Ngelayak:Upaya Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Pendapatan
Rumah Tangga Di Desa Kuala Simbur Kecamatan Muara Sabak
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
SKRIPSI
DiajukanUntukMelengkapiSyarat-Syarat
GunaMemperolehGelarSarjana Strata Satu (S1)
DalamEkonomiSyariah
Di SusunOleh :
SAFITRI WULANDARI
NIM SES 141503
KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2018
PERSEMBAHAN
Sebagai ucapan terima kasih, cinta dan kasih sayang yang tulus,
kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tuaku:
Bapak Junaidi dan Ibu zubaidah (Alm) yang selama ini tak pernah berhenti
memberikan semua hal yang terbaik kepadaku mulai dari
mengasuh,mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
tampa mengenal lelah demi kesuksesanku serta memotivasi yang tak
pernah hentinya sehingga tidak ada kata lelah untuk menyelesaikan skripsi
ini, tidak terkecuali atas doa dari bapak,ibu dan keluargaku yang selalu
menyertai setiap langkahku dalam menuntut ilmu,takkan cukup dengan
hanya kata terima kasih yang saya ucapkan kepada kalian semua,semoga
kelak aku bisa memberikan yang
terbaik tak terhingga ...
Terima kasih saya ucapkan kepada pembimbing saya Bapak
(pembimbing I) H. Sissah, S.Ag.,M.Hi dan bapak
(pembimbing II) Addiarahman, S. Ag.,M.Si
yang selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Terimah kasih untuk sahabat-sahabat FEBI angkatan
2014, terimakasih atas dukungan kalian semua.
MOTTO
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
32. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu
lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa
yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi upaya Istri
nelayan dalam meningkat pendapatan rumah tangga di Desa Kuala
Simbur Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data
Kualitatif Sosiologis Etnografi. Dalam pengumpulan data, teknik yang
peniliti gunakan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi
partisipan, dokumentasi. Dalam penelitian ini adalah lima responden
masyarakat Desa Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong
atau latar belakang perempuan melakukan upaya dalam peningkatan
pendapatan rumah tangga adalah faktor pendapatan suami yang kurang
mencukupi dan tingginya tuntutan biaya hidup. Berdasarkan analisis data
diperoleh bahwa selain wanita nelayan berperan sebagai ibu rumah tangga
(domestik), istri nelayan di Desa Kuala Simbur juga berperan dan ikut
berpartisipasi mencari nafkah untuk pemenuhan ekonomi keluarganya.
Partisipasi istri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Kuala
Simbur diwujudkan dalam melakukan ngelayak.
Kata kunci: Ngelayak, Istri nelayan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu di berikan kesehatan dan kekuatan,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa
iringan sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Ngelayak : Upaya Istri Nelayan Dalam
Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Di Desa Kuala Simbur
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”
disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program Sarjana Ekonomi
Syariah Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan dari Pembimbing I yaitu Bapak H. Sissah,
S.Ag.,M.Hi dan pembimbing II yaitu Bapak Addiarahman, S. Ag.,M.Si maka
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran dalam
penulisan Skripsi ini.
2. Kedua orangtua saya yang selalu memeberikan ilmu, materi dan perhatian,
dan kepada adik-adiku terutama Monalisa serta keluarga besar yang selalu
membantu dan menyemangatiku dalam penulisan skripsi ini.
3. Masyarakat Desa Kuala Simbur yang telah membantu saya mendapatkan data
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Bapak Dr. Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
6. Ibu Dr. Rafidah, SE., M.EI, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME, selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
8. Ibu Dr. Halimah Djafar, M.Fil.I selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Luar.
9. Bapak Dr. Sucipto,S.Ag.,MA dan ibu G.W.I Awal Habibah, SE.,M.E.Sy,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
10. Bapak dan ibu dosen, asisten, dan seluruh Civitas Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
11. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku dan kelas Akutansi E yang sama-sama
belajar dan menyemangati
Jambi, Oktober 2018
Penulis
Safitri Wulandari
SES 141503
v
i
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ................ ……………………………………… ...... ..i
LEMBARAN PERNYATAAN ................................................ .................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ .................. iii
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN ....................................... .................. iv
MOTTO...................................................................................... .................. v
ABSTRAK.................................................................................. .................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................... .................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................. .................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................... .................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ .................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. .................. xiv
BAB I: PEDAHULUAN............................................................ .................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... .................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 6
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 6
1. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6
2. Kegunaan penelitian ................................................................................. 7
E. Kerangka Teori ............................................................................................ 8
1. Defenisi Sosiologi Ekonomi .................................................................... 8
v
i
i
KJ ix
2. Nelayan .................................................................................................... 11
3. Peran Istri Nelayan dalam aktivitas ekonomi ........................................ 13
a. Peran tradisional ................................................................................. 15
b. Peran transisi ...................................................................................... 16
c. Peran kontemporer ............................................................................. 16
4. Pemberdayaan Peranan Perempuan dalam Pembangunan ....................... 17
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 20
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................... 25
A. pendekatan penelitian .................................................................................. 25
1. jenis penelitian ........................................................................................ 25
2. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 25
B. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 25
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 27
1. Observasi Partisipan ................................................................................. 27
2. Wawancara Mendalam ............................................................................. 28
3. Dokumentasi ............................................................................................ 29
4. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 30
5. Teknik Analisis Data ................................................................................ 31
BAB III GAMBARAN LOKASI DAN LOKASI PENELITIAN ........................ 33
A. Secara Geogarafi Kabupaten Tanjung Jabung Timur ............................ 33
B. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 35
BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 40
A. Pengertian Ngelayak..................................................................................... 40
1. Jenis-jenis pengelayak ............................................................................... 40
B. Faktor-Faktor Penyebab Nelayan Perempuan Melakukan Ngelayak . . 42
1. Pendapatan Suami Yang Kurang Mencukupi .......................................... 42
2. Tingginya Tututan Biaya Hidup............................................................... 45
C. Permasalahan Yang Dihadapi Para Istri Nelayan Pengelayak . ............ 51
1. Kondisi Alam ............................................................................................. 51
2. Pemasaran Hasil Produksi Ngelayak ......................................................... 53
D. Perbandingan Pendapatan penghasilan Olahan Ngelayak .................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pendapatan Nelayan .................................................................... 4
Tabel 3.1 Luas Daerah Tanjung Jabung Timur ....................................... 33
Tabel 3.2 Jarak Desa Kuala Simbur Ke Pusat Pemerintahan ................. 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 ibu juraida .............................................................................. 40
Gamabar 4.2 nelayan pulang dari melaut ................................................. 41
Gambar 4.3 ikan hasil tangkapan nelayan ................................................ 42
Gambar 4.4 udang hasil tangkapan nelayan ............................................. 42
Gambar 4.5 Gambar 4.6 ibu syamsiah menjemur ikan kering tawar ... 44
Gambar 4.6 nenek suratina ......................................................................... 45
Gambar 4.7 ibu lina ..................................................................................... 48
Gambar 4.8 elly ............................................................................................ 50
Gambar 4.9 proses pembuatan kerupuk udang ........................................ 58
Gambar 4.10 proses pembuatan kerupuk udang ...................................... 58
Gambar 4.11 proses penjemurn kerupuk di pagi hari ....................... .....58
Gambar 4.12 kerupuk yang dijemur ...................................... ............. ..... 58
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar wilayah indonesia terdiri dari pesisir, wilayah
pesisir adalah wilayah yang dihuni oleh masyarakat dengan
karakteristik keluargayang khas. Pesisir merupakan daerah yang sarat
akan potensi perikanan, namundemikian pada dasarnya masyarakat
pesisir yang sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan masih
identik dengan masalah kemiskinan yang sampai saat ini masih
menjadi fenomena klasik pesisir. Kurang lebih empatjuta nelayan di
indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan denganpendapatan
yang rendah. kemiskinan seolah menjadi bagian yang tak terhindarkan
dari kehidupan nelayan di indonesia1.
Masyarakat nelayan merupakan masyarakat tradisional dengan
kondisisosial ekonomi yang memprihatinkan. Masyarakat nelayan benar-
benar ketinggalan jika dibandingkan dengan masyarakat luar yang
bergerak dibidang lain. Upaya untuk meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup nelayan sangatlah penting mengingat kondisi sosial ekonominya
1 mirna, “Partisipasi Istri Nelayan Dalam Membantu Ekonomi Keluarga Di Kelurahan
Bontang
Kuala Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang”, Sosiatri-Sosiologi, Volume 4, Nomor 3, 2016
yang memprihatinkan. Nelayan termasuk salah satu golongan miskin yang
perlu diperhatikan. Karena selalu berada pada kehidupan ekonomi yang
rendah dengan situasi kerja yang monoton dan dalam melakukan
pekerjaan memerlukan fisik yang kuat2.
Nelayan merupakan orang yang secara aktif melakukan
pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang lainnya.
Penangkapan ikan berlangsung di perairan umum seperti sungai, danau,
waduk dan rawa; serta penangkapan ikan di laut3. Nelayan adalah
suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung
pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun
budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya4.
Pendapatan nelayan sangat tergantung pada beberapa faktor seperti cuaca
dan musim, sehingga berdampak pada pendapatan yang tidak menentu.
usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan skala kecil sangat
tergantung pada cuaca, musim, keterbatasan aset dan permodalan5. Pada
struktur masyarakat pesisir, mayoritas kepala keluarga bekerja sebagai
2Martia EkaDianti,” Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalamupaya Meningkatkan
Pendapatankeluarga Di Desa Tasikagung, Kecamatanrembang, Kabupaten
Rembang”Semarang:11 Agustus 2014 3 Andi Kurniawati, “Peran Istri Nelayan Dalam Rangka Meningkatkanpendapatan
Keluarga”,saintek maritim,volume XVII no. 1 september 2017 4 purba rana ikhwanul dkk,” Peran Ibu Rumah Tangga Nelayan Dalam Upaya
Meningkatkan Perekonomian Keluarga Di Kelurahan Bitung Karang Ria Kecamatan Tuminting
Kota Manado”, “Acta Diurna” Volume III. No.4. 2014 5Wijaya, R.A., S. Koeshendrajana dan A. Azizi. 2010. Perkembangan Usaha
Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Desa Batu Lubang, Bitung, Sulawesi Utara.
nelayan tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh terhadap
kesejahteraan rumah tangga6.
Posisi perempuan dalam kehidupan sosial, selalu dinilai sebagai
makhluk yang lemah dibanding laki-laki. Gejala seperti ini menentukan
kaum perempuan yang eksistensinya tidak begitu diperhitungkan. Untuk
memenuhi kebutuhan materialnya perempuan tergantung kepada lelaki
sebagai pencari nafkah. Pembagian peran di sektor publik untuk lelaki, dan
sektor domestik untuk perempuan terutama terlihat jelas di lingkungan
keluarga ekonomi menengah ke atas. Sedang pada keluarga ekonomi
menengah ke bawah pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarkal
mengalami perubahan7. Kesulitan ekonomi, biasanya istri nelayan
(fisher-women) tampil mengambil peranan dalam membantu
ekonomikeluarga8 yaitu dengan berbagai kegiatansehingga dalam
keadaan tertentu dapat menanggulangi kesulitan ekonomi rumah
tangga.
Pada masyarakat pesisir umumnya terdapat perkampungan nelayan
(desa kuala simbur naik) yang ditinggali oleh para keluarga nelayan,
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang tinggal dan
6 Maulana Firdaus dan Rikrik Rahadian,” Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan
Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Penjajab Kecamatan Pemangkat, Kabupaten
Sambas)”, J. Sosek KP Vol. 10 No. 2 Tahun 2015 7 Raodah,” Peranan Isteri Nelayan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di
Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”,Al-Qalam Volume 19 Nomor 2
Desember 2013 8 Alfian,Zein,Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Melalui
Pemberdayaan PerempuanNelayan.JurnalMangrovedanPesisir.VolVI.NO1/2006
berkembang di dearah tepian pantai. Dimana ayah sebagai kepala
keluarga yang bekerja menjadi nelayan yang mencari dan mengandalkan
hasil tangkapan ikan dari laut untuk menghidupi keluarga, ibu sebagai
orang tua yang mengasuh anak-anak di rumah dan mengurusi pekerjaan
rumah, dan anak sebagai anggota keluarga. Sering juga kita melihat tidak
sedikit keluarga diperkampungan nelayan yang hidup pas -pasan dan jauh
dari kata sejahtera atau berkelebihan.
Masyarakat di Desa Kuala Simbur sebagai masyarakat nelayan di
dalamkehidupan sehari-hari memiliki permasalahan yang sama dengan
masyarakatnelayan lainnya. Kemiskinan adalah salah satu masalah
yang dihadapimasyarakat nelayan di desa kuala simbur naik. Ketidak
berdayaan mereka,dalam faktor ekonomi di dalam kehidupan sehari-
hari ini diakibatkan olehpedapatan yang tidak menentu dan cenderung
kecil. Pendapatan nelayan/suami berasal dari pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan sebagai nelayan jaring terol dan lain-lain. Besar kecilnya
pendapatan nelayan tergantung dari cuaca, musim dan status nelayan
tersebut pada unit penangkapan, dan jenis alat tangkapnya.
Tabel 1.1 pendapatan nelayan
NO Status Nelayan
(Suami)
Rata-Rata Pendapatan
sekali melaut
1. Juragan kapal Rp. 150.000-650.000
2. Kapal pribadi Rp. 100.000-350.000
3. Kapal prbadi
(kecil)
Rp. 50.000-250.000
4. Nelayan buruh Rp. 30.000-150.000
Rata-rata pendapatan nelayan di Desa Kuala Simbur satu kali
melaut berdasarkan tabel diatas adalah dibawah Rp600.000, sedangkan
yang memiliki pendapatan diatas Rp 600.000 hanya satu orang. Setatus
nelayannya adalah juragan kapal. Kecilnya pendapatanyang diperoleh
oleh seorang nelayan mendorong perempuan nelayan (istri) untuk ikut
berpartisipasi dalam upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga,
kegiatan atau usaha yang dilakukan para perempuan nelayan (istri) didesa
kuala simbur naik salah satunya adalah ngelayak ikan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, tentunya pendapatan
ayah (nelayan) tidak sebanding dengan keperluan keluarga yang harus
dipenuhi setiap bulannya seperti pembayaran listrik, air (PDAM),
hutang kepada koperasi, biaya sekolah anak, perbaikan sarana nelayan,
kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan biaya-biaya tidak terduga
lainnya seperti kematian dan perkawinan. Dan dengan kondisi
pendapatan nelayan yang tidak menentu ini menyebabkan
pentingnya peranan seorang istri dalam kegiatan produktif yaitu
partisipasinya dalam membantu mencari nafkah untuk menambah
pendapatan keluarga agar ketahanan ekonomi keluarga dapat terjaga.
maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul
“Ngelayak : Upaya Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Pendapatan
Rumah Tangga di Desa Kuala Simbur Kecamatan Muara Sabak
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini, rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa yang menjadi upaya istri nelayan dalam meningkat pendapatan
Rumah Tangga Di Desa Kuala Simbur Kecamatan Muara Sabak
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2. Bagaimana upaya istri nelayan dalam meningkatkan pendapatan
rumah tangga ?
C. Batasan Masalah
untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan karya silmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka
penulisan merasa perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas
sehingga tidak keluar dari topik pembahasan yaitu Ngelayak : Upaya Istri
Nelayan Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga di Desa Kuala
Simbur Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui Apa yang menjadi upaya istri nelayan dalam
meningkat pendapatan Rumah Tangga di Desa Kuala Simbur
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dalam meningkat perokonomian rumah tangga
b. Mengetahui upaya istri nelayan dalam meningkatkan pendapatan
rumah tangga
2. Kegunaan penelitian
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritik
terhadap masalah praktis yang didapat pada kehidupan
perekonomian nelayan khususnya dalam menganalisa motivasi istri
nelayan dalam membantu meningkatkan ekonomi keluarga.
b. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman baru bagi masyarakat tentang peranan dari seorang
istri di dalam rumah tangga dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga sehingga istri yang lebih banyak
dipandang sebagai teman hidup bagi seorang pria yang hanya
bertugas untuk mengurus anak dan rumah dapat dirubah bahwa
seorang istri juga memiliki potensi atau kemampuan yang dapat
dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan sebuah rumah
tangga karena istri juga memiliki kemampuan sebagai sumber
pemasukan didalam sebuah keluarga.
c. Lembaga-Lembaga Sosial Yang Terkait
Sebagai salah satu karya ilmiah yang bertujuan untuk
memberikan pendeskripsian tentang peranan dari seorang istri
dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dalam keluarga
nelayan, maka hasil penelitian ini yang berbentuk penulisan skripsi
ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan mengenai
bidang sosial kemasyarakatan sekaligus budaya dalam pokok
pembahasan yang sama, juga sebagai wacana bagi mahasiswa yang
berminat untuk meneliti pada bidang yang sama.
E. Kerangka Teori
1. Defenisi Sosiologi Ekonomi
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Pengertian
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat.
Horton dan Hunt mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan
manusia yang secara relatif mandiri, dimana hidup secara bersama-
sama dalam waktu yang cukup lama, mendiami suatu wilayah mandiri,
memiliki suatu kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar
kegiatannya dalam kelompok tersebut. Ekonomi merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris, yaitu Economy. Kata Economy sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomike yang memiliki arti
pengelolaan rumah tangga. Pengertian Ekonomi adalah suatu usaha
dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan
dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga dan
pebisnis atau perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya,
dengan pertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-
masing. Pengertian Sosiologi Ekonomi dapat dilihat dari 2 segi, yaitu :
a. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu kajian yang
mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya
terjadi suatu interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan itu
dapat kita lihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.
b. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu pendekatan sosiologis
yang diterapkan pada fenomena ekonomi.
Dari pengertian sosiologi ekonomi yang pertama dapat dipahami
sosiologi ekonomi mengkaji bagaimana masyarakat mempengaruhi
ekonomi dan bagaimana masyarakat dipengaruhi oleh ekonomi. Dalam
sosiologi ekonomi, konsep masyarakat mempengaruhi ekonomi dapat
kita lihat contohnya dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat sebagai
realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan
kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana
memproduksinya dan dimana memproduksinya. Dari kegiatan yang
dilakukan masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakat lah yang
mempengaruhi ekonomi. Konsep ekonomi mempengaruhi masyarakat
dapat kita contohnya dalam kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Semua manusia perlu mengkonsumsi pangan,
sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Oleh karena itu manusia
tersebut perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari
kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
bekerja, ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi
manusia.
Dari pengertian sosiologi ekonomi yang kedua, terdapat dua hal
yang harus dijelaskan, yaitu pendekatan sosiologis dan fenomena
ekonomi. Pendekatan Sosiologis merupakan konsep-konsep, variabel-
variabel, teori-teori dan metode yang digunakan dalam sosiologi untuk
memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas
aktifitas yang berkaitan dengan ekonomi seperti produksi, konsumsi
dan distribusi. Fenomena Ekonomi adalah gejala dari cara bagaimana
orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap
jasa dan barang. Cara yang dimaksud disini yaitu semua aktivitas
orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi
dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka. Fenomena ekonomi
tidak hanya berada pada tataran mikro sepertin tindakan dan perilaku
ekonomi, tetapi juga ada pada tataran makro seperti budaya ekonomi.
Selain itu tidak hanya menyangkut sebagai realitas subjektif seperti
belanja, tetapi juga realitas objektif seperti ideologi ekonomi.
Fenomena ekonomi berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi, informasi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Sosiolog
(pakar sosiologi) melihat fenomena ekonomi memiliki konsep,
variabel, dan teori sosiologi dalam kerangka pikir, sedangkan metode
merupakan alat untuk mendapatkan atau memperoleh data. Melalui
teori dan metode yang dimiliki, sosiolog mengkaji fenomena ekonomi
yang berkembang dalam proses interaksi sosial dan masyarakat.9
dalam penelitian ini penulis menggunaka pendekatan sosiologis.
2. Nelayan
Nelayan adalah adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara
melakukan pengkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal di
pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan
lokasi kegiatan (Imron, 2003). Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan, nelayan adalah
orang yang melakukan pekerjaan menangkap ikan.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Nelayan
diartikan sebagai orang yang menjalankan usaha penangkapan ikan
atau orang yang ikut mengoperasikan peralatan tangkap dan orang
yang mempunyai kapal, sedangkan orang yang melakukan pekerjaan
9 Damsar, 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Penerbit Kencana Prenada
Media Group : Jakarta.
membuat jaring, mengangkat alat-alat atau perlengkapan kedalam
kapal atau perahu tidak termasuk dalam kategori sebagai nelayan10
.
Masyarakat nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara
melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya
tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat
dengan lokasi kegiatannya. Secara geografis, masyarakat nelayan
adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di
kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut.11
Pendapatan nelayan sangat tergantung pada hasil tangkapan
danpemasaran ikan/udangnya. Sedangkan penangkapan itu sendiri
pada umumnya sangatdipengaruhi oleh macam perahu, alat tangkap,
musim dan cuaca. Pada musim hujan biasanya produksi ikan laut
menurun, sedangkan pada musimkemarau relatif banyak karena curah
hujan yang tinggi akan mempengaruhisalinitas air laut.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab munculnya kerentanan
padakeluarga nelayan, yang pertama adalah musim. Seperti kehidupan
petani,kehidupan nelayan sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan
cuaca dan alam. Disaat musim ikan kehidupan sehari-hari tidak ada
10
Efrita Nainggolan, Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah
Tangga Nelayan Di Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi
Sumatera Utara jurnal perikanan dan kelautan ,2017, hlm. 7 11
purba rana ikhwanul,eveline j. r. kawung,nelly waani, m.si, peran ibu rumah tangga
nelayan dalam upaya
meningkatkan perekonomian keluarga di kelurahan bitung karang ria kecamatan tuminting kota
manado, volume iii. no.4. tahun 2014
masalah meskipun harga ikansedikit turun, akan tetapi pendapatan
nelayan tetap meningkat. Permasalahannyaadalah bila sudah saatnya
memasuki musim barat atau musim ombak dimanatidak ada aktivitas
penangkapan di laut, gangguan cuaca, keterbatasan modal
daneksploitasi yang berlebihan serta salah pengelolaan daerah
penangkapanmenyebabkan nelayan tradisional makin masuk ke dalam
kubangan kemiskinan.Kedua adalah masalah harga dan daya tahan
ikan atau udang hasil tangkapan yang tidak dapatbertahan lama, bila
tidak segera dijual maka akan membusuk dan karena ituharganya pun
sangat murah.
Nelayan kecil yang biasanya mampu bertahan hidup adalah mereka
yangumumnya mempunyai pekerjaan sampingan atau nelayan yang
anggotakeluarganya ikut bekerja, ada di antara nelayan yang
mempunyai sumberpendapatan lain di luar sektor perikanan, seperti
menjadi buruh bangunan, buruhindustri dan lain sebagainya.
Kebanyakan nelayan melibatkan istri atau anggotakeluarga yang lain
untuk membantu mencari nafkah, baik di dalam atau diluarrumah guna
menopang kehidupan ekonomi keluarganya.
Dalam kehidupan nelayan, pada beberapa keluarga nelayan
jugaditemukan adanya istri nelayan yang turut berperan dalam
menopang kehidupanekonomi keluarga. Sesuai dengan pola kehidupan
nelayan, kebanyakan darimereka bekerja sebagai pedagang ikan.
Dengan demikian istri nelayan disinidapat dikatakan mempunyai peran
ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan ikut mencari nafkah.
3. Peran Istri Nelayan dalam aktivitas ekonomi
Banyak ahli bidang Sosiologi, Antropologi maupun Ekonomi
mengasumsikan bahwa peran dalam keluarga berdasarkan jenis
kelamin dan alokasi ekonomi mengarah adanya peran yang lebih
besar atau menyeluruh dari perempuan adalah pekerjaan rumah tangga
(reproduksi). Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang
langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah. Namun dalam
kenyataan tidak sedikit perempuan yang juga mempunyai peran dalam
pekerjaan yang memberi nafkah itu, seperti bidang pertanian,
perikanan, perdagangan kecil, industri kecil maupun sebagai pegawai.
Dalam bidang perikanan khususnya pada keluarga nelayan, pembagian
kerja antara pria dan perempuan dalam rumah tangga nelayan terbagi
menjadi dua sektor: dalam sektor produksi, pria dominan pada
kegiatan perikanan laut, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan
pengolahan hasil tangkapan juga pemasaran dari olahan hasil
tangkapan tersebut namun dalam skala yang kecil.
Dalam kegiatan perikanan laut dapat dikatakan bahwa pria terlibat
terutama pada tahap-tahap produksi (penangkapan ikan), sementara
perempuan terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu
pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan. Sementara di bidang non-
produksi, yaitu diberbagai lembaga kesejahteraan asli yaitu arisan
perempuan lebih banyak terlibat dibandingkan dengan kaum pria,
diduga hal ini terjadi karena pria lebih banyak menghabiskan
waktunya di laut guna mencari ikan sedangkan permpuan memiliki
lebih banyak waktu didarat sehingga peluang untuk terlibat kedalam
kelembagaan lebih besar. Pergeseran dalam peran atau pembagian
kerja antara pria dan perempuan di dalam sebuah keluarga dan rumah
tangga nelayan diatas mencerminkan perubahan peranan perempuan
dalam rumah tangga yang pada awalnya hanya reproduksi bergeser
dengan penambahan peran yaitu peran produksi. Seorang ibu memiliki
peran yang penting di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
dimana peran ini tidak hanya untuk dipimpin tetapi untuk memimpin
dan harus diakui serta diperjuangkan untuk mendapat pengakuan yang
positif dan pasti12
.
Menurut Harijani, mengatakan bahwa analisisalternatif mengenai
peran perempuan dapat dilihat dari tiga perspektif dalam
kaitannyadengan posisinya sebagai manajer rumah tangga dan
partisipan pembangunan ataupekerja pencari nafkah. Jika dilihat secara
areal peranan seorang perempuan di dalam sebuah rumah tangga, maka
dapat dibagi menjadi :
1. Peran tradisional
Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari
membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta
12
sri pudji susilowati, peranan istri nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah
tangga ( di desa kabongan lor kecamatan rembang kabupaten rembang),universits negri
semarang,2006
segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Ditinjau secara
luas tentang peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga,
perempuan telah memberikan perannya yang sungguh mahal dan
penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan
ayah. pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah,
memasak, mencuci serta membimbing dan mengasuh anak-anak
tidak dapat diukur dengan nilai uang.
2. Peran transisi
Peran transisi adalah peran perempuan yang juga berperan
atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga
kerja atau ibu disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya bidang
pertanian dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja
perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang
ada,sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para
perempuan untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri
berarti tersedianya pekerjaanyang cocok bagi perempuan sehingga
terbukalah kesempatan kerja bagi perempuan.Masalah kehidupan
mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari
nafkah.
3. Peran kontemporer
Peran kontemporer adalah peran dimana seorang perempuan
hanya memiliki peran diluar rumah tangga sebagai perempuan
karier. Sedangkan menurut Astuti, peran perempuan terbagi atas :
a. Peran Produktif
Peran produktif yaitu peran yang dihargai dengan uang atau
barang yang menghasilkan uang atau barang atau yang
berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi. Contoh : petani,
penjahit, guru dan pengusaha.
b. Peran Reproduktif
Peran reproduktif yaitu peran yang tidak dapat dihargai
dengan nilai uang atau barang, peran ini terkait dengan
kelangsungan hidup manusia, contoh: sebagaimana peran istri
seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui anak adalah
kodrat dari seorang ibu serta mendidik anak, memasak,
menyiram tanaman, mencuci, memandikan anak, menyapu
walaupun bisa dikerjakan secara bersama-sama.
c. Peran Sosial
Peran sosial yaitu berkaitan dengan peran istri untuk
mengikuti kegiatan masyarakat. Contoh : kegiatan pengajian,
PKK, arisan, organisasikemasyarakatan13
.
4. Pemberdayaan Peranan Perempuan dalam Pembangunan
13
Susilowati,”peranan istri nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
(didesa kabongan lor kecamatan rembang kabupaten rembang), 2006
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar
“daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari
pengertian tersebut, makna pemberdayaan, sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya14
.
Pemberdayaan atau empowerment secara singkat dapat diartikan
sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan
kepada masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara
(voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice)
alternatif dalam perbaikan kehidupan yang baik. Pemberdayaan
dapat juga diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan
skala upgrade utilitasdari objek yang diberdayakan, karena objek
tersebut mencapai keterbatasan, ketidak berdayaan,
keterbelakangan, kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karena itu guna
mengupayakan kesetaraan serta untuk mengurangi beberapa aspek
diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas
melalu penambahan nilai15
.
Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang
dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk
14
Widjajanti,” model pemberdayaan masyarakat. Jurnal ekonomi pembangunan, volume
12 nomor 1, juni 2011 hlm. 15-27 15
Mardikanto, Totok “konsep-konsep pembedayaan masyrakat” cetakan 1. Surakarta
UNS Press 2010
memperoleh atau memberikan, kekuatan atau kemampuan kepada
individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah
yang dihadapi sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara
mandiri16
.
Banyaknya perempuan yang melakukan aktivitas produktif di luar
rumah mengindikasikan adanya pergeseran pandangan pada
masyarakat yang semulamenganggap bahwa perempuan hanya bekerja
dirumah untuk melakukan tugas domestiknya. Hal ini semakin
didukung dengan adanya pencanangan dari pemerintah mengenai
peranan jender (Gender Mainstreaming) yang mencakup segala aspek,
antara lain aspek pendidikan, kesehatan, hukum termasuk sarana fisik
yang bertujuan semakin memperdayakan perempuan, ada dua konsep
pembangunan yang melibatkan perempuan yaitu Perempuan dalam
Pembangunan (Women in Development) dan Gender dan
Pembangunan (Gender and Development).
Women in development muncul ketika kebijakan yang dilakukan
negara maju dalam menolong negara dunia ketiga gagal, dengan
menyodorkan pendekatan baru yang diberi nama Tatanan Ekonomi
Internasional baru yang memperbaiki ekonomi global
sertamemeratakan penguasaan terhadap sumberdaya. Adapun tujuan
16
winna elcera br sitepu, pemberdayaan istri petani dalam upaya peningkatan
pendapatan keluarga di kecamatan tigapanah, kabupaten karo, sumatera utara, semarang, 8
oktober 2014
Women in Development adalah mengintregasikan kesadaran akan
kebutuhan perempuan dalam proses pembangunan dan meningkatkan
partisipasinya dalam pembangunan. Upaya mengintregasikan
perempuan dalam proses pembangunan,karena alasan kerangka
dualistik tentang modernisasi dan pembangunan dimanaperempuan
dilihat sebagai yang termiskin dari kelompok terbelakang,
denganasumsi bahwa perempuan belum berkontribusi dalam
pembangunan. Untuk menyeimbangkannya, maka perlu meningkatkan
produktivitas dan pendapatan perempuan dalam rumah tangga yang
termiskin.
Adapun pendekatan yang dipakai pada sistem Gender and
Development adalah pendekatan kesejahteraan (welfare), kesamaan
(equity), anti kemiskinan(anti poverty), efisiensi (efficiency), dan
pemberdayaan (empowerment).Pemberdayaan perempuan dapat
diartikan sejauh mana individu memilikikemampuan, mengatur, dan
mengambil keputusan. Pemberdayaan mengacu padaproses dimana
klien didorong mengambil keputusan sendiri dan memilih tindakan
mandiri. Konsep pemberdayaan muncul karena adanya suatu
kompleksitas serta hubungan sebab akibat dari ketidak berdayaan,
kerapuhan, kelemahan fisik,kemiskinan dan keterasingan17
.
17
martia ekadianti, analisis pendapatan istri nelayan dalam upaya meningkatkan
pendapatan keluarga di desa tasikagung, kecamatan rembang, kabupaten rembang, semarang, 11
agustus 2014
F. Tinjauan Pustaka
Mengacu kepada hasil penelitian yang terdahulu dan seindentik dengan
hasil penelitian yang dilaksanakan, maka penulis menemukan 5 hasil
penelitian yang terdahulu, diantaranya:
1. Hasil penelitian Ferdhi. H mengangkat judul “Kontribusi Istri Nelayan
Terhadap Pendapatan Keluarga Didesa Langgapulu Kecamatan
Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan” metode yang digunakan
kulitatif kuantitaif, Dari hasil penelitian ini disimpulkan Kegiatan-
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh istri nelayan untuk menambah
pendapatan kelauarga umumnya usaha mandiri antara lain Berjualan
Kue, Warung Makan, Jualan Sayur, Menjual Ikan Kios
Sembako,Penjahit, Jual Es, Menjual Gorengan, Menjual Ikan Kering
dan Pegawai Negri Sipil. Kontribusi istri nelayan di Desa
Langgapulu Kecamatan Kolono Timur terhadap peningkatan taraf
hidup keluarga nelayan berada dalam kategori sedang.
2. Hasil penelitian Mirna mengakat judul ”Kota Bontang Partisipasi Istri
Nelayan Dalam Membantu Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Bontang
Kuala Kecamatan Bontang Utara” metode yang digunakan kualitatif
deskriptif, dari hasil penelitian ini adalah:
a. Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan khusus kepada
keluarga nelayan yang kurang mampu dalam bidang
pendidikan seperti pemberian beasiswa kepada anak-anak
nelayan sehingga orang tua mereka tidak lagi terbebani dengan
biaya sekolah anak mereka.
b. Pemerintah juga dapatan membantu dengan cara
membangun koperasi simpan pinjam khusus bagi nelayan di
Kelurahan Bontang Kuala. Hal ini akan sangat menunjang para
nelayan di Kelurahan Bontang Kuala terutama pada musim
paceklik ikan. Koperasi tersebut juga sebaiknya menyediakan
berbagai macam perbekalan nelayan yang dapat dicicil
pembayarannya atau peminjaman modal bagi nelayan yang
ingin membuka usaha sampingan.
c. Pemberian pelatihan kepada para istri nelayan yang ada di
Kelurahan Bontang Kuala sehingga mereka dapat memiliki
kemampuan dan pengalaman yang dapat dijadikan modal untuk
menjalankan suatu uasaha18
3. Hasil penelitian Selvi Tebaiy, Juliana Leiwakabessy, Eddy T
Wambrauw yang mengangkat judul “Kontribusi Pendapatan
Kelompok Usaha Perempuan Pesisir Dalam Pengolahan Hasil
Perikanan Di Manokwari” metode yang digunaka kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian mengenai kontribusi pendapatan
kelompok usaha perempuan pesisir dalam pengolahan hasil
perikanan di Manokwari adalah sebagai berikut :
18
Mirna,Partisipasi Istri Nelayan Dalam Membantu Ekonomi Keluarga Di Kelurahan
Bontang Kuala Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang. Jurnal soaiologi vol 4 no.3 2016
a. Lima jenis usaha yang dilakukan oleh perempuan pesisir
Kabupaten Manokwari adalah pengolah bakso dan kerupuk ikan
tenggiri, abon ikan, ikan asin, ikan asar dan wisata kuliner.
Pendapatan rata-rata perbulan dari hasil olahan bakso dan
kerupuk ikan tenggiri yang dikelola oleh KUBE Myos Aur
dengan pendapatan tertinggi per bulan Rp.10,460,000.00 dan
terendah adalah pengusaha ikan asin Rp.4,895,000.00.
b. Kontribusi pendapatan perempuan pengolah hasil perikanan
dalam pendapatan rumah tangga adalah sebesar 80% dari usaha
ikan asar dan wisata kuliner. Terjadi peningkatan kontribusi
pendapatan perempuan pesisir Manokwari dalam Rumah
Tangga Perikanan selama 10 tahun (2005-2015) sebesar 70%.
4. Hasil penelitian Dr. Nurjannah, Andini Diana Juliati yang mengkat
judul “Pemberdayaan Perempuan Untuk Ketahanan Keluarga Di Pulau
Tidung Kepulauan Seribu” metode yang digunakn kualitatif
Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan perempuan di Pulau
Tidung, maka disimpulkan:
a. peningkatan pendapatan ekonomi perempuan di Pulau Tidung
dilakukan dengan identifikasi produk lokal yang berpotensi unggul,
yang diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan ketahanan
ekonomi keluarga.
b. Penanaman nilai dan karakter budaya lokalsebagai salah satu dasar
ketahanan keluargadapat dilakukan oleh perempuan di Pulau
Tidung melalui penciptaan karya seni dalam bentuk seni tari dan
gerak.
c. Untuk penanaman nilai dan karakter budaya sebagai dasar
ketahanan keluarga diinternalisasikan melalui proses pendidikan
oleh guru di lembaga pendidikan menggunakan metode dan media
yang tepat sesuai dengan karakteristik perkembangan peserta didik.
Perempuan dapat berpartisipasi dalam berbagai kelompok
masyarakat yang memberikankesempatan pada perempuan untuk
dapat berbagi ilmu dan pemahaman termasuk untuksosialisasi dan
teladan dalam menjaga kelestarian lingkugan dengan menjadi duta
atau agen pelestarian lingkungan.
5. hasil penelitian Roma Y.F. hutapea dkk mengangkat judul “Peranan
Wanita Nelayan (Istri Nelayan) Jaring Insang Dalam Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Di Desa Bejalen, Perairan Rawa Pening,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang” Dari hasil penelitian ini
disimpulkan Berdasarkan uji korelasi, faktor yang berpengaruh dalam
meningkatkan pendapatan wanita nelayan adalah curahan waktu kerja,
dengan nilai koefisien korelasi Spearman 0,866 dan dengan
probabilitas 0,000 dan berdasarkan uji regresi linier berganda variabel
yang mempengaruhi pendapatan wanita nelayan adalah curahan waktu
kerja. Kontribusi tertinggi wanita nelayan jaring insang adalah 75,48%
dan kontribusi terendah pendapatan wanita nelayan sebesar 26,10%.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. pendekatan penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis etnografi. Penelitian etnografi
memahami, mempelajari, dan menguji suatu fenomena dalam situasi
sesungguhnya (reality testing), mempunyai akses ke kelompok dan
sebaliknya, kaya dengan data, tidak mahal, dan dapat digunakan sebagai dasar
informasi yang diperlukan dalam penyusunan hipotesis bagi jenis penelitian
yang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat fenomena yang terjadi pada
masyarakat Desa Kuala Simbur apa yang terjadi dalam lingkup kehidupan
mereka kemudian melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan makna khusus
sebagai esensi dalam memahami fakta sosial yang ada di masyarakat Desa
Kuala Simbur
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai April-september, Didesa Kuala Simbur
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sosiologis berusaha
untuk memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktifitas
2
5
yang berkaitan dengan ekonomi seperti produksi, konsumsi dan distribusi.
Berdasarkan pandangan - Pandangan dari partisipan.19
Penelitian kualitatif adalah bentuk penelitian dengan mengumpulkan data
berupa rincian cerita yang disampaikan oleh responden penelitian dan
diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan dari setiap
responden.20
Pendekatan kualitatif dapat mendeskripsikan dan membangun hubungan
dari kategori-kategori data yang ditemukan. Bodgan dan Taylor dalam Basrowi
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali subyek dan
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.21
Hal ini sesuai
dari tujuan dari studi etnografi komunikasi untuk menggambarkan, menganalisis
dan menjelaskan perilaku komunikasi kelompok sosial ketika telibat dalam proses
komunikasi.
Spradley dalam Sugeng membagi 12 tahapan analisis data penelitian
kualitatif yaitu memilih situasi sosial, melaksanakan observasi partisipan,
mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif,
melakukan analisis domain, melakukan observasi terfokus, melaksanakan analisis
taksonomi, melakukan analisis taksonomi, melakukan observasi terseleksi,
19
Yusuf Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 360.
20 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 185. 21
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, 2014), hlm. 85.
melakukan analisis komponensial, melakukan analisis tema, temuan budaya, dan
terakhir menulis laporan penelitian kualitatif.22
Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan gambaran umum mengenai interaksi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Kuala Simbur.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi Partisipan
Pengumpulan data penelitian kualitatif sosiologis dapat menggunakan
observasi partisipan. Observasi partisipan adalah metode tradisional yang
digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke
dalam masyarakat yang akan di telitinya. Peneliti berusaha menemukan peran
untuk dimainkan sebagai anggota masyarakat tersebut, dan mencoba untuk
memperoleh perasaan dekat dengan nilai-nilai kelompok dan pola-pola
masyarakat.23
Observasi partisipan sering dianggap sebagai suatu seni atau kreativitas
dalam metode penelitian, karena pada praktiknya metode ini memerlukan
berbagai keahlian dari si peneliti. Di lapangan peneliti dituntut untuk dapat
melakukan penilaian, peka terhadap lingkungan yang diteliti, termasuk detil
22
Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (Jakarta Timur:
Kelompok Intrans Publishing, 2015), h. 117. 23 Abd. Syukur Ibrahim, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), hlm. 277.
yang tersembunyi sekalipun, mampu beradaptasi, mengatasi berbagai
hambatan, termasuk hambatan dalam dirinya. Peneliti dituntut untuk memiliki
imajinasi yang kuat untuk menangkap realitas dan menerjemahkannya ke
dalam laporan penelitian.Oleh karena itu hasil dari obeservasi partisipan akan
refleksif sekaligus responsif, karena memiliki hubungan langsung dengan data
di lapangan.24
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak.
Peneliti melakukan observasi di Desa Kuala Simbur kemudian
memperhatikan perilaku, interaksi partisipan dengan peneliti, dan hal-hal yang
dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara. Hal tersebut membuat peneliti lebih spesifik dalam menempatkan
diri dalam lingkungan penelitian yang pada akhirnya mempersingkat waktu
proses penelitian.
2. Wawancara Mendalam
Untuk memperoleh data yang objektif, peneliti membutuhkan informasi
melalui penelitian dengan melakukan wawancara mendalam. Wawancara
24
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Enografi Komunikasi, (Bandung:
Widya Padjadjaran, 2008), hlm. 51.
etnografi yang paling umum dan baik, adalah wawancara yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan
sebelumnya atau lebih dikenal sebagai wawancara yang tidak berstruktur atau
juga wawancara mendalam. Jenis wawancara ini mendorong subjek penelitian
untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan
istilah-istilah mereka sendiri mengenai objek penelitian.25
O‟Reilly dalam Kuswarno mengemukakan bahwa wawancara etnografi
dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan. Namun
seringkali perlu untuk melakukan wawancara khusus dengan beberapa
responden dengan waktu dan setting yang telah ditentukan oleh peneliti.
Wawancara yang terbaik dalam etnografi adalah setting observasi partisipan
dengan level spontanitas yang tinggi.
Peneliti menggunakan wawancara mendalam agar terjadinya suasana yang
akrab dan informal. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu berkaitan
dengan interaksi sosial. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak memiliki alternatif respon agar terjadi pengembangan bahan wawancara.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dalam penelitian kualitatif, sama artinya dengan
mencoba menemukan gambaran mengenai pengalaman hidup atau peristiwa
yang terjadi, beserta penafsiran subjek penelitian terhadapnya. Dokumen ini
dapat berbentuk buku harian, kliping surat kabar, surat-surat pribadi, dan
sebagainya. Tidak semua dokumen dapat menjadi bahan analisis, dokumen
25
Ibid 54
yang dimaksud haruslah dokumen yang dapat mengungkapkan bagaimana
subjek penelitian mendefinisian dirinya sendiri, lingkungan dan situasi yang
dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut
dalam hubungannya dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-
tindakannya itu.26
Agar lebih jelas dimana informasi didapatkan, maka peneliti
mengabadikan dalam bentuk foto-foto dan data yang relevan dengan
penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil
observasi dan wawancara.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek dalam penelitian etnografi disebut partisipan. Penelitian etnografi
menyebutkan subyek sebagai partisipan penelitian yang mampu membantu
etnografer dalam mempelajari budaya partisipan dan belajar mengenai
keterampilan wawancara. Spradley menyimpulkan bahwa partisipan yang baik
dalam penelitian etnografi adalah orang yang memiliki lima persyaratan
minimal yaitu:
a. Orang yang sudah teren kulturasi penuh
b. Keterlibatan langsung
c. Suasana budaya yang tidak dikenal
d. Waktu yang cukup
26 Ibid 59
e. non-analitik.27
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Kuala Simbur
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Partisipan
merupakan sumber data utama selain hasil dari pengamatan langsung yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti memilih beberapa masyarakat Desa Kuala
Simbur Naik yang telah memenuhi kriteria dalam memperoleh informasi
dalam proses penelitian
5. Teknik Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data dilakukan, proses selanjutnya adalah
melakukan analisis data. Pada dasarnya analisis data dalam etnografi berjalan
bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika peneliti melengkapi catatan
lapangan setelah melakukan observasi, pada saat itu pula peneliti melakukan
analisis data.28
Bagi etnografi menemukan hubungan antara komponen
komunikasi merupakan analisis data yang utama, karena berdasarkan itulah
pola terbentuk. Analisis juga dapat dilakukan pada komponen kompetensi
komunikasi untuk mengetahui pengaruh dari aspek sosio kultural terhadap
pola yang telah ada.
Creswell dalam Kuswarno menyebutkan tiga teknik analisis data dalam
penelitian etnografi yaitu:
27
James P. Spradley, Metode Etnografi (judul asli The Etnographic Interview),
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997), hlm. 46. 28
Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi, Pengantar dan Contoh Penelitiaanya (Bandung:
Widya Padjadjaran, 2008), hlm. 67.
a. Deskripsi, menjadi tahapan awal bagi etnografer dalam menuliskan
laporan dan mempresentasikan hasil penelitiannya dengan
menggambarkan secara detil obyek penelitiannya.
b. Analisis, etnografer menemukan beberapa data akurat mengenai
penggambaran obyek penelitian yang biasanya melalui tabel, grafik,
diagram, dan model. Penjelasan pola-pola atau regularitas dari
perilaku, membandingkan obyek penelitian dengan obyek lain dan
mengevaluasinya dengan nilai umum yang berlaku, semua termasuk
pada tahap ini.
c. Interpretasi, menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian
etnografi. Etnogrfer menggunakan kata orang pertama dalam
penjelasannya, untuk menegaskan bahwa penelitiannya murni hasil
interpretasinya dan pada tahap inilah etnografer mengambil
kesimpulan dari hasil penelitiannya.
Peneliti menggunakan tiga teknis analisis data tersebut dengan
mendeksripsikan hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan
membandingkan beberapa hasil temuan lapangan dan tahap terakhir
adalah menginterpretasi hasil analisis. Pada tahap ini, etnografer
menggunakan kata orang pertama dalam penjelasannya, untuk
menegaskan bahwa apa yang dia kemukakan adalah murni hasil
interpretasinya.
BAB III
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Secara Geogarafi Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak antara
0o53’ 1
o41’ Lintang Selatan dan antara 103
o23–104
o31 Bujur Timur. Sebelah
utara dan timur berbatasan dengan Laut China Selatan, sebelah selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Muaro Jambi,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan
Kabupaten Muaro Jambi. Luas wilayah Kabupaten Tanjung. Luas wilayah
Kabupaten Tanjung Timur 5.445 km2 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Luas Daerah Tanjung Jabung Timur
No Kecamatan Luas daerah Persentase
1. Mendahara 911,15 km2
16,73 %
2. Mendahara Ulu 381,3 km2 7,00 %
3. Geragai 285,35 km2 5,24 %
4. Dendang 478.17 km2 8,78 %
5. Muara Sabak Barat 251,75 km2 4,62 %
6. Muara Sabak Timur 410,28 km2 7,53 %
7. Kuala Jambi 120,52 km2 2,21 %
8. Rantau Rasau 356,12 km2 6,54%
3
3
Sumber: BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Luas wilayah terbesar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berada di
Kecamatan Sadu sebesar 1.821,2 km2 atau sebesar 33,45 persen dari total luas
wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, diikuti oleh Kecamatan
Mendahara sebesar 911,15 km2. Secara administratif, jumlah kecamatan dan
desa/kelurahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2017 sebanyak 11
kecamatan dan 93 desa/kelurahan, dimana jumlah desa/kelurahan terbanyak
berada di Kecamatan Muara Sabak Timur sebanyak 12 desa/kelurahan.
Kuala Simbur merupakan Desa yang berawal dari pemerkaran Desa
Simbur yang mana terletak di Kecamatan Muara Sabak Timur. Desa Kuala
Simbur ditinjau dari segi batas wilayah sebagai berikut:
a.Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Simbur.
b.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Raya.
c.Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lambur Luar.
d.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambur III
B. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sejarah berdirinya Desa Simbur Naik tidak dapat dilepaskan dari peran
petani yang merupakan cikal bakal berdirinya desa tersebut. Desa Simbur Naik
9. Berbak 194,46 km2 3,57%
10. Nipah Panjang 234,7 km2 4,31%
11. Sadu 1.821,2 km2 33,45%
didirikan pada tahun 1957, oleh seorang petani bernama H. Kanna yang berasal
dari Pulau Kijang, Idragiri Ilir, Riau yang mengadakan kunjungan ke daerah
Tanjung Jabung untuk mencari tanah persawahan dan perkebunan. Setelah sampai
pada suatu sungai yang bermuara pada selat berhala, beliau menyusuri sungai
tersebut. Melihat keadaan subur yang baik untuk persawahan maka beliau
mendirikan pondok dan kemudian membuka hutan tersebut. Karena hutanya
dialiri air pasang surut yang terkadang tawar dan terkadang asin maka keaadan
tanahnya sangat subur untuk persawahan dan perkebunan. Nama Simbur Naik
terinspirasi oleh kejadian apabila terjadi air pasang, maka sungai tersebut
bersimburlah ikan-ikan, oleh karena itu Desa tersebut diberi Nama Simbur Naik.
Desa Simbur Naik berada di bawah pemerintahan kepenghuluan Kampung
Laut Marga Sabak. Kemudian pada tahun tahun 1967 keberadaan Desa Simbur
Naik adalah kemangkuan di bawah kawasan Marga Sabak dipimpin oleh seorang
Mangku hingga tahun 1970. pada tanggal 28 Desember 1972. Simbur Naik resmi
berstatus desa yang diperintah oleh seorang penghulu yang bernama H. Kanna.
Dengan kesadaran masyarakat Simbur Naik akan pentingnya pembangunan,
warga bekerja sama dengan perangkat Desa meleksanakan kegiatan
pembangunan. Sehingga Desa Simbur Naik mengalami kemajuan yang cukup
segnifikan. Dahulunya jalan di Desa Simbur Naik belum dapat dilalui kendaraan
bermotor roda dua. Tetapi sekarang dengan dibukanya jalan yang
menghubungkan antara desa-desa tetanggga dan antara parit, maka sudah dapat
dilalui kendaraan bermotor. Begitu pula proyek INPRES lainya yang merupakan
bantuan pemerintah tidak disia-siakan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup dan peningkatan bidang lainya.
Berkat usaha bersama serta semangat untuk membangun yang tinggi dari
masyarakat desa, maka pada tahun 1975 Desa Simbur Naik memperoleh anugerah
sebagai Desa Teladan Tingkat Propinsi, selain prestasi tersebut dari tahun 1972
sampai tahun 1976 Desa Simbur Naik telah memperoleh piagam penghargaan
antara lain:
a. Piagam penghargaan Mendagri tanggal 17 Agustus 1973
b. SK Gubernur KDH Tingkat 1 Jambi, nomor 03 Tahun 1973. pada tanggal 16
Juni 1973
Desa Simbur Naik adalah salah satu desa yang yang berada dalam wilayah
Kecamatan Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan tingkat
perkembangan sebagai Desa Swasembada. Luas Desa Simbur Naik + 50 km2 atau
5000 Ha. Terdiri dari 11 Dusun, 26 Batang Parit yang menjadi tanggung jawab
Kepala Desa dibantu Kepala Dusun (Kadus) dan Kepala Rukun Tetangga.
Geografis Desa Simbur Naik terpencar oleh beberapa parit yang merupakan
daratan rendah yang terdiri dari tanah liat dan gambut merupakan daerah yang
cocok untuk wilayah pertanian pasang surut. 29
Jarak Desa Kuala Simbur dengan pusat pemerintahan dapat dilihat seperti
pada tabel berikut:
29
Narasumber Abdul Rahman
Tabel. 3.2 Jarak Desa Kuala Simbur Ke Pusat Pemerintahan
No Pusat pemerintahan Jarak
1. Jarak ke Ibukota
Kecamatan
30 km
2. Jarak ke ibukota
Kabupaten
46 km
3 Jarak ke provinsi 205 km
Pada umumnya penduduk yang bertempat tinggal di daerah pesisir hanya
mendiami daerah pinggiran pantai, hal inilah yang menyebabkan Desa Kuala
Simbur terdapat dua wilayah permukian yang terletak bersebrangan dimana
masing-masing wilayah mendiami sisi pinggir sungai. Untuk mencapai satu
wilayah ke wilayah lain menggunakan kendaraan tranportasi air yaitu Pompong
sebutan warga sekitar untuk kapal kecil atau pun menggunakan perahu. Jumlah
penduduk di Desa Kuala Simbur berjumlah 1000 orang, yang terdiri atas 500
orang warga lali-laki dan 500 orang warga perempuan. Kemudian memiliki
jumlah kepala keluarga sebanyak 248 orang. Pada Desa Kuala Simbur hanya
terdapat satu instantsi pendidikan yaitu Sekolah Dasar yang bernama SDN 22
yang mempunyai murid sejumlah 135.30
Sedangkan Sekolah Menengah Pertama
(SMP ) dan Sekolah Menengah Atas (SMA ) berada di Desa lain. Keterbatasan
30
BPS kabupaten Tanjung Jabung Timur
transportasi dan jarak yang jauh ini lah yang menyebabkan hanya sebagian kecil
anak yang lulus Sekolah Dasar (SD) melanjutkan tingkat pendidikannya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, Mayoritas penduduk Desa Kuala
Simbur kepala keluarganya bekerja sebagai nelayan dan istri mereka selain
sebagai ibu rumah tangga juga turut membantu menambah pendapatan rumah
tangga dengan melakukan ngelayak.
Berikut jenis-jenis hasil tangkapan nelayan dan harga berdasarkan harga
dari pedagang pengumpul yaitu:
Nama Harga/ kg
Udang algogo Rp. 75.000
Udang peci Rp.55.000
Udang sualow Rp.45.000
Udang kapur Rp.25.000
Udang kuning Rp.15.000
Udang kuning kecil Rp.6.000
Ikan tamban Rp.1.000
Ikan besar mata Rp.1.000
Menurut bapak junaidi(47) rata-rata pendapatan nelayan secara
keseluruhan sebesar 50 kg. Dari besarnya tangkapan 30 kg nya adalah ikan
tamban dan besar mata dan udang kuning kecil31
.Berdasarkan tabel diatas jenis-
jenis udang yang mahal saja dijual ke pedagang pengumpul sedangkan udang
31
Wawancara dengan bapak junaidi jum’at, 14 september 2018, pukul 10.00
kuning kecil, ikan tamban, ikan besar mata dll yang harganya murah di olah untuk
dijadikan ngelayak.upah dari pengupasan kulit udang dan pembelahan ikan /kg di
hargai dengan Rp 2.000.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Ngelayak
Kata ngelayak merupakan kata yang berasal dari bahasa Melayu Timur
sedangkan Melayu Timur adalah salah satu suku asli Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Kata ngelayak merujuk pada sebuah pekerjaan yang dilakukan istri
nelayan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam mengelolah hasil tangkap
nelayan. Seperti mengambil upah mengupas kulit udang untuk membuat
kerupuk udang dan petis serta pemebelahan ikan basah yang diolah menjadi ikan
asin dan ikan kering tawar. Pekerjaan ngelayak ini dilakukan dari dulu hingga
sekarang yang metodenya masih mengikuti tata cara tradisional.
1. Jenis-jenis pengelayak
Di Desa Kuala Simbur pekerja sebagai ngelayak terbagi menjadi tiga
yakni pengelayak mengelolah hasil tangkapan sendiri (suami) nelayan yang
memiliki kapal, pengelayak yang mengambil upah, pengelayak yang membeli
hasil tangkapan dari nelayan lain dan kemudian diolah sendiri. Dari ketiga jenis
ngelayak yang paling sedikit pendapatannya adalah pengelayak yang mengambil
upah karena pendapatan buruh upah sesuai dengan pekerjaan yang di kerjakan.
Uang atau pendapatan yang didapat berbanding lurus dengan banyaknya hasil
ngelayak. Semakin banyakanya hasil tangkapan yang di layak, maka semakin
banyak pula uang atau upah yang diperoleh oleh si pengambil upah. Begitu pula
40
sebaliknya, apabila sedikit hasil tangkapan yang dilayak para pengambil upah
maka semakin sedikit juga upah yang di dapat. Berikut pernyataan Ibu juraida
responden pengelayak yang mengambil upah:
“tergantung dari banyaknye ngelayak yang dilakukan kalau
banyak, banyak lah duitnye kalau sikit sebaliknye, namenye juge
ngambek upah. Kalau saye sanggupnye 35 kg duitnye yang didapat
Rp 70.000...32
.”
(tergantung dari banyaknya pekerjaan kalau banyak kerja yang
dilakukan banyak uang yang didapat, kalau sedikit sebaliknya,
namanya juga buruh upah, kalau saya sanggup 25kg uangnya yang
didapat Rp70.000 )
32
Wawacara dengan Ibu Juraida Buruh Upah Ngelayak Sabtu,15 september 2018 pukul 07:30
Gamabr 4.1 ibu juraida
Kendala yang dihadapi oleh para pengelayak pengambil upah
adalah apabila tengkulak tidak ke laut ataupun pergi melaut tetapi tidak
menghasilkan pendapatan maka para pengelayak pengambil upah juga
tidak memiliki pendapatan. Jikalau dalam jangka waktu lama nelayan
tidak pergi melaut yang disebabkan oleh berbagai macam alasan maka
dalam jangka waktu itu pula para pengelayak pengambil upah tidak bisa
menghasilkan pendapatan untuk membantu perekonomian keluarga atau
kata lainnya menganggur. Karena penghasilan para pengelayak sangat
bergantung dengan hasil tangkapan nelayan.
Gambar 4.2 nelayan pulang dari melaut
Gambar 4.3 ikan hasil tankapan nelayan
Gambar 4.4 udang hasil tangkapan nelayan
B. Faktor-Faktor Penyebab Nelayan Perempuan Melakukan Ngelayak
1. Pendapatan Suami Yang Kurang Mencukupi
Wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, tetapi
juga melakukan kegiatan produktif guna menambah penghasilan.
Kurangnya pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga
menyebabkan para nelayan perempuan melakukan insiatif sendiri dalam
pengelolaan hasil tangkapan nelayan sebagai salah satu upaya menambah
pendapatan. Seperti dari hasil wawancara yang diperoleh dari beberapa
responden yang merupakan nelayan perempuan selaku objek penelitian
mengungkapkan bahwa salah satu kesulitan ekonomi dalam keluarga
mereka adalah pendapatan suami yang tidak menentu.
Berikut hasil wawancara dengan responden yang bernama Ibu
Syamsiah (42 tahun) pembuat kerupuk udang dan ikan kering tawar:
“ Untuk nambah penghasilan kite lah kadang tu orang kelaut tu ye kalau
diharap kadang dak cukup juge. kadang tu dapat kadang tu dak, dak
tentu tegangtung musim kalau ada isi, kan. Idak kan maksudnya tu dari
laut tu dak cukup juge. kalau kita dak bantu, seidaknye kan kalau kite
bikin kerupuk dak33
.”
(untuk menambah pendapatan kami lah. terKadang mengharapkan orang
kelaut juga tidak cukup , kadang dapat kadang tidak, tidak tentu
tergantung musim. Maksudnya dari laut itu tidak cukup juga. Kalau kita
tidak bantu, setidaknya kalau kita bikin kerupuk)
33
Wawacara dengan ibu syamsiah Pembuat kerupuk udang minggu, 16 september 2018 Pukul
09:45
Gambar 4.5 ibu syamsiah menjemur ikan kering tawar
G
a
m
b
G
a
m
bar 4.6 kerupuk udang
Hal yang sama juga diutarakan oleh respoden Ibu Elly (44 tahun),
Ibu Lina, dan Ibu Juraidah dimana mereka menuturkan alasan mereka
melakukan ngelayak untuk menambah kebutuhan keluarga dengan alasan
menambah uang belanja anak serta untuk memenuhi kebutuhan pokok
lainnya.
Sementara Nenek Suratina (71 tahun) mengungkapkan alasannya
melakukakan ngelayak yaitu untuk membantu suami yang sudah tidak
bisa memenuhi ekonomi keluarga dikarenakan usianya yang sudah
lanjut, selain itu anak-anaknya juga memiliki masalah ekonomi yang
sama karena anak-anaknya berprofesi
sebagai nelayan.
“kalau nenek dak ade ngelayak ape lah nak dimakan, tengok lah
atuk kau lah sudah tue nak ikut kelaut dak telap lagi. Memang
anak banyak, tapi lah sudah punye bini. lagi pun dak mungkin nak
minta terus dengan anak. Anak bukannye senang juge kelaut pun
tengok lah sendiri kadang dapat kadang idak, tapi ade lah anak
nenek ngasi ikan untuk dibuat ikan kering, Jadi kalau nenek kerja
seidaknye lah dapat tambah beli beras34
.”
(kalau nenek tidak kerja apa yang mau dimakan, lihatlah kakek
sudah tua mau bekerja sudah tidak sanggup lagi, memang anak
34
Wawacara dengan Nenek Suratina buruh upah ngelayak dan pembuat petis Sabtu, 15
september 2018, Pukul 04:00
banyak, tapi sudah beristri. Lagi pula tidak mungkin mau minta
uang terus dengan anak, anak hidupnya bukan senang juga. Pergi
kelaut pun kadang dapat kadang tidak, tapi ada lah sedikit dikasih
uang atau ikan untuk dibuat ikan kering. Jadi kalau nenek bekerja
ada juga tambahan).
Gambar 4.7 nenek suratina
Berdasarkan pernyataan dari lima responden di atas dapat
disimpulkan bahwasannya para nelayan perempuan (ibu rumah tangga)
melakukan pekerjaan ngelayak disebabkan pendapatan suami (nelayan)
kurang mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
2. Tingginya Tututan Biaya Hidup
Pada dasarnya rumah tangga membutuhkan biaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biaya tersebut diperoleh dari
pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan dan pengeluaran
dalam suatu rumah tangga pasti berbeda-beda. Pendapatan dapat
dipergunakan untuk pengeluaran konsumsi maupun tabungan. Pengeluaran
untuk konsumsi tersalur kepengeluaran pangan, sandang, perumahan, bahan
bakar dan lain sebagainya. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan
sebagai semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengeluaran konsumsi dilakukan dengan
maksud untuk mempertahankan taraf hidup. Pada tingkat pendapatan
rendah, pengeluaran konsumsi pertama-tama dibelanjakan untuk kebutuhan-
kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan jasmani. Konsumsi pangan
adalah terpenting, karena pangan merupakan jenis barang utama untuk
mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat berbagai macam
barang konsumsi (termasuk sandang, perumahan, bahan bakar dan
sebagainya) yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk
menyelenggarakan rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada
tingkat pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda
mengakibatkan perbedaan taraf konsumsi. Seperti pernyataan-pernyataan
responden tentang pengeluaran mereka sehari-hari baik untuk membeli
kebutuhan pokok maupun membeli hal lain seperti jajan anak-anak mereka.
Berikut pernyataaan Ibu Juraida (38 tahun) tentang berapa biaya
pengeluarannya:
“payah nak cakap kalau tentang pengeluaran ni tak tentu. Ade duit
belanje, kalau tak ade duit ape nak dibelanjekan. Dalam waktu sehari tu
yang jelas beli beras. Soalnya kalau kami beli beras sekilo perhari, terus
duit jajan anak tu lebih Rp 10.000 sehari, kalo sekok anak kalau due lah
habis Rp 20.000. hmmm... apalagi kalau ade mamang jualann es budak-
budak ni beli es, Kalau ade mamang jualan mainan beli pulak mainan.
Kalau tak dibelikan nangis guling-guling. ibe pulak, tapi budak ni tak ibe
dengan dompet maknye. kalau bende-bende yang lain tu macam gas
tahanlah due minggu,Lebih kurang Habislah duit 50.000 lebih35
”
(susah mau dijelaskan tentang pengeluaran tidak tentu. kalau ada uang
belanja, kalau tidak ada apa yang mau dibelanjakan. Dalam satu hari itu,
yang jelas beli beras. Soalnya kalau kami beli sehari 1kg sehari, terus
duit jajan anak lebih Rp 10.000 sehari, kalau anak dua habis 20.000.
hmmm... apalagi kalau ada abang penjual es, anak-anak ini beli es, kalau
ada abang penjual mainan, beli lgi mainan. Kalau tidak dibelikan nangis
berguling-guling. Kasian juga, tapi anak-anak ini dak kasian dengan
ibunya, kalau benda-benda yang lain seperti gas tahan 2 minggu, lebih
kurang habis lah uang 50.000).
35
Wawacara dengan Ibu juraida buruh upah ngelayak Sabtu, 15 september 2018, Pukul 07:30
Tuntutan ekonomi yang terus mendesak keluarga nelayan di Desa
Kuala Simbur khususnya dengan pendapatan suami yang tidak menentu
membuat wanita nelayan memiliki kegiatan lain di luar aktivitas domestik
(kegiatan harian seorang wanita pada umumnya) dan aktivitas sosial lain.
Para wanita nelayan bukan hanya sebatas menjaga dan mengurus anak,
membersihkan rumah dan sebagainya melainkan secara nyata sudah terlibat
dalam kegiatan ekonomi langsung Berikut ulasan ibu lina akan keluhannya
terhadap akan hal ini:
“.... Itupun kalau orang kelaut. Kalau tu tak ade lah ngelayak.
Lame.. tak beduit. Ujung-ujungnye kalau macam itu tepakse
minjam duit dengan koperasi. Nak macam mane lah lagi, kan?”36
( itu pun kalau orang pergi kelaut. Kalau tidak, lama.. tidak punya
uang. Ujung-ujunya kalau seperti itu terpaksa meminjam uang
koperasi. Harus bagaimana lagi?)
36
Wawacara dengan Ibu Lina pembuat ikan kering tawar Minggu 16 september 2018,Pukul 07:00
Gambar 4.8 ibu lina
Berdasarkan penjelasan ibu lina diatas, maka dapat kita ketahui bahwa
sebagai jalan solusi para buruh pengambil upah ketika tidak melakukan
ngelayak mereka memutuskan untuk meminjam uang kepada koperasi.
Tingginya biaya hidup mendorong nelayan perempuan untuk
melakukan upaya menambah pendapatan rumah tangga hal ini dilakukan
mereka agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka seperti
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Pada desa kuala simbur naik harga
barang-barang pokok sangat mahal dibandingkan harga normal di ibukota
kabupaten maupun harga di provinsi. Hal ini disebabkan karena faktor
transportasi dan Pengiriman barang dari agen besar ke pedagang kecil
memerlukan waktu yang lama dikarenakan jangkauan yang susah dari
provinsi atau ibu kota kabupaten maupun kecamatan menyebabkan harga
sembako seperti, gas, tepung dan lain sebagainya tidak stabil.
Seperti yang diungkap oleh responden Ibu Samsyiah (42 tahun) dan ibu
juraida (38 tahun) tentang tingginya biaya hidup:
”... harge gaspun mahal disini ni Rp 40.000. tepung Rp15.000 pokoknye
mahallah.”
(disini harga gas mahal Rp 40.000 tepung Rp 15.000 yang jelas
mahal).”37
Pernyataan tersebut didukung oleh responden Ibu Juraida (38 tahun)
sebagai berikut.
37
Wawacara dengan Ibu Syamsiah pembuat kerupuk udang Minggu, 16 september 2018, Pukul
09:45
“untuk membantu perekonomian kelaurge tengoklah harge sembako
mahal, beras je hargenye melambung tinggi 14000/kg, minyak
Rp.13000 gas Rp.40.000 itupun kadang susah dicari dikarenakan
pasokannye terbatas. Kalau dak ade ngelayak suami tak kerja ape
lah nak dibelanjekan anak nak berjajan, listrik nak dibayar dan
banyak lah kebutuhan lain yang nak dipenuhi.”38
(untuk membatu perekonomian keluarga, lihatlah harga sembako
mahal, tingginya harga beras 14000/kg, minyak Rp.13000 gas
Rp.40.000 itupun sulit untuk didapat dikarenakan pasokan yang
terbatas. Kalau tidak pekerjaan suami juga tidak kerja apa yang mau
dibelanjakan anak2 butuh jajan, bayar listrik dan kebutuhan lainnya).
Permasalahan lain yang didapat oleh peniliti adalah masalah pendidikan.
Pendidikan faktor utama dalam perekonomian suatu bangsa. Pendidikan juga
salah satu faktor penentu suatu bangsa dikatakan negara maju ataupun negara
berkembang. Semakin tinggi taraf pendidikan maka tingkat kemiskinan suatu
bangsa dan semakin rendah. Semakin tinggi pendidikan anak maka semakin besar
pula peluang anak untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik untuk membantu
perekonomian keluarga. Mahalnya biaya pendidikan anak menyebabkan
kebanyakan anak nelayan tidak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Banyak anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah akan tetapi tidak bisa
terwujud sebab perekonomian keluarga tidak mendukung. Seperti hal yang
dituturkan oleh Ibu Elly (44 tahun):
“awak ni kalau ade duit tak ade jadi masalah lah. Ini duitnye tak ade.
Anak ibuk tu sudah lulus tes akademi keperawatan, sampai kawannye
yang hidupnye senang tu bilang ‘minta aku je mel hasil lulus kau tu’, anak
ibu nangis-nangis lah hay nak kuliah sampai dak mau makan, merajuk.
Tapi kayak mane, tengoklah ayahnye macam mane keadaannye, aku kalau
punye duit ihhh.... semangat nak sekolahkan die. Ibu bilang dengan die
kau pikir lah nak, mak kalau ade duit atau barang yang bise dijual mak
jual. Sampai die bilang ‘o...mak, aku nak kerje lah dulu, sampai setahun
baru aku kuliah.39
”
( saya kalau lagi ada uang tidak jadi masalah, tapi uangnya tidak ada.
Anak ibu sudah lulus tes ujian akademi keperawatan, sampai kawannya
yang kehidupannya kaya pun bilang’minta aku aja mel hasil lulus kamu’.
38
Wawacara dengan Ibu Juraidah buruh upah ngelayak Sabtu, 15 september 2018, Pukul 07:30 39
Wawacara dengan Ibu Elly buruh upah ngelayak Jum’at, 14 september 2018, Pukul 08:00
Anak ibu nangis-nangis mau kuliah sampai tidak mau makan, merajuk.
Tapi kayak mana, lihatlah keadaan ayahnya seperti apa, aku kalau punya
uang ihh... maulah sekolahkan dia, ibu bilang sama dia berpikir lah nak,
mak kalau ada uang atau barang yang bisa dijual mak jual. Sampai dia
bilang ‘o...mak, aku nak kerja aja, sampai setahun baru aku kuliah).
Gambar 4.9 ibu elly
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pendididkan sangat penting utuk masa depan anak, akan tetapi karena
perekonomian kelaurga tidak mencukupi dan sertai tingginya biaya hidup
secara tidak langsung memaksa mereka untuk bekerja sebagai upaya
meningkatkan pendapat rumah tangga.
C. Permasalahan Yang Dihadapi Para Nelayan Perempuan Pengelayak
1. Kondisi Alam Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan
terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras
yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Musim
paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat
dipastikan sangat mempersulit mereka.
Adanya perubahan iklim ini dapat menyebabkan nelayan kesulitan dalam
menentukan musim penangkapan ikan karena cuaca yang tidak menentu. Adanya
perubahan iklim mengakibatkan nelayan tidak dapat melaut kerena terjadi badai,
ombak serta angin kencang. Dampak adanya perubahan iklim juga berpengaruh
pada pontensi sumber daya ikan yang semakin berkurang, sehingga nelayan harus
mencari keberadaan ikan lebih jauh.
Adanya perubahan iklim mengakibatkan nelayan tidak dapat menentukan
musim-musim yang akan terjadi. Beberapa responden memberikan keterangan
mengenai adanya perubahan iklim yang memberikan pengaruh terhadap
kehidupan nelayan yang juga berpengaruh terhadap nelayan perempuan
pengelayak bahwa perubahan iklim berpengaruh kepada potensi hasil tangkap
nelayan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya hasil tangkap ini yang
dijadikan olahan (ngelayak) oleh nelayan perempuan, seperti yang diungkapkan
oleh responden Ibu Syamsiah bahwa:
“kalau lagi tak ade musim, ape lagi musim barat tak de lah orang
kelaut, angin kuat gelombang besak jadi orang takut nak kelaut jadi ape
lah yang nak dingelayak 40
”
(kalau lagi tidak ada musim, apa lagi musim barat tidak ada yang pergi
melaut. Angin kuat, gelombang besar jadi orang takut melaut, jadi apa
yang mau dikerjakan).
Perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap proses pengolahan hasil
tangkap yang dilakukan nelayan perempuan. Apabila cuaca tidak panas dalam
jangka waktu lama hasil tangkapan nelayan berupa ikan yang dijadikan ikan asin
maupun ikan tawar yang sebelumnya diawetkan dengan cara di es lama kelamaan
40
Wawacara dengan Ibu Syamsiahpembuat kerupuk udang Minggu, 16 september 2018, Pukul
04:30
hasil olahan akan tidak segar bahkan busuk jika cuaca masih tiadak mendukung.
Hal ini menyebabkan nelayan perempuan membuang hasil olahan yang sudah
melewati separuh proses dalam pengolahannya. Berikut keterangan yang
diberikan responden Ibu Lina:
“cuacenye, kalau hari tak panas ikan yang sudah dibelah tadi
masuk lagi kedalam termus di es lagi, kalau dak panas-panas
dibuangkan ke air. Sayang dak sayang lah lagi. Kalau nunggu hari
panas lame biasenye. Kalau pun kering dalam jangke waktu lame,
ikan yang di layak tu tak bagus lagi. Mane ade yang nak beli41
”
(cuacanya, kalau hari tidak panas ikan yang sudah disiang tadi
masuk lagi kedalam wadah pendingin, kalau hari tidak panas-panas
dibuang keair. Sayang tidak sayang lah lagi. Kalau menunggu terik
matahari. Kalau pun kering, dalam jangka waktu lama, ikan yang
dilayak itu pun sudah tidak bagus lagi. Tidak ada pembeli yang
mau membelinya).
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perubahan iklim dan cuaca sangat mempengaruhi penghasilan nelayan
juga pengelayak. Jika gelombang pasang laut tidak tinggi serta angin laut
tidak kencang maka para nelayan akan kelaut dan hasil tangkapannya akan
di olah (ngelayak) serta akan mendapat pengahasilan. Sedangkan apabila
para nelayan tidak kelaut dan tidak membawa hasil walaupun pergi
melaut, maka sangat berdampak pula kepada nelayan perempuan yang
mengelayak karena mereka juga tidak akan mendapat penghasilan.
41
Wawacara dengan Ibu Lina pembuat ikan kering tawar Minggu,16 september 2018, pukul 09:45
2. Pemasaran Hasil Produksi Ngelayak
Pemasaran merupakan salah satu sistem agribisnis yang aktivitas
ekonominya menghubungkan antara produksi dan konsumsi. Produk
sebagai hasil dari kegiatan produksi harus menguntungkan produsen yang
berada pada titik produksi dan harus memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen yang berada pada titik konsumsi. Peningkatan suatu usaha dapat
juga dilihat dari segi pemasaran. yaitu bagaiman tingkat proporsi
pendapatan produsen dalam saluran pemasaran dengan melihat tingkat
efisiensi dan keuntungan pemasaran
Desa Kuala Simbur melakukan pemasaran dengan menjual hasil tangkapannya
dengan pedagang pengumpul dan menjual sendiri (Pedagang pengecer).
Pedagang pengumpul merupakan pedagang untuk menampung semua hasil
produksi ngelayak yang diperoleh pengelayak.
Berikut penuturan Ibu Elly tentang pemasaran hasil ngelayak:
“ade yang ngambek dirumah, ade yang langsung jual ketoke tak
tentulah”42
.
(ada yang mengambil di rumah, ada juga yang langsung di jual ke
pedangang pengumpul).”
Begitu pula dengan responden lain yang mendukung statement sebelumnya.
“biasenye jual langsung ke toke daripade nunggu, belum kering ikan
duit pun sudah diambek. Pas ikan dah kering duit pun abis”43
42
Wawacara dengan Ibu Elly buruh upah ngelayak Jum’at,, 14 september 2018 Pukul 08:00 43
Wawacara dengan Ibu Lina pembuat ikan kering tawar Minggu, 15 september 2018 Pukul
04:30
(biasanya dijual langsung ke pedagang pengumpul atau agen besar. Ikan
belum kering suadah diambil uangnya. Ketika ikan sudah kering uang pun
habis).
Sedangkan pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual langsung
kepada konsumen. Pedegang pengencer terbagi dua, pedagang pengercer yang
menjual hasil produksi ngelyak sendiri dan penjual pengencer yang menjualkan
hasil produksi pengelayak, perbedaan antara pedangang Pengencer dan pedagang
pengumpul adalah pedang pengumpul membeli hasil ngelayak dalam jumlah
banyak dan tunai, sedangkan pedagang pengencer yang menjualkan hasil
produksi pengelayak memberikan uang hasil penjualan setelah barang terjual
habis. Pengelayak di Desa Kuala Simbur menjual hasil ngelayaknya sendiri
bertujuan menghemat biaya transportasi pemasaran seperti penjelasan
sebelumnya bahwa salah satu kendala di Desa Kuala Simbur adalah akses jalan
dan jangkauan yang susah. Hal ini juga yang menyebabkan para pengelayak
menjual hasil ngelayak di rumah sendiri meski lebih lama terjual dibandingkan
di jual dengan pedangang pengumpul. Seperti pernyataan Ibu Syamsiah:
“nunggu dirumahlah, nunggu ade rezeki lah malas kalau dibawak
orang sering utang bebulan-bulan. Minta murah pulak, ape nak
diputar balek? biak lah dirumah belapok idak44
.
(menunggu dirumah, menunggu ada rezeki, malas kalau dibawak
orang sering berhutang sampai berbulan-bulan, terus minta murah.
apa yang mau diputar lagi.? Biar lah dirumah tidak juga berlapuk).”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis pemasaran di Desa
Kuala Simbur Naik yaitu pedagang pengencer yang menjual hasil produksi
ngelyak sendiri, penjual pengencer yang menjualkan hasil produksi pengelayak
dan penjual pengumpul.
D. Perbandingan Pendapatan penghasilan Olahan Ngelayak
44
Wawacara dengan Ibu Syamsiah pembuat kerupuk udang Minggu, 16 september 2018 Pukul
09:45
Hasil pendapatan yang diperoleh oleh para pengelayak berbeda tiap
jenisnya ditentukan oleh kerumitan serta lamanya proses pengerjaan. Ikan tawar
lebih mahal dari pada ikan asin disebabkan ikan tawar tidak menggunakan
garam pada proses pengerjaannya, Dimana kita ketahui garam berfungsi sebagai
salah satu pengawet makanan. Ikan tawar lebih bayak jumlah timbangan per kg
nya dari pada ikan asin karena ikan asin lebih sedikit jumlah timbangan per kg
nya disebabkan kandungan garamnya yng memberatkan timbangan. Masalah
kualitas antara ikan asin dan ikan tawar sama, hanya saja minat masyarakat lebih
banyak menyukai ikan tawar karena kandungan garamnya sedikit. Seperti yang
diungkap kan responden Nenek Suratina (71 tahun)
”kalau masalah penghasilan lebih besak lah ikan tawar dari pade ikan
asin karene ikan tawar besak penghasilannye ikan bulu ayam je 100 sekilo
kalo ikan biase Rp 35.000 .ikan asin tu lebih banyak garamnye jadi orang
kurang suke, lagipun harge ikan asin hmm.... Cume 35 sekilo bayangkan
mantap duitnye. Capeknye same juga, Enak aku ngerjakan ikan tawar.
cume itu lah kelemahan ikan tawar tu cepat berubah warne dari pada ikan
asin, macam kemerah-merahan. Tapi kalau masalah rase tak ade
berubah.45
”
(kalau masalah pendapatan lebih besarlah ikan tawar dari pada ikan asin
karena ikan tawar besar pendapatannya seperti ikan bulu ayam
Rp.100.000/kg kalau ikan biasa Rp. 35.000. ikan asin lebih banyak
garamnya jadi orang kurang suka, lagipun harga ikan asin hmm...
35000/kg. pikirkan mantap uangnya. Capeknya juga sama, enak aku
ngerjakan ikan tawar. Cuma kelemahan ikan tawar ini cepat berubah
warna dari pada ikan asin. Seperti kemerah-merahan. Tapi kalau masalah
rasa tidak ada berubah ).
45
Wawacara dengan Nenek Suratinas buruh upah ngelayak Sabtu, 15 september 2018, Pukul
04:00
Selain ikan asin dan ikan tawar, jenis pendapatan nelayan perempuan
yang lain adalah membuat petis dan kerupuk udang. Petis merupakan hasil
olahan dari sari pati rebusan air kulit udang yang direbus lama hingga mengental
seperti pasta. Karena prosesnya yang sangat lama membutuh kan waktu berjam-
jam dan yang membuat petis ini hanya sebagian kecil masyarakat saja sehingga
menyebabkan harganya lumayan tinggi para pengelayak menetapkan harga per kg
petis Rp.60.000
Berikut pernyataan dari responden Nenek Suratina tentang pengolahan petis:
“disini sedikit yang buat petis karena malas nak buatnye, butuh waktu
lame. Lamenya tu pas ngerebusnye, diaduk berjam-jam. Make sedikit yang
buat petis, padahal duit penghasilan petis ni lumayan besak. Modalnye
pun kecik daripade ngelayak yang lain. Macam ikan tawar kan nak
ngupah orang lagi esnye lagi, kalau macam ikan asin butuh garam
banyak, apelagi kerupuk udang. Kalau petis ni cume butuh kulit udang
bekas orang ngupas kulit udang same sedikit garam. Karena lame buatnye
make nenek ngeletak harge sebesar Rp 60.00 per kilogramnya.46
”
(disini sedikitt yang buat petis karena orang malas mau buatnya, butuh
waktu lama. Lamanya ketika mau merebus, diaduk berjam-jam. Makanya
sedikit yang buat petis, padahal duit penghasilan petis ini lumayan besar.
Modalnya pun kecil daripada ngelayak yang lain. Seperti ikan tawarkan
ngupah orang yang mengerjakannya beli esnya lagi, kalau seperti ikan asin
bayak butuh garam, apa lagi kerupuk udang. Kalau petis ini kan Cuma
butuh kulit udang bekas orang ngupas kulit udang sama sedikit garam).
Jenis pengolahan ngelayak selanjutnya adalah kerupuk udang.
Seperti yang sudah kita ketahui kerupuk udang merupakan jenis olahan
dari udang. Bahan bakunya adalah udang yang telah dikupas dan garam
serta sedikit air es sebagai pengembangnya. Kerupuk udang merupakan
jenis olahan yang banyak disukai masyarakat serta banyak dibeli. Hal ini
disebabkan rasanya yang gurih juga renyah. Kerupuk udang buatan
masyarakat di Desa Kuala Simbur banyak diminati karena pada persentase
komposisi kerupuk udang pada bahan utamanya yakni udang dan tepung
berbeda daripada umumnya kerupuk udang. Perbedaan yang diamati oleh
peeliti adalah komposisi udang lebih banyak daripada tepung.
Persentasenya perbandingan bahannya adalah 2:1 dimana dua kilogram
46
Wawacara dengan reponden Ibu Suratina buruh upah ngelayak sabtu, 15 september 2018 Pukul
04:00
udang dan satu kilogram tepung. Persentase komposisi kerupuk udang di
tempat lain 1:1. Perbedaan ini juga disebabkan harga tepung yang mahal di
Desa Kuala Simbur. Hal ini di perkuat oleh pernyataan responden Ibu
Syamsiah (42 tahun)
“ kalau ibuk buat kerupuk udang banyak udangnye daripade tepung.
Rugi dak rugi lah. Macam mane ye? Harga tepung disini mahal juge
susah di dapat, Makenye pas buat, ibuk banyakin udang. Sekilo tepung,
due kilo udangnye. Makenye harge ibuk jual Rp 60.00047
”
(kalau ibu buat kerupuk udang bayak udangnya daripada tepung. Rugi
tidak rugi lah. kayak mana ya? Harga tepung disini juga mahal susah
didapat, makanya ketika buat ibu banyain udangnya, 1 kg tepung, 2 kg
udangnya makanye harga ibuk jual Rp 60.000)
Gambar 4.10 proses pembuatan kerupuk udang
47
Wawacara dengan Ibu Syamsiah pembuat kerupuk udang Minggu, 16 september 2018 Pukul
09:45
Gambar 4.11 proses penjemurn kerupuk di pagi hari
Gambar 4.12 kerupuk yang dijemur
Untuk pemperjelas penjelas-penjelasan diatas dapat dirincikan pada
tabel perbandingan pendapatan sesuai dengan jenis ngelayak
Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Pendapatan Ngelayak
No Jenis Olahan Ngelayak Harga/ Kg
1. Ikan tawar Rp 35.000 – Rp 100.000
2. Ikan asin Rp 15.000 Rp 35.0000
3. Petis Rp 60.000
4. Kerupuk udang Rp 60.000
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kemudian di analisis maka penulis dapat
memberikan kesimpulan sekaligus jawaban dari rumusan masalah
yaitu yang menjadi upaya nelayan perempuan dalam meningkat kan
pendapatan rumah tangga di Desa Kuala Simbur Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah ngelayak. Para
nelayan perempuan (ibu rumah tangga) melakukan pekerjaan ngelayak
disebabkan pendapatan suami (nelayan) kurang mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga. Pendidikan sangat penting untuk masa depan anak,
akan tetapi karena perekonomian kelaurga tidak mencukupi dan
disertai tingginya biaya hidup secara tidak langsung memaksa mereka
untuk bekerja sebagai upaya meningkatkan pendapat rumah tangga.
perubahan iklim dan cuaca sangat mempengaruhi penghasilan nelayan
juga pengelayak. Jika gelombang pasang laut tidak tinggi serta angin
laut tidak kencang maka para nelayan akan kelaut dan hasil
tangkapannya akan diolah (ngelayak) serta akan mendapat
pengahasilan. Sedangkan, apabila para nelayan tidak kelaut dan tidak
membawa hasil walaupun pergi melaut, maka sangat berdampak pula
kepada nelayan perempuan yang mengelayak karena mereka juga tidak
akan mendapat penghasilan sebagai jalan solusi para buruh upah ketika
tidak melakukan ngelayak mereka memutuskan untuk meminjam uang
kepada koperasi.
B. Saran
Berdasarkan uraian dari pembahasan tersebut diatas kiranya dapat
dikemukakan saran-saran yaitu Bagi peneliti selanjutnya masih banyak
hal yang menarik mengenai Ngelayak : Upaya Nelayan Perempuan
Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga yang dapat diteliti.
Untuk akademisi, penelitian ini dapat diharapkan oleh peneliti lain
dengan objek dan sudut pandang yang lebih komprehensif sehingga
dapat memperkaya pengetahuan tentang Upaya Nelayan Perempuan
Dalam Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al-Qur’an. dan terjemahannya, Jakarta : bumi restu 1876
Abd. Syukur Ibrahim. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi
(Surabaya:
Usaha Nasional, 1994
Dianti, Martia Eka. Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalam upaya
Pendapatankeluarga Di Desa Tasikagung, Kecamatanrembang,
Kabupaten Rembang,Semarang. 2014
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi. Penerbit Kencana Prenada Media
Group : Jakarta. 2009
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi: Enografi Komunikasi,
(Bandung: Widya Padjadjaran, 2008).
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, 2014), hlm.85.
Ikhwanul, Purba Rana Dkk. Peran Ibu Rumah Tangga Nelayan Dalam
Upaya Meningkatkan Perekonomian Keluarga Di Kelurahan Bitung
Karang Ria Kecamatan Tuminting Kota Manado”, “Acta Diurna” 2014
James P. Spradley, Metode Etnografi (judul asli The Etnographic Interview),
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. 1997
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010
Kurniawati, Andi. Peran Istri Nelayan Dalam Rangka Meningkatkan
pendapatan Keluarga”,saintek maritim, 2017.
Kuswarno, Engkus. Etnografi Komunikasi, Pengantar dan contoh
Penelitiaanya Bandung: Widya Padjadjaran. 2008
Maulana, Firdaus dan Rikrik Rahadian. Peran Istri Nelayan Dalam
Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Penjajab
Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas)”, J. Sosek KP Vol. 10 No. 2
2015
Mirna. “Partisipasi Istri Nelayan Dalam Membantu Ekonomi Keluarga Di
6
3
Kelurahan Bontang Kuala Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang,
Sosiatri-Sosiologi, 2016
Mardikanto, Totok. Konsep-Konsep Pembedayaan Masyrakat” cetakan 1.
Surakarta UNS Press. 2010
Nainggolan, Efrita. Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Pendapatan
Rumah Tangga Nelayan Di Desa Pondok Batu Kecamatan Sarudik
Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara jurnal perikanan
dan kelautan. 2017
Purba Rana Ikhwanul, Eveline J. R. Kawung,Nelly Waani, M.si. Peran Ibu
Rumah Tangga Nelayan Dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian
Keluarga Di Kelurahan Bitung Karang Ria Kecamatan Tuminting Kota
Manado, 2014
Pujileksono, Sugeng. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (Jakarta
Timur: Kelompok Intrans Publishin. 2015
Raodah. Peranan Isteri Nelayan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga
Di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara”, 2013
Susilowati. Peranan Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Rumah Tangga (Didesa Kabongan Lor Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang). 2016
Wijaya, R.A., S. Koeshendrajana dan A. Azizi. Perkembangan Usaha
Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Desa Batu Lubang, Bitung, Sulawesi
Utara. 2010
Widjajanti. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, volume 12 nomor 1. 2011
Winna Elcera Br Sitepu. Pemberdayaan Istri Petani Dalam Upaya
Peningkatan Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Tigapanah, kabupaten
karo, sumatera utara, semarang. 2014
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan.Jakarta: Kencana. 2014.
Zein, Alfian. Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Melalui
Pemberdayaan Perempuan Nelayan.Jurnal Mangrove dan Pesisir. 2006.
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Safitri Wulandari
NIM :SES 141503
Tempat/tanggallahir :Teluk majelis, 01 juni 1996
JenisKelamin :Perempuan
Fakultas/Prodi :Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Islam
Ipk :3,27
Universitas :UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Status Pekerjaan :Mahasiswa
Agama :Islam
Tinggi/beratBadan :152 cm/50kg
Kewarganeegaraan :WNI
Alamat :Desa Teluk Majelis, Kecamatan Kuala Jambi, kabupaten
tanjung jabung timur
E-Mail : [email protected]
Telepon :0852-7347-3897
KUALIFIKASI PENDIDIKAN
- MAS Nurul Huda Teluk Majelis (Jurusan IPS) 2011-2014
- SMP N 28 Kuala Jambi 2008-2011
- SD N No 58/X teluk majelis
TRANSKIP WAWANCARA I
Imforman 1 (ibu elly usia 44 tahun)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu elly yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dengan pekerja sampingan ngelayak 14
september 2018 secara langsung
Daftar pertanyaan wawancara:
Peneliti : Sejak kapan ibu melakukan ngelayak?
Ibu elly : sudah lame sudah semenjak terol bukak lah (sudah lama dari
suami bekerja sebagai nelayan)
Peneliti : Apa alasan yang menyebabkan ibu melakukan ngelayak?
Ibu elly : untuk nambah-nambah, belanje(untuk tambahan belanja)
Peneliti : Ngelayak yang ibu lakukan ini punya sendiri atau punya orang
lain?
Ibu elly : punye orang ngambek upah (punya orang lain saya sebagai buru
upah)
Peneliti : berapa upah ngelayak mengupas udang per/kg nya?
Ibu elly : Rp 2000
Peneliti : berapa banyak jumlah ibu ngelayak mengupas udang dalam
sehari?
Ibu elly : dak tentu kadang 20/kg, kadang 25/kg
Peneliti : Berapa pendapatan ibu dalam sekali melakukan ngelayak?
Ibu elly :tergantung dari banyak ngelayak yang dilakukan kalau banyak,
banyak lah duitnye kalau sikit sebaliknye, namenye juge ngambek upah.
Kalau saye sanggupnye 25 kg duitnye Rp 50.000. Itupun kalau orang
kelalut. Kalau tu tak ade lah ngelayak. Lame.. tak beduit. Ujung-ujungnye
kalau macam itu tepakse minjam duit dengan koperasi. Nak macam mane
lah lagi, kan?
Peneliti : Berapa waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk melakukan
nglayak?
Ibu elly : 3 jam
Peneliti : Bagaimana pemasaran hasil dari ngelayak?
Ibu elly : ade yang ngambek dirumah, ade yang langsung jual ketoke tak
tentulah ( penjualan dirumah atau jual ke agen besar.
Peneliti : Menurut ibu upah yang didapat sesuai tidak dengan tingkat
pengerjaannya?
Ibu elly : sesuai
Peneliti : Selain ngelayak ibu melakukan apa untuk mencukupi ketika
tidak melakukan ngelayak mengupas udang?
Ibu elly : melah ikan (menyiang ikan)
Peneliti : berapa upah ngelayak membelah ikan/kg nya?
Ibu elly :tak tentu ade Rp.1000, ade Rp.1500 (tidak tentu ada yang Rp. 1000,
ada yang Rp.1500
Peneliti : Apakah ada hambatan dalam melakukan ngelayak?
Ibu elly : tegangtung lah dari orang kelaut kalau dilaut ade isi ade lah juge,
kalau tak ade isi tak adelah. ( tergantug dari orang kelaut kalau banyak
udang ikan dapat lah, kalau tidak sebaliknya.
Peneliti : Menurut ibu ngelayak ini sudah bisa mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga?
Ibu elly : membantu lah (sudah)
Peneliti : Menurut ibu ngelayak apa yang lebih besar penghasilnya?
Ibu elly : melah ikan, bikin kerupuk juge. Melah ikan tu besak
penghasilannya apa lagi kalau punye dewek ikan tamban keringnye
Rp.25000 sekilo, ikan bilisnye Rp.50.000 sekilo. Ikan asin murah dak
same yang kite belah ni ikan kering tawar mahal.( menyiang ikan, bikin
kerupuk juga, menyiang ikan itu besar penghasilannya apalagi kalau milik
sendiri ikan tamban aja Rp.25000/kg, ikan bilis Rp.50.000. ikan asin
murah tidak sama ikan kering tawar yang mahal.
Peneliti : Hasil ngelayak uangnya digunakan untuk apa saja?
Ibu elly : untuk menambah penghasilan keluarge (untuk menambah
penghasilan keluarga)
TRANSKIP WAWANCARA 2
Imforman 2 (ibu syamsiah usia 42 tahun)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu syamsia yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan pekerja sampingan ngelayak
16 september 2018 secara langsung
Peneliti : Sejak kapan ibuk melakukan ngelayak?
Ibu syamsiah : oowhh... macam ni panjang ceritenye, kalau mikin kerupuk udang
ni semenjak dari ini tahun 1991 atau 1992 lah setelah saye nikah
dengan suami saye.(oowh kalau kayak gini panjang ceritanya,kalau
buat kerupuk udang ini semenjak dari tahun 1991 atau 1992.
setelah menikah dengan suami saya.
Peneliti : Apa alasan yang menyebabkan ibu melakukan ngelayak?
Ibu syamsiah : untuk nambah penghasilan kite lah kadang tu orang kelaut tu ye
kalau diharap kadang dak cukup juge. kadang tu dapat kadang tu
dak, dak tentu tegangtung musim kalau ada isi, kan. Idak kan
maksudnya tu dari laut t dak cukup juge. kalau kita dak bantu,
seidaknye kan kalau kite bikin kerupuk dak.(untuk menambah
penghasilan kita. Kadang mengharapkan orang kelaut tidak cukup
juga, kadang dapat kadang tidak, tidak tentu tergantung musim.
Maksudnya dari laut itu tidak cukup juga. Kalau kita tidak bantu,
setidaknya kalau kita bikin kerupuk.
Peneliti : Ngelayak yang ibu lakukan ini punya sendiri atau punya orang
lain?
Ibu syamsiah : punye sendiri (milik sendiri)
Peneliti : Berapa pendapatan ibu dalam sekali melakukan ngelayak?
Ibu syamsiah : dak tentu lah kalau ade udang. kadang 2kg, kadang 4kg, kalau
banyak tu adelah sampai 10kg. kalau sangking banyaknye dulu-
dulu lah.(tidak tentu kalau ada udang kadan 2kg, kadang 4kg dan
kalau banyak sampi 10 kg lagi kemaren.
Peneliti : Berapa lama waktu yang dihabiskan nglayak untuk sampai
jadi kerupuk?
Ibu syamsiah :kalau untuk mikinnya pulak tergangtung itu kerupuk nak direbus.
Soalnye masuk kulkas kan hari ni buat besok pagi langsung bise
diiris kalau dak tu tige hari baru diiris kalau tak ade kulkas.(kalau
untuk membuat tergantung kerupuk yan mau direbus soalnya
masuk kulkas juga, hari buat besok pagi lansung bisa diiris kalau
tidak masuk kulkas tiga hari baru diiris.
Peneliti : Berapa banyak jumlah ngelayak yang dilakukan dalam
sehari?
Ibu syamsiah : tergantung dari banyaknye udang, itukan kalau banyak t tige kali
merebus tu tige jam, sejamkan sekali merebus tu tapi mikinnya 4
jam lah.merebusnya pakai gas telanjur gas adekan kalau tak ade tu
kayu. Kadang gas putus disini harge gaspun mahal disini ni Rp
40.000. tepung Rp 15.000.(tergantung dari banyaknya udang, kalau
banyak tiga kali merebus tiga jam, satu jam sekali merebus. Pakai
gas terlanjur lagi ada gas kalau tidak ada gas pakai kayu, kadang
gas putus disini harga gas pun mahal Rp 40.000. tepung Rp 15.000
Peneliti : Bagaimana pemasaran hasil dari ngelayak?
Ibu syamsiah : nunggu dirumahlah, nunggu ade rezeki lah malas kalau dibawak
orang sering utang bebulan-bulan. Minta murah pulak, ape nak
diputar balek? biak lah dirumah belapok idak.(menunggu dirumah,
menunggu ada rezeki, malas kalau dibawak orang sering berhutang
sampai berbulan-bulan, minta murah pulak apa yang mau diputar
lagi.? Biar lah dirumah berjamr tidak juga.
Peneliti : Menurut ibu hasil yang didapat sesuai tidak dengan
tingkat pengerjaannya?
Ibu syamsiah : lumayan lah, kalau dak ade hasil untuk ape kite kerja dak?, ibu
dapat juge bantu suami beli seng sekodi lekat dari kerupuk ibu, ade
lah lekatnye buktinye ade. Beli baju juga pakai duit ibuk lah tak
ade duit die (suami). Kite kerje keras juge ngelayak kau tak
nengok. Ape arisan ibu je Rp150.000 seminggu. Kalau tidak ada
hasil untuk apa kita kerja? Ibu dapat juga bantu suami beli seng
satu kodi hasil dari kerupuk udang, ada juga bukti hasilnya, beli
baju pakai uang ibu tidak uang dia(suami). Kita kerja keras juga
kmu lihat sendirikan. Arisan ibu aja Rp150.000 seminggu
Peneliti : menurut ibu jenis ngelayak ape yang paling besar
penghasilannya?
Ibu syamsiah : ikan kering tawar yang besak penghasilnye lumayan dan cepat
dapat duitnye, beda dari kerupuk kalau kerupuk lambat
prosesnye.(ikan kering tawar yang besar penghasilannya lumayan
dan cepat dapat uangnya, beda dari kerupuk kalau kerupul lambat
prosesnya).
Peneliti : Selain ngelayak ibu melakukan apa untuk mencukupi ketika tidak
melakukan ngelayak?
Ibu syamsiah : ibu jualan empek-empek dan es
Peneliti : Apakah ada hambatan dalam melakukan ngelayak?
Ibu syamsiah : penjualannye yang susah karena nungu
dirumah.(penjualan yang susah karena menunggu dirumah)
TRANSKIP WAWANCARA 3
ibu rumah tangga dengan pekerja sampingan ngelayak 16 september 2018
secara langsung Imforman 3 (ibu lina usia 39 tahun)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu syamsia yang
berprofesi sebagai
Peneliti : Sejak kapan ibuk melakukan ngelayak?
Ibuk lina :udah lame, semenjak dapat suami
Peneliti :Apa alasan yang menyebabkan ibu melakukan ngelayak?
Ibuk lina :untuk membatu penghasilan rumah tangge dapat beli beras sekilo,
dua kilo jadilah.
Peneliti :Ngelayak yang ibu lakukan ini punya sendiri atau punya orang
lain?
Ibuk lina :punye sendiri
Peneliti :Berapa pendapatan ibu dalam sekali melakukan ngelayak?
Ibuk lina :tergantung dari ikannye. Kalau banyak neima banyak lah,
kalau sikit nerima sikit.
Peneliti :Berapa waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk melakukan
nglayak?
Ibuk lina :kalau belahnye sekitar 10kg tu satu jam setengah kalau
penjemurannya tergantung matahari
Peneliti :Berapa banyak jumlah ngelayak yang dilakukan dalam sehari?
Ibuk lina :tergantung dari ikan yang didapat suami
Peneliti :Bagaimana pemasaran hasil dari ngelayak?
Ibuk lina :jual ke toke
Peneliti :berapakah harga dari ikan kering /kg?
Ibuk lina :tergantung dari ikannye. kalau ikan tamban sekilonye 20,
kalau ikan bilis 45, kalau ikan gulama 35
Peneliti :Menurut yang didapat sesuai tidak dengan tingkat
pengerjaannya?
Ibuk lina :sesuai, sebab ikan sendiri. Kalau ikan beli iyelah sikit
pendapatannya. Cuman itu tu kalau punya sendiri kita cuman beli es,
kalau kita belikan, mana ikannye mane esnye lagi.
Peneliti :Selain ngelayak ibu melakukan apa untuk mencukupi ketika
tidak melakukan ngelayak?
Ibuk lina :dak ade nganggur
Peneliti :Apakah ada hambatan dalam melakukan ngelayak?
Ibuk lina :cuacanya, kalau hari tak panas ikan yang sudah dibelah
tadi masuk lagi kedalam termus di es lagi, kalau dak panas-panas
dibuangkan ke air.
Peneliti :Menurut saudara apakah ngelayak ini sudah bisa mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarga?
Ibuk lina :cukup lah, kalau sudah bejual, ni je belum kering lagi
orang lah ngambek duit.
Peneliti :Menurut ibu jenis ngelayak apa yang lebih besar penghasilnya?
Peneliti :Hasil ngelayak uangnya digunakan untuk apa saja?
Ibuk lina :untuk beli beras, cabe pokoknye bahan-bahan pokok lah,
nak beli mas tak dapat.
Peneliti :Apakah ada campur tangan pemerintah dalam pengelayak
disini?
Ibuk lina :dak ade, palingan Cuma kelompok ibu-ibu PKK itu pun
Cuma kemaren udah lama bantuan baskom periuk dan lain-lain.kalau
bantuaan duit tak ade pulak nampaknye.
TRANSKIP WAWANCARA 4
Imforman 4 (nenek suratina 71 tahun)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu elly yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dengan pekerja sampingan ngelayak 16
september 2018 secara langsung
Daftar pertanyaan wawancara:
Peneliti :mulai bile nenek ngelayak ni?
Sejak kapan nenek melakukan pekerjaan ini?
nenek suratina :sudah lame lah, semenjak nenek punye suami
(sudah lama, semenjak nenek punya suami)
Peneliti :ape yang menyebabkan nenek ngelayak ni?
(Apa alasan yang menyebabkan nenek melakukan pekerjaan ini)?
nenek suratina :kalau nenek dak ade ngelayak ape lah nak dimakan, tengok lah
atuk kau lah sudah tue nak ikut kelaut dak telap lagi. Memang
anak banyak, tapi lah sudah punye bini. lagi pun dak mungkin nak
minta terus dengan anak. Anak bukannye senang juge, kelaut pun
tengok lah sendri kadang dapat kadang idak, tapi ade lah anak
nenek ngasi ikan untuk dibuat ikan kering, Jadi kalau nenek kerja
seidaknye lah dapat tambah beli beras.
(jika nenek dak kerja apa yang mau dimakan , lihat lah atuk kau lah
sudah tua mau iut kelau tidak telapa lagi. Emang anak banyak, tapi
sudah punya bini. Lagipun tidak mungkin mau minta terus dengan
anak. Anak bukannya hidup senang juga kelaut pun lihat sendirilah
kadang dapat kadang tidak, tapi dapatlah ngasih ikan untuk dibuat
ikan kering, jadi kalau nenek kerja setidaknya kan dapat beli beras)
Peneliti :emangnya anak nenek ada berapa?
(memangnya anak nenek ada berapa)?
nenek suratina :anak nenek ade delapan, tujuh jantan dan satu betine, lima
sudah menikah.
Termasuk lah anak betine nenek, tapi yang betine ni dibawak
lakinye medan dan jarang balik kesini. dan tinggal due lagi yang
belum menikah.
(anak nenek ada delapan, tujuh laki-laki dan satu perempuan, lima
sudah menikah. Termasuklah anak perempuan nenek, tapi yang
perempuan ikut suaminya ke medan dan jarang pulang. Dan tinggal
dua lagiyang belum menikah).
Peneliti :anak yang keberape nek yang belum menikah?
(anak yang keberapa nek yang belum menikah)?
nenek suratina : anak yang ketujuh dan kedelapan
Peneliti : berapa umur anak nenek yang belum menikah?
nenek suratina : 27dan 30
peneliti :kenapa nenek nak kerje, padahal anak nenek ada yang belum
menikah dan mereka berdue bise kerje?
(kenapa nenek nak kerje, padahal anak nenek ada yang belum
menikah dan mereka berdue bise bekerja)?
nenek suratina : iye memang anak nenek bise kerje, cume nenek dak bise makse
budak berdua ni kerje atau idak, sebab budak ni pernah sakit.
Kalau nak kelaut alhamdulillah kalau idak ye sudah lah.
(iya emang sih anak nenek bisa kerja, Cuma nenek tidak bisa
maksa mereka kerja atau tidak, sebab mereka berdua pernah sakit.
Kalau mau kelaut alhamdulillah kalau tidak ya nggak apa-apa).
Peneliti :sakit apa anak nenek?
nenek suratina :susah nak jelaskannye pertame si bungsuh yang sakit, sakit dak
mau keluar rumah dak mau bekawan pukuknye kayak malu-malu
atau takut-takut lah dengan orang tapi alhamdulillah sudah
sembuh, sudah tu lepas sibungsu sudah baik, berapa tahun
kemudian lah abang die pulak yang sakit, sakit kayak gangguan
jiwa tu na. Becakapnya dak tentu arah, becakap kotor, sampai
dibawak kerumah sakit jiwa hampir satu bulan lamanye dan ini lah
salah satu alasan kenape nenek ngelayak.
(susah untuk dijelaskan pertama si bungsu yang sakit, sakit tidak
mau keluar rumah tidak mau berteman seperti malu-malu atau
takut-takut dengan orang tapi alhamdulillah sudah sembuh, setelah
sibungsu sudah sembuh, berpa tahun kemudian abang dia lagi yang
sakit, sakit seperti gangguan jiwa, bebicra sembarangan, berbicara
kotor, sampai di bawak ke RS. Jiwa hampir satu bulan dan ini lah
salah satu alasan kenpa nenek ngelayak).
Peneliti :jenis ngelayak ape yang nenek lakukan?
Jenis pekerjaan apa yang nenek lakukan
nenek suratina :kalau ade kulit udang yang sudah dikupas buat petis, buat ikan
kering asin ikan tawar kalau tak ade tu ngambil upah ngupas
udang dan belah ikan.
(kalau ada kulit udang yang sudah dibersihkan nenek membuat
petis, buat ikan kering asin, ikan tawar kalau tidak ada itu jadi buru
upah mengupas udang dan beli ikan.
Peneliti :Ngelayak yang nenek lakukan ini punya sendiri atau punya
orang lain?
(Pekerjaan yang nenk lakukan ini milik sendiri atau punya orang lain)?
nenek suratina:kalau ade ikan dikasih anak untuk dibelah buat ikan kering
tawar
dan asin jadi punye sendiri, kalau tak ade tu ngambek upah lah
dengan orang lain.
(kalau ada ikan dikasih anak untuk dibelah buat ikan kering tawar
dan asin, jadi milik sendiri)
Peneliti :Berape pendapatan nenek dalam sekali melakukan ngelayak?
(Berapa pendapatan nenek dalam sekali bekerja)?
nenek suratina:dak tentu kadang tu dapat empat puluh sampai lime puluh
sekali
ngambek upah itu pun dibantu atuk kau, kalau dak tu mane dapat
lah segitu maklum lah orang tue kerjenye lambat. Tapi kalau buat
ikan kering dapat lah seratus, seratus lime puluh, itu pun nunggu
sampai ikannye kering baru dapat duit.
(tidak tentu kadang kadang dapat 40.000-50.000 sekali ngambil
upah itu pun dibantu sama suami nenek (kakek). Kalau tidak, mana
lah dapat segitu maklumorang tua kerjanya lambat. Tapi kalau
buat ikan kering dapat lah 100.000-150.000 itupun menunggu
sampai ikannya kering baru dapat uang).
Peneliti :Berapa jam waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk melakukan
nglayak?
(Berape jam waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk melakukan
pekerjaan ni)
nenek suratina:lime jam lah, tergantung banyaknye yang nak dikerjekan.
Ade
kadang sampai seharian.
Peneliti :Berape banyak jumlah ngelayak yang dilakukan dalam sehari?
(Berapa banyak jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam sehari?)
nenek suratina:dak tentu kadang 15kg kadag tu 25kg
(tidak tentu terkadang 15kg-25kg
Peneliti :macammana penjualan dari hasil ngelayak ni
(Bagaimana pemasaran hasil dari ngelayak)?
nenek suratina:dijual ketoke
Peneliti : Menurut nenek upah yang didapat ni sesuai dak dengan kerjenye?
Menurut nenek upah yang didapat sesuai tidak dengan tingkat
pengerjaannya?
nenek suratina:sesuai
Peneliti :selain ini nenek ape yang dibuat untuk mencukupi kalau dak ngealayak.
Selain kerja nenek melakukan apa untuk mencukupi ketika tidak
melakukan ngelayak?
nenek suratina:tak ade palingan kerje rumah lah
(tidak ada dirumah aja)
Peneliti :ade dak masalah yang dihadapi dalam melakukan ngelyak?
Apakah ada hambatan dalam melakukan pekerjaan ini?
nenek suratina:cuacenye ni kadang panas kadang hujan, kadang ada ikan
kadang tak ade
(cuacanya terkadang panas terkadang hujan, terkadang ada ikan,
terkadang ada.
Peneliti : Menurut nenek ni ye, apakah ngelayak ni sudah bisa mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarge atau dak?
Menurut nenek apakah ngelayak ini sudah bisa mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga?
nenek suratina:cukup dak cukup lah pandai kite lah lagi ngaturnye, tapi
alhamdulillah
disyukuri je ape yang ade.
(Cukup tidak cukuplah pandai-pandai kita lagi yang mengaturnya,
alhamdulillah disyukuri apa yang ada.)
Peneliti :Menurut nenek jenis ngelayak apa yang lebih besar
penghasilnya?
nenek suratina:bikin ikan kering tawar tapi kalau punye sendiri
(membuat ikan kering tawar tapi milik sendirai)
Peneliti :hasil ngelayak ni, duitnye digunekan untuk ape?
(Hasil dari kerja uangnya digunakan untuk apa saja)?
nenek suratina:beli beras, cabe kopi, gula pukuknye kebutuhan rumah
tangge lah ape yang tak ade.
(beli cabe, beras kopi, gula yang jelas kebutuhan rumah tangga apa yang
tidak ada.
TRANSKIP WAWANCARA 5
Imforman 5 (ibu juraida 38 tahun)
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu juraida yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan pekerja sampingan ngelayak
14 september 2018 secara langsung
Daftar pertanyaan wawancara:
Peneliti :Sejak kapan ibu melakukan ngelayak?
Ibu juraida : semenjak saye menikah
Peneliti :Apa alasan yang menyebabkan ibu melakukan ngelayak?
Ibu juraida : tak ade, untuk cari tambahan jajan anak je.
Peneliti :Ngelayak yang ibu lakukan ini punya sendiri atau punya orang
lain?
Ibu juraida :punye orang lain
Peneliti :Berapa pendapatan ibu dalam sekali melakukan ngelayak?
Ibu juraida :dak tentu, 30000-60000 tergantung banyaknye udang yang
dikupas.
Peneliti :Berapa waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk melakukan
nglayak?
Ibu juraida :2 – 4 jam
Peneliti :Berapa banyak jumlah ngelayak yang dilakukan dalam sehari?
Ibu juraida :30kg-50kg
Peneliti :Menurut ibu upah yang didapat sesuai tidak dengan tingkat
pengerjaannya?
Ibu juraida :sesuai
Peneliti :Selain ngelayak ibu melakukan apa untuk mencukupi ketika
tidak melakukan ngelayak?
Ibu juraida : tak ade palingan kerj rumaha lah
Peneliti :Apakah ada hambatan dalam melakukan ngelayak?
Ibu juraida :kalau hambatan jelas adelah soalnye kami tergantung dari
orang kelaut, maklum namenye kerja ngambek upah ngucik udang.
Peneliti :Menurut ibu apakah ngelayak ini sudah bisa mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarga?
Ibu juraida :alhamdulillah sudah.
Peneliti :Menurut ibu jenis ngelayak apa yang lebih besar penghasilnya?
Ibu juraida :buat ikan kering tawar
Peneliti :Hasil ngelayak uangnya digunakan untuk apa saja?
Ibu juraida :biaselah beli kebutuhan hari-hari. Buat keperluan belanje
rumah, anak dan lain sebagainye.
Top Related