perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMB(
(Studi
Se
Untuk
BELAJAR(TPS) DAN
DI TINJDA
i Kasus Pad
emester 1 SM
Memenuhi
P
S
PR
UNI
RAN FISIKN MODELJAU DARN MOTIV
da Materi H
MAN 1 Pon
Sebagian P
Program St
Minat Utam
SAYYIDAH
S
ROGRAM
VERSITA
SU
KA MODEL MAKE A
RI KEMAMVASI BER
Hukum Grav
norogo Tahu
TESIS
Persyaratan
tudi Pendid
ma Pendidik
Oleh :
H QURROT
S 831002058
M PASCAS
AS SEBEL
RAKART
2011
EL THINKA MATCHMPUAN A
RPRESTA
vitasi Newto
un Pelajaran
Mencapai D
ikan Sains
kan Fisika
TA A’YUN
8
SARJANA
LAS MAR
TA
K PAIR SHH (MAM) AWAL
ASI
on Kelas XI
n 2010/2011
Derajat Ma
A
RET
HARE
I IPA
1)
agister
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DAN MODEL MAKE A MATCH (MAM)
DI TINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI
(Studi Kasus Pada Materi Hukum Gravitasi Newton Kelas XI Semester 1
SMA Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh :
SAYYIDAH QURROTA A’YUN
S831002058
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tanggal
Tangan
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19510102 197501 1 001 ……………. ……………
Pembimbing II : Dra. Soeparmi, MA, Ph.D
NIP. 19520915 197603 2 001 ……………. ..…………..
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DAN MODEL MAKE A MATCH (MAM)
DI TINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI
(Studi Kasus Pada Materi Hukum Gravitasi Newton Kelas XI Semester 1
SMA Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh :
SAYYIDAH QURROTA A’YUN
S831002058
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : ……………….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi …...….…………….
Sekretaris : Dra. Soeparmi, MA, Ph.D …...….…………….
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd …...….….................
Penguji
: 2. Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D …...….…………….
Surakarta,……………………
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr.H. Widha Sunarno,M.Pd NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : SAYYIDAH QURROTA A’YUN
NIM : S 8301002058
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DAN MAKE A
MATCH (MAM) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI
BERPRESTASI (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan “Hukum Gravitasi Newton”
Kelas XI Semester 1 SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, April 2011
Yang membuat pernyataan
SAYYIDAH QURROTA A’YUN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang begitu aku sayangi :
• Tita and Abi, I love you all
• Ibu, bapak dan semua keluarga yang senantiasa memberikan doa,
semangat dan kasih sayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Sayyidah Qurrota A’yun, S 8301002058. 2011. “ Physics Learning Using Think Pair Share (TPS) and Make A Match (MAM) Models over viewed from Prior Knowledge and Achievement motivation (A case Study on Universal Gravitation, for Grade XI Semester 1, SMAN 1 of Ponorogo, Academic Year 2010/ 2011)”. Thesis: Science Education Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd. Advisor II: Dra. Suparmi, MA, Ph.D.
The purpose of this research were to find out 1) the effect of Think Pair Share (TPS) model and Make A match (MAM) model toward student’s achievement, 2) the effect of student’s prior knowledge toward student achievement, 3) the effect of student’s achievement motivation toward student achievement, 4) interaction between learning model and prior knowledge toward student achievement, 5) interaction between learning model and student’s achievement motivation toward student achievement, 6) interaction between prior knowledge and achievement motivation toward student achievement, 7) interaction among learning model, prior knowledge and achievement motivation toward student achievement.
This research was conducted in June 2010 – January 2011 and used experimental method. Population in this research was all of students in grade XI science class of SMAN 1 ponorogo year 2010/2011. Sample of this research consisted of two class which was taken using cluster random sampling. The XI-A3 class was treated using TPS model and the XI-A4 class was treated using MAM model. The data was collected using test method for student achievement and prior knowledge and questionaire for student’s achievement motivation. The research hypothesis were tested using Anova with 2x2x2, factorial design with unequal cell and calculated using MINITAB 15.
The data analysis showed that: 1) there was an effect of TPS and MAM to physics student achievement in wich TPS was better than MAM, 2) there was an effect of prior knowledge to physics student achievement in wich high prior knowledge was better than low prior knowledge, 3) there was an effect of achievement motivation to physics student achievement in wich high achievement motivation was better than low achievement motivation, 4) there was not any interaction between learning model and prior knowledge to physics student achievement, 5) there was not any interaction between learning model and achievement motivation toward student achievement, 6) there was not any interaction among prior knowledge and achievement motivation toward student achievement, 7) there was not interaction among learning model, prior knowledge and achievement toward student achievement. Key words: TPS, MAM, prior knowledge, achievement motivation, universal
gravitation, and student achievement.
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
Sayyidah Qurrota A’yun, S 8301002058. 2011 “Pembelajaran Fisika Model Think Pair Share (TPS) dan Model Make A Match (MAM) Ditinjau dari Kemampuan Awal Dan Motivasi Berprestasi (Studi Kasus Pada SMAN 1 Ponorogo Pada Pokok Bahasan Gravitasi Umum Kelas XI Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibimbing oleh Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd. dan Dra Suparmi, MA, Ph.D.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya: 1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A Match (MAM) terhadap prestasi belajar fisika, 2) Pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika, 3) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika, 4) Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika, 5) Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika, 6) Interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika, 7) Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A Match (MAM), kemampuan awal dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Januari 2011 dengan menggunakan model TPS dan MAM. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang diambil secara acak (cluster random sampling). Kelas yang menggunakan model TPS terpilih kelas XI-A3 dan kelas yang menggunakan model MAM terpilih kelas XI-A4. Teknik pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal, sedangkan motivasi berprestasi didapatkan dengan menggunakan metode angket. Uji hipotesis penelitian menggunakan ANAVA tiga jalan sel tidak sama dengan bantuan software Minitab 15.
Hasil analisis data penelitian adalah 1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar fisika dimana TPS lebih baik dari MAM, 2) ada pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika dimana kemampuan awal tinggi lebih baik dari kemampuan awal rendah, 3) ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika dimana motivasi berprestasi tinggi lebih baik dari motivasi berprestasi rendah, 4) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika, 5) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika, 7) tidak ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika.
Kata kunci: Model TPS dan MAM, Kemampuan Awal, Motivasi Berprestasi, dan
Gravitasi Umum, dan Prestasi Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala inayah dan
hidayah-Nya, sehingga tesis dengan judul ”Pembelajaran Fisika Model Think Pair
Share (TPS) dan Model Make A Match (MAM) ditinjau dari Kemampuan Awal
dan Motivasi Berprestasi” ini dapat selesai. Tesis ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada berbagai pihak atas
bantuan dan bimbingan beliau dalam penyusunan tesis, yaitu kepada beliau :
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan
tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Proposal
Penelitian Pendidikan Sains yang telah memberikan ijin dalam penyusunan
tesis ini.
3. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Sains dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar tesis Pendidikan Sains yang
telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penulisan
tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
5. Bapak, Ibu, Abi dan Tita serta keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi
dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu.
6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Pebruari 2010 yang
senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penulisan tesis ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung demi selesainya tesis ini.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapakan untuk
perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada
umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………...
DAFTAR TABEL……………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….
ABSTRACT..............................................................................................
ABSTRAK……………………………………………………………..
Halaman
i
ii
iii
iv
vi
ix
xi
xiii
xv
xvi
xvii
xviii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………... 8
C. Pembatasan Masalah………………………………….. 9
D. Perumusan Masalah…………………………………... 10
E. Tujuan Penelitian……………………………………... 10
F. Manfaat Penelitian……………………………………. 11
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
HIPOTESIS......................................................................... 13
A. Kajian Teori…………………………………………... 13
1. Belajar dan Pembelajaran………………………… 13
a. Pengertian Belajar…………………………….. 13
b. Teori Belajar Konstruktivisme……………….. 15
c. Pengertian Pembelajaran……………………… 19
2. Model Pembelajaran Kooperatif (TPS)…………… 20
3. Model Pembelajaran Kooperatif (MAM)………….. 23
4. Kemampuan Awal………………………………... 24
a. Pengertian Kemampuan Awal………………... 24
b. Cara Mengukur Kemampuan Awal…………... 26
5. Motivasi Berprestasi……………………………… 26
a. Motiv dan Motivasi…………………………… 26
b. Motivasi Berprestasi………………………….. 27
6. Prestasi Belajar…………………………………… 29
7. Hakikat Sains dan Fisika…………………………. 32
8. Materi Hukum Gravitasi Newton………………… 33
B. Penelitian yang Relevan……………………………… 54
C. Kerangka Berpikir……………………………………... 56
D. Hipotesis……………………………………………….. 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… 64
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………….. 64
B. Rancangan Penelitian………………………………….. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel….. 67
D. Instrument Penelitian…………………………………... 68
E. Teknik Pengambilan Data……………………………... 68
F. Uji Coba Instrumen……………………………………. 70
G. Teknik Analisis Data…………………………………... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………. 80
A. Deskripsi Data………………………………………… 80
B. Uji Prasyarat Analisis…………………………………. 95
C. Pengujian Hipotesis…………………………………… 97
D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………… 102
E. Keterbatasan Penelitian……………………………….. 109
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………… 110
A. Kesimpulan……………………………………………. 110
B. Implikasi………………………………………………. 113
C. Saran…………………………………………………… 114
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
LAMPIRAN……………………………………………………………
116
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1.1.
2.1.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas XI..........................
Data-data Penting Planet…………………........................
Jadwal Penelitian.................................................................
Desain Faktorial..................................................................
Klasifikasi Validitas Soal...................................................
Klasifikasi Reliabilitas Angket..........................................
Klasifikasi Indeks Diskriminasi.........................................
Hasil Uji Taraf Beda.........................................................
Klasifikasi Indeks Kesukaran...........................................
Hasil Uji Taraf Kesukaran................................................
Deskripsi Data Kemampuan Awal...................................
Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal Tinggi........
Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal Rendah......
Deskripsi Data Motivasi Berprestasi.................................
Distribusi Frekuensi Data Motivasi Berprestasi Tinggi......
Distribusi Frekuensi Data Motivasi Berprestasi Rendah....
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif.................
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Eksperimen I
(Model TPS)………………………………………………
4
49
64
65
70
72
73
73
74
75
80
81
81
83
84
84
86
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
4.18
4.19
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Eksperimen II
(Model MAM).....................................................................
Deskripsi Distribusi Data keseluruhan................................
Rerata Prestasi Belajar Ranah Kognitif...............................
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif...................
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas
Eksperimen I (Model TPS).................................................
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif kelas
Eksperimen II (Model MAM).............................................
Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan...............................
Rerata prestasi Belajar Ranah Afektif.................................
Rangkuman Hasil Uji Normalitas.......................................
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas....................................
Tabel result/ hasil anava………………………………......
88
89
89
90
91
92
93
94
95
96
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1. Gaya Gravitasi antara KeduaPartikel……………….... 36
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
Percepatan Sentripetal Bulan Menuju Bumi.................
Peralatan Cavendish untuk Menghitung G…...............
Sebuah Ilustrasi Lintasan Elips Planet……..…………
Bentuk Orbit Planet Pluto dan Komet Halley………..
Gaya Gravitasi yang Bekerja pada Planet…………….
Gambaran Umum Orbit Planet……………………….
Vektor Medan Gravitasi di sekitar Benda……………
Histogram Prestasi Belajar Kelompok Kemampuan
Awal Tinggi…………………………………………...
Histogram Prestasi Belajar Kelompok Kemampuan
Awal Rendah................................................................
Histogram Prestasi Belajar Kelompok Motivasi
Berprestasi Tinggi.........................................................
Histogram Prestasi Belajar Kelompok Motivasi
Berprestasi Rendah........................................................
Histogram Prestasi Belajar Ranah Kognitif Kelas
Eksperimen I (Model TPS)............................................
Histogram Prestasi Belajar Ranah Kognitif Kelas
Eksperimen II (Model MAM).......................................
37
40
44
44
47
48
53
82
82
85
85
87
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
Histogram Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas
Eksperimen I (Model TPS)............................................
Histogram Prestasi Belajar Ranah afektif Kelas
Eksperimen II (Model MAM).......................................
Uji Lanjut Pembelajaran TPS dan MAM (A1 dan A2)
Uji lanjut Kemampuan Awal.........................................
Uji Lanjut Motivasi Berprestasi....................................
91
93
100
100
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Silabus........................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS..................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran MAM...............
Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal..............................
Tes Kemampuan Awal..............................................
Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi.......................
Angket Motivasi Berprestasi......................................
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar....................................
Soal Tes Prestasi Belajar............................................
Kisi-kisi Penilaian Afektif.........................................
Angket Penilaian Afektif...........................................
Hasil Try Out Tes Kemampuan Awal.......................
Hasil Try Out Tes Prestasi.........................................
Hasil Try Out Angket Motivasi Berprestasi..............
Hasil Try Out Angket penilaian Afektif...................
Data Induk Kelas TPS..............................................
Data Induk Kelas MAM...........................................
Hasil Uji T…………..................................................
Hasil Uji Normalitas..................................................
118
120
132
142
143
150
152
156
157
162
164
167
170
173
176
179
180
181
183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
20
21
22
Foto Proses Belajar Mengajar Kelas TPS…………..
Foto Proses Belajar Mengajar Kelas MAM………...
Surat Keterangan Penelitian………………………..
190
191
192
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara membutuhkan sumber daya yang berkualitas, sebab dengan
sumber daya yang berkualitas akan memberikan dampak positif terhadap
perkembangan pembangunan suatu negara dalam berbagai bidang. Tidak hanya
dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan, tetapi
juga sikap mental yang baik. Oleh karena itu, setiap negara selalu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang di milikinya. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan
bangsanya karena dengan pendidikan yang berkualitas akan tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas, yang pada akhirnya dapat mendukung pembangunan
nasional.
Sumber daya manusia yang berkualitas juga akan mengembangkan potensi
yang dimilikinya untuk kemajuan bangsa dan negara. Hal itu sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 disebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peseerta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada hal tersebut terkandung makna bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi potensi manusia Indonesia pada umumnya, serta
pada peserta didik pada khususnya. Diharapkan dengan pengembangan potensi
peserta didik, manusia Indonesia pada umumnya, serta bagi peserta didik pada
khususnya akan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada prinsipnya tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan
terprogram mengadakan pembenahan diri diberbagai bidang baik sarana dan
prasarana, pelayanan administrasi dan informasi, serta kualitas pembelajaran
secara utuh. Untuk mendukung proses belajar mengajar maka seorang guru harus
memiliki dan menerapkan strategi tertentu supaya siswa dapat belajar secara
efektif. Hal ini bisa saja dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya pengelolaan
pengajaran dan menguasai teknik-teknik dan metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan
yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang
guru dengan menggunakan suatu stategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan
memilih metode dan pendekatan yang tepat. Upaya meningkatkan mutu
pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor
lainnya juga berpengaruh. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan kunci
utama yang paling menetukan. Teachers should have the knowledge of how
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
students learn science and mathematics and how best to teach. Changing the way
we teach and what we teach in science and mathematics is a continuing
professional concern. (P42-seth & Marlina.pdf, di akses 15 Mei 2010). Guru
seharusnya memiliki pengetahuan tentang bagaimana siswa belajar sains dan
matematika dan bagaimana mengajar terbaik. Dengan mengubah cara mengajar
dan apa yang diajarkan dalam sains dan matematika adalah sebuah cara/ bentuk
yang professional.
Kecenderungan sistem pendidikan di Sekolah Menengah Atas cenderung
terpusat pada guru (teacher centered), sehingga pengajaran terkesan hanya
berjalan satu arah. In the traditional teacher-centered education, the dominance of
the teacher take centre stage. The students rely on their teachers to decide what,
when, and how to learn (www.ejmste.com, di akses tanggal 15 Mei 2010). Siswa
tidak aktif dan hanya mendengar saja keterangan guru, sehingga siswa tidak
secara mandiri menggali informasi dan pengetahuannya sendiri. Hal ini kurang
bermakna bagi siswa.
Materi Hukum Gravitasi Newton merupakan materi fisika yang harus
dikuasai oleh siswa. Hal ini karena materi tersebut merupakan konsep dasar untuk
mempelajari konsep-konsep fisika lain, misalnya astronomi. Selain itu dengan
mempelajari materi tersebut siswa dilatih untuk berpikir urut dan teratur serta
berlatih menggunakan perhitungan matematis. Namun kebanyakan siswa masih
menganggap sulit dalam memahami dan menguasainya. Karakteristik materi
Hukum Gravitasi Newton bersifat abstrak.
Berdasarkan pengalaman bahwa penguasaan materi- materi fisika terutama
pada kompetensi Hukum Gravitasi Newton siswa kelas XI SMAN 1 Ponorogo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
masih jauh dari yang diharapkan. Rendahnya mutu hasil belajar fisika tersebut
dapat dilihat dari ulangan harian kompetensi Hukum Gravitasi Newton kelas XI.
Dari jumlah 6 kelas XI IPA yang mempunyai nilai rata-rata ulangan harian untuk
kompetensi Gravitasi Umum tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010 di atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 hanya 1 kelas saja sebagaimana
dapat di lihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas XI
NO. KELAS NILAI ULANGAN KOMPETENSI HUKUM GRAVITASI
NEWTON
TP 2008/2009 TP 2009/2010
1 XI IPA 1 70,25 63,86
2 XI IPA 2 67,80 67,45
3 XI IPA 3 68,95 62,75
4 XI IPA 4 66,35 64,78
5 XI IPA 5 68,00 69,68
6 XI IPA 6 65,28 65,77
Analisis sementara rendahnya nilai fisika siswa karena siswa kurang aktif
dalam menggali informasi materi fisika, dominasi guru lebih besar dibanding
keaktifan siswa dalam pembelajaran, metode ceramah dan tugas yang diberikan
belum sepenuhnya mengatasi kesulitan siswa. Good quality techers, with up-to-
date knowledge and skill, are the foundation of any system of formal science
education (www.nuffield.com, di akses tanggal 15 Mei 2010). Kemampuan
pemahaman siswa dalam menerima materi fisika perlu ditingkatkan dan keaktifan
siswa dalam mengeluarkan pendapat perlu dilatih sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar yang melibatkan
pembentukan kelompok yang bertujuan pencapaian hasil belajar, penerimaan
keberagaman dan ketrampilan sosial yang tercipta dalam kerjasama dengan
maksud agar siswa dapat lebih terbiasa bekerjasama dan belajar berkelompok
dalam rangka memecahkan suatu masalah. Cooperative learning is grounded in
the belief that learning is most effective when students are actively involved in
sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative
learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at
various levels of education and in various subject areas (www. Ejmste.com, di
akses tanggal 15 Mei 2010). Pembelajaran kooperatif didasarkan pada sebuah
kepercayaan bahwa belajar akan lebih efektif ketika siswa aktif terlibat dalam
berbagi ide dan bekerja kooperatif untuk melengkapi tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, di
mana siswa secara aktif membangun pengetahuannya dan dapat menemukan
sendiri konsep-konsep pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi
yang kompleks, mengecek informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Pembelajaran
kooperatif model TPS dan MAM merupakan model pembelajaran yang
menekankan siswa bekarjasama dalam kelompok-kelompok belajar.
Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran
yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara
berkelompok. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling
membantu sama lain (Muslimin Ibrahim, dkk, 2000 : 26). Misalkan seorang guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu
tugas dan guru meminta siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah
dijelaskan atau dialami. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling bantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
Tipe Make a Match (MAM) dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan
siswa dalam kelas. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Dalam proses belajar mengajar, siswa tampak lebih aktif mencari
jawaban kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya
dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh faktor interen dan ekstern. Faktor
intern dalam diri siswa antara lain motivasi berprestasi, kemampuan awal, dan
laian-lain. Sedangkan faktor ekstern antara lain metode pembelajaran yang
digunakan guru, interaksi sosial siswa, sarana prasarana sekolah dan lain-lain.
Namun hal ini semua belum diperhatikan oleh guru.
Proses belajar tidak lepas dengan faktor lingkungan, antara individu dan
lingkungan atau sosial terjadi saling interaksi. Tingkah laku individu dapat
menimbulkan perubahan-perubahan pada lingkungan, sebaliknya lingkungan
dapat pula menimbulkan perubahan-perubahan pada diri individu. Di kalangan
anak-anak kondisi tersebut seperti : pendiam, pemberani, pemalu, ekspresif, sulit
bereaksi, peka, senang menggantungkan, mudah terpengaruh, dan lain-lain.
Perilaku ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kelas. Dalam interaksi antar siswa terjadi suatu aktivitas saling mempengaruhi dan
memberi sumbangan pemikiran. Perilaku ini sangat berpengaruh terhadap belajar
siswa, motivasi dan percaya diri. Sikap sosial siswa ditunjukkan dengan saling
membantu dalam menyelesaikan masalah dan saling menghormati pendapat orang
lain.
Faktor intern siswa yaitu kemampuan awal yang dimiliki siswa tentang
materi yang akan diajarkan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru.
Guru akan tahu seberapa jauh pengetahuan awal yang dimiliki siswa, dengan
menggali terlebih dahulu pengetahuan siswa sebelum mengajarkan materi baru.
Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dicirikan dengan ketekunan,
kesungguhan dan antusiasme dalam belajar yang tinggi. Namun kebanyakan guru
belum memperhatikan hal ini sehingga memberi perlakuan yang sama pada semua
siswa padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan awal tinggi.
Faktor potensi siswa yang juga penting adalah motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi merupakan pilar yang ikut menentukan keberhasilan proses
belajar. Motivasi berprestasi merupakan sumber yang kuat untuk belajar. Anak
yang mempunyai motivasi berprestasi besar terhadap kegiatan belajar akan tekun
dan berusaha keras untuk belajar sedang anak yang kurang memiliki motivasi
berprestasi dalam belajar akan tidak antusias dalam belajar, sering membuat
kegaduhan dalam kelas, pesimis, dan bisa sering membolos. Hal ini akan
teraplikasikan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang menurun atau prestasi
yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Untuk itulah penulis ingin meneliti tentang pengaruh model pembelajaran
kooperatif TPS dan MAM, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi siswa
terhadap hasil belajar fisika.
B. Identifikasi Masalah
Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian
berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Proses belajar mengajar di SMAN 1 Ponorogo masih berpusat pada guru
(teacher centered) sehingga proses belajar mengajar berjalan satu arah tanpa
ada feedback dari siswa.
2. Model pembelajaran yang digunakan guru belum memberikan kesempatan
pada siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif, padahal ada berbagai model
pembelajaran yang mendorong siswa berpikir kreatif seperti model
pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS, MAM, NHT, TGT, dan lain-lain.
3. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi awal
siswa, kemampuan awal, motivasi berprestasi, kreativitas, sikap ilmiah, dan
lain-lain; namun faktor-faktor tersebut belum diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran.
4. Kemampuan awal bervariasi merupakan faktor intern siswa yang belum
diperhatikan oleh guru.
5. Motivasi berprestasi sangat bervariasi di antara siswa merupakan faktor intern
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun belum diperhatikan
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6. Prestasi belajar fisika masih rendah dan dewasa ini guru cenderung
memberikan penilaian pada siswa hanya aspek kognitif saja, padahal
seharusnya penilaian mata pelajaran fisika mencakup aspek kognitif,
psikomotor dan afektif.
7. Mata pelajaran fisika masih dianggap membosankan dan sulit dipahami oleh
kebanyakan siswa, seperti Hukum gravitasi Newton, Kinematika partikel dan
Dinamika partikel, dan lain-lain.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam
penelitian ini perlu dibatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Pembelajaran kooperatif yang di pakai adalah tipe Think-Pair-Share (TPS) dan
Make A Match (MAM).
2. Kemampuan awal siswa yang dimaksud adalah konsep awal siswa yang
dimiliki yang menjadi dasar untuk mempelajari materi Hukum Gravitasi
Newton seperti konsep kinematika dan dinamika partikel, kategori tinggi dan
rendah.
3. Motivasi berprestasi dibatasi pada motivasi berprestasi siswa dalam belajar
dan mengikuti pembelajaran fisika di sekolah, kategori tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar mencakup ranah kognitif, sedangkan ranah afektif sebagai data
pendamping.
5. Materi fisika yang digunakan adalah Hukum Gravitasi Newton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) dan Make A Match (MAM) ?
2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah ?
3. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah ?
4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran Think-Pair-
Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dengan kemampuan awal siswa
tinggi dan rendah ?
5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran Think-Pair-
Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dengan motivasi berprestasi siswa
tinggi dan rendah ?
6. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa tinggi dan rendah
dengan motivasi perprestasi tinggi dan rendah ?
7. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran Think-Pair-
Share (TPS) dan Make A Match (MAM), kemampuan awal siswa tinggi dan
rendah dengan motivasi berprestasi ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan
Make A Match (MAM) terhadap prestasi belajar fisika
2. Pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika
4. Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A
Match (MAM) dengan kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika
5. Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A
Match (MAM) dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika
6. Interaksi antara kemampuan awal tinggi dan rendah dengan motivasi
berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika
7. Interaksi antara model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Make A
Match (MAM), kemampuan awal tinggi dan rendah dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar fisika
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam
proses belajar dan mengajar. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah :
1. Manfaat Praktis
a. Memperkaya khasanah pengetahuan guru tentang berbagai alternatif
penggunaan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Memberikan motivasi pada guru untuk lebih mengoptimalkan faktor intern
dan ekstern dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatan prestasi
belajar siswa.
c. Bagi siswa dengan model kooperatif diharapkan siswa memperoleh
pengalaman yang bermakna dan berprestasi.
2. Manfaat Teoritis
a. Memberikan tambahan wawasan kepada guru ataupun peneliti selanjutnya
untuk memperhatikan sekecil apapun kondisi dan potensi yang dimiliki
siswa.
b. Memberikan gambaran kepada guru ataupun peneliti selanjutnya bahwa
kemampuan awal dan motivasi berprestasi merupakan potensi siswa dalam
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Kata belajar sangat sering kita dengar, baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat. Menurut Gagne (1984) dalam Ratna Wilis D. (1989 : 11)
“belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana individu berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Jadi belajar menyangkut perubahan
dalam individu, berarti belajar membutuhkan waktu. Untuk mengukur belajar, kita
amati perilaku individu sebelum dan sesudah diberi suatu perlakuan atau
pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku, berarti individu itu telah
belajar.
Menurut Hilgard dan Bower (1975) dalam Ngalim Purwanto (1994 : 84),
bahwa “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku seseorang akibat pengalaman, dan perubahan
itu tidak dapat dijelaskan. Bisa jadi pengalaman yang sama atau hampir sama
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dialami oleh beberapa orang tetapi perubahan tingkah laku pada masing-masing
orang berbeda.
Menurut Morgan (1978) dalam Ngalim Purwanto (1994: 84) “ Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Jadi, seperti dua pendapat
sebelumnya bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
latihan atau pengalaman, tetapi Morgan menegaskan bahwa perubahan itu relatif
menetap dan bukan sesaat saja.
Good & Boophy (1997) dalam Alex Sobur (2003 : 220) mengartikan
belajar sebagai “The development of new associations as a result of experience”.
Belajar adalah perkembangan asosiasi-asosiasi (kecenderungan-kecenderungan
dalam pikiran) sebagai hasil pengalaman. Jadi belajar adalah suatu proses yang
tidak bisa dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi dalam diri seseorang yang
sedang mengalami belajar. Menurut mereka, belajar bukanlah suatu tingkah laku
yang tampak, tetapi terutama prosesnya yang terjadi secara internal pada individu
dalam usaha memperoleh berbagai hubungan baru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa unsur
penting yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu (1) belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah ke
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah ke tingkah
laku yang lebih buruk; (2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, (3) untuk bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir
daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama periode waktu
itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti, namun perubahan itu hendaknya
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang hanya berlangsung sementara;
(4) tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah / berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap. Jadi belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah
laku, baik fisik maupun psikis, yang relatif mantap yang diperoleh melalui latihan
atau pengalaman.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell dalam Suparno (1997: 17), “ilmu pengetahuan
bukanlah hanya kumpulan hukum atau fakta” Fakta yang sama diamati orang
yang berbeda bisa menghasilkan konsep yang berbeda. “ Ilmu pengetahuan,
terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan
konsepnya yang ditemukan secara bebas “(Einstein & Infeld dalam Bettencourt,
1989 dalam Suparno (1997: 17))”. Dalam mempelajari pengetahuan selalu
dijumpai dua hal yang berbeda, yaitu kenyataan atau fakta dan gagasan atau
pengertian. Untuk menjembatani keduanya, diperlukan proses konstruksi
imajinatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut filsafat konstruktivisme, “pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya” (Von Glasersfeld dalam
Bettencourt, 1989; Matthews, 1994; Piaget, 1971 dalam Suparno (2007: 8)). Bila
yang sedang menekuni itu adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan
dari siswa sendiri. Siswalah yang memberi makna terhadap realitas yang ada
melalui kegiatan berpikir. Jadi pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan
selalu berubah. Proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus-menerus
dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman
yang baru.
Menurut paham konstruktivisme, orang yang belajar diharapkan dapat
membangun pemahaman sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kadang
persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru yang dialami seseorang dapat
diintegrasikan ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya.
Proses ini dikenal dengan asimilasi. Akan tetapi tidak semua pengalaman baru
dapat diasimilasikan dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman baru itu bisa
jadi tidak cocok dengan skema baru yang cocok dengan skema yang telah ada.
Dalam keadaan ini orang tersebut dapat membentuk skema baru yang cocok
dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok
dengan pengalaman itu. Proses terakhir ini disebut akomodasi. Sedangkan skema
diartikan sebagai struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Suparno, 1997 : 30). Jadi
siswa sudah mempunyai skema sebagai akibat dari latihan atau pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sebelumnya. Dengan pengalaman baru yang didapatkan, siswa akan
mengkonstruksi sendiri dengan cara akomodasi atau asimilasi.
Apakah pengetahuan itu tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu
saja? Ya, secara prinsip para konstruktivis menolak kemungkinan terjadi transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. “Tidak ada kemungkinan
mentransfer pengetahuan karena setiap orang membangun pengetahuannya
sendiri. Demikian pendapat Von Glaserfeld dalam Bettencourt dalam Suparno
(2007: 9). Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari guru
ke siswa.
Menurut Matthews dalam Suparno (1997: 43) Piaget adalah psikolog
pertama yang meneliti tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan.
Dia sampai pada kesimpulan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran
anak. Karena penelitiannya ini, maka Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama
(Ratna Wilis D. , 1989 : 159; Suparno 1997 : 30). Dalam penelitiannya Piaget
mengamati bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk pengetahuannya
sendiri. Anak itu pelan-pelan mulai membentuk skema, mengembangkan skema,
dan mengubah skema. Piaget lebih menekankan bagaimana anak secara sendiri
mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan objek
dihadapi.
Secara umum Piaget membedakan 4 tahap atau periode dalam
perkembangan kognitif seseorang. Tahapan–tahapan atau periode tersebut dapat
disimpulkan bahwa : periode I (masa setelah lahir- 2 tahun) memiliki kepandaian
sensori-motorik; periode II (2-7 tahun) memiliki pikiran pra operasional; periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
III (7-11 tahun) memiliki operasi-operasi berpikir konkrit; dan periode IV
(11 tahun - dewasa) memiliki operasi-operasi berpikir formal/abstrak.
Menurut Piaget (Suparno, 2001 : 104), urutan tahap atau periode itu
mempunyai beberapa sifat. Sifat tersebut antara lain: (1) urutan perkembangan
tahap-tahap itu tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara
individual menurut tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang; (2)
struktur keseluruhan itu tidak dapat saling ditukar; (3) setiap tahap yang lebih
maju mempunyai penalaran yang secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap
sebelumnya. Penalaran tahap berikutnya jauh lebuh tinggi daripada sebelumnya;
(4) setiap kemajuan dalam penalaran selalu dapat diterapkan secara lebih
menyeluruh; (5) setiap kemajuan tahap baru selalu mengandung perluasan dari
struktur sebelumnya. Struktur yang lama itu diubah melalui adaptasi, meskipun
formulasi yang sebelumnya tidak pernah dihancurkan atau dihilangkan. Oleh
karena itu, transformasi penalaran yang baru dari yang sebelumnya merupakan
perkembangan.
Unsur yang juga penting dalam memperkembangkan pemikiran sesesorang
adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk
mengembangkan pemikiran. Misalnya, seseorang anak perlu banyak latihan
menggunakan logikanya dalam memecahkan persoalan fisika, ia akan semakin
mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya.
Pengetahuan dibentuk dalam proses asimilasi dan akomodasi terhadap
skema pengetahuan sesesorang sebelumnya. Agar proses pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pengetahuan itu berkembang, pengalaman sangat menentukan. Semakin orang
mempunyai banyak pengalaman mengenai persoalan, lingkungan atau objek yang
dihadapi, ia akan semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Dengan semakin banyak pengalaman, skema seseorang akan banyak ditantang
dan mungkin dikembangkan.
c. Pengertian Pembelajaran
Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar” (UU Sistem Pendidikan Nasional, diakses tanggal 21 Juli 2008). Dalam
pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pedidikan tertentu” dan “Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagi guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instuktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan”.
Menurut Zamroni (2007 :70) : “Proses belajar merupakan proses interaksi
antara guru dan siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang bersifat
kompleks dan penuh dengan ketidakpastian”. Dikatakan kompleks karena
interaksi antara guru dan siswa yang nampak sederhana pada hakekatnya bersifat
kompleks karena melibatkan pikiran, emosi, imajinasi, dan sikap yang
berinteraksi secara simultan. Dikatakan penuh dengan ketidakpastian karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pikiran, emosi, dan imajinasi siswa tidaklah stabil dan tidak dapat ditebak.
Dengan demikian hasil dari pembelajran itu sendiri menjadi sangat subyektif.
Ada juga definisi yang lain, yaitu: “ Pembelajaran adalah usaha sistematis
yang memungkinkan terciptanya pendidikan” (Seifert Kelvin, 1983 edisi
terjemahan Yusuf Anas, 2007 : 5). Yang dimaksud dengan pendidikan menurut
UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1: “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”.
Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan
pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan
belajar. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran juga bermuatan
nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika (Nurhadi, 2004: 30). Dengan
demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik dengan
menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk mengembangkan
kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara besama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Isjoni (2007:15) juga
mengungkapkan bahwa : “Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar”. Menurut Slavin, “pembelajaran kooperatif adalah
berkompromi, artinya menetapkan pokok permasalahan dengan tujuan bersama.
Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi
konflik antar anggota kelompok.
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi dalam model
cooperative learning tersebut antara lain TPS / Think Pair Share/ Berpikir
Berpasangan- Berbagi dan MAM / Make A Match / Mencari Pasangan.
Pendekatan struktural ini digunakan pembelajaran kooperatif dan dikembangkan
oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland. Pendekatan ini memberi penekanan
pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi pebelajar.
Strategi TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu
tunggu. “TPS singkatan dari Think Pair Share atau Berpikir- Berpasangan –
Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa” (Direktorat PLP modul SN-38 2004: 17).
TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontrukivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan
belajar secara berkelompok. “TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan
saling membantu satu sama lain” (Muslimin Ibrahim, dkk, 2006: 26). Misalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam
tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Struktur ini menghendaki siswa
bekerja saling bantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kooperatif daripada penghargaan individual.
Langkah-langkah TPS dalam Richard I Arends (2001: 325) adalah sebagai
berikut: Pada tahap 1. Thinking (berpikir) : Guru memberikan pertanyaan atau issu
yang berhubungan dengan materi, dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri
untuk beberapa saat. Pada tahap 2. Pairing (berpasangan) : Guru meminta siswa
berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan
pada tahap 1. Pada tahap ini diharapkan digunakan oleh siswa untuk berdiskusi
dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Pada tahap 3.
Sharing (berbagi). Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara
bergiliran pasangan demi pasangan.
Salah satu ciri pembelajaran koperatif adalah kemampuan siswa untuk
bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota
dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran
kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai
ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.
Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketermpilannnya, sedangkan siswa yang lemah terbantu dalam memahami
permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Keunggulan dari TPS ini adalah memberi kesempatan siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerjasama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa,
memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasinya kepada orang lain (Anita Lie, 2002 :57). Teknik ini
dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa.
Sedangkan kelemahan TPS adalah siswa memerlukan waktu yang lama untuk
berpikir sehingga pembelajaran tidak sesuai seperti yang diharapkan.
3. Pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match / Mencari pasangan
Teknik model pembelajaran Make A Match (MAM) atau mencari
pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Dengan menggunakan metode
pembelajaran ini dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model MAM sebagai berikut, yaitu guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, setiap
siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal / jawaban, tiap siswa
memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang, setiap siswa mencari
pasangan kartu yang cocok dengan kartunya, setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu
soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati
bersama, setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar agar tiap siswa mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, siswa juga bisa
bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok, guru
bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif model MAM memiliki keunggulan di antaranya
adalah mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi
pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode Make A
Match mempunyai sedikit kelemahan yaitu diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan, waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa
terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, guru perlu persiapan
bahan dan alat yang memadai.
4. Kemampuan awal
a. Pengertian kemampuan awal
Menurut Gagne (1988) yang dikutip Ratna Willis Dahar (1989 :134)
“Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan (capabilities)”. Pengetahuan dan kemampuan baru
membutuhkan kemampuan yang lebih rendah dari kemampuan baru tersebut.
Dalam pengajaran fisika kemampuan awal merupakan pengetahuan konsep fisika
yang akan digunakan untuk menjelaskan konsep fisika yang lain.
Sedangkan menurut Abdul Ghafur (1982 : 57), “kemampuan awal dan
karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk
didalamnya lain-lainnya latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia
miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran”. Latar belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengetahuan atau kemampuan awal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat penguasaan materi bahan pelajaran antara masing-masing
siswa. Pengetahuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti
pembelajaran sehingga memudahkan untuk dapat melaksanakan proses belajar
dengan baik. Guru perlu mengetahui kemampuan awal siswa supaya dapat
menentukan strategi pembelajaran sesuai tujuan instruksional, dalam arti dapat
menentukan alternatif langkah yang paling tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Winkel (1996 : 133), pada awal proses belajar mengajar, siswa belum mempunyai
kemampuan yang dijadikan tujuan dari interaksi guru dan siswa, bahkan terdapat
jurang antara tingkah laku siswa pada awal dan pada akhir proses maka proses
belajar mengajar harus menjembatani jurang itu. Jurang yang harus dijembatani
adalah perbedaan antara tingkah laku awal dan tingkah laku final. Keadaan siswa
pada awal proses belajar mengajar tertentu (tingkah laku awal) mempunyai
relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan instruksional
(tingakh laku final).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awal atau sering juga dikenal sebagai pengetahuan awal (prior knowledge) adalah
semua pengetahuan baru dan akan mempengaruhi proses belajar pengetahuan baru
tersebut. Apabila pengalaman baru dari belajar ini sesuai dengan konsep yang
telah dimilikinya akan terjadi proses penguatan dan jika tidak sesuai maka siswa
dapat memperbaiki konsep dalam memorinya. Hasil belajar dapat meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar yang sekarang dapat menjadi dasar kemampuan
awal bagi pembelajaran berikutnya. Kemampuan awal merupakan prasyarat agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Masing-masing siswa
belum tentu memiliki kemampuan awal yang sama.
b. Cara mengukur kemampuan awal
Menurut Abd. Gafur (1982:60) langkah-langkah untuk mengetahui
karakteristik siswa kemampuan awal ada dua cara. Cara pertama adalah dengan
menggunakan catatan yang tersedia. Dokumen yang dimaksud adalah Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB), nilai tes intelegensi serta tes masuk. Cara kedua adalah
dengan menggunakan prasyarat dan tes awal atau pre-requisite test.
5. Motivasi Berprestasi
a. Motif dan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto (1994 : 60) “motif adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Jadi motif bukan sesuatu hal
yang dapat diamati, tetapi dapat disimpulkan adanya dari aktivitas seseorang.
Motif selalu berhubungan dengan dorongan atau kebutuhan (need) dan tujuan
(Handoko, 1992 dalam Alex Shobur, 2003 : 269). Menurut Woodworth dan
Marquis (1995) dalam Sumadi suryabrata (2005 : 71) motif dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan organik,
kebutuhan ini muncul akibat kebutuhan fisiologis, seperti : kebutuhan untuk
makan, minum, bernafas, seksual, berbuat dan beristirahat; motif-motif darurat,
motif ini muncul secara tiba-tiba karena adanya situasi yang menuntut untuk
bertindak cepat, misalnya : dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas,
berusaha dan memburu; dan motif-motif objektif, motif ini muncul karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dorongan untuk menghadapi dunia luar, misalnya kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat.
Motif menunjukan suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan
tindakan. Sedangkan motivasi adalah pendorongan, suatu usaha sadar untuk
mempengaruhi seseorang agar dia tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu
(Ngalim Purwanto, 1994 : 71). Menurut Duncan dalam Ngalim Purwanto (1994 :
72), “motivasi berarti setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk
mencapaitujuan organisasi. Perilaku atau tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh
motif disebut “tingkah laku bermotivasi”, yang dirumuskan sebagai “Tingkah laku
yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian
suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan”
(Dirgagunarsa, 1996 dalam Alex Shobur, 2003 : 270). Berdasarkan uraian di atas,
maka yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai tujuan tertentu.
b. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi atau kebutuhan untuk berprestasi (needs for
achievement), pertama kali diperkenalkan oleh David McClelland. Untuk
membuat sebuah pekerjaan berhasil, maka yang terpenting adalah sikap terhadap
pekerjaan tersebut. Dia melakukan penelitian yang sangat dalam mengenai motif
dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa jatuh bangunnya negara-negara beserta kebudayaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berhubungan erat dengan perubahan pada kebutuhan untuk berprestasi warganya
(Alex Shobur, 2003 : 284). Negara akan maju jika kebutuhan berprestasi
warganya disemua aspek kehidupang tinggi, namun sebaliknya Negara akan
mengalami kemunduran jika setiap warga negaranya tidak memiliki kebutuhan
berprestasi.
Dari hasil penelitiannya McClelland menunjukkan karakteristik umum
dari orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah mencapai keberhasilan lebih
penting daripada materi atau imbalan finansial, melaksanakan tugas dengan
sukses memberikan kepuasan diri yang lebih besar daripada menerima pujian atau
pengakuan, keamanan dan kedudukan bukan motivasi utama, menginginkan
umpan balik dari pekerjaanya, dan selalu mancari cara terbaik untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan (David McClelland’s motivational needs theory,
http://www.businessballs.com). McClelland juga menemukan bahwa siswa
dengan motivasi berprestasi rendah mempunyai kecenderungan berpikir lebih
banyak tentang ketidakpastian, rintangan, hambatan, dan kemungkinan
mendapatkan peristiwa yang tek terduga (kebetulan) ketika dibangkitkan
asosiasinya tentang keberhasilan daripada siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi (McClelland et al., 1976 : 252). Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
lebih sering berpikir antisipatif dan general. Mereka ingin menghubungkan
sekarang dan nanti, melihat kaitan antara apa yang sedang mereka pelajari dengan
apa yang ingin mereka kerjakan nanti. Di lain pihak, siswa dengan motivasi
berprestasi rendah kurang berpikir general dan lebih mencemaskan kesulitan-
kesulitan dalam mencapai keberhasilan. Keinginan untuk mencapai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tampak ketika siswa berusaha keras mempelajari subjek tertentu atau ketika
mereka berjuang keras untuk meraih tujuan dari tugas tertentu (Arends Richard I,
terjemahan Helly prajitno 2008 :145). Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
tidak mudah menyerah dan selalu optimis mereka akan berhasil.
McClelland dan Liberman (1949) menemukan bahwa kelompok siswa
dengan motivasi berprestasi sedang (atribute), berpikir tentang jaminan atau
keamanan dan terutama cara menghindari kegagalan, atau dengan keinginan
minimal untuk mencapai keberhasilan. Di lain pihak, kelompok dengan motivasi
berprestasi tinggi lebih berpikir tentang mencapai keberhasilan, atau dengan
keinginan kuat untuk mencapai keberhasilan. Perlu dicatat bahwa kebutuhan
untuk berprestasi tidak selalu berkaitan dengan keberhasilan untuk mencapai
tujuan. Sebagai contoh, sebagian orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang
tinggi memberi perhatian yang besar akan keberhasilan dan bekerja keras untuk
meperolehnya, tetapi untuk sebagian orang tidak selalu seperti itu.
Kesimpulannya, kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merefleksikan
kerja keras yang dilakukannya untuk mencapai tujuan yang telah ia tetapkan
(Cohen Louis, 1978 : 10). Berdasarkan uraian di atas, maka motivasi berprestasi
adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan
seseorang dalam mencapai prestasi.
6. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses dan tidak mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar
diberikan istilah prestasi belajar. Belajar adalah proses seseorang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap. Oemar Hamalik (2001 : 280)
menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Kegiatan belajar
merupakan faktor penting dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
sikap.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi
yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun
prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus
mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan
terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (1996:162) mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya”. Sedangkan menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah:
“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif,
afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memeperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi
belajar fisika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran
keberhasilan yang menyatakan berapa besar nilai yang dicapai oleh siswa dalam
bidang studi fisika yang mencakup aspek kognitif setelah diadakan tes prestasi
belajar fisika. Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan
prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari angka / nilai
yang diperoleh siswa dibandingkan dengan angka/ nilai yang diperoleh kelompok
atau siswa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
7. Hakekat Sains dan Fisika
Sains merupakan suatu ilmu teoritis yang berdasar pada pengamatan,
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Teori yang telah dirumuskan,
tidak dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau
observasi. Cara untuk memperoleh ilmu demikian ini dikenal dengan nama
metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan cara yang logis untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
Fisika merupakan bagian dari sains, pada hakekatnya adalah kumpulan
pengetahuan, cara berfikir dan penyelidikan. Fisika memiliki karakteristik sama
dengan karakteristik sains pada umumnya. Fisika juga merupakan produk dan
proses yang tak terpisahkan, ini berarti bahwa dalam pembelajaran fisika, agar
diperoleh hasil belajar yang optimal, siswa seharusnya dilibatkan secara fisik dan
mental dalam pengamatan dan pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran fisika, interaksi dengan obyek-obyek konkrit dan
diskusi yang baik akan mampu mendorong perkembangan kognitif dan
kemampuan berpikir operasional formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget
bahwa perkembangan kognitif individu sebagian besar bergantung kepada
seberapa jauh individu aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian kemampuan berpikir siswa juga berkembang ke
arah yang lebih sempurna dan pada gilirannya akan mampu menampilkan hasil
belajar fisika yang lebih tinggi.
Fisika dalam hal ini Hukum gravitasi Newton mempelajari banyak hal
tentang tentang gaya gravitasi atau tarik-menarik antar benda, juga tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mekanisme sistem tata surya. Hal ini akan menambah keyakinan siswa pada
pencipta alam semesta yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Jadi fisika merupakan ilmu yang paling mendasar, yang merupakan produk
dan proses yang tak terpisahkan. Produk berupa fakta, konsep, prinsip atau hukum
dan proses berupa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memperoleh
pengetahuan.
8. Materi Pembelajaran Fisika
Sebelum tahun 1687, banyak data mengenai pergerakan-pergerakan bulan
dan planet-planet telah berhasil dikumpulkan, namun pemahaman mengenai gaya-
gaya yang berhubungan dengan pergerakan-pergerakan tersebut masih belum
diketahui. Pada tahun yang sama, Isaac Newton menemukan kunci yang dapat
membuka rahasia-rahasia langit. Ia mnegetahui dari hukum pertamanya, bahwa
gaya netto pastilah bekerja pada bulan karena tanpa adanya gaya maka bulan akan
bergerak sepanjang garis lurusalih-alih bergerak dalam orbit yang nyaris
melingkar. Newton menyatakan pasti gaya tersebut adalah gaya tarik gravitasi
yang diberikan bumi kepada bulan. Ia menyadari bahwa gaya-gaya yang telibat
dalam peristiwa tarik-menarik antara bumi-bulan dan tarik-menarik antara
matahari-planet bukanlah sesuatu yang istimewa pada sistem-sistem tersebut,
tetapi merupakan kasus istimewa dari fenomena tarik-menarik yang sifatnya
umum dan universal antara benda. Dengan kata lain, Newton melihat gaya tarik-
menarik yang menyebabakan bulan berada dalam lintasannya mengelilingi bumi
merupakan gaya yang sama yang menyebabkan sebuah apel jatuh dari pohonnya.
Seperti yang ia katakana, “Saya menyimpulkan bahwa gaya yang membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
planet-planet tetap berada dalam orbitnya masing-masing haruslah sama dengan
kuadrat dari jaraknya ke pusat revolusinya kemudian membandingkan besar gaya
yang diperlukan untuk membuat bulan tetap pada orbitnya dnegan gaya gravitasi
pada permukaan bumi dan mendapatkan hasil keduanya cukup dekat.”
Pada bab ini, kita akan belajar mengenai hukum gravitasi umum.
Pembahasannya akan kita tekankan pada pergerakan planet karena data astronomi
menyediakan cara yang penting untuk menguji kebenaran hukum tersebut. Lalu,
kita akan melihat bahwa hukum-hukum pergerakan planet yang dikembangkan
oleh Johannes Kepler sesuai dengan hukum gravitasi umum dan konsep kekekalan
momentum sudut. Kita akan mengakhiri bab ini dengan menurunkan persamaan
umum untuk energy potensial gravitasi dan menelaah energetika dari gerak planet
dan satelit.
a. Hukum Gravitasi Umum Newton
Anda pasti pernah mendengar legenda mengenai Newton yang tertimpa
apel di kepalanya ketika sedang tidur di bawah sebuah pohon. Kecelakaan
tersebut seakan-akan memberitahu Newton bahwa semua benda di alam semesta
alam ini tarik-menarik seperti apel dan bumi. Newton menganalisis data astronomi
mengenai pergerakan bulan mengelilingi bumi. Dari anaalisis tersebut, ia
menyatakan bahwa hukum gaya yang menentukan pergerakan planet-planet sama
dengan hukum gaya tarik-menarik antara apel dan bumi. Inilah pertama kalinya
pergerakan “di bumi” dan “di langit” disatukan. Kita akan membahas rincian
matematis dari analisi Newton dalam bagian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pada tahun 1687, Newton memublikasikan hasil kerjanya mengenai
hukum gravitasi dengan judul Mathematical Principles of Natural Philosophy.
Hukum gravitasi umum Newton menyatakan bahwa
“Setiap partikel di alam semesta tarik-menarik dengan gaya yang
sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya.”
Jika partikel dengan massa dan dipisahkan oleh jarak sebesar r, maka
besarnya gaya gravitasi adalah
(1)
Dimana G adalah sebuah konstanta yang disebut konstanta gravitasi universal,
yang telah diukur melalui eksperimen. Nilainya dalam satuan SI adalah
(2)
Bentuk dari hukum gaya yang diberikan pada persamaan 1 sering disebut
sebagai hukum invers kuadrat karena besarnya gaya berubah-ubah bergantung
pada insvers kuadrat dari jarak antara kedua partikel.1 Kita akan bahas contoh lain
dari hukum gaya tersebut pada bab selanjutnya. Kita dapat menuliskan gaya ini
dalam bentuk vector dnegan mendefinisikan vector satuan (Gambar 2.1).
1 Suatu kesebandingan terbalik antara dua besaran x dan y adalah dimana k adalah konstanta. Suatu kesebandingan langsung antara x dan y terbentuk ketika
rm2
F21
F12
m1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2.1 Gaya gravitasi antara kedua partikel bersifat tarik-menarik. Vektor satuan berasal dari partikel 1 menuju partikel 2. Perhatikam bahwa
Oleh karena vektor satuan tersebut berasal dari partikel 1 menuju partikel 2, maka
gaya yang diberikan partikel 1 kepada partikel 2 adalah
(3)
Dimana tanda negatif menunjukkan partikel 2 tertarik menuju partikel 1. Selain
itu gaya pada partikel 2 pastilah menuju partikel 1. Berdasarkan hukum Newton
III, gaya yang diberikan partikel 2 kepada partikel 1 yang dilambangkan oleh F21
sama besarnya dengan F12 dan dalam arah yang berlawanan. Gaya-gaya tersebut
membentuk suatu pasangan aksi-reaksi, .
Beberapa fitur dalam persamaan 3 perlu untuk diperhatikan. Gaya
gravitasinya merupakan suatu medan gaya yang selalu ada diantara kedua partikel,
apapun medium yang memisahkan keduanya.
Ciri penting lain yang dapat kita lihat dari persamaan 3 bahwa gaya
gravitasi yang ditimbulkan oleh sebuah distribusi massa simetris berbentuk
bola dengan ukuran tertentu pada sebuah partikel di luar distribusi massa
tersebut, sama dengan jika seluruh distribusi massa tersebut terkonsentrasi
di pusatnya. Contohnya, besar gaya yang ditimbulkan bumi kepada sebuah
partikel bermassa m di dekat permukaan bumi adalah
(4)
Dimana ME adalah massa bumi dan RE adalah jari-jarinya. Gaya tersebut menuju
pusat bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pada umumnya, saat merumuskan hukum gravitasi, Newton menggunakan
alasan berikut yang mendukung asumsi bahwa gaya gravitasi sebanding dengan
invers kuadrat dari jarak antara kedua benda yang berinteraksi. Ia membandingkan
percepatan bulan pada orbitnya dengan percepatan sebuah benda yang jatuh di
dekat permukaan bumi, seperti buah apel legendaris tadi (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Ketika berevolusi mengelilingi bumi, bulan akan mengalami percepatan sentripetal menuju bumi. Sebuah benda di dekat permukaan bumi, seperti apel pada gambar di atas, mengalami percepatan g (dimensinya tidak dibuat berdasarkan skala)
Dengan mengambil asumsi bahwa kedua percepatan tersebut memiliki
penyebab yang sama –yaitu gaya tarik gravitasi bumi– Newton menggunakan
hukum invers kuadrat sebagai alasan bahwa percepatan bulan menuju bumi
(percepatan sentripetal) pastilah sebanding dengan 1/ dimana adalah jarak
antara pusat bumi dan pusat bulan. Kemudian, percepatan apel menuju bumi
pastilah sebanding dengan 1/ dimana adalah jarak antara pusat bumi dan
apel. Oleh karena apel terletak di permukaan bumi, maka , yaitu jari-jari
bumi. Dengan menggunakan nilai ,
Newton merumuskan bahwarasio antara percepatan bulan dengan percepatan
apel g pastilah
bulan
bumi
g v
apel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dengan demikian, percepatan sentripetal bulan adalah
Newton juga menghitung percepatan sentripetal bulan dengan
menggunakan jarak rata-ratanya dari bumi dan nilai periode orbitnya sebesar
. dalam selang waktu T, bulan menempuh jarak
yang sama dengan keliling orbitnya. Jadi, kelajuan orbitnya adalah
dan percepatan sentripetalnya adalah
Nilai yang hampir sama antara nilai di atas dengan nilai yang didapatkan Newton
menggunakan g merupakan bukti kuat dari sifat invers kuadrat dari hukum gaya
gravitasi.
Walaupun hasil-hasil tersebut sangatlah membuat Newton semakin
bersemangat, ia masih ragu dengan asumsi yang dibuatnya untuk analisis tersebut.
Untuk menghitung percepatan sebuah benda di dekat permukaan bumi, Newton
menganggap massa bumi terkonsentrasi pada pusatnya. Ia mengasumsikan bumi
sebagai sebuah partikel yang memengaruhi sebuah benda di luarnya. Beberapa
tahun kemudian, pada tahun 1687, dengan pekerjaan rintisannya dalam
pengembangan kalkulus, Newton membuktikan bahwa asumsi tersebut benar dan
merupakan konsekuensi alamiah dari hukum gravitasi umum.
Kita memiliki bukti bahwa gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda
sebanding dengan massanya dari pengamatan atas benda-benda yang jatuh. Semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
banda berapapun massanya, jatuh tanpa mengalami gesekan udara pada
percepatan g yang sama di dekat permukaan bumi. Menurut Hukum Newton II,
percepatan tersebut sesuai dengan dimana m adalah massa benda yang
jatuh. Jika rasio tersebut sama untuk semua benda yang jatuh, maka pasti
sebanding dengan m sehingga massanya saling menghilangkan dalam rasio
tersebut. Jika kita melihat situasi yang lebih umum dari gaya gravitasi antara dua
benda sembarang yang memiliki massa, seperti dua buah planet, maka argument
yang samadapat digunakan untuk memperlihatkan bahwa gaya gravitasi
sebanding dengan salah satu massanya. Kita dapat memilih massa yang mana saja
dalam argument di atas. Bagaimanapun, gaya gravitasi haruslah sebanding dengan
kedua massanya.
b. Menghitung Konstanta Gravitasi
Konstanta gravitasi universal G, dihitung dalam suatu percobaan oleh Henry
Cavendish (1731-1810) pada tahun 1798.
Gambar 2.3 Peralatan Cavendish untuk menghitung G. garis putus-putus melambangkan posisi awal batang.
Sumber cahaya cermin
m r M
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Peralatan Cavendish tersebut terdiri atas dua bola kecil, masing-masing bermassa
m yang ditempelkan pada ujung-ujung batang horizontal yang digantung
menggunakan sebuah serat yang kuat atau kawat tipisndari logam, seperti
diilustrasikan dalam gambar 2.3. Ketika dua bola besar masing-masing bermassa
M ditempatkan di dekat bola-bola kecil, gaya tarik menarik antara bola kecil dan
besar menyebabakan batang berotasi dan memilin kawat bergantung menuju
orientasi kesetimbangan yang baru. Sudut rotasinya dihitung menggunakan
pemantulan berkas cahaya pada sebuah cermin yang ditempelkan pada
penggantung vertikal. Pemantulan berkas cahaya merupakan teknik yang efektif
untuk menjelaskan pergerakan yang terjadi. Percobaan tersebut diulang berkali-
kali dengan massa yang berbeda-beda dan jarak pemisahan yang berubah-ubah.
Untuk mnedapatkan nilai G, hasil dari percobaan tersebut menunjukan bahwa
gaya yang terjadi bersifat tarik-menarik, sebanding dengan hasil kali mM, dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak r.
c. Percepatan Jatuh Bebas dan Gaya Gravitasi
Ketika mendefinisikan mg sebagai berat sebuah benda bermassa m, kita menyebut
g sebagai besarnya percepatan jatuh bebas. Sekarang, kita akan mencari
penjelasan yang lebih mendasar lagi mengenai g. Oleh karena besar gaya yang
bekerja pada benda jatuh bebas bermassa m di dekat permukaan bumi dinyatakan
oleh persamaan 4, kita dapat menyetarakan mg dengan gaya tersebut untuk
memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(5)
Sekarang, perhatikan sebuah benda bermassa m yang terletak pada jarak h di atas
permukaan bumi atau pada jarak r dari pusat bumi dimana . Besar
gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut adalah
Besar gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut pada posisi ini juga bernilai
dimana g adalah nilai percepatan jatuh bebas pada ketinggian h. Dengan
mensubstitusikan persamaan untuk ke dalam persamaan terakhir, kita dapatkan
(6)
Dengan demikian, g berkurang seiring bertambahnya ketinggian. Oleh karena
berat sebuah benda adalah mg ketika , maka beratnya mendekati nol.
d. Hukum Kepler dan Pergerakan Planet
Manusia telah mengamati pergerakan berbagai planet, bintang, dan benda
langit lainnya selama ribuan tahun. Pada awal sejarah, para ilmuwan menganggap
bumi sebagai pusat alam semesta. Anggapan yang disebut model geosentris
tersebut diteliti dan diformalisasikan oleh astronom Yunani, Claudius Ptolemy (
100-170), pada abad ke-2 Masehi dan diterima selama 1400 tahun selanjutnya.
Pada tahun 1534, astronom Polandia Nicolaus Copernicus (1473-1543)
menyatakan bahwa bumi dan planet-planet lainnya berevolusi dalam orbit
lingkaran mengelilingi matahari (model heliosentris).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Astronom Denmark Tycho Brahe (1546-1601) ingin menentukan
bagaimana langit dibangun kemudian ia mengembangkan suatu program untuk
menentukan posisi bintang-bintang dan planet-planet. Menarik untuk diketahui
bahwa pengamatan planet-planet dan 777 bintang yang dapat dilihat dengan mata
telanjang tersebut dilakukan hanya dengan sebuah sekstan besar dan sebuah
kompas. (teleskop belum diciptakan.)
Astronom Jerman Johannes Kepler adalah asisten Brahe selama beberapa
saat sebelum Brahe meninggal. Kepler mendapatkan data astronomi gurunya
tersebut dan menghabiskan 16 tahun hidupnya mencoba untuk menciptakan suatu
model matematika untuk menjelaskan pergerakan planet-planet. Data seperti itu
sulit untuk dipecahkan karena bumi juga bergerak mengelilingi matahari. Setelah
banyak perhitungan yang melelahkan, Kepler menemukan bahwa data revolusi
Mars mengelilingi matahari, yang merupakan milik Brahe, mengandung
jawabannya.
Analisis lengkap Kepler mengenai pergerakan planet dirangkum dalam
tiga pernyataan yang dikenal sebagai Hukum Kepler:
1. Semua planet bergerak dalam orbit elips dengan matahari pada salah satu
fokusnya.
2. Vektor radius dari matahari ke sebuah planet menyapu luas daerah yang sama
pada selang waktu yang sama.
3. Kuadrat periode orbit planet sebanding dengan pangkat tiga sumbu semi
mayor orbit elipsnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Hukum Kepler I
Telah kita ketahui dari pembahasan sebelumnya bahwa orbit lingkaran
benda-benda mengelilingi pusat-pusat gaya gravitasi. Hukum Kepler I
menyatakan bahwa orbit lingkaran merupakan suatu kasus yang sangat khusus
dan orbit elips merupakan situasi yang umum. Hal ini merupakan pernyataan yang
sulit diterima oleh para ilmuwan pada zaman tersebut karena mereka merasa
bahwa orbit lingkaran sempurna planet merupakan pertanda kesempurnaan langit.
Gambar 2.4 menunjukkan geometri sebuah ellips, yang menjadi model
orbit elips sebuah planet. Sebuah elips didefinisikan secara matematis dengan
memilih dua titik , masing-masing disebut sebagai focus kemudian
menggambar sebuah kurva melewati titik-titik dimana jumlah jarak
adalah konstan. Jarak terjauh melewati pusat antara titik-
titik pada elips ( dan melewati kedua fokusnya) disebut sebagai sumbu mayor,
dan jarak tersebut adalah . Dalam gambar 2.4, sumbu mayornya digambar
sepanjang arah x. Jarak disebut sumbu semimayor. Dengan cara yang sama,
jarak terpendek melewati pusat antara titik-titik pada elips disebut sebagai sumbu
minor dengan panjang , dimana jarak b adalah sumbu semiminor. Tiap focus
elips terletak pada jarak c dari pusat elips, dimana . Dalam orbit
elips sebuah planet mengelilingi matahari, matahari terletak pada salah satu fokus
elips, sedangkan pada fokus yang satunya lagi tidak terdapat apa-apa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 2.4 Sebuah gambar elips. Sumbu semimayornya memiliki panjang , dan sumbu
semiminornya memiliki panjang b. Masing-masing fokus terletak pada jarak c dari pusatnya
pada tiap sisi pusatnya.
Eksentrisitas sebuah elips didefinisikan sebagai dan
menggambarkan bentuk umum elips tersebut. Untuk sebuah lingkaran, c = 0 dan
eksentrisitasnya pun menjadi nol. Semakin b lebih kecil dari maka semakin
pendek elips tersebut sepanjangarah y dibandingkan dengan jangkauannya pada
arah x pada gambar 2.4. krtika b berkurang maka c bertambah dan eksentrisitas e
bertambah. Dengan demikian, kesimpulannya adalah nilai eksentrisitas yang lebih
tinggi mengakibatkan elips semakin panjang dan tipis. Rentang nilai eksentrisitas
untuk sebuah elips adalah 0 < e < 1.
Gambar 2.5 (a) bentuk orbit Pluto memiliki eksentrisitas tertinggi (e = 0,25) diantar planet-planet lainnya dalam tata surya. Matahari terletak pada titik yang besar, yang merupakan
• •
c b
a
x
y
•
Orbit pluto
®
Pusat
matahari
(a)
• Pusat
®
matahari Orbit
komet halley
(b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
fokus dari elips. Tidak ada benda apapun yang terletak di pusat (titik kecil) maupun pada fokus yang satunya. (b) Bentuk orbit komet Halley.
Eksentrisitas berbagai orbit planet dalam tata surya sangatlah beragam.
Eksentrisitas orbit bumi adalah 0,017 sehingga hampir berbentuk lingkaran.
Sebaliknya, eksentrisitas pluto adalah 0,25 yang merupakan eksentrisitas tertinggi
diantara yang lainnya.figur 2.5a menunjukkan sebuah elips dengan eksentrisitas
orbit pluto. Perhatikaan bahwa orbit dengan eksentrisitas tertinggi ini pun sulit
dibedakan dengan sebuah lingkaran. Inilah penyebab Hukum Kepler I merupakan
suatu pencapaian yang mengagumkan. Eksentrisitas orbit Komet Halley adalah
0,79 – sebuah orbit dengan sumbu mayor jauh lebih panjang daripada sumbu
minornya – seperti diperlihatkan dalam figur 2.5b. Sehingga, Komet Halley
menghabiskan periode 76 tahun jauh dari matahari dan tidak terlihat dari bumi.
Komet tersebut hanya dapat dilihat dengan mata telanjang selama selang waktu
yang pendek yaitu ketika dekat dengan matahari.
Sekarang, bayangkan sebuah planet dengan orbit elips seperti dalam
gambar 2.4, dengan matahari pada fokus . Ketika planet tersebut berada pada
ujung kiri diagram, jarak antara planet tersebut dan matahari adalah . Titik
itu disebut aphelion, dimana planet tersebut berada pada jarak terjauh dari
matahari dalam orbitnya. (Untuk sebuah benda yang dalam orbitnya mengelilingi
bumi, titik itu disebut apogee). Sebaliknya, ketika planet tersebut berada di ujung
kana elips, titik itu disebut perihelion (untuk orbit bumi disebut perigee ), dan
jarak antara planet tersebut dengan matahari adalah a – c.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Hukum Kepler I merupakan akibat langsung dari sifat invers kuadrat dari
gaya grafitasi. Kita telah membahas orbit lingkaran dan elips. Ini adalah bentuk-
bentuk orbit yang mungkin dari benda-benda yang terikat pada pusat gaya
gravitasi. Benda-benda tersebut termasuk planet, asteroid, dan komet yang
bergerak terus-menerus mengelilingi matahari, juga termasuk bulan-bulan yang
mengelilingi planet. Selain itu, juga terdapat benda-benda yang tidak terikat,
seperti meteoroid yang melewati matahari satu kali dan tidak pernah kembali lagi.
Gaya gravitasi antara matahari dan benda-benda tersebut juga berubah-ubah
tergantung pada invers kuadrat jaraknya, dan lintasan yang diperbolehkan untuk
benda-benda tersebut adalah parabola ( e = 1 ) dan hiperbola ( e > 1 ).
Hukum Kepler II
Hukum Kepler II dapat ditunjukkan sebagai konsekuensi dari kekekalan
momentum sudut. Perhatikan sebuah planet bermassa yang bergerak
mengelilingi matahari dalam orbit elips (Gambar 2.6a). kita anggap planet
tersebut sebagai suatu sistem. Kita modelkan matahari jauh lebih berat dari pada
planet tersebut dan matahari tidak bergerak. Gaya gravitasi yang bekerja pada
planet tersebut adalah gaya sentral, selalu sepanjang vektor radius, mengarah ke
matahari (Gambar 2.6a). Torsi pada planet akibat dari gaya sentral tersebut
pastilah nol karena F sejajar dengan r. Artinya,
Ingat bahwa torsi eksternal pada suatu sistem sama dengan laju perubahan
momentum sudut sistem tersebut, yaitu . Jadi, karena ,
momentum sudut L planet tersebut merupakan suatu konstanta gerakannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kita dapat mengaitkan hasil tersebut dengan pertimbangan geometris berikut.
Dalam selang waktu dt, vector radius r dalam gambar 2.6b menyapu luas daerah
dA, yang sama dengan setengah luas daerah dari jajar genjang yang
dibentuk oleh vektor r dan dr. Oleh karena perpindahan planet tersebut dalam
selang waktu dt diberikan oleh , maka kita dapatkan
(7)
Dimana L dan konstan. Maka, kita dapat simpulkan bahwa vektor radius
dari matahari ke planet manapun menyapu luas daerah yang sama dalam
selang waktu yang sama.
Gambar 2.6 (a) Gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah planet mengarah ke matahari. (b) Ketika planet mengorbit matahari, luas daerah yang disapu oleh vektor radius dalam selang waktu dt sama dengan setengah luas jajar genjang yang dibentuk oleh vector r dan t Hukum Kepler III
Hukum Kepler III dapat diduga dari hukum invers kuadrat orbit lingkaran.2
Perhatikan sebuah planet bermassa yang diasumsikan bergerak mengelilingi
matahari (dengan massa ) dalam orbit lingkaran, seperti dalam gambar 2.7.
2 Orbit semua planet hampir berbentuk lingkaran kecuali merkurius dan Pluto; sehingga dengan asumsi tersebut kita tidak terlalu banyak melakukan kesalahan. Contohnya, rasio sumbu semiminor dengan sumbu semi mayor untuk orbit bumi adalah b/a = 0,99986.
matahari r v
(a)
matahari rdt
(b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 2.7 Sebuah planet bermassa bergerak dalam orbit lingkaran mengelilingi matahari. Orbit semua planet hampir berbentuk lingkaran, kecuali merkurius dan Pluto.
Oleh karena gaya gravitasi menyebabkan percepatan sentripetal pada
planet ketika bergerak dalam suatu lingkaran, maka kita gunakan Hukum Kepler
II untuk sebuah partikel dalam gerak lingkaran seragam,
Kelajuan orbit Planet adalah , dimana T adalah periode. Maka persamaan di
atasmenjadi
Dimana adalah konstanta
Persamaan tersebut juga berlaku untuk orbit elips jika kita mengganti r dengan
panjang sumbu semimayor (gambar 2.4):
(8)
v
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Persamaan 8 adalah Hukum Kepler III. Oleh karena sumbu semimayor dari suatu
orbit lingkaran adalah jari-jarinya, maka persamaan 8 dapat digunakan untuk orbit
lingkaran maupun elips. Perhatikan bahwa konstanta kesebandingan tidak
bergantung pada massa planet. Oleh karenanya, persamaan 8 dapat digunakan
untuk semua planet.3 Jika kita perhatikan orbit sebuah satelit seperti bulan
mengelilingi bumi, maka konstanta tersebut akan memiliki nilai yang berbeda,
dengan massa matahari digantikan oleh massa bumi yaitu .
Tabel 2.1 Data-data penting Planet
Data-data Penting Planet
Benda Massa (kg) Jari-jari
rata-rata (m)
Periode
revolusi (s)
Jarak rata-
rata dari
matahari (m)
Merkurius
Venus
Bumi
Mars
Jupiter
Saturnus
Uranus
Neptunus
Pluto
Bulan - - -
Matahari - - -
3 Persamaan 8 benar-benar merupakan suatu kesebandingan karena rasio kedua besaran merupakan sudut konstanta. Variable-variabel dalam suatu kesebandingan tidak perlu dibatasi hanya pada pangkat satu saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 2.1 merupakan sekumpulan data astronomi yang penting. Kolom
terakhir menunjukkan bahwa rasio adalah konstan. Sedikit variasi pada
nilai-nilai dalam kolom tersebut merupakan akibat dari ketidakpastian dalam
perhitungan data untuk periode dan sumbu semimayor planet.
Penelitian-penelitian paling mutakhir di bidang astronomi mengungkapkan
keberadaan sejumlah besar benda-benda tata surya dibalik orbit neptunus. Secara
umum, benda-benda tersebut terletak pada Sabuk Kuiper, suatu daerah yang
merentang dari jarak 30 AU (jari-jari orbit Neptunus) hingga 50 AU. (AU adalah
astronomical unit atau satuan astronomi – jari-jari orbit bumi). Sekarang, telah
diidentifikasi bahwa sekurang-kurangnya 70000 benda di daerah tersebut
memiliki diameter lebih besar dari 100 km. benda Sabuk Kuiper (Kuiper Belt
Object –KBO) pertama kali dicari pada tahun 1992. Sejak itu, banyak benda lain
yang telah dideteksi dan beberapa telah diberi nama, seperti Varuna (diameter
sekitar 900-1000 km, ditemukan pada tahun 2000), Ixion (diameter sekitar 900-
1000 km, ditemukan pada tahun 2001), dan Quaoar (diameter sekitar 800 km,
ditemukan pada tahun 2002).
Sekitar 1400 KBO disebut “Plutinos” karena, seperti Pluto, benda-benda
tersebut memiliki fenomena resonansi, yaitu mnegorbit matahari dua kali dalam
selang waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan neptunus untuk
berevolusi tiga kali. Beberapa astronom bahkan menyatakan bahwa Pluto
seharusnya tidak dianggap sebagai planet, melainkan sebagai KBO. Aplikasi
Hukum-hukum Kepler, perubahan momentum sudut planet dan migrasi planet-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
planet4 menimbulkan minat yang tinggi untuk penelitian lebih lanjut pada bidang
tersebut.
Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto masih dikategorikan sebagai planet.
Konferensi astronomi internasional pada tanggal tersebut menyatakan definisi
“planet” yang resmi dan mengategorikan Pluto sebagai planet kerdil, bukan lagi
sebagai planet seperti bumi.
e. Medan Gravitasi
Pada umumnya, ketika Newton menerbitkan teori gravitasi maka teorinya
tersebut sukses besar karena dapat menjelaskan pegerakan planet-planet dengan
sangat memuaskan. Sejak tahun 1687, teori yang sama telah digunakan untuk
menentukan pergerakan komet-komet, pembelokan timbangan Cavendish, orbit
bintang biner, dan rotasi galaksi. Namun, Newton dan para penerusnya sulit
menerima konsep mengenai sebuah gaya yang bekerja pada jarak tertentu. Mereka
bertanya bagaimana mungkin dua buah benda dapat berinteraksi jika tidak terjadi
kontak antara keduanya. Newton sendiri tidak dapat menjawab pertanyaan
tersebut.
Suatu pendekatan untuk menjelaskan interaksi antara benda yang tidak
saling kontak muncul setelah Newton wafat. Pendekatan tersebut membuat kita
dapat melihat interaksi gravitasi dengan cara yang berbeda, yaitu menggunakan
konsep medan gravitasi, yang hadir pada setitap titik dalam ruang angkasa.
Ketika sebuah partikel bermassa m ditempatkan pada suatu titik dimana medan
gravitasinya adalah g, partikel tersebut mengalami gaya . Dengan kata
4 Malhotra, R., “Migrating Planets,” Scientific American, September 1999, volume 281, nomor 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lain, medan tersebut memberikan sebuah gaya pada partikel tersebut. Medan
gravitasi g didefinisikan sebagai
(9)
Artinya, medan gravitasi pada sebuah titik di suatu ruang sama dengan gaya
gravitasi yang dialami oleh sebuah partikel uji yang ditempatkan pada titik
tersebut dibagi oleh massa partikel uji tersebut. Perhatikan bahwa keberadaan
partikel uji tersebut tidak menentukan keberadaan medannya – bumilah yang
menimbulkan medan gravitasi.
Gambar 2.8 (a) Vektor medan gravitasi di sekitar massa bola yang homogen seperti bumi bervariasi dalam arah dan besarnya. Vektor-vektor ini menunjukkan arah percepatan yang akan dialami partikel jika partikel ditempatkan dalam medan tersebut. Besar vektor medan pada lokasi mana pun sama dengan besar percepatan jatuh bebas pada lokasi tersebut. (b) Vektor medan gravitasi pada daerah kecil di dekat permukaan bumi bersifat homogen dalam arah dan besarnya.
Benda yang menimbulkan medan gravitasi disebut partikel sumber.
(Walaupun bumi jelas bukan sebuah partikel, masih mungkin bagi kita untuk
menganggap bumi sebagai sebuah partikel dengan tujuan untuk menemukan
(a)
(b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
medan gravitasi yang ditimbulkannya). Kita dapat mendeteksi keberadaan medan
tersebut dan menghitung kekuatannya dengan menempatkan sebuah partikel uji di
dalam medan tersebut dan memperhatikan gaya yang bekerja pada partikel
tersebut.
Walaupun gaya gravitasi secara inheren merupakan interaksi antara dua
benda, konsep medan gravitasi memungkinkan kita untuk “mengabaikan” massa
salah satu benda tersebut. Intinya, kita mendeskripsikan “efek” yang ditimbulkan
sembarang benda (dalam kasus ini, bumi) pada ruang kosong di sekitarnya dalam
bentuk yang akan timbul jika benda kedua ditempatkan dalam ruang tersebut.
Sebagai contoh, bagaimana cara konsep medan tersebut bekerja,
perhatikan sebuah benda bermassa m di dekat permukaan bumi. Oleh karena gaya
gravitasi yang bekerja pada benda tersebut memiliki besar (lihat
persamaan 4), maka medan gravitasi g pada jarak r dari pusat bumi adalah
(10)
dimana r adalah vektor satuan yang mengarah keluar dari bumi secara
radialdan tanda negatif berarti bahwa medan tersebut menarah ke pusat bumi,
seperti diilustrasikan dalam gambar 2.8a. Perhatikan bahwa vektor medan tersebut
pada titik-titik yang berbeda di sekeliling bumi memiliki besar dan arah yang
bervariasi. Dalam suatu daerah kecil di dekat permukaan bumi, medan g yang
mengarah ke bawah bersifat hampir konstan dan seragam, seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.8b. Persamaan 10 dapat digunakan untuk semua titik di luar
permukaan bumi, dengan asumsi bahwa bumi berbentuk bola. Di permukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bumi, dimana r = , g memiliki besar 9,80 . ( Satuan sama dengan
).
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sthepanus Legiyo (2009) dengan judul
“Model Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together dan Think-Pair-Share
pada pembelajaran Fisika ditinjau dari sikap sosial siswa”. Kesimpulan
penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dengan menggunakan T-P-S lebih
baik daripada N-H-T dan siswa yang memiliki sikap sosial lebih tinggi
meraih prestasi lebih baik. Sedangkan pada tesis yang dilakukan peneliti
sekarang menggunakan model Think Pair Share (TPS) dan Make A Match
(MAM) dan ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi berprestasi.
Perbedaan ini dikarenakan peneliti ingin menerapkan variasi model
pembelajaran kooperatif yang lain, sehingga diharapkan bisa lebih
meningkatkan prestasi belajar siswa dan sebagai acuan guru dalam memilih
model pembelajaran yang cocok dengan karakter materi dan kondisi siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tarmidzi Ramadhan (2008) dengan judul
“Penerapan Make A Match dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia”, dipublikasikan melalui
http://www.tarmizi.wordpress.com. Kesimpulan penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Sedangkan pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan model
Think Pair Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dan ditinjau dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kemampuan awal dan motivasi berprestasi. Perbedaan ini dikarenakan
peneliti ingin menerapkan variasi model pembelajaran kooperatif yang lain,
sehingga diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan
sebagai acuan guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan
karakter materi dan kondisi siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Seran Daton G. (2009) dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan JIGSAW II terhadap
prestasi belajar di tinjau dari motivasi berprestasi dan Sikap Sosial siswa”.
Sedangkan pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan model
Think Pair Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dan ditinjau dari
kemampuan awal dan motivasi berprestasi. Perbedaan ini dikarenakan
peneliti ingin menerapkan variasi model pembelajaran kooperatif yang lain,
sehingga diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan
sebagai acuan guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan
karakter materi dan kondisi siswa.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Kurotu A’yun (2007) dengan judul “Pengaruh
Metode Pembelajaran Pemberian Tugas dengan Media Modul Interaktif dan
Audio visual terhadap Prestasi Belajar Siswa di tinjau dari kemampuan awal
siswa”. Sedangkan pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan
model Think Pair Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dan ditinjau dari
kemampuan awal dan motivasi berprestasi. Perbedaan ini dikarenakan
peneliti ingin menerapkan variasi model pembelajaran kooperatif yang lain,
sehingga diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sebagai acuan guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan
karakter materi dan kondisi siswa.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Junanto (2008) dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan T-P-S terhadap prestasi belajar
ditinjau dari Sikap Ilmiah. Kesimpulan penelitian ini adalah prestasi belajar
mahasiswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
baik daripada T-P-S baik pada aspek kognitif maupun afektif. Sedangkan
pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan model Think Pair
Share (TPS) dan Make A Match (MAM) dan ditinjau dari kemampuan awal
dan motivasi berprestasi. Perbedaan ini dikarenakan peneliti ingin
menerapkan variasi model pembelajaran kooperatif yang lain, sehingga
diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan sebagai acuan
guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakter materi
dan kondisi siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari kajian yang telah diuraikan, dapat dikemukakan
kerangka pemikiran pada penelitian ini bahwa keberhasilan sebuah proses belajar
mengajar ditentukan dari prestasi belajar siswa. Kerangka berpikir yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M terhadap
prestasi belajar
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Ponorogo yang karakter siswanya
rata-rata aktif, memiliki keinginan belajar yang baik serta memiliki input yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
baik. Karakteristik materi Hukum Gravitasi Newton adalah abstrak. Efeknya dapat
dilihat siswa tetapi gaya atau medan gravitasi itu sendiri tidak teramati oleh siswa.
Karena siswa telah merasakan efeknya dengan didukung pengalaman yang ada,
siswa dapat belajar secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, di
mana siswa secara aktif membangun pengetahuannya dan dapat menemukan
sendiri konsep-konsep pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi
yang kompleks, mengecek informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi.
TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu sama
lain. Keunggulan dari TPS ini adalah memberi kesempatan siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerjasama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa,
memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasinya kepada orang lain (Anita Lie, 2002 :57). Teknik ini
dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa.
MAM dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam
proses belajar mengajar, siswa tampak lebih aktif mencari jawaban kartu antara
jawaban dan soal.
Dari yang telah diuraikan, diduga ada perbedaan prestasi belajar siswa
pada materi Gravitasi Umum antara siswa yang diajar menggunakan model T-P-S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dan M-A-M yaitu di duga siswa yang diajar dengan model TPS memiliki prestasi
belajar lebih tinggi.
2. Pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar
Kemampuan awal (prior knowledge) adalah semua pengetahuan dan
keterampilan yang relevan dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Siswa
yang memiliki kemampuan awal tinggi dicirikan dengan kecepatan dia memahami
konsep baru dalam hal ini Gravitasi Umum dan kemampuan siswa tersebut dalam
menghubungkan materi yang disampaikan dengan konsep sebelumnya yang
mendasari. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan mudah merespon dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru baik tentang konsep
awal yang berkaitan dengan Gravitasi Umum seperti konsep gerak melingkar dan
hukum-hukum Newton serta Gravitasi Umum itu sendiri.
Dari yang telah diuraikan, diduga ada perbedaan prestasi belajar siswa
pada materi Hukum Gravitasi Newton antara siswa yang memiliki kemampuan
awal tinggi dan rendah yaitu diduga siswa dengan kemampuan awal tinggi akan
memiliki prestasi belajar lebih tinggi.
3. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
Motivasi berprestasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan dan mengarahkan seseorang dalam mencapai prestasi. Salah satu
keunggulan motivasi berprestasi tinggi adalah siswa berusaha keras mempelajari
subjek tertentu atau ketika mereka berjuang keras untuk meraih tujuan dari tugas
tertentu Bila siswa memiliki motivasi berprestasi terhadap suatu pelajaran, maka
siswa tersebut akan berbuat, bertindak dan memusatkan pikirannya terhadap mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya apabila seorang
siswa kurang termotivasi untuk berprestasi dalam suatu pelajaran, maka siswa
tersebut tidak akan menampakkan kesungguahannya terhadap pelajaran tersebut.
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menghasilkan prestasi
belajar lebih tinggi pula dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.
Sehingga diduga ada perbedaan prestasi belajar siswa pada materi
Gravitasi umum antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan
rendah, yaitu diduga siswa bermotivasi prestasi tinggi akan memiliki prestasi
belajar lebih tinggi.
4. Interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M dengan
kemampuan awal siswa
Pembelajaran kooperatif model TPS dan MAM merupakan model
pembelajaran yang menekankan siswa bekarjasama dalam kelompok-kelompok
belajar. TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang merupakan
perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. TPS
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu sama lain (Muslimin
Ibrahim, dkk, 2000 : 26). Sedangkan MAM dapat meningkatkan partisipasi dan
keaktifan siswa dalam kelas. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan. Dalam proses belajar mengajar, siswa tampak lebih aktif
mencari jawaban kartu antara jawaban dan soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sedangkan Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dicirikan dengan
kecepatan dia memahami konsep baru dalam hal ini Gravitasi Umum dan
kemampuan siswa tersebut dalam menghubungkan materi yang disampaikan
dengan konsep sebelumnya yang mendasari. Siswa dengan kemampuan awal
tinggi akan mudah merespon dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan guru baik tentang konsep awal yang berkaitan dengan Gravitasi
Umum seperti konsep gerak melingkar dan Hukum-hukum Newton serta
Gravitasi Umum itu sendiri.
Dari uraian di atas, diduga ada interaksi penggunaan model pembelajaran
T-P-S dan M-A-M dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar fisika
pada konsep Gravitasi Umum.
5. Interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M dengan
motivasi berprestasi
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, di mana siswa secara aktif
membangun pengetahuannya dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep
pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi yang kompleks, mengecek
informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan tersebut tidak sesuai lagi. Apabila seorang siswa memiliki motivasi belajar
dan berprestasi yang tinggi terhadap mata pelajaran tertentu maka siswa tersebut
akan lebih tekun dan bersemangat dalam belajar sehingga bila menyelesaikan
masalah dapat dilakukan dengan mudah. Sebaliknya bila motivasi berprestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
seseorang rendah terhadap suatu mata pelajaran maka akan menyulitkan dirinya
sendiri dalam mempelajari meta pelajaran tersebut.
Dari uraian di atas diduga ada interaksi penggunaan model pembelajaran
TPS dan MAM dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Gravitasi Umum.
6. Interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi berprestasi
Dalam proses belajar mengajar Gravitasi Umum perlu memperhatikan
kemampuan awal dan motivasi berprestasi siswa. Karena dalam proses belajar
Gravitasi Umum siswa akan lebih mudah dan cepat memahaminya jika siswa
memiliki dan menguasai konsep prasyarat seperti konsep gerak melingkar dan
Hukum-hukum Newton. Sehingga diperlukan kemampuan awal yang tinggi.
Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih mudah memahami
konsep Gravitasi Umum.
Motivasi berprestasi dapat mempermudah belajar berarti bila seseorang
memiliki motivasi yang besar terhadap mata pelajaran tertentu akan lebih tekun
dan bersemangat dalam belajar sehingga bila menyelesaikan masalah dapat
dilakukan dengan mudah. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-
nunda pekerjaanya. Sebaliknya bila motivasi berprestasi seseorang rendah
terhadap suatu mata pelajaran maka akan menyulitkan dirinya sendiri dalam
mempelajari meta pelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari uraian di atas, diduga ada interaksi antara kemampuan awal dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton.
7. Interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M,
kemampuan awal dengan motivasi berprestasi
Pada pembelajaran kooperatif siswa akan bekerjasama dengan temannya
dalam satu kelompok dalam memahami materi fisika tentang Hukum Gravitasi
Newton. Siswa yang mempunyai kemampuan awal yang tinggi tentang konsep
prasyarat sebelum memahami Hukum Gravitasi Newton akan lebih mudah dalam
memahami dan menguasai materi tersebut. Selain itu motivasi berprestasi
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar. Motivasi
berprestasi dapat mempermudah belajar berarti bila seseorang memiliki motivasi
yang besar terhadap mata pelajaran tertentu akan lebih bersemangat dalam belajar
sehingga sehingga bila menyelesaikan masalah dapat dilakukan dengan mudah.
Sebaliknya bila motivasi berprestasi seseorang rendah terhadap suatu mata
pelajaran maka akan menyulitkan dirinya sendiri dalam mempelajari meta
pelajaran tersebut. Dari uraian di atas, muncul dugaan terdapat interaksi
penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M, kemampuan awal dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton.
D. Hipotesis
Dari kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M
2. Terdapat pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah
3. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah
4. Terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M
dengan kemampuan awal tinggi dan rendah
5. Terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M
dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah
6. Terdapat interaksi kemampuan awal tinggi dan rendah dengan motivasi
berprestasi tinggi dan rendah
7. Terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran T-P-S dan M-A-M,
kemampuan awal tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan
rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipakai penelitian adalah SMAN 1 Ponorogo yang beralamat
di jalan Budi Utomo No. 1 Ponorogo. Dengan pertimbangan memiliki 6 kelas IPA
dan sarana prasarana memadai untuk penelitian.
Pelaksanaan penelitian direncanakan dimulai pada bulan Juni 2010 sampai
bulan Januari 2011. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Jadwal penelitian
No Kegiatan Bulan
Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan 1 Pengajuan Judul √
2 Penyusunan Proposal √
3 Perijinan √ 4 Penyusunan instrument √ 5 Uji coba instrument √ 6 Analisis instrument √ 7 Pemberian tes
kemampuan awal dan angket motivasi berprestasi
√
8 Pelaksanaan perlakuan √ 9 Tes prestasi belajar √ 10 Analisis data √ 11 Penyusunan laporan √
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari
penyelesaian masalah dari kajian teori, pengujian teori untuk mendapatkan suatu
tujuan. Kategori penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
Ada tiga variabel dalam penelitian ini yakni : Variabel bebas yakni tipe
pembelajaran TPS dan MAM, Variabel moderator yaitu kemampuan awal dan
motivasi berprestasi, Variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Sesuai dengan
judul “Pembelajaran Fisika Model Think Pairs Share (TPS) Dan Make A
match (MAM) Ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi berprestasi”.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan anava
tiga jalan. Berikut ini desain penelitiannya :
Tabel 3.2 Desain Faktorial
Model Pembelajaran
TPS (A1) MAM (A2)
Kemampuan Awal
Tinggi (B1)
Motivasi berprestasi tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Motivasi berprestasi rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Kemampuan Awal
Rendah (B2)
Motivasi berprestasi tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Motivasi berprestasi rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
Tabel 3.2 merupakan desain faktorial pada penelitian ini. Kolom 3 dan 4 baris 2
menunjukkan model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu TPS (A1) dan
MAM (A2). Kolom 1 baris 3 dan 4 menunjukkan variabel moderator kemampuan
awal tinggi (B1) dan kemampuan awal rendah (B2). Kolom 2 baris 3 dan 4
menunjukkan variabel moderator motivasi berprestasi tinggi (C1) dan motivasi
berprestasi rendah (C2). Kolom 3 dan 4 baris 3,4,5 dan 6 masing-masing
merupakan sebaran data dalam desain faktorial. Misalnya kolom 3 baris 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mewakili siswa yang diajar dengan TPS dan memiliki kemampuan awal tinggi
serta motivasi berprestasi tinggi. Dan demikian seterusnya untuk kolom dan baris
yang lain.
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah dan variabel yang perlu
diberikan batasan, yaitu:
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Definisi Operasional: merupakan kegiatan pemberian pelajaran kepada siswa
secara terstruktur sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai serta terjadi
interaksi baik siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Model Pembelajaran
kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan MAM.
2. Kemampuan awal
Definisi operasional : kemampuan (pengetahuan) yang telah dimiliki sebelum
memperoleh kemampuan (pengetahuan) baru yang lebih tinggi dalam kegiatan
pembelajaran sebagai hasil dari generalisasi pengalaman yang relevan.
Kemampuan awal merupakan prasyarat untuk memperoleh kemampuan baru yang
lebih tinggi, sehingga dalam melakukan segala aktivitas, kemampuan awal sangat
berpengaruh terhadap aktivitas berikutnya. Kemampuan yang diperoleh siswa dari
pengalaman belajar sebelumnya dapat menjadi bekal untuk mengikuti pengalaman
belajar yang berikutnya. Skala Pengukuran : skala interval nilai skor tes multiple
choise.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3. Motivasi berprestasi
Definisi Operasional : adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan
dan mengarahkan seseorang dalam mencapai prestasi. Skala Pengukuran : skala
ordinal skor angket motivasi berprestasi.
4. Prestasi Belajar
Definisi operasional: Prestasi belajar merupakan hasil belajar dari proses
belajar yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dinyatakan
dengan angka. Skala pengukuran : skala interval nilai skor tes formatif.
C. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang dipakai adalah seluruh siswa kelas XI
IPA SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010 / 2011. Dengan pertimbangan
bahwa terdapat 6 kelas IPA dan sarana prasarana memadai.
2. Sampel
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil seluruh populasi
yangditeliti, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 2 kelas yang terdiri dari 1
kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan 1 kelas
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MAM.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini mengambil teknik sampel Cluster Random Sampling,
yaitu sampel yang diambil berdasarkan kelompok. Sampel yang dipilih bukan
sekelompok individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri melainkan individu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
individu yang bersama-sama berada dalam satu tempat dengan mempunyai
persamaan ciri yang ada hubungannya dengan variabel penelitian.
Populasi yang diambil yakni, seluruh siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 6
kelas. Dengan teknik cluster random sampling diambil 2 kelas sebagai sampel
penelitian yang kemudian dibagi menjadi 1 kelas eksperimen model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan 1 kelas eksperimen yang lain dengan model pembelajaran
kooperatif tipe MAM.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah :
1. Instrumen pelaksanaan
Instrumen ini digunakan dalam pembelajaran yang berupa silabus dan
rencana program pengajaran (RPP).
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan awal berbentuk multiple
choise dengan 5 (a , b, c, d, e) pilihan jawaban dan motivasi berprestasi fisika
berbentuk angket. Sedangkan tes prestasi belajar siswa berbentuk multiple choice
dengan 5 (a, b, c, d, e) pilihan jawaban.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan kerangka berpikir penelitian di atas, data yang didapat pada
penelitian ini berupa hasil tes kemampuan awal dan hasil angket motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
berprestasi fisika serta hasil tes prestasi belajar siswa yang didapat setelah terjadi
pembelajaran.
1. Tes kemampuan Awal
Tes kemampuan awal ini digunakan untuk mendapatkan data kemampuan
(pengetahuan) yang telah dimiliki sebelum memperoleh kemampuan
(pengetahuan) baru yang lebih tinggi. Tes ini dilakukan sebelum memperoleh
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan MAM. Tes kemampuan awal siswa
berbentuk multiple choice dengan 5 (a, b, c, d, e) pilihan jawaban sebanyak 25
soal.
2. Angket Motivasi berprestasi
Angket merupakan daftar salah satu teknik pengambilan data. Angket
merupakan daftar pertanyaan maupun pernyataan yang diisi oleh koresponden
untuk mendapatkan data tentang motivasi berprestasi. Bentuk angket yang dipakai
adalah angket langsung dan tertutup. Angket ini diberikan sebelum memperoleh
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan MAM. Angket motivasi berprestasi fisika
sebanyak 35 butir soal dengan 4 alternatif jawaban yaitu sangat sering (SS), sering
(S), kadang-kadang (KK), tidak pernah (TP).
3. Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar ini digunakan untuk mendapatkan data atau nilai hasil
belajar siswa pada pelajaran fisika tentang hukum gravitasi Newton, tes prestasi
belajar siswa berbentuk multiple choice dengan 5 (a, b, c, d, e) pilihan jawaban
sebanyak 30 soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian dilakukan uji coba
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan derajat kesukaran dari
tes tersebut.
1. Uji validitas
Untuk mengetahui kesahihan atau kevalidan instrumen dalam penelitian ini
digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson.
Σ Σ Σ
Σ Σ Σ Σ … … … … … … … 1
Persamaan 1 menunjukkan cara menentukan koefisien korelasi atau validitas
suatu item soal (rxy), dimana X skor item soal tertentu, Y skor item soal dan N
jumlah total subyek.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan, dikonsultasikan dengan tabel harga
kritik r product moment, sehingga dapat diketahui kriteria item. Kriteria item
dinyatakan valid, apabila :
, item pernyataan disebut valid
, item pernyataan disebut tidak valid.
Validitas soal dapat diklasifisikan sebagai berikut (Masidjo, 1995 :
242-246) :
Tabel 3.3 Klasifikasi validitas soal
Nilai Kualifikasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat rendah
2. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsini Arikunto (1997), reliabilitas adalah sesuatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Sehingga reliabilitas berhubungan dengan
kepercayaan. Suatu tes mempunyai tingkat kepercayaan tinggi apabila tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengukur indeks relialibilitas seluruh
pernyataan angket digunakan rumus alpha, yang dinyatakan dengan persamaan :
1 1Σ
… … … … … … … … 2
Persamaan 2 menunjukkan cara menentukan koefisien reabilitas suatu item soal
angket (r11), dimana n jumlah butir soal, Σ jumlah variansi skor dari tiap-tiap
butir soal, dan variansi total.
Sedangkan untuk menghitung reliabilitas tes prestasi belajar menggunakan
rumus KR-20, yang dinyatakan dengan persamaan :
1
Σ … … … … … … … … 3
Persamaan 3 menunjukkan cara menentukan koefisien reabilitas tes prestasi (r11),
dimana n jumlah butir soal, p indeks kesukaran, q = 1 – p, dan = variansi soal.
Hasil yang diperoleh dengan perhitungan, dikonsultasikan dengan tabel
product moment dengan taraf signifikansi 5% , maka diperoleh hasil dengan
kriteria sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1. Jika harga maka keputusannya butir soal dikatakan reliable.
2. Jika harga maka keputusannya butir soal dikatakan tidak reliable.
Hasil perhitungan nilai reliabilitas dengan persamaan alpha dapat
diklasifikasikan, sebagai berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi reliabilitas angket
Nilai Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat rendah
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana butir soal mampu
membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan
kriteria tertentu. Seluruh peserta dibedakan menjadi dua kelompok yaitu atas dan
bawah. Siswa-siswa yang tergolong kelompok atas adalah siswa-siswa yang
memiliki skor tinggi, sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah
adalah siswa-siswa yang memiliki skor rendah. Untuk mengetahui daya pembeda
dari masing-masing item soal digunakan rumus :
… … … … … 4
Persamaan 4 menunjukkan cara menentukan Indeks Diskriminasi soal atau daya
pembeda soal (ID), dimana KA jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar, KB jumlah kelompok bawah yang menjawab benar, NKA jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
yang tergolong kelompok atas, NKB jumlah siswa yang tergolong kelompok
bawah, dan Smax skor maksimal.
Indeks Diskriminasi soal dapat diklasifikasikan, sebagai berikut :
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Diskriminasi
Nilai ID Kualifikasi
0,81 – 1,00 Sangat membedakan
0,60 – 0,79 Lebih Membedakan
0,40 – 0,59 Cukup Membedakan
0,20 – 0,39 Kurang Membedakan
Negatif – 0,19 Sangat Kurang Membedakan
Berdasarkan hasil uji coba instrument tes prestasi belajar fisika aspek kognitif
dapat diketahui besarnya indeks diskriminasi masing-masing item soal. Indeks
Diskriminasi item soal tes prestasi belajar fisika terdiri dari lima tingkatan seperti
pada tabel 3.5. Dari uji taraf pembeda soal tes pestasi belajar fisika diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 3.6. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Pembeda Tes Prestasi Belajar
Jumlah
Item Soal Nomor Soal
Sangat Membedakan(SB) 0 -
Lebih Membedakan (LB) 4 3,4,5,25
Cukup Membedakan (CB) 16 6,8,9,11,12,13,15,19,21,22,23,2
4,27,28,29,30
Kurang Membedakan (KB) 9 1,2,7,10,14,16,17,20,26
Sangat Kurang Membedakan (SKB) 1 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
4. Uji Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran memadai
dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran soal
dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran adalah bilangan yang
merupakan hasil perbandingan jawaban benar. Untuk mengukur Indeks kesukaran
soal digunakan rumus sebagai berikut :
… … … … … … … … 5
Persamaan 5 menunjukkan cara menentukan indeks kesukaran soal (IK), dimana
B jumlah siswa yang menjawab benar, N jumlah total peserta tes, dan Smax skor
maksimal.
Menurut ketentuan indeks kesukaran dibuat klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai Kualifikasi
0,91 - 1,00 Mudah Sekali
0,71 – 0,90 Mudah
0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Sukar
0,00 – 0,20 Sukar Sekali
Berdasarkan hasil uji coba instrument tes prestasi belajar fisika aspek kognitif
dapat diketahui besarnya indeks kesukaran masing-masing item soal. Indeks
kesukaran item soal tes prestasi belajar fisika terdiri dari lima tingkatan, seperti
pada tabel 3.7. Dari uji taraf pembeda soal tes prestasi belajar fisika diperoleh
hasil yang disajikan pada tabel 3.8 data selengkapnya dapat dilihat pada lamp. 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes Prestasi Belajar
Kriteria Jumlah Item Soal Nomor Soal
Mudah Sekali (MS) 0 - Mudah (Md) 4 2,7,9,14 Sedang (Sd) 23 1,3,4,5,6,8,11,13,15,16,17,18,19,20,21,23,24,25,26,27,
28,29,30 Sukar (S) 3 10,12,22 Sukar Sekali (SS) 0 -
Pada penelitian ini terdapat 30 soal tes prestasi belajar yang diujicobakan.
Setelah diolah terdapat 29 soal yang valid dan 1 soal yang tidak valid yaitu nomor
18, namun diperbaiki dengan mengubah soal tersebut menjadi cukup
membedakan. Soal tes prestasi belajar diambil dari 30 butir soal dengan
pertimbangan sudah mewakili semua indikator bahan ajar. Untuk tes kemampuan
awal dari 30 butir item yang diujicobakan diperoleh 25 butir soal yang valid dan 6
soal yang tidak valid yaitu nomor 9, 11, 13, 21, 27, dan 28, namun no. 27 di
perbaiki. Soal tes kemampuan awal diambil dari 25 butir soal dengan
pertimbangan sudah mewakili semua indikator bahan ajar. Sedangkan untuk
angket motivasi berprestasi dari 40 butir item yang diujicobakan diperoleh 34
butir soal yang valid dan 6 soal yang tidak valid yaitu soal nomor1, 4, 12, 13, 23
dan 25, namun no. 12 di perbaiki. Angket motivasi berprestasi diambil 35 butir
soal dengan pertimbangan sudah mewakili semua indikator.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian ini diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dihitung dengan menggunakan
software Minitab 15.
1) Menetapkan hipotesis
: sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.
Ketentuan pengambilan kesimpulan ditolak jika dan
diterima jika . Tingkat signifikasi yang digunakan 0,05.
b. Uji Homogenitas
Dalam teknik analisis varians, selain uji normalitas. Sampel dari populasi
yang terdiri dari dua varians dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui
apakah varians-varians tersebut sama atau tidak. Jika populasi memiliki varians-
varians yang sama dikatakan populasi-populasi yang homogen. Uji ini dihitung
dengan menggunakan ...
1) Menetapkan Hipotesis
: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang
homogen
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang
homogen.
2) Statistik Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Statistik uji menggunakan tes for equal variances. Ketentuan pengambilan
kesimpulan ditolak jika dan diterima jika
. Tingkat signifikasi yang digunakan 0,05.
2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan analisis varians tiga jalan dengan sel tidak sama.
Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikasi efek tiga variabel bebas
terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap
variabel terikat.
a. Anava
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS dan
MAM terhadap prestasi belajar fisika pada kompetensi hukum gravitasi
Newton.
2) : Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS dan MAM
terhadap prestasi belajar fisika tentang hukum gravitasi Newton.
3) : Tidak terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar fisika tentang hukum gravitasi Newton.
4) : Ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar fisika
tentang hukum gravitasi Newton.
5) : Tidak ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
fisika tentang hukum gravitasi Newton.
6) : Ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika
tentang hukum gravitasi Newton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
7) : Tidak terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan
MAM dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika
8) : Terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan MAM
dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar fisika tentang hukum
gravitasi Newton.
9) : Tidak terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan
MAM dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
fisika tentang hukum gravitasi Newton.
10) : Terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran TPS dan MAM
dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika
tentang hukum gravitasi Newton.
11) : Tidak terdapat interaksi hubungan antara pengaruh kemampuan awal
dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika tentang hukum
gravitasi Newton.
12) : Terdapat interaksi antara pengaruh kemampuan awal dan motivasi
berprestasi siswa terhadap prestasi belajar fisika tentang hukum gravitasi
Newton.
13) : Tidak terdapat interaksi antara pengaruh penggunaan model
pembelajaran TPS dan MAM, kemampuan awal dengan motivasi berprestasi
siswa terhadap prestasi belajar fisika tentang hukum gravitasi Newton.
14) : Terdapat interaksi antara pengaruh penggunaan model TPS dan MAM,
kemampuan awal dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
fisika tentang hukum gravitasi Newton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Statistik Uji
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan ditolak jika dan diterima jika
. Tingkat signifikasi yang digunakan 0,05.
c. Uji Lanjut Pasca Anava Tiga Jalan
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variable bebas dan variable terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian data yang diperoleh merupakan data prestasi belajar pada
ranah kognitif dan afektif, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi. Data
tersebut diperoleh dari kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen I yang
menggunakan model Think Pair Share (TPS), dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas
eksperimen II yang menggunakan model Make a Macth (MAM). Adapun masing-
masing deskripsi data kami paparkan sebagai berikut :
1. Data Prestasi Belajar Fisika Aspek Kognitif
a. Data Kemampuan Awal Siswa
Dalam penelitian ini, data kemampuan awal siswa diukur menggunakan
tes kemampuan awal berupa soal-soal pilihan ganda yang diberikan kepada para
siswa. Pemberian tes dilaksanakan sebelum penelitian. Kemampuan awal dibagi
menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Kategori kemampuan awal tinggi
ditentukan jika skor kemampuan awal lebih besar atau sama dengan rata-rata
kemampuan awal seluruh siswa. Sedangkan kategori rendah ditentukan jika skor
kemampuan awal kurang dari rata-rata kemampuan awal seluruh siswa. Deskripsi
dari data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Deskripsi Data Kemampuan Awal
Kemampuan Awal
Jumlah Data Nilai Maksimum
Nilai Minimum Rerata SD
Tinggi 30 83 63 74,00 7,23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Rendah 34 77 57 69,18 5,48
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan bahwa jumlah
siswa dengan kemampuan awal tinggi sebanyak 30 siswa, sedangkan jumlah
siswa dengan kemampuan awal rendah sebanyak 34 siswa. Rerata prestasi belajar
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi sebesar 74,00, dan rerata prestasi
belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah sebesar 69,18. Dengan kata
lain, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memperoleh rerata hasil belajar
lebih tinggi dibanding dengan siswa dengan kemampuan awal rendah.
Secara lebih detail, distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat
dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal Tinggi
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kum Frek. Persen
1 63-66 64,5 5 5 16,67% 2 67-70 68,5 6 11 20,00% 3 71-74 72,5 2 13 6,67% 4 75-78 76,5 7 20 23,33% 5 79-82 80,5 5 25 16,67% 6 83-86 84,5 5 30 16,67%
JUMLAH 30 100,0% Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal Rendah
No. Interval Tengah interval Frek. Frek. Kum %Frek. (%)
1 57-60 54,5 4 4 11,76 2 61-64 62,5 4 8 11,76 3 65-68 66,5 6 14 17,65 4 69-72 70,5 5 19 14,71 5 73-76 74,5 11 30 32,35
6 77-80 78,5 4 34 11,76
JUMLAH 34 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Table 4.2 dan 4.3 menjelaskan distribusi data kemampuan awal tinggi dan
rendah. Pada table 4.2 terlihat bahwa jumlah siswa dengan rentang nilai terendah
(63-66) sebanyak 5 siswa atau 16,67 % dari total 30 siswa. Dan selanjutnya untuk
kolom yang lain. Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah di
atas, disajikan histogram pada gambar 4.1 dan 4.2
84.580.576.572.568.564.5
7
6
5
4
3
2
1
0
Kog B1
Freq
uenc
y
M ean 74S tD ev 7.230N 30
Histogram of Kog B1Norm a l
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Kelompok Kemampuan awal Tinggi
78.574.570.566.562.558.5
12
10
8
6
4
2
0
Kog B2
Freq
uenc
y
Mean 69.18StDev 5.480N 34
Histogram of Kog B2Normal
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Kelompok Kemampuan Awal Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 4.2 dan 4.3 menunjukkan histogram prestasi belajar kelompok
kemampuan awal tinggi dan rendah. Seperti terlihat pada gambar 4.2 batang
histogram terendah pada nilai tengah 72,5 dengan jumlah 2 siswa. Dan batang
histogram tertinggi pada nilai tengah 76,5 dengan jumlah 7 siswa. Demikian
selanjutnya untuk masing-masing batang histogram yang lain.
b. Data Motivasi Berprestasi Siswa
Dalam penelitian ini, data motivasi berprestasi siswa diperoleh dari
pengisian angket motivasi berprestasi yang diberikan kepada siswa sebagai
responden. Pemberian angket dilaksananakan sebelum penelitian dilakukan.
Motivasi berprestasi siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah.
Motivasi berprestasi siswa dikategorikan tinggi jika skor motivasi berprestasi
lebih tinggi atau sama dengan rata-rata skor motivasi berprestasi kelas (means),
dan dikategorikan motivasi berprestasi rendah jika skor motivasi berprestasi
kurang dari rata-rata skor motivasi berprestasi kelas (means). Adapun deskripsi
data motivasi berprestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4. Deskripsi Data Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi
Jumlah Data Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Rerata SD
Tinggi 23 83 57 74,30 6,26
Rendah 41 83 60 69,83 6,56
Dari tabel 4.4 di atas bahwa secara keseluruhan jumlah siswa dengan
motivasi berprestasi tinggi sebanyak 23 siswa. Sedangkan jumlah siswa dengan
motivasi berprestasi rendah sebanyak 41 siswa. Rerata prestasi belajar siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah 74,30, dan rerata prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah 69,83. Dengan demikian, siswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh rerata prestasi belajar yang
lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Secara lebih rinci, distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat
dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Motivasi Berprestasi Tinggi
No. Interval Tengah Frek Frek. Kum % frekuensi Interval 0 (%)
1 57 - 62 59.5 1 1 4.35 2 63 - 68 65.5 3 4 13.04 3 69 - 74 71.5 9 13 39.13 4 75 - 80 77.5 6 19 26.09 5 81 - 86 83.5 4 23 17.39 6 Jumlah 23 100
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Motivasi Berprestasi Rendah
No. Interval Tengah Frek Frek. Kum % frekuensi Interval 0 (%)
1 60 - 63 61.5 12 12 29.27 2 64 - 67 65.5 8 20 19.51 3 68 - 71 69.5 5 25 12.20 4 72 - 75 73.5 5 30 12.20 5 76 - 79 77.5 6 36 14.63 6 80 - 83 81.5 5 41 12.20 Jumlah 41 100
Table 4.5 dan 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi data motivasi
berprestasi tinggi dan rendah. Pada table 4.6 terlihat bahwa pada rentang nilai
terendah (60-63) terdapat 12 siswa atau 29,27 % dari 43 siswa. Untuk
memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dan rendah di atas, disajikan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
83.577.571.565.559.5
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Kog C1
Freq
uenc
y
Mean 74.30StDev 6.263N 23
Histogram of Kog C1Normal
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Kelompok Motivasi Berprestasi Tinggi
81.577.573.569.565.561.5
12
10
8
6
4
2
0
Kog C2
Freq
uenc
y
Mean 69.83StDev 6.557N 41
Histogram of Kog C2Normal
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Belajar Kelompok Motivasi Berprestasi Rendah
Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan histogram prestasi kelompok motivasi
tinggi dan rendah. Seperti pada gambar 4.3 batang histogram tertinggi berada pada
nilai tengah 71,5 dengan jumlah 9 siswa, dan batang histogram terendah pada nilai
tengah 59,5 dengan jumlah 1 siswa. Demikian selanjutnya untuk masing-masing
batang histogram yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Data Prestasi Belajar Fisika
Dalam penelitian ini prestasi belajar fisika pada ranah kognitif
(kemampuan dalam mengerjakan soal-soal tes pada materi Hukum Gravitasi
Newton) disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Model Jumlah Data Nilai Tertinggi
Nilai Terendah Rerata SD
TPS 32 83 60 73,09 6,22 MAM 32 83 57 69,78 6,96
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar ranah
kognitif siswa pada kelas dengan model pembelajaran TPS adalah 73,09,
sedangkan pada kelas dengan model pembelajaran MAM adalah 69,78. Terlihat
bahwa ada selisih dari rerata kedua media tersebut, dimana rerata untuk kelas
dengan model pembelajaran TPS memiliki rerata yang lebih besar dibandingkan
dengan rerata untuk kelas dengan model pembelajaran MAM.
1) Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model
Pembelajaran TPS
Distribusi frekuensi prestasi belajar fisika siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran TPS (kelas Eksperimen I) disajikan pada tabel
4.8
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas Eksperimen I (Model TPS) No. Interval Tengah Frekuensi Frek. Kum % frekuensi
Interval 0 (%) 1 60 - 63 61.5 4 4 12.50 2 64 - 67 65.5 4 8 12.50 3 68 - 71 69.5 3 11 9.38 4 72 - 75 73.5 8 19 25.00 5 76 - 79 77.5 7 26 21.88 6 80 - 83 81.5 6 32 18.75 Jumlah 32 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Selain dalam bentuk tabel, untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi
belajar, disajikan pula histogram sebagai berikut :
81.577.573.569.565.561.5
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Kog A1
Freq
uenc
y
Mean 73.09StDev 6.218N 32
Histogram of Kog A1Normal
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Kelas Eksperimen I (Model TPS)
Tabel 4.8 dan gambar 4.5 memberikan informasi bahwa frekuensi terbesar
yaitu sebanyak 8 siswa, adalah siswa yang memperoleh nilai pada rentang antara
72 hingga 75. Dimana rerata prestasi belajar kelas Eksperimen I (model
pembelajaran TPS) sebesar 73,09 berada pada rentang tersebut. Sedangkan
frekuensi terendah berada pada rentang antara 68 hingga 71, yaitu sebanyak 3
siswa.
2) Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model
Pembelajaran MAM
Tabel 4.9 di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan distribusi
frekuensi prestasi belajar siswa pada kelas dengan model pembelajaran MAM :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas Eksperimen II (Model MAM)
Interval Tengah Frek. Frek. Kum % frekuensi No. Interval 0 (%)
1 57 - 61 59.0 3 3 9.38 2 62 - 66 64.0 6 9 18.75 3 67 - 71 69.0 10 19 31.25 4 72 - 76 74.0 5 24 15.63 5 77 - 81 79.0 6 30 18.75 6 82 - 86 84.0 2 2 6.25 Jumlah 32 100
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar di atas disajikan
pula grafik histogram pada gambar 4.6
847974696459
10
8
6
4
2
0
Kog A2
Freq
uenc
y
Mean 69.78StDev 6.964N 32
Histogram of Kog A2Normal
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Belajar Kelas Eksperimen II (Model MAM)
Tabel 4.9 dan gambar 4.6 memberikan informasi bahwa frekuensi tertinggi
berada pada rentang prestasi antara 67 hingga 71, yaitu sebanyak 10 siswa,
dimana pada rentang tersebut terletak rerata prestasi belajar fisika untuk kelas
Eksperimen II (model MAM) sebesar 69,78. Sedangkan frekuensi terendah berada
pada rentang prestasi antara 82 hingga 86 dan antara rentang prestasi 83 hingga 86
yaitu sebanyak 2 siswa.
Berikut ini disajikan deskripsi distribusi data secara keseluruhan sesuai
dengan desain pembelajaran dalam penelitian, yaitu pada tabel 4.4 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 4.10. Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan
Model Pembelajaran TPS MAM
Kemampuan Awal
Tinggi
Motivasi Berprestasi
Tinggi
N = 4 = 80.75
SD = 2.87
N = 6 =76.0
SD = 6.29 Motivasi Berprestasi
Rendah
N = 9 = 73.44
SD = 7.38
N = 11 = 70.91
SD = 7.37
Kemampuan Awal
Rendah
Motivasi Berprestasi
Tinggi
N = 8 = 73.38
SD = 3.62
N = 5 = 68.60
SD = 6.99 Motivasi Berprestasi
Rendah
N = 11 = 69.82
SD = 5.40
N = 10 = 65.40
SD = 3.69
Dari tabel 4.10 tersebut dapat diamati hubungan antara model
pembelajaran TPS dan MAM, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi
terhadap nilai rerata siswa. Dapat dilihat bahwa model pembelajaran TPS
memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh
nilai rerata tertinggi yaitu 80,75. Sedangkan model pembelajaran MAM memiliki
kemampuan awal rendah dan motivasi berprestasi rendah memperoleh nilai rerata
terendah yaitu 65,40.
Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat secara keseluruhan rerata
prestasi belajar siswa yang cukup bervariasi, sebagaimana tercantum pada tabel
4.11
Tabel 4.11. Rerata Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Model
Pembelajaran
Kemampuan Awal Tinggi Kemampuan Awal Rendah
Motivasi
Berprestasi
Tinggi
Motivasi
Berprestasi
Rendah
Motivasi
Berprestasi
Tinggi
Motivasi
Berprestasi
Rendah
TPS 80,75 73,44 73,38 69,82
MAM 76,00 70,91 68,60 65,40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar siswa
untuk model pembelajaran TPS diperoleh rerata tertinggi sebesar 80,75 pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi.
Untuk model pembelajaran MAM diperoleh rerata tertinggi sebesar 76,00 pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi.
Sedangkan untuk rerata prestasi belajar terendah pada model pembelajaran TPS
diperoleh rerata prestasi belajar sebesar 69,82 pada siswa yang memiliki
kemampuan awal belajar rendah dan motivasi berprestasi rendah. Untuk model
pembelajaran MAM rerata prestasi belajar terendah sebesar 65,40 pada siswa
yang memiliki kemampuan awal rendah dan motivasi berprestasi rendah.
2. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif
Dalam penelitian ini prestasi belajar fisika selain mencakup ranah kognitif
seperti tersebut di atas juga mencakup ranah afektif (sikap siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model TPS dan MAM). Untuk memudahkan
dalam pembacaan data hasil belajar fisika ranah afektif, berikut ringkasan dari
lampiran dan disajikan dalam tabel 4.12
Tabel 4.12. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif
Model Jumlah Data Nilai
Tertinggi Nilai Terendah Rerata SD
TPS 32 110 87 96,38 5,52 MAM 32 108 85 94,59 5,31
Dari tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar ranah
afektif siswa pada kelas dengan model pembelajaran TPS adalah 96,38,
sedangkan pada kelas dengan model pembelajaran MAM adalah 94,59. Terlihat
bahwa ada selisih dari rerata kedua media tersebut, dimana rerata untuk kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dengan model pembelajaran TPS memiliki rerata yang lebih besar dibandingkan
dengan rerata untuk kelas dengan model pembelajaran MAM.
a. Data Prestasi Belajar Ranah Afektif pada Kelas TPS
Distribusi frekuensi prestasi belajar fisika ranah afektif siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran TPS (kelas Eksperimen I) disajikan pada
tabel 4.13
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen I (Model TPS)
No. Interval Tengah Frekuensi Frek. Kum % frekuensi Interval 0 (%)
1 87 - 90 88.5 6 6 18.75 2 91 - 94 92.5 4 10 12.50 3 95 - 98 96.5 12 22 37.50 4 99 - 102 100.5 6 28 18.75 5 103 - 106 104.5 2 30 6.25 6 107 - 110 108.5 2 32 6.25 Jumlah 32 100
Selain dalam bentuk tabel, untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi
belajar, disajikan pula histogram sebagai berikut :
108.5104.5100.596.592.588.5
12
10
8
6
4
2
0
Afk A1
Freq
uenc
y
Mean 96.38StDev 5.523N 32
Histogram of Afk A1Normal
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Belajar Ranah afektif Kelas Eksperimen I (Model TPS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4.13 dan gambar 4.7 memberikan informasi bahwa frekuensi
terbesar yaitu sebanyak 12 siswa, adalah siswa yang memperoleh nilai pada
rentang antara 95 hingga 98. Dimana rerata prestasi belajar kelas Eksperimen I
(model pembelajaran TPS) sebesar 96,38 berada pada rentang tersebut. Sedangkan
frekuensi terendah berada pada rentang antara 103 hingga 106 dan rentang 107
hingga 110, yaitu sebanyak 2 siswa.
b. Data Prestasi Belajar Ranah Afektif pada Kelas dengan Model
Pembelajaran MAM
Tabel 4.14 di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan distribusi
frekuensi prestasi belajar siswa pada kelas dengan model pembelajaran MAM :
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen II (Model
MAM)
Interval Tengah Frek. Frek. Kum % frekuensi No. Interval 0 (%)
1 85 - 88 86.5 3 3 9.38 2 89 - 92 90.5 8 11 25.00 3 93 - 96 94.5 9 20 28.13 4 97 - 100 98.5 9 29 28.13 5 101 - 104 102.5 1 30 3.13 6 105 - 108 106.5 2 32 6.25 Jumlah 32 100
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar di atas disajikan
pula grafik histogram pada gambar 4.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
106.5102.598.594.590.586.5
10
8
6
4
2
0
Afk A2
Freq
uenc
y
Mean 94.59StDev 5.309N 32
Histogram of Afk A2Normal
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen II (Model MAM)
Tabel 4.14 dan gambar 4.8 memberikan informasi bahwa frekuensi
tertinggi berada pada rentang prestasi antara 93 hingga 96 dan rentang 97 hingga
100, yaitu sebanyak 9 siswa, dimana pada rentang tersebut terletak rerata prestasi
belajar fisika untuk kelas Eksperimen II (model MAM) sebesar 94,59. Sedangkan
frekuensi terendah berada pada rentang prestasi antara 101 hingga 104 yaitu
sebanyak 1 siswa.
Berikut ini disajikan deskripsi distribusi data secara keseluruhan sesuai
dengan desain pembelajaran dalam penelitian, yaitu pada tabel 4.15
Tabel 4.15. Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan
Model Pembelajaran TPS MAM
Kemampuan Awal
Tinggi
Motivasi Berprestasi
Tinggi
N = 4 = 99.50
SD = 6.14
N = 6 =96.33
SD = 6.65 Motivasi Berprestasi
Rendah
N = 9 = 94.67
SD = 4.67
N = 11 = 96.00
SD = 7.52
Kemampuan Awal
Rendah
Motivasi Berprestasi
Tinggi
N = 8 = 96.62
SD = 6,41
N = 5 = 68.60
SD = 6.99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Motivasi Berprestasi
Rendah
N = 11 = 96.45
SD = 5.56
N = 10 = 94.40
SD = 4.67
Dari tabel 4.15 tersebut dapat diamati hubungan antara model
pembelajaran TPS dan MAM, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi
terhadap nilai rerata siswa. Dapat dilihat bahwa model pembelajaran TPS
memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh
nilai rerata tertinggi yaitu 99,50. Sedangkan model pembelajaran MAM memiliki
kemampuan awal rendah dan motivasi berprestasi rendah memperoleh nilai rerata
terendah yaitu 94,40.
Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat secara keseluruhan rerata
prestasi belajar siswa yang cukup bervariasi, sebagaimana tercantum pada tabel
4.16
Tabel 4.16. Rerata Prestasi Belajar Ranah Afektif
Model
Pembelajaran
Kemampuan Awal Tinggi Kemampuan Awal Rendah
Motivasi
Berprestasi
Tinggi
Motivasi
Berprestasi
Rendah
Motivasi
Berprestasi
Tinggi
Motivasi
Berprestasi
Rendah
TPS 99,50 94,67 96,62 96,45
MAM 96,33 93,18 96,00 94,40
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar siswa
untuk model pembelajaran TPS diperoleh rerata tertinggi sebesar 99,50 pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi.
Untuk model pembelajaran MAM diperoleh rerata tertinggi sebesar 96,33 pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi.
Sedangkan untuk rerata prestasi belajar terendah pada model pembelajaran TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
diperoleh rerata prestasi belajar sebesar 96,45 pada siswa yang memiliki
kemampuan awal belajar rendah dan motivasi berprestasi rendah. Untuk model
pembelajaran MAM rerata prestasi belajar terendah sebesar 94,40 pada siswa
yang memiliki kemampuan awal rendah dan motivasi berprestasi rendah.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji F dengan bantuan software MINITAB
15 memakai model probability plot dari Ryan-Joiner. Uji normalitas ini
menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, dimana bila harga P-value data yang
diperoleh lebih besar atau sama dengan α = 0,05 maka H0 diterima atau dikatakan
bahwa data tersebut berasal dari populasi normal. Rangkuman hasil uji normalitas
prestasi belajar siswa pada signifikasi 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.17
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Kelompok RJ P value Keterangan
Tipe Pembelaran TPS 0.996 > 0.100 Normal
Tipe Pembelaran MAM 0.994 > 0.100 Normal
K. Awal Tinggi 0.979 > 0.100 Normal
K. Awal Rendah 0.991 > 0.100 Normal
Motivasi Berprestasi Tinggi 0.985 > 0.100 Normal
Motivasi Berprestasi Rendah 0.988 > 0.100 Normal
TPS, K.Awal Tinggi, Motivasi Belajar Tiggi 0.999 > 0.100 Normal
TPS, K.Awal Tinggi, Motivasi Belajar Rendah 0.963 > 0.100 Normal
TPS, K.Awal Rendah, Motivasi Belajar Tiggi 0.998 > 0.100 Normal
TPS, K.Awal Rendah, Motivasi Belajar Rendah 0.964 > 0.100 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
MAM, K.Awal Tinggi, Motivasi Belajar Tiggi 0.999 > 0.100 Normal
MAM, K.Awal Tinggi, Motivasi Belajar Rendah 0.976 > 0.100 Normal
MAM, K.Awal Rendah, Motivasi Belajar Tiggi 0.978 > 0.100 Normal
MAM, K.Awal Rendah, Motivasi Belajar Rendah 0.991 > 0.100 Normal
Dari tabel 4.17 di atas dapat di lihat bahwa semua P-value yang dihasilkan
> α (0,05) sehingga dapat disimpulkan semua data yang ada berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji F dengan bantuan software MINITAB 15 dengan tingkat
signifikan α = 0,05 dimana jika harga P-value data yang diperoleh lebih besar atau
sama dengan α = 0,05 maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Jika uji
homogenitas terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji analisis variansi
(Anava). Rangkuman hasil uji homogenitas pada data prestasi belajar adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Faktor N F – test /
Bartlett
P value Ket.
Pembel Kooperatif : Tipe TPS
: Tipe MAM
K. Awal : Tinggi
: Rendah
Motivasi Berprestasi : Tinggi
: Rendah
AntarSel:TPS*KA Tinggi*MB Tinggi
TPS*KA Tinggi*MB Rendah
TPS*KA Rendah*MB Tinggi
32
32
30
34
23
41
4
9
8
0.80
1.74
0.91
9.39
0.532
0.125
0.838
0.226
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
TPS*KA Rendah*MB Rendah
MAM*KA Tinggi*MB Tinggi
MAM*KA Tinggi*MB Rendah
MAM*KA Rendah*MB Tinggi
MAM*KA Rendah*MB Rendah
11
6
11
5
10
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa semua P-value yang dihasilkan > α
(0,05) yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Anava Tiga Jalan Isi Sel Tidak Sama
Setelah pengujian prasyarat terpenuhi maka pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan pengaruh model pembelajaran TPS dan MAM ditinjau
dari kemampuan awal dan motivasi berprestasi siswa.
Data-data yang diperoleh dari penelitian berupa data prestasi belajar,
kemampuan awal, motivasi berprestasi siswa dianalisis dengan Anava tiga jalan
(2x2x2) dengan isi sel tidak sama menggunakan bantuan software MINITAB 15
dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria uji yang ditetapkan adalah jika nilai
signifikan P-value < α (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berikut ini
disajikan hasil uji Anava :
Result 4.1 Hasil Uji Anava
Factor Type Levels Values Tipe Pembel(A) fixed 2 1, 2 K.Awal(B) fixed 2 1, 2 Motiv Berprest(C) fixed 2 1, 2 Analysis of Variance for Kognitif, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Tipe Pembel(A) 1 175.56 239.33 239.33 7.04 0.010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
K.Awal(B) 1 444.45 503.88 503.88 14.83 0.000 Motiv Berprest(C) 1 315.85 323.33 323.33 9.51 0.003 Tipe Pembel(A)*K.Awal(B) 1 6.12 3.21 3.21 0.09 0.760 Tipe Pembel(A)*Motiv Berprest(C)1 2.01 5.83 5.83 0.17 0.680 K.Awal(B)*Motiv Berprest(C) 1 27.73 28.03 28.03 0.82 0.368 Tipe Pembel(A)*K.Awal(B)* 1 3.04 3.04 3.04 0.09 0.766 Motiv Berprest(C) Error 56 1902.99 1902.99 33.98 Total 63 2877.75 S = 5.82941 R-Sq = 33.87% R-Sq(adj) = 25.61%
Berdasarkan analisis variansi tiga jalan di atas didapatkan hasil-hasil
sebagai berikut :
a. Hipotesis Pertama
P-value (0,010) < α (0,05) dengan demikian Ho1 ditolak dan H11 diterima.
Artinya ada pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS dan MAM terhadap
prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton.
b. Hipotesis Kedua
P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho2 ditolak dan H12 diterima.
Artinya ada pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Hukum Gravitasi Newton.
c. Hipotesis Ketiga
P-value (0,003) < α (0,05) dengan demikian Ho3 ditolak dan H13 diterima.
Artinya ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Hukum Gravitasi Newton.
d. Hipotesis Keempat
P-value (0,760) > α (0,05) dengan demikian Ho12 diterima dan H112
ditolak. Artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
MAM dengan kemampuan awal tinggi rendah terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Hukum Gravitasi Newton.
e. Hipotesis Kelima
P-value (0,680) > α (0,05) dengan demikian Ho13 diterima dan H113
ditolak. Artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS dan
MAM dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi
Hukum Gravitasi Newton.
f. Hipotesis Keenam
P-value (0,368) > α (0,05) dengan demikian Ho23 diterima dan H123
ditolak. Artinya tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton.
g. Hipotesis Ketujuh
P-value (0,766) > α (0,05) dengan demikian Ho123 diterima dan H1123
ditolak. Artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran TPS dan
MAM, kemampuan awal, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika
pada materi Hukum Gravitasi Newton.
2. Uji Lanjut Anava
Setelah dilakukan uji analisis variansi, maka tahap selanjutnya adalah
dilakukan uji lanjut anava terhadap hasil pengujian dengan Ho ditolak. Uji lanjut
bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih berpengaruh. Berdasarkan
hasil uji anava, maka hipotesis yang perlu dilakukan adalah Hipotesis pertama,
hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
a. Model Pembelajaran TPS dan MAM
Gambar 4.9. Uji Lanjut Pembelajaran TPS dan MAM (A1 dengan A2)
21
74
73
72
71
70
69
Tipe Pembel(A)
Mea
n
69.788
73.087
71.437
Uji Lanjut Anava pada Tipe Pembelajaran Alpha = 0.05
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 4.9 di atas terlihat bahwa garis
biru pembelajaran tipe TPS (1) berada pada posisi atas dibanding tipe MAM (2).
Hal ini menunjukkan bahwa tipe pembelajaran TPS lebih baik dibanding dengan
tipe MAM, dimana kelas TPS memiliki nilai rata-rata 73,087 di atas nilai rata-rata
gabungan TPS dan MAM (garis warna hijau) sedangkan kelas MAM memiliki
nilai rata-rata 69,788 di bawah nilai rata-rata gabungan. Antara kelas TPS dan
MAM tidak bersinggungan sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara keduanya.
b. Kemampuan Awal Siswa
Gambar 4.10. Uji Lanjut Kemampuan Awal Siswa (B1 dengan B2)
21
75
74
73
72
71
70
69
68
K.Awal(B)
Mea
n
69.726
73.149
71.437
Uji Lanjut Anava pada Kemampuan AwalAlpha = 0.05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 4.10 di atas terlihat bahwa rata-
rata prestasi siswa pada kemampuan awal tinggi (1) berada pada posisi atas
dibanding kemampuan awal rendah (2). Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik
dibanding dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. (Garis hijau
menunjukkan rata-rata kemampuan awal)
c. Motivasi Berprestasi Siswa
Gambar 4.11. Uji Lanjut Motivasi Berprestasi Siswa (C1 dengan C2)
21
75
74
73
72
71
70
69
68
Motiv Berprest(C)
Mea
n
70.053
72.822
71.437
Uji Lanjut Anava pada Motivasi BerprestasiAlpha = 0.05
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 4.11 di atas terlihat bahwa
prestasi siswa pada motivasi berprestasi tinggi (1) berada pada posisi atas
dibanding motivasi berprestasi rendah (2). Hal ini menunjukkan bahwa siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik
dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. (Garis
hijau menunjukkan rata-rata kemampuan kognitif pada motivasi berpestasi tinggi
dan rendah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil perhitungan uji anava tiga jalan diperoleh P-value (0,010) < α
(0,05) dengan demikian Ho1 ditolak dan H11 diterima. Artinya terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran TPS dan MAM terhadap prestasi belajar fisika
pada materi Hukum Gravitasi Newton. Hal ini sesuai dengan teori yang telah
diungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua model pembelajaran yang
karakteristiknya berbeda akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap
prestasi belajar. Meskipun pembelajaran yang digunakan sama, yaitu
pembelajaran kooperatif, akan tetapi model yang digunakan berbeda. Hal ini akan
memberi pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar siswa.
Rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
TPS = 73,09 sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran MAM = 69,78 (lihat table 4.7). Melihat rerata prestasi belajar, siswa
yang menggunakan pembelajaran TPS mempunyai prestasi belajar lebih baik
daripada yang menggunakan MAM. Hal ini dikarenakan model TPS memiliki
proseduryang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain (Muslimin Ibrahim, dkk,
2000:26). Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa yang di ajar
menggunakan model pembelajaran TPS mempunyai labih banyak waktu dan lebih
berkonsentrasi dalam mengerjakan soal-soal latihan. Sedangkan pada kelas yang
di ajar menggunakan model pembelajaran MAM lebih banyak menghabiskan
waktu untuk mencari pasangan sehingga konsentrasinya berkurang pada waktu
mengerjakan soal-soal latihan.
2. Hipotesis Kedua
P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho2 ditolak dan H12 diterima.
Artinya ada pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Hukum Gravitasi Newton. Dalam pembelajaran, kemampuan awal
merupakan prasyarat agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.
Kemampuan awal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
penguasaan materi bahan pelajaran antara masing-masing siswa. Pengetahuan
awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga
memudahkan untuk dapat melaksanakan proses belajar dengan baik. Guru perlu
mengetahui kemampuan awal siswa supaya dapat menentukan strategi
pembelajaran sesuai tujuan instruksional, dalam arti dapat menentukan alternatif
langkah yang paling tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1996 : 133),
pada awal proses belajar mengajar, siswa belum mempunyai kemampuan yang
dijadikan tujuan dari interaksi guru dan siswa, bahkan terdapat jurang antara
tingkah laku siswa pada awal dan pada akhir proses maka proses, sebagaimana
yang telah dibahas dalam kajian teori tentang kemampuan awal halaman 26-28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh
kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton. Siswa dengan kemampuan awal tinggi memperoleh prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Rerata hasil
prestasi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah masing-masing
adalah 74,00 dan 69,18 (tabel 4.6). Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
kemampuan awal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
penguasaan materi bahan pelajaran antara masing-masing siswa. Pengetahuan
awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga
memudahkan untuk dapat melaksanakan proses belajar dengan baik. Seorang
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menguasai dan
memahami materi selanjutnya. Sehingga sangat mungkin jika siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi memperoleh prestasi yang lebih baik pula
dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
Meskipun demikian, tidak semua siswa yang memperoleh prestasi belajar
tinggi juga memiliki kemampuan awal yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada
siswa sebagian siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi namun pretasi
belajar rendah. Hal ini dimungkinkan karena terdapat hal-hal lain yang
mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya ada atau tidaknya hasrat dan
keinginan berhasil, ada atau tidaknya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, ada
atau tidaknya harapan dan cita-cita masa depan, ada atau tidaknya penghargaan
dalam belajar, ada atau tidaknya kegiatan menarik dalam belajar, serta ada atau
tidaknya lingkungan belajar yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3. Hipotesis Ketiga
P-value (0,003) < α (0,05) dengan demikian Ho3 ditolak dan H13 diterima.
Artinya ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Hukum Gravitasi Newton. Dalam pembelajaran, motivasi berprestasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai pelajaran yang diikutinya dan meraih prestasi setinggi-tingginya pada
materi tersebut. Tanpa motivasi berprestasi, siswa tidak akan tertarik dan serius
dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi berprestasi
yang tinggi siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses
pembelajaran. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi siswa akan berupaya
sekuat-kuatnya dan dengan menempuh berbagai strategi positif untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar, sebagaimana yang telah dibahas dalam kajian teori
tentang motivasi berprestasi halaman 28-31.
Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Rerata
hasil prestasi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah masing-
masing adalah 74,30 dan 69,83 (tabel 4.9). Seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa motivasi berprestasi dapat menentukan penguatan belajar, memperjelas
tujuan belajar, serta menentukan ketekunan belajar. Seorang siswa yang telah
termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan
tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Sehingga sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
mungkin jika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh
prestasi yang lebih baik pula dibandingkan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah.
Meskipun demikian, tidak semua siswa yang memperoleh prestasi belajar
tinggi juga memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada
siswa sebagian siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi namun pretasi
belajar rendah. Hal ini dimungkinkan karena terdapat hal-hal lain yang
mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya ada atau tidaknya hasrat dan
keinginan berhasil, ada atau tidaknya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, ada
atau tidaknya harapan dan cita-cita masa depan, ada atau tidaknya penghargaan
dalam belajar, ada atau tidaknya kegiatan menarik dalam belajar, serta ada atau
tidaknya lingkungan belajar yang kondusif.
4. Hipotesis Keempat
P-value (0,760) > α (0,05) dengan demikian Ho4 diterima dan H14 ditolak.
Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal
terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton. Tidak
adanya interaksi ini antara model pembelajaran dengan kemampuan awal dapat
dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran fisika
menggunakan model TPS lebih baik daripada menggunakan model MAM
terhadap prestasi belajar. Sedangkan pada hipotesis kedua kemampuan awal
dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Pada pembelajaran
fisika dengan menggunakan model TPS maupun MAM, semakin tinggi
kemampuan awal siswa, akan semakin tinggi pula prestasinya. Sehingga apapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
model pembelajaran yang diterapkan, siswa yang memiliki kemampuan awal
tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah. Karena pengaruh yang ditimbulkan saling
independen maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara model
pembelajaran dengan kemampuan awal siswa.
5. Hipotesis Kelima
P-value (0,680) > α (0,05) dengan demikian Ho5 diterima dan H15 ditolak.
Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton.
Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi
dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran
fisika menggunakan model TPS lebih baik daripada menggunakan model MAM
terhadap prestasi belajar. Sedangkan hipotesis ketiga motivasi berprestasi
dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Pada pembelajaran
fisika dengan menggunakan model TPS maupun MAM, semakin tinggi motivasi
berprestasi siswa, akan semakin tinggi pula prestasinya. Sehingga apapun model
pembelajaran yang diterapkan, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah. Karena pengaruh yang ditimbulkan saling
independen maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa.
6. Hipotesis Keenam
P-value (0,368) > α (0,05) dengan demikian Ho6 diterima dan H16 ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Artinya tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum gravitasi Newton. Tidak
adanya interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi berprestasi dapat
dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis kedua, kemampuan awal
dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan hipotesis
ketiga motivasi berprestasi dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar. Semakin tinggi kemampuan awal siswa, akan semakin tinggi pula
prestasinya, motivasi berprestasi juga menunjukkan efek yang sama, semakin
tinggi motivasi berprestasi, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya,
sehingga keduanya mempengaruhi prestasi secara independen yang menyebabkan
tidak terjadinya interaksi.
7. Hipotesis Ketujuh
P-value (0,766) > α (0,05) dengan demikian Ho7 diterima dan H17 ditolak.
Artinya tidak ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan awal dan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton. Tidak adanya interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi
berprestasi dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama,
pembelajaran fisika menggunakan model TPS lebih baik daripada menggunakan
model MAM terhadap prestasi belajar. Hipotesis kedua, kemampuan awal
dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan hipotesis
ketiga motivasi berprestasi dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar. Pada pembelajaran fisika dengan menggunakan model TPS maupun
MAM, semakin tinggi kemampuan awal dan motivasi berprestasi siswa, akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
semakin tinggi pula prestasinya. Sehingga ketiganya mempengaruhi prestasi
secara independen yang menyebabkan tidak terjadinya interaksi.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh
mungkin belum memenuhi harapan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang
membatasi hasil penelitian ini, antara lain :
1) Tes prestasi belajar hanya pada aspek kognitif saja, sedangkan aspek
psikomotor dan afektif tidak diperlakukan sebagai variabel karena analisis
statistik yang semakin banyak.
2) Pembelajaran Think Pair Share dan Make A Match masih di anggap hal baru
baik oleh guru maupun siswa sehingga proses belajar mengajar yang terjadi
tidak dapat berjalan maksimal.
3) Efektivitas pembelajaran masih rendah sehingga ada beberapa siswa yang
tidak aktif bekerja.
4) Timbul kegaduhan-kegaduhan yang menyulitkan guru untuk mengatasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value =0,010, karena P-
value < 0,05 maka keputusan ujinya H01 di tolak dan H11 di terima
sehingga ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model TPS
dan MAM terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum
Gravitasi Newton di mana siswa yang di beri perlakuan menggunakan
model TPS memiliki rerata prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang di beri perlakuan menggunakan model MAM dengan rerata
masing-masing 73,09 untuk model TPS dan 69,78 untuk model MAM.
2. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,000, karena P-
value < 0,05 maka keputusan ujinya H02 di tolak dan H12 di terima
sehingga ada pengaruh kemampuan awal (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton di mana
rerata prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah
dengan rerata masing-masing 74,00 untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dan 69,18 untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah.
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
3. Hasil pengujian hipotesis di peroleh harga P-value = 0,003, karena P-
value < 0,05 maka keputusan ujinya H03 di tolak dan H13 di terima
sehingga ada pengaruh motivasi berprestasi (tinggi dan rendah)
terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi Newton
di mana rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi
berprestasi baik daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah dengan rerata masing-masing 74,30 untuk siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dan 69,83 untuk siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah.
4. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,760, karena P-
value > 0,05 maka keputusan ujinya H04 di terima dan H14 di tolak
sehingga tidak ada interaksi antara kemampuan awal (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton di mana rerata prestasi belajar siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi maupun rendah mempunyai rerata prestasi
belajar yang sama walaupun di beri perlakuan model pembelajaran
TPS dan MAM. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan
menggunakan model pembelajaran TPS dan MAM memberikan rerata
prestasi belajar yang tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah memberikan rerata prestasi yang rendah.
5. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,680, karena P-
value > 0,05 maka keputusan ujinya H05 di terima dan H15 di tolak
sehingga tidak ada interaksi antara motivasi berprestasi (tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
rendah) terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton di mana rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi maupun rendah mempunyai rerata prestasi belajar
yang sama walaupun di beri perlakuan model pembelajaran TPS dan
MAM. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan
menggunakan model pembelajaran TPS dan MAM memberikan rerata
prestasi belajar yang tinggi dan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah memberikan rerata prestasi yang rendah.
6. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,368, karena P-
value > 0,05 maka keputusan ujinya H06 di terima dan H16 di tolak
sehingga tidak ada interaksi antara kemampuan awal (tinggi dan
rendah) dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika
pada materi Hukum Gravitasi Newton di mana siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memberikan
rerata prestasi belajar yang tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah dan motivasi berprestasi rendah memberikan
rerata prestasi yang rendah.
7. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,766, karena P-
value > 0,05 maka keputusan ujinya H07 di terima dan H17 di tolak
sehingga tidak ada interaksi antara kemampuan awal (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Gravitasi
Newton di mana rerata prestasi belajar siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi maupun rendah mempunyai rerata prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
belajar yang sama walaupun di beri perlakuan model pembelajaran
TPS dan MAM. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan
menggunakan model pembelajaran TPS dan MAM memberikan rerata
prestasi belajar yang tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah memberikan rerata prestasi yang rendah.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang di peroleh,
penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut :
1. Implikasi teoritis
a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
b. Metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan
2. Implikasi praktis
a. Untuk mendapat prestasi yang lebih baik pada materi Hukum
Gravitasi Newton, model pembelajaran yang tepat digunakan
adalah model Think Pair Share (TPS) karena dengan
menggunakan model TPS siswa di beri kesempatan bekerja secara
individu dan kelompok
b. Untuk pembelajaran pada materi Gravitasi Umum guru perlu
memperhatikan kemampuan awal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
c. Untuk pembelajaran pada materi Gravitasi Umum guru perlu
memperhatikan motivasi berprestasi siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang di peroleh, maka
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada guru
a. Dalam penggunaan model pembelajaran TPS hendaknya
dilakukan dengan persiapan yang matang sehingga pembelajaran
dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Beberapa hal yang
perlu dipersiapkan antara lain guru mempersiapkan dan membagi
siswa dalam berpasangan secara heterogen, memberi masalah
dalam bentuk animasi yang menarik, tidak semua pasangan
kelompok mampu mengerjakan soal sehingga guru perlu
mengecek dan berkeliling untuk memberi bantuan.
b. Sebelum pembelajaran Hukum Gravitasi Newton dengan
menggunakan model pembelajaran TPS dilakukan hendaknya guru
melakukan tes untuk mengukur kemampuan awal. Apabila
kemampuan awal masih rendah, guru bisa mengulang dan
merefresh kembali materi sebelumnya. Dengan demikian akan
dapat meningkatkan kemampuan awal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
c. Dalam pembelajaran Hukum Gravitasi Newton, untuk
membangkitkan motivasi berprestasi dapat dilakukan dengan cara
memberikan reward kepada siswa yang berprestasi.
2. Kepada peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian yang sejenis dengan kompetensi dasar yang lain.
b. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel
bebas yang lain.
Top Related