PEDOMAN PENYELENGGARAN KEBUN PEMBIBITAN
DI LAHAN SAWAH
BIBIT
Yang dimaksud dengan bibit adalah bahan tanam untuk pertanaman tebu
selanjutnya; bibit tebu pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu bibit
bagal, bibit rayungan dan stek pucuk. Bibit bagal atau stek batang dapat terbagi ke
dalam stek bagal bermata satu, dua, tiga atau stek bagal lonjoran (lebih dari tiga
mata).
Bibit rayungan juga demikian, rayungan bermata satu, rayungan bermata dua
atau lebih.
Bibit bagal dan bibit rayungan berasal dari kebun bibit. Stek pucuk adalah
potongan batang bagian pucuk, sepanjang 30 – 40 cm (3 - 4 mata), berasal dari
tanaman tebu giling, diambil (dipotong) pada waktu penebangan dan digunakan
khusus untuk tanaman tebu giling (bukan tebu bibit). Penggunaan stek pucuk ini
harus dibatasi, tidak boleh melebihi 30 % dari seluruh kebutuhan bibit dan
diambil dari kebutuhan tebu giling yang dulu bahan tanamnya berasal dari kebun
bibit. Hal ini perlu, untuk menjaga agar kemurnian jenis tetap dapat
dipertahankan.
PEMBIBITAN
Pembibitan adalah tempat atau areal dimana diselenggarakan tanaman untuk
keperluan penyediaan bahan tanam bagi tanaman selanjutnya.
Adapun perlunya pembibitan itu diusahakan adalah agar:
a. Diperoleh bibit dari jenis-jenis murni (tak ada campuran), dengan jalan
penyeleksian di dalam kebun-kebun bibit terhadap campuran.
b. Diperoleh bahan tanam yang bebas dari penyakit-penyakit yang menular,
dengan jalan penyeleksian/pencabutan dari rumpun-rumpun di dalam kebun-
kebun bibit yang terserang oleh penyakit-penyakit utama seperti mosaik,
blendok, pokahbung, bakterioris, penyakit pembuluh dan lain-lain.
c. Penanaman tebu giling tidak tergantung dari jalannya penggilingan, dengan
jalan menyelenggarakan tanaman pembibitan (KBD) seluas ± 12 % dari
seluruh areal tanaman tebu gilig tebangan kesatu yang direncanakan.
Untuk mendapatkan hasil penangkaran yang sebaik-baiknya diperlukan
batang yang sebanyak-banyaknya. Untuk itu jarak antara juringan pusat ke pusat
dibuat lebih dekat yaitu sampai ± 90 cm.
TINGKAT KEBUN PEMBIBITAN
Tingkat kebun pembibitan yang diselenggarakan ada 4 (empat) tingkatan;
a. KBP (Kebun Bibit Pokok)
b. KBN (Kebun Bibit Nenek)
c. KBI (Kebun Bibit Induk)
d. KBD (Kebun Bibit Datar)
Maksud diadakan tahap-tahap pembibitan adalah untuk menjamin adanya
kemurnian dan kebersihan bibit.
Kebun Bibit Pokok (KBP)
Kebun Bibit Pokok, merupakan kebun pembibitan tingkat I
penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai bahan penyedian bahan tanam bagi
kebun pembibitan tingkat II (KBN), dan kebutuhan bahan tanam bagi
penyelenggaraan KBP ini disediaakan oleh BP3G melalui perwakilan-
perwakilannya, hal ini dimaksudkan agar kemurnian jenis dapat
dipertanggungjawabkan. Penanaman kebun bibit pokok dilakukan dalam bulan
Desember/Januari/Februari.
Luas kebutuhan Kebun Bibit Pokok yang harus ditanam tergantung dari luas
areal tanaman tebu giling yang akan ditanam dan faktor penangkarannya minimal
lebih kurang 0,1 % dari luas tanaman tebu giling (misal untuk 1000 hektar
tanaman tebu giling, cukup ditanam satu hektar KBP.
Kebun Bibit Nenenk (KBN)
Kebun Bibit Nenek, merupakan kebun pembibitn tingkat II
penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun
pembibitan tingkat III (KBI), kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan KBN
diperoleh dari Kebun Bibit Pokok di tiap pabrik gula. Bila dalam penyelenggaraan
KBN tidak dapat dicukupi oleh pabrik gula, antara lain karena kegagalan tanaman
KBP (penangkarannnya terlalu rendah, kurang dari 1 : 5), dalam hal ini BP3G
melalui perwakilannya dapat membantu mencukupi kekurangan tersebut, untuk
sebagian atau selurunya, tergantung pada persediaan yang ada. Penanaman Kebun
Bibit Nenek dilakukan dalam bulan Juli/Agustus/September.
Luas kebutuhan KBN yang harus ditanam tergantung pada luas areal tanaman
tebu giling dan faktor penangkarannya minimal pada tiap tingkatan dari KBN
adalah 0,5 % dari luas areal tanaman tebu giling. KBN dapat dilaksanakan
penanamannya di masing-masing pabrik gula dengan pengawasan dari BP3G
melalui perwakilan-perwakilannya.
Kebun Bibit Induk (KBI)
Kebun Bibit Induk merupakan kebun pembibitan tingkat III
penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun
pembibitan tingkat IV (KBD), dan kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan
KBI ini diperoleh dari KBN ditiap pabrik gula. Penanaman Kebun Bibit Induk
dilakukan dalam bulan Februari/maret/April, dan ditanam dimasing-masing pabrik
gula. Luas kebutuhan kebun bibit induk yang harus ditanam tergantung dari luas
areal tanaman tebu giling; faktor penangkarannya kurang lebih 2,5 % dari luas
areal tanaman tebu giling. Jenis yang ditanam harus diusahakan tidak lebih dari
lima jenis, hal ini untuk memudahkan program pelaksanaan tebu gilingnya.
Perlu diketahui tingkat pembibitan KBI relatif lebih banyak meminta
perhatian dalam penyelenggaraannya dibandingkan dengan kebun bibit yang lain
karena:
- Sebagai penyedia bahan tanam bagi penyelenggaraan KBD yang merupakan
tingkat terkahir dari kebun pembibitan untuk Kebun tebu Giling (KTG).
- Hampir seluruh masa tumbuhnya (Februari/Maret/April s.d
Agustus/September/Oktober) berada dalam musim kemarau dan saat tanaman
umur lebih dari 4 bulan di mana kebutuhan airnya meningkat justru berada
ditengah-tengahnya musim kemarau (Agustus).
- Komposisi jenis di dalam tanaman Tebu Giling (KTG) sedapat mungkin sudah
bercermin dalam KBI.
- Kesulitan di dalam mendapatkan lahan persewaan (dalam arti lahan-lahan
yang baik, terutama pengairannya) bagi penyelenggaraan KBI tepat pada
waktunya, berhubung dengan masa okupasinya dan peraturan persewaan
tanahnya relatif kurang menguntungkan pemilik.
Kebun Bibit Dataran (KBD)
Kebun Bibit Dataran merupakan kebun pembibitan tingkat IV (terakhir);
penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi tanaman
tebu giling. Penanamannya dilakukan dalam bulan
September/Oktober/November/Desember. Sebagian besar atau hampir seluruh
masa pertumbuhannya relatif lebih baik daripada tanaman kebun bibit tingkat
sebelumnya.
Luas kebutuhan KBD yang harus ditanam di tiap pabrik gula cukup
seperdelapan luas areal tanaman tebu giling (lebih kurang 12 %); jadi untuk
tanaman tebu giling seluas 1000 ha, hanya diperlukan penyelenggaraan KBD
seluas lebih kurang 125 ha. Adapun penanamannya diusahakan sedekat mungkin
dengan tempat gelanggangan (tempat yang akan dibuka untuk kebun tebu giling.
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nov Des
Gambar masa pertumbuhan kebun bibit
Keterangan:
KBP : ditanam bulan Desember s.d Juni tahun berikutnya
KBN : ditanam bulan Juli s.d Januari tahun berikutnya
KBI : ditanam bulan Februari s.d Agustus
KBD : ditanam bulan September s.d Mei tahun berikutnya
SYARAT-SYARAT YANG DIPERLUKAN
Penyelenggaraan kebun-kebun pembibitan memerlukan syarat-syarat
pemilihan tempat yang sebaik-baiknya, terutama dalam hal:
- Tanah yang subur dengan solum cukup dalam (lebih dari 60 cm).
- Air pengairan dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan
vegetatif yang optimal.
- Terisolir dari tanaman/tumbuh-tumuhan yang dapat menjadi tanaman inang
(sumber/hama/penyakit penting).
PENGOLAHA TANAH
Pada dasarnya pengolahan tanah untuk kebutuhan pembibitan sama dengan
pada kebun tebu giling. Sebelum membuat juringan-juringan, pekerjaan
menentukan jaringan got-got didulukan, setelah got-got dibikin kemudian
dibuatlah juringan, dengan prinsip semua pembuatan got-got dan leng/juringan
dimulai dari bagian bidang lahan yang terendah.
a. Got keliling
Dibuat sekeliling bidang lahan, calon kebun tebu (dengan dalam = lebar = 70
sampai 100 cm).
b. Got mujur
Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Jarak antar got mujur 50
sampai 100 m (dengan dalam – lebar = 60 sampai 70 cm).
c. Got malang
Dibuat searah ( / / ) dengan miringnya lahan. Jarak antar got malang 5 sampai
10 meter (dengan dalam = lebar = 45 sampai 60 cm).
d. Juringan/leng
Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Panjang juringan disesuaikan
dengan keadaan tanah dengan (lebar : 50 cm, lebar guludan 40 cm dan dalam
30 cm) PKP = 90 s.d 100 cm).
Membuat juringan
1. Gilingan I, dilakukan dengan
lempak/lencek/lencus. Dalamnya ±
20 cm.
2. Galian II, dilakukan dengan lempak
atau garpu gigi 4, sedalam ± 10 cm,
sehingga dalamnya leng (alur)
menjadi ± 30 cm.
PENANAMAN
Sebelum tanam yang perlu diperhatikan adalah:
- Pendayungan dari tanah yang akan ditanami
- Untuk tanah yang berat, dasar leng dijugar dan tanah diatas guludan (yang
sudah kering) diturunkan ke dasar leng ± 10 cm.
- Membuat kasuran tanam dan paliran.
- Dalamnya penanman
- Bibit bagal ditanam setelah bibit itu sendiri
- Bibit rayungan ditanam secar berdiri.
Kecuali ditempat tersebut sering terjadi banjir, bagal ditanam secara
berdiri (condong), utnuk memperkecil resiko terendamnya/matinya semua
mata.
a. MEMBUAT KASURAN TANAMN
Memasukkan kembali (menurunkan) tanah garpuan yang sudah kering
tanah normal kasuran Paliran tanah becer (dalam musim penghujan)
b. MENANAM
tanah normal tanah becer (dalam musim penghujan)
Bibit bagal mata dua Posisi bibit
Bibit rayungan mata dua Posisi bibit
Bibit rayungan mata satu Posisi bibit
PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan kebun-kebun pembibitan minimal harus sama dengan
pemeliharaan tanaman tebu giling, hingga pekerjaan- pekerjaan sebelum
pengguludan. Untuk menghasilkan bibit dengan kuantitas dan kualitas yang
tinggi, bagi tanaman pembibitan diperlukan pemeliharaan lebih baik dalam
beberapa hal : pemupukan, pemberian air, seleksi jenis dan pemberantasan
hama/penyakit-penyakit penting.
Penyulaman
Bahan sulam yang baik adalah mempergunakan sumpingan-sumpingan atau
tunas-tunas berasal dari dederan. Pemindahan tanaman tersebut hendaknya
dilakukan dengan tanah yang melekat pada akar-akarnya.
- Rayungan : pada tanaman yang ditanam dengan rayungan, penyulaman
dapat diadakan satu minggu setelah tanam
- Bagal : pada tanaman yang ditanam dengan bagal, penyulaman dapat
diadakan kuarang lebih empat minggu setelah tanam.
Untuk mencegah ulangan sulaman sampai kadang-kadang lebih dari dua kali,
hendaknya diadakan penyulaman yang seksama dengan menggunakan bahan
sulam yang sebaik-baiknya.
Pemupukan
Pemberian pupuk pada kebun-kebun pembibitan relative lebih banyak
daripada tanaman tebu giling, dalam jangka waktu pertumbuhan relative
pendek diberikan pupuk sebanyak pemberian pada tanaman tebu giling.
Pemberian pupuk :
- Dosis :
Nitrogen : 120 – 140 kg N/ha (ZA)
Phospat : 45 – 90 kg P2O5/ha (TSP)
Kalium : 120 – 180 kg K2O/ha (KCl)
- Waktu
Nitrogen : diberikan dua kali (pertama bersamaan tanam dan kedua
diberikan satu bulan setelah tanam)
Phospat : diberikan satu kali (bersamaan tanam)
Kalium : diberikan satu kali (bersamaan tanam), pada dosis yang
tinggi lebih dari 2 ku diberikan 2 kali (pertama bersamaan tanam dan
kedua diberikan bersama dengan Nitrogen kedua)
- Catatan
a. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya rendah, dosis tersebut
diatas harus dinaikkan, terutama dosis pupuk Nitrogen ( ± 20 s.d 30
kg N/ha)
b. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya tinggi, dosis tersebut
diatas dapat diturunkan, terutama Kalium (± 60 kg K2O/ha)
- Cara
Dengan gejik
Dengan menabur dialur / garitan
Bila menyelenggarakan kebun bibit berupa rayungan maka pupuk N
diberikan lagi sebanyak ± 20 % N/ha (± 1 ku ZA) dan diberikan segera
setelah tanaman dipotong ujungnya.
Pemupukan ke 1
a. Pupuk diberikan bersama-sama saat waktu tanam. Caranya : dibuat
alur bibit. Bibit diletakkan dialur bibit, diikuti pemberian pupuk, lalu
ditutup dengan tanah kasuran.
b. Diberikan secepat mungkin sesudah tanam, dengan terlebih dahulu
dibuat lubang pupuk dengan gejig/gejug.
Pemupukan ke 2
Diberikan ± 1 bulan kemudian, sesudah pekerjaan jugar (penggemburan
tanah dengan garpu gigi 2) dan sebelum pekerjaan bumbun ke 1.
Pengendalian Gulma
Cara mekanis
Disiang dengan tangan sebanyak 3-4 kali setiap minggu (sampai tajuk
daun tebu saling mentup “close in”).
Cara kimiawi
Penyemprotan herbisida dilakukan satu kali dengan campuran herbisida
sebagai berikut :
a. Asulox + Actril DS ( 6 1/ha + 2 1/ha)
b. Sencor + 2.4 D (1.2 kg/ha + 1.5 1/ha)
campuran herbisida tersebut dilarutkan dalam 400 liter air/ha yang
disemprotkan segera (3-7 hari) setelah penanaman tebu.
Pemberian Air
Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman pembibitan harus dapat
terpenuhi agar dapat dihindari terjadinya hambatan dalam pertumbuhan yang
dapat berakibat merosotnya kuantitas maupun kualitas bibit.
Bagi tanaman pembibitan pada tingkatan KBP dan lebih lagi KBD hal ini
perlu mendapatkan perhatian yang besar atau hamper seluruh masa
pertumbuhannya berda dalam musim kemarau.
Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan memberi tambahan media sebagai sumber zat
hara yang baru bagi tanaman dan meningkatkan drainase sebaik-baiknya.
Pembumbunan untuk pembibitan dilakukan 3 kali :
Bumbun I ( umur 35 – 40 hari, menjelang masa beranak)
1. Tanah diatas guludan, yang sudah “masak” yaitu kering dan halus
dimasukkan dalam leng dengan sekop atau pacul setebal beberapa cm
sekedar menutup bibit.
2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang.
Bumbun II (umur ± 60 hari, masa beranak)
1. Tanah diatas guludan yang sudah masak dimasukkan dalam leng dengan
sekop atau pacul, setinggi ¾ dalam leng.
2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang.
Bumbun III (umur ± 90 hari, jumlah anakan maksimum dan mulai terbentuk
ruas pertama)
1. Tanah diatas guludan, dimasukkan diantara batang-batang tanaman
setinggi tanah waras (“rata”).
2. Tanah diberikan rapat-rapat diantara batang-batang tebu untuk
menghindari genangan air bila hujan.
3. Pada bumbun III ini semua tanah berasal dari juringan sudah dikembalikan
kedalam juringan.
Seleksi varietas atau membuang campuran
Tujuan dari penyelenggaran kebun-kebun pembibitan adalah untuk
menghasilkan bibit sebagai bahan tanaman yang murni varietasnya. Sebab itu
seleksi varietas atau pembuangan rumpun-rumpun campuran dalam kebun-
kebun pembibitan harus dijalankan cukup intensif. Pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
- Seleksi I tanaman umur ± 2 bulan, caranya rumpun-rumpun campuran
dibongkar dan dikeluarkan ke kebun
- Seleksi II tanaman umur ± 4 bulan pada saat ini tanaman sudah
membentuk beberapa ruas (2-4 ruas), caranya sama seperti seleksi I
- Seleksi III tanaman menjelang penebangan bibit atau pemangkasan pucuk
(tanaman umur ± 5 ½ bulan), caranya rumpun-rumpun campuran
dibongkar, diharapkan kebun sudah terbebas dari campuran.
Pengendalian hama/penyakit penting
Hama
a. Penggerek pucuk
Pengendalian :
- Cara mekanis : dilakukan rogesan (pemangkasan pucuk tebu), mulai
umur ± 2 ½ bulan dilakukan tiap 2 minggu sampai pada suatu saat
dimana pekerjaan rogesan tidak dapat dilakukan lagi karena tanaman
sudah tinggi (umur ± 5 bulan).
- Cara kimiawi : dengan suntikan furadan 3G. Diberikan 3-4 kali
dimulai umur 4 bulan tiap 10 hari sekali pada tanaman yang terserang
(disuntikkan). Tiap tanaman memerlukan ± 50 butir granulair (tiap
gram mengandung ± 2000 butir).
b. Penggerek batang
Pengendalian :
- Cara biologis :
1. Dilakukan pelepasan Trichorgamma sp. Sebanyak ± 100.000 telur
per ha. Pelepasan mulai umur 1 ½ bulan, diberikan setiap minggu 4
pias @2500 sampai Trichorgamma sp. tersebut tidak aktif lagi.
2. Dilakukan pelepasan lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis sp.)
sebanyak 30 pasang per ha (dilepas pada umur 3 ½ - 4 bulan).
- Cara kimiawi :
1. Azordin 15 W SC, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi
5%.
2. Didrin 24 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi 3%.
3. Agrothion 50EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi 2%.
4. Thiodan 35 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi
2.5%.
5. Nuvacron 20 SCW, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi
5%.
6. Supracide 40 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi
2.5%.
Catatan : untuk menentukan saat aplikasi, diperlukan pengamatan
serangan penggerek batang pada daun muda. Apabila taraf serangan
mencapai 5% atau lebih, aplikasi dapat dilakukan. Hal ini dimulai
umur 3 bulan tiap minggu.
c. Kutu bulu putih (Ceratovacuna laginera)
Pengendalian :
- Cara mekanis (untuk serangan awal/penularan)
1. Daun-daun terserang dipulas dengan lumpur atau air kapur sampai
hamanya mati.
2. Daun-daun yang terserang (dengan hamanya) dipotong,
dimasukkan dalam kantong plastik, dibawa keluar kebun kemudian
dibakar.
- Cara hayati :
Pada cara ini kutu-kutu dari kebun yang terdapat kutu bulu putih
dengan % parasit (Encarsia flavosculetum) tinggi (> 30%) dipindahkan
ke kebun lain yang parasitnya rendah (< 20 %). Caranya, beberapa
potongan/helai daun dari kebun yang parasitnya tinggi dipindahkan
dengan cara menempelkan pada daun-daun yang banyak terserang kutu
di kebun yang populasi parasitnya rendah. Untuk mengetahui kutu
yang terparasit atau tidak dapat dilakukan dengan mengambil contoh
sejumlah kutu dari kebun. Kemudian kutu tersebut dimasukkan
kedalam Bensol Chloral Hydrat dan dipanaskan sampai mendidih
selama 10 menit dalam “water phath”. Dengan bantuan mikroskop
kutu-kutu dapat terlihat.
- Cara kimiawi
1. Penyemprotan dengan emulsi sabun dengan minyak tanah dalam
perbandinagn berat sabun : air : minyak tanah = 1 : 10 : 20. Bahan
baku ini diencerkan sampai 15-20 kali, merupakan bahan yang siap
untuk disemprotkan. Pencampuran sabun dengan minyak tanah
harus benar-benar merata (sering diaduk).
2. Pemakaian insektisida
Anthio 33 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai
pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali.
Mulai dilakukan pada saat ada serangan.
Perfecthion 40 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai
pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali.
Mulai dilakukan pada saat ada serangan.
Azordrin 15 W Sc, 4 lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai
pada saat ada serangan konsentrasi 4 %, interval 15 hari sekali.
Mulai dilakukan pada saat ada serangan.
d. Tikus (rattus-rattus breviacaudatus)
Pengendalian :
- Cara mekanis : gropyokan, dengan dibantu oleh anjing
- Cara kimiawi :
1. Asap beracun, penghembusan asap belerang yang dibakar dengan
merang kedalam lubang tikus dengan memakai alat penghembus
2. Umpan beracun. Racun menggunakan sengphosphide, phosphor.
Umpan menggunakan gabah, jagung, ubi, kelapa dan yuyu.
Penyakit
a. Penyakit mosaik
Pencegahan :
Dengan menjebol rumpun-rumpun sakit pada kebun bibit dengan jangka
waktu ± 2 minggu dimulai pada umur 3 bulan dan rumpun tersebut
dikeluarkan dari kebun dan dimusnahkan agar tidak bisa dipakai lagi
sebagai bahan tanam. Pada tanaman tebu giling tidak dilakukan penjebolan
rumpun, tetapi tebu langsunng digiling dan jangan sekali-sekali
mengambil bibit dari tanaman yang sudah terserang penyakit. Penggantian
dengan jenis tebu yang tahan mosaic merupakan cara pemberantasan yang
terbaik. Tanaman-tanaman yang biasanya terserang penyakit ini adalah :
glagah, jagung, sorgum dan jenis rumput-rumputan seperti Panicum
colonum, Pennisetum glaucum dsb.
b. Penyakit luka api
Pencegahan :
1. Memusnahkan semua rumpun dengan batang tebu yang pucuknya
memperlihatkan gejala kena serangan dan rumpun-rumpun yang
mencurigakan yaitu dengan batang-batang ttebu yang kecil dan ruas
yang memanjang dan berbentuk tong.
2. Petak-petak yang terserang sebaiknya segera dibongkar, tanaman
dimusnahkan, sementara waktu jangan ditanami tebu dan diadakan
crop rotation dengan tanaman lain, mengingat spora-spora penyakit
luka api dapat hidup dalam tanah selama beberapa bulan.
3. Agar spora-spora penyakit ini tidak tersebar, pemusnahan rumpun-
rumpun tebu sakit hendaknya dilakukan secara hati-hati. Sebaiknya
pucuk yang menyerupai cambuk dipotong setempat, dimasukkan
kedalam kantong plastic, kemudian dimasukkan kedalam air mendidih
selama 30 menit dan dibakar, sisa rumpun didongkel dan dibakar.
c. Penyakit blendok
Cara pemberantasan yang baik adalah pencegahan yaitu menanam dengan
jenis-jenis yang kebal, seleksi kebun-kebun bibit dan mendesinfeksikan
parang. Seleksi didalam kebun-kebun bibit harus dilakukan dengan teliti
semenjak penanaman, setiap bulan semua rumpun-rumpun tebu sakit harus
disingkirkan.
d. Penyakit pembuluh
Cara pemberantasannya adalah perawatan bibit tebu menggunakan air
panas 50o C selama 2 jam dapat memberikan gejala penyembuhan dan
memberikan kenaikan berat tebu lebih dari 10%.
PEMUNGUTAN HASIL, SORTASI DAN PENGANGKUTAN BIBIT
Pemungutan hasil
Dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk penanaman kebun pembibitan
tingkatan lebih lanjut maupun untuk penanaman tebu giling. Usahakan
agar pemungutan hasil dapat dilakukan tepat pada waktunya dengan
kualitas bibit yang baik sebagai bahan tanam (tidak terlalu tua atau lebih
dari 7 bulan dan tidak terlalu muda atau kurang dari 5 bulan). Penggunaan
bibit rayungan memerlukan pengairan yang cukup sedangkan bagal dapat
lebih tahan terhadap kekeringan.
Pengambilan bibit rayungan Pemotongan bibit rayungan
Pengangkutan bibit bagal
DAFTAR PUSTAKA
Bulletin BP3G. No. 15 1971. Petunjuk Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Kebun Bibit serta Pemberantasan Hama dan Penyakit.
Siswojo. 1978. Penyakit-penyakit penting pada tanaman Tebu
Brosur BP3G. 1975. Pedoman Penanaman Tebu Tegalan Awal Musim Hujan di Jawa.
Kursus Tanaman BP3G. 1980. Himpunan Diktat Kursus Tanaman.
Handojo, H. 1980. Penyakit Luka Api di Jawa.
Top Related