BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan merata
khususnya daerah pedesaan, pemerintah telah mengupayakan layanan kesehatan, khususnya
program kesehatan ibu, anak dan remaja, serta keluarga berencana. Hal ini merupakan bagian
kebijakan dan strategi baru pemerintah yang mencanangkan “Gerakan Pembangunan
Berwawasan Kesehatan Sebagai Salah Satu Strategi Pembangunan Nasional Untuk
Mewujudkan Indonesia Sehat 2010.” (Depkes, 1999).
Sumber daya manusia merupakan unsur yang menentukan dalam kualitas pelayanan,
disamping faktor prasarana dan sarana. Karyawan yang mempunyai profesionalisme tinggi,
akan bekerja lebih efektif dan efisien. Komponen penting yang mendukung sumber daya
manusia kesehatan adalah penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan
obat, perbekalan kesehatan dan sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya
pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk mengoptimalkan
penggunaan sarana dan meningkatkan efisien pelayanan, maka pembangunan fasilitas
kesehatan baru sejauh mungkin akan dihindari. Kegiatan pembangunan akan lebih diutamakan
pada optimalisasi dan peningkatan kualitas sarana fisik dan kemampuan pelayanan, misalnya
peningkatan peran bidan sesuai kebutuhan masyarakat dan permasalahan spesifik lokal.
(Dinkes, 2006).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan jauh berada diatas AKI
Negara ASEAN lainnya. Menurut survey SDKI pada tahun 2002/ 2003 angka kematian ibu
mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Timur tahun 2004 Angka Kematian Ibu
mencapai 69/100.000 kelahiran hidup (Dewi, 2006).
Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian tersebut diantaranya
dengan mencanangkan making pregnancy safer, yang pada dasarnya menekan pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Selain itu upaya intervensi
strategis dalam pendekatan safer motherhood yang terdiri 4 pilar yaitu KB, pelayanan antenatal,
persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial. Pelayanan antenatal sebagai pilar ke-2
merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat (Manuaba, 1998).
Perilaku ibu hamil yang sadar akan pentingnya tujuan dari pemeriksaan kehamilan pasti
akan memeriksakan kehamilannya. Menurut WHO, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya
empat kali kunjungan selama periode antenatal, satu kali kunjungan pada trimester satu, satu
kali kunjungan pada trimester kedua, dua kali kunjungan pada trimester tiga. Mengingat
betapa pentingnya pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil (ANC) seperti uraian di atas,
maka seorang ibu hamil diharuskan memeriksakan kehamilannya sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal. (Depkes RI, 1996).
Mengingat kematian ibu dan perinatal yang masih tinggi pada negara berkembang
masih dapat dicegah maka harus dilaksanakan seoptimal mungkin dengan meningkatkan peran
bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti layanan kesehatan masyarakat dan
layanan KIA. Dimana faktor layanan kesehatan, khususnya layanan yang diberikan oleh
bidan terutama sebagai pendidik memegang peranan penting untuk meningkatkan
pelayanan yang menyeluruh dan bermutu di tengah masyarakat.
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
persepsi masyarakat terhadap peran pendidik Bidan di Desa dalam memberikan pelayanan
antenatal care. Dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan Bidan sesuai standart yang
bermutu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu:
Bagaiamana persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan desa dalam memberikan
pelayanan Antenatal care?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan desa dalam
memberikan pelayanan Antenatal care.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran Bidan sebagai pendidik dalam memberikan pelayanan Antenatal
care
2. Mengidentifikasi keteraturan ibu hamil dalam melakukan Antenatal care
3. Mengetahui persepsi Ibu hamil terhadap peran pendidik Bidan dalam memberikan
pelayanan Antenatal care.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan asuhan kebidanan
terutama dalam pemberian pelayanan Antenatal care secara optimal. Selain itu dapat
dijadikan pertimbangan dalam penentuan rencana program kesehatan agar lebih tepat
dan akurat sesuai dengan kondisi lapangan serta dapat meningkatkan pemberdayaan
bidan di desa sebagai ujung tombak layanan KIA di masyarakat.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi pendidikan,
khususnya pada Program Studi Diploma III Kebidanan UNIPA Surabaya sebagai
masukan untuk menambah pengetahuan tentang persepsi masyarakat terhadap bidan di
desa sebagai peran pendidik dalam memberikan pelayanan Antenatal care.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan mutu layanan kesehatan yang
diberikan setelah lulus dari pendidikan kebidanan. Dan sebagai penerapan teori yang
telah diterapkan dalam bentuk nyata diharapkan peneliti lebih bisa menjalankan
peran yang harus diemban sebagai bentuk tanggung jawab anggota profesi.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan informasi bagi masyarakat
terutama ibu hamil sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan, persalinan dan
nifas dengan aman dan tanpa komplikasi.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan acuan dalam meneliti lebih lanjut tentang persepsi masyarakat
terhadap peran pendidik bidan desa dalam memberikan pelayanan Antenatal care.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin, 2000).
Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan
bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi serta meraba (kerja indera)
disekitar kita (Tri Rusmi, 1999).
Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya
(Robbins,1999)
2.1.2 Fungsi Persepsi
Menurut Willy F. Maramis (2006) dalam bukunya yang berjudul ilmu perilaku dalam
pelayanan kesehatan, fungsi persepsi adalah sebagai berikut :
1. Lokalisasi, adalah cara yang digunakan untuk bernavigasi didalam lingkungan untuk
mengetahui dimana obyek satu dari lainnya dan dari latar belakang kemudian system
perseptual dapat menentukan posisi obyek.
2. Menentukan pengenalan pola (recognition). Recognition obyek tergantung pada cabang
sistem visual yang mencakup area penerima kortikal untuk penglihatan dan daerah dekat
dasar otak.
2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi
Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya obyek/ stimulus yang merangsang
untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut menjadi perhatian panca indra), kemudian
stimulus/ obyek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban
(respons) adanya stimulus, berupa kesan atau respon dibalikkan indra kembali berupa tanggapan
persepsi atau hasil kerja indra pengalaman hasil pengolahan otak. Obyek/ stimulasi sensoris
diproses indra/ input. Out-put indra ke otak/ pusat saraf berupa persepsi rangsangan
pengalaman/ respon. Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting dari
persepsi ini adalah “perhatian” atau “Attention”. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu
konsep yang diberikan pada proses persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk
diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari atau kenal dalam suatu waktu tertentu.
Perhatian sendiri mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah. (Tri
Rusmi,1999).
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi
Menurut Willy F. Maramis (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
persepsi :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada berbagai
faktor lain. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek
tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks
dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan
itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus, serta dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman, dengan hal tersebut, kesan yang
terbentuk akan lebih mendalam dan lebih lama membekas.
2. Pengaruh orang yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi persepsi kita. Seseorang yang dianggap penting, maka bentuk pemikiran
dan sikap tingkah lakunya akan banyak memberikan pengaruh pembentukan persepsi
terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu, diantaranya adalah
orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman
kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan persepsi kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar
bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai persepsi yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam
budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita
akan mempunyai persepsi negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan
kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner, kepribadian tidak lain merupakan
pola persepsi yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang kita alami (Hergenhahn, 1982). Artinya kita memiliki sikap dan perilaku tertentu
dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk
persepsi, sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk persepsi, sikap dan perilaku yang lain.
Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah persepsi kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai persepsi anggota masyarakatnya, karena
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompoknya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat
memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan persepsi individu.
4. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya persepsi terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah persepsi tertentu.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan persepsi dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada
umumnya orang akan mencari informasi lain untuk menguatkan persepsinya atau mungkin
juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral
yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan
tunggal dalam menentukan persepsi.
6. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk persepsi ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk persepsi merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Persepsi demikian dapat merupakan persepsi yang sementara dan
segera berlalu begitu frustrasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan persepsi yang lebih
persisten dan tahan lama.
2.1.5 Tingkat Persepsi
Menurut Syaifudin Azwar (2007) ada beberapa cara pengukuran persepsi antara lain :
1. Secara langsung
Pengukuran persepsi secara langsung adalah dimana subjek secara langsung diminta
pendapat bagaimana persepsinya terhadap sesuatu masalah/ hal yang dihadapi kepadanya.
Pengukuran tersebut dapat diperoleh secara tidak berstruktur misalnya dengan wawancara
bebas (fre interview), pengamatan langsung atau survei (misalnya Public Opinion Survey),
maupun secara berstruktur yaitu menggali pengetahuan persepsi dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah
ditentukan dan langsung diberikan kepada subyek yang diteliti. Misalnya dengan skala
Bogardus, Thurstone dan Linkert.
2. Secara tidak langsung
Pengukuran persepsi secara tidak langsung adalah pengukuran persepsi dengan
menggunakan tes. Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran secara tidak langsung
yaitu dengan pengukuran persepsi model Linkert : Skala linkert dikenal dengan Summated
rating methode. Dalam menciptakan alat ukur linkert juga menggunakan pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-
pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban
yang disediakan. 5 alternatif jawaban yang dikemukakan oleh Linkert adalah :
a. Sangat setuju (strangly approve)
b. Setuju (approve)
c. Tidak mempunyai standar (undecide)
d. Tidak setuju (disapprove)
e. Sangat tidak setuju (strangly disapprove)
Nilai untuk masing-masing pernyataan yang bersifat positif dan seseorang memilih
sangat setuju terhadap pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh skore
5. Sebaliknya, bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang yang bersangkutan memilih
sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai yang dicapai
oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut persepsinya makin positif terhadap
objek persepsi demikian sebaliknya.
Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skore yang harus
diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable :
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
SS : 5 TS : 1
S : 4 S : 2
N : 3 N : 3
TS : 2 TS : 4
STS : 1 STS : 5
Skore individu pada skala persepsi yang merupakan skore persepsinya adalah jumlah
skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala.
Kemudian rata-rata (Mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji + /
- salah satu standart yang bisa digunakan untuk menginterprestasi skala model Linkert
adalah skore T yaitu :
T = 50 +10
Kesimpulan :
Sikap positif atau favorable bila T > mean T
Sikap negatif atau unfavorable T < mean T
2.2 Konsep Dasar Peran Bidan
2.2.1 Pengertian Peran
Keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan, tingkah laku yang diharapkan dan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. (Tim Prima Pena, 2000).
Peran adalah perilaku-perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang suatu
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
(Friedman, 1998: 228).
Peran adalah pola, sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat. (Keliat, 1992: 8).
2.2.2 Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan
bidan yang telah diadakan pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
(Depkes RI, 1996).
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin ntuk menjalankan praktek
kebidanan (Sofyan, et all (ed), 2006: 15).
Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregistrasi, sertifikasi dan secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan (Saminem, 2007).
2.2.3 Pengertian Bidan di Desa
Bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di
wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan
bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan
perangkat desa (Depkes RI, 1996).
2.2.4 Peran Bidan
Dalam melaksanakan praktek bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan, terhadap wanita yang sedang hamil, melahirkan, dan post partum serta memberi
asuhan pada bayi baru lahir, bayi, dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya
manusia atau generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan
pemeliharaan, pencegahan deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi
termasuk kegawat daruratan pada ibu dan anak.
1. Peran Sebagai Pelaksana Pelayanan Kebidanan.
Menurut Sofyan, et all (2006) bidan memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan secara langsung kepada kliennya berdasarkan standart dan
protokol. Sebagai pelaksana, bidan mempunyai 3 (tiga) kategori tugas, yaitu :
a. Tugas Mandiri
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,
diantaranya :
a) Mengkaji status kesehatan untuk memahami kebutuhan asuhan klien.
b) Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas masalah.
c) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
e) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan atau tindakan.
f) Membuat catatan dan laporan kegiatan atau tindakan.
2) Memberikan pelayanan pada anak remaja dan wanita pra perkawinan dengan melibatkan
klien, yang meliputi :
a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja, dan wanita dalam masa pra
perkawinan.
b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan.
c) Menyusun rencana tindakan atau layanan bersama klien berdasarkan prioritas
masalah.
d) Melaksanakan tindakan atau layanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien hasil tindakan atau layanan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut atau layanan bersama klien.
g) Membuat catatan dan pelaporan asuhan.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal, yang meliputi :
a) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan normal.
b) Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
c) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
e) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
f) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan normal dengan
melibatkan klien atau keluarga meliputi :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam persalinan.
b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan.
c) Menyusun rencana asuhan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
5) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir, yang meliputi :
a) Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir.
b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
d) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut.
g) Membuat rencana dan laporan asuhan yang telah diberikan.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien
atau keluarga, yang meliputi :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu nifas.
b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan.
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
g) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana, yang meliputi :
a) Mengkaji status kesehatan klien dan kebutuhan klien.
b) Menentukan diagnosa, prognosa dan kebutuhan asuhan.
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai kebutuhan.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
g) Membuat catatan dan laporan asuhan yang telah diberikan.
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium dan menopause, yang meliputi :
a) Mengkaji status kesehatan dalam masa klimakterium dan menopause.
b) Menentukan diagnosa, prognosa dan kebutuhan asuhan.
c) Menyusun rencana asuhan sesuai dengan prioritas masalah bersama klien.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan bersama klien.
g) Membuat pencatatan asuhan kebidanan.
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga, yang
meliputi :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi dan
balita.
b) Menentukan diagnosa dan prioritas masalah.
c) Menyusun rencana asuhan sesuai dengan prioritas masalah bersama klien.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut.
g) Membuat pencatatan laporan asuhan.
b. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi
Adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersama atau sebagai satu urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan
kesehatan.
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi manajemen dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi atau kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
c. Pelayanan Kebidanan Rujukan
Adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya, serta layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat /
fasilitas pelayanan kesehatan yang lain baik secara horizontal maupun vertikal atau ke
profesi kesehatan lainnya.
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawat daruratan.
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dalam
masa nifas dengan penyulit tertentu dengan keadaan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang melalui konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
2. Peran Sebagai Pengelola Tempat Pelayanan Kebidanan.
Dalam peran ini, bidan memimpin, mengkoordinasi unsur-unsur dan kegiatan praktek
kebidanan untuk meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat di daerah
yang menjadi tanggung jawabnya.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat / klien.
1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan
mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat.
3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan
ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana.
4) Mengkoordinir mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan
lain dalam melaksanakan program / kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
KB.
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfataan sumber-sumber yang ada pada
program dan sektor terkait.
6) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatanss kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan / PLKB dan masyarakat.
3) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader kesehatan dan petugas
kesehatan lain.
4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.
3. Peran Sebagai Pendidik
Bidan memberikan pendidikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
ruang lingkup tanggung jawab, selain itu bidan yang membimbing siswa bidan, dukun bayi,
kader kesehatan di dalam bidang pelayanan kesehatan.
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
1) Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
2) Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
3) Melaksanakan program / rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsur-unsur
yang terkait termasuk masyarakat.
4) Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat dan
menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program di masa yang akan
datang.
5) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan
masyarakat secara lengkap dan sistematis.
b. Melatih dan membimbing kader kesehatan termasuk siswa bidan dan keperawatan
serta membina dukun bayi di wilayah atau tempat kerjanya.
1) Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader kesehatan, dukun bayi dan siswa.
2) Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3) Menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
4) Melaksanakan pelatihan dukun bayi dan kader kesehatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5) Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6) Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.
7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan bimbingan
secara sistematis dan lengkap.
4. Peran Sebagai Peneliti
Menurut Sofyan et all (ed) 2006 bidan dengan dasar keilmuan yang dimilikinya dapat
melakukan penelitian terapan, baik secara mandiri, bersama atau sebagai anggota kelompok
peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga.
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
bersama di dalam suatu kelompok dan ruang lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi atau penelitian.
e. Menyusun laporan hasil investigasi atau penelitian dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi atau penelitian untuk meningkatkan dan mengembangkan
Bidan program kerja atau pelayanan kesehatan.
2.3 Konsep Dasar Antenatal Care
2.3.1 Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, masa nifas
persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental
serta menyelematkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi mental (Prawirohardjo,
1999).
2.3.2 Tujuan Antenatal Care
Menurut Siafuddin (2000), tujuan dari Antenatal Care adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
2.3.3 Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidanan minimal termasuk “7T” yaitu :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap
5. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Test terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
2.3.4 Konsep Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)
1. Anamnesa
a. Anamnesa tentang identitas
1) Nama diri sendiri dan suami
2) Alamat
3) Pekerjaan
4) Pendidikan
b. Anamnesa Obstetri
1) Kehamilan ke berapa
2) Apakah persalinan spontan B, aterm, hidup atau dengan tindakan
3) Umur anak terkecil
4) Tanggal haid terakhir.
c. Anamnesa Tentang Keluhan utama
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
1) Keadaan umum : composmentis, tampak sakit
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, berat badan, tinggi badan.
b. Pemeriksaan khusus Obstetri
1) Inspeksi
Tinggi fundus uteri, perubahan kulit pada dinding abdomen, gerak janin yang tampak.
2) Palpasi
Pemeriksaan palpasi dipergunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan
tuanya kehamilan.
3) Auskultasi
Mendengarkan denyut jantung janin.
4) Pemeriksaan tambahan
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan ultrasonografi
3) Pemeriksaan panggul luar.
3. Kebutuhan Ibu hamil
a. Nutrisi ibu hamil
Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan
protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan telur sehari. Nilai gizi dapat
ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama hamil
(Manuaba, 1998). Makanan wanita hamil harus diperhatikan dari pada di luar
kehamilan karena dipergunakan untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan
badan, untuk tumbuhnya janin, supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas dan
guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi (Unpad, 1983).
b. Persiapan Persalinan dan Laktasi
Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah untuk meningkatkan kesehatan optimal
menjelang persalinan dan segera dapat memberikan laktasi (Manuaba, 1998).
c. Istirahat
Jadwal istirahat perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan
perkembangan janin (Manuaba, 1998).
4. Kunjungan Ibu Hamil
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga
kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. (Untoro Rachmi, 1997).
5. Kunjungan baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan (Untoro Rachmi, 1997).
6. Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan.
7. Kunjungan ulang Ibu Hamil (K4)
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapat
pelayanan antenatal sesuai standar yang diharapkan dengan syarat:
a. Minimal satu kali kunjungan selama trimester pertama kehamilan (sebelum minggu ke-
14). Informasi penting yang harus dilakukan :
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kurang zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Mulai mempersiapkan kelahiran bayi dengan kesiapan untuk komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, kebersihan, istirahat, dsb).
b. Minimal satu kali kunjungan selama trimester dua (antara minggu 14-28).
Informasi penting sama seperti yang diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre
eklampsi (tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklampsi, pantau tekanan darah, evaluasi
edema atau bengkak, periksa untuk mengetahui proteinuria).
c. Minimal dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke-36).
1) Waktunya antara minggu 28-36
Informasi penting : sama dengan diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda.
2) Waktunya setelah 36 minggu
Informasi penting : sama dengan diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 sampai 13 kali selama
hamil. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan sebanyak empat kali
cukup sebagai kasus tercatat. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat
mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan
untuk melakukan rujukan ke Rumah Sakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu
dipergunakan partograf menurut WHO. Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu
dan perinatal yang sebagian terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara
bermakna (Manuaba, 1998).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu dimana peneliti ingin menggambarkan
atau mengidentifikasi secara sistematis mengenai persepsi masyarakat terhadap peran
pendidik bidan desa dalam memberikan pelayanan Antenatal Care.
3.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
model/ sistem yang terdiri dari unsur-unsur imput, proses dan output.
3. Imunisasi TT
Keterangan :
= yang diteliti
Peran pendidik bidan dalam antenatal care yaitu memberikan penyuluhan tentang :
1. Pentingnya antenatal care
2. Pentingnya minum tablet zat besi
3. Imunisasi TT
4. Nutrisi
5. Personal hygiene
6. Perawatan payudara
7. Tanda-tanda bahaya kehamilan
Persepsimasyarakatterhadap peranpendidik bidan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ibu hamil terhadapantenatal care :1. Pengalaman pribadi2. Pengaruh orang yang dianggap penting3. Pengaruh kebudayaan4. Media massa5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama6. Faktor emosional
Positif
negatif
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan pada peran
pendidik bidan dalam Antenatal care yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi masyarakat
terhadap peran pendidik bidan dalam memberikan pelayanan Antenatal care. Persepsi ibu
hamil terhadap Antenatal care di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi,
pengaruh orang yang di anggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Peran pendidik bidan dalam Antenatal
care nantinya akan menghasilkan persepsi yang positif dan negatif.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan
desa dalam memberikan pelayanan Antenatal care.
3.4 Definisi Variabel
3.4.1 Definisi Konsep
Peran bidan sebagai pendidik adalah memberikan pendidikan kepada individu,
keluarga, kelumpok dan masyarakat tentang penanggilangan masalah kesehatan khususnya
yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana (Sofyan, et
all, 2006).
Persepsi masyarakat adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan
yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin, 2000).
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala data Kategori
1. Peran bidan desa- Peran pendidik
Memberikan pendidikankepada ibu hamilmeliputi :Memberikan penyuluhanpada ibu hamil tentang :1. Pentingnya antenatal care2. Pentingnya minum tablet zat besi3. Imunisasi TT4. Tentang nutrisi5. Personal hygiene6. Perawatan payudara7. Tanda-tanda bahaya kehamilan
Kuesioner Ordinal - Sangat berperan bilajawaban responden memiliki skor 80100%
- Cukup berperan bilajawaban responden memiliki skor 60-79%- Kurang berperan bila jawaban respondenmemiliki skor < 60%
2. Persepsi
masyarakat
terhadap peran
pendidik bidan
dalam
memberikan
pelayanan ANC
Anggapan masyarakattentang bidan dalam halmemberikan penyuluhanterhadap ibu hamil
Kuesioner Nominal - Positif skor T > meanT- Negatif skor T < meanT
3.5 Populasi, Sampling, dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang tercatat pada periode 2008
ada di desa Mulung-Driyorejo , Kabupaten Gresik yaitu 100 ibu hamil.
3.5.2 Sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan random
sampling, yaitu dengan mengambil responden yang ada dan sesuai dengan kriteria inklusi.
3.5.3 Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memenuhi kriteria
inklusi, di tentukan jumlah sampel dengan perhitungan sebagai berikut:
- Sangat berperan bila jawaban responden memiliki skor 80100%
- Cukup berperan bila
jawaban responden
memiliki skor 60-79%
- Kurang berperan bila
jawaban responden
memiliki skor < 60%
- Positif skor T > mean
T
- Negatif skor T < mean
T
Jika populasi < 1000, maka sampel bisa diambil 20 – 30%
20
=
n
xN
100
20
x=
n =
204
100
n = 40,8
˜
Keterangan
N = Besar populasi
n = Besar sampel
41
Jadi jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 41 ibu hamil.
3.6 Kriteria Sampel
3.6.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Semua ibu hamil yang melakukan antenatal care di bidan
2. Semua ibu hamil yang dapat ditemui pada saat pengambilan data
3. Semua ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
3.6.2 Kriteria eksklusi.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Semua ibu hamil yang tidak melakukan antenatal care
2. Semua ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah desa Mulung Kecamatan Driyorejo di
Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2009, dan pengambilan
data dilakukan pada tanggal 18-30Mei 2009.
3.8 Teknik Penumpulan Data
Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk menyusun
penelitian adalah teknik pengumpulan data sekunder dan primer.
3.8.1 Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung dari responden dengan datang ke rumah
responden dan memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian kemudian melakukan informed
consent kepada responden untuk persetujuan pengambilan data. Setelah itu peneliti memberikan
koesioner kepada responden untuk diisi dan mendampingi responden dalam pengisian
koesioner, serta memberikan pengarahan dan penjelasan kepada responden jika ada kesulitan
dalam pengisian koesioner. Pengambilan data primer ini dilakukan pada tanggal 18-30 Mei 2009.
3.8.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari buku kohort ibu yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Semboro Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember pada periode 2008.
3.9 Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuisioner yang
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.10 Teknik pengolahan/ Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3.10.1 Editing
Memeriksa kembali data yang telah terkumspul melalui kuesioner dan memastikan
semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Kuisioner yang terkumpul telah
terisi sesuai dengan pertanyaan dan pernyataan. Jika terdapat kuesioner yang belum
dapat terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak
sesuai maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali kuisioner yang masih
kosong.
3.10.2 Coding
Mengklasifikasikan data dengan memberi tanda sesuai dengan kategori yang telah
disediakan, dalam penelitian ini untuk responden 1, diberi kode R1, responden 2 diberi
kode R2, dan seterusnya. Pada hasil jawaban kuesioner peran, yaitu responden dengan
jawaban ya di beri nilai 1 dan responden dengan jawaban tidak diberi nilai 0. Sedangkan
pada jawaban kuesioner persepsi dengan kriteria positif diberi kode 1 dan kriteria negatif
diberi kode 2. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi.
3.10.3 Scoring
Untuk menghitung persepsi masyarakat terhadap peran pendidik bidan dalam pelayanan
Antenatal care, maka digunakan rumus :
Jawaban Jumlah x 100 %
Peran Bidan = Option Total
Kemudian dikategorikan menjadi:
1. Sangat berperan, jika skor 80-100%
2. Cukup berperan, jika skor 60-79%
3. Kurang berperan, jika skor <60%
Sedangkan untuk mengetahui persepsi ibu hamil menggunakan skala Likert untuk
pernyataan fovarable skor yang digunakan SS = 5, pernyataan unfavorable SS = 1.
3.10.4 Tabulating
Data yang diperoleh kemudian di kelompokkan dan di proses dengan menggunakan
tabel untuk mengetahui tentang persepsi ibu hamil terhadap peran pendidik bidan di desa
dalam memberikan pelayanan Antenatal care. Setelah itu peneliti memasukkan skor dan
menghitung rata-rate skor. Dan setelah ditemukan rata-rata skor dihitung standart
devisiasinya untuk menentukan nilai T, dan rata-rata T dengan rumus :
3.10.5 Transfering
Memindahkan jawaban yang diperoleh dari responden ke dalam tabel induk atau master
sheet.
3.10.6 Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan tentang persepsi ibu
hamil terhadap peran pendidik bidan di desa dalam memberikan pelayanan Antenatal
care. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang memuat
frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori.
3.11 Etika Penelitian
Penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian, secara umum prinsip-prinsip
etika dalam penelitian terdiri dari :
3.11.1 Inform Consent (lembar persetujuan)
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan
mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon responden
bersedia untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh
memaksa dan harus tetap menghormatinya.
3.11.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode pada
masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.
3.11.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan pada kelompok yang
berhubungan dengan penelitian itu.
3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian
Terlampir.
Top Related