya. Kesulitan dan
hambatan itu terkadang menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini terjadi karena
kondisi kejiwaan mereka masih labil.
Kaum muda yang sedang tumbuh dan berkembang itu, berada dalam situasi hidup
yang berbeda-beda. Setiap individu menanggapi masa pertumbuhan dan
perkembangan dengan cara yang berbeda-beda. Terutama kondisi hidup mereka juga
berbeda-beda ada yang sudah dewasa, ada yang masih remaja, ada yang peralihan
masa remaja ke dewasa. Oleh karena itu untuk menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan ini ada yang mudah, ada yang sulit, ada yang biasa, ada yang acuh.
Tidak jarang dari mereka terjerumus pada kegiatan yang negatif : narkoba, tawuran,
dan lainnya. Karena iklim hidup mereka dalam kondisi yang labil mudah terpangaruh
oleh lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya kaum muda Katolik sama hal dengan kaum muda pada umumnya,
mereka sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya.
Perkembangan yang sedang mereka alami menuju taraf pendewasaan diri. Dalam
proses pendewasaan diri tersebut tidak jarang mereka menemukan kesulitan dan
hambatan untuk menghadapinya. Hal ini menjadi ketakutan tersendiri bagi mereka.
Ketakutan tersebut berasal dari diri mereka, apakah mereka dapat melewati masa
pertumbuhan dan perkembangan tersebut dengan lancar. Oleh karena itu bimbingan
dan pembinaan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk membantu mereka
menghadapi permasalahan tersebut.
39
Begitu juga keadaan yang di alami oleh kaum muda Santa Lucia di lingkungan
Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Mereka juga sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan. Situasi hidup mereka juga beragam, ada yang sudah
dapat mencerna problematika yang mereka alami bahkan ada juga yang tidak siap
untuk menghadapinya. Untuk itu perhatian dari semua orang sangat diharapkan
seperti halnya pastor paroki, orang tua. Kehadiran mereka memberikan arti yang
sangat penting, untuk membimbing dan memberi perhatian bagi perkembangan iman
kaum muda.
Apabila masalah-masalah kaum muda itu mendapatkan perhatian dan penanganan
yang serius dari berbagai pihak, maka nantinya akan tercipta generasi muda penerus
yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan khusus. Selain itu juga
mereka menjadi pribadi yang memasyarakat.
Berdasarkan persoalan yang telah disebutkan di atas, penulis merasa prihatin
dengan keadaan kaum muda, khususnya keadaan kaum muda Santa Lucia yang ada di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping dan terdorong untuk
melakukan sebuah penelitian yang bermaksud untuk mengetahui persoalan yang
dihadapi dalam kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan
Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Apabila persoalan yang sungguh-sungguh
terjadi diketahui, diharapkan ada upaya dari pihak Gereja dalam hal para pembina
atau pembimbing kaum muda untuk mengusahakan salah satu bentuk pembinaan
iman yang sungguh-sungguh relevan atau sesuai dengan harapan kaum muda pada
saat ini. Sehingga membantu kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus
40
Gancahan II Paroki Gamping untuk mengembangkan semangat penghayatan imannya
menuju kedewasaan kristiani.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk menggali semangat penghayatan iman kaum muda Santa Lucia
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman kaum
muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2008, di lingkungan Santo
Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
D. Metode Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian
deskripstif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif ( Notoatmodjo, 2002: 138). Pada penelitian ini penulis
ingin mengetahui persoalan mengenai pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping saat ini. Metode penelitian deskriptif
41
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada
situasi sekarang ( Notoatmodjo, 2002: 138).
E. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, pengumpulan data akan menggunakan
kuesioner. Kuesioner langsung akan ditujukan kepada kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Kuesioner langsung jika
daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang dimintai pendapat dan
keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri (Sutrisno
Hadi, 2004: 178). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan ialah kuesioner tertutup
artinya responden atau orang yang memberi jawaban terbatas, hanya mengisikan
data-data yang diperlukan agar mengisikan jawaban yang diperlukan (Sutrisno Hadi,
2004: 179).
Alasan penulis menggunakan kuesioner adalah responden mengetahui
pelaksanaan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping. Artinya subyek adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sediri dan apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya (Sutrisno Hadi, 2004: 179).
F. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah kaum muda yang tergabung dalam wadah
Mudika Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Dari
42
perolehan data yang diungkapkan oleh ketua Mudika jumlah Mudika Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping berjumlah 30 orang.
Dalam menentukan besarnya jumlah responden yang akan dipilih, penulis
berpatokan pada teori yang menjelaskan bahwa jika subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih (Suharsimi, 2002: 112).
G. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Penelitian
No. Variabel No. Item Jumlah (1) (2) (3) (4) 1 Identitas responden 1,2,3,4,5, 5 2 Bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda 6,7,8,9,10,
11,12,13,14, 15,16,17, 18,19,20
15
3 Faktor pendukung dan faktor penghambat 21,22,23,24,25 26,27,28,29,30
10
4 Total item 30
Dari variabel kuesioner yang digunakan dalam penelitian skripsi, maka disusunlah
kisi-kisi kuesioner sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner
No. Variabel Indikator No. Item
(1) (2) (3) (4) 1.
Identitas responden
a. Menyebutkan nama lengkap
1
43
(1)
2.
(2) Bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda
(3)
b.Menyebutkan jenis kelamin
c. Menyebutkan umur d.Menyebutkan tingkat
pendidikan e. Menyebutkan pekerjaan
a. Menyebutkan arti pembinaan iman
b. Menyebutkan tujuan dari pembinaan iman
c. Menjelaskan arti kaum muda
d. Menyebutkan yang terlibat dalam pembinaan iman
e. Menunjukkan ketertarikan pada pembinaan iman
f. Menyebutkan alasan mengikuti pembinaan iman
g. Menunjukkan seberapa sering mengikuti pembinaan iman
h. Menyebutkan berapakali mengikuti pembinaan iman
i. Merasakan pentingnya pembinaan iman
j. Menyebutkan penilaian terhadap pembinaan iman
k. Menjelaskan alasan pembinaan iman kurang menarik
l. Menyebutkan tema yang sering digunakan
m. Menunjukkan yang biasa memandu pembinaan iman
(4) 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
44
(1)
3.
(2) Faktor pendukung dan faktor penghambat
(3)
n. Menyebutkan penyelenggaran pembinaan iman kaum muda
o. Menyebutkan bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda
a. Menyebutkan adanya dukungan orang tua
b.Menyebutkan faktor pendukung dalam pembinaan iman
c. Merasakan manfaat dari pembinaan iman
d.Menyebutkan sarana yang mendukung pembinaan iman
e. Menyebutkan ada perhatian dari pastor paroki
f. Menyebutkan letak tempat
tinggal menjadi faktor penghambat
g.Menyebutkan perbedaan tingkat pendidikan sebagai faktor penghambat
h.Menunjukkan faktor penghambat dalam pembinaan iman
i. Menunjukkan faktor usia menjadi penghambat pembinaan iman
j. Menjelaskan kendala dalam pembinaan iman
(4)
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah Item 30
45
H. Hasil Penelitian
Pada bagian selanjutnya akan dibahas hasil penelitian terhadap pembinaan iman
kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 35 kuesioner dari jumlah tersebut sebanyak
30 orang yang telah mengembalikan kuesioner yang disebarkan. Laporan hasil
penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari: identitas
responden, bentuk pembinaan iman kaum muda, faktor pendukung dan penghambat.
1. Identitas Responden
Penulis akan memaparkan identitas responden: nama lengkap, jenis kelamin,
umur, pendidikan, pekerjaan seperti terungkap pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Identitas Responden (N=30)
No. Item Identitas responden Alternatif jawaban Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) 1 Nama lengkap - - -
2 Jenis kelamin a. Laki- laki b. Perempuan
10 20
33,3 66,7
3 Umur
a. 15-21 b. 22-25 c. 26-31 d. 32-35
25 3 1 1
83,4 10 3,3 3,3
4 Pendidikan saat ini
a. SMP b. SMU c. PT d. Dirumah
1 21 7 1
3,3 70 23,4 3,3
5 Pekerjaan saat ini
a. Pelajar b. Karyawan c. Wiraswasta d. Dirumah
24 3 2 1
80 10 6,7 3,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden perempuan paling banyak (66,7 %)
sedangkan responden laki- laki (33,3 %). Sebagian besar responden berumur 15-21
46
tahun (83,4 %), 22-25 tahun (10 %), 26-31 tahun (3,3 %), dan 32-35 tahun (3,3 %).
Umumnya responden menjalani pendidikan sampai tingkat SMU (70 %), PT (23,4
%), SMP (3,3 %), dan masih dirumah (3,3 %). Berdasarkan penelitian ini pekerjaan
responden sebagian besar responden sebagai pelajar (83,4 %), sebagai karyawan (10
%), wiraswasta (6,7 %), dan masih di rumah (3,3 %).
2. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda
Bagian selanjutnya penulis akan memaparkan bentuk pembinaan iman kaum
muda, seperti yang terungkap pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda (N=30)
No. Item Daftar pertanyaan Alternatif jawaban Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) 6 Apa yang dimaksud
dengan pembinaan iman
a. Suatu proses untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkan secara penuh dalam hidup sehari-hari
b. Suatu proses untuk memekarkan pribadi sebagai manusia kristiani
c. Suatu proses untuk membangun dan menghayati iman kristiani menuju kedewasaan penuh
d. Suatu proses untuk memupuk rasa persaudaraan dalam Kristus
9 5 12 4
30 16,7 40 13,3
7
Tujuan apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti pembinaan iman
a. Ingin memperoleh teman yang banyak
b. Ingin membangun rasa kebersamaan dalam Gereja
3 3
10 10
47
(1) (2) (3) c. Untuk mengembangkan
iman kristiani, agar menjadi manusia beriman yang dewasa
d. Supaya dapat dikenal
(4) 24 -
(5) 80 -
8 Menurut pengalaman Anda, siapa yang dimaksud dengan kaum muda itu
a. Mereka yang sudah berusia 15-24 tahun
b. Mereka yang belum menikah
c. Seorang yang sudah dapat mengambil keputusan
d. Seorang individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional, sosial, mental, moral dan religius
5 1 5 19
16,7 3,3 16,7 63,3
9 Menurut pengalaman Anda, siapa saja yang terlibat dalam pembinaan iman
a. Romo paroki dan para pendamping
b. Semua umat paroki c. Kaum muda dan para
pendamping d. Semua umat yang terlibat
dalam pembinaan iman
- 12 2 16
- 40 6,7 53,3
10 Apakah anda tertarik untuk mengikuti pembinaan iman
a. Sangat tertarik b. Tertarik c. Biasa-biasa saja d. Tidak tertarik
6 16 8 -
20 53,3 26,7 -
11 Menurut pengalaman Anda, kapan Anda mengikuti pembinaan iman
a. Jika diajak teman b. Kalau tidak ada tugas
rumah atau kampus c. Kalau ada waktu kosong d. Setiap ada pembinaan
iman
8 5 6 11
26,7 16,7 20 36,6
12
Apakah Anda sering mengikuti kegiatan pembinaan iman
a. Sering sekali b. Sering c. Kalau ada waktu d. Tidak pernah
1 12 17 -
3,3 40 56,7 -
48
(1) 13
(2) Berapa kali Anda mengikuti kegiatan pembinaan iman
(3) a. 2 kali b. 6 kali c. 10 kali d. Lebih dari 12 kali
(4) 8 10 2 10
(5) 26,7 33,3 6,7 33,3
14 Menurut Anda apa yang paling menarik dalam mengikuti pembinaan iman
a. Karena senang dengan pembimbingnya
b. Adanya kerjasama antar kaum muda
c. Kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan
d. Mempunyai banyak teman
- 16 8 6
- 53,3 26,7 20
15 Bagaimana penilaian Anda terhadap kegiatan pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan
a. Menarik b. Kurang menarik c. Biasa-biasa saja d. Tidak menarik
7 7 16 -
23,3 23,3 53,4 -
16 Menurut Anda apa yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang menarik
a. Kegiatan yang ada tidak bervariasi sehingga membosankan
b. Waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan situasi peserta
c. Materi yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi peserta dan perkembangan zaman
d. Pembina kurang memperhatikan situasi kaum muda
18 7 2 3
60 23,3 6,7 10
17 Tema yang sering dibahas dalam kegiatan pembinaan iman
a. Tentang kaum muda b. Nasehat untuk kaum muda c. Kitab Suci d. Kehidupan kaum muda
sehari-hari
6 9 7 8
20 30 23,3 26,7
18
Yang sering menjadi pemandu dalam kegiatan pembinaan iman
a. Orang tua/pro diakon b. Pastor c. Kaum muda d. Tidak tentu
7 1 2 20
23,3 3,3 6,7 66,7
49
(1) 19
(2) Menurut pengalaman anda, kegiatan pembinaan iman kaum muda yang dilaksanakan selama ini sering diselenggarakan oleh
(3) a. Paroki b. Mudika c. Stasi d. Pengurus lingkungan
(4) 10 14 - 6
(5) 33,3 46,7 - 20
20 Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda yang anda ketahui selama ini berupa
a. Pertemuan mudika b. Ziarah ke Gua Maria c. Katekese d. Rosario
22 1 6 1
73,4 3,3 20 3,3
Pada tabel 4 yang dimaksud dengan pembinaan iman menunjukkan (40 %)
responden mengatakan bahwa suatu proses untuk membangun dan menghayati iman
kristiani menuju kedewasaan penuh, kemudian (30%) responden mengatakan bahwa
suatu proses untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat
memanfaatkan secara penuh dalam hidup sehari-hari, (16,7 %) responden
mengatakan bahwa suatu proses untuk memekarkan pribadi sebagai manusia
kristiani, (13,3 %) responden mengatakan bahwa suatu proses untuk memupuk rasa
persaudaraan dalam Kristus.
Tujuan apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti pembinaan iman
menunjukkan (80 %) responden mengatakan bahwa untuk mengembangkan iman
kristiani, agar menjadi manusia beriman yang dewasa, kemudian (10 %) responden
mengatakan bahwa ingin memperoleh teman, (10 %) responden mengatakan ingin
membangun rasa kebersamaan dalam Gereja.
Menurut pengalaman Anda, siapa yang dimaksud dengan kaum muda itu
menunjukkan (63,3 %) responden mengatakan bahwa seorang individu yang sedang
50
mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional, sosial, mental,
moral dan religius, kemudian (16,7 %) responden mengatakan bahwa mereka yang
sudah berusia 15-24 tahun, (16,7 %) responden mengatakan bahwa seorang yang
sudah dapat mengambil keputusan, (3,3 %) responden mengatakan bahwa mereka
yang belum menikah.
Menurut pengalaman Anda, siapa saja yang terlibat dalam pembinaan iman
menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa semua umat yang terlibat
dalam pembinaan iman, (40 %) responden mengatakan bahwa semua umat paroki,
(6,7 %) responden mengatakan bahwa kaum muda dan para pendamping.
Apakah anda tertarik untuk mengikuti pembinaan iman menunjukkan (53,3 %)
responden mengatakan bahwa tertarik, kemudian (26,7 %) responden mengatakan
bahwa biasa-biasa saja, (20 %) responden mengatakan bahwa sangat tertarik.
Menurut pengalaman Anda, kapan Anda mengikuti pembinaan iman
menunjukkan (36,6 %) responden mengatakan bahwa setiap ada pembinaan iman,
kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa jika diajak teman, selanjutnya (20
%) responden mengatakan bahwa kalau ada waktu kosong, (16,7 %) responden
mengatakan bahwa kalau tidak ada tugas rumah atau kampus.
Apakah Anda sering mengikuti kegiatan pembinaan iman menunjukkan (56,7 %)
responden mengatakan bahwa kalau ada waktu, kemudian (40 %) responden
mengatakan bahwa sering, (3,3 %) responden mengatakan bahwa sering sekali.
Berapa kali Anda mengikuti kegiatan pembinaan iman menunjukkan (33,3 %)
responden mengatakan bahwa ada yang lebih dari 12 kali, (33,3 %) responden
51
mengatakan bahwa ada yang 6 kali, kemudian (26,7 %) responden mengatakan
bahwa ada yang 2 kali, (6,7 %) responden mengatakan bahwa ada yang 10 kali.
Menurut Anda apa yang paling menarik dalam mengikuti pembinaan iman
menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa adanya kerjasama antar kaum
muda, kemudian (26,7 %) responden mengatakan bahwa kerinduan untuk bertemu
dengan Tuhan, (20 %) responden mengatakan bahwa mempunyai banyak teman.
Bagaimana penilaian Anda terhadap kegiatan pembinaan iman yang selama ini
dilaksanakan menunjukkan (53,4 %) responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja,
(23,3 %) responden mengatakan bahwa menarik, (23,3 %) responden mengatakan
bahwa kurang menarik.
Menurut Anda apa yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang menarik
menunjukkan (60 %) responden mengatakan bahwa kegiatan yang ada tidak
bervariasi sehingga membosankan, kemudian (23,3 %) responden mengatakan bahwa
waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan situasi peserta, (10 %) responden mengatakan
bahwa pembina kurang memperhatikan situasi kaum muda, (6,7) responden
mengatakan bahwa materi yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi peserta dan
perkembangan zaman.
Tema yang sering dibahas dalam kegiatan pembinaan iman menunjukkan (30 %)
responden mengatakan bahwa nasehat kaum muda, (26,7 %) responden mengatakan
bahwa kehidupan kaum muda sehari-hari, kemudian (23,3 %) responden mengatakan
bahwa kitab suci, (20 %) responden mengatakan bahwa tentang kaum muda.
Yang sering memandu dalam kegiatan pembinaan iman menunjukkan (66,7 %)
responden mengatakan bahwa tidak tentu, (23,3 %) responden mengatakan bahwa
52
orang tua/pro diakon, (6,7 %) responden mengatakan bahwa kaum muda, (3,3 %)
responden mengatakan bahwa pastor.
Menurut pengalaman Anda kegiatan pembinaan iman kaum muda yang
dilaksanakan selama ini sering dilaksanakan oleh menunjukkan (46,7 %) responden
mengatakan bahwa mudika, (33,3 %) responden mengatakan bahwa paroki, (20 %)
responden mengatakan bahwa pengurus lingkungan.
Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda yang anda ketahui selama
ini berupa menunjukkan (73,4 %) responden mengatakan bahwa pertemuan mudika,
(20 %) responden mengatakan bahwa katekese, kemudian (3,3 %) responden
mengatakan bahwa ziarah ke Gua Maria, (3,3 %) responden mengatakan bahwa
rosario.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor pendukung dan penghambat, seperti
yang terungkap pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 5. Faktor Pendukung dan Penghambat (N=30)
No. Item Daftar pertanyaan Alternatif jawaban Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) 21 Apakah orang tua
mendukung Anda dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman
a. Sangat mendukung b. Agak mendukung c. Kurang mendukung d. Tidak mendukung
29 1 - -
96,7 3,3 - -
22
Faktor apa yang mendukung Anda dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman
a. Ada dorongan dalam diri saya
b. Karena diwajibkan oleh pengurus lingkungan
c. Karena diajak teman d. Karena disuruh orang tua
13 - 7 10
43,4 - 23,3 33,3
53
(1) 23
(2) Menurut pengalaman Anda, apakah Anda pernah merasakan adanya kerjasama yang baik antar kaum muda
(3) a. Selalu b.Pernah c. Kadang-kadang d.Tidak pernah
(4) 7 20 2 1
(5) 23,3 66,7 6,7 3,3
24 Berdasarkan pengalaman Anda, apakah dalam kegiatan pembinaan iman pendamping menggunakan sarana yang memadai
a. Selalu b. Pernah c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2 14 13 1
6,7 46,6 43,4 3,3
25 Apakah Pastor Paroki memberi perhatian dalam pelaksanaan pembinaan iman kaum muda selama ini
a. Selalu b. Pernah c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5 8 14 3
16,7 26,7 46,6 10
26 Apakah letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan pembinaan iman
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Tidak setuju
1 9 8 12
3,3 30 26,7 40
27 Apakah perbedaan tingkat pendidikan menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan pembinaan iman
a. Ya b. Biasa-biasa saja c. Kadang-kadang d. Tidak sama sekali
- 4 11 15
- 13,3 36,7 50
28 Faktor apa yang menyebabkan Anda tidak aktif mengikuti pembinaan iman
a. Malas b. Takut c. Tidak ada waktu d. Sibuk
16 2 10 2
53,3 6,7 33,3 6,7
29
Apakah faktor usia mempengaruhi Anda untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman kaum muda
a. Ya b. Biasa-biasa saja c. Kadang-kadang d. Tidak sama sekali
8 5 7 10
26,7 16,7 23,3 33,3
54
(1) 30
(2) Menurut Anda, kendala apa yang sering dialami dalam kegiatan pembinaan iman
(3) a. Para pendamping yang
membosankan b. Metode pendampingan
yang monoton c. Waktu yang sering
molor/ngaret d. Tidak ada kerjasama
peserta dengan pendamping
(4) 4 12 13 1
(5) 13,3 40 43,4 3,3
Pada tabel 4 apakah orang tua mendukung Anda dalam mengikuti kegiatan
pembinaan iman menunjukkan (96,7 %) responden mengatakan bahwa sangat
mendukung, kemudian (3,3) responden mengatakan bahwa agak mendukung.
Faktor apa yang mendukung Anda dalam kegiatan pembinaan iman menunjukkan
(43,4 %) responden mengatakan bahwa ada dorongan dalam diri saya, kemudian
(33,3 %) responden mengatakan bahwa karena disuruh orang tua, (23,3 %) responden
mengatakan bahwa karena diajak teman.
Menurut pengalaman Anda apakah Anda pernah merasakan adanya kerjasama
yang baik antar kaum muda menunjukkan (66,7 %) responden mengatakan bahwa
pernah, (23,3 %) responden mengatakan bahwa selalu, selanjutnya (6,7 %) responden
mengatakan bahwa kadang-kadang, (3,3 %) responden mengatakan bahwa tidak
pernah.
Berdasarkan pengalaman Anda apakah dalam kegiatan pembinaan iman
pendamping menggunakan sarana yang memadai menunjukkan (46,6 %) responden
mengatakan bahwa pernah, kemudian (43,4 %) responden mengatakan bahwa
55
kadang-kadang, (6,7 %) responden mengatakan bahwa selalu, (3,3 %) responden
mengatakan bahwa tidak pernah.
Apakah pastor paroki memberi perhatian dalam pelaksanaan pembinaan iman
kaum muda selama ini menunjukkan (46, 6 %) responden mengatakan bahwa
kadang-kadang, kemudian (26,7 %) responden mengatakan pernah, (16,7 %)
responden mengatakan bahwa pernah, (10 %) responden mengatakan bahwa tidak
pernah.
Apakah letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman menunjukkan (40 %) responden mengatakan bahwa tidak setuju,
selanjutnya (30 %) responden mengatakan bahwa kurang setuju, kemudian (26,7 %)
responden mengatakan bahwa setuju, (3,3 %) responden mengatakan bahwa sangat
setuju.
Apakah perbedaan tingkat pendidikan menjadi faktor penghambat di dalam
kegiatan pembinaan iman menunjukkan (50 %) responden mengatakan bahwa tidak
sama sekali, kemudian (36,7 %) responden mengatakan bahwa kadang-kadang, (13,3)
responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja.
Faktor apa yang menyebabkan tidak aktif mengikuti pembinaan iman
menunjukkan (53,3 %) responden mengatakan bahwa malas, kemudian (33,3 %)
responden mengatakan bahwa tidak ada waktu, selanjutnya (6,7 %) responden
mengatakan bahwa takut, (6,7 %) responden mengatakan bahwa sibuk.
Apakah faktor usia mempengaruhi anda untuk mengikuti kegiatan pembinaan
iman menunjukkan (33,3 %) responden mengatakan bahwa tidak sama sekali,
selanjutnya (23,3 %) responden mengatakan bahwa kadang-kadang, kemudian (26,7
56
%) responden mengatakan bahwa ya, (16,7 %) responden mengatakan bahwa biasa-
biasa saja.
Menurut anda kendala apa yang sering dialami dalam kegiatan pembinaan iman
menunjukkan (43,4) responden mengatakan bahwa waktu yang sering molor dan
ngaret, kemudian (40 %) responden mengatakan bahwa metode pendampingan yang
menonoton, selanjutnya (13,3 %) responden mengatakan bahwa para pendamping
yang membosankan, (3,3 %) responden mengatakan bahwa tidak ada kerjasama
peserta dengan pendamping.
I. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan variabel penelitian meliputi identitas responden, bentuk pembinaan
kaum muda, faktor pendukung dan penghambat. Selanjutnya penulis akan
mengungkapkan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan terhadap kaum muda Santa Luc ia di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping, sebagai berikut:
1. Identitas Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang, sebagian besar adalah
perempuan (66,7 %) sedangkan laki- laki (33,3 %) yang berumur 15-21 tahun (83,4
%), 22-25 tahun (10 %). Rata-rata responden mengenyam pendidikan yang terakhir
ialah SMU (70 %), PT (23,4 %). Saat ini pekerjaan kaum muda kebanyakan masih
pelajar (80 %), karyawan (10 %), wiraswasta (6,7 %).
57
Dengan demikian kaum muda Santa Lucia yang ada di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping kebanyakan masih berstatus sebagai pelajar, sebagian
kecil sebagai karyawan dan juga wiraswasta. Jumlah ketiganya jauh berbeda dan
memiliki kesibukan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan
jumlah berbeda ini dapat dipastikan bahwa kaum muda yang statusnya masih pelajar
akan disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah terlebih
kaum muda yang duduk di bangku SMU yang akan mengikuti ulangan semesteran
dan yang akan mengikuti ujian akhir nasional, tentunya sibuk membuat persiapan
sendiri dan mengikuti berbagai les dan kegiatan-kegiatan yang menunjang kegiatan
belajar. Begitu juga dengan kaum muda yang masih duduk dibangku perguruan tinggi
yang selalu disibukkan dengan rutinitas perkuliahan dan tuntutan tugas yang
diberikan. Sedangkan kaum muda yang menjadi karyawan, juga sibuk dengan
pekerjaannya, begitu juga dengan yang wiraswasta menjalani berbagai usaha yang
digelutinya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan kenyataan ini memperlihatkan adanya ketidakseimbangan antara
kehidupan rohani dan jasmani. Padahal bidang kehidupan rohani juga memiliki peran
yang amat penting dalam upaya pembentukan kepribadian kaum muda menjadi lebih
baik yang dewasa sesuai dengan semangat hidup kristiani.
2. Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda
Kegiatan pembinaan iman kaum muda selama ini sering dilaksanakan oleh kaum
muda (46,7 %), paroki (33,3 %), pengurus lingkungan (20 %). Bentuk kegiatan
pembinaan iman kaum muda yang dilaksanakan selama ini berupa pertemuan mudika
58
(73,4 %) kegiatan ini merupakan kegiatan secara umum baik antar kaum muda paroki
maupun kaum muda lingkungan, katekese (20 %). Tema yang sering dibahas dalam
kegiatan pembinaan iman yaitu nasehat untuk kaum muda (30 %), tema kehidupan
kaum muda sehari-hari (23,3 %). Setiap penyelenggaraan pembinaan iman kaum
muda selalu ikut sebanyak lebih dari 12 kali (33,3 %), 6 kali (33,3 %). Bagi kaum
muda tujuan mengikuti pembinaan iman yang dilaksanakan selama ini untuk
mengembangkan iman kristiani agar menjadi manusia beriman yang dewasa (80 %),
ingin memperoleh teman yang banyak (10 %), ingin membangun rasa kebersamaan
dalam Gereja (10 %).
Melalui hasil penelitian ini diperoleh data mengenai beberapa hal pokok penting
yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pembinaan iman kaum muda
selama ini. Kegiatan pembinaan iman kaum muda di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping selama ini lebih dilaksanakan oleh kaum muda sendiri.
Sebagaian kecil dilaksanakan oleh pihak paroki dan juga dari pengurus lingkungan.
Sejauh ini pelaksanaan pembinaan iman hanya berupa pertemuan mudika, sedangkan
untuk penyelenggaraan katekese belum berjalan secara maksimal. Hampir seluruh
responden mengatakan sedikit yang mengikuti pertemuan katekese, karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari segi pesertanya maupun dari segi pembina
yang belum mengerti tugas dan kegiatannya dengan baik. Sedangkan dalam
pertemuan katekese tema yang sering dibahas ialah tema nasehat untuk kaum muda,
kemudian tema kehidupan kaum muda sehari-hari. Setiap ada pertemuan mudika ada
yang mengikuti lebih dari 12 kali dan ada yang mengikuti 6 kali. Sebagian besar dari
responden mengikuti pembinaan iman bertujuan untuk mengembangkan iman
59
kristiani agar menjadi manusia beriman yang dewasa. Adapula kaum muda yang
mengikuti pembinaan bertujuan untuk memperoleh teman yang banyak dan ada juga
yang ingin membangun rasa kebersamaan dalam Gereja.
Setelah melihat jenis kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping, kegiatan pembinaan iman
kaum muda Santa Lucia lebih pada pertemuan mudika. Pertemuan mudika itu
diadakan oleh kaum muda sendiri. Akan tetapi untuk pelaksanaan katekese tergolong
masih sangat sedikit dan kalaupun ada kegiatan untuk pengembangan iman kaum
muda dilaksanakan hanya pada saat tertentu saja. Artinya pelaksanaan pembinaan
kaum muda terhalang oleh rutinitas kerja dan juga tidak adanya program kegiatan
pengembangan iman kaum muda yang bisa dilaksanakan secara berkelanjutan.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Sehubungan dengan faktor pendukung dan penghambat pihak orang tua
mendukung kaum muda di dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman (96,7 %)
responden sangat mendukung. Selain itu faktor yang mendukung anda dalam kegiatan
pembinaan iman (43,4 %) responden mengatakan bahwa ada dorongan dalam diri
saya. Kemudian menurut pengalaman anda apakah pernah merasakan adanya
kerjasama yang baik antar kaum muda (66,7 %) responden mengatakan pernah.
Selanjutnya berdasarkan pengalaman anda apakah dalam kegiatan pembinaan iman
pendamping menggunakan sarana yang memadai (46,6 %) responden mengatakan
bahwa pernah. Apakah pastor paroki memberi perhatian dalam pelaksanaan
60
pembinaan kaum muda selama ini (46,6 %) responden mengatakan bahwa kadang-
kadang.
Apakah letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman (40 %) responden mengatakan tidak setuju. Selanjutnya apakah
perbedaan tingkat pendidikan menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman (50 %) responden mengatakan tidak sama sekali. Faktor apa yang
menyebabkan tidak aktif mengikuti pembinaan iman (53,3 %) responden mengatakan
bahwa malas. Apakah faktor usia mempengaruhi anda untuk mengikuti kegiatan
pembinaan iman (33,3 %) responden mengatakan bahwa tidak sama sekali. Menurut
anda kendala apa yang sering dialami dalam kegiatan pembinaan iman (43,4 %)
responden mengatakan bahwa waktu yang sering molor dan ngaret.
Melalui hasil penelitian ini diperoleh data mengenai beberapa hal pokok penting
yaitu berkaitan dengan faktor pendukung bahwa pihak orang tua sangat mendukung
dengan adanya kegiatan pembinaan iman. Hal ini ditandai dengan sebagian besar
responden mengatakan orang tua sangat mendukung dengan diadakan pelaksanaan
pembinaan iman. kemudian faktor utama yang sangat mempengaruhi dalam
pembinaan iman ialah sebagian besar responden mengatakan ada dorongan dalam
diri. Dengan demikian kaum muda mengikuti kegiatan pembinaan iman tidak karena
terpaksa, melainkan ada niat dari dalam diri mereka. Hal yang menentukan dalam
kegiatan pembinaan iman ialah adanya kerjasama yang baik. Tanpa adanya kerjasama
yang baik antar kaum muda, maka tidak bisa diharapkan kegiatan pembinaan iman
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dalam kegiatan pembinaan iman responden
menyatakan bahwa pernah menggunakan sarana yang memadai berkaitan dengan
61
pembinaan iman. Dengan adanya sarana yang memadai diharapkan kaum muda
terbantu untuk semakin memperkembangkan imannya dan mempermudah
penyampaian pesan Injil yang ingin disampaikan. Kemudian dari pihak pastor paroki
kadang-kandang memberi perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan iman.
Walaupun demikian pelaksanaan pembinaan iman tetap berjalan tanpa perlu
mendapat perhatian khusus dari pastor paroki.
Melalui hasil penelitian ini diperoleh data mengenai beberapa hal pokok penting
yaitu berkaitan dengan faktor penghambat sebagian responden menyatakan bahwa
tidak setuju apabila faktor letak tempat tinggal menjadi penghambat dalam kegiatan
pembinaan iman. Walaupun letak tempat tinggal mereka sangat berjauhan, dengan
sarana transportasi yang ada dapat mengatasi permasalahan tersebut. Kemudian
responden menyatakan bahwa tidak sama sekali faktor perbedaan tingkat pendidikan
menjadi penghambat dalam kegiatan pembinaan iman. Selanjutnya faktor yang
menyebabkan tidak mengikuti kegiatan pembinaan iman sebagaian besar responden
menyatakan bahwa malas. Dengan demikian terlibat jelas faktor penghambat yang
paling dominan diantara yang lainnya ialah malas. Kemudian faktor usia
mempengaruhi untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman responden mengatakan
bahwa tidak sama sekali. Sedangkan kendala yang sering dialami dalam kegiatan
pembinaan iman responden menyatakan bahwa waktu yang sering molor atau ngaret.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor pendukung yang
utama dalam kegiatan pembinaan iman ialah adanya dukungan dari pihak orang tua
yang sangat mendukung, adanya kerjasama yang baik antara kaum muda yang satu
dengan kaum muda yang lainnya. Dan juga adanya dorongan dalam diri mereka.
62
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat utama dalam kegiatan pembinaan iman
kaum muda ialah malas untuk mengikuti pembinaan iman kaum muda, kurangnya
perhatian dari pastor paroki terhadap pelaksanaan pembinaan kaum muda selama ini.
Dan juga kendala yang sering dialami ialah waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan
iman yang sering molor atau ngaret.
Hal ini diakibatkan oleh pelaksanaan pembinaan iman selama ini kurang
bergairah sehingga kaum muda malas untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman.
Dan juga pembinaan iman kurang dikelola dengan baik sehingga tidak jarang pada
waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan iman ada yang molor atau ngaret. Sedangkan
kurangnya perhatian dari pastor paroki disebabkan pastor paroki yang mempunyai
tugas yang begitu banyak dan sangat sibuk. Dengan demikian pelaksanaan pembinaan
iman diserahkan sepenuhnya kepada kaum muda.
J. Rangkuman Hasil Penelitian
Responden mayoritas dalam penelitian ini adalah perempuan (66,7 %) yang
berumur 15-21 tahun (83,4 %) dan rata-rata mengenyam pendidikan yang terakhir
yaitu SMU (70 %). Pekerjaan responden saat ini kebanyakan sebagai pelajar (83,4
%). Menurut hasil penelitian ini penyelenggaraan pembinaan iman untuk kaum muda
lebih sering dilaksanakan oleh kaum muda (46,7 %). Bentuk kegiatan pembinaan
iman yang dilaksanakan untuk kaum muda adalah pertemuan mudika (73,4 %),
berkaitan dengan tema yang dibahas dalam kegiatan pembinaan iman tersebut
kebanyakan responden mengatakan bahwa tentang nasehat untuk kaum muda (30 %).
Setiap kali diadakan pertemuan mudika, kaum muda selalu mengikutinya lebih dari
63
12 kali (33,3 %), 6 kali (33,3 %). Mengenai arti pembinaan iman (40 %) responden
menyatakan bahwa suatu proses untuk membangun dan menghayati iman kristiani
menuju kedewasaan penuh. Dengan pernyataan ini diketahui bahwa kaum muda santa
Lucia memahami arti dari pembinaan iman.
Kemudian yang berkaitan tujuan mengikuti pembinaan iman (80 %) responden
menyatakan bahwa untuk mengembangkan iman kristiani agar menjadi manusia
beriman yang dewasa. Dengan demikian diketahui bahwa kaum muda Santa Lucia
sebagian besar memahami tujuan pembinaan iman.Yang dimaksud dengan kaum
muda (63,3 %) responden mengatakan bahwa seorang individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional, sosial, mental,
moral dan religius. Berdasarkan pernyataan ini kaum muda Santa Lucia memahami
yang dimaksud dengan kaum muda. Tema yang sering dibahas dalam kegiatan
pembinaan iman (30 %) responden mengatakan bahwa nasehat untuk kaum muda.
Kemudian yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang menarik (60 %)
responden mengatakan bahwa kegiatan yang ada tidak bervariasi sehingga
membosankan. Dengan demikian diketahui bahwa tema yang sering dibahas dalam
pembinaan iman ialah nasehat untuk kaum muda. Sedangkan yang menyebabkan
pembinaan iman kurang menarik ialah karena kegiatan yang ada tidak bervariasi
sehingga membosankan. Akan tetapi, yang paling menarik dalam mengikuti
pembinaan iman (53,3 %) responden mengatakan bahwa adanya kerjasama antar
kaum muda. Dengan demikian diketahui bahwa dengan kaum muda mengikuti
pembinaan iman mereka dapat saling menjalin kerjasama antar kaum muda yang satu
dengan kaum muda yang lainnya. Penilaian terhadap kegiatan pembinaan iman
64
selama ini dilaksanakan oleh kaum muda (53,4 %) responden mengatakan biasa-biasa
saja. Yang sering menjadi pemandu dalam kegiatan pembinaan iman (66,7 %)
responden mengatakan bahwa tidak tentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
penilaian kaum muda terhadap pembinaan iman selama ini biasa-biasa saja.
Sedangkan yang sering menjadi pemandu dalam kegiatan pembinaan iman tidak
tentu.
Dengan penelitian ini juga diketahui sehubungan faktor pendukung dan
penghambat yang berkaitan dengan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia. Dari
pihak orang tua mendukung kaum muda di dalam mengikuti kegiatan pembinaan
iman (96,7 %) responden sangat mendukung. Selain itu faktor yang mendukung anda
dalam kegiatan pembinaan iman (43,4 %) responden mengatakan bahwa ada
dorongan dalam diri saya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa orang tua sangat
mendukung kaum muda Santa Lucia mengikuti kegiatan pembinaan iman, terlebih
lagi ada dorongan dari dalam diri kaum muda. Kemudian menurut pengalaman anda
apakah pernah merasakan adanya kerjasama yang baik antar kaum muda (66,7 %)
responden mengatakan pernah. Selanjutnya berdasarkan pengalaman anda apakah
dalam kegiatan pembinaan iman pendamping menggunakan sarana yang memadai
(46,6 %) responden mengatakan bahwa pernah. Apakah pastor paroki memberi
perhatian dalam pelaksanaan pembinaan kaum muda selama ini (46,6 %) responden
mengatakan bahwa kadang-kadang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kaum
muda Santa Lucia merasakan adanya kerjasama yang baik diantara mereka.
Selanjutnya mengenai penggunaan sarana yang memadai dalam kegiatan pembinaan
65
iman, mereka mengatakan pernah. Sedangkan pastor paroki kadang-kadang memberi
perhatian terhadap pelaksanaan pembinaan iman kaum muda.
Kemudian letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman (40 %) responden mengatakan tidak setuju. Selanjutnya apakah
perbedaan tingkat pendidikan menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman (50 %) responden mengatakan tidak sama sekali. Faktor apa yang
menyebabkan tidak aktif mengikuti pembinaan iman (53,3 %) responden mengatakan
bahwa malas. Apakah faktor usia mempengaruhi anda untuk mengikuti kegiatan
pembinaan iman (33,3 %) responden mengatakan bahwa tidak sama sekali. Menurut
anda kendala apa yang sering dialami dalam kegiatan pembinaan iman (43,4 %)
responden mengatakan bahwa waktu yang sering molor dan ngaret. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa tidak setuju apabila letak tempat tinggal menjadi faktor
penghambat di dalam kegiatan pembinaan iman. Kemudian mengenai perbedaan
tingkat pendidikan tidak sama sekali menjadi faktor penghambat di dalam
pelaksanaan pembinaan iman. Selanjutnya mengenai faktor yang menyebabkan tidak
mengikuti pembinaan iman ialah malas. Sendangkan faktor usia tidak sama sekali
mempengaruhi dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman. Yang menjadi kendala
dalam kegiatan pembinaan iman ialah waktu yang sering molor atau ngaret. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa faktor penghambat utama yang menyebabkan kaum
muda mengikuti pembinaan iman adalah malas dan juga waktu yang sering molor
atau ngaret.
66
K. Refleksi Terhadap Penyelenggaraan Pembinaan Iman Kaum Muda Santa
Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping
Berdasarkan Hasil Penelitian
Kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki
Gamping, yang termasuk dalam responden penelitian ini adalah 30 orang. Rata-rata
pekerjaan mereka saat ini sebagian besar sebagai pelajar, yang sedang duduk
dibangku SMU, sebagian kecil dibangku Perguruan Tinggi. Perlu disadari bahwa usia
kaum muda masih tergolong muda, mereka masih mengenyam pendidikan formal
seperti halnya kaum muda pada umumnya.
Penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo
Petrus Gancahan II Paroki Gamping lebih sering dilaksanakan oleh kaum muda.
Sedangkan bentuk pembinaan iman yang dilaksanakan terbatas hanya pertemuan
mudika, ziarah, rosario sedangkan untuk pendalaman iman jarang dilaksanakan.
Dengan demikian dapat dipahami kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia
di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping sangat jarang, kurang dapat
berjalan dengan baik atau kurang dikelola dengan baik.
Untuk itu perlu mengupayakan pembinaan iman yang dapat membantu kaum
muda dalam mengembangkan hidup berimannya. Pembina yang ada perlu melihat
situasi dan keadaan yang terjadi dalam kehidupan kaum muda. Dengan melihat
situasi dan keadaan yang terjadi pada kaum muda diharapkan materi yang diberikan
sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Sehingga nantinya pelaksanaan pembinaan
iman kaum muda Santa Lucia dapat terlaksana dengan baik.
67
Dengan demikian untuk mewujudkan suatu bentuk kegiatan pembinaan iman bagi
kaum muda dan dirasa tepat dengan semangat hidup kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Maka pada bagian selanjutnya
akan dibahas tentang penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda dalam rangka
pembentukan pribadi yang dewasa secara kristiani melalui salah satu bentuk kegiatan
pembinaan iman yaitu melalui kegiatan katekese.
BAB IV
USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA SANTA LUCIA
GANCAHAN II DI LINGKUNGAN SANTO PETRUS PAROKI GAMPING
MELALUI KATEKESE
Setelah melihat situasi yang terjadi dan harapan-harapan yang muncul berkaitan
dengan penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan
Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping, maka katekese sebagai pilihan dalam
penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo
Petrus Gancahan II Paroki Gamping dirasa tepat. Tulisan selanjutnya akan membahas
tentang katekese.
A. Gambaran Umum Katekese
Penyelenggaraan katekese oleh Gereja dipandang sebagai tugasnya yang amat
penting (CT. Art.1). Karena melalui pelaksanaan katekese Gereja bermaksud
menyampaikan kabar suka cita kepada seluruh umat manusia, agar umat manusia
yang percaya kepadaNya akan memperoleh keselamatan dan hidup di dalam Kristus.
Maka pada bagian selanjutnya akan dibahas tentang pengertian katekese, tujuan
katekese, tugas dan tanggung jawab katekese, isi katekese dan pemimpin katekese.
1. Pengertian Katekese
Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar
semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-
69
hari (Telaumbanua, 1999: 5). Dalam katekese, setiap pribadi mengkomunikasikan
imannya akan Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagai pokok iman dan sebagai
pedoman di dalam hidupnya. Dalam katekese umat berkumpul untuk membagikan
pengalaman iman yang dialami dalam hidupnya kemudian bersama-sama mendalami
pengalaman iman mereka berdasarkan terang Injil Yesus Kristus.
Dengan mengkomunikasikan pengalaman iman kepada umat yang lain, mereka
memperoleh pengalaman baru yang oleh karena pengalaman iman umat yang lain,
mereka semakin diperkaya dengan pengalaman iman sesama. Pengalaman iman yang
mereka komunikasikan bersama dapat semakin memperteguh imannya akan Yesus
Kristus serta menemukan kesadaran baru di dalam diri mereka. Iman yang mereka
hayati tidak hanya terbatas di dalam hati mereka, namun iman yang dihayatinya
mampu mereka wujudkan di dalam kehidupan bersama.
Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya menegaskan bahwa
katekese:
“Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen” (CT, art. 18).
Dengan demikian maksud utama katekese adalah membina dan membangun
seluruh jemaat baik anak-anak, kaum muda dan orang dewasa supaya berkembang
dalam imannya sesuai dengan ajaran-ajaran kristiani dan hidup seturut kehendak
Kristus. Tugas utama katekese yang hendak diwartakan adalah Yesus Kristus dan
kabar gembiraNya, yang diperoleh melalui sabda Allah yang terdapat dalam Kitab
Suci maupun Tradisi Kristiani. Dalam proses pelaksanaannya katekese diberikan
70
secara organis dan sistematis yang artinya tersusun dan terencana dengan baik, agar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus.
Inilah yang menjadi dasar bagi Gereja dalam berkatekese.
Perlu disadari juga bahwa yang menjadi dasar bagi Gereja dalam berkatekese
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi jemaat dan bangsa yang
mengalami katekese, terlebih masyarakat Indonesia yang beraneka ragam yang
memiliki kekhasan masing-masing. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan dengan
matang dari segi pemahaman maupun dari segi proses pelaksanaannya. Dari segi
proses hendaknya melihat situasi dan kondisi peserta yang mengalami katekese itu
sendiri dan diharapkan juga peserta mampu mengolah pengalamannya sendiri.
Dengan demikian pelaksanaan katekese dari segi pemahaman dan segi proses
pelaksanaannya semakin relevan sesuai dengan kebutuhan konkret peserta katekese
sehingga mampu menjawab kebutuhan umat.
Penyelenggaraan katekese di Indonesia sudah dimulai sejak PKKI I, pada tahun
1977 bertempat di Sindanglaya, Jawa Barat ( Lalu, 2005: 1). Dalam pertemuan itu
dicetuskan katekese yang khas Indonesia yaitu katekese umat (KU), walaupun proses
pelaksanaannya di lapangan masih belum berjalan dengan baik karena beberapa
faktor yang mempengaruhi salah satu diantaranya ialah kekaburan katekese umat itu
sendiri, kekurangan tenaga, sarana, dan sebagainya (Lalu, 2005: 4). Akan tetapi
persoalan itu tidak mematahkan langkah para pakar panitia kateketik (PanKat) se-
Indonesia. Maka pada pertemuan selanjutnya para panitia kateketik berkumpul
kembali dalam PKKI II di Wisma Samadi Klender, Jawa Timur 1980 (Lalu, 2005: 5).
Dalam pertemuan tersebut disepakati rumusan mengenai katekese umat yaitu
71
“Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antar anggota
jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian
rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna”
( Lalu, 2005: 5).
Dari pengertian tentang katekese di atas, menjadi jelas bahwa betapa pentingnya
karya katekese dalam usaha pengembangan, pendalaman, dan penghayatan hidup
beriman Kristiani. Katekese merupakan suatu karya Gereja yang dapat membantu
umat beriman untuk semakin tumbuh dalam iman yang dewasa dan dapat mencapai
suatu kepenuhan hidup dalam Kristus. Dengan katekese ini diharapkan kaum muda
berkembang imannya sesuai dengan ajaran Gereja.
2. Tujuan Katekese
Katekese memiliki tujuan yang khas: berkat bantuan Allah mengembangkan iman
yang baru mulai tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhan serta
makin memantapkan perihidup kristen umat beriman, muda maupun tua (CT. 20).
Dengan demikian hasil katekese dapat dilihat dalam perubahan sikap hid up yang
dialami seseorang dimana umat diajak untuk semakin menyadari imannya dan
menjadikannya sebagai dasar dalam tingkah laku hidup sehari-hari dalam keluarga,
Gereja, maupun dalam masyarakat.
Tujuan katekese dipertegas lagi dalam PKKI II, pada pertemuan tersebut
menghasilkan rumusan tujuan katekese sebagai berikut:
a. Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman kita sehari-hari;
b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
72
c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan iman kristiani kita;
d. Pula kita semakin bersatu dalam kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;
e. Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. (Lalu, 2005: 5-6).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, katekese bertujuan mendewasakan iman
seseorang dapat bertumbuh dan berkembang. Agar iman dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik, maka iman perlu dikomunikasikan, dipelihara, dirawat,
diteguhkan, dihayati, diperbaharui secara terus menerus dalam hidup setiap hari, baik
secara pribadi maupun bersama, baik di dalam kehidupan berkeluarga maupun di
tengah lingkungan masyarakat sekitarnya dan mampu memaknai setiap pristiwa dan
pengalaman hidup dalam terang Injil.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Katekese
Tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pendidikan keagamaan dan latihan
bagi pengembangan kehidupan manus ia seturut Injil merupakan tugas Gereja yang
paling hakiki (CT, art. 62). Dalam dokumen ini dihimbau kepada semua orang yang
termasuk anggota Gereja supaya bertanggung jawab atas kelangsungan katekese,
bahwa katekese itu bukan hanya menjadi tanggung jawab sekelompok orang dalam
Gereja melainkan keberhasilan dalam proses pelaksanaannya senantiasa didukung
oleh semua anggota Gereja maupun elemen tertentu dalam Gereja.
Dengan demikian di dalam Gereja katekese menjadi tanggung jawab utama para
uskup sebagai katekis yang utama. Dalam hubungannya dengan kegiatan katekese
para uskup memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan pembinaan-pembinaan
73
iman baru sehingga kehadiran di tengah jemaat awam dari perayaan sakramen-
sakramen yang semarak hingga kepedulian terhadap pengembangan manusiawi dan
pembelaan hak-hak manusia (CT, art. 63).
Oleh karena itu, para iman sebagai pembantu uskup disebut sebagai “guru iman”
senantiasa mampu membaktikan diri bagi pengembangan jemaat dalam iman, dalam
paroki, sekolah maupun kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya
kaum muda katolik. Gereja mengharapkan supaya para imam jangan sampai
mengabaikan tugas dan tanggung jawab dalam memberikan katekese yang teratur dan
terencana dengan baik (CT, art. 64).
Dalam hal ini para katekis awam juga menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan
katekese. Terkadang karya para katekis dianggap paling sederhana dan tersembunyi,
akan tetapi dijalankan dengan semangat yang berkobar-kobar. Yang berarti bahwa
tidak banyak yang mengetahui sesungguhnya mereka memiliki peran yang sangat
penting dalam usaha pengembangan iman umat dan Gereja yang sedang berkembang
pada saat ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras mereka membantu
pengembangan iman jemaat.
Dengan demikian selayaknya para pembina iman dalam hal ini katekis supaya
dapat menjalin relasi yang baik dan dapat bekerjasama dengan semua pihak dalam hal
ini para anggota Gereja dan masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan
pembinaan iman yang tepat yaitu agar mencapai tujuannya mematangkan kehidupan
beriman seluruh anggotanya.
74
4. Peserta Katekese
Dalam hal ini Gereja memandang bahwa pewartaan iman akan Yesus Kristus
melalui katekese kepada semua umat sebagai kewajiban yang paling hakiki. Apabila
dilihat lebih jauh kewajiban Gereja dalam melaksanakan katekese bukan hanya
karena didorong oleh kepentingan perorangan saja, melainkan menuruti perintah yang
telah disampaikan oleh Yesus Kristus sendiri kepada para MuridNya sebelum Ia naik
ke surga.
Dengan demikian Gereja berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan katekese.
Peserta yang mengikuti kegiatan katekese memiliki hak ditinjau dari segi teologi.
Setiap orang yang telah dibaptis dan diterima secara resmi menjadi anggota Gereja
mereka memiliki hak untuk menerima pengajaran dan pendidikan iman, yang
memadai yang disesuaikan dengan situasi hidup konkret para peserta yang akhirnya
memungkinkan peserta untuk semakin mampu menghayati kepenuhan hidup kristiani
yang sejati (CT, art. 14).
Dalam pernyataan yang ada di dokumen Catecthesi Trandendae masih sangat
umum melihat siapa yang berhak mendapatkan katekese. Dalam sidang umum PKKI
II ditegaskan lebih rinci bahwa yang berkatekese adalah umat yang berarti bahwa
semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas
berkumpul untuk memahami Kristus dan Kristus menjadi pusat dan dasar hidup
pribadi maupun kehidupan jemaat. Penekanan pada seluruh umat ini justru
merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang (Lalu, 2005:
69). Dengan demikian menjadi jelas bahwa peserta katekese adalah semua orang
beriman yang berkumpul dan telah memilih Kristus sebagai penyelamat hidupnya.
75
5. Isi Katekese
Ciri khas pesan yang diteruskan oleh katekese terutama adalah
“Keberpusatannnya pada Kristus” (Dok.Pen.KWI, 2000: 268). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa katekese yang disampaikan dan dilaksanakan kepada semua
orang baik yang tua, muda, maupun yang kecil harus bersumber pada Yesus Kristus
karena Dialah pusat sejarah keselamatan umat manusia.
Katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga
tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh (CT, art. 26).
Maksudnya isi katekese yang akan disampaikan dalam kegiatan katekese adalah
warta gembira keselamatan tentang sabda Allah dan hidup Yesus Kristus sendiri.
Warta gembira keselamatan yang telah disampaikan oleh Allah dalam diri Yesus
Kristus dapat diperoleh melalui sumber yang utama yaitu Kitab Suci. Di dalam
kegiatan katekese akan terus menggali sumbernya dari Kitab Suci. Sabda Allah yang
terdapat dalam Kitab Suci menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan umat beriman,
yang akan diolah bersama dalam kegiatan katekese.
6. Pemimpin Katekese
Yang dimaksud dengan pemimpin katekese adalah orang yang memandu jalannya
kegiatan katekese. Ia bertindak sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator) yang
mampu menciptakan suasana komunikatif (Lalu, 2005: 5). Artinya seorang pengarah
atau pemudah (fasilitator) hendaknya mampu menciptakan suasana komunikatif yang
mewarnai dalam katekese yaitu komunikasi peserta katekese dengan pemimpin
katekese dan komunikasi antar peserta sendiri.
76
Kehadiran seorang pemandu (fasilitator) di dalam kegiatan katekese hendaknya
mencerminkan seorang pelayan yang setia mendampingi umatnya dalam situasi
apapun. Sikap rendah hati dan pelayanan yang tulus mewarnai setiap langkahnya
dalam membantu pengembangan iman umat. Ia tidak bisa menonjolkan dirinya
sendiri dan menganggap bahwa dirinya yang paling pintar di antara peserta katekese
dan menguasai segalanya.
Ia harus memiliki kesadaran bahwa tugas dan tanggung jawabnya memfasilitasi
jalannya kegiatan katekese dan membangkitkan semangat para peserta secara khusus
dalam hal ini adalah kaum muda yang sedang mengikuti katekese. Supaya kaum
muda terbantu dan berani mengungkapkan pengalaman hidupnya dan pengalaman
imannya secara terbuka dalam terang injil.
B. Model Katekese
Ada begitu banyak model katekese yang dapat dipakai dan sering kita
gunakan dalam pengembangan proses katekese umat, seperti: model SCP, model
pengalaman hidup, model Biblis dan model campuran (Sumarno DS, 2005: 11).
Model-model ini merupakan alternatif dalam penyampaian proses katekese dan
digunakan sesuai dengan situasi peserta katekese dan sesuai dengan perkembangan
jaman.
v Model SCP: Model ini lebih menekankan pada proses berkatekese yang bersifat
dialogal dan partisipasi, dengan maksud mendorong peserta, berdasarkan
konfrontasi antara “tradisi”dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi”dan
“Visi”kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan
77
penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah
di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Model ini juga bermula
dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap
dan kesadaran baru yang memberi motivasi dan keterlibatan baru ( Sumarno DS,
2005: 15).
v Model pengalaman hidup; Model ini lebih bertolak pada pengalaman hidup
konkrit sehari-hari.
v Model biblis; Model yang lebih lebih bertolak pada pengalaman kitab suci atau
Tradisi.
v Model campuran pengalaman hidup dan model Biblis; suatu model yang lebih
bertolak pada hubungan antara kitab suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup
konkrit sehari-hari.
Di dalam penyusunan program pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping maka penulis mengunakan
Model Shared Christian Praxis (SCP). Menurut penulis model Shared Christian
Praxis (SCP) ini sangat cocok dengan pembahasan tentang pembinaan iman kaum
muda, karena model ini berdasarkan dari pengalaman hidup peserta yang
direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi
kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi dan
keterlibatan baru
78
Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) adalah katekese yang
menggunakan model pendidikan yang progresif dan memiliki keprihatinan pelayanan
pastoral yang aktual.
Secara umum katekese bertujuan agar peserta mencapai kematangan dan
kedewasaan imannya dalam Kristus. Oleh karena itu, maka tujuan dari pembinaan
iman secara hakiki adalah demi persatuan dengan Yesus Kristus (CT, art. 5).
Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) akan mengolah pengalaman pribadi
peserta menjadi pengalaman iman yang diresapi oleh terang Injil dan direfleksikan
secara kritis oleh peserta. Dalam hal ini Sabda Allah yang telah direfleksikan oleh
peserta diharapkan dapat menggugah hati para peserta dan menimbulkan rasa sesal
yang mendalam sehingga menuju kepada pertobatan yang sejati. Dengan demikian
sebagai ungkapan pertobatan yang sejati, para peserta diajak untuk membangun niat
yang tulus dan nyata sebagai hasil pertobatannya.
Untuk selanjutnya akan dibahas Shared Christian Praxis (SCP) yang meliputi
pengertian Shared Christian Praxis (SCP), tujuan Shared Christian Praxis (SCP),
langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP), dan relevansi katekese model
Shared Christian Praxis (SCP) bagi pembinaan kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)
Menurut Thomas Groome Shared Christian Praxis (SCP) adalah
Suatu katekese yang bersifat dialogis partisipatif dimana orang-orang berfleksi secara kritis terhadap pengalaman hidup mereka sendiri pada suatu waktu dan tempat dan terhadap realitas sosiokultural mereka , mempunyai akses bersama ke dalam
79
cerita/visi Kristen dan mampu mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. Melalui pengertian ini dapat dipahami bahwa pengalaman hidup secara faktual itulah yang akan direfleksikan dan kemudian dikonfrontasikan dengan Visi/Tradisi Kristiani, bagi seluruh ciptaan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. (Heryatno Wono Wulung, 1997: 1).
Jadi diharapkan pemilihan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dapat
memberi salah satu alternatif pemecahan masalah yang terjadi penyelenggaraan
pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II
Paroki Gamping. Dengan demikian pemakaian model ini ingin menggarisbawahi
persoalan-persoalan yang sedang berkembang yang menyangkut persoalan psikologis
maupun persoalan kaum muda, yang akan diolah secara bersama dan
dikonfrontasikan dengan Tradisi/Visi Kristiani demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah.
Katekese Shared Christian Praxis (SCP) memiliki tiga elemen pokok (Heryatno
Wono Wulung, 1997: 2-5, Sumarno, 2003: 15-16) sebagai berikut:
a. Shared
Istilah shared menunjuk pengertian komunikasi yang timbal balik, sikap
partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, terbuka (inklusif) baik untuk kedalaman
diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan (Heryatno Wono
Wulung, 1997: 4). Dengan demikian proses ini menekankan adanya proses yang
menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan setiap orang untuk mampu
menjadi peserta yang aktif dalam mengikuti proses dengan semangat kebersamaan.
80
Semangat kebersamaan dalam berdialog sangat diperlukan supaya orang yang
berbicara dapat mengungkapkan pengalaman dirinya secara lebih leluasa dan orang
yang mendengarkan memperoleh wawasan dan pengalaman iman yang baru dan
dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Untuk membicarakan atau mendengarkan merupakan dua hal pokok yang penting
dalam proses katekese Shared Christian Praxis (Sumarno, 2005: 17). Membicarakan
tidak berarti berbicara saja atau omong-omong terus menerus tanpa memberi
kesempatan pada orang lain berbicara. Membicarakan berarti menyampaikan apa
yang menjadi kebenaran dan pengalamanku dan mengatakan apa yang terjadi.
Sedangkan mendengarkan tidak sama dengan mendengar, melainkan mendengarkan
itu berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh
orang lain. Oleh karena itu saling berbicara membutuhkan suasana yang bersahabat,
adanya keterbukaan dan yang mendengarkan perlu siap untuk mendengarkan dengan
sepenuh hati.
b. Christian
Kata christian menekankan kesempatan untuk membuat jalan masuk bagi peserta
kepada Tradisi/Visi Kristiani sepanjang zaman dan memberi peluang kepada kaum
muda untuk mengambil maknanya sehingga Tradisi/Visi Kristiani tersebut semakin
relevan dengan situasi dan kondisi saat ini. Tradisi Kristiani mencakup “Kitab Suci,
Liturgi, simbol, ritus, dogma, pengakuan iman, riwayat hidup orang-orang kudus dan
Visi Kristiani dapat diartikan sebagai cita-cita Kerajaan Allah” (Sumarno, 2005: 17).
81
Oleh karena itu semua jemaat beriman khususnya kaum muda mengemban tugas
mulia ini melalui dialog ataupun komunikasi iman berdasarkan pengalaman hidup
faktual, yang diintegrasikan dengan Tradisi atau Visi Kristiani, sehingga Tradisi dan
Visi Kristiani yang terjadi disepanjang sejarah umat manusia sungguh mejadi milik
jemaat secara pribadi maupun secara kelompok (Heryatno Wono Wulung, 1997: 2-3).
c. Praxis
Praxis dalam pengertian model katekese ini bukanlah hanya suatu “praktek”
(lawan dari “teori”) saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis
sebagai perbuatan atau tindakan meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia,
segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan tujuan tertentu atau dengan
sengaja. Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk
perubahan hidup meliputi kesatuan antara praktek dan teori (yang membentuk suatu
kreativitas), antara refleksi kritis dan kesadaran historis (mengarah pada keterlibatan
baru). Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan
sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung oleh praktek. Praxis ini merupakan
ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari
hidup kita. Tindakan ini meliputi sesuatu yang kumiliki, kurasakan, kualami. Sesuatu
yang faktual dan bukan sesuatu yang teoritis, atau apa yang dikatakan oleh orang
tanpa pembuktian. Dalam peristilaan ini, praxis masa kini meliputi sesuatu yang
terjadi masa lampau, yang sedang terjadi dan sesuatu yang akan terjadi di masa
depan.
82
Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan: aktivitas,
refleksi dan kreativitas. Ketiga unsur pembentuk itu berfungsi untuk membangkitkan
perkembangan imaginasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praxis baru yang
dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral. Secara ringkas, ketiga unsur itu
dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1) Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan
sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik bersama yang semuanya merupakan
medan masa kini untuk perwujudan diri manusia. Karena bersifat historis,
tindakan manusia perlu ditempatkan dalam konteks waktu dan tempat tertentu.
2) Refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial
dalam masa lampau, terhadap praxis pribadi dan kehidupan bersama masyarakat
serta terhadap “Tradisi” dan “Visi” iman kristiani sepanjang sejarah.
3) Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan
sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan untuk praxis baru.
2. Langkah – langkah Dalam SCP
Dalam kedua bukunya Thomas H. Groome mengemukakan 5 (lima) langkah
pokok. Pada prinsipnya langkah- langkah dari kedua buku tersebut tidak sangat
berbeda. Namun dalam buku yang kedua, Groome menyampaikan beberapa
perubahan, dan tetap mengemukakan 5 (lima) langkah pokok, yang didahului langkah
0, sebagai berikut:
83
a. Langkah 0 (Awal)
Pemusatan aktivitas
1) Tujuan:
Mendorong umat (subyek utama) menemukan topik yang bertolak dari kehidupan
konkret yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema
dasar sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan,
permasalahan, dan kebutuhan mereka.
2) Sarana
Bisa simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film,
telenovela atau sarana lain yang menunjang peserta menemukan salah satu aspek
yang bisa menjadi topik dasar untuk pertemuan tersebut.
3) Pemusatan Aktivitas mengungkapkan apa?
Mengungkapkan keyakinan bahwa Allah senantiasa aktif mewahyukan diri dan
kehendak-Nya di tengah kehidupan manusia. Melalui refleksi, sejarah manusia
dapat menjadi medan perjumpaan antara pewahyuan Allah dan tanggapan
manusia terhadap-Nya.
4) Petunjuk pemilihan tema dasar
Pertama, tema dasar hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta untuk
terlibat aktif dalam pertemuan; kedua, pemilihan tema dasar konsisten dengan
model “Shared Christian Praxis” yang menekankan partisipasi dan dialog;
Ketiga, tema dasar tidak bertentangan dengan iman kristiani.
5) Tanggungjawab pembimbing
84
Pertama, menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang mendukung
(kondusif); kedua, memilih sarana yang tepat; Ketiga, membantu peserta
merumuskan prioritas tema yang tepat.
b. Langkah I (Pertama)
Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual (Mengungkapkan Pengalaman Hidup
Peserta).
1) Tujuan
Berdasarkan tema dasar, langkah ini membantu peserta untuk mengungkapkan
pengalaman hidup faktual (fakta).
2) Isi
Bisa pengalaman peserta sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi di
dalam masyarakat, atau gabungan keduanya.
3) Cara yang dipakai
“Sharing”. Peserta membangikan (to share) pengalaman hidup yang sungguh-
sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog
ini peserta boleh diam, karena “diam” pun merupakan salah satu cara berdialog.
“Diam” tidak sama dengan “tidak terlibat”.
4) Bentuk
Lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantomim, dan sebagainya. Yang penting,
bentuk itu bisa dimengerti oleh peserta lain dan betul-betul mengungkapkan
pengalaman hidup faktual.
85
5) Peran dan tanggungjawab Pembimbing
Pertama, berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan
menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis hidupnya
berkaitan dengan tema dasar. Kalau peserta banyak, sebaiknya dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil; kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang (1)
jelas, (2) terarah, (3) tidak menyinggung harga diri seseorang, (4) sesuai dengan
latar belakang peserta, dan (5) bersifat terbuka dan obyektif (misalnya:
Gambarkan, lukiskan, atau ceritakan apa yang Anda temui, lihat, dengar, dan
lakukan?).
6) Sikap Pembimbing
Ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka pada latar belakang keadaan dan
permasalahan peserta, katakan pada peserta bahwa mereka boleh memilih
pertanyaan yang cocok.
c. Langkah II (Kedua)
Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Faktual (mendalami pengalaman hidup
peserta)
1) Tujuan
Memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan
pengalaman hidup dan tindakannya.
2) Tanggungjawab Pembimbing
Pertama, menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung
setiap gagasan serta sumbang saran peserta; Kedua, mengundang refleksi kritis
86
setiap peserta; Ketiga, mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan
penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman,
kenangan, dan imajinasi peserta; Keempat, mengajak setiap peserta untuk
berbicara tapi tidak memaksa; Kelima, menggunakan pertanyaan yang menggali
tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan
peserta; Keenam, menyadari kondisi peserta, lebih- lebih mereka yang tidak biasa
melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya.
d. Langkah III (Ketiga)
Mengusahakan Supaya Tradisi Dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau (Menggali
Pengalaman Iman Kristiani)
1) Tujuan
Mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau
dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang
kebudayaannya berlainan.
2) Tradisi dan Visi
Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah
yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta
mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Sifat pewahyuan
ilahi: dialogal dan menyejarah, dan normatif, seperti terungkap dalam Kitab Suci,
dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi, seni dalam Gereja,
kepemimpinan, dan kehidupan jemaat beriman.
87
3) Peranan Pembimbing
Untuk menafsirkan, pembimbing perlu: Pertama, menghormati Tradisi dan Visi
Kristiani sebagai yang otentik dan normatif; Kedua, cara dan isi tafsiran bertujuan
memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan Visi
Kristiani menjadi miliknya. Ketiga, menggunakan metode yang tepat.
Pembimbing bisa menggunakan metode kuliah, diskusi kelompok, memanfaatkan
produk-produk audio visual atau media murah. Keempat bersifat tidak mendikte
tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran, tidak mengulang-ulang rumusan;
tidak bersikap sebagai “guru”, adakalanya bersikap sebagai ”murid” yang siap
belajar. Kelima, tafsiran dari pembimbing mengikutsertakan kesaksian iman,
harapan, dan hidupnya sendiri. Keenam, harus membuat persiapan yang matang
dan studi sendiri.
e. Langkah IV (Keempat)
Interpretasi/ Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan
Visi Peserta (Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi Peserta konkret)
1) Tujuan
Mengajak peserta, berdasarkan nilai Tradisi dan Visi kristiani, menemukan bagi
dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang
picik yang hendak dihilangkan, dan nilai-nilai baru yang hendak
diperkembangkan. Di satu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup
mereka ke dalam Tradisi dan Visi Kristiani, di lain pihak mempersonalisasikan
dan memperkaya dinamika Tradisi dan Visi Kristiani.
88
2) Apa yang terjadi?
Peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua
dengan isi pokok langkah ketiga. Mereka bertanya, bagaiman nilai-nilai Tradisi
dan Visi Kristiani meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan, dan
mengundang mereka untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan
semangat, nilai, dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah?
3) Apa yang didialogkan?
Perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi, dan penegasannya yang menyatakan
kebenaran, nilai, serta kesadaran yang diyakini.
4) Cara
Dengan tulisan, penjelasan, simbol, atau ekspresi artistik.
5) Yang perlu dihindari
Subyetivisme dan Obyektivisme: bahwa pendapat peserta yang paling benar;
Obyektivisme: bahwa tafsiran pembimbing sebagai kebenaran satu-satunya.
6) Peranan Pembimbing
Pertama, menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta, termasuk peserta
yang menolak tafsiran pembimbing; Kedua, meyakinkan peserta bahwa mereka
mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai
Tradisi dan Visi Kristiani; Ketiga, mendorong peserta untuk merubah sikap dari
pendengar pasif menjadi pihak yang aktif; Keempat, menyadari bahwa tafsiran
pembimbing bukan kata mati; Kelima, mendengar dengan hati tanggapan,
pendapat, dan pemikiran peserta.
89
f. Langkah V (Kelima)
Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah Di dunia Ini
(Mengusahakan Suatu aksi Konkret)
1) Tujuan
Mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai
tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam
sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja
sepanjang sejarah dan Visi Kristiani. Keprihatiannya adalah praktis, yakni
mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia: pertobatan
pribadi dan sosial yang kontinyu.
2) Bentuk, sifat, subyek dan arah keputusan
Karena dipengaruhi oleh topik dasar, maka keputusan dapat beraneka ragam
bentuk dan sifatnya; subyek dan arahnya. Bentuknya, ada yang menekankan
aspek kognitif (pemahaman), aspek afektif (perasaan), dan tingkah laku (praktis-
politis). Sifatnya, bisa lebih menyangkut tingkat personal, interpersonal, atau
sosial politis. Subyeknya, dapat bersifat aktivitas pribadi atau tindakan bersama.
Arahnya, dapat lebih intern untuk kepentingan kelompok atau ekstern untuk
kepentingan di luar kelompok (keterlibatan kepada sesama).
3) Tanggungjawab Pembimbing
Pertama, menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif dari langkah ini;
Kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional (tidak perlu muluk-
muluk) yang membantu peserta; Ketiga, menekankan sikap optimis yang realistis
pada peserta; keempat, pembimbing dapat merangkum hasil langkah pertama
90
sampai ke empat, supaya dapat lebih membantu peserta; Kelima, mengusahakan
supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama; Keenam, sebagai
penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan.
Dari apa yang telah dijabarkan tadi, dengan menimbang kelemahan dan kekuatan
masing – masing kegiatan maka kiranya katekeselah yang cukup dapat diandalkan
untuk dapat menjalankan program ingin saya laksanakan. Karena program satu
dengan yang lain saling berhubungan dan hendaknya dilaksanakan secara kontinyu,
agar mendapatkan hasil yang memuaskan bagi semua pihak.
3. Relevansi Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) Bagi Kegiatan
Pembinaan Iman Kaum Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan
II Paroki Gamping
a. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) Mengajak Kaum Muda Santa Lucia di
Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping Untuk Saling
Mengkomunikasikan Pengalaman Imannya
Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) menjadi pilihan karena
diharapkan mampu menjawab kebutuhan umat dalam hal ini kaum muda Santa Lucia
di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping.
Mengingat model katekese Shared Christian Praxis (SCP) dengan langkah-
langkahnya yang sangat rinci mengutamakan proses partisipatif dan menjadikan
peserta sebagai subyek katekese. Dengan demikian memungkinkan kaum muda lebih
bebas untuk mengkomunikasikan pengalaman imannya. Melalui proses komunikasi
91
ini kaum muda dibantu untuk mendalami pengalaman hidupnya yang aktual dan
untuk menanggapinya dengan sikap lebih kritis dan pada akhirnya mampu
menumbuhkan suatu refleksi iman yang mendalam dalam dirinya.
Dengan demikian melalui proses katekese ini diharapkan kehidupan beriman
kaum muda dapat semakin tumbuh, berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan
mereka sehari-hari baik dalam lingkup keluarga, Gereja maupun masyarakat.
b. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) akan Dipakai Untuk Mengajak Kaum
Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping
Memiliki Kesadaran dalam Kehidupan Berimannya
Agar mendorong tercapainya komunikasi iman yang lebih mendalam antar
peserta maka ada beberapa pokok yang harus diperhatikan oleh peserta atau kaum
muda yaitu kesadaran dan keterbukaan diri terhadap Sabda-Sabda Allah. Dalam
menghadapi situasi apa pun kaum muda hendaknya selalu menyadari kehadiran Allah
dalam hidupnya.
Oleh karena itu harus disadari bahwa kehadiran Allah dalam kehidupan manusia
tidak selalu dalam situasi bahagia, terkadang Allah hadir pada kenyataan umatnya
yang sedang mengalami kesusahan atau hal yang tidak mengenakkan. Dengan
demikian kaum muda sebagai generasi penerus perkembangan Gereja dan masyarakat
dimanapun dan dalam situasi apapun perlu selalu menyadari akan Kuasa Allah yang
penuh belas kasih yang selalu hadir dalam realita hidup sehari-hari.
92
c. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) akan Dipakai Untuk Mengajak Kaum
Muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping
Memiliki Kesadaran Untuk Perwujudan Imannya di dalam Keluarga, Gereja, dan
Masyarakat.
Dalam realitas hidup lingkup keluarga, Gereja, Masyarakat, perwujudan iman
yang nyata sungguh menjadi tantangan bagi setiap orang. Dengan demikian
diharapkan perwujudan Kerajaan Allah yang nyata sungguh terasa ditengah situasi
masyarakat dan Gereja.
Oleh karena itu iman yang dipahami tidak cukup hanya sebatas pengetahuan,
melainkan iman yang dipahami tersebut perlu diwujudnyatakan. Dalam lingkup
keluarga diharapkan kaum muda mampu menjadi anak yang taat pada orang tua,
menyenangkan hati orang tua, menolong saudara yang membutuhkan bantuan. Dalam
lingkup masyarakat ikut ambil bagian kegiatan kerja bakti, ambil bagian organisasi
kemasyarakatan karang taruna, terlibat dalam ronda. Dalam lingkup Gereja ambil
bagian kegiatan koor, menjadi lektor, mengikuti doa lingkungan, rosario, pendalaman
iman, rekoleksi, retret.
Dengan demikian kesadaran kaum muda akan perwujudan iman yang nyata di
lingkup keluarga, masyarakat, dan Gereja semakin berkembang, sehingga akan
terwujudnya Kerajaan Allah di tengah dunia.
93
d. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) akan Dipakai Mendorong Kaum Muda
Untuk Mengembangkan Diri Menuju Kedewasaan Kristiani
Disadari bahwa tujuan penyelenggaraan katekese adalah untuk mengembangkan
kepribadian kaum muda agar kaum muda menemukan dirinya sendiri,
mengembangkan potensi yang dimiliki, dan menggali permasalahan yang aktual
dalam Gereja dan masyarakat.
Melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini kaum muda dapat
mempelajari banyak hal terutama dari sharing pengalaman iman di antara peserta
yang dikomunikasikan, ditambah dengan pengetahuan yang berasal dari Tradisi dan
Visi Kristiani serta membuat langkah- langkah konkret untuk membuat aksi nyata
yang berasal dari pribadi maupun kelompok yang berasal dari hasil refleksi iman.
Oleh karena itu pada setiap langkah dalam pelaksanaan katekese mengisyaratkan
bahwa tanda-tanda kehadiran Allah semakin terlihat dalam kehidupan peserta dalam
hal ini kaum muda, berupa karunia Allah yang tiada batasnya. Dengan demikian
Karunia Allah yang tiada batasnya itu meminta jawaban dari setiap orang dimanapun
dapat menjadi berkat bagi orang lain yang ada disekitarnya.
94
C. Usulan Program Pembinaan Kaum Muda Katolik Santa Lucia Gancahan II
Di Lingkungan Santo Petrus Paroki Gamping
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap kegiatan
pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II
Paroki Gamping, ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan
pembinaan kaum muda. Untuk itu penulis akan mengusulkan program pembinaan
yang dapat menjawab permasalahan pembinaan kaum muda.
Akan tetapi sebelum memberikan usulan program dan contoh persiapan, penulis
akan menguraikan pergertian mengenai program, latar belakang program, tujuan
program, usulan program, dan contoh persiapan.
1. Pengertian Program
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, program ialah sebagai rancangan
mengenai azas-azas serta usaha-usaha yang akan dijalankan (Tim Penyusun Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1998: 702). Dengan demikian pengertian program disini
adalah program secara menyeluruh termasuk usulan-usulan program dan beberapa
contoh persiapan yang akan dilaksanakan.
Program pembinaan merupakan sebagai acuan pelaksanaan pembinaan yang
berisi dasar pemikiran, tujuan umum pembinaan yang akan dicapai, materi-materi
yang perlu diberikan, metode dan sarana yang dipakai, serta sumber bahan yang
mendukung setiap satuan pembinaan. Oleh karena itu, program pembinaan biasanya
terdiri atas sejumlah sessi yang dalam pelaksanaannya memerlukan persiapan disebut
sebagai satuan pembinaan.
95
Program pembinaan yang akan diusulkan dibuat berdasarkan keprihatinan yang
dirasakan dari pengalaman penyelenggaraan pembinaan iman kaum muda Santa
Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping, sehingga kegiatan
pembinaan yang akan dipersiapkan diharapkan dapat mencapai hasil yang diinginkan
terutama di dalam membantu kaum muda untuk memperkembangkan kehidupan
berimannya.
2. Latar Belakang Program
Dalam rangka menindaklanjuti hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka
penulis membuat usulan program pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Setelah melihat hasil
penelitian ditemukan beberapa persoalan. Persoalan mendasar yang perlu mendapat
perhatian ialah kurangnya kegiatan pembinaan kaum muda. Melalui kegiatan
pembinaan bagaimanapun bentuk dan penyajiannya dirasakan sangat bermanfaat
untuk kaum muda. Dengan demikian latar belakang pembuatan program ini
berdasarkan persoalan yang ada.
Selain ingin menanggapi persoalan yang menyangkut kehidupan beriman kaum
muda, akan diusulkan juga persoalan secara umum yang dihadapi oleh kaum muda.
Persoalan umum tersebut menyangkut hubungan pribadi atau relasi pribadi dengan
sesama, dan lingkungan masyarakat. Penulis mengangkat persoalan tersebut dalam
arti tertentu tidak secara langsung berhubungan dengan kehidupan iman kaum muda,
karena menjawab kebutuhan konkret kaum muda itu sendiri.
96
Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan diatas, maka pembinaan iman kaum
muda dirasakan sangat penting dilaksanakan untuk menanggapi persoalan yang
menyangkut kehidupan beriman kaum muda. Dengan demikian setelah kaum muda
mengikuti pembinaan ini, diharapkan tidak hanya mengembangkan imannya
sekaligus mampu mengembangkan diri agar siap untuk menghadapi zaman yang
semakin berkembang.
Program pembinaan ini menjadi landasan untuk menentukan judul, tujuan,
isi/materi, metode dan sarana yang akan disajikan kepada peserta dengan
mengutamakan dialog partisipatif. Maka dalam proses pembinaan ini diusahakan
komunikasi yang efektif antara fasilitator dan peserta walaupun dalam penyajiannya
menggunakan berbagai model dan pendekatan. Dengan demikian komunikasi yang
aktif dari peserta tetap menjadi prioritas utama agar peserta sungguh mengalami,
merasakan dan terlibat langsung baik secara pribadi maupun kelompok di dalam
keseluruhan proses pembinaan.
Akhirnya penulis berharap program pembinaan ini dapat mengembangkan
kehidupan beriman dan mengembangkan diri kaum muda sehingga menjadi pribadi
yang dewasa imannya dan menjadi pribadi yang berkembang baik dalam keluarga,
Gereja, dan masyarakat.
97
3. Tujuan Program
Tujuan dari program pembinaan iman yang dibuat untuk kaum muda Santa Lucia
di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping ialah untuk memperjelas
arah dan tujuan yang ingin dicapai dari proses pembinaan iman. Penyelenggaraan
pembinaan iman kaum muda akan berjalan dengan baik dan lancar apabila dilakukan
persiapan yang matang.
Melalui program pembinaan yang akan diusulkan ini seorang pembina atau
fasilitator pembina iman di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping
dapat mengetahui tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembinaan iman kaum
muda yang menyangkut proses secara umum kegiatan pembinaan yang akan
dilaksanakan. Selain itu melalui hasil penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan
persoalan mengenai kegiatan pembinaan iman yang selama ini tidak dikoordinir
dengan baik dan tidak menggunakan program yang jelas.
Oleh karena itu dengan adanya program pembinaan ini, diharapkan dapat
membantu dalam upaya untuk membuat rancangan kegiatan pembinaan yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian dalam proses kegiatan pembinaan diharapkan dapat
berjalan dengan baik dan lancar dan sungguh dapat membantu kaum muda katolik
khususnya kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki
Gamping untuk tumbuh dan berkembang pribadi dan imannya baik dalam keluarga,
Gereja dan masyarakat.
98
4. Usulan Program
Usulan program pembinaan kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping mengangkat tema umum “Membangun Pribadi Yang
Dewasa Baik Dalam Lingkup Gereja Maupun Masyarakat”. Tema ini dipilih untuk
menanggapi hasil dari penelitian yang mengungkapkan tentang kurangnya
pelaksanaan pembinaan iman. Berkaitan dengan persoalan pembinaan iman akan
diberi melalui model katekese Shared Christian Praxis (SCP).
Oleh karena itu pemilihan tema dalam usulan program pembinaan ini sudah
disesuaikan dengan situasi kaum muda. Sehingga tema yang akan diangkat mau
menanggapi situasi konkret yang relevan dengan kehidupan kaum muda. Maka
selanjutnya akan disajikan usulan program pembinaan iman kaum muda Santa Lucia
di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping seperti tabel 6 berikut ini:
99
5. Matriks Program Katekese
Tema : Membangun Pribadi Yang Dewasa Baik Dalam Lingkup Gereja Maupun Masyarakat
Tujuan : Membantu kaum muda untuk meningkatkan semangat penghayatan imannya dan diwujudnyatakan dalam
hidup sehari-hari baik secara pribadi maupun bersama orang lain, sehingga menjadi pribadi yang dewasa
terlibat dalam hidup Gereja dan Masyarakat.
Tabel 6. Matriks Program Katekese
No. Sub Tema
Tujuan Pertemuan Judul Pertemuan
Uraian materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1
Membantu kaum muda agar terdorong untuk mencari dan menemukan nilai hidup sehari-hari, sehingga terdorong pula untuk menempatkan nilai-nilai tersebut menurut urutan prioritasnya supaya tercipta pula tatanan dalam hidup kita
Membangun tantanan hidup baru dalam hidup sehari-hari
* Pengaruh-pengaruh negatif yang muncul dari berbagai macam tawaran dan iklan yang menjerumuskan
* Mensiasati iklan-iklan dan nilai-nilai keserakahan, konsumerisme yang menjerumuskan kaum muda
* Membaca artikel
* Sharing * Membaca KS
*Penyam paian informasi
* Kitab suci * Madah bakti no. 516 dan 533
* Artikel tentang Tagihan jutaan, Hadiah menggiurkan
* Lukas 12:16-21 * LBI, Tafsir Perjanjian Baru 3, Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius, 1981. hal 158-159
100
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(7) (8)
2
Membantu kaum muda semakin terdorong untuk terlibat dan berusaha hidup dengan sesama secara damai atas semangat persaudaraan sejati
Membangun tatanan
hidup baru dalam
masyarakat
* Sikap yang paling baik seharusnya kita ambil dalam hidup bermasyarakat.
* Sikap Yesus terhadap
sesama, pengungkapan diri secara jujur dan terbuka.
* Sharing pengala man peserta dalam hidup bermasya rakat
* Membaca * Kitab Suci *Penyampaian infomasi
* Kitab Suci * Madah bakti no.448 dan 460
* Lukas 10:25-37 * LBI, Tafsir Perjanjian Baru 3, Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius, 1981. hal 145-146
* Pusat Musik Liturgi, MB.no 448 Datanglah Roh Maha Kudus, 460 Tuhan Jadikanlah Aku Pembawa Damai. yogyakarta: PML, 1993)
3 Membantu kaum muda berusaha untuk membuat rencana kegiatan nyata sebagai usaha perwujudan persaudaraan sejati dengan masyarakat
Persaudaraan sejati
* Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan demi kebaikan masyarakat sekitar.
*Sharing *Diskusi *Penyampaian informasi
*Teks Kitab Suci *Madah Bakti no.489
* Lukas 20:20-26 * LBI, Tafsir Perjanjian Baru 3, Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius, 1981. hal 205-206.
* GS. KV II. Dokpen KWI hal. 509
* PML. Madah Bakti no.489 Betapa Kita Tidak Bersyukur. Hal 488.
4
Membantu kaum muda untuk semakin mampu menyadari pentingnya kesediaan melayani orang lain sebagai murid Yesus, sehingga semakin bersikap rendah hati dalam kehidupan nyata
Sikap saling melayani orang lain sebagai pengikut Kristus
* Arti melayani * Bukan memerintah melainkan melayani.
* Sharing * Refleksi pribadi
* Infomasi * Tanya jawab
* Madah bakti no.459 *Teks Markus 10:35-45.
* Stefan Leks, 2000: hal 102
* Markus 10:35-45
101
6. Contoh Persiapan Katekese
Bagian berikut ini akan disajikan contoh persiapan pembinaan kaum muda dengan
dua judul pertemuan yang terdapat pada program di atas. Di dalam kedua contoh
persiapan katekese tersebut dibuat dalam bentuk katekese Shared Christian Praxis
(SCP). Alasan penulis menggunakan Shared Christian Praxis (SCP) adalah untuk
mengolah pengalaman peserta menjadi pengalaman iman. Kedua contoh persiapan
katekese ini merupakan realisasi konkret dan sederhana dari program yang sudah
dipersiapkan. Oleh karena itu beberapa contoh yang dipersiapkan ini diharapkan
dapat menjadi bahan perbandingan untuk pelaksanaan pembinaan iman kaum muda
Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Contoh
pertemuannya sebagai berikut:
a. Contoh pertama
Identitas Katekese
Judul Pertemuan : Membangun Tatanan Hidup Baru Sehari-hari.
Tujuan Pertemuan : Membantu kaum muda agar terdorong
untuk mencari dan menemukan nilai hidup
sehari- hari, sehingga terdorong pula
untuk menempatkan nilai-nilai tersebut
menurut urutan prioritasnya supaya tercipta pula
tatanan dalam hidup kita
102
Peserta : Kaum muda Santa Lucia
Tempat :
Waktu : 90 menit
Model : Shared Christian Praxis
Metode : - Sharing pengalaman
- Diskusi
- Membaca Kitab Suci
- Penyampaian informasi
Sarana : - Teks Lukas 12:16-21
- Madah Bakti no. 516 Tuhan kekuatanku
dan no. 533 Tingkatkan Karya Serta Karsa
Sumber Bahan : - Lukas 12:16-21
- Madah bakti no. 516 Tuhan Kekuatanku dan
no. 533 Tingkatkan Karya Serta Karsa.
- LBI. (1981). Tafsir Perjanjian Baru 3.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 148.
103
Pemikiran Dasar
Zaman yang serba sibuk ini seringkali membuat kita semakin asyik dengan
kesibukan kita masing-masing. Zaman sekarang juga merupakan zaman
membanjirnya materi yang menjanjikan macam-macam kemudahan, kekayaan,
kepraktisan, kesenangan, kenikmatan dan sebagainya. Tidak jarang kita menjadi tidak
sadar terseret untuk mendewakan apa saja yang kita anggap paling menguntungkan.
Kita dapat melihat dengan adanya berbagai macam tayangan iklan di televisi
dan radio yang kadang pula menggiurkan hati kita. Bahkan ada kecenderungan yang
muncul di kalangan kaum muda sendiri kalau tidak mengikuti seperti yang
ditayangkan di iklan- iklan tersebut, bisa dianggap ketinggalan zaman. Kita semakin
terpana dengan munculnya berbagai macam bentuk tawaran iklan yang ada tersebut.
Bahkan sekarang ini muncul kecenderungan di tempat kerja atau sekolah seringkali
diadakan penawaran bonus dengan segala macam bentuknya.
Hal ini sedikit banyak membuat kita terpengaruh. Bahkan apabila hendak
menyebut dengan sedikit ekstrim kita menjadi takabur. Sebab banyak di antara kita
kembali lagi pada masalah penghasilan atau uang. Apabila kita membeli peralatan
atau barang-barang yang diiklankan di televisi maupun di radio uangnya dari mana.
Terkadang penghasilan kita tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan atau selera kita.
Dalam keadaan seperti ini tatanan nilai hidup menjadi kabur. Krisis nilai pada
saatnya akan bermuara pada kekerasan, kejahatan. Bukan hanya membahayakan
kehidupan, tetapi juga martabat kita sebagai manusia.
104
Oleh karena itu dalam pertemuan kali ini kita semua diajak untuk mencoba
melihat dan menemukan nilai-nilai dalam hidup dan berusaha menempatkannya
dalam urutan prioritas, sehingga kita tidak bingung serta mempunyai harapan,
pegangan/pedoman, agar kita dapat hidup sebagai orang beriman.
Pengembangan Langkah-Langkah
1). Pembukaan
a). Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, di zaman yang serba sibuk seperti
pada saat ini kita dibanjiri dengan berbagai macam tawaran, iklan, bonus dan
sebagainya. Kalau kita ke pasar atau ke toko, kita bisa menjadi bingung sendiri yang
dijual semua bagus dan menarik. Dengan potongan harga, hadiah bonus, kemudahan
dan sebagainya.
Kita mau pilih yang mana. Ingin membeli sebanyak mungkin, tapi uangnya.
Apabila kita menonton televisi atau mendengarkan siaran radio penuh dengan iklan
dan janji-janji yang hebat untuk memikat. Kalau beruntung dalam jangka waktu
sekejap kita bisa menjadi orang kaya. Dapat dikatakan kita pun marasa tertarik pula.
Semuanya itu dapat membuat kita lupa diri. Kita tidak tahu mana yang merupakan
kebutuhan pokok, mana yang baik dan berguna, mana yang tidak baik dan kurang
berguna. Kita dibuatnya tidak sempat untuk berpikir panjang, bahkan tidak sempat
untuk menilainya. Yang kita tahu semuanya serba menyenangkan.
105
Dalam pertemuan ini, kita akan membicarakan seputar tata nilai hidup kita. Sikap
mana yang harus kita ambil. Bagaimana kita bisa menatanya. Agar kita tidak bingung
dan mempunyai pegangan hidup. Agar kita bisa hidup sebagai orang beriman dan
merasakan ketenangan dan kedamaian.
b). Lagu Pembukaan: Tuhan Kekuatanku (Madah Bakti no.516)
c). Doa Pembukaan
Allah Bapa Yang Penuh Kasih, kami mengucapkan terima kasih karena
Engkau masih memberi kesempatan kepada kami untuk dapat bertemu dan
berkumpul kembali bersama di tempat ini. Pada kesempatan ini kami ingin
mendalami sabda-Mu lewat bacaan Kitab Suci dan kami akan bersama-sama
mengungkapkan pengalaman kami. Bimbinglah kami agar dalam pertemuan ini kami
dapat saling terbuka untuk membagikan pengalaman kami dan dari pengalaman
tersebut kami dapat saling memperkaya satu dengan yang lainnya. Curahkanlah Roh
Kudus-Mu kepada kami, supaya kami dapat mengungkapkan pengalaman kami
sehingga kami menjadi bersemangat sehingga kami semakin mampu merasakan
kebaikan Allah. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
2). Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
a). Pendamping membagikan artikel:
Peserta diberi waktu untuk membaca artikel yang telah dibagikan secara pribadi.
106
b). Penceritaan kembali isi artikel :
Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali
dengan singkat isi artikel tersebut. (artikel dapat dilihat pada lampiran)
c). Pertanyaan penuntun
(1). Bagaimana kesan Anda setelah mendengar cerita tadi?
(2). Apakah Anda mempunyai suatu pengalaman yang serupa dengan apa yang ada
dalam artikel?
3). Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
a). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas dengan
bantuan pertanyaan sebagai berikut :
(1). Bagaimana perasaan Anda apabila melakukan tindakan yang demikian?
Mengapa?
(2). Apakah menurut Anda tindakan yang demikian (seperti ketiga orang ini) dapat
dibenarkan?
Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping mencoba
memberikan rangkuman
4). Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau.
107
a). Salah seorang peserta diminta membacakan perikop Kitab Suci, dari Injil Lukas
12: 16-21 teks fotokopi yang dibagikan.
b). Peserta diberi waktu untuk hening sejenak, secara pribadi membaca kembali
bacaan tersebut.
c). Pendamping mengajak peserta untuk merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab
suci dengan tuntunan beberapa pertanyaaan :
(1). Ayat manakah yang paling mengesan bagi Anda dari teks Kitab Suci?
(2). Apa yang menjadi pokok pembicaraan antara Yesus dan orang kaya?
d). Pendamping memberikan tafsir dari bacaan Kitab Suci Injil Lukas 12:16-21 dan
menghubungkannya dengan tema dan tujuan pertemuan.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus setelah kita mencoba untuk
melihat apa yang sebenarnya terjadi dalam kisah Kitab Suci ada beberapa hal yang
perlu disadari bersama. Kutipan ini mengemukakan usaha seseorang untuk menjadi
semakin kaya dengan mengumpulkan dan memupuk harta bendanya tanpa melihat
nilai hidup lainnya yang lebih penting. Yesus bersikap keras terhadap orang yang
tanpa kenal malu mengorek pertengkaran keluarganya mengenai harta atau uang
dihadapan umum.
Satu-satunya nilai hidup yang dianggap paling penting adalah harta benda
atau kekayaannya. Dari uraian tersebut Yesus mengatakan bahwa betapa tolol orang
yang memandang kehidupan ini seolah-olah terdiri dari kekayaan belaka.
Dalam ayat-ayat terakhir dikatakan bahwa hal yang mempunyai hubungan
dengan kehidupan akhir kelak. Tetapi firman Allah kepadanya; Hai engkau orang
108
bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu dan apa yang telah
engkau sediakan untuk siapakah nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang
mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau pun ia tidak kaya dihadapan Allah.
Yang menjadi penekanan dalam ayat-ayat ini bahwa seorang yang hanya memikirkan
hal-hal duniawi dalam hidupnya tidak akan diterima oleh Allah. Sebab hidup manusia
berasal dari Allah, anugerah dari Allah maka sudah selayaknya kita juga berterima
kasih kepadaNya melalui ungkapan-ungkapan syukur serta berbakti kepadaNya.
5). Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan
Tradisi dan Visi Kristiani
Berdasarkan tradisi dan visi kristiani yang terungkap pada langkah III,
pembimbing dan peserta mengkonfrontasikannya dengan keadaan diri masing-masing
Dengan pertanyaan penuntun:
(1). Ayat mana dari teks Kitab Suci yang meneguh dan mendorong Anda untuk
tidak serakah/tamak?
(2). Ayat mana dari teks Kitab Suci yang mengoreksi tindakan Anda dalam hidup
sehari-hari? Mengapa?
6). Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Semakin Terwujudnya Kerajaan Allah
Pertanyaan penuntun:
(1). Apa yang akan Anda usahakan untuk berupaya mencari nafkah dengan baik
dan benar?
109
(2). Dengan cara apa Anda dapat mewujudkan usaha-usaha tersebut?
7). Penutup
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus setelah kita melihat dan
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Kitab Suci, kita kembali
menyadari bahwa hidup kita tidak terlepas dari berbagai macam kegagalan dan
kelemahan.
a). Setelah merumuskan niat pribadi dan bersama, peserta diajak untuk
membicarakan niat-niat pribadi maupun kelompok.
b). Kesempatan Doa Umat spontan yang diawali oleh pendamping dan dilanjutkan
oleh peserta, kemudian dari doa permohonan disatukan dengan doa Bapa Kami.
Allah Bapa yang maha rahim, tidak membiarkan kami dalam jalan sesat.
Dampingilah kami dan dengarkanlah doa-doa kami:
(Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan doa spontan kemudian dilanjutkan
dengan doa Bapa Kami)
Demikianlah ya Bapa, penyesalan-penyesalan kami, semoga Engkau berkenan
mengampuni segala dosa dan bimbinglah kami sesuai dengan teladan PuteraMu. Doa
ini kami panjatkan kepadaMu dengan perantaraan Tuhan dan penyelamat kami.
Amin.
c). Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu penutup dari
Madah bakti no. 533 Tingkatkan Karya Serta Karsa.
110
b. Contoh kedua
Identitas Katekese
Judul Pertemuan : Sikap Melayani orang lain sebagai pengikut Kristus
Tujuan Pertemuan : Membantu kaum muda untuk semakin mampu
menyadari arti pentingnya kesedian melayani orang
lain sebagai murid Yesus, sehingga semakin
bersikap rendah hati dalam kehidupan nyata.
Peserta : Kaum muda Santa Lucia
Tempat :
Waktu : 90 menit
Model : Shared Christian Praxis
Metode : - Sharing kelompok
- Refleksi pribadi
- Tanya jawab
- Penyampaian informasi
Sarana : - Teks Markus 10:34-45
- Madah Bakti no. 516 Tuhan kekuatanku
dan no. 533 Tingkatkan Karya Serta Karsa
111
Sumber Bahan : - Injil Markus 10:35-45
- Leks, Stefan. (2000). Tafsir Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius, hal. 102
Pemikiran Dasar
Dalam kenyataan tidak sedikit orang berambisi untuk menduduki jabatan
terhomat atau jabatan istimewa baik yang ada di pemerintahan, kantor, sekolah, dan
Gereja. Orang yang selalu berambisi untuk mendapatkan kedudukan yang istimewa
itu karena ingin dilayani oleh semua orang daripada melayani. Dengan memiliki
jabatan atau kedudukan dalam suatu organisasi atau perkantoran ia akan mendapat
bayak pelayanan.
Sikap melayani menjadi beban bagi setiap orang yang ingin mewujudkannya.
Kebanyakan orang yang ingin melayani orang lain tapi takut dan malu bila dicemooh
atau dianggap mencari pujian atau sanjungan dari orang lain. Sifat egoisme yang
melekat dalam diri membuat manusia menutup diri dalam melayani sesamanya.
Dalam Injil Markus 10:35-45 menguraikan pentingnya mengutamakan
pelayanan dari pada kedudukan atau jabatan. Dalam mengikuti Yesus untuk menjadi
yang terbesar ia harus menjadi pelayan bagi orang lain. Kita sebagai orang-orang
yang terpanggil menjadi pengikut Kristus melaksanakan hakekat panggilan yaitu
melayani. Menjadi hamba berarti bersedia menderita. Dengan menderita kita akan
ikut ambil bagian dalam penderitaan Yesus. Soal status dan kedudukan dalam
112
kemulian di kiri dan kanan Yesus merupakan urusan Bapa yang berhak memberikan
hanyalah Bapa pemilik segalanya. Melayani tidak mesti dengan melakukan hal-hal
yang besar, hebat, tetapi cukup dimulai dengan hal-hal yang sederhana.
Dari pertemuan ini kita berharap agar semakin mampu menyadari arti
pentingnya kesediaan melayani orang lain dan sudah sejauh mana keterbukaan kita
sebagai seorang Kristiani untuk melayani orang lain. Melayani orang lain dengan
ketulusan hati merupakan suatu perwujudan iman kepada Allah sebagai seorang
Kristiani yang melakukan kehendak Allah yakni melayani bukan untuk dilayani
sehingga mereka yang kita layani dapat mengalami Allah yang lembut hati rela
melayani orang yang membutuhkan. Hal-hal sederhana yang kita buat dapat
membantu meringankan beban orang lain. Untuk melayani dan menjadi hamba
memang tidak mudah tetapi apabila kita percaya dan mendekatkan diri pada Tuhan
kita akan mampu menjadi hamba di antara orang-orang yang kita layani.
Pengembangan Langkah-Langkah
1) Pembukaan
a). Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus malam ini kita berkumpul di tempat ini
untuk membagi, merefleksikan sejauh mana kita sungguh menyadari arti pentingnya
melayani orang lain sebagai pengikut Kristus dalam keluarga dan lingkungan kita
khususnya antar sesama kaum muda. Serta mengalami kehadiran Yesus Kristus yang
dengan rela datang melayani, dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi kita
113
umatNya. Dengan melihat sikap Yesus yang rendah hati melayani kita marilah kita
saling terbuka dan mau melayani orang lain yang sangat membutuhkan pelayanan
kita, misalnya membantu orang tua, teman, orang lain yang membutuhkan bantuan,
juga terlibat dalam kegiatan yang ada di lingkungan dan di Gereja.
b). Lagu Pembukaan: Dalam Yesus Kita Bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara, Dalam Yesus kita bersaudara, Dalam Yesus kita bersaudara, Sekarang dan selamanya, Dalam Yesus kita bersaudara,
Dalam Yesus saling melayani Dalam Yesus saling melayani Dalam Yesus saling melayani Sekarang dan selamanya, Dalam Yesus saling melayani
c). Doa Pembukaan
Allah Bapa yang maha baik kami bersyukur atas rahmat yang telah Engkau
berikan kepada kami sampai saat ini secara khusus kami mengucapkan banyak terima
kasih pada kesempatan ini, kami kumpulkan dalam suatu ikatan persaudaraan alam
Kristus. Ya Bapa pada saat ini kami akan bersama membagikan, merefleksikan,
pengalaman iman kami untuk menyadari arti pentingnya melayani orang lain sebagai
pengikut Kristus khususnya antar sesama kaum muda. Bimbinglah kami agar
semakin menyadari arti pentingnya melayani orang lain yang membutuhkan bantuan
kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin
114
2). Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
a). Pengamatan gambar
Pendamping membagikan gambar Mother Theresa (pada lampiran)
b). Penceritaan kembali isi gambar:
Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali
dengan singkat gambar tersebut.
c). Pertanyaan penuntun
(1). Ceritakanlah apa yang dilakukan oleh Mother Theresa?
(2). Ceritakanlah pengalaman teman-teman dalam melayani sesama?
3). Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
a). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman dengan bantuan
pertanyaan sebagai berikut :
(1). Mengapa Mother Theresa setia untuk melayani sesama yang menderita?
(2). Mengapa teman-teman melayani orang lain yang membutuhkan bantuan?
Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping mencoba
memberikan rangkuman
4). Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau.
a). Salah seorang peserta diminta membacakan perikop Kitab Suci, dari Injil Markus
10:35-45 teks fotokopi yang dibagikan.
115
b). Peserta diberi waktu untuk hening sejenak, secara pribadi membaca kembali
bacaan tersebut.
c). Pendamping mengajak peserta untuk merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab
suci dengan tuntunan beberapa pertanyaaan :
(1). Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap dan ajaran Yesus untuk melayani
orang lain? Mengapa?
(2). Sikap pelayanan mana yang ingin ditanamkan oleh Yesus sebagai hamba
yang setia melayani umat?
d). Pendamping memberikan tafsir dari bacaan Kitab Suci Injil Markus 10:35-45 dan
menghubungkannya dengan tema dan tujuan pertemuan.
Ayat-ayat yang menunjukkan sikap-sikap pelayanan orang lain yakni ayat 43, 44,
dan 45. Dalam ayat-ayat tersebut Yesus menanggapi ambisi para murid tersebut yaitu
Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, untuk mendapatkan kedudukan di
tempat istimewa di samping kanan dan kiri Yesus. Menanggapi ambisi para murid
tersebut Yesus menasehati mereka supaya lebih mengutamakan pelayanan daripada
kedudukan. Berbeda dengan orang-orang lain yang cenderung mengejar kedudukan
dan kekuasaan. Menjadi murid-murid Yesus berarti harus berlomba- lomba untuk
saling melayani satu sama lain sebab kebesaran orang Kristen tidak ditentukan oleh
kedudukan dan kekuasaan melainkan pelayanan atau pengabdian kepada sesama.
Oleh karena itu barang siapa ingin menjadi besar dan terkemuka ia harus bersedia
menjadi pelayan atau hamba bagi sesama (ayat 43-44). Dalam hal ini orang Kristen
harus meneladani Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
116
melayani dan untuk memberikan nyawaNya menebus orang banyak. Pelayan dan
hamba ialah manusia yang aktifitasnya tidak terpusat pada dirinya sendiri melainkan
pada orang lain yang dilayaninya. Tata tertib kehidupan harus menjadi pegangan para
pengikut Kristus ialah kasih yang terungkap dalam bentuk pelayanan. Yang harus
pikirkan bukan status atau kedudukan melainkan tugas melayani, mengabdi, dan
bagaimana sikap hati dalam memberikan pelayanan kepada sesama yang
membutuhkan.
Sikap-sikap yang ditanamkan oleh Yesus kepada murid-muridNya agar mereka
mampu menjadi pelayan bagi orang lain yaitu para murid harus mempunyai sikap
rendah hati dan tidak menganggap remeh orang lain. Yesus menetapkan hukum
fundamental bagi semua pengikutNya yaitu menjadi pelayan dan hamba untuk
semuanya. Yesus tahu bahwa manusia ingin selalu menjadi yang benar dan pertama
di antara orang lain. Yesus mengakui kerinduan manusia akan kebesaran tetapi Ia
mengarahkannya kepada tujuan yang baru yaitu kepada pelayanan atau perhambaan
yang dipilih dengan bebas dan dengan penuh kesadaran. Dalam hidup nyata jabatan
sangat diperlukan sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Karena sebagai murid Kristus
pengorbanan untuk melayani orang lain yang membutuhkan lebih mulia daripada
berlomba- lomba mencari kehormatan. Seorang hamba atau pelayan tergantung secara
menyeluruh dari majikannya. Pelayanan menurut Yesus tidak pernah mengeksploitasi
sesamanya tetapi berbuat apa saja supaya segala potensi sesamanya dapat
berkembang dengan baik.
117
5). Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan
Tradisi dan Visi Kristiani
Berdasarkan tradisi dan visi kristiani yang terungkap pada langkah III,
pembimbing dan peserta mengkonfrontasikannya dengan keadaan diri masing-masing
Dengan pertanyaan penuntun:
(1). Apakah arti Yesus sebagai pelayan setia bagi kehidupanku sebagai tulang
punggung Gereja di masa depan?
(2). Sikap-sikap mana yang bisa teman-teman perjuangkan agar semakin
menyadari arti pentingnya melayani orang lain?
Arah Rangkuman
Yesus telah memberikan teladan dan renungan bahwa untuk menempati tempat
terhormat dalam kerajaan surga dan untuk mengalami keselamatan kita harus menjadi
pelayan. Dengan menjadi pelayan kita perlu meninggalkan keegoisan diri dengan
tidak menganggap remeh orang lain, mengejar keuntungan diri sendiri, tidak
memerintah orang lain dengan semau hati, suka marah bila diri tidak mendapat
penghargaan atau pujian, keegoisan dapat menghambat untuk memperoleh
keselamatan dan kebahagian di surga. Yesus berpesan kepada kita sebagai umatNya
agar kita dapat bersikap rendah hati dan suka melayani orang lain dengan penuh
kegembiraan dan tanpa beban apapun seperti Yesus yang rela datang dan melayani
kita semua.
Dalam kehidupan setiap hari kita cenderung melayani sesama dengan
mengharapkan akan mendapatkan balasan. Kadang pula di lingkungan atau paroki
118
ada kegiatan yang mengharapkan bantuan kita. Namun kita banyak memberi alasan
yang membuat kita untuk tidak ikut ambil bagian suatu kegiatan tersebut. Kehadiran
kita dalam suatu kegiatan menggambarkan suatu bentuk pelayanan kita kepada
sesama, karena kita menanggapi undangan mereka.
6). Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Semakin Terwujudnya Kerajaan Allah
Pertanyaan penuntun:
(1). Niat-niat apa yang hendak kita buat untuk semakin menyadari arti
pentingnya melayani orang lain?
(2). Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
7). Penutup
a). Setelah merumuskan niat pribadi dan bersama, peserta diajak untuk membicarakan
niat-niat pribadi maupun kelompok.
b). Kesempatan Doa Umat spontan yang diawali oleh pendamping dan dilanjutkan
oleh peserta, kemudian dari doa permohonan disatukan dengan doa Bapa Kami.
c). Sesudah doa penutup (dari peserta) , pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu
penutup dari Madah bakti no. 459 Kucoba maju.
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup penulisan skripsi, penulis mencoba mengemukakan
kesimpulan dan saran yang berkaitan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di
lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping. Bagian kesimpulan akan
merangkum bab I sampai bab IV. Sedangkan bagian saran akan mengemukakan
saran-saran yang tepat dalam usaha mengembangkan kegiatan pembinaan iman kaum
muda di lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping dengan harapan agar
kegiatan pembinaan iman yang akan dilaksanakan dapat membantu kaum muda untuk
memperkembangkan kehidupan berimannya.
A. Kesimpulan
Pembinaan iman mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat
khususnya untuk kaum muda. Terlebih untuk membantu kaum muda agar semakin
menghayati imannya dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu pembinaan iman tidak
dapat dikatakan sebagai kegiatan yang pokoknya asal jalan. Untuk itu baik pembina
maupun peserta perlu memahami arti dan tujuan dari pembinaan itu sendiri. Adanya
pemahaman yang baik mengenai arti dan tujuan dari pembinaan iman ini akan
mendorong umat untuk semakin terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan iman.
Kegiatan pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di lingkungan Santo Petrus
Gancahan II Paroki Gamping dengan mengacu program pembinaan yang terarah dan
terencana, diharapkan bisa sungguh menjadi wadah dan sebagai sarana bagi mereka
120
untuk mengembangkan diri dalam imannya. Sehingga mereka menjadi pribadi yang
berkembang secara utuh menjadi pribadi yang berkembang sesuai dengan harapan
dan cita-cita Gereja.
Perlu disadari bahwa usaha kaum muda untuk mengembangkan diri dan imannya
mengalami perjalanan yang sangat sulit dengan masalah-masalah yang selalu muncul
setiap saat. Terkadang mereka sampai jatuh dan tidak berdaya, pada saat itu bantuan
sangat mereka harapkan. Oleh karena itu bantuan berfungsi untuk membantu
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini bantuan tidak langsung
membantu mereka untuk memecahkan masalah mereka. Untuk itu perhatian dari
pihak orang tua, pembina, pastor paroki yang berkaitan dengan perkembangan iman
sangat mereka harapkan. Melalui kegiatan pembinaan iman kaum muda mereka akan
diteguhkan dengan Visi/Tradisi Kristiani, sehingga mereka dapat meningkatkan
semangat penghayatan iman di dalam dirinya. Oleh karena itu untuk mencapai cita-
cita tersebut semua pihak khususnya para pembina iman kaum muda perlu membuka
hati untuk mendukung dan melaksanakan pembinaan iman kaum muda.
Pada akhirnya agar harapan pembinaan iman kaum muda dapat tercapai dengan
baik, maka kegiatan pembinaan tersebut perlu dipersiapkan dengan baik melalui
program katekese dan persiapan katekese mengenai bentuk-bentuk kegiatan
pembinaan, materi, metode dan sarana yang digunakan. Karena mengingat situasi dan
kondisi kaum muda yang berbeda-beda. Hendaknya usaha yang dilaksanakan dalam
pembinaan iman kaum muda perlu disesuaikan dengan keadaan kaum muda.
Sehingga mereka tertarik untuk mengikutinya dan sungguh bermanfaat bagi mereka.
121
B. Saran-Saran
Agar pembinaan iman kaum muda berjalan dengan baik dan lancar maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pembina:
1. Mengetahui situasi dan kondisi kaum muda yang sedang mengalami masa
perubahan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis.
2. Memahami persoalan yang sedang dihadapi kaum muda. Persoalan kaum muda
disini menyangkut pertumbuhan dan perkembangan imannya maupun situasi atau
kondisi secara umum yang menghimpit kehidupan kaum muda dewasa ini.
3. Mengerti tentang kebutuhan kaum muda yaitu bersedia menjadi teman berbagi
pengalaman hidup maupun pengalaman iman yang dialami.
4. Menggunakan metode dan sarana yang memadai.
5. Memiliki waktu dan tenaga yang banyak untuk kaum muda.
Apabila semua ini dapat berjalan dengan baik maka pembinaan iman akan
semakin membantu kaum muda untuk memperkembangkan imannya. Sehingga
mereka termotivasi untuk mengembangkan diri. Dan akhirnya mereka bisa berperan
secara aktif dalam mengembangkan Gereja dan masyarakat sesuai dengan harapan
Gereja.
DAFTAR PUSTAKA Adisusanto, F.X. (2000). Katekese Sebagai Pendidikan Iman. Seri Puskat, 372,
hal. 1. Dok Pen. KWI. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II DV artikel 2. Bogor: Mardi
Yuana. Dok Pen. KWI. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II AA artikel 12. Bogor: Mardi
Yuana. Dok Pen KWI. (2000). Petunjuk Umum Katekese. Bogor: Mardi Yuana. Heryatno Wono Wulung, F.X. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu
Pendekatan berkatekese. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991).
Kieser, Bernhard. (1987). Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Kepemudaan, KWI. (1998). Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Lalu, Yosef Pr. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan. Arti dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisius. Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Kanisius. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Shelton, Charles. M. (1987). Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds., M. (2005). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sutrisno Hadi, M.A. Prof. Drs. (1989). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suharsimi Arikunto, Prof. Dr. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan. Jakarta: Obor.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI.
LAMPIRAN
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran 5. Gambar Mother Theresa
(5)
6
Lampiran 6 : Artikel Tagihan Jutaan, Hadiah Menggiurkan
TAGIHAN JUTAAN, HADIAH MENGGIURKAN
(tabloid citra, 18 oktober 1998)
Tarif premium call memang mahal. Biaya permenitnya paling murah Rp. 1.500,
paling mahal Rp. 3.500 toh bagi tak sedikit orang mahal. Pulsa itu tidak mengerikan. Toh
hadiahnya menggiurkan. Bisa jutaan. Seorang warga Jakarta bernama Agus Setiawan,
hingga oktober, sudah mengumpulkan hadiah sebesar Rp. 40 juta.
Berikut ini, pengalaman orang-orang yang pernah memenangkan kuis lewat
telepon.
EFIYANDRI
Pemuda Solok Sumatera Barat berusia 29 tahun ini secara kebetulan di temui di
kantor Hari Comm, Rabu (30/9). Efiyandri sadar seberapa besar beban pulsa yang bakal
ditanggungnya.
Lelaki berkacamata minus ini memenangkan hadiah di minggu kedelapan. Itupun
setelah menghabiskan biaya pulsa telepon sebesar Rp. 800.000. sejak menang inilah,
Efiyandri mulai aktif dan mencari kuis-kuis salah satunya satelit mania yang juga bertarif
premium call.
Dalam dua bulan terakhir, ia mengaku telah memenangkan hadiah sekitar 13 juta.
Dengan menyisihkan sebagian dari hadiah kemenangan ini Efiyandri melanjutkan
pendidikan S2 di Jakarta.
ABDULLAH
Warga jakarta timur ini mengawali ikut kuis karena menang antusiasme “saya
hafal nama-nama pemain sepakbola. Sementara peristiwa-peristiwanya saya catat”. Jelas
lelaki beranak dua ini, kamis (1/10). Ketika piala dunia 1998 berlangsung, maka
dicobalah mengikuti kuis gol-gol dunia. Ia juga ikut telemania dan telemusik. Selama 2
bulan Abdullah (40) berhasil mengumpulkan hadiah sebesar Rp. 22 juta. Dengan jumlah
sebesar itu, Abdullah sanggup menutupi pembengkakan biaya pulsa telepon dua bulan
sebesar 4,6 juta. Selain mentraktir rekan-rekan kerja, sisa hadiah ditabung.
7
TOTOK BUDI
Bagi warga yang jauh dari jakarta, biaya pulsa untuk tarif premium call tak jauh
beda dengan SLJJ (interlokal). Totok budi warga pontianak dan pegawai kaditsospol kal-
bar manfaatkan “keuntungan ini”.
Ketika tagihan teleponnya mencapai satu juta rupiah, istrinya sempat mencak-
mencak. Namun begitu memenangkan kuis gol-gol dunia sebesar Rp. 15 juta, mulai
sibuklah keluarganya. Anak istri membantu mengumpulkan data dan menjawab kuis dari
di telepon. Dengan uang hadiah itu juga totok budi memodali usaha “telepon kuisnya”
selama tiga bulan, totok mengumpulkan hadiah sebesar Rp. 28 juta “ setelah dipotong
pajak undian 15 persen dan ongkos perawat, saya membawa Rp. 23 juta”, ungkapnya di
telepon, kamis (1/10). Tagihan pulsa selama tiga bulan, lebih dari lima juta rupiah. Tetapi
gara-gara hadiah itulah ia bisa melunasi cicilan BTNnya di pontianak.
Dalam dua bulan terakhir ini, telepon totok “bengkak”. Tak bisa keluar. “Tidak
bisa digunakan lagi menelpon premium call. Menurut telkom sih tidak apa-apa. Tapi
entahlah, (telepon) warga pontianak lainnya juga tidak bisa keluar”. Ucapnya.
8
Lampiran 7 : Kuesioner Untuk Penelitian
KUESIONER PENELITIAN A. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Anda dimohon untuk membaca dengan baik dan teliti pada setiap soal-soal yang ada di bawah ini.
2. Silanglah (X) huruf a, b, c dan d soal-soal di bawah ini. 3. Selamat mengerjakan dan terima kasih.
B. Pertanyaan Identitas Responden
1. Nama lengkap ............................................
2. Jenis kelamin..............................................
a. Laki- laki
b. Perempuan
3. Umur anda saat ini.....
a.15-21 b. 22-25
c. 26-31 d. 32-35
4. Pendidikan anda saat ini......
a. SMP b. SMU
c. PT d. ..................................................
5. Pekerjaan anda saat ini.........
a. Pelajar b. Karyawan
c. Wiraswasta
Bentuk Pembinaan Iman Kaum Muda
6. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan pembinaan iman?
a. Suatu proses untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat
memanfaatkan secara penuh dalam hidup sehari-hari
b. Suatu proses untuk memekarkan pribadi sebagai manusia kristiani
9
c. Suatu proses untuk membangun dan menghayati iman kristiani menuju kedewasaan
penuh
d. Suatu proses untuk memupuk rasa persaudaraan dalam Kristus
7. Tujuan apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti pembinaan iman?
a. Ingin memperoleh teman yang banyak
b. Ingin membangun rasa kebersamaan dalam Gereja
c. Untuk mengembangkan iman kristiani, agar menjadi manusia beriman yang dewasa
d. Supaya dapat dikenal
8. Menurut pengalaman Anda, siapa yang dimaksud dengan kaum muda itu?
a. Mereka yang sudah berusia 15-24 tahun
b. Mereka yang belum menikah
c. Seorang yang sudah dapat mengambil keputusan
d. Seorang individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan
perkembangan emosional, sosial, mental, moral dan religius
9. Menurut pengalaman Anda, siapa saja yang terlibat dalam pembinaan iman?
a. Romo paroki dan para pendamping
b. Semua umat paroki
c. Kaum muda dan para pendamping
d. Semua umat yang terlibat dalam pembinaan iman
10. Apakah anda tertarik untuk mengikuti pembinaan iman?
a. Sangat tertarik b. Tertarik c. Biasa-biasa saja d. Tidak tertarik
11. Menurut pengalaman Anda, kapan Anda mengikuti pembinaan iman?
a. Jika diajak teman
b. Kalau tidak ada tugas rumah atau kampus
c. Kalau ada waktu kosong
d. Setiap ada pembinaan iman
10
12. Apakah Anda sering mengikuti kegiatan pembinaan iman?
a. Sering sekali b. Sering c. Kalau ada waktu d. Tidak pernah
13. Berapa kali Anda mengikuti kegiatan pembinaan iman?
a. 2 kali b. 6 kali c. 10 kali d. lebih dari 12 kali
14. Menurut Anda apa yang paling menarik dalam mengikuti pembinaan iman?
a. Karena senang dengan pembimbingnya
b. Adanya kerjasama antar kaum muda
c. Kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan
d. Mempunyai banyak teman
15. Bagaimana penilaian Anda terhadap kegiatan pembinaan iman yang selama ini
dilaksanakan?
a. Menarik b. Kurang menarik c. Biasa-biasa saja d. Tidak menarik
16. Menurut Anda apa yang menyebabkan kegiatan pembinaan iman kurang menarik?
a. Kegiatan yang ada tidak bervariasi sehingga membosankan
b. Waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan situasi peserta
c. Materi yang disampaikan tidak sesuai dengan situasi peserta dan perkembangan
zaman
d. Pembina kurang memperhatikan situasi kaum muda
17. Tema yang sering dibahas dalam kegiatan pembinaan iman?
a. Tentang kaum muda
b. Nasehat untuk kaum muda
c. Kitab Suci
d. Kehidupan kaum muda sehari-hari
18. Yang sering menjadi pemandu dalam kegiatan pembinaan iman?
a. Orang tua/pro diakon
11
b. Pastor
c. Kaum muda
d. Tidak tentu
19. Menurut pengalaman anda, kegiatan pembinaan iman kaum muda yang dilaksanakan
selama ini sering diselenggarakan oleh............
a. Paroki b. Mudika c. Stasi d. Pengurus lingkungan
20. Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan iman kaum muda yang anda ketahui selama ini
berupa..................
a. Pertemuan mudika
b. Ziarah ke Gua Maria
c. Katekese
d. Rosario
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
21. Apakah orang tua mendukung Anda dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman?
a. Sangat mendukung b. Agak mendukung
c. Kurang mendukung d. Tidak mendukung
22. Faktor apa yang mendukung Anda dalam mengikuti kegiatan pembinaan iman?
a. Ada dorongan dalam diri saya b. Karena diwajibkan oleh pengurus lingkungan
c. Karena diajak teman d. Karena disuruh orang tua
23. Menurut pengalaman Anda, apakah Anda pernah merasakan adanya kerjasama yang
baik antar kaum muda?
a. Selalu b. Pernah c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
24. Berdasarkan pengalaman Anda, apakah dalam kegiatan pembinaan iman pendamping
menggunakan sarana yang memadai?
12
a. Selalu b. Pernah c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25. Apakah Pastor Paroki memberi perhatian dalam pelaksanaan pembinaan iman kaum
muda selama ini?
a. Selalu b. Pernah c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Faktor Penghambat
26. Apakah letak tempat tinggal menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman?
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Tidak setuju
27. Apakah perbedaan tingkat pendidikan menjadi faktor penghambat di dalam kegiatan
pembinaan iman?
a. Ya b. Biasa-biasa saja c. Kadang-kadang d. Tidak sama sekali
28. Faktor apa yang menyebabkan Anda tidak aktif mengikuti pembinaan iman?
a. Malas b. Takut c. Tidak ada waktu d. Sibuk
29. Apakah faktor usia mempengaruhi Anda untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman
kaum muda?
a. Ya b. Biasa-biasa saja c. Kadang-kadang d. Tidak sama sekali
30. Menurut Anda, kendala apa yang sering dialami dalam kegiatan pembinaan iman?
a. Para pendamping yang membosankan
b. Metode pendampingan yang monoton
c. Waktu yang sering molor/ngaret
d. Tidak ada kerjasama peserta dengan pendamping
Top Related