PELAKSANAAN SHALAT DZUHUR BERJAMAAH
DALAM MENINGKATKAN KETAATAN BERIBADAH SISWA
DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Efan Yulistiyono
NIM 1112011000046
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1439 H
PELAKSANAAN SHALAT DZUHUR BERJAMAAH
DALAM MENINGKATKAN KETAATAN BERIBADAH SISWA
DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Efan Yulistiyono
1112011000046
Di Bawah Bimbingan
Drs. Rusdi Jamil, M.Ag
NIP. 19621231 199503 1 005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1439 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam
Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-
Falah Jakarta disusun oleh Efan Yulistiyono, NIM. 1112011000046, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 26 September 2017
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Drs. Rusdi Jamil, M.Ag
NIP. 19621231 199503 1 005
LEMBAR
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam
Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-
Falah Jakarta disusun oleh EFAN YULISTIYONO Nomor Induk Mahasiswa
1112011000046, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 05 Oktober 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta, 05 Oktober 2017
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag
NIP. 19580707 198703 1 005 _________ ______________
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)
Marhamah Saleh, Lc., MA
NIP. 19720313 200801 2 010 _________ ______________
Penguji I
Drs. Ghufron Ihsan, MA
NIP. 19530509 198103 1 006 _________ ______________
Penguji II
Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag
NIP. 19541015 197902 1 001 _________ ______________
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA
NIP. 19550421 198203 1 007
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Efan Yulistiyono
NIM : 1112011000046
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Batumirah RT. 01/01 Kec. Bumijawa Kab. Tegal
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam
Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa di MTs Al-Falah adalah benar hasil
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Drs. Rusdi Jamil, M.Ag
NIP : 19621231 199503 1 005
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya si
Efan Yulistiyono
i
ABSTRAK
Efan Yulistiyono (NIM: 1112011000046). Pelaksanaan Shalat Dzuhur
Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Al-Falah Jakarta.
Berdasarkan masalah mengenai generasi muda Islam yang tidak taat atas
kewajiban mereka dalam melaksanakan shalat, maka mendorong penulis untuk
melakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah
dalam meningkatkan ketaatan beribadah siswa. Penulis melakukan penelitian di
MTs Al-Falah Jakarta untuk mengetahui gambaran proses pelaksanaan shalat
dzuhur berjamaah dan untuk mengetahui bagaimana ketaatan siswa dalam
menunaikan shalat 5 waktu.
Dalam penelitian, penulis menggunakan metode etnografi yang membidik
pikiran dan pola-pola perilaku manusia yang dapat diamati melalui kegiatan
hidupnya. Sedangkan desain penelitian menggunakan desain deskriptif yang
termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan shalat dzuhur
berjamaah di MTs Al-Falah Jakarta masih terdapat kendala-kendala. Terkadang
ada segelintir siswa yang membuat pelaksanaan kegiatan sedikit terganggu.
Dengan pelaksanaan kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan
mempunyai kesadaran keagamaan, khususnya siswa dapat secara mandiri
menunaikan shalat fardlu 5 waktu. Melalui hasil wawancara dengan beberapa
siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa sudah memiliki kesadaran tentang
kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Dalam kesehariannya mereka sudah
mulai berusaha menunaikan kewajiban mereka meski terkadang pada waktu shalat
tertentu seperti shalat subuh mereka masih merasa kesulitan dalam
menunaikannya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya kerja sama
antara pihak sekolah dengan orang tua untuk mengawasi shalat anak sehingga
harapan menjadikan anak sebagai generasi yang taat dalam beribadah dapat
terwujud.
Kata Kunci: shalat, shalat dzuhur, shalat berjamaah, taat, ibadah, taat
beribadah
ii
KATA PENGANTAR
segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ,الحمد اهلل
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan pengikut
setianya. Semoga kita semua mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW di hari
kiamat nanti.
Tidak ada perjuangan yang mudah dan tidak ada perjuangan yang tidak
menemui rintangan. Tetap semangat, disiplin, dan kerja keras adalah kunci
mengatasi semua rintangan itu. Begitu pula yang dihadapi penulis, pada prosesnya
penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi. Akan
tetapi, berkat pertolongan Allah SWT serta motivasi dan bantuan yang diberikan
oleh berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil sehingga semua
hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi.
Selama menuntut ilmu maupun dalam proses penyusunan skripsi di Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, penulis memahami terdapat peran-peran yang begitu penting
dari banyak pihak dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan bantuan lainnya
kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Marhamah Saleh, Lc., MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. Sururin, M.Ag. Dosen Penasehat Akademik.
5. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.
iii
6. H. Yusri, S.Ag. Kepala MTs Al-Falah Jakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Al-Falah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mencurahkan
ilmunya, semoga ilmu yang telah diterima penulis dapat bermanfaat.
8. Kepala Perpustakaan beserta seluruh Staff Karyawan, baik Perpustakaan
Tarbiyah maupun Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis dalam
menemukan sumber-sumber/referensi yang dibutuhkan.
9. Seluruh Staff Karyawan di berbagai tingkatan dari Jurusan sampai pusat yang
telah membantu penulis dalam hal administrasi kampus.
10. Yang paling istimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Hargono dan
ibunda Suwatni serta anggota keluarga yang lain yang selalu memberikan
dukungan moril maupun materil yang selalu menginspirasi penulis.
11. Terkhusus untuk Amalia Herman yang selalu mengingatkan dan memberikan
dorongan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan keluarga besar PAI angkatan 2012, sahabat-
sahabat organisasi PMII Rayon PAI, PMII Komfaktar, IMT Ciputat, teman
satu kosan Rizky Nailul Author, serta semua teman-teman yang lain yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. I love you all.
Untuk mereka semua, penulis mengucapkan “jazakakumullah khairan
katsiran”. Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis akan dibalas
kebaikannya oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini
sangat diharapkan agar dapat dijadikan pelajaran dan perbaikan untuk penelitian
selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi
setiap orang yang membacanya. Aamiin.
Jakarta, 25 September 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
F. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Shalat
a. Pengertian dan Keutamaan Shalat ........................................... 11
b. Dalil Disyariatkannya Shalat ................................................... 15
c. Syarat dan Rukun Shalat .......................................................... 16
d. Sunnah-sunnah Dalam Shalat .................................................. 18
e. Macam-macam Shalat ............................................................. 20
f. Hikmah Shalat ......................................................................... 23
v
2. Shalat Berjamaah
a. Pengertian dan Keutamaan Shalat Berjamaah ......................... 25
b. Sejarah Disyariatkannya Shalat Berjamaah ............................. 28
c. Syarat dan Rukun Melaksanakan Shalat Berjamaah ............... 28
d. Syarat-syarat Menjadi Imam ................................................... 29
e. Syarat-syarat Menjadi Makmum ............................................. 30
f. Tata Cara Shalat Berjamaah .................................................... 31
g. Hikmah Disyariatkannya Shalat Berjamaah ............................ 34
3. Taat Beribadah
a. Pengertian Taat ........................................................................ 35
b. Manfaat Taat ............................................................................ 35
c. Pengertian Ibadah .................................................................... 36
d. Macam-macam Ibadah ............................................................ 38
e. Hikmah Ibadah ........................................................................ 40
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 44
B. Latar (setting) Penelitian ....................................................................... 44
C. Metode Penelitian .................................................................................. 44
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 45
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 46
F. Analisis Data ......................................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat MTs Al-Falah Jakarta ........................................... 54
2. Visi dan Misi .................................................................................. 55
3. Keadaaan Guru, Karyawan dan Siswa ........................................... 56
4. Struktur Kepengurusan ................................................................... 57
5. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 59
vi
B. Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan
Ketaatan Beribadah Siswa di MTs Al-Falah Jakarta
1. Awal Dimulainya Kegiatan Shalat Dzuhur Berjamaah .................. 61
2. Tujuan Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah .............................. 62
3. Penanggung Jawab .......................................................................... 64
4. Proses Pelaksanaan ......................................................................... 64
5. Pengawasan Sekolah ....................................................................... 66
6. Kendala ........................................................................................... 66
7. Ketaatan Beribadah Siswa .............................................................. 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 71
B. Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Observasi 47
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 47
Tabel 4.1 Struktur Kepengurusan 56
Tabel 4.2 Keadaan Guru 57
Tabel 4.3 Keadaan Karyawan 58
Tabel 4.4 Jumlah Siswa 59
Tabel 4.5 Jumlah Rombongan Belajar (Rombel) 59
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana 60
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Nama Lampiran
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan (Melihat Sidang)
Lampiran 5 Surat Pernyataan Jurusan
Lampiran 6 Hasil Observasi
Lampiran 7 Transkripsi Wawancara
Lampiran 8 Data Responden
Lampiran 9 Uji Referensi
Lampiran 10 Foto-foto
Lampiran 11 Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia
sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur‟an adalah pengemban amanah
sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia
diciptakan dengan bentuk yang sempurna, mempunyai akal dan nafsu yang
membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang hanya diberi salah
satu dari akal dan nafsu.
Pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia semata-mata hanyalah
untuk beribadah kepada Allah. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”. (Q.S. Adz Dzariyat [51]: 56).1
Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa Allah menciptakan jin dan manusia
hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah. Bentuk pengabdian seorang
hamba (manusia) kepada pencipta-Nya (Allah SWT) adalah dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tugas jin dan manusia adalah
menyembah Allah SWT. Salah satu cara untuk mengimplementasikannya
ialah dengan melakukan ibadah-ibadah yang dilakukan dengan penuh ikhlas
dan penuh kesadaran. Salah satu ibadah yang harus dilaksanakan oleh manusia
adalah ibadah shalat.
Shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat nanti.
Rasulullah SAW bersabda,
1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h.
523.
2
"Sesungguhnya sesuatu yang paling dulu dihisab pada hamba adalah
shalatnya. Jika shalat itu baik maka ia telah menang dan sukses. Jika
shalatnya rusak maka ia telah merugi." (HR. An Nasa'i)
Selain menjadi amal yang pertama dihisab, shalat juga mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW,
“Shalat adalah pilar Islam, jihad adalah punuknya amal, dan zakat antara
itu.” (HR. Ad Daylami, Haditsnya dha‟if)
Hadits tersebut salah satunya menjelaskan bahwa shalat adalah tiangnya
agama. Seperti halnya sebuah bangunan, jika tiangnya kuat maka akan kuat
bangunannya dan sebaliknya jika tiangnya tidak kuat maka tidak akan kuat
bangunannya. Begitu juga di dalam agama Islam, jika shalat dilaksanakan
dengan baik maka akan semakin kuat agamanya, tetapi jika shalat tidak
dilaksanakan maka sama saja dengan merobohkan agamanya.
2 Sunan An Nasa‟i.
3 At Tarhib fi Fadhaailil A‟mal wa Tsawaaba Dzaalika li Abna.
3
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh
seorang muslim yang sudah menginjak usia baligh. Shalat menjadi pembeda
antara kaum muslim dengan non-muslim secara kasat mata. Untuk itu shalat
merupakan identitas bagi umat Islam. Untuk menjaga identitas itu perlu
adanya konsistensi dalam diri seorang muslim untuk menjaga shalatnya
dengan baik dan benar sesuai dengan syariat Islam.
Kewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu diturunkan oleh Allah
SWT sewaktu Rasulullah SAW menjalani mi‟raj. Shalat sendiri sering disebut
sebagai mi‟rajnya orang-orang beriman yang mengerjakan ibadah, itu bukan
karena shalat diperintahkan saat Nabi SAW mengalami mukjizat itu, tetapi
karena sifat ibadah ini (shalat) yang menuntut komunikasi langsung antara
hamba dengan Tuhan-nya.4
Shalat merupakan ibadah yang paling utama dan banyak mengandung
hikmah, diantaranya adalah dapat memberikan ketentraman dan ketabahan
hati sehingga manusia tidak akan lupa kepada Allah ketika diberikan cobaan,
shalat untuk membina ketaqwaan dan shalat juga dapat membersihkan jiwa
dan rohani dari aneka rupa perangai keji dan buruk. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al Ankabut ayat 45,
“Bacalah Kitab (Al-Qur‟an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)
dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan yang mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah
(shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Ankabut [29]: 45)5
Ibadah shalat juga merupakan pengabdian dari seorang hamba kepada
Allah SWT. Pengabdian yang dimaksud adalah pengabdian untuk
menunjukkan ketaatan dan kencintaan seorang hamba kepada Allah SWT.
4 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 11.
5 Departemen Agama RI, op. cit., h. 401.
4
Dengan shalat juga seseorang bisa meggunakannya sebagai sarana komunikasi
untuk mendekatkan diri kepada pencipta-Nya.
Dalam mengerjakan shalat seorang muslim bisa melaksanakannya secara
munfarid (sendirian) atau berjamaah. Shalat munfarid adalah shalat yang
dikerjakan sendirian, sedangkan shalat berjamaah adalah shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan makmum. Dalam
hal pahala yang didapat, shalat berjamaah mempunyai pahala 27 kali lipat
lebih banyak dibanding shalat sendirian.
Selain pahala yang berlipat ganda, seorang muslim yang mengerjakan
shalat secara berjamaah juga akan mendapatkan berbagai manfaat yaitu
bertemu dengan sesama muslim yang dapat digunakan sebagai ajang
silaturrahim atau mempererat tali persaudaraan. Allah SWT juga
mensyariatkan kepada umat Islam untuk berkumpul dalam waktu-waktu
tertentu. Diantaranya adalah berkumpul setiap hari pada siang dan malam hari
seperti shalat lima waktu. Orang-orang muslim akan berkumpul di Masjid
melaksanakan shalat lima kali dalam sehari-semalam.
Shalat berjamaah adalah salah satu di antara sebab yang menjadikan
seseorang melakukan shalat pada awal waktunya atau minimal tepat pada
waktunya. Dan ini adalah termasuk amalan yang paling utama di sisi Allah
„Azza wa Jalla.
Shalat berjamaah juga menjadi salah satu penyebab bagi kesempurnaan
dan kelengkapan shalat. Pada galib-nya juga menyelamatkan dan
mengamankan diri dari lupa. Kemudian akan berdampak pada semakin
tingginya derajat (potensi) diterimanya shalat tersebut dengan izin Allah
SWT.6
Shalat berjamaah bisa menjaga seorang muslim dari perbuatan
meremehkan, melalaikan, dan melupakan shalat serta menjaga diri dari
melaksanakan shalat di akhir waktu. Bahkan kebanyakan mereka yang
meninggalkan shalat pada awalnya adalah mereka meninggalkan shalat
6 Abu Abdillah Musnid Al Qahthani, 40 Manfaat Shalat Berjamaah , Terj. dari Arba‟uuna
Faa‟idatan Min Fawaa‟idi Shalatil Jamaa‟ah oleh Ainul Haris bin Umar Thayib, (Jakarta: Yayasan
Al-Sofwa, 1997), h. 59.
5
berjamaah. Oleh karena itu, di antara rahmat Allah kepada kita adalah Allah
mensyariatkan shalat lima waktu secara berjamaah.
Dengan melaksanakan shalat secara berjamaah, maka seorang muslim
akan mendapatkan kesempatan besar untuk saling mengenal dan beramah-
tamah antar sesama muslim saat pertemuan mereka di Masjid. Shalat
berjamaah juga memberikan kesempatan bagi para jamaah untuk saling
mencari tahu satu sama lain serta untuk mengetahui tentang situasi dan kondisi
mereka sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan bersama-sama
seperti menjenguk orang sakit dan membantu orang yang membutuhkan,
berbelas kasih kepada orang yang tertimpa musibah dan hal-hal lain yang bisa
menguatkan hubungan dan menambah persaudaraan antar sesama muslim.
Muhammad Iqbal menyadari bahwa manfaat luar biasa dari shalat
berjamaah dalam Islam yaitu berguna untuk menumbuhkan semangat
kesetaraan dan persaudaraan. Ia berkata bahwa kita tidak dapat mengabaikan
pertimbangan penting bahwa gerakan-gerakan tubuh adalah faktor utama
dalam menentukan pemikiran. Pilihan pada satu titik tertentu dari shalat
ditujukan untuk memelihara kesatuan dalam berjamaah itu dan bentuknya
secara umum menghasilkan sikap memelihara rasa kesetaraan sosial setingkat
dengan kecenderungannya untuk memusnahkan perasaan superioritas dalam
diri setiap muslim.7
Tidak ada keraguan bahwa shalat berjamaah benar-benar menciptakan
ikatan cinta dan saling pengertian di antara kaum muslimin. Hal ini
membangkitkan rasa kebersamaan dan saling membantu dalam persaudaraan
di antara muslim. Mereka semua mengucapkan doa dalam satu jamaah dan ini
menanamkan dalam diri mereka perasaan persaudaraan yang dalam.
Keimanan dan ketaqwaan tidak terlepas dari pendidikan shalat yang
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan, shalat mencegah perbuatan keji dan
munkar, shalat meningkatkan disiplin hidup, shalat membuka hati pada
kebenaran dan masih banyak lagi manfaatnya bagi kejiwaan manusia. Akan
tetapi pada zaman sekarang ini banyak yang mengaku beragama Islam tetapi
7 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 122.
6
mereka melalaikan shalat dan meremehkannya. Mereka tetap melakukan
fahsya‟ (segala perbuatan jahat) dan munkar seperti kasus-kasus yang sering
kita lihat di berita-berita media cetak, media internet, atau media elektronik.
Mereka tidak sadar bahwa siapa yang meninggalkan shalat fardhu lima waktu
dengan sengaja, maka ia telah ingkar (kafir) dengan nyata-nyata. Semakin
membahayakan pula jika yang melakukannya adalah para generasi muda yang
menjadi tunas bangsa.
Kita mungkin pernah bertemu dengan banyak orang yang mengerti dan
faham tentang shalat akan tetapi mereka enggan melaksanakan shalat dengan
alasan dan faktor yang menghambatnya. Yang lebih memperihatinkan apabila
mereka tidak merasa berdosa bila meninggalkan shalat dan seolah-olah shalat
itu tidak bermakna bagi dirinya. Kemudian dampak darinya dapat membuat
orang tersebut berperilaku tidak baik. Hal itulah yang mendasari perlu adanya
pembiasaan terhadap siswa untuk melaksanakan shalat agar siswa tetap taat
dalam menjaga shalatnya di kemudian hari.
Shalat merupakan azas yang fundamental atau mendasar yang menjadi
kualitas iman dalam diri seseorang. Oleh karena itu shalat perlu dipelajari,
diketahui dengan tepat dan dilaksanakan dengan benar agar manfaatnya dapat
dinikmati dan dirasakan dengan sungguh-sungguh. Anak jika sejak kecil rajin
melaksanakan shalat maka sampai besar dalam keadaan bagaimanapun
mereka tidak akan lupa kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri dari hal-hal
yang tidak baik serta melahirkan sikap pribadi yang baik.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk membentuk
kepribadian anak. Begitupun terhadap pembiasaan melaksanakan shalat,
lingkungan menjadi faktor yang sangat penting. Dimulai dari lingkup yang
sangat kecil yaitu keluarga, kemudian sekolah, dan masyarakat. Semua aspek
harus saling mendukung demi terwujudnya kepribadian anak yang baik yang
mempunyai ketaatan dalam beribadah.
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang anak. Di dalam sekolah
seoarang anak akan menerima pendidikan dan pengajaran. Sekolah juga
7
memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter
anak seperti membiasakan melaksanakan shalat pada anak.
Dengan demikian seorang anak diharapkan mampu melaksaksanakan
shalat dengan baik dan benar sesuai dengan syarat dan rukunnya serta dapat
menjadikannya sebagai pola laku dalam tata nilai kehidupannya sehari-hari.
Artinya melaksanakan shalat bukan hanya merupakan kewajiban belaka, tetapi
juga merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya.
Peran serta orangtua dalam mendidik anak juga sangat penting ketika anak
berada dalam keluarga. Akan tetapi banyak kita jumpai anak-anak yang tidak
begitu baik diperhatikan oleh orang tuanya. Salah satu faktornya adalah waktu
bekerja orangtua yang padat sehingga mereka tidak bisa mengawasi anak
mereka dan pengetahuan orang tua dalam mendidik anak yang rendah. Dengan
begitu seorang anak tidak terawasi dalam melaksanakan shalat lima waktu.
Selain peran orang tua, peran guru di sekolah juga sangat penting. Selain
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru juga dituntut untuk melakukan
penanaman nilai-nilai karakter pada anak. Seorang guru agama sudah pasti
akan menyampaikan materi tentang shalat. Akan tetapi tidak hanya
menyampaikan saja yang dibutuhkan dalam penanaman karakter. Dalam hal
ini guru juga sebaiknya terus mengingatkan dan memberikan stimulus kepada
anak agar mereka selalu ingat dan semangat dalam melaksanakan shalat.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan kebiasaan
melaksanakan shalat adalah dengan mengajak siswa untuk shalat berjamaah.
Termasuk manfaat shalat berjama‟ah yaitu ia menjadi pendorong (motivator)
untuk berlomba-lomba dalam keta‟atan kepada Allah dengan penuh kejujuran
dan keikhlasan. Ketika para jamaah melihat saudara-saudaranya yang lain
maka mereka akan berlomba-lomba bersama saudara-saudaranya tersebut
dalam hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah dalam ibadah yang
agung itu. Yakni dengan menambah kebajikan seperti bersegera menuju
8
Masjid saat waktu shalat tiba, menunaikan shalat sunat rawatib, membaca
dzikir, doa dan sebagainya.8
Begitu besar manfaat dan pentingnya shalat berjamaah membuat sebuah
lembaga pendidikan sudah seharusnya dapat membiasakan anak untuk rajin
melaksanakan shalat tepat pada waktunya serta berjamaah.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Falah yang terletak di Jakarta merupakan
sekolah yayasan yang dibangun atas asas kekeluargaan dan dikelola secara
turun temurun. MTs Al-Falah telah menerapkan pembiasaan shalat berupa
shalat dzuhur berjama‟ah bagi para siswanya.
Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap pelaksanakan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah Jakarta dan
mengetahui dampaknya terhadap ketaatan siswa dalam melaksanakan shalat.
Dengan demikian penulis akan mengangkat penelitian ini dengan judul
“Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan
Beribadah Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Generasi muda yang rentan melalaikan shalat.
2. Banyak orang melakukan kegiatan keji dan munkar.
3. Banyak orang berperilaku tidak baik.
4. Kurangnya penanaman kebiasaan melaksanakan shalat berjamaah kepada
anak.
5. Kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak.
6. Kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dan orang tua terhadap anak
untuk melaksanakan shalat.
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah, penulis membuat batasan masalah yaitu :
8 Abu Abdillah. op. cit., h. 75.
9
1. Shalat dzuhur berjamaah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan di MTs Al-Falah
Jakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
2. Siswa yang dimaksud adalah siswa MTs Al-Falah Jakarta.
3. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah shalat yang dilaksanakan oleh siswa
di rumah ataupun ketika berada di luar sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah
Jakarta?
2. Bagaimana ketaatan ibadah shalat siswa MTs Al-Falah Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
“Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita
capai.”9. Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di Madrasah
Tsanawiyah Al-Falah Jakarta.
2. Untuk mengetahui ketaatan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dapat dikembangkan sesuai dengan analisis, adapun
kegunaan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan oleh
sekolah dalam memberikan pengawasan dan kontrol terhadap siswa
terutama dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah serta berkontribusi
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), cet. 1, h. 30.
10
dalam pembentukan kebijakan sekolah untuk mengembangkan kegiatan
shalat dzuhur berjamaah.
2. Guru
Dalam penelitian ini akan ditemukan bagaimana proses pelaksanaan
shalat dzuhur berjamaah yang berlangsung dan mengetahui ketaatan siswa
dalam melaksanakan shalat ketika di luar sekolah. Melalui penelitian ini
diharapkan guru dapat melakukan evaluasi yang efektif terhadap ketaatan
siswa dalam melaksanaan shalat.
3. Siswa
Bagi siswa penelitian ini menjadi tolok ukur ketertiban siswa dalam
melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah maupun shalat
yang dilaksanakan di rumah. Serta sebagai motivasi untuk
mengembangkan kesadaran tentang pentingnya melaksanakan kewajiban
shalat.
4. Peneliti
Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan informasi
terkait pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah dan ketaatan ibadah siswa
serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. Selian itu penelitian ini
juga menjadi syarat dalam menempuh program sarjana S1 Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selain itu juga akan
menjadi pengalaman yang sangat bermakna.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Shalat
a. Pengertian dan Keutamaan Shalat
Sudirman Tebba menjelaskan secara etimologi bahwa shalat bisa
diartikan sebagai doa memohon kebajikan dan pujian, sehingga kalau
dikatakan bahwa Allah bershalat kepada Nabi-Nya itu berarti bahwa
Allah memuji Nabi-Nya.1
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an:
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. At Taubah [9]: 103).2
“Sungguh, Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Hai
orang-orang yang beriman! Bershalawatlah atasnya, dan berilah
salam kepadanya dengan sehormat-hormat salam.” (Q.S. Al Ahzab
[33]: 56).3
Menurut Syarif Hidayatullah Husain, “Shalat dilihat dari arti
linguistik-nya ialah doa, tetapi apabila dilihat dari istilah syar‟i-nya
1 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 11.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h.
203. 3 Ibid., h. 426.
12
ialah suatu pekerjaan dan ucapan yang didahului dengan takbir dan
diakhiri dengan salam”.4
Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh as-Sunnah juga menjelaskan secara
istilah bahwa shalat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah SWT dan
disudahi dengan memberi salam.5
Ahli lain yaitu Sa‟di Abu Jiib dalam Shalih bin Ghanim as-Sadlan
mengungkapkan bahwa shalat dalam terminologi syar‟i adalah rukun-
rukun yang khusus dan bacaan-bacaan tertentu dengan ikatan waktu
yang sudah ditentukan atau ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
yang dibuka dengan takbir dan diakhiri dengan salam disertai niat.6
Kemudian Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam
bukunya menerangkan bahwa para fuqahaa‟ (ahli fiqih) telah
beristilah menetapkan pengertian shalat yaitu.
“Beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah
kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.”7
Sedang ulama hakikat mendefinisikan shalat sebagai
menghadapkan jiwa kepada Allah SWT yang mendatangkan rasa takut
kepada-Nya serta menumbuhkan dalam rasa keagungan kebesaran-
Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Definisi ini bisa dikatakan
bahwa shalat adalah memperlihatkan keperluan kepada Allah yang
kita sembah dengan perkataan atau pekerjaan atau dua-duanya.8
4 Syarif Hidayatullah Husain, Salat dalam Madzhab Ahlulbait; Kajian Al-Qur‟an, Hadis,
Fatwa dan Ilmiah, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), cet. 2, h. 87. 5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, Terj. dari Fiqh as-Sunnah Oleh Mahyuddin Syaf, (Bandung:
PT Al-Ma‟arif, 1990), cet. 10, h. 191. 6 Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqih Shalat Berjamaah, Terj. dari Shalaatul Jamaah Hukmuha
Wa Ahkamuha oleh Thariq Abd. Aziz at-Tamimi, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), h. 27. 7 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
cet. 20, h. 62. 8 Sudirman Tebba, loc. cit.
13
Kemudian ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya yaitu
berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya,
ikhlas bagi-Nya, serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-
Nya.9
Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan maka
dapat dikatakan bahwa shalat adalah menghadapkan hati kepada Allah
yang mendatangkan rasa takut, menumbuhkan rasa kebesaran dan
kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi
dengan salam.
Karena itu menurut Afzalur Rahman sebagaimana yang dikutip
oleh Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy bahwa shalat
merupakan salah satu bentuk ibadah dengan wujud kepercayaan dan
ketundukan seseorang terhadap Tuhan, Sang Pencipta Yang
Mahakuasa yang menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber
daya dan sarana hidup. Melalui ibadah kepada-Nya manusia dapat
memperoleh keagungan dan kesempurnaan hakiki.10
Allah berfirman:
“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada
Engkau-lah kami mohon pertolongan.” (Q.S. Al Fatihah [1]: 5)11
Orang beriman sejati akan selalu menjaga shalatnya sehari-hari,
karena shalat itu merupakan bukti sekaligus ujian atas keimanan
seseorang. Karena itu, ketika seseorang telah menyatakan ke-Islam-
annya begitu mendengar suara adzan (panggilan shalat) ia harus segera
bergabung dalam shalat jamaah untuk menunjukkan apakah ia tulus
dalam keimanannya atau tidak. Kalau ia tidak memperhatikan adzan
dan tidak bergabung dalam shalat jamaah, maka ia dianggap tidak
tulus dengan pernyataan imannya.
9 Ibid.
10 Ibid., h. 13.
11 Departemen Agama RI, op. cit., h. 1.
14
Keutamaan shalat juga dapat dilihat pada banyak keterangan dan
sabda Rasulullah SAW di antaranya ialah Ibnu Umar melaporkan
bahwa Beliau bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara,
yaitu, bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah
utusan-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan
ibadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari
dan Muslim)12
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang paling pokok dan
penting dalam Islam. Shalat merupakan pijakan utama dalam
mewujudkan sistem sosial Islam. Karena itu, Al-Qur‟an menekankan
pentingnya shalat. Kemalasan dan keengganan melaksanakannya
merupakan tanda kemunafikan dan melalaikannya merupakan tanda
hilangnya iman.13
Ayat berikut membandingkan orang-orang yang shalat dengan
orang-orang yang menyekutukan Allah:
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya
serta laksanakanlah shalat, dan janganlah termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Allah.” (Q.S. Ar Rum [30]: 31)14
Ayat itu menjelaskan bahwa shalat merupakan hal kedua yang
terpenting setelah seseorang beriman dan percaya kepada keesaan
Allah, dan lalai dari shalat dapat membawa seseorang kepada
kekafiran, karena kalau seseorang tidak memperkuat keyakinannya
dengan perbuatan nyata, lambat laun ia kan kehilangan keyakinannya
itu.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa shalat adalah tiang
agama. Sebagaimana sebuah gedung yang akan runtuh bila tiangnya
roboh, maka keimanan dan kesalehan juga akan hilang seiring dengan
hilangnya shalat. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa amal yang
12
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 30. 13
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, op. cit., h. 16-17. 14
Departemen Agama RI, op. cit., h. 407.
15
pertama kali akan ditanya pada hari perhitungan adalah shalat. Apabila
shalatnya baik maka baik pula seluruh amal-amal yang lainnya. Tetapi
jika shalatnya buruk maka buruk pula amal-amalnya yang lain.
Menjelang wafatnya Rasulullah SAW pesan terakhir beliau adalah
agar kita menjaga shalat.15
Shalat itu begitu penting dalam Islam sampai-sampai saat
menghadapi musuh pun tidak dapat ditinggalkan. Hal itu karena tujuan
utama dari seseorang mukmin bukanlah berperang, tetapi menciptakan
kondisi-kondisi dalam masyarakat dimana setiap orang dapat
beribadah dan menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa takut.
Allah SWT memerintahkan shalat lima waktu untuk menegakkan
sebutan-Nya yaitu supaya kita dapat memakai hati, lidah, dan anggota
badan sekaligus dalam menghambakan diri kepada Allah SWT.
Masing-masing dari hati, anggota badan, dan lidah memperoleh
kebahagiaan dalam menghambakan diri kepada yang menciptakannya
dengan shalat itu. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan
menjadikan manusia yakni supaya mereka beribadah kepada Allah
SWT.
b. Dalil Disyariatkannya Shalat
Tidak asing lagi bahwa shalat wajib telah ditetapkan perintahnya
di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah serta ijma‟. Di dalam Al-Qur‟an
banyak ayat yang memuatnya antara lain firman Allah SWT,
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas
menaatinya-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga
agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itulah
agama yang lurus (benar)”. (Q.S. Al Bayyinah [98]: 5)16
15
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, op. cit., h. 18. 16
Departemen Agama RI, op. cit., h. 598.
16
Sedangkan dalam sunnah banyak hadits yang menegaskan
kewajiban shalat diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim serta lainnya dari Abdullah bin Umar bin Al-
Khattab r.a. berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Islam dibangun atas lima perkara yaitu persaksian bahwa tiada Ilah
(Tuhan) yang haq kecuali Allah dan Muhammad SAW sebagai Rasul-
Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan
haji”. (HR. Muslim)
Sedangkan dalam ijma‟, telah berkata Ibn Hubairah dalam Ifshah:
Dan mereka (ahli fiqih) sepakat bahwa shalat adalah salah satu rukun
Islam dan yang wajib adalah lima waktu dalam sehari semalam dan
kewajibannya tidak gugur atas orang yang sudah dibebani (mukallaf).
Untuk itu, seperti lelaki yang baligh berakal diwajibkan sampai
mereka menyaksikan maut atau perkara akhirat. Shalat memiliki
kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan
kedudukan terpenting dalam Islam yang tak tertandingi oleh ibadah
lainnya. Shalat adalah tiang agama yang tidak bisa tegak agama
kecuali dengannya.18
c. Syarat dan Rukun Shalat
17
Shahih Muslim. 18
As-Sadlan, op. cit., h. 29.
17
Menurut Sulaiman Rasjid, syarat-syarat wajib menunaikan shalat
ialah:19
1) Beragama Islam.
2) Suci dari haid (kotoran) dan nifas.
3) Berakal.
4) Baligh (dewasa).
5) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah SAW kepadanya).
6) Melihat atau mendengar.
7) Jaga (sadar).
Jika dia tidur atau lupa maka ia wajib melaksanakan shalat
ketika ia bangun atau ingat dan jika orangnya tidak waras (gila)
maka ia harus mengganti shalatnya ketika ia sembuh.
Sedangkan untuk syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut:20
1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
2) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.
3) Menutup aurat.
Bagi laki-laki wajib menutup aurat depan dan belakang,
sedang wanita keseluruhan tubuhnya kecuali wajah, telapak
tangan, dan telapak kaki.
Menurut Ali Rahib, “Seseorang yang hendak menunaikan
shalat tidak diperbolehkan menutup auratnya dengan pakaian
yang tipis yang memperlihatkan warna kulitnya (transparan)
atau yang sejenisnya. Sebab, pakaian atau kain tipis yang masih
memperlihatkan warna kulit menjadikan kriteria menutup aurat
tidak terpenuhi”.21
4) Mengetahui masuknya waktu shalat.
5) Menghadap ke Kiblat (Ka‟bah).
19
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam: Hukum Fiqih Lengkap, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo,
1994), cet. 27, h. 64-67. 20
Ibid., h. 68-70. 21
Ali Raghib, Ahkamus Sholah, Terj. dari Ahkam ash-Shalah oleh M. Abdillah al-Faqih dan
M. al-Mu‟tashim Billah, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), cet. 2, h. 89.
18
Menurut Tengku Hasbi Ash Shiddieqy bahwa menghadap
qiblat adalah suatu fardlu dalam shalat, tidak ada pengguguran
atasnya terkecuali dalam keadaan seperti berikut ini:
a) Sedang melaksanakan shalat sunnah bagi orang yang sedang
berkendara, baik dalam hadlar maupun dalam safar;
b) Shalat dalam keadaan terpaksa, sedang sakit, dan sedang
dalam ketakutan.22
Rukunnya shalat ada 13 yaitu sebagai berikut:
1) Niat.
2) Berdiri bagi orang yang kuasa.
3) Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”).
4) Membaca surat al-Fatihah.
5) Ruku‟ serta thuma‟ninah (diam sebentar).
6) I‟tidal serta thuma‟ninah.
7) Sujud dua kali serta thuma‟ninah.
8) Duduk di antara dua sujud serta thuma‟ninah.
9) Duduk akhir.
10) Membaca tasyahud akhir.
11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
12) Memberi salam yang pertama (ke kanan).
13) Menertibkan rukun.23
d. Sunnah-sunnah Dalam Shalat
Sunnah dalam shalat ada 2 macam, yaitu sunnah ab‟ad dan sunnah
hai‟ah.
1) Sunnah ab‟ad adalah sunnah yang menyerupai sebagian rukun
shalat dan jika lupa mengerjakannya maka harus diganti dengan
sujud sahwi, yaitu:24
22
Ash Shiddieqy, op. cit., h. 102. 23
Rasjid, op. cit., h. 75-87.
19
a) Duduk pada tasyahud awal.
b) Membaca tasyahud awal.
c) Membaca shalawat atas Nabi pada tasyahud awal.
d) Membaca shalawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
e) Membaca doa qunut pada shalat shubuh dan shalat witir pada
pertengahan hingga akhir bulan ramadhan.
f) Berdiri untuk membaca qunut.
2) Sunnah hai‟ah adalah gerak-ucap dalam shalat yang ketika lupa
maka tidak perlu menambah dengan sujud sahwi. Yang termasuk
ke dalam sunnah hai‟ah yaitu:25
a) Mengangkat kedua belah tangan sampai sejajar dengan daun
telinga ketika takbiratul ihram, hendak ruku‟, bangkit dari
ruku‟ dan ketika bangkit dari tasyahud awal.
b) Bersedekap dengan telapak tangan kanan di atas pergelangan
tangan kiri, di bawah dada di atas pusar.
c) Membaca doa iftitah.
d) Membaca isti‟adzah (lafadz yang mengandung ta‟awudz)
e) Membaca dengan suara nyaring pada 2 rakaat awal shalat
jahar (shubuh, maghrib, isya‟, shalat jumat, dan shalat „ied).
Dan sunnah merendahkan suara bacaan ayat-ayat pada shalat
dzuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan rakaat
ketiga dan keempat shalat isya‟.
f) Membaca aamiin mengiringi bacaan al-Fatihah.
g) Membaca surah pada rakaat pertama dan kedua.
h) Membaca takbir intiqal kecuali bangkit dari ruku‟.
i) Membaca sami‟allahu liman hamidah saat bangkit dari
ruku‟, dan membaca rabbana lakal hamdu saat sudah berdiri
tegak.
j) Membaca tasbih ketika ruku‟ (tiga kali).
24
Abdul Manan, Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2011), cet. XIV, h. 149. 25
Ibid., h. 158-159.
20
k) Membaca tasbih ketika sujud (tiga kali).
l) Meletakkan kedua tangan di atas paha sewaktu duduk untuk
membaca tasyahud awal dan akhir, dengan memberkas
tangan yang kiri sekira ujung jemarinya sejajar lutut,
sedangkan jemari tangan kanan selain telunjuknya
digenggamkan. Setelah itu, berisyarat dengan telunjuk kanan
menunjuk (satu kali gerak) saat sampai pada ucapan Illallah.
Makruh hukumnya menggerak-gerakkan telunjuk, namun
tidak sampai membatalkan shalat.
m) Duduk iftirsy dalam semua duduk yang terjadi dalam shalat.
n) Mengucap salam yang kedua, memalingkan muka ke kanan
dan ke kiri pada waktu membaca salam pertama dan kedua.
e. Macam-macam Shalat
Shalat terbagi menjadi dua macam yaitu shalat wajib (fardlu) dan
shalat sunnah (nafl), dan pembagiannya adalah sebagai berikut:
1) Shalat Wajib (Fardlu)
Shalat fardlu adalah shalat yang diwajibkan bagi tiap-tiap
orang dewasa dan berakal ialah lima kali sehari semalam. Mula-
mula turunnya perintah wajib shalat itu adalah pada malam isra‟,
setahun sebelum tahun hijriah.26
a) Shalat Shubuh
Shalat shubuh dikerjakan dua rakaat. Waktunya kira-kira
dari jam 04.00 sampai terbit matahari.27
b) Shalat Dzuhur
Manusia pertama yang mengerjakan shalat dzuhur ialah
Nabi Ibrahim As yaitu tatkala Allah SWT telah
memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi
26
Rasjid, op. cit., h. 53. 27
A. Hassan, Pengajaran Shalat, (Bangil: CV Pustaka Tamaam, 1991), h. 31.
21
Ismail As. Seruan itu datang pada waktu matahari tepat di atas
kepala, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama tanda bersyukur bagi penebusan. Rakaat
kedua tanda bersyukur karena dibukakan dukacitanya dan juga
anaknya. Rakaat ketiga tanda bersyukur dan memohon akan
keridhaan Allah SWT rakaat keempat tanda bersyukur karena
korbannya digantikan dengan tebusan kibas.28
Shalat dzuhur dikerjakan empat rakaat. Waktunya kira-
kira dari jam 12.00 sampai 15.00.29
c) Shalat Ashar
Shalat ashar dikerjakan empat rakaat dan dikerjakan kira-
kira pada jam 15.00 sampai (hampir) matahari terbenam.30
d) Shalat Maghrib
Shalat maghrib berjumlah tiga rakaat. Waktunya dari
mulainya terbenamnya matahari sampai hilang tanda merah di
sebelah barat.31
e) Shalat Isya‟
Shalat isya‟ dikerjakan pada malam hari sebanyak empat
rakaat. Adapun waktunya kira-kira dari jam 19.00 sampai
04.00.32
Mengenai waktu-waktu shalat, Rasulullah SAW sudah
menjelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim yaitu,
28
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal-usul, Memantapkan Penghambaan,
(Jakarta: Republika, 2014), h. 40. 29
Hassan, op. cit., h. 40. 30
Ibid., h. 43. 31
Ibid. 32
Ibid., h. 46.
22
“Waktu Sholat dzuhur adalah ketika telah tergelincir matahari
(menuju arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang
sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu „ashar, dan
waktu „ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning,
dan waktu shalat maghrib adalah selama belum hilang sinar
merah ketika matahari tenggelam, dan waktu shalat isya adalah
hingga setengah malam, dan waktu shalat shubuh semenjak terbit
fajar selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit maka
janganlah melaksanakan shalat, sebab ia terbit diantara dua
tanduk setan. (HR. Muslim)
Selain shalat wajib 5 waktu yang dijelaskan di atas, masih ada
satu lagi shalat wajib yang harus dikerjakan yaitu shalat jumat.
Shalat jumat ialah shalat dua rakaat sesudah khotbah pada
waktu shalat dzuhur pada hari jumat. Shalat jumat hukumnya
fardlu „ain artinya wajib atas setiap laki-laki dewasa yang
beragama Islam, merdeka dan menetap di dalam negeri.
Perempuan, anak-anak, hamba sahaya, dan orang yang sedang
dalam perjalanan tidak wajib melaksanakan shalat jumat.34
2) Shalat Sunnah (Nafl)
Shalat nafl adalah shalat yang lebih utama dikerjakan dan
boleh ditinggalkan. Shalat nafl disebut juga shalat sunnah,
tathawwu‟, mandub, mustahab, muraghab fih atau disebut hasan.
Macam-macam shalat nafl yaitu:
a) Shalat Sunnah Rawatib
b) Shalat Witir
33
Shahih Muslim. 34
Rasjid, op. cit., h. 123
23
c) Shalat Tarawih
d) Shalat Dhuha
e) Shalat Tahajjud
f) Shalat Tahiyatul Masjid
g) Shalat Tasbih
h) Shalat Istikharah
i) Shalat Sunah Ihram
j) Shalat Sunah Thawaf
k) Shalat Sunah Awwabin
l) Shalat Dua Rakaat Setelah Zawal (condongnya matahari)
m) Shalat Sunah Wudlu‟
n) Shalat Dua Rakaat Ketika Pulang Dari Bepergian
o) Shalat Sunah Hajat
p) Shalat Sunah Mutlak
q) Shalat „Id (hari raya)
r) Shalat Sunah Kusuf (gerhana matahari) dan Khusuf (gerhana
bulan)
s) Shalat Istisqa‟ (shalat minta hujan)35
f. Hikmah Shalat
Shalat adalah ibadah yang agung yang mengandung munajat, doa,
dzikir, pujian, dan sanjungan kepada Allah SWT, bahkan termasuk
permohonan kemudahan masalah-masalah yang bersifat duniawi.
Banyak sekali hikmah-hikmah yang terkandung di dalam shalat, di
antaranya adalah:36
1) Bekal Rohani
Shalat adalah hakikat yang dikehendaki oleh Islam untuk
mengimbangi kesibukan duniawi yang tidak akan pernah
35
Masykuri Abdurrahman, Kaifiyah dan Hikmah Shalat Versi Kitab Salaf, (Pasuruan: Pustaka
Sidogiri, 2006), cet. 7, h. 115-150. 36
Muhammad Amru Ghazali, Buku Pintar Etika Shalat, (Jakarta: Aksara Qalbu, 2007), h. 241-
243.
24
memberikan kepuasan hakiki. Shalat adalah bekal yang dapat
menghantarkan manusia pada jalan yang lurus. Memberikan
ketenangan dan kedamaian jiwa. Shalat menjadi jawaban ketika
manusia sadar bahwa materi bukanlah segalanya. Dan shalat
menjadi modal untuk menumpuk keyakinan dan keteguhan hati
bahwa akhirat adalah hakikat hidup yang sebenarnya.
2. Shalat Menumbuhkan Kemampuan Berkonsentrasi
Shalat yang diperintahkan adalah shalat yang khusyuk, dengan
memahami apa yang dibaca dan menghadirkan hati untuk
keagungan Allah SWT. Khusyuk di dalam shalat adalah alat bantu
untuk menumbuhkan konsentrasi, meniadakan pikiran-pikiran
yang mengarah pada sifat duniawi, dan menggantinya dengan
pengagungan dan pujian pada Dzat Yang Maha Suci.
3. Shalat Mengikis Perilaku buruk
Shalat adalah penyuci jiwa, terapi kepribadian, dan pembentuk
akhlak yang mulia. Ketika hati merasa terikat dengan keagungan
sebanyak lima kali dalam sehari, iman akan merambat kuat dalam
hati. Melahirkan keteguhan untuk meninggalkan segala hal
kemunkaran dan dosa.
Allah SWT berfirman,
“Bacalah Kitab (Al-Qur‟an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan yang mungkar. Dan
(ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar
(keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Ankabut [29]: 45)37
Pada ayat diatas dapat dipahami bahwa shalat yang mencegah
kemunkaran memiliki beberapa syarat. Pertama, memahami
37
Departemen Agama RI, op. cit., h. 401.
25
makna dan kandungan ayat atau bacaan dalam shalat. Kedua,
mendirikan shalat dengan proses-proses yang sempurna mulai dari
wudhu hingga salam. Ketiga, mengingat dan mengagungkan Allah
SWT. Keempat, beranggapan dan berkeyakinan bahwa Allah
SWT sedang melihat kita ketika shalat.
2. Shalat Berjamaah
a. Pengertian dan Keutamaan Shalat Berjamaah
Kata “berjamaah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti bersama-sama.38
Jama‟ah secara etimologi berasal dari kata al-jam‟u yang
mengandung arti mengikat sesuatu yang tercerai-berai dan
menyatukan sesuatu dengan mendekatkan antara ujung yang satu
dengan ujung yang lain. Misalkan ada seseorang berkata
“kukumpulkan” maka terkumpulah jadi satu. Jamaah adalah kelompok
yang disatukan oleh persamaan tujuan baik manusia maupun yang
lainnya. Misalnya kumpulan pepohonan dan kumpulan tanaman.
Dengan begitu arti ini digunakan untuk jumlah segala sesuatu.39
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, “Hakikat
jamaah ialah mengadakan perikatan antara imam dengan makmum,
antara pemimpin dengan rakyat. Jamaah itu adalah dari khasha-ish
(keistimewaan-keistimewaan) umat Islam, seperti shalat Jum‟at,
shalat dua hari raya („ied), shalat gerhana dan shalat minta hujan
(istisqaa‟)”.40
Sedangkan shalat berjamaah menurut A. Hassan yaitu apabila ada
seorang yang mengikut seorang yang shalat di hadapannya dinamakan
dua orang itu shalat berjamaah. Orang yang dijadikan ikutan
dinamakan imam dan orang yang mengikut dinamakan makmum.
38
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 576. 39
As-Sadlan, op. cit., h. 27-28. 40
Ash Shiddieqy, op. cit., h. 304.
26
Imam itu selamanya tidak boleh lebih dari seorang, adapun makmum
boleh seorang dan boleh banyak lebih baik.41
Shalat jamaah merupakan spesialisasi atau keistimewaan bagi
umat Nabi Muhammad SAW. Manusia yang pertama kali
melaksanakan shalat berjamaah adalah Rasulullah SAW. Beliau
bersabda:
„Abdullah bin Yusuf meriwayatkan kepada kami, ia berkata, “Malik
mengabarkan kepada kami dari Nafi‟, dari „Abdullah bin „Umar
bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Shalat berjamaah itu
lebih utama dari pada shalat sendirian dengan (selisih) dua puluh
tujuh derajat. (HR. Bukhari)
Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa shalat berjamaah itu
termasuk salah satu syi‟ar agama Islam. Ia telah dikerjakan oleh
Rasulullah SAW secara rutin, dan diikuti oleh para Khalifah
sesudahnya. Hanya ulama berbeda pendapat dalam hal apakah
hukumnya wajib atau sunnah mustahabah (sunnah yang dianjurkan).
Adapun masing-masing ulama berpendapat sebagai berikut:43
Hambali mengatakan bahwa shalat berjamaah itu hukumnya wajib
atas setiap individu yang mampu melaksanakannya. Tetapi kalau
ditinggalkan dan dia shalat sendiri maka ia berdosa, sedangkan
shalatnya tetap sah.
Imamiyah, Hanafi, dan sebagian besar ulama Syafi‟i mengatakan
bahwa hukumnya tidak wajib baik fardlu „ain atau kifayah, tetapi
hanya disunnahkan dengan sunnah muakkadah.
41
Hassan, loc. cit. 42
Shahih Bukhari. 43
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Terj. dari al-Fiqh „ala al-Madzahib al-
Khamsah oleh Masykur AB dkk., (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996), cet. 2, h. 135.
27
Imamiyah mengatakan bahwa shalat berjamaah itu dilakukan
dalam shalat-shalat yang fardlu‟, tidak dalam shalat sunnah kecuali
dalam shalat istisqaa‟ dan shalat dua hari raya saja.
Sedangkan empat madzhab lainnya mengatakan bahwa shalat
berjamaah dilakukan secara mutlak baik dalam shalat fardlu maupun
dalam shalat sunnah.
Tuntutan untuk berjamaah ini dapat gugur dari seseorang dengan
adanya beberapa udzur, seperti hujan, angin malam yang kuat, lumpur
jalanan, cuaca yang sangat panas atau dingin, rasa lapar atau haus yang
berat, sakit, terdesak oleh hadats, takut akan bahaya atas seseorang
yang ma‟shum, takut kepada orang berpiutang sedangkan dirinya
belum mampu membayar hutang, takut akan hukuman yang masih
diharapkan diampuni, takut tertinggal dari rombongan, tidak
mempunyai pakaian yang layak, baru memakan makanan berbau, dan
keperluan merawat orang sakit.44
Seorang muslim dituntut untuk shalat pada waktu-waktu yang
telah ditentukan dimana pun ia berada apakah di masjid, di rumahnya
sendiri, di tempat kerja, atau di tempat lain yang bersih dan bisa untuk
shalat berjamaah dengan para muslim lainnya jika keadaan
memungkinkan. Dalam shalat berjamaah seperti itu, muslim berdiri
tegak berderet, dari bahu ke bahu akan tampak seperti sebuah tubuh
yang bersatu dalam beribadah kepada Allah SWT. Elemen-elemen
disiplin, keteraturan, persaudaraan, kesamaan dan solidaritas amat
tampak ditampilkan. Para non-muslim yang melihat muslim sedang
shalat berjamaah seringkali sangat terkejut oleh ekspresi yang hidup
atas persaudaraan, kesamaan, dan disiplin ini.45
44
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, tt), h. 90. 45
Suzanne Haneef, Islam dan Muslim, Terj. dari What Everyone Should Know about Islam
and Muslim oleh Siti Zainab Luxfiati, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 93.
28
b. Sejarah Disyariatkannya Shalat Berjamaah
Ketika Nabi Muhammad SAW masih berada di Mekkah, shalat
berjamaah tidak begitu ditekankan. Nabi SAW pernah shalat bersama
beberapa sahabat namun belum beliau lakukan setiap waktu. Beliau
shalat bersama Ali bin Abi Thalib di rumah al-Arqam juga bersama
ummul mukminin Khadijah dan itu sesudah bermakmum pada Jibril
As.46
Waktu di Mekkah, Nabi SAW tidak mengajarkan shalat dengan
berjamaah di Masjid, karena para sahabat Nabi kala itu masih dalam
keadaan lemah. Nabi SAW shalat berjamaah di rumahnya, terkadang
dengan sayyidina Ali r.a. dan terkadang dengan sayyidatina Khadijah
r.a. Jika Nabi SAW shalat dengan para sahabat di luar rumah, maka
Nabi SAW melakukannya di tempat-tempat yang sunyi. Para sahabat
Nabi SAW pun demikian halnya, yakni berjamaah di rumah atau di
tempat-tempat yang tersembunyi.47
Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, pelaksanaan
shalat secara berjamaah baru ditekankan. Lalu hal ini menjadi lambang
yang tampak dari syariat-syariat Islam. Setelah itu Nabi SAW pun
mengerjakan shalat berjamaah dengan cara besar-besaran dan terang-
terangan.
c. Syarat dan Rukun Melaksanakan Shalat Berjamaah
Syarif Hidayatullah Husain menjelaskan dalam bukunya, syarat-
syarat ketika melaksanakan shalat berjamaah yaitu:
1) Berjumlah (tidak boleh kurang dari dua orang)
Imam Ja‟far As berkata: “Dapat dikatakan shalat berjamaah
dengan adanya dua orang”.
46
As-Sadlan, op. cit., h. 42 47
Ash Shiddieqy, loc. cit.
29
2) Adanya niat untuk menjadi imam atau makmum (mengikuti
seseorang)
3) Tempat imam harus sama atau lebih rendah dari tempat makmum,
tetapi sebaliknya tempat makmum boleh lebih tinggi dari tempat
imam.
4) Imam harus lebih maju barisannya dari makmum.
5) Tidak boleh ada halangan antara makmum dengan imam,
terkecuali apabila makmumnya wanita sedang imamnya pria
dengan syarat tidak tertutup secara keseluruhan.
6) Tidak boleh antara imam dengan makmumnya saling berjauhan
sehingga melebihi batas kewajaran karena saling berjauhan (antara
makmum dengan imam) dapat membatalkan arti jamaah.48
d. Syarat-syarat Menjadi Imam
Tungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy menjelaskan syarat-
syarat menjadi imam shalat yaitu:
1) Sanggup melaksanakan shalat.
Jika tiba-tiba imam mengalami gangguan/sesuatu hal yang
menghambatnya menjadi imam maka ia hendaklah menggantikan
dirinya, kemudian ia mundur ke dalam shaf menjadi makmum.
2) Mengetahui hukum-hukum shalat.
Diutamakan yang menjadi imam adalah orang yang
mengetahui hukum fiqih yaitu mengetahui hukum-hukum bersuci
dan hukum-hukum shalat.
3) Mempunyai akal yang sehat.
4) Tidak cedera dalam pembacaan Al-Qur‟an (ummi atau lahhan).49
Ummi atau lahhan adalah orang yang tidak bisa membaca Al-
Qur‟an dengan baik yang dapat mengakibatkan merubah arti dari
bacaannya. Shalih bin Ghanim as-Sadlan sebagaimana yang ia
48
Husain, op. cit., h. 209-213. 49
Ash Shiddieqy, op cit., h. 329.
30
kutip dari kitab Al-Mughni dan Al-Majmu‟ menjelaskan arti ummi
dari madzhab Asy-Syafi‟iyah, Hambaliyah, dan pendapat Al-
Auza‟i yang menerangkan bahwa ummi itu adalah orang yang
tidak mampu membaca Al-Fatihah dengan sempurna atau salah
mengucapkan hurufnya atau membacanya dengan bacaan terbata-
bata atau terputus-putus sehingga merusak arti.50
e. Syarat-syarat Menjadi Makmum
Masykuri Abdurrahman menyebutkan syarat-syarat terhadap
makmum ada 12, yaitu:
1) Niat mengikuti imam.
2) Mutaba‟ah (ikut) kepada imam, maksudnya bertakbiratul ihram
setalah takbiratul ihramnya imam atau tidak mendahului imam
dengan dua rukun fi‟il dan atau tidak tertinggal dari imam dengan
dua rukun fi‟il tanpa ada udzur.
3) Mengetahui segala yang dikerjakan imam seperti melihatnya atau
melihat sebagian shaf atau mendengar suara imam atau suara
muballigh (orang yang menyampaikan / mengeraskan suara
imam).
4) Shalat makmum harus sesuai dengan shalat imam seperti shalat
dzuhur sama dzuhur, ashar sama ashar, maghrib sama maghrib,
isya‟ sama isya‟ dan shubuh sama shubuh.
5) Imam dan makmum harus berada di satu tempat.
6) Makmum tidak boleh bertentangan dengan imam dalam
pekerjaan-pekerjaan sunah seperti imam mengerjakan sujud
tilawah, maka bagi makmum wajib mengerjakannya.
7) Makmum tempatnya tidak lebih ke muka dari tempatnya imam.
8) Shalatnya imam sah menurut keyakinan makmum.
9) Tidak bermakmum kepada orang yang berkewajiban i‟adah
(mengulangi shalat) seperti orang yang bertayamum karena
50
As-Sadlan, op. cit., h. 150.
31
dingin, atau bertayamum karena tidak ada air di tempat yang biasa
ada air.
10) Imamnya bukan orang yang ikut (makmum).
11) Sifat dzatnya imam tidak lebih rendah dari pada makmum, jadi
orang laki-laki tidak boleh bermakmum kepada perempuan atau
orang banci, dan orang banci tidak boleh bermakmum kepada
orang perempuan.
12) Imamnya tidak ummi (orang yang merusak bacaan satu huruf atau
tasydidnya fatihah) sedangkan makmumnya orang yang bagus
bacaan fatihahnya.51
f. Tata Cara Shalat Berjamaah
Caranya shalat berjamaah adalah imam berdiri di depan sedang
makmum ada di belakang imam dan bagi makmum perempuan
bertempat di belakangnya makmum laki-laki.
Apabila dalam shalat berjamaah makmumnya hanya satu maka
disunnahkan berdiri di sebelah kanannya imam agak mundur sedikit
dari tempatnya imam, maksudnya menempatkan jari-jari kaki
makmum di belakang tumitnya imam. Apabila datang makmum lain
yang akan ikut berjamaah maka berdirilah di sebelah kiri imam dan
agak mundur sedikit, kemudian setelah makmum lain bertakbiratul
ihram, maka kedua makmum tersebut disunahkan mundur bersama di
belakang imam untuk membentuk satu barisan baik mundurnya pada
waktu berdiri atau pada saat ruku‟, atau imamnya yang maju jika
memungkinkan, tapi yang lebih utama makmumnya yang mundur.
Dan apabila makmumnya dua atau lebih maka disunahkan langsung
berdiri di belakang imam membentuk satu shaf (barisan).
Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh
mendahului imam, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW
melalui sabdanya:
51
Abdurrahman, op. cit., h. 91-92.
32
Abdullah bin Yusuf berkata: Saya dikhabarkan Malik dari Ibn Syihab
dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW menunggang kuda
lalu beliau terjatuh darinya hingga badan sebelah kanannya terluka.
Maka beliau melakukan shalat sambil duduk. Seusai shalat, beliau
bersabda, “Seseorang dijadikan imam untuk diikuti. Apabila ia shalat
sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri. Apabila ia ruku‟,
maka hendaklah kalian juga ruku‟. Apabila ia bangkit dari ruku‟,
maka hendaklah kalian juga bangkit dari ruku‟. Apabila ia
mengucapkan “Sami‟allaahu liman hamidah” (Semoga Allah
mendengar orang yang memujinya), maka ucapkanlah “Rabbanaa
walakal hamd” (wahai Rabb kami, dan untuk-Mu lah segala pujian).
Apabila ia shalat sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri.
Dan apabila ia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian semua
sambil duduk.” (HR. Bukhari)
Sebelum shalat dimulai imam disunahkan mengatur dan
memeriksa barisan makmum dengan mengucapkan:
“Rapatklanah barisan kalian karena merapatkan barisan itu termasuk
kesempurnaan shalat/mendirikan shalat.”53
52
Shahih Bukhari. 53
Abdurrahman, op. cit., h. 91.
33
Apabila dalam shalat berjamaah makmum mendahului imam
dalam perbuatan atau gerakan-gerakannya dalam shalat maka akan
mendapat ancaman dari Allah SWT berupa kepala atau rupanya
dijadikan seperti kepala atau rupanya himar. Rasulullah SAW
bersabda:
Telah diriwayatkan dar Hajjaj bin Minhal, ia berkata: Telah
diriwayakan dari Syu‟bah, dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata,
“Aku pernah mendengar Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau
bersabda: “Apakah tidak takut salah seorang dari kalian apabila
mengangkat kepalanya ketika ruku‟ sebelum imam, maka Allah SWT
akan menjadikan kepalanya seperti kepalanya keledai atau rupanya
seperti rupa keledai.” (HR. Bukhari)
Bagi makmum yang mendahului imam secara tidak sengaja (baik
pada ruku‟, sujud atau lainnya), wajib untuk mengulanginya dengan
mengikuti imam kembali, sedang bagi makmum yang sengaja
mendahului imam tidak boleh kembali mengikuti imam lagi
(menunggu sampai imam melaksanakan apa yang telah ia laksanakan),
dan batal apabila makmum mengulangi pekerjaannya (karena
dianggap dia telah menambah rukun).55
Imam hanya menanggung bacaan Al Fatihah dan surahnya
makmum pada rakaat pertama dan kedua. Bagi makmum yang
terlambat satu rakaat, imam hanya menanggung bacaan pada rakaat
pertamanya (pertamanya makmum tetapi keduanya imam), dan
54
Shahih Bukhari. 55
Husain, op. cit., h. 222.
34
makmum pada rakaat berikutnya (kedua) harus membaca (rakaat
ketiganya imam).
g. Hikmah Disyariatkannya Shalat Berjamaah
Diantara ketinggian syariat Islam bahwasanya ia mewajibkan
dalam banyak ibadah perkumpulan yang sama halnya dengan
mu‟tamar Islami yaitu berkumpul di dalamnya kaum muslimin untuk
saling berinteraksi, berkenalan dan berembuk antara sesama dalam
perkara-perkara mereka hingga terwujud tolong-menolong dalam
menyelesaikan masalah mereka dan dengar pendapat (tukar pikiran)
yang di dalamnya banyak mengandung manfaat yang besar, faedah
yang banyak hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang
bodoh, membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakkan
kemuliaan Islam.
Kedudukan shalat berjamaah dalam Islam adalah sebagai sarana
yang ampuh untuk melebur perbedaan status sosial, rasisme
(perbedaan ras dan golongan), kebangsaan dan nasionalisme.
Misalnya dua rakaat subuh atau empat rakaat dzuhur misalnya ia
tetap tak berubah seolah tak beda dilakukan dengan berjamaah atau
sendiri. Meski demikian Islam melipatgandakan pahalanya menjadi 27
kali atau lebih ketika ia berdiri bersama yang lainnya di hadapan Allah
Ta‟la, ini adalah ajakan yang menggiurkan untuk bergabung di bawah
bendera persatuan dan mengesampingkan individualisme dan ajakan
untuk manusia guna keluar dari kesendiriannya dan bergabung dengan
umat serta berbaur dengan masyarakat di sekitarnya.56
Dengan ini semua, terbentuklah kasih sayang, interaksi, kenalan
dan persaudaraan antara muslim yang satu dengan yang lain. Hal ini
terwujud dengan diakuinya yang tua (senior) lalu dihormati, yang
miskin lalu disantuni, yang alim untuk ditanya, yang bodoh untuk
dibimbing.
56
As-Sadlan, op. cit., h. 40.
35
Diantara keuntungan shalat berjamaah adalah untuk mengetahui
yang tidak menunaikan shalat lalu dinasihati, yang malas untuk
disadarkan, dan lain-lain.
Sebagai tambahan apa yang telah disebutkan, berkumpulnya kaum
muslimin dalam masjid dengan mengharap apa yang ada di sisi Allah
SWT meminta rahmat-Nya. Ini semua mendatangkan turunnya banyak
berkah dan rahmat dari Allah SWT.
Kesimpulannya, pelaksanaan shalat berjamaah menumbuhkan
persatuan, cinta, persaudaraan diantara kaum muslimin dan menjalin
ikatan erat, menumbuhkan di antara mereka tenggang rasa, saling
menyayangi dan pertautan hati di samping juga mendidik mereka
untuk terbiasa hidup teratur, terarah dan menjaga waktu.
3. Taat Beribadah
a. Pengertian Taat
Kata taat (طاعت) dalam bahasa arab berasal dari kata ,أطاع, يطيع
.yang berarti patuh إطاعت وطاعت57
sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kata “taat” berarti senantiasa tunduk, patuh,
setia, dan kuat beribadah.58
Kata ta‟at terdapat juga di dalam al-Qur‟an. Menurut M. Quraish
Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, “ طاعت() tha‟ah yang dikemukakan
tanpa kata kerja serta dalam bentuk nakirah/indifinite dan dengan
tanwin, yakni bunyi dengung nun ketika membacanya, mengandung
makna kemantapan serta ketaatan penuh”.59
b. Manfaat Taat
Buah dari beriman kepada Allah adalah ketaatan terhadap-Nya.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan taat kepada
57
Imam Basyari Anwar, Kamus Ulil Albab; Indonesia - Arab, (Surabaya: CV Karya Utama,
tt), h. 447. 58
Depdiknas, op. cit., h. 1370. 59
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 635.
36
semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Kebalikan
dari taat kepada Allah adalah ingkar (kufur) terhadap-Nya. Orang-
orang yang melakukan perbuatan kufur disebut kafir. Orang kafir
menolak keberadaan Allah serta menolak semua perintah-Nya.60
Ketaatan yang dilakukan dengan sebenar-benarnya akan
memberikan manfaat kepada orang yang melakukannya. Berikut
manfaat taat kepada Allah SWT yaitu:
a. Dapat mengenali diri sendiri.
b. Semakin besar rasa rendah hati sebagai manusia.
c. Mempunyai kasih sayang kepada sesama.
d. Memberikan rasa optimis.
e. Peduli terhadap lingkungan.
f. Memberikan kedamaian.
g. Menyayangi makhluk ciptaan Allah.
h. Dapat menikmati rasa syukur.
i. Mempunyai rasa hormat kepada orang lain.
j. Masyarakat tanpa fitnah dan bergunjing.
k. Memberikan ketenangan batin.61
c. Pengertian Ibadah
Menurut bahasa, kata “ibadah” (عبادة) berarti patuh (al-tha‟ah),
tunduk (al-Khudu‟). Ubudiyah artinya tunduk (al-khudu‟) dan
merendahkan diri (al-tazallul).62
Muhammad Abduh menjelaskan secara terminologinya
sebagaimana yang dikutip oleh Quraisy Shihab bahwa ibadah adalah
suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya
sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemi dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir
60
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 2, h.
26. 61
Yuli Yana, 11 Manfaat Taat Kepada Allah, 06 Oktober 2017, (https://www.manfaat.co.id). 62
Nasution, op. cit., h. 2.
37
akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa objek yang
kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasan yang tidak dapat
terjangkau hakikatnya. Maksimal yang dapat diketahui adalah bahwa
yang disembah itu dan yang kepadanya tertuju ibadahnya itu adalah
Dia yang menguasai jiwa raganya, namun Dia berada di luar
jangkauannya.63
Syaikh Mahmud Syaltut dalam tafsirnya mengemukakan
formulasi singkat tentang arti ibadah, yaitu ketundukan yang tidak
terbatas bagi pemilik keagungan yang tidak terbatas (pula). Hal itu
berarti menunjukkan puncak tertinggi dari kerendahan hati, kecintaan
batin serta peleburan diri kepada keagungan dan keindahan siapa yang
kepadanya seseorang beribadah. Suatu peleburan yang tidak dicapai
oleh peleburan apa pun.64
Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya, Raka‟iz al-Iman
baina al-„Aql wa al‟Qalb mengutip pendapat Ja‟far Shadiq tentang
hakikat ibadah, yaitu bahwa ibadah yang sesungguhnya baru dapat
terwujud bila seseorang memenuhi tiga hal; pertama, tidak
menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya
(kewenangannya) sebagai milik pribadinya, karena seorang „abd tidak
memiliki sesuatu pun, apa yang dimilikinya adalah milik siapa yang
kepadanya dia mengabdi; kedua, menjadikan segala aktivitasnya
berkisar kepada apa yang diperintahkan oleh siapa yang kepada-Nya
dia beribadah atau mengabdi serta menjahi larangan-Nya. Ketiga,
tidak mendahului-Nya dalam mengambil keputusan, serta mengaitkan
segala apa yang hendak dilakukannya dengan izin serta restu siapa
yang kepada-Nya dia beribadah.65
Dari ayat al-Qur‟an ditemukan aneka perintah beribadah baik
dengan tujuan menghindar dari siksa-Nya, seperti firman Allah SWT,
63
M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 3. 64
Ibid. 65
Ibid., h. 4-5.
38
“Wahai manusia! sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al
Baqarah [2]: 21)66
Terdapat juga ayat-ayat yang memerintahkan untuk mengingat
nikmat-Nya,
“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan
kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi
janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja.” (Q.S. Al Baqarah
[2]: 40)67
Dan mengingatnya,
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
(Q.S. Al Baqarah [2]: 152)68
Tentu saja melaksanakan perintah mengingat itu merupakan salah
satu bentuk ibadah.
d. Macam-macam Ibadah
Ibadah secara umum meliputi segala hal yang disukai Allah SWT
dan yang diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun berupa
perbuatan, baik terang maupun tersembunyi.69
66
Departemen Agama RI, op. cit., h. 4. 67
Ibid., h. 7. 68
Ibid., h. 23. 69
Zurinal Z. dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 30.
39
Selanjutnya para ulama membagi ibadah kepada ibadah mahdah
dan ibadah ghairu mahdah. Ibadah mahdah seperti iman, shalat, dan
puasa. Ibadah ghairu mahdah seperti zakat, kaffarat.70
Apabila ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, menurut ibadah
dibagi lima macam, yaitu:
1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti
berzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al-Qur‟an.
2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,
seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan tajhiz al-
janazah (mengurus jenazah).
3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud
perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
4) Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri
seperti puasa, iktikaf, dan ihram.
5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan
orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan
membebaskan seseorang yang berhutang kepadanya.71
Sedangkan secara garis besar ibadah dibagi menjadi dua macam:
1) Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang
ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan
pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari
ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
2) Ibadah „ammah (umum), yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas
karena Allah SWT, seperti minum, makan, dan bekerja mencari
nafkah.72
Menurut Asy‟ari Khatib, ibadah dapat dibedakan menjadi dua
yaitu berupa ucapan (lafzhiyyah) dan tindakan („amaliyyah). Ibadah
70
Ibid., h. 29. 71
Ahmad Thib Raya dan Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam,
(Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 138-139. 72
Ibid., h. 142.
40
lafal adalah rangkaian kalimat dan zikir yang diucapkan dengan lidah,
seperti bacaan hamdalah, al-Qur‟an, zikir dalam sujud, ruku‟, dan
tahiyat dalam shalat atau membaca talbiyah dalam ibadah haji.
Sedangkan ibadah amal adalah seperti ruku‟ dan sujud dalam shalat,
wukuf di padang Arafah dan tempat-tempat suci lainnya, dan tawaf.
Dan kebanyakan ibadah dalam Islam merupakan perpaduan antara
ibadah lafal dan amal seperti shalat dan haji.73
Ulama besar Ibnu Taimiyah dalam bukunya al-„Ubudiyah yang
berupaya menjelaskan cakupan dan bentuk-bentuk ibadah, antara lain
ia menulis, “Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu
yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT dalam bentuk ucapan dan
perbuatan batin dan lahir, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran dalam
berucap, penunaian amanah, kebaktian kepada ibu bapak, silaturrahim,
dan lain-lain.74
e. Hikmah Ibadah
Allah SWT menciptakan manusia supaya mereka beribadah
kepada-Nya. Akan tetapi, ibadah manusia itu tidaklah membawa
manfaat apapun bagi Allah. Kepatuhan manusia tidak akan menambah
besar kemuliaan Allah dan kedurhakaan manusia pun tidak akan
mengurangi kerajaan-Nya. Allah SWT tidaklah memerintah manusia
kecuali dengan hal-hal yang membawa kebajikan bagi diri manusia
sendiri. Mereka yang patuh akan diberi ganjaran yang baik di surga,
dengan berbagai macam nikmat yang tiada taranya.
Akan tetapi, sesungguhnya ibadah dengan pengertiannya yang
hakiki itu adalah merupakan tujuan pada dirinya. Dengan melakukan
ibadah, manusia akan tahu dan selalu sadar bahwa betapa hina dan
lemah dirinya bila berhadapan dengan kuasa Allah, sehingga ia
menyadari benar-benar akan kedudukannya sebagai hamba Allah. Jika
73
Asy‟ari Khatib, Energi Ibadah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 15. 74
Shihab, M. Quraisy Shihab Menjawab., loc. cit.
41
hal ini benar-benar telah dihayati, maka berbagai manfaat akan
diperoleh dengan sendirinya. Surga yang dijanjikan tidak akan luput
sebab Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Bagaimana pun, dengan
beribadah secara benar dan sempurna, pribadi seseorang akan menjadi
baik (taqwa), jiwanya suci, dan akhlaqnya menjadi mulia. Namun, itu
bukanlah tujuan yang sesungguhnya.75
Ibnu Taimiyah mengungkapkan hakikat ibadah sebagaimana yang
dikutip oleh Lahmuddin Nasution bahwa kesadaran akan keagungan
Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina dan rendahnya semua
makhluk-Nya. Dan pada gilirannya, ini akan dapat melepaskan diri
dari ketergantungan kepada apa pun kecuali Allah SWT. Orang yang
beribadah akan merasa terbebas dari berbagai ikatan atau kungkungan
makhluk. Semakin besar ketergantungan dan harapan seseorang
kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya dari yang selain Allah
SWT. Harta, pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akan
mempengaruhi kepribadiannya. Hatinya menjadi merdeka dari
semuanya, kecuali dari Allah, dalam arti yang sesungguhnya.
Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan hati, seperti
halnya kekayaan yang sebenarnya pun adalah kekayaan jiwa.76
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
Telah diriwayatkan dari Ahmad bin Yunus dari Abu Bakar dari Abu
Hasin dari Abi Shalih dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW
75
Nasution, op. cit, h. 6. 76
Ibid., h. 7. 77
Shahih Bukhari.
42
bersabda:”Kaya itu bukanlah karena tampilannya, tetapi kaya itu
adalah kaya hati”. (HR. Bukhari)78
Amir Syarifuddin juga menjelaskan bahwa keuntungan dari ibadah
yang ditujukan kepada Allah adalah semata-mata untuk manusia yang
melakukannya dan bukan untuk Allah itu sendiri, Allah itu Maha Kaya
dan tidak mengharapkan apa-apa dari manusia. Dari segi hubungan
yang ditimbulkan dalam ibadah itu ada yang memang murni untuk
Allah dan tidak dirasakan secara langsung oleh orang lain seperti
shalat dan puasa. Adapun ibadah lain seperti zakat di samping
manfaatnya dirasakan secara langsung oleh yang berzakat, hasil dari
perbuatan ibadah itu sendiri juga lebih banyak untuk kepentingan
orang lain.79
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Mujalisin dalam skripsinya pada tahun
2015 di UIN Jakarta yang berjudul “Pengaruh Shalat Dzuhur Berjamaah
Terhadap Kemampuan Afektif Siswa Di Sekolah Kelas VIII MTs Al-
Ihsan Pamulang”.
Salah satu tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
pengaruh shalat dzuhur berjamaah terhadap kemampuan afektif siswa.
Peneliti menggunakan metode korelasi. Populasi berjumlah 124 siswa
serta sampel 42 siswa dengan menggunakan metode pengambilan sampel
purposive sample. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang cukup
positif antara shalat berjamaah terhadap kemampuan afektif siswa. Hal itu
dibuktikan dengan adanya hasil uji koefesien korelasi sebesar 0,632
sehingga hubungan kedua variabel termasuk pada kategori sedang.
78
Ahmad Sunarto dkk., Terjemah Shahih Bukhari Jilid VIII, (Semarang: CV Asy Syifa, 1993),
h. 379. 79
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013),
cet. 4, h. 18.
43
2. Sofyan, skripsi tahun 2012 di UIN Jakarta yang berjudul “Pelaksanaan
Shalat Berjamaah dalam Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus
Terhadap Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
ibadah shalat berjamaah terhadap pembentukan akhlak siswa. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif tipe studi
kasus dengan sampel berjumlah 43 siswa. Dari hasil perhitungan dengan
angka korelasi sebesar 0,439 dan dengan df sebesar 41 diperoleh r tabel
pada taraf signifikan 5% sebesar 0,308. Sedangkan pada taraf signifikan
1% diperoleh r tabel sebesar 0,398. Diperoleh koefesien korelasi sebesar
0,439 lebih besar dari 0,308 dan 0,398. Berarti terdapat korelasi positif
yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. dengan demikian
menunjukkan terdapat hubungan/pengaruh yang sedang atau cukup antara
variabel pelaksanaan shalat berjamaah terhadap variabel pembentukan
akhlak siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Abd. Yazid pada tahun 2013 di UIN
Jakarta yang berjudul “Upaya Guru Bidang Studi Fikih dalam
Meningatkan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa di MIN 4 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya adanya siswa yang hanya
memahami secara teoritis tentang shalat (fardhu), namun secara praktis
siswa belum dapat melaksanakan ibadah shalatnya dengan maksimal
sesuai pengetahuan yang mereka terima secara teoritis, serta belum sesuai
dengan apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tujuan
dari penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana upaya guru bidang
studi fikih dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru bidang studi fikih
cukup baik dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa yang
tergambar dari hasil angket 40 siswa sebagai responden yang dijadikan
sampel dari populasi berjumlah 474 siswa.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta
yang terletak di Jakarta Barat. Penelitian berlangsung selama 1 (satu) bulan
pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 yaitu mulai tanggal 9 Agustus
sampai tanggal 11 September 2017. Penentuan waktu didasarkan pada
perhitungan kalender sekolah karena pada bulan-bulan tersebut merupakan
masa aktif belajar sehingga memudahkan peneliti untuk menjaring data dan
informasi.
B. Latar Penelitian (Setting)
Adapun latar (setting) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat pada penelitian ini adalah di lingkungan MTs Al-Falah dan di
Masjid yang berada di dekat sekolah MTs Al-Falah Jakarta.
2. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs Al-Falah Jakarta. Adapun objek
penelitian yaitu kegiatan shalat dzuhur berjamaah dan ketaatan ibadah
yang dilakukan oleh siswa MTs Al-Falah Jakarta.
3. Waktu penelitian dilakukan menjelang, selama, dan sesudah shalat
berjamaah serta pada waktu lain yang memungkinkan peneliti dapat
memperoleh data.
4. Informan dalam penelitian ini yaitu siswa, Kepala Sekolah, dan Wakil
Kepala Bidang Kesiswaan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1 Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian etnografi yang
1 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015),
h. 2.
45
membidik pikiran dan pola-pola perilaku manusia yang dapat diamati melalui
kegiatan hidupnya.2
Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian
deskriptif yang termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan desain
penelitian deskriptif menurut Sarantakos sebagaimana yang dikutip oleh Didik
Suharjito yaitu untuk menggambarkan sistem sosial, hubungan-hubungan
sosial, atau kejadian-kejadian sosial, memberikan informasi sebagai latar
belakang tentang suatu pokok masalah maupun untuk membangkitkan
penjelasan atau eksplanasi.3
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data penelitian, peneliti akan menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki.4 Jenis observasi yang digunakan
adalah observasi partisipatif (participation) yaitu peneliti (observer) ikut
ambil bagian dalam kegiatan objeknya (observee) sebagaimana yang lain
dan tidak nampak perbedaan dalam bersikap. Jadi observer ikut aktif
berpartisipasi pada aktivitas dalam segala bentuk yang sedang diselidiki.5
Pada penlitian ini peneliti (observer) ikut aktif berpartisipasi dalam
mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan oleh MTs
Al-Falah Jakarta. Kemudian peneliti akan mencatat kejadian-kejadian atau
fenomena-fenomena yang muncul selama kegiatan berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi dimana pewawancara bertanya
2 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 122.
3 Didik Suharjito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Bogor: IPB Press, 2014), h. 50.
4 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula),
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), cet. 4, h. 69. 5 Subagyo, op. cit., h. 64.
46
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya.6
Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam yaitu suatu
wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk
mendalami informasi dari seorang informan.7
Informan dalam penelitian ini adalah siswa, Kepala Sekolah, dan
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan.
3. Dokumentasi
Menurut Irawan sebagaimana yang dikutip oleh Sukandarrumidi
bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan
kepada subyek penelitian.8
Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data profil Madrasah
Tsanawiyah Al-Falah Jakarta, profil informan, foto-foto kegiatan, dan hal-
hal lain yang dapat mempertajam data penelitian sehingga dapat diperoleh
informasi secara jelas dan mendalam.
Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi, kemudian data akan digabungkan dan dikaji dengan melakukan
analisis data yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data.9 Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
Untuk melakukan observasi peneliti menggunakan pedoman observasi
sebagai acuannya. Adapun pedoman observasi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
6 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 372. 7 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2015), cet. 2, h. 136.
8 Sukandarrumidi, op. cit., h. 100.
9 Afrizal, op. cit., h. 134.
47
Tabel 3.1
Pedoman Observasi
Dimensi Indikator Ket.
Perilaku Siswa 1) Melaksanakan shalat dengan tertib
2) Mempunyai pengendalian diri
3) Disiplin terhadap waktu shalat
4) Melakukan atas kesadaran sendiri
5) Melaksanakan shalat berjamaah
dengan senang dan semangat
Peran Guru 1) Mengajak shalat dzuhur berjamaah
2) Memberikan arahan dan mengatur
3) Mengawasi jalannya shalat dzuhur
berjamaah
4) Mengontrol jalannya shalat dzuhur
berjamaah
Selain menggunakan pedoman observasi di atas, peneliti juga
menggunakan catatan lapangan untuk mencatat kejadian-kejadian atau
fenomena-fenomena lain yang muncul.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara akan digunakan untuk melakukan wawancara
dengan informan agar wawancara yang dilakukan dapat berjalan dengan
lancar dan teratur. Pedoman wawancara yang peneliti gunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Pertanyaan
Wawancara
untuk Kepala
Sekolah dan
1. Apakah bapak terlibat dalam kegiatan shalat
dzuhur berjamaah?
2. Sejak kapan kegiatan itu dilaksanakan?
3. Bagaimana tahap awal dimulainya kegiatan
48
Kepala Bidang
Kesiswaan
shalat dzuhur berjamaah?
4. Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut?
5. Dengan tujuan apa kegiatan tersebut
dilaksanakan?
6. Dimana kegiatan shalat dzuhur berjamaah
dilaksanakan?
7. Bagaimana proses atau gambaran kegiatan
tersebut berlangsung?
8. Siapa yang menjadi imam shalat kegiatan
tersebut?
9. Bagaimana cara mengawasi siswa yang
mengikuti kegiatan tersebut?
10. Kendala apa yang dihadapi dalam mengawasi
kegiatan tersebut?
11. Bagaimana cara bapak mengatasi kendala
tersebut?
12. Apakah ada siswa yang membolos ketika
kegiatan tersebut dilaksanakan?
13. Jika ada, punishment/hukuman apa yang
diberikan?
14. Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan
tersebut, apakah sudah ada titik keberhasilan
dari tujuan kegiatan tersebut?
15. Menurut Bapak, apakah kegiatan shalat dzuhur
berjamaah di sekolah dapat meningkatkan
ketaatan beribadah (shalat) siswa ketika berada
di luar sekolah?
16. Bagaimana penilaian bapak terhadap kegiatan
shalat dzuhur berjamaah siswa?
17. Bagaimana cara sekolah mengawasi ibadah
49
(shalat) siswa ketika berada di luar sekolah?
18. Bagaimana penilaian bapak terhadap
pelaksanaan shalat siswa ketika berada di luar
sekolah?
19. Apakah ada koordinasi/kerjasama dengan orang
tua untuk mengawasi dalam hal ibadah (shalat)
siswa ketika di luar sekolah/di rumah?
20. Jika ada siswa yang diketahui tidak rajin
melaksanakan shalat di rumah, tindak lanjut apa
yang diberikan sekolah kepada anak tersebut?
21. Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat
meningkatkan ketaatan siswa dalam
melaksanakan ibadah (shalat)?
Pertanyaan
untuk Siswa
1. Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur
berjamaah?
2. Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru
buat anda di sekolah?
3. Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan
tersebut?
4. Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan
tersebut?
5. Adakah teman anda yang membolos atau tidak
mengikuti kegiatan tersebut?
6. Jika ada teman yang mengajak membolos,
bagaimana anda menyikapinya?
7. Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi
mereka yang membolos?
8. Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur
berjamaah?
9. Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana
50
sikap anda?
10. Apakah ada teman yang bercanda/membuat
gaduh ketika shalat dzuhur berjamaah? Contoh!
11. Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau
memerintah shalat dzuhur berjamaah? Siapa
gurunya?
12. Bagaimana sikap anda jika ada guru yang
memerintah shalat dzuhur berjamaah?
Bagaimana dengan teman anda?
13. Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur
berjamaah, apakah anda akan tetap
melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?
14. Alasan mendasar apa yang membuat anda mau
mengikuti shalat dzuhur berjamaah?
15. Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan
teman untuk melaksanakan shalat dzuhur
berjamaah?
16. Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti
kegiatan shalat dzuhur berjamaah? Apakah anda
siap menerima hukumannya?
17. Apakah anda sudah mengetahui syarat dan
rukun shalat?
18. Apakah anda mengetahui keutamaan shalat
berjamaah? Sebutkan!
19. Dampak positif apa yang bisa anda rasakan
setelah mengikuti kegiatan tersebut?
20. Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu
5 waktu di rumah?
21. Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu
5 waktu ketika bepergian?
22. Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu
51
melaksanakan shalat fardlu?
23. Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur
berjamaah di sekolah bisa menambah ketaatan
anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di
luar sekolah?
24. Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur
berjamaah di sekolah terhadap ibadah shalat
anda ketika berada di rumah?
25. Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk
melaksanakan shalat 5 waktu?
26. Apakah orang tua selalu mengingatkan anda
untuk melaksanakan shalat 5 waktu?
27. Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?
28. Apakah anda sering atau kadang-kadang atau
bahkan selalu menunda shalat setelah adzan?
29. Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke
Masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah?
Jika tidak, dimana tempat yang sering anda
gunakan untuk melaksanakan shalat?
30. Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah
atau di luar waktu sekolah, apakah anda selalu
menunggu perintah orang tua atau akan
melaksanakan shalat atas kesadaran sendiri?
F. Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
52
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis data mengalir / flow model (Miles dan Huberman). Secara garis besar,
Miles dan Huberman membagi analisis data dalam penelitian kualitatif ke
dalam tiga tahap, yaitu kodifikasi (reduksi) data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Berikut akan disajikan secara detail ketiga tahap
tersebut.
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.11
2. Penyajian Data
Tahap penyajian data adalah sebuah tahap lanjutan analisis dimana
peneliti menyajikan temuan penelitian berupa kategori atau
pengelompokan. Miles dan Huberman menganjurkan untuk menggunakan
matrik dan diagram untuk menyajikan data hasil penelitian yang
merupakan temuan penelitian dan tidak menganjurkan untuk
menggunakan cara naratif untuk menyajikan tema karena dalam
pandangan mereka penyajian dengan diagram dan matrik lebih efektif.12
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan kesimpulan.
Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu tahap lanjutan di
mana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Ini
merupakan interpretasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau
sebuah dokumen.13
10
Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2016), cet. 23, h. 244. 11
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. 2, h.
129. 12
Afrizal, op. cit., h. 179. 13
Ibid., h. 180.
53
Setelah kesimpulan data diambil, peneliti kemudian mengecek lagi
kesahihan interpretasi dengan cara mengecek ulang proses koding/reduksi dan
penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dilakukan.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTS Al-Falah
Berdasarkan data yang diperoleh melalui dokumen sekolah, dapat
diketahui profil MTs Al-Falah yaitu sebagai berikut:1
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al-Falah Jakarta
Madrasah Tsanawiyah Al-Falah (singkatnya MTs AF) didirikan pada
tahun 1969 M oleh Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Falah (YTIA) yang
dipelopori dan dipimpin oleh KH. Rahmatullah Siddiq dengan maksud
memperbaiki kondisi masyarakat utamanya di bidang pendidikan.
Awalnya YTIA mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Kp. Baru (SDI
Al-Falah I) yang kemudian naik tingkat menjadi SDIT (Sekolah Dasar
Islam Teladan) sekaligus berbarengan dengan berdirinya MTs Al-Falah.
Berselang kemudian, YTIA mendapat subsidi dari Dinas P dan K berupa
bangunan di Pos Pengumben ( SDI Al-Falah II ).
Di awal berdirinya, MTs menempati ruang kelas di gedung Al-Falah I,
itu pun baru buka kelas I dan II. Uniknya ada kelas khusus (persiapan)
buat jebolan SD yang ingin masuk MTs. Mata pelajarannya juga hampir
semua pelajaran keagamaan dikarenakan pada saat itu kurikulum MTs
dulu mengadopsi sistem Pondok Pesantren yang kebetulan juga
pengajarnya pun lulusan “Ponpes” termasuk Kepala Sekolah MTs pertama
yaitu KH. Ubaidillah Isa.
Staff pengajar di MTs pertama yaitu KH. Rahmatullah Siddiq (Pendiri
sekaligus Pimpinan Umum YTIA), KH. Tabrani Tohir, KH. Asnawi
Tohir, KH. Ubaidillah Isa, KH. Hibatullah Siddiq, H. A. Dumyati, M.
Soleh Toha. Ada juga pengajar dari luar kota seperti Cecep Abdul Mukti,
Drs. H. M Dawam Anwar, Husni Mansyur, Drs. Hanafi Tamam, Drs. Ibnu
1 Data Lembaga MTs Al-Falah, Hari/Tanggal: Rabu, 16 Agustus 2017.
55
Umar Susilo serta Muhyar Basyir yang bermukim di rumah KH.
Ubaidillah Isa dan H. Mukti.
Memasuki tahun 1972, MTs AF hijrah menempati lokasi baru di
Kebon Nanas tepatnya di Jl. Masjid An-Nur Grogol Utara Jak-Sel, atau
lebih populer disebut Al-Falah III. Ini berkat kerjasama KH. Rahmatullah
Siddiq dengan KH. Azhari.
Sekarang MTs Al-Falah berdiri di atas tanah seluas 5.587 m3 yang
terletak di Jl. Masjid An-Nur Rt. 10 Rw. 10 Grogol Utara Kecamatan
Kebayoran Lama Kota Jakarta Selatan. Letaknya di tengah pemukiman
penduduk, suatu letak yang strategis karena dekat dengan masyarakat
yang merupakan sasaran objek pendidikan. Di samping itu proses belajar
mengajar tidak terganggu dengan kendaraan yang lalu lalang dikarenakan
lokasinya jauh dari jalan raya sehingga lingkungan di sekitar dan di dalam
sekolah dapat berjalan dengan kondusif.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Nomor: 401/BAP-
S/M/DKI/2014 tanggal 2 Desember 2014, MTs Al-Falah mendapat status
akreditasi A, dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 121231740001
dan Nomor Pokok Sekolah Negeri (NPSN) 20178238.
Di samping itu MTs Al-Falah juga membuka jaringan kerjasama
dengan Sekolah Menengah Pertama baik negeri ataupun swasta,
diantaranya SMPN 161, SMPI Al-Azhar Kebayoran Baru, dan Kelompok
Kerja Madrasah MTsN 3 Jakarta Selatan.
Demikian sekilas sejarah dan perkembangan MTs Al-Falah.
2. Visi dan Misi
Sebagai lembaga pendidikan, MTs Al-Falah telah merumuskan visi
dan misi yang dijadikan dasar dan panduan dalam pelaksanaannya. Visi
dan misi MTs Al-Falah adalah:
a. Visi
Menjadikan MTs Al-Falah sebagai madrasah kebanggaan
masyarakat Islam DKI Jakarta dan sekitarnya yang dikembangkan
56
dengan memasukan ruhul Islam dalam setiap aktifitasnya yang
bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas,
berakhlaq mulia, cerdas, jujur, dan terampil.
b. Misi
Misi Al-Falah Jakarta sebagai berikut:
1) Mendidik siswa dengan berbekal iman dan taqwa guna
mewujudkan izzul Islam wal muslimin.
2) Meningkatkan pengetahuan kemampuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat SLTA.
3) Meningkatkan pengetahuan kemampuan siswa untuk
mengembangkan diri sejalan dengan teknologi dan kesenian yang
dijiwai ajaran agama Islam.
4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sebagai
anggota masyarakat dalam menggerakkan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya.
3. Struktur Kepengurusan
Struktur kepengurusan merupakan gerak langkah yang diatur secara
kontrol disipliner agar dapat bekerja sama dengan baik. Penempatan
personil sesuai dengan keahliannya dalam struktur kepengurusan
merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat
keberhasilan program kerja. Berikut struktur kepengurusan MTs Al-Falah:
Tabel 4.1
Struktur Kepengurusan
Jabatan Nama
Kepala Madrasah H. Yusri, S. Pd. I
Wkl. Bid. Kurikulum E. Moch. Sofyan, S. IP
Wkl. Bid. Kesiswaan Ichwan Rasyid, S. Ag
Wkl. Bid. Sarpras Rusli Sahal, S. Pd. I
Wkl. Bid. Humas H. Syahril, S. Pd. I
57
Tata Usaha (TU)
Kepala TU
Bendahara
Adm. Layanan Khusus dan Asisten
Bendahara
Adm. Kesiswaan dan Umum
Adm. Kesiswaan Kearsipan dan
Umum
Ahmad Zamzami, S. Sos
Jasmani HM
Selly Salimah, SE dan
Irna Suryani, S. Pd
Fahrurrozi Hasyim, S. Pd
Ahmad Dawam
Pustakawan Khurasani, S. Pd. I
Laboran
Laboratorium IPA
Laboratorium Komputer
Drs. A. Sofyan Hz
Ahmad Zamzami, S. Sos
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru di MTs Al-Falah berjumlah 26 Guru yang terdiri dari Guru
PNS dan Non-PNS atau GTY (Guru Tetap Yayasan). Lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Keadaan Guru
No. Nama Pend. Status Mata Pel.
1 H. Yusri, S. Pd. I S1 PNS SKI
2 E. Moch. Sofyan, S. IP S1 PNS Matematika
3 Ichwan Rasyid, S. Ag S1 PNS Mulok
4 Moh. Yasin, S. Pd. I S1 PNS
Fiqih, U.
Fiqih
5 Anis Saidah, S. Ag S1 PNS BK
6 Hj. Ruaidah, S. Pd. I S1 PNS IPS
7 Drs. H. Hozin S1 PNS Fiqih, Shorof
8 Dra. Hanipah, M. Pd S2 PNS Aqidah, Q.
58
Hadits
9 Dra. Wardah Mk S1 PNS
Q. Hadits,
SKI
10 Drs. A. Sofyan Hz S1 PNS IPA
11 H. Syahril, S. Pd. I S1 PNS B. Indonesia
12 Khurasani, S. Pd. I S1 PNS SKI
13 Ma‟rifah, S. Pd S1 PNS B. Inggris
14 Fitriah, S. Pd. I S1 PNS PKN
15 Ahmad Syarifuddin, S. Pd. I S1 PNS IPS
16 Amalia, S. Sos. I S1 PNS BK
17 Rusli Sahal, S. Pd. I S1 GTY
Qur‟an
Hadits
18 Asmat, S. Pd. I S1 GTY IPA
19 Ridlo, S. Pd. I S1 GTY
B. Arab,
Nahwu
20 Dra. Wazdah S1 GTY B. Indonesia
21 Fadhliah, S. Pd S1 GTY B. Inggris
22 Ahmad Fadil, S. Ag S1 GTY IPS
23 Lu‟lu‟ul Khusna, S. Pd S1 GTY Matematika
24 Iwan Anshori MA GTY Penjaskes
25 Hasan Fad‟ak, S. Ag S1 GTY Aqidah
26 Ulin Nadhrah, S. Pd S1 GTY SBK
b. Keadaan Karyawan
Tabel 4.3
Keadaan Karyawan
No. Nama Pendidikan Jabatan
1 Ahmad Zamzami, S. Sos S1 Ka. Tata Usaha
2 Jasmani HM D3 Bendahara
3 Selly Salimah, SE S1 Staff TU
59
4 Irna Suryani, S. Pd S1 Staff TU
5 Fahrurrozi Hasyim, S. Pd S1 Staff TU
6 Ahmad Dawam D3 Staff TU
7 Sachrul MTs Karyawan
8 Zainal Arifin MA Karyawan
9 Sanusi SMP Karyawan
10 Rohali SMP Karyawan
c. Siswa
Jumlah keseluruhan siswa MTs Al-Falah pada tahun pelajaran
2017/2018 adalah 390 siswa dan terbagi ke dalam 12 rombel
(rombongan belajar) dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Siswa
Kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Lk/Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Jumlah
60 74 66 59 61 70
134 125 131
390
Tabel 4.5
Jumlah Rombel (Rombongan Belajar)
Kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jumlah 4 4 4
12
5. Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya faktor pendukung
seperti sarana dan prasarana. Semakin baik dan memadai sarana dan
prasarana yang ada maka akan sangat membantu proses pelaksanaannya
60
guna menunjang mutu pendidikan yang lebih baik. Adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki MTs Al-Falah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Sarana dan Prasarana
No. Jenis Bangunan
Jumlah Ruangan Menurut
Kondisi
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1 Ruang Kelas 12
2 Ruang Kepala Madrasah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Laboratorium IPA (Sains) 1
6 Laboratorium Komputer 1
7 Ruang Perpustakaan 1
8 Ruang UKS 1
9 Toilet Guru 1
10 Toilet Siswa 3
11
Ruang Bimbingan
Konseling (BK)
1
12 Ruang OSIS 1
13 Masjid/Mushola 1
Berdasarkan hasil observasi, Masjid bukanlah milik sekolah. Masjid
yang berada di samping sekolah adalah milik warga sekitar. Walaupun
bukan milik sekolah, Masjid tersebut bisa digunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah.
61
B. Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan Beribadah
Siswa di MTs Al-Falah
1. Awal Dimulainya Kegiatan Shalat Dzuhur Berjamaah
Madrasah Tsanawiyah Al-Falah yang terletak di Jakarta Barat
merupakan sekolah yang didirikan oleh Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-
Falah (YTIA). Yayasan tersebut tidak hanya mendirikan MTs, sebelum itu
YTIA telah mendirikan Sekolah Dasar (SD) dan sampe sekarang telah
berhasil juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA).2
Dalam perkembangannya, MTs Al-Falah telah beberapa mengalami
perubahan. Salah satunya adalah mengalami perpindahan tempat.
Awalnya MTs Al-Falah dan SD Al-Falah berada di tempat yang sama
yang membuat kedua jenjang sekolah tersebut harus bergantian dalam
memakai ruang kelas. Kemudian pada akhirnya MTs Al-Falah
memisahkan diri dan mempunyai gedung tersendiri yang berdiri di tanah
yang telah diwakafkan.3
Lokasi MTs Al-Falah yang sekarang termasuk ke dalam lokasi yang
strategis. Berada di tengah-tengah desa dan jauh dari jalan raya. Kondisi
ini sangat mendukung terbentuknya suasana Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di MTs Al-Falah yang lebih kondusif. Karena lokasi MTs Al-
Falah berada di tengah-tengah desa membuat masyarakat tidak lagi harus
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang lokasinya jauh dari
rumah.
Keberadaan MTs Al-Falah juga sangat diterima oleh warga sekitar.
Hal itu dapat dibuktikan dengan diizinkannya MTs Al-Falah untuk
memakai Masjid milik warga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
keagamaan MTs Al-Falah. Atas izin yang diberikan itulah kemudian MTs
Al-Falah mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan di Masjid
tersebut.
2 Ibid.
3 Ibid.
62
Salah satu kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Masjid milik
warga sekitar adalah kegiatan shalat dzuhur berjamaah. Kegiatan tersebut
sudah lama menjadi agenda rutin MTs Al-Falah setiap hari (selain hari
jum‟at).
Kegiatan shalat dzuhur MTs Al-Falah merupakan kegiatan kegamaan
MTs yang sudah dilaksanakan sejak 3 tahun yang lalu. Sebelumnya MTs
Al-Falah sebenarnya sudah pernah melaksanakan kegiatan shalat dzuhur
berjamaah, akan tetapi kegiatan tersebut tidak bisa dilanjutkan. Kemudian
sekitar tahun 2014 kegiatan shalat dzuhur berjamaah kembali
dilaksanakan menyusul kebijakan MTs Al-Falah menerapkan sekolah
fullday (KBM berlangsung sampai pukul 15.00 WIB) dan menjadi
kegiatan rutin MTs sampai sekarang sekaligus menjadi
keharusan/kewajiban untuk seluruh siswa dan siswi.4
2. Tujuan Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah
Shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah sudah menjadi agenda rutin
setiap harinya. Dalam pelaksanaannya MTs Al-Falah mempunyai tujuan
tertentu. Adapun tujuan kegiatan shalat dzuhur berjamaah MTs Al-Falah
yaitu:
a. Menanamkan Kesadaran
Shalat berjamaah mempunyai kelebihan dan keutamaan
dibandingkan dengan shalat sendiri. Begitu pentingnya shalat
berjamaah sehingga sekolah harus mempunyai upaya untuk
menanamkan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya shalat
berjamaah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh MTs Al-Falah untuk
menanamkan kesadaran tentang pentingnya shalat berjamaah yaitu
melalui kegiatan rutin shalat dzuhur berjamaah.
Melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan
mengetahui keutamaan shalat berjamaah dan juga mampu secara
4 Yusri, Kepala MTs Al-Falah Jakarta, Hari/Tanggal: Rabu, 23 Agustus 2017, Tempat: Ruang
Kepala MTs Al-Falah.
63
mandiri melaksanakan atau pun mengikuti shalat berjamaah pada
shalat fardlu yang lain.5
b. Memberikan Bimbingan
Bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan keagamaan
khususnya ibadah shalat. Dengan kegiatan shalat dzuhur berjamaah
MTs Al-Falah dapat memberikan bimbingan ibadah secara langsung
kepada siswa dimulai dari wudlu, kemudian shalat, dzikir, dan do‟a.
Dengan begitu MTs Al-Falah dapat mengevaulasi langsung
pelaksanaan ibadah siswa.6
Siswa dapat mempraktekkan secara langsung pelajaran tentang
shalat ketika shalat dzuhur berjamaah yaitu dimulai dari wudlu,
gerakan dan bacaan shalat, serta dzikir dan doa. Kemudian guru bisa
langsung membimbing siswa yang masih merasa kesulitan dalam
mempraktekannya.
c. Menanamkan Kedisiplinan
Salah satu faktor yang membuat seseorang dapat melaksanakan
shalat berjamaah adalah menunaikan shalat di awal waktu. Untuk
memenuhi hal tersebut, seseorang harus disiplin dalam mengatur
waktunya. Disiplin terhadap waktu shalat dapat ditandai dengan
seseorang tidak akan menunda shalatnya.
Melalui shalat dzuhur berjamaah, siswa diharapkan dapat
menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yaitu dapat melaksanakan shalat
di awal waktu. Selain itu juga siswa diharapkan bisa menyesuaikan
diri ketika mereka berada di dalam Masjid.7
Nilai-nilai kedisiplinan itu juga diharapkan dapat menjiwai di
setiap langkah kehidupan siswa di masa mendatang. Dengan
menerapkan sikap disiplin di dalam kehidupannya bukan tidak
5 Ichwan Rasyid, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Al-Falah Jakarta, Hari/Tanggal:
Selasa, 29 Agustus 2017, Tempat: Ruang Wakil Kepala MTs Al-Falah. 6 Yusri, loc. cit.
7 Rasyid, loc.cit.
64
mungkin siswa akan mampu meraih kesuksesan mereka untuk
menggapai cita-citanya.
3. Penanggung Jawab
Setiap kegiatan pasti ada seseorang yang menjadi penanggung jawab
agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Yang menanggungjawabi kegiatan shalat dzuhur berjamaah di MTs
Al-Falah adalah Wakil Kepala Bidang Kesiswaan yaitu Bapak Ichwan
Rasyid, S.Ag. Pada praktek lapangannya beliau dibantu oleh Pembina
IPMA (Ikatan Pelajar Madrasah Al-Falah) yaitu Bapak Moh. Yasin, S. Pd.
I dan pengawasan dari guru-guru yang lain secara bergiliran.8
4. Proses Pelaksanaan
a. Tempat Shalat
MTs Al-Falah sebenarnya tidak memiliki Masjid sendiri. Tidak
dibangunnya Masjid sebagai sarana penunjang cukup beralasan karena
keterbatasan luas tanah dan letak MTs Al-Falah berada dekat dengan
Masjid milik warga sekitar.
Selama ini yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan shalat
dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah adalah Masjid milik warga sekitar
yang letaknya berdampingan dengan gedung MTs. Masjid tersebut
sudah diizinkan oleh warga sekitar sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan-kegiatan keagamaan MTs Al-Falah.
b. Waktu Shalat
Waktu shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah yaitu pada saat
istirahat jam ke-2. Istirhat jam ke-2 dimulai dari pukul 13.40 WIB.
Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah pada saat istirahat jam ke-2
menjadikan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan MTs Al-Falah
terpisah dengan jamaah shalat dzuhur di Masjid.
8 Ibid.
65
Ada beberapa alasan kenapa waktu pelaksanaan shalat dzuhur
berjamaah MTs Al-Falah terpisah dengan jamaah Masjid. Pertama,
jumlah siswa yang banyak memungkinkan jika siswa bergabung
dengan jamaah Masjid membuat Masjid tidak dapat menampung
semuanya. Kedua, untuk menghindari kesan buruk kepada siswa MTs
karena pada saat pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah kadang masih
ada segelintir anak yang bercanda dan susah diatur yang kemungkinan
jika pelaksanaan bersamaan dengan jamaah Masjid akan membuat
jamaah tidak khusyuk dalam shalatnya.9
c. Wudlu
Ketika bel istirahat ke-2 berbunyi, seluruh siswa MTs Al-Falah
langsung diminta ke Masjid. Kemudian mereka harus antri mengambil
air wudlu. Karena jumlah siswa yang banyak sehingga proses wudlu
memerlukan waktu yang cukup lama sampai semua siswa dan siswi
selesai berwudlu.
d. Shalawat
Salah satu kebiasaan sebelum pelaksanaan shalat dzuhur MTs Al-
Falah adalah siswa selalu melantunkan shalawat secara bersama-sama
sebelum shalat dzuhur berjamaah dimulai. Shalawat yang sering
dilafalkan adalah Shalawat Nariyah. Membaca shalawat sebelum
shalat dimulai juga dilakukan sambil menunggu semua siswa dan
siswi selesai berwudlu sampai mereka benar-benar siap untuk
melaksanakan shalat berjamaah.
e. Shalat
Shalat dzuhur berjamaah dimulai jika semua siswa sudah siap
melaksanakan shalat. Sebagai penanda shalat akan dimulai yaitu
iqomah yang dipimpin oleh salah satu siswa. Shalat dzuhur berjamaah
biasanya diimami oleh guru MTs Al-Falah secara bergilir.
9 Ibid.
66
f. Dzikir dan Doa
Dzikir dan doa dipimpin langsung oleh guru. Dzikir dan doa juga
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanakaan shalat
dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah. Dzikir dan doa juga menjadi
salah satu usaha penanaman kebiasaan kepada siswa agar mereka
selalu berdzikir setelah shalat dan kemudian berdoa.10
5. Pengawasan Sekolah
Sebagai pengawasan, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan yaitu Bapak
Ichwan Rasyid langsung mengawasi proses pelaksanaan shalat dzuhur
berjamaah. Pengawasan juga dibantu oleh Pembina Ikatan Pelajar
Madrasah Al-Falah (IPMA) dan beberapa office boy serta guru-guru yang
lain.11
Pengawasan dimulai ketika siswa keluar kelas sampai berkumpul di
Masjid. Kemudian pengawasan ketika siswa mengambil air wudlu. Peran
office boy sangat penting ketika siswa mengantri air wudlu. Office boy
biasanya langsung mengambil tindakan tegas kepada siswa yang masih
duduk santai di teras Masjid. Siswa tersebut kemudian diperintahkan agar
segera mengantri mengambil air wudlu sehingga proses pengambilan air
wudlu tidak akan berlangsung lama.
Kemudian ketika siswa sudah berada di dalam Masjid, Wakasek
Kesiswaan dan Pembina IPMA langsung mengatur shaf agar rapih dan
teratur. Sesekali juga mereka mengingatkan kepada siswa agar tidak
bercanda ketika berada di dalam Masjid. Jika ada siswa yang bercanda
maka siswa tersebut akan langsung mendapat teguran.
6. Kendala
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di
MTs Al-Falah yaitu:
10
Ibid. 11
Ibid.
67
a. Siswa Menunda Waktu Berwudlu
Proses pengambilan air wudlu sebelum pelaksanaan shalat dzuhur
berjamaah berlangsung cukup lama karena jumlah siswa yang
memang banyak. Proses pengambilan air wudlu bisa berlangsung
lebih lama jika ada beberapa siswa yang menunda dan bersantai ketika
mereka diminta mengambil air wudlu. Guru dan office boy biasanya
mengambil tindakan tegas kepada siswa yang masih bersantai di teras
Masjid yang menunda waktu berwudlu.
b. Bercanda dan Mengobrol Di Dalam Masjid
Ketika sudah berada di dalam Masjid biasanya siswa langsung
diminta untuk mengisi shaf-shaf depan yang masih kosong. Pada saat
ini kadang masih saja ada siswa yang bercanda dan mengobrol sendiri
padahal guru sudah meminta mereka untuk membaca shalawat sambil
menunggu shalat dimulai. Jika ada siswa yang bercanda maka guru
langsung memberikan teguran kepada siswa tersebut.
Adanya siswa yang masih bercanda ketika persiapan shalat dzuhur
berjamaah membuat waktu persiapan berlangsung lama. Pada saat ini
guru sering mengingatkan kepada siswa bahwa jika pelaksanaan shalat
dzuhur berlangsung lama maka waktu istirahat mereka akan berkurang
karena waktu shalat dzuhur memang dilaksanakan pada saat jam
istirahat.12
c. Siswa Membolos
Dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah juga terkadang ada
siswa yang membolos (tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah). Hal
itu bisa terjadi karena jumlah siswa yang begitu banyak sehingga yang
bertugas sebagai pengawas kegiatan shalat dzuhur berjamaah tidak
bisa mengawasinya secara menyeluruh. Ditambah lagi dengan
keharusan siswa keluar gedung MTs untuk pergi ke Masjid. Tentu
pada saat itu menjadi peluang bagi siswa yang mempunyai niat untuk
membolos.
12
Ibid.
68
Adanya siswa yang membolos ketika shalat dzuhur berjamaah
terjadi pada tahun lalu. Siswa yang membolos akan diingatkan dan
mendapatkan teguran lisan. Jika diketahui ada siswa yang sudah 3 kali
membolos maka pihak MTs akan memanggil orang tua/wali siswa
yang bersangkutan.13
7. Ketaatan Beribadah Siswa
Dalam pelaksanaannya kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang
dilaksanakan di MTs Al-Falah masih terdapat kekurangan yang perlu
diperbaiki.14
Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan bimbingan
ibadah kepada siswa.15
Melalui kegiatan tersebut siswa dibimbing agar
ketika berada di luar sekolah mereka dapat melaksanakan shalat
berjamaah dengan baik.
Bimbingan ibadah melalui shalat dzuhur berjamaah dengan
menggunakan penekanan kepada siswa diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran keagamaan ke dalam diri siswa terutama untuk menunaikan
shalat fardlu 5 waktu.16
Pemahaman siswa terhadap kewajiban mereka sebagai orang
beragama Islam memang harus ditanamkan sedini mungkin. Yang
menjadi harapan adalah siswa dapat melaksanakan shalat fardlu 5 waktu
dalam sehari semalam. Lebih lanjut lagi semoga hal ini dapat menjadi
bekal kehidupan mereka di masa mendatang.
Siswa yang mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah sejatinya
sudah mulai merasakan bahwa kegiatan tersebut dapat memberikan
kesadaran keagamaan kepada mereka. Siswa sadar bahwa mereka tidak
boleh meninggalkan shalat fardlu 5 waktu meski dalam praktek sehari-hari
13
Ibid. 14
Ibid. 15
Yusri, loc. cit. 16
Ichwan, loc. cit.
69
mereka masih kesulitan untuk melaksanakan shalat fardlu terutama shalat
subuh.17
Pada umumnya siswa sudah mempunyai kesadaran tentang kewajiban
shalat 5 waktu yang dapat dilihat ketika mereka mengikuti kegiatan-
kegiatan MTs seperti study tour dan lomba-lomba. Mereka secara mandiri
akan melaksanakan shalat ketika waktu shalat tiba tanpa disuruh oleh
guru.18
Pada kehidupan sehari-hari pun siswa sudah mulai terbiasa untuk
tidak meninggalkan shalat. Hal ini dibantu dengan orang-orang yang
berada di sekeliling mereka yang selalu mengingatkan mereka ketika lupa.
Namun pada dasarnya siswa sudah mulai membiasakan diri mereka untuk
menunaikan shalat fardlu 5 waktu.19
Kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang siswa ikuti di sekolah dapat
juga menjadi pengingat bagi mereka tentang kewajiban mereka untuk
melaksanakan shalat ketika di rumah. Selain itu juga melatih mereka agar
terbiasa melaksanakan shalat berjamaah ketika mereka berada di luar
sekolah.
Jika pihak MTs mengetahui masih ada siswa yang bermasalah dalam
melaksanakan shalat fardlu 5 waktu melalui laporan/koordinasi orang tua,
maka siswa tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus dengan dibantu
oleh guru BK (Bimbingan dan Konseling).20
Guru BK akan berusaha
mencari penyebab dan solusi serta memberikan pemahaman tentang
keagamaan agar siswa mengerti dan sadar tentang kewajiban mereka
sebagai muslim dan muslimah yang mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan shalat fardlu 5 waktu.
Penanaman kesadaran kepada siswa tentu bukan hanya menjadi tugas
pihak-pihak tertentu saja. Peran semua guru, staff karyawan, dan orang
tua/wali menjadi sangat penting sekali untuk memberikan teladan/contoh
17
Wawancara Siswa, Hari/Tanggal: Rabu, 30 Agustus 2017, Tempat: Teras MTs Al-Falah 18
Yusri, loc. cit. 19
Siswa, loc. cit. 20
Ichwan, loc. cit.
70
bagi siswa serta memberikan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan
shalat fardlu 5 waktu.21
21
Ibid.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan pada bab
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaannya, shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah masih
menemui hambatan-hambatan. Diantaranya yaitu adanya siswa yang
mengulur waktu pelaksanaan shalat dan adanya siswa yang bercanda
ketika di dalam Masjid.
2. Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah bertujuan untuk
menanamkan kesadaran keagamaan, menanamkan kedisiplinan, dan
memberikan bimbingan keagamaan kepada siswa.
3. Shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan di Masjid milik warga sekitar dan
yang menjadi penanggung jawab kegiatan adalah Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan yang dalam praktek lapangannya dibantu oleh pembina
IPMA (Ikatan Pelajar Madrasah Al-Falah), office boy MTs, serta guru-
guru yang lain.
4. Waktu shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah yaitu pada jam istirahat
ke-2 (pukul 12.40 WIB). Dimulai dari siswa mengambil air wudlu secara
bergiliran, membaca shalawat, kemudian shalat dzuhur berjamaah, dzikir
dan yang terakhir doa. Yang menjadi imam shalat adalah guru-guru MTs
Al-Falah secara bergantian yang disesuaikan dengan jadwal mengajar
mereka.
5. Melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan mempunyai
kesadaran tentang kewajiban melaksanakan shalat fardlu 5 waktu. Siswa
yang mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah sejatinya sudah
memiliki kesadaran tersebut walaupun mereka masih kesulitan
menunaikan shalat fardlu 5 waktu terutama pada saat shalat subuh. Akan
tetapi mereka sadar bahwa kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah
72
salah satunya adalah menunaikan shalat 5 waktu. Dan siswa sudah
berusaha untuk menunaikannya.
6. Selain melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah, untuk menanamkan
kesadaran keagamaan dan meningkatkan ketaatan siswa dalam beribadah
juga bisa dilakukan melalui kerja sama seluruh pihak MTs Al-Falah untuk
menjadi teladan bagi siswa serta memberikan dorongan/motivasi kepada
siswa agar siswa sadar tentang kewajibannya sebagai muslim dan
muslimah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran agar
dapat menjadi masukan yang baik bagi seluruh pihak guna memperbaiki yang
masih dianggap menjadi kekurangan pada pelaksanaan shalat dzuhur
berjamaah di MTs Al-Falah. Adapun saran penulis sebagai berikut:
1. Siswa senantiasa diharapkan mempunyai pengendalian diri ketika mereka
mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah agar suasana
ketika shalat dzuhur berjamaah lebih kondusif. Siswa juga diharapkan
meningkatkan ketaatan mereka dalam menunaikan shalat 5 waktu sebagai
realisasi atas pemahaman mereka terhadap ajaran agama Islam yang
diperoleh di sekolah.
2. Dalam mengajar guru perlu memberikan bimbingan dan
motivasi/dorongan kepada siswa agar siswa dapat menunaikan ibadah
mereka dengan sebaik-baiknya. Selain itu guru juga harus bisa menjadi
teladan bagi siswa untuk memberikan contoh yang baik.
3. Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah harus dievaluasi oleh MTs Al-Falah
untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut berlangsung dan
membuat buku monitoring ibadah bagi siswa. Dengen begitu sekolah dapat
mengetahui kekurangannya dan kemudian dicarikan solusi terbaik sebagai
perbaikan kedepannya.
4. Orang tua juga memiliki peran yang sangat penting ketika siswa berada di
rumah. Orang tua di rumah harus aktif dalam memberikan bimbingan dan
73
motivasi kepada anaknya serta mengingatkan anaknya untuk senantiasa
menunaikan kewajiban mereka sehari-hari yaitu shalat fardlu 5 waktu.
5. Untuk menanamkan serta meningkatkan kesadaran kepada siswa perlu
adanya kerja sama dari seluruh pihak. Kerja sama pihak sekolah dan
keluarga siswa perlu ditingkatkan agar penanaman kesadaran keagamaan
kepada siswa dapat berlangsung dengan baik. Dengan begitu pula siswa
diharapkan dapat menunaikan shalat 5 waktu mereka lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an.
Maktabah Syamilah.
Abdurrahman, Masykuri. Kaifiyah dan Hikmah Shalat Versi Kitab Salaf.
Pasuruan: Pustaka Sidogiri, Cet. VII, 2006.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada, Cet. II,
2015.
Ahmadi, Nur. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017
Anwar, Imam Basyari. Kamus Ulil Albab; Indonesia – Arab. Surabaya: CV Karya
Utama.
Alqahtani, Abu Abdillah Musnid. 40 Manfaat Shalat Berjamaah, Terj. dari
Arba‟uuna Faa‟idatan Min Fawaa‟idi Shalatil Jamaa‟ah oleh Ainul Haris bin
Umar Thayib. Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 1997.
Ashshiddieqy, T. M. Hasbi. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XX,
1992.
As-Sadlan, Shalih bin Ghanim. Fiqih Shalat Berjamaah, Terj. dari Shalaatul
Jamaah Hukmuha Wa Ahkamuha oleh Thariq Abd. Aziz at-Tamimi. Jakarta:
Pustaka as-Sunnah, 2006.
Azkia, Ahmad Azkal. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017.
Data Lembaga MTs Al-Falah. Jakarta, 16 Agustus 2017.
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2008.
El-Fikri, Syahruddin. Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal-usul, Memantapkan
Penghambaan. Jakarta: Republika, 2014.
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, Cet.
II, 2011.
Ghazali, Muhammad Amru. Buku Pintar Etika Shalat. Jakarta: Aksara Qalbu,
2007.
Haneef, Suzanne. Islam dan Muslim, Terj. dari What Everyone Should Know
about Islam and Muslim oleh Siti Zainab Luxfiati. Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993.
Hassan, A. Pengajaran Shalat. Bangil: CV Pustaka Tamaam, 1991.
Husain, Syarif Hidayatullah. Salat dalam Madzhab Ahlulbait; Kajian Al-Qur‟an,
Hadis, Fatwa dan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Lentera, Cet. II, 2007.
Khatib, Asy‟ari. Energi Ibadah. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Manan, Abdul. Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk. Bandung: Pustaka
Hidayah, Cet. XIV, 2011.
Muchtar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet
II, 2008.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Madzhab, Terj. dari al-Fiqh „ala al-
Madzahib al-Khamsah oleh Masykur AB dkk. Jakarta: PT Lentera Basritama,
Cet. II, 1996.
Mujalisin, M., “Pengaruh Shalat Dzuhur Berjamaah Terhadap Kemampuan
Afektif Siswa di Sekolah Kelas VIII MTs Al-Ihsan Pamulang”, Skripsi pada
Sarjana UIN Jakarta: 2015. tidak dipublikasikan.
Nasution, Lahmuddin. Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Raghib, Ali. Ahkamus Sholah, Terj. dari Ahkam ash-Shalah oleh M. Abdillah al-
Faqih dan M. al-Mu‟tashim Billah. Bogor: Al-Azhar Press, Cet. II, 2009.
Rahmalifia. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam: Hukum Fiqih Lengkap. Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo, Cet. XXVII, 1994.
Rasyid, Ichwan. Wawancara. Jakarta, 29 Agustus 2017.
Raya, Ahmad Thib., dan Musdah Mulia. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam
Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 1, Terj. dari Fiqh as-Sunnah Oleh Mahyuddin Syaf.
Bandung: PT Al-Ma‟arif, Cet. X, 1990.
Shihab, M. Quraish. M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang
Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati, 2008.
-----. Tafsir Al-Misbah Volume 2. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sofyan, “Pelaksanaan Shalat Berjamaah dalam Pembentukan Akhlak Siswa (Studi
Kasus Terhadap Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi)”, Skripsi pada
Sarjana UIN Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta, Cet. XXIII, 2016.
Suharjito, Didik. Pengantar Metodologi Penelitian. Bogor: IPB Press, 2014.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pem
ula). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cet. IV, 2012.
Sunarto, Ahmad., dkk. Terjemah Shahih Bukhari Jilid VIII. Semarang: CV Asy
Syifa, 1993.
Suwartono. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2014.
Syarifuddin, Amir. Garis-garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, Cet. IV, 2013.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat. Jakarta: Pustaka Irvan, 2008a.
----. Nikmatnya Shalat Jamaah. Jakarta: Pustaka Irvan, 2008b.
Usman, Husaini., dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I. 2008.
Yana, Yuli. “11 Manfaat Taat Kepada Allah”. https://www.manfaat.co.id, 06
Oktober 2017.
Yazid, Abd., “Upaya Guru Bidang Studi Fikih dalam Meningkatkan Pengamalan
Ibadah Shalat Siswa di MIN 4 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta
Selatan”, Skripsi pada Sarjana UIN Jakarta: 2013. tidak dipublikasikan.
Yusri. Wawancara. Jakarta, 23 Agustus 2017.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014.
Z., Zurinal., dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Lampiran 7
TRANSKRIPSI WAWANCARA
Responden I
Nama : H. Yusri, S. Pd. I
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Agustus 2017
Tempat : Ruang Kepala MTs Al-Falah
1. P: Sejak kapan kegiatan shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan?
J: MTs Al-Falah mempunyai 2 program. Yang pertama shalat berjamaah
dzuha. Kenapa dilaksanakan shalat berjamaah karena untuk memberikan
bimbingan dan pelajaran kepada siswa untuk mau dan bisa melaksanakan
shalat sunnah dzuha. Walaupun mungkin dari aspek hukum fikih ada banyak
perbedaan mengenai dzuha berjamaah tetapi dengan berdasarkan pendapat
yang ada maka kami tetap menerapkan/mempraktekkan shalat dzuha secara
berjamaah. Kemudian yang kedua shalat dzuhur. Kalo shalat dzuha sudah
dimulai lebih dari 10 tahun sedangkan untuk shalat dzuhur pernah
mengadakan beberapa tahun yang lalu kemudian terputus. Namun setelah
kami menerapkan sistem sekolah full day dimana siswa belajar sampe pukul
15.00 WIB, maka sejak 3 tahun lalu shalat dzuhur berjamaah menjadi suatu
keharusan untuk seluruh siswa dan siswi.
2. P: Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut?
J: Yang bertanggung jawab adalah wakil kepala bidang kesiswaan dan
pembina IKMA atau OSIS serta pengawasan dari guru secara bergiliran.
3. P: Dengan tujuan apa kegiatan tersebut dilaksanakan?
J: Untuk memberikan bimbingan ibadah mulai dari wudlu, kemudian shalat,
dzikir, dan doa. Sehingga siswa terbiasa dengan pola ibadah yang dilakukan
di lingkungan masyarakat sekitar.
4. P: Bagaimana cara mengawasi siswa yang mengikuti kegiatan tersebut?
J: Pengawasan dimulai dari tempat wudlu, kemudian siswa diminta untuk
shalat sunnah qobliah untuk lebih siap untuk shalat dzuhur berjamaah
kemudian juga dibimbing untuk bacaan-bacaan shalawat sebelum
melaksanakan shalat dzuhur. Sehingga suasana menjadi kondusif karena
sebelum dzuhur mereka benar-benar siap diawali dengan shalat sunnah
qobliah kemudian shalawat baru setelah itu dilaksanakan shalat dzuhur
berjamaah. Ini semua atas bimbingan guru-guru.
5. P: Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan tersebut, apakah sudah ada titik
keberhasilan dari tujuan kegiatan tersebut?
J: Sekolah memberikan kebutuhan untuk memenuhi shalat 5 waktu. Untuk
Responden II
Nama : Ichwan Rasyid, S. Ag
Hari, Tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Ruang Wakil Kepala MTs Al-Falah
1. P: Sejak kapan kegiatan itu dilaksanakan?
J: Sejak saya bertugas di sini sudah ada. Saya bertugas di sini baru sekitar 4
tahun yang lalu tetapi sebelumnya sudah dilaksanakan dan saya meneruskan
saja.
2. P: Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut?
J: Yang bertanggung jawab atas kegiatan ini adalah wakasek bidang
kesiswaan yaitu saya sendiri. Dalam praktek lapangannya dibantu oleh
pembina IPMA dan melibatkan guru-guru dan kita sesuaikan dengan jadwal
mengajar mereka.
3. P: Dengan tujuan apa kegiatan tersebut dilaksanakan?
J: Yang pertama, kita ingin menanamkan ke anak itu dalam shalat berjamaah
ini lebih utama menyadarkan mereka bahwa shalat berjamaah mempunyai
kelebihan, keutamaan ibadah dari pada sendiri. Yang kedua, kita inginkan
mereka itu juga bisa menerapkan kedisiplinan dengan nilai-nilai yang ada di
dalam shalat berjamaah itu sendiri meski kita pahami bahwa shalat berjamaah
ini dilaksankan dalam rangka praktek dari apa yang mereka pelajari bahwa
shalat berjamaah itu memiliki keutamaan.
4. P: Bagaimana proses atau gambaran kegiatan tersebut berlangsung?
J: Shalat jamaah yang dilakukan oleh anak-anak dilaksanakan terpisah
dengan shalat jamaah yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Masjid.
Yang pertama pertimbangannya karena jumlah siswanya banyak seandainya
mereka berbaur dengan jamaah lain ini Masjidnya kemungkinan sulit untuk
menampung. Yang kedua, kita ingin menghindari ada kesan dari masyarakat
pada saat mereka melihat keadaan anak kita atau segelintir anak yang
kadang-kadang sulit diatur. Prosesnya memang kita memulai kalau jamaah
sekitar pukul 12.40 WIB, ketika bel mereka kita minta untuk ke Masjid,
berwudlu dengan diawasi oleh beberapa guru termasuk juga peran dari
petugas-petugas Office Boy sekolah membantu untuk mengawasi mereka.
Setelah mereka berwudlu kemudian kita minta mereka untuk segera masuk
ke Masjid dan ketika mereka berada di Masjid memang selalu kita ingatkan
untuk menyesuaikan diri setelah mereka berada di Masjid dengan cara yang
pertama mereka diingatkan untuk diniatkan iktikaf ketika berada di Masjid
kemudian memperbanyak dzikir di dalam Masjid karena untuk membedakan
mereka di Masjid dan di luar Masjid. Kemudian memang cukup memakan
waktu proses selesainya wudlu mereka karena terlalu banyak jumlah anaknya
sekitar 396 anak ini membutuhkan waktu. Sambil menunggu semua siswa
berwudlu kita minta salah satu dari mereka untuk memimpin membaca
shalawat diikuti oleh mereka. Untuk imam shalat berjamaah ini kita biasa
menugaskan guru tertentu. Kemudian setelah shalat kita membaca doa diikuti
oleh seluruh anak kemudian setelah selesai mereka kembali untuk
menghabiskan waktu istirahat mereka, ada yang makan dan jajan.
5. P: Bagaimana cara mengawasi siswa yang mengikuti kegiatan tersebut?
J: Untuk sementara ini yang kita kerahkan untuk mengawasi anak selain dari
pembina IPMA juga guru-guru kita minta untuk mengawasi mereka termasuk
shalat bersama mereka termasuk juga OB mereka itu perannya besar sekali
untuk mengawasi mereka.
6. P: Kendala apa yang dihadapi dalam mengawasi kegiatan tersebut?
J: Mereka masih belum menyadari betul saat berada di dalam Masjid itu
memang terkadang ada anak-anak tertentu yang masih bercanda, ngobrol
dengan teman meski ini kita sudah ingatkan tapi kita yakin ini lambat laun
ada perbaikan, kita semakin sadar dan memanfaatkan waktu di dalam Masjid
untuk berdzikir. Memang kita akui ada beberapa siswa yang memicu adanya
kegiatan ngobrol dan bercanda di antara mereka.
7. P: Bagaimana cara bapak mengatasi kendala tersebut?
J: Pertama kita minta dari guru-guru untuk mengawasi mereka tetapi
sebelumnya kita tanamkan kepada siswa bahwa apa pun yang mereka
lakukan resikonya mereka akan alami sendiri semacam jika mereka itu
bercanda, mereka itu ngobrol maka semakin kita akan menghabiskan waktu
banyak hanya untuk persiapan sehingga shalatnya akan semakin mundur.
Secara otomatis akan mengurangi jam istirahat dan jajan mereka. Kita
sadarkan kepada mereka seperti itu di samping pengawasan dari guru-guru.
8. P: Apakah ada siswa yang membolos ketika kegiatan tersebut dilaksanakan?
J: Di tahun yang lalu ada beberapa siswa yang seperti itu tetapi untuk
berikutnya semakin baik.
9. P: Jika ada, punishment/hukuman apa yang diberikan?
J: Kita hanya mengingatkan kepada mereka untuk tidak mengulangi lagi
kemudian jika sampai 3 kali terjadi dilakukan pemanggilan kepada kedua
orang tua.
10. P: Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan tersebut, apakah sudah ada titik
keberhasilan dari tujuan kegiatan tersebut?
J: Betul ada, kita lihat mereka pun saat ini semakin merasa terpanggil untuk
mengikuti kegiatan shalat berjamaah meski dalam hal-hal atau situasi tertentu
mereka sudah terbiasa untuk melaksanakan shalat berjamaah secara
berkelompok.
11. P: Menurut Bapak, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah
dapat meningkatkan ketaatan beribadah (shalat) siswa ketika berada di luar
sekolah?
J: Untuk asumsi saya ya. Kalo kita sudah memulai shalat berjamaah yang
diawali atas kedisiplinan atau pemaksanaan tetapi untuk selanjutnya waktu
yang berjalan saya yakin akan memberikan kesadaran kepada mereka atas
kesadaran keagamaan terhadap mereka.
12. P: Bagaimana penilaian bapak terhadap kegiatan shalat dzuhur berjamaah
siswa?
J: Secara umum baik meski ada kekurangan dalam beberapa hal. Tetapi saya
yakin kita berusaha untuk menutupi atau menyempurnakan kekurangan-
kekurangan sehingga shalat jamaah ini menjadi kegiatan yang betul-betul
tumbuh atas dasar kesadaran mereka sendiri meski untuk sekarang-sekarang
ini ada unsur kita tekankan kepada mereka.
13. P: Bagaimana cara sekolah mengawasi ibadah (shalat) siswa ketika berada di
luar sekolah?
J: Sampai saat ini sulit. Ada rencana untuk membuat buku monitoring ibadah
seperti bulan Ramadlan untuk mengawasi mereka tetapi kayaknya masih kita
fikirkan untuk evaluasi kegiatan mereka. Untuk sementara yang bisa kita
sikapi dalam pengawasan ibadah anak di luar sekolah itu kita hanya kerja
sama dengan orang tua diantaranya adalah kita merespon laporan-laporan
orang tua tentang sikap shalat berjamaah mereka di rumah atau shalat mereka
di rumah.
14. P: Bagaimana penilaian bapak terhadap pelaksanaan shalat siswa ketika
berada di luar sekolah?
J: Menurut laporan, kesadaran mereka masih rendah terutama sekali pada
shalat tertentu artinya untuk shalat mereka memang harus dipaksa terutama
sekali subuh mereka harus dibangunkan berkali-kali baru mereka shalat.
15. P: Apakah ada koordinasi/kerjasama dengan orang tua untuk mengawasi
dalam hal ibadah (shalat) siswa ketika di luar sekolah/di rumah?
J: Sementara ini belum. Kita hanya merespon jika ada orang tua yang
melapor atau pro aktif.
16. P: Jika ada siswa yang diketahui tidak rajin melaksanakan shalat di rumah,
tindak lanjut apa yang diberikan sekolah kepada anak tersebut?
J: Kita mengarahkan mereka memberikan pembinaan kepada mereka dengan
bantuan guru BK untuk menanamkan kepada diri mereka betapa pentingnya
shalat itu sendiri merupakan kewajiban untuk mereka.
17. P: Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan ketaatan
siswa dalam melaksanakan ibadah (shalat)?
J: Dengan adanya teladan oleh guru-guru ini akan menanamkan dorongan
atau motivasi kepada siswa untuk melaksanakan shalat berjamaah. Jadi peran
Responden III
Nama : Rahmalifia
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah
1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?
J: Ikut.
2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?
J: Dari dulu sudah diajarin shalat sama kedua orang tua, akan tetapi shalat
dzuhur berjamaah baru di MTs. Sebelumnya di SD sudah ada kebiasaan
shalat dzuhur berjamaah tetapi belum menjadi hal yang wajib seperti di MTs.
Untuk melatih melaksanakan dan tidak meninggalkan shalat.
3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?
J: Seneng karena shalatnya bareng temen. Bisa bercanda dengan teman pada
saat menuju ke Masjid.
4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?
J: Ga ikut kalo lagi halangan saja. Soalnya ibu guru ngajarin ga boleh
ninggalin shalat.
5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Sejauh ini belum ada temen yang bolos. Soalnya pada shalat semua.
Kadang temen ngajakin shalat.
6. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?
J: Kalau sudah berada di Masjid engga bercanda. Kalau sudah mulai ya
mulai.
7. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?
J: Pernah, tetapi ga diladenin. Jadinya tetap fokus dengan shalat.
8. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur
berjamaah? Contoh!
J: Ada temen yang bercanda yang berada di belakang, kalau saya di depan.
Bercandanya nyolek tiba-tiba ketawa.
9. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Siapa gurunya?
J: Ada guru yang meriksa di kelas yaitu pa Khurasani.
10. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?
J: Kalau lg halangan saya bilang lg halangan tp kalau lg engga ya saya shalat.
11. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda
akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?
J: Saya tetep shalat, soalnya ga boleh ninggalin shalat itu pesen orang tua
saya.
12. P: Apa alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat
dzuhur berjamaah?
J: Ga mau berbuat dosa dan memperbanyak pahala kalau tidak shalat sama
saja meninggalkan kewajiban.
13. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan
shalat dzuhur berjamaah?
J: Pernah.
14. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur
berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?
J: Ga enak. Inginnya tetep shalat tetapi kan ga bisa lagi halangan. Kalau saya
salah saya siap di hukum.
15. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?
J: Pernah belajar di SD. Di MTs belum.
16. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!
J: Kelebihannya lebih utama dibanding shalat sendiri dan pahalanya lebih
banyak.
17. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Meringankan dosa yang pernah dilakukan terus juga menambah pahala.
Bikin hati adem. Lebih sabar.
18. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?
J: Iya shalat. Kadang kalau tidak shalat dimarahin orang tua.
19. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?
J: Iya shalat juga kalau ada Masjid di pinggir jalan.
20. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa
menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar
sekolah?
J: Positifnya bisa mengajarkan kita untuk tepat waktunya pas shalat dan
mentingin shalat dibanding yang lain.
21. P: Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah
terhadap ibadah shalat anda ketika berada di rumah?
J: 80% bisa membuat sadar untuk tidak meninggalkan shalat. Jika dulu
sebelum halangan belum berfikir begitu. Tetapi sekarang saya berfikir untuk
tidak meninggalkan shalat. Berfikir dosanya.
22. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Ada.
23. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Iya.
24. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?
J: Kalau lagi subuh kadang dibangunin untuk shalat subuh.
25. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda
shalat setelah adzan?
J: Tidak menunda.
26. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda
gunakan untuk melaksanakan shalat?
J: Lebih sering berjamaah sama ibu, kaka, nenek di rumah.
27. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,
apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan
shalat atas kesadaran sendiri?
J: Biasanya langsung shalat sendiri tetapi kalau ketiduran biasanya
dibangunin.
Jakarta, 30 Agustus 2017
Responden,
Rahmalifia
Responden IV
Nama : Ahmad Azkal Azkia
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah
1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?
J: Ikut.
2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?
J: Emang sering dari SD.
3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?
J: Biasa aja.
4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?
J: Tidak pernah.
5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Ada.
6. P: Jika ada teman yang mengajak membolos, bagaimana anda menyikapinya?
J: Tidak mau.
7. P: Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi mereka yang membolos?
J: Tidak tahu. Yang bolos belum ketahuan
8. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?
J: Tidak.
9. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?
J: Tidak ikut-ikutan.
10. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur
berjamaah? Contoh!
J: Ada, nyenggol-nyenggol, habis sujud kakinya ditarik.
11. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Siapa gurunya?
J: Ada, tergantung guru piket.
12. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?
J: Biasa aja. Karena sudah terbiasa.
13. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda
akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?
J: Shalat sendiri.
14. P: Alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat dzuhur
berjamaah?
J: Memang kewajiaban.
15. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan
shalat dzuhur berjamaah?
J: Belum pernah.
16. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur
berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?
J: Ga enak ga shalat. Siap menerima hukuman.
17. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?
J: Sudah belajar.
18. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!
J: Tau. Dapet pahalanya lebih besar.
19. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Hatinya tenang. Ga takut belum shalat.
20. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?
J: Tidak. Kadang-kadang ada yang kelewat yaitu subuh sama Isya.
21. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?
J: Kalau lagi pergi pasti shalat karena sama ortu.
22. P: Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu melaksanakan shalat
fardlu?
J: Shalat.
23. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa
menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar
sekolah?
P: Bisa.
24. P: Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah
terhadap ibadah shalat anda ketika berada di rumah?
J: Besar, ada dampak positif yang didapat.
25. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Ada, Ibu wardah.
26. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Selalu.
27. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?
J: Ditanya. Jika belum shalat disuruh shalat dulu.
28. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda
shalat setelah adzan?
J: Menunda-nunda. Tetapi kalau disuruh langsung shalat.
29. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda
gunakan untuk melaksanakan shalat?
J: Jarang ke Masjid. Seringnya di rumah.
30. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,
apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan
shalat atas kesadaran sendiri?
J: Kalau lupa pasti diingetin orang tua. Tetapi kalau lagi ga lupa pasti shalat
sendiri.
Jakarta, 30 Agustus 2017
Responden,
Ahmad Azkal Azkia
Responden V
Nama : Nur Ahmadi
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017
Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah
1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?
J: Ikut.
2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?
J: Semenjak ada sistem fullday tahun 2016. Kalau di MTs baru, kalau di
rumah biasa.
3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?
J: Kadang-kadang ga enak. Temen-temen kalau diatur memang susah.
Terutama kalau pas wudlu pada bercanda. Terus habis wudlu pas sudah di
dalam Masjid pun banyak yang shafnya tidak rapih. Jadi bikin shalat
dzuhurnya jadi lama buat waktu istirahatnya kurang.
4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?
J: Pernah.
5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Pernah bareng temen. Diajak.
6. P: Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi mereka yang membolos?
J: Ditabok.
7. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?
J: Tidak pernah.
8. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?
J: Nolak takut kena hukuman.
9. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur
berjamaah? Contoh!
J: Ketika Imam sudah takbir ada yang tabok-tabokan dorong-dorongan
10. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Siapa gurunya?
J: Ada guru sama OB. Guru yang sering Pak Yasin dan Pak Ikhwan.
11. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur
berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?
J: Harus segera shalat. Kalau temen ada yang nunggu, ada yang nunda, ada
yang ngeledek OB.
12. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda
akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?
J: Tetep shalat.
13. P: Alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat dzuhur
berjamaah?
J: Biar dapet pahala dan tidak mendapat hukuman.
14. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan
shalat dzuhur berjamaah?
J: Pernah sering.
15. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur
berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?
J: Saat itu lagi sakit ada luka yang ga boleh kena air jadi ga malu kecuali
kalau memang gara-gara sengaja ga ada alesan. Siap menerima hukumannya.
16. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?
J: Tau pernah belajar di SD dan MTs
17. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!
J: Kelebihannya pahalanya lebih banyak.
18. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan
tersebut?
J: Ada, pertama pahalanya lebih banyak. Rasulullah ngajarin shalat itu
berjamaah.
19. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?
J: Subuh sering ketinggalan.
20. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?
J: Kalau ketinggalan diqadla kalau bepergian jauh
21. Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu?
J: Tetep shalat.
22. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa
menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar
sekolah?
J: Bisa. Karena kalau di sekolah diingetin kadang di rumah terfikir untuk
melaksanakan shalat.
23. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Ada, semua guru.
24. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5
waktu?
J: Ingetin.
25. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?
J: Disuruh, diingetin.
26. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda
shalat setelah adzan?
J: Biasanya nunda. Kalau lagi adzan ada kegiatan tetapi kalau kegiatannya
sudah selesai langsung shalat.
27. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda
gunakan untuk melaksanakan shalat?
J: Berjamaah sama ayah di rumah.
28. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,
apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan
shalat atas kesadaran sendiri?
J: Biasanya shalat sendiri. Tetapi kalau belum shalat diingetin orang tua.
Jakarta, 30 Agustus 2017
Responden,
Nur Ahmadi
Lampiran 8
DATA RESPONDEN
Responden I
Nama : H. Yusri, S. Pd. I
Status : Guru
Jabatan : Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta
Responden II
Nama : Ichwan Rasyid, S. Ag
Status : Guru
Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Al-Falah Jakarta
Responden III
Nama : Rahmalifia
Status : Siswa
Kelas : VII-D
Responden IV
Nama : Ahmad Azkal Azkia
Status : Siswa
Kelas : VIII-A
Responden V
Nama : Nur Ahmadi
Status : Siswa
Kelas : IX-A
Lampiran 10
FOTO-FOTO
Gedung MTs Tampak Depan
Masjid Warga di Samping MTs
Bagian Dalam Masjid
Siswa Duduk Sebelum Berwudlu
Siswa Masuk ke dalam Masjid
Jamaah Siswa Laki-laki
Jamaah Siswa Perempuan
Lampiran 11
BIODATA PENULIS
Nama saya Efan Yulistiyono, lahir di Tegal, 15 Juli
1992. Saya hidup di sebuah desa yang jauh dari binar-binar
perkotaan di Kabupaten Tegal yaitu desa Batumirah. Saya
adalah anak kedua dari lima bersaudara. Efan adalah
panggilan akrab saya. Saya terlahir dari keluarga sederhana.
Sejak kecil orang tua selalu menasehati saya agar rajin
beribadah, bersikap jujur, dan baik terhadap orang lain.
Pada saat umur 7 tahun, saya mulai bersekolah di SDN Batumirah 02,
Bumijawa, Tegal. Kemudian setelah lulus saya melanjutkan pendidikan di SMP N
Bumijawa 03. Karena kondisi ekonomi orang tua, saya harus menunda untuk
melanjutkan pendidikan di strata SLTA selama 1 tahun.
Untuk mengisi kesibukan selama 1 tahun, saya memutuskan untuk bekerja.
Mulai dari pabrik roti, pekerja di sawah, sampai pekerja bangunan pernah saya
lakukan. Menjalani 1 tahun dengan penuh kesabaran, pada tahun 2009 akhirnya
saya bisa melanjutkan pendidikan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang
sekarang berganti nama menjadi MAN 1 Tegal.
Selepas lulus Aliyah, saya dipenuhi rasa bimbang. Sebenarnya ingin
melanjutkan ke perguruan tinggi, akan tetapi karena merasa tidak mampu
membiayai, orang tua menyuruh saya untuk melamar pekerjaan saja.
Keinginan untuk melanjutkan pendidikan begitu besar. Tekad itu sudah bulat
sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan walaupun tanpa
sepengetahuan orang tua. Ketika pengumuman menyatakan saya lolos ujian
masuk di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya baru mencoba memberi tahu
orang tua. Berkat pertolongan Allah SWT, saya bisa kuliah sampai sekarang.
Karena berbagai kendala, pada semester 11 saya baru bisa menyelesaikan kuliah.
Saya berharap semoga semua ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat.
Top Related