Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi
Sawah
L P T P Kepulauan R i a u
Petunjuk Teknis
PENGELOLAAN TANAMAN DAN
SUMBERDAYA TERPADU PADI SAWAH
Penulis ;
Dahono
Editor : Ahmad Misbah, SP, Deddy Hidayat, SP.t , Sahrul Hadi Nasution, SP, Muhammad Nasir
Lay Out : Ardiyansyah Sumber Dana : DIPA LPTP KEPRI TA 2012 Oplah : 1500 EXP
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi
Sawah
L P T P Kepulauan R i a u
KATA PENGANTAR
Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah
merupakan teknologi yang memiliki dua komponen yaitu teknologi
dasar dan teknologi pilihan. Teknologi dasar adalah : (1)
Penggunaan Varietas unggul yang adaptif, (2) Penggunaan benih
bermutu, (3) Penggunaan bibit muda, (4) Penggunaan jumlah bibit
dan sistem tanam teratur, (5) Pemupukan P dan K berdasarkan
PUTS, (6) Pemupukan N berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan
organik, (8) Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara
terpadu, (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan
(11) Penanganan panen dan pascapanen. Sedangkan teknologi
pilihan adalah (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim tanam;
(2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah semai,
HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per rumpun; (4)
Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan sesuai anjuran;
dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan gabah segera
dirontok)
Buku petunjuk teknis ini berisi pengetahuan tentang
budidaya tanaman padi sawah dengan teknologi PTT yang dapat di
jadikan pedoman bagi petani padi sawah, praktisi dan lingkup
instansi terkait
Tanjungpinang, September 2012
Dahono
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi
Sawah
L P T P Kepulauan R i a u
DAFTAR ISI Halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………….. Ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………... Iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. Iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. V
PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR...................................
- Penggunaan Varietas unggul ............................... - Benih Bermutu ................................................... - Penggunaan Bibit Muda....................................... - Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam ............. - Pemupukan P dan K ........................................... - Pemupukan N Berdasarkan BWD.......................... - Penambahan Bahan Organik................................ - Pengairan Berselang ........................................... - Pengendalian Gulma Secara Terpadu.................... - Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu............ - Penanganan Panen dan Pasca Panen....................
KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN................................
- Pengolahan Lahan.............................................. - Persemaian........................................................ - Tanam............................................................... - Pemeliharaan..................................................... - Panen................................................................
PENUTUP................................................................... BAHAN BACAAN..........................................................
4
4 5 7 7 8 12 15 18 20 22 28 29 29 30 31 32 33 33 34
i
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi
Sawah
L P T P Kepulauan R i a u
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS ………………………………………………………..
9
2 Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS............................................................
10
3 Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD......... 15
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu Padi
Sawah
L P T P Kepulauan R i a u
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1............................
Perangkat uji tanah sawah (PUTS)..…………………………
8
9
3 Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan status hara P........ ...................................................
11
4 Contoh Penggunaan Bagan warna pada penentuan
status hara K........ ...................................................
12
5 Bagan Warna Daun................................................... 15
6 Penyiangan Padi Sawah dengan Menggunakan Gasrok 21
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 1
PENDAHULUAN
Kebutuhan padi dalam bentuk beras di Indonesia
setiap tahunnya meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk meningkat
sebesar 1,36 % pertahun pada periode 2000-2006, sementara
konsumsi perkapita diasumsikan tetap 137 kg, maka
diproyeksikan konsumsi beras 34 juta ton pada tahun 2015
dan 36 juta ton pada tahun 2020. Jumlah penduduk di Propinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2011 mencapai 1.679.163 jiwa
berarti diproyeksikan kebutuhan beras mencapai 230.045 ton
sementara produksi beras baru mencapai 747,6 ton dengan
rata-rata produksi kurang dari 3 t/ha, berarti Provinsi
Kepulauan Riau masih kekurangan beras sebanyak 229.297
t/tahun.
Dalam upaya peningkatan produksi pertanian
khususnya padi sangat diperlukan pengetahuan praktis
tentang pembudidayaan tanaman. Sedangkan untuk
mendapatkan mutu fisiologis yang tinggi diperlukan
penanganan pra dan pasca panen yang baik. Penanganan
kedua fase tersebut meliputi teknik bercocok tanam,
pengendalian hama /penyakit, pengendalian gulma, waktu
panen, cara panen, processing dan penyimpanan.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 2
Akibat menurunnya luas lahan sawah produktif terutama di
Jawa, mendesak dilakukannya pembukaan sawah baru di
luar Pulau Jawa termasuk di Provinsi Kepulauan Riau.
Masalah pembukaan sawah baru yang akan muncul
diantaranya adalah: 1) masalah efisiensi air dan pelumpuran,
2) produktivitas tanah rendah, 3) adanya perubahan kimia
tanah yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman akibat
penggenangan, seperti keracunan besi atau mangan
(Nursyamsi et. al,. 1995).
Penggunaan varietas unggul baru yang toleran dengan
masalah lahan bukaan baru merupakan salah satu teknologi
yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan
kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Menurut Hapsah et al, (2005) bahwa peningkatan
produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan VUB
(varietas unggul baru).
Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah
dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah
kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk
kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil
padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah
dapat memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan
ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe.
Pengapuran diberikan pada lahan sawah yang memiliki pH
awal <4. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 3
mempercepat pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil
panen setiap musim tanam dikembalikan sebagai sumber
bahan organik.
Disamping penggunaan pupuk yang tepat dan
seimbang juga dapat dilakukan pengairan berselang antara
penggenangan dan pengeringan sehingga dapat
menanggulangi keracunan besi pada lahan sawah.
Pengeringan selama 6 dan 9 hari setelah tanam dapat
meningkatkan hasil gabah sebesar 3 kali lipat.
Penggunaan VUB, pemupukan berimbang, pemberian
bahan organik dan pengapuran secara parsial, telah
disosialisasikan oleh Badan Litbang sejak tahun 2001 melalui
inovasi teknologi yang dikenal dengan model PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan mengintroduksikan
beberapa komponen teknologi dasar dan komponen teknologi
pilihan.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 4
KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR
Komponen teknologi yang dianjurkan dalam penerapan
model PTT padi sawah di sentra produksi padi di Provinsi
Kepulauan Riau adalah: (1) Penggunaan Varietas unggul yang
adaptif, (2) Penggunaan benih bermutu, (3) Penggunaan bibit
muda, (4) Penggunaan jumlah bibit dan sistem tanam teratur,
(5) Pemupukan P dan K berdasarkan PUTS, (6) Pemupukan N
berdasarkan BWD, (7) Penggunaan bahan organik, (8)
Pengairan berselang, (9) Pengendalian gulma secara terpadu,
(10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan
(11) Penanganan panen dan pascapanen. Komponen teknologi
1-7 merupakan penciri model PTT dan dapat diterapkan
bersamaan.
Penggunaan varietas Unggul
Varietas merupakan salah satu teknologi utama yang
mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
dan berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan
kualitas produk pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan
produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian
swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah
satu komponen produksi telah memberikan sumbangan
sebesar 56% dalam peningkatan produksi, yang pada dekade
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 5
1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu,
maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi
adalah perakitan dan perbaikan VUB (Balitpa, 2004). Hapsah
(2005) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi
dapat diupayakan melalui penggunaan VUB. Beberapa
varietas yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian memiliki
potensi hasil tinggi. Varietas yang digunakan untuk
pertanaman padi adalah varietas unggul baru yang bermutu
dan berlabel serta mempunyai peluang pasar dan sesuai
dengan referensi masyarakat disekitarnya. Beberapa varietas
unggul baru toleran lahan sawah bukaan baru diantaranya
adalah Banyuasin, Batang Piaman, Batang Lembang, IR66,
IR64, Sentanur, Ciujung, Batanghari, Dendang, Indragiri,
Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang,
Lambur, Mendawak, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4 , Inpara
5, Inpara 6,
Benih Bermutu
Benih padi yang baik untuk digunakan dalam proses
produksi pertanian pada dasarnya harus memiliki mutu yang
tinggi. Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin
pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi dan ini
dicerminkan oleh tingginya tingkat kemurnian benih.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 6
Syarat benih bermutu
1. Murni, jelas nama varitasnya dan bersertifikat
2. Berdaya tumbuh tinggi dan memiliki vigor yang baik
3. Gabah sehat, bernas dan seragam
4. Dipanen dari tanaman yang sehat
5. Bersih tidak tercampur dengan varietas lain dan biji
gulma
Benih kualitas baik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman. Untuk menentukan daya kecambah benih padi
yang bermutu diperoleh dengan cara :
1. Rendamlah benih dalam larutan ZA 20 g/ltr air atau
larutan 20 g garam/ltr air
2. Lalu masukkan benih yang akan ditanam ke dalam
wadah larutan garam atau ZA
3. Setelah benih dimasukkan lihat bila ada benih yang
mengapung dibuang.
4. Benih yang terbenam dicampur dengan pestisida
berbahan aktif fipronil (Regent) dengan dosis 12,5
ml/kg benih untuk pencegahan penggerek batang.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 7
Penggunaan Bibit Muda
Penanaman bibit muda bertujuan untuk mendapatkan
jumlah anakan lebih banyak dibandingkan menggunakan bibit
tua, namun untuk daerah yang endemik keong mas tidak
dianjurkan. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman
yang baik, tanaman di pesemaian perlu diberi pupuk, terutama
pupuk organik atau pupuk kandang dan pupuk urea.
Penentuan Jumlah Bibit dan Cara Tanam
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
yang lebih baik, disarankan untuk :
1. Gunakanlah bibit kurang dari 3 bibit per rumpun
agar persaingan antar bibit dalam memperoleh
unsur hara, cahaya air dan udara berkurang
2. Gunakanlah jarak tanam dengan sistem jajar
legowo 2:1 atau 4:1 (Gambar 1) atau jarak tanam
(20 x 10 cm) x 40 cm. Populasi tanaman system
tanam legowo 2:1 sama dengan model tegel 20 cm
x 20 cm (25 rumpun/m2), sedangkan legowo 4:1
lebih banyak (36 rumpun/m2).
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 8
Gambar 1. Sistim tanam legowo 4 :1 dan 2 : 1
Keuntungan sistem tanam jajar legowo adalah :
(1). Semua barisan rumpun tanaman yang berada
pada pinggiran biasanya memberi hasil lebih
tinggi (efek tanaman pinggir)
(2). Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih
mudah
(3). Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air
(4). Penggunaan pupuk lebih efisien dan efektif
Pemupukan P dan K
Untuk penggunaan pupuk SP36 dan KCl dapat dilakukan
berdasarkan hasil analisis PUTS (perangkat uji tanah sawah)
yang ditampilkan pada Gambar 2. Penggunaan pupuk SP36
diberikan seluruhnya pada saat tanam (Tabel 1), sedangkan
pupuk KCl diberikan ½ bagian pada saat tanam dan ½
bagian saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam ( HST)
yang ditampilkan pada Tabel 2. Pupuk tersebut diberikan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 9
dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan petakan
dengan cara menutup saluran air yang masuk dan keluar.
Tabel 1. Kebutuhan pupuk SP 36 berdasarkan analisis tanah dengan PUTS
Rekomendasi Hasil pengukuran dengan PUTS
Rendah Sedang Tinggi
kg SP-36/ha 100* 75 50
* Diaplikasikan 1 kali pada saat tanam
Gambar 2. Perangkat uji tanah sawah (PUTS)
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 10
Tabel 2. Kebutuhan pupuk KCl berdasarkan analisis tanah dengan PUTS
Rekomendasi
K (KCl/ha)
Kadar hara K dalam tanah
Rendah Sedang Tinggi
Tanpa jerami Dengan jerami
100* 50*+ jerami 5 t/ha
50* jerami 5 t/ha
50* jerami 5 t/ha
*Diaplikasikan 2 kali (½ sbg ppk dasar dan ½ saat
promordia), terutama bila takarannya tinggi
Cara Menggunakan PUTS untuk Penetapan Status P
1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg
2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkanlah 3 ml pereaksi P-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca
4. Tambahkanlah 5-10 butir atau seujung spatulla pereaksi P-2, dikocok selama 1 menit
5. Diamkanlah selama + 10 menit
6. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 3)
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 11
Gambar 3. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara P.
Cara Menggunakan PUTS untuk penetapan K dalam tanah
1. Ambil tanah pada areal/hamparan yang seragam sedalam 0-20 cm dengan bor tanah atau cangkul dengan cara diagonal atau sistimatik atau zigzag atau acak. Untuk 1 ha diambil 5-8 titik kemudian dikompositkan menjadi 1 sampel bobot + 0,5 kg
2. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula (0,5 cm ) tanah yang diambil dengan spet, diamsukkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkanlah 2 ml pereaksi K-1 kemudian diaduk sampai merata dengan pengaduk kaca
4. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-2 kemudian dikocok selama 1 menit
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 12
5. Tambahkanlah 1 tetes pereaksi K-3 kemudian dikocok sampai merata
6. Diamkanlah selama + 10 menit
7. Bandingkalanlah dengan bagan warna yang tersedia dalam perangkat PUTS (Gambar 4)
Gambar 4. Contoh penggunaan Bagan Warna pada penentuan status hara K.
Pemupukan N berdasarkan BWD
Bagan Warna Daun (BWD) adalah suatu alat yang
digunakan untuk menentukan kebutuhan hara N tanaman
dengan membandingkan warna daun tanaman dengan warna
pada panel, terdiri atas 4 kotak skala warna mulai dari hijau
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 13
muda (skala 2) sampai hijau tua (skala 5). Untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, petani
cenderung menggunakan pupuk nitrogen secara berlebihan.
Hal ini selain tidak efisien juga dapat menyebabkan tanaman
peka terhadap hama dan penyakit serta mudah rebah. Agar
pemupukan efisien dan efektif, maka penggunan pupuk
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan
hara dalam tanah. Kebutuhan nitrogen tanaman dapat
diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna
daun padi menggunakan Bagan Warna Daun/BWD (Leaf Color
Chart/LCC). BWD membantu mengetahui apakah tanaman
perlu segera diberi pupuk nitrogen atau tidak dan berapa
takaran yang perlu diberikan. Selain itu, penggunaan BWD
dapat menghemat pemakaian pupuk nitrogen sekitar 15-20%
dari takaran yang umum digunakan petani. Waktu pemupukan
nitrogen berdasarkan sistem tanam (tanam pindah atau tanam
benih langsung) tidak sama, dimana pada sistem tanam
pindah dimulai pada umur 14 HST (hari setelah tanam),
sedangkan pada sistem tanam benih langsung pada umur 21
HSS (hari setelah sebar), seperti pada Tabel 3.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 14
Cara Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) untuk menentukan pupuk Nitrogen adalah :
1. Pilihlah secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada
hamparan yang seragam lalu pilih daun teratas yang
telah membuka penuh pada satu rumpun
2. Letakkanlah bagian tengah daun di atas BWD
(Gambar 5) dan bandingkan antara warna daun
dengan warna pada panel. Jika warna daun berada
diantara 2 skala, gunakan nilai rata-ratanya, misalnya
3,5 untuk warna antara 3 dan 4
3. Sewaktu mengukur warna daun dengan BWD, jangan
menghadap sinar matahari, sebab pantulah sinar
matahari dari daun padi dapat berpengaruh pada
pengukuran warna daun
4. Pilihlah waktu pembacaan daun pada pagi atau siang
hari, hindari menilai warna daun dengan BWD di
tengah terik matahari
5. Lakukanlah pengukuran pada waktu yang sama dan
oleh orang yang sama
6. Jika enam atau lebih dari sepuluh daun yang diamati
warnanya berada dalam batas kritis yaitu di bawah
skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N
susulan sesuai dengan tingkat hasil di tempat
bersangkutan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 15
Gambar 4. Bagan warna daun
Tabel 3. Kebutuhan pupuk N diberikan berdasarkan BWD
Nilai warna
daun dengan
BWD*
Tingkat hasil (GKG)
5 t/ha 6 t/ha 7 t/ha 8 t/ha
Takaran Urea (kg/ha)
2 – 3 75 100 125 150
>3 – 4 50 75 100 125
>4 – 5 0 0 – 50 50 50
* Pupuk N dasar tanpa pembacaan BWD: 20 – 30 kg/ha
Penambahan Bahan Organik
Penambahan bahan organik ke dalam lahan sawah
dapat menurunkan kadar Fe dan meningkatkan hasil gabah
kering 22,5%. Pemberian 1 t kapur/ha dan 5 t pupuk
kandang/ha serta pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil
padi 1-2 t/ha. Pemberian bahan organik pada lahan sawah
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 16
dapat memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan
ketersediaan hara dan membantu menetralisir keracunan Fe .
Pengapuran diberikan pada lahan sawah pada pH awal <4.
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, mempercepat
pencucian besi terlarut. Jerami padi sisa hasil panen setiap
musim tanam dikembalikan sebagai sumber bahan organik.
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang berasal
dari limbah hasil tanaman, limbah hasil ternak, produk
sampingan (by product), tandan kosong sawit, sampah rumah
tangga, pupuk hijau atau tanaman leguminose. Kandungan
hara dalam bahan organik tergolong lengkap, namun
jumlahnya rendah dan agak lambat tersedia sehingga
diperlukan dalam jumlah yang banyak.
Beberapa manfaat bahan organik adalah :
1. Meningkatkan kadar bahan organik tanah
2. Memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah
3. Meningkatkan keragaman, populasi dan aktivitas
mikroba
4. Menyediakan hara makro dan mikro
Penggunaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang
dan hasil samping tanaman, biasanya bila akan digunakan
membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi, untuk
mempercepat proses dekomposisi bahan organik perlu
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 17
dilakukan pengomposan. Ada 2 cara yang dapat dilakukan
dalam pengomposan yaitu dengan cara aerob dan anaerob,
namun yang umum dilakukan adalah secara aerob.
Pengomposan biasanya memerlukan waktu sekitar 2-4
minggu, tergantung jenis bahan organik dan dekomposer
yang digunakan. Pengomposan jerami secara aerob pada
jerami padi adalah sebagai berikut :
1. Siapkan tempat pembuatan kompos yang terlindung
dari hujan dan cahaya matahari langsung
2. Cacahlah jerami dengan ukuran 3-5 cm
3. Tumpuk jerami selapis demi selapis setebal 20 cm
hingga setinggi 1,25 m, dan setiap lapisan dibasahi air
secukupnya dan disiram dengan larutan mikroba
selulotik atau lignolotik yang berperan sebagai
dekomposer (Orgadec, Probion, stardec, M.dec, Orlitani
dan EM4)
4. Basahilah bahan (jerami) dengan kelembaban sekitar
30-40% (bila bahan dikepal air tidak keluar dan bila
kepalan dilepas bahan baku akan mekar)
5. Tumpuklah jerami yang sudah diberi decomposer dan
kemudian ditutup dengan plastik atau terpal warna
gelap
6. Suhu kompos diukur secara berkala setiap 3 hari
dengan mempertahankan suhu sekitar 50-80 oC
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 18
tergantung decomposer yang dipakai. Jika suhu lebih
tinggi lakukan pembalikan dan penyiraman
7. Kompos yang sudah matang berwarna kecoklatan
dengan suhu sama dengan suhu sebelum dilakukan
pengomposan (+ 30 oC, kelembaban 40-60%, dan
tidak mengeluarkan bau
8. Waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan sekitar 2
sampai 4 minggu, tergantung jenis bahan baku dan
dekomposer yang digunakan
Pengairan Berselang
Pengairan berselang (intermittent irrigation) yaitu
pengaturan air di lahan sawah dalam kondisi kapasitas lapang
dan tergenang secara bergantian, dengan tujuan :
(a). Efisiensi penggunaan air
(b). Terjadinya oksidasi dan reduksi sehingga system
kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan
udara dan berkembang lebih dalam
(c). Mencegah timbulnya keracunan besi
(d). Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S
(e). Mengaktifkan jasad renik mikroba
(f) Mengurangi kerebahan
(g) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 19
(h) Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat
waktu panen
(i) Memudahkan pembenaman pupuk
(j) Memudahkan pengendalian hama
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan air secara berselang dalam satu musim tanam
adalah ketersediaan air dan sifat fisik tanah. Untuk daerah
yang ketersediaan airnya cukup, lakukan pengairan bergilir
selang 3 hari, sedangkan untuk lokasi yang ketersediaan
airnya terbatas pengairan bergilir sampai 5 hari. Demikian
juga untuk jenis tanah bepasir dan cepat menyerap air, waktu
pergiliran pengairan harus diperpendek.
Cara pengelolaan air secara berselang adalah sebagai
berikut :
1. Lakukan pergiliran pengairan selang 3-5 hari sejak bibit
berumur 3 MST (tergantung ketersediaan air) dengan
tinggi genangan sekitar 3-5 cm sampai fase anakan
maksimal
2. Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian
biji, petakan sawah digenangi secara terus menerus.
3. Sekitar 10-15 hari sebelum panen, petakan sawah
dikeringkan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 20
Pengendalian Gulma secara Terpadu
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara
Mekanik dan kimia. Pengendalian dengan mekanik dilakukan
dengan cara :
1. Pengolahan tanah secara sempurna
2. Mencabut gulma dengan tangan
3. Menggunakan landak/gasrok
Sedangkan pengendalian gulma dengan kimia adalah :
Menggunakan herbisida, baik sitemik maupun kontak.
Keuntungan penyiangan secara mekanik adalah:
(a) Ramah lingkungan
(b) Tidak membutuhkan biaya pembelian herbisida
(c) Meningkatakan aerasi tanah dan merangsang
pertumbuhan akar tanaman
(d) Meningkatkan efisiensi pemupukan
Cara penyiangan dengan mekanik adalah sebagai berikut :
(a) Lakukanlah saat tanaman berumur 10-15 HST
(b) Lakukanlah 2 kali (umur 10-15 HST dan 20-40 HST)
(c) Lakukanlah pada kondisi tanah macak-macak (tinggi air
2-3 cm)
(d) Lakukanlah dengan dua arah yaitu di antara barisan
tanaman dan di dalam barisan tanaman
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 21
Gambar 5. Penyiangan padi sawah dengan menggunakan Gasrok
Penyiangan dengan meggunakan alat Landak atau Gasrok
Manfaat:
1. Ramah lingkungan
2. Hemat tenaga kerja
3. Meningkatkan jumlah udara di dalam tanah
4. Merangsang pertumbuhan akar
Penyiangan dengan alat landak atau gasrok dilakuakan
menjelang umur 21 hari setelah tanam. Sedangkan
penyiangan berikutnya tergantung kepadatan gulma.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 22
Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu
(PHT)
Konsep PHT adalah suatu pendekatan pengelolaan
secara ekologik yang multidisiplin dan memanfaatkan berbagai
taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan
koordinasi sistem pengelolaan, sehingga tidak mengganggu
keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar.
PHT merupakan paduan dari beberapa cara pengendalian,
diantaranya monitoring populasi dan kerusakan tanaman.
Strategi pengendalian hama penyakit terpadu adalah:
(1) Gunakanlah varietas tahan
(2) Tanam tanaman yang sehat
(3) Lakukanlah pengendalian secara kultur teknis, Seperti :
a. Pola tanam tepat
b. Pergiliran tanaman
c. Waktu tanam yang tepat
d. Pemupukan yang tepat
e. Pengelolaan tanah dan irigasi
f. Penggunaan tanaman perangkap
g. Kebersihan lapangan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 23
(4) Pengamatan berkala di lapangan
(5) Pemanfaatan musuh alami (predator)
(6) Pengendalian secara mekanik
(7) Pengendalian secara fisik
(8) Penggunaan pestisida
Beberapa hama dan penyakit utama pada tanaman
padi sawah dan cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
Tikus (Rat)
Untuk pengendalian Hama tikus sebaiknya
dikendalikan sedini mungkin, yang dimulai dari pratanam
sampai tanaman dipanen secara bersama-sama dan
terkoordinasi. Pengendalian hama tikus terpadu didasarkan
pada pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif
dan terus menerus dengan memanfaatkan teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pemasangan
perangkap bubu di persemaian maupun pertanaman
merupakan salah satu cara yang dapat menekan populasi
tikus (Hasanuddin, 2003; Departemen Pertanian, 2007; Las et
al., 2002; Badan Litbang Pertanian, 2007).
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 24
Beberapa Strategi pengendalian hama tikus :
1. Terapkanlah pola tanam yang teratur dan waktu
tanam serempak
2. Lakukanlah gropyokan massal dan penggunaan
rodentisida pada saat pratanam/pengolahan tanah
3. Pagarlah saat tanaman padi dipersemaian
4. Buatlah perangkap dengan sistem bubu (trap barrier
system). perangkap bubu linier (linier trap barrier
system)
5. Sanitasi gulma pada habitat tikus
6. Pengendalian mekanis
7. Fumigasi sarang tikus
8. Pengunaan rodentisida
Wereng Coklat (Brown Planthopper)
Wereng coklat merupakan salah satu hama penting,
terutama pada pertanaman yang dipupuk nitrogen dosis tinggi
dan jarak tanam rapat. Stadia tanaman yang rentan terhadap
serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase
matang susu.
Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman
menguning dan cepat sekali mongering, mengumpul pada
satu lokasi, melingkar yang disebut hopperburn. Ambang
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 25
ekonomi wereng coklat adalah 15 ekor /rumpun. Siklus
hidupnya 21-33 hari.
Beberapa strategi pengendaliannya wereng coklat adalah:
(1) Pengendalian secara kultural
(2) Penanaman varietas yang tahan
(2) Pemberian pupuk K
(3) Penggunaan insektisida
Wereng Hijau (Green Leafhopper)
Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat
menyebabkan (vector) virus tungro penyebab penyakit tungro.
Fase pertumbuhan tanaman yang rentan terhadap serangan
wereng hijau adalah dari fase pembibitan sampai
pembentukan malai.
Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah
1. Tanaman menjadi kerdil
2. Anakan berkurang
3. Daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye
Ambang ekonomi adalah 5 ekor wereng hijau/rumpun. Jika 2
tanaman bergejala tungro/1000 rumpun merupakan indikasi
tungro telah ditularkan dan dapat merusakan tanaman. Siklus
hidup 23-30 hari.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 26
Cara pengendalian wereng hijau
(1) Tanam varietas tahan wereng hijau
(2) Lakukanlah pengendalian jika di lapang terlihat
gejala
(3) Semprotlah dengan insektisida
Penggerek Batang Padi (Stem Borer)
Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat
penting pada tanaman padi dan sering menimbulkan
kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata.
Tanda-tanda adanya penggerek batang dan cara penangglangannya :
1. Ngengat di pertanaman
2. Larva di batang
3. Anakan kerdil dan mati
4. Malai hampa
5. Serangan penggerek pada saat pembibitan sampai
pembentukan malai
6. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya
7. Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10%
rumpun terserang dan 4 kelompok telur/rumpun (pada
fase bunting).
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 27
8. Gunakanlah Insektisida berbahan aktif : karbofuran,
bensultap (Bancol), Bisultap (Panzer, Spontan),
Fipronil, dan Karbosulfan (Marshal)
Ulat Tentara/Grayak (Armyworm)
Tanda-tanda adanya Ulat Tentara dan cara penanggulangan
1. Ngengat dewasa aktif pada malam hari (makan,
berpopulasi, dan berimigrasi) terutama pada cuaca
yang berawan, dan sangat tertarik dengan cahaya
2. Kerusakan terjadi bagian atas tanaman, yang dimulai
dari tepi daun, memotong malai dan terjadi pada
semua stadia pertumbuhan tanaman
3. Gunakanlah Insektisida berbahan aktif BPMC dan
karbofuran
Hawar Daun Bakteri (Bacterial Leaf Blight)
1. Bercak berwarna kuning sampai putih, mulai dari
salah satu atau kedua tepi daun rusak, dan
berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun
bahkan biasa mencapai pangkal daun dan pelepah
daun pada varietas rentan
2. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase pesemaian
sampai awal fase pembentukan anakan. Pada fase
pembibitan
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 28
3. Infeksi bakteri dapat menyebabkan bibit menjadi
kering, dan bila sel bakteri menginfeksi tanaman
melalui akar dan pangkal batang, tanaman
menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan
bagian tanaman lainnya menjadi kering. Sumber
infeksi dapat berasal dari jerami yang terinfeksi,
tunggul jerami, singgang dari tanaman yang
terinfeksi, benih dan gulma inang.
Cara pengendalian adalah :
1. Gunakanlah varietas tahan
2. Sanitasi lingkungan (tunggul dan jerami yang
terinfeksi)
3. Gunakanlah kompos yang sudah terdekomposisi
sempurna
4. Gunakanlah benih/bibit yang sehat
5. Gunakanlah pupuk nitrogen secara tidak berlebihan
Penanganan Panen dan Pasca Panen
Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik
penyebabkan penurunan hasil mencapai sekitar 20 % dan
menyebabkan penurunan mutu hasil padi.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 29
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penanganan panen dan pascapanen
(a) Panen dilakukan pada waktu yang tepat yaitu umur
95% malai telah menguning
(b) Perontokan sesegera mungkin
(c) Pengeringan, meliputi penjemuran
gabah di lantai jemur; ketebalan gabah 5-7 cm;
lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali
(d) Kadar air gabah 12-14%)
(e) Tempat penyimpanan gabah/beras harus
bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik
KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN
Komponen teknologi pilihan terdiri dari enam
komponen, yaitu: (1) Pengolahan tanah sesuai dengan musim
tanam; (2) Umur bibit muda saat dipindahkan (<21 hari setelah
semai, HSS); (3) Tanam bibit sebanyak 1-3 batang per
rumpun; (4) Perbaikan aerasi tanah/penyiangan; (5) Pengairan
sesuai anjuran dan (6) Panen sesuai anjuran (tepat waktu dan
gabah segera dirontok) (Badan Litbang Pertanian, 2008).
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan I tanah dibajak dengan sempurna
sampai kedalaman 15-20 cm, kemudian lahan digenangi
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 30
dengan air 2-3 hari dan dikeringkan 7-10 hari. Pengolahan
lahan ke II, lahan dibajak dan digenangi 2-3 hari, keringkan 7-
10 hari. Pengolahan ke III tanah digaru, diratakan dan
bersihkan. Pemberian pupuk kompos atau pupuk kandang
yang telah matang dan kapur dengan cara ditaburkan secara
merata 1-2 minggu sebelum tanam dengan takaran kapur 2
t/ha dan takaran pupuk kandang 5 t/ha. Pemberian
herbisida pratumbuh disemprot 5 hari sebelum tanam.
Persemaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan persemaian :
• Kualitas lahan untuk persemaian sama pentingnya
dengan lahan untuk produksi benih, sehingga tata cara
penyiapan lahannya sama dengan untuk produksi benih
• Luas lahan untuk persemaian 4% dari luas pertanaman (400
m2 untuk tiap hektar pertanaman)
• Gunakan pupuk kandang atau kompos dan pastikan tidak
ada gulma dan biji-biji gulma
• Tanah diolah sampai halus/gembur, bebas dari gulma, sisa
gulma dan tanaman lain, buat bedengan dengan lebar 1,5
m dan panjang sesuai dengan kondisi lapangan
• Benih yang telah mulai berkecambah ditabur di persemaian
dengan kerapatan 0,5-1 kg per 20 m2.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 31
• Kebutuhan benih per hektar sekitar 10-20 kg.
• Persemaian dibuat setelah pengolahan tanah pertama
• Untuk menghindari serangan hama tikus sebaiknya dilakukan
pemagaran dengan pagar plastik
• Persemaian dipantau atau diawasi, agar perkembangan
serangan hama/penyakit dapat terlihat
• Apabila terdapat hama dan penyakit dalam persemaian
dikendalikan dengan pestisida
Tanam
Penanaman merupakan awal kegiatan bercocok tanam
yang sangat menentukan tingkat hasil yang dicapai, oleh
karena itu bahan tanam berupa bibit sejak tanam sampai
pembibitan harus benar-benar sehat, vigor dan memiliki umur
yang tepat.
Kegiatan penanaman diantaranya adalah penyediaan bibit,
persiapan lahan, pengaturan air, pengukuran dan penanaman.
• Bibit dipindahkan ke lapangan saat berumur kurang dari
21 hari setelah semai ( HSS)
• Mencabut bibit dengan akar penuh dan batang tidak
boleh patah
• Bibit diikat untuk mempermudah pengangkutan dan
pendistribusian kepetakan lainnya
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 32
• Lahan untuk tanam harus sudah bersih dari gulma,
tanaman lain serta Saat akan dilakukan penanaman
kondisi air diusahakan macak-macak
• Agar tanaman lebih rapi dan teratur, maka dilakukan
pengukuran, sistem tanam yang dilakukan adalah sistem
tanam jajar legowo 4 :1 atau 2 : 1
• Penanaman dilakukan dengan 1- 3 bibit/lubang tanam
• Sisa bibit ditaruh di ujung barisan sebagai ‘dederan’ untuk
bahan penyulaman
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman,
penyiangan, perbaikan pematang, pengairan berselang,
pemberantasan hama dan penyakit dengan konsep PHT yaitu
secara fisik dan mekanis dan terakhir yaitu menggunakan
pestisida kimia. Penyulaman dilakukan pada 7-10 HST dengan
menggunakan bibit dari varietas dan umur yang sama,
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 14 dan 28 HST.
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan
kondisi lapangan.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 33
PANEN
Panen dilakukan bila tanaman padi sudah mulai
menguning sekitar 95 % , secara umum pada umur 90-120
HST atau tergantung varietas yang digunakan. Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi. Sebelum
panen dimulai, beberapa peralatan yang digunakan untuk
panen seperti mesin perontok gabah (thresher), alat
pengeringan (lantai jemur) harus disiapkan dan dibersihkan
agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Untuk karung
sebaiknya digunakan karung yang baru. Setelah panen
sebaiknya segera dilakukan perontokan dan kemudian
dilakukan penjemuran sampai kadar air mencapai maksimal 14
%, dan kemudian dibersihkan serta dikarungi untuk dsimpan.
PENUTUP
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated
Crop Management (ICM) memiliki dua komponen teknologi
yaitu teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. PTT
bersifat spesifik lokasi dan partisipatif merupakan pembeda
utama dengan teknologi sebelumnya dan merupakan suatu
paket. Dalam penerapan teknologi disesuaikan dengan
keinginan petani dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 34
BAHAN BACAAN Abdulrachman, S., E. Suhartatik, A. Kasno, dan D.
Setyorini.2008. Modul Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan IRRI. 36 Hal.
Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 40 Hal.
Badan Litbang Pertanian. 2008. Modul Pemupukan Padi
Sawah Spesifik Lokasi. Kerjasama badan Litbang Pertanian-IRRI. 36 Hal.
BBP2TP. 2011. Juklak UPBS. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. 2008a. Modul Pelatihan Dalam
Rangka TOT SL-PTT Padi Nasional, Sukamandi, 24-29 Maret 2008.
Departemen Pertanian. 2008b. Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Panduan Pelaksanaan. 38 Hal.
Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian Swasembada Beras dan Kemandirian Pangan Nasional. Hlm. 55-70. Dalam B. Suprihatno et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku Satu. Balitbangtan, Badan Litbang Pertanian.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 35
Hasanuddin, A. 2003. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Kerjasama Balitpa-BP2TP-BPTP Sumut-BPTP Jabar-BPTP Jateng-BPTP DIY-BPTP Jatim-BPTP NIBBPTP Sulsel-BPTP Kalitim-IRRI.71 Hal.
IRRI. 2000. Use of Leaf Color Chart (LCC) For N
Management in Rice. CRI MNI I Technology Brief No.2 (Revised 2000).
Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, dan A. Gani. 2002.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 37 Hal.
Nursyamsi D. LR. Widowati, D. Setyorini dan J Sri
Adiningsih. 2000. Pengaruh pengelolaan tanah, pengairan terpadu dan pemupukan terhadap produktifitas lahan sawah baru pada Inceptisols dan Ultisols Muaralabeliti dan tata karya. Jurnal Tanah dan Iklim 18 : 29-38.
Suryana, A., Suyamto, S. Abdulrachman, I Putu
Wardana, H. Sembiring, dan I Nyoman Widiarta. 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 40 Hal.
Suwarno, B. Suprianto, Satoto, B. Abdullah, U S
Nugraha, I N. Wisiarta. 2003. Panduan Teknis Produksi Banih dan Pengembangan Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Penyunting Djuber Pasaribu dan Hermanto. Departemen. 29 Hal.
Petunjuk Teknis Pengelolaan tanaman dan sumberya terpadu padi sawah
g
L P T P Kepulauan R i a u 36
Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Zaini, Z., Diah WS, dan M. Syam. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BBP2TP, BPTP Sumatera Utara, BPTP NTB, Balitpa, IRRI. 57 Hal.
Top Related