i
z
PAKAN ALAMI ALTERNATIF SEBAGAI SOLUSI DALAM
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata. Blkr.)
(Studi Kasus : Budidaya Ikan Betutu di Desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri
Kabupaten Indragiri Hilir)
OLEH :
SYAIFUL RAMADHAN HARAHAP, S.Pi, M.Si.
NIDN. 1013068302
Disampaikan dalam Seminar Kampus Fakultas Pertanian UNISI Kamis, 23 Oktober 2014
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2014
ii
PRAKATA
Alhamdulillahirabbilaalamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah
makalah ini terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang
bersamaan hadir.
Terselesaikannya penulisan makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan
beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Rektor
Universitas Indragiri Hilir, Ketua Lembaga Penelitian UNISI, Dekan Fakultas
Pertanian UNISI dan seluruh rekan dan mahasiswa/i di lingkungan Fakultas
Pertanian UNISI. Semua bentuk bantuan, motivasi, saran dan kemudahan yang
telah diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan, penulis menyadari
juga bahwa kesalahan dan kekurangan makalah ini pasti ditemukan. Oleh karena
itu, penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan dan saran
yang konstruktif. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat bagi para
pembaca dan seluruh stakehoder sebagai salah satu informasi mengenai budidaya
ikan Betutu.
Sekian, Terima Kasih.
Syaiful Ramadhan Harahap, S.Pi, M.Si.
Oktober 2014
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
II. IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata. Blkr. )
2.1. Taksonomi dan Morfologi ....................................................................... 4
2.2. Jenis dan Daur Hidup ............................................................................... 5
2.3. Habitat dan Tingkah Laku ........................................................................ 5
2.4. Kebiasaan Makan ..................................................................................... 6
2.5. Pertumbuhan Ikan Betutu ......................................................................... 7
2.6. Kualitas Air dan Lingkungan Kolam ....................................................... 8
III. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI
ALTERNATIF DALAM BUDIDAYA IKAN BETUTU
(Oxyeleotris marmorata. Blkr. )
3.1. Gambaran Umum Daerah Budidaya ........................................................ 10
3.2. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Betutu Oxyeleotris
marmorata (Blkr.) ................................................................................11
3.3. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Betutu Oxyeleotris
marmorata (Blkr.) .................................................................................... 12
3.4. Laju Konsumsi Pakan Harian Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) .................................................................................... 14
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 16
4.2. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) 4
2. Jenis Pakan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata. Blkr.) 7
3. Batas Administrasi Daerah Penelitian 10
4. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Betutu 11
5. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Betutu 13
6. Laju Konsumsi Pakan Harian Ikan Betutu 14
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di pantai Timur pulau Sumatera,
merupakan gerbang selatan Propinsi Riau yang dikelilingi perairan berupa sungai-
sungai besar dan kecil, parit, rawa dan laut. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki
perairan yang relatif luas yaitu sebesar 7.207 Km sehingga memiliki potensi yang
sangat besar untuk dikembangkan menjadi sentra perikanan baik perikanan
tangkap maupun budidaya. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi perikanan laut
maupun air tawar pada tahun 2009 yang mencapai 41.002,19 ton (Pemkab Inhil,
2013).
Salah satu wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi
salah satu sentra perikanan adalah Kecamatan Kuala Indragiri. Potensi tersebut
meliputi laut, sungai, estuaria dan rawa, yang membuka peluang bagi masyarakat
dalam mengembangkan usaha budidaya ikan dalam kolam, jaring maupun
keramba. Besarnya potensi produksi perikanan di daerah ini juga terlihat dari hasil
produksi perikanan yang mencapai 5.875,26 ton pada tahun 2009, dimana salah
satu komoditas ikan yang menjadi andalan adalah ikan Betutu Oxyeleotris
marmorata (Blkr.) atau di daerah ini lebih dikenal dengan nama ikan Bakut (DKP
Kab. Inhil, 2013).
Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) merupakan ikan air tawar yang
memiliki nilai ekonomis penting karena merupakan salah satu komoditas
perikanan yang diekspor ke Malaysia, Singapura dan Hongkong dengan harga
yang cukup tinggi (Hermawan, 2004). Harga ikan Betutu ukuran konsumsi adalah
Rp. 125.000,-/kg, sedangkan harga ikan Betutu untuk diekspor bisa mencapai Rp.
300.000,-/kg (Kudsiah, 2008). Tingginya harga ikan Betutu disebabkan cita
rasanya yang lezat, daging yang putih dan empuk serta memiliki kandungan nilai
gizi yang cukup tinggi. Daging ikan Betutu mengandung protein (9-22%), lemak
(0,1-20%), mineral (1-3%), vitamin, lecithin, guanine dan sedikit mengandung
kolesterol (Arief, 2009).
Permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan ini menyebabkan
tingkat eksploitasi lebih cepat dibandingkan dengan rekruitmennya. Hal ini
2
disebabkan permintaan ikan Betutu (benih dan ukuran konsumsi) masih
dipenuhi dari hasil tangkapan di perairan umum, bila keadaan ini terus berlanjut,
dikhawatirkan akan merusak kelestariannya. Salah satu upaya dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan melakukan budidaya. Pada sistem budidaya,
faktor yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan. Belum ditemukannya pakan yang
sesuai dan disukai ikan Betutu menjadi salah satu kendala dalam kegiatan
pembudidayaannya.
Pakan alami dan segar saat ini masih merupakan pakan utama yang
digunakan dalam budidaya ikan Betutu. Lie dalam Sudrajat (2002) menyatakan
bahwa ikan Betutu banyak mengkonsumsi pakan yang hidup (ikan dan udang)
dibandingkan dengan yang mati, tetapi ketika merasa lapar maka ikan Betutu
akan memakan pakan mati. Pemberian ikan hidup dan mati memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan Betutu berbobot 6,9 g, tetapi kedua jenis
pakan tersebut memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada cincangan
daging bekicot (Udayana, 1989).
Benih ikan Betutu dengan bobot rata-rata 16,24 g yang diberi cacahan
daging ikan nila (Oreochromis niloticus), menghasilkan pertumbuhan sebesar
0,48-0,98% dan kelangsungan hidup sama yaitu antara 29,02-45,53% (Soebandi,
1991). Eriyani (1991) menyatakan bahwa benih ikan Betutu dengan bobot rata-
rata 3,8 mg diberi Nauplii Artemia menghasilkan pertumbuhan 7,24-10,16% dan
kelangsungan hidup 94,72%. Ikan Betutu yang diberi Daphnia mencapai
pertumbuhan 2,33-3,02% dan kelangsungan hidup 43,14-72,16% (Singgih, 1991).
Jenis pakan tersebut dalam penyediaannya sering mengalami kesulitan karena
bergantung kepada keadaan alam dan harga yang relatif mahal. Oleh karena itu,
perlu diketahui pakan alami yang disukai dan dapat mendukung kelangsungan
hidup dan pertumbuhan yang tinggi dengan harga yang lebih ekonomis.
Pemberian pakan alami yang mudah dan murah merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi ikan Betutu secara intensif dan optimal.
Berdasarkan uraian diatas, perlu diketahui jenis pakan alami alternatif
sebagai pakan utama yang disukai dan dapat mendukung kelangsungan hidup dan
pertumbuhan tinggi dengan harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan
3
penggunaan pakan hidup. Makalah ini akan menjabarkan mengenai pengaruh dari
pemberian pakan alami alternatif berupa ikan dan udang rucah terhadap
pertumbuhan ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.).
1.2. Identifikasi Masalah
Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan
menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan
salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal. Syarat pakan
yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah
diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun. Secara
alami pakan utama dari ikan Betutu adalah ikan-ikan kecil, krustasea dan moluska
yang masih hidup. Namun saat ini yang menjadi pakan utama ikan Betutu dalam
budidaya adalah pakan alami bentuk cincangan daging (Sudrajat, 2002).
Kecamatan Kuala Indragiri sebagai salah satu sentra perikanan di
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi yang besar terhadap ketersediaan ikan
dan udang rucah. Namun pemanfaatan ikan dan udang rucah yang diperoleh dari
hasil samping kegiatan perikanan tangkap selama ini belum optimal. Bahkan
sering sekali ikan dan udang rucah hasil tangkapan tidak dimanfaatkan dan
dibuang begitu saja. Harganya yang murah menyebabkan para nelayan
mengaggap ikan dan udang rucah ini sebagai limbah dan tidak memiliki nilai
ekonomis. Selama ini ikan dan udang rucah hanya dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat pembudidaya sebagai campuran pellet untuk pakan ikan dengan
jumlah yang tidak begitu besar.
Potensi ketersediaan ikan dan udang rucah yang melimpah di Kecamatan
Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir dapat dijadikan sebuah peluang dan
alternatif ketersediaan pakan dalam kegiatan budidaya ikan Betutu di daerah ini.
Sehingga diharapkan dapat menjadi solusi pengganti pakan hidup yang kurang
ekonomis.
4
II. IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata. Blkr. )
2.1. Taksonomi dan Morfologi
Ikan Betutu mempunyai kemiripan dengan ikan Gabus baik bentuk
maupun sifatnya sehingga masuk dalam golongan Goboidae (satu Familia dengan
ikan Gabus). Klasifikasi ikan Betutu menurut Axelrod dalam Mulyono (2001)
adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub-Phylum : Craniata
Super-Class : Gnatostomata
Class : Osteichthyes
Super-Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphodei
Sub-Ordo : Gobiformes
Familia : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Spesies : Oxyeleotris marmorata. Blkr.
Gambar 1. Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.)
Mulyono (2001) juga mengungkapkan bahwa tanda atau ciri morfologi
spesifik yang dimiliki oleh ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) adalah
sebagai berikut:
1. Bentuk badan bulat dan panjang seperti torpedo
2. Badan bagian depan bundar dan bagoian belakang agak pipih
3. Kepala rendah, mata besar ayng dapat bergerak, dan mulut lebar
4. Perut luas dan sirip punggung terdiri atas dua bagian
5
5. Sisik sangat kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
6. Warna badan kekunng-kuningan-kuningan dengan bercak-bercak hitam
keabu-abuhan seperti di batik
7. Bagian ventral berwarna putih
8. Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat 7 kg/ekor.
2.2. Jenis dan Daur Hidup
Wahyuningrum (1991) menyatakan bahwa sampai saat ini telah ditemukan
7 (tujuh) jenis ikan Betutu antara lain Oxyeleotris marmorata. Blkr. (yang banyak
dicari dan harganya mahal), Oxyeleotris urophthalmus. Blkr, Oxyeleotris
urophthalmoides. Blkr, Oxyeleotris sineolatus. Blkr., Oxyeleotris heterodon.
Seen., Oxyeleotris fimbriatus. Weber., dan Oxyeleotris ereuntris. E.
Ikan Betutu yang hidup di alam bebas memiliki periode pemijahan yang
relatif pendek dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam setahun, yaitu pada awal
dan pada akhir musim hujan. Ikan Betutu melakukan pemijahan tidak sendiri-
sendiri, tetapi secara berkelompok. Ikan Betutu jantan dan ikan Betutu betina
yang sudah matang kelamin (matang gonad) bersama-sama bermigrasi ke daerah-
daerah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan air yang berdaun atau yang
berbatang halus sebagai persiapan untuk meletakkan telur-telurnya. Di tempat-
tempat tersebut, ikan Betutu melakukan pemijahan dan bertelur. Ikan Betutu
umumnya menempelkan telur-telumya pada substrat berupa tumbuhan air.
Namun, tidak jarang juga menempelkan telur-telurnya pada benda-benda lain
yang berada di perairan, misalnya kayu, bebatuan, dan lain-lain (Mulyono, 2001).
2.3. Habitat dan Tingkah Laku
Ikan Betutu di alam aslinya hidup di air tawar, seperti di sungai-sungai, di
rawa-rawa, di telaga-telaga, di danau-danau, dan di waduk-waduk. Ikan-ikan
Betutu yang masih kecil sampai ukuran 100g lebih senang tinggal di perairan
yang dangkal, sedangkan yang sudah besar lebih suka tinggal didaerah yang
arusnya tidak terlalu deras. Ikan Betutu senang tinggal di perairan yang banyak
ditumbuhi tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes),
kayu apu (Pistia. Sp), ganggeng (Hydrilla. Sp.), kangkung (Ipomoea. Sp.), dan
6
lain-lain. Ikan Betutu juga banyak dijumpai di perairan yang memiliki derajat
kesamaan (pH) air yang agak rendah (5,56,5) meskipun juga dapat ditemukan di
air netral dengan pH 77,5. Ikan Betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur
air berkisar antara 19-29C, bahkan dapat beradaptasi dengan baik sampai pada
suhu air 30C (Mulyono, 2001).
Berbeda dengan ikan-ikan lain, menurut Mulyono, (2001) ikan Betutu ini
sangat tahan terhadap kadar Amoniak dan kadar CO2 yang cukup tinggi. Hal ini
sangat menguntungkan dalam usaha budidaya, terutama dalam usaha pembesaran.
Ikan Betutu termasuk ikan labirin sehingga ia dapat menyerap O2 langsung dari
udara. Dengan demikian, ikan Betutu sangat tahan terhadap kondisi air yang
kurang oksigen. Hal ini sangat menguntungkan dalam hal transportasi/pengiriman
ke tempat yang jauh.
Ditinjau dari aktivitasnya, ikan Betutu golongan ikan nocturnal yaitu aktif
mencari makan pada malam hari. Ikan Betutu banyak dijumpai didasar-dasar
perairan dan sangat jarang dijumpai berenang ke permukaan, kecuali pada saat
menderita sakit. Ikan Betutu menyukai tempat-tempat berlubang seperti timbunan
batu/kayu atau lubang lain seperti potongan pipa pralon, tempayan, atau kaleng
yang tenggelam. Ikan Betutu termasuk ikan yang sangat jinak dan jarang bergerak
sehingga mudah di tangkap. Walaupun demikian, ikan Betutu juga mampu
bergerak cepat, terutama pada saat lapar dan melihat mangsa lewat didepannya.
Ikan Betutu yang lapar akan melesat dengan cepat dengan mulut terbuka dan
menyergap mangsanya (Wahyuningrum, 1991).
2.4. Kebiasaan Makan
Ikan Betutu termasuk ikan Karnivora dan sangat menyukai jenis pakan
hidup. Meskipun terkesan ikan pemalas, Betutu dapat memburu mangsanya
(predator). Dalam mencari pakan, ikan Betutu tergolong kanibal, dimana jenisnya
sendiri yang masih kecil akan dilahap jika dalam keadaan lapar.
Makanan ikan Betutu terdiri atas ikan-ikan kecil, udang liar tawar, remis,
cacing dan organisme lain yang lebih kecil yang dapat dimangsa. Ikan Betutu juga
dapat diberi pakan yang terdiri atas ikan mati atau bangkai hewan lain. Namun
jika masih ada jenis pakan hidup dalam jumlah banyak, ikan Betutu akan memilih
pakan yang hidup tersebut. Ikan Betutu yang belum sangat lapar tidak akan keluar
7
untuk memburu mangsanya. Makanan utama larva ikan Betutu adalah plankton
seperti rotifera, sufosutoria, dan mikro-planktonlain. Setelah berumur beberapa
hari dan sudah lebih besar, anak-anak ikan Betutu akan berganti jenis pakan, yaitu
berupa zooplankton yang lebih besar seperti Moina. sp., Dapnia. Sp., dan
Bosmina Sp. Pada saat ia lebih besar lagi (3-7 cm), anak-anak ikan Betutu akan
Memangsa Artemia Sp., larva Chironomit, cacing sutera (Tubifex), dan lain-lain.
Pada waktu sudah mencapai ukuran fingerling (diatas 9 cm), ikan Betutu akan
memangsa anak-anak ikan yang lebih kecil ataupun cacahan isi perut ikan. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan Betutu menyesuaikan pakan dengan lebar bukaan
mulutnya (Mulyono, 2001). Beberapa jenis pakan ikan Betutu disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Jenis Pakan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata. Blkr.)
Widiyati dalam Mulyono (2001) melakukan uji lapang pemijahan ikan
Betutu. Uji coba tersebut memperoleh hasil bahwa ikan Betutu betina ukuran 400
g yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 47 % selama 3 bulan akan
memiliki fekunditas 40.000 butir telur. Ikan Betutu muda akan dibiarkan induknya
untuk mencari makan sendiri. Anak-anak ikan Betutu ini akan dewasa pada umur
20-24 bulan. Setelah dewasa, ikan-ikan Betutu ini akan mencari pasangannya
untuk mengadakan pemijahan.
2.5. Pertumbuhan Ikan Betutu
Ikan Betutu memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Untuk mencapai
ukuran konsumsi, ikan Betutu membutuhkan waktu sekitar 24-30 bulan. Sehingga
pembudidayaan ikan Betutu disarankan dibagi 3 tahap, yaitu pembenihan sampai
8
ukuran fingerling, kemudian dijual ke pengusaha pendederan sampai ukuran 80-
120 g. Selanjutnya, benih ikan tersebut dijual ke pengusaha pembesaran.
Pengusaha pembesaran akan memelihara dan membesarkan benih ikan ukuran
100 g sampai ukuran konsumsi ( 400 g ke atas). Lamanya pertumbuhan ikan
Betutu sebenamya sama dengan ikan Gurami, yakni untuk mencapai ukuran
konsumsi memakan waktu minimal 18-24 bulan (Mulyono, 2001).
2.6. Kualitas Air dan Lingkungan Kolam
Ikan Betutu termasuk ikan labirin sehingga tahan terhadap kondisi air yang
kurang baik, misalnya air kolam yang jarang berganti atau relatif sedikit terjadi
pergantian air. Ikan Betutu dapat hidup dengan baik pada Ph air 5,5-7,5 dengan
suhu air berkisar 19-29C (Effendi, I dan K. Sumawidjaja, 2002). Ikan Betutu
juga cukup tahan terhadap kadar amonia dan ILS yang cukup tinggi dan juga
tahan terhadap air keruh. Pada suhu air 24C, telur-telur ikan Betutu akan menetas
dalam waktu 7 hari, pada suhu air 26,5C akan menetas dalam waktu 5 hari, dan
pada suhu air 28C telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Tavarutmaneegul
dan Lin (1988) mengadakan uji pemijahan ikan Betutu dengan sistem hipofysasi
dan didapatkan hasil telur yang dibuahi (dalam akuarium) dapat menetas 90 %
pada suhu 26-28C.
Meskipun ikan Betutu tahan terhadap kondisi air yang kurang baik, namun
air kolam yang digunakan untuk membudidayakan ikan Betutu tersebut sebaiknya
selalu berganti. Kualitas air kolam yang baik akan mendorong pertumbuhan ikan
Betutu lebih sempuma. Penggantian air dapat dilakukan dengan cara mengalirkan
air baru yang bersih ke dalam kolam. Penggantian air kolam sebaiknya dilakukan
sesering mungkin supaya ikan Betutu yang dipelihara tetap sehat dan lebih cepat
besar (Wahyuningrum, 1991).
Lingkungan kolam juga sangat berperan pada keberhasilan budidaya ikan
Betutu. Lingkungan kolam yang tenang dan tidak sering terganggu oleh adanya
kegiatan-kegiatan di sekitar kolam akan membuat ikan Betutu dapat hidup lebih
optimal. Dasar kolam diusahakan agar ditumbuhi tanaman air, misalnya tumbuhan
Hidryla dan Salvinia. Di dalam kolam pemeliharaan ikan Betutu sebaiknya juga
disediakan tempat-tempat persembunyian berupa potongan-potongan pipa
9
paralon, potongan bambu, tumpukan kayu, atau ban bekas agar ikan Betutu yang
dipelihara dapat berlindung dan bersembunyi sehingga merasa lebih nyaman dan
aman (Mulyono, 2001).
10
III. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI ALTERNATIF DALAM
BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata. Blkr. )
3.1. Gambaran Umum Daerah Budidaya
Kecamatan Kuala Indragiri memilki luas wilayah 513,61 Km2 atau 51,361
Ha dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Gaung Anak Serka dan Mandah
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tanah Merah
- Sebelah Barat dengan Kecamatan Tembilahan dan Kecamatan Batang
Tuaka
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Concong
Kecamatan Kuala Indragiri terdiri dari 1 (satu) kelurahan yaitu Kelurahan
Sapat dan 7 (tujuh) desa yaitu Desa Tanjung Lajau, Sungai Bela, Sungai Buluh,
Perigi Raja, Teluk Dalam, Sungai Piai dan Tanjung Melayu dengan ibukota
Kecamatan berada di Kelurahan Sapat (www.inhilkab.go.id, 2013). Letak
administrasi Kecamatan Kuala Indragiri dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Batas Administrasi Daerah Penelitian
11
Desa Teluk Dalam merupakan satu dari delapan desa yang terdapat di
Kecamatan Kuala Indragiri. Luas wilayah Desa Teluk Dalam 10,17% dari luas
wilayah Kecamatan Kuala Indragiri (www.inhilkab.go.id, 2013). Desa Teluk
Dalam memilki beberapa aliran anak sungai yang masih terjaga kondisi
perairannya dan diprediksi memiliki kondisi alam, habitat dan kualitas air yang
sesuai dengan kondisi optimal bagi pertumbuhan ikan Betutu.
3.2. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.)
Pertumbuhan adalah perubahan ikan, baik berat badan maupun panjang
dalam waktu tertentu (Satyani, 2010). Perlakuan pemberian pakan ikan rucah dan
udang rucah pada ikan Betutu yang dipelihara selama 56 hari di keramba jaring
hapa menunjukkan bahwa ikan Betutu mengalami pertumbuhan, hal ini terlihat
dari perubahan (bertambahnya) berat tubuh maupun panjang ikan Betutu.
Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian atau persentase
pertambahan bobot ikan setiap harinya. Peningkatan pertumbuhan dapat diketahui
melalui peningkatan laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik. Laju
pertumbuhan spesifik ikan Betutu yang diberi pakan alami alternatif dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Betutu
Gambar 4 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan
spesifik ikan Betutu baik yang diberikan pakan alternatif berupa ikan rucah
maupun yang diberi pakan udang rucah selama 56 hari periode pengamatan. Laju
12
pertumbuhan spesifik ikan Betutu dengan rata-rata terendah terjadi pada periode
pengamatan hari ke-14 penelitian yaitu 0,979% untuk perlakuan pakan alternatif
berupa ikan rucah dan 0,936% untuk perlakuan pakan alternatif berupa udang
rucah. Sedangkan Laju pertumbuhan spesifik ikan Betutu dengan rata-rata
tertinggi terjadi pada periode pengamatan hari ke-56 penelitian yaitu 2,193%
untuk perlakuan pakan alternatif berupa ikan rucah dan 1,533% untuk perlakuan
pakan alternatif berupa udang rucah.
Menurut Widyati (2009) nilai laju pertumbuhan spesifik menjelaskan
bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh dan
mengkonversinya menjadi energi. Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan spesifik
ikan Betutu dengan perlakuan pakan alami alternatif berupa ikan dan udang rucah
yang mengalami kenaikan selama penelitian menunjukkan bahwa ikan Betutu
mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh dan
mengkonversinya menjadi energi. Energi ini digunakan oleh ikan Betutu untuk
metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian
tubuh serta pergantian sel-sel yang telah rusak dan kelebihannya digunakan
untuk pertumbuhan (Aggraeni, 2013).
Pemberian pakan berupa cincangan ikan rucah memberikan hasil terbaik
dibandingkan dengan pemberian pakan cincangan udang rucah. Hal ini
disebabkan oleh kandungan nilai gizi ikan rucah yang cukup lengkap, karena ikan
rucah berasal dari berbagai jenis ikan dengan kandungan protein dan nutrisi yang
berbeda-beda. Subagio et al., (2003) menyatakan bahwa ikan rucah yang terdiri
dari ikan pari, cucut, tembang, kuniran, rebon, selar dan krisi memiliki kandungan
nilai gizi yang cukup lengkap sehingga sangat baik untuk digunakan sebagai
sumber pakan alami alternatif untuk kegiatan budidaya dengan harga yang relatif
lebih ekonomis. Shahidi dalam Neviana (2007) menemukan bahwa kisaran
kandungan protein yang berasal dari cincangan daging ikan rucah berkisar antara
11-27%.
3.3. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata
(Blkr.)
Laju pertumbuhan panjang harian ikan Betutu yang diberi perlakuan pakan
cincangan ikan rucah dan cincangan udang rucah di dalam keramba jaring hapa
13
selama 56 hari penelitian didapati mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan
panjang harian ikan Betutu disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Betutu
Gambar 5 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan
panjang harian ikan Betutu baik yang diberikan pakan alternatif berupa ikan rucah
maupun yang diberi pakan udang rucah selama 56 hari periode pengamatan.
Analog dengan laju pertumbuhan spesifik, nilai laju pertumbuhan panjang harian
ikan Betutu dengan rata-rata terendah terjadi pada periode pengamatan hari ke-14
penelitian yaitu 0,054% untuk perlakuan pakan alternatif berupa ikan rucah dan
0,041% untuk perlakuan pakan alternatif berupa udang rucah. Sedangkan laju
pertumbuhan panjang harian ikan Betutu dengan rata-rata tertinggi terjadi pada
periode pengamatan hari ke-56 penelitian yaitu 0,077% untuk perlakuan pakan
alternatif berupa ikan rucah dan 0,065% untuk perlakuan pakan alternatif berupa
udang rucah.
Pakan alami alternatif berupa cincangan daging yang berasal dari ikan
rucah yang telah dicuci bersih dan dipisahkan dari durinya lebih baik dalam
meningkatkan pertambahan panjang harian ikan Betutu. Rahmadhani (2000)
menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan pertumbuhan panjang harian dari
benih ikan Betutu yang diberi pakan ikan rucah segar yang dicuci bersih dan
dipisahkan dari tulang dan durinya dengan perlakuan pemberian pakan sekali
sehari dengan dosis 3% dari bobot total ikan.
14
3.4. Laju Konsumsi Pakan Harian Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.)
Laju konsumsi pakan harian adalah untuk mengetahui jumlah pakan yang
dikonsumsi (%) perhari selama penelitian yaitu 56 hari. Hasil perhitungan laju
konsumsi pakan harian ikan Betutu selama penelitian dapat dilihat pada Gambar
6.
Gambar 6. Laju Konsumsi Pakan Harian Ikan Betutu
Gambar 6 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan laju konsumsi pakan
harian dari ikan Betutu baik yang berupa ikan rucah maupun udang rucah selama
56 hari periode pengamatan. Laju konsumsi pakan harian dengan nilai rata-rata
terendah terjadi pada periode pengamatan hari ke-14 penelitian yaitu 30,776%
untuk pakan alternatif berupa ikan rucah dan 33,131% untuk pemberian pakan
alternatif berupa udang rucah. Sedangkan laju konsumsi pakan harian tertinggi
terjadi pada periode pengamatan hari ke-56 penelitian yaitu 42,396% untuk
perlakuan pakan alternatif ikan rucah dan 47,455% untuk perlakuan pakan
alternatif udang rucah.
Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil analisa laju pertumbuhan
spesifik dan laju pertambahan panjang harian dari ikan Betutu. Dimana diperoleh
bahwa laju pertumbuhan spesifik dan laju pertambahan panjang harian tertinggi
dari ikan Betutu disebabkan oleh pakan alternatif berupa cincangan ikan rucah.
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai nutrisi dan gizi pada cincangan ikan rucah
diprediksi memiliki komposisi yang lebih tinggi dan lengkap dibandingkan
dengan cincangan udang rucah yang digunakan selama penelitian. Sehingga
15
meskipun laju konsumsi pakan harian berupa cincangan udang rucah lebih tinggi
dibandingkan dengan cincangan ikan rucah, namun pengaruhnya terhadap laju
pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian lebih rendah
dibandingkan dengan ikan Betutu yang mengkonsumsi cincangan ikan rucah.
Car dalam Sudrajat (2002) menyatakan bahwa cincangan udang (rebon)
memiliki daya tarik (attractiveness) yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan.
Hal ini disebabkan oleh filtrat dari kulit udang memiliki nilai attractant yang
tinggi sehingga lebih cepat menyebar dan terdeteksi oleh ikan. Meskipun
demikian, pengaruh pakan cincangan udang terhadap laju pertumbuhan spesifik
dan laju pertumbuhan panjang harian tetap tergantung kepada kondisi pakan dan
komposisi nutrisi yang terkandung dalam pakan tersebut. Car dalam Sudrajat
(2002) juga menambahkan bahwa benih ikan Betutu yang diberi perlakuan pakan
berupa udang dalam kondisi kering ternyata pertumbuhanya jauh lebih rendah
dibandingkan jenis pakan lainnya dalam kondisi basah dan segar.
Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan nutrisi dan gizi
dalam pakan, karena nutrisi dan gizi merupakan sumber energi bagi ikan yang
sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Sesuai dengan Widyati (2009) yang
menyatakan bahwa jumlah nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Tinggi
rendahnya nutrisi dipengaruhi oleh kandungan protein dan kandungan energi
non-protein yang berasal dari karbohidrat dan lemak.
16
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Pemberian pakan alami alternatif berupa ikan rucah dan udang rucah
memiliki pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan panjang
harian dan laju konsumsi pakan harian ikan Betutu. Pemberian pakan alami
alternatif berupa cincangan ikan rucah memberikan hasil yang terbaik pada laju
pertumbuhan spesifik sebesar 1,672%/hari, laju pertumbuhan panjang harian
sebesar 0,065% /hari. Dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan alami
alternatif berupa cincangan udang rucah yaitu 1,232%/hari untuk laju
pertumbuhan spesifik dan 0,139%/hari untuk laju pertumbuhan panjang harian.
Rata-rata laju konsumsi pakan harian terbaik terdapat pada perlakuan pemberian
pakan alami alternatif cincangan udang rucah dibandingkan dengan laju konsumsi
pakan harian untuk perlakuan cincangan ikan rucah dengan nilai masing-masing
4,111%/hari dan 3,743%/hari. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nutrisi dan gizi
pada cincangan ikan rucah memiliki komposisi yang lebih tinggi dan lengkap
dibandingkan dengan cincangan udang rucah yang digunakan selama penelitian.
4.2. Saran
Dalam melakukan pembudidayaan ikan Betutu di dalam keramba jaring
hapa dengan memberikan pakan alami alternatif berupa ikan dan udang rucah,
perlu untuk memperhatikan kualitas ikan dan udang rucah yang akan diberikan.
Kondisi kualitas ikan rucah dan udang rucah yang masih segar diprediksi akan
lebih berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ikan Betutu. Pemantauan
terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, pH dan oksigen terlarut juga perlu
untuk diperhatikan karena memiliki indikasi pengaruh terhadap pertumbuhan ikan
Betutu yang dibudidayakan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aggraeni, N.M dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan
Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata) Pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol.
II(1), 197-201.
Arief, M., Triasih, I. dan W.P. Lokapirnasari. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan
Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata Bleeker). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
Vol. I(1), 51-57.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir. 2013. Potensi Perikanan
Kabupaten Indragiri Hilir. Dipetik 12 2, 2013, dari
http://www.inhilkab.go.id/index.php/Potensi-Daerah/perikanan-
kelautan.html
Eriyani. 1991. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Betutu,
Oxyeleotris marmorata (Blkr.), yang Diberi Pakan Naupli Artemia.
Skripsi, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 41 hal.
Hermawan, M. Zairin. dan Raswin, M.M. 2004. Pengaruh Pemberian hormon
Tiroksin pada Induk Terhadap Metamorfosa dan Kelangsungan Hidup
Larva Ikan Betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.). Jurnal Akuakultur
Indonesia, Vol. III.
Kudsiah, H. dan A. Nur. 2008. Efisiensi Usaha Pembesaran Ikan Betutu dengan
Pemberian Berbagai Bentuk Pakan dari Ikan Sepat Rawa dan Udang
Rucah. Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. VIII.
Mulyono, D. 2001. Budi Daya Ikan Betutu. Kanisius. Yogyakarta. 68 Hal.
Neviana, Y. 2007. Edible Film Berbahan Dasar Protein Surimi Ikan Rucah.
Skripsi Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan).
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir. 2013. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten
Indragiri Hilir. Dipetik 12 2, 2013, dari
http://www.inhilkab.go.id/index.php/Profil/kondisi-umum.html
Rahmadhani, D. 2000. Kelangsungan Hidup Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata
(BLKR.), yang Dipelihara di Kabupaten Serang dan Bogor. Skripsi
Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan).
18
Singgih, R. 1991. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Betutu Oxyeleotris
marmorata (Blkr.), yang Diberi Pakan Daphnia sp. Skripsi, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 42 hal.
Soebandi, N. 1991. Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Efisiensi Pemberian
Pakan Benih Ikan Betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.) yang Diberi
Pakan Cacahan Daging Ikan Nila, Oreochromis niloticus Trewavas.
Skripsi, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 38 Hal.
(tidak diterbitkan)
Sudrajat, A.O. dan I. Effendi. 2002. Pemberian Pakan Buatan Bagi Benih Ikan
Betutu, Oxyeleotris marmorata (BLKR.). Jurnal Akuakultur Indonesia,
Vol. I(3), 109-118.
Udayana, D. 1989. Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Makanan terhadap
Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker). Karya Ilmiah,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 38 Hal.
Wahyuningrum, R. 1991. Perkembangan Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata. Blkr.) yang dipelihara di Kolam dan Tangki. Tesis, Fakultas
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 88 hal. (tidak diterbitkan).
Widyati, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis niloticus) yang
Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun
Lamtorogung Leucaena leucophala. Skripsi. Program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya. Institutut Pertanaian Bogor. (tidak
diterbitkan).
19
BIOGRAFI PENULIS
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Syaiful Ramadhan Harahap, S.Pi, M.Si.
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIPY 1083 13 237
5 NIDN 1013068302
6 Tempat dan Tanggal Lahir Tanjungbalai, 13 Juni 1983
7 E-mail [email protected]
8 Nomor HP 0852 78 38 1332
9 Alamat Kantor Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Jl. Propinsi Parit 1 Tembilahan Hulu
Indragiri Hilir-Riau 29213
10 Nomor Telepon / Faks (0768) 324918 / (0768)22418
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan -
12 Mata Kuliah yg Diampu
1. Manajemen Kualitas Air
2. Planktonologi
3. Dasar Oseanografi
4. Rekayasa Wadah Budidaya
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Riau Universitas Riau
Bidang Ilmu Ilmu Kelautan Ilmu Lingkungan
Tahun Masuk-Lulus 2001-2005 2005-2007
Judul Skripsi/Tesis Estimasi Sebaran CHL-a
dengan Menggunakan Data
Digital dari Kamera Digital
dan Citra Digital Terra MODIS
di Perairan Teluk Jakarta.
Penyusunan Algoritma
Penduga Konsentrasi
CHL-a dari Citra Kamera
Digital.
Nama Pembimbing 1. Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc.
2. Ir. Fauzi, M.Si.
1. Prof. Dr. Ir. Thamrin,
M.Sc.
2. Dr. Ir. Sofyan Husein
Srg, M.Phill.
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp.)
1 2012 Kajian Kualitas Air di Sekitar
Penambangan Pasir Laut Dusun
Sungai Injap Kelurahan Terkul
Kecamatan Rupat Kabupaten
Bengkalis
BAPPEDA
Kab.
Bengkalis
10.500.000
20
2 2012 Kajian Kapasitas Asimilasi Perairan
Sungai Rokan Desa Rantau Bais
Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau
PT. CPI 15.850.000
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp.)
1 2011 Pendampingan Teknis Penyusunan
RTRW Kabupaten Indragiri Hilir
Dirjen
Penataan
Ruang
Kementeriaan
Pekerjaan
Umum
10.500.000
2 2012 Focus Group Discussion Potensi
dan Peluang Pengembangan
Kegiatan Budidaya Perikanan di
Kecamatan Kuala Indragiri
Kabupaten Indragiri Hilir
BALITBANG
Propinsi Riau
2.500.000
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Alam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/No
mor/Tahun
1. Kajian Kualitas Air di Sekitar
Penambangan Pasir Laut Dusun Sungai
Injap Kelurahan Terkul Kecamatan
Rupat Kabupaten Bengkalis
Perikanan dan
Lingkungan, ISSN :
2301-4962,
1/1/2012
2. Kajian Kapasitas Asimilasi Perairan
Sungai Rokan Desa Rantau Bais
Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau
Perikanan dan
Lingkungan, ISSN :
2301-4962,
1/1/2012
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Tempat
- - - -
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit
- - - - -
H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
- - - - -
21
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya
dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul/Tema/Jenis
Rekayasa Sosial
lainnya yang Telah
Diterapkan
Tahun Tempat Penerapan Respon
Masyarakat
1 BKPRD RTRW
Kabupaten Indragiri
Hilir
2011 Kabupaten Indragiri
Hilir
Baik
J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir
(dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1 Piagam Penghargaan Technical Assistance
Peningkatan Budaya Meneliti Program
Hibah Kompetisi (PHK) A2 Jurusan Ilmu
Kelautan FAPERIKA UNRI
Universitas
Riau 2005
2 Piagam Penghargaan Peserta Seminar
Penyelamatan dan Pelestarian Daerah Aliran
Sungai Siak
Pemprov. Riau dan
Forum DAS Siak 2005
3 Piagam Pemuncak I Program Pascasarjana
Se-Universitas Riau
Universitas
Riau 2007
4 Piagam Penghargaan Pendidikan dan
Pelatihan Penyusunan Program Hibah
Kompetisi Berbasis Institusi (PHK-I)
Perguruan Tinggi di Riau dan Kepulauan
Riau
Universitas
Riau 2007
5 Piagam Penghargaan Panitia Seminar
Optimalisasi Sumber Daya Pertanian dan
Perspektif Pembangunan Berkelanjutan
Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Dewan Pertimbangan
Presiden 2009
6 Piagam Pelatihan Applied Aproach (AA) +
Soft Skill & Caracter Building Kopertis Wilayah X 2010
7 Piagam Pelatihan Metode Penelitian dan
Penulisan Ilmiah Bidang Exsacta
Universitas Islam
Indragiri 2010
8 Piagam Penghargaan Panitia Seminar
Lingkungan Keanekaragaman Hayati, Masa
Depan Bumi Kita
Program
PascasarjanaUniversitas
Riau
2010
9 Piagam Pelatihan Diseminasi Penyusunan
Proposal Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat untuk PTS di Lingkungan
Kopertis Wilayah X
Kopertis Wilayah X 2011
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
22
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula.
Tembilahan, Oktober 2014
Pengusul,
(Syaiful Ramadhan Harahap, S.Pi, M.Si.)
NIDN. 1013068302