7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
1/19
SKENARIO 3
BERCAK BIRU PADA LUTUT
Seorang ibu datang membawa bayi laki- laki berumur 9 bulan ke rumah sakit
ditemukan bercak biru pada lutut. Keluhan ini sering muncul sejak bayi mulai belajar
merangkak. Paman bayi dari pihak ibu juga sering mengalami keluhan serupa.
Pada pemeriksaaan fisik didapat bayi tidak tampak sakit, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, jantung dan paru- paru tidak ada kelainan. Abdomen tidak
ada kelainan. Pada lutut tampak bercak kebiruan 4X5m. Pada pemeriksaan
laboratorium didapat Hb 11g/dl, leukosit 9.500/ l, LED 9 mm,Bleeding Time (BT) 2
(n = 1-3),Protrombin Time (PT) 11,5 (n = 11-14),Activated Partial
Tromboplasmin Time ( APTT) 86 (n = 17-37), Trombin Time (TT) 14 (n = 12-15
).
1
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
2/19
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Hemostatis Pada Darah
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fungsi
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Faktor- Faktor
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Mekanisme
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Destruksi
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kelainan
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Hemofilia
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Hemofilia
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Hemofilia
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hemofilia
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Kalsifikasi Hemofilia
LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Hemofilia
LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Hemofilia
LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Pemerikasaan Fisik dan Penunjang
Hemofilia
LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Hemofilia
LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hemofilia
LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hemofilia
LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hemofilia
LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hemofilia
2
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
3/19
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Hemostatis Pada Darah
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
Hemostasis adalah penghentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang
rusak. Saat terjadi perdarahan pada pembuluh darah terjadi kerusakan pada dinding
pembuluh darah tersebut, tekanan didalam pembuluh darah lebih besar daripada
tekanan di luar untuk mendorong darah keluar melalui kerusakan tersebut.
Mekaniseme hemostatik inheren dalam keadaan normal mampu menambal kebocoran
dan menghentikan pengeluaran darah melalui kerusakan kecil di kapiler,arteriol dan
venula. Mekanisme hemostatik dalam keadaan normal menjaga agar kehilangan darah
melalui trauma kecil tetap minimum.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fungsi
a. Menghentikan perdarahan
b. Mencegah Perdarahan spontan
c. Menjaga darah tetap cair
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Faktor- Faktor dan Mekanisme
Dalam keadaan normal, darah dalam sistem pembuluh darah dan berbentuk cairan
keadaan ini dimungkinkan oleh faktor hemostasis yang terdiri dari:
1. Hemostasis Primer
Terdiri dari trombosit dan pembuluh darah. Disebut hemostasis primer karena
yang pertama terlibat dalam proses penghentian darah bila terjadi luka atau trauma.
Hemostasis primer dimulai dengan vasokontriksi pembuluh darah dan pembentukantrombosit plak menutup luka dan menghentikan perdarahan.
Vasokontriksi menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat pada daerah yang
luka dan trauma. Keadaan ini akan mempermudah trombosis pada reseptor trombosis
Gp I b menempel pada subendotel pembuluh darah (adhesi) dengan perantara faktor
von Willebrand. Trombosit yang teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp
IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan fibrinogen menghubungkan trombosit
yang berdekatan satu sama lain dan kemudian terjadi agregasi trombosit dan
membentuk plak trombosit yang menutup luka/trauma. Sumbatan bersifat temporer.
3
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
4/19
2. Hemostasis Sekunder
Hemostasis sekunder terdiri dari faktor pembekuan dan anti pembekuan. Faktor-
faktor untuk pembekuan darah adalah :
Faktor Nama Bentuk Aktif
I Fibrinogen Fibrin
II Protrombin Protease Serin
III Faktor Jaringan Reseptor/Kofaktor
IV
V Proaselerin Kofaktor
VII Prokonvertin Protease serin
VIII Faktor antihemofili Kofaktor
IX Faktor Christmas Protease serin
X Faktror Stuart-Prower Protease serin
XI Plasma thromboplasmin antecedent
(PTA)
Protease serin
XII Faktor Hageman Protease serin
XIII Faktor yang menstabilkan fibrin Transglutaminase
HMW-K
(Filzgerald)
Kininogen berat molekul tinggi Kofaktor
4
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
5/19
Pre-K
(Fletcher)
Prekalikrein Protease serin
vWF Faktor von Willebrand
Hemostasis sekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur
ekstrinsik dan intrinsik. Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan (faktor III,
berasal dari jaringan yang rusak) akan berekasi dengan faktor VIIa yang dengan
adanya akan mengaktifkan faktor X. Faktor Xa bersama-sama faktor Va, ion
dan fosfolipid trombosit akan mengubah protombin menjadi trombin. Oleh
pengaruh trombin, fibrinogen akan diubah menjadi fibrin monomer yang tidak stabil.
Fibrin monomer, dengan pengaruh faktor XIIIa akan menjadi stabil dan resisten
terhadap enzim proteolitik.
Mekanisme Intrinsik, semua faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah
terdapat dalam darah. Pembekuan dimulai bila faktor Haegeman (faktor XII) kontak
dengan suatu permukaan yang bermuatan negatif. Reaksi tersebut dipercepat dengan
pembentukan kompleks anatar faktor XII, faktor Fitzgerald dan prekalikrein. Faktor
XIIa selanjutnya mengaktifasi faktor XI dan faktor Xia bersama ion akan
mengaktivasi faktor IX.
5
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
6/19
Faktor IX aktif bersama-sama faktor VIIIa, ion dan fosfolipid akan
mengaktifkan faktor X
Faktor pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem antikoagulan dan fibrinolitik di
dalam tubuh.
Faktor anti pembekuan darah adalah :
a. Larutnya faktor pembekuan darah dalam darah yang mengalir
b. Klirens bentuk aktif faktor pembekuan darah yang cepat oleh hati
c. Mekanisme umpan balik dimana trombin menghambat aktivitas faktor V dan
VIII
d. Adanya mekanisme antikoagulasi alami terutama oleh AT-III, protein C dan S
3. Hemostasis Tersier
Yaitu sistem fibrinolisis akan diaktifkan agar proses koagulasi tidak
berlebihan dan menyebabkan lisis dari fibrin dan endotel menjadi utuh. Pada
umumnya proses penyembuhan berlangsung dalam waktu 14 hari.
Faktor Faktor Hemostasis
Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Hemostasis
1. Faktor Vaskuler
Peran sistem vaskuler dalam mencegah perdarahan meliputi proses kontraksi
pembuluh darah (vasokonstriksi) secara aktivitas trombosit dan pembekuan darah.
Apabila pembuluh darah mengalami luka, maka akan terjadi vasokonsriksi yang
mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan dipertahankan oeh faktor lokal
seperti 5 hidroksitriptamin (5-HT 1, serotonin) dan epinefrin. Vasokonsriksi ini akan
menyebabkan pengurangan aliran darah pada daerah yang luka. Seperti kita ketahui,
pembuluh darh dilapisi oleh sel endotel. Apabila lapisan endotel rusak maka jaringan
ikat dibawah endotel seperti serat kolagen, serta elastin dan membran basalis terbuka
sehingga terjadi aktivasi trombosit yang menyebabkan adesi trombosit dan
pembentukan sumbat trombosit. Disamping itu terjadi aktivasi faktor pembekuan
darah baik jalur intrinsik mauun jalur ekstrinsik yang menyebabkan pembekuan
fibrin.
2. Faktor Trombosit
Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu pembentukan
dan stabilisasi sumbat tombosit. Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui
6
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
7/19
beberapa tahap yaitu adesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi pelepasan.
Apabila pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak sehingga jaringan ikat
dibawah endotel akan trbuka. Hal ini akan mencetuskan adesi trombosit yaitu suatu
proses dimana trombosit melekat pada permukaan asing terutama serat kolagen. Adesi
trombosit sangat tergantung pada protein plasma yang disebut faktor vonwillebrands(vWF) yang disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. Agregasi trombosit mula-
mula dicetuskan oleh ADP, selain itu juga diprlukan ion Ca dan fibrinogen. Zat
agregator seperti trombin, kolagen, epinefrin dan TXA2 dapat menyebabkan reaksi
pelepasan.
3. Faktor Pembekuan Darah
Mula-mula faktor pembentukan darah bertindak sebagai substansi dan
kemudian sebagai enzim.
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Destruksi
Proses Fibrinolitik
Proses ini bertujuan untuk membentuk plasmin yang berguna untuk
menghancurkan bekuan fibrin yang berlebihan atau menghancurkan fibrin setelah
proses reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga darah tersebut kembali
paten.
Adanya injury (melalui kalikrein) mengaktifkan tPA yang selanjutnyamengaktifkan plasminogen menjadi plsmin. Plasmin akan memecah fibrin menjadi
FDP. Untuk mengendalikan proses fibrinolysis ini maka terdapat factor pengendali :
plasminogen aktifator inhibitor yang menghambat kerja tPA dan alpha-2 antiplasmin
yang menghambat kerja plasmin
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kelainan
Beberapa inhibitor penting dalam sistem koagulasi
1. ATIII merupakan inhibitor kaogulasi fisiologik yang kuat , terdiri atas
glikoprotein yang disintesis oleh hepar. ATIII menghambat aktivasi aktivitas
trombin (IIa) , F.Xa , dan dalam tingkatan yang lebih tendah juga menghambat
IXa , XIa , XIIa , dan kalikrein .
2. Protein C merupakan zimogen , disintesa di hepar , tergantung vitamin K.
Protein C diaktifkan oleh trombin bersama dengan ion kalsium dan
trombomodulin yang terletak di permukaan sel endotel. Pca selanjutnya akan
menghambat faktor Va dan F. VIII ; C . Aktivitas ini memerlukan permukaan
fosolipid , ion kalsium , dan sangat ditingkatkan oleh protein S .
3. Protein S juga disintesa di hepar , tergantung vitamin K. Protein S dalam
sirkulasi berfungsi sebagai kofaktor protein C .
7
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
8/19
Gangguan hemostasis karena faktor vaskuler :
Kelainan ini dapat dibagi menjadi :
1. Herediter = hereditary hemorrhagic teleaiectasia
2. Didapat
a. Purpura simpleksb. Purpura senilis
c. Purpura alergik
d. Purpura karena infeksi
e. Purpura scurvy
f. Purpura karena steroid
Gangguan hemostasis karena kelaianan trombosit :
1. Trombositolpenia adalah penurunan jumlah trombosit
2. Trombopati ialah kelainan fungsi trombosit
Gangguan faal trombosit :
1. Trombopati herediter terdiri atas :
a. Platelet pool storage disease
b. Thromboasthemia Glanzmann
c. Sindrom bernard souldier
d. Penyakit von willebrand
2. Bentuk didapat
a. Akibat terapi aspirin yang mengakibatkan gangguan sintesis tromboxane
A2 sehingga mencegah agregasi trombositb. Hiperglobulinemia , seperti pada mieloma multiple dan makroglobulinemia
waldenstorm , dimana paraprotein akan menyelimuti trombosit yang akan
menganggu faal trombosit.
c. Kelainan mieloproliferative
d. Gagal ginjal kronik
e. Penyakit hati menahun
Gangguan koagulasi herediter :
a. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F.VIIIb. Hemofilia B disebabkan oleh F.IX
8
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
9/19
LI 2 Memahami dan Menjelaskan Hemofilia
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan
perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yangdiperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit.
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembeku
darah yang diturunkan (herediter) secarasex-linked recessive pada kromosom X ( )
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Hemofilia
Hemofilia A dan B diturunkan secara sex-linked recessive dan gen untukfaktor VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X serta bersifat
resesif. Oleh karena itu, penyakit ini dibawa oleh perempuan karier dan
bermanifestasi klinis pada laki-laki dan dapat pula bermanifestasi klinis pada
perempuan bila kedua kromosom X pada perempuan terdapat kelainan.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor pembekuan VIII) adalah bentuk paling umum
dari gangguan, terjadi pada sekitar 1 di 5.000-10.000 kelahiran laki-laki. Hemofilia B
(kekurangan faktor IX) terjadi pada sekitar 1 dari sekitar 20.000-34.000 kelahiran
laki-laki. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan hemofilia B, yaitu
berturut-turut mencapai 80-85 % dan 10-15% tanpa memandang ras,geografi dan
keadaan sosial ekonomi. Mutasi gen spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang
terjadi pada pasien tanpa riwayat keluarga.
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Hemofilia
Berdasarkan kadar/ aktivitas faktor pembekuan dalam plasma, hemofilia dapat
9
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
10/19
dibedakan:
1. Hemofilia berat, bila kadar faktor pembekuan < 1 %
Pada hemofilia berat dapat terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma
ringan ( trauma yang tidak berarti)
2. Hemofilia sedang, bila kadar faktor pembekuan 1-5 %
Perdarahan terjadi akibat trauma yang cukup kuat
3. Hemofilia ringan, bila kadar faktor pembekuan 5- 30 %
Jarang sekali terdeteksi kecuali pasien menjalani trauma cukup berat seperti
eksraksi gigi, sirkumsisi, luka iris dan jatuh terbentur (sendi lutut,siku dll)
Berdasarkan berkurangnya faktor pembekuan, hemofilia dapat dibedakan :
1. Hemofilia A adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya
Faktor VIII pembekuan fungsional dan mewakili 80% kasus hemofilia.
2. Hemofilia B adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya
pembekuan IX Faktor fungsional. Ini terdiri dari sekitar 20% kasus hemofilia.
3. Hemofilia C adalah gangguan genetik autosom (yakni''tidak''X-linked)
melibatkan kurangnya Faktor pembekuan fungsional XI. Hemofilia C tidak
sepenuhnya resesif: individu heterozigot juga menunjukkan perdarahan
meningkat.
LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Hemofilia
1. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII clotting activity (F VIIIC)
dapat karena sintesis menurun atau pembentukan F VIII.C dengan struktur
abnormal. Dasar abnormalitas pada hemofilia A adalah
defisiensi/abnormalitas protein plasma yaitu faktor anti hemofili (AHF = anti
hemophilic factor/VIII).
Dalam keadaan normal, dalam plasma F.VIII bersirkulasi dalam bentuk ikatan
dengan faktor von Willebrand (vWF).Faktor vWF disebut juga F.VIII Antigen
(F.VIIIAg) berfungsi sebagai pembawa F.VIII. Fungsi F.VIII Pada hemofilia A, vWF
di produksi dalam kualitas normal dengan jumlah normal atau meningkat.
Pada hemofilia A didapatkan gangguan pada proses stabilisasi sumbat trombosit
oleh fibrin. Mutasi genetik yang ditemukan pada hemofilia A :
Transposisi basa tunggal : codon arginin menjadi stop codon yang
10
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
11/19
menghentikan
sintesis F.VIII yang menyebabkan hemofilia berat.
Substitusi sam amino tunggal : menyebabkan hemofilia ringan.
Delesi beberapa ribu nukleotida : menyebabkan hemofilia berat.
2. Hemofilia B disebabkan karena defisiensi F.IX.
F.VIII diperlukan dalam pembentukan tenase complex yang akan
mengaktifkan F X. Defisiensi F VIII menggagu jalur intrinsik sehingga
menyebabkan berjurangnya pembentukan fibrin. Akibatnya terjadilah
gangguan koagulasi. Hemofilia diturunkan secara sex-linked recessive. Lebih
dari 30% kasus hemofilia tidak disertai riwayat keluarga, mutasi timbul secara
spontan.
Hemofilia B disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimanatingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi.Aktifasi reduksi dapat
menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.
Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII
aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk
fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (X ase), sehigga hilangnya atau
kekurangan kedua factor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya
aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi
trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk
mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan
sulit dalam penyembuhan luka.
Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi Xa (belum aktif).
Rangkaian reaksi pertama memerlukan faktor jaringan (tromboplastin) yang dilepas
endotel pembuluh saat cedera. Faktor jaringan ini tidak terdapat dalam darah,
sehingga disebut faktor ekstrinsik.Sedangkan faktor VIII dan IX terdapat dalam darah,
sehingga disebut jalur intrinsik.
Dalam proses ini, pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkanpengaktifan bentuk penerusnya. Jalur intrinsik diawali dengan keluarnya plasma
ataukolagen melalui pembuluh yang rusak dan mengenai kulit.Faktor-faktor koagulasi
XII, XI, dan IX harus diaktifkan berurutan.Faktor VIII harus dilibatkan sebelum
faktor X diaktifkan.Namun pada penderita hemofilia faktor VIII mengalami
defisiensi, akibatnya proses pembekuan darah membutuhkan waktu yang lama untuk
melanjutkan ketahap berikutnya.
Kondisi seperti inilah yang menghambat pengaktifan jalur intrinsik.Secara tidak
langsung juga menghambat jalur bersama, karena faktor X tidak bisa diaktifkan.
Pembentukan fibrin, walaupun dibantu oleh fosfolipid, trombosit tidak berarti tanpa
11
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
12/19
faktor Xa.Untaian fibrin tidak terbentuk maka dinding pembuluh yang cedera
menutup.Dan perdarahan pun sulit dihentikan, hal ini dapat diuji dengan tingginya
(lamanya) PTT (partial tromboplastin time).
Hukum
mendel pada
penderita
hemofilia
Gambar 1
memperlihatkan
apa yang akanterjadi jika
seorang lakilaki
penderita hemofilia memilikiseorang anak dari seorang wanita normal.
Semua anak perempuan akan menjadi pembawa sifat hemofilia (carrier), jika
mereka mewarisi kromosom X yang membawa sifat hemofilia dari sang ayah. Dan
semua anak laki - laki tidak akan terkena hemofilia, jika mereka mewarisi kromosom
Y normal dari sang ayah.
Gambar 2
menggambarkan keadaan keturunan, jika seorang laki- laki normal
memiliki anak dari seorang wanita pembawa sifat hemofilia hemofilia
12
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
13/19
LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Laboratorium
Hemofilia
Pemeriksaan hemsotasis dapat digolongkan atas pemeriksaan penyaring danpemeriksaan khusus. Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah :
1. Percobaan pembendungan (Rumple Leede, Tourniquet)
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler dengan cara
pembendungan vena, sehingga tekanan darah di dalam vena meningkat.
Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan
merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak titik merah kecil
(petekia).
Tujuan : Untuk menguji ketahanan dinding pembuluh darah
Dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi trombosit
Pada trombositopenia(+)
Pasang tensimeter ditengah nilai sistol dan diastole, tunggu sampai 10
menit lalu liat daerah pengamatan
2. Masa Perdarahan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan vaskular dan trombosit
unutk menghentikan perdarahan. Prinsip pemeriksaan ini adalag menentukan
lamanya perdarahan pada luka yang mengenai kapiler. Terdapat 2 macam cara
yaitu cara Ivy dan Duke. Hasil pemeriksaan menurut cara Ivy lebih dapat
dipercaya, apabila perdarahan berlangsung lebih dari 10 menit dah hal ini
diulang pada lengan yang lain hasilnya tetap lebih dari 10 menit, hal ini
membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme hemostasis.
3. Hitung Trombosit
Hitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung.
Dalam keadaan normal jumlah trombosit sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya dan berkisar antara 150.000-400.000 sel/l darah. Pada
umumnya jika morfologi dan fungsi trombosit normal perdarahan tidak terjadi
jika jumlah trombosit > 100.000/l. Jikas fungsi trombosit normal,pasien
dengan jumlah trombosit diatas 50.000/l tidak mengalami perdarahan kecuali
terjadi trauma atau oprasi. Jumlah trombosit < 50.000/l digolongkan
trombositopenia berdat dan perdarahan spontan akan terjadi jika jumlah
trombosit < 20.000/l.
13
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
14/19
4. Masa Protrombin plasma (prothrombin time PT)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur
ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII,X,V, protombin dan
fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan
oral.
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke
dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37C ditambhakan reagens
tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Hasil pemeriksaan ini dipengaruji
oleh kepekaa tromboplastin yang dipakai. Jika hasil PT memanjang maka
penyebab mungkin kekurangan faktor-faktor pembekuan dijalur estrinsik dan
bersama atau adanya inhibitor.
PT memanjang jika :
o Defisiensi salah satu factor diatas
o Inhibitor
5. Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur
intrinsik dan jalur bersama yaitu faltor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen,
XI,IX,VIII,X,V,protombin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur
lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin
parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 37C. Hasil memanjang bila terdapat
kekurangan faktor pembekuan di jalur intrinsik dan bersama atau bila terdapat
inhibitor. Pada hemofilia A maupun B, APTT akan memanjang, tetapi pemeriksaan
ini tidak dapat mebedakan kedua kelainan tersebut.
APTT memanjang pada :
o Defisiensi factor-faktor diatas
o Inhibitor
6. Masa Trombin (trombin time TT) ( N: 16-20 detik)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi
fibrin. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan
pada suhu 37C bila ke dalam plasma ditambahkan reagens trombin. Nilai
normal tergantung dari kadar trombin yang dipakai. Hasilnya dipengaruhi oleh
kadar dah fungsi fibrinogen serta ada tidaknya inhibitor. Hasilnya memanjang
bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg/dl atau fungsi fibrinogen abnormal
atau bila terdapat inhibitor trombin seperti heparin atau FDP.
14
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
15/19
7. Pemeriksaan penyaring untuk faktor XIII
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kemampuan faktor XIII dalam
menstabilkan fibrin. Prinsipnya faktor XIIIa mengubah fibrin soluble menjadi
fibrin stabil karena terbentuknya ikatak cross link. Bila tidak ada faktor XIII,
ikatan dalam molekul fibrin akan dihancurkan oleh urea 5M atau
monokhlorasetat 1%.
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu penyakit.
Pada hemofilia A dilakukan Pemeriksaan faktor pembekuan VIII dan pada hemofilia
B dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan IX.
LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Hemofilia
Untuk menentukan letak kelainan hemostasis diperlukan anamenesia yang
baik dan teliti, pemeriksaan dan evaluasi manifestasi klinik perdarahan yang cermat
serta pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Hemofila A
Diagnosis ditegakkan bila pada pemeriksaan ini hasilnya abnormal:
1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) memajang.
2. Pemeriksaan faktor pembekuan VIII
Masa perdarahan dana masa protombin normal.
Hemofilia B
Diagnosis ditegakkan bila pada pemeriksaan ini hasilnya abnormal:
1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) memajang.
2. Pemeriksaan faktor pembekuan IX
Masa perdarahan dana masa protombin (TT) normal.
LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Hemofilia
Diagnosis banding hemofilia A dan B dengan :
1. Defisiensi faktor XI dan XII
2. Penyakit von Willebrand, inhibitor Faktor VIII yang didapat dan kombinasi
15
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
16/19
defisiensi F VIII dan V kongenital.
3. Hemofilia B dengan penyakit hati, pemakasian wafarin,defisiensi vitamin K,
sangat jarang inhibitor F IX yang didapat.
Temuan klinis dan laboratorium utama pada hemofilia A, hemofilia B dan penyakitvon Willebrand
Hemofilia A Hemofilia BPenyakit von
Willebrand
Pewarisan Terkait jenis kelamin Terkait Jenis kelamin Dominan
Lokasi Utama
Perdarahan
Otot,sendi,pascatrauma
atau pascaoprasi
Otot,sendi,pascatrauma
atau pascaoprasi
Membran
Mukosa,luka
kulit,pasca
trauma
Jumlah
TrombositNormal Normal Normal
Massa
PerdarahanNormal Normal Memanjang
Masa
Protombin Normal Normal Normal
APTT Memanjang Memanjang Memanjang/N
Faktor VIII Rendah NormalBerkurang
sedang
Faktor IX Normal Rendah Normal
vWF Normal Normal Rendah
Agregasi
TrombositNormal Normal Terganggu
LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hemofilia
Terapi Suportif
Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktorantihemofilia yang kurang, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
16
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
17/19
a. Melakukan pencegahan baik menghindarkan luka atau benturan
b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar akyivitas
faktor pembekuan sekitar 30-50 %
c. Untuk mwngatasi perdarahan akut yang terjadi makan dilakukan tindakanpertama seperti rest,ice,compressio,elevation (RICE) pada lokasi perdarahan.
d. Kortikosteroid,pemberian sangat membantu untuk menghilangkan proses
inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis.
Pemberian prednison 0.5-1 mg/kg/BB/hari selama 5-7 hari dpar mencegah
terjadinya gelaja sisa berupa kaku sendi yang menggangu aktivitas harian serta
menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.
e. Analgetika. Pemberian analgetik diindikasikan pada pasien hemartrosis
dengan nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganguagregasi trombosit ( harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)
f. Rehabilitasi Medik. Sebaiknya dilakukan sedini mungkin secara komprehensif
dan holistik dalam sebuah tim,karena keterlambatan oengelolaan akan
meyebabkan kecacatan dan ketidakmampuan baik fisiknokupasi maupun
psikososial dan edukasi.
Terapi Pengganti Faktor Pembekuan
Pemberikan faktor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari
kecacatan fisik ( terutama sendi) sehingga pasien hemofilia dapat melakukan aktivitas
normal. Terapi pengganti faktor pembekuan pada kasus hemofilia dengan
memberikan F VIII danIX, baik rekombinan,konsertrat maupun komponen darah
yang mengandung cukup banyak faktor-faktor pembekuan tersebut.
Konsentrat F VIII atau F IX
Konsentrat F VII yang telah dilemahkan virusnya dan konsentrat F IX yang
tersedia dalam 2 bentuk yaitu prothrombin complex concentrates (PCC) danpurifiedF IX concentrates.
Antifibrinolitik
Preparat antifibrinolitik digunakan pada pasien hemofilia untuk menstabilkan
bekuan/fibrin dengan cara menghambat proses fibrinolisis. Antifibrinolitik yang
dipakai adalahEpsilon aminocaproic acid(EACA).
Terapi Gen
Untuk mencegah sebagian besar mortalitas dan morbiditas akibat defisiensifaltor VIII danIX hanya perlu mempertahankan kadar faktor > 1%, sehingga terdapat
17
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
18/19
ketertarikan pada terapi berdasarkan gen dan saat ini sedang dilakukan uji klinis.
LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hemofilia
1. Artropati hemofilia; yaitu penimbunan darah intraartikular yang menetap
dengan akibat degenerasi kartilago dan tulang sendi secara progesif.
2. Hemarthrosis yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan sinovitis
kronik akibat proses peradangan jaringan sinovial yang tidak kunjung henti.
3. Perdarahan yang berkepanjangan akibat tindakan medis
4. Perdarahan akibat trauma sehari-hari
LO 2.11Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hemofilia
Tersedianya fasilitas seperti darah segar, kriopresipitat (mengandung faktor
VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak) dan faktor VIII dan faktor IX
menyebabkan prognosis hemofilia A dan B menjadi baik.
LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hemofilia
1. Hindari trauma
2. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang
berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat,
obat antiradang jenis nonsteroid,ataupun pengencer darah seperti heparin.
3. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia
menderita hemofilia.
4. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau kondisi darurat
lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.
18
7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, I Made. Hematologi klinik ringkas. Denpasar, 2006. EGC
Cotran RS, Kumar V Robbins SL(2007) Buku Ajar Patologi Robbin ed 7, EGC,
Jakarta.
Guyton, Arthur C; alih bahasa Irawati, editor Luqman Yanuar Rachman. 2007. Buku
ajar Fisiologi Kedokteran/ Arthur C. Guyton, John E. Hall. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, A.V dan Mehta, A 2008, At a Glance Hematologi, edisi 2 Erlangga
Medical Series, Surabaya.
Leeson,C.Roland. Textbook of histology/ C.Roland Leeson,Thomas S. Leeson,
Anthony A.
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Paparo; ahlibahasa, Yan Tambayong,dkk,edisi 5. Jakarta : EGC,1996
Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem , Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W dan Bambang setiyohadi et al (2006). Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta
http://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.html
http://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.html
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htm
19
http://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.htmlhttp://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htmhttp://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.htmlhttp://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htm