I. PENDAHULUAN
I.1. Dasar Teori
Tanaman kopi yang dipelihara dengan baik sudah berproduksi pada umur
2,5–3 tahun bergantung pada iklim dan jenis tanaman kopi. Tanaman kopi
robusta mulai berproduksi pada umur 2,5 tahun, sedangkan kopi arabika mulai
berproduksi pada umur 2,5–3 tahun. Tanaman kopi yang ditanam pada dataran
rendah berbuah lebih cepat dibandingkan pada dataran tinggi. Panen buah kopi
pertama umumnya sedikit. Jumlah tersebut meningkat dari tahun ke tahun dan
mencapai puncaknya setelah tanaman berumur 7–9 tahun. Tanaman kopi berumur
7–9 tahun rata-rata produksi 500–1.500 kg kopi beras/ha/tahun. Tanaman kopi
yang dikelola secara intensif produksinya men-capai 2.000 kg/ha/tahun. Buah
kopi mulai masak bulan april atau mei sampai september atau oktober. Pada
daerah-daerah basah, distribusi panen lebih merata daripada di daerah-daerah
kering, sehingga masa panennya lebih panjang (april sampai oktober). Rendemen
buah kopi, yaitu perbandingan antara berat kopi biji dan berat kopi gelondong
berbeda-beda menurut jenis kopinya. Rendemen kopi robusta 22–24%, kopi
arabika 16–18%, dan kopi liberika 10-12% (Adri dan Joko Supriyanto, 2009).
Untuk mendapatkan mutu hasil yang tinggi, buah kopi yang dipetik setelah
matang yaitu saat kulit buah berwarna merah. Waktu yang dibutuhkan dari
terbentuknya kuncup bunga sampai siap dipanen adalah 8–11 bulan untuk kopi
robusta dan 6–8 bulan untuk kopi arabika. Beberapa jenis kopi seperti kopi
liberika dan kopi yang ditanam pada daerah basah, panen bisa dilakukan
sepanjang tahun. Kopi robusta dan kopi yang ditanam pada daerah kering
umumnya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga panen dilakukan
secara musiman. Musim panen kopi pada bulan mei/juni dan berakhir pada bulan
agustus atau september. Tanaman kopi berbunga tidak serempak sehingga buah
pun matang tidak serempak, oleh kerena itu buah kopi dipetik secara bertahap.
Buah yang berwarna merah dipetik satu per satu dengan tangan. Pemetikan buah
kopi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemetikan pendahuluan, petik merah (panen
raya) dan petik racutan dan lelesan. Pemetikan pendahuluan dilakukan pada bulan
februari sampai maret untuk memetik buah yang terserang hama bubuk buah.
Kopi yang terserang hama bubuk buah berwarna kuning sebelum berumur delapan
bulan. Buah kopi dipetik, kemudian langsung direbus dan dijemur untuk diolah
secara kering. Panen raya dimulai bulan mei/juni untuk memetik buah yang sudah
berwarna merah. Penen raya berlangsung selama 4–5 bulan dengan giliran
pemetikan pertanaman 10–14 hari. Artinya dalam waktu 4–5 bulan buah kopi
dapat dipanen setiap 10–14 hari sekali. Buah kopi berwarna hijau yang terbawa
saat panen harus dipisahkan dari buah berwarna merah. Petik racutan adalah
memanen buah kopi yang berwarna hijau dilakukan bila sisa buah di pohon
sekitar 10%. Caranya dengan memetik semua buah yang masih tersisa di pohon
baik yang berwarna merah maupun yang berwarna hijau. Setelah dipetik, buah
yang berwarna merah dipisahkan dengan buah yang berwarna hijau. Sedangkan
lelesan adalah me-ngumpulkan semua buah yang jatuh di sekitar pohon kopi baik
buah berwarna merah, berwarna hijau maupun buah yang hampa agar tidak
menjadi inang hama bubuk buah. Alat yang digunakan untuk pemanenan buah
kopi adalah keranjang bambu berukuran kecil atau tas dari daun pandan yang
mudah dibawa serta karung goni. Pada tanaman kopi yang tinggi dan buah tidak
terjangkau oleh tangan maka diperlukan tangga segitiga (tangga berkaki tiga atau
empat). Tangga tersebut dapat membantu menjangkau buah kopi tanpa merusak
tajuk tanaman. Buah kopi dipetik satu persatu dengan tangan dan dimasukkan ke
dalam keranjang atau tas. Setelah keranjang atau tas penuh, buah kopi
dimasukkan ke dalam karung goni. Buah yang berwarna merah, hijau, dan hitam
dimasukkan ke dalam karung goni yang berlainan. Selesai panen, buah kopi
dibawa ke tempat penimbangan atau pengolahan untuk dilakukan pengolahan
(LIPTAN, 1992).
Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan pada kulit batang atau
cabang tanaman karet (Hevea brasiliensis) secara berkala untuk jangka waktu
yang lama sehingga lateks menetes ke luar dari pembuluhnya menuju mangkuk.
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5-6 tahun dengan ukuran lilit
batang mencapai 45 cm atau lebih yang diukur pada ketinggian batang 100 cm
dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi. Tinggi bukan sadap tanaman karet
okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang relatif sama,
demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi
adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian
pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap. Arah irisan sadap harus
dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut
kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300–400 terhadap bidang datar
untuk bidang sadap bawah (Siregar., Lukman., Junaidi., Kuswanhadi., Sutardi,
1997).
Pada penyadapan bidang sadap atas sudut kemiringannya dianjurkan sebesar
450. Panjang irisan sadap adalah setengah spiral (irisan miring sepanjang setengah
spiral atau lingkaran batang). Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Talang sadap terbuat dari
seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada
jarak 5–10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya
terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada
jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin
mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon. Penyadapan diharapkan
dapat dilakukan selama 25–30 tahun. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar
1-1,5 mm dari kambium. Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar
antara 1,5–2 mm setiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama
kurang lebih 25–30 tahun. Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan
dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan setengah spiral
(1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun
pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2)
untuk tahun selanjutnya. Waktu yang baik untuk penyadapan sebaiknya dilakukan
sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00–07.30 pagi agar mendapatkan hasil lateks
yang banyak (Siregar, 1995).
I.2. Tujuan
Praktikan megetahui cara pemanenan tanaman kopi dan penyadapan tanaman karet.
II. BAHAN DAN METODE
II.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum budidaya tanaman tahunan dengan materi “pemanenan dan
penyadapan” dilaksanakan hari jumat, 22 maret 2013 untuk materi pemanenan
dan 12 april 2013 untuk materi penyadapan, pukul 15:30-17:00 WIB yang
bertempat di lahan praktikum Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya.
II.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pemanenan dan penyadapan yaitu kamera handphone, ember, pisau sadap dan mangkuk tempat lateks. Sedangkan bahan yang yang digunakan yaitu abu gosok, air, tanaman kopi dan karet.
II.3. Prosedur Kerja
II.3.1. Pemanenan buah kopi
a. Memetik buah kopi sudah matang berwarna merah yang tidak terserang hama.b. Mengupas biji dengan menggunakan tangan dan membersihkan biji dari lendir
kopi menggunakan abu gosok dengan cara diremas.c. Setelah lendir hilang lalu membersihkan biji menggunakan air dan setelah itu
biji dikering anginkan selama tiga hari dibawah sinar matahari.d. Setelah biji sudah kering kemudian memilih biji yang akan disemai dengan
memperhatikan keseragaman bentuk dan ukurannya.
II.3.2. Penyadapan karet
a. Memilih tanaman karet yang akan disadap.b. Membuat bidang sadap dari arah kiri atas ke arah kanan bawah dan memasang
talang sadap yang berupa daun.c. Meletakan mangkuk sadap pada bagian bawah talang sadap lalu melakukan
penyadapan karet dengan kemiringan 45o, ketinggian sadap 100 cm dari pertautan okulasi dan dengan panjang irisan sadap setengah lingkar batang atau setengah spiral.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Pemanenan Buah Kopi
Gambar 1. Cara Panen Buah Kopi Gambar 2. Hasil Panen Kopi
Sumber: http://www.google.co.id/panen-kopi/
Panen kopi dilakukan dengan cara memetik buah kopi masak yang berwarna
merah dengan rotasi 12 hari. Selain itu juga dipetik buah kopi yang berwarna
hitam atau kering. Sebelum dilaksanakan panen lahan harus bersih dari gulma
dan seresah daun kopi, dimaksudkan agar pemetik dapat bekerja dengan leluasa
dan buah kopi yang jatuh akan kelihatan dan dapat segera dipungut. Pemanenan
buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak.
Panen buah kopi dilakukan dengan beberapa cara pemetikan dintaranya yaitu
pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak, pemetikan setengah selektif
dilakukan terhadap dompolan buah masak, secara lelesan dilakukan terhadap buah
kopi yang gugur karena terlambat pemetikan dan secara racutan/rampasan
merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada
pemanenan akhir.
III.2. Penyadapan Tanaman Karet
Gambar 3. Pisau Sadap Gambar 4. Talang Sadap
Sumber: http://www.google.co.id/alat-panen-karet/
Gambar 5. Penyadapan Karet Gambar 6. Mangkuk Sadap
Sumber: http://www.google.co.id/penyadapan-karet/
Gambar 7. Hasil Penyadapan Gambar 8. Karet Siap Sadap
Sumber: http://www.google.co.id/penyadapan-karet/
Tanaman karet dipanen dengan cara disadap, yaitu menyayat atau mengiris
kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau
getah. Kulit batang yang disadap adalah modal utama berproduksinya tanaman
karet. Berdasarkan cara dan arah penyadapan, maka sadapan karet dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu sadap tusuk (puncture tapping); sadap ke arah bawah
(down ward tapping), sadap ke arah atas (up ward tapping), sadap ke arah atas
biasa dan sadap ke arah atas ATS (alternate tapping system; sadap kombinasi arah
atas dan bawah bersamaan; dan sadap mati/cacah runcah (CCRC). Sebelum
penyadapan terlebih dahulu dilakukan pengukuran lilit batang dilakukan pada
ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi pada setiap pohon, dengan tujuan untuk
menginventarisasi jumlah pohon yang lilit batangnya telah memenuhi kriteria
matang sadap yaitu lilit batang mencapai 45 cm. Kemudian langkah selanjutnya
adalah kegiatan persiapan buka sadap yang diantaranya berupa penggambaran
buka sadap dengan cara mengiris batang tanaman menggunakan pahat pada
ketinggian 130 cm di atas pertautan okulasi dengan sudut kemiringan 45o, panjang
irisan sadap 1/2s atau setengah spiral (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran
batang). Selanjutnya dalam kegiatan persiapan buka sadap dilakukan pemasangan talang
sadap yang terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm pada jarak 5 cm
– 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah dan pemasangan mangkuk sadap yang
terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap,
mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada
pohon. Setelah persiapan buka sadap selesai selanjutnya dilakukan penyadapan dengan
kedalaman irisan sadap berkisar antara 1-1,5 mm dari kambium, ketebalan irisan sadap
berkisar antara 1,5 mm – 2 mm dan panjang irisan setengah spiral atau lingkar batang
tanaman dengan tujuan agar tanaman karet dapat disadap selama kurang lebih 25 – 30
tahun (Siregar, 1995).
IV. KESIMPULAN
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak, pemetikan buah kopi ada tiga macam dintaranya yaitu
pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak, pemetikan setengah selektif
dilakukan terhadap dompolan buah masak, secara lelesan dilakukan terhadap buah
kopi yang gugur karena terlambat pemetikan dan secara racutan/rampasan
merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada
pemanenan akhir.
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5-6 tahun dengan ukuran lilit
batang mencapai 45 cm atau lebih yang diukur pada ketinggian batang 100 cm
dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi. Tanaman karet dipanen dengan cara
disadap, yaitu menyayat atau mengiris kulit batang pada ketinggian 130 cm di atas
pertautan okulasi dengan sudut kemiringan 45o, panjang irisan sadap 1/2s atau
setengah spiral (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang) dan kedalaman
irisan sadap 1–1,5 mm dari kambium.
DAFTAR PUSTAKA
Adri dan Joko Supriyanto.2009. Pemanenan Kopi. BPTP. Jambi
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1992. Budidaya Tanaman
Kopi. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura
Siregar, Tumpal H.S.1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta.
P4TM. -. Pedoman Eksploitasi Karet.
Siregar, Tumpal H.S., Lukman., Junaidi, U., Kuswanhadi., Sutardi. 1997. Sistem
penyadapan yang efisien di perkebunan karet.
Top Related