perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas
X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Pendidikan Fisika
Oleh :
Bambang Siwiharjo
S830809204
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X
SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Bambang Siwiharjo
S830809204
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ....................... ...............
Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA. Ph.d
NIP. 19520915 197603 2 001 ........................ ...............
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X
SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Bambang Siwiharjo
S830809204
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi NIP. ....................... ............... Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc, MA, Ph.D. NIP. ........................ ............... Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001 ....................... ............... 2. Dra. Suparmi, MA. Ph.d NIP. 19520915 197603 2 001 ........................ ...............
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.A, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP NIP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Bambang Siwiharjo
NIM : S830809204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL
(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X
SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Bambang Siwiharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ” PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
METODE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN
MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika
Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun
Pelajaran 2010/2011).
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs.
Suranto, M.A, Ph.D yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam
menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha
Sunarno, M.Pd yang telah memberikan arahan selama penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
4. Pembimbing kedua Dra. Suparmi, M.A, Ph.D yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Segenap dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
7. Istri tercinta (B. Dwi Kristiani M) dan anak pertama kami tersayang (Galatia
Vega Raharjo) yang rela mengijinkan untuk terus belajar.
8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan paralel September 2009, utamanya Bu
Agin dan suami (Pak Aris), Bu Sumiati, Bu Pudji dan Bu Yayuk, yang senasib
sepenanggungan.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mendoakan semoga amal kebaikan semua pihak
tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat di sisi Allah SWT.
Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam pemanfaatan penelitian ini.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
KATA-KATA MUTIARA........................................................................... iv
PERNYATAAN............................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
ABSTRAK .................................................................................................... xvi
ABSTRACT .................................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 11
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 12
D. Perumusan Masalah .................................................................. 13
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS ................................................................................ 16
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran Fisika ................................................. 16
a. Teori Belajar ..................................................................... 17
b. Teori Belajar Konstruktivisme ........................................... 18
c. Teori Belajar Kognitif ........................................................ 25
1). Teori Belajar Piaget ...................................................... 26
2). Teori Belajar Ausubel .................................................. 30
3). Teori Belajar Gagne ..................................................... 32
d. Teori Belajar Sosial............................................................ 33
e. Pembelajaran Kooperatif .................................................... 35
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................ 35
2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ................................ 37
3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif ................................ 40
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division(STAD) .................................................................... 42
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) ................................................................................... 45
4. Motivasi Belajar ................................................................... 45
5. Interaksi Sosial ..................................................................... 50
a. Definisi Interaksi Sosial ................................................... 50
b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ........................................ 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar ...... 52
7. Mata Pelajaran Fisika ........................................................... 57
a. Konsep Gaya .................................................................... 57
b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak ............................ 58
c. Penerapan Hukum-hukum Newton .................................. 60
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 65
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 69
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 75
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 76
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 76
1. Tempat Penelitian ................................................................. 76
2. Waktu Penelitian ................................................................... 76
B. Metode Penelitian ...................................................................... 77
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 77
1. Penetapan Populasi Penelitian .............................................. 77
2. Penetapan Sampel Penelitian ................................................ 78
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 78
D. Variabel Penelitian ................................................................... 78
1. Variabel Bebas ...................................................................... 78
2. Variabel Terikat .................................................................... 80
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 81
1. Metode Tes ........................................................................... 81
2. Metode Angket ..................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Metode Dokumentasi ............................................................ 81
F. Instrumen Penelitian.................................................................. 82
1. Instrumen Pembelajaran ....................................................... 82
2. Instrumen Pengambilan Data ................................................ 82
G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................. 82
1. Istrumen Penilaian Kognitif .................................................. 82
a. Uji Validitas ..................................................................... 82
b. Uji Reliabilitas ................................................................. 84
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal ............................................. 85
d. Uji Daya Beda Soal .......................................................... 87
2. Istrumen Penilaian Motivasi dan Interaksi Sosial ................ 88
a. Uji Validitas ..................................................................... 89
a. Uji Reliabilitas ................................................................. 90
H. Teknik Analisis Data ................................................................ 91
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 92
a. Uji Normalitas .................................................................. 92
b. Uji Homogenitas .............................................................. 92
2. Uji Hipotesis ......................................................................... 93
a. Uji Anava ......................................................................... 93
a. Uji Lanjut Anava .............................................................. 97
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 99
A. Deskripsi Data ........................................................................... 99
1. Data Prestasi Belajar Fisika .................................................. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Data Motivasi ....................................................................... 102
3. Data Interaksi Sosial ............................................................. 105
B. Pengujian prasyarat analisis ...................................................... 107
1. Uji Normalitas ...................................................................... 107
2. Uji Homogenitas ................................................................... 111
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 113
1. Hasil Uji Hipotsis ................................................................. 113
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan ..................... 116
D. Pembahasan ............................................................................... 119
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 131
BAB V. KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 132
A. Kesimpulan ............................................................................... 132
B. Implikasi .................................................................................... 134
1. Implikasi Teoritis .................................................................. 134
2. Implikasi Praktis ................................................................... 135
C. Saran .......................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 138
LAMPIRAN.................................................................................................. 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 .............. 2
Tabel 1.2 Pendidikan Orang Tua ................................................................... 5
Tabel 1.3 Pekerjaan Orang Tua ..................................................................... 6
Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky ................... 23
Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Piaget ...................................................... 28
Tabel 2.3 Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi ................................ 56
Tabel 2.4 Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan ...... 56
Tabel 3.1 Tahap Penelitian ............................................................................ 74
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ..................................................................... 75
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 82
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrument Tes prestasi belajar 83
Tabel 3.5 Tabel Indeks Kesukaran………………………………………… 84
Tabel 3.6. RangkumanTaraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ............... 85
Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal .................................................... 86
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestsi Belajar ........... 86
Tabel 3.9 Rancangan Komputasi Data Statistik ............................................ 93
Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan ..................................... 95
Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika .................................. 98
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ................................ 99
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi dan Rendah .... 101
Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ..................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4. 5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ....................... 102
Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi
dan Rendah………………………………………………………... 103
Tabel 4.7 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ...................... 104
Tabel 4.8 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ........................ 104
Tabel 4.9 Jumlah Siswa dengan Motivasi Tinggi Rendah dan Interaksi Sosial
Tinggi Rendah ............................................................................... 105
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan ..................................................... 113
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linear Model .. 113
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Hasil Komparasi Ganda (Uji Scheffe’) ............. 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α ................ 61
Gambar 2.2 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin ................................... 61
Gambar 2.3 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung .......... 62
Gambar 2.4 Balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α 63
Gambar 2.5 Orang berada di dalam lift ......................................................... 63
Gambar 4.1 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ............. 100
Gambar 4.2 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ............... 100
Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika ...................................... 107
Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ................. 108
Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT .................... 109
Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode ........ 110
Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Motivasi ...... 111
Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Interaksi
Sosial………………………………………………………… 114
Gambar 4.9 Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar .... 116
Gambar 4.10 Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar 117
Gambar 4.11 Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi
Belajar ....................................................................................... 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Silabus ....................................................................................... 138
Lampiran 2. Skenario Pembelajaran (RPP) ................................................... 140
Lampiran 3. LKS ........................................................................................... 162
Lampiran 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ............................................... 174
Lampiran 5. Angket Motivasi siswa .............................................................. 175
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial ............................................... 180
Lampiran 7. Angket Interaksi Sosial ............................................................. 181
Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif .................................................. 188
Lampiran 9. Tes Prestasi Kognitif ................................................................. 190
Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif .......................................... 197
Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif ......................................................... 198
Lampiran 12. Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................ 202
Lampiran 13. Data Induk Penelitian .............................................................. 213
Lampiran 14. Hasil Olah Data Minitab 15 ..................................................... 215
Lampiran 15. Hasil Analisis Variansi ............................................................ 224
Lampiran 16. Hasil Uji Scheffe’ .................................................................... 228
Lampiran 17. FotoKegiatan ........................................................................... 232
Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 236
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011, ”Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial Siswa” (Studi kasus pada materi Hukum-hukum Newton untuk kelas X SMK Negeri Jenawi Semester 1 Tahun Pelajaran 2010-2011). Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, 2) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, 3) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah, 4) Interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, 5) Interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 6) Interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010, dengan populasi siswa SMK N Jenawi I tahun pelajaran 2010/2011. Populasinya kelas X, XI dan XII, sampel penelitian menggunakan sampel acak mengambil 2 kelas. Kelas pertama (X TKJ 1) yang diberi metode STAD dan kelas kedua (X TKJ 2) yang diberi metode NHT. Tes soal diberikan untuk prestasi belajar aspek kognitif, dan angket untuk motivasi, interaksi sosial siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Hipotesis menggunakan Anava tiga jalan 2x2x2 dan uji lanjut menggunakan uji schefee’. Hasil uji ANAVA yang menggunakan taraf signifikasi 5% dan Ftabel = 3,98, menunjukkan : 1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode STAD dan NHT (Fobs = 4,56), 2) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah (Fobs = 12,60), 3) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah (Fobs = 7,58), 4) tidak ada interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,16), 5) tidak ada interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 6) tidak ada interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 7) tidak ada interaksi antara media, keingintahuan, dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar (Fobs = 3,21). Kata Kunci : STAD, NHT, Motivasi, Interaksi Sosial, hukum-hukum Newton,
Prestasi Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011,”Science Learning Using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) Methods Over Viewed from Student Motivation and Sosicial Interaction” (A case study on Newton Laws for grade X SMKN Jenawi 1st Semester Academic Year 2010/2011). Thesis: Science Education Post Graduate Program, Sebelas Maret Univercity, Surakarta, 2011. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.
The purposes of this research were to know : 1) the difference of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods, 2) the difference of student achievement between student who had high and low motivation, 3) the difference of student achievement between student who had high and low social interaction, 4) the interaction between mothods and motivation toward student achievement, 5) the interaction between methods and social interaction toward student achievement, 6) the interaction between motivation and social interaction toward student achievement, 7) the interaction between mothods, motivation and social interaction toward student achievement.
The research used experimental method and was conducted on November 2010, the population was all student of SMK N Jenawi academic year 2010/2011. The population were grade X, XI and XII. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes. The first class (XTKJ I) treaded using STAD method and the second class (X TKJ 2) treaded using NHT method. The data was taken using test for student achievement; and questionere for motivation and social interaction. The hypotheses were tested using Anava with 2x2x2 factorial design and unegual cell member, continued by scheffe’.
From the data analysis can be concluded that : 1) there was differencess of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods (Fobs = 4,56), 2) there was differences of student achievement between student who had high and low motivation(Fobs = 12,60), 3) there was difference of student achievement between student who had high and low social interaction (Fobs = 7,58), 4) there was no interaction between methods and motivation toward student achievement (Fobs = 0,16); 5) there was no interaction between methods and social interaction toward student achievement (Fobs = 0,01); 6) there was no interaction between motivation and social interction toward student achievement (Fobs = 0,01); 7) there was no interaction between methods, motivation and social interaction toward the student achievement (Fobs = 3,21). Key words: STAD, NHT, motivation, social interaction, Newton Laws, student
achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar kita, juga mencari tahu
tentang fenomena alam secara sistematis. Kemudian digeneralisasikan ke dalam
konsep atau prinsip-prinsip. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia semakin banyak dan maju
dengan pesat. Akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan
lagi, dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan semakin mutakhir, maka
harus dikembangkan dengan cara-cara belajar baru, misalnya bagaimana mencari,
mengolah, memilih informasi yang demikian banyak sesuai dengan
kebutuhannya. Menyadari hal di atas maka penyempurnaan kurikulum termasuk
kurikulum fisika SMK mutlak harus dilaksanakan secara dinamis.
Penyempurnaan kurikulum harus dilaksanakan melalui prosedur yang benar,
yaitu: evaluasi kurikulum yang lama atau yang sedang berjalan uji coba
kurikulum baru, sosialisaai kurikulum baru, maupun menetapkan kurikulum yang
baru.
Kedinamisan perubahan kurikulum juga harus diikuti perubahan
paradigma guru dalam mengajar. Namun sebagian besar guru masih mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
dengan menganggap bahwa guru adalah yang paling hebat di kelas, guru sebagai
sumber pokok di kelas. Guru adalah subyek dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas. Sebagai akibatnya adalah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran rendah
atau kurang. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Data
prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1: Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009
No
Kelas KK
M
Nilai Rata-rata
Ulangan
Harian
Prosentase
di atas
KKM
Mid
Semester
Prosentase
di atas
KKM
Ujian
Semester
Prosentase
di atas
KKM
1
2
3
XTMO
XTKJ 1
XTKJ 2
65
65
65
50
57
56
14,8 %
42,5 %
32,4 %
57
59
57
18,5 %
35 %
30 %
56
61
60
33,3 %
40 %
31,5 %
Sumber: Data Guru
Rendahnya kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satu penyebabnya adalah “ belum dimanfaatkannya sumber belajar secara
maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Hal tersebut lebih dipersulit
lagi oleh kondisi yang turun menurun, dimana guru mendominasi kegiatan
pembelajaran” (Mulyasa E 2002 : 47). Dalam KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan
guru tidak berlaku sebagai subyek dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran
bisa dilakukan dari berbagai sumber belajar. Dan guru berperan sebagai motivator
dan fasilitator dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari
kirikulum pendidikan menengah dikembangkan sesuai dengan relevensinya oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
setiap kelompok keahlian atau satuan pendidikan. Merujuk Permendiknas No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Permendiknas No. 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi SKL ,
untuk mata pelajaran fisika di SMK beban belajarnya adalah 192 jam / 3 tahun
yang kemudian dijabarkan menjadi 3 jam tatap muka per minggu.
Materi fisika yang diajarkan pada semester I kelas X adalah Besaran dan
Pengukuran (meliputi besaran fisis, dimensi dan pengukuran), Gerak (meliputi
kerangka acuan, perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus dan gerak
melingkar), Gaya dan Hukum-Hukum Newton (meliputi vektor, gaya, hukum-
hukum Newton dan penerapan hukum-hukum Newton) dan Rotasi Benda Tegar
(meliputi gerak rotasi, momentum sudut dan keseimbangan benda tegar).
Materi hukum-hukum Newton merupakan materi yang banyak dialami
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kekadian-kejadian dalam kehidupan
sehari-hari banyak yang merupakan penerapan hukum-hukum Newton yang
sering kali tidak dipahami oleh siswa. Sebagai contoh ketika seseorang sedang
naik bis dan tiba-tiba bis tersebut direm mendadak, maka kita menerapkan hukum
I Newton. Ketika mendorong mobil yang mogok, sebenarnya kita sedang
menerapkan hukum II Newton. Ketika kita memukul meja dengan kepalan tangan
atau mendorong tembok dengan kaki sambil duduk, sebenarnya kita sudah
menerapkan hukum aksi reaksi atau hukum III Newton.
Dengan melihat/memperhatikan kurikulum di atas, maka guru sebagai
pengajar dan pendidik dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan juga materi yang diajarkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Namun kenyataannya, belum semua guru mampu merancang skenario
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan
metode pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa.
SMA Negeri Jenawi berdiri berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 211
Tahun 2002 dan berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 421.5/769 Tahun 2009
mengalami alih fungsi dan berubah menjadi SMK Negeri Jenawi. Hal ini
disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dan juga atas dasar kajian
bahwa hanya ada sekitar 10 % lulusan SMA Negeri Jenawi yang melanjutkan
sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Visi SMK Negeri Jenawi adalah mencetak lulusan yang terampil, cerdas
dan berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan visi tersebut maka para guru dituntut
untuk mampu mengembangkan kompetensi siswa di bidang/ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Kebutuhan tenaga kerja di masyarakat menuntut siswa
untuk memiliki kompetensi kognitif, psikomotor dan afektif yang optimal.
Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru di SMK
Negeri Jenawi adalah metode konvensional, seperti mengajar dengan ceramah,
pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR), merangkum dan mencatat. Bahkan tidak
jarang seorang guru berceramah secara terus-menerus selama proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga metode pembelajaran yang diterapkan bersifat teacher
centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Guru seolah-olah sebagai satu-
satunya sumber belajar di kelas, orang yang paling pandai di kelas, orang yang
paling hebat di kelas. Banyak guru di SMK Negeri Jenawi belum menggunakan
metode pembelajaran kooperatif sebagai alternatif dari metode konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak hal, yang secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal tersebut adalah IQ, motivasi, interaksi sosial siswa, kondisi fisik,
kesehatan, kreatifitas dan lain-lain. Faktor eksternal tersebut antara lain guru,
sarana dan prasarana, lingkungan keluarga dan masyarakat, perkembangan
teknologi, metode pembelajaran, dan lain-lain. Para guru di SMK Negeri Jenawi
dalam melaksanakan pembelajaran belum memperhatikan faktor-faktor tersebut,
khususnya motivasi dan interaksi sosial (faktor internal).
Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar orang tua atau wali murid
dari siswa SMK Negeri Jenawi berpendidikan SD, hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 1.2: Pendidikan Orang Tua
No
Tahun
Pendidikan Orang Tua
SD SMP SMA Diploma S1
1.
2.
3.
4.
2006
2007
2008
2009
71,34 %
70,31 %
56,66 %
63,46 %
16,66 %
15,62 %
21,66 %
21,15 %
14,06 %
9,37 %
18,33 %
15,38 %
1,56 %
3,12 %
3,33 %
-
-
1,56 %
-
-
Kondisi pendidikan orang tua/wali murid ini sudah barang tentu juga
berpengaruh pada prestasi siswa, karena jika siswa mengalami kesulitan dalam
belajar di rumah (saat mengerjakan pekerjaan rumah) maka orang tua tidak bisa
membantu dalam memecahkan soal yang dihadapi oleh siswa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar pekerjaan orang tua/wali
murid dari siswa SMK Negeri Jenawi adalah petani, hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 1.3: Pekerjaan Orang Tua
No
Tahun
Pekerjaan Orang Tua
Petani Buruh Wiraswasta PNS
1.
2.
3.
4.
2006
2007
2008
2009
57,5 %
58,33 %
41,93 %
73,07 %
10 %
5,55 %
6,45 %
7,69 %
35 %
27,77 %
41,93 %
34 %
7,5 %
11,11 %
6,45 %
16,66 %
Kondisi ini sudah barang tentu juga berpengaruh terhadap prestasi siswa,
karena dengan penghasilan yang tidak tentu orang tua/wali murid tidak mampu
untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anaknya. Pelajaran tambahan
tersebut misalnya mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru privat. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang kita jumpai di daerah perkotaan.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak positif
dan negatif bagi siswa. Salah satu dampak positifnya adalah dengan tersedianya
fasilitas internet di setiap sekolah maka siswa mampu mengakses banyak
informasi sebagai bahan dalam belajar. Salah satu dampak negatif dari
perkembangan teknologi tesebut adalah semakin meningkatnya sifat
individualisme para siswa. Semakin banyaknya permainan di komputer maupun di
hand phone menjadikan siswa untuk suka berkompetisi, yang sayangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
kompetisi tersebut kadang-kadang tidak sehat. Sehingga siswa ketika menghadapi
tes/ujian akan mencontek jawaban dari teman atau dari buku.
Siswa di kelas X SMK merupakan siswa yang akif, interaktif dan mereka
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka memiliki kelompok-kelompok sosial
tertentu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kelompok siswa yang suka
bermain sepak bola, bermain bola voli. Mereka terlibat secara emosional di dalam
kelompok tersebut.
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, sarana dan
prasarana dan juga penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu diperlukan suatu
model pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga
mampu membangkitkan motivasi siswa dan mengembangkan interaksi sosial
siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang dimaksud
adalah model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan teman-temannya, saling
membantu teman yang belum menguasai materi pelajaran, mampu menyampaikan
ide-ide yang membangun dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap tugasnya masing-masing. Sehingga paradigma pembelajaran yang
berlaku selama ini yaitu teacher centered akan berubah menjadi paradigma
pembelajaran yang baru yaitu student centered.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
merujuk pada bermacam-macam metode pembelajaran dimana para siswa
bekerja/belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
orang. Disini, siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi
pelajaran, saling berdiskusi dan berargumentasi dan mampu menyampaikan
ide/gagasan. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk saling bekerja sama selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih
bersemangat, tangguh, dan bergairah selama pembelajaran berlangsung. Selain
itu, model pembelajaran kooperatif juga akan membuat siswa untuk saling
berinteraksi dengan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima
perbedaan terhadap teman yang mempunyai kemampuan akademik lemah, teman
yang berbeda jenis kelamin, kondisi ekonomi orang tuanya, mengembangkan
hubungan antar siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan juga
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode
pembelajaran, diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Students
Teams Achievement Division (STAD), Think-Pair-Share (TPS), Nubmbered Heads
Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan lain-lain. Langkah-langkah
pembelajaran pada metode Students Teams Achievement Division (STAD) adalah:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi. 3)
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing
kelompok kerja dan belajar. 5) Evaluasi. 6) Penghargaan kelompok. Pada metode
STAD ini dalam satu tim/kelompok siswa akan saling membantu, berdiskusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
siswa yang kurang dalam pemahaman materi tidak akan malu untuk bertanya
kepada teman yang lain karena usia mereka relatif sama (tutor sebaya), sehingga
siswa dalam satu tim/kelompok mampu memecahkan dan memahami semua
masalah/soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran pada
metode NHT adalah: 1) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok lalu masing-
masing siswa diberi nomor. 2) Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan
kepada siswa. 3) Siswa saling berdiskusi untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan atau permasalahan tersebut. 4) Guru memanggil sebuah nomor dan
siswa yang memiliki nomor tersebut memberikan jawabannya, dan seterusnya
hingga pertanyaan atau permasalaham habis. Pada metode NHT ini seorang siswa
akan memberikan jawaban yang diterima oleh seluruh siswa di kelas tersebut,
sehingga siswa yang mempunyai tanggung jawab terhadap soal tersebut juga akan
mengetahui jawabannya dan mampu memahami materi pembelajaran.
Menurut Mohammad Asrori (2007:183), motivasi diartikan sebagai: “(1)
Dorongan yang timbul pada diri seseorang, yang disadari atau tidak disadari untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Suatu proses
pembelajaran memiliki tujuan akhir yaitu memiliki prestasi belajar yang tinggi.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dorongan dari pihak lain maupun dari
diri sendiri sangat penting agar setiap langkah yang diambil tepat atau sesuai.
Dengan adanya motivasi belajar , siswa akan memiliki gairah belajar yang tinggi
yang akan memberikan semangat untuk belajar. Semangat belajar yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
akan membawa siswa untuk terus-menerus mengasah diri sehingga tumbuh rasa
percaya diri dan kemadirian pada diri siswa. Hingga akhirmya terbentuk karakter
siswa yang tangguh, sabar, berdaya juang tinggi dan berprestasi.
Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan sikap
saling membantu antar siswa ketika sedang belajar. Pada model pembelajaran
kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari berbagai macam sifat heterogenitas siswa. Sifat heterogenitas tersebut
santara lain kepandaian, jenis kelamin, latar belakang sosial dan lain-lain. Model
pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik jika para siswa saling
berinteraksi sehingga mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada.
Ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sebaya, interaksi ini akan
berkembang menjadi kelompok persahabatan . Dalam kelompok persahabatan ini
mereka akan merasa aman, tumbuh dengan baik, menyalurkan perasaan,
mengembangkan ketrampilan, rasa ingin tahu dan bersikap lebih dewasa.
Sehingga siswa dalam kelompok tersebut akan saling membantu, siswa yang lebih
pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam memahami materi
pembelajaran dan siswa yang kurang pandai tidak akan malu untuk bertanya
kepada yang lebih pandai karena usia mereka relatif sama. Akibatnya mereka
akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.
Bertolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini diangkat judul
sebagai berikut: “Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams-
Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan
Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial .(Studi Kasus pada Materi Fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X Semester I SMK Negeri Jenawi
Tahun Pelajaran 2010/2011).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK Negeri Jenawi Kabupaten
Karanganyar karena guru mengajar secara konvensional dan monoton.
2. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan pada mata
pelajaran fisika, misalnya: STAD, NHT, GI, Jigsaw, TPS, TSTS dan lain-lain.
Namun guru belum menerapkan metode yang bervariasi.
3. Ada beberapa faktor internal siswa yang mempengaruhi proses pembelajaran,
misalnya: motivasi, kreativitas, interaksi sosial, sikap ilmiah, IQ, gaya belajar
dan lain-lain. Namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut.
4. Ada beberapa bentuk interaksi sosial, antara lain: kerja sama, persaingan,
pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Namun guru belum memperhatikan
bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut.
5. Guru belum memperhatikan semua aspek pembelajaran yang meliputi
aspek/ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
6. Ada beberapa materi pembelajaran yang disajikan pada kelas X semester 1
antara lain Besaran dan Pengukuran, Gerak, Gaya dan Hukum-hukum Newton
dan Rotasi Benda Tegar, namun dalam proses pembelajaran guru belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
menunjukkan saling keterkaitan konsep-konsep tersebut sehingga proses
pembelajarannya belum bermakna.
7. Sumber belajar yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.
8. Tingkat pendidikan orang tua/wali murid sebagian besar adalah SD.
9. Pekerjaan orang tua/wali murid sebagian besar adalah petani .
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah STAD dan NHT.
2. Faktor internal dibatasi pada motivasi dan interaksi sosial.
3. Aspek yang dinilai meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa.
4. Materi pelajaran fiska dibatasi pada bahasan hukum-hukum Newton.
5. Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri Jenawi tahun
pelajaran 2010 /2011.
D. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut :
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode STAD dan NHT ?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mempunyai yang interaksi sosial
tinggi dan rendah ?
4. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan
motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
5. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan
interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi dengan gaya interaksi sosial terhadap
prestasi belajar fisika siswa ?
7. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT, motivasi,
dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
STAD dan NHT .
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah .
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan
rendah .
4. Interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika siswa .
5. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi
sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
6. Untuk mengetahui interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap
prestasi belajar fisika siswa .
7. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi dengan
interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa .
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat praktis :
a) Memberikan masukan kepada guru fisika untuk mendapatkan gambaran
tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
b) Memberikan masukan bagi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan metode pembelajaran
yang serupa pada pokok pembelajaran yang lain.
c) Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum dalam
rangka pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada masa yang
akan datang.
2. Manfaat teoritis :
a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode
pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan
prestasi belajar.
b) Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran Fisika
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi kemampuan baru sebagai upaya menguasai materi
pelajaran.
Menurut Syiful Sagala (2008:61), pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:61)
menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinka ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
penddidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
Menurut Kirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:64),
pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan
sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu
proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dan pembelajaran fisika adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru fisika untuk membantu seseorang mempelajari
suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar.
a. Teori Belajar
Banyak definisi tentang belajar. Sesungguhnya masalah belajar sangatlah
kompleks, sehingga apa bila orang menganggap beberapa macam kegiatan yang
berbeda , dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Travers dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan “Belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Cronbach dalam Agus Suprijono
(2009:2) menyatakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “ Learning is to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. (Dengan kata lain, belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Geoch dalam Agus
Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is change performance as aresult of
practice”. (Belajar adakah perubahan performance sebagai hasil latihan). Morgan
dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permenen sebagai hasil dari pengalaman).
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah sebuah proses perubahan perilaku untuk mendapatkan pengetahuan sebagai
hasil dari latihan. Proses ini berlangsung di sekolah dan masyarakat. “Proses
belajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal” (Agus Suprijono, 2009:3).
Sehingga peserta didik sudah belajar jika sudah hafal hal-hal yang telah mereka
pelajari. Satu hal yang harus dipahami bahwa perolehan pengetahuan maupun
upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Sebagian besar masyarakat
menganggap bahwa kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan
fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseoran terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Paul
Suparno (2008 : 25) menyatakan kaum “Konstruktivisme beranggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil konsturksi manusia”. Teori – teori pembelajaran kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
dalam psikologi pendidikan dapat dikelompokkan dalam pandangan
konstuktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “ siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –
aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani 1996 : 2).
Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan ide – ide merekan sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Wadsworth dalam Suparno (2008 : 35) menyatakan “ bagaimana proses
pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual dan kesiapan anak
untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual yang
dimaksud dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam mengkonstruksi
pengetahuan :. Jadi belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi
berupa teks, dialog atau pengalaman fisik. Belajar merupakan suatu proses yang
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan yang sudah
dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Belajar
merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian
yang berbeda. Siswa dalam belajar harus mempunyai pengalaman dengan
membaut hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan
persoalan , mencari jawaban, menggambar, meneliti, mengadakan refleksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
mengungkapkan pertanyaan dan mengekpresikan gagasan untuk membentuk
konstruksi baru.
Baru menurut kaum konstruktif merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi
pikirnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Piaget dalam Suparno ( 2008 : 38 ) menyatakan bahwa “ Semua
pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan
seseorang.” Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali
mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Penganut
konstruktivisme ini menyakini bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang
yang sedang belajar. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
seorang guru kepada murid, sehingga murid sendiri yang harus mengartikan apa
yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman – pengalaman
mereka. Menurut pandangan ini seorang anak membangun melalui berbagai jalur
yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen
terhadap lingkungannya.
Piaget dalam Agus Suprijono (2009:31) menyatakan bahwa
pengkonstruksian pengetahuan dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: “
pengetahuan fisis, pengetahuan matematis logis dan pengetahuan sosial”.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung
terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan
yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi maupun penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
obyek. Pengetahuan ini dibentuk dari perbuatan berpikir seseorang terhadap
obyek yang dipelajari. Pengetahuan yang didapat dapat disimbolkan menjadi
suatu logika matematika murni. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang
dibentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain.
Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:32), “konstruksi
pengetahuan Piaget bersifat personal”. Asumsi dari Piaget adalah dalam bahasa
setiap individu terdapat egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri
individu membentuk skema dan mengubah skema. Jadi individu sendiri yang
mengkonstruksi pengetahuan ketika beriteraksi dengan pengalaman dan obyek
yang dihadapi.
Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah
bahasa merupakan aspek social . Vigotsky dalam Agus Suprijono (2009:32)
menyatakan bahwa “pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari
pembentukan inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan
sebagai alat dalam berpikir”. Inner speech berperan dalam pembentukan
pengertian spontan. Pengertian spontan mempunyai dua segi suatu pengertian
dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Dua pengertian tersebut
membentuk ketegangan dialktik sejak awal. Individu teus berusaha untuk
mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikostruksi
secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh
setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan melalui adaptasi intelektual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
dalam konteks sosial; budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan
pengkonstruksian pengetahuan secraa intra individual yakni melalui proses
regilasi diri internal. Dalam hubungan ini , para konstruktivis vygotskian lebih
menekankan kepada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua
prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: mengenai fungsi dan
pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan
terhadap tanda, sampai pada tukar menukar informasi dan pengetahuan; serta
zone of proximal development. Guru sebagai mediator memiliki peran mediator
pendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan ,
pengertian dan kompetensi
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat
pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara
aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif manusia
berasal dari interasi sosoal masing-masing individu dalam konteks budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemempuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development
mereka.
Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:34) menyatakan bahwa
“Kedua perspektif itu sama-sama mengimplikasikan keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan terhadap obyek. Hanya saja yang satu menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan tindakan terhadap obyek, sedangkan yang lain lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
menekankan pentingnya lingkungan social-kultural dalam melakukan tindakan terhadap obyek. “
Belajar menurut model konstruktivisme merupakan proses aktif siswa
untuk mengkonstruksi pikirannya. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah
dimilikinya.
Perbandingan antara teori Piaget dan Vygotsky menurut Santrok dalam
Agus Suprijono (2009:34-35) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
TOPIK PIAGET VYGOTSKY KONTEKS SOSIOKULTURAL
Sedikit penekanan Penekanan Kuat
KONSTRUKTIVISME Konstruktivis kognitif Konstruktivis Sosial TAHAPAN Penekanan perkembangan
kognitif (sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal)
Kurang menekankan perkembangan kognitif
PROSES KONSTRUKSI Skemata, asimilasi, akomodasi, equilibirasi
Zo-Ped, bahasa, dialog adalah alat ukur
PERAN BAHASA Perkembangan kognitif menentukan bahasa
Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran
PERAN PENDIDIKAN Pendidika memperbaiki ketrampilan peserta didik
Pendidikan memainkan peran sentral, membantu peerta didik mepelajari alat-alat ukur
IMPLIKASI PENGAJARAN
Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk menemukan pengetahuan
Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didikuntuk belajar berama guru, teman dan para ahli
Sumber: Santrok, John W., Psikologi
Pendidikan.
Proses belajar dalam model konstruktivisme bercirikan sebagai berikut :
(Suparno, 2008 : 61 ) a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan
oleh awal dari apa yang mereka lihat, dengar , rasakan dan alami. Konstruksi
berarti dipengaruhi oleh pengertian yang dipunyai, b) Konstruksi arti adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
proses terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atrau persoalan
yang baru, diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah, c) Belajar bukanlah
kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran
dengan membuat pangertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan ,
melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menurut
penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang, d) Proses belajar yang
sebenarnya terjadi pada waktu skemaseseorang dalam keraguan yang merangsang
pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium ) adalah situasi
yang baik untuk memacu belajar, e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, f) Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsepn tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi interaaksi dengan bahan yang dipelajari.
Tujuan belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang
memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi.
Kurikulum yang berlaku dirancang agar sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
Menurut Mohammad Asrori (2007:28-29), ciri-ciri proses pembelajaran
yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme adalah:
a).Menekankan pada proses belajar, bukan mengajar.b) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.c) Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.d) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. e) Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. f) Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. g) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. h) Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. i) Mendasarkan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. j) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti: prediksi, kreasi dan analisis. k) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. l) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. m) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. n) Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. o) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. p) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. q) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)
Orientasi, merupakan fase untuk member kesempatan kepada peserta didik
memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi
pembelajaran. 2) Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik
menggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan peserta didik
untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka
melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik. 3)
Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan
cara mengkontraskan id-idenya dengan ide orang lain melalui diskusi. 4) Aplikasi
ide, dalam langkah ini idea atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik
perlu diaplikasikan dalam bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan
membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci. 5) Reviu,
dalam fase ini peserts didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang
dihadapinya sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah satu keterangan
atau dengan mrngubahnya menjadi lebih lengkap.
c. Teori Belajar Kognitif
Menurut Ratna Wilis Dahar (1996 : 19) “ belajar dapat dikelompokkan ke
dalam dua keluarga , yaitu keluarga perilaku ( behavioristik ) yang meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi
teori- teori kognitif”. Jadi secara umum teori belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu teori perilaku dan teori Gestalt (kongitif). Teori kognitif
dipelopori oleh Piaget, Ausubel dan Gagne.
C.Asri Buduningsih (2005 : 51) menyatakan bahwa pengertian “belajar
menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur “. Jadi setiap orang
telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Prases belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru mampu menyesuaikan dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Menurut Agus Suprijono (2009:22) “Dalam perspektif teori kognitif,
belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar”.
Perilaku indiviu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang
lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah
proses mental yang aktif untuk mencapai , mengingat dan menggunakan
pengatahuan. Belajar adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar
adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
1). Teori Belajar Piaget
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
Menurut Piaget dalam Mohamad Surya (2003 :56) “Perkembangan
kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan ivdividu melalui suatu
rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh
dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya “. Dan menurut
Piget dalam C. Asri Budiningsih (2005 : 35) “ Perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem saraf “. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah
melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkunngannya sehingga
terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses
penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu.
Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dan
lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan
akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa
yang diterima dari lingkungannya.
Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami
konflik kognitif atau sesuatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui
dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Interaksi individu dengan
lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu
agar memperoleh keadaan seimbangan antara keadaan dirinya dengan yang
datang dari lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh
pengetahuan dengan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip
keseimbangan. Pada masa bayi dan anak – anak pengetahuan bersifat subyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan
remaja dan dewasa.
Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) dan Asri Budiningsih ( 2005 )
membagi tahap – tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat,
yaitu: 1). Tahap Sensori-Motor (umur 0-2 tahun), 2). Tahap Pra-operasional
(umur 2-7/8 tahun), 3). Tahap Operasional Konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan
4). Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun).
Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:23) menggambarkan
perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget
TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN
SENSORIMOTOR 0-2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi
Langkah
PRAOPERASIONAL 2-7 tahun Penggunaan symbol/bahasa
Tanda
Konsepintuitif
OPERASI KONKRET 8-11 tahun Pakai aturan jelas/logis
Reversible dan kekekalan
OPERASI FORMAL 11 tahun ke atas Hipotesis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan Probabilitas
Menurut Piaget, pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan
dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan
indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-
gerakkannya. Pada tahap pra-operasional anak mengendalikan diri pada persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,
berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkannya. Pada tahap
operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti
pikiran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error .
Ia dapat mengerti setiap langkah dari transformasi secara keseluruhan, bukan
bagian demi bagian. Ia sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan dari sutu
obyek. Anak menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, masih
mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak
variable. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang
dewasa. Anak dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan yang umum
dari kejadian –kejadian yang khusus. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif,
mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Mampu berpikir secara
abstraksi rafleksif yaitu abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
matematis logis.
Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses
adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata,
asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa
ide, konsep dan gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami
sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah
proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki individu. Akomodasi adalah proses penyesuain struktur kognitif ke dalam
situasi baru. Equlibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
seseorang.
Siswa SMK termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional
formal. Beberapa karakteristik perkembangan kognitif pada tahap ini adalah: 1).
Siswa sudah dapat berfikir adolensi, yaitu masa dimana ia dapat merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum
mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2). Siswa sudah
mulai mampu berpikir secara proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya
terbatas pada peristiwa – peristiwa konkret saja, 3). Siswa mampu berpikir
kombinatorial, yaitu yang meliputi kombinasi benda – benda, gagasan – gagasan
yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan. 4).
Siswa mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional
mental, atau sudah mampu berpikir tentang berikutnya.
2). Teori Belajar Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut
Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 112) “menyatakan bahwa belajar
bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada kosep –
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Menurut
Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (2005 : 53) “ Belajar ada dua jenis
yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote
learning)”. Ausubel dalam Agus Suprijono (2009:25) “mengemukakan belajar
sebagai reception learning . Reception learning merupakan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception learning adalah advance
organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari
individu”. Advance organizer adalah statement perkenalan yang menghubungkan
antara skematayang sudah dimiliki oleh individu dengan informasi baru yang akan
dipelajarinya. Fungsi advance organizer adalah memberi bimbingan untuk
memahami informasi baru. Advance organizer dapat menjadi jembatan antara
informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki individu. Pemberian
advance organizer bertujuan: (1) member arah bagi individu mengetahui apa
yang terpenting dari materi yang dipelajarinya ; (2) memberi penguatan terhadap
pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.
Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah ada pada diri seseorang yang
sedang belajar. Dalam belajar bermakna siswa mencoba menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada, serta kesiapan dan niat
dari anak didik untuk belajar dari kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.
Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep
yang telah ada akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep
yang telah ada atau dimiliki siswa. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam
struktur kognitif siswa belum ada konsep/informasi baru yang dipelajari. Jika
konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur kognitif
siswa, maka konsep/informasi baru tersebut harus dipelajari dengan belajar
menghafal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan
mengasosiasikan konsep/fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa.
Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau bahkan dapat
mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkontruksi apa yang
dipelajari oleh siswa sendiri.
Pembelajaran fisika sesuai dengan teori belajar Ausubel harus memiliki
pola tertentu yang khas. Pola ini sebaiknya diawali dengan menampilkan sesuatu
yang pernah dipelajari siswa sebelumya, tetapi juga mampu menumbuhkan konflik
kognitif. Adanya konflik kognitif akan menumbuhkan permasalahan yang harus
dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang
muncul diawal pembelajaran, ini akan menumbuhkan kebermaknaan
pembelajaran fisika yang lebih mendalam .
3). Teori Belajar Gagne
Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan bahwa “belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah”.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
Dari pendapat Gagne ini dapat disimpulkan bawa kemampuan yang
dicapai seseorang didapatkan melalui usaha yang sengaja dirancang, direncanakan
dan dilaksanakan agar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Bukan sesuatu yang terjadi secara otomatis bersama-sama dengan
pertambahan umur seseorang.
d. Teori Belajar Sosial
Albert Bandura dalam Mohammad Asrori ( 2008:23 ) berpandangan
bahwa “individu dalam mengembangkan tingkah laku positif dilakukan dengan
meniru tingkah laku yang diterima masyarakat (sosially accepted behavior).
Demikian juga tingkah laku negatif dapat berkembang dengan meniru tingkah
laku yang tidak diterima oleh msyarakat”.
Tingkah laku yang diterima masayarakat tersebut adalah : (a) Berbeda
satu budaya dengan budaya lain; (b) Berbeda antara individu satu dengan yang
lain; (c) Berbeda menurut situasi. Dengan demikian, pembelajaan sosial tidak
hanya melibatkanmempelajari tingkah laku yang diterima masyarakattetapi juga
tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
Bandura dalam Agus Suprijono (2009:26) berpendapat “walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,
prinsip itu harus memerhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme”. Pertama, manusia dapat berpikir dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi
obyek pengaruh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua, banyak aspek kepribadian interaksi orang satu dengan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada konsep saling
menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement),
dan pengaturan diri/berpikir (self-regolation/cognition). Determinasi resiprokal
adalah pendekatan yang menjelaskan yang menjelaskan tingkah laku manusia
dalam bentuk interaksi timbale-balik yang terus menerus antara determinan
kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan atau mempengaruhi
tingkah lakunya dengan menngontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga
dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
Mencermati Teori Belajar Sosial ini nampak semakin jelas bahwa betapa
pentingnya seorang guru mampu menunujukkan perilaku yang berkualitas di
hadapan para siswanya. Perilaku yang berkualitas tersebut antara lain : menguasai
materi pelajran dengan baik, mampu mengajar dengan menarik, berperilaku
sopan, bertutur kata santun dan perilaku lain yang sejenis. Ini sangat penting
karena menurut sudut pandang teori ini perilaku guru tersebut akan menjadi
model bagi parasiswanya dan akan cenderung ditiru. Jadi, guru harus bisa menjadi
model bagi siswanya. Jika guru justru menunujukkan perilaku yang sebaliknya,
yaitu perilaku yang tidak berkualitas, maka akan sangat membahayakan
perkembangan para siswanya.
Menurut Teori Belajar Sosial ini nampak bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa akan mencontoh perilaku/tindakan dari teman-temannya.
Mereka akan mengamati perilaku, sikap dan raksi emosi orang lain. Disini
perilaku seorang siswa akan menjadi model bagi siswa yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
Keterkaitan teori belajar Bandura dalam penelitian ini adalah bahwa
dalam pembelajaran kooperatif STAD dan NHT, siswa belajar dalam kelompok-
kelompok. Mereka saling berinteraksi dengan teman-temannya selama
pembelajaran berlangsung. Diharapkan perilaku-perilaku positif seperti
bersemangat, tangguh, menerima perbedaan akan berkembang.
e. Pembelajaran Kooperatif
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham konstruktifisme. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota keompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa sebagai anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum
dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran. Sejalan dengan itu menurut Johnson “struktur tujuan koperatif
menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa
meraih tujuan pribadi mereka jika kelompok mereka bisa sukses”
(Slavin:2008:34).
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut : 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka adalah satu tim. 2)
Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab pada diri sendiri dalam menuasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
materi pelajaran. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki
tujuan yang sama. 4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para
anggota kelompok. 5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang
akan ikut berpengaruh dalam evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi
kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasam selama
belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
yang ditangani oleh kelompok kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok yang saling membantu satu dengan yang lainnya. Jumlah kelompok di
dalam kelas disusun berdasarkan jumlah materi yang akan diajarkan oleh guru.
Jumlah anggota tiap kelompok merupakan hasil pembagian jumlah siswa dengan
jumlah kelompok. Anggota tiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
Artinya bahwa anggota tiap kelompok terdiri dari berbagai kemampuan siswa,
jenis kelamin, dan suku. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar dapat
menerima perbedaan an siswa dapat bekerja sama dengan teman yang berbeda
latar belakangnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Deutsch (1949)
dan Thomas (1957) ”Ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih
sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang
baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan
kelompok”(Slavin:2008:35).
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik. Siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
pertanyaan yang sudah direncanakan untuk diajarkan. Selama belajar / kerja
kelompok, tugas setiap anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam
memahami materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan jika model ini
tidak dikelola dengan baik, yaitu dominasi kelompok oleh siswa yang pandai dan
tidak mempunyai kepedulian terhadap siswa yang kurag pandai. Masalah ini
disebut sebagai “difusi tanggung jawab”(Slavin:2008:41). Difusi tanggung jawab
ini dapat ditekan dengan cara: setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
unit yang berbeda dalam tugas kelompok dan membuat setiap anggota kelompok
mempunyai tanggung jawab secara individu atas pembelajaran mereka. Dengan
kedua cara ini pembelajaran kooperatif dapat dijalankan dengan baik dan akan
menghasilkan hasil yang maksimal.
2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: setiap anggota kelompok
mempunyai peran yang penting, terjadi interaksi langsung di antara siswa, setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
dalam kelompoknya, guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
interpersonal kelompok dan guru berinteraksi dengan kelompok belajar siswa bila
diperlukan saja.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
adalah: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan
yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif menggunakan
tujuan untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas criteria yang telah ditentukan.
Keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling
mendukung, saling membantu dan saling peduli. Keberhasilan kelompok
tergantung dari pembelajaran individu dari setiap anggota kelompok.
Pertanggungjawaban individu menitikberatkan pada aktivitas setiap anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban dari
setiap anggota kelompok juga dijadikan modal untuk menghadapi tes dan tugas-
tugas lainnyasecara mandiri tanpa bantuan teman dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiapsiswa baik yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.
Roger dan David Johson dalam Agus Suprijono (2009:58), menyatakan:
Lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah: Positif interdepence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), Face to face promotive interaction (interaksi promotif), Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) dan Group processing (pemrosesan kelompok).
Unsur pertama adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
adalah menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, mengusahakan agar setiap anggoata kelompok mendapatkan
penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan,
mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok
mendapat sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya mereka belum dapat
menyelesaiakan tugas sebelum mereka menyatukan tugas mereka menjadi satu.
Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas /peran yang saling mendukung dan
saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik
lain dalam kelompok.
Unsur kedua adalah tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini
muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung
jawab individu adalah kunci untuk menjaminsemua anggota yang diperkuat oleh
kegiatan belajr bersama. Artinya setelah mengikuti kelompok belajar bersama,
anggota kelompok harus dapat menyelesaiakan tugas yang sama. Beberapa cara
menumbuhkan tanggung jawab individu adalah kelompok belajar jangan terlalu
besar, melakukan assemen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa,
yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada
guru maupun kepada seluruh peserta didik, mengamati setiap kelompok dan
mencatat frukuensi individu dalam membantu kelompok , menugasi seorang
peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa dikelompoknya dan menugasi
peserta didik mengajari temannya.
Unsur ketiga adalah interaksi promotif. Unsur ini penting karena dapat
menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
a.Saling membantu secara efektif dan efisien b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien d. Saling mengingatkan e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi f. Saling percaya g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
(Agus Suprijono, 2009:60)
Unsur keempat adalah ketrampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan
kegiatan peserta dalam pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan
mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling
menerima dan saling mendukung serta mampu menyelesaikan secara konstruktif.
Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok. Pemrosesan mengandung
arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan
atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di
antara anggota kelompok yang saling membantu dan siapa yang tidak membantu.
Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan
kelompok. Ada dua pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara
keseluruhan.
3 ). Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang merupakan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif
mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu: “hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keagaman dan pengembangan ketrampilan sosial” (Ibrahim dkk, 2007
dalam Trianto:2007:44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
Penjelasan dari tiga jenis tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
hasil belajar akademik. Dalam pembelajarn kooperatif meskipun mencakup
beragam tujuan sosial juga memperbaiki prestasi belajar siswa. Beberapa ahli
berpendapat bahwa ini unggul dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa struktur model penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan niali siswa pada pembelajaran akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah
norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, menengah atau atas yang
bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan individu. Tujuan kedua
pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial dan kemampuan. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
yang berbeda untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
Pengembangan ketrampilan sosial. Tujuan pembelajaran kooperatif yang
ketiga adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan untuk bekerja sama dengan
teman-teman dalam kelompoknya dan saling berkolaborasi. Ketrampilan-
ketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa karena pada saat ini banyak
terdapat anak muda yang masih kurang ketrampilan sosialnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa
atau peserta didik juga harus mempelajari ketrampilan khusus yang disebut
ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan tersebut berlangsung.
Ketrampilan kooperatif tingkat awal meluputi menggunakan kesepakatan.
menghargai kontribusi, mengambil giliran dalam berbagi tugas, berada dalam
kelompok, berada dalam tugas,mendorong partisipasi dan menghormati perbedaan
individu. Ketrampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan
simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima oleh
orang lain, mendengarkan dengan seksama dan arif, bertanya, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengorganisir dan mengurangi ketegangan. Ketrampilan
tingkat mahir meliputi mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan
kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams - Achievement Division
(STAD)
Pembelajarn kooperatif tipe Student Teams- Achievement Division
(STAD) STAD merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran tipe Student Teams- Achievement Division
(STAD) terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor
kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin : 2008:143).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
Presentasi kelas, merupakan pelajaran langsung seperti yang sering
dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru tetapi juga memasukkan
presentasi audiovisual. Siswa harus benar-benar member perhatian penuh selama
presentasi kelas ini, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka
ketika mengerjakan kuis dan skor kuis tersebut menentukan skor tim mereka.
Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi tim ini
adalah untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar dan
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah
guru menyampaikan presentasi kelas, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-
lembar kegiatan. Tiap-tiap anggota tim membahas permasalahan bersama,
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila
anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Kuis, setelah tim bekerja untuk memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru para siswa mengerjakan kuis secara individual. Mereka tidak
diperbolehkan uttuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap
siswa bertanggung jawab secara individu untuk memahami materi pelajaran.
Skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual
adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik
dari pada sebelumya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa
diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai sebelumnya.
Rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada tim yang
memperoleh skor terbesar. Sehingga tim lain akan terpacu untuk bekerja lebih giat
agar tim mereka bisa memperoleh skor yang terbaik untuk materi selanjutnya.
Seperti halnya model pembelajaran yang lain, pembelajaran tipe Student
Teams -Achievement Division (STAD) ini juga membutuhkan persiapan yang
matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan
tersebut antar lain: a). Perangkat Pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran ini perlu dipersiapkan perlengkapan pembelajrannya yang meliputi
Silabus, Rencana Pembelajaran (RP), modul pembelajaran siswa, alat evaluasi. b).
Membentuk Kelompok Kooperatif. Menentukan anggota kelompok diusahakan
agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar
satu kelompok dengan kelompok lainnya relative homogen. Apabila
memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan keragaman ras,
agama, jenis kelamin dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas
ras dan latar belakang sosial yang sama maka pembentukan kelompok didasarkan
pada perbedaan prestasi akademik. c). Menentukan skor awal. Skor awal yang
dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor ini
dapat berubah setelah adanya kuis, misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan
setelah diadakan tes, maka hasil tes individu dapat dijadikan skor awal. d).
Pengaturan tempat duduk. Pengaturan tenpat duduk dalam kelas kooperatif perlu
juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk maka akan
menyebabkan kegagalan pembelajaran di kelas. e). Kerja kelompok. Untuk
mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipa STAD, terlebih
dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk jauh
mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok
3. Pembelajaran Numbered-head-together (NHT)
Numberad-head-together adalah pendekatan yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1998) dalam Arends (2008 : 16) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan
untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Untuk
mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa di dalam kelas, guru menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut: membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
yang beranggotakan tiga sampai lima orang siswa dan memberi nomor sehingga
masing-masing siswa memiliki nomor 1 sampai 5, mengajukan
pertanyaan/permasalahan kepada siswa, siswa menyatukan “kepalanya” untuk
menemukan jawaban dan memastikan semua siswa tahu jawabannya dan terakhir
guru memanggil sebuah nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut
mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kepada seluruh kelas secara
bergantian hingga semua pertanyaan/permasalahan habis.
4. Motivasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
“Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutaman
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja”
(Slavin,2008:34). Menurut Deutch dalam Slavin (2008:35) megidentifikasikan
tiga unsur tujuannya yaitu:
Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan - anggota yang lain. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lain. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individ tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota yang lain.
Dalam perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan
sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok mereka bisa meraih
tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu,
untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman
satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil,
dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota kelompoknya untuk
melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang
didasarkan pada kinerja kelompok menciptakan struktur penghargaan
interpersonal dimana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi
pemicu-pemicu sosial dalam merespon usaha yang berhubungan dengan tugas
kelompok. Dalam kelompok kooperatif , pembelajaran menjadi sebuah aktivitas
yang membuat para siswa lebih unggul dari teman sebayanya. Jadi teori motivasi
dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan
kooperatif mengubah insentif bagi siswa untk melakukan tugas-tugas akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
Menurut John M. Keller dalam Angkowo (2007 : 39) prinsip motivasi
yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu model
ARCS (Attention, Relevance, Convidence, Satisfication ). A (Attention atau
perhatian) artinya siswa mau belajar harus memiliki perhatian pada materi yang
akan dipelajari. Perhatian siswa dapat bangkit antara lain karena dorongan rasa
ingin tahu. Siswa cenderung belajar tentang apa yang ingin mereka pelajari dan
akan mengalami kesulitan untuk mempelajari materi yang tidak menarik minat
mereka. R (Relevance atau kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila
siswa mengetahui bahwa materi pelajaran mempunyai manfaat langsung secara
pribadi. Kata relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. C (Convidence atau kepercayaan diri) untuk belajar
secara efektif perlu dihilangkan kekhawatiran dan ketidakmampuan dalan diri
siswa. Siswa harus percaya bahwa ia mampu dan bias berhasil dalam mempelajari
sesuatu. Oleh karena itu dalam diri siswa perlu ditumbuhkan harapan posotif
untuk berhasil. Siswa harus merasa diri kompeten atau mampu agar dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. S (Satisfication atau kepuasan)
artinya motivasi belajar harus mampu menghasilkan rasa puas guna mendorong
tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Keberhasilan dalam mencapai suatu
tujuan akan menghasilkan kepuasan. Dengan demikian siswa akan termotivasi
untuk terus berusaha mencapai tujuan.
Menurut Mc Donald dalam Wasty Soemanto (1983 : 191) motivasi
sebagai perubahan tenaga di dalam pribadi/diri seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
motivasi ini berisi tiga hal, yaitu motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga
dalam diri seseorang, motivasi ditandai oleh dorongan afektif dan motivasi
ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Beberapa pendapat tentang motivasi belajar: menurut Morgan dalam
Wasty Soemanto (1983: 194) dikatakan bahwa motivasi bertalian dengan
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek daripada motivasi :
keadaan yang mendorong tingkah laku (“motivating states ), tingkah laku yang
didorong oleh motivasi tersebut (“motivated behavior”), dan tujuan dariupada
tingkah laku tersebut (“goal or ends of such behavior”). Menurut McDonald
dalam Wasty Soemanto (1993 : 194 ) dikatakan adalah motivasi adalah
perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-
reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan bagian dari learning.
Proses timbul/tumbuhnya motivasi mengikuti pola berikut : Drives-----Needs-
----Motives----Motivasi kelakuan. Menurut Mohammad Asrori (2007:183),
motivasi diartikan sebagai: dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara
disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu; dan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan
dorongan kepada seseorang (atau dapat juga pada diri sendiri) , untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
mengambil tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh penghargaan.
Menurut Mohammad Asrori (2007:184), indikator untuk mengetahui
siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran adalah:
1) Memiliki gairah yang tinggi. 2) Penuh semangat. 3) Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. 4) Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu. 5) Memiliki rasa percaya diri. 6) Memiliki daya konsentrasi yang tinggi. 7) Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi. 8) Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses
pembelajaran di kelas, maka guru akan merasa enak dan antusias dalam
menyelenggarakan proses pembelajarannya. Namun demikian , keadaan yang
sebaliknya juga sangat boleh jadi kita temukan. Artinya ada sejumlah siswa
yang bermotivasi rendah.
Mohammad Asrori (2007:184), ada sejumlah indikator siswa yang
memiliki motivasi rendah ini, yaitu:
1) Perhatian terhadap pelajaran kurang. 2) Semangat juangnya rendah. 3) Mengerjakan sesuatu seperti diminta membawa beban berat. 4) Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas. 5) Memiliki ketergantungan kepada orang lain. 6) Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”. 7) Daya konsentrasi kurang. Secara fisik mereka berada di dalam kelas, tapi pikirannya mungkin berada di luar kelas. 8) Mereka cenderung membuat kegaduhan. 9) Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses
pembelajaran di kelas, maka guru tidak akan enak, tidak nyaman dan tidak
antusias dalam menyelemggarakan proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
5. Interaksi Sosial
a. Definisi Interaksi Sosial
Menurut Slamet Santosa (2006 : 10), pada hakekatmya manusia memiliki
sifat yang dapat dibagi menjadi tiga folongan, yaitu manusia sebagai makhluk
individual; manusia sebagai makhluk sosial; dan manusia sebagai makhluk
berketuhanan. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut melakukan hubugan
sosial antar sesama dalam hidupnya disamping tuntutan untuk hidup
berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus
dilaksanakan, artinya bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari
tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan
bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran
yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui, dan
saling mengenal.
Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65), “interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang per orang,
antara kelompok-kelompok manusia maupun antara per orang dengan kalompok
manusia”. Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65-66), “kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu: antara orang per orang, dilakukan dalam proses
sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat; antara individu dengan suatu
kelompok sosial atau sebaliknya; dan antara kelompok sosial dengan kelompok
sosial lainnya”. Komunikasi memberikan penafsiran pada perilaku manusia yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap, dan tindakan. Secara sederhana
dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari
seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang
lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai
proses berbagi bersama perasaan, gagasa, sikap, dan perilaku dalam meraih
tujuan yang diinginkan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
interaksi sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih ketika
individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain, atau sebaliknya.
b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santosa (2006: 22-23), bentuk-
bentuk interaksi sosial antara lain:
1) kerja sama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehinga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima pengaruh dari anggota lain; dan 2) Persaingan (competition), yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan tersebut sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu / kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsi-fungsi antara lain : menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santosa (2006 : 23-27),
bentuk interaksi sosial dibagi menjadi :
1) Persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan proses interaksi sosial dimana individu-induvidu atau kelompok induvidu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan; 3) persesuaian (accommodation), yaitu “…a process of increasing mutual adaption or adjustment. Typecally accommodation is a kind of compromise by which conflict is halted, though often only temporarily”. Persesuaian merupakan usaha individu-individu atau kelompok individu
saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
Ada juga yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu
pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi berarti
proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan; dan perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu proses sosial
dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok-
kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan
atau tujuan bersama.
Soerjono Soekamto (2006:71-90) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi
sosial meliputi :
1). kerjasama; 2) akomadasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiapindividu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telahada tanpa menggunakan kekerasanterhadap keputusan atau tindakan orang lain; 5) pertentangan / konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihk lain melalui ancaman atau kekerasan.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju kearah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
kestabilan sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akamodasi, asimilasi,
akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi dan pertentangan.
Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa untuk mengetahui interaksi sosial yang
terjadi pada siswa dapat ditinjau dari : 1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan
(competition); 3) pertentangan (conflict); 4) persesuaian (accommodation); dan 5)
perpaduan (assimilation)
6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar
(Purwodarminto, 1986:56). Prestasi dinilai dan diukur dari usaha belajar yang
dinyatakan dengan simbol, angka, huruf maupun kalinat yang dapat
mencerminkan hasl yang telah dicapai anak didik dalm periode tertentu
(Tirtonegoro,1984:26 )
Prestasi didefinisikan sebagi kemampuan, ketrampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin,1993:3). Prestasi merupakan
hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Syaiful Anwar,1987:13) atau
bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai (Winkel,1993:24).
Menurut Nana Sudjana (2005 : 2) belajar dan mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung tiga unsur yang dapat di bedakan yaitu tujuan
pengajaran (instruksional), pegalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan hasil dari rangkaian proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan instruksional, sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai
siswa dapat dilihat dari hasil belajar, jadi hasil belajar dapat digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
umpan balik, guru dapat mengambil tindakan untuk menentukan metode dan
media alternatif yang tepat sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas , maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang yang disebut dengan
hasil belajar yang diukur dengan menggunakan tes atau evaluasi, dan ditunjukkan
dengan nilai tes. Sehingga proses belajar adalah kegiatan yang paling pokok, yang
artinya bahwa hasil belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa.
Dalam penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah dari sisi
aspek kognitif dan afektif siswa. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang
padanannya adalah knowing , berarti mengetahui. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu
domain/wilayah/ranah psikologis manisia yang meliputi setiap perilakuyang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat
perlu dikembangkan segera, khusunya oleh guru, yaitu strategi belajar memahami
isi materi pelajaran dan strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan
aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini,
agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan
psikomotornya sendiri.
Muhibbin Syah (1999 : 51), Strategi adalah prosedur mental yang
berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-upaya yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau pilihan-pilihan
kebiasaan belajar ( cognitife preferences ) siswa. Pilihan kebiasaan belajar siswa
secara garis besar terdiri atas menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam
materi dan mengaplikasi prinsip-prinsip materi.
Preferensi kognitif yang pertama pada umunya timbul karena dorongan
luar ( motif ekstrinsik ) yang mengakibatkan siswa belajar hanya sebagai alat
pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun
menurut Dart & Clarke dalam Muhibbin Syah (1999 : 51), bukan ingin menguasai
materi secara mendalam, melainkan sekedar lulus atau naik semata. Sebaliknya
preferensi yang kedua timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (
motif instrinsic ), artinya siswa memang tertarik dan membutuhkan materi-materi
pelajaran yang disajikan guru. Tugas guru dalam hal ini menggunakan pendekatan
mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang
berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.
Tabel 2.4. Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah Kognitif Indikator Cara Evaluasi 1.Pengamatan 2.Ingatan 3.Pemahaman
1.Dapat menunjukkan 2.Dapat membandingkan 3.Dapat menghubungkan 1.Dapat menyebutkan 2.Dapat menunjukkan kembali 1.Dapat menjelaskan 2.Dapat mendefinisikan dengan lisan
sendiri
1.Tes lisan 2.Tes tertulis 3.Observasi 1.Tes lisan 2.tes tertulis 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Tes tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
4.Aplikasi 5.Analisis (Pemeriksaan
dan pemilahan secara teliti)
6.Sintesis (Membuat
paduan baru dan utuh )
1.Dapat memberi contoh 2.Dapat menggunakan secara tepat 1.Dapat menguraikan 2.Dapatmengklasifikan/memilah-milah 1.Dapat menghubungkan materi-
materi, sehingga menjadi kesatuan yang baru.
2.Dapat menyimpulkan
1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas
(Muhibbin Syah, 1999 : 214 )
Tabel 2.5. Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan
Ranah Indikator Contoh Perolehan Kemampuan
Keterangan
Afektif 1. Penerimaan 2. Partisipasi 3. Penilaian/penentuan
sikap 4. Organisasi 5. Pembentukan pola
hidup
Menunjukkan…. Mematuhi…. Menghargai…. Membentuk aturan Menunjukkan kepercayaan diri
Sesuai jenis nilai, norma dan perilaku
(Dimyati dan Mudjiono, 2009:178)
Suharsimi Arikunto (1988:1) menyatakan bahwa tujuan utama penilaian
adalah menyiapkan informasi untuk pengambilan keputusan, tujuan khususnya
untuk identifikasi bagian-bagian yang belum terlaksana, tujuan tambahan untuk
mencoba mencari alternatif lebih lanjut, diteruskan, diubah dan dihentikannya
suatu program. Penilaian selain untuk mengambil keputusan juga berfungsi untuk
perbaikan dan prngembangan kegiatan yang sedang berlangsung atau penilaian
formatif. Sedangkan fungsi penilaian adalah untuk pertanggungjawaban, seleksi
dan keterangan merupakan fungsi sumatif. Sehingga adanya penilaian merupakan
ide dasar dalam melakukan pengembangan, implementasi, perbaikan program,
seleksi motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan (Toyibnapis,2000:4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
“Penilaian formatif berlangsung pada saat terjadinya proses pembelajaran
dengan maksud memberi umpan balik kepada siswa” (Toyibnapis,2000:18 ).
Sasaran pengamatan guru dalam penilaian formatif adalah apakah siswa telah
bekerja secra maksimal dan efisein. Bila hasil pengamatan guru menunjukkan
gejala positif, maka kegiatan pembelajaran dilangsungkan terus dan bila negatif
maka pembelajaran mungkin perlu modifikasi. Pada penilaian formatif ini, siswa
perlu diinformasikan mengenai kemajuannya serta dimotivasi untuk
mnggairahkan kegiatannya.
Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir semester, tahun atau program.
Penilaian sumatif dapat dijadkan sebagai masukan untuk mermberikan penilaian
yang komprehensif terhadap kesuksesan program atau kurikulum.
7. Mata Pelajaran Fisika
Cakupan materi fisika di tingkat SMK meliputi : 1) Mekanika,yang
memuat bahasan kinematika, dinamika, elastisitas dan fluida. 2) Kalor, yang
memuat suhu, perpindahan kalor, pemuaian, perubahan wujud zat, teori kinetik
gas dan thermodinaika. 3) Getaran, gelombang mekanik, gelombang
elektromagnetik dan gelombang bunyi. 4) Listrik yang meliputi listrik statis,
listrik dinamis dan sumber arus searah. 5) Magnet yang meliputi medan magnet
dan induksi elektromagnetik. 6) Arus dan tegangan bolak-balik. 7) Optik dan alat-
alat optik yang meliputi refleksi, difraksi, dispersi dan interferensi. 8) Fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
modern yang meliputi teori atom, teori relativitas, zat padat dan piranti semi
konduktor.
Dari sekian banyak cakupan materi fisika, peneliti mengambil materi
pada bahasan dinamika gerak lurus yang diajarkan di kelas X semester 1 SMK
yang berkaitan dengan Hukum-hukum Newton dan penerapannya. Adapun materi
dinamika gerak lurus yang diajarkan adalah sebagai berikut:
a. Konsep Gaya
Jika seseorang mendorong sebuah meja, menarik sebuah balok dengan
tali atau memukul sebuah kaleng maka meja dan balok tersebut akan bergerak
sedangkan kaleng tersebut akan penyok (berubah bentuk). Jadi gaya adalah suatu
dorongan atau tarikan yang menyebabkan suatu benda mengalami gerak atau
berubah bentuk. Salah satu cara untuk mengukur besarnya gaya adalah dengan
menggunakan neraca pegas. Gaya diberi notasi F dan satuan gaya adalah Newton
(N). Gaya merupakan besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar dan arah.
Fisikawan mengenal empat gaya di alam yang disebut gaya-gaya fundamental
yaitu : 1) Gaya gravitasi. 2) Gaya elektromagnetik. 3) Gaya nuklir kuat. 4) Gaya
nuklir lemah.
Gaya gravitasi adalah gaya yang bekerja antara bumi dengan sebuah
benda yang berada di dekat permukaan bumi, gaya ini disebut berat benda. Gaya
gravitasi juga bekerja antara matahari dengan bumi dan planet planet yang lain.
Gaya electromagnet meliputi gaya listrik dan gaya magnet. Gaya nuklir kuat dan
lemah bekerja diantara partikel-partikel yang terpisah di dalam ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
Dalam mekanika dikenal empat gaya populer, antara lain berat benda,
gaya gesek, tegangan tali dan gaya normal. Berat benda adalah gaya yang dialami
oleh suatu benda karena pengaruh gaya tarik bumi yang arahnya menuju pusat
bumi. Gaya gesek adalah gaya yang dialami oleh suatu benda yang bergerak di
atas lintasan yang kasar, yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak
benda. Tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada tali jika suatu benda
digantung dengan tali karena pengaruh dari gaya berat. Dan gaya normal adalah
gaya yang arahnya selalu tegak lurus dengan bidang benda berada.
b. Hukum-hukum Newton Tentang Gerak
1). Hukum I Newton (Hukum Kelembaman)
Hukum ini menyatakan bahwa suatu benda akan cenderung
mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya
yang bekerja pada benda tersebut atau gaya total yang bekerja pada benda tersebut
sama dengan nol. Atau dikatakan bahwa benda yang diam akan tetap diam dan
benda yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus
dengan kecepatan tetap. Pernyataan Hukum I Newton ini secara matematis dapat
dituliskan sebagai:
∑ F = 0
…………………………………………………………………..(2.1)
Persamaan (2.1) menyatakan bahwa jumlah dari semua gaya yang bekerja
sama dengan nol.
2). Hukum II Newton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Hukum ini menyatakan bahwa resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda akan menghasilkan percepatan yang arahnya sama dengan arah resultan
gaya tersebut dan berbanding lurus dengan besar gaya dan berbanding terbalik
dengan massa benda. Atau dapat dikatakan bahwa percepatan suatu benda
dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massanya. Secara matematis
dituliskan sebagai :
a = ∑ F / m atau
∑ F = m.a
…………………………………………………………………..(2.2)
Persamaan (2.2) menyatakan bahwa jika gaya dinyatakan dalam satuan
Newton, massa dalam satuan kg dan percepatan dalam satuan meter per detik.
Semakin besar massa benda maka semakin besar gaya yang diperlukan dan
semakin besar percepatan suatu benda maka gaya yang diperlukan juga akan
semakin besar Hukum II Newton ini dapat pula dinyatakan dengan laju perubahan
momentum sebuah benda yang bergerak sebanding dan searah dengan gaya yang
mempengaruhinya dan diformulasikan sebagai:
F = d(mv) / dt
………………………………………..………………(2.3) Persamaan (2.3)
menyatakan bahwa gaya merupakan turunan dari fungsi momentum suatu benda
terhadap waktu. Jika massa benda adalah tetap maka:
F = m dv/dt
…………………….……………………………………………..(2.4)
Persamaan (2.4) menyatakan bahwa gaya merupakan hasil kali antara
massa benda dengan turunan fungsi kecepatan suatu benda terhadap waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
3). Hukum III Newton
Hukum III Newton disebut juga sebagai hukum aksi-reaksi, karena
hukum ini membahas tentang gaya reaksi yang disebabkan oleh gaya aksi. Syarat
berlakunya hukum III Newton ini adalah gaya aksi-reaksi harus bekerja pada dua
benda yang berlainan dan arah kedua gaya tersebut adalah berlawanan. Hukum ini
menyatakan jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda
yang kedua ini akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang besarnya sama
dan arahnya berlawanan. Secara matematis dituliskan sebagai:
Faksi = -Freaksi …………………………………………………………………………………….
(2.5) Persamaan (2.5) menyatakan bahwa besarnya gaya reaksi sama dengan
besarnya gaya aksi. Tanda negatif menyatakan bahwa arah gaya reaksi
berlawanan dengan arah gaya aksi.
c. Penerapan hukum-hukum Newton
1) Benda di atas bidang datar licin, dipengaruhi gaya yang membentuk sudut
tertentu terhadap arah gerak benda.
Percepatan sistem:
Σ F = ma
Fcos α = ma` Gambar 2.1. Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α.
a =
mF acos
………………………………………………………..……(2.6)
Persamaan (2.6) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu benda yang
ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α tergantung dari gaya dan massa
m α
F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
benda. Semakin besar sudutnya maka percepatan benda akan semakin kecilkarena
nilai cos sudut tersebut semakin kecil, semakin besar gaya maka percepatan akan
semakin besar dan semakin besar massa benda maka nilai percepatan akan
semakin kecil.
2) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol licin, dengan
salah satu benda berada di atas bidang datar licin dan yang lainnya tergantung
Percepatan sistem :
Σ F = ma
W2 – T – T = ( m1 + m2 ) a
m2 g = ( m1 + m2 ) a Gambar 2.2. Dua balok dihubungkan oleh
katrol licin
a
=21
2
mm
m
+…………………………………………………………..(2.7)
Persamaan (2.7) menyatakan bahwa besarnya percepatan dari dua balok
yang dihubungkan oleh katrol licin, satu balok terletak pada bidang datar dan
yang lain tergantung dapat ditentukan dengan membagi massa balok yang
tergantung dengan jumlah massa kedua balok.
Tegangan tali:
Σ F = m1a
Untuk benda m1
T = m1a
…………………………………………………………….(2.8) Persamaan
(2.8) menyatakan bahwa tegangan tali merupakan hasil kali antara massa balok
m1
m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
yang terletak pada bidang datar dengan percepatan. Tegangan tali dinyatakan
dalam satuan Newton.
3) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol yang licin, kedua
benda dalam keadaaan tergantung ( m2 > m1 )
Percepatan sistem :
Σ F = ma
W2 – T + T – W1 = ( m1 + m2 ) a
( m2 – m1 ) g = ( m1 + m2 ) (2.9) Gambar 2.3. Dua balok
dihubungkan oleh
katrol licin dan
tergantung
a = 21
12
mm
mm
+-
g ……………………………………………………
(2.9) Persamaan (2.9) menyatakan bahwa percepatan kedua balok dapat
ditentukan dengan membagi selisih massa kedua balok dengan jumlah massa
kedua balok kemudian hasilnya dikalikan dengan percepatan gravitasi bumi.
Percepatan gravitasi bumi dinyatakan dengan satuan m/det2.
Tegangan tali : untuk benda m1
Σ F = ma
T – W1 = m1a
T – m1g = m1
T = m1 ( g + a) …………………………………………………. (2.10)
m1 m2
m2 > m1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Persaaan (2.10) menyatakan bahwa besarnya tegangan tali dapat
ditentukan dengan mengalikan massa m1 dengan jumlah dari nilai percepatan
gravitasi bumi dengan percepatan .
4) Benda berada di bidang miring licin yang membentuk sudut tertentu
Percepatan benda :
Σ F = ma
Wsinα = ma
mgsinα = ma Gambar 2.4. Sebuah balok meluncur pada
bidang miring yang membentuk sudut α
a = g sinα …………………………………………………….
(2.11) Persamaan (2.11) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu balok
yang meluncur pada bidang miring tergantung dari nilai sinus sudutnya dikalikan
besarnya percepatan gravitasi bumi, semakin besar sudutnya maka percepatannya
akan semakin besar. Percepatan balok tidak tergantung pada massa balok.
5) Gaya normal atau berat benda/orang yang berada di dalam lift.
(a) Lift diam atau bergerak lurus beraturan
Σ F = ma
N – W = 0
N – mg = 0 Gambar 2.5. Orang berada di dalam lift
N = mg ………………………………………………………… (2.12)
Persamaan (2.12) menyatakan bahwa besarnya gaya normal orang atau
berat orang sama dengan massa dikalikan percepatan gravitasi. Gaya normal
orang atau berat orang dinyatakan dalam satuan newton.
α
m
a
w
W cos α
W sin α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
(b). Lift bergerak ke bawah dengan percepatan a
Σ F = ma
N + mg = ma
N = mg - ma
N = ( g - a )m ……………………………………………………. (2.13)
Persamaan (2.13) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di
dalam lift yang bergerak ke bawah sama dengan selisih antara percepatan
gravitasi dengan percepatan lift dikalikan massa. Semakin besar percepatan benda
maka besarnya gaya normal akan semakin kecil.
(c). Lift bergerak ke atas dengan percepatan a
Σ F = ma
N – mg = ma
N = mg + ma
N = ( g + a ) m
…………………………………………………………(2.14)
Persamaan (2.14) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di
dalam lift yang bergerak ke atas sama dengan jumlah percepatan gravitasi dengan
percepatan lift dikalikan dengan massa. Semakin besar percepatan lift maka
besarnya gaya normal akan semakin besar pula.
(d). Tali lift putus atau lift bergerak ke bawah dengan percepatan g
Σ F = ma
N + mg = mg
N = 0 ………………………………………..……………… (2.15)
a
a
g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
Persamaan (2.15) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di
dalam lift yang bergerak ke bawah dengan percepatan g adalah sama dengan nol,
artinya terjadi gerak jatuh bebas.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Setiyani (2009) dengan judul
“Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD) dan
Number Head Together (NHT) ditinjau dari orientasi bekerja sama dan
kemampuan visual spasial” yang bertujuan untuk mengetahui: a) pengaruh
metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi belajar kimia, b)
pengaruh orientasi bekerja sama tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kimia, c) pengaruh kamampuan visual spasial tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar kima, d) interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT
dengan orientasi bekerja sama terhadap prestasi belajar kimia, e) interaksi
antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan kemampuan visual
spasial terhadap prestasi belajar kimia, f) interaksi antara orientasi bekerja
sama dengan kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia dan g)
interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, orientasi bekerja sama
serta kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia. Kekurangan
penelitian ini adalah penyampaian presentasi kelas dengan power point
sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam penyampaian presentasi kelas dengan
demonstrasi dilengkapi LKS sehingga siswa terlibat aktif dalam memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
materi yang diajarkan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah penerapan metode STAD dan NHT. Sedangkan perbedaannya
adalah pada mata pelajarannya, yaitu kimia dan yang diteliti oleh peneliti
adalah fisika. Variable orientasi bekerja sama dan kemampuan visual spasial
sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah motivasi dan interaksi sosial siswa.
Dan juga populasinya yaitu siswa SMA N 5 Madiun dan yang diteliti oleh
peneliti adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Harsoyo (2010) dengan judul “Pembelajaran
Fisika melalui STAD (Students Teams Achievement Division) dan Jigsaw
ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan aktivitas belajar”, yang
bertujuan: a) mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD dan Jigsaw
terhadap prestasi belajar, b) mengetahui pengaruh menggunakan alat ukur
listrik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, c) menegtahui pengaruh
aktivitas belajar tinggi da rendah terhadap prestaso belajar, d) mengetahui
interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan kemampuan
menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar, e) mengetahui interaksi
antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar, f) mengetahui interaksi antara kemampuan menggunakan alat
ukur dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar dan f) mengetahui
interaksi antar model pembelajaran STAD dan Jigsaw, kemampuan
menggunaka alat ukur serta aktivitas belajr terhadap prestasi belajar.
Persamaan antara penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah
pada penerapan model pembelajaran STAD pada ranah kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini model Jigsaw sedang yang
diteliti oleh peneliti adalah metode NHT, variable dalam peneliyian ini adalah
menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar sedangkan yang diteliti oleh
peneliti adalah motivasi dan interaksi social siswa. Populasinya SMA N 1
Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti adalah SMK N Jenawi Kabupaten
Karanganyar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Junianto dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif STAD dan TPS Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau
dari Sikap Ilmiah” yang bertujuan untuk mengatahui: a) pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS terhadap prestasi belajar
mahasiswa, b) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar mahasiswa dan c) interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan TPS dengan sikap ilmiah terhdap prestasi belajar mahasiswa.
Pada penerapan metode TPS seorang siswa berpikir sendiri kemudian berbagi
dengan pasangannya, sehingga sumbangan dari teman-teman yang lain di
dalam kelas sangat kurang. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah penerapan metode pembelajaran STAD. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode TPS dan yang diteliti
oleh peneliti adalah metode NHT , sikap ilmiah dan yang diteliti oleh peneliti
adalah motivasi dan interaksi social siswa serta populasinya yaitumahasiswa
Akademi Analisis Kesehatan Nasional Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti
adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penerapan metode NHT
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawabannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
kepada seluruh kelas, mereka juga menerima jawaban dari semua teman di
dalam kelas. Sehingga sumbangan dari teman-teman di dalam kelas lebih
banyak. Interaksi sosial dengan teman juga menjadi lebih baik.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mulyadi (2010) dengan judul “
Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Metode STAD dengan Media Kit
dan Media Sederhana Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal
Siswa”. Penelitian ini telah membuktikan: a. Media berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa, b. Kemampuan awal berpengaruh terhadap presyasi
belajar siswa, c. Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
d. Tidak ada interaksi antara media dengan kemampuan awal terhadap prestasi
belajar siswa, e. Tidak ada interaksi antara media dengan motivasi belajar
terhadp prestasi belajar siswa, f. Tidak ada interaksi antara motivasi belajar
dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa, g. Tidak ada
interaksi antara media, motivasi belajar dengan kemempuan awal siswa
terhadap prestasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah pada penerapan
metode NHT yang dilakukan oleh peneliti. Kelebihan dari penelitian ini adalah
penggunaan media kit sehingga materi lebih mudah dipahami dan diingat
karena bersifat riil. Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan media
sederhana yaitu media torso yang merupakan media yang bersifat tiruan.
Penelitian yang dilakukan peneliti presentasi kelas dilakukan dengan
demonstrasi dilengkapi LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
5. Penelitian yang dilakukan oleh Kamuran Tarim dan Fikri Adeniz tahun 2008
dengan judul “The effects of cooperative learning on Turkish elementary
students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using
TAI and STAD methods “. Peneliti dalam penelitian ini telah membuktikan
adanya dampak positif dengan penerapan TAI dan STAD terhadap prestasi
belajar matematika siswa SD. Penerapan metode TAI memberikan hasil yang
lebih baik dari pada metode STAD. Kelebihan dari penelitian ini adalah
penelitian berlangsung selama 14 minggu. Kelemahan dari penelitian ini adalah
sampelnya siswa SD dengan umur 9-10 tahun. Menurut Piaget untuk usia
tersebut siswa dalam tahap operasional konkret. Siswa belum mampu untuk
berdiskusi, menarik kesimpulan maupun menyampaikan gagasan/ide dalam
kelompoknya. Sampel pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah siswa
SMK yang usianya 15-16 tahun yang menurut Piaget termasuk dalam tahap
operasional formal sehingga siswa mampu untuk berdiskusi, menarik
kesimpulan, mengoreksi hasil jawaban maupun menyampaikan gagasan/ide
dalam kelompoknya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah metode TAI
diganti dengan NHT
C. Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
1. Pegaruh Penggunaan Metode STAD dan NHT terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Pembelajaran di SMK N Jenawi masih bersifat “teacher centered”, yang
artinya pembelajaran yang berpusat pada guru. Para guru di SMK N Jenawi belum
menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Gejala-gejala fisis dan aplikasi
hukum-hukum Newton banyak diamati dan dirasakan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari, baik hukum I, II dan III Newton. Sehingga siswa sudah memahami
konsep tentang hukum-hukum Newton. Mereka sudah bisa mempelajari secara
mandiri, baik secara sendiri maupun bersama-sama, sehingga mereka sudah
memahami materi hukum-hukum Newton meskipun masih sedikit.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi
intelektual. Adaptasi ini melibatkan proses skemata, asimilasi, akomodasi dan
equilibration. Skemata adalah struktur kognitif yang berupa ide, konsep dan
gagasan yang dimiliki seseorang. Asimilasi adalah proses perubahan yang
dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi
adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh seseorang. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi baru. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Perkembangan kognitif
terbentuk melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.
Penerapan metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar bersama-sama dalam kelompok dalam memahami konsep yang
diajarkan, sehingga penerapan metode STAD dan NHT dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
interaksi sosial siswa. Metode STAD adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
presentasi kelas, dalam hal ini guru memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran. Kemudian mengelompokkan siswa, guru memberikan demonstrasi
tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika diperlukan.
Kemudian siswa melakukan kegiatan belajar (diskusi) bersama membahas materi
tertentu. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan terbantu oleh
siswa yang mampu. Dilanjutkan dengan kuis, siswa mengerjakan soal-soal secara
individual. Selanjutnya guru memberikan skor kemajuan individual. Terakhir
rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh
skor terbesar. Penerapan metode NHT juga merupakan pembelajaran dengan
mengelompokkan siswa. Pada penerapan metode NHT siswa dikelompokkan,
kemudian setiap siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor, guru memberikan
demonstrasi tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika
diperlukan. Siswa diberi materi untuk didiskusikan. Kemudian guru memanggil
nomor tertentu dan setiap siswa dengan nomor tersebut menjawab soal dan
seterusnya hingga soal habis. Adanya perlakuan yang berbeda ini, diduga
penerapan metode STAD akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada
penerapan metode NHT.
2. Pengaruh Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia
mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung akan memiliki
gairah yang tinggi dalam belajar, penuh semangat, memiliki rasa penasaran atau
rasa iungin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa
untuk melakukan sesuatu, memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi
yang tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi, serta
memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Mereka menyiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk pembelajaran, memiliki buku pake lebih dari satu
buah, sering pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi tentang materi yang
diajarkan. Sehingga diduga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan
mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi
rendah.
3. Pengaruh Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial dalam
kedudukannya ditempat ia berada. Siswa yang memiliki interaksi sosial yang
tinggi akan lebih mudah bekerja sama saling membantu antar siswa dalam
kelompok, menyukai persaingan tanpa kekerasan terhadap keputusan atau
tindakan orang lain, tidak menyukai konflik, berusaha untuk
meredakan/mengatasi pertentangan sehingga mencapai kestabilan, dan selalu
berusaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan di antara individu-individu atau
kelompok-kelompok serta mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Sehingga siswa dengan
kemampuan interaksi sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun
hidup bersosial di lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan
penjelasan kepada teman-temannya. Sehingga diduga siswa yang memilki
interaksi sosial tinggi akan mendapatkan presatsi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi sosial yang rendah.
4. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi Belajar
terhadap prestasi belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara nyata berinteraksi
satu faktor dengan faktor lainnya. Dalam penelitian ini, faktor metode
pembelajaran yang berinteraksi dengan motivasi dapat mempengaruhi prestasi
belajar. Bisa jadi siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih senang diajar dengan
metode STAD karena metode ini lebih menantang dari pada metode NHT. Siswa
harus lebih berkonsentrasi, lebih percaya diri, lebih bergairah dan berdaya juang
yang tinggi. Siswa merasa tertantang untuk belajar mandiri karena peran guru
yang sangat minim. Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari
pada metode STAD. Dengan demikian metode yang membuat siswa lebih
tertantang selama proses pembelajaran berinteraksi dengan motivasi yang tinggi
sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Demikian juga sebaliknya,
maka akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah. Karena itulah , maka
interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi diduga dapat memberikan
perbedaan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
5. Interaksi Antara Metode STAD dan NHT dengan Interaksi Sosial
Metode pembelajaran yang baik dan berinteraksi dengan interaksi sosial
yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Metode belajar
yang baik tentunya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar.
Bisa jadi siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih senang diajar dengan
metode STAD karena metode ini lebih memberikan ruang untuk setiap siswa
dalam saling berdiskusi bersama dalam memecahkan semua soal yang diberikan
oleh guru, siswa saling berinteraksi dengan siswa yang lain selama pembelajaran
berlangsung. Metode STAD melibatkan siswa secara lebih aktif dalam belajar .
Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari pada metode
STAD. Dengan demikian interaksi antara metode pembelajaran dengan interaksi
sosial diduga akan memberikan perbedaan prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara Motivasi dengan Interaksi Sosial
Motivasi yang tinggi dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam
dalam proses pembelajaran. Ia akan mengambil tindakan-tindakan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yauitu tim/kelompok memperoleh
penghargaan. Dengan demikian prestasi belajarnya juga tinggi. Interaksi sosial
yang tinggi juga dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam proses
pembelajaran. Ia akan lebih mudah bergaul, berteman . suka bertanya kepada
siswa yang lain jika belum memahami materi tertentu. Dengan demikian prestasi
belajarnya juga tinggi. Interaksi antara motivasi yang tinggi dan interaksi sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
yang tinggi menjadikan siswa benar-benar aktif dan bersemangat sehingga siswa
benar-benar berpartisipasi dalam belajar. Sehingga diduga interaksi antara
motivasi dengan interaksi sosial akan memberikan perbedaan prestasi belajar
siswa.
7. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi dan Interaksi
Sosial
Metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka saling bekerja sama dalam
memecahkan dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa yang belajar
dengan metode yang membuat siswa aktif, ditunjang dengan motivasi yang tinggi
dan disertai interaksi sosial yang tinggi, maka siswa akan bersemangat dalam
belajar. Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia
mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh
penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial
dalam kedudukannya ditempat ia berada. Siswa dengan kemampuan interaksi
sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun hidup bersosial di
lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan penjelasan
kepada teman-temannya. Dengan demikian interaksi dari metode, motivasi dan
interaksi sosial diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
D. Pengajuan Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
Berdasarka kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disampaikan,
maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang diberi pembelajaran
metode STAD dan NHT.
2. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dan rendah.
3. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki interksi sosial
tinggi dan rendah.
4. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar fisika.
5. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi sosial terhadap
prestasi belajar fisika.
6. Ada interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar
fisika.
7. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi belajar, dan interaksi
sosial terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di kelas X semester 1 SMK Negeri Jenawi
untuk tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Desember tahun 2010.. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
secara bertahap. Adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tahap Penelitian
Kegiatan Bulan
5 6 7 8 9 10 11 12 1
Penyusunan Proposal
Permohonan ijin
Penyusunan instrumen uji
coba instrumen
Pengambilan data
penelitian
Penyusunan laporan dan
konsultasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode
pembelajaran, yaitu metode pembelajaran STAD dan NHT . Faktor kedua adalah
motivasi belajar, yaitu motivasi belajar tinggi dan rendah, sedang faktor ketiga
adalah interaksi sosial, yaitu interaksi sosial tinggi dan rendah.
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Motivasi
Belajar (B)
Metode (A)
A1 A2
B1 B2 B1 B2
Interaksi Sosial
(C)
C1 A1B1C1 A1B2C1 A2B1C1 A2B2C1
C2 A1B1C2 A1B2C2 A2B1C2 A2B2C2
Metode terdiri dari metode STAD (A1) dan NHT (A2), motivasi terdiri dari
motivasi ringgi (B1) dan motivasi rendah (B2) sedangkan interaksi sosial terdiri
dari interaksi sosial tinggi (C1) dan interaksi sosial rendah (C2). Sebagai contoh
A1B1C1 artinya kelompok siswa yang diberi metode STAD, memiliki motivasi
tinggi dan interaksi sosial tinggi. A2B2C2 artinya siswa yang diberi metode NHT,
memiliki motivasi rendah dan interaksi sosial rendah.
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa X, XI dan XII semester 1
SMK Negeri Jenawi tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 10 kelas.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu
dalam populasi, karena di samping membutuhkan biaya yang cukup besar, juga
membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian dari sebagian populasi,
kita harapkan bahwa hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan sifat
populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang diambil disebut sampel.
Pada penelitian ini tidak dilakukan terhadap semua anggota populasi, akan tetapi
sampel yang diambil adalah tiga kelas dari populasi kelas X TKJ SMK Negeri
Jenawi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus representatif karena hasil
dari penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh
populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas X
TKJ 1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen II.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara undian
kelas (cluster random sampling). Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan
dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai
kelompok eksperimen I dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan
sebagai kelompok eksperimen II.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel bebas 1,
variabel bebas 2, dan variabel bebas 3. Variabel bebas 1 adalah metode
pembelajaran, variabel bebas 2 adalah motivasi belajar siswa, dan variabel bebas
3 adalah interaksi sosial siswa.
1. Variabel bebas 1
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan konsep-konsep pada materi Hukum-hukum Newton dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode
pembelajaran STAD dan NHT.
Metode pembelajaran STAD adalah suatu metode pembelajaran yang
dapat mengembangkan dan melatih keterampilan berpikir serta
mengembangkan potensi intelektual siswa yang meliputi langkah-langkah
pemecahan masalah.
2. Variabel bebas 2
a. Definisi Operasional
Motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk
adanya kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas
atau kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat tercapai.
Dalam penelitian ini motivasi belajar dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.
b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal
dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Pembuatan kategori ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai
siswa. Siswa dengan perolehan diatas atau sama dengan nilai rata-rata
dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan
skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
3. Variabel bebas 3
a. Definisi Operasional
Interaksi sosial siswa merupakan hubungan antara dua individu atau lebih
ketika individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal
dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Penggolongan ini
berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai
siswa. Siswa dengan perolehan di atas atau sama dengan nilai rata-rata
dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan
skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
fisika.
a. Definisi operasional
Prestasi belajar fisika adalah perolehan skor pada pengukuran dengan prestasi
belajar fisika yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
konsep pada materi pokok Hukum-hukum Newton setelah siswa mengikuti
proses belajar mengajar.
b. Skala pengukuran: Interval
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
tes, teknik angket, dan teknik dokumentasi.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada
materi pokok hukum – hukum Newton siswa kelas X SMK Negeri Jenawi
tahun pelajaran 2010/2011. Metode tes juga digunakan untuk mengetahui
prestasi siswa.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan adalah angket motivasi belajar siswa yang
digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, angket
interaksi sosial siswa mengetahui kemampuan interaksi sosial siswa dan angket
penilaian afektif untuk mengetahu prestasi belajar aspek afektif. Metode angket
berupa sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh
siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban
yang sudah disediakan oleh peneliti. Pemberian skor angket digunakan skala
Likert 1 sampai 4.
3. Metode Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya
yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya.
Yang digunakan sebagai dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai materi
pokok sebelumnya.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes prestasi
kognitif, angket penilaian afektif, angket penilaian motivasi siswa dan angket
penilaian interaksi sosial siswa.
G. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dalam penelitian ini terdiri dari atas penilaian
kognitif dengan menggunakan tes prestasi , motivasi belajar siswa dan interasi
sosial siswa dengan menggunakan angket.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Sebelum digunakan
dalam penelitian, instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
coba tes prestasi belajar dilakukan di SMK Negeri Sambirejo yang mempunyai
karakteristik hampir sama dengan SMK Negeri Jenawi.
a. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
suatu instrument (Suharsimi, 1989: 160). Validitas yang diuji dalam penelitian ini
adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas butir dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai
berikut:
rxy = ( )( )
( ) ( ) ( ) ( )[ ]2222 Uå-UåCå-Cå
UåCå-CUå
NN
N
Persamaan (3.1) menyatakan bahwa nilai validitas butir soal (rxy) ditentukan oleh
jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total
dari keseluruhan masing-masing responden.
Kriteria item: jika rxy ≥ rharga kritik maka item tersebut valid, jika rxy < rharga kritik
maka item tersebut invalid (Suharsimi Arikunto, 1998: 160).
Hasil uji validitas tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.3:
Tabel 3.3.Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Jumlah
Soal Kriteria Nomor Soal
26 Valid : 22
……………(3.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,24 dan 25
Invalid : 4
9,12,23,dan 26
Tabel 3.3 menunjukkan hasil uji validitas instrument tes prestasi belajar, dari hasil
analisis tersebut diperoleh 22 soal yang valid dan 4 soal yang invalid (lihat
lampiran 12)
b. Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:
÷÷ø
öççè
æ å-÷øö
çèæ
-=
t
t11 V
pqV
1kk
r
Persamaan (3.2) menyatakan bahwa realibilitas instrumen (r11)
ditentukan oleh banyaknya butir pertanyaan (k), varians total (Vt), proporsi
subyek yang mendapat skor satu/menjawab betul (p) dan proporsi subyek yang
mendapat skor nol (q).
N1 kornya yangssubyek Banyaknya
p =
q = proporsi subyek yang mendapat skor 0
= 1 – p
(Suharsimi Arikunto, 1998: 180)
………………………………………..(3.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut
adalah reliabel.
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,81-1,00 : Sangat Tinggi
0,61-0,80 : Tinggi
0,41-0,60 : Cukup
0,21-0,40 : Rendah
0,00-0,20 : Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 1998: 191)
Hasil uji realiabelitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang telah
dilakukan terangkum dalam tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Variabel Jumlah Soal Reliabelitas Kriteria
Soal Materi Hukum-hukum
Newton 26 0,98650 Sangat Tinggi
Tabel 3.4 menyatakan hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar yang telah
dihitung dengan persamaan (3.2), untuk jumlah soal 26 dengan nilai realibilitas
0,9869 kriteria sangat tinggi (lihat lampiran 12). Artinya soal-soal tersebut akan
memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada
subyek yang berbeda pada waktu yang berlainan.
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit, dan untuk mengetahui apakah soal itu sulit, mudah ataukah sedang
dilakukan dengan pengujian tingkat kesuitan soal. Hasil dari uji tersebut berupa
bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang disebut indeks
kesukaran. Indeks ini kemudian diinterpretasikan kedalam klasifikasi indeks
kesukaran yang telah ditentukan. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal
digunakan rumus sebagai berikut:
MaksimalSkor x NB
=IK ................ ...............................................(3.3)
Persaman (3.3) menyatakan bahwa indeks kesukaran (IK) ditentukan
dengan mambagi jumlah siswa yang menjawab benar dari suatu item (B) dengan
jumlah siswa (N) kali skor maksimal.
Tabel 3.5 Tabel Ideks Kesukaran
IK Keterangan
0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 Mudah (M)
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup(Sd-C)
0,21 – 0,40 Sukar (SK)
0,00 – 0,20 Sukar Sekali (SS)
(Masidjo,2006:208)
Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal tes prestasi belajar fisika yang telah
dilakukan terangkum dalam tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar
Jumlah Soal Kriteria Nomor Soal
26 Mudah : 12 1,2,3,5,6,7,8,10,11,13,15 dan 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
Sedang : 10 4,9,12,14,17,19,21,23,25 dan 26
Sukar : 4 16,18,20 dan 22
Tabel 3.6 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal yang dihitung dengan
persamaan (3.3) yang diperoleh soal dengan kriteria mudah: 12, sedang: 10 dan
sukar: 4 (lihat lampiran 12). Penetapan: soal dengan kriteria sukar yaitu nomor
16, 18, 20 dan 22 dipakai. Soal dengan kriteria sedang yaitu nomor 4, 14, 17, 19,
21 dan 25 dipakai, sedangkan nomor 9,12,23 dan 26 tidak dipakai karena
termasuk invalid (tabel 3.3). Soal dengan kriteria mudah yaitu nomor 1, 3, 5 dan
24 dipakai, sedangkan nomor 2, 6, 7, 8, 10, 11, 13 dan 15 diperbaiki.
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa pandai
maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya
pembeda. Jika semua siswa pandai dan bodoh tidak dapat menjawa soal dengan
benar maka soal tersebut juga tidak baik. Daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
Untuk mengetahui daya beda instrumen tes prestasi digunakan rumus:
MaksimalSkor x KBatau NKA KB-KA
=ID
Persamaan 3.4 menyatakan bahwa indeks daya beda (ID) ditentukan
dengan membagi selisih dari jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
……….............................(3.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
yang tergolong kelompok atas dikurangi jumlah jawaban benar yang diperoleh
dari siswa yang tergolong kelompok bawah dengan jumlah siswa kelompok atas
atau kelompok bawah.
Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal
ID - ID Kualifikasi
0,80 – 1,00 Sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 Lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 Cukup membedakan (CM)
0,20 – 0,39 Kurang membedakan (KM)
Negatif Tidak membedakan (TM)
Hasil uji daya pembeda soal tesprestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.8:
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar
Jumlah Soal Kriteria Nomor Soal
26
SM : 4 14,17,19,dan 25
LM : 9 6,7,8,10,15,16,18,21 dan 24
CM : 7 1,2,3,4,10,12,dan20
KM : 6 5,9,12,22,23,dan 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
Tabel 3.8 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi belajar yang telah
dihitung dengan persamaan 3.4 (lihat lampiran 12), diperoleh soal dengan kriteria
sangat membedakan sejumlah 4 nomor, lebih membedakan sejumlah 9 nomor,
cukup membedakan sejumlah 7 nomor dan kurang membedakan sejumlah 6
nomor.
2. Instrumen Penilaian Motivasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa
a. Penyusunan kisi-kisi angket
Setelah aspek dan indikator dirumuskan kemudian disusun kisi-kisi angket
yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi-kisi
angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan pernyataan.
b. Penyusunan item angket
Meliputi pembuatan item-item pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk
pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah
dirumuskan.
Kriteria penilaian tiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Pemberian skor skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif,
pemberian skornya sebagai berikut :
Skor 4 untuk jawaban terbaik
Skor 3 untuk jawaban baik
Skor 2 untuk jawaban sedang
Skor 1 untuk jawaban kurang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
Item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut
:
Skor 1 untuk jawaban terbaik
Skor 2 untuk jawaban baik
Skor 3 untuk jawaban sedang
Skor 4 untuk jawaban kurang baik
Skor ≥ skor rata-rata kelas = tinggi
Skor < skor rata-rata kelas = rendah (Suharsimi Arikunto, 2002: 263-267)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabelitas item
angket.
a. Uji Validitas
Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur
setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus
(indikator).
Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus sebagai berikut:
{ }{ }å åå åå å å=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r
………………………(3.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
Persamaan 3.5 menyatakan bahwa koefisien validitas (rxy) ditentukan oleh
jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total
dari keseluruhan masing-masing responden.
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes (rxy):
0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90 : Tinggi (T)
0,41 – 0,70 : Cukup (C)
0,21 – 0,40 : Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)
(Suharsimi Arikunto,2002: 222)
Setelah dilakukan uji validitas dengan persamaan 3.5 diperoleh hasil
bahwa untuk uji validitas angket motivasi dan interaksi sosial diperoleh nilai rxy >
r tabel (0,32) (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item instrumen angket motivasi
dan interaksi sosial seluruhnya valid.
b. Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus
alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0); yaitu
sebagai berikut:
11r = úúû
ù
êêë
é
s
s-úû
ùêëé
-å
2t
2i1
1nn
………..………………………………….(3.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
Persaman 3.6 menyatakan bahwa reliabilitas instrumen (r11) ditentukan
oleh banyaknya butir pertanyaan atau soal dan jumlah kuadrat masing-masing
item.
Kriteria :
0,91-1,00 : Sangat Tinggi
0,71-0,90 : Tinggi
0,41-0,70 : Cukup
0,21-0,40 : Rendah
Negatif-0,20 : Sangat Rendah (Masidjo, 1995 : 243)
Setelah dilakukan uji reliabelitas dan dihitung dengan persamaan 3.6
diperoleh hasil bahwa untuk uji reliabilitas angket motivasi diperoleh nial r11 =
0,984 dengan kriteria tinggi dan uji reliabelitas angket interaksi sosial dengan r11
= 0,9817 dengan kriteria tinggi (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item
instrumen angket motivasi dan interaksi sosial seluruhnya reliabel. Artinya jika
dilakukan pengukuran kembali pada sampel dan waktu yang berbeda akan
memberikan hasil yang relatif sama.
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah data dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama dan diakhiri dengan uji F. Untuk menguji
hipotesis dengan uji F ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan software minitab.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.
Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05.
Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika p-
value < 0,05 maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitaian
berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan
software minitab.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
H1 : sampel berasal dari populasi yang homogen
2) Statistik Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan
kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05. Artinya sampel berasal dari
populasi yang homogen. Sebaliknya jika p-value < 0,05 berarti sampel
tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji
signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi
ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat.
a. Uji Hipotesis:
1) H0A : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
metode pembelajaran STAD dan NHT .
H1A : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode
pembelajaran STAD dan NHT .
2) H0B : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
motivasi belajar siswa tinggi dan rendah.
H1B : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
motivasi siswa tinggi dan rendah .
3) H0C : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
interaksi sosial siswa tinggi dan rendah.
H1C : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
interaksi sosial siswa tinggi dan rendah .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
4) H0AB : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT
dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
H1AB : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
5) H0AC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT
dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
H1AC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6) H0BC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
H1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
7) H0ABC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,
motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
H1ABC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,
motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
b. Statistik Uji
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value < 0,05 selain itu H1 akan
diterima.
Untuk melakukan uji anava dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
1) Penyajian data statistik
Untuk kepentingan perhitungan data statistik adalah menggunakan format
Rancangan Komputasi Data Statistik sebagai berikut:
Tabel 3.9. Rancangan Komputasi Data Statistik
N Data Statistik B1
B2 Total C1 C2 C1 C2
A1
n SX SX2
XS 2
A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
A2
n SX SX2
XS 2
A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Tabel 3.9 menyatakan rancangan komputasi data statistik. Contoh A1B1C1
adalah kolom untuk penerapan metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi
social tinggi. Pada kolom tersebut akan dihitung banyaknya siswa (n), jumlah
prestasi belajar siswa (SX), jumlah kuadrat prestasi belajar siswa (SX2),
pengaruh simpangan varians (S2) dan rerata (`X).
2) Menghitung jumlah kuadrat
JKtot = N
XX tot
tot
22 )(S-S
JKant = N
X
n
X
n
X
n
X tot
m
m22
2
22
1
21 )()(
.......)()( S
-S
++S
+S
JKdal = DKtot – DKant
3) Menghitung derajat kebebasan
dktot = N – 1
dkant = m – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
dkdal = dktot – dkant
4) Menghitung rata-rata kuadrat
RK = dbJK
RKant = ant
ant
db
JK
RKdal = dal
dal
db
JK
5) Menghitung nilai F0
F0 = dal
ant
RK
RK
6) Menentukan Ftabel dengan derajat kebebasan dan taraf signifikansi 5%
7) Membuat rangkuman analisis varians tiga jalan
8) Menarik kesimpulan (Budiyono, 2004:239).
Tabel 3.14 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel p
A
B
C
AB
AC
BC
ABC
Galat
JKA
JKB
JKC
JKAB
JKAC
JKBC
JKABC
JKG
p-1
q-1
r-1
(p-1)(q-1)
(p-1)(r-1)
(q-1)(r-1)
(p-1)(q-1)(r-1)
N-pqr
RKA
RKB
RKC
RKAB
RKAC
RKBC
RKABC
RKG
Fa
Fb
Fc
Fab
Fac
Fbc
Fabc
-
F*
F*
F*
F*
F*
F*
F*
-
<α atau>α
<α atau>α
<α atau>α
<α atau>α
<α atau>α
<α atau>α
<α atau>α
-
Total JKT N - 1 - - - -
Keterangan : p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh dari
tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
Jika F0 > Ftab 5%, maka H0 ditolak
Jika F0 < Ftab 5%, maka H0 diterima
Dalam penelitian ini semua perhitungan pada analisis data untuk menguji
hipotesis menggunakan program Minitab 15. Pada program ini kriteria penolakan
Ho terjadi jika nilai p (p-value) lebih kecil dari nilai taraf signifikansi (α = 0,05).
b. Uji Lanjut Anava
Jika dari hasil pengujian hipotesis penelitian dengan analisis varian tiga
jalan terdapat perbedaan (Ho ditolak) diteruskan dengan uji lanjut Anava dengan
uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe’.
Rumus uji lanjut dengan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut:
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
ji
ji
ji
nnRKG
XXF
11
2
Fi-j adalah nilai Fobs pada pembandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j yang
tergantung pada rerata pada sampel ke-i ( iX ),rerata pada sampel ke-j ( jX
rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis varians (RKG),
galat, ukuran sampel ke-i (ni) dan ukuran sampel ke-j (nj).
Dengan daerah kritis DK = {F│F > (k – 1) Fα;k-1,N-k} atau Ho yang menyatakan
bahwa rerata pada kedua sampel tidak berbeda secara signifikan ditolak jika Fobs >
(k – 1) Fα;k-1,N-k.
…………………………………….….(3.7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
Dalam penelitian ini uji lanjut selain menggunakan metode Scheffe’ juga
dengan memperhatikan pola grafik yang ditunjukkan oleh diagram analisys of
means (ANOM) pada program Minitab 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data prestasi belajar fisika, data
motivasi siswa dan data interaksi sosial siswa. Data diperoleh dari kelas X TKJ
1 sebagai kelas eksperimen 1 dengan menerapkan metode STAD dan dari kelas
X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen 2 dengan menerapkan metode NHT. Berikut
ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Prestasi Belajar Fisika
Data prestasi belajar fisika siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes
prestasi belajar pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diberikan kepada
masing-masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan
metode pembelajaran STAD dan NHT . Kelas eksperimen I dengan menerapkan
metode pembelajaran STAD sedangkan kelas eksperimen II dengan metode
pembelajaran NHT. Rangkuman data prestasi belajar fisika pada materi pokok
hukum-hukum Newton yang diperoleh siswa pada masing-masing kelas disajikan
dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar fisika.
Kelas Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
STAD 36 80 40 63,33 9,78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxix
NHT 36 80 40 58,33 9,71
Total 72
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas STAD nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 63,33 dengan
standar deviasi 9,78 . Prestasi belajar aspek kognitif pada kelas NHT nilai
terendah 40 , nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 58,33 dengan standar devias 9,71 .
Selanjutnya nilai tes prestasi belajar fisika dari masing-masing kelas dapat
dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika
Interval
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Metode STAD NHT
Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif
36-42
1 2,8 % 2 5,6 %
43-49
1 2,8 % 3 8,3 %
50-56
6 16,7 % 12 33,3 %
57-63
9 25 % 7 19,4 %
64-70
12 33,3 % 10 27,8 %
71-77
5 13,9 % 1 2,8 %
78-84
2 5,6 % 1 2,8 %
Jumlah 36 100 % 36 100 %
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa untuk kelas ekperimen I dengan metode
STAD nilai tertinggi pada interval 64-70 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif
33,3 % sedangkan untuk kelas ekperimen II dengan metode NHT nilai tertinggi
pada interval 50-56 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif 33,3 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
Perbandingan prestasi belajar fisika antara kelas eksperimen I yang
menerapkan metode pembelajaran STAD dan kelas eksperimen II yang
menerapkan metode NHT dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2:
Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD
Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika NHT
Dari tabel 4.2 maupun gambar 4.1 dan 4.2 perbandingan prestasi belajar fisika
kelas STAD dan NHT dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas STAD yang
mendapatkan nilai dengan frekuensi terbesar yaitu 12 kelas interval 64-70 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
siswa kelas NHT dengan frekuensi terbesar pada kelas interval 50-56.
Berdasarkan rata-rata nilai tes prestasi belajar fisika juga terlihat bahwa rata-rata
nilai kelas STAD (63,33) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai
kelas NHT (58,33) (lihat lampiran 14).
2. Motivasi
Data motivasi siswa diperoleh dari isian angket tertulis motivasi.
Berdasarkan data motivasi yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori motivasi tinggi dan rendah
yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor di atas atau sama
dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah skor rata-rata
termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa
yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode
pembelajaran STAD dan 36 siswa kelas eksperimen II dengan metode
pembelajaran NHT, terdapat 32 siswa mempunyai motivasi tinggi dan 40 siswa
mempunyai motivasi rendah. Secara rinci data jumlah siswa yang mempunyai
motivasi tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.3:
Tabel 4.3. Jumlah siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah.
Gaya Belajar
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
STAD NHT
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Motivasi Tinggi 16 44,4% 16 44,4%
Motivasi Rendah 20 55,6%% 20 55,6%
Jumlah 36 100 % 36 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton
yang diperoleh siswa dengan motivasi tinggi dan rendah pada masing-masing
kelas disajikan dalam tabel 4.4:
Tabel 4.4. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD.
Motivasi Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 16 80 60 67,50 6,32
Rendah 20 80 40 60,00 10,88
Total
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas STAD dengan motivasi tinggi nilai terendah 60, nilai tertinggi 80, nilai
rata-rata 67,50 dengan standar deviasi 6,32. Prestasi belajar aspek kognitif siswa
dengan motivasi rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 60,00
dengan standar deviasi 10,00 . Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas NHT
terangkum pada tabel 4.5:
Tabel 4.5. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT.
Motivasi Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 16 80 45 62,81 8,94
Rendah 20 70 40 54,75 8,96
Total 36
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas NHT dengan motivasi tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80, nilai rata-
rata 62,81 dengan standar deviasi 8,94 . Prestasi belajar aspek kognitif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii
dengan motivasi rendah nilai terendah 40 , nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,75
dengan standar deviasi 8,96.
3. Data interaksi Sosial
Data penelitian ini data interaksi sosial dari isian angket tertulis interaksi
sosial. Berdasarkan data interaksi sosial yang diperoleh, kemudian dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori interaksi sosial
tinggi dan rendah yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor
di atas atau sama dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah
skor rata-rata termasuk kategori rendah.
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa yang terdiri dari 36
siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode pembelajaran STAD dan 36
siswa kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran NHT, terdapat 45 siswa
mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan 27 siswa mempunyai
kemampuan kemempuan interaksi sosial rendah. Secara rinci data kemampuan
interaksi sosial disajikan dalam table 4.6:
Tabel 4.6. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah.
Interaksi Sosial
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
STAD NHT
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 25 69,4% 20 55,6%
Rendah 11 30,6% 16 44,4%
Jumlah 36 100 % 36 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiv
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton
yang diperoleh siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah pada
masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.7:
Tabel 4.7. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD.
Interaksi Sosial Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 25 80 45 65,60 8,93
Rendah 11 70 40 58,18 10,07
Total 36
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas STAD dengan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80,
nilai rata-rata 65,60 dengan standar deviasi 8,93. Prestasi belajar aspek kognitif
siswa dengan interaksi sosial rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, nilai
rata-rata 58,18 dengan standar deviasi 10,07. Sedangkan prestasi belajar siswa
pada kelas NHT terangkum pada tabel 4.8:
Tabel 4.8. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT.
Interaksi Sosial Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 20 80 45 61,25 9,16
Rendah 16 70 40 54,69 9,39
Total 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxv
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas NHT dengan kemampuan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai
tertinggi 80, nilai rata-rata 61,25 dengan standar deviasi 9,16. Prestasi belajar
aspek kognitif siswa dengan kemampuan interaksi sosial rendah nilai terendah 40,
nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,69 dengan standar deviasi 9,39.
Berdasarkan pengelompokan dengan menggunakan kategori tersebut
dari 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode
STAD, terdapat 12 siswa mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, 13
siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 4 siswa mempunyai
motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 7 siswa mempunyai motivasi rendah
interaksi rendah rendah.
Sedangkan untuk 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode
pembelajaran NHT, terdapat 10 siswa mempunyai gaya motivasit tinggi interaksi
sosial tinggi, 10 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 6 siswa
mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 10 siswa mempunyai
motivasi rendah interaksi sosial rendah.
Secara rinci pembagian kelompok tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.9:
Tabel 4.9 : Jumlah siswa dengan motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, motivasi rendah interaksi sosial tinggi, motivasi tinggi interaksi sosial rendah dan motivasi rendah interaksi sosial rendah.
Motivasi Belajar
Metode
STAD NHT
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Interaksi Sosial Tinggi 12 13 10 10
Rendah 4 7 6 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvi
Tabel 4.9 menyatakan terdapat 12 orang siswa yang
diberi metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi
sosial tinggi dengan nilai rata-rata 67,92, terdapat 13
orang siswa yang diberi metode STAD, motivasi
rendah dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata
63,46, terdapat 4 orang siswa yang diberi metode
STAD, motivasi tinggi dan interaksi social rendah
dengan nilai rata-rata 66,25, terdapat 7 orang yang
diberi metode STAD, motivasi rendah dan interaksi
sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,57, terdapat 10
orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi tinggi
dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 66,50,
terdapat 10 orang siswa yang diberi metode NHT,
motivasi rendah dan interaksi sosial tinggi dengan
nilai rata-rata 56,00, terdapat 6 orang yang diberi
metode NHT, motivasi tinggi dan interaksi sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvii
rendah dengan nilai rata-rata 56,67 dan terdapat 10
orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi rendah
dan interaksi sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,50
(lampiran15).
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan
beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut :
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka
harus normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat
telah dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki
apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak (Sudjana, 1996: 291-292).
Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan
Ryan-Joiner normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15.
Jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,100 (p-value > 0,100) maka Hipotesis
nol (Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxviii
berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima. Hasil uji normalitas yang
telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.3:
10090807060504030
99,9
99
9590
80706050403020
10
5
1
0,1
Prestasi Belajar
Pe
rce
nt
Mean 60,83StDev 10N 72RJ 0,999P-Value >0,100
Probability Plot of Prestasi BelajarNormal
Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika
Gambar 4.3 menunjukkan uji normalitas prestasi belajar siswa secara keseluruhan.
Titik-titik merah pada gambar tersebut nampak terletak di dekat garis biru, tidak
ada titik merah yang letaknya jauh dari garis biru. Sebagai contoh pada prestasi
belajar dengan nilai 40 terdapat tiga titik merah dengan persentase kurang dari 5
%. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RJ = 0,999 dengan p > 0,100 yang lebih
besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (sample berdistribusi tidak normal) ditolak.
Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika terdistribusi
normal. Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxix
belajar pada masing-masing kelompok eksperimen yang hasilnya dapat dilihat
pada gambar 4.4 untuk kelas eksperimen I (kelas STAD) dan gambar 4.5 untuk
kelas eksperimen II (kelas NHT).
8070605040
Median
Mean
706866646260
1st Quartile 60,000Median 65,0003rd Quartile 70,000Maximum 80,000
60,023 66,644
60,000 70,000
7,935 12,762
A-Squared 0,59P-Value 0,118
Mean 63,333StDev 9,783Variance 95,714Skewness -0,349987Kurtosis -0,293382N 36
Minimum 40,000
Anderson-Darling Normality Test
95% Confidence Interval for Mean
95% Confidence Interval for Median
95% Confidence Interval for StDev95% Confidence Intervals
Summary for Prestasi BelajarMetode = STAD
Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD
Grafik pada gambar 4.4 terlihat bahwa diagram batang hampir mendekati garis
normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson
Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,118 yang lebih besar dari nilai α =
0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas ekperimen 1 (kelas STAD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxx
terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji normalitas prestasi belajar fisika kelas
ekperimen 2 (kelasNHT) terlihat seperti gambar 4.5:
8070605040
Median
Mean
62,560,057,555,0
1st Quartile 50,000Median 60,0003rd Quartile 65,000Maximum 80,000
55,048 61,619
55,000 61,323
7,876 12,666
A-Squared 0,43P-Value 0,296
Mean 58,333StDev 9,710Variance 94,286Skewness 0,055073Kurtosis -0,429673N 36
Minimum 40,000
Anderson-Darling Normality Test
95% Confidence Interval for Mean
95% Confidence Interval for Median
95% Confidence Interval for StDev95% Confidence Intervals
Summary for Prestasi BelajarMetode = NHT
Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT
Grafik pada gambar 4.5 tampak bahwa diagram batang hampir mendekati garis
normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson
Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,296 yang lebih besar dari nilai α =
0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas NHT terdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxi
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian
ini menggunakan uji F dengan bantuan software minitab 15 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 atau taraf kepercayaan 95 %. Jika harga P – value data yang
diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama α = 0,05 maka Hipotesis nol
(Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak homogen ditolak
atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel berasal dari
populasi yang homogen diterima. Artinya dapat dikatakan bahwa data tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi dengan variansi yang homogen. Hasil uji
homogenitas telah terangkum sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxii
STAD
NHT
1413121110987
Met
ode
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
STAD
NHT
8070605040
Me
tod
e
Prestasi Belajar
Test Statistic 0,99P-Value 0,965
Test Statistic 0,00P-Value 1,000
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Belajar
Gambar 4.6. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode
Dari grafik pada gambar 4.6 ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen)
ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) 0,965 untuk F-test dan 1,00 untuk
Levene’s test yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan
bahwa kelas ekperimen 1 (kelas STAD) dan kelas ekperimen 2 (kelasNHT)
homogen.
T in g g i
R en d ah
14121086
Mot
ivas
i
9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n ce I n te r v a ls f o r S tD e v s
T in g g i
R en d ah
8070605040
Mot
ivas
i
P r e sta s i B e la j a r
T est S ta tistic 1 ,63P - V a lu e 0,163
T est S ta tistic 3 ,19P - V a lu e 0,078
F - T est
L ev en e 's T est
T e s t fo r E q u a l V a r ia n c e s f o r P r e s ta s i B e la ja r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiii
Gambar 4.7. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Motivasi
Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji homogenitas yang dihitung dengan F-Test dan
Lavene’s Test. Nilai p untuk F-Test 0,163 dan Lavene’s Test 0,078 yang lebih
besar dari nilai α = 0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat
diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan
rendah adalah homogen.
Sedangkan hasil uji homogenitas prestasi belajar menurut kemampuan
interaksi sosial menggunakan minitab seperti tampak pada gambar 4.8 diperoleh
nilai p untuk F-test 0,764 dan Lavene’s test 0,745 yang lebih besar dari nilai α =
0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan
bahwa kelompok siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah adalah
homogen.
Tinggi
Rendah
1413121110987
Inte
rak
si S
osi
al
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Tinggi
Rendah
8070605040
Inte
rak
si S
osia
l
Prestasi Belajar
Test Statistic 1,10P-Value 0,764
Test Statistic 0,11P-Value 0,745
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Belajar
Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Interaksi Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiv
Berdasarkan hasil uji homogenitas prestasi belajar di atas, untuk setiap uji
homogenitas atau uji perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang
lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (data berasal dari populasi yang tidak
homogen) ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel
penelitian ini adalah homogen yang artinya mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan
dengan sel tak sama dan perhitungan menggunakan minitab dapat dilihat pada
lampiran 14. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan disajikan
sebagai berikut :
Tabel 4.10. Rangkuman Anava Tiga Jalan
Sumber JK dk RK Fobs Fα p keputusan
Efek Utama
A 336,8087 1 336,8087 4,5621 3,9800 < 0.05 ditolak
B 930,2618 1 930,2618 12,6005 3,9800 < 0.05 ditolak
C 559,6670 1 559,6670 7,5808 3,9800 < 0.05 ditolak
Efek Interaksi
AB 11,7872 1 11,7872 0,1597 3,9800 > 0.05 diterima
AC 0,5913 1 0,5913 0,0080 3,9800 > 0.05 diterima
BC 0,7769 1 0,7769 0,0105 3,9800 > 0.05 diterima
ABC 237,3191 1 237,3191 3,2145 3,9800 > 0.05 diterima
Galat 4724,9451 64 73,8273
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxv
Total 6802,1571 71
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diambil keputusan hipotesis 1, 2 dan 3 tidak ditolak
(Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F tabel
pada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu F α = 3,9800.
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model
No. Terhadap Prestasi Belajar Fobs P Keputusan
1. Metode 4,56 0,037 Ditolak
2. Motivasi 12,60 0,001 Ditolak
3. Interaksi Sosial 7,58 0,008 Ditolak
4. Metode*Motivasi 0,16 0,691 Diterima
5. Metode*Interaksi Sosial 0,01 0,929 Diterima
6. Motivasi*Interaksi Sosial 0,01 0,919 Diterima
7. Metode*Motivasi*Interaksi Sosial 3,21 0,078 Diterima
Keterangan :
a. P-value metode 0,037 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak (P >
0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
diberi metode pembelajaran STAD dan NHT.
b. P-value motivasi 0,001 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005
tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvi
c. P-value interaksi sosial 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan
rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah.
d. P-value interaksi antara metode dengan motivasi siswa 0,691 > 0,05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
motivasi) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa terhadap prestasi
belajar fisika.
e. P-value interaksi antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
interaksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak), berarti tidak terdapat
interaksi antara interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
f. P-value interaksi motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak
terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi
sosial terhadap prestasi belajar fisika.
g. P-value interaksi antara metode, motivasi dengan interksi sosial 0,078 > 0,05,
maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dengan interksi
sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara
metode, motivasi dengan interksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvii
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda (uji Scheffe’) diperlukan untuk
mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat lihat lampiran
16. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama,
kedua dan ketiga. Sedangkan pada hipotesis keempat, kelima, keenam dan ketujuh
tidak diperlukan uji komparasi ganda karena keputusan Ho tidak ditolak atau
diterima.
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe’)
Ho F obs v1 v2 F tabel DK p Keputusan
Komparasi Antar Kolom Metode (A1 Vs A2)
µ1 = µ2 83,7424 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak
Komparasi Antar Kolom Motivasi (B1 Vs B2)
µ1 = µ2 228,4402 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak
Komparasi Antar Baris Interaksi Sosial (C1 Vs C2)
µ1 = µ2 8,1535 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak
Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan
uji Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa metode (STAD dan NHT), motivasi dan
interaksi sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini dapat dilihat
dari nilai Fobs yang masih lebih besar dari daerah kritik DK = 3,98 pada taraf
signifikansi α = 0,05, sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi
belajar antara metode pembelajaran STAD dan NHT ditolak. Selanjutnya Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan motivasi
tinggi dan rendah juga ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxviii
perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan interaksi social tinggi dan rendah
ditolak.
Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means
(ANOM) pada program Minitab 15 yang menunjukkan metode STAD
berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan
metode NHT. Hal itu terlihat pada gambar 4.9 berikut ini:
ST ADNHT
64
63
62
61
60
59
58
57
M et ode
Mea
n
58,542
63,124
60,833
One-Way Normal ANOM for Prestasi BelajarAlpha = 0,05
Gambar 4.9. Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar
Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk STAD mengarah ke atas mendekati
garis merah, berarti metode STAD berpengaruh lebih besar terhadap prestasi
belajar fisika dibandingkan dengan metode NHT.
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi
belajar terlihat ada garis biru yang melewati batas garis merah. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxix
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
fisika. Motivasi tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar
dibandingkan dengan motivasi rendah.
T in g g iR e n d a h
6 6
6 4
6 2
6 0
5 8
5 6
M o t iv a s i
Mea
n
5 8 ,0 4
6 3 ,6 3
6 0 ,8 3
O n e -W a y N o r m a l A N O M f o r P r e s ta s i B e l a ja rA lp h a = 0 ,0 5
Gambar 4.10. Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap
prestasi belajar terlihat ada garis biru yang melewati batas garis merah. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi sosial berpengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar fisika. Interaksi sosial tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi
belajar dibandingkan dengan interaksi sosial rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxl
T ingg iRe ndah
6 5 ,0
6 2 ,5
6 0 ,0
5 7 ,5
5 5 ,0
In t eraksi S o sial
Mea
n
5 8 ,8 8
6 2 ,7 9
6 0 ,8 3
O ne-W ay N ormal AN O M for P restas i BelajarA lpha = 0,05
Gambar 4.11. Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD
dan NHT, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi dan rendah, ada atau tidaknya perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Ada atau
tidaknya interaksi model metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi
belajar fisika belajar ditinjau dari motivasi dan interaksi sosial.
Pengukuran motivasi dan interaksi sosial siswa dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung dengan mengerjakan angket motivasi dan interaksi
sosial siswa. Setelah selesai pembelajaran materi hukum-hukum Newton
dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika. Dalam penelitian ini
digunakan metode model pembelajaran STAD dan NHT, suatu metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang diorganisasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxli
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif selama proses
pembelajaran melalui diskusi kelompok sehingga siswa memperoleh pengetahuan
dengan berinteraksi dengan siswa yang lain.
1. Hipotesis Pertama
Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar fisika aspek
kognitif diperoleh harga F = 4,56 > Fα untuk faktor metode atau P-value 0,037 <
0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak). Berarti
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran
STAD dan NHT. Hal ini berarti penggunaan metode pembelajaran STAD dan
NHT memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar fisika pada materi
hukum-hukum Newton.
Berdasarkan gambar 4.9 hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata prestasi
belajar siswa yang diberi metode STAD lebih tinggi dari pada rerata prestasi
belajar siswa yang diberi metode NHT. Hal ini menunjukka bahwa metode STAD
lebih baik pengaruhnya dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar fisika
siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endah Setiyani (2009)
yang salah satu kesimpulannya adalah bahwa Metode STAD memberikan
pengaruh yang lebih baik dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar kimia.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa metode pembelajaran
merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.
Dua metode yang karakteristiknya berbeda akan memberikan pengaruh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlii
berbeda pula terhadap prestasi belajar. Meskipun landasannya sama yaitu
kooperatif, akan tetapi metode yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula terhadap prestasi belajar. Pada metode kooperatif STAD dan NHT
guru memberikan informasi akademik melalui demonstrasi di kelas untuk
memahami materi pelajaran. Pada metode STAD setiap siswa berdiskusi dalam
kelompoknya untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi atau yang ada di
kalompok tersebut, sehingga setiap siswa dituntut untuk mampu memecahkan
dan memahami soal yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya. Pada metode
NHT seorang siswa memecahkan dan memahami masalah atau soal sesuai
dengan nomor kepalanya masing-masing. Jadi untuk siswa dengan nomor kepala
2 maka akan memecahkan dan memahami soal nomor 2 saja, kemudian ia akan
memberikan jawaban atas soal tersebut setelah guru menunjuk nomornya dan
didengarkan oleh semua siswa di kelas (lihat lampiran 17).
Metode pembelajaran STAD adalah metode pembelajaran yang lengkap
dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa. Kegiatan
belajar dalam kelompok dan fungsi dari kelompok ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang memiliki nilai akademik rendah dengan cara berdiskusi,
membandingkan jawaban dan mengoreksi jawaban jika ditemukan salah persepsi
tentang materi pelajaran sehingga setelah proses pembelajaran ini semua siswa
akan lebih mengerti mengenai materi yang diajarkan. Melalui diskusi dalam
kelompok siswa ditintut untuk mampu berpikir kritis, memecahkan masalah
bersama-sama, berkomunikasi antar pribadi, saling menukarkan gagasan, fakta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliii
dan opini di antara siswa sehingga belajar menjadi lebih dinamis. Sehingga siswa
menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung (lihat lampiran 17).
Menurut hasil penelitian Amstrong dkk diungkapkan ”There will be a
significant difference between treatment STAD and comparison groups
(traditional) on academic achievement”. Ada perbedaan yang signifikan antara
siswa yang diberi pembelajarn tipe STAD dan metode konvensional terhadap
prestasi akademik. Pada metode pembelajaran STAD dapat mengurangi dominasi
guru (teacher centered) dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
skenario pembelajaran, pera guru hanya pada penyampaian tujuan pembelajaran
dan pemberian motivasi dengan cara menggali pengetahuan siswa melalui
kegiatan demonstrasi, selanjutnya tahap-tahap berikuntnya dilakukan oleh siswa,
baik secara mandiri maupun kooperatif. Sehingga siswa dapat membangun konsep
yang harus dipelajari. Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Hipotesis kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua
diperoleh harga F = 12,6 > Fα untuk faktor motivasi atau P-value = 0,031 < 0,05,
maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai
motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari
hipotesis kedua, disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliv
yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari gambar 4.10 juga diperoleh
kesimpulan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai rata-
rata yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadloli (2010) yang menunjukkan
adanya pengaruh motivasi tinggi,sedang dan rendah terhadap prestasi belajar
mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh prestasi
belajar yang lebih baik daripadayang memiliki motivasi sedang dan rendah.
Menurut Mohammad Asrori (2008) “motivasi merupakan (1) Dorongan yang
timbul pada diri sesseorang, secara disadari maupun tidak disadari, untuk
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu (2) Usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Secara alami, motivasi
siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam
proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses
pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil.
Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi, akan mampu meraih
keberhasilan baik dalam proses maupun output pembelajaran.
Siswa yang memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah
yang tinggi, penuh semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki
rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru
meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya
diri, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlv
merupakan tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang
yang tinggi. Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam
buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah.
Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak.
Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah mereka akan kurang
memperhatikan terhadap pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan
sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri”
ketika diberikan tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan
kalau sudah “dipaksa”, daya konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah
berkeluh kesah serta pesimis ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat
pada prestasi belajar yang rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh interaksi sosial
terhadap prestasi belajar fisika menunjukkan F = 7,58 > Fα atau P-value
kemampuan berpikir abstrak 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah) ditolak (P
> 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Interaksi sosial merupakan suatu
hubungan antara dua individu atau lebih dimana perilaku individu-individu
tersebut saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku orang lain
atau sebaliknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan sosial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvi
dimaksud dapat berupa hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara
individu dengan kelompok.
Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh interaksi
sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Data penelitian juga
menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki
interaksi sosial tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa
yang memiliki interaksi sosial rendah baik untuk kelas eksperimen 1 (STAD)
maupun kelas eksperimen 2 (NHT). Belajar merupakan aktivitas dari individu
yang mengalami pendidikan dan pengajaran yang keberhasilannya banyak
dipengaruhi oleh interaksi social di dalam kelas baik hubungan antara siswa
dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sangatlah penting untuk
memotivasi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar sehingga prestasi belajar
yang diharpkan dapat tercapai.
Kebutuhan ingin diperhatikan oleh orang-orang di sekitar kita akan
terpengaruh apabila suasana kelompok atau kelas menuju pergaulan yang baik.
Siswa yang mempunyai prestasi baik akan disenangi oleh teman-temannya,
sehingga teman-temannya akan mencontoh perilaku dari siswa yang mempunyai
prestasi yang lebih baik tadi. Hal ini sesuai dengan Teori Psikologi Sosial
Bandura yang menyatakan bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
intaraksi antara lingkungan dengan skama kognitif individu itu sendiri. Mereka
juga tidak akan sungkan, segan ataupun merasa malu untuk bertanya kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvii
teman yang sudah mampu memahami materi bila ada materi yang belum atau
kurang dipahami karena usia mereka relatif sama.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi metode dengan
motivasi diperoleh harga F = 0,16 < Fα atau P-value 0,691 > 0,05, maka Ho (tidak
terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi
siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa.
Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa. Siswa yang
memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah yang tinggi, penuh
semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki rasa penasaran atau
rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa
untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya diri, memiliki
daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan merupakan
tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam
buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah.
Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak.
Mereka akan tetap menunjukkan indikator-indikator tersebut ketika diberi metode
apapun, dalam hal ini STAD dan NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlviii
Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah ketika mereka diberi
metode pembelajaran tertentu mereka akan kurang memperhatikan terhadap
pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta
membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas, memiliki
ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan kalau sudah “dipaksa”, daya
konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah berkeluh kesah serta pesimis
ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang
rendah.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode
dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi
antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial
siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode
dengan interaksi sosial.
Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial. Tidak adanya
interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan hipotesis pertama,
metode pembelajaran STAD memberikan pengaruh lebih baik daripada NHT
terhadap prestasi belajar fisika. Sedangkan pada hipotesis ketiga interaksi sosial
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Siswa yang memiliki kemampuan
interaksi sosial tinggi akan mencapai prestasi belajar fisika lebih tinggi
dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlix
apapun metode pembelajaran yang digunakan, baik STAD maupun NHT, siswa
yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi tetap akan memperoleh nilai
prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
interaksi sosial rendah. Sebaliknya baik yang mempunyai kemampuan interaksi
tinggi maupun rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD
akan memiliki prestasi belajar fisika lebih baik daripada siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode NHT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan interaksi sosial
siswa. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun
yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor metode pembelajaran dan
kemampuan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,
masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat
mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara motivasi
dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi
antara motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat
interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar
fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi
dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cl
Apapun interaksi sosial siswa, baik tinggi maupun rendah, siswa yang
memiliki motivasi tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih
tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi rendah. Siswa yang memiliki
motivasi tinggi sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Selama
pembelajaran mereka tidak perlu harus bertanya kepada teman karena materi yang
diajarkan sudah dipelajari dahulu dari rumah. Mereka sudah mencoba
mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket dari rumah. Sementara itu siswa
yang memiliki motivasi rendah akan cenderung membuat kegaduhan, mereka
berinteraksi dengan teman yang lain tetapi tidak mendukung proses pembelajaran.
Mereka membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
motivasi dengan interaksi sosial. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari
dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor motivasi dan
interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih
banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol
faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode,
motivasi dan interaksi sosial siswa menunjukkan harga F = 3,21 < Fα atau P-
value interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa 0,078 > 0,05,
maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cli
terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa terhadap
prestasi belajar fisika.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,
motivasi dengan interaksi sosial dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan
bahwa siswa diberi metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik dari pada
siswa yang diberi metode metode NHT, siswa dengan motivasi tinggi memiliki
prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah dan siswa dengan
interaksi social tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dari pada interaksi sosial
rendah. Hal ini berarti bahwa: (a) Baik untuk siswa dengan motivasi tinggi
maupun rendah yang diberi pembelajaran dengan metode STAD memiliki prestasi
yang lebih baik dari pada yang diberi metode NHT, (b) Baik untuk siswa dengan
motivasi tinggi maupun rendah dan yang diberi metode pembelajaran STAD atau
NHT prestasi belajar siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi lebih baik
dari pada siswa dengan kemampuan sosial rendah, dan (c) Baik untuk siswa
dengan kemampuan interaksi social tinggi maupun rendah dan di beri metode
STAD atau NHT prestasi belajar siswa yang motivasinya tinggi lebih baik dari
pada siswa yang motivasinya rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode,
motivasi dan interaksi sosial siswa. Hal ini dimungkinkan karena masih banyak
faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik
yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain
faktor metode, motivasi dan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam
penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clii
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan
pembelajaran.
E. Keterbatasa Penelitian
1. Data angket motivasi dan interaksi sosial siswa yang diperoleh dengan berupa
tes tulis dengan skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.
2. Soal tes kognitif yang digunakan belum mewakili kelima kriteria indek
kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.
3. Ada banyak faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun
dalam penelitian ini peneliti hanya memperhatikan motivasi dan interaksi
sosial saja.
4. Pada hasil uji coba tes prestasi belajar untuk uji indek kesukaran diperoleh soal
dengan kategori mudah lebih banyak daripada kategori sedang dan sukar.
5. Mata pelajaran di SMK dibagi menjadi tiga kelompok yaitu produktif, adaptif
dan normatif. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran adaptif yang tidak
diujinasionalkan sehingga kurang mendapat perhatian baik dari siswa maupun
kurikulum (jumlah jam pelajaran fisika di SMK lebih sedikit daripada di SMA
dengan materi yang sama).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cliii
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis data yang
telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Penerapan metode STAD dengan langkah-langkah presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individual dan penghargaan kelompok menuntut setiap siswa
untuk berdiskusi dengan teman-temannya dalam memecahkan dan
memahami semua soal atau permasalahan yang diberikan oleh guru.
Penerapan metode NHT dengan langkah-langkah pembentukan kelompok
dan penomoran siswa, guru mengajukan pertanyaan, siswa menyatukan
“kepala” dan terakhir guru memenggil sebuah nomor dan siswa dengan
nomor tersebut memberikan jawabannya kepada seluruh kelas sampai semua
soal habis menuntut setiap siswa untuk memahami pertanyaan sesuai dengan
nomor “kepalanya”. Prestasi belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode STAD lebih baik dari pada siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode NHT.
b. Siswa dengan motivasi tinggi memiliki gairah yang tinggi, bersemangat, rasa
ingin tahu tinggi, mampu “jalan sendiri”, percaya diri, daya konsentrasi tinggi
dan berdaya juang yang tinggi. Mereka telah menyiapkan materi pelajaran
dari rumah, rajin ke perpustakaan, soal-soal di buku paket atau modul sudah
dikerjakan tanpa diperintah oleh guru. Sedangkan siswa dengan motivasi
yang rendah memiliki perhatian yang rendah terhadap pelajaran, semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cliv
juang rendah, mengerjakan sesuatu karena dipaksa, sulit “ jalan sendiri”, suka
membuat kegaduhan dan mudah berkeluh kesah serta pesimis ketika
menghadapi kesulitan. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki motivasi
tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah.
c. Siswa dengan interaksi sosial tinggi akan mudah bekerjasama, menyukai
persaingan tanpa harus menjatuhkan pihak yang lain, tidak menyukai
pertentangan, mudah meyesuaikan diri atau berakomodasi dengan lingkungan
tempat ia berada dan menyukai perpaduan. Sedangkan siswa dengan interaksi
sosial rendah akan sulit bekerjasama (egois), menyukai persaingan yang tidak
sehat, menyukai pertentangan (mempertahankan pendapat meskipun salah),
sulit menyesuaikan diri dan tidak menyukai perpaduan. Prestasi belajar fisika
siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik dari pada siswa yang
memiliki interaksi sosial rendah.
d. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD ataupun NHT memiliki
prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah, sehingga
tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan
motivasi siswa terhadap prestasi belajar fisika.
e. Siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi metode STAD ataupun NHT
memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan interaksi sosial
rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD
dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
f. Siswa dengan motivasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa dengan motivasi rendah untuk interaksi social tinggi maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clv
rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi
sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
g. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD memiliki prestasi yang
lebih baik daripada metode NHT, siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi
metode pembelajaran STAD dan NHT memilki prestasi yang lebih baik
daripada interaksi sosial rendah untuk motivasi tinggi maupun rendah, siswa
dengan motivasi tinggi diberi metode pembelajaran STAD dan NHT
memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah
untuk interaksi sosial tinggi maupun rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi
antara metode pembelajaran STAD dan NHT, motivasi dan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar fisika.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
a. Efektifitas pembelajaran dapat diciptakan dengan merancang metode yang
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan metode STAD
menghasilakan prestasi belajar yang lebih baik dari pada metode NHT.
b. Motivasi merupakan faktor internal siswa yang mempunyai pengaruh
terhadap presatsi belajar fisika. Dalam penelitian ini motivasi tinggi
memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar
fisika siswa. Untuk itu guru perlu untuk meningkatkan/membangkitkan
motivasi belajar siswa agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clvi
c. Interaksi sosial merupakan faktor internal yang mempunyai pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini kemampuan interaksi
sosial tinggi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi
belajar siswa. untuk itu untuk itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya selama proses
pembelajaran belangsung.Sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih
baik.
2. Implikasi Praktis
a. Diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,33 untuk kelas yang diberi metode
STAD dan 58,33 untuk kelas yang diberi metode NHT yang besarnya
kurang dari KKM yaitu 65, dengan prosentase di atas KKM sebesar 52,7
% untuk kelas yang diberi metode STAD (lebih besar daripada sebelum
penelitian) dan 36 % untuk kelas yang diberi metode NHT sehingga
metode STAD disarankan untuk diterapkan pada mata pelajaran fisika
khususnya pada materi hukum-hukum Newton.
b. Penerapan metode STAD mendorong siswa lebih aktif dalam diskusi
selama proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bersifat
“student centered”.
c. Pelayanan kepada siswa dengan memperhatikan motivasi, interaksi social
dan metode yang tepat akan membantu menemukan cara dalam
mempercepat pemrosesan informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clvii
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian di atas maka
penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik
a. Dalam pembelajaran fisika, pendidik dan calon pendidik hendaknya
memperhatikan pemilihan metode pembelajaran yang tepat yaitu yang
melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan
sesuai dengan karakter materi yang akan diajarkan. Penerapan metode
STAD dilengkapi ekperimen akan menghasilkan prestasi yang lebih baik.
b. Dalam proses pembelajaran fisika perlu memperhatikan motivasi dan
interaksi sosial siswa. Motivasi dan ineraksi sosial yang dimiliki peserta
didik, guru dapat menumbuhkan, mengarahkan dan membimbing peserta
didik agar memiliki motivasi dan kemampuan interaksi sosial yang tinggi
2. Bagi Peserta Didik
a. Setiap peserta didik mempunyai motivasi dan interaksi sosial yang
berbeda-beda dan masing-masing dapat dikembangkan, karena motivasi
dan interaksi sosial yang tinggi berpengaruh pada prestasi belajar.
b. Peserta didik hendaknya mempunyai motivasi yang tinggi dan interaksi
sosial yang tinggi pula.
3. Bagi Peneliti lain
a. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang diperoleh adalah metode
STAD dan NHT dengan memperhatikan motivasi dan intersksi sosial
siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clviii
penelitian yang lain, yang mungkin dari metode yang akan digunakan
dalam penelitian bahkan mungkin dengan memperhatikan faktor internal
yang lainnya.
b. Hasil penelitian ini terbatas pada materi hukum-hukum Newton peserta
didik kelas X SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar, sehingga
memungkinkan bisa diterapkan pada materi yang lain dan mungkin di
sekolah yang lain.
c. Harapan peneliti bagi peneliti yang lain adalah apa yang diteliti pada
penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran
peneliti maupun pendidik pada umumnya.
Top Related