BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan Rasul. Bahwa Allah
SWT tidak mengutus para nabi dan Rasul-Nya kecuali mengajak manusia untuk
menganut agama Islam dengan artian berserah diri kepada Allah, mengesakan
Allah dan beribadah hanya kepada Allah semata.Oleh karena itulah, ketika Allah
SWT mengutus Nabi akhir zaman, fokus yang dibawa oleh dibawa adalah
mengajak manusia untuk berislam seperti yang telah diajarkan oleh nabi-nabi dan
rasul-rasul sebelumnya. Lalu Allah memproklamirkan bahwa hanya Islamlah
yang diridhai oleh Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-Nya:
ت�ي �ت�م�م�ت� ع�ل�ي�ك�م� ن�ع�م� أ ل�ت� ل�ك�م� د�ين�ك�م� و� ال�ي�و�م� أ�ك�م�
م� د�ين�ا ال� �س� يت� ل�ك�م� اإل� ض� و�ر�
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu, dan Aku beri nikmat atasmu,
dan Aku ridha bahwa Islam sebagai agama (yang sah)”. (Al-Maidah:3)
Dan bagi siapa yang tidak mengambil Islam sebagai agamanya dan jalan
hidupnya, maka dirinya akan tertolak dan merugi dunia akhirat.
Allah SWT berfirman:
ن�ه� ب�ل� م� ل�ن� ي�ق� م� د�ين�ا ف� ال� �س� و�م�ن� ي�ب�ت�غ� غ�ي�ر� اإل�
ر�ين� اس� ة� م�ن� ال�خ� ر� �خ� و� ف�ي اآل� و�ه�
“Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agamanya, maka tidak
akan diterima darinya, dan kelak diakhirat akan menjadi orang-orang yang
merugi”. (Ali Imran:85)
1
Oleh karena itu perlu dipahami bahwa Islam adalah agama yang memiliki
karakteristik yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat
yang berlainan dan beragam model dan bentuknya; dari ras, suku, bangsa, warna
kulit, bahasa, jenis, dan kedudukan. Dan dengan itulah, Islam memberikan banyak
solusi dalam berbagai kehidupan di sepanjang zaman. Dan inilah yang merupakan
karakteristik dari ajaran Islam yang hakiki.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusa masalah yang ingin penulis bahas adalah :
1. Bagaimana karakteristik ajaran islam?
2. Bagaimana karakteristik umat islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui karakteristik ajaran islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik umat islam.
1.4 Metode Penulisan
Penulis menuiskan karya tulis ilmiah ini mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas melalui metode penulisan antara lain:
1. Studi pustaka
Penulis membaca berbagai sumber dari buku-buku yang berkaitan dengan
materi pembahasan dari makalah.
2. Browsing
Penulis mencari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan materi
pembahasan dalam makalah menggunakan internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Ajaran Islam
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari
agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh
diharapkan dapat menyelamatkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai
bagian.Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui
bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran Islam,karena ruang
lingkupnya sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat Islam. Untuk
mengkaji secara rinci semua karakteristik ajaran Islam perlu ditelusuri, mulai dari
risalah Allah terakhir dan menjadi agama yang diridhai Allah, untuk dunia dan
seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Apabila meneliti sumber kepustakaan Islam yang ditulis oleh para
cendekiawan atau para ulama, kita akan mengetahui bahwa ajaran-ajaran Islam
memiliki karakteristik yang khas, yang berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya.
Dimana karakteristik islam diantaranya meliputi:
1. Komprehensif
Ajaran islam membentuk umat dalam suatu kesatuan yang bulat
walaupun umat islam itu berbeda-beda bangsa dan berlainan suku. Di
dalam menghadapai asas-asas yang umum, umat islam bersatu padu,
meskipun dalam segi-segi kebudayaan berbeda-beda.
2. Moderat
Ajaran islam memenuhi jalan tengah, jalan yang imbang, tidak terlalu
berat ke kanan mementingkan kejiwaan (rohani) dan tidak berat pula ke
3
kiri mementingkan kebendaan (jasmani). Inilah yang diistilahkan dengan
teori wasathiyah, menyelaraskan diantara kenyataan dan fakta dengan
ideal dan cita-cita. Hal ini tergambar di banyak tempat dalam Al-Quran
(Q.S. Al-Baqarah [2]: (143):
ط�ا ة� و�س� م4ع�ل�ن�اك�م� أ� ك�ذ�7ل�ك� ج� و�
د�اء� ع�ل�ى الن4اس� ه� ل�ت�ك�ون�وا ش�
�يد ه� ول� ع�ل�ي�ك�م� ش� س� ي�ك�ون� الر4 او� .
Artinya:
“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu.”
(Q.S. Al-Baqarah [2]: (143)
3. Dinamis
Dari segi ini, ajaran islam mempunyai kemampuan bergerak dan
berkembang, mempunyai daya hidup, dapat membentuk diri sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan ajaran Islam terpancar dari sumber
yang luas dan dalam, yaitu Islam yang memberikan kepada manusia
sejumlah hukum positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan
tempat.
4. Universal
4
Ajaran Islam tidak ditunjukan kepada suatu kelompok atau bangsa
tertentu, melainkan sebagai rahmatan lil’alamin, sesuai dengan misi yang
diemban oleh Rasulullah SAW. Ajaran Islam diturunkan Allah SWT.,
untuk dijadikan pedoman hidup seluruh manusia yang bertujuan bahagia di
dunia dan akhirat. Dengan demikian, hukum Islam bersifat universal,
untuk seluruh umat manusia di muka bumi serta dapat diberlakukan di
setiap bangsa dan Negara. Terganbar dalah Al-Quran (Q.S. Saba’ [34]: 28)
ا �ير ة� ل�لن4اس� ب�ش� ل�ن�اك� إ�ال4 ك�اف4 س� ر�ا أ� م� و�
ل�7ك�ن4 أ�ك�ث�ر� الن4اس� ال� ي�ع�ل�م�ون ا و� �ن�ذ�ير و�
Artinya:
“Tiada kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk
seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
(Q.S. Saba’ [34]: 28)
ل�ن�اك� إ�ال4 س� ر�ا أ� م� و�
ة� ل�ل�ع�ال�م�ين� م� ح� ر�
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.”
(Q.S. Al-Anbiya [21]: 107)
5. Elastis atau Fleksibel
5
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap
individu. Disiplin-disiplin tersebut wajib ditunaikan dan berdosa bagi yang
melanggarnya. Meskipun jalurnya sudah jelas membentang, namun dalam
keadaan tertentu terdapat kelonggaran (ruskhshah). Kelonggaran-
kelonggaran tersebut menunjukan bahwa ajaran Islam itu bersifat elastis,
luwes, dan manusiawi. Demikian pula, adanya qiyas, ijtihad, istihsan, dan
mashlahih mursalah, merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.
6. Tidak memberatkan
Manusia adalah makhluk dha’if (lemah), mempunyai kemampuan
yang serba terbatas. Oleh sebab itu, syariat Islam tidak membebani
seseorang sampai melampaui kadar kemampuanya. Sesuaidengan misi
Islam sebagai rahmat bagi manusia, maka Islam dating untuk
membebaskan manusia dari segala sesuatu yang memberatkanya. Hal ini
tergambar dalam Al-Quran (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)
ا ع�ه� ا إ�ال4 و�س� �س ا ا ي�ك�لLف� الل4ه� ن�ف� ا م� ل�ه�ب�ت� ا اك�ت�س� ا م� ب�ت� و�ع�ل�ي�ه� ك�س�
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemamuannya, ia mendapat pahala dari kebaikan yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang
diusahakanya”
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)
ع�ل� ع�ل�ي�ك�م� ف�ي ا ج� و�م�
Mج ر� الدLين� م�ن� ح�
6
Artinya:
“Allah tidak menciptakan dalam urusan agama (Islam) itu suatu
kesulitan”
)Q.S. Al-Hajj [22]: 78(
7. Graduasi (berangsur-angsur)
Allah sebagai pembuathukum adalah Maha Bijaksana. Hukum atau
ajaran-ajaran yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai
dengan fitrahnya sendiri. Sangat sulit dilaksanakan bila hukum itu dating
sekaligus. Oleh karena itu, Allah memberikannya secara bertahap atau
berangsur-angsur. Seperti perintah dalam meninggalkan minuman keras,
judi, dan yang lainnya.
8. Sesuai dengan Fitrah Manusia
Kata Fitrah secara umum berarti “ ciptaan, suci dan seimbang”.
Dalam konteks ini fitrah berarti watak hakiki dan asli yang dimiliki oleh
setiap insan atau sifat alami manusia. Dengan demikian, ajaran Islam yang
sesuai dengan fitrah manusia memberikan keterangan yang pasti tentang
kepercayaan asli dan hakiki yang ada dalam diri manusia. Artinya, kondisi
awal ciptaan manusia memiliki potensi untuk selalu mengetahui dan
cenderung pada kebenaran.
9. Argumentatif Filosofis
Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentative; tidakcukup
dalam persoalan-persoalanya dengan mengandalkan doktrin lugas dan
instruksi yang keras. Maksudnya, dalam ajaran Islam tidak cukup hanya
berdialog dengan hati dan perasaan sebagai pedoman tetapi Islam
7
memgharuskan umatnya untuk memahami Islam secara utuh. Seperti yang
tergambar dalam Al-Quran (Q.S. Al-Baqarah [2]: 111)
إ�ن�ق� ان�ك�م� ه� ب�ر� ات�وا ه� ل�
اد�ق�ين� ك�ن�ت�م� ص�
Artinya :
“Katakanlah : Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah
orang-orang yang benar”.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 111)
2.2 Karakteristik Umat Islam
Degan adanya karakteristik ajaran Islam tersebut, selanjutnya melahirkan
karakteristik terhadap para pemeluknya atau umatnya. Karakteristik tersebut
seperti banyak diungkapkan oleh para ulama melputi antara lain:
1. Umat islam sebagai umat yang satu (ummatan wahidah).
Manusia pada dasarnya adalah satu yang diikat oleh kesamaan visi,
dan tujuan hidup yang berdasarkan kepada akidah tauhid yang menjadi
misi para nabi. Kesatuan yang diikat oleh akidah ini mengalahkan segala
ikatan primordial yang ada. Oleh karena itu, ia merupakan satu kesatuan
yang dasyat yang mengalahkan segala jenis kesatuan yang diikat oleh
ikatan lainya. Firman Allah SWT:
ر�ين� Lب�ش ب�ع�ث� الل4ه� الن4ب�يLين� م� د�ة� ف� اح� ة� و� م4 ك�ان� الن4اس� أ�
ك�م� ب�ي�ن� الن4اس� قL ل�ي�ح� م� ال�ك�ت�اب� ب�ال�ح� ع�ه� ل� م� �ن�ز� أ ن�ذ�ر�ين� و� م� و�وا ف�يه� ت�ل�ف� ا اخ� يه� إ�ال4 ال4ذ�ين� أ�وت�وه� م�ن�ف�يم� ت�ل�ف� ف� ا اخ� م� و�
م� م� ال�ب�يLن�ات� ب�غ�ي�ا ب�ي�ن�ه� اء�ت�ه� ا ج� د�ى الل4ه� ال4ذ�ين�ب�ع�د� م� ه� ف�قL ب�إ�ذ�ن�ه� يه� م�ن� ال�ح� وا ف� ت�ل�ف� ا اخ� ن�وا ل�م� د�ي م�ن�آم� الل4ه� ي�ه� و�
Mيم ت�ق� اطM م�س� ر� �ل�ى7 ص� اء� إ ي�ش�
Artinya:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan
8
Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
(Q>S>Al-Baqarah [2]: 213)
2. Umat Islam sebagai umat multi ras, suku dan bangsa.
Islam adalah agama yang tidak membedakan ras, suku, dan bangsa. Ia
diturunkan Allah untuk seluru manusia dari bangsa dan golongan mana
pun. Orang-orang Barat seringkali menyamakan Islam dengan Arab,
seolah-olah Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam dengan
Arab terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Pembawanya dari orang Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya
diturunkan Allah dalam bahasa Arab. Hal diluar itu, Islam tidak identic
dengan Arab. Ajaran Islam mendorong lahirnya umat multi ras, etnik, dan
golongan, tetapi memiliki satu kebanggaan yang menyatukan semuanya.
Ikatan yang mempekokoh kesatuan dirinya adalah tauhid. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan yang ada pada mereka tidak akan melahirkan
perpecahan. Firman Allah SWT:
ع�ل�ن�اك�م� �ن�ث�ى7 و�ج� أ ن�اك�م� م�ن� ذ�ك�رM و� ل�ق� �ن4ا خ� ا الن4اس� إ �ي_ه� ي�ا أوا ف� ب�ائ�ل� ل�ت�ع�ار� ق� ع�وب�ا و� اك�م� ش� �ت�ق� ن�د� الل4ه� أ م�ك�م� ع� إ�ن4 أ�ك�ر�
ب�ير إ�ن4 الل4ه� ع�ل�يمa خ�
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
9
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
3. Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
Prinsip kesamaan dan kesetaraan di antara manusia sehingga
menghindarkan diskriminasi apa pun, merupakan ciri yang sangat
menonjol dalam konsep keumatan. Ajaran Islam sangat menekankan
prinsip dasar ini, baik secara tersurat dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadis
maupun secara tersirat dalam symbol-simbol ritual Islam.
Al-Quran menyatakan:
اك�م� �bbت�ق� ه� أ 4bbد� الل �bbن م�ك�م� ع� إ�ن4 أ�ك�ر�
aب�ير إ�ن4 الل4ه� ع�ل�يمa خ�
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
4. Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan
Islam.
Islam mendorong lahirnya masyarakat yang berdiri kokoh diatas nlai-
nilai illahiyah yang sangat sesuai dengan budaya manusia. Dalam ajaran
Islam, hubungan ritual mendasari dan sekaligus memberi warna terhadap
sistem sosial masyarakat, Allah SWT. berfirman:
الة� ام�وا الص4 أ�ق� م� و� بLه� اب�وا ل�ر� ت�ج� ال4ذ�ين� اس� و�
ون� ق� ن�اه�م� ي�ن�ف� ق� ز� ا ر� م� و�م�م4 ى ب�ي�ن�ه� ور� ه�م� ش� م�ر�أ� و�
Artinya:
10
“Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya
dan mendirikan salat, sedang urusan mereka diputuskan dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
(Q.S. Asy-Syura [42]: 38)
Dalam ayat diatas tampak bahwa tegaknya masyarakat adalah
manakala masyarakat menaati hokum-hukum Allah SWT., menjalani
hubungan yang konsisten dan terus-menerus dengan Allah SWT., melalui
ibadah, serta menjaga dan mengembangkan hubungan sosial atas dasar
saling emperhatikan dan kasih sayang.
5. Umat yang mencintai keadilan.
Ajaran Islam sangat menekankan terwujudnya keadilan di tengah
masyarakat, tegaknya hukum, dan komitmen terhadapajaran Islam.
Keadilan pada dasarnya merupakan implikasi dari sifat Allah yang Maha
Adil yang mendorong orang yang mentaatinya untuk bersikap adil.
��ا ل ل�� ى� ل ل م� و ل� ن� آ� ل� ل� و� ن� �� ل ل� ر� و� �ل ل�ا �ل � ر و! ر" و# ر$� ل% ل&� ل' ن� ر) � ل ر# ل( ر�ي � � ل ل� � ن+ ن, � ن� ل� آ� ل( �ر- #� ل � ل'� �ن� ل�� ��ل ل� ن ل. و/ ل0 ل.� ر$ ر� ر2ي ل3 ل) � ل #� ل�� ر�4 � ل) � ل #� � ن" 0� ل ��ل � ى6 ل و" 7� ل ر# ن8 ل� و� ل�� ل ن9 � ن# ر& و � � � ن# ر& و/ ل0
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”
(Q.S. Al-Maidah [5]: 8)
11
Adil merupakan ciri ketakwaan dank arena itu, keadilan yang dimiliki
seseorang akan memiliki dampak sosial yang cukup luas. Hukum yang
ditegakan secara adil akan berdampak pada lahirnya harapan dan optimism
masyarakat untuk menerima apa yang semestinya diterima. Dengan
demikian, dalam masyarakat yang menjungjung tinggi keadilan, akan lahir
ketentraman dan keamanan.
6. Persatuan dan kebersamaan (kejama’ahan)
Islam mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan yang
didasarkan kepada kesamaan akidah. Kesatuan dan persatuan ini lebih
banyak diungkapkan dengan istilah persaudaraan.
وا ق� ر4 يع�ا و�ال� ت�ف� م� ب�ل� الل4ه� ج� م�وا ب�ح� اع�ت�ص� وا ن�ع�م�ت�و� اذ�ك�ر� و�ت�م� ب�ح� ص�
أ� ل�وب�ك�م� ف� أ�ل4ف� ب�ي�ن� ق� �ذ� ك�ن�ت�م� أ�ع�د�اء� ف� الل4ه� ع�ل�ي�ك�م� إذ�ك�م� أ�ن�ق� ةM م�ن� الن4ار� ف� ر� ف� ا ح� ف� ك�ن�ت�م� ع�ل�ى7 ش� ان�ا و� و� ت�ه� إ�خ� ب�ن�ع�م�
ا ن�ه� ت�د�ون�م� ك�ذ�7ل�ك� ي�ب�يLن� الل4ه� ل�ك�م� آي�ات�ه� ل�ع�ل4ك�م� ت�ه�
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk”.
(Q.S. Ali Imran [3]; 103)
Dalam ayat diatas hubungan dengan Allah SWT., dijadikan
dasar untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan umat. Hubungan
12
dengan Allah menjadi faktor pemersatu dan menjadi dasar bagi
kebersamaan dan persaudaraan di kalangan umat.
7. Adanya pemimpin yang berwibawa.
Dalam ajaran Islam kepemimpinan merupakan prsoalan yang penting
sehingga banyak ayat dan hadis yang memuat pentingnya kepemimpinan.
Menegakan kepemimpinan ini dikaitkan langsung dengan tanggung jawab.
Pentingnya kepemimpinan dalam Islam dinyatakan bukan hanya sekedar
imbauan tetapi lebih jauh menjadi kewajiban untuk menegakan dan
menaatinya.
ول� س� أ�ط�يع�وا� الر4 � اللhه� و� � أ�ط�يع�وا ن�وا ا ال4ذ�ين� آم� �ي_ه� ي�ا أ
�ل�ى د_وه� إ ر� ءM ف� ي� ع�ت�م� ف�ي ش� إ�ن ت�ن�از� ل�ي األ�م�ر� م�نك�م� ف� و�أ� و�
ر� ذ�ل�ك� ال�ي�و�م� اآلخ� ن�ون� ب�اللhه� و� ول� إ�ن ك�نت�م� ت�ؤ�م� س� الر4 اللhه� و�
�و�يالن� ت�أ� أ�ح�س� ي�رa و� خ�
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamuberlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Quran) dan Rasul (Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”
(Q.S. An-Nisa’ [4]; 59)
Taat kepada pemimpin merupakan lanjutan dari taat kepada Allahdan
Rasul-Nya. Hal ini mengandung arti pula bahwa ketaatan kepada
pemimpin bukan tanpa reserve dan membabi buta, tetapi kepemimpinan
yang mendasari kepemimpinannya itu dengan nilai-nilai Ilahiyah yang
menjadi misi Rasul.
8. Saling menghargai.
13
Konsep persamaan yang terkandung dalam ajaran Islam melahirkan
sikap saling menghargai yang menjadi salah satu ciri umat Islam.
Menghargai orang lain, baik fisik, kondisi, maupun pendapatnya juga
merupakan salah satu ciri dari demokrasi . saling menghargai dalam
tatanan umat Islam merupakan suatu keharusan yang menjadi ciri dalam
komunikasi sehari-hari seperti tercantum dalam firman Allah SWT.
�وا �ون �ك �ن� ي � ع�س�ى أ خ�ر� ق�وم م�ن� ق�و�م �س� �وا ال ي �ذ�ين� آم�ن ي ه�ا ال� �ا أ ي
�ه�ن� و�ال ا م�ن �ر" ي �ن� خ� �ك �ن� ي اء� ع�س�ى أ �س� اء م�ن� ن �س� �ه�م� و�ال ن ا م�ن �ر" ي خ�
�ع�د� �ف�س�وق� ب م� ال �س� االس� �ئ �ق�اب� ب �األل وا ب �ز� �اب �ن �م� و�ال ت ك �ف�س� �ن وا أ �م�ز� �ل ت
�م�ون� �ك� ه�م� الظ�ال �ئ �ول �ب� ف�أ �ت �م� ي اإليم�ان� و�م�ن� ل
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-
olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain,
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk, sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(Q.S. Al-Hujarat [49]; 11)
Umat Islam sebagai komunitas muslim pada dasarnya haruslah sebagai
kumpulan manusia yang mencerminkan idealitas umat yang penuh dengan
kebaikan. Al-Quran menyebutkan umat Islam itu sebagai masyarakat
marhamah; masyarakat yang mewujudkan rasa damai, saling peduli, dan
mengembangkan kasih saying. Hubungan antaranggota masyarakat dalam
komunitas muslim adalah hubungan saling memberi dan memperhatikan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apabila meneliti sumber kepustakaan Islam yang ditulis oleh para
cendekiawan atau para ulama, kita akan mengetahui bahwa ajaran-ajaran Islam
memiliki karakteristik yang khas, yang berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya.
Dimana karakteristik islam diantaranya meliputi:
1. Komprehensif
2. Moderat
3. Dinamis
15
4. Universal
5. Elastis atau Fleksibel
6. Tidak memberatkan
7. Graduasi (berangsur-angsur)
8. Sesuai dengan Fitrah Manusia
9. Argumentatif Filosofis.
Degan adanya karakteristik ajaran Islam tersebut, selanjutnya melahirkan
karakteristik terhadap para pemeluknya atau umatnya. Karakteristik tersebut
seperti banyak diungkapkan oleh para ulama melputi antara lain:
1. Umat islam sebagai umat yang satu (ummatan wahidah).
2. Umat Islam sebagai umat multi ras, suku dan bangsa.
3. Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
4. Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan
Islam.
5. Umat yang mencintai keadilan.
6. Persatuan dan kebersamaan (kejama’ahan)
7. Adanya pemimpin yang berwibawa.
8. Saling menghargai.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Kepada mahasiswa Universitas Majalengka pentingnya mempelajari
karakter ajaran dan umat Islam untuk membentuk karakter yang baik
dan religius sehingga kelak mahasiswa Universitas Majalengka bisa
menjadi orang yang berilmu dan memiliki karakter seorang muslim.
2. Pemerintah
Kepada pemerintah pentingnya mengadakan program pendidikan yang
berkarakter berdasarkan ajaran Islam sejak dini akan bisa membentuk
karakter seorang muslim sejati di generasi yang akan dating sehingga
16
mampu mengurangi tindakan-tindakan yang melanggar dari ajaran
Islam di kemudian hari.
17
Top Related